91928237 pence mar an air laut
TRANSCRIPT
Pencemaran laut merupakan suatu peristiwa masuknya material pencemar seperti
partikel kimia, limbah industri, limbah pertanian dan perumahan, ke dalam laut, yang
bisa merusak lingkungan laut. Material berbahaya tersebut memiliki dampak yang
bermacam-macam dalam perairan. Ada yang berdampak langsung, maupun tidak
langsung.
Sebagian besar sumber pencemaran laut berasal dari daratan, baik tertiup angin,
terhanyut maupun melalui tumpahan. Salah satu penyebab pencemaran laut adalah
kapal yang dapat mencemari sungai dan samudera dalam banyak cara. Misalnya
melalui tumpahan minyak, air penyaring dan residu bahan bakar. Polusi dari kapal
dapat mencemari pelabuhan, sungai dan lautan. Kapal juga membuat polusi suara
yang mengganggu kehidupan organisme perairan, dan air dari balast tank yang bisa
mempengaruhi suhu air sehingga menganggu kenyamanan organisme yang hidup
dalam air.
Bahan pencemar laut lainnya yang juga memberikan dampak yang negatif ke
perairan adalah limbah plastik yang bahkan telah menjadi masalah global. Sampah
plastik yang dibuang, terapung dan terendap di lautan. Sejak akhir Perang Dunia II,
diperkirakan 80 persen sampah plastik terakumulasi di laut sebagai sampah padat
yang mengganggu eksositem laut. Massa plastik di lautan diperkirakan yang
menumpuk hingga seratus juta metrik ton. Kondisi ini sangat berpengaruh buruk,
dan sangat sulit terurai oleh bakteri. Sumber sampah plastik di laut juga berasal dari
Jaring ikan yang sengaja dibuang atau tertinggal di dasar laut.
Limbah kimia yang bersifat toxic (racun) yang masuk ke perairan laut akan
menimbulkan efek yang sangat berbahaya. Kelompok limbah kimia ini terbagi dua,
pertama kelompok racun yang sifatnya cenderung masuk terus menerus seperti
pestisida, furan, dioksin dan fenol. Terdapat pula logam berat, suatu unsur kimia
metalik yang memiliki kepadatan yang relatif tinggi dan bersifat racun atau beracun
pada konsentrasi rendah. Contoh logam berat yang sering mencemari adalah air
raksa, timah, nikel, arsenik dan kadmium.
Ketika pestisida masuk ke dalam ekosistem laut, mereka segera diserap ke dalam
jaring makanan di laut. Dalam jaring makanan, pestisida ini dapat menyebabkan
mutasi, serta penyakit, yang dapat berbahaya bagi hewan laut, seluruh penyusun
rantai makanan termasuk manusia. Racun semacam itu dapat terakumulasi dalam
jaringan berbagai jenis organisme laut yang dikenal dengan istilah bioakumulasi.
Racun ini juga diketahui terakumulasi dalam dasar perairan yang berlumpur. Bahan-
bahan ini dapat menyebabkan mutasi keturunan dari organisme yang tercemar serta
penyakit dan kematian secara massal seperti yang terjadi pada kasus yang terjadi di
Teluk Minamata.
Bahan kimia anorganik lain yang bisa berbahaya bagi ekosistem laut adalah nitrogen,
dan fosfor. Sumber dari limbah ini umumnya berasal dari sisa pupuk pertanian yang
terhanyut kedalam perairan, juga dari limbah rumah tangga berupa detergent yang
banyak mengandung fosfor. Senyawa kimia ini dapat menyebabkan eutrofikasi,
karena senyawa ini merupakan nutrien bagi tumbuhan air seperti alga
dan phytoplankton. Tingginya konsentrasi bahan tersebut menyebabkan
pertumbuhan tumbuhan air ini akan meningkat dan akan mendominasi perairan,
sehingga menganggu organisme lain bahkan bisa mematikan.
Muara merupakan wilayah yang paling rentan mengalami eutrofikasi karena nutrisi
yang diturunkan dari tanah akan terkonsentrasi. Nutrisi ini kemudian dibawa oleh air
hujan masuk ke lingkungan laut, dan cendrung menumpuk di muara. The World
Resources Institute telah mengidentifikasi 375 hipoksia (kekurangan oksigen)
wilayah pesisir di seluruh dunia. Laporan ini menyebutkan kejadian ini terkonsentrasi
di wilayah pesisir di Eropa Barat, Timur dan pantai Selatan Amerika Serikat, dan
Asia Timur, terutama di Jepang. Salah satu contohnya adalah meningkatnya alga
merah secara signifikan (red tide) yang membunuh ikan dan mamalia laut serta
menyebabkan masalah pernapasan pada manusia dan beberapa hewan domestik.
Umumnya terjadi saat organisme mendekati ke arah pantai.
Lautan biasanya menyerap karbon dioksida dari atmosfer. Karena kadar karbon
dioksida atmosfer meningkat, lautan menjadi lebih asam. Potensi peningkatan
keasaman laut dapat mempengaruhi kemampuan karang dan hewan bercangkang
lainnya untuk membentuk cangkang atau rangka. Kehidupan laut dapat rentan
terhadap pencemaran kebisingan atau suara dari sumber seperti kapal yang lewat,
survei seismik eksplorasi minyak, dan frekuensi sonar angkatan laut. Perjalanan
suara lebih cepat di laut daripada di udara.
Hewan laut, seperti paus, cenderung memiliki penglihatan lemah, dan hidup di dunia
yang sebagian besar ditentukan oleh informasi akustik. Hal ini berlaku juga untuk
banyak ikan laut yang hidup lebih dalam di dunia kegelapan. Dilaporkan bahwa
antara tahun 1950 dan 1975, ambien kebisingan di laut naik sekitar sepuluh desibel
(telah meningkat sepuluh kali lipat). Jelas sekarang bahwa sumber pencemaran
sangat bervariasi. Tidak hanya dari hal-hal yang menurut kita hanya bisa dilakukan
oleh industri besar, namun juga bisa disebabkan oleh aktiftas harian kita.
Pencemaran Laut Indonesia Memprihatinkan
Tingkat pencemaran lingkungan laut Indonesia masih tinggi, ditandai antar lain
dengan terjadinya eutrofikasi atau meningkatnya jumlah nutrisi disebabkan oleh
polutan. “Nutrisi yang berlebihan tersebut, umumnya berasal dari limbah industri,
limbah domestik seperti deterjen, maupun aktivitas budidaya pertanian di daerah
aliran sungai yang masuk ke laut,” kata Kepala Pusat Data dan Informasi
Kementerian Kelautan dan Perikanan (Pusdatin KKP), Soen`an H. Poernomo.
Pencemaran di laut bisa pula ditandai dengan meningkatnya pertumbuhan
fitoplankton atau algae yang berlebihan dan cenderung cepat membusuk. Kasus-
kasus pencemaran di lingkungan laut, yang disebut red tide itu, antara lain terjadi di
muara-muara sungai, seperti di Teluk Jakarta tahun 1992, 1994, 1997, 2004, 2005,
2006.
Di Ambon terjadi pada tahun 1994 dan 1997, di perairan Cirebon-Indramayu tahun
2006 dan 2007, Selat Bali dan muara sungai di perairan pantai Bali Timur tahun
1994, 1998, 2003, 2007, dan di Nusa Tenggara Timur tahun 1983, 1985,
1989. Meski kerap terjadi, inventarisasi terjadinya red tide di Indonesia sampai saat
ini masih belum terdata dengan baik, termasuk kerugian yang dialami. “Mungkin
kurangnya pendataan red tide ini disebabkan oleh kejadiannya yang hanya dalam
waktu singkat,” katanya. Karena itu untuk menanggulangi red tide sebagai bencana,
beberapa lembaga Pemerintah dan institusi pendidikan telah melakukan penelitian
meskipun masih dilakukan secara sporadis.
Secara umum, kerugian secara ekonomi akibat dari red tide ini, adalah tangkapan
nelayan yang menurun drastis, gagal panen para petambak udang dan bandeng,
serta berkurangnya wisatawan karena pantai menjadi kotor dan bau oleh bangkai
ikan. Efek terjadinya red tide juga ditunjukkan penurunan kadar oksigen serta
meningkatnya kadar toksin yang menyebabkan matinya biota laut, penurunan
kualitas air, serta tentunya menganggu kestabilan populasi organisme laut.
“Akibat lautan tertutup dengan algae pada saat berlimpah, maka matahari sulit untuk
menempuh ke dasar laut dan pada akhirnya menyebabkan berkurangnya kadar
oksigen dalam laut,” katanya. Selain itu, sebagian algae juga mengandung toksin
atau racun yang dapat menyebabkan matinya ikan dan mengancam kesehatan
manusia bahkan menyebabkan kematian apabila mengkonsumsi ikan yang mati
tersebut. “Tanpa adanya limbah, sebagai fenomena alam sesungguhnya
meningkatnya pertumbuhan algae ini sangat jarang terjadi,” katanya.
Sementara Slamet Daryoni dari Walhi Jakarta mengatakan bahwa pencemaran
berat terutama di kawasan laut dekat muara sungai dan kota-kota besar. Selain
karena polusi yang berasal dari limbah industri yang berlebihan, pencemaran laut
juga disebabkan oleh ekploitasi minyak dan gas bumi di lautan. Namun yang paling
penting adalah akibat kebijakan dan perhatian pemerintah yang sangat kurang
terhadap kelautan di Indonesia.
Selanjutnya Slamet Daryoni menjelaskan bahwa di sisi lain, tingkat pencemaran di
beberapa kota termasuk di Jakarta sudah sangat memprihatinkan, sebagai contoh,
adalah karena ada kaitan dengan kebijakan yang tidak berpihak kepada lingkungan.
Di perairan Teluk Jakarta saja, kondisi cemar beratnya sudah mencapai 62 pesen.
Padahal ini terjadi di Jakarta, pusat pemerintahan, pusat kebijakan. Terlebih lagi
ketika pemerintah membuat kebijakan mengenai hal ini di tahun 2007. Lalu
mengenai sungai, DKI Jakarta memiliki tiga sungai. Pencemaran dalam konteks
cemar beratnya kini mencapai 94 persen.
Slamet Daryoni juga menjelaskan mengenai kegiatan ekplorasi gas dan minyak
yang berdekatan dengan laut. Sisa pembuangannya dibuang di lautan. Misalnya kita
lihat kembali kasus Minahasa yang mengakibatkan warga mengalami sakit yang luar
biasa akibat arsen, mercuri dan zat kimia lainnya.
Belakangan kita sering membaca kejadian pencemaran laut. Berbagai pihak
mengeluhkan salah satu ancaman terhadap lingkungan ini. Beberapa menyalahkan
industri besar yang kurang peduli, lainnya menyebutkan hanya kesalahan prosedur,
lainnya beranggapan semua punya potensi untuk mencemari laut. Berikut lebih
jauh dibahas tentang seluk beluk pencemaran laut.
Pencemaran laut didefinisikan sebagai peristiwa masuknya partikel kimia, limbah
industri, pertanian dan perumahan, kebisingan, atau penyebaran organisme invasif
(asing) ke dalam laut, yang berpotensi memberi efek berbahaya.
Dalam sebuah kasus pencemaran, banyak bahan kimia yang berbahaya berbentuk
partikel kecil yang kemudian diambil oleh plankton dan binatang dasar, yang
sebagian besar adalah pengurai ataupun filter feeder(menyaring air). Dengan cara
ini, racun yang terkonsentrasi dalam laut masuk ke dalam rantai makanan, semakin
panjang rantai yang terkontaminasi, kemungkinan semakin besar pula kadar racun
yang tersimpan. Pada banyak kasus lainnya, banyak dari partikel kimiawi ini
bereaksi dengan oksigen, menyebabkan perairan menjadi anoxic.
Sebagian besar sumber pencemaran laut berasal dari daratan, baik tertiup angin,
terhanyut maupun melalui tumpahan. Berikut beberapa sumber polutan yang
masuk ke laut.
Buangan Kapal
Kapal dapat mencemari sungai dan samudera dalam banyak cara. Antara lain
melalui tumpahan minyak, air penyaring dan residu bahan bakar. Polusi dari kapal
dapat mencemari pelabuhan, sungai dan lautan. Kapal juga membuat polusi suara
yang mengganggu kehidupan liar alam, dan air dari balast tank dapat menyebarkan
ganggang/alga berbahaya dan spesies asing yang dapat mempengaruhi ekosistem
lokal.
Salah satu kasus terburuk dari satu spesies invasif menyebabkan kerugian bagi
suatu ekosistem, yang tampaknya tidak berbahaya salah satunya adalah ubur-
ubur. Mnemiopsis leidyi, suatu spesies ubur-ubur yang tersebar, sehingga sekarang
mendiami muara di banyak bagian dunia.
Pertama kali ditemukan pada tahun 1982, dan diduga telah dibawa ke Laut Hitam
dalam air pemberat kapal. Populasi ubur-ubur melonjak secara eksponensial dan
pada tahun 1988, hal tersebut mendatangkan malapetaka atas industri perikanan
lokal.
Plastik
Plastik telah menjadi masalah global. Sampah plastik yang dibuang, terapung dan
terendap di lautan. 80% (Delapan puluh persen) dari sampah di laut adalah
plastik, sebuah komponen yang telah dengan cepat terakumulasi sejak akhir
Perang Dunia II. Massa plastik di lautan diperkirakan yang menumpuk hingga
seratus juta metrik ton.
Plastik dan turunan lain dari limbah plastik yang terdapat di laut berbahaya untuk
satwa liar dan perikanan. Organisme perairan dapat terancam akibat terbelit,
sesak napas, maupun termakan.
Jaring ikan yang terbuat dari bahan plastik, kadang dibiarkan atau hilang di laut.
Jaring ini dikenal sebagai hantu jala sangat membahayakan lumba-lumba, penyu,
hiu, dugong, burung laut, kepiting, dan makhluk lainnya. Plastik yang membelit
membatasi gerakan, menyebabkan luka dan infeksi, dan menghalangi hewan yang
perlu untuk kembali ke permukaan untuk bernapas.
Racun
Selain plastik, ada masalah-masalah tertentu dengan racun yang tidak hancur
dengan cepat di lingkungan laut. Terbagi dua, pertama kelompok racun yang
suafatnya cenderung masuk terus menerus seperti pestisida, furan, dioksin dan
fenol. Terdapat pula logam berat, suatu unsur kimia metalik yang memiliki
kepadatan yang relatif tinggi dan bersifat racun atau beracun pada konsentrasi
rendah. Contoh logam berat yang sering mencemari adalah air raksa, timah, nikel,
arsenik dan kadmium.
Ketika pestisida masuk ke dalam ekosistem laut, mereka segera diserap ke dalam
jaring makanan di laut. Dalam jaringmakanan, pestisida ini dapat menyebabkan
mutasi, serta penyakit, yang dapat berbahaya bagi hewan laut , seluruh penyusun
rantai makanan termasuk manusia.
Racun semacam itu dapat terakumulasi dalam jaringan berbagai jenis kehidupan
air dalam proses yang disebut bioakumulasi. Racun ini juga diketahui terakumulasi
dalam dasar perairan, seperti muara dan teluk berlumpur. Bahan-bahan ini dapat
menyebabkan mutasi keturunan dari organisme yang tercemar serta penyakit dan
kematian secara massal seperti yang terjadi pada kasus yang terjadi di Teluk
Minamata.
Eutrofikasi
Peristiwa Eutrofikasi adalah kejadian peningkatan/pengkayaan nutrisi, biasanya
senyawa yang mengandung nitrogen atau fosfor, dalam ekosistem. Hal ini dapat
mengakibatkan peningkatan produktivitas primer (ditandai peningkatan
pertumbuhan tanaman yang berlebihan dan cenderung cepat membusuk). Efek
lebih lanjut termasuk penurunan kadar oksigen, penurunan kualitas air, serta
tentunya menganggu kestabilan populasi organisme lain.
Muara merupakan wilayah yang paling rentan mengalami eutrofikasi karena nutrisi
yang diturunkan dari tanah akan terkonsentrasi. Nutrisi ini kemudian dibawa oleh
air hujan masuk ke lingkungan laut , dan cendrung menumpuk di muara.
The World Resources Institute telah mengidentifikasi 375 hipoksia (kekurangan
oksigen) wilayah pesisir di seluruh dunia. Laporan ini menyebutkan kejadian ini
terkonsentrasi di wilayah pesisir di Eropa Barat, Timur dan pantai Selatan Amerika
Serikat, dan Asia Timur, terutama di Jepang. Salah satu contohnya adalah
meningkatnya alga merah secara signifikan (red tide) yang membunuh ikan dan
mamalia laut serta menyebabkan masalah pernapasan pada manusia dan beberapa
hewan domestik. Umumnya terjadi saat organisme mendekati ke arah pantai.
Peningkatan keasaman
Lautan biasanya menyerap karbon dioksida dari atmosfer. Karena kadar karbon
dioksida atmosfer meningkat, lautan menjadi lebih asam. Potensi peningkatan
keasaman laut dapat mempengaruhi kemampuan karang dan hewan bercangkang
lainnya untuk membentuk cangkang atau rangka.
Polusi Kebisingan
Kehidupan laut dapat rentan terhadap pencemaran kebisingan atau suara dari
sumber seperti kapal yang lewat, survei seismik eksplorasi minyak, dan frekuensi
sonar angkatan laut. Perjalanan suara lebih cepat di laut daripada di udara.
Hewan laut, seperti paus, cenderung memiliki penglihatan lemah, dan hidup di
dunia yang sebagian besar ditentukan oleh informasi akustik. Hal ini berlaku juga
untuk banyak ikan laut yang hidup lebih dalam di dunia kegelapan. Dilaporkan
bahwa antara tahun 1950 dan 1975, ambien kebisingan di laut naik sekitar sepuluh
desibel (telah meningkat sepuluh kali lipat).
Jelas sekarang bahwa sumber pencemaran sangat bervariasi. Tidak hanya dari hal-
hal yang menurut kita hanya bisa dilakukan oleh industri besar, namun juga bisa
disebabkan oleh aktiftas harian kita.
Tingkat Pencemaran Laut Indonesia
Posted on 27 Februari 2011
Tingkat pencemaran laut di Indonesia masih sangat tinggi.
Pencemaran berat terutama terjadi di kawasan laut sekitar dekat
muara sungai dan kota-kota besar. Tingkat pencemaran laut ini telah
menjadi ancaman serius bagi laut Indonesia dengan segala potensinya.
Pencemaran laut menurut PP No. 19 Tahun 1999 tentang
Pengendalian Pencemaran dan/atau Perusakan Laut adalah
mempunyai pengertian atau definisi sebagai masuknya atau
dimasukkannya makhluk hidup, zat, energi, dan/atau komponen lain
ke dalam lingkungan laut oleh kegiatan manusia sehingga kualitasnya
turun sampai tingkat tertentu yang menyebabkan lingkungan laut
tidak sesuai lagi dengan baku mutu dan/atau fungsinya.
Komponen-komponen yang menyebabkan pencemaran laut seperti
partikel kimia, limbah industri, limbah pertambangan, limbah
pertanian dan perumahan, kebisingan, atau penyebaran organisme
invasif (asing) di dalam laut yang berpotensi memberi efek berbahaya.
Beberapa contoh pencemaran laut yang terjadi di Indonesia seperti
penangkapan ikan dengan cara pengeboman dan trawl, peluruhan
potasium yang dilakukan nelayan asal dalam maupun luar negeri yang
selalu meninggalkan kerusakan dan pencemaran di lautan Indonesia.
Belum lagi pencemaran minyak dan pembuangan limbah berbahaya
jenis lainnya.
Pencemaran laut ini terjadi hampir di seluruh pesisir lautan di
Indonesia. Teluk Jakarta salah satu kawasan dengan pencemaran laut
terparah. Warna air laut di teluk ini semakin menghitam dan sampah
yang rapat mengambang di permukaan air. Kementerian Lingkungan
Hidup (KLH) menyebutkan pencemaran itu berasal dari limbah
domestik dan industri yang dibawa 13 sungai bermuara di sana.
Pencemaran juga terjadi di Taman Nasional Pulau Seribu. LSM
Jaringan Advokasi Tambang (Jatam) bahkan menyebutkan telah
menemukan gumpalan minyak di 78 pulau sejak 2003.
Pencemaran juga terjadi di pantai utara Jawa Tengah. Perairan Kota
Tegal, Pati, dan Semarang menjadi muara sungai-sungai yang
tercemar logam berat. Di Pulau Lombok dan Sumbawa itu, sedikitnya
110 ribu ton tailing (limbah tambang) dibuang tiap harinya oleh
sebuah perusahaan tambang multinasional.
Di Kalimantan, pencemaran laut juga terjadi yang salah satunya
terjadi di Pulau Sebuku. Di sana beroperasi perusahaan tambang batu
bara. Air pencucian batu bara, tumpahan minyak, serta oli saat
pengapalan mencemari sungai dan akhirnya ke laut.
Catatan pencemaran akibat limbah tambang terus berlanjut hingga
wilayah timur Indonesia. Dalam laporan lem-baga itu juga disebutkan
sekitar 110 km2 wilayah Papua tercemar akibat pertambangan emas.
Selain wilayah-wilayah ini, masih banyak lagi kasus pencemaran laut
akibat aktivitas di darat.
Akibat Pencemaran Laut. Pencemaran laut telah mengakibatkan
degradasi lingkungan dan kehidupan bawah laut. Apalagi mengingat
Indonesia sebagai negara maritim terbesar di dunia dengan luas
perairan mencapai 93 ribu km2, 17.480 pulau, dan garis
pantaisepanjang 95.000 km. Indonesia juga merupakan negara
dengan terumbu karang terbaik dan paling kaya keanekaragaman
hayatinya di dunia dengan luas terumbu karang mencapai 284,300
km2 atau setara dengan 18% total terumbu karang dunia. Kekayaan
alam dan keanekaragaman hayati laut tersebut terancam oleh
pencemaran laut yang terus meningkat di Indonesia.
Selain berakibat pada degradasi lingkungan, pencemaran laut juga
memberi akibat penurunan perekonomian nelayan. Dampak dari
pencemaran laut dan limbah telah mengakibatkan penurunan hasil
tangkapan nelayan di sejumlah kawasan di Indonesia. Sektor
pariwisata pesisir dan laut Indonesia juga menerima dampak dari
pencemaran laut ini.
Sayangnya banyak diantara kita yang masih tidak peduli dengan
pencemaran yang mengancam salah satu harta kita, laut Indonesia.
Ketika PBB (1992) menetapkan 8 Juni sebagai Hari Kelautan, banyak
negara melakukan peringatan masing-masing. Namun anehnya, di
Indonesia dengan rekor wilayah lautan sangat luas gaung itu sima,
tidak semenarik bila dibandingkan dengan gonjang-ganjing politik.
Dan jika pencemaran laut terus berlangsung dan dibiarkan bukan
tidak mungkin laut Indonesia yang kaya dan indah tinggal menjadi
sepotong kenangan.
1 Latar Belakang
Dalam kehidupan sehari – hari kita membutuhkan air yang bersih untuk minum,
memasak, mandi, mencuci dan kepentingan lainnya. Air yang kita gunakan harus
berstandart 3B yaitu tidak berwarna, tidak berbau dan tidak beracun. Tetapi banyak
kita lihat air yang berwarna keruh dan berbau sering kali bercampur dengan benda –
benda sampah seperti plastik, sampah organic, kaleng dan sebagainnya.
Pemandangan seperti ini sering kita jumpai pada aliran sungai, selokan maupun
kolam- kolam. Air yang demikian disebut air kotor atau air yang terpolusi. Air yang
terpolusi mengandung zat- zat yang berbahaya yang dapat menyebabkan dampak
buruk dan merugikan kita bila di konsumsi.
Namun bagi kita, khususnya masyarakat pedesaan, sungai adalah sumber air
sehari – hari untuk kelangsungan hidup. Mereka kurang begitu peduli kandungan
yang terdapat pada air tersebut.
1.2 Rumusan Masalah
o Apa pengertian polusi air?
o Apa yang menyebabkan terjadinya pencemaran air?
o Bahaya apa saja yang ditimbulkan oleh air yang tercemar?
o Apa yang harus dilakukan untuk mencegah dan mengatasi pencemaran air?
1.3 Tujuan
o Agar manusia lebih dapat memahami bahaya polusi air
o Agar dapat membedakan air yang bersih dan air yang sudah tercemar
o Dapat lebih berhati- hati dalam menggunakan air yang bersih dan yang terpolusi
o Dapat mengetahui kandungan air yang terpolusi
BAB II
DASAR TEORI
2.1 Pengertian Polusi Air
Salah satu dampak negative dari kemjuan ilmu dan teknologi yang tidak digunakan
dengan benar adalah terjadinya polusi. Polusi adalah peristiwa masuknya zat,
unsure, zat atau komponen lain yang merugikan ke dalam lingkungan akibat
aktivitas manusia atau proses alami. Segala sesuatu yang menyebabkan polusi
disebut polutan.
Suatu benda dapat dikatakan polutan bila kadarnya melebihi batas normal, berada
pada tempat dan waktu yang tidak tepat. Polutan dapat berupa suara, panas, radiasi,
debu, bahan kimia, zat- zat yang dihasilkan makhluk hidup dan sebagainya. Adanya
polutan dalam jumlah yang berlebihan dapat menyebabkan lingkungan tidak dapat
mengadakan pembersihan sendiri ( regenerasi). Oleh karena itu, polusi terhadap
lingkungan perlu dideteksi secara dini dan ditangani segera.
Polusi air adalah peristiwa masuknya zat, energi, unsure atau komponen lainnya ke
dalam air, sehingga kualitas air terganggu yang ditandai dengan perubahan warna,
baud an rasa. Beberapa contoh polutan antara lain: Fosfat yang berasal dari
penggunaan pupuk buatan dan detergen, Poliklorin Bifenil (PCB) senyawa ini
berasal dari pemanfaatan bahan- bahan peluma dan plastic, Minyak dan
Hidrokarbon dapat berasal dari kebocoran pada roda dan kapal pengangkut minyak,
logam- logam berat berasal dari industri bahan kimia dan bensin, Limbah Pertanian
berasal dari kotoran hewana dan tempat penyimpanan makanan ternak, Kotoran
Manusia berasal dari saluran pembuangan tinja manusia.( Djambur, 1993 )
2.2 Macam- Macam Sumber Polusi Air
Sumber polusi air antara lain sampah masyarakat, limbah industri, limbah pertanian
dan limah rumah tangga. Ada beberapa tipe polutan yang dapat merusak perairan
yaitu; bahan- bahan yang mengandung bibit penyakit, bahan- bahan yang banyak
membutuhakan oksigen untuk penguraiannya, bahan- bhan kimia organic dari
industri atau limbah pupuk pertanian, bahan- bahan yang tidak sediment, bahan-
bahan yang mengandung radioaktif dan panas.
Pembuangan sampah dapat mengakibatkan kadar O2 terlarut dalam air semakin
berkurang karena sebagian besar dipergunakan oleh bakteri pembusuk.
Pembuangan sampah organic maupun anorganik yang dibuang kesungai terus-
menerus, selain menemari air, terutama di musim hujan akan mengakibatkan banjir.
Air adalah unsure alam yang penting bagi mahluk hidup dengan sifat mengalir dan
meresap. Apabila jalur aliran- alirannya tersumbat akan mengakibatkan banjir. Polusi
air terjadi karena kurangnya rasa disiplian masyarakat, misalnya dalam kebersihan
lingkungan dan membuang sampah sembarangan.
Musibah banjir terbagi menjadi dua macam yaitu banjir banding ( besar) dan banjir
genangan.
o Banjir banding terjadi akibat air meluap dari jaur- jalur aliran (sungai) dengan volume
air yang besar
o Banjir genangan terjadi tergenangnya air hujan disuatu daerah yang saluran air dan
daya seraonya terbatas. ( Salman, 1993 )
BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Bahaya dari Polusi Air
Bibit- bibit penyakit berbagai zat yang bersifat racun dan bahan radioaktif dapat
merugikan manusia. Berbagai polutan memerlukan O2 untuk penguraiannya. Jika
O2 kurang, penguraiannya tidak sempurna dan menyebabkan air berubah warnanya
dan berbau busuk. Bahan atau logam yang berbahaya seperti arsenat, uradium,
krom, timah, air raksa, benzon, tetraklorida, karbon dan lain- lain dapat merusak
organ tubuh manusia atau dapatmenyebabkan kanker. Sejumlah besar limbah dari
sungai akan masuk ke laut.
Polutan ini dapat merusak kehidupan air sekitar muara sungai dan sebagian kecil
laut muara. Bahan- bahan yang berbahaya masuk ke laut atau samudera
mempunyai akibat jangka panjang yang belum diketahui. Banyak jenis kerang-
kerangan yang mungin mengandung zat- zat yang berbahaya untuk dimakan. Laut
dapat pula tercemar oleh yang asalnya mungkin dari pemukiman, pabrik, melalui
sungai, atau dari kapal tanker yang rusak. Minyak dapat mematikan burung dan
hewan laut lainnya, sebagai contoh efek keracunan dapat dilihat di Jepang. Merkuri
yang dibuang oleh sebuah industri ke teluk minamata terakumulasi di jaringan tubuh
ikan dan masyarakat yang mengkonsumsinya menderita cacat dan meninggal.
Banyak akibat yang ditimbulkan oleh polusi air, diantaranya:
1. Terganggunya kehidupan organisme air karena berkurangnya kandungan
oksigen
2. Terjadinya ledakan ganggang dan tumbuhan air
3. Pendangkalan dasar perairan
4. Tersumbatnya penyaring reservoir, dan menyebabkan perubahan ekologi
5. Dalam jangka panjang mengakibatkan kanker dan kelahiran cacat
6. Akibat penggunaan pestisida yang berlebihan selain membunuh hama dan
penyakit, juga membunuh serangga dan makhluk yang berguna terutama
predator
7. Kematian biota kuno, seperti plankton, ikan bahkan burung
8. Dapat mengakibatkan mutasi sel kanker dan leukemia
3.2 Usaha- Usaha untuk Mencegah dan Mengatasi Polusi Air
Pengenceran dan penguraian polutan air tanah sulit sekali karena airnya tidak
mengalir dan tidak mengandung bakteri pengurai yang aerob, jadi air tanah yang
tercemar akan tetap tercemar dalam waktu yang lama, walau tidak ada bahan
pencemaran yang masuk. Oleh karena itu banyak usaha untuk menjaga agar tanah
tetap bersih, misalnya:
1. Menempatkan daerah industri atau pabrik jauh dari daerah pemukiman atau
perumahan
2. Pembuangan limbah industri diatur sehinga tidak mencemari lingkungan atau
ekosistem
3. Pengawasan terhadap penggunaan jenis- jenis pestisida dan zat – zat kimia
lain yang dapat menimbulkan pencemaran
4. Memperluas gerakan penghijauan
5. Tindakan tegas terhadap perilaku pencemaran lingkungan
6. Memberikan kesadaran terhadap masyarakat tentang arti lingkungan hidup
sehingga manusia lebih mencintai lingkungannya
7. Melakukan intensifikasi pertanian
Adapun cara lain untuk mengatasi polusi air atau yang dikenal dengan sebutan
banjir. Banjir ada dua macam yaitu banjir banding dan banjir genangan.
1. Banjir banding dapat diatasi secar meluas dengan didukung berbagai disiplin
ilmu
2. Banjir genangan dapat diatasi dengan memebersihakan air dari penyumbatan
yang mengakibatkan air meluap
Banyak orang mengatakan “ lebih baik mencegah dari pada mengatasi”, hal ini
berlaku pula pada banjir genangan. Ada beberapa langkah- langkah yang dilakukan
untuk mencegak banjir genangan yaitu:
1. Dalam perencanaan jalan- jalan lingkungan baik program pemerintah maupun
swadaya masyarakat sebaiknya memilih material bahan yang menyerap air
misalnya penggunaan bahan dari pavling blok ( blok- blok adukan beton yang
disusun denagn rongga- rongga resapan air disela- selanya. Hal yang tidak
kalah pentingnya adalah penataan saluran lingkungan, pembuatannyapun
harus bersamaan dengan pembuatan jalan tersebut
2. Apabila di halaman pekarangan- pekarangan rumah kita masih terdapat
ruang- ruang terbuka, buatlah sumur- sumur resapan air hujan sebanyak-
banyaknya. Fungsi sumur resapan air ini untuk mempercepat air meresapke
dalam tanah. Dengan membuat sumur resapan air tersebut, sebenarnya kita
dapat memperoleh manfaat seperti berikut:
o Persediaan air bersih dalam tanah disekitar rumah kita cukup baik dan
banyak
o Tanah bekas galian sumur dapat dipergunakan untuk menimbun lahan- lahan
yang rendah atau meninggikan lantai rumah
o Apabila air hujan tidak tertampung oleh selokan- selokan rumah, dapat
dialirkan ke sumur- sumur resapan. Jangan membuang sampah atau
mengeluarkan air limbah rumah tangga (air bekas mandi, cucian dan
sebagainya) ke dalam sumur resapan karena bias mencemari kandungan air
tanah
o Apabila air banjir masuk ke rumah menapai ketinggian 20- 50 cm, satu-
satunya jalan adalah meninggikan lantai rumah kita di atas ambang
permukaan air banjir.
o Cara lain adalah membuat tanggul di depan pintu masuk rumah kita. Cara ini
sudah umum dilakukan orang, hanya saja teknisnya sering kurang terencana
secara mendetail.
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan tersebut dapat disimpulkan bahwa:
o Polusi adalah peristiwa masuknya zat, energi, unsur atau komponen- komponen lain
ke dalam lingkungan akibat aktivitas manusia ataupun prose alami
o Segala sesuatu yang menyebabkan polusi disebut poutan
o Polusi air adalah pristiwa masuknya zat, energi, unsur atau komponen- komponen
lain ke dalam air sehingga kualitas air terggangu
o Sumber polusi air antara lain limbah rumah tangga, sampah masyarakat, limbah
pertanian, limbah industri dan sebagianya
o Akibat yang ditimbulkan dari polusi air adalah banjir, merusak system organ
manusia,menimbulkan berbagai bibit penyakit, kanker, kelahiran bayi cacat dan lain-
lain
4.2 Saran
Saran yang penulis sampaikan adalah sebagai berikut:
o Sebaiknya kita harus berhati- hati dalam menggunakan air karena air itu ada yang
terpolusi dan ada yang tidak
o Jagalah air di lingkungan rumah dan sekitar agar tetap bersih dan terhindar dari
pencemaran air
o Jangan membuang sampah ke sungai atau kolam, buanglah sampah pada
tempatnya agar tidak terjadi pencemaran air 083187713331
Pencemaran air dapat terjadi baik pada air sumur,mata air, sungai, bendungan,
maupun air laut. Pencemaran di daerah hulu dapat menimbulkan dampak di
daerah hilir. Dampak dari pencemaran air yang sangat menonjol adalah
punahnya biota air misalnya, ikan, yuyu, udang, dan serangga air. Dampak lain
adalah munculnya banjir akibat got tersumbat sampah diikuti dengan
menjalarnya wabah muntaber.
Ditinjau dari asal polutan dan sumber
pencemarannya, pencemaran air dapat dibedakan antara lain menjadi limbah
pertanian, limbah rumah tangga, limbah industri, kebocoran tanker minyak
(pencemaran laut), dan penangkapan ikan dengan menggunakan racun.
- Limbah pertanian
Limbah pertanian dapat mengandung polutan insektisida atau pupuk organik.
Insektisida dapat mematikan biota sungai. Jika biota sungai tidak mati kamudian
dimakan hewan atau manusia, maka orang yang memakannya akan keracunan.
Untuk mecegahnya upayakan agar memilih insektisida yang berspektrum sempit
(khusus membunuh hewan sasaran) serta bersifat biodegradabel (dapat terurai
oleh mikroba) dan melakukan peneyemprutan sesuai dengan aturan. Jangan
membuang sisa obat ke sungai. Sedangkan pupuk organik yang larut dalam air
dapat menyebabkan penyuburan lingkungan air (eutrofikasi). Karena air kaya
nutrisi, ganggang dan tumbuhan air tumbuh subur (blooming). Hal yang
demikian akan mengancam kelestarian bandungan. Bendungan akan cepat
dangkal dan biota air akan mati karenanya.
- Limbah rumah tangga Limbah rumah tangga yang cair merupakan sumber pencemaran air. Dari limbah
rumah tangga cair dapat dijumpai berbagai bahan organik (misal sisa sayur,
ikan, nasi, minyak, lemak, air buangan manusia) yang terbawa air got/parit,
kemudian ikut aliran sungai. Ada pula bahan-bahan anorganik seperti plastik,
alumunium, dan botol yang hanyut terbawa arus air. Sampah bertimbun,
menyumbat saluran air, dan mengakibatkan banjir. Bahan pencemaran lain dari
limbah rumah tangga adalah pencemaran biologis berupa bibit penyakit, bakteri,
dan jamur.
Bahan organik yang larut dalam air akan mengalami penguraian dan
pembusukan. Akibatnya kadar oksigen di dalam air turun drastis sehingga biota
air akan mati. Jika pencemaran bahan organik meningkat, kita dapat menemui
adanya cacing Tubifek berwarna kemerahan bergerombol. Cacing ini merupakan
petunjuk bioligis (bioindikator) parahnya pencemaran oleh bahan organik dari
limbah pemukiman.
Di kota-kota, air got berwarna kehitaman dan mengeluarkan bau yang
menyengat. Di dalam air got yang demikian tidak ada organisme hidup kecuali
bakteri dan jamur. Dibandingkan dengan limbah industri, limbah rumah tangga
di daerah perkotaan di Indonesia mencapai 60% dari seluruh limbah yang ada.
- Limbah industri
Ada sebagian industri yang membuang limbahnya ke air. Macam polutan yang
dihasilkan tergantung pada jenis industri. Mungkin berupa polutan organik
(berbau busuk), polutan anorganik (berbuih, berwarna), atau mungkin berupa
polutan yang mengandung asam belerang (berbau busuk), atau berupa suhu
(air menjadi panas). Pemerintah menetapkan tata aturan untuk mengendalikan
pencemaran air oleh limbah industri. Misalnya, limbah industri harus diolah
terlebih dahulu sebelum dibuang ke sungai agar tidak terjadi pencemaran.
Di laut, sering terjadi kebocoran tangker minyak karena bertabrakan dengan
kapal lain. Minyak yang ada di dalam kapal tumpah menggenangi lautan dalam
jarak sampai ratusan kilometer. Ikan, teru mbu karang, burung laut dan hewan-
hewan laut banyak yang mati karenanya. Untuk mengatasinya, polutan dibatasi
dengan pipa mengapung agar tidak tersebar, kemudian permukaan polutan
ditaburi dengan zat yang dapat mengurai minyak.
- Penangkapan ikan menggunakan racun
Sebagian penduduk dan nelayan ada yang menggunakan tuba (racun dari
tumbuhan) atau potas (racun) untuk menangkap ikan. Racun ini tidak hanya
mematikan ikan tangkapan, melainkan juga semua biota air.
Racun tersebut tidak hanya hewan-hewan dewasa, tetapi juga hewan-hewan
yang masih kecil. Dengan demikian racun yang disebarkan akan memusnahkan
jenis makhluk hidup yang ada di dalamnya. Kegiatan penangkapan ikan dengan
cara tersebut mengakibatkan pencemaran di lingkungan perairan dan
menurunkan sumber daya perairan.
Penyebab dan Dampak Pencemaran Air Oleh Limbah Pemukiman
Posted on 27 September 2010
Penyebab dan dampak pencemaran air oleh limbah
pemukiman sepertinya menjadi salah satu sumber utama dan
penyebab pencemaran air yang memberikan dampak paling kentara
terutama pada masyarakat perkotaan di Indonesia.
Limbah pemukiman (rumah tangga) yang menjadi salah satu
penyebab pencemaran air diakibatkan oleh aktivitas manusia itu
sendiri. Dan pada akhirnya pencemaran air ini juga memberikan
dampak dan akibat merugikan bagi manusia itu pula.
Pnaegagunn deterjen yang berlebihan merangsang tumbuhnya eceng gondok
(gambar wikipedia)
Sebagaimana pernah saya tulis dalam artikelPencemaran Air
di Indonesia, pencemaran air merupakan suatu perubahan keadaan
tempat penampungan air yang mengakibatkan menurunnya kualitas
air sehingga air tidak dapat dipergunakan lagi sesuai peruntukannya.
Perubahan ini diakibatkan oleh aktivitas manusia.
Limbah Pemukiman. Salah satu penyebab pencemaran air adalah
aktivitas manusia yang kemudian menciptakan limbah (sampah)
pemukiman atau limbah rumah tangga.
Limbah pemukiman mengandung limbah domestik berupa sampah
organik dan sampah anorganik serta deterjen. Sampah organik adalah
sampah yang dapat diuraikan atau dibusukkan oleh bakteri seperti
sisa sayuran, buah-buahan, dan daun-daunan. Sedangkan sampah
anorganik seperti kertas, plastik, gelas atau kaca, kain, kayu-kayuan,
logam, karet, dan kulit. Sampah anorganik ini tidak dapat diuraikan
oleh bakteri (non biodegrable).
Selain sampah organik dan anorganik, deterjen merupakan limbah
pemukiman yang paling potensial mencemari air. Padahal saat ini
hampir setiap rumah tangga menggunakan deterjen.
Dampak pencemaran air yang disebabkan oleh limbah pemukiman
mendatangkan akibat atau dampak diantaranya:
Berkurangnya jumlah oksigen terlarut di dalam air karena sebagian
besar oksigen digunakan oleh bakteri untuk melakukan proses
pembusukan sampah.
Sampah anorganik ke sungai, dapat berakibat menghalangi cahaya
matahari sehingga menghambat proses fotosintesis dari tumbuhan
air dan alga, yang menghasilkan oksigen.
Deterjen sangat sukar diuraikan oleh bakteri sehingga akan tetap
aktif untuk jangka waktu yang lama di dalam air, mencemari air
dan meracuni berbagai organisme air.
Penggunaan deterjen secara besar-besaran juga meningkatkan
senyawa fosfat pada air sungai atau danau yang merangsang
pertumbuhan ganggang dan eceng gondok (Eichhornia crassipes).
Pertumbuhan ganggang dan eceng gondok yang tidak terkendali
menyebabkan permukaan air danau atau sungai tertutup sehingga
menghalangi masuknya cahaya matahari dan mengakibatkan
terhambatnya proses fotosintesis.
Tumbuhan air (eceng gondok dan ganggang) yang mati membawa
akibat proses pembusukan tumbuhan ini akan menghabiskan
persediaan oksigen.
Material pembusukan tumbuhan air akan mengendapkan dan
menyebabkan pendangkalan.
Selain diakibatkan oleh limbah pemukiman (rumah tangga) sumber
atau penyebab pencemaran air juga disebabkan oleh limbah pertanian,
limbah industri, dan di beberapa tempat tertentu diakibatkan oleh
limbah pertambangan.
Menangani Limbah Pemukiman. Perlu kesadaran dari semua
lapisan masyarakat untuk berlaku bijak dengan limbah rumah tangga
yang dihasilkannya.
Pengelolaan sampah, perubahan gaya hidup dan pola pikir tentang
sampah, melakukan 3R(Reuse Reduce dan Recycle), serta tidak
membuang sampah terutama di sungai dan tempat penampungan air
semisal sungai dan danau perlu dilakukan oleh semua pihak untuk
mengurangi dampak pencemaran air yang disebabkan oleh limbah
rumah tangga (pemukiman).
Dan semua itu hanya bisa diwujudkan dengan sebuah tindakan kecil
sebagai awalan; memulai dari diri sendiri!
encemaran Air (Laut) karena Limbah Industri Minyak
Limbah minyak adalah buangan yang berasal dari hasil eksplorasi produksi
minyak, pemeliharaan fasilitas produksi, fasilitas penyimpanan, pemrosesan,
dan tangki penyimpanan minyak pada kapal laut. Limbah minyak bersifat mudah
meledak, mudah terbakar, bersifat reaktif, beracun, menyebabkan infeksi, dan
bersifat korosif. Limbah minyak merupakan bahan berbahaya dan beracun (B3),
karena sifatnya, konsentrasi maupun jumlahnya dapat mencemarkan dan
membahayakan lingkungan hidup, serta kelangsungan hidup manusia dan
mahluk hidup lainnya.
Pada umumnya, pengeboran minyak bumi di laut menyebabkan terjadinya
peledakan (blow aut) di sumur minyak. Ledakan ini mengakibatkan semburan
minyak ke lokasi sekitar laut, sehingga menimbulkan pencemaran. Contohnya,
ledakan anjungan minyak yang terjadi di teluk meksiko sekitar 80 kilometer dari
Pantai Louisiana pada 22 April 2010. Pencemaran laut yang diakibatkan oleh
pengeboran minyak di lepas pantai itu dikelola perusahaan minyak British
Petroleum (BP). Ledakan itu memompa minyak mentah 8.000 barel atau
336.000 galon minyak ke perairan di sekitarnya.
Ketika minyak masuk ke lingkungan laut, maka minyak tersebut dengan segera
akan mengalami perubahan secara fisik dan kimia. Diantara proses tersebut
adalah membentuk lapisan (slick formation), menyebar (dissolution), menguap
(evaporation), polimerasi (polymerization), emulsifikasi (emulsification), emulsi
air dalam minyak ( water in oil emulsions ), emulsi minyak dalam air (oil in
water emulsions), foto oksida, biodegradasi mikorba, sedimentasi, dicerna oleh
plankton dan bentukan gumpalan.
Hampir semua tumpahan minyak di lingkungan laut dapat dengan segera
membentuk sebuah lapisan tipis di permukaan. Hal ini dikarenakan minyak
tersebut digerakkan oleh pergerakan angin, gelombang dan arus, selain gaya
gravitasi dan tegangan permukaan. Beberapa hidrokarbon minyak bersifat
mudah menguap, dan cepat menguap. Proses penyebaran minyak akan
menyebarkan lapisan menjadi tipis serta tingkat penguapan meningkat.
Minyak tidak dapat larut di dalam air, melainkan akan mengapung di atas
permukaan air, bahan buangan cairan berminyak yang di buang ke air
lingkungan akan mengapung menutupi permukaan air. Kalau bahan buangan
cairan berminyak mengandung senyawa yang volatile maka akan terjadi
penguapan dan luar permukaan minyak yang menutupi permukaan air akan
menyusut. Penyusutan luas permukaan ini tergantung pada jenis minyaknya dan
waktu lapisan minyak yang menutupi permukaan air dapat juga terdegradasi
oleh mikroorganisme tertentu, namun memerlukan waktu yang cukup lama.
Lapisan minyak di permukaan air lingkungan akan mengganggu kehidupan
organisme dalam air. Hal ini disebabkan oleh Lapisan minyak pada permukaan
air akan menghalangi difusi oksigen dari udara ke dalam air sehingga jumlah
oksigen yang terlarut di dalam air menjadi berkurang. Kandungan oksigen yang
menurun akan mengganggu kehidupan hewan air. Adanya lapisan minyak pada
permukaan air juga akan menghalangi masuknya sinar matahari ke dalam air
sehingga fotosintesis oleh tanaman air tidak dapat berlangsung. Akibatnya,
oksigen yang seharusnya dihasilkan pada proses fotosintesis tersebut tidak
terjadi. Kandungan oksigen dalam air jadi semakin menurun. Tidak hanya hewan
air saja yang terganggu akibat adanya lapisan minyak pada permukaan air
tersebut, tetapi burung air pun ikut terganggu karena bulunya jadi lengket, tidak
bisa mengembang lagi terkena minyak.
Selain dari pada itu, air yang telah tercemar oleh minyak juga tidak dapat
dikonsumsi oleh manusia karena seringkali dalam cairan yang berminyak
terdapat juga zat-zat yang beracun, seperti senyawa benzene, senyawa toluene
dan lain sebagainya.
III. Akibat yang ditimbulkan
1. Pertumbuhan fitoplankton laut akan terhambat akibat keberadaan senyawa
beracun dalam komponen minyak bumi, juga senyawa beracun yang terbentuk
dari proses biodegradasi. Jika jumlah fitoplankton menurun, maka populasi ikan,
udang, dan kerang juga akan menurun. Padahal hewan-hewan tersebut
dibutuhkan manusia karena memiliki nilai ekonomi dan kandungan protein yang
tinggi.
2. Penurunan populasi alga dan protozoa
akibat kontak dengan racun slick (lapisan minyak di permukaan air). Selain itu,
terjadi kematian burung-burung laut. Hal ini dikarenakan slick membuat
permukaan laut lebih tenang dan menarik burung untuk hinggap di atasnya
ataupun menyelam mencari makanan. Saat kontak dengan minyak, terjadi
peresapan minyak ke dalam bulu dan merusak sistem kekedapan air dan isolasi,
sehingga burung akan kedinginan yang pada akhirnya mati.
3. Rusaknya estetika pantai akibat bau dari material minyak. Residu berwarna
gelap yang terdampar di pantai akan menutupi batuan, pasir, tumbuhan dan
hewan. Gumpalan tar yang terbentuk dalam proses pelapukan minyak akan
hanyut dan terdampar di pantai.
4. Kerusakan biologis, bisa merupakan efek letal dan efek subletal. Efek letal
yaitu reaksi yang terjadi saat zat-zat fisika dan kimia mengganggu proses sel
ataupun subsel pada makhluk hidup hingga kemungkinan terjadinya kematian.
Efek subletal yaitu mepengaruhi kerusakan fisiologis dan perilaku namun tidak
mengakibatkan kematian secara langsung. Terumbu karang akan mengalami
efek letal dan subletal dimana pemulihannya memakan waktu lama dikarenakan
kompleksitas dari komunitasnya.
IV. Tindakan pertama yang harus dilakukan
Tindakan pertama yang dilakukan dalam mengatasi tumpahan minyak yaitu
dengan melakukan pemantauan banyaknya minyak yang mencemari laut dan
kondisi tumpahan. Ada 2 jenis pemantauan yang dilakukan yaitu dengan
pengamatan secara visual dan penginderaan jauh (remote sensing).
* Pengamatan secara visual
Pengamatan secara visual merupakan pengamatan yang menggunakan pesawat.
Teknik ini melibatkan banyak pengamat, sehingga laporan yang diberikan sangat
bervariasi. Pada umumnya, pemantauan dengan teknik ini kurang dapat
dipercaya. Sebagai contoh, pada tumpahan jenis minyak yang ringan akan
mengalami penyebaran (spreading), sehingga menjadi lapisan sangat tipis di
laut. Pada kondisi pencahayaan ideal akan terlihat warna terang. Namun,
penampakan lapisan ini sangat bervariasi tergantung jumlah cahaya matahari,
sudut pengamatan dan permukaan laut, sehingga laporannya tidak dapat
dipercaya.
* Pengamatan penginderaan jauh
Metode penginderaan jarak jauh dilakukan dengan berbagai macam teknik,
seperti Side-looking Airborne Radar (SLAR). SLAR dapat dioperasikan setiap
waktu dan cuaca, sehingga menjangkau wilayah yang lebih luas dengan hasil
penginderaan lebih detail. Namun,teknik ini hanya bisa mendeteksi lapisan
minyak yang tebal. Teknik ini tidak bisa mendeteksi minyak yang berada
dibawah air dalam kondisi laut yang tenang. Selain SLAR digunakan juga teknik
Micowave Radiometer, Infrared-ultraviolet Line Scanner, dan Landsat Satellite
System. Berbagai teknik ini digunakan untuk menghasilkan informasi yang cepat
dan akurat
V. Penanggulangan
Ir. Ginting Perdana Dalam bukunya yang berjudul “Sistem Pengelolaan
Lingkungan dan Limbah Industri”, menerangkan bahwa pada umumnya, teknik
bioremediasi in-situ diaplikasikan pada lokasi tercemar ringan, lokasi yang tidak
dapat dipindahkan, atau karakteristik kontaminan yang volatil. Sedangkan
Bioremediasi ex-situ merupakan teknik bioremediasi dimana lahan atau air yang
terkontaminasi diangkat, kemudian diolah dan diproses pada lahan khusus yang
disiapkan untuk proses bioremediasi.
Beberapa teknik penanggulangan tumpahan minyak diantaranya in-situ burning,
penyisihan secara mekanis, bioremediasi, penggunaan sorbent, penggunaan
bahan kimia dispersan, dan washing oil.
In-situ burning adalah pembakaran minyak pada permukaan laut,
sehingga mengatasi kesulitan pemompaan minyak dari permukaan laut,
penyimpanan dan pewadahan minyak serta air laut yang terasosiasi.
Teknik ini membutuhkan booms (pembatas untuk mencegah penyebaran
minyak) atau barrier yang tahan api. Namun, pada peristiwa tumpahan
minyak dalam jumlah besar sulit untuk mengumpulkan minyak yang
dibakar. Selain itu, penyebaran api sering tidak terkontrol.
Penyisihan minyak secara mekanis melalui 2 tahap, yaitu melokalisir
tumpahan dengan menggunakan booms dan melakukan pemindahan
minyak ke dalam wadah dengan menggunakan peralatan mekanis yang
disebut skimmer.
Bioremediasi yaitu proses pendaurulangan seluruh material organik. Bakteri pengurai spesifik dapat diisolasi dengan menebarkannya pada daerah yang terkontaminasi. Selain itu, teknik bioremediasi dapat
menambahkan nutrisi dan oksigen, sehingga mempercepat penurunan polutan.
Penggunaan sorbent dilakukan dengan menyisihkan minyak melalui
mekanisme adsorpsi (penempelan minyak pada permukaan sorbent) dan
absorpsi (penyerapan minyak ke dalam sorbent). Sorbent ini berfungsi
mengubah fasa minyak dari cair menjadi padat, sehingga mudah
dikumpulkan dan disisihkan. Sorbent harus memiliki karakteristik
hidrofobik, oleofobik, mudah disebarkan di permukaan minyak, dapat
diambil kembali dan digunakan ulang. Ada 3 jenis sorbent yaitu organik
alami (kapas, jerami, rumput kering, serbuk gergaji), anorganik alami
(lempung, vermiculite, pasir) dan sintetis (busa poliuretan, polietilen,
polipropilen dan serat nilon).
Dispersan kimiawi merupakan teknik memecah lapisan minyak menjadi
tetesan kecil (droplet), sehingga mengurangi kemungkinan
terperangkapnya hewan ke dalam tumpahan minyak. Dispersan kimiawi
adalah bahan kimia dengan zat aktif yang disebut surfaktan.
Washing oil yaitu kegiatan membersihkan minyak dari pantai.
VI. Kesimpulan
Berbagai macam kegiatan industri dan teknologi yang ada saat ini apabila tidak
di sertai dengan program pengelolaan air yang baik akan mengakibatkan
kerusakan ekosistem yang ada dalam hal ini adalah air, baik secara langsung
maupun tidak langsung. Bahan buangan dan air limbah yang berasal dari
kegiatan industri adalah penyebab terjadinya pencemaran air.
Kasus pencemaran air laut akibat dari pengeboran Indusri minyak ditengah laut,
tumpahan minyak, kebocoran kapal tanker dan lain-lain. Sehingga dapat
berpengaruh pada beberapa sector , diantaranya lingkungan pantai dan laut,
ekosistem biota pantai dan laut, dan mengganggu aktivitas nelayan sehingga
mempengaruhi kesejahteraan mereka. Pengaruh-pengaruh tersebut antara lain
dapat mengubah karakteristik populasi spesies dan struktur ekologi komunitas
laut, dapat mengganggu proses perkembangan dan pertumbuhan serta
reproduksi organisme laut, bahkan dapat menimbulkan kematian pada
organisme laut.