70 jenis-jenis tumbuhan nusakambangan sebagai catatan baru untuk flora of java

Upload: ragil-satriyo-gumilang

Post on 01-Mar-2016

31 views

Category:

Documents


8 download

DESCRIPTION

Biodiversitas atau keanekaragaman hayati merupakan salah satu informasi dasar yang sangat diperlukan untuk pengelolaan sumberdaya hayati suatu daerah secara berkelanjutan. Kekayaan dan keunikan flora merupakan salah satu bahan pertimbangan bagi penunjukkan suatu kawasan perlindungan. Keanekaragaman flora dan bentang alam Nusakambangan membentuk suatu kesatuan ekosistem pulau kecil telah dikaji melalui beberapa kali kunjungan. Pencatatan jenis flora dilakukan melalui eksplorasi ke seluruh kawasan pulau.

TRANSCRIPT

  • SB/P/KR/03 JENIS-JENIS TUMBUHAN NUSAKAMBANGAN SEBAGAI

    CATATAN BARU UNTUK FLORA OF JAVA (Plants species of Nusakambangan as new record for Flora of Java)

    Tukirin Partomihardjo Sumarhani

    Bidang Botani , Pusat peenelitian Biologi, LIPI [email protected]

    Pusat Penelitian dan Pengembangan Hutan dan Konservasi Alam Sumarhani [email protected]

    ABSTRAK

    Biodiversitas atau keanekaragaman hayati merupakan salah satu informasi dasar yang sangat diperlukan untuk pengelolaan sumberdaya hayati suatu daerah secara berkelanjutan. Kekayaan dan keunikan flora merupakan salah satu bahan pertimbangan bagi penunjukkan suatu kawasan perlindungan. Keanekaragaman flora dan bentang alam Nusakambangan membentuk suatu kesatuan ekosistem pulau kecil telah dikaji melalui beberapa kali kunjungan. Pencatatan jenis flora dilakukan melalui eksplorasi ke seluruh kawasan pulau. Tercatat sedikitnya ada 767 jenis tumbuhan berbunga dan beberapa jenis tumbuhan paku dijumpai di Nusakambangan. Bahkan beberapa jenis diantaranya tercatat sebagai jenis endemik, langka dan dilindungi undang-undang. Sedikitnya ada 34 jenis tumbuhan berbunga diketahui sebagai catatan baru untuk flora Jawa. Disamping jenis tumbuhan tersebut di atas terdapat pula jenis tumbuhan yang berpotensi sebagai bahan obat tradisional seperti Ammomum compactum (kapulaga), Alstonia spp. Curcuma aurantiaca dan masih banyak jenis yang lain. Pada kesempatan ini dipaparkan secara singkat hasil eksplorasi jenis tumbuhan di Nusakambangan terutama jenis yang belum pernah dilaporkan atau sebagai catatan baru Flora of Java serta catatan lain terkait dengan penyebaran tumbuhan. Diharapkan informasi flora ini dapat sebagai masukan dalam pengelolaan keanekaragaman hayati daerah tersebut secara berkelanjutan.

    Kata kunci: keanekaragaman hayati, jenis tumbuhan, catatan baru dan manfaat.

    PENDAHULUAN Biodiveritas atau biasa dikenal

    dengan keanekaragaman hayati merupakan salah satu informasi dasar

    yang sangat dibutuhkan untuk berbagai kepentingan terutama dalam upaya

    pengelolaan sumberdaya hayati secara berkelanjutan (Adisoemarto & Rifai, 1995). Kekayaan serta keunikan flora dan fauna umumnya juga merupakan bahan pertimbangan dalam penunjukkan suatu kawasan perlindungan. Bersama

    Seminar Nasional Biologi 2010

    Fakultas Biologi UGM, Yogyakarta 24-25 September 2010762

  • bentang alam pulau kecil, keanekaragaman flora dan fauna Nusakambangan membentuk suatu kesatuan ekosistem pulau kecil yang

    unik dan menarik tetapi rentan terhadap perubahan (Partomihardjo dkk.,2003). Oleh karena itu untuk mengelola Nusakambangan secara berkelanjutan dibutuhkan suatu pemahaman secara menyeluruh terhadap data dan informasi

    ilmiah yang akurat, benar dan memadai tentang keanekaragaman flora serta

    faunanya.

    Dari segi ilmu pengetahuan,

    Nusakambangan sangat unik dan menarik antara lain dengan kehadiran goa-goa aktif, peninggalan sejarah dan keanekaragaman jenis biotanya. Dalam pulau kecil ini tumbuh beberapa jenis Dipterocarpaceae yakni Shorea javanica, Hopea sangal dan Dipterocarpus littoralis. Jenis terakhir diketahui sebagai jenis endemik Nusakambangan. Berdasar pada informasi tersebut, Nusakambangan dapat dianggap sebagai tempat penyebaran terjauh hutan Dipterocarpaceae yang terkenal sangat

    kaya akan keanekaragaman jenisnya (Whitten et al. 1997). Berbagai jenis tumbuhan dan satwa langka dan atau

    dilindungi, juga terdapat di pulau ini

    seperti Raflessia patma, Amorphopalus decus-silvae, Pisonia grandis, Macan tutul, Kancil, Lutung, serta berbagai jenis burung dan penyu hijau.

    Pulau yang masih menyisakan

    sebagian keanekaragaman hayati Jawa ini terus mendapat ancaman. Ancaman keanekaragaman hayati Nusakambangan

    paling utama adalah hilangnya secara cepat keanekaragaman hayati akibat

    terganggunya ekosistem hutan alam

    tropis oleh aktifitas manusia. Berbagai kegiatan manusia yang dinilai telah mengubah lansekap dan ekosistem alami Nusakambangan antara lain penambangan batu kapur untuk bahan baku industri semen, pencetakan sawah dan tambak udang, pembukaan kawasan

    perkebunan, praktek perladangan dan lain-lain. Berbagai kegiatan tersebut

    telah merusak bentang alam, tipe vegetasi dan komposisi flora fauna alami Nusakambangan secara bertahap.

    Dakam rangka membantu penyediaan data dan informasi keanekaragaman hayati

    Nusakambangan, LIPI melalui program penelitian, Pusat Penelitian Biologi telah

    me-lakukan serentetan pengumpulan

    data dan informasi lapang sejak 2000 2004. Hasil penelitian telah dituangkan

    Seminar Nasional Biologi 2010

    Fakultas Biologi UGM, Yogyakarta 24-25 September 2010 763

  • dalam bentuk laporan dan publikasi baik ilmiah atau populer. Pada kesempatan ini penulis ingin mengungkap secara singkat

    sebagian hasil-hasil penelitian yang berkaitan dengan temuan-temuan jenis tumbuhan sebagai catatan baru bagi Flora of Java.

    BAHAN DAN METODA Umum Nusakambangan merupakan pulau kecil yang terletak di pantai selatan Jawa Tengah bagian barat. Secara geografis, pulau yang memiliki

    luas sekitar 210 km2 atau 17.000 ha

    dengan panjang 36 km dan lebar antara 3 9 km ini terbentang memanjang antara 7.30 7.35 LS dan 180.53 109.30 BT. Dalam administrasi pemerintahan, Nusakambangan termasuk wilayah desa

    Tambak-reja, Kecamatan Kota Cilacap Selatan, Kota Administratif Cilacap.

    Satuan geologi Pulau

    Nusakambangan terdiri atas batu kapur dengan goa-goa aktif dan batuan vulkanik tua. Van Bermmelen (1949) menyebutkan bahwa Nusakambangan merupakan ujung dari rangkaian pegunungan Jawa Barat bagian selatan. Bersama dengan Lembah Citanduy dan

    Segara Anakan, pantai selatan Jawa

    Tengah bagian barat ini termasuk dalam mintakat lempeng Bandung. Oleh karena itu, banyak dijumpai jenis-jenis tumbuhan yang mirip dengan di daerah Jawa Barat.

    Berdasarkan peta tanah tinjau, tanah daratan Nusakambangan secara umum terdiri atas jenis mediteran, litosol dan renzina yang berasal dari batuan induk batu kapur dan napal, serta tanah

    alluvial dengan bahan induk batuan endapan. Berdasarkan data curah hujan selama 20 tahun dan pencatat suhu dan kelembaban udara pada stasiun pencatatat klimatologi terdekat, Nusa-kambangan dan sekitarnya dapat dikelompokan dalam tipe iklim B atau

    Afa menurut Koopen (Schmidt Ferguson, 1951). Pulau Nusakambangan yang bentuknya memanjang dengan ketinggian di bawah 200 m, sehingga wilayah daratannya secara umum sangat dipengaruhi oleh lingkungan laut.

    Sistem Pengelolaan Pengelolaan Nusakambangan sangat unik, dalam satu wilayah pulau kecil terdapat berbagai bentuk

    pengelolaan antara lain kawasan cagar

    alam, hutan lindung, kawasan

    pertambangan, lahan pertanian dan

    Seminar Nasional Biologi 2010

    Fakultas Biologi UGM, Yogyakarta 24-25 September 2010764

  • komplek lembaga pemasyarakatan. Secara nasional pengelolaan

    Nusakambangan dibawah koor-dinasi Departemen Kehakiman dan HAM, mengingat berfungsinya beberapa lokasi penjara di pulau tersebut. Segala bentuk aktifitas baik pemerintahan, swasta maupun perorangan, harus dibawah

    koordinasi Menteri Kehakiman dan HAM. Sejak jaman penjajahan Belanda Nusakambangan ditunjuk sebagai tempat pengasingan berdasarkan SK Gubernur Jenderal Hindia Belanda no. 32, tanggal 18 Juni 1937. Kebijakan tersebut dilanjutkan oleh Pemerintah Republik Indonesia hingga sekarang. Sejak tahun 1974 melalui Kepres no.38, Nusakambangan dibuka untuk

    usaha penambangan batu kapur sebagai bahan baku industri semen. Sejak saat itu berbagai bentuk usaha mulai berkembang di Nusakamabangan, antara lain usaha perkebunan kelapa, karet, pisang cavendish, dan tambak udang galah serta pencetakan sawah dalam rangka pembinaan narapidana. Yang paling baru adalah pembukaan kebun jeruk pada tahun 2002. Beberapa usaha tersebut ada yang berhasil dengan baik dan masih berjalan hingga kini, tetapi ada pula yang gagal dengan

    meninggalkan berbagai permasalahan. Akibat kegagalan tersebut, banyak pekerja yang akhirnya membuka ladang dan kebun. Kegiatan tersebut ternyata mendorong penduduk lain untuk ikut berkebun di Nusakambangan. Kontrol yang kurang akibat keterbatasan aparat, telah dimanfaatkan oleh oknum yang

    tidak bertanggungjawab untuk merambah kawasan hutan pulau

    tersebut. Kini Nusakambangan yang dikenal menyeramkan, telah banyak mengalami perubahan dan gangguan. Dengan bergulirnya undang-undang otonomi daerah no 29, pengelolaan Nusakambangan menjadi semakin tidak menentu. Mengambangnya sistem pengelolaan Nusakambangan

    menjadikan lingkungan alami pulau ini semakin terganggu.

    Cara kerja Pengumpulan contoh tumbuhan

    untuk koleksi umum dan kelengkapan informasi daftar jenis dilakukan terhadap tumbuhan yang sedang berbunga dan jenis tumbuhan yang belum dikenal secara pasti. Identifikasi langsung

    dilakukan terhadap jenis tumbuhan umum yang telah dikenal secara baik

    dan sedang tidak dalam keadaan

    Seminar Nasional Biologi 2010

    Fakultas Biologi UGM, Yogyakarta 24-25 September 2010 765

  • berbunga atau berbuah. Selain pengumpulan contoh tumbuhan juga dilakukan pemotretan terutama untuk tumbuhan yang sedang berbunga dan atau berbuah.

    Setiap contoh tumbuhan yang dikumpulkan diberi nomor pada label yang digantungkan pada setiap koleksi

    tersebut. Selanjutnya spesimen herbarium diatur diantara lipatan koran

    bekas dan dimasukkan dalam kantong plastik. Untuk pengawetan sementara,

    kantong plastik yang telah berisi spesimen tersebut diberi alkohol 70% secukupnya dan diikat erat-erat. Dalam kondisi demikian, contoh tumbuhan dapat tahan hingga 3 bulan atau lebih. Contoh tumbuhan tersebut kemudian

    dikirim ke Herbarium Bogoriense, Bogor untuk diproses lebih lanjut. Setelah dikeringkan dalam oven selama 2-3 hari, contoh tumbuhan diidentifikasi dengan jalan membandingkan dengan koleksi herbarium yang sudah ada. Untuk contoh yang lengkap yakni ada bunga dan atau buah, diproses menjadi koleksi herbarium; sedangkan yang tidak lengkap dipakai sebagai spesimen acuan

    (reference collection). Pengecekan validasi nama ilmiah

    berdasarkan publikasi refisi yang

    terakhir terutama dalam seri terbitan Flora Malesiana dan Flora of Java volume I.- III (Backer & Bakhuizen van Den Brink, 1968), Indeks Kewensis dan Indeks Londinensis. Nama lokal diperoleh langsung dari lapangan berdasarkan informasi penduduk setempat yang ikut membantu kegiatan

    lapangan, serta dari pustaka yang ada di Bidang Botani, Puslit Biologi-LIPI

    Bogor, misal Heyne (1950) dan Burkill (1935).

    HASIL Tipe vegetasi Keanekaragaman tipe ekosistem

    Nusakambangan cukup kompleks dengan tutupan vegetasi di sebagian

    tempat masih berupa hutan alam dangan kondisi cukup baik. Dari berbagai kajian lapang teridentifikasi sedikitnya ada 8 tipe vegetasi yang berkembang di daratan Nusakambangan (Partomihardjo dkk. 2003). Kedelapan tipe vegetasi tersebut adalah hutan mangrove, formasi pes-caprae, formasi barringtonia, hutan pantai terjal, hutan pamah, hutan perbukitan batu kapur, hutan sekunder

    dan padang alang-alang. Pada lokasi tertentu terdapat kebun aktif dikelola

    oleh petugas LP yang menetap misal

    Seminar Nasional Biologi 2010

    Fakultas Biologi UGM, Yogyakarta 24-25 September 2010766

  • kebun karet, kelapa, jeruk dan pisang yang umumnya dikembangkan dekat lingkungan perumahan LP.

    Hasil kajian lapang terkini juga mengidentifikasi tujuh sistem pemanfaatan lahan masing-masing

    kawasan perumahan LP, penambangan batu kapur, persawahan, kebun jeruk, kebun karet, kebun kelapa, kebun pisang, serta kawasan persawahan.

    Kebun campuran yang dikelola masyarakat setempat juga dijumpai di sekitar Klaces, meskipun dalam skala yang tidak terlalu luas. Pada tahun 2004 dengan adanya penimbunan desa Klaces oleh pengerukan lumpur Segara Anakan,

    mengakibatkan penduduk Klaces kembali membuka ladang di daratan

    Nusakambangan. Tekanan penduduk sekitar terhadap

    kawasan hutan alam Nusakambangan tidak terbatas pada penggunaan lahan. Berbagai aktivitas lain sperti pene-bangan liar, pengambilan rotan, perburuan satwa dan lain-lain telah banyak merusak dan mengubah komposisi dan struktur komunitas hutan alam Nusa-kambangan. Kerusakan

    komunitas hutan alam ini diduga telah merangsang melimpahnya jenis invasive langkap (Arenga obtusifolia).

    Catatan Flora Nusakambangan Berbagai hasil kajian lapang

    melaporkan bahwa Nusakambangan me-miliki keanekaragaman flora yang cukup

    tinggi. Pada pulau kecil dengan luas total < 220 km2 dan terbentang pada ketinggian tempat < 200 m dpl. ini,

    tercatat sedikitnya ada 767 jenis tumbuhan berbunga dan beberapa jenis tumbuhan pakun yang tergolong dalam 97 suku dan 287 marga. Bahkan beberapa jenis diantaranya tercatat sebagai jenis endemik, langka dan catatan baru bagi flora Jawa. Jenis tumbuhan langka dan unik yang dijumpai tumbuh di Nusakambangan antara lain Amorphophalus decus-silvae, Lithocarpus platycarpus, Rafflesia patma, Shorea javanica dan Dipterocarpus littoralis. Jenis terakhir diketahui sebagai jenis endemik Nusakambangan (Ashton 1982). Masih banyak jenis lain yang kini diduga keberadaannya hanya tinggal di Nusa-kambangan, mengingat hutan alam di Jawa hampir sudah tidak ada lagi. Disamping itu tercatat jenis-jenis potensial yang perlu mendapat perhatian antara lain Afzelia javanica (julang), Stelechocarpus burahol (kepel), Instia

    Seminar Nasional Biologi 2010

    Fakultas Biologi UGM, Yogyakarta 24-25 September 2010 767

  • bijuga (merbau) dan berbagai jenis rotan komersial dari marga Calamus dan Daemonorops.

    Penduduk sekitar juga menyebutkan bahwa banyak jenis tumbuhan Nusakambangan yang berpotensi sebagai bahan obat tradisonal seperti Amomum compactum

    (Kapulaga), Alstonia spp (pule), Brucea javanica, Curcuma aurantiaca, Rauvolfia serpentina (pule pandak), Zingiber inflexum, Z. zerumbet dan masih banyak lagi jenis yang lain. Pengembangan pemanfaat flora Nusakambangan untuk berbagai kepentingan seperti tanaman hias,

    penghijauan taman dan tanaman pinggir jalan serta rehabilitasi lingkungan pantai

    merupakan langkah pelestarian yang

    belum banyak dilakukan.

    Catatan baru bagi Flora of Jawa Tercatat sedekitnya 34 jenis

    tumbuhan hasil kajian selama periode 200 2004 merupakan catatan bau bagi Flora of Java (Lampiran 1). Ke 34 jenis tersebut tergolong dalam 25 marga dan 20 suku. Meliaceae tercatat sebagai suku

    paling banyak anggotanya (4 jenis dari 2 marga) yang belum tercatat dalam Flora of Java Jilid I, II dan III, disusul oleh Oleaceae dan Sterculuaceae masing-masing dengan 3 jenis anggota dari satu marga. Komposisi secara keseluruhan

    jenis-jenis tumbuhan Nusakambangan sebagai berpotensi sebagai catatan baru

    Flora of Java disajikan dalam Gambar 1.

    Gambar 1. Komposisi jenis-jenis tumbuan Nusakambangan sebagai catatan baru Flora of Java Kelas jumlah jenis

    Seminar Nasional Biologi 2010

    Fakultas Biologi UGM, Yogyakarta 24-25 September 2010768

  • Berdasarkan struktur atau perawakan dari ke 34 jenis catatan baru Folra of Jawa, tercatat sebagaian besar berupa pohon (26 jenis) sisanya berupa epifit, liana dan pemanjat masing-masing 2 jenis serta semak dan terna masing-masing 1 jenis. Jenis-jenis pohon catatan baru tersebut merupakan jenis tumbuhan penyusun komunitas hutan alam. Ini

    menjukkan bahwa pulau kecil Nusakambangan cukup tinggi kekayaan jenisnya terbukti dengan masih dijumpainya catatan baru bagi Flora of Java. Ada dua jenis tatanan baru tersebut yang belum teridentifikasi hingga tingkat jenismasing-masing Daemonorops sp. (Arecaceae) dan Grossourdya sp. (Orchidaceae). Meskipun kedua marga tersebut tercatat dalam Flora Jawa, namun spesimen koleksi yang

    dikumpulkan dari Nusakambangan memiliki ciri-ciri yang berlainan sehingga patut dianggap sebagai jenis lain yang belum tercatat di Flora of Java I, II dan III.

    Hal lain yang perlu disampaikan bahwa ada beberapa jenis yang sebetulnya diketahui banyak tercatat di

    Jawa terutama Jawa Barat, namun belum juga terdaftar dalam Flora of Java antara lain Brucea javanica. Jenis yang dikenal

    berpotensi sebagai obat anti malaria ini sebetulnya banyak dijumpai di Jawa Barat yang diketahui sering sebagai penyusun vegetasi semak belukar atau lahan terdegradasi. Jenis lain yang cukup menarik dari kelompok rotan (Arecaceae)> Calamus manan atau yang umum dikenal dengan sebutan rotan

    manau ini banyak dibudidayakan atau ditanam di Sumatra. Informasi

    pembudidayaan rotan jenis ini di Jawa belum pernah dilaporkan. Kehadirannya dalam komunitas hutan alam Nusakambangan besar kemungkinan merupakan jenis asli pulau tersebut yang belum pernah dilaporkan sebelumnya. Dengan demikian dalat dikatakan bahwa kemumngkinan masih banyak jenis-jenis tumbuhan Pulau Nusakambangan sebagai catatan baru Flora of Java I, II

    dan III.

    Tantangan dan masa depan Dari segi keanekaragaman

    hayati, peran Nusakambangan bagi daerah sekitarnya menjadi semakin penting. Selain sebagai habitat bagi berbagai kelompok fauna, sisa kawasan

    hutan pamah Jawa Tengah ini juga berfungsi sebagai sumber plasma nutfah

    bagi daerah sekitar. Hilangnya habitat

    Seminar Nasional Biologi 2010

    Fakultas Biologi UGM, Yogyakarta 24-25 September 2010 769

  • alami berupa tutupan hutan alam di Jawa diduga telah memaksa berbagai kelompok fauna terutama burung dan serangga untuk mencari tempat hidup baru diantaranya ke Nusakambangan. Upaya restorasi dan rehabilitasi lahan terdegradasi dengan jenis lokal akan sangat bergantung pada pasokan benih

    dari sisa hutan alam seperti Nusakambangan. Di sisi lain kondisi

    alam Nusa-kambangan terus mengalami berbagai tekanan tanpa ada yang memperdulikan upaya pengembaliannya.

    Proses pendangkalan kawasan Segara Anakan yang terus berlangsung telah memperpendek jarak pemisah Nusakambangan dengan daratan Jawa. Kondisi ini telah membuka isolasi

    daerah tersebut dengan daratan utama Jawa. Hasil berbagai kajian lapang, menyebutkan bahwa proses perusakan ekosistem hutan alam Nusakambangan yang terus belangsung disebabkan oleh berbagai kegiatan diantaranya penambangan batu kapur, perkebunan dan pencetakan areal persawahan, praktek perladangan oleh masyarakat setempat dan lain-lain. Jarak pemisah

    Nusakambangan dengan daratan Jawa yang semakin pendek selain mendorong

    proses migrasi keanekaragaman hayati,

    juga meningkatkan intervensi manusia ke pulau tersebut. Aktivitas manusia sering disertai dengan pengenalan jenis pendatang yang beberapa diantaranya menjadi sangat invasif. Dalam kondisi yang menguntungkan, jenis pendatang invasif terasebut akhirnya akan menguasai ekosisterm dan mengubah

    komunitas alami. Oleh karena itu, untuk mengelola potensi sumber daya hayati

    Nusakambangan secara ber-kelanjutan di masa datang dibutuhkan kerjasama dan komitmen semua pihak dari tingkat pusat hingga daerah.

    Daftar Pustaka,

    Ashton, P.S., 1982. Dipterocarpaceae. Flora Malesiana 1 9: 237 552.

    Backer,C.A. and R.C. Bakhuizen van den Brink, Jr., 1963-1968. Flora of Java. 3 vols. Noordhof, Walters, Groningen.

    MacKinnon, J. 1991. Field Guide to the Birds of Java and Bali. Gadjah Mada University Press.

    Partomihardjo,T., Roemantyo and S. Prawiroatmodjo, 2003. Biological Diversity of Small Islands : Case study on Landscape, Vegetation and Floristic Notes of Nusakambangan island, Cilacap Indonesia. Global taxonomy Initiative in Asia. Report and Proceedings of

    Seminar Nasional Biologi 2010

    Fakultas Biologi UGM, Yogyakarta 24-25 September 2010770

  • the 1st GTI Regional Workshop in Asia Putrajaya, Malaysia: 106-111.

    Partomihardjo,T. & R.Ubaidillah, 2004. Daftar jenis flora dan fauna Pulau Nusakambangan, Cilacap Jawa Tengah. Pusat Penelitian Biologi, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, Bogor.

    Roemantyo, T. Partomihardjo, S. Prawiroatmodjo & B. Hartoko, 2003. Utilization of Indonesia Biodiversity Information System. (IBIS) for Biodiversity Data Management in Indonesia. Case study : Flora fron

    Nusakambangan island, Central JavaIndonesia. Glo. Taxon. Initiat. in Asia. Report and Proceedings of 1st GTI Regional Workshop in Asia, Putrajaya, Malaysia : 100 1005.

    Van Bemmelen,R.W., 1949. The geology of Indonesia Vol. 1. General geology of Indonesia. Gorenmennt Printing Office.

    Whitten,T., R.E. Soeriatmadja R.A.Afief, 1997. The ecology of Java and Bali. The Ecology of Indonesia Series. Vol. II. Oxford University Press.

    Seminar Nasional Biologi 2010

    Fakultas Biologi UGM, Yogyakarta 24-25 September 2010 771

  • Lampiran 1. Daftar jenis tumbuhan sebagai catatan baru untuk flora Jawa (Belum tercatat dalam

    Jenis Suku Perawakan

    Aglaia sylvestris (M.Roemer) Merr. Meliaceae Pohon sedang

    Aglaia teysmaniana (Miq.) Miq. Meliaceae Pohon kecil

    Aglaia tomentosa T.et B. Meliaceae Pohon sedang

    Ampelocissus arachnoidea Planch. Vitaceae Pemanjat Brucea javanica (L.) Merr. Simarubaceae Semak Calamus manan Miq. Arecaceae Liana Chionanthus montana Blume Oleaceae Pohon kecil Chionanthus nitens K.& V. Oleaceae Pohon kecil Chionanthus ramiflorus Roxb. Oleaceae Pohon kecil Daemonorops sp. Arecaceae Liana Flickingeria grandiflora (Blume) AD.Hawkes Orchidaceae Epifit Gastonia serratifolia (Miq.) Philipson Araliaceae Pohon kecil Globa pendul Roxb. Zingiberaceae Terna Grossourdya sp. Orchidaceae Epifit Lepisanthes tetraphylla (Vahl.) Radlk. Sapindaceae Pohon kecil Licania splendens (Korth.)Prence&Kosterm. Chrysobalanaceae Pohon kecil Litsea elliptica (Blume) Boerl. Lauraceae Pohon kecil Litsea lanceolata (Blume) Kosterm. Lauraceae Pohon kecil Medusanthera laxiflora (Miers.) Howard Icacynaceae Pohon kecil Microdesmis caseaifolia Planch Euphorbiaceae Pohon kecil Monocarpia marginalis Scheff.) Sincle. Annonaceae Pohon kecil

    Palaquium ridleyi King ex Gamble Sapotaceae Pohon sedang

    Premna lamii Moldanke Verbenaceae Pohon sedang

    Reinwadtiodendron humile (Hassk.) Mabb. Meliaceae Pohon kecil Rinorea benghalensis Kuntze Violaceae Pohon kecil Rinorea macrophylla (Decne) O.K. Violaceae Pohon kecil

    Sterculia backeri Tantra Sterculiaceae Pohon sedang

    Sterculia macrophylla Vent Sterculiaceae Pohon sedang

    Sterculia oblongata R.Br Sterculiaceae Pohon sedang

    Syzygium formosum Wall. Myrtaceae Pohon kecil Syzygium operculatum Gamble Myrtaceae Pohon kecil Teijsmaniodendron simplicifolum Merr. Verbenaceae Pohon kecil Tetrastigma pisicarpum (Miq.) Planch. Vitaceae Pemanjat Xanthophyllum flavescens Roxb. Polgalaceae Pohon kecil

    Seminar Nasional Biologi 2010

    Fakultas Biologi UGM, Yogyakarta 24-25 September 2010772

    Page 1Page 2Page 3Page 402 pemakalah utamaOK.pdfsisipan utama.pdfPage 1

    Oral GabungFINALok.pdfsisipan oral.pdfPage 1

    Poster GabungREVFINALok.pdfsisipan poster.pdfPage 1

    KUMPULAN DISKUSI2okFinal.pdfsisipan Diskusi.pdfPage 1

    sisipan Peserta.pdfPage 1

    cover02.pdfPage 1

    cover01.pdfPage 1