76026377 model model konseling rasional emotif terapi

28
RASIONAL EMOTIF TERAPI MAKALAH Mata Kuliah: Teknik Lab. Konseling/Model-Model Konseling Dosen Pengampu Mata Kuliah: Ali Rachman, M.Pd Nama Kelompok: Tommy Muchlisin NIM. A1E209202 Salawatil Jannah NIM. A1E209203 Shevya Rosita Wulandari NIM. A1E209213 M. Indra Maulana NIM. A1E209214 Akhmad Muzakir NIM. A1E209226 Mika Pebriani NIM. A1E209234 UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT FAKULTAS PENDIDIKAN DAN ILMU KEGURUAN JURUSAN ILMU PENDIDIKAN PROGRAM STUDI BIMBINGAN KONSELING BANJARMASIN 2011

Upload: setsuna-f-seie

Post on 03-Jan-2016

280 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

education

TRANSCRIPT

Page 1: 76026377 Model Model Konseling Rasional Emotif Terapi

RASIONAL EMOTIF TERAPI

MAKALAH

Mata Kuliah: Teknik Lab. Konseling/Model-Model Konseling

Dosen Pengampu Mata Kuliah: Ali Rachman, M.Pd

Nama Kelompok:

Tommy Muchlisin NIM. A1E209202 Salawatil Jannah NIM. A1E209203 Shevya Rosita Wulandari NIM. A1E209213 M. Indra Maulana NIM. A1E209214 Akhmad Muzakir NIM. A1E209226 Mika Pebriani NIM. A1E209234

UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT FAKULTAS PENDIDIKAN DAN ILMU KEGURUAN

JURUSAN ILMU PENDIDIKAN PROGRAM STUDI BIMBINGAN KONSELING

BANJARMASIN 2011

Page 2: 76026377 Model Model Konseling Rasional Emotif Terapi

ii

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim

Alhamdulillah, dengan memanjatkan segala puji dan syukur kehadirat

Allah SWT yang denngan rahmat-Nya Makalah Teknik Lab. Konseling/Model-

Model Konseling yang berjudul “Rasional Emotif Terapi” dapat kami selesaikan

sesuai dengan waktu yang telah ditetapkan.

Dalam proses konseling, model-model pendekatan yang dipilih dalam

penanganan masalah sangatlah penting. Oleh sebab itu sangat penting bagi kami

untuk dapat memahami tentang masing-masing pendekatan tersebut, baik yang

bersifat direct, indirect maupun eklektif. Dengan adanya pemahaman terhadap

pendekatan tersebut diharapkan proses konseling dapat berlangsung dengan

efektif dan efisien.

Kami ucapkan terimakasih kepada Bapak Ali Rachman, M.Pd yang telah

memberikan kesempatan kepada kami untuk menyusun makalah ini. Terakhir,

kami ucapkan maaf yang sebesar-sebesarnya jika dalam penyajian makalah ini

terdapat berbagai kekurangan karena saya hanyalah makhluk yang lemah dan

penuh dengan kesalahan. Segala kekurangan berasal dari diri saya yang masih

belajar ini dan segala kelebihan hanyalah datangnya dari Allah SWT.

Banjarmasin, 08 April 2011

Penulis

Page 3: 76026377 Model Model Konseling Rasional Emotif Terapi

iii

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR .......................................................................... ii

DAFTAR ISI ......................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang.................................................................... 1

B. Rumusan Masalah............................................................... 2

C. Tujuan................................................................................. 2

BAB II KAJIAN PUSTAKA

A. Hakikat Teori...................................................................... 3

1. Sejarah Rasional Emotif............................................... 3

2. Pandangan Tentang Hakikat Manusia.......................... 5

3. Ciri-Ciri Rasional Emotif Terapi.................................. 6

B. Konsep Utama .................................................................... 6

1. Teori Kepribadian......................................................... 6

2. Perilaku Bermasalah..................................................... 8

C. Tujuan Terapi...................................................................... 11

D. Hubungan Konselor dan Konseli........................................ 12

E. Teknik yang Digunakan...................................................... 13

F. Evaluasi Keberhasilan ........................................................ 17

G. Kelebihan dan Kekurangan ................................................ 18

H. Contoh Kasus ..................................................................... 19

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan......................................................................... 23

B. Saran................................................................................... 24

DAFTAR PUSTAKA

Page 4: 76026377 Model Model Konseling Rasional Emotif Terapi

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Bimbingan dan konseling merupakan bantuan yang diberikan oleh

individu yang disebut dengan konselor kepada individu yang disebut

dengan konseli untuk mendapatkan kebahagiaan di dalam hidupnya.

Konseling yang merupakan bentuk bantuan secara langsung antara dua

orang sehingga masalah yang sedang dihadapi oleh konseli dapat

terselesaikan sehingga tidak menghalangi konseli dalam meraih

kebahagiaan dalam hidupnya. Di dalam proses konseling, konselor harus

menggunakan pendekatan-pendekatan yang sesuai dengan karakteristik

masalah dari konseli. Salah satu dari pendekatan konseling adalah rasional

emotif terapi.

Rasional emotif terapi merupakan teknik yang dikembangkan oleh

Albert Ellis sebagai salah satu bentuk perubahan dari pendekatan-

pendekatan yang sudah ada pada saat itu. Pendekatan rasional emotif

merupakan pendekatan yang berbeda, dimana pendekatan ini menekankan

kepada faktor kognisi, perilaku dan perbuatan.

Rasional emotif pada umumnya di pakai oleh konselor ketika

menghadapi jenis konseli yang mengalami masalah yang disebabkan oleh

pikiran irrasional. Pikiran-pikiran irrasional yang menyebabkan timbulnya

suatu perbuatan atau perasaan yang salah tersebut oleh rasional emotif

akan dilakukan perubahan yang mendasar.

Sehubungan dengan keinginan untuk lebih memahami tentang teori

ini, maka kami bermaksud untuk melakukan kajian kepustakaan mengenai

“Rasional Emotive Terapi”.

1

Page 5: 76026377 Model Model Konseling Rasional Emotif Terapi

2

B. Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah yang terdapat dalam makalah ini adalah:

1. Bagaimana hakikat dari teori Rasional Emotif Terapi?

2. Bagaimana konsep utama pendekatan rasional Emotif Terapi?

3. Apakah tujuan dari pendekatan rasional emotif terapi?

4. Bagaimana hubungan konselor dan konseli dalam pendekatan rasional

emotif terapi?

5. Bagaimana teknik yang digunakan dalam pendekatan rasional emotif

terapi?

6. Seperti apakah evaluasi keberhasilan dalam pendekatan rasional emotif

terapi?

7. Apakah kelebihan dan kekurangan dari rasional emotif terapi?

8. Bagaimana contoh kasus dari pendekatan rasional emotif terapi

C. Tujuan

Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah:

1. Ingin mengetahui tentang hakikat pendekatan rasional emotif terapi.

2. Ingin mengetahui konsep utama pendekatan rasional emotif terapi

3. Ingin mengetahui tujuan dari pendekatan rasional emotif terapi.

4. Ingin mengetahui hubungan yang terjadi dalam pendekatan rasional

emotif terapi.

5. Ingin mengetahui teknik-teknik yang digunakan dalam pendekatan

rasional emotif terapi.

6. Ingin mengetahui evaluasi keberhasilan dalam pendekatan rasional

emotif terapi.

7. Ingin mengetahui kelebihan dan kekurangan dari pendekatan rasional

emotif terapi.

8. Ingin mengetahui contoh kasus yang menggunakan rasional emotif

terapi sebagai penyelesaiannya.

Page 6: 76026377 Model Model Konseling Rasional Emotif Terapi

3

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Hakikat Teori

1. Sejarah Rasional Emotif

Teori konseling rasional emotif dengan istilah lain dikenal dengan

“rational emotive therapy” yang dikembangkan oleh Albert Ellis

seorang ahli Clinical psychology (psikologi klinis). Sekitar tahun

1943, ia mulai membuka praktik dalam bidang konseling keluarga,

perkawinan, dan seks. Pada praktiknya ini Albert Ellis banyak

mempergunakan prosedur psikoanalisis dari freud, tetapi setelah

berlangsung beberapa lama Albert Ellis banyak menemukan

ketidakpuasan dalam praktiknya yang menggunakan prosedur

psikoanalisis dari freud.

Atas dasar pengalaman selama praktiknya dan kemudian

dihubungkan dengan teori tingkah laku belajar, maka akhirnya Albert

Ellis mencoba untuk mengembangkan suatu teori yang disebut

“rational emotive therapy”, dan selanjutnya populer dengan singkatan

RET. Tujuan dari RET Albert Ellis pada intinya ialah untuk

mengatasi pikiran yang tidak logis tentang diri sendiri dan

lingkungannya. Konselor atau terapis berusaha agar klien makin

menyadari pikiran dan kata-katanya sendiri, serta mengadakan

pendekatan yang tegas, melatih klien untuk bisa berpikir dan berbuat

yang lebih realistis dan rasional.

Corak konseling RET berpangkal pada beberapa keyakinan

tentang martabat manusia dan tentang proses manusia dapat

mengubah diri, yang sebagian bersifat filsafat dan sebagian lagi

bersifat psikologis, yaitu:

a. Manusia adalah makhluk yang manusiawi, artinya dia bukan

superman dan juga bukan makhluk yang kurang dari seorang

manusia.

3

Page 7: 76026377 Model Model Konseling Rasional Emotif Terapi

4

b. Perilaku manusia sangat dipengaruhi oleh bekal keturunan atau

pembawaan, tetapi sekaligus juga tergantung dari pilihan-pilihan

yang dibuat sendiri.

c. Hidup secara rasional berarti berpikir, berperassan, dan

berperilaku sedemikian rupa, sehingga kebahagian hidup dapat

dicapai secara efisien dan efektif.

d. Manusia memiliki kecendrungan yang kuat untuk secara rasional

dan sekaligus untuk hidup secara tidak rasional.

e. Orang kerap berpegang pada setumpuk keyakinan yang

sebenarnya kurang masuk akal atau irasional (irrational beliefs),

yang ditanamkan sejak kecil dalam lingkungan kebudayaan atau

diciptakan sendiri.

f. Pikiran-pikiran manusia biasanya menggunakan berbagai

lambang verbal dan dituangkan dalam bentuk bahasa.

g. Bilamana seseorang merasa tidak bahagia dan mengalami

berbagai gejolak perasaan yang tidak menyenangkan serta

membunuh semangat hidup, rasa-rasa itu bukan berpangkal pada

tentetan kejadian dan pengalaman kemalangan yang telah

berlangsung (activating event; activating experience), melainkan

pada tanggapannya yang tidak rasional terhadap kejadian dan

pengalaman itu (irrational beliefs).

h. Untuk membantu orang mencapai taraf kebahagian hidup yang

lebih baik dengan hidup secara secara lebih rasional, RET

memfokuskan perhatiaanya pada perubahan pikiran irasional

menjadi rasional.

i. Mengubah diri dalam berpikir irasional bukan perkara yang

mudah, karena orang memiliki kecendrungan untuk

mempertahankan keyakinan-keyakinan yang sebenarnya tidak

masuk akal, ditambah dengan perasaan cemas tentang

ketidakmampuannya mengubah tingkah lakunya dan akan

kehilangan berbagai keuntungan yang diperoleh dari perilakunya.

Page 8: 76026377 Model Model Konseling Rasional Emotif Terapi

5

j. Konselor RET harus berusaha membantu orang menaruh

perhatian wajar pada kebahagiaan batinnya sendiri.

k. Konselor harus bisa membantu konseli mengubah pikirannya

yang irasional dengan diskusikannya secara terbuka dan terus

terang (dispute).

l. Diskusi itu akan menghasilkan efek-efek.

2. Pandangan tentang hakikat manuia.

Beberapa pandangan tentang hakikat manusia yang diajukan oleh

Albert Ellis, yang mewarnai teori Rational Emotive Therapy ialah

sebagai berikut:

a. Manusia dipandang sebagai makhluk yang rasional dan juga tidak

rasional. Pada hakikatnya manusia itu memiliki kecendrungan

untuk berpikir yang rasional atau logis, disamping itu juga ia

memiliki kecendrungan untuk berpikir tidak rasional atau tidak

logis. Kedua kecendrungan yang dimiliki oleh manusia ini akan

tampak jelas dan tergambar dalam bentuk tingkah lakunya yang

nyata. Dengan kata lain, dapat dijelaskan bahwa apabila sesorang

telah berpikir rasional atau logis yang dapat diterima dengan akal

sehat, maka orang itu akan bertingkah laku rasional dan logis

pula. Tetapi sebaliknya apabila seseorang itu berpikir yang tidak

rasional atau tidak bisa diterima akal sehat maka ia menunjukkan

tingkah laku yang tidak rasional. Pola berpikir semacam inilah

oleh Ellis yang disebut sebagai penyebab bahwa seseorang itu

mengalami gangguan emosional.

b. Pikiran, perasaan, dan tindakan manusia adalah merupakan suatu

proses yang satu dengan yang lainnya tidak dapat dipisahkan.

RET memandang bahwa manusia itu tidak akan bisa lepas dari

perasaan dan perbuatannya. Perasaan seseorang senantiasa

melibatkan pikiran dan tindakannya. Tindakan selalu melibatkan

pikiran dan perasaan seseorang.

Page 9: 76026377 Model Model Konseling Rasional Emotif Terapi

6

c. Individu bersifat unik dan memiliki potensi untuk memahami

keterbatasannya, serta potensi mengubah pandangan dasar dan

nilai-nilai yang diterimanya secara tidak kritis. Individu itu

dilahirkan dengan membawa potensi-potensi tertentu, ia memiliki

berbagai kelebihan dan kekurangannya serta keterbatasannya

yang bersifat unik. RET memandang bahwa individu itu memiliki

potensi untuk memahami kelebihan-kelebihan dan keterbatasan-

keterbatasannya itu. Namun, di sela-sela kelebihan dan

keterbatasan itu individu harus memiliki potensi untuk

berpandangan yang rasional dan realistik, agar individu itu

mampu melakukan adaptasi diri dengan baik.

3. Ciri-Ciri Rasional Emotif Terapi

Dewa Ketut Sukardi menyebutkan ciri-ciri dari rasional emotif

adalah sebagai berikut:

a. Dalam menelusuri masalah klien yang dibantunya, konselor

berperan lebih aktif dibandingkan klien.

b. Dalam proses hubungan konseling harus tetap diciptakan dan

dipelihara hubungan baik dengan klien.

c. Tercipta dan terpeliharanya hubungan baik ini dipergunakan oleh

konselor untuk membantu klien mengubah cara berpikirnya yang

tidak rasional menjadi rasional.

d. Dalam proses hubungan konseling, konselor tidak terlalu banyak

menelusuri kehidupan masa lampau klien.

e. Diagnosis (rumusan masalah) yang dilakukan dalam konseling

bertujuan membuka ketidaklogisan pola berpikir dari klien.

B. Konsep Utama

1. Teori Kepribadian

Untuk memahami dinamika kepribadian dalam pandangan RET,

perlu memahami konsep-konsep dasar yang dikemukakan Ellis.

Menurut Ellis dalam Latipun ada tiga hal yang terkait dengan perilaku,

Page 10: 76026377 Model Model Konseling Rasional Emotif Terapi

7

yaitu antecedent event (A), belief (B), dan emotional consequence (C),

yang kemudian dikenal dengan konsep A-B-C.

Antecedent Event (A) merupakan peristiwa pendahulu yang

berupa fakta, peristiwa, perilaku, atau sikap orang lain. Belief (B)

adalah keyakinan, pandangan, nilai, atau verbalisasi diri individu

terhadap suatu peristiwa. Keyakinan seseorang terbagi atas dua yaitu

keyakinan yang rasional dan keyakinan yang tidak rasional. Emotional

Consequence (C) merupakan konsekuensi emosional sebagai akibat

atau reaksi individu dalam bentuk perasaan senang atau hambatan

emosi dalam hubungannya dengan Antecendent Event. Konsekuensi

emosional ini bukan akibat langsung dari A tetapi disebabkan oleh

beberapa variabel antara dalam bentuk keyakinan (B) baik yang

rasional atau yang irrasional.

Menurut Ellis (Latipun, 2008) perilaku seseorang khususnya

konsekuensi emosional bukan disebabkan secara langsung oleh

peristiwa yang dialami oleh individu. Perasaan-perasaan tersebut

diakibatkan oleh cara berpikir atau sistem kepercayaan seseorang.

Peristiwa yang terjadi di sekitar individu akan direaksikan sesuai

dengan sistem kepercayaannya.

Sistem kepercayaan individu berkisar pada dua kemungkinan,

yaitu rasional dan irrasional. Jika mampu berpikir rasional maka tidak

akan mengalami hambatan emosional. Menurut Ellis orang yang

berkeyakinan rasional akan mereaksi peristiwa-peristiwa yang

dihadapi kemungkinan mampu melakukan sesuatu secara realistik.

Sebaliknya, jika individu berkeyakinan irrasional, dalam menghadapi

berbagai peristiwa, akan mengalami hambatan emosional.

Sistem keyakinan ini pada dasarnya diperoleh individu sejak kecil

dari orangtua, masyarakat ataupun lingkungan di mana individu

tinggal. Elllis mengemukakan sebab-sebab individu tidak mampu

berpikir rasional sebagaimana disadur oleh Latipun (2008):

Page 11: 76026377 Model Model Konseling Rasional Emotif Terapi

8

a. Anak tidak berpikir secara jelas tentang yang ada saat ini dan

yang akan datang, antara kenyataan dan imajinasi.

b. Anak tergantung pada perencanaan dan pemikiran orang lain.

c. Orangtua dan masyarakat memiliki kecenderungan berpikir

irrasional dan diajarkan kepada anak melalui berbagai medai.

Ellis beranggapan bahwa berbagai sistem keyakinan yang ada di

masyarakat termasuk diantaranya agama, dan mistik banyak tidak

membantu orang menjadi sehat, tetapi sebaliknya seringkali

membahayakan dan menghentikan terbentuknya kehidupan yang sehat

secara psikologis.

2. Perilaku Bermasalah

Perilaku yang salah adalah perilaku yang didasarkan pada cara

berpikir yang irrasional. Albert Ellis dalam Latipun (2008)

mengemukakan indikator keyakinan irrasional yang berlaku secara

universal. Indikator-indikator tersebut sebagai berikut:

a. Pandangan bahwa suatu keharusan bagi orang dewasa untuk

dicintai oleh orang lain dari segala sesuatu yang dikerjakan.

Seharusnya mereka menghargai diri sendiri (self-respect), dan

memenangkan tujuan-tujuan praktis, dan mencintai daripada

menjadi objek yang dicintai.

b. Pandangan bahwa tindakan tertentu adalah mengerikan dan jahat,

dan orang yang melakukan tindakan demikian sangat terkutuk.

Seharusnya berpandangan bahwa tindakan tertentu adalah

kegagalan diri atau antisosial, dan orang yang melakukan tindakan

demikian adalah melakukan kebodohan, ketidaktahuan, atau

neurotik, dan akan lebih baik jika ditolong untuk berubah. Orang

yang berperilaku malang tidak membuat mereka menjadi individu

yang buruk.

c. Pandangan bahwa hal yang mengerikan jika terjadi sesuatu yang

tidak diinginkan pada diri kita. Seharusnya berpandangan bahwa

Page 12: 76026377 Model Model Konseling Rasional Emotif Terapi

9

kita menjadi lebih baik untuk mengubah atau mengendalikan

kondisi yang buruk, juga bahwa mereka menjadi lebih memuaskan,

dan jika hal itu tidak mungkin, untuk sementara menerima dan

secara baik-baik mengubah keberadaanya.

d. Pandangan bahwa kesengsaraan (segala masalah) manusia selalu

disebabkan oleh faktor eksternal dan kesengsaraan itu menimpa

kita melalui orang lain atau peristiwa. Seharusnya berpandangan

bahwa neurosis itu sebagian besar disebabkan oleh pandangan

bahwa kita mendapatkan kondisi sial.

e. Pandangan bahwa jika terjadi sesuatu itu (dapat) berbahaya atau

menakutkan, kita terganggu dan tidak akan berakhir dalam

memikirkannya. Seharusnya berpandangan bahwa seseorang akan

lebih baik menghadapinya secara langsung dan mengubahnya

menjadi tidak berbahaya dan jika tidak memungkinkan diterima

sebagai hal yang tidak dapat dihindari.

f. Pandangan bahwa kita lebih mudah menghindari berbagai

kesulitan hidup dan tanggung jawab daripada berusaha untuk

menghadapinya. Seharusnya berpandangan bahwa kemudahan itu

biasanya banyak kesulitan dikemudian hari.

g. Pandangan bahwa kita secara absolut membutuhkan sesuatu dari

orang lain atau orang asing atau yang lebih besar dari pada diri

sendiri sebagai sandaran. Seharusnya pandangan itu bahwa lebih

baik untuk menerima resiko berpikir dan bertindak kurang

bergantung.

h. Pandangan bahwa kita seharusnya kompeten, intelegen, dan

mencapai dalam semua kemungkinan yang menjadi perhatian kita.

Seharusnya pandangan itu adalah kita bekerja lebih baik daripada

selalu membutuhkan untuk bekerja secara baik dan menerima diri

sendiri sebagai makhluk yang tidak benar-benar sempurna, yang

memiliki keterbatasan umumnya dan kesalahan.

Page 13: 76026377 Model Model Konseling Rasional Emotif Terapi

10

i. Pandangan bahwa karena segala sesuatu kejadian sangat kuat

pengaruhnya terhadap kehidupan kita, hal itu akan mempengaruhi

dalam jangka waktu yang tidak terbatas. Seharusnya pandangan itu

adalah kita dapat belajar dari pengalaman masa lalu kita tetapi

tidak terlalu mengikuti atau berprasangka terhadap pengalaman-

pengalaman masa lalu itu.

j. Pandangan bahwa kita harus memiliki kepastian dan pengendalian

yang sempurna atas sesuatu hal. Seharusnya pandangan itu adalah

bahwa dunia ini penuh dengann probabilitas (serba mungkin) dan

berubah dan bahwa kita dapat hidup nikmat sekalipun demikian

keadaannya.

k. Pandangan bahwa kebahagiaan manusia dapat dicapai dengan

santai dan tanpa berbuat. Seharusnya berpandangan bahwa kita

dapat menuju kebahagiaan jika kita sangat tertarik dalam hal

melakukan kreativitas, atau jika kita mencurahkan perhatian diri

kita pada orang lain atau melakukan sesuatu di luar diri kita

sendiri.

l. Pandangan bahwa kita sebenarnya tidak mengendalikan emosi kita

dan bahwa kita tidak dapat membantu perasaaan yang mengganggu

pikiran. Seharusnya pandangan itu adalah bahwa kita harus

mengendalikan secara nyata atas perasaan yang merusak kita jika

kita memilih untuk bekerja untuk mengubah anggapan-anggapan

yang fantastis (yang sering kita gunakan dalam menciptakan

perasaan yang merusak itu).

Keyakinan irrasional tersebut merupakan reaksi emosional pada

individu. Dalam pandangan Ellis, keyakinan yang rasional berakibat

pada perilaku dan reaksi individu yang tepat, sedangkan keyakinan

irrasional berakibat pada reaksi emosional dan perilaku yang salah.

Page 14: 76026377 Model Model Konseling Rasional Emotif Terapi

11

C. Tujuan Terapi

Berangkat dari pandangannya tentang hakikat manusia tujuan

konseling menurut Ellis pada dasarnya membentuk pribadi yang rasional,

dengan jalan mengganti cara-cara berpikir irrasional. Dalam pandangan

Ellis, cara berpikir irrasional itulah yang menjadi individu mengalami

gangguan emosional dan karena itu cara-cara berpikirnya harus diubah

menjadi yang lebih tepat yaitu cara berpikir yang rasional.

Ellis mengemukakan secara tegas pengertian tersebut mencakup

minimal pandangan yang mengalahkan diri (self-defeating) dan mencapai

kehidupan yang lebih realistik, falsafah hidup yang toleran, termasuk di

dalamnya dapat mencapai keadaan yang dapat mengarahkan diri,

menghargai diri, fleksibel, berpikir ilmiah, dan menerima diri.

Untuk mencapai tujuan-tujuan konseling itu maka perlu pemahaman

konseli tentang sistem keyakinan atau cara berpikir sendiri. Ada tiga

tingkatan insight yang perlu dicapai dalam RET, yaitu:

1. Pemahaman (insight) dicapai ketika konseli memahami tentang

perilaku penolakan diri yang dihubungkan pada penyebab sebelumnya

yang sebagian besar sesuai dengan keyakinannya tentang peristiwa-

peristiwa yang diterima yang lalu dan saat ini.

2. Pemahaman terjadi ketika konselor/terapis membantu konseli untuk

memahami bahwa apa yang mengganggu konseli pada saat ini adalah

karena keyakinan yang irrasional terus dipelajari dan yang diperoleh

sebelumnya.

3. Pemahaman yang dicapai pada saat konselor membantu konseli untuk

mencapai pemahaman ketiga, yaitu tidak ada jalan lain untuk keluar

dari hambatan emosional kecuali dengan mendeteksi dan “melawan”

keyakinan yang irrasional.

Page 15: 76026377 Model Model Konseling Rasional Emotif Terapi

12

D. Hubungan Konselor dan Konseli

Isu hubungan pribadi antara terapis dan klien dalam TRE memiliki

makna yang berbeda dengan yang ada dalam sebagian besar bentuk terapi

yang yang lain. Kesesuaian dengan konsep terpusat pada pribadi dari

pandangan positif tanpa syarat merupakan konsep TRE pada penerimaan

sepenuhnya atau toleransi. Ide dasar di sini adalah menolong klien dalam

hal menghindari sifat mengutuk diri sendiri. Meskipun klien mungkin

mengevaluasi perilaku mereka sasarannya adalah agar mereka menolak

untuk menilai diri mereka sebagai pribadi, betapa pun tidak efektifnya

beberapa dari perilakunya. Terapis menunjukkan sikap penerimaan mereka

secara penuh dengan jalan menolak untuk mengevaluasi kliennya sebagai

pribadi sementara pada saat yang bersamaan menunjukkan kesediaannya

untuk tiada hentinya berkonfrontasi dengan pemikiran kliennya yang tidak

masuk akal serta perilaku yang bersifat merusak diri sendiri. Tidak seperti

terapis yang berorientasi pada hubungan, TRE tidak memberikan arti

utama pada kehangatan hubungan pribadi dan pengertian empatik, dengan

asumsi bahwa hubungan yang terlalu hangat dan pengertian yang terlalu

empatik bisa menjadi kontra produktif karena bisa memupuk rasa

ketergantungan akan persetujuan dari pihak terapis. Sebenarnya, terapis

TRE bisa menerima kliennya sebagai orang yang tidak sempurna tanpa

harus menunjukkan kehangatan hubungan antar pribadi, melainkan

berbagai teknik non personal bisa digunakan, seperti mengajar,

biblioterapi, serta modifikasi perilaku (Ellis dalam Gerald Corey, 1995)

tetapi selalu memberi contoh serta juga mengajarkan penerimaan secara

penuh tanpa syarat.

Meskipun demikian, beberapa praktisi TRE memberikan penekanan

pada pentingnya membangun hubungan saling mengerti dan hubungan

kerjasama yang kadarnya lebih kuat daripada yang diberikan Ellis. Wesler

dan Wesler dalam Geral Corey (1995:475) sepakat bahwa kondisi

terapeutik Rogers (pertimbangan positif tanpa syarat, empati, dan keaslian

terapis) memang bisa menjadi fasilitator pada perubahan, namun mereka

Page 16: 76026377 Model Model Konseling Rasional Emotif Terapi

13

menambahkan: “Kita juga percaya bahwa kondisi untuk bisa berubah ini

adalah penting, tetapi kesemuanya itu dapat dilakukan dalam situasi yang

direktif maupun tidak direktif. Namun, kalau semuanya itu tidak

dilakukan, teknik apapun yang ada di dunia nampaknya tidak akan mampu

menghasilkan sesuatu”.

Berkembangnya hubungan saling mengerti yang baik antara klien dan

terapis dipandang Walen, DiGiuseppe, dan Wessler dalam Geral Corey

(1995:475-476) sebagai ramuan kunci dalam hal memaksimalkan

keuntungan terapeutik. Seperti halnya Wesler dan Wesler, mereka

menekankan bahwa menjadi aktif dan direktif bukanlah tidak sesuai

dengan pengembangan hubungan profesional berdasarkan kompetensi,

kredibilitas, saling menghormati, dan komitmen untuk menolong klien

agar bisa berubah.

Terapis rasional emotif seringkali terbuka dan langsung dalam

mengungkapkan keyakinan dan nilai mereka sendiri. Ada beberapa orang

yang sedia untuk berbagi ketidaksempurnaan dirinya dengan klien sebagai

cara untuk mempertanyakan pendapat klien yang tidak realistik, yaitu

bahwa terapis adalah manusia yang pribadinya “utuh”. Dalam hal ini,

transferensi tidaklah dianjurkan, dan kalaupun itu sampai terjadi maka

terapis mungkin akan menyerangnya. Terapis ingin menunjukkan bahwa

hubungan transferensi itu didasarkan pada keyakinan yang irasional, yaitu

bahwa klien haruslah disenangi dan dicintai oleh terapis (atau sosok orang

tua) (Ellis dalam Gerald Corey, 1995).

E. Teknik yang Digunakan

Secara emotif para praktisi TRE menggunakan berbagai prosedur,

termasuk didalamnya penerimaan tanpa syarat, bermain peran rasional-

emotif, permodelan, imajinasi rasional-emotif, dan latihan menyerang

masa malu. Klien diajar tentang nilai dari penerimaan tanpa syarat.

Meskipun perilaku mereka mungkin susah untuk bisa diterima, mereka

bisa memutuskan untuk melihat diri mereka sebagai orang yang berguna.

Page 17: 76026377 Model Model Konseling Rasional Emotif Terapi

14

Mereka diajar untuk melihat kenyataan betapa merusaknya tindakan untuk

“memperkecil arti dirinya” karena kekurangan-kekurangan yang dianggap

ada. Salah satu dari teknik utama yang digunakan terapis untuk menolong

klien cara menerima dirinya sendiri adalah lewat model. Terapis mampu

untuk menjadi dirinya sendiri dalam sesi yang sedang diselenggarakannya;

mereka menghindar untuk mendapatkan persetujuan dari kliennya, tidak

mau hidup dengan dasar “seharusnya” dan “harus”, dan bersedia untuk

mengorbankan dirinya pada waktu ia terus menantang klien mereka.

Mereka juga memberi contoh atau menunjukkan penerimaan sepenuhnya

pada klien yang sulit.

Perlu dicatat bahwa biarpun ada pengajuan masalah oleh klien TRE

terapis tidak perlu harus memfokuskan pada detail-detailnya, pun juga

mereka tidak lalu berusaha untuk menyuruh klien secara ekstensif

mengungkapkan perasaan di sekitar masalahnya. Mereka tidak mendorong

diutarakannya “cerita berkepanjangan tentang nestapa, yang secara

simpatik tetap mengikuti perasaan yang cengeng atau yang secara cermat

dan efektif bisa terlihat emosi yang dibesar-besarkan” (Ellis dalam Gerald

Corey, 1995:479). Meskipun TRE menggunakan beraneka ragam strategi

terapeutik yang kuat dan emotif, dalam hal penggunaannya itu tidak

dilakukan secara selektif dan diskriminatif. Strategi ini digunakan baik

selama sesi terapi maupun dalam pekerjaan rumah dalam kehidupan

sehari-hari. Tujuan teknik semacam itu tidak hanya sekedar menyediakan

pengalaman katartik tetapi juga menolong klien mengubah beberapa dari

jalan pikiran, emosi dan perilaku mereka (Ellis & Yeager dalam Gerald

Corey, 1955). Berikut ini adalah beberapa dari teknik terapeutik yang

emotif dan evokatif:

1. Imaginasi Rasional Emotif

Teknik ini merupakan bentuk praktek mental yang intens yang

didesain untuk menciptakan pola emosi baru. Klien membayangkan

mereka sedang berpikir, merasakan, dan berperilaku tepat seperti yang

Page 18: 76026377 Model Model Konseling Rasional Emotif Terapi

15

akan mereka lakukan dalam imajinasi mereka dalam hal berpikir,

merasakan, dan berperilaku dalam kehidupan nyata (Maultsby dalam

Gerald Corey, 1995). Kepada mereka bisa juga ditunjukkan

bagaimana caranya membayangkan salah satu dari hal yang paling

buruk yang menimpa dirinya, bagaimana rasanya kalau tidak pada

tempatnya menjadi marah terhadap suatu situasi, bagaimana

menghayati perasaannya secara intens, dan kemudian bagaimana

caranya mengubah pengalaman itu menjadi perasaan yang pada

tempatnya (Ellis & Yeager dalam Gerald Corey, 1995). Demikian

mereka mampu mengubah perasaan mereka menjadi yang pada

tempatnya, maka mereka pun ada dalam posisi yang lebih baik untuk

mengubah perilakunya dalam situasi itu. Teknik seperti itu bisa

diaplikasikan dengan baik pada situasi interpersonal dan situasi lain

yang bermasalah untuk diri si individu. Ellis (1988) berpendapat

bahwa apabila kita terus mempraktekkan imajinasi rasional emotif

beberapa kali dalam seminggu selama beberapa minggu, kita akan

sampai pada suatu titik dimana kita tidak lagi merasa marah terhadap

peristiwa seperti itu.

2. Bermain peran

Dalam bermain peran terdapat komponen emosional dan juga

behavioral. Terapis sering menginterupsi untuk menunjukkan kepada

klien apa yang mereka katakan tentang diri mereka sendiri yang

menciptakan gangguan mereka dan apa yang bisa mereka perbuat

untuk mengubah perasaan mereka yang tidak pada tempatnya menjadi

yang sesuai dengan keadaannya. Klien bisa mengadakan gladi

melaksanakan perilaku tertentu untuk mengeluarkan apa yang mereka

rasakandalam situasi tertentu. Fokusnya adalah pada menggarap

keyakinan irasional yang mendasarinya yang ada kaitannya dengan

rasa tidak nyaman. Sebagai contoh seorang wanita mungkin menunda

keinginannya untuk masuk fakultas pasca sarjana karena takut tidak

akan diterima. Pikiran itu tidak bisa diterima di sekolah pilihannya

Page 19: 76026377 Model Model Konseling Rasional Emotif Terapi

16

itulah yang mengeluarkan perasaannya bahwa dia adalah “bodoh”.

Dia bermain peran dalam suatu wawancara dengan dekan mahasiswa

pasca sarjana, mencatat kecemasannya dan keyakinan tidak rasional

yang mengarah ke kecemasan itu, dan menantang gagasan

irasionalnya yang mengatakan bahwa ia harus bisa diterima dan

bahwa dengan tidak diterimanya itu bararti bahwa ia adalah orang

yang dungu dan tidak berkompetensi.

3. Latihan Menyerang Masa Lalu

Ellis dalam Gerald Corey (1995:480-481) menjelaskan bahwa telah

dikembangkan latihan untuk menolong orang menghilangkan rasa

malu yang tidak rasional akan perilakunya tertentu. Dia kira bahwa

kita bisa bersikeras untuk menolak rasa malu dengan mengatakan

kepada diri kita masing-masing bahwa bukanlah suatu mala petaka

kalau orang mengira bahwa kita itu dungu. Maksud utama dari latihan

ini adalah bahwa klien berusaha untuk tidak merasa malu meskipun

orang lain jelas-jelas tidak menyetujuinya. Prosedur ini biasanya

melibatkan baik komponen emotif maupun behavioral. Klien bisa

diberi pekerjaan rumah untuk mengambil resiko melakukan sesuatu

yang biasanya mereka takut melakukannya karena apa yang mungkin

orang kira tentangnya. Klien tidak didorong untuk melakukan latihan-

latihan yang bisa menimbulkan bahaya bagi dirinya dan orang lain.

Pelanggaran kecil terhadap norma sosial sering kali bertindak sebagai

katalis yang berguna. Misalnya, klien mungkin berteriak untuk

menghentikan bus atau kereta api, berakaian “seronok” untuk menarik

perhatian, bernyanyi dengan suara amat keras, mengajukan pertanyaan

aneh-aneh pada kegiatan kuliah, minta obeng untuk orang kidal di

toko P & D, atau tidak mau memberi tip pada pelayan yang

memberikan pelayanan buruk. Dengan melakukan tugas-tugas seperti

itu, kemungkinannya klien akan mendapatkan bahwa orang

sebenarnya tidak tertarik pada perilakunya itu. Mereka menggarap

dirinya sendiri sehingga tidak akan merasa malu atau terhina. Mereka

Page 20: 76026377 Model Model Konseling Rasional Emotif Terapi

17

terus mempraktekkan latihan-latihan ini sampai menyadari bahwa rasa

malu mereka adalah ciptaan mereka sendiri dan samapai mereka

mampu untuk berperilaku dengan cara yang kurang terkekang. Klien

akhirnya menemukan bahwa mereka sering tidak punya alasan untuk

membiarkan reaksi orang lain atau kemungkinan tidak persetujuan

orang lain menghentikan perbuatan yang ingin mereka lakukan.

4. Penggunaan Kekuatan dan Ketegaran

Ellis telah menyarankan dipakainya kekuatan dan energi sebagai

cara untuk menolong klien beranjak dari pemahaman intelektual ke

emosional. Kepada klien juga ditunjukkan bagaimana caranya

menggunakan dialog yang keras dengan diri sendiri di mana mereka

mengungkapkan keyakinan irasional mereka dan selanjutnya

mempertanyakannya. Kadang-kadang terapis akan melakukan peran

sebaliknya dengan jalan bergantung kuat-kuat pada falsafah

mengalahkan diri yang dianut klien, klien diminta untuk berdebat

dengan terapis dalam usaha untuk membujuknya untuk mau

menghentikan gagasan-gagasan yang berfungsi keliru itu. Kekuatan

dan energi merupakan bagian mendasar dari latihan menyerang rasa

malu.

F. Evaluasi Keberhasilan

Jalan yang ditempuh oleh terapis rational emotif yang demikian

banyak jumlahnya itu mengarah pada satu tujuan, yaitu meminimalkan

gangguan emosional dan perilaku menggagalkan diri sendiri dengan jalan

mendapatkan falsafah hidup yang realisitik. Juga termasuk dalam sasaran

terapeutik yang penting adalah mengurangi kecenderungan untuk

menyalahkan diri sendiri atau orang lain karena sesuatu yang tidak

diinginkan telah terjadi dalam hidup ini dan mempelajari cara untuk secara

efektif bisa menangani kesulitan-kesulitan yang kelak akan dihadapi.

Page 21: 76026377 Model Model Konseling Rasional Emotif Terapi

18

RET berjuang untuk melakukan reevaluasi filosofis yang cermat

didasarkan pada suatu asumsi bahwa masalah manusia itu berakar pada

falsafah. Jadi, Rasional Emotif Terapi tidaklah diarahkan terutama pada

menghilangkan gejalanya. RET terutama didesain untuk menggelitik orang

agar mau meneliti dan mengubah beberapa dari nilai-nilai yang paling

mendasar, terutama nilai-nilai yang membuat mereka terganggu. Apabila

rasa takut klien adalah pada kegagalan dalam hidup perkawinannya,

sasarannya tidaklah hanya pada mengurangi rasa takut yang spesifik itu,

melainkan terapis berusaha untuk menggarap rasa takut akan kegagalan

yang dibesar-besarkan itu secara umum.

Berikut ini adalah sasaran spesifik yang ditujukan oleh terapis RET

dalam menggarap kliennya yaitu minat diri sendir, minat sosial,

pengarahan diri, tenggang rasa, keluwesan, kesediaan menerima adanya

ketidakpastian, komitmen, berpikir ilmiah, mau menerima diri sendiri,

mau mengambil resiko, tidak menjadi utopis, bertolerasi tinggi terhadap

frustasi, dan mau mempertanggunjawabkan gangguan.

G. Kelebihan dan Kekurangan

Pendekatan rasional emotif yang dikembangkan oleh Albert Ellis

mempunyai kelebihan sebagai berikut:

1. Rasional Emotif menawarkan dimensi kognitif dan menantang klien

untuk meneliti rasionalitas dari keputusan yang telah diambil serta

nilai yang klien anut.

2. Rasional Emotif memberikan penekanan untuk mengaktifkan

pemahaman yang di dapat oleh klien sehingga klien akan langsung

mampu mempraktekkan perilaku baru mereka.

3. Rasional emotif menekankan pada praktek terapeutik yang

komprehensif dan eklektik.

4. Rasional emotif mengajarkan klien cara-cara mereka bisa melakukan

terapi sendiri tanpa intervensi langsung dari terapis.

Page 22: 76026377 Model Model Konseling Rasional Emotif Terapi

19

Kekurangan dari pendekatan ini adalah sebagai berikut:

1. Rasional emotif tidak menekankan kepada masa lalu sehingga dalam

proses terapeutik ada hal-hal yang tidak diperhatikan.

2. Rasional emotif kurang melakukan pembangunan hubungan antara

klien dan terapis sehingga klien mudah diintimidasi oleh konfrontasi

cepat terapis.

3. Klien dengan mudahnya terbius dengan oleh kekuatan dan wewenang

terapis dengan menerima pandangan terapis tanpa benar-benar

menantangnya atau menginternalisasi ide-ide baru.

4. Kurang memperhatikan faktor ketidaksadaran dan pertahanan ego.

H. Contoh Kasus

Prabawa adalah seorang siswa suatu SMA di kota besar, kelas II,

semester kedua, program studi IPS. Dia tinggal bersama orang tuanya,

yang mendukung cita-citanya menjadi seorang guru akutansi. Prabawa

berharap dapat diterima di FKIP Negeri di kotanya sendiri, dan telah

berusaha sejak kelas I supaya nilai rata-rata dalam rapor setiap semester

minimal 7. Dalam usaha ini dia berhasil.

Selain itu, sejak kelas II dia juga berhasil dalam mengikat hati seorang

siswi yang duduk di kelas yang sama. Mereka sudah biasa pergi rekreasi

bersama, meskipun pihak putri terpaksa main backstreet karena

orangtuanya belum mengizinkan untuk berpacaran. Pada awal semester

kedua siswi mengatakan bahwa orangtuanya telah mengetahui

petualangannya dan memarahi dia; bahwa mereka mengancam ini dan itu.

Siswi itu merasa terpaksa memutuskan hubungan karena dia tidak berani

melawan orangtua. Prabawa jatuh dalam lembah depresi dan berpikir:

“Apa gunannya meneruskan hidup di dunia ini? Saya tidak rela dicintai

oleh gadis lain ataupun mencintai gadis lain. Hanya yang satu ini menjadi

idaman saya! Sumber semangat belajarku dan pendukung cita-citaku

sudah lenyap!”

Page 23: 76026377 Model Model Konseling Rasional Emotif Terapi

20

Prabawa bolos sekolah selama satu minggu. Ketika masuk kembali,

dia dipanggil oleh konselor di sekolahnya.

Langkah Langkah Pelaksanaan Konseling:

1. Membangun hubungan pribadi dengan Prabawa. Di sini konselor

menjelaskan alasan Prabawa dipanggil, yaitu selama seminggu tidak

masuk sekolah tanpa ada kabar, dan bertanya apakah ada sesuatu yang

ingin dibicarakan berkaitan dengan hal tersebut.

2. Mendengarkan dengan penuh perhatian ungkapan pikiran dan perasaan

Prabawa. Dia mengutarakan bahwa semangat belajar telah hilang,

setelah mengalami pukulan yang berat, gara-gara pacarnya yang

tersayang memutuskan hubungan percintaan. Pacarnya adalah teman

siswi sekelas yang selama satu tahun sering mau diajak pergi berdua,

tetapi tiba-tiba mengundurkan duru setelah dimarahi oleh orangtuanya.

Padahal, katanya tidak ada gadis lain yang pantas dicintai. Prabawa

beranggapan bahwa masa depannya menjadi sangat suram dan tidak

ada sumber inspirasi lagi yang mendukung cita-citanya menjadi guru

akutansi di sekolah menengah (pikiran irrasional).

3. Mengadakan analisis kasus, yaitu mencari gambaran yang lengkap

mengenai kaitan antara A,B,C. Konselor akan menaruh perhatian

khusus pada pikiran-pikiran irrasional yang diduga mendasari rasa

kehilangan semangat, karena dia akan mengusahakan supaya Prabawa

berpikir rasional dalam menghadapi persoalannya.

a. Kejadian yang dialaminya adalah terputusnya hubungan percintaan

dengan gadis yang dikaguminya; yang memutuskan hubungan

adalah pihak putri, dengan memberikan alasan dilarang oleh

orangtuanya.(A)

b. Kejadian ini ditanggapi dengan banyak pikiran irrasional atau tidak

masuk akal. Prabawa berpikir “Ini musibah besar, karena cintaku

yang pertama dan abadi dihancurkan begitu saja”. “Tidak ada gadis

lain yang akan kucintai. Gadis lain juga tidak akan mencintai diriku

Page 24: 76026377 Model Model Konseling Rasional Emotif Terapi

21

setulus teman siswi ini.” “Dunia telah bertindak kejam terhadap

diriku, apa gunanya menyambung benang hidupku ini?” “Siapa

lagi yang akan memberikan inspirasi kepadaku untuk mengejar

cita-citaku kalau bukan dia?” (B irrasional)

c. Sebagai akibat dari cara berpikir demikian, Prabawa mengalami

gejolak emosional dan goncangan dalam alam perasaannya, seperti

merasa kehilangan semangat hidup dan gairah untuk belajar,

merasa putus asa dan merasa seperti orang yang lukanya menganga

lebar dan mengeluarkan darah terus menerus. (C dalam perasaan).

Akibat lebih lanjut adalah Prabawa memutuskan untuk tidak masuk

sekolah; ini tindakan penyesuaian diri yang salah dan malah

membahayakan sukses dalam belajarnya (C dalam tindakan).

Namun, karena teguran orang tua dia terpaksa kembali ke sekolah

setelah bolos selama satu minggu.

4. Membantu Prabawa untuk menemukan jalan keluar dari persoalan ini.

Konselor dapat mulai dengan menjelaskan kepadanya hasil analisa

diatas, sehingga Prabawa sedikit banyak mengerti apa alasannya

sehingga keadaanya sekarang begini. Kemudian konselor mulai

menantang seluruh pikiran yang tidak masuk akal tadi, misalnya

dengan melontarkan pertanyaan “Apa alasanmu berpendapat telah

ditimpa musibah besar?”. Disamping itu, konselor memberikan

pandangan-pandangan baru kepada Prabawa, misalnya: “Anggaplah

pengalaman berpacaran ini sebagai pelajaran yang berguna, yaitu

Prabawa mengalami keindahan cinta, tetapi sekaligus lebih menyadari

harus melihat situasi dan kondisi siswi yang masih bersekolah seperti

Prabawa sendiri”. Efek dari diskusi ini adalah bahwa Prabawa mulai

berubah pikiran dan memandang pengalaman ini dengan cara yang

lebih masuk akal. Efek lebih lanjut adalah bahwa Prabawa menjadi

lebih tenang. Rasa kecewa masih ada, tetapi rasa kehilangan semangat

sudah jauh berkurang. Akhirnya Prabawa memutuskan untuk tidak lagi

Page 25: 76026377 Model Model Konseling Rasional Emotif Terapi

22

mengajak teman siswi itu pergi berdua dan mengejar pelajaran yang

tertinggal.

5. Mengakhiri hubungan pribadi dengan Prabawa.

Page 26: 76026377 Model Model Konseling Rasional Emotif Terapi

23

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Rasional Emotif terapi merupakan pendekatan yang dikembangkan

oleh Albert Ellis sebagai sesuatu yang baru pada saat itu karena

pendekatan ini berorientasi pada faktor kognisi. Rasional emotif

berpendapat bahwa perilaku yang salah muncul karena pikiran-pikiran

irrasional dari klien. Pikiran-pikiran yang irrasional dapat membuat

seorang individu bertindak tidak seperti yang seharusnya. Bagi pendekatan

ini pikiran-pikiran irrasional harus diubah menjadi pikiran yang rasional

untuk dapat memberikan perubahan kepada seseorang.

Pendekatan rasional emotif mempunyai pandangan bahwa kepribadian

seseorang terbentuk dari teori A-B-C. Dimana A (Antecedent) adalah

segala sesuatu yang mendahului dari suatu peristiwa atau kegiatan.

Sedangkan B (Belief) adalah segala kepercayaan yang dihasilkan oleh

peristiwa yang terjadi. Belief terbagi atas dua jenis yaitu rasional dan

irrasional. Terakhir adalah C (Emotional Consequence) merupakan

konsekuensi emosional yang muncul sehubungan dengan peristiwa yang

mendahului tersebut.

Pendekatan rasional emotif mempunyai tujuan membentuk pribadi-

pribadi yang terbebas dari masalah. Hal ini berarti individu dapat berpikir

secara rasional, dan menghilangkan pikiran-pikiran irrasional yang

menurut Ellis merupakan penyebab timbulnya perilaku bermasalah.

Dalam penanganan masalah, hubungan antara terapis dan klien sangat

berbeda dengan pendekatan-pendekatan yang lain. Pada pendekatan ini

terapis menghindari terjadinya hubungan hangat dan pengertian yang

empatik karena menurut mereka hubungan yang demikian dapat

menyebabkan klien merasa tergantung kepada terapis. Walaupun demikian

hubungan tetap diciptakan dalam kondisi penerimaan tanpa syarat kepada

klien.

23

Page 27: 76026377 Model Model Konseling Rasional Emotif Terapi

24

Beberapa teknik yang dapat digunakan oleh terapis dalam menangani

klien adalah bermain peran, permodelan, imajinasi rasional-emotif, dan

latihan menyerang masa lalu. Evaluasi keberhasilan dari teknik yang

digunakan oleh terapis adalah berubahnya pemikiran-pemikiran irrasional

menjadi pikiran yang rasional. Ketika seorang individu sudah mengalami

perubahan dalam hal kepercayaan maka dapat dikatakan bahwa proses

penanganan masalah individu tersebut selesai.

B. Saran

Adapun saran yang diharapkan dapat diterima adalah:

1. kepada perguruan tinggi, diharapkan penulisan makalah ini dapat

menjadi sebagai salah satu referensi yang dapat membantu mahasiswa

dalam memahami tentang masalah rasional emotif terapi.

2. Kepada mahasiswa bimbingan dan konseling, diharapkan makalah ini

dapat menambah pengetahuan dan pemahaman dalam melakukan

pendekatan rasional emotif terapi kepada klien di kemudian hari.

3. Kepada penulis sendiri, diharapkan penulisan makalah ini dapat

menambah pengetahuan dan pemahaman secara mendalam mengenai

pendekatan rasional emotif terapi.

Page 28: 76026377 Model Model Konseling Rasional Emotif Terapi

DAFTAR PUSTAKA

Corey, G. 2007. Teori dan Praktik Konseling dan Psikoterapi. Bandung: Refika

Aditama.

Latipun. 2008. Psikologi Konseling. Malang: Universitas Muhammadiyah Malang

Press.

Sukardi, Dewa Ketut. 2008. Pengantar Pelaksanaan Program Bk di Sekolah.

Jakarta :Rineka Cipta.

Sukardi, Dewa Ketut. 1985. Pengantar Teori Konseling (Suatu Uraian Ringkas).

Jakarta: Ghalia Indonesia.

Winkel. 2007. Bimbingan dan Konseling di Instituti Pendidikan. Yogyakarta:

Media Abadi