89039508 medication error

65
MAKALAH PELAYANAN KEFARMASIAN MEDICATION ERROR Disusun oleh : Ahmad Senjaya 110604956 1 Khairunnisya 11060470 45 Andreas Josef Ridwan 110604666 0 Lulu Aryani 11060470 83 Ayu Lestari 110604673 6 Mega Purnamasari 11060471 84 Desy Indriwinarni 110604678 0 Mutiara Djayanis Tia 11061246 75 Diana Yusnita 110612464 3 Nurlitasari 11060472 40 Dina Widyastuti 110604686 2 Sanny susanti 11060473 54 Hardiani Rahmania 110604694 4 Vivid Maretha 11061247 12 Irma Aprinita 110604700 0 Windu Prayogo 11060474 42 Yunita Haryati 11060475 24 PROGRAM PROFESI APOTEKER DEPARTEMEN FARMASI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS INDONESIA DEPOK

Upload: himafarma-avi-cenna

Post on 11-Dec-2014

199 views

Category:

Documents


10 download

TRANSCRIPT

Page 1: 89039508 Medication Error

MAKALAH PELAYANAN KEFARMASIAN

MEDICATION ERROR

Disusun oleh :

Ahmad Senjaya 1106049561 Khairunnisya 1106047045

Andreas Josef Ridwan 1106046660 Lulu Aryani 1106047083

Ayu Lestari 1106046736 Mega Purnamasari 1106047184

Desy Indriwinarni 1106046780 Mutiara Djayanis Tia 1106124675

Diana Yusnita 1106124643 Nurlitasari 1106047240

Dina Widyastuti 1106046862 Sanny susanti 1106047354

Hardiani Rahmania 1106046944 Vivid Maretha 1106124712

Irma Aprinita 1106047000 Windu Prayogo 1106047442

Yunita Haryati 1106047524

PROGRAM PROFESI APOTEKER

DEPARTEMEN FARMASI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS INDONESIA

DEPOK

Page 2: 89039508 Medication Error

2

KATA PENGANTAR

Puji syukur penyusun panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa karena atas

limpahan rahmat dan kasih sayangNya, penyusun dapat menyelesaikan makalah ini.

Penyusunan makalah ini dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu tugas mata kuliah

Pelayanan Kefarmasian Program Profesi Apoteker. Makalah ini berisi tentang penjelasan

medication error beserta contoh kasus-kasus yang terjadi dalam bidang

pelayanan kefarmasian.

Penuyusun menyadari bahwa tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak,

sangatlah sulit untuk menyelesaikan makalah ini. Oleh karena itu, penulis

mengucapkan terima kasih kepada teman-teman serta Ibu Alvina.

Akhir kata, penyusun berharap Tuhan Yang Maha Kuasa berkenan membalas segala

kebaikan semua pihak yang telah membantu. Semoga makalah ini membawa

manfaat bagi pengembangan ilmu.

Penyusun

2011

Page 3: 89039508 Medication Error

3

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ........................................................................................................ 1

KATA PENGANTAR ...................................................................................................... 2

DAFTAR ISI .................................................................................................................... 3

BAB 1 PENDAHULUAN ...................................................................................... 4

BAB 2 PEMBAHASAN .................................................................................................. 6

2.1 Definisi......................................................................................................................... 6

2.2 Klasifikasi .................................................................................................................... 7

2.3 Faktor Penyebab................................................................................................ 14

2.4 Pencegahan Medication Error ........................................................................... 18

2.5 Pengelolaan Kesalahan Obat.............................................................................. 24

2.6 Kasus Medication Error .................................................................................... 26

BAB 3 PENUTUP ................................................................................................. 31

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................ 32

Page 4: 89039508 Medication Error

4

BAB 1

PENDAHULUAN

Medication error merupakan masalah yang sering terjadi pada pasien rawat

inap. Secara umum Medication error didefinisikan sebagai peresepan, pemberian

dan administrasi obat yang salah, yang menyebabkan konsekuensi tertentu atau

tidak. Sebuah studi medication error pada pasien pediatric menunjukkan 5,7%

medication errors 10778 kasus berasal dari pemesanan obat. Studi lain

menyebutkan bahwa lokasi yangbpalin banyak terjadi kesalahan pada pediatric

adalah NICU (Neonatal Intensive Care Unit), unit pelayanan umum, unit pediatrik

dan pasien rawat inap. Sebagian besar kesalahan terkait dengan administrasi obat

terutama penggunaan dosis obat yang kurang tepat.

Medication error dapat menyebabkan efek samping yang

membahayakanyang potensial memicu resiko fatal dari penyakit. Suatu sistem

praktik pengobatan yang aman perlu dikembangkan dan dipelihara untuk

memastikan bahwa pasien menerima pelayanan dan proteksi sebaik mungkin. Hal

ini dikarenakan semakin bervariasinya obat-obatan dan meningkatnya jumlah dan

jenis obat yang ditulis per pasien saat ini.

Tanggung jawab seorang apoteker dan perawat dalam dispensing dan

pemberian obat menjadi semakin berat akibat ketersediaan obat tertentu yang lebih

banyak untuk suatu penyakit, waktu kadaluarsa obat yang semakin cepat, dan

banyaknya jenis obat-obat baru yang tertulis pada resep. Penggunaan obat

yang semakin meningkat dapat meningkatkan bahaya terjadinya kesalahan

pengobatan. Masalah ini semakin serius karena kesalahan pengobatan merupakan

pemicu terjadinya kecelakaan dalam rumah sakit, sehingga perlu dicari upaya

untuk mencegah dan meminimalkan terjadinya kesalahan-kesalahan pengobatan

tersebut.

Kesalahan pengobatan dapat terjadi pada masing-masing proses dari

peresepan, mulai dari penulisan resep, pembacaan resep oleh apoteker, penyerahan

obat sampai penggunaan obat oleh pasien, kesalahan yang terjadi di salah

satu komponen dapat secara berantai menimbulkan kesalahan lain di

Page 5: 89039508 Medication Error

5

komponen-

Page 6: 89039508 Medication Error

6

komponen selanjutnya. Sebuah studi di Yogyakarta (2010) terhadap sebuah rumah

sakit swasta menunjukkan bahwa dari 229 resep , ditemukan 226 resep medication

error. Dari 226 medication errors, 99.12% merupakan kesalahan peresepan, 3.02%

merupakan kesalahan farmasetik dan 3.66% merupakan kesalahan penyerahan.

Sebagian besar kesalahan peresepan merupakan akibat dari resep yang tidak

lengkap. Dokter melakukan kesalahan terbanyak yakni 99.12%. kesalahan

farmasetik meliputi overdosis atau dosis rendah yang inadekuat. Penyerahan obat

meliputi preparasi obat yang tidak tepat dan pemberian informasi yang tidak

lengkap.

Monitoring keamanan dan efikasi obat secara adekuat dapat mencegah

terjadinya efek samping. Di Rumah Sakit, pemberian informasi dan kontrol

administrasi obat merupakan tantangan yang berat. Selain itu, pada pasien rawat

jalan, kontrol penggunaan obat dan keparahan efek samping juga belum dimonitor

dengan baik. Interaksi obat dengan obat, makanan, dan bahan kimia dapat

mempengaruhi terapeutik pasien.

Misi apoteker adalah untuk membantu memastikan bahwa pasien

mendapatkan penggunaan obat yang terbaik dan rasional. Apoteker harus

mempelopori, bekerja sama dan disiplin dalam mencegah, mendeteksi dan

mengatasi masalah yang berkaitan dengan obat yang dapat mengakibatkan kerugian

pada pasien. Adanya faktor risiko dan riwayat penggunaan obat sebelumnya yang

mungkin dapat berinteraksi perlu dipantau untuk meminimalkan risiko. Apoteker

harus bekerja sama dengan tenaga kesehatan lain untuk memastikan bahwa obat

yang digunakan aman. Hal-hal tersebut dilakukan agar dampak negatif dari

medication error seperti pemborosan dari segi ekonomi dan menurunnya mutu

pelayanan pengobatan (meningkatnya efek samping dan kegagalan pengobatan)

dapat diminimalkan

Page 7: 89039508 Medication Error

7

Bab 2

Pembahasan

2.1. Definisi

Error didefinisikan sebagai kegagalan dari sesuatu yang telah direncanakan

untuk diselesaikan sesuai dengan tujuan (kesalahan pada pelaksanaan) atau

kesalahan pada perencanaan untuk mencapai tujuan (kesalahan pada perencanaan).

Suatu error mungkin terjadi karena hasil dari kelalaian (The Institute of Medicine,

2004). Sedangkan kesalahan pengobatan (medication error) didefinisikan sebagai

setiap kesalahan (error) yang terjadi dalam proses hingga penggunaan dalam

pngobatan. Kesalahan pengobatan (medication error) didefinisikan secara luas

sebagai kesalahan dalam meresepkan, pembuatan, dan memberikan obat, tanpa

tergantung dengan di mana kesalahan ini menyebabkan konsekuensi yang

merugikan atau tidak. Definisi yang terbaru dari kesalahan pengobatan adalah

kegagalan dalam proses pengobatan yang menyebabkan atau berpotensi

membahayaan pasien, kesalahan pengobatan dapat terjadi pada setiap langkah

pengobatan yang menggunakan proses, dan mungkin atau tidak dapat

menyebabkan ADE atau Adverse Drug Event (William,2007).

Selain itu, kesalahan pengobatan (medication error) dapat didefinisikan

sebagai semua kejadian yang dapat menyebabkan pengobatan tidak sesuai atau yang

dapat mencelakakan pasien dimana prosedur pengobatan tersebut masih berada di

bawah kontrol praktisi kesehatan (Fowler, 2009). Dimana definisi tersebut mirip

dengan definisi dari National Coordinating Council for Medication error Reporting

and Prevention (NCCMERP). NCCMERP mendefinisikan kesalahan pengobatan

sebagai “Suatu kejadian yang dapat dicegah yang menyebabkan penggunaan

obat yang tidak sesuai atau membahayakan pasien di mana pengobatan tersebut

dikontrol oleh tenaga medis profesional, pasien, atau konsumen, yang berhubungan

dengan praktis profesional, produk kesehatan, prosedur, sistem termasuk

prescribing; order communication; product labeling; packaging; compounding;

dispensing; distribution; administration; education; monitoring; dan penggunaan."

Page 8: 89039508 Medication Error

8

Pengertian lain oleh Cohen, dkk., medication error adalah suatu kesalahan

dalam proses pengobatan yang masih berada dalam pengawasan dan tanggung jawab

profesi kesehatan, pasien atau konsumen, dan seharusnya dapat dicegah

(Cohen,1991). Dalam Surat Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor

1027/MENKES/SK/IX/2004 disebutkan bahwa pengertian medication error adalah

kejadian yang merugikan pasien, akibat pemakaian obat selama dalam penanganan

tenaga kesehatan, yang sebetulnya dapat dicegah.

2.2, Klasifikasi

Kategori Medication error

National Coordinating Council for Medication error Reporting and Prevention

(NCC MERP) mengklasifikasikan medication error berdasarkan tingkat keparahan

hasil dari pasien. Kesalahan yang dekat juga di klasifikasikan sebagai

kesalahan potensial yang berhak mendapat sistem yang luas dan mengarah ke

perbaikan. Kategori medication error adalah sebagai berikut:

Tabel 1. Taksonomi & kategorisasi medication error

Tipe error Kategori Keterangan

NO ERROR

A Keadaan atau kejadian yang potensial menyebabkan

terjadinya error

ERROR-NO HARM

B Error terjadi, tetapi obat belum mencapai pasien

C Error terjadi, obat sudah mencapai pasien tetapi tidak

menimbulkan risiko

Obat mencapai pasien dan sudah

terlanjur diminum/digunakan

Obat mencapai pasien tetapi belum

sempat diminum/digunakan

D Error terjadi dan konsekuensinya diperlukan

monitoring terhadap pasien, tetapi tidak

menimbulkan resiko (harm) pada pasien

Page 9: 89039508 Medication Error

ERROR-HARM

E Error terjadi dan pasien memerlukan terapi atau

intervensi serta menimbulkan resiko (harm) pada

pasien yang bersifat sementara

F Error terjadi & pasien memerlukan perawatan atau

perpanjangan perawatan di rumah sakit disertai cacat

yang bersifat sementara

G Error terjadi dan menyebabkan resiko (harm)

permanen

H Error terjadi dan nyaris menimbulkan kematian (mis.

anafilaksis, henti jantung)

ERROR-DEATH I Error terjadi dan menyebabkan kematian pasien

8

Page 10: 89039508 Medication Error

9

Gambar diagram medication error

Jenis Kesalahan Obat

Kejadian medication error dibagi dalam 4 fase, yaitu fase prescribing, fase

transcribing, fase dispensing, dan fase administrasion oleh pasien (Cohen,1991).

1. Prescribing Errors

Medication error pada fase prescribing adalah error yang terjadi pada fase

penulisan resep. Fase ini meliputi:

a. Kesalahan resep

Seleksi obat (didasarkan pada indikasi, kontraindikasi, alergi

yang diketahui, terapi obat yang ada, dan faktor lain), dosis, bentuk

sediaan, mutu, rute, konsentrasi, kecepatan pemberian, atau instruksi

untuk menggunakan suatu obat yang diorder atau diotorisasi oleh

dokter (atau

Page 11: 89039508 Medication Error

1010

penulis lain yang sah) yang tidak benar. Seleksi obat yang tidak benar

misalnya seorang pasien dengan infeksi bakteri yang resisten

terhadap obat yang ditulis untuk pasien tersebut.

Resep atau order obat yang tidak terbaca yang menyebabkan

kesalahan yang sampai pada pasien.

b. Kesalahan karena yang tidak diotorisasi

Pemberian kepada pasien, obat yang tidak diotorisasi oleh

seorang penulis resep yang sah untuk pasien. Mencakup suatu obat yang

keliru, suatu dosis diberikan kepada pasien yang keliru, obat yang tidak

diorder, duplikasi dosis, dosis diberikan di luar pedoman atau

protokol klinik yang telah ditetapkan, misalnya obat diberikan hanya

bila tekanan darah pasien turun di bawah suatu tingkat tekanan yang

ditetapkan sebelumnya.

c. Kesalahan karena dosis tidak benar

Pemberian kepada pasien suatu dosis yang lebih besar atau lebih kecil

dari jumlah yang diorder oleh dokter penulis resep atau pemberian dosis

duplikat kepada pasien, yaitu satu atau lebih unit dosis sebagai tambahan

pada dosis obat yang diorder.

d. Kesalahan karena indikasi tidak diobati

Kondisi medis pasien memerlukan terapi obat tetapi tidak

menerima suatu obat untuk indikasi tersebut. Misalnya seorang pasien

hipertensi atau glukoma tetapi tidak menggunakan obat untuk masalah

ini.

e. Kesalahan karena penggunaan obat yang tidak diperlukan

Pasien menerima suatu obat untuk suatu kondisi medis yang tidak

memerlukan terapi obat.

2. Transcription Errors

Pada fase transcribing, kesalahan terjadi pada saat pembacaan resep untuk

proses dispensing, antara lain salah membaca resep karena tulisan yang

Page 12: 89039508 Medication Error

1111

tidak

Page 13: 89039508 Medication Error

1212

jelas. Salah dalam menterjemahkan order pembuatan resep dan signature

juga dapat terjadi pada fase ini.

Jenis kesalahan obat yang termasuk transcription errors, yaitu:

a. Kesalahan karena pemantauan yang keliru

Gagal mengkaji suatu regimen tertulis untuk ketepatan dan pendeteksian

masalah, atau gagal menggunakan data klinik atau data laboratorium untuk

pengkajian respon pasien yang memadai terhadap terapi yang ditulis.

b. Kesalahan karena ROM (Reaksi Obat Merugikan)

Pasien mengalami suatu masalah medis sebagai akibat dari ROM atau efek

samping.

Reaksi diharapkan atau tidak diharapkan, seperti ruam dengan suatu

antibiotik, pasien memerlukan perhatian pelayanan medis.

c. Kesalahan karena interaksi obat

Pasien mengalami masalah medis, sebagai akibat dari interaksi obat-obat,

obat-makanan, atau obat-prosedur laboratorium.

3. Administration Error

Kesalahan pada fase administration adalah kesalahan yang terjadi pada

proses penggunaan obat. Fase ini dapat melibatkan petugas apotek dan

pasien atau keluarganya. Kesalahan yang terjadi misalnya pasien salah

menggunakan supositoria yang seharusnya melalui dubur tapi dimakan

dengan bubur, salah waktu minum obatnya seharusnya 1 jam sebelum

makan tetapi diminum bersama makan.

Jenis kesalahan obat yang termasuk administration errors yaitu :

a. Kesalahan karena lalai memberikan obat

Gagal memberikan satu dosis yang diorder untuk seorang pasien, sebelum

dosis terjadwal berikutnya.

Page 14: 89039508 Medication Error

1313

b. Kesalahan karena waktu pemberian yang keliru

Pemberian obat di luar suatu jarak waktu yang ditentukan sebelumnya

dari waktu pemberian obat terjadwal.

c. Kesalahan karena teknik pemberian yang keliru

Prosedur yang tidak tepat atau teknik yang tidak benar dalam pemberian

suatu obat.

Kesalahan rute pemberian yang keliru berbeda dengan yang ditulis;

melalui rute yang benar, tetapi tempat yang keliru (misalnya mata kiri

sebagai ganti mata kanan), kesalahan karena kecepatan pemberian yang

keliru.

d. Kesalahan karena tidak patuh

Perilaku pasien yang tidak tepat berkenaan dengan ketaatan pada suatu

regimen obat yang ditulis. Misalnya paling umum tidak patuh

menggunakan terapi obat antihipertensi.

e. Kesalahan karena rute pemberian tidak benar

Pemberian suatu obat melalui rute yang lain dari yang diorder oleh

dokter, juga termasuk dosis yang diberikan melalui rute yang benar, tetapi

pada tempat yang keliru (misalnya mata kiri, seharusnya mata kanan).

f. Kesalahan karena gagal menerima obat

Kondisi medis pasien memerlukan terapi obat, tetapi untuk alasan

farmasetik, psikologis, sosiologis, atau ekonomis, pasien tidak menerima

atau tidak menggunakan obat.

4. Dispensing Error

Kesalahan pada fase dispensing terjadi pada saat penyiapan hingga

penyerahan resep oleh petugas apotek. Salah satu kemungkinan terjadinya

error adalah salah dalam mengambil obat dari rak penyimpanan karena

kemasan atau nama obat yang mirip atau dapat pula terjadi karena

berdekatan

Page 15: 89039508 Medication Error

1414

letaknya. Selain itu, salah dalam menghitung jumlah tablet yang akan

diracik, ataupun salah dalam pemberian informasi.

Jenis kesalahan obat yang termasuk Dispensing errors yaitu :

a. Kesalahan karena bentuk sediaan

Pemberian kepada pasien suatu sediaan obat dalam bentuk berbeda dari

yang diorder oleh dokter penulis.

Penggerusan tablet lepas lambat, termasuk kesalahan.

b. Kesalahan karena pembuatan/penyiapan obat yang keliru

Sediaan obat diformulasi atau disiapkan tidak benar sebelum pemberian.

Misalnya, pengenceran yang tidak benar, atau rekonstitusi suatu

sediaan yang tidak benar. Tidak mengocok suspensi. Mencampur obat-obat

yang secara fisik atau kimia inkompatibel.

Penggunaan obat kadaluarsa, tidak melindungi obat terhadap pemaparan

cahaya.

c. Kesalahan karena pemberian obat yang rusak

Pemberian suatu obat yang telah kadaluarsa atau keutuhan fisik atau kimia

bentuk sediaan telah membahayakan. Termasuk obat-obat yang disimpan

secara tidak tepat.

Adapun bentuk-bentuk kejadian medication error disajikan dalam Tabel 2.

Page 16: 89039508 Medication Error

1515

Tabel 2. Bentuk-bentuk kejadian medication error

2.3. Faktor Penyebab

Menurut American Hospital Association, medication error antara lain

dapat terjadi pada situasi berikut:

a. Informasi pasien yang tidak lengkap, misalnya tidak ada informasi

tentang riwayat alergi dan penggunaan obat sebelumnya.

b. Tidak diberikan informasi obat yang layak, misalnya cara minum atau

menggunakan obat, frekuensi dan lama pemberian hingga peringatan jika

timbul efek samping.

c. Kesalahan komunikasi dalam peresepan, misalnya interpretasi apoteker yang

keliru dalam membaca resep dokter, kesalahan membaca nama obat yang

relatif

Page 17: 89039508 Medication Error

1616

mirip dengan obat lainnya, kesalahan membaca desimal, pembacaan unit dosis

hingga singkatan peresepan yang tidak jelas (q.d atau q.i.d/QD).

d. Pelabelan kemasan obat yang tidak jelas sehingga berisiko dibaca keliru

oleh pasien.

e. Faktor-faktor lingkungan, seperti ruang apotek/ruang obat yang tidak terang,

hingga suasana tempat kerja yang tidak nyaman yang dapat

mengakibatkan timbulnya medication error.

Di bawah ini diuraikan beberapa faktor yang dapat menyebabkan terjadinya

medication error:

1. Kondisi sumber daya manusia Instalasi Farmasi Rumah Sakit (IFRS)

a. Jumlah dan mutu apoteker tidak memadai

b. Personel non-professional dalam bidang pekerjaan apoteker

2. Sistem distribusi obat untuk PRT yang tidak sesuai

3. Belum diterapkannya pelayanan farmasi klinik

Pelayanan farmasi klinik merupakan suatu kegiatan jaminan mutu pelayanan

obat kepada pasien. Dalam pelayanan ini, apoteker memiliki tanggung jawab

sebagai upaya pencapaian dan peningkatan kesehatan pasien dan mutu

kehidupannya. Jika pelayanan ini tidak diterapkan di rumah sakit, maka tidak

menutup kemungkinan kesalahan obat atau masalah yang berkaitan dengan

obat akan banyak terjadi.

4. Tidak diterapkannya pedoman Cara Dispensing Obat yang Baik (CDOB)

Berbagai kegiatan dalam CDOB tidak dilakukan, seperti: interpretasi

resep, riwayat pengobatan pasien, pemberian informasi yang tidak

lengkap pada etiket, kurangnya informasi pada perawat, dapat

menyebabkan terjadinya kesalahan baik oleh dokter, apoteker, perawat,

maupun pasien.

5. Kebijakan dan prosedur pengelolaan, pengendalian, serta pelayanan obat

yang tidak memadai

Page 18: 89039508 Medication Error

1717

Kebijakan dan prosedur sangat penting serta berguna karena merupakan

penuntun untuk melaksanakan pengelolaan, pengendalian, dan pelayanan

obat

Page 19: 89039508 Medication Error

1818

yang efektif dan efisien di rumah sakit. Kurangnya kebijakan dan prosedur

tersebut di rumah sakit dapat berkontribusi pada kesalahan obat di rumah sakit.

6. Pelaksanaan sistem formularium dan pengadaan formularium yang

belum memadai

Sistem formularium yang belum diterapkan, mengakibatkan formularium

tidak akomodatif bagi pasien. Jumlah, jenis mutu obat serta penggunaan di

rumah sakir tidak terkendali, dan kondisi tersebut dapat menyebabkan

kesalahan obat.

7. Panitia Farmasi dan Terapi (PFT) belum berdaya

Tidak berdayanya PFT di rumah sakit, antara lain sistem formularium tidak

terlaksana, formularium tidak baik, dan pengembangan kebijakan serta

prosedur berkaitan dengan obat sangat lambat. Hal-hal tersebut dapat

berkontribusi pada kesalahan obat di rumah sakit.

8. Kurang memadainya pengetahuan pasien dan profesional tentang obat

Pengetahuan pasien yang kurang memadai tentang obat

menyebabkan ketidakpatuhan pasien dan salah penggunaan obatnya.

Sedangkan, profesional kesehatan yang memiliki pengetahuan kurang

terhadap obat dapat menyebabkan kesalahan pemilihan obat yang tepat

bagi pasien.

9. Kesalahan komunikasi (communication errors).

Kesalahan komunikasi dapat terjadi akibat kurangnya kemampuan

dokter/apoteker dalam berkomunikasi dengan pasien. Dapat juga diakibatkan

karena pasien tidak memberitahukan gejala penyakit yang dirasakannya

dengan jelas.

10. Meningkatnya spesialisasi dan fragmentasi perawatan kesehatan.

Semakin banyak tenaga kesehatan yang menangani seorang pasien, makin

besar kemungkinan kesalahan informasi yang disampaikan.

11. Belum terdapat standar pelayanan medis yang tertuang dalam SOP.

Masih belum adanya standar pelayanan medis yang dituangkan dalam standar

prosedur operasional sehingga tidak ada acuan baku dalam penatalaksanaan

suatu penyakit dengan baik. Misalnya penatalaksanaan malaria baik oleh

Page 20: 89039508 Medication Error

1919

tenaga mikroskopis maupun tenaga medis hanya didasarkan atas pengalaman.

Page 21: 89039508 Medication Error

2020

12. Penyebab kesalahan obat yang umum

a. Kekuatan obat pada etiket atau dalam kemasan yang membingungkan

Kekuatan atau dosis sediaan tidak jelas dimana sediaan tersebut terdiri

dari bermacam-macam obat dengan perbandingan yang ada,

contoh cotrimoksazol (trimetroprim 800 mg + sulfametoksazol 400 mg).

b. Nama atau bunyi nama obat yang terlihat mirip

Penamaan sediaan obat yang hampir sama dapat menyebabkan medication

error. Contoh obat yang sering menyebabkan kesalahan pengobatan

adalah obat pencegah pembekuan darah Coumadin® dan obat anti

parkinson Kemadrin®. Taxol® (paclitaxel) suatu agen antikanker

kedengarannya hampir sama dengan Paxil® (paroxetine) yang merupakan

suatu antidepresan.

c. Kesalahan alat

Contohnya pompa intravena dimana katupnya tidak berfungsi,

menyebabkan periode pemberian obat menjadi terlalu cepat.

d. Tulisan tangan tidak terbaca

Tulisan tangan yang kurang jelas dapat menyebabkan kesalahan dalam

dua pengobatan yang mempunyai nama yang serupa. Selain itu, banyak

nama obat yang nampak serupa terutama saat percakapan di telepon,

kurang jelas atau salah melafalkan. Permasalahannya menjadi kompleks

apabila obat tersebut memiliki cara pemberian yang sama dan dosis yang

hampir sama.

e. Penulisan kembali resep atau order dokter yang tidak

tepat f. Perhitungan dosis yang tidak teliti

Kesalahan dalam menghitung dosis sebagian besar terjadi pada

pengobatan pediatri dan pada produk-produk intravena. Beberapa studi

menunjukkan bahwa kesalahan dalam perhitungan dosis tidak hanya

ringan tetapi juga kesalahan yang fatal, misal kesalahan 10 kali lipat atau

mencapai 15%.

g. Kesalahan diagnosis

Kesalahan dokter dalam mendiagnosis penyakit dapat menyebabkan

Page 22: 89039508 Medication Error

2121

kesalahan tindakan medis selanjutnya.

Page 23: 89039508 Medication Error

2222

h. Menggunakan singkatan yang tidak tepat dalam penulisan resep

Pengunaan singkatan dalam resep terkadang dapat menyebabkan

terjadinya kesalahan obat, seperti misalnya:

Singkatan U (unit) untuk insulin dan pitosin dapat

menyebabkan kesalahan pembacaan menjadi 0 yang menyebabkan

overdosis yang berbahaya.

Singkatan IU (International Unit) dapat terbaca sebagai IV (intravena)

atau 10.

Singkatan q.d. (quaque die) yang berarti setiap hari dapat

menyebabkan kesalahan pembacaan menjadi qid (quarter in die atau

empat kali sehari) atau qod (setiap hari yang berbeda)

Angka desimal seharusnya tidak ditulis. Angka 1.0 dapat terbaca

sebagai 10 akibat tanda desimalnya berada pada garis keras resep.

i. Kesalahan penulisan

etiket j. Beban kerja

berlebihan

k. Obat-obatan yang tidak tersedia

2.4. Pencegahan Medication Error

Sejumlah pasien dapat mengalami cedera atau mengalami insiden pada saat

memperoleh layanan kesehatan, khususnya terkait penggunaan obat yang

dikenal dengan medication error. Di rumah sakit dan sarana pelayanan kesehatan

lainnya, kejadian medication error dapat dicegah jika melibatkan pelayanan

farmasi klinik dari apoteker yang sudah terlatih. Saat ini di negara-negara maju

sudah ada apoteker dengan spesialisasi khusus menangani medication safety.

Peran Apoteker Keselamatan Pengobatan (Medication Safety Pharmacist) meliputi :

1. Mengelola laporan medication error

Membuat kajian terhadap laporan insiden yang masuk

Mencari akar permasalahan dari error yang terjadi

Page 24: 89039508 Medication Error

2323

2. Mengidentifikasi pelaksanaan praktek profesi terbaik untuk menjamin

medication safety

Menganalisis pelaksanaan praktek yang menyebabkan medication error

Mengambil langkah proaktif untuk pencegahan

Memfasilitasi perubahan proses dan sistem untuk menurunkan insiden

yang sering terjadi atau berulangnya insiden sejenis

3. Mendidik staf dan klinisi terkait lainnya untuk menggalakkan praktek

pengobatan yang aman

Mengembangkan program pendidikan untuk meningkatkan medication safety

dan kepatuhan terhadap aturan/SOP yang ada

4. Berpartisipasi dalam Komite/tim yang berhubungan dengan medication safety

Komite Keselamatan Pasien RS

Dan komite terkait lainnya

5. Terlibat didalam pengembangan dan pengkajian kebijakan penggunaan obat

6. Memonitor kepatuhan terhadap standar pelaksanaan Keselamatan Pasien yang ada

Peran apoteker dalam mewujudkan keselamatan pasien meliputi dua aspek

yaitu aspek manajemen dan aspek klinik.

1. Aspek manajemen meliputi pemilihan perbekalan farmasi, pengadaan,

penerimaan, penyimpanan dan distribusi, alur pelayanan, sistem

pengendalian (misalnya memanfaatkan IT).

2. Aspek klinik meliputi skrining permintaan obat (resep atau bebas), penyiapan

obat dan obat khusus, penyerahan dan pemberian informasi obat, konseling,

monitoring dan evaluasi.

Kegiatan farmasi klinik sangat diperlukan terutama pada pasien yang

menerima pengobatan dengan risiko tinggi. Keterlibatan apoteker dalam

tim pelayanan kesehatan perlu didukung mengingat keberadaannya melalui kegiatan

farmasi klinik terbukti memiliki konstribusi besar dalam menurunkan

insiden/kesalahan.

Page 25: 89039508 Medication Error

2020

Apoteker harus berperan di semua tahapan proses yang meliputi :

1. Pemilihan

Pada tahap pemilihan perbekalan farmasi, risiko insiden/error dapat diturunkan

dengan pengendalian jumlah item obat dan penggunaan obat-obat sesuai

formularium.

2. Pengadaan

Pengadaan harus menjamin ketersediaan obat yang aman, efektif, dan sesuai

peraturan yang berlaku (legalitas) dan diperoleh dari distributor resmi.

3. Penyimpanan

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penyimpanan untuk menurunkan

kesalahan pengambilan obat dan menjamin mutu obat:

Simpan obat dengan nama, tampilan dan ucapan mirip (look-alike, sound-alike

medication names) secara terpisah.

Obat-obat dengan peringatan khusus (high alert drugs) yang dapat

menimbulkan cedera jika terjadi kesalahan pengambilan, simpan di tempat

khusus. Misalnya :

- cairan elektrolit pekat seperti KCl injeksi, heparin, warfarin, insulin,

kemoterapi, narkotik opiat, neuromuscular blocking agents,

thrombolitik, dan agonis adrenergik.

- kelompok obat antidiabet jangan disimpan tercampur dengan obat lain secara

alfabetis, tetapi tempatkan secara terpisah

Simpan obat sesuai dengan persyaratan penyimpanan.

4. Skrining Resep

Apoteker dapat berperan nyata dalam pencegahan terjadinya medication error

melalui kolaborasi dengan dokter dan pasien.

Identifikasi pasien minimal dengan dua identitas, misalnya nama dan

nomor rekam medik/ nomor resep,

Page 26: 89039508 Medication Error

2121

Apoteker tidak boleh membuat asumsi pada saat melakukan interpretasi resep

dokter. Untuk mengklarifikasi ketidaktepatan atau ketidakjelasan resep,

singkatan, hubungi dokter penulis resep.

Dapatkan informasi mengenai pasien sebagai petunjuk penting dalam

pengambilan keputusan pemberian obat, seperti :

- Data demografi (umur, berat badan, jenis kelamin) dan data klinis (alergi,

diagnosis dan hamil/menyusui). Contohnya, Apoteker perlu mengetahui

tinggi dan berat badan pasien yang menerima obat-obat dengan indeks

terapi sempit untuk keperluan perhitungan dosis.

- Hasil pemeriksaan pasien (fungsi organ, hasil laboratorium, tanda-tanda vital

dan parameter lainnya). Contohnya, Apoteker harus mengetahui data

laboratorium yang penting, terutama untuk obat-obat yang memerlukan

penyesuaian dosis dosis (seperti pada penurunan fungsi ginjal).

Apoteker harus membuat riwayat/catatan pengobatan pasien.

Strategi lain untuk mencegah kesalahan obat dapat dilakukan dengan

penggunaan otomatisasi (automatic stop order), sistem komputerisasi (e-

prescribing) dan pencatatan pengobatan pasien seperti sudah disebutkan diatas.

Permintaan obat secara lisan hanya dapat dilayani dalam keadaan emergensi

dan itupun harus dilakukan konfirmasi ulang untuk memastikan obat

yang diminta benar, dengan mengeja nama obat serta memastikan

dosisnya. Informasi obat yang penting harus diberikan kepada petugas yang

meminta/menerima obat tersebut. Petugas yang menerima permintaan

harus menulis dengan jelas instruksi lisan setelah mendapat konfirmasi.

5. Dispensing

Peracikan obat dilakukan dengan tepat sesuai dengan SOP.

Pemberian etiket yang tepat. Etiket harus dibaca minimum tiga kali : pada saat

pengambilan obat dari rak, pada saat mengambil obat dari wadah, pada saat

mengembalikan obat ke rak.

Dilakukan pemeriksaan ulang oleh orang berbeda.

Page 27: 89039508 Medication Error

2222

Pemeriksaan meliputi kelengkapan permintaan, ketepatan etiket, aturan pakai,

pemeriksaan kesesuaian resep terhadap obat, kesesuaian resep terhadap isi

etiket.

6. Komunikasi, Informasi dan Edukasi (KIE)

Edukasi dan konseling kepada pasien harus diberikan mengenai hal-hal yang

penting tentang obat dan pengobatannya. Hal-hal yang harus diinformasikan dan

didiskusikan pada pasien adalah :

Pemahaman yang jelas mengenai indikasi penggunaan dan bagaimana

menggunakan obat dengan benar, harapan setelah menggunakan obat, lama

pengobatan, kapan harus kembali ke dokter

Peringatan yang berkaitan dengan proses pengobatan

Kejadian Tidak Diharapkan (KTD) yang potensial, interaksi obat dengan obat

lain dan makanan harus dijelaskan kepada pasien

Reaksi obat yang tidak diinginkan (Adverse Drug Reaction – ADR) yang

mengakibatkan cedera pasien, pasien harus mendapat edukasi mengenai

bagaimana cara mengatasi kemungkinan terjadinya ADR tersebut

Penyimpanan dan penanganan obat di rumah termasuk mengenali obat yang

sudah rusak atau kadaluarsa. Ketika melakukan konseling kepada pasien,

apoteker mempunyai kesempatan untuk menemukan potensi kesalahan yang

mungkin terlewatkan pada proses sebelumnya.

7. Penggunaan Obat

Apoteker harus berperan dalam proses penggunaan obat oleh pasien rawat inap di

rumah sakit dan sarana pelayanaan kesehatan lainnya, bekerja sama dengan

petugas kesehatan lain. Hal yang perlu diperhatikan adalah :

Tepat pasien

Tepat indikasi

Tepat waktu pemberian

Page 28: 89039508 Medication Error

2323

Tepat obat

Tepat dosis

Tepat label obat (aturan pakai)

Tepat rute pemberian

8. Monitoring dan Evaluasi

Apoteker harus melakukan monitoring dan evaluasi untuk mengetahui efek

terapi, mewaspadai efek samping obat, memastikan kepatuhan pasien. Hasil

monitoring dan evaluasi didokumentasikan dan ditindaklanjuti dengan

melakukan perbaikan dan mencegah pengulangan kesalahan.

Seluruh personal yang ada di tempat pelayanan kefarmasian harus terlibat

didalam program keselamatan pasien khususnya medication safety dan harus secara

terus menerus mengidentifikasi masalah dan mengimplementasikan strategi untuk

meningkatkan keselamatan pasien. Faktor-faktor lain yang berkonstribusi pada

medication error antara lain :

1. Komunikasi (mis-komunikasi, kegagalan dalam berkomunikasi )

Komunikasi baik antar apoteker maupun dengan petugas kesehatan lainnya perlu

dilakukan dengan jelas untuk menghindari penafsiran ganda atau ketidak

lengkapan informasi dengan berbicara perlahan dan jelas. Perlu dibuat

daftar singkatan dan penulisan dosis yang berisiko menimbulkan kesalahan untuk

diwaspadai.

2. Kondisi lingkungan

Untuk menghindari kesalahan yang berkaitan dengan kondisi lingkungan, area

dispensing harus didesain dengan tepat dan sesuai dengan alur kerja, untuk

menurunkan kelelahan dengan pencahayaan yang cukup dan temperatur yang

nyaman. Selain itu area kerja harus bersih dan teratur untuk mencegah terjadinya

kesalahan. Obat untuk setiap pasien perlu disiapkan dalam nampan terpisah.

Page 29: 89039508 Medication Error

2424

3. Gangguan/interupsi pada saat bekerja

Gangguan/interupsi harus seminimum mungkin dengan mengurangi interupsi

baik langsung maupun melalui telepon.

4. Beban kerja

Rasio antara beban kerja dan SDM yang cukup penting untuk mengurangi

stres dan beban kerja berlebihan sehingga dapat menurunkan kesalahan.

5. Meskipun edukasi staf merupakan cara yang tidak cukup kuat dalam menurunkan

insiden/kesalahan, tetapi mereka dapat memainkan peran penting ketika

dilibatkan dalam sistem menurunkan insiden/kesalahan.

2.5. Pengelolaan Kesalahan Obat

Kesalahan obat dapat berkisar dari resiko minimal sampai ke resiko yang

mengancam kehidupan pasien. Kesalahan ini diakibatkan oleh kesalahan

karena melaksanakan suatu tindakan (commission) atau kesalahan karena tidak

mengambil tindakan yang seharusnya diambil (omission).

Penggolongan kesalahan obat memungkinkan pengelolaan tindak lanjut

yang lebih baik terhadap pendeteksian kesalahan obat. Penetapan penyebab

kesalahan obat harus digabung dengan pengkajian dari keparahan kesalahan.

Korelasi antara kesalahan dan metode distribusi obat harus dikaji (misal, dosis unit,

persediaan di ruang, atau obat ruah; pracampuran dan sediaan oral atau injeksi).

Proses ini akan membantu mengidentifikasi masalah sistem dan merangsang

perubahan untuk meminimalkan terjadinya kesalahan kembali.

Berbagai metode pendekatan organisasi untuk menurunkan kesalahan

pengobatan, antara lain:

Memaksa fungsi dan batasan (forcing function & constraints)

Otomatisasi dan computer (automation & computer)

Standar dan protokol

Sistem daftar tilik dan cek ulang (check list & double check system)

Aturan dan kebijakan (rules & policy)

Pendidikan dan informasi, serta (education & information)

Page 30: 89039508 Medication Error

2525

Lebih cermat dan waspada.

Apoteker berada dalam posisi srategis untuk meminimalkan medication error,

baik dilihat dari keterkaitan dengan tenaga kesehatan lain maupun dalam proses

pengobatan. Untuk itu, beberapa hal yang bisa dilakukan untuk meminimalkan

terjadinya kesalahan pengobatan, antara lain:

Menciptakan budaya safety (aman)

Mengembangkan program-program untuk keamanan pasien

Membiasakan mencatat dan mengkomunikasikan setiap kejadian

yang berpotensi untuk error.

Tindakan berikut direkomendasikan untuk pendeteksian kesalahan, antara lain :

a) Setiap terapi perbaikan dan terapi pendukung yang perlu harus diberikan

kepada pasien.

b) Untuk kesalahan yang signifikan secara klinik, pemberitahuan secara lisan

segera disampaikan pada dokter, perawat, dan kepala IFRS. Suatu laporan

kesalahan obat tertulis harus segera menyusul.

c) Untuk kesalahan yang signifikan secara klinik, pengumpulan fakta dan

investigasi harus dimulai dengan segera.

d) Laporan kesalahan yang signifikan secara klinik dan kegiatan perbaikan

beraitan harus dikaji oleh pengawas, kepala bagian SMF yang terlibat,

administrator rumah sakit yang sesuai, komite keselamatan rumah sakit dan

penasehat hukum.

e) Apabila diperlukan, pengawas dan anggota staf yang terlibat dalam

kesalahan, harus membicarakan tentang bagaimana kesalahan terjadi dan

bagaimana terjadinya kembali dapat dicegah.

f) Informasi yang diperoleh dari laporan kesalahan obat dan sarana lain yang

menunjukkan kegagalan berkelanjutan, harus berlaku sebagai suatu

manajemen yang efektif dan alat edukasi dalam pengembangan staf.

g) Pengawas, pimpinan bagian/departemen dan berbagai komite yang sesuai,

harus mengkaji laporan kesalahan dan menetapkan penyebab dari kesalahan

serta mengembangkan tindakan untuk mencegah terjadinya kembali.

Page 31: 89039508 Medication Error

Glucosamin 500 3x1 90

Nifedipine 2x1 60

Meloxicam 15 mg 1x1 30

Lansoprazole 30 mg 1x1 7

Neurodex 3x1 90

OBH Syrup 2x1 1

Dexanta 3x1 21

2626

h) Kesalahan obat harus dilaporkan kepada program pemantauan rumah sakit

agar pengalaman dari apoteker, perawat, dokter dan pasien, serta untuk

mengembangkan pelayanan edukasi yang bernilai, untuk pencegahan

kesalahan yang akan datang.

Kasus Medication Error

2.6.1 Kasus Prescribing error

Tuan Hasan merupakan pasien yang terdaftar sebagai pasien Askes, dia melakukan

kunjungan rutin ke sebuah rumah sakit , pada kunjungan kali ini tn. Hasan

menerima resep dengan diagnosis dislipidemia, osteoartritis, hipertensi, gerd,

cpod dan neuropati. Tn. Hasan menerima obat-obatan sebagai berikut :

R/

Dalam resep tersebut pasien menerima pengobatan yang tidak sesuai dengan

diagnosa yaitu OBH syrup yang seharusnya tidak perlu diberikan. Terdapat pula

pengobatan ganda untuk diagnosis gerd, yaitu lansoprazole (PPI) dan dexanta

(antasida). Terapi untuk gerd diberikan berdasarkan fase perkembangan gerd, yang

dikategorikan dalam beberapa fase, yaitu :

Fase I : Terapi yang dianjurkan adalah dengan merubah gaya hidup plus

antasida, dan atau dosis rendah untuk antagonis reseptor H2 (cimetidin,

famotidin, nizatidin, ranitidin).

Fase III : Terapi yang dianjurkan adalah dengan modifikasi pola hidup plus

dosis standar dari antagonis reseptor H2 untuk 6-12 minggu (simetidin 400

mg, famotidin 20 mg, nizatidin 150 mg, ranitidine 150 mg) atau

penghambat

Page 32: 89039508 Medication Error

2727

pompa proton untuk 4-8 minggu (esomeprazol 20 mg/hari, lansoprazol 15-30

mg/hari, omeprazole 20 mg/hari, pantoprazol 40 mg/hari, rabeprazol 20

mg/hari). Perubahan gaya hidup plus penghambat pompa proton untuk 8-16

minggu (esomeprazol 20-40 mg/hari, lansoprazol 30 mg/hari, omeprazole 20

mg/hari, pantoprazol 40 mg/hari, rabeprazol 20 mg/hari) atau antagonis

reseptor H2 alam dosis tinggi selama 8-12 minggu ( simetidin 400 mg atau

800 mg, famotidin 40 mg, nizatidin 150 mg, ranitidine 150 mg).

Fase III : Terapi interventional (perasi antirefluks atau terapi endoluminal).

Jenis-jenis penggunaan obat yang tidak rasional :

1. Over Prescribing

2. Under Prescribing

3. Incorrect Prescribing

4. Use of ineffective or Harmful drugs

5. Polypharmacy

Dalam resep ini terdapat penggunaan obat yang tidak rasional yang

tergolong kedalam Over Prescribing (pengobatan ganda untuk GERD) dan

Incorrect Prescribing (pemberian OBH yang idak sesuai dengan diagnose).

Over Prescribing yaitu menggunakan obat yang tidak diperlukan,

dosis terlalu tinggi, pengobatan terlalu lama, atau jumlah yang diberikan

lebih dari yang diperlukan. Over prescribing juga didefinisikan sebagai

pemberian obat baru dan mahal padahal tersedia obat lama yang lebih

murah yang sama efektif dan sama amannya, pengobatan simptomatik

untuk keluhan ringan sehingga dana untuk penyakit yang berat tersedot,

atau penggunaan obat dengan nama dagang walaupun tersedia obat generik

yang sama baiknya.

Incorrect Prescribing yaitu obat yang diberikan untuk diagnosis yang

keliru, obat untuk suatu indikasi tertentu tidak tepat, penyediaan ( di apotek,

rumah sakit) salah, atau tidak disesuaikan dengan kondisi medis, genetic,

lingkungan, faktor lain yang ada pada saat itu.

Page 33: 89039508 Medication Error

2828

2.6.2 Kasus transcription error

Contoh Kasus Transcription Error:

1. Seorang pasien 70 tahun laki-laki, diketahui hipertensi, diabetes mellitus

tipe2, dan penyakit arteri koroner, dirawat di rumah sakit mengeluh tidak

mampu berjalan selama 3 minggu. Pasien mengonsumsi obat antidiabetik oral

sebelum masuk rumah sakit dan diresepkan obat antidiabetes lain setelah

masuk. Pada review resep oleh apoteker di unit farmakologi klinis, apoteker

menemukan bahwa kedua obat sebelum dan sesudah masuk rumah sakit

mengandung gliklazid, dan bahwa dosis gabungan dari dua obat yang bisa

menempatkan pasien pada peningkatan risiko hipoglikemia.

2. Mr Smith masuk rumah sakit sehari sebelum operasi. Perintah

pengobatan preoperatif terbaca: Xanax (alprazolam) 10 mg PO hs. Pukul 10

malam, perawat yang mencoba untuk memberikan Xanax menemukan bahwa

dia hanya memiliki sepuluh kemasan blister 0,25 mg dosis tunggal tersisa dan

menghubungi farmasi, meminta 7,5 mg Xanax lagi sehingga dia bisa mematuhi

perintah dokter. Farmasi mengirimkan tiga puluh 0,25 mg. Perawat meminta

dua asisten perawat untuk membantunya membuka 40 kemasan blister. Karena

mereka membuka kemasan blister dan menempatkan tablet dalam sebuah

wadah, dokter pasien masuk dan bertanya, "Apa yang kalian lakukan?"

"Membuka dosis tunggal unit sehingga kita bisa memberikan 10 mg dosis

Xanax seperti yang Anda perintahkan , "jawab perawat itu. "Apakah Anda

gila?" Tanya dokter, "perintahku 1 mg, bukan 10 mg."

2.7 Kasus Administration error

Medication error meliputi prescribing, transcribing, dispensing dan

administration error. Administration error merupakan salah satu jenis medication

error yang sering terjadi. Sebuah studi retrospektif dilakukan selama 3.5 tahun pada

suatu rumah sakit psikiatrik di UK. Studi yang dilakukan dari 1 oktober 2000 sampai

31 maret 2004 membatasi medication administration error meliputi penyimpangan

Page 34: 89039508 Medication Error

2929

resep atau kebijakan yang berkaitan dengan pemberian obat pada rumah sakit

tersebut, termasuk kegagalan dalam pencatatan pemberian obat. Setiap laporan

kejadian dinilai oleh tiga peneliti (konsultan psikiater, apoteker kepala, dan perawat

senior). Dari 123 laporan kesalahan administrasi yang diterima, 108 (88 %)

memenuhi kriteria kesalahan administrasi, 4 yang lainnya (3 %) dikategorikan

mendekati salah. Dengan total 112 kesalahan (11 laporan tidak dipertimbangkan

untuk menggambarkan kesalahan administrasi). Kesalahan administrasi yang terjadi

meliputi

Jenis kesalahan administrasi yang paling sering dilaporkan adalah obat yang tidak

tepat, dosis yang tidak tepat dan kelalaian dosis.

Contoh Kasus:

Resep obat larutan KCl oral dipersiapkan dalam jarum suntik untuk diberikan

kepada pasien melalui selang nasogastrik. Pengobatan intavena juga

dipersiapkan dalam bentuk jarum suntik dan dibawa ke sisi tempat tidur pasien

dalam piringan (nampan) yang sama. Dua orang perawat mempersiapkan dan

memeriksa obat untuk pasien ini. Perawat kedua dipanggil. Perawat mendatangi

pasien mulai memberikan KCl oral yang seharusnya diberikan melalui selang

nasogastrik malah melalui intravena.

Page 35: 89039508 Medication Error

3030

Akibatnya pasien memerlukan perawatan intensif dan menghabiskan lima hari di

unit perawatn intensif.

2.8 Kasus Dispensing error

Seorang wanita umur 63 tahun datang ke dokter dengan keluhan bengkak

pada lutut bagian kanan, tanpa disertai demam menggigil atau nyeri hebat pada

lututnya. wanita itu memiliki riwayat sebagai penderita penyakit sendi

degeneratif dan paroxysmal atrial fibrillation, dan dia menggunakan warfarin

7,5 mg/hari. Analisis cairan sendi mengungkapkan jumlah sel darah putih 7.23 x

103/mm3 dan jumlah eritrosit dari 320/mm3. Tidak ada kristal terlihat dengan

mikroskop birefringent, dan tidak ada organisme yang terlihat dari hasil test.

Pasien diberi beberapa sampel tablet rofecoxib 25 mg (Vioxx, Merc & Co.,

whitehouse Station, NJ) dan dianjurkan untuk menggunakan satu tablet sehati untuk

eksaserbasi akut dari penyakit sendi degeneratif. dia juga diberi resep untuk vioxx

sehingga dia bisa terus menebus obat tersebut. gejala mulai membaik ketika dia

mulai menggunakan obat Vioxx. Tiga hari kemudia dia menebus resep dari

dokter di apotek. dia melihat botol yang diberikan apotek berlabel rofecoxib, tapi

tablet yang diberikan berbeda dri sebelumnya. obat yang diberikan berwarna biru

dan ada tulisan VGR 25 di setiap sisi. kemudian karena takut salah obat, akhirnya

pasien kembali ke apotik untuk mengembalikan obat. ternyata obat yang diberikan

yaitu obat sildenafil sitrat 25 mg (Viagra, Pfizer Inc, New York, NY). kesalahan

pemberian obat telah diperbaiki.

Page 36: 89039508 Medication Error

3131

Bab 3

Penutup

Medication error merupakan kejadian yang merugikan pasien, akibat

pemakaian obat selama dalam penanganan tenaga kesehatan, yang sebetulnya dapat

dicegah. Farmasis memiliki tanggung jawab besar dalam mencegah terjadinya

medication error khususnya dalam hal transcription, prescribing, dispensing, dan

administrasi. Tidak hanya farmasis, pencegahan medication error seharusnya

menjadi tanggung jawab bersama baik dokter, perawat maupun petugas kesehatan

lainnya. Kebijakan dan prosedur pengelolaan, pengendalian, pelayanan yang

memadai serta peningkatan kualitas dan kuantitas SDM menjadi aspek penting

dalam mencegah terjadinya medication error

Page 37: 89039508 Medication Error

3232

Daftar Pustaka

Alexander DC, Bundy DG, Shore AD, Morlock L, Hicks RW, Miller MR. (2009).

Cardiovascular Medication Errors in Children. Pediatrics. 124; 324-332.

Aryani Perwitasari, Dyah., Jami’ul Abror, dan Iis Wahyuningsih. (2010).

Medication

error in outpatient of a government hospital in Yogyakarta Indonesia.

International Journal of Pharmaceutical Sciences Review and Research

Volume 1; 8-10

Bates DW, Boyle DL, Vander Vliet MB, Schneider J, Leape L. 1995a. Relationship

betweenmedication errors and adverse drug events. Journal of General

Internal Medicine 10(4): 100–205.

Benjamin, David M. (2003). Reducing Medication Errors and Increasing Patient

Safety: Case Studies in Clinical Pharmacology. J Clin Pharmacol vol. 43 no.

7 768-783

Charles & Kumolosasi. (2006). Farmasi Klinik Teori dan Penerapan. Jakarta: Buku

kedokteran EGC, 380-417

Chaudhary , Geeta. (2010). Case Study: Review of Medication Orders for

Appropriateness at Satguru Singh Apollo Hospitals, Ludhiana, India.

JCInsight July 2010.

Cohen, M.R. (1991). Causes of Medication Error, in: Cohen. M.R., (Ed), Medication

Error, Washington, DC: American Pharmaceutical Association. Dalam:

Hartayu, Titien Siwi & Widayati Aris. (2005). Kajian Kelengkapan Resep

Pediatri Yang Berpotensi Menimbulkan Medication Error Di 2 Rumah Sakit

Dan 10 Apotek Di Yogyakarta. Yogyakarta: Fakultas Farmasi Universitas

Sanata Dharma.

Fowler, S.B., Sohler,Patricia., & Zarillo,D.F., et al. 2009. Bar Code Technology for

Medication Administration: Medication Errors and Nurse Satisfaction.

MEDSURG Nursing—March/April 2009: Vol. 18 (2). Proquest Database.

Page 38: 89039508 Medication Error

3333

IOM (Institute of Medicine). 2004. Patient Safety: Achieving a New Standard for

Care. Washington, DC: The National Academies Press.

Kaushal R, Bates DW, Landrigan C, McKenna K, Clapp MD, Federico F,

Goldmann DA. (2010). Medication Errors and Adverse Drug Events in

Pediatric Inpatients. JAMA. 285(16); 2114-2120

Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.1197/MENKES/SK/X/2004

tentang Standar Pelayanan Farmasi di Rumah Sakit

National Coordinating Council for Medication Error Reporting and Prevention

(2011). Medication Error. h t t p://ww w . n c c m e r p . o r g/ a b o u t M e d Er r o r s . h t m l ,

diunduh sabtu, 15 oktober 2011 jam 22.30.

Victorian Medicines Advisory Committee. (2008). Oral liquid medicines

administered via the wrong route can be fatal or cause serious harm. Quality

use of medicine alert. Vol 1: 1-4

Williams. (2007). Medication Error. R Coll Physicians Edinb. Vol 37: 343–346.

Page 39: 89039508 Medication Error

3434

Lampiran

Jurnal Administration Error

Page 40: 89039508 Medication Error

35

Page 41: 89039508 Medication Error

36

Page 42: 89039508 Medication Error

37