78310100 abses septum

18
REFERAT ABSES SEPTUM NASI Untuk memenuhi tugas Kepaniteraan Klinik Bagian Ilmu Penyakit Telinga Hidung Tenggorok Kepala dan Leher di RSUD Tugurejo Semarang Disusun Oleh : Dani Pramana Putra H2A009010 Pembimbing : dr. Sukamta Yudi Sp.THT-KL

Upload: joe-by-bay

Post on 23-May-2017

283 views

Category:

Documents


5 download

TRANSCRIPT

Page 1: 78310100 Abses Septum

REFERAT

ABSES SEPTUM NASI

Untuk memenuhi tugas Kepaniteraan Klinik Bagian Ilmu Penyakit Telinga Hidung

Tenggorok Kepala dan Leher

di RSUD Tugurejo Semarang

Disusun Oleh :

Dani Pramana Putra

H2A009010

Pembimbing :

dr. Sukamta Yudi Sp.THT-KL

KEPANITERAAN KLINIK ILMU PENYAKIT TELINGA HIDUNG

TENGGOROK KEPALA DAN LEHER RSUD TUGUREJO SEMARANG

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG

2013

Page 2: 78310100 Abses Septum

BAB IPENDAHULUAN

Hidung merupakan organ penting, yang seharusnya mendapat perhatian lebih

dari biasanya; merupakan salah satu organ pelindung tubuh terpenting terhadap

lingkungan yang tidak menguntungkan. Dari segi anatomis, hidung memiliki kavum

nasi yang mempunyai 4 buah dinding, yaitu dinding medial, lateral, inferior, dan

superior. Dinding medial hidung adalah septum nasi yang dibentuk oleh tulang dan

tulang rawan.1

Abses septum nasi adalah suatu kondisi yang jarang terjadi yang telah

dilaporkan oleh Little. Abses paling sering terbentuk setelah didahului oleh adanya

septal hematoma. Biasanya terdapat riwayat trauma nasal. Abses septum juga dapat

terjadi setelah operasi septum nasi. Abses septum nasi merupakan suatu kumpulan

pus yang terdapat di antara kartilago atau tulang septum dengan mukoperikondrium

atau mukoperiosteum.1

Suatu hematoma sangat mudah mengalami infeksi dan menjadi abses.

Komplikasi ini sering dihubungkan dengan nyeri yang memberat, bersamaan dengan

gejala toksemia yang biasa timbul, seperti demam dan peningkatan frekuensi nadi.

Adanya infeksi sekunder ini berakibat meluasnya nekrosis kartilago yang tidak

mungkin dihindari, sehingga indikasi untuk drainase secara bedah semakin sulit untuk

dilakukan.2

Page 3: 78310100 Abses Septum

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

ANATOMI

Septum nasi membagi cavitas nasi menjadi dua rongga kanan dan kiri.

Septum nasi terdiri dari dua bagian yaitu yang berupa tulang dibagian posterior dan

tulang rawan di bagian anterior. Septum kartilagenous merupakan plat rata kartilago

dengan bentuk kuadrilateral yang tidak teratur yang berartikulasi dengan lamina

perpendicular os ethmoid, os vomer, dan premaksilaris. Pada bagian kaudal septum,

teridentifikasi tiga sudut. Sudut septum anterior dapat dipalpasi dengan menekan area

supratip nasal. Sudut septal posterior ditemukan dibawah nasal spine articulation

dekat perlintasan bibir/hidung. Sudut midseptal terletak di pertengahan antara sudut

anterior dan posterior septal. Septum berfungsi sebagai pendukung dorsum nasal dan

puncak hidung, dan mendukung penopang berbentuk L di bagian kaudal dan dorsal

septum.3, 4

sep

Gambar 1. Anatomi septum nasi (dikutip dari kepustakaan 11)

Page 4: 78310100 Abses Septum

Gambar 2. Gambaran hidung eksternal (dikutip dari kepustakaan 11)

Septum nasi terdiri dari tiga bagian:

a) Septum kolumellar

Septum kolumellar dibentuk oleh kolumella yang terdiri dari crura medial dari

alar cartilage yang bersatu dengan jaringan fibrous dan diselimuti oleh kulit.5

b) Septum membrane

Septum membrane terdiri dari dua lapisan kulit tanpa disokong oleh tulang

atau kartilago. Septum ini terletak diantara kolumella dan batas kaudal

kartilago septal. Bagian kolumela dan membrane adalah bagian yang

gampang digerakkan.5

c) Septum yang sebenarnya

Septum ini terdiri dari kerangka osteokartilago, yang diselimuti oleh

membrane mukosa nasal.5

Perdarahan dinding medial dan lateral cavitas nasi terjadi melalui cabang

arteria sphenopalatina, arteria ethmoidalis anterior dan arteria ethmoidalis posterior,

arteria palatine mayor, arteria labialis superior, dan rami laterals arteria facialis.

Pleksus venosus menyalurkan darah kembali ke dalam vena sphenopalatina, vena

facialis, dan vena ophtalmica. Persarafan bagian dua pertiga inferior membrane

mukosa hidung terutama terjadi melalui nervus nasopalatinus, cabang nervus

kranialis V2. Bagian anterior dipersarafi oleh nervus ethmoidalis anterior, cabang

nervus nasociliaris yang merupakan cabang nervus cranialis V1. Dinding lateral

Page 5: 78310100 Abses Septum

cavitas nasi memperoleh pesaragan melalui rami nasal nervi maksilaris, nervus

palatines mayor, dan nervus ethmoidalis anterior.4

Gambar 3. Vaskularisasi dan persarafan hidung (dikutip dari kepustakaan 11)

DEFINISI

Abses septum nasi didefinisikan sebagai terkumpulnya nanah diantara kartilago atau

septum tulang. Kebanyakan abses septum disebabkan oleh trauma yang terkadang

tidak disadari oleh pasien. Abses septum nasi spontan jarang terjadi. Abses septum

seringkali didahului oleh hematoma septum yang kemudian terinfeksi kuman dan

menjadi abses. Gejala yang paling sering muncul adalah obstruksi nasal bilateral.

Gejala yang lain adalah nyeri nasal, malaise, demam, dan nyeri kepala.1, 2

ETIOLOGI

Penyebab paling sering dari abses septum adalah trauma (75%). Penyebab lain

adalah akibat penyebaran dari sinusitis etmoit dan sinusitis sfenoid. Disamping itu

dapat juga akibat penyebaran dari infeksi gigi. Lo (2004) menemukan 7% abses

septum disebabkan oleh trauma akibat tindakan septomeatoplasti. Penyebab lain

adalah trauma tumpul, diathesis perdarahan, cedera saat olahraga, dan kekerasan pada

anak. Staphylococcus aureus adalah organisme yang paling sering didapat dari hasil

kultur pada abses septum. Kadang-kadang ditemukan Streptococcus pneumoniae,

Streptococcus ß hemolyticus, Haemophilus influenzae dan organisme anaerob.6, 7

Page 6: 78310100 Abses Septum

PATOFISOLOGI

Patogenesis abses septum biasanya tergantung dari penyebabnya. Penyebab

yang paling sering adalah terjadi setelah trauma, sehingga timbul hematoma septum.

Trauma pada septum nasi dapat menyebabkan pembuluh darah sekitar tulang rawan

pecah. Darah berkumpul di ruang antara tulang rawan dan mukoperikondrium yang

melapisinya, menyebabkan tulang rawan mengalami penekanan, menjadi iskemik dan

nekrosis, sehingga tulang rawan jadi destruksi. Darah yang terkumpul merupakan

media untuk pertumbuhan bakteri dan selanjutnya terbentuk abses.6

Bila terdapat daerah yang fraktur atau nekrosis pada tulang rawan, maka darah

akan merembes ke sisi yang lain dan menyebabkan hematoma bilateral. Hematoma

yang besar akan menyebabkan obstruksi pada kedua sisi rongga hidung. Kemudian

hematoma ini terinfeksi kuman dan menjadi abses septum. Selain dari trauma ada

beberapa mekanisme yang dapat menyebabkan timbulnya abses septum, yaitu

penyebaran langsung dari jaringan lunak yang berasal dari infeksi sinus. Disamping

itu penyebaran infeksi dapat juga dari gigi dan daerah orbita atau sinus

kavernosus.Pada beberapa kondisi abses septum bisa diakibatkan trauma pada saat

operasi hidung.6

EPIDEMIOLOGI

Angka kejadian abses septum nasi tidak diketahui tetapi beberapa penelitian

telah melaporkan. Abses septum jarang ditemui dan biasanya terjadi pada laki-laki.

Sebanyak 74% mengenai umur dibawah 31 tahun, dan 42 % mengenai umur

diantara 3-14 tahun. Lokasi yang paling sering ditemukan adalah pada bagian anterior

tulang rawan septum. Eavey menemukan tiga kasus abses septum nasi pada tinjauan

10 tahun pada rumah sakit anak di Los Angeles. Rumah Sakit Royal Children,

Melbourne Australia melaporkan sebanyak 20 pasien abses sebtum selama 18 tahun

dan RS Ciptomangunkusumo didapatkan 9 kasus selama 5 tahun (1989-1994). Di

bagian THT FKUSU/RSUP H.Adam Malik Medan selama tahun 1999-2004

mendapatkan 5 kasus.6, 8

Page 7: 78310100 Abses Septum

DIAGNOSIS

Penegakan diagnosis abses septum relative sederhana untuk dokter yang telah

berpengalaman. Sayangnya, banyak dokter gagal untuk mengenali keadaan ini,

sementara hanya sedikit yang mengetahui akibat serius dari abses septum. Gejala

abses septal adalah obstruksi nasi bilateral yang parah dengan rasa nyeri di hidung.

Pasien juga dapat mengeluhkan adanya demam dan menggigil serta nyeri kepala di

bagian frontal. Kulit disekitar hidung dapat berwarna merah dan membengkak.6, 9

Pada pemeriksaan hidung luar ditemukan eritema, edema dan nyeri pada

palpasi. Sedangkan dari pemeriksaan hidung dalam dijumpai pembengkakan septum

yang berbentuk bulat pada satu atau ke dua rongga hidung terutama mengenai bagian

paling depan tulang rawan septum, berwarna merah, licin dan pada perabaan terdapat

fluktuasi dan nyeri tekan. Diagnosis abses septum ditegakkan apabila terdapat riwayat

trauma, riwayat operasi atau infeksi intranasal. Kebanyakan abses septum disebabkan

oleh trauma yang kadang-kadang tidak disadari oleh penderita. Diagnosa abses

septum dapat ditegakkan berdasarkan gejala dan tanda klinis. Diagnosis pasti adalah

dengan melakukan aspirasi, dan dijumpai adanya nanah.6

PEMERIKSAAN PENUNJANG

Abses septum nasi memiliki penampakan yang khas pada pemeriksaan CT

scan sebagai akumulasi cairan dengan peninggian pinggiran yang tipis yang

melibatkan septum nasi. Hasil pemeriksaan CT scan pada penyakit abses septum nasi

adalah kumpulan cairan yang berdinding tipis dengan perubahan peradangan didaerah

sekitarnya, sama yang dengan yang terlihat pada abses di bagian tubuh yang lain.10

Page 8: 78310100 Abses Septum

Gambar 4. Pemeriksaan CT scan pada kavum nasi yang memperlihatkan pengumpulan

cairan yang berdinding tipis dan seperti kista yang melibatkan septum nasi kartilago

(tanda panah besar). Perhatikan pembengkakan pada jaringan nasi di sekitarnya

(panah kecil) (dikutip dari kepustkaan 10)

Gambar 5. Pemeriksaan CT scan korona sinus paranasal yang memperlihatkan adanya

abses nasi (dikutip dari kepustakaan 1)

Page 9: 78310100 Abses Septum

PENATALAKSANAAN

Abses septum harus segera diobati dan pilihan pengobatan adalah drainase

yang adekuat serta terapi antibiotik yang tepat. Insisi yang luas dilakukan pada abses

dan dibuat drainase untuk mengeluarkan darah atau pus serta serpihan kartilago,

dengan bantuan suction. Dilakukan pemasangan tampon anterior untuk menekan

permukaan periosteum dan perikondrium. Drain dipasang 2-3 hari untuk jalan keluar

pus serta serpihan kartilago yang nekrosis. Antibiotik sistemik diberikan segera

setelah diagnosa ditegakkan dan dapat dilanjutkan sampai 10 hari.6

Berikut ini adalah langkah-langkah tindakan penanganan pembedahan yang terdapat

dalam buku Functional Nasal Reconstructive Surgery:9

1. Anastesi umum diberikan

2. Membrane mukosa nasal diberikan dekongestan dan diberikan anastesi local

3. Dilakukan insisi septal kaudal, dan abses septum dibuka. Dilakukan kultur

bakteriologis.

4. Pus dan detritus dipindahkan dengan cara aspirasi

5. Septum dieksplorasi dengan cara mengangkat secara hati-hati mukosa yang

membengkak.

6. Defek septal diukur. Cangkokan tulang atau kartilago dengan besar yang sama

disiapkan. Bahan cangkokan dapat diambil dari septum tulang, iga, aurikel,

atau bank jaringan.

7. Cangkokan dari septum tulang merupakan pilihan pertama. Akan tetapi, pada

anak kecil, bahan cangkokan dari kartilago iga alogenik merupakan pilihan

yang terbaik.

8. Pemasangan balutan perban internal dengan pemberian salep antibiotic

dipasang agak longgar pada intranasal.

9. Bahan cangkokan dimasukkan kedalam defek. Tidak dibutuhkan fiksasi

khusus

10. Ruang septum secara perlahan ditutup dengan tekanan yang lembut dengan

pemasangan balutan perban intranasal.

Page 10: 78310100 Abses Septum

11. Bagian atas insisi dapat ditutup. Bagian bawah biasanya dibiarkan terbuka.

Sepotong kecil kertas silastik atau perban tipis dapat dimasukkan untuk

memastikan drainase.

12. Daerah di periksa ulang dan dibersihkan setiap hari.

13. Balutan perban internal dan drainase dapat dipindahkan setelah 3 hari.9

KOMPLIKASI

Nekrosis septum kartilago seringkali menyebabkan depresi dorsum kartilago

di daerah supratip dan mungkin membutuhkan rhinoplasti tambahan, 2 hingga 3

bulan kemudian. Nekrosis pada cangkok septal dapat terjadi setelah perforasi septal.

Meningitis dan thrombosis sinus cavernosus setelah abses septal, jarang terjadi saat

ini, dapat menjadi komplikasi yang serius.5

PENCEGAHAN

Abses septum dapat dicegah dengan mengenali dan menangani hematoma

septum pada tahap awal. Ini merupakan alasan dilakukannya inspeksi dan palpasi

pada septum (setelah dekongesti dan anastesi mukosa) pada pasien yang baru saja

mengalami trauma, terutama pada anak-anak. Hal yang sama juga digunakan pada

pasien yang telah menjalani operasi septal dan tidak dapat bernapas melalui hidung

setelah pelepasan perban di bagian dalam hidung.9

Page 11: 78310100 Abses Septum

BAB IIIKESIMPULAN

Abses septum nasi didefinisikan sebagai terkumpulnya nanah diantara

kartilago atau septum tulang. Kebanyakan abses septum disebabkan oleh trauma yang

terkadang tidak disadari oleh pasien. Abses septum nasi spontan jarang terjadi. Abses

septum seringkali didahului oleh hematoma septum yang kemudian terinfeksi kuman

dan menjadi abses. Gejala yang paling sering muncul adalah obstruksi nasal bilateral.

Gejala yang lain adalah nyeri nasal, malaise, demam, dan nyeri kepala.1, 2

Abses septum harus segera diobati sebagai kasus darurat karena

komplikasinya yang cukup berat, yaitu dalam waktu singkat dapat menyebabkan

nekrosis tulang rawan septum. Terapinya, dilakukan insisi dan drainase nanah serta

diberikan antibiotic dosis tinggi. Untuk nyeri dan demamnya diberikan obat

analgetika. Untuk mencegah deformitas hidung, bila sudah terdapat destruksi tulang

perlu dilakukan rekonstruksi septum.1

Page 12: 78310100 Abses Septum

DAFTAR PUSTAKA

1. Soepardi Arsyad, et al. 2007. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung

Tenggorok Kepala dan Leher, edisi 6. FKUI: Jakarta. Hal 126-7

2. Pang, Kenny Peter; Sethi, Dharambir. 2002. Nasal septal abscess: an unusual

complication of acute spheno-ethmoiditis. The Journal of Laryngology & otology;

vol 116: page 543-6

3. Baker, Shan R. 2002. Principles of Nasal Reconstruction. Mosby inc: Missouri.

Page 22.

4. Moore, K. 2002. Anatomi Klinis Dasar. Jakarta: Hipokrates. Hal 397-400.

5. Dhingra PL. 2002. Disease of Ear, Nose, and Throat. Churchill Livingstone: New

Delhi. Page 150.

6. Haryono Yuritno. 2006. Abses Septum dan Sinusitis Maksila. Majalah kedokteran

nusantara; vol 39: hal 359-362.

7. Bailey Byron. 2006. Head & Neck Surgery Otolaryngology, 4th edition. Lippincot

Williams-Wilkinss: USA. Page 327

8. Jalaludin MAB. 1993. Nasal Septal Abscess – Retrospective Analysis of 14 Cases

From University Hospital, Kuala Lumpur. Singapore Med J; vol 34: page 435-

437.

9. Huizing Egbert, et al. 2003. Functional Reconstructive Nasal Surgery. George

Thieme Verlag: New York. Page 177-178

10. Debnam JM, Gillenwater AM, Ginsberg LE. 2007. Nasal Septal Abscess in

Patients With Immunosupression. AJNR Am J Neurodiol; vol 28: page 1878-79.

11. Tank, Patrick W. 2005. Grant,s Dissector. Lippincot Williams-Wilkins: New

York.. page 195-197.