92053792-laporan-sesungguhnya
TRANSCRIPT
Perencanaan Bangunan Penyediaan Air Minum
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Air merupakan kebutuhan yang essensial bagi manusia karena air digunakan
untuk memenuhi kebutuhan pokok sehari-hari seperti minum, mandi, mencuci dan
lain-lain. Secara umum manfaat air bagi kehidupan manusia meliputi dua aspek,
yaitu:
Aspek Internal
Yaitu air yang berperan dalam tubuh manusia, misalnya untuk keperluan
minum, proses metabolisme, melarutkan bahan makanan, dan lain-lain.
Aspek Eksternal
Yaitu peranan air di luar tubuh manusia, misalnya untuk keperluan industri,
pertanian, transportasi, dan lain-lain.
Ketersediaan air di bumi yang dapat dikonsumsi oleh manusia terdiri dari :
Air Hujan
Air Permukaan
Air Tanah
Dari ketiga macam air di atas, yang dapat langsung dikonsumsi oleh manusia
adalah air hujan dan air tanah dengan kriteria tertentu. Air permukaan yaitu air hujan
yang telah terendapkan di permukaan bumi selama beberapa lama dan tidak dapat
dikonsumsi langsung karena rentan terhadap penyebaran penyakit yang dapat
disebarkan melalui air (water borne disease). Oleh karena itu, untuk mendapatkan air
yang sesuai dengan kualitas yang diharapkan air harus diolah terlebih dahulu sebelum
akhirnya dikonsumsi oleh manusia.
1.2 Gambaran Umum
Teknik lingkungan Page 1
Perencanaan Bangunan Penyediaan Air Minum
Kota Bintank merupakan Kota yang memiliki jumla kepadatan penduduk pada
tahun 2012 sebesar 2359 jiwa dan pada tahun 2037 diperkirakan sebesar 3685 jiwa
dengan luas wilayah ± 5,88 Ha dengan kontur naik turun di atas permukaan tanah dan
salah satu sumber air baku yang digunakan di Kota Bintank ini adalah Sungai Bulan.
Penggunaan lahannya didominasi oleh pemukiman, sekolah, perkantoran,
pasar dan selebihnya digunakan untuk pertanian dan ruang terbuka. Kota Bintank
merupakan daerah yang berkembang pesat dibidang industri dan perdagangan.
Infrastruktur yang sudah ada di Kota Bintank adalah jalan dengan perkerasan,
jaringan listrik, jaringan telepon dan pipa distribusi air bersih.
Melihat Kota Bintank merupakan kota yang sedang berkembang, maka dalam
penyediaan air bersih perancangannya ditargetkan mencapai 90% secara bertahap.
1.3 Tahapan Perencanaan Perancangan
Perancangan yang dibuat meliputi design teknik untuk bangunan pengambilan
air sistem pengolahan air bersih, design teknik untuk bangunan pengolahan air serta
rancangan fasilitas penunjang. design teknik yang dimaksud selain terdiri dari nota
perhitungan (design note), design sistem (skema) dan design bangunan yang terdiri
dari (denah, tampak, potongan dan detail), selain itu juga memuat perkiraan anggaran
biaya pelaksanaan pekerjaan dan spesifikasi teknis untuk pelaksanaan pekerjaan.
Perancangan sistem pengolahan yang akan digunakan adalah sistem pengolahan
konvensional dan jenis bangunan pengolahan sesuai dengan kualitas air baku di Kota
tersebut.
Lokasi kegiatan perancangan bangunan pengolahan air minum ini terletak di
Kota Bintank, Kabupaten Kubu Raya, Pontianak, Kalimantan Barat. Perancangan
bangunan pengolahan air minum ini dibangun di Kota Bintank karena Kota Bintank
belum memiliki sistem pengolahan air minum yang baik. Oleh karena itu, perlu
dibuat sistem rancangan teknik bangunan pengolahan air minum yang sesuai dengan
kondisi Kota Bintank sehingga mampu menghasilkan air bersih sesuai standar baku
Teknik lingkungan Page 2
Perencanaan Bangunan Penyediaan Air Minum
mutu air bersih yang berlaku (Kepmenkes RI No. 907/MENKES/SK/VII/2002) dan
dapat dimanfaatkan dengan baik bagi masyarakat di Kota Bintank.
Perencanaan sistem bangunan pengolahan air minum di Kota Bintank ini akan
menggunakan sumber air dari Sungai Bulan. Sungai Bulan ini lebarnya ± 3,5 meter
dan kedalaman ± 5 meter memiliki debit 38 liter/detik, muka air rendah 1 meter dan
muka air tinggi / banjir tidak melimpas melewati tebing 5 meter. Debit yang tersedia
pada Sungai Bulan pada kondisi normal adalah 38 liter/detik. Karena kebutuhan air
untuk Kota Bintank pada tahun 2037 adalah 30 liter/detik berarti debit yang tersedia
pada sungai cukup untuk memenuhi kebutuhan tersebut.
1.4 Sistematika Laporan Perancangan
Laporan perancangan bangunan pengolahan air minum untuk Kota Bintank akan disusun dengan urutan sebagai berikut:
• BAB I Pendahuluan yang berisi keterangan mengenai kenapa dan dimana
perancangan dibuat, uraian singkat tentang kondisi lokasi kegiatan
perancangan, cakupan pekerjaan perancangan dan tata urut isi laporan
perancangan.
• BAB II Sumber Air Baku.
• BAB III Perencanaan Sistem Pengolahan Air.
• BAB IV Rancangan Bangunan Pengolahan Air.
• BAB V Rancangan Fasilitas Penunjang.
• BAB VI Perkiraan Anggaran Biaya Pelaksanaan Pekerjaan
Teknik lingkungan Page 3
Perencanaan Bangunan Penyediaan Air Minum
BAB II
SUMBER AIR BAKU
Sumber air baku yang digunakan Kota Bintank berasal dari Sungai Bulan
yang terletak 28 m dari Kota Bintank yang memiliki lebar 3,5 m dan kedalaman 5 m
serta dengan kontur yang tidak rata. Data jumlah sarana dan prasarana yang dimiliki
Kota Bintank dapat dilihat pada tabel 2.1
Tabel 2.1 Jumlah Fasilitas Kota Bintank
no Fasilitas Jumlah ( unit )
1 Perkantoran 5
2 Perdagangan
a. Pasar 3
b. Pertokoan 7
c. Pemotongan hewan 1
3 Sekolah
a. SD 2
b. SMP 1
c. SMA 1
4 Puskesmas 3
5 tempat ibadah
a. Masjid 3
b. Gereja 2
6 Terminal 1
7 Hidran 2
8 keran umum 2
Sumber : Data Sekunder
Teknik lingkungan Page 4
Perencanaan Bangunan Penyediaan Air Minum
Berdasarkan proyeksi jumlah penduduk diperkirakan jumlah penduduk Kota
Bintank pada tahun 2037 mencapai 3685 jiwa. Perkiraan jumlah penduduk untuk tiap
tahunnya dapat dilihat dari tabel 2.2.
Tabel 2.2 Proyeksi Jumlah Penduduk
TahunTahun
Proyeksi Jumlah Penduduk2012 23592013 1 24022014 2 24452015 3 24892016 4 25342017 5 25792018 6 26262019 7 26732020 8 27212021 9 27702022 10 28202023 11 28712024 12 29222025 13 29752026 14 30282027 15 30832028 16 31382029 17 31952030 18 32532031 19 33112032 20 33712033 21 34312034 22 34932035 23 35562036 24 36202037 25 3685
Sumber : Analisis Data
Pada Kota Bintank menggunakan standar penggunaan air sebesar 140 L/org
sehingga dapat diketahui perhitungan kebutuhun air penduduk Kota Bintank yang
dapat dilihat pada tabel 2.3.
Teknik lingkungan Page 5
Perencanaan Bangunan Penyediaan Air Minum
Tabel 2.3 Perhitungan Kebutuhan Air Penduduk Kota Bintank
jenis kebutuhankebutuhan pada tahun ( liter/ hari )
2012 2017 2022 2027 2032 2037
Σ kebutuhan desa 1201478 1235622 1273095 1314016 1358838 1407548
Σ fasilitas ( l / hari ) 577200 577525 577860 578205 578560 578925
Losses 1327717 1263115 1198179 1132745 1066726 999887
Σ total kebutuhan air pada tahun n 3106395 3076262 3049134 3024965 3004125 2986360
% pelayanan 35% 45% 55% 65% 75% 85%∑ Total Kebutuhan air dengan % pelayanan (L/hari) 1087238 1384318 1677024 1966227 2253094 2538406∑ Total Kebutuhan air dengan % pelayanan (L/det) 12,58 16,02 19,41 22,76 26,08 29,38
Sumber : Analisis Data
Pemakaian air rata-rata pada hari maksimum setiap 5 tahun selama 25 tahun dapat dilihat pada tabel 2.4
Tabel 2.4 Pemakaian Air pada Hari Maksimum
Tahun Pemakaian rata-rata L/det
Faktor Hari MaxPemakaian Hari Max L/det
2012 13 1,1 142017 16 1,1 182022 19 1,1 212027 23 1,1 252032 26 1,1 292037 29 1,1 32
Sumber : Hasil Analisis
Air Sungai Bulan dipilih sebagai sumber air baku, karena kualitas air pada
sungai ini masih dalam keadaan baik sehingga pengolahan yang digunakan tidak
terlalu rumit.
Dalam Perencanaan Bangunan Penyediaan Air Bersih harus terlebih dahulu
mengetahui kualitas standar air baku dan standar air minum yang digunakan sebagai
pembanding dari beberapa parameter.
2.1 Standar Kualitas AirAir yang akan diolah untuk kebutuhan penduduk Kota Bintank ditargetkan
sesuai dengan standar kualitas air bersih yang ada di Indonesia saat ini. Standar
kualitas air bersih antara lain menggunakan Permenkes RI No.
416/Menkes/Per/IX/1990 tentang Syarat – Syarat dan Pengawasan Kualitas Air dan
standar kualitas air minum menggunakan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia
Teknik lingkungan Page 6
Perencanaan Bangunan Penyediaan Air Minum
Nomor 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian
Pencemaran Air berdasarkan pembagian kelas. Tabel mengenai standar kualitas air
minum, kualitas Sungai Bulan, dan perbandingan antara standar kualitas air minum
dan kualitas Sungai Bulan dapat dilihat pada tabel 2.5.
Tabel 2.5 Persyaratan Kualitas Air Minum Berdasarkan Peraturan Pemerintah
Nomor 82 Tahun 2001
I II III IV
1 Temperatur **) °C ±3 ±3 ±3 ±5
2 Residu Terlarut (TDS) **) mg/L 1000 1000 1000 2000
3 Residu Tersusupensi (TSS) mg/L 50 50 400 400
4 Warna **) Pt-Co 50 50 50 50
5 Turbidity **) NTU (-) (-) (-) (-)
6 pH - 6 s/d 9 6 s/d 9 6 s/d 9 5 s/d 9
7 BOD mg/L 2 3 6 12
8 COD mg/L 10 25 50 100
9 DO **) mg/L 6 4 3 0
10 Total Posfat sebagai P mg/L 0,2 0,2 1 5
11 Nitrat sebagai NO3-N mg/L 10 10 20 20
12 Nitrit sebagai NO2-N mg/L 0,06 0,06 0,06 -
13 Amoniak sebagai NH3-N mg/L 0,5 (-) (-) (-)
14 Besi (fe) mg/L 0,3 (-) (-) (-)
15 Mangan (Mn) mg/L 0,1 (-) (-) (-)
16 Seng (Zn) mg/L 0,05 0,05 0,05 2
17 Tembaga (Cu) mg/L 0,02 0,02 0,02 0,2
18 Cadmium (Cd) mg/L 0,01 0,01 0,01 0,01
19 Timbal (Pb) mg/L 0,03 0,03 0,03 1
20 Arsen (As) mg/L 0,05 1 1 1
21 Merkuri (Hg) mg/L 0,001 0,002 0,002 0,005
22 Khrom Heksavalen (Cr°) mg/L 0,05 0,05 0,05 1
23 Khlorida (Cl) mg/L 600 600 (-) (-)
24 Sianida (CN) mg/L 0,2 0,2 0,02 (-)
25 Fluorida (F) **) mg/L 0,5 1,5 1,5 (-)
26 Khlorida Bebas (Cl2) **) mg/L 0,03 0,03 0,03 (-)
27 Sulfat (SO4) mg/L 400 (-) (-) (-)
28 Belerang (H2S) **) mg/L 0,002 0,002 0,002 (-)
29 Minyak dan Lemak mg/L 1 1 1 1
30 Deterjen sebagai MBAS mg/L 0,2 0,2 (-) (-)
31 Fenol mg/L 0,001 0,001 (-) (-)
32 Fecal Coliform **) Koloni/100 mL 100 1000 2000 2000
33 Total Coliform **) Koloni/100 mL 1000 5000 10000 10000
Kelas Mutu AirNo Parameter Uji Satuan
Sumber: Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 82 Tahun 2001
Teknik lingkungan Page 7
Perencanaan Bangunan Penyediaan Air Minum
Keterangan :
mg = miligram L = Liter
ug = mikrogram Bq = Bequerel
MBAS = Methylene Blue Active Substance ml = militer
ABAM = Air Baku untuk Air Minum
Dalam perencanaan ini, sumber air yang akan digunakan berasal dari Sungai
Bulan. Data-data mengenai kualitas air baku Sungai Bulan beserta hasil perbandingan
dengan kualitas air berdasarkan PP No. 82 tahun 2001 dapat dilihat pada tabel 2.5.
Berdasarkan tabel kualitas minum berdasarkan PP No. 82 tahun 2001 yang
dibandingkan dengan kualitas air baku Sungai Bulan dapat disimpulkan sebagian
besar dari parameter-parameter air baku Sungai Bulan masih memenuhi standar baku
mutu yang diijinkan. Namun ada parameter yang melebihi baku mutu, yaitu TSS,
BOD, DO, Kekeruhan, Besi dan NO2
Tabel 2.6 Standar Kualitas Air Baku menurut PP RI No.82 Tahun 2001
No Parameter SatuanBaku Mutu Kualitas Air
BakuSungai Bulan(PP RI No.82 Th.2001)
1 TDS mg/L 1000 2052 TSS mg/L 50 953 pH mg/L 6-9 64 BOD mg/L 2 2,035 COD mg/L 10 3,786 DO mg/L 6 7
7Kekeruha
nNTU 5 72
8 Besi mg/L 0.3 0,49 Mangan mg/L 1 0,810 NH3 mg/L 0.5 0,0511 NO3 mg/L 10 0,1012 NO2 mg/L 0.06 0,2913 SO4 mg/L 400 0,08
Sumber : Data Sekunder
Teknik lingkungan Page 8
Perencanaan Bangunan Penyediaan Air Minum
2.2 Penentuan Sumber Air BakuBerdasarkan hasil pemantauan air Sungai Bulan yang dilaksanakan pada tahun
2011 oleh pemerintah daerah setempat, status mutu air Sungai Bulan adalah tercemar
ringan (CR). Status mutu air pada pemantauan tersebut dibuat dengan
membandingkannya terhadap baku mutu air menurut PP nomor 82 tahun 2001.
Menurut data hasil pemantauan kualitas air sungai Bulan, terdapat beberapa
parameter yang melebihi baku mutu air pada beberapa lokasi pemantauan yaitu: TSS
sebesar 95 mg/L, BOD sebesar 2,03 mg/L, DO sebesar 7 mg/L, kekeruhan 72 NTU,
Besi 0,4 mg/L, dan NO2 sebesar 0,29 mg/L. Hal ini kemungkinan dikarenakan aliran
sungai ini membawa zat – zat padat yang berasal dari erosi, penghancuran zat
organik, garam – garam mineral yang terkandung dalam tanah yang dilaluinya
misalnya besi. Sehingga mengakibatkan total padatan suspensinya besar dan
kekeruhan air yang melebihi baku mutu.
2.3 Karakteristik Sumber Air BakuSumber air baku memegang peranan yang sangat penting dalam industri air
minum. Air baku (raw water) merupakan awal dari suatu proses dalam penyediaan
dan pengolahan air bersih.
Sumber air baku bisa berasal dari sungai, danau, sumur air dalam, mata air
dan bisa juga dibuat dengan cara membendung air buangan atau air laut. Evaluasi dan
pemilihan sumber air yang layak harus berdasar dari ketentuan berikut :
1. Jumlah air yang diperlukan
2. Kualitas air baku
3. Kondisi iklim
4. Tingkat kesulitan pada pembangunan intake
5. Tingkat keselamatan operator
6. Ketersediaan biaya minimum operasional dan pemeliharaan untuk IPA
7. Kemungkinan terkontaminasinya sumber air pada masa yang akan datang
8. Kemungkinan untuk memperbesar intake pada masa yang akan datang
Teknik lingkungan Page 9
Perencanaan Bangunan Penyediaan Air Minum
Karakteristik sungai Bulan yaitu sungai yang lebar dan dangkal dengan aliran air
yang tetap serta terdapat sedimen berupa pasir dan kerikil.
2.4 Perancangan Bangunan Pengambilan Air / IntakeIntake adalah bangunan penangkap air atau tempat air masuk dari sungai, danau
atau sumber air permukaan lainnya ke instalasi pengolahan. Intake Kota Bintank
berada persis di Sungai Bulan. Bangunan pengolahan air minum di Kota Bintank
akan dibangun dekat dengan intake agar proses pengambilan air baku yang diambil
langsung dari sungai tersebut diharapkan dapat mengurangi biaya pemasangan dan
pemeliharaan pipa. Intake untuk Kota Bintank dapat dilihat pada gambar dibawah ini:
Gambar 2.1 Simple Intake
Adapun beberapa persyaratan penempatan lokasi intake adalah sebagai berikut :
Penempatan intake sebaiknya pada lokasi yang memudahkan dalam
pelaksanaan dan aman terhadap daya dukung alam atau terhadap longsor dan
lain-lain.
Penempatan bangunan pengambilan atau intake sebaiknya tertutup serta
aman terhadap polusi yang disebabkan pengaruh luar dan pencemaran oleh
manusia atau mahluk hidup lainnya.
Konstruksi intake harus aman terhadap banjir air sungai, terhadap guling,
gaya geser, daya dukung rembesan, gempa dan gaya angkat air.
Dimensi intake harus mempertimbangkan kebutuhan maksimum harian.
Teknik lingkungan Page 10
Perencanaan Bangunan Penyediaan Air Minum
Dimensi inlet dan outlet serta letaknya harus memperhatikan fluktuasi
ketinggian muka air.
Pemilihan lokasi intake harus memperhatikan karakteristik sungai dan
diusahakan pada ketinggian yang memungkinkan pengaliran dengan sistem
gravitasi.
Konstruksi bangunan pengambilan direncanakan dengan umur efektif atau
live time minimal 20 tahun.
Bahan atau material konstruksi yang digunakan diusahakan menggunakan
material lokal atau disesuaikan dengan kondisi daerah yang bersangkutan.
Sungai Bulan selain digunakan sebagai sarana transportasi juga digunakan
penduduk yang berada di sepanjang sungai untuk mandi, cuci dan kakus (MCK).
Untuk bisa memanfaatkan air tersebut, diperlukan bangunan penangkap air / intake
agar dapat menampung air yang dapat dialirkan melalui pipa transmisi ke instalasi
pengolahan air sebelum didistribusikan ke daerah pelayanan. Sungai Bulan dipilih
sebagai sumber air baku karena :
a. Kualitas air relatif masih dalam keadaan baik sehingga pengolahan yang
digunakan tidak terlalu rumit.
b. Memiliki debit yang cukup untuk melayani kebutuhan air bersih penduduk
di Kota Bintank dalam jangka waktu yang lama.
Dengan beberapa pertimbangan, intake juga akan dilengkapi dengan beberapa
perlengkapan agar pengolahan air baku terjadi lebih sempurna, perlengkapan intake
yang akan digunakan dalam perencanaan bangunan instalasi pengolahan air ini adalah
sebagai berikut :
a. Saringan (strainer)
Untuk saringan (strainer) ada beberapa kriteria, yaitu :
- Kecepatan aliran melalui saringan antara 0,15 – 0,30 m/detik.
- Lubang saringan diameternya antara 6 – 12 mm (1/4 – ½”).
- Luas penampang kotor saringan adalah 2 kali luas efektifnya.
b. Struktur/bangunan pelindung.
c. Saluran masuk/pengarah aliran.
Teknik lingkungan Page 11
Perencanaan Bangunan Penyediaan Air Minum
d. Katup pengaman dan katup penguras.
e. Tapak/pondasi yang baik (untuk intake terapung memiliki tambatan yang baik).
2.5 Perhitungan dimensi IntakeKapasitas pengolahan (Q) = 32 L/detik = 0,032 m3/detik
Vpipa (V minimum agar tidak terjadi pengendapan) : 1,5 m/detik
Maka luas penampang pipa (A) :
A=QV
¿ 0,032 m3/detik1,5 m /detik
¿0,021 m2
Diameter pipa (d) :
d2= A x 4π
¿ 0,021 m2 x 43,14
=0,027 m
d=0,021 m=1,06 inchi
V saringan = 0,2 m/detik
A=QV
¿ 0,032 m3/detik0,2 m /detik
¿0,16 m2
Luas kotor = 2 x A
= 2 x 0,16 m2
= 0,32 m2
Teknik lingkungan Page 12
Perencanaan Bangunan Penyediaan Air Minum
BAB III
PERENCANAAN SISTEM PENGOLAHAN
3.1 Kualitas Air Baku Kualitas air tergantung dari karakteristik fisik, kimia dan biologinya. Adapun
syarat-syarat kualitas air secara fisik, kimia dan biologi adalah sebagai berikut :
Persyaratan fisis, meliputi warna, bau, rasa, kekeruhan, temperatur, dan
daya hantar listrik.
Persyaratan kimia, meliputi pH, kesadahan, besi, mangan, seng, krom
cadmium, nitrat, chlor, sulfat, klorida, dan lain-lain.
Persyaratan radioaktif, meliputi sinar alpha dan sinar betha.
Persyaratan mikroorganisme, meliputi total koliform dan koli tinja.
Air bersih yang diproduksi harus memenuhi standar kualitas atau ketentuan air
bersih/minum yang ditentukan oleh lembaga-lembaga yang bertanggung jawab
(WHO) atau peraturan perundang-undangan yang ada pada suatu negara.
Berdasarkan hasil pemantauan air Sungai Bulan yang dilaksanakan pada tahun
2012 oleh pemerintah daerah setempat, status mutu air Sungai Bulan adalah tercemar
ringan (CR). Status mutu air pada pemantauan tersebut dibuat dengan
membandingkannya terhadap baku mutu air kelas I menurut PP nomor 82 tahun
2001.
Menurut data hasil pemantauan kualitas air sungai Bulan, terdapat beberapa
parameter yang melebihi baku mutu air kelas I pada beberapa lokasi pemantauan
yaitu: TSS sebesar 95 mg/L, BOD sebesar 2,03 mg/L, DO sebesar 7 mg/L,
kekeruhan 72 NTU, Besi 0,4 mg/L, dan NO2 sebesar 0,29 mg/L, dimana senyawa
tersebut dapat membahayakan kesehatan penduduk Bintank. Oleh karena itu,
Teknik lingkungan Page 13
Perencanaan Bangunan Penyediaan Air Minum
diperlukan bangunan pengolahan air bersih yang efektif dan sesuai dengan kondisi
kualitas sumber air baku yang ada.
3.2 Jenis Sistem PengolahanPengolahan air adalah usaha teknis yang dilakukan untuk mengubah sifat-sifat
suatu zat sesuai standar air minum yang diinginkan. Proses pengolahan air pada
dasarnya dapat digolongkan menjadi tiga bagian pengolahan (Reynolds, 1982), yaitu :
Pengolahan fisik, yaitu suatu tingkat pengolahan yang bertujuan untuk
mengurangi atau menghilangkan kotoran-kotoran yang kasar, penyisihan
lumpur dan pasir, serta mengurangi kadar zat-zat organik yang ada dalam
air yang akan diubah
Pengolahan kimia, yaitu tingkat pengolahan dengan menggunakan zat-zat
kimia untuk membantu proses pengolahan selanjutnya
Pengolahan bakteriologis, yaitu suatu tingkat pengolahan untuk
membunuh atau memusnahkan bakteri-bakteri yang terkandung di dalam
air.
Untuk menanggulangi zat - zat pencemar tersebut berdasarkan ulasan kualitas
sumber air baku, maka alternatif pengolahannya diperlukan penyaringan kasar
(screen), koagulasi, flokulasi, pengendapan (sedimentasi), penyaringan (rapid sand
filter) dan yang terakhir ialah desinfeksi.
Unit proses dan unit operasi diklasifikasikan sebagai pengolahan secara fisik,
kimia atau biologi sesuai dengan prinsip dasarnya. Unit operasi adalah unit
pengolahan secara fisik sedangkan unit proses adalah unit pengolahan secara kimia
dan biologis.
Yang termasuk dalam unit proses berdasarkan alternatif pengolahannya antara lain:
Saringan kasar (coarse screen)
Saringan kasar pada umumnya diletakkan pada awal proses untuk menyaring
bahan – bahan kasar berukuran 6 – 50 mm.
Tipe yg umum digunakan antara lain :
Teknik lingkungan Page 14
Perencanaan Bangunan Penyediaan Air Minum
1. Bar rack atau bar screen
2. Coarse woven – wire screen
Pengendapan (sedimentation)
Secara umum proses sedimentasi diartikan sebagai proses pengendapan,
dimana akibat adanya gaya gravitasi, partikel yang mempunyai berat jenis lebih besar
dari berat jenis air akan mengendap ke bawah dan yang lebih kecil berat jenisnya
akan mengapung. Kecepatan pengendapan partikel akan bertambah sesuai dengan
pertambahan ukuran partikel dan berat jenisnya. Prinsip yang digunakan adalah
menyaring flok-flok yang telah mengendap. Kecepatan pengendapan partikel akan
bertambah sesuai dengan pertambahan ukuran partikel dan berat jenisnya. Fungsi dari
bangunan sedimentasi (pengendapan) adalah untuk menyingkirkan beberapa macam
partikel yang terkandung di dalam air yaitu (Joko, 2010):
- Partikel terendapkan
- Partikel yang sudah terkoagulasi seperti kekeruhan dan warna
- Hasil endapan dari proses presipitasi seperti hardneses (CaCO3), besi dan
mangan.
Fungsi dari bangunan sedimentasi (pengendapan) adalah untuk menyingkirkan
beberapa macam partikel yang terkandung di dalam air yaitu:
- Partikel terendapkan
- Partikel yang sudah terkoagulasi seperti kekeruhan dan warna
- Hasil endapan dari proses presipitasi seperti hardness (CaCO3), besi dan
mangan.
Saringan Pasir Cepat (rapid sand filter)
Saringan pasir cepat seperti halnya saringan pasir lambat, terdiri atas lapisan
pasir pada bagian atas dan kerikil pada bagian bawah. Tetapi arah penyaringan air
terbalik bila dibandingkan dengan Saringan Pasir Lambat, yakni dari bawah ke atas
(up flow). Air bersih didapatkan dengan jalan menyaring air baku melewati lapisan
kerikil terlebih dahulu baru kemudian melewati lapisan pasir.
Teknik lingkungan Page 15
Perencanaan Bangunan Penyediaan Air Minum
Yang termasuk dalam unit operasi berdasarkan alternatif pengolahannya antara lain:
Koagulasi
Koagulasi didefinisikan sebagai destabilisasi muatan pada koloid dan padatan
tersuspensi, termasuk bakteri dan virus, oleh koagulan. Pengadukan cepat merupakan
bagian dari koagulasi. Tujuan pengadukan cepat adalah untuk mempercepat dan
menyeragamkan penyebaran zat kimia melalui air yang diolah (Kawamura, 1991).
Proses koagulasi ini dapat menurunkan derajat warna, bau dan rasa. Partikel
suspensi maupun koloidal yang telah berbentuk flok hasil koagulan dapat dipisahkan
dari air melalui proses sedimentasi. Tingkat kejernihan yang diperoleh tergantung
pada jumlah bahan kimia yang digunakan. Pengendapan dapat menghasilkan effluent
yang jernih, bebas dari substansi dalam bentuk suspensi dan koloid. Sekitar 80 – 90
% total padatan terlarut, 40-70% BOD5, 30-60% COD, dan 80-90% bakteri dapat
disisihkan (Joko, 2010).
Pemilihan koagulan sangat penting untuk menentukan desain kriteria
pengadukan cepat dan untuk proses flokulasi dan sedimentasi agar berjalan efektif.
Koagulan yang sering digunakan adalah koagulan garam logam seperti : alumunium
sulfat, ferric chloride, dan ferric sulfate. Polimer buatan seperti polydiallyl dimethyl
ammonium (PDADMA) dan polimer kation alam seperti chitosan (terbuat dari kulit
udang) juga dapat digunakan. Perbedaan antara koagulan logam dengan polimer
kation adalah pada reaksi hidrolisnya dengan air. Garam logam mengalami hidrolisis
ketika dimasukkan ke dalam air sedangkan polimer tidak (Kawamura, 1991).
Bentuk pengaduk cepat atau koagulator dapat terdiri atas (Joko, 2010):
1. Tipe hidrolis
Dalam pipa, dengan menggunakan kecepatan pengaliran sebagai sumber
energi untuk pengadukan.
Stated mixer, merupakan peralatan khusus yang dipasang pada pipa untuk
mempercepat proses pengadukan. Prinsip kerja peralatan ini adalah
Teknik lingkungan Page 16
Perencanaan Bangunan Penyediaan Air Minum
memecah dan memutar aliran sehingga gradient kecepatan menjadi lebih
besar.
Terjunan memanfaatkan energi yang terjadi dari tinggi terjunan air
2. Tipe Mekanis
Di dalam mencampurkan koagulan dengan air, alat ini menggunakan
padel yang digerakkan oleh motor penggerak. Pengaduk cepat tipe mekanis
terdiri dari:
Impeller
Turbin
Impeller paddle
Impeller propeller
Faktor penting dalam perancangan alat pengaduk mekanis adalah kedua
parameter pengadukan, yaitu gradient kecepatan (G) dan waktu pengadukan (td). Di
bawah ini terdapat tabel yang dapat digunakan dalam pemilihan G dan td :
Tabel 3.1. Gradien Kecepatan dan Waktu Pengadukan
Waktu Pengadukan Gradien Kecepatan
td (detik) (detik-1)
20 1000
30 900
40 790
≥ 50 700
Sumber : Reynolds, 1996
Flokulasi
Secara umum flokulasi disebut juga pengadukan lambat, dimana dalam
flokulasi ini berlangsung proses terbentuknya penggumpalan flok-flok yang lebih
besar dan akibat adanya perbedaan berat jenis terhadap air, maka flok-flok tersebut
dapat dengan mudah mengendap di bak sedimentasi. Flokulasi dilakukan setelah
Teknik lingkungan Page 17
Perencanaan Bangunan Penyediaan Air Minum
proses koagulasi. Flokulator berjalan dengan kecepatan lambat dengan maksud terjadi
pembentukan flok. Kecepatan air dalam bak pengaduk dijaga pada harga 15-30 cm/dt,
agar tidak terjadi pengendapan maupun kerusakan flok yang telah terbentuk (Joko,
2010).
Faktor-faktor yang mempengaruhi dalam mendesain proses flokulasi adalah
(Joko, 2010):
a. Kualitas air baku
b. Proses pengolahan dan hasil yang akan dicapai.
c. Kehilangan tekan
d. Kondisi tempat
e. Biaya
f. Fasilitas pengolahan lainnya
g. Asesoris lainnya
Desinfeksi
Desinfeksi adalah usaha untuk mematikan mikroorganisme yang masih tersisa
dalam proses, terutama ditujukan kepada yang phatogen. Terdapat bermacam-macam
cara desinfektan:
Kimia : - Larutan Kaporit
- Gas Chloor
- Gas Ozon
Fisika : - Gelombang Mikro
- Ultraviolet
Untuk membunuh mikroorganisme yang bersifat pathogen terkandung di
dalam air, misalnya mikroba E. Coli. Bahan desinfeksi tersebut desinfektan dan
biasanya desinfektan kimia berupa kaporit, bromin, klorida, gas khlor, gas iod, ozon,
dan kalium permenganat. Desinfektan yang sering digunakan adalah kaporit, gas klor,
dan sinar ultra.
Kemampuan dari desinfektan ini adalah sebagai berikut (Joko, 2007):
Teknik lingkungan Page 18
Perencanaan Bangunan Penyediaan Air Minum
1. Menghilangkan bau.
2. Mmematikan alga.
3. Mengoksidasi Fe (II) menjadi Fe (III) sehingga konsentrasi di air turun.
4. Mengoksidasi Mn.
5. Mengoksidasi H2S menjadi H2SO4.
6. Mengoksidasi nitrat menjadi nitrit.
7. Mengoksidasi amonia menjadi senyawa amin.
8. Mengoksidasi phenol menjadi senyawa phenol yang tidak berbahaya.
Tidak semua unit-unit pengolahan air minum yang meliputi unit proses dan
unit operasi digunakan. Seluruh proses pengolahan air bersih yang dilakukan di
Sungai Bulan ini tergantung dari kondisi air baku, parameter yang perlu diolah serta
situasi sosial-ekonomi dilihat dari segi operasional, perawatan dan biayanya.
Berdasarkan penilaian kualitas air baku yang ada, dimana parameter
kekeruhan dan TSS melebihi baku mutu maka perlu dilakukan unit operasi
pengolahan prasedimentasi untuk mengendapkan kekeruhan dan dilanjutkan dengan
koagulasi dan floktulasi, sedangkan kadar besi (Fe), nitrit, BOD tidak perlu suatu unit
pengolahan khusus karena parameter dari besi (Fe), nitrit, dan BOD tidak terlalu
tinggi dari standar baku mutu, dan parameter tersebut akan berkurang sejalan proses
pengolahan. Dan juga dalam proses pengolahan juga terdapat unit pengolahan filtrasi
untuk mereduksi kandungan besi (Fe) sedangkan desinfeksi untuk menghilangkan
organisme patogen yang terdapat pada air baku.
3.3 Rencana Sistem PengolahanBerdasarkan dari kondisi mutu air baku pada Sungai Bulan, maka direncanakan
pembuatan sistem pengolahan lengkap dengan skema sebagai berikut :
Gambar 3.1. Denah proses pengolahan
Teknik lingkungan Page 19
Air baku
Koagulasi
Flokulasi
Sedimentasi Filtrasi Desinfeksi
Air bersih
Coarse screen
Pra-sedimentasi
Perencanaan Bangunan Penyediaan Air Minum
Dimana sumber air baku yang diambil dari intake akan dibawa melalui pipa
transmisi menuju bangunan pengolahan air dan akan dilanjutkan dengan sistem
pengolahan yang lengkap. Sebelum melalui proses koagulasi-flokulasi terlebih dahulu
air baku diendapakan pada bak pra-sedimentasi untuk mengurangi kekeruhan. Pada
bak koagulasi-flokulasi diberi koagulan berupa tawas sehingga kekeruhan pada air
baku yang ada dapat teratasi dan dilanjutkan ke dalam bak sedimentasi dimana
sedimen atau endapan – endapan yang terbentuk dapat mengendap di bak sedimentasi
sebelum difiltrasi. Setelah difiltrasi, diperoleh air baku yang diharapkan bebas dari
kandungan besi (Fe), kekeruhan air yang ada pun dapat teratasi serta kandungan
BOD, TSS, nitrit yang ada pun sudah memenuhi kadar baku mutu yang ada.
Selanjutnya, dilakukan disenfeksi untuk menghilangkan organisme patogen yang
terdapat pada air baku sehingga air yang dihasilkan dari bangunan pengolahan air
dengan sistem pengolahan lengkap ini benar – benar telah sesuai dengan baku mutu
yang ada sehingga layak untuk didistribusikan ke rumah – rumah penduduk.
Teknik lingkungan Page 20
Perencanaan Bangunan Penyediaan Air Minum
BAB IV
RANCANGAN BANGUNAN PENGOLAHAN AIR
4.1 Pra-sedimentasiBentuk bak pengendap pertama adalah persegi panjang dengan arah aliran
horizontal. Bak didesain berbentuk persegi panjang adalah untuk meningkatkan
waktu detensi partikel.
a. kriteria desain :
- Diameter orifice = ≥ 3 cm
- Surface loading = 60 – 120 m3/m2.hari
- Waktu detensi = 1 – 2 jam
- Kemiringan plate (α) = 45 - 60°
- Jarak antar plate (wp) = 25 – 100 mm
- Tebal plate ( tp ) = 2,5 – 5 mm
- Panjang plate ( pp ) = 1000 – 2500 mm
- Lebar plate ( lp ) = 1000 – 1200 mm
- NFR = ≥ 10 – 5
- NRE = ≤ 500
- Jarak pipa inlet ke zona lumpur = 0,2 – 0,3 m
- Jarak plate ke pipa inlet = 1 – 1,4 m
- Jarak gutter ke plate = 0,3 – 0,4 m
- Tinggi plate = 1 – 1,2 m
- Kadar lumpur = 4 – 6%
b. Perencanaan
Teknik lingkungan Page 21
Perencanaan Bangunan Penyediaan Air Minum
- Debit ( Q ) = 32 L/det = 0,032 m3/det
- Beban permukaan ( vo ) = 2 m/jam = 5,56 x 10-4 m/det
- Kecepatan inlet dan outlet ( v ) = 0,6 m/det
- Viskositas kinematis (ʋ) = 0,893 x 10-6 m2/det
- Viskositas dinamis (µ ) = 0,890 x 10-3 kg/m.det
- Kerapatan air (ρw) = 997 kg/m3
- Berat jenis air (γ) = 9,77 kN/m3
- Kerapatan lumpur (ρs) = 2600 kg/m3
- P : L = 3 : 1
- Tinggi air di v-notch (ho) = 3 cm = 0,03 m
- Tebal gutter = 2 cm = 0,02 m
- % removal = 65%
- Slope = 2%
- Kadar lumpur = 3%
- Waktu pengurasan = 3 hari
- Turbidity = 72 mg/L
c. Perhitungan
Zona pengendapan
Direncanakan terdapat 2 bak sedimentasi dengan debit masing-masing bak Q
= 0,016 m3/det.
Luas pengendapan
A = QVo
= 0,016 m3 /det5,56 x 10−4m /det
=29 m2
Dimensi bak
P : L = 3 : 1
H = 2m
A = P x L
29m2 = 3L x L
Teknik lingkungan Page 22
Perencanaan Bangunan Penyediaan Air Minum
29m2 = 3L2
3 L2 = 27m2
L = 3 m
P = 3 x L
= 3 x 3
= 9 m
Cek waktu tinggal
td = volumedebit
= P x L x H
Q=9 x 3 x 2
0,016=3375 dt
Kecepatan horizontal partikel
VH = Q
L x H =
0,0163 x2
m/det = 2,6 x 10-3 m/det
Jari-jari hidrolis
R = L x H
L+2H= 3 x 2
3+(2 x2 )=0,9 m
Cek bilanga reynold
NRE = VH x RƲ
=2,6 x 10−3 m
detx 0,9 m
0,893 x10−6
= 2620 > 500 ( tidak memenuhi )
Cek bilangan Froud
NFr = VH 2
g x R=
(2,6 x10−3 mdet❑
)❑2
9,81x 0,9 m
= 7,6 x 10-7 < 10-5 ( tidak memenuhi )
Karena NRE dan NFr tidak memenuhi kriteria desain, maka perlu memodifikasi
bak pengendapan denga membuat sekat-sekat pada arah memanjang. Bak
Teknik lingkungan Page 23
Perencanaan Bangunan Penyediaan Air Minum
dibagi menjadi 20 jalur dengan perhitungan masing-masing jalurnya adalah
sebagai berikut :
Q1 = Q20
=0,016 m3 /det20
=8 x 10−4 m3/det
Dimensi per jalur
A1 = Q1
Vo=8 x10−4 m3/det
5,56 x10−4 m2 =1, 44 m
L1 = L
20=¿
320
=0,15 m
P1 = 9 m
H1 = 2m
Cek waktu tinggal
td = volumedebit
= P 1 x L 1 x H
Q 1=9 x 0,15 x2
8 x 10−4=3 375 dt
Kecepatan horizontal partikel
VH = Q1
L1 x H = 8 x10−4
0,15 x2 m/det = 2,6 x 10-3 m/det
Jari-jari hidrolis
R = L1 x H
L1+2 H= 0,15 x2
0,15+(2 x 2 )=0,072 m
Cek bilanga reynold
NRE = VH x RƲ
=2 , 6 x10−3 m
detx0,072 m
0,893 x10−6
= 215 < 500 (memenuhi )
Cek bilangan Froud
Teknik lingkungan Page 24
Perencanaan Bangunan Penyediaan Air Minum
NFr = VH 2
g x R=
(2 , 6 x10−3 mdet❑
)❑2
9,81 x 0,072 m
= 1 x 10-5 < 10-5 (memenuhi )
Cek kecepatan pengendapan
Untuk aliran laminer 50 < Re < 1620
CD = 4,7
ℜ13
= 4,7
21513
=0,0 6
Vs = √[ 43
xg
CDx
ρs−ρwρw
x d ] = √[ 4
3x
9,810,06
x2600−997
997x10−4]
= 0,03 m/det > 0,00321 m/det
Zona inlet
Dimensi saluran inlet
Asal = Qv
=0,0160,6
=0,0 3m2
Asal = Lsal x Hair
0,0 3 m2 = 3 m x H air
H air = 0,01 m
H sal = H air + F = 0,01 + 0,3 = 0,4 m
P sal = 0,5 m
Zona lumpur
Konsentrasi effluen dan lumpur
Cef = (100% - 65%)x turbidity
Teknik lingkungan Page 25
Perencanaan Bangunan Penyediaan Air Minum
= 0,35 x 72 mg/L
= 25,2 mg/L
Cs = 65% x turbidity
= 0,65 x 72 mg/L
= 46,8 mg/L
Berat lumpur tiap hari
Ws = Q x Cs x 86400
= 16 L/det x 46,8 mg/L x 10-6 x 86400
= 65kg/hari
Debit lumpur kering
Qds = Wsρs
= 65 kg /hari2600 kg /hari
= 0,025 m3/hari
Debit lumpur
Qs = Qds% lumpur
=0,025 m3/hari0,03
=0 , 83 m3/hari
Volume bak lumpur
V = Qs x tc
= 0,83 m3/hari x 3 hari
= 2,5 m3
Dimensi ruang lumpur
Ps = P5
= 95=1,8 m
Ls = L3=¿
33=1 m
Teknik lingkungan Page 26
Perencanaan Bangunan Penyediaan Air Minum
V kerucut = 13
x A x Hs
Hs = 3 x 2 ,5 m3
29 = 0,26 m
Dpembuang = 0,75 m
Zona outlet
Lebar gutter (Lg) = 1,5Ho ( tinggia air dalam gutter)
QA
=v o=5,56 x10−4 m/det
Jumlah pelimpah menurut rumus Huisman ( 1978 )
Qn .L
<5 x H x vo
0,016 m3/detn x3
<5 x2m x 5,56 x10−4 m /det
n > 0,95
rencana jumlah gutter, n = 2 dengan 45° V-notch
Debit tiap gutter
Qg = Qn
=0,0162
=0,00 8 m3/det x35,3088=0,28 cfs
Dimensi gutter
Qg = 2,49 x Lg x Ho3/2
0,28 cfs = 2,49 x 1,5 Ho x Ho3/2
0,28 cfs = 3,735 Ho5/2
Ho = 2,18 ft = 0,7 m
Lg = 1,5 x 0,7m = 1,05m
Hg = Ho + (20% x Ho) + ho + Freeboard
Teknik lingkungan Page 27
Perencanaan Bangunan Penyediaan Air Minum
= 0,7m + (0,02 x 0,7m) + 0,03 + 0,02
= 0,76m
Pg = 12
x P=12
x 9=4,5 m
Debit tiap V-notch
Qw = 1,36 x ho5/2
= 1,36 x 0,035/2m
= 2,12 x 10-4 m
Jumlah V-notch
Total jumlah V-notch
n = QgQw
= 0,00 8
2,12 x10−4=3 7,7 ≈ 8 buah
gutter memeiliki 2 sisi pelimpah, maka tiap sisi n’ = 3 82
=1 9 buah
Dimensi V-notch
Freeboard V-notch
Fw = 12
xho
= 12
x0,03=0,015 m
Lebar muka air V-notch
Lw = 2 x ho x tan 45°
= 2 x 0,03 x tan 45°
= 0,06 m
Lebar pintu V-notch
Lp = 2 x (ho + Fw) x tan 45°
= 2 x ( 0,03 + 0,015) x 1
Teknik lingkungan Page 28
Perencanaan Bangunan Penyediaan Air Minum
= 0,09 m
Jarak antar V-notch
Pg = (n’ x Lp) + (n’ x w)
4,5m = (19 x 0,09) + (19 x w)
4,5m = 1,71 + 19w
18w = 4,5m – 1,71m
w = 0,15m
jarak V-notch ke tepi
w’ = w2=0,15
2=0,08 m
misal : jarak gutter ke tepi = b, maka jarak antar gutter b’ = 2b
L outlet = 2 x Lg + 2 x b + 2b
3 m = 2 x 1,05 + 4b
b = 0,23 m
Jarak antar gutter b’ = 2 x b = 2 x 0,23 = 0,46 m
Saluran pengumpul
Fungsinya untuk mengumpulkan air dari gutter sebelum menuju bak koagulasi.
Asal = Qv
=0,0160,6
=¿0,03m
Asal = Lsal x H air
0,03m = 3m x H air
H air = 0,01m
Teknik lingkungan Page 29
Perencanaan Bangunan Penyediaan Air Minum
H sal = H air + F
= 0,01 + 0,3
= 0,4m
P sal = 0,5m
Kehilangan tekanan
Headloss pada V-notch
Q/notch = 815
xCD x√2g x tanθ2
x hf52
2,12 x 10-4 = 815
x 0,06 x √2 x 9,81 x1 xhf52
hf = 0,055 m
4.2 KoagulasiKoagulasi didefinisikan sebagai destabilisasi muatan pada koloid dan padatan
tersuspensi, termasuk bakteri dan virus, oleh koagulan. Pengadukan cepat merupakan
bagian dari koagulasi. Tujuan pengadukan cepat adalah untuk mempercepat dan
menyeragamkan penyebaran zat kimia melalui air yang diolah (Kawamura, 1991).
Untuk menghitung volume bak pengaduk dan tenaga yang diperlukan untuk
pengadukan digunakan rumus sebagai berikut :
Volume bak pengaduk (Joko, 2010)
V = Q x td
Dimana :
V = Volume bak (m3)
Q = Debit air (m3/detik)
td = Waktu detensi (detik)
Tenaga pengaduk yang diperlukan (Kawamura, 1991)
Teknik lingkungan Page 30
Perencanaan Bangunan Penyediaan Air Minum
G=√ Pμ .V
Sehingga :
P = G2 x μ x V
dimana :
P = Power Input (Watt)
G = Gradien (det-1)
μ = Viskositas/ kekentalan air (Kg/m.det)
V = Volume bak (m3)
Dalam perencanaan Instalasi Pengolahan Air Bersih Kota Bintank, akan
dibangun satu buah unit bak koagulasi dengan debit rencana (Q) sebesar 0,029
m3/detik. Bak koagulasi berbentuk silinder dengan pengadukan secara mekanis yang
menggunakan paddle impeller, dimana masing-masing impeller mempunyai 2 blade.
a. Kriteria desain
- NRe = > 10000
- Waktu detensi (td) impeller = 1- 3 menit
- Gradien kecepatan G (impeller) = 250 – 1000/det
- G x td = 104 - 106
b. perencanaan
- Dibuat 1 unit bak dengan debit (Q) = 0,032 m3/detik
- Pengadukan dengan paddle impeller, masing-masing impeller mempunyai 2
blade.
- Bentuk bak silinder
- td = 60 detik sehingga nilai G = 1000/dt
- ρw = 997 kg/m3 (25oC)
- ρS = 2600 kg/m3
- µ = 0,89 x 10-3 kg/m.dt
- ν = 0,893 x 10-6 m2/dt
- CD = 1,8
Teknik lingkungan Page 31
Perencanaan Bangunan Penyediaan Air Minum
- K = 0,25
- Tinggi bak = 1,5 x diameter bak
- Efisiensi motor, η = 60
c. Perhitungan :
Dimensi bak
Volume bak (V) = Q x td
= 0,032 x 60 = 1,92 m3
(V) = A x H
1,92 = ¼.π x D x 1,5.D
1,92 = 1,1775 D2
D2 = 1 , 92
1,1775
D = 1,28 m
H = 1,5 x 1,28
= 1,92 m
F = 0,3m
Daya pengadukan
P = G2 x μ x V
= (1000)2 x (0,89 x 10-3) x 1,92
= 1709 Watt
P = 1709 Watt / 0,6 = 2848 kg.m/dt
Dimensi blade
Lebar, b = 0,3 m
Panjang, p = 60%. D = 0,6 x 1,28 = 0,768 m
Jari-jari paddle = 0,768 /2 = 0,384 m
Teknik lingkungan Page 32
Perencanaan Bangunan Penyediaan Air Minum
Putaran motor untuk multiple blade
P = CD x ρ x 1,44 x 10-4 x (1-k)3 x n3 x b x r4
n = | 1709 Watt
1,8 x997 x 1,44 x10−4 x (1−0,25)x 0,3 x (0,3 84)4|1 /3
n = 111 RPM
Zona I nlet
Ketinggian minimal adalah setinggi pipa dari bak prasedimentasi
Diameter pipa
A = Q/v = 0.032 / 0,6 = 0,05 m2
A = ¼.π x D2
0,05 = ¼.π x D2
D = 0,25 m = 250 mm
Zona Outlet
Diameter pipa
A = Q/v = 0.032 / 0,6 = 0,05 m2
A = ¼.π x D2
0,05 = ¼.π x D2
D = 0,25 m = 250 mm
Dalam perencanaan ini akan digunakan aluminium sulfat Al2(SO4)2 atau
tawas. Tawas ini dipilih karena efektif sebagai pembentuk flok, mudah didapat di
pasaran, murah, dan mudah larut dalam air secara sempurna.
Bak pembubuh koagulan
a. Kriteria desain :
- Koagulan yang digunakan = aluminium sulfat
- Kadar aluminium aktif = 17%
- Massa jenis = 134 gr/100mp ( 1,34 kg/L)
Teknik lingkungan Page 33
Perencanaan Bangunan Penyediaan Air Minum
- Kosentrasi lar.alum = 5%
- Dosis alum. Maksimum ( Cal) = 40 mg/L
- Jumlah bak koagulan = 1 bak
- Waktu pencampuran (tc) = 8 jam
-
b. Perhitungan
- Kebutuhan aluminium (M)
M = 10017
x Q x Cal
= 10017
x 32 x 40
= 7529 mg/det
= 651 kg/hari
- Debit koagulan (Q’)
Q’ = mρ= 651
1,34=4 86
Lhari
=20,24 L / jam
- Volume alum yang dibutuhkan (Val)
Val = Q’ x tc
= 20,24 x 8
= 162 L
- Volume larutan (Vlar)
Vlar = 100
5xVlar
= 100
5x1 62
= 3240 L = 3,24 m3
Teknik lingkungan Page 34
Perencanaan Bangunan Penyediaan Air Minum
- Dimensi bak pembubuh
P = 1,7 m
L = 1 m
H = 1,6 m
- Dozing pump
Sistem pembubuh koagulan yang dilakukan denga menggunakan
pompa pembubuh (dozing pump) yang menyedot koagulan di ruang
pembubuh
Debit koagulan (Q’) = 20,24
Ljam
x 1000
60=3 37 ml /menit
4.3 FlokulasiSecara umum flokulasi disebut juga pengadukan lambat, dimana dalam
flokulasi ini berlangsung proses terbentuknya penggumpalan flok-flok yang lebih
besar dan akibat adanya perbedaan berat jenis terhadap air, maka flok-flok tersebut
dapat dengan mudah mengendap di bak sedimentasi. Flokulasi dilakukan setelah
proses koagulasi. Flokulator berjalan dengan kecepatan lambat dengan maksud terjadi
pembentukan flok. Kecepatan air dalam bak pengaduk dijaga pada harga 15-30 cm/dt,
agar tidak terjadi pengendapan maupun kerusakan flok yang telah terbentuk (Joko,
2010).
Faktor-faktor yang mempengaruhi dalam mendesain proses flokulasi adalah
(Joko, 2010):
a. Kualitas air baku
b. Proses pengolahan dan hasil yang akan dicapai.
c. Kehilangan tekan
d. Kondisi tempat
Teknik lingkungan Page 35
Perencanaan Bangunan Penyediaan Air Minum
e. Biaya
f. Fasilitas pengolahan lainnya
g. Asesoris lainnya
a. Kriteria desain untuk bak flokulasi adalah sebagai berikut (Joko, 2010):
- Kondisi aliran, NRe > 10000
- Gradien kecepatan, G = 20 – 70 /dt
- Waktu detensi, td = 10 – 20 menit
- G x td = 10000 – 100000
b. Beberapa perencanaan untuk bak flokulasi adalah sebagai berikut:
- Pengadukan dengan paddle impeller, masing-masing impeller mempunyai 2
blade
- Bentuk banguna empat persegi panjang dengan 3 kompartemen (tahap).
Kompartemen berbentuk silinder.
- Kedalaman kompartemen, H = 2,5 m
- Lebar blade, b = 1,5 m
- Perincian tiap tahap :
Tahap 1 G = 70/dt, td = 4 menit
Tahap 2 G = 50/dt, td = 4 menit
Tahap 3 G = 30/dt, td = 4 menit
- ρw = 997 kg/m3 (25oC)
- γw = 9,77 kn/m3
- ρs = 2600 kg/m3
- µ = 0,89 x 10-3 kg/m.dt
- υ = 0,893 x 10-6 m2dt
- CD = 1,8
- K = 0,25
- η motor = 75%
Teknik lingkungan Page 36
Perencanaan Bangunan Penyediaan Air Minum
c. Perhitungan :
Dimensi tiap kompartemen
V = Q x td = A x H
A=Q xtdH
=0,0 32 .(4 x60)
2,5=3,072 m2
A=14
. π . D2
3,072= 14
. π . D2
3,072=0,785 D 2
D=2m
H = 2,5 m
V = A x H = 3,072 m2 x 2,5 m =7,68 m3
Daya pengadukan P = µ x V x G2
P1=µ xV xG2¿0,89 x10−3 x 7 , 68 x 702¿3 3,49watt
Pmotor=Pɳ=3 3,49
75 %=4 4,65 kg .m /dt P2=µ xV xG2¿0,89 x10−3 x 7 , 68 x 502
¿1 7,09watt
Pmotor=Pɳ=1 7,09
75 %=2 2,8 kg . m /dt
P3=µ xV xG2¿0,89 x10−3 x 7 , 68 x 302¿6,15 watt
Pmotor=Pɳ= 6,15
75 %=8,2 kg .m /dt
Putaran motor untuk multiple blade
P1=CD x Ƿ x 1,44.10−4 x (1−K )3 x n3 x b xr 4
n1=[ 33,49
1,8 x 997 x1,44. 10−4 x (1−0,25 ) x1,5 x (1, 4 )4 ]13¿3,12 RPM
P2=CD x Ƿ x 1,44.10−4 x (1−K )3 x n3 x b x r4
Teknik lingkungan Page 37
Perencanaan Bangunan Penyediaan Air Minum
n2=[ 17,09
1,8 x 997 x1,44. 10−4 x (1−0,25 ) x1,5 x (1,4 ) 4 ]13
¿2,49 RPM
P3=CD x Ƿ x 1,44.10−4 x (1−K )3 x n3 xb x r4
n3=[ 6,15
1,8 x 997 x1,44. 10−4 x (1−0,25 ) x 1,5 x (1 , 4 ) 4 ]13
¿1,77 RPM
Daya motor Pmotor = P / η
Tabel 4.1. Perhitungan Bak Flokulasi
Uraian Satuan Tahap 1 Tahap 2 Tahap 3G L/detik 70 50 30td Menit 4 4 4
Detik 240 240 240
V m3 7,68 7,68 7,68
H M 2,5 2,5 2,5
A m2 3,072 3,072 3,072
D M 2 2 2
Jari – jari
ro M 0,8 0,8 0,8
r1 M 1 1 1B M 1,5 1,5 1,5P watt 33,49 17,09 6,15
Teknik lingkungan Page 38
Perencanaan Bangunan Penyediaan Air Minum
Pmotor kg.m/detik 44,65 22,8 8,2
N RPM 3,12 2,49 1,77 Sumber : Data Analisis
Zona Inlet
- Ketinggian minimal adalah setinggi pipa dari bak koagulasi.
- Diameter pipa
A=Qv=0,0 32
0,6=0,0 5 m2
A=14
. π . D 2
0,0 5=14
. π . D 2
0,0 5=0,785 D2
D=0,25 m=250 mm
d. Zona Outlet
- Ketinggian minimal adalah setinggi pipa dari bak koagulasi.
- Diameter pipa
A=Qv=0,0 32
0,6=0,0 5 m2
A=14
. π . D 2
0,0 5=14
. π . D 2
0,0 5=0,785 D2
D=0,25 m=250 mm
Teknik lingkungan Page 39
Perencanaan Bangunan Penyediaan Air Minum
4.4 SedimentasiSecara umum proses sedimentasi diartikan sebagai proses pengendapan,
dimana akibat adanya gaya gravitasi, partikel yang mempunyai berat jenis lebih besar
dari berat jenis air akan mengendap ke bawah dan yang lebih kecil berat jenisnya
akan mengapung. Kecepatan pengendapan partikel akan bertambah sesuai dengan
pertambahan ukuran partikel dan berat jenisnya. Prinsip yang digunakan adalah
menyaring flok-flok yang telah mengendap. Kecepatan pengendapan partikel akan
bertambah sesuai dengan pertambahan ukuran partikel dan berat jenisnya. Fungsi dari
bangunan sedimentasi (pengendapan) adalah untuk menyingkirkan beberapa macam
partikel yang terkandung di dalam air yaitu (Joko, 2010):
- Partikel terendapkan
- Partikel yang sudah terkoagulasi seperti kekeruhan dan warna
- Hasil endapan dari proses presipitasi seperti hardneses (CaCO3), besi dan
mangan.
Fungsi dari bangunan sedimentasi (pengendapan) adalah untuk menyingkirkan beberapa macam partikel yang terkandung di dalam air yaitu:
- Partikel terendapkan
- Partikel yang sudah terkoagulasi seperti kekeruhan dan warna
- Hasil endapan dari proses presipitasi seperti hardness (CaCO3), besi dan
mangan.
a. Kriteria Desain
Kriteria desain yang dipakai:- Surface loading = 2 – 4 m/jam
- Diameter orifice = ³ 3 cm
- no = 60 – 120 m3/m2 . hari
- Kemiringan plate (a) = 45 - 60o
- Jarak antar plate (wp) = 25 – 100 mm
- Tebal plate (tp) = 2,5 – 5 mm
- Panjang plate (Pp) = 1000 – 2500 mm
- lebar plate (lp) = 1000 – 1200 mm
Teknik lingkungan Page 40
Perencanaan Bangunan Penyediaan Air Minum
- NFR = ³ 10-5
- NRE = £ 500
- Jarak pipa inlet ke zona lumpur= 0,2 – 0,3 m
- Jarak plate ke pipa inlet = 1 – 1,4 m
- Jarak gutter ke plate = 0,3 – 0,4 m
- Tinggi plate = 1 – 1,2 m
- Kadar lumpur = 4 - 6%
b. Perencanaan
- Bak direncanakan berbentuk persegi panjang dengan P : L = 3 : 1
- Beban permukaan, νo = 2 m/jam = 5,56 x 10-4 m/dt
- Viskositas kinematis, v = 0,893 x 10-6 m2/det
- Td = 1 jam = 3600 dt
- NRe = < 500
- NFr = > 10-5
- Kedalaman bak, H = 2 m
- Jarak antar plate, w = 0,1 m
- Tinggi plate, h = 1 m
- Sudut kemiringan plate, α = 60°
- Tebal plate, t = 0,5 cm = 0,005 m
- Y/Yo = 75 %
- Faktor keamanan, good performance = 1/3
- ho = 0,03
- Lebar gutter (Lg) = 1,5 Ho
- Jumlah gutter, n = 2 dengan 45° V-notch
- Freeboard = 2%
- v sal = 0,6 m/dt
- Lsal gutter = 1,8 m
- P sal = 0,5 m
- Turbidity = 72 mg/L
Teknik lingkungan Page 41
Perencanaan Bangunan Penyediaan Air Minum
- Kadar lumpur = 4%
- Waktu detensi lumpur = 3 hari
c. Perhitungan
Zona Sedimentasi
Direncanakan 1 bak sedimentasi dengan debit 0,032 m3/dt
Dimensi bak :
QA
=5,56 ×10−4 m /det
A= 0,032 m3/det5,56 × 10−4 m /det
=5 7,55 m2
P : L = 3 : 1H = 2mA = P x L57,55m2= 3L x L67,55m2 = 3L23 L2 = 57,55m2
L = 4,38 mP = 3 x L
= 3 x 4,38= 13,14 m
F = 0,3 m Kecepatan Horizontal Partikel
V h=Q
L × H=0,0 32m3/det
4 ,38 m ×2m=3 , 7×10−3 m /det
Teknik lingkungan Page 42
Perencanaan Bangunan Penyediaan Air Minum
Jari – Jari Hidrolis
R= L × HL+2 H
= 4 , 38 m× 2m4 , 38 m+2(2 m)
=1,0 5m
Cek Bilangan Reynolds
N ℜ=V h × R
v=3 , 7 x10−3 m /det × 1,05 m
0,893 × 10−6 m2/det=4 350>500 (tidak memenuhi)
Cek Bilangan Froude
N FR=vO
2
g× R=
( 3,16 x10−3 m /det )2
9,81m
det2 × 1,05 m=9 ,69×10−7<10−5
(tidak memenuhi)
Karena NRe dan NFr tidak memenuhi kriteria desain, perlu penambahan plate settler pada bak sedimentasi. Perhitungannya adalah sebagai berikut :
Kecepatan Aliran Masuk Plate
QA
=vo .sin α
vo=5,56 ×10−4
sin 60=6,42× 10−4m /de t
Dimensi Plate
Jumlah Plate
x= wsin α
=0,10 msin60
=0,115 m
n=Px=13,14 m
0,115 m=144,3 ≈ 144 buah
Jari – Jari Hidrolis
Teknik lingkungan Page 43
l=hsin α
=1sin 60
=1 , 15 m
h=1 mw=0 , 10 mt=0 , 005 mα=600
Perencanaan Bangunan Penyediaan Air Minum
R=w2
=0,10 m2
=0,05 m
Cek Bilangan Reynolds
N ℜ=vo× R
v=6,42.10−4 m /det × 0,05 m
0,893 ×10−6 m2/det=35,95<500(OK )
Cek Bilangan Froude
N FR=vO
2
g× R=
( 6,42.10−4 m /det )2
9,81m
det2 × 0,05 m=1,308× 10−3>10−5(OK )
a) Zona Inlet
Dimensi Pipa Inlet
A=QV
=0,0 32 m3 /det0,6 m /det
=0,05 m2
A=14
× π × D2
0,05 m2=14
π D 2
D=0,25 Dimensi Orifice
Ppipa = P bak = 13,14 mw or = 1,5 m
n or = P pipa
w∨¿=13,14 m
1,5 m=8,76 m ¿
Qor = 0,0 32m3/det6
=0,0053 m3/det
Aor = 0,0032 m3/det0,6 m /det
=0,05 m2
Dor = 0,05 m
Zona Lumpur
Konsentrasi Effluent Dan Lumpur
Cef = (100% - 80%) x turbidity = 0,20 x 72 mg/L = 14,4 mg/L
Teknik lingkungan Page 44
Perencanaan Bangunan Penyediaan Air Minum
Cs = 80% x turbidity = 0,80 x 72 mg/L = 57,6 mg/L
Berat Lumpur Setiap Hari
Ws = Q x Cs x 86400 = 32 L/det x 57,6 mg/L x 10-6 x 86.400 = 159,25 kg/hari
Debit Lumpur Kering
Qds=w s
ρs
=159,25 kg/hari2600 kg /m3 =0,06 m3/hari
Debit Lumpur
QS=Qds
%lumpur=0,0 6 m3 /hari
0,05=1 , 2 m3/hari
Volume Bak Lumpur
V=Q S ×tc=1, 2 m3/hari× 3 hari=3,6 m3
Dimensi Ruang Lumpur
Ps=P5=13,14 m
5=2,6 m
Ls=L3=4 ,38 m
3=1 , 46 m
Vkerucut=13
. A . H s
H s=3 ×3,6 m3
13,14 m× 4 ,38 m=0,18 m
Zona Outlet
Lebar gutter = 1,5 Ho
Q/A = vo = 5,56 x 10-4 m/dt
Jumlah pelimpah menurut rumus Huisman (1978)
Qn × L
<5. H . vo
Teknik lingkungan Page 45
Perencanaan Bangunan Penyediaan Air Minum
0,032 m3/detn ×4,38 m
<5 .2 m .5,56 x 10−4 m /dt
n > 1,3, rencana jumlah gutter, n = 2 dengan 45° V notch
Debit tiap gutter
Q g=Qn=0,0 32 m3/det
2=0,0016 m3 /det ×35,3088=0,5 6 cfs
Dimensi gutter
Q g=2,49 . Lg . Ho32
0,5 6 cfs=2,49 ×1,5 Ho× Ho32
Ho=0,006 ft=0,16 m
Lg = 1,5 x 0,016 m = 0,09 m
Hg = Ho + (20%. Ho) + ho + Freeboard
Hg = 0,16 m + (20%. 0,16 m) + 0,03 m + 0,02 m
Hg = 0,242 m
ρg=P=13,14 m
Debit tiap V – notch
Qw = 1,36 . ho5 /2 = 1,36 . 0,035/2
= 2,12 . 10-4 m3/det
Jumlah V – notch
Total jumlah V–notch, n = Q g
Qw
= 0,05 6 m3/det2,12 .10−4 m 3/det
=2 64 buah
Gutter mempunyai 2 sisi pelimpah, maka tiap sisi
n’ = 264 buah
2=1 32 buah
Dimensi V – notch
- Freeboard V – notch
Teknik lingkungan Page 46
Perencanaan Bangunan Penyediaan Air Minum
Fw=12
. ho=12
. 0,03=0,015 m
- Lebar muka air V – notch
Lw=2. ho . tan 45=2 . 3 .1=6 cm=0,06 m
- Lebar pintu V – notch
Lp=2.(ho+Fw ). tan 45=2.(3+1,5) .1=9 cm=0,09 m
- Jarak antar V – notch
Pg=(n ' × Lp )+(n ' × w)12,5 m=(1 32× 0,09 m )+(132× w)w=0,014 m
- Jarak V – notch ke tepi
w’ = w2=0,014 m
2=0,007 m
misal jarak gutter ke tepi = b, maka jarak antar gutter b’ = 2b
Loutlet=2 . Lg+2 b+2b
4,7 m=2 .0,09+4 b
b = 1,13 m
Jarak antar gutter, b’ = 2b = 2 x 1,13 m = 2,26 m
Saluran Pengumpul
Fungsinya untuk mengumpulkan air dari gutter sebelum menuju bak filtrasi.
A sal=Qv
=0,029 m3/det0,6 m /det
=0,05 m
A sal=L sal × H air
0,05=4,17 m × H air
H air=0,012 m
H sal=H air+F=0,012 m+0,3 m=0,312 m
Psal = 0,5 m
Kehilangan tekanan
Teknik lingkungan Page 47
Perencanaan Bangunan Penyediaan Air Minum
Qnotch
= 815
× Co×√2 g× tanθ2
×hf52 Q
notch= 8
15× CD×√2 g× tan
θ2
×hf52
2,12 ×10−4 m3 /det ¿ 815
×0,584 ×√2.9,81× 1× hf52
Hf = 0,029 m
4.5 FiltrasiFiltrasi berfungsi untuk menyaring flok – flok halus yang masih lolos dari sub
unit sedimentasi media penyaringan menggunakan pasir silika dengan media tunggal
atau ganda.. Proses tersebut mempergunakan prinsip pembersihan alami dari tanah.
Filtrasi diperlukan untuk menyempurnakan penurunan kadar kontaminan seperti
bakteri, warna, rasa, bau, dan Fe sehingga diperoleh air yang bersih dan memenuhi
standar kualitas air minum. Filter dibedakan menjadi dua macam saringan yaitu
saringan pasir lambat dan saringan pasir cepat. Dalam perencanaan ini akan
menggunakan saringan pasir lambat karena kecepatan penyaringan lambat dapat
menyaring zat pengotor hingga diameter yang lebih kecil dibandingkan dengan
saringan pasir cepat (Joko, 2010).
Jumlah minimum dari filter untuk perencanaan pengolahan kecil kurang dari
90 L/detik adalah dua. Jika kapasitas perencanaan melebihi 90 L/detik, jumlah
minimum filter menjadi empat. Jumlah filter yang diperlukan dihitung dari persamaan
(Kawamura, 1991):
N=12 Q0,5
dimana :
N = Jumlah filter
Q = Debit maksimum rencana, m3/detik
a. Kriteria Desain
- Kecepatan filtrasi (νf) = 8 - 12 m/jam
- Tebal media pasir (Lp) = 60 - 80 cm
- Tebal media kerikil (Lk) = 10 - 30 cm
Teknik lingkungan Page 48
Perencanaan Bangunan Penyediaan Air Minum
- Waktu backwash (tbw) = 5 - 15 menit
- Tinggi air diatas media = 0,9 - 1,2 m
- Diameter media (Øm) = 0,6 - 1,2 mm
- Ekspansi backwash = 30 - 50%
- An orifice (Aor) : A = (0,0015 - 0,005) : 1
- A lateral (Al) : Aor = (2 - 4) :1
- A manifold (Am) : Al = (1,5 - 3) :1
- Jarak orifice (Wor) = 6 - 20 cm
- Porositas = 0,36 - 0,45
- Diameter orifice (Øo) = 0,6 - 2 cm
- Kecepatan backwash (νbw) =15 - 25 m/jam
- Surface loading = 7 - 12 jam
b. Perencanaan
- v.f = 10 m/jam = 2,78 x 10-3 m/det
- Dor = 0,5 inci = 1,27 cm
- Aor = 0,0025 x A
- Wlat = 20 m/jam
- V bw = 20 m/jam
- Tebal Lapisan pasir,Lp = 70 cm = 0,7 m
- Tebal lapisan kerikil,Lk = 30 cm = 0,3 m
- Diameter pasir,Dp = 0,6 mm = 6 x 10-4 m
- Diameter kerikil,Dk = 3 mm = 3 x 10 -3 m
- Porositas awal, Po = 0,4
- V = 0,893 x 10 -6 m2/det
- NRe pasir = < 5
- NRe kerikil = > 5
- Ψ pasir = 0,82 (bulat)
Teknik lingkungan Page 49
Perencanaan Bangunan Penyediaan Air Minum
- A lat = 2 x Aor
- A man = 1,5 x Aor
- % ekspansi kerikil akibat vbw = 10%
- T bw = 10 menit = 600 det
c. Perhitungan
Jumlah bak
N = 12. Q 0,5 = 12 x (0,029)0,5 = 2,04 2
Ditambah 1 bak cadangan, sehingga jumlah bak yang beroperasi 3 buah
Dimensi bak
Debit tiap filter, Qf = 14
×0,029 m3/det = 0,0073m3/det
Luas tiap unit filter, Af =QfVf
= 0,0073 m3/det2,78 x10−3 m /det
= 2,63 m2
Jika P : L = 2 : 1, maka
Af = 2. L2
2,63 = 2. L2
L = 1,15 m
P = 2 L = 2,3 m
H = 3 m
Sistem Underdrain
Orifice
Luas bukaan, Aor = ¼..D2
= ¼ . 3,14. (0,0127 m)2
= 1,27 x 10-4 m2
Jumlah lubang tiap filter, n = 0,0025
A¿
x A f
= 0,0025
1,27 x10−4x2,63 m2
= 51,7 ≈ 52 Lubang
Teknik lingkungan Page 50
Perencanaan Bangunan Penyediaan Air Minum
Lateral
Luas bukaan, Alat = 2 x Aor x n
= 2 x 1,27.10-4 x 52
= 0,013 m2
Manifold
Luas total, A man = 1,5 x A lat
= 1,5 x 0,013 m2
= 0,02 m2
Diameter, D man =√ 4 x A manπ
= √ 4 x 0,023,14
= 0,16 m
P man = P bak = 2,3 m
Jumlah pipa lateral
n = P manW lat
x 2 = 2,30,2
x 2 = 23 buah
Jumlah pipa lateral tiap sisi = 232
= 11,5 ≈ 12 buah
Panjang pipa lateral tiap sisi :
P lat = L. bak−Dman−(2 xW lat)
2 =
1,15−0,16−(2x 0,2)2
= 0,3 m
Diameter pipa lateral :
D lat = √ 4 xA lat
nΠ
= √ 4 x0,013
233,14
= 0,026 m
Sistem Inlet
Inlet masing-masing unit filtrasi dilengkapi dengan sebuah valve yang berfungsi sebagai pembuka dan penutup saluran air saat akan filtrasi dan pencucian (backwash).
Inlet berupa pipa
Teknik lingkungan Page 51
Perencanaan Bangunan Penyediaan Air Minum
Debit tiap saluran, Q1 = 0,029 m2/det3
= 0,0096 m3/det
Kecepatan dalam saluran 0,3 m/det.
Dimensi pipa :
A = 0,0096
0,3 = 0,032 m2
A = ¼ .Π. D2
0,032 m2 = ¼ .Π. D2
D = 0,20 m
Back Wash
Pasir
Kecepatan back wash, v bw = 6 x vf
= 6 x 2,78. 10-3
= 0,017 m/det
Porositas saat ekspansi
Pe = 2,95v1 /4,5
g1/3,6 x ¿ x v bw1 /3
Dp1/2
Pe = 2,95(0,893.1 0−6)1 /4,5
(9,81)1 /3,6 x ¿ x (0,017)1 /3
(6.1 0−4)1 /2 =0,65
Persentasi ekspansi
% ekspansi = Pe−Po1−Pe
x 100 = 0,65−0,41−0,65
x 100 = 71,42 %
Tinggi ekspansi
% ekspansi = ¿−Lp
Lp x100
0,7142 = ¿−0,7
0,7
Le = 1,2 m
Teknik lingkungan Page 52
Perencanaan Bangunan Penyediaan Air Minum
Kerikil
Tinggi ekspansi
% eks = ¿−Lk
Lk x 100
0,7142 = ¿−0,3
0,3
Le = 0,52 m
Porositas saat ekspansi
Pe−Po1−Pe
= ¿−Lk
Lk
Pe−0,41−Pe
= 0,52−0,3
0,3
Pe = 0,65
Debit back wash, Qbw = v bw x A bak
= 0,017 m/det x 2,63m2
= 0,045 m3/det
Volume back wash, Vbw = Qbw x tbw
= 0,045 x 600
= 27 m3
Saluran Penampung Air Pencuci
Air bekas cucian yang berada di atas media penyalur dialirkan ke gullet melalui
gutter dan selanjutnya keluar melalui pipa pembuangan. Dasar saluran gutter harus
Teknik lingkungan Page 53
Perencanaan Bangunan Penyediaan Air Minum
diletakkan di atas ekspansi maksimum pada saat pencucian. Hal ini dilakukan agar
pasir pada media penyaring tidak ikut terbawa pada saat pencucian.
Debit pencucian, Q = 20 m / jam
3600 x 4,68 m2 = 0,026 m3/det
Saluran gutter :
Panjang gutter, Pg = 3,66 m
Lebar gutter, Lg = 0,5 m
Kedalaman air disaluran gutter :
Hg = ¿ = ¿ = 4,7 x 10-4 m
- Air sisa pencucian dari gutter akan masuk ke dalam gullet dengan :
Lebar saluran, Lbuang = 0,2 m
Debit yang akan ditampung, Q buang = 0,026 m3/det.
Hbuang = ¿= ¿ = 2,9 x 10-3 m
Sistem outlet
Air yang telah disaring akan dialirkan melalui pipa outlet yang bersambungan
dengan pipa manifold, menuju ke reservoir. Diameter pipa outlet sama dengan
diameter pipa manifold yaitu sebesar 0,16 m.
1. Kehilangan Tekanan
a. Head loss pada media yang masih bersih
- Pasir
Cek bilangan Reynold
N ℜ = Ψ x Dp x v f
v =
0,82 x 6.1 0−4 x 2,78.1 0−3
0,893 .10−6
= 1,53 < 5 (OK)
Koefisien drag
CD= 24N ℜ
+ 3
√N ℜ
+0,34= 241,53
+ 3
√1,53+0,34=18,44
Teknik lingkungan Page 54
Perencanaan Bangunan Penyediaan Air Minum
Head loss
Hf p=1,067
Ψx
CD
gx L p x
vf 2
Po4 x1
Dp
Hf p=1,0670,82
x18,449,81
x0,7 x( 2,78 .10−3 )2
(0,4 )4x
1
6.10−4
¿0,85 m
- Kerikil
N ℜ=1
1−Pox
vf x Dkv
= 11−0,4
x2,78 .10−3 x3.10−3
0,893 . 10−6
¿9,3>5 (OK )
hf k=180 xvg
x(1−Po )2
Po3 xvf
Dk2 x LK
hf k=180 x0,893 .10−6
9,81x
(1−0,4 )2
(0,4)3 x2,78 .10−3
(3.10−3)x0,3
= 0,002 m- Head loss total media
hf media=hf air+hf kerikil=0,11+0,85+0,002
= 0,98 m
b. Head loss sistem underdrain
- Orifice
Debit tiap filter = 0,0073 m3/dt
Debit orifice, Qor = Q1
n¿ =
0,007352
=1,4 . 10−4 m3/dt
Kecepatan di orifice, v¿=Q¿
A¿ =
1,4 .10−4
1,27 .10−4 =1,1 m/dt
Head loss,hf ¿=1,7 xv¿
2
2 . g=1,7 x ¿¿
Teknik lingkungan Page 55
Perencanaan Bangunan Penyediaan Air Minum
- Lateral
Qlat=Q1
nlat
=0,007323
=3,1 .10−4m3/dt
V lat=Qlat
Al at
=3,1 .10−4
0,013=2,4 . 10−2m/dt
hf lat=1,3 x hf =1,3 x fLlat
D lat
xV lat
2
2. g
¿1,3 x0,026 x0,3
0,026x
(2,4 .10−2 )2
2 .9,81=1,14 .10−5 m
- Manifold
Qman=Q 1nman
=0,00731
=0,0073 m ³/dt
V man=Qman
Aman
=0,00730,02
=0,37 m /dt
hf man=1,3 x hf =1,3 x f xLman
Dman
xV man
2
2. g
¿1,3 x0,026 x2,3
0,16x
(0,37 )2
2 .9,81=3,4 . 10−3 m
- Head loss total underdrain
hf underdrain=hf ¿+hf lat+hf man
¿0,1+1,14 . 10−5+3,4 .10−3= 0,10 m
Head loss total awal
hf awal=hf media+hf underdrain
¿0,98+0,10= 1,08 m
Teknik lingkungan Page 56
Perencanaan Bangunan Penyediaan Air Minum
Head loss media pada saat back wash
- Pasir
N ℜ=1
1−Pex
V bw x Dp
v= 1
1−0,65x
0,017 x 6 .10−4
0,893 .10−6
¿32,63
hf p=130 xv0,8
gx ¿¿
hf p=130 x(0,893 .10−6 )0,8
9,81x ¿¿
= 0,7 m
- Kerikil
N ℜ=1
1−Pex
V bw x Dk
v= 1
1−0,65x
0,017 x3 .10−3
0,893 .10−6
¿162,77 m
hf k=130 xv0,8
gx ¿¿
hf p=130 x(0,893 .10−6 )0,8
9,81x(1−0,65)1,8
(0,65 )3x
(0,017 )1,2
(3 .10¿¿−3)1,8 x0,52¿
= 0,014 m
Head loss sistem underdrain pada saat back wash
- Orifice
Q¿=Q bw
n¿=0,045
52=8,6.10−4 m3/dt
V ¿=Q¿
A¿= 8,6 .10−4
1,27 .10−4 =6,8 m /dt
hf ¿=1,7 xV ¿
2
2 . g=1,7 x
(6,77 )2
2x 9,81=2,34m
Teknik lingkungan Page 57
Perencanaan Bangunan Penyediaan Air Minum
- Lateral
Qlat=Qbw
n lat
=0,04523
=2x 10−3 m3 /dt
V lat=Qlat
Alat
=2x 10−3
0,013=0,15m /dt
hf lat=1,3 x hf =1,3 x f xLlat
Dlat
xV lat
2
2.g
¿1,3 x0,026 x0,3
0,026x
(0,15 )2
2 .9,81=4,5 x10−4 m
- Manifold
Qman=Q bw
nman
=0,0451
=0,045 m ³/dt
V man=Qman
Aman
=0,0450,02
=2,25m /dt
hf man=1,3 x hf =1,3 x f xLman
Dman
xV man
2
2. g
¿1,3 x0,026 x2,30,16
x(2,25)2
(2.9,81)=0,12m
Head loss media pada saat back wash
hf bw=hf media+hf underdrain
¿0,7+0,014+2,34+4,5 x 10−4+0,12=3,17 m
Pompa Back Wash
- Head loss pada pompa
hf pompa=hf bw+hs+sisatekan=3,17 m+5+1=9,17m
Teknik lingkungan Page 58
Perencanaan Bangunan Penyediaan Air Minum
- Daya pompa
P=ρ x g xQ bw xhf pompa
η=997 x 9,81 x0,045 x 9,17
0,75
P=5382 watt = 72 HP
4.6 DesinfeksiDesinfeksi adalah usaha untuk mematikan mikroorganisme yang masih tersisa
dalam proses, terutama ditujukan kepada yang pathogen. Terdapat bermacam-macam
cara desinfeksi :
Kimia :
Larutan kaporit
Gas klor
Gas ozon
Fisika :
- Gelombang mikro
- Ultraviolet
Pada proses desinfeksi dalam perencanaan instalasi pengolahan air bersih
Desa Sungai Asam akan digunakan desinfektan kimia berupa larutan kaporit.
Berikut merupakan perhitungan dosis dan unit pembubuh desinfektan yang
dibutuhkan untuk Desa Sungai Bulan :
a. Kriteria Desain :
- Debit Sungai bulan = 29 l/detik
- Daya pengikat klor = 0,25 ppm
- Sisa klor yang diinginkan = 0,50 ppm
- Dosis klor = 0,75 ppm
- Pembubuhan dilakukan tiap 8 jam
- Kadar klor dalam kaporit = 60%
- Kosentrasi larutan kaporit = 2%
- Massa jenis = 3,2 gr/100ml = 0,0032 kg/L
Teknik lingkungan Page 59
Perencanaan Bangunan Penyediaan Air Minum
b. Perhitungan :
Dosis klor(m)=Q x dosis klor
¿ 2960
x 0,75 ppm
¿0,36 ppm
Keperluan klor = 100 x 0,36 = 36 mg/det = 3,11 kg/hari
Debit desinfektan (Q ' )=mρ= 3,11
0,0032=97,2
lhari
=4,05l
jam
Volumeklor yangdibutuhkan selama pencampuran (V C)
V C=Q ' x tC¿4,05 x 8¿32,4 l
Volume larutan dalam 2 %
V lar=100
2x 32,4¿1620 l=1,62 m3
Dimensi bak pembubuh
P =1,5m
L = 1m
H = 1m
debit dosis desinfektan
¿Q' x 1000
60=
4,05L
jamx1000
60¿67,5
mlmenit
Teknik lingkungan Page 60
Perencanaan Bangunan Penyediaan Air Minum
BAB V
RANCANGAN FASILITAS PENUNJANG
Fasilitas penunjang dalam instalasi pengolahan air (IPA) merupakan hal sangat
penting. Adapaun fasilitas penunjang yang harus ada dalam bangunan instalasi
pengolahan air adalah sebagai berikut:
1. Laboratorium
Laboratorium diperlukan dalam pengolahan air minum. Laboratorium berfungsi
sebagai tempat pengujian terhadap air baku dan air minum yang sudah diolah.
Letak bangunan laboratorium sebaiknya dibangun didekat proses pengolahan air
minum (IPA) sehingga jarak untuk membawa sampel tidak jauh.
2. Kantor
Kantor merupakan fasilitas yang memiliki fungsi sebagai tempat pengaduan jika
terdapat masalah dalam distribusi air, seperti kebocoran. Selain itu juga kantor
berfungsi sebagai tempat administrasi dan penyimpan data-data/dokumen penting.
3. Reservoir
Merupakan bangunan yang terletak setelah proses pengolahan air selesai. Fungsi
dari bak ini adalah sebagai penampung air dan sebagai penyeimbang tekanan air.
Sebelum didistribusikan air akan masuk ke bak reservoir.
4. Pos jaga
Merupakan bangunan yang diperlukan untuk memantau dan menjaga keamanan
disekitar daerah produksi air. Sehingga mengurangi kemungkinan kehilangan
baran-barang yang tidak diinginkan.
5. Ruang pembubuh
Merupakan fasilitas bangunan yang memiliki fungsi sebagai tempat pembubuhan
bahan kimia sebelum dialirkan ke dalam bak pengolahan. Di ruang pembubuh
inilah koagulan yang akan digunakan dicampurkan terlebih dahulu dengan air
dengan perbandingan yang telah ditentukan sebelumnya.
Teknik lingkungan Page 61
Perencanaan Bangunan Penyediaan Air Minum
6. Ruang pompa & genset
Merupakan bangunan yang diperlukan untuk menyimpan pompa dan genset agar
pompa terlindungi dari hujan dan panas sehingga tidak cepat rusak. Pompa
berfungsi untuk membantu tekanan air agar dapat mengalir dengan baik.
7. Gudang
Merupakan bangunan yang diperlukan untuk menyimpan barang-barang yang
diperlukan dalam suatu instalasi pengolahan air bersih.
8. Ruang penyimpanan bahan kimia
Merupakan bangunan fasilitas penunjang yang berfungsi sebagai tempat
penyimpanan bahan-bahan kimia yang diperlukan dalam pengolahan air bersih.
Bahan dan bangunan pelengkap harus memenuhi ketentuan berikut :
a. Struktur bangunan instalasi pengolahan air dan bangunan penampung air minum
dari beton bertulang, baja atau bahan lainnya berdasarkan pertimbangan kondisi
lapangan.
b. Ruang genset harus kedap suara, tahan getaran dan tidak mudah terbakar,
dilengkapi dengan peralatan pemeliharaan yang memenuhi ketentuan yang
berlaku.
c. Ruang pembubuh dan penyimpan bahan kimia dilengkapi exhaust fan, drainase
dan perlengkapan pembersihan.
d. Bangunan penunjang lainnya menggunakan bahan bangunan yang memenuhi
ketentuan yang berlaku.
e. Pondasi bangunan sesuai dengan kondisi setempat yang memenuhi ketentuan
yang berlaku.
Teknik lingkungan Page 62
Perencanaan Bangunan Penyediaan Air Minum
Rancangan tapak harus mengikuti peraturan mendirikan bangunan yang berlaku
setempat. Apabila tidak ditentukan oleh peraturan setempat yang ada, untuk
kemudahan operasi dan pemeliharaan, jarak bagian terluar instalasi pengolahan air
paket terhadap bangunan lain disekitarnya yang terdekat sekurang-kurangnya sebagai
berikut:
1) 3, 0 meter untuk instalasi pengolahan air dengan kapasitas sampai dengan 20
l/detik
2) 4,0 meter untuk instalasi pengolahan air dengan kapasitas diatas 20 l/detik
Luas rencana tapak dan pelengkap bangunan harus memenuh ketentuan luas
berikut:
3) kapasitas sampai dengan 5 l/detik, luas minimal 2000 m2
4) kapasiras (10 – 30) l/detik, luas minimal 2400 m2
5) kapasitas (40 – 80) l/detik, luas minimal 3000 m2
Tata letak bangunan penunjang instalasi pengolahan air sebaiknya mudah
operasi, sirkulasi dan efisien, dilengkapi tempat parkir, pagar, kamar mandi, toilet dan
fasilitas penerangan. Untuk kebutuhan operasi dan pemeliharaan paket unit instalasi
pengolahan air harus dilengkapi dengan lantai pemeriksaan. Jalan masuk dari jalan
besar menuju ke tapak instalasi pengolahan air lebarnya harus mencukupi untuk
dilalui kendaraan roda empat. Jalan dan tempat parkir harus diberikan perkerasan
yang memadai, tapak instalasi pengolahan air haruas bebas banjir. Berikut gambar
rancangan fasilitas penunjang yang akan direncanakan
Teknik lingkungan Page 63
Perencanaan Bangunan Penyediaan Air Minum
Teknik lingkungan Page 64
JALAN
J
A
L
A
N
5 m5 m
8 m8 m
14 m
3 m14 m
5 m
L = 14 mL = 25 m L = 3 m P = 15 m
RESERVOIRIPA RUANG POMPA & GENSET
KANTORPOSJAGA
LAHAN PARKIR
R.PENYIMPANANBAHAN KIMIA
RUANGPEMBUBUH
LABORATORIUM
GUDANG
45 m
9 m 30 m 6 m
2,66m 2,66m 36 m
1,35 m
Gambar 5.1 Skema Rancangan Fasilitas Penunjang
Perencanaan Bangunan Penyediaan Air Minum
BAB VI
PERKIRAAN ANGGARAN BIAYA PELAKSANAAN PEKERJAAN
6.1 Anggaran Biaya Koagulan Jenis koagulan yang akan digunakan dalam pengolahan air minum ini adalah
Aluminium Sulfat Al2(SO4)3.18 H2O.
Dalam sehari, total koagulan yang akan digunakan sebesar 590 kg/hari. Harga 1 kg
Aluminium Sulfat Al2(SO4)3.18 H2O = Rp. 10.000,-
Total biaya=590kg
hari× Rp .10 .000,00=Rp .5.900 .000/hari
Jadi total biaya yang diperlukan untuk penggunaan Aluminium Sulfat adalah
Rp. 5.900.000/hari
Total biaya perbulan=Rp .5.900 .000 /hari x 30 hari¿ Rp .177.000 .000
6.2 Anggaran Biaya DesinfektanJenis desinfektan yang akan digunakan dalam pengolahan air minum ini
adalah kaporit.
Dari perhitungan yang telah dilakukan pada bab 4, diketahui bahwa dosis kaporit
yang akan digunakan untuk pengolahan air minum pada Desa Sungai Bulan
sebesar 3,11 kg/hari.
Harga 1 kg kaporit = Rp. 12.000,00
Total biaya=Rp .12 .000,00 x3,11kg
hari¿ Rp .37.320
Total biaya perbulan=Rp .37.320 /hari x 30 hari¿ Rp .1.119.600
Jadi total biaya yang diperlukan untuk penggunaan desinfektan selama satu
bulan adalah Rp. 1.119.600
Teknik lingkungan Page 65
Perencanaan Bangunan Penyediaan Air Minum
6.3 Pompa dan Biaya UtilitasPompa yang digunakan dalam pengolahan air minum ini adalah sebanyak 2
buah yaitu pada dozing pump (koagulasi dan desinfeksi)
Berikut ini merupakan tabel klasifikasi pompa yang digunakan dalam
pengolahan air minum :
Tabel 6.1. Jenis dan spesifikasi pompa
No. Nama
Pompa
Spesifikasi Pompa yang
Digunakan
Jumlah Pompa
yang
Digunakan
Harga
Satuan
(Rp.)
Jumlah (Rp.)
1. Pompa
Dozing
Pump
Type Chemtech 100/30,
Tekanan 7 bars, Kapasitas
4,7 lt/jam, diaphragm
hypalon
2 Buah 750.000 1.500.000
Total Rp. 1.500.000
Sumber : data sekunder
Sumber energi yang digunakan adalah listrik dari Perusahaan Listrik Negara
(PLN). Diketahui jika harga listrik per kilo watt hour (KWH) adalah sebesar Rp.
730,-. Maka dihitung daya yang digunakan pada saat pengolahan yaitu pada saat
menhidupkan pompa yang yang bekerja yakni sebagai berikut :
Tabel 6.2. Daya yang digunakan pada unit pengolahan
No Proses Pengolahan Daya (Watt)
1 prasedimentasi 1549
2 Koagulasi 3059
3 Flokulasi 51,71
4 Filtrasi 5382
Total 10.041,71
Sumber : data sekunder
Maka biaya yang dikeluarkan adalah:
Biaya = (10.041,71/1000) x 24 jam = 241 KWH
= 241 KWH x Rp. 730,00 = Rp. 175.950/hari = Rp. 5.278.500 bulan.
Teknik lingkungan Page 66
Perencanaan Bangunan Penyediaan Air Minum
DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 2001. Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001. Pemerintah Republik
Indonesia.
Anonim, 2002. Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 907/Menkes/SK/VII/2002.
Kementrian Kesehatan.
Badan Pusat Statistik, 2009. Kabupaten Sintang Dalam Angka Tahun 2009. BPS
Kabupaten Sintang : Sintang.
Chandra, Budiman, 2007. Pengantar Kesehatan Lingkungan. UI Press : Jakarta.
Departemen Pekerjaan Umum, . Standar Kebutuhan Air.
Japan International Coorperation Agency, 1974, Water Treatment Engineering
Joko, Tri, 2010. Unit Produksi Dalam Sistem Penyediaan Air Bersih. Graha Ilmu :
Yogyakarta.
Kawamura, Susumu, 1991. Integrated Design of Water Treatment Facilities. John
Wirley & sons inc : New York.
Linsley, 1989. Hidrologi untuk Insinyur. Erlangga : Jakarta.
Reynolds, Ton D dan Richard, Paul A, 1996. Unit Operations and Processes in
Evirontmental Engineering 2nd edition. PWS Publishing Company : Boston.
SNI 6773, 2008. Spesifikasi Unit Paket Instalasi Pengolahan Air.
SNI 6774, 2008. Tata Cara Perencanaan Unit Paket Instalasi pengolahan Air.
Sutrisno, 2002. Teknologi Penyediaan Air Bersih. PT Rineka Cipta : Jakarta.
Teknik lingkungan Page 67
Perencanaan Bangunan Penyediaan Air Minum
DAFTAR ISI
PRAKARTADAFTAR ISIDAFTAR TABELDAFTAR GAMBARBAB I.........................................................................................................................................1
PENDAHULUAN....................................................................................................................1
1.1 Latar Belakang.....................................................................................................1
1.2 Gambaran Umum.................................................................................................2
1.3 Tahapan Perencanaan Perancangan......................................................................2
1.4 Sistematika Laporan Perancangan........................................................................3
BAB II.....................................................................................................................................4
SUMBER AIR BAKU.........................................................................................................4
2.1 Standar Kualitas Air.............................................................................................6
2.2 Penentuan Sumber Air Baku................................................................................9
2.3 Karakteristik Sumber Air Baku............................................................................9
2.4 Perancangan Bangunan Pengambilan Air / Intake..............................................10
2.5 Perhitungan dimensi Intake................................................................................12
BAB III..................................................................................................................................13
PERENCANAAN SISTEM PENGOLAHAN...................................................................13
3.1 Kualitas Air Baku...............................................................................................13
3.2 Jenis Sistem Pengolahan.....................................................................................14
3.3 Rencana Sistem Pengolahan...............................................................................19
BAB IV..................................................................................................................................21
RANCANGAN BANGUNAN PENGOLAHAN AIR.......................................................21
4.1 Pra-sedimentasi..................................................................................................21
4.2 Koagulasi...........................................................................................................29
4.3 Flokulasi.............................................................................................................34
4.4 Sedimentasi........................................................................................................39
4.5 Filtrasi................................................................................................................47
Teknik lingkungan Page 68
Perencanaan Bangunan Penyediaan Air Minum
4.6 Desinfeksi...........................................................................................................58
BAB V...................................................................................................................................60
RANCANGAN FASILITAS PENUNJANG.....................................................................60
BAB VI..................................................................................................................................64
PERKIRAAN ANGGARAN BIAYA PELAKSANAAN PEKERJAAN..........................64
6.1 Anggaran Biaya Koagulan..................................................................................64
6.2 Anggaran Biaya Desinfektan..............................................................................64
6.3 Pompa dan Biaya Utilitas...................................................................................65
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................66
LAMPIRAN
Teknik lingkungan Page 69