81306158 steven johnson syndrome tugas rotd

17
STEVEN JOHNSON SYNDROME PENDAHULUAN Steven-Johnson Syndrome (SJS) merupakan reaksi hipersensitivitas yang diperantarai kompleks imun yang merupakan bentuk yang berat dari eritema multiformis. SJS dikenal pula sebagai eritema multiformis mayor. SJS umumnya melibatkan kulit dan membran mukosa. Ketika bentuk minor terjadi, keterlibatan yang signifikan dari mulut, hidung, mata, vagina, uretra, saluran pencernaan, dan membran mukosa saluran pernafasan bawah dapat berkembang menjadi suatu penyakit. Keterlibatan saluran pencernaan dan saluran pernafasan dapat berlanjut menjadi nekrosis. SJS merupakan penyakit sistemik serius yang sangat potensial menjadi penyakit yang sangat berat dan bahkan menjadi sebuah kematian. Stevens-Johnson Syndrome (SJS) dan Toxic Epidermal Necrolysis (TEN) sejak dahulu dianggap sebagai bentuk eritema multiformis yang berat. Baru-baru ini diajukan bahwa eritema multiformis mayor berbeda dari SJS dan TEN pada dasar penentuan kriteria klinis. Konsep yang diajukan tersebut adalah untuk memisahkan spectrum eritem multiformis dari spectrum SJS/TEN. Eritem multiformis, ditandai oleh lesi target yang umum, terjadi pasca infeksi, sering rekuren namun morbiditasnya rendah. Sedangkan SJS/TEN ditandai oleh blister yang luas dan makulopapular, biasanya terjadi karena reaksi yang diinduksi oleh obat dengan angka morbiditas yang tinggi dan prognosisnya buruk.

Upload: muhammad-rifki-el-muammary

Post on 31-Dec-2014

38 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

Page 1: 81306158 Steven Johnson Syndrome Tugas Rotd

STEVEN JOHNSON SYNDROME

PENDAHULUAN

Steven-Johnson Syndrome (SJS) merupakan reaksi hipersensitivitas yang diperantarai

kompleks imun yang merupakan bentuk yang berat dari eritema multiformis. SJS dikenal pula

sebagai eritema multiformis mayor. SJS umumnya melibatkan kulit dan membran mukosa.

Ketika bentuk minor terjadi, keterlibatan yang signifikan dari mulut, hidung, mata, vagina,

uretra, saluran pencernaan, dan membran mukosa saluran pernafasan bawah dapat berkembang

menjadi suatu penyakit. Keterlibatan saluran pencernaan dan saluran pernafasan dapat berlanjut

menjadi nekrosis. SJS merupakan penyakit sistemik serius yang sangat potensial menjadi

penyakit yang sangat berat dan bahkan menjadi sebuah kematian.

Stevens-Johnson Syndrome (SJS) dan Toxic Epidermal Necrolysis (TEN) sejak dahulu

dianggap sebagai bentuk eritema multiformis yang berat. Baru-baru ini diajukan bahwa eritema

multiformis mayor berbeda dari SJS dan TEN pada dasar penentuan kriteria klinis. Konsep yang

diajukan tersebut adalah untuk memisahkan spectrum eritem multiformis dari spectrum

SJS/TEN. Eritem multiformis, ditandai oleh lesi target yang umum, terjadi pasca infeksi, sering

rekuren namun morbiditasnya rendah. Sedangkan SJS/TEN ditandai oleh blister yang luas dan

makulopapular, biasanya terjadi karena reaksi yang diinduksi oleh obat dengan angka morbiditas

yang tinggi dan prognosisnya buruk.

PATOFISIOLOGI

Stevens-Johnson Syndrome merupakan penyakit hipersensitivitas yang diperantarai oleh

kompleks imun yang mungkin disebabkan oleh beberapa jenis obat, infeksi virus, dan keganasan.

Kokain saat ini ditambahkan dalam daftar obat yang mampu menyebabkan sindroma ini. Hingga

sebagian kasus yang terdeteksi, tidak terdapat etiologi spesifik yang dapat diidentifikasi.

Sekitar 50% penyebab SJS adalah obat. Peringkat tertinggi adalah obat-obat Sulfonamid,

β−lactam , imidazol dan NSAID, sedangkan peringkat menengah adalah quinolon,

antikonvulsan aromatic dan alopurinol. Beberapa faktor penyebab timbulnya SJS diantaranya :

infeksi ( virus herpes simplex, dan Mycoplasma pneumonia, makan (coklat), dan vaksinasi.

Faktor fisik ( udara dingin, sinar mathari, sinar X) rupanya berperan sebagai pencetus ( trigger ).

Patogenesis SJS sampai saat ini belum jelas walaupun sering dihubungkan dengan reaksi

Page 2: 81306158 Steven Johnson Syndrome Tugas Rotd

hipersensitivitas tipe III dan IV. Oleh karena proses hipersensitivitas , maka terjadi kerusakan

kulit sehingga terjadi :

1. Kegagalan fungsi kulit yang menyebabkan kehilangan cairan

2. Stress hormonal diikuti peningkatan resistensi terhadap insulin, hiperglikemia dan

glukosuria

3. Kegagalan termoregulasi

4. Kegagalan fungsi imun

5. Infeksi.

Di Asia Timur, sindroma yang disebabkan carbamazepine dan fenitoin dihubungkan erat

dengan (alel B*1502 dari HLA-B). Sebuah studi di Eropa menemukan bahwa petanda gen hanya

relevan untuk Asia Timur. Berdasarkan dari temuan di Asia, dilakukan penelitian serupa di

Eropa, 61% SJS/TEN yang diinduksi allopurinol membawa HLA-B58 (alel B*5801 – frekuensi

fenotif di Eropa umumnya 3%), mengindikasikan bahwa resiko alel berbeda antar suku/etnik,

lokus HLA-B berhubungan erat dengan gen yang berhubungan.

Page 3: 81306158 Steven Johnson Syndrome Tugas Rotd

Gambar 1. Perbedaan Eritema multiformis, Stevens-Johnson Syndrome, Toxic Epidermal

Necrolysis

Page 4: 81306158 Steven Johnson Syndrome Tugas Rotd

PROGNOSIS

Steven-Johnsons Syndrome (dengan < 10% permukaan tubuh terlibat) memiliki angka

kematian sekitar 5%. Resiko kematian bisa diperkirakan dengan menggunakan skala SCORTEN,

dengan menggunakan sejumlah faktor prognostic yang dijumlahkan. Outcome lainnya termasuk

kerusakan organ dan kematian.

Perbedaan Eritema Multiformis, Steven-Johnsons Syndrome, dan Toxic Epidermal Necrolysis

Page 5: 81306158 Steven Johnson Syndrome Tugas Rotd

Severity-of-Illness Score for Toxic Epidermal Necrolysis (SCORTEN)

Risk Factor* Score

  0 1

Age < 40 yr ≥ 40 yr

Associated cancer No Yes

Heart rate (beats/min) < 120 ≥ 120

Serum BUN (mg/dL) ≤ 28 > 28

Detached or compromised body surface < 10% ≥ 10%

Serum bicarbonate (mEq/L) > 20 ≤ 20

Serum glucose (mg/dL) ≤ 250 > 250

More risk factors indicate a higher score and a higher mortality rate (%) as follows:

0–1 = 3.2% (CI: 0.1 to 16.7)

2 = 12.1% (CI: 5.4 to 22.5)

3 = 35.3% (CI: 19.8 to 53.5)

4 = 58.3% (CI: 36.6 to 77.9)

≥ 5 = > 90% (CI: 55.5 to 99.8)

CI = confidence interval.

Data from Bastuji-Garin S, Fouchard N, Bertocchi M, et al: SCORTEN: A severity-of-illness score for toxic epidermal

necrolysis. Journal of Investigative Dermatology 115:149–153, 2000.

PENYEBAB

Etiologi SSJ sukar ditentukan dengan pasti karena dapat disebabkan oleh berbagai faktor,

walaupun pada umumnya sering dikaitkan dengan respons imun terhadap obat.

Beberapa faktor penyebab timbulnya SSJ diantaranya : infeksi (virus, jamur, bakteri,

parasit),

obat (salisilat, sulfa, penisilin, etambutol, tegretol, tetrasiklin, digitalis, kontraseptif),

makanan (coklat),

fisik (udara dingin, sinar matahari, sinar X),

lain-lain (penyakit polagen, keganasan, kehamilan).

Page 6: 81306158 Steven Johnson Syndrome Tugas Rotd

Faktor penyebab timbulnya Sindrom Stevens-Johnson

Infeksivirus

jamur

bakteri

parasit

Herpes simpleks, Mycoplasma pneumoniae, vaksinia

koksidioidomikosis, histoplasma

streptokokus, Staphylococcs haemolyticus, Mycobacterium tuberculosis, salmonela

malariaObat salisilat, sulfa, penisilin, etambutol, tegretol, tetrasiklin, digitalis,

kontraseptif, klorpromazin, karbamazepin, kinin, analgetik/antipiretikMakanan Coklat

Fisik udara dingin, sinar matahari, sinar XLain-lain penyakit kolagen, keganasan, kehamilan

(Dikutip dengan modifikasi dari SL Moschella dan HJ Hurley, 1985)

Keterlibatan kausal obat tersebut ditujukan terhadap obat yang diberikan sebelum masa

awitan setiap gejala klinis yang dicurigai (dapat sampai 21 hari). Bila pemberian obat

diteruskan dan geja]a klinis membaik maka hubungan kausal dinyatakan negatif. Bila

obat yang diberikan lebih dari satu macam maka semua obat tersebut harus dicurigai

mempunyai hubungan kausal.

Obat tersering yang dilaporkan sebagai penyebab adalah golongan salisilat, sulfa,

penisilin, antikonvulsan dan obat antiinflamasi non-steroid.

Sindrom ini dapat muncul dengan episode tunggal namun dapat terjadi berulang dengan

keadaan yang lebih buruk setelah paparan ulang terhadap obat-obatan penyebab.

Fisik

Ruam dapat mulai sebagai makula yang berkembang menjadi papul, vesikel, bula, plak

urtikarial, atau eritema konfluen.

o Pusat ini mungkin lesi vesikuler, purpura, atau nekrotik.

o Lesi khas memiliki penampilan target. Target dianggap pathognomonic. Namun,

berbeda dengan lesi eritema multiforme khas, lesi ini hanya memiliki dua zona

warna. inti mungkin vesikuler, purpura, atau nekrotik, yang zona dikelilingi oleh

eritema makula. Beberapa orang menyebut lesi targetoid.

Page 7: 81306158 Steven Johnson Syndrome Tugas Rotd

o Lesi dapat menjadi pecah bulosa dan kemudian, meninggalkan kulit gundul. Kulit

menjadi rentan terhadap infeksi sekunder. 

o Ekstensif peluruhan ditampilkan pada gambar di bawah.

Catatan peluruhan luas epidermis dari sindrom Stevens-

Johnson. Courtesy of David F. Butler, MD.

o urtikarial lesi biasanya tidak gatal.

o Infeksi mungkin bertanggung jawab atas bekas luka yang berhubungan dengan

morbiditas.

o Meskipun lesi dapat terjadi di mana saja, telapak tangan, telapak, punggung

tangan, dan ekstensor permukaan yang paling sering terkena. 

o Desquamation pada kaki ditampilkan pada gambar di bawah.

Page 8: 81306158 Steven Johnson Syndrome Tugas Rotd

Sheetlike desquamation di kaki pada pasien dengan nekrolisis epidermal

toksik.Courtesy of Schwartz Robert, MD.

o Ruam mungkin terbatas untuk setiap area salah satu tubuh, paling sering bagasi.

o Keterlibatan mukosa mungkin termasuk eritema, edema, peluruhan, blistering,

ulserasi, dan nekrosis.

o  Contoh dari jenis keterlibatan ditampilkan pada gambar di bawah.

Hemorrhagic pengerasan kulit dari selaput lendir di nekrolisis epidermal

toksik. lesi serupa terlihat dalam sindrom Stevens-Johnson. Courtesy of

Schwartz Robert, MD.

o Meskipun beberapa telah menyarankan kemungkinan sindrom Stevens-Johnson

(SJS) tanpa lesi kulit, yang paling percaya bahwa lesi mukosa saja tidak cukup

untuk menegakkan diagnosis.Sebagian mereka kini meminta kasus tanpa lesi kulit

"khas" atau "tidak lengkap." 7 Kelompok ini penulis menyarankan bahwa

kombinasi uretritis, konjungtivitis, dan stomatitis membuat diagnosis SJS pada

pasien dengan Mycoplasma pneumoniae-diinduksi tanda dan gejala.

Tanda-tanda berikut mungkin dicatat pada pemeriksaan:

o Demam

o Orthostasis

Page 9: 81306158 Steven Johnson Syndrome Tugas Rotd

o Tachycardia

o Hipotensi

o Mengubah tingkat kesadaran

o Epistaksis

o Konjungtivitis

o Ulserasi kornea

o Erosif vulvovaginitis atau balanitis

o Kejang, koma

MANIFESTASI KLINIS

Gejala prodormal berkisar antara 1-14 hari berupa demam, lesu, batuk, pilek, nyeri menelan,

nyeri dada, muntah, pegal otot dan atralgia yang sangat bervariasi dalam derajat berat dan

kombinasi gejala tersebut.

Setelah itu timbul lesi di:

Kulit : berupa eritema, papel, vesikel, atau bula secara simetris pada hamper seluruh

tubuh. Lesi yang spesifik berupa lesi target, bila bula kurang dari 10% disebut Steven

Johnson Syndrome, 10-30% disebut Steven Johnson Syndrome-Toxic Epidermolysis

Necroticans ( SJS-TEN), lebih dari 30% Toxic Epidermolysis Necroticans ( TEN ).

Sekitar 80% penyebab TEN adalah obat.

Mukosa ( mulut, tenggorokan dan genital): berupa vesikel, bula, erosi, ekskoriasi,

perdarahan dan krusta berwarna merah.

Mata : berupa konjungtivitis kataralis, blefarokonjungtivitis, iritis, iridosiklitis, kelopak

mata edema dan sulit dibuka, pada kasus berat terjadi erosi dan perforasi kornea.

Page 10: 81306158 Steven Johnson Syndrome Tugas Rotd

Gambar 2. Manifestasi Klinis Steven-Johnson Syndrome

DIAGNOSIS

Diagnosis Steven Johson Syndrome 90% berdasarkan klinis. Jika disebabkan oleh obat,

ada korelasi antara pemberian obat dengan timbulnya gejala. Diagnosis ditujukan terhadap

manifestasi yang sesuai dengan trias kelainan kulit, mukosa, mata, serta hubungannya dengan

factor penyebab yang secara klinis terdapat lesi berbentuk target, iris atau mata sapi, kelainan

pada mukosa, demam. Selain itu didukung pemeriksaan laboratorium antara lain pemeriksaan

darah tepi, pemeriksaan imunologis, biakan kuman serta uji resistensi dari darah dan tempat lesi,

dan pemeriksaan histopatologik biopsy kulit. Anemia dapat dijumpai pada kasus berat dengan

perdarahan, leukosit biasanya normal atau sedikit meninggi, terdapat peningkatan eosinofil.

Kadar IgG dan IgM dapat meninggi, C3 dan C4 normal atau sedikit menurun dan dapat dideteksi

adanya circulating immune complex. Biopsy kulit direncanakan bila lesi klasik tidak ada.

Pemeriksaan histopatologi dan imunohistokimia dapat mendukung ditegakkannya diagnosi.

DIAGNOSIS BANDING

Ada 2 penyakit yang sangat mirip dengan Steven Johnson Syndrome :

1. Toxic Epidermolysis Necroticans. Steven Johnson Syndrome sangat dekat dengan TEN.

SJS dengan bula lebih dari 30% disebut TEN.

Page 11: 81306158 Steven Johnson Syndrome Tugas Rotd

2. Staphylococcal Scalded Skin Syndrome ( Ritter disease ). Pada penyakit ini lesi kulit

ditandai dengan krusta yang mengelupas pada seluruh kulit. Biasanya mukosa tidak

terkena.

PENATALAKSANAAN

Penatalaksanaan utama adalah menghentikan obat yang diduga sebagai penyebab SJS,

sementara itu kemungkinan infeksi herpes simplex dan Mycoplasma pneumonia harus

disingkirkan. Selanjutnya perawatan lebih bersifat simtomatik.

1. Antihistamin dianjurkan untuk mengatasi gejala pruritus/ gatal biasa dipakai feniramin

hydrogen maleat ( Avil) dapat dibeikan dengan dosis untuk usia 1-3 tahun 7,5 mg/dosis,

untuk usia 3-12 tahun 15 mg/dosis, diberikan 3 kali/hari, diphenhidramin hidrokloride

( Benadril ) 1mg/kg BB tiap kali sampai 3 kali per hari. Sedangkan untuk setirizin dapat

diberikan dosis untuk usia anak 2-5 tahun: 2,5 mg/dosis, 1 kali/hari; ≥ 6 tahun: 5-10

mg/dosis, 1 kali/hari.

2. Blister kulit bias dikompres basah dengan larutan burowi

3. Papula dan macula pada kulit baik intak diberikan steroid topical, kecuali kulit yang

terbuka

4. Pengobatan infeksi kulit dengan antibiotic. Antibiotic yang paling beresiko tinggi adalah

β-lactam dan sulfa jangan digunakan untuk terapi awal dapat diberikan antibiotic

spectrum luas, selanjutnya berdasarkan hasil biakan dan uji resistensi kuman dari sediaan

lesi kulit dan darah. Terapi infeksi sekunder menggunakan antibiotic yang jarang

menimbulkan alergi, berspektrum luas, bersifat bakterisidal dan tidak bersifat

nefrotoksik, misalnya klindamisin 8-16 mg/kg/hari secara intravena, diberikan 2 kali/hari.

5. Kortikosteroid : deksametason dosis awal 1mg/kg BB nolus intarvena, kemudian

dilanjutkan 0,2-0,5 mg/kg BB intravena tiap 6 jam. Penggunaan steroid sistemik masih

kontroversi. Beberapa peneliti menyetujui pemberian kortikosteroid sistemik beralasan

bahwa kortikosteroid akan menurunkan beratnya penyakit, mempercepat kovalesensi,

mencegah komplikasi berat, menghentikan progresifitas penyakit dan mencegah

kekambuhan. Beberapa literature menyatakan pemberian kortikosteroid sistemik dapat

mengurangi inflamasi dengan cara memperbaiki integritas kapiler, memacu sintesa

lipokotrin, menekan ekspresi molekul adesi. Selain itu kortikosteroid dapat meregulasi

Page 12: 81306158 Steven Johnson Syndrome Tugas Rotd

respons imun melalui down regulation ekspresi gen sitokin. Mereka yang tidak setuju

pemberian kortikosteroid beragumentasi bahwa kortikosteroid akan menghambat

penyembuhan luka, meningkatkan resiko infeksi, menutupi tanda awal sepsis, perdarahan

gastrointestinal dan meningkatkan mortalitas. Faktor lain yang harus dipertimbangkan

yaitu harus tapering off 1-3 minggu. Bila tidak ada perbaikan dalam 3-5 hari, maka

sebaiknya pemberian kortikosteroid dihentikan. Lesi mulut diberi kenalog in orabase.

6. Intravena Imunoglobulin (IVIG). Dosis awal dengan 0.5 mg/kg BB pada hari 1, 2, 3, 4,

dan 6 masuk rumah sakit. Pemberian IVIG akan menghambat reseptor FAS dalam proses

kematian keratinosit yang dimediasi FAS.

Perawatan konservatif ditujukan untuk :

1. Perawatan lesi kulit yang terbuka, seperti perawatan luka bakar. Koordinasi dengan unit

luka bakar sangat diperlukan

2. Terapi cairan dan elektrolit. Lesi kulit yang terbuka seringkali disertai pengeluaran cairan

disertai elektrolit

3. Alimentasi kalori dan protein secara parenteral. Lesi pada saluran cerna menyebabkan

kesulitan asupan makanan dan minuman.

4. Pengendalian nyeri . penggunaan NSAID beresiko paling tinggi sebaiknya tidak

digunakan untuk mengatasi nyeri.

DAFTAR PUSTAKA

http://www.pediatrik.com/pkb/061022023053-dkjm139.pdf

http://www.sjsyndrome.com/diagnosis.html

http://www.merck.com/mmpe/sec10/ch117/ch117i.html

http://childrenallergyclinic.wordpress.com/2009/05/16/sindrom-steven-johnson/

Page 13: 81306158 Steven Johnson Syndrome Tugas Rotd

http://www.kabarindonesia.com/berita.php?pil=3&jd=PENYAKIT+ANEH:+Stevens-Johnson+Syndrome&dn=20071107180933

http://justforshared.blogspot.com/2009/03/steven-johnson-syndrome.html

http://doctorology.net/?p=250