93647962 pembunuhan anak sendiri

21
REFERAT FORENSIK INFANTISID DAN UNDANG-UNDANG TENTANG KEKERASAN DAN PEMBUNUHAN ANAK Disusun oleh: Lubna I1A009095 UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

Upload: rabieahbahanan

Post on 27-Dec-2015

43 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

30

TRANSCRIPT

Page 1: 93647962 Pembunuhan Anak Sendiri

REFERAT FORENSIK

INFANTISID DAN UNDANG-UNDANG TENTANG

KEKERASAN DAN PEMBUNUHAN ANAK

Disusun oleh:

Lubna

I1A009095

UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

FAKULTAS KEDOKTERAN BANJARMASIN

MEI, 2012

Page 2: 93647962 Pembunuhan Anak Sendiri

BAB I

PENDAHULUAN

Anak adalah individu unik, yang tidak dapat disamakan dengan orang dewasa, baik dari

segi fisik, emosi, pola pikir, maupun perlakuan terhadap anak membutuhkan spesialisasi

perlakuan khusus dan emosi yang stabil.

Pada anak tertumpu tanggungjawab yang besar. Anak harapan masa depan bangsa dan

agama disandarkan. Anak adalah bapak masa depan, penerus cita-cita dan pewaris keturunan.

Bahwa anak adalah tunas bangsa, dan generasi muda penerus cita-cita perjuangan bangsa,

memiliki peran strategis dan mempunyai ciri dan sifat khusus yang menjamin kelangsungan

eksistensial bangsa dan negara pada masa depan. 

Banyak cara yang diterapkan oleh orang tua dalam mendidik anak. Ada yang

mengutamakan kasih sayang, komunikasi yang baik dan pendekatan yang lebih bersifat afektif.

Ada pula yang menggunakan kekerasan sebagai salah satu metode dalam menerapkan kepatuhan

dan pendisiplinan anak. Kekerasan pada anak, baik fisik maupun psikis dipilih sebagai cara

untuk mengubah perilaku anak dan membentuk perilaku yang diharapkan.

Sering pula kekerasan pada anak hadir tanpa kita sadari. Di sekolah–sekolah bermunculan

geng-geng yang bernuansa kekerasan, kekerasan yang dilakukan oleh guru kepada siswanya,

ataupun tawuran antar pelajar. Jika kekerasan di sekolah ini tidak ditangani maka budaya

bullying dapat subur dan membudaya yang menyebabkan anak akan membentuk geng-geng

kekerasan di sekolah. Geng-geng inilah yang mewarnai layar televisi akhir-akhir ini. Tawuran

antar pelajar, yang disinyalir sebagai kegagalan program dan kurikulum pendidikan. Sekolah,

hanya berhasil dalam penanaman teoritis akademis namun gagal dalam penerapan

nilai-nilai/akhlak. Akibatnya, anak diarahkan kesuatu jurang yang menganga dan melintas diatas

titian yang rapuh.

Lingkungan rumah, dan sekolah adalah lahan subur dan sumber utama terjadinya

kekerasan, karena anak lebih banyak berinteraksi dengan orangtuanya/pengasuh ataupun guru.

Kasus anak jalanan adalah kasus yang unik, dimana mereka hidup dijalan, mencari nafkah

sendiri ataupun untuk “agen” dari penyedia jasa anak. Banyak anak tidak dapat memperoleh

haknya sebagai seorang anak.

Page 3: 93647962 Pembunuhan Anak Sendiri

Kasus-kasus kekerasan anak dapat berupa kekerasan fisik, tertekan secara mental,

kekerasan seksual, pedofilia, anak bayi dibuang, aborsi, pernikahan anak dibawah umur, kasus

tenaga kerja dibawah umur, trafficking, anak-anak yang dipekerjakan sebagai PSK, dan kasus

perceraian. Semua kasus ini berobjek pada anak yang tentu saja akan berdampak buruk pada

perkembangan dan kepribadian anak, baik fisik, maupun psikis dan jelas mengorbankan masa

depan anak.

Menurut Ketua Komnas Perlindungan Anak, Dr. Seto Mulyadi : Kekerasan pada anak juga

dipengaruhi oleh tayangan televisi yang marak akhir-akhir ini, namun semua itu harus disikapi

bijaksana oleh para orangtua, seperti mengingatkan agar anak tidak banyak nonton sinetron

televisi yang menayangkan kekerasan. "Kita pernah melakukan dengar pendapat tentang

kekerasan yang ditayangkan televisi, namun semua itu adalah nafas dari siaran televisi. Jadi, kita

tidak bisa berkutik. Karena itu, orang tua harus mengalah jangan menonton televisi sepanjang

hari. Jika tidak begitu, maka anak akan ikut-ikutan menonton televisi sampai larut dan

mengabaikan tugas utamanya, yaitu belajar," kata Seto. Ditambahkannya, orang tua harus

mampu menjadi contoh anak-anaknya untuk bertingkah laku positif di rumah, seperti

membelikan buku-buku cerita dan sekaligus bersedia mendongeng untuk si anak. Sebaliknya,

orang tua jangan hanya bisa bercerita apa yang mereka tonton di televisi.

Kasus kekerasan pada anak adalah kasus yang sangat pelik. Dimana jenis kasusnya yang

beragam, interprestasi mengenai kekerasan pun masih penuh dengan perdebatan. Sebagian orang

menganggap bahwa kasus kekerasan digunakan sebagai hak otonominya, dan bersifat pribadi,

dan orang lain tidak boleh mengetahuinya karena terhasuk aib yang harus ditutupi. Dengan

alasan ini, sehingga banyak kasus-kasus kekerasan tidak bisa diungkap.

Anak adalah buah hati yang sangat berharga bagi setiap keluarga, sebagai pewaris dan

penerus kedua orang tuanya. Sedangkan seorang ibu adalah sosok yang penuh kasih sayang,

apapun dikorbankan demi anak buah hati. Tetapi sekarang ini berita-berita tentang

ditemukannya bayi baru lahir dalam keadaan meninggal yang dimasukan dalam tas platik sering

dimuat di media masa. Masalah pembunuhan bayi merupakan sebutan yang bersifat umum bagi

setiap perbuatan merampas nyawa bayi di luar kandungan, sedangkan infantisid (yang dikenal

di negara-negara Common Law) merupakan sebutan yang bersifat khusus bagi tindakan

merampas nyawa bayi yang belum berumur satu tahun oleh ibu kandungnya sendiri.

2

Page 4: 93647962 Pembunuhan Anak Sendiri

BAB II

ISI

A. INFANTISID

Infantisid menurut pasal 341 KUHP adalah pembunuhan bayi yang dilakukan oleh ibu

kandungnya sendiri, segera atau beberapa saat setelah dilahirkan, karena takut diketahui bahwa

ia telah melahirkan anak.

Infantisid atau pembunuhan anak sendiri (PAS) adalah merupakan suatu bentuk kejahatan

terhadap nyawa yang unik sifatnya. Unik dalam arti si pelaku pembunuhan haruslah ibu

kandungnya sendiri, dan alasan atau motivasi untuk melakukan kejahatan tersebut adalah karena

si ibu takut ketahuan bahwa ia telah melahirkan anak; oleh karena anak tersebut umumnya

adalah hasil hubungan gelap.

Cara yang paling sering digunakan dalam kasus PAS adalah membuat keadaan asfiksia

mekanik yaitu pembekapan, pencekikan, penjeratan dan penyumbatan. Di Jakarta dilaporkan

bahwa 90-95% dari sekitar 30-40 kasus PAS per tahun dilakukan dengan cara asfiksia mekanik.

Bentuk kekerasan lainnya adalah kekerasan tumpul di kepala (5-10%) dan kekerasan tajam pada

leher atau dada (1 kasus dalam 6-7 tahun).

Pembunuhan Anak sendiri (PAS) menurut undang-undang di Indonesia adalah

pembunuhan yang dilakukan oleh seorang ibu atas anaknya pada ketika dilahirkan atau tidak

berapa lama setelah dilahirkan, karena takut ketahuan bahwa ia melahirkan anak. Pada tindak

pidana pembunuhan anak, faktor psikologik ibu yang baru melahirkan diperhitungkan sebagai

faktor yang meringankan, keadaan tersebut menyebabkan si ibu melakukan pembunuhan tidak

dalam keadaan sadar yang penuh, dan belum sempat timbul rasa kasih sayang.

Tujuan Pemeriksaan untuk membuktikan:

(1) pengertian “pembunuhan” mengharuskan kita untuk membuktikan bahwa bayi lahir hidup,

terdapat tanda kekerasan dan sebab kematian akibat kekerasan (termasuk peracunan)

(2) pengertian “baru lahir” mengharuskan penilaian atas: cukup bulan atau belum, usia gestasi,

usia pasca lahir serta memberikan pula asupan laik hidup (viable) atau tidaknya bayi tersebut

(3) pengertian “takut diketahui” diasosiasikan dengan belum timbulnya rasa kasih sayang si ibu

kepada bayinya yang diperlihatkan dengan belum tampaknya tanda-tanda perawatan. Anggapan

ini ingin mengatakan bahwa adanya perawatan menunjukkan adanya kasih sayang ibu kepada

Page 5: 93647962 Pembunuhan Anak Sendiri

bayinya, sehingga dapat diartikan bahwa rasa takut diketahui telah melahirkan tersebut telah

hilang

(4) pengertian “si ibu membunuh anaknya sendiri” mengharuskan kepada kita untuk berupaya

membuktikan apakah mayat bayi yang diperiksa adalah anak dari tersangka ibu yang diajukan.

Tanda lahir hidup adalah adanya udara dalam paru-paru, lambung dan usus, dan liang

telinga tengah. Adanya udara dalam paru-paru ditandai gambaran paru-paru memenuhi rongga

dada, paru – paru berwarna merah ungu, dan gambaran mozaik, tepi paru tumpul, terdapat

krepitasi dan bila dibenamkan dalam air akan tampak gelembung udara, berat 1/35 berat badan,

tes apung positif, pada pemeriksaan mikroskopik tampak pengembangan alveoli yang tidak

merata dengan dinding alveoli licin tanpa ada penonjolan ( projection ). Adanya makanan dalam

lambung menandakan bahwa anak sudah cukup lama hidup.

Tanda – tanda perawatan, antara lain :

- keadaan tubuh sudah bersih dari darah dan verniks caseosa

- tali pusat telah terpotong dan diikat

- anak sudah berpakaian atau diberi susu

Untuk membuktikan PAS harus dapat ditentukan apakah bayi lahir hidup atau lahir mati.

Dari hasil pemeriksaan dalam secara makroskopik terlihat gambaran mozaik pada kedua paru

dan uji apung paru positif sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa pada kasus ini bayi lahir

hidup. Seyogyanya juga harus dilakukan pemeriksaan mikroskopik pada paru, akan tetapi buku

teks menyebutkan bahwa paru dengan gambaran mozaik selalu memberikan hasil uji apung paru

yang positif yang bisa diasumsikan bahwa bayi sudah pernah bernafas.

Adanya asfiksia mekanik berupa pembengkapan dan pencekikan dapat disimpulkan dari

hasil pemeriksaan luar maupun pemeriksaan dalam. Memar pada lidah kiri memberikan petunjuk

akibat pembengkapan. Sedangkan luka lecet pada leher memberikan ciri-ciri yang khas sesuai

dengan kasus pencekikan. Lebam mayat yang luas (wajah, leher, belakang tubuh dan tungkai),

bintik perdarahan pada mata, pangkal batang tenggorok serta pada piala ginjal juga merupakan

temuan yang mendukung tanda-tanda asfiksia.

Pembengkapan dan atau pencekikan merupakan cara yang paling sering digunakan dalam

kasus PAS oleh pelaku, hal ini dilakukan untuk mencegah bayi menangis agar tidak diketahui

oleh orang lain bahwa ia melahirkan bayi.

4

Page 6: 93647962 Pembunuhan Anak Sendiri

Bentuk kekerasan lain yang ditemukan pada mayat bayi ini adalah kekerasan tajam pada

daerah kepala dan dada, serta kekerasan tumpul pada daerah kepala, lidah, dagu dan leher. Luka

terbuka pada daerah kepala merupakan kekerasan tajam yang terjadi intravital karena ditemukan

tanda-tanda intravitalitas seperti resapan darah dan perdarahan pada kulit kepala. Tidak

ditemukannya darah pada rongga dada kanan maupun kiri sebagai akibat kekerasan tajam pada

dada kanan menunjukkan bahwa luka merupakan luka pasca mati. Tulang tengkorak yang patah

dan hancurnya jaringan otak menunjukkan bahwa kekerasan yang terjadi adalah kekerasan

tumpul.

Beberapa studi menunjukkan bahwa asfiksia mekanik merupakan metode yang paling

sering digunakan, kekerasan tumpul jarang dan kekerasan tajam amat jarang, hanya 2,1% dari

keseluruhan PAS.

Metode – metode yang dapat dilakukan untuk penentuan identitas seseorang, antara lain:

1. Metode visual

Dilakukan dengan memperlihatkan korban kepada anggota keluarga atau teman dekatnya.

2. Pemeriksaan pakaian

Meliputi bahan pakaian, model pakaian, inisial merek.

3. Pemeriksaan dokumen

Seperti Kartu Tanda Penduduk (KTP), Surat Izin Mengemudi (SIM), kartu golongan darah,

paspor, struk – struk pembayaran.

4. Pemeriksaan perhiasan

Seperti anting – anting, kalung, gelang, atau cincin.

5. Identifikasi medis

Meliputi pemeriksaan dan pencarian data bentuk tubuh, tinggi dan berat badan, ras, jenis kelmin,

warna rambut, warna tirai mata, cacat tubuh / kelainan khusus, jaringan parut bekasi operasi /

lka, tato, dsb.

6. Pemeriksaan serologis

Untuk menentukan golongan darah korban. Sampel dapat dari darah, rambut, kuku, atau tulang.

7. Pemeriksaan sidik jari

Dengan membuat sidik jari langsung dari jari korban atau pada keadaan dimana jari telah

keriput, sidik jari dibuat dengan mencopot kulit ujung jari yang mengelupas dan mengenakan

pada jari pemeriksa yang sesuai lalu dilakukan pengambilan sidik jari.

Page 7: 93647962 Pembunuhan Anak Sendiri

8. Pemeriksaan gigi

Meliputi oencatatan data gigi (odontogram) dan rahang secara manual, radiologis, dan

pencetakan gigi dan rahang.

9. Metode eksklusi

Dilakukan jika terdapat korban yang banyak dengan daftar tersangka korban pasti seperti pada

kecelakaan masal penumpang pesawat udara, kapal laut, (melalui daftar penumpang). Bila semua

korban kecuali satu yang terakhir telah dapat ditentukan identitasnya dengan metoda identifikasi

lain, maka korban yang terakhir tersebut kangsung diidentifikasikan dari daftar korban tersebut.

Pemeriksaan Pada Bayi

Autopsi

Pada kasus dilakukan Autopsi forensik atau Autopsi mediko-legal. Yaitu dilakukan

terhadap mayat seseorang berdasarkan peraturan Undang – Undang, dengan tujuan :

a. Membantu dalam hal penentuan identitas

b. Menentukan sebab pasti kematian

c. Memperkirakan cara kematian. Wajar (natural death) atau tidak wajar.

Kematian wajar sebagai contoh, cedera atau luka akibat penyakit. Sedangkan kematian tidak

wajar adalah, akibat kecelakaan, bunuh diri, atau pembunuhan.

d. Memperkirakan mekanisme kematian

e. Mengumpulkan serta mengenali barang-barang bukti

f. Membuat laporan tertulis yang objektif dan berdasarkan fakta Visum et Repertum.

g. Melindungi orang yang tidak bersalah dan membantu penuntutan terhadap yang bersalah

Pemeriksaan Hubungan Bayi dan Wanita

a. Identifikasi DNA

Setiap orang memiliki DNA yang unik. DNA adalah materi genetik yang membawa

informasi yang dapat diturunkan. Di dalam sel manusia DNA dapat ditemukan di dalam inti sel

dan di dalam mitokondria. Di dalam inti sel, DNA membentuk satu kesatuan untaian yang

disebut kromosom. Setiap sel manusia yang normal memiliki 46 kromosom yang terdiri dari 22

pasang kromosom somatik dan 1 pasang kromosom sex (XX atau XY).

Kedua pola penurunan materi genetik dapat diilustrasi seperti gambar sebelumnya. Dengan

perkembangan teknologi, pemeriksaan DNA dapat digunakan untuk mengidentifikasi dan

membedakan individu yang satu dengan individu yang lain.

6

Page 8: 93647962 Pembunuhan Anak Sendiri

Tes DNA dilakukan dengan berbagai alasan seperti persoalan pribadi dan hukum antara

lain: tunjangan anak, perwalian anak, adopsi, imigrasi, warisan dan masalah forensik (dalam

Identifikasi korban pembunuhan). Hampir semua sampel biologis dapat dipakai untuk tes DNA,

seperti buccal swab (usapan mulut pada pipi sebelah dalam), darah, rambut beserta akarnya,

walaupun lebih dipilih penggunaan darah dalam tabung (sebanyak 2ml) sebagai sumber DNA.

b. Aspek Hukum

Hasil tes ini hanya dapat digunakan sebagai referensi pribadi, kecuali jika sampel yang

diperiksa diambil melalui prosedur hukum (surat dan polisi atau jaksa), maka sampel tersebut

memiliki kekuatan hukum. Hingga saat ini pengaturan mengenai penggunaan alat bukti tes DNA

hanya diatur dalam KUHAP. Berikut adalah beberapa paparan mengenai pengaturan mengenai

alat bukti tes DNA dari peraturan hukum tersebut berdasarkan ketentuan dalam KUHAP (UU

No. 8 Tahun 1981). Sebagai produk hukum yang mengatur mengenai pidana formil, di dalam

KUHAP tidak banyak kita temui pengaturan mengenai penggunaan alat bukti tes DNA sebagai

alat bukti. Dalam hal ini hanya terdapat satu pasal yang mengatur alat bukti, yaitu :

Pasal 184 KUHAP yang menyebutkan “Alat bukti yang sah ialah”;

(1) Keterangan saksi

(2) Keterangan ahli

(3) Surat

(4) Petunjuk

(5) Keterangan terdakwa

Mengingat pembuktian dengan menggunakan tes DNA memang tidak diatur secara khusus

dalam KUHAP, sehingga berakibat masalah legalitasnya bersifat sangat interpretatif. Namun

sebelum melangkah lebih jauh mengenai memanfaatkan alat bukti tes DNA sebagai alat bukti di

persidangan, berbagai pemikiran dan ulasan serta kerangka pikir yang terbangun nampaknya

sudah mulai mengerucut bahwa alat bukti tes DNA paling dekat korelasinya dengan alat bukti

petunjuk.

B. KEKERASAN TERHADAP ANAK

Kekerasan, sebagai salah satu bentuk agresi, memiliki definisi yang beragam. Meski

tampaknya setiap orang sering mendengar dan memahaminya. Salah satu definisi yang paling

sederhana adalah segala tindakan yang cenderung menyakiti orang lain, berbentuk agresi fisik,

agresi verbal, kemarahan atau permusuhan ( Abu Huraerah:2006). Masing-masing bentuk

Page 9: 93647962 Pembunuhan Anak Sendiri

kekerasan memiliki faktor pemicu dan konsekuensi yang berbeda-beda. Penderaan anak atau

penganiayaan anak atau kekerasan pada anak atau perlakuan salah terhadap anak merupakan

terjemahan bebas dari child abuse, yaitu perbuatan semena-mena orang yang seharusnya

menjadi pelindung (guard) pada seorang anak (individu berusia kurang dari 18 tahun) secara

fisik, seksual, dan emosional. Pengertian kekerasan Menurut UU perlindungan anak no 23 tahun

2003 dalam Pasal 3 UU PA adalah meliputi kekerasan fisik, psikis, seksual, dan penelantaran.

UNICEF mendefinisikan bahwa kekerasan terhadap anak adalah “Semua bentuk perlakuan salah

secara fisik dan/atau emosional, penganiayaan seksual, penelantaran, atau eksploitasi secara

komersial atau lainnya yang mengakibatkan gangguan nyata ataupun potensial terhadap

perkembangan, kesehatan, dan kelangsungan hidup anak ataupun terhadap martabatnya dalam

konteks hubungan yang bertanggung jawab, kepercayaan, atau kekuasaan”.

Faktor penyebab terjadinya kekerasan terhadap anak antara lain : (1) Anak mengalami

cacat tubuh, retardasi mental, gangguan tingkah laku, autisme, terlalu lugu, memiliki

temperamen lemah, ketidaktahuan anak akan hak-haknya, dan terlalu bergantung kepada orang

dewasa. (2) Kemiskinan keluarga, banyak anak.(3) Keluarga pecah (broken home) akibat

perceraian, ketiadaan ibu dalam jangka panjang, atau keluarga tanpa ayah. (4) Keluarga yang

belum matang secara psikologis, ketidakmampuan mendidik anak, harapan orang tua yang tidak

realistis, anak yang tidak diinginkan (unwanted child), anak lahir di luar nikah. (5) Penyakit

gangguan mental pada salah satu orang tua. (6) Pengulangan sejarah kekerasan: orang tua yang

dulu sering ditelantarkan atau mendapat perlakukan kekerasan sering memperlakukan anak-

anaknya dengan pola yang sama, serta (7) Kondisi lingkungan sosial yang buruk,

keterbelakangan. Namun, di luar faktor-faktor tersebut, sebenarnya kekerasan struktural menjadi

problem utama kehidupan anak-anak Indonesia.

Menurut Emmy (2007) Komisi Perlindungan Anak Indonesia kekerasan terhadap anak

terbagi atas: kekerasan fisik, penelantaran, kekerasan seksual, dan kekerasan emosional. Namun

antara kekerasan yang satu dengan lainnya saling berhubungan. Anak yang menderita kekerasan

fisik, pada saat yang bersamaan juga menderita kekerasan emosional. Sementara yang menderita

kekerasan seksual juga mengalami penelantaran. Secara umum ciri-ciri anak yang mengalami

kekerasan adalah sebagai berikut :

- Menunjukkan perubahan pada tingkah laku dan kemampuan belajar di sekolah.

8

Page 10: 93647962 Pembunuhan Anak Sendiri

- Tidak memperoleh bantuan untuk masalah fisik dan masalah kesehatan yang seharusnya

menjadi perhatian orang tua.

- Memiliki gangguan belajar atau sulit berkonsentrasi, yang bukan merupakan akibat dari

masalah fisik atau psikologis tertentu.

- Selalu curiga dan siaga, seolah-olah bersiap-siap untuk terjadinya hal yang buruk.

- Kurangnya pengarahan orang dewasa.

- Selalu mengeluh, pasif atau menghindar.

- Datang ke sekolah atau tempat aktivitas selalu lebih awal dan pulang terakhir, bahkan

sering tak mau pulang ke rumah.

C. UNDANG-UNDANG TENTANG PEMBUNUHAN DAN KEKERASAN TERHADAP

ANAK

1. Pasal 341 KUHP

Seorang ibu yang dengan sengaja menghilangkan jiwa anaknya pada ketika dilahirkan atau

tidak beberapa lama sesudah dilahirkan, karena takut ketahuan bahwa ia sudah melahirkan anak,

dihukum, karena makar mati terhadap anak, dengan hukuman penjara selama-lamanya tujuh

tahun.

2. Pasal 342 KUHP

Seorang ibu yang dengan sengaja akan menjalankan keputusan yang diambilnya sebab

takut ketahuan bahwa ia tak lama lagi akan melahirkan anak, menghilangkan jiwa anaknya itu

pada ketika dilahirkan atau tidak lama kemudian dari pada itu, dihukum karena pembunuhan

anak yang direncanakan (kindermoord) dengan hukuman penjara selama-lamanya sembilan

tahun.

Pasal-pasal diatas (pasal 341 dan 342) berlaku jika dan hanya jika pembunuh adalah ibu

kandung sendiri. Apabila pembunuh bukan ibu kandung, berarti orang tersebut dihukum karena

pembunuhan tanpa rencana (pasal 338; ancaman pidana 15 tahun) atau pembunuhan berencana

(pasal 339 dan 340 ancaman pidana 20 tahun, seumur hidup, atau hukuman mati)

3. Pasal 343 KUHP

Bagi orang lain yang turut campur dalam kejahatan yang diterangkan dalam pasal 341 dan

342 dianggap kejahatan itu sebagai makar mati atau pembunuhan.

Page 11: 93647962 Pembunuhan Anak Sendiri

4. Pasal 181 KUHP

Barang siapa mengubur, menyembunyikan, membawa lari atau menghilangkan mayat

dengan maksud menyembunyikan kematian atau kelahirannya, diancam dengan pidana penjara

paling lama sembilan bulan atau pidana denda paling banyak empat ribu lirna ratus rupiah.

5. Pasal 308 KUHP

Bila seorang ibu, karena takut akan diketahui orang bahwa ia telah melahirkan anak,

menempatkan anaknya itu untuk ditemukan atau meninggalkannya dengan maksud untuk

melepaskan diri daripadanya, maka maksimum pidana tersebut dalam pasal 305 dan 306

dikurangi separuh.

6. Pasal 305 KUHP

Barangsiapa menempatkan anak yang berumur di bawah tujuh tahun untuk ditemukan atau

meninggalkan anak itu dengan maksud untuk melepaskan diri daripadanya, diancam dengan

pidana penjara paling lama lima tahun enam bulan.

7. Pasal 306 KUHP

(1) Bila salah satu perbuatan tersebut dalam pasal 304 dan 305 mengakibatkan luka-luka berat,

maka yang bersalah dianeam dengan pidana penjara paling lama tujuh tahun enam bulan.

(2) Bila mengakibatkan kematian, maka yang bersalah diancam dengan pidana penjara paling

lama sembilan tahun.

Apabila bayi yang lahir mati itu sebelumnya masih dapat hidup di dalam kandungan

ibunya, namun karena usaha-usaha tertentu mengakibatkan pengeluaran janin tersebut sebelum

waktunya, terkena pasal :

1. Pasal 346

Seorang wanita yang sengaja menggugurkan atau mematikan kandungannya atau menyuruh

orang lain untuk itu, diancam dengan pidana paling lama empat tahun

2. Pasal 347 :

(1) Barangsiapa dengan sengaja menggugurkan atau mematikan kandungan seorang wanita tanpa

persetujuannya, diancam dengan pidana penjara paling lama dua belas tahun

(2) Jika perbuatan itu mengakibatkan matinya wanita tersebut, dikenakan pidana penjara paling

lama lima belas tahun

10

Page 12: 93647962 Pembunuhan Anak Sendiri

3. Pasal 348 :

(1) Barang siapa dengan sengaja menggugurkan atau mematikan kandungan seorang wanita

dengan persetujuannya, diancam dengan pidana penjara paling lama lima tahun enam bulan.

(2) Jika perbuatan itu mengakibatkan matinya wanita tersebut, dikenakan pidana penjara paling

lama tujuh tahun.

4. Pasal 349

Jika seorang dokter, bidan, atau juru obat membantu melakukan kejahatan yang tersebut

pasal 346, ataupun melakukan atau membantu melakukan salah satu kejahatan yang diterangkan

dalam pasal 347 dan 348, maka pidana yang ditentukan dalam pasal itu dapat ditambah sepertiga

dan dapat dicabut hak untuk menjalankan pencaharian dalam mana kejahatan dilakukan.

Kekerasan Pada Anak Menurut UU Perlindungan Anak

Definisi anak menurut Undang-Undang Perlindungan Anak No 23 tahun 2002; Anak

adalah seseorang yang belum berusia 18 tahun, termasuk anak dalam kandungan.

Definisi undang-undang ini mencakup janin, bayi, anak-anak sampai berumur 18 tahun.

Undang-undang ini juga mengatur tanggung jawab sosial anak dan tanggung jawab anak dimuka

hukum. Kekerasan (Bullying) menurut Komisi Perlindungan Anak (KPA) adalah kekerasan fisik

dan psikologis berjangka panjang yang dilakukan seseorang atau kelompok terhadap seseorang

yang tidak mampu mempertahankan diri dalam situasi dimana ada hasrat untuk melukai atau

menakuti orang atau membuat orang tertekan, trauma/depresi dan tidak berdaya.

Batas-batas kekerasan menurut Undang-Undang Perlindungan Anak nomor 23 tahun 2002

ini, Tindakan yang bisa melukai secara fisik maupun psikis yang berakibat lama, dimana akan

menyebabkan trauma pada anak atau kecacatan fisik akibat dari perlakuan itu. Dengan mengacu

pada defenisi, segala tindakan apapun seakan-akan harus dibatasi, dan anak harus dibiarkan

berkembang sesuai dengan hak-hak yang dimilikinya (Hak Asasi Anak). Hak anak untuk

menentukan nasib sendiri tanpa intervensi dari orang lain.

Page 13: 93647962 Pembunuhan Anak Sendiri

BAB III

PENUTUP

Kasus-kasus pembunuhan bayi (infantisid), untuk mengetahui: (1) Siapa orang tua bayi

(2) Berapa umur bayi, berkenan dengan penetapan berat ringannya sanksi dalam kasus abortus

kriminalis, seperti yang diatur dalam KUHP pasal-pasal 306, 308, 342 dan 349. Umur bayi

dalam bulan dapat diperkirakan berdasarkan ukuran panjang badan menurut Haase (puncak

kepala-tumit) atau menurut Streeter (puncak kepala-tulang ekor). Untuk mengetahui apakah bayi

lahir hidup atau mati dapat diektahui melalui tes apung paru-paru atau dapat juga melalui

pemeriksaan histologis garis-garis neonatal gigi. Mengenai garis-garis neonatal ini, disebutkan

bahwa proses mneralisasi pada gigi berlangsung kontinyu dan ritmis, fase aktif dan istirahat silih

berganti dalam keseimbangan yang halus dan peka. Ritme perkembangan ini berpola, terlihat

sebagai garis-garis sejajar disebut garis-garis pertumbuhan (incremental lines) “Retzius” dalam

email dan “Owen” dalam dentin. Pada gigi geligi yang proses kalsifikasinya mulai prenatal, yaitu

gigi-gigi susu dan geraham tetap pertama, disebutkan tampak dalam penampang mikroskopis ada

garis-garis pertumbuhan yang menyimpang polanya dan bentuknya lain. Hal ini disebabkan

karena goncangan dan perubahan dalam metabolisme mineral pada saat lahir, karena pengaruh

makanan dan perubahan lingkungan. Sejumlah garis pertumbuhan yang menunjukkan aksentuasi

sesaat lahir, dinamakan garis-garis neonatal.

Upaya penanggulangan kekerasan terhadap anak jelas menjadi kewajiban pemerintah, yang

didukung oleh keluarga dan masyarakat. Masyarakat Indonesia modern ternyata belum sadar

bahwa anak memiliki hak penuh untuk diperlakukan secara manusiawi. Anak harus mendapatkan

jaminan keberlangsungan hidup dan perkembangannya di bawah naungan ketetapan hukum yang

pasti, yang harus dijalankan semua pihak, baik keluarga masyarakat maupun pemerintah

(negara). Sehingga anak bisa tumbuh dan berkembang dengan baik serta jauh dari berbagai

tindak kekerasan. Kita menyadari bahwa kekerasan telah meremukkan kekayaan imajinasi,

keriangan hati, kreatifitas, bahkan masa depan anak-anak kita.

12

Page 14: 93647962 Pembunuhan Anak Sendiri

DAFTAR PUSTAKA

1. Afandi D, Swasti D, dkk. Pembunuhan anak sendiri (PAS) dengan kekerasan multipel. Maj

Kedokt Indon 2008, Vol 5, No.9.

2. Peraturan Perundang-undangan Bidang Kedokteran. Cetakkan Kedua. Bagian Kedokteran

Forensik Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 1994.

3. Elfia Desi & Vivik Shofiah. Hubungan Tindakan Kekerasan Terhadap Anak (Child Abuse)

dengan Konsep Diri. Fakultas Psikologi UIN Suska Riau: Jurnal Psikologi, Vol.3 No. 2, 2007.

hal. 16

4. Putrika P.R. Gharini. ( 2004) . ‘Kekerasan Pada Anak: Efek Psikis, Fisik, dan Tinjauan

Agama . Makalah ini disampaikan pada Seminar Online Kharisma ke-3, 13-19 September

2004