8886-18498-1-pb
TRANSCRIPT
-
8/18/2019 8886-18498-1-PB
1/9
Buletin Peternakan Vol. 40 (1): 66-74, Februari 2016 ISSN-0126-4400 E-ISSN-2407-876X
KUALITAS FISIK TELUR ASIN ITIK PEGAGAN YANG DIPROSES DENGANMENGGUNAKAN ABU PELEPAH KELAPA SAWIT DAN ASAP CAIR
THE PHYSICAL QUALITY OF SALTED PEGAGAN DUCK EGG USING PALM OIL FRONDS
ASH AND LIQUID SMOKE AS AN CURING AGENT
Fitra Yosi*, Nurul Hidayah, Jurlinda, dan Meisji Liana Sari Program Studi Peternakan, Fakultas Pertanian, Universitas Sriwijaya, Indralaya, 30662
Submitted: 10 December 2015, Accepted: 4 February 2016
INTISARI
Asap cair merupakan bahan yang bermanfaat untuk digunakan dalam proses pengawetan telur.Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh penggunaan abu pelepah sawit dan asap cairdalam proses pengasinan terhadap kuaitas fisik telur itik pegagan. Rancangan penelitian yang digunakanadalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) pola searah yang terdiri atas 5 perlakuan dan 4 ulangan dengan
setiap ulangan terdiri 5 butir. Perbedaan mean diuji dengan Duncan Multiple Ranges Test. Perlakuan terdiriatas R0, R1, R2, R3, dan R4, di mana seluruhnya menggunakan abu pelepah kelapa sawit dan garam
dapur (1:0,25) serta masing-masing ditambahkan larutan asap cair secara berurutan 0% (kontrol), 2,5%,5%, 7,5%, dan 10% (v/v). Variabel yang diamati adalah kualitas fisik telur asin, meliputi susut bobot telur,berat kuning telur, berat putih telur, indeks kuning telur, indeks putih telur, berat kerabang telur, tebalkerabang telur, kedalaman rongga udara, warna kuning telur, pH kuning telur, pH putih telur, haugh unit(HU), viskositas putih telur. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan abu pelepah kelapa sawitdan asap cair dalam proses pengasinan berpengaruh nyata (P0.05)terhadap warna kuning telur, pH kuning telur, berat kuning telur, dan indeks kuning telur. Kesimpulanpenelitian adalah penggunaan abu pelepah kelapa sawit dan asap cair dalam proses pengasinan dapatmempertahankan kualitas fisik telur asin itik pegagan.
(Kata kunci: Abu pelepah kelapa sawit, Asap cair, Kualitas fisik, Telur itik pegagan)
ABSTRACT
Liquid smoke is a useful material for use in the process of preserving eggs. The purpose of this studywas to determine the effect for use of palm oil fronds ash and liquid smoke in the process of salting to the
physical quality of pegagan duck’s egg. This study was assingned in a Completely Randomized Design,which consists of 5 treatments and 4 replications. Each replicatation used as much as 5 eggs. The treatmentconsists of R0, R1, R2, R3, and R4, where all of treatments used palm oil fronds ash and salt (1:0.25) andeach treatment was added liquid smoke 0% (control), 2,5%, 5,0%, 7,5%, and 10% (v/v), respectively. Theexperimental variabel observed were egg weight loss, yolk and albumen weight, yolk and albumen index,eggshell weight, eggshell thickness, the depth of air cavity, yolk color, pH yolk adn albumen pH, Haughunits (HU), albumen viscosity. Data were subjected to analysis of variance and significantly differentfollowed by Duncan's multiple range test at 5%. The results showed that the use of palm oil fronds ash andliquid smoke in the process of salting significantly affected (P < 0.05) the eggshell thickness, depth of air
cavity, albumen weight, eggshell weight, albumen pH, albumen index, haugh units ( HU), albumen viscosity,and egg weight loss, but not significantly affected (P> 0.05) the yolk color, yolk pH, yolk weight, and yolkindex. It was concluded that the use of palm oil fronds ash and liquid smoke in the salting process canmaintain the physical quality of salted pegagan duck egg.
(Key words: Liquid smoke, Palm oil fronds ash, Pegagan duck eggs, Physical quality)
__________________________________* Korespondensi (corresponding author ):Telp. +62 852 2028 6664
E-mail: [email protected]
66
mailto:[email protected]:[email protected]:[email protected]
-
8/18/2019 8886-18498-1-PB
2/9
Fitra Yosi et al. Kualitas Fisik Telur Asin Itik Pegagan yang Diproses dengan Menggunakan Abu
Pendahuluan
Itik pegagan merupakan salah satu
plasma nutfah ternak asal Sumatera Selatanyang banyak dibudidayakan oleh peternaksebagai penghasil telur. Telur merupakansalah satu produk peternakan yang banyakdikonsumsi oleh masyarakat karena selainmurah telur juga mengandung zat nutrisi yangtinggi. Diketahui bahwa dalam satu butir teluritik segar terkandung protein 13,10%, lemak14,30%, karbohidrat 0,8%, dan abu 1%(Winarno dan Koswara, 2002). Di sampingkaya zat gizi, telur juga sangat mudahmengalami penurunan kualitas terutama padasaat dilakukan penyimpanan.
Guna mempertahankan kualitas telurselama penyimpanan, maka diperlukanteknologi pengawetan. Salah satu teknologipengawetan yang sudah dikenal adalahproses pengasinan. Di samping untukpengawetan, pengasinan juga dapatmeningkatkan cita rasa pada telur, yaitutimbulnya rasa masir pada kuning telur(Wulandari, 2004). Hal inilah yang kemudianmembuat telur asin semakin disukai olehmasyarakat. Bahan yang umumnyadigunakan dalam proses pengasinan teluradalah garam dapur. Penggunaan garam
dapur dalam proses pengasinan telurdisamping memiliki keuntungan sepertisebagai antiseptik dan pengendalimikroorganisme penyebab kebusukan, jugamemiliki kelemahan yaitu dapat menganggukesehatan apabila mengonsumsi garamdapur (NaCl) secara berlebihan. Oleh karenaitu, perlu diupayakan bahan alternatif untukmengurangi penggunaan garam dapurtersebut. Bahan yang diduga berpotensi untukmengurangi penggunaan garam dapur adalahabu pelepah kelapa sawit. Diketahui bahwaabu pelepah kelapa mengandung beberapa
unsur penyusun garam, seperti magnesium(Mg) dan kalium (K), di mana kedua unsurtersebut diyakini dapat membuat rasa asinpada telur selama dengan cara membentukgaram MgCl dan KCl. Di Sumatera Selatan,potensi untuk memanfaatkan pelepah kelapasawit sendiri masih sangat besar. Hal inimengingat kelapa sawit merupakan salahsatu komoditas andalan di Sumatera Selatan.
Bahan lain yang juga diyakini dapatmempertahankan kualitas telur dalam prosespengasinan adalah asap cair. Hal inidikarenakan asap cair mengandung senyawa
fenol dan asam-asam organik yang berfungsimenyelubungi dan melindungi pori-porikerabang telur sehingga penguapan gas dan
uap air dari dalam telur dapat dikurangi danpertumbuhan mikroba dapat dikontrol(Nursiwi et al ., 2013; Yosi et al ., 2015). Asapcair merupakan hasil dari proses dispersiasap kayu dalam air yang dibuat denganmengkondensasikan asap hasil pirolisis kayu(Yulistiani dan Purnama, 1997). Selama ini,informasi tentang pemanfaatan asap airdalam proses pengasinan telur masihterbatas, oleh karena itu tujuan penelitian iniadalah untuk mengetahui pengaruhpenggunaan abu pelepah kelapa sawit danasap cair dalam proses pengasinan terhadap
kualitas fisik telur.
Materi dan Metode
MateriBahan yang digunakan adalah telur itik
pegagan yang masih segar (umur 1-3 hari)sebanyak 100 butir yang diperoleh daripeternakan itik pegagan di Desa Kota Daro,Ogan Ilir, Sumatera Selatan. Bahan lain yangdigunakan adalah asap cair dan abu pelepahkelapa sawit. Adapun komposisi zat kimiayang terkandung di dalam asap cair dapat
dilihat pada Tabel 1, sementara kandunganmineral dalam abu pelepah kelapa sawitdisajikan pada Tabel 2. Alat yang digunakandalam penelitian adalah wadah telur, spatula,gelas kimia, kaca datar, timbangan digitalmerk Ohauss dengan ketelitian 0,01 g,viskometer/viskotester, pH meter, jangkasorong, cawan petridis, dan thermometer-higrometer digital, micrometer scrub, dantripodmicrometer.
MetodeTahap 1. Preparasi telur. Pertama-
tama, telur itik pegagan yang masih segar(umur 1-3 hari) dikumpulkan. Kemudiansemua telur dicuci dengan air mengalir danditiriskan dalam wadah telur.
Tahap 2. Pembuatan adonan abupelepah kelapa sawit dan larutan asap cair.Pertama-tama, abu pelepah kelapa sawitdihaluskan dan disaring sampai diperoleh abuyang halus. Kemudian, buat larutan asap cairyang terdiri atas 5 level, yaitu 0; 2,5; 5, ;7,5;dan 10% (v/v), yaitu dengan cara melarutkanasap cair ke dalam air. Setelah itu, campurkansedikit demi sedikit abu pelepah kelapa sawit
67
-
8/18/2019 8886-18498-1-PB
3/9
Buletin Peternakan Vol. 40 (1): 66-74, Februari 2016 ISSN-0126-4400 E-ISSN-2407-876X
Tabel 1. Beberapa senyawa yang terkandung dalam asap cair(some of compounds contained in liquid smoke)
Senyawa (compounds) Konsentrasi (%) (concentration (%))
Acetic acid (CAS) Ethylic acid 13.31
Formic acid (CAS) Bilorin 12.27
Propanedioic acid (CAS) Malonic acid 21.06
2-Propanone, 1-hydroxy- (CAS) Acetol 5.57
Acetic acid (CAS) Ethylic acid 14.63
(E)-Hex-2-en-4ynal 27.91
Phenol, 2-methoxy- (CAS) Guaiacol 3.91
2-Methoxy-4-methylphenol 0.99
2,5-Dimethoxytoluene 0.35
Tabel 2. Kandungan mineral kalium (K), magnesium (Mg), dan klorida (Cl) dalam abu pelepah sawit(the mineral content of potassium (K), magnesium (Mg), and chloride (Cl) in palm oil fronds ash )
Mineral Konsentrasi (%) (concentration (%))K 10,00
Mg 0,13
Cl 0,50
dengan larutan asap cair dan diaduk hinggamembentuk adonan yang kental yang dapatmelekat pada kulit telur.
Tahap 3. Pembuatan telur asin. Teluritik pegagan kemudian dibungkus atau dibalutsatu per satu dengan adonan tersebut sampaimenyerupai bola yang cukup digenggamdengan kedua telapak tangan. Telur yang
telah dibalut adonan ditempatkan dalam bakplastik dan diperam selama 2 minggu.Setelah waktu pemeraman selesai, telur asindipanen dan dibersihkan dari adonan yangmenempel, kemudian dicuci sampai bersih.
Tahap 4. Analisis kualitas telur asin.Telur yang telah disimpan sesuai denganperlakuan kemudian dianalisis berdasarkanpeubah yang telah ditentukan dengan metodemasing-masing.
Variabel yang diamati yaitu susut berattelur, berat putih dan kuning telur, tebalkerabang, berat kerabang telur, kedalamanrongga udara, indeks putih telur, indekskuning telur, pH putih dan kuning telur,viskositas putih telur, haugh unit (HU), danwarna kuning telur.
Susut bobot telur. Setelahpemeraman selama 14 hari, adonan yangmenempel pada masing-masing telur di-bersihkan lalu ditimbang dengan meng-gunakan timbangan digital. Susut bobot telurdiperoleh dengan cara mengurangkan beratawal dengan berat akhir.
Berat putih dan kuning telur.
Pertama-tama, kerabang telur dipecahkandengan hati-hati. Putih dan kuning telur lalu
dikeluarkan dari dalam kerabang dandiletakkan di atas sebuah kaca datar. Putihdan kuning telur kemudian dipisahkan denganmenggunakan spatula. Putih dan kuning telurdiletakkan di cawan petridish secara terpisahlalu diukur dengan menggunakan timbangandigital.
Tebal kerabang. Telur dipecahkan
dengan hati-hati kemudian bagian kerabangtelur di ujung tumpul, tengah, dan ujungruncing diambil dan diukur denganmenggunakan micrometer scrub. Tebalkerabang telur diukur dengan menggunakanrumus sebagai berikut (Ramanoff danRamanoff, 1963):
TK =t1+t2+t3
3
Di mana: TK = tebal kerabang; t1, t2, dan t3= tebal kerabang pada ujung tumpul, tengah,
dan runcing.
Berat kerabang telur. Kerabang telurdipecahkan dengan hati-hati. Putih dankuning telur lalu dikeluarkan dari dalamkerabang dan diletakkan di dalam cawanpetridish. Kerabang telur kemudian disimpandan didiamkan selama 24 jam. Setelah itu,kerabang telur ditimbang dengan meng-gunakan timbangan digital merk Ohaussdengan ketelitian 0,01 g dan dicatat hasilnya.Persentase berat kerabang dihitung denganmembagi berat kerabang dengan berat telur
dikalikan 100% (Sihombing et al ., 2006)
68
-
8/18/2019 8886-18498-1-PB
4/9
Fitra Yosi et al. Kualitas Fisik Telur Asin Itik Pegagan yang Diproses dengan Menggunakan Abu
Kedalaman rongga udara. Telur
dipecahkan dengan hati-hati kemudiankerabang telur yang bagian ujung tumpul
dipisahkan. Selanjutnya kedalaman ronggaudara diukur dengan menggunakan jangkasorong, yaitu dari membran dalam kerabangyang berpisah dengan membran kerabangbagian luar hingga kerabang (Jazil et al .,2013).
Indeks putih telur. Sebutir telur
diambil lalu dipecahkan dengan hati-hati.Putih dan kuning telur dikeluarkan dandiletakkan di atas sebuah kaca datar. Tinggiputih telur kental, lebar dan panjang putih telurmasing-masing diukur dengan menggunakantripodmicrometer dan jangka sorong. Nilai
indeks putih telur dihitung dengan caramembandingkan tinggi putih telur kentaldengan rerata panjang dan lebar putih telur(Sihombing et al ., 2006)
Indeks kuning telur. telur dipecahkandengan hati-hati. Putih dan kuning telur laludikeluarkan dan diletakkan diatas sebuahkaca datar. Tinggi dan diameter kuning telurkemudian diukur dengan menggunakan
jangka sorong. Pengukuran indeks kuningtelur dilakukan menurut Sirait (1986), yaitudengan cara membandingkan tinggi kuningtelur dengan diameter kuning telur.
pH kuning dan putih telur .Pengukuran pH dilakukan menurut Iza et al. (1985). pH telur dihitung denganmencelupkan ujung elektroda pH meter padaputih telur yang telah dipecah dan padakuning telur yang telah dilarutkan dalamaquades. Sebelum pengukuran, alat pH meterterlebih dahulu dikalibrasi dengan cairanbuffer pH 4 dan pH 7.
Viskositas putih telur . Kerabang telurdipecahkan dengan hati-hati. Putih dankuning telur dikeluarkan dari dalam kerabangkemudian diletakkan diatas sebuah kaca
datar. Putih telur dipisahkan dari kuning telurdengan menggunakan spatula. Setelah itu,putih telur dimasukkan ke dalam gelas kimiasebanyak 100 ml lalu diukur viskositasnyadengan cara memasukkan alat pemutar darialat viskomester. Pengukuran viskositas inidilakukan menurut AOAC (1984).
Haugh unit (HU). Pertama-tama, telurditimbang beratnya lalu dipecahkan secarahati-hati dan diletakkan diatas kaca datar.Selanjutnya tinggi putih telur kental diukurdengan tripodmicrometer . Pengukuran haugh
unit dilakukan dengan rumus:
HU = 100 log ( H + 7,57 – 1,7 W0,37
)
Di mana: HU = haugh unit; H = tinggi putihtelur kental (mm); W = berat telur (g).
Warna kuning telur.Telur dipecahkan
dengan hati-hati. Putih dan kuning telur laludikeluarkan dari dalam kerabang dandiletakkan di atas cawan petridish. Warnakuning telur diukur dengan menggunakanRoche Egg Yolk Color Fan, yaitu denganmembandingkan warna kuning telur denganwarna kuning pada kipas Roche.
Rancangan penelitian yang digunakanadalah Rancangan Acak Lengkap polasearah yang terdiri atas 5 perlakuan dan 4ulangan. Masing-masing ulangan digunakansebanyak 5 butir telur itik. Perlakuan terdiri
atas R0, R1, R2, R3, dan R4, di manaseluruhnya menggunakan abu pelepahkelapa sawit dan garam dapur (1:1/4) sertamasing-masing ditambahkan larutan asapcair secara berurutan 0% (kontrol), 2,5%, 5%,7,5%, dan 10% (v/v). Data hasil pengamatandianalisis dengan ANOVA menggunakanSPSS 17. Apabila hasil yang diperolehberpengaruh nyata, maka dilakukan uji lanjutdengan menggunakan Uji Jarak BergandaDuncan (Steel dan Torrie, 1993).
Hasil dan Pembahasan
Suhu dan kelembaban udara di ruanganpemeraman telur
Selama proses penelitian, dilakukanpengukuran terhadap suhu dan kelembabanudara di tempat pemeraman telur asin. Suhudan kelembaban udara selama pemeramanperlu untuk diketahui karena merupakanfaktor yang dapat mempengaruhi prosespenguapan uap air dari dalam telur sehinggamenentukan kualitas telur (Wulandari, 2004).
Adapun kisaran suhu dan kelembaban udaradi tempat pemeraman telur asin disajikan
pada Tabel 3. Suhu udara tertinggi terjadipada siang hari, yaitu 31,2 oC, sedangkanyang terendah terjadi pagi hari, yaitu 24,3 oC.Sementara itu, kelembaban udara tertinggiterjadi pada sore hari, yaitu 84% dan terendahpada pagi hari yaitu 63%.
Kualitas fisik telur asin itik pegaganKualitas fisik telur asin itik pegagan hasil
proses pengasinan dengan abu pelepah kelapasawit dan asap cair dapat dilihat pada Tabel 3.Berdasarkan analisis ragam, diperoleh hasilbahwa pemanfaatan abu pelepah kelapa sawit
dan asap cair berpengaruh nyata (P
-
8/18/2019 8886-18498-1-PB
5/9
Buletin Peternakan Vol. 40 (1): 66-74, Februari 2016 ISSN-0126-4400 E-ISSN-2407-876X
Tabel 3. Kisaran suhu dan kelembaban udara di ruangan pemeraman telur(the range of air temperature and humidity in the egg storage room)
Komponen (component )
Pagi (morning )
(pkl. 08.00-09.00 WIB)(at 08.00-09.00 a.m.)
Siang (noon)
(pkl. 12.00-13.00 WIB) (at12.00 a.m -01.00 p.m.)
Sore (afternoon)
(pkl. 16.00-17.00 WIB)(at 04.00-05.00 p.m.)
Suhu udara (oC)(air temperature ( oC))
24,3-29,8 27,4-31,2 28,7-30,2
Kelembaban udara (%)(air humidity (%))
63-75 64-81 53-84
Tabel 4. Kualitas fisik telur asin itik pegagan menggunakan abu pelepah kelapa sawit dan asap cair(the physical quality of salted pegagan duck eggs using palm oil fronds ash and liquid smoke )
Variabel(variable)
Perlakuan (treatment )
R0 R1 R2 R3 R4
Warna kuning telur (yolk
color )ns 13,58±0,63 12,50±0,33 12,50±0,96 12,58±1,00 12,00±0,94pH kuning telur (yolk
pH )ns 7,27±0,09 7,28±0,19 7,19±0,09 7,03±0,23 7,02±0,13
pH putih telur (albumen pH )s 9,58±0,10c 9,38±0,18b 9,32±0,05b 9,37±0,04b 9,13±0,09a
Tebal kerabang (mm)(eggshell thickness(mm))s 0,36±0,02a 0,36±0,04a 0,36±0,01a 0,27±0,03b 0,25±0,03b
Kedalaman ronggaudara (mm) (depth of aircavity (mm))s 11,45±2,78b 8,68±1,00a 8,43±0,77a 8,61±0,96a 8,24±0,62a
Berat putih telur (%)(albumen weight (%))s 49,46±1,71a 56,09±6,10b 55,42±1,18b 51,36±1,66ab 51,30±1,66ab
Berat kuning telur (%)(yolk weight (%))ns 26,84±1,78 25,75±0,76 26,64±0,96 26,94±1,76 25,98±2,64
Berat kerabang telur (%)(eggshell weight (%))s 10,24±0,16b 10,47±0,42b 10,01±0,48ab 9,95±0,31ab 9,45±0,32a
Indeks kuning telur (yolkindex )ns 0,80±0,02 0,77±0,02 0,76±0,03 0,74±0,01 0,76±0,04
Indeks putih telur(albumen index )s 0,075±0,00a 0,08±0,00b 0,08±0,00ab 0,083±0,00ab 0,076±0,00a
Haugh unit (HU)s 19,38±1,48a 23,76±2,53bc 21,80±1,65abc 21,17±2,90ab 25,08±2,69c
Susut bobot telur (%)(egg weight loss (%))s 3,09±0,48b 2,60±1,28b 2,32±0,48b 1,19 ±0,71a 0,57±0,28a
Voskositas putih telur(dPas) (albumen
viscosity (dPas))s 92,5±9,57a 111,25±9,46b 118,75±4,79bc 126,25±6,29c 145,00±8,16d R0 = kontrol (control/without liquid smoke), R1 = pengasinan dengan asap cair 2,5% (salting process with liquid smoke
2,5%), R2 = pengasinan dengan asap cair 5% (salting process with liquid smoke 5%), R3 = pengasinan dengan asapcair 7,5% (salting process with liquid smoke 7,5%), dan R4 = pengasinan dengan asap cair 10% (salting processwith liquid smoke 10%).
a,b,c,d Superskrip yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan berbeda nyata (P
-
8/18/2019 8886-18498-1-PB
6/9
Fitra Yosi et al. Kualitas Fisik Telur Asin Itik Pegagan yang Diproses dengan Menggunakan Abu
asap cair nyata (P
-
8/18/2019 8886-18498-1-PB
7/9
Buletin Peternakan Vol. 40 (1): 66-74, Februari 2016 ISSN-0126-4400 E-ISSN-2407-876X
H2O dari dalam telur yang dapat menimbulkanikatan kompleks ovomucin-lysozime sehinggaputih telur menjadi semakin encer. Asap cair
yang digunakan dalam proses pengasinan iniberfungsi sebagai bahan pelapis telur yangdapat menghambat proses penguapan CO2 dan H2O selama proses penyimpanan, olehkarena itu nilai indeks putih telur masih dapatdipertahankan. Nilai indeks kuning telur asinpada penelitian ini lebih rendah dibandingkandengan nilai indeks kuning telur asin daripenelitian Kusumawati et al. (2012), yaitu0,98, sedangkan rataan nilai indeks kuningtelur dari hasil penelitian ini adalah 0,77.
Nilai viskositas putih telur itik pegagannyata (P
-
8/18/2019 8886-18498-1-PB
8/9
Fitra Yosi et al. Kualitas Fisik Telur Asin Itik Pegagan yang Diproses dengan Menggunakan Abu
dipengaruhi oleh perlakuan. Hal ini me-nunjukkan bahwa proses pengasinan denganmenggunakan larutan asap cair hingga
konsentrasi 10% tidak menyebabkanperubahan warna pada kuning telur.Kusumawati et al. (2012) menyatakan bahwasalah satu faktor yang mempengaruhiperubahan warna kuning telur selama prosespengasinan adalah lamanya pemeraman.Sejalan dengan hal ini, Prihantari et al . (2010)
menyatakan bahwa semakin lama prosespemeraman, maka air yang ditarik oleh iongaram akan semakin banyak. Hal ini akanmembuat warna yang ada pada suatu bahanmenjadi semakin pekat. Pada penelitian ini,lama yang digunakan untuk pemeraman telur
itik adalah sama, yaitu 14 hari, oleh karena ituwarna kuning telur juga tidak berbeda nyata. Adapun rataan warna kuning telur padapenelitian ini adalah 12,63.
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dapatdisimpulkan bahwa penggunaan abu pelepahkelapa sawit dan asap cair dalam prosespengasinan dapat mempertahankan kualitasfisik telur asin itik pegagan.
Ucapan Terima Kasih
Ucapan terima kasih disampaikankepada Rektor Universitas Sriwijaya danKetua Lembaga Penelitian UniversitasSriwijaya yang telah memberikan bantuandana melalui skim Penelitian Sains,Teknologi, dan Seni tahun 2015.
Daftar Pustaka
AOAC. 1984. Official Methods of The Accociation of Official Agriculture
Chemist. AOAC. Inc. 14th
edn.Washington.
Dwidjoseputro. 2005. Dasar-dasarMikrobiologi. Penerbit Djambatan,Jakarta.
Hajrawati, J. C. Likadja, dan Hessy. 2012.Pengaruh lama perendaman ekstrakkulit buah kakao dan lamapenyimpanan terhadap daya awet telurayam ras. Agriplus 22: 43-49.
Harahap, E. U. 2007. Kajian pengaruh bahanpelapis dan teknik pengemasanterhadap perubahan mutu telur ayam
buras selama transportasi dan
penyimpanan. Tesis Institut PertanianBogor, Bogor.
Iza, A. L., F. A. Garhner and B. Meller. 1985.
Effect of egg and season of the year onegg quality. 1. Shell Quality. Poult. Sci.64: 1900-1906.
Jazil, N., A. Hintono, dan S. Mulyani. 2013.Penurunan kualitas telur ayam rasdengan intensitas warna coklatkerabang berbeda selamapenyimpanan. Jurnal AplikasiTeknologi Pangan 2: 43-47.
Kusumawati E., M. D. Rudyanto, dan I. K.Suada. 2012. Pengasinan mem-pengaruhi kualitas telur itik Mojosari.Indonesia Medicus Veterinus 1: 645-
656.Mu, J., T. Uehara and T. Furuno. 2004. Effectof bamboo vinegar on regulationofgermination and radical growth ofseed plants II: composition ofMosobamboo vinegar at differentcollection temperature and its effects. J.Wood Sci. 50: 470-476.
Nursiwi, A., P. Darmadji, S. Kanoni. 2013.Pengaruh penambahan asap cairterhadap sifat kimia dan sensoris telurasin rasa asap. Jurnal Teknologi HasilPertanian 6: 82-89.
Prihantari, M. Wijanarka, A. dan Siswati, T.2010. Pengaruh lama perendaman abupelepah kelapa terhadap sifat fisik,organoleptik, daya simpan dan kadarkalsium telur asin. Skripsi PoliteknikKesehatan Yogyakarta Jurusan Gizi,Yogyakarta.
Pszczola, D. E. 1995. Tour highlightproduction and uses of smoke basedflavors. Food Tech. 49: 70-74.
Ramanoff, A. L. and A. J. Ramanoff. 1963.The Avian Egg. The 2nd edn. JhonWiley and Sons, New York.
Sihombing, G., Avivah, dan S. Prastowo.2006. Pengaruh penambahan zeolitdalam ransum terhadap kualitas telurburung puyuh. J. Indon. Trop. Anim.
Agric. 31: 28-31.Sirait, C. H. 1986. Telur dan Pengolahannya.
Pusat Penelitian dan PengembanganPeternakan, Bogor.
Stadelman, W. J. and O. J. Cotterill. 1995.Egg Science and Technology. The 4th edn. Food products Press. An Imprint ofthe Haworth Press, New York.
73
-
8/18/2019 8886-18498-1-PB
9/9
Buletin Peternakan Vol. 40 (1): 66-74, Februari 2016 ISSN-0126-4400 E-ISSN-2407-876X
Steel, R. G. D. dan J. H. Torrie. 1993. Prinsipdan Prosedur Statistika. Edisi ke-2.Penerjemah Bambang Sumantri.
Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.Winarno, F. G. dan S. Koswara. 2002. Telur:Komposisi, Penanganan, danPengolahannya. M. Brio Press, Bogor.
Wulandari, Z. 2004. Sifat fisikomia dan totalmikroba telur itik asin hasil teknikperendaman dan lama penyimpananyang berbeda. Media Peternakan 27:38-45.
Yosi, F., S. Sandi, dan N. Afridayanti. 2015.Pengaruh penggunaan asap cair danlama penyimpanan terhadap kualitas
telur Itik Pegagan. Jurnal PeternakanSriwijaya 4: 20-27.Yulistiani, dan D. Purnama. 1997.
Kemampuan penghambatan asap cairterhadap pertumbuhan bakteri patogendan perusak pada lidah sapi. TesisUniversitas Gadjah Mada, Yogyakarta.
74