eprints.uny.ac.ideprints.uny.ac.id/4787/1/t_unit_sebagai_alai_ukur_kemampuan... · tunggal menjadi...

14
-- I-UNIT SEBAGAI ALAI UKUR KEMAMPUAN MENGARANG BAHASA INDONESIA A. Syukur Ghazali Fakultas Sastra Universitas Malang Abstract This study is an attempt to look for a valid and reliable composition- measuring instrument. It is an early effort to employ a so-called T-unit, or a terminable unit, to measure students' composition competence. The study involved elementary school students in Years IV, V, and VI. The instrument was made by breaking down students' composition into smaller parts in the form of meaningful sentences. Consequently, the better the composition was, the smaller the number of the T-units was, but the longer they were. The z-score was used to assess the reliability, and the difference among the groups was calculated by the one-way analysis of variance. The findings show that the T-unit can objectively differentiate elementary school students of Years IV, V, and VI in terms of their composition competence. In other words, the T-unit can be used as an objective and reliable composition- measuring instrument. Key words: composition ability, meaningful sentence, T-unit A. Pendahuluan 1. Latar Belakang Untuk mengukur kemampuan mengarang, Weir (1990:58) memberikan dua kemungkinan. Pertama, peng- ukuran dilakukan dengan memisah- misahkan karangan siswa menjadi bagian yang terpecah-pecah (discrete levels), yakni tata bahasa, kosakata, ejaan dan tanda baca. Biasanya, cara pertama ini dilakukan dengan tes objektif yang menyoal penguasaan unsur kebahasaan siswa secara diskrit. Cara kedua ditempuh dengan mem- berikan berbagai tugas mengarang langsung kepada peserta tes. Dari ka- riJ.ngan yang mereka hasilkan, pemberi tes akan menilai penguasaan unsur kebahasaan, topik yang dibahas, dan keruntutan cara berpikir siswa. Akan tetapi sejauh ini belum terdapat pa- paran yang cukup jelas (washback validity) yang menyatakan bahwa hasil tes mengarang dapat dengan gamblang menggambarkan kesulitan peserta tes mengarang dalam hal mengembangkan karangan yang koheren. Belum dike- tahui dengan pasti bagian manakah dari karangan peserta tes yang me- nunjukkan kelemahan koherensinya. Penelitian ini menggunakan dan membandingkan dua macam cara penilaian terhadap karangan siswa Sekolah Dasar Negeri (SDN) kelas IV, V dan VI. Pertama, cara konvensional, yakni memberikan angka kepada ka- rangan setelah beberapa penilai yang menggunakan kriteria penilaian yang disepakati bersama membaca secara global karangan yang ditulis oleh siswa SD. Cara kedua ialah menganalisis ka.- rangan siswa berdasarkan T-unitnya. Melalui analisis T-unit, penilai akan mengetahui kemampuan berpikir siswa 64

Upload: lengoc

Post on 05-Feb-2018

231 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: eprints.uny.ac.ideprints.uny.ac.id/4787/1/T_UNIT_SEBAGAI_ALAI_UKUR_KEMAMPUAN... · tunggal menjadi kalimat majemuk, atau dari kalimat tunggal menjadi kalimat majemuk kompleks. Untuk

--

I-UNIT SEBAGAI ALAI UKUR KEMAMPUAN MENGARANGBAHASA INDONESIA

A. Syukur GhazaliFakultas Sastra Universitas Malang

Abstract

This study is an attempt to look for a valid and reliable composition-measuring instrument. It is an early effort to employ a so-called T-unit, or aterminable unit, to measure students' composition competence.

The study involved elementary school students in Years IV, V, and VI. Theinstrument was made by breaking down students' composition into smaller partsin the form of meaningful sentences. Consequently, the better the composition was,the smaller the number of the T-units was, but the longer they were. The z-scorewas used to assess the reliability, and the difference among the groups wascalculated by the one-way analysis of variance.

The findings show that the T-unit can objectively differentiate elementaryschool students of Years IV, V, and VI in terms of their composition competence. Inother words, the T-unit can be used as an objective and reliable composition-measuring instrument.

Key words: composition ability, meaningful sentence, T-unit

A. Pendahuluan

1. Latar BelakangUntuk mengukur kemampuan

mengarang, Weir (1990:58) memberikandua kemungkinan. Pertama, peng-ukuran dilakukan dengan memisah-misahkan karangan siswa menjadibagian yang terpecah-pecah (discretelevels), yakni tata bahasa, kosakata,ejaan dan tanda baca. Biasanya, carapertama ini dilakukan dengan tesobjektif yang menyoal penguasaanunsur kebahasaan siswa secara diskrit.

Cara kedua ditempuh dengan mem-berikan berbagai tugas mengaranglangsung kepada peserta tes. Dari ka-riJ.ngan yang mereka hasilkan, pemberites akan menilai penguasaan unsurkebahasaan, topik yang dibahas, dankeruntutan cara berpikir siswa. Akantetapi sejauh ini belum terdapat pa-paran yang cukup jelas (washback

validity) yang menyatakan bahwa hasiltes mengarang dapat dengan gamblangmenggambarkan kesulitan peserta tesmengarang dalam hal mengembangkankarangan yang koheren. Belum dike-tahui dengan pasti bagian manakahdari karangan peserta tes yang me-nunjukkan kelemahan koherensinya.

Penelitian ini menggunakandan membandingkan dua macam carapenilaian terhadap karangan siswaSekolah Dasar Negeri (SDN) kelas IV,V dan VI. Pertama, cara konvensional,

yakni memberikan angka kepada ka-rangan setelah beberapa penilai yangmenggunakan kriteria penilaian yangdisepakati bersama membaca secaraglobal karangan yang ditulis oleh siswaSD. Cara kedua ialah menganalisis ka.-rangan siswa berdasarkan T-unitnya.Melalui analisis T-unit, penilai akanmengetahui kemampuan berpikir siswa

64

Page 2: eprints.uny.ac.ideprints.uny.ac.id/4787/1/T_UNIT_SEBAGAI_ALAI_UKUR_KEMAMPUAN... · tunggal menjadi kalimat majemuk, atau dari kalimat tunggal menjadi kalimat majemuk kompleks. Untuk

sebagaimana tergambar dalam peng-gunaan rangkaian kalimat-kalimat didalam karangan. Dengan cara keduaini diharapkan penilai memperolehgambaran yang lebih objektif ten tangperkembangan kemampuan menga-rang anak didik, khususnya perkem-bangan kalimat bermakna yang diguna-kan oleh siswa di dalam karanganmereka, yaitu melalui: (1) satuan maknayang dikembangkan oleh siswa dalamkarangan; .(2)/ kaitan makna antar-kalimat dalaIh,paragraf, dan (3) kaitanmakna antarparagraf dalam karangansiswa SDN tersebut.

2. Tujuan PenelitianPenelitian ini bertujuan untuk

mengetahui kemampuan berpikir siswasebagaimana tergambar dalam peng-gunaan rangkaian kalimat-kalimat didalam karangan, dengan menggunakananalisis T-unit. Dengan cara ini diha-rapkan diperoleh gambaran yang lebihobjektif ten tang perkembangan kemam-puan mengarang anak didik.

3. Kajian Pustakaa. Pengukuran Kemampuan Menga-

rangKemampuan mengarang ada-

lah kemampuan yang kompleks karenamelibatkan kemampuan memanipulasikata-kata menjadi kalimat yang benarmenurut kaidah dan menghubungkankalimat-kalimat yang menyampaikanpikiran dan ide penulis tentang suatutopik. Lebih dari itu, kemampuanmengarang dapat diartikan tidak hanyasebagai kemampuan merangkaikankalimat-kalimat gramatikal, melainkansebagai kegiatan yang melibatkankreativitas dan orisinalitas karya pe-nulisnya (Heaton, 1977:127). Mengingatkemampuan mengarang inilah, Harris(1969:68) menjelaskan bahwa dalam

65

pembelajaran bahasa lnggris, kegiatanpembelajaran writing tahap awal di-arahkan pada kemampuan mengguna-kan tatabahasa dan kosakata. Barulah

pada tahapan yang berikutnya pembel-ajar dilibatkan pada kegiatan menga-rang yang sebenarnya, yaitu menuliskarangan ten tang topik tertentu.

Untuk mengukur kemampuanmengarang terdapat bermacam-macamkriteria, kategori penilaian, dan aspekyang dinilai. Setelah menganalisisaspek analitik yang terkandung dalamkemampuan mengarang, Blok dan deBlopper, dengan mengutip pendapatWolowitsj-Schelvis (dalam Verhoevendan Jong, 1992: 106), menemukan ada79 aspek yang kemudian digolong-J

gol&~gkannya menjadi lima golongansaja; 'yaitu (1) isi, (2) organisasi, (3)gaya, (4) konvensi, termasuk di dalam-nya ejaan dan tanda baca, kerapianpekerjaan, serta tataletak, dan (5) per-syaratan komunikasi. Aspek tata-bahasa, yang oleh Harris (1969:68-69)disebut sebagai salah satu aspek umumyang perlu diperhatikan dalam melihatkemampuan mengarang, mungkina di-masukkan dalam persyaratan komu-nikasi.

Macam tes kemampuan menga-rang dapat dibedakan menjadi duapendekatan yang. Pertama, kemam-puan menu lis sebagai kemampuanmenguasai aspek yang terpisah-pisah(diskrit), yakni tatabahasa, kosakata,ejaan dan tanda baca. Kategori pertamaini dapat dites dengan menggunakantes diskrit berbentuk objektif. Kedua,kemampaun menu lis diukur melalui tesmengarang bermacam-macam bentukkarangan, sesuai dengan tugas yangdiberikan. Kategori kedua ini dianggaplebih besar validitas konstruk, isi, per-mukaan, dan washback-nya, akan tetapikarena penskorannya sangat subjektif,

T-Unit Sebagai Alat Ukur Kemampuan Mengarang Bahasa Indonesia

-

Page 3: eprints.uny.ac.ideprints.uny.ac.id/4787/1/T_UNIT_SEBAGAI_ALAI_UKUR_KEMAMPUAN... · tunggal menjadi kalimat majemuk, atau dari kalimat tunggal menjadi kalimat majemuk kompleks. Untuk

66

maka reliabilitasnya kurang (Weir,1990: 58). Harris (1969:69-70) mengakuidengan tegas bahwa mengambil sampelkarangan siswa adalah cara yang palinglangsung dalam manilai kemampuanmengarang. Namun, dengan jelas pulaHarris menunjukkan bahwa cara peni-laian kategori kedua ini banyak mem-peroleh kritik dari ahli-ahli penilaiandalam pendidikan, yakni sulitnyadicapai validitas dan reliabilitas dalampengukurannya.

Tes objektif, menurut Harris(1969:71-77) dapat dipakai untukmengetes (1) kaidah formal dan gaya,dapat dilakukan dengan 3 cara, yaitu a)pengenalan kesalahan (errorrecognition), b) melengkapi kalimat, danc) mengoreksi kalimat yang salah; (2)kemampuan mengorganisasikan idedan membuat tulisan yang koheren,dan (3) kemampuan menggunakantanda baca dan ejaan.

Dilihat dari macam tes objektifuntuk mengetes kemampuan menga-rang, Heaton (1977:139-140) menyebut-kan ada 3 macam tes objektif, yaitu: (1)Tes objektif pilihan ganda menggantikata dengan pilihan yang sesuai, (2)pilihan ganda melengkapi bagian kali-mat yang dihilangkan; dan (3) meleng-kapi bagian kalimat yang belumlengkap.

Dilihat dari materi yang di-teskan, tes objektif dilaksanakan untukmengetes: (1) kemampuan meng-gunakan tanda baca dan ejaan; dan (2)kemampuan mempertimbangkan regis-ter, gaya, relevansi teks, dan organisasitulisan. Bahkan, Van Wijk (dalamVerhoeven dan de Jong, 1990:85) me-nyatakan bahwa kemampuan menu lisdapat menunjukkan secara alamiah danspontan kemampuan mengarang siswayang dihasilkannya dalam rentangwaktu tertentu. Karena itu, dengan

menganalisis karangan siswa, pelak-sana tes akan memperoleh informasitentang tingkat ketrampilan siswa me-nyusun kalimat, dan ketrampilan me-rangkaikan kalimat untl1k menyam-paikan gagasan melalui pertal1tan mak-na dan rangkaian rekaman ingatansiswa (through semantic and episodicmemory).

Tes yang menghasilkan sampelkarangan siswa dapat dilakukan me-lalui: (1) tugas mengarang terkontrol:peserta tes diminta rnelengkapi ataumengisi bagian tertentu yang sengajadihilangkan dari sebuah karangan; dan(2) mengarang esai dengan jud111atautopik yang ditentukan oleh penguji.Penelitian ini menggunakan jenis yangkedua, yakni mengarang langsung de-ngan menggl1nakan panduan teks dangambar.

Adapun teknik penskoran ter-hadap karangan ada dua cara. Per-tama, penskoran dilakukan denganmetode impresif: penskor memberikanskor karangan setelah ia menangkapkesan tentang kualitas karangan yangdinilainya. Cara pertama ini bisa dilak-sanakan dengan memberlakukan mark-remarktest reliability,atau menurut isti-lah Weir (1992) adalah multiple marking,yakni seorang penskor harus mem-berikan 2 macam skor setelah ia me-lakukan dua kali membaca. Cara

pertama ini rendah reliabilitasnya,karena penskor dikhawatirkan mem-berikan skor secara tidak ajek karenafaktor keletihan, kekurangsenanganterhadap suatu hal yang dilakukan olehpembelajar, kekhilafan, dsb. Akantetapi cara ini masih dianggap baikdibandingkan dengan pemberian skoryang hanya sekali. tJntuk menghindarikelemahan tersebut, ditempuhlah peng-gunaan interrater, atau inter-correlationofa group of four marker, pemberian skor

Litera, Volume 6, Nomor I, Januari 2007

Page 4: eprints.uny.ac.ideprints.uny.ac.id/4787/1/T_UNIT_SEBAGAI_ALAI_UKUR_KEMAMPUAN... · tunggal menjadi kalimat majemuk, atau dari kalimat tunggal menjadi kalimat majemuk kompleks. Untuk

yang melibatkan tiga atau empat orangpemberi skor. Agar dapat dikontrol ke-ajekannya, pemberi skor hendaknyaterlebih dahulu menyepakati aspek-aspek yang hendak dinilai, kriteria pe-nilaian, dan skala nilai yang akandipakai.

Cara kedua menggunakanmetode analitik. Heaton (1977) menye-butkan lima aspek yang harus di-analisis, yaitu tatabahasa, kosakata,ejaan dan tanda baca, kelancaran, dankeberterimaan. Kelima aspek ini bisadiberi skor dengan rentangan 1-5, danhasil akhir diperoleh dengan menjum-lahkan skor total untuk masing-masingaspek dan kemudian rata-ratanya di-hitung.

b. Pengukuran Kemampuan Menga-rang dengan T-Unit

Untuk mengukur koherensikarangan siswa, Hunt (dalam Allen danLinn, 1982: 405) telah mengadakan se-jumlah penelitian terhadap perkem-bangan kemampuan mengarang ka-rangan siswa me)alui penilaian ter-hadap kompleksitas sintaksis siswakelas 4, 6, 8, 10, dan 12. Ia mengamatibahwa kompleksitas kalimat siswayang cenderung ditandai oleh dua hal,yakni (1) semakin panjang, dan (2)semakin banyak kalimat tunggal yangdirangkaikan menjadi satu kalimat,dapat dipakai untuk mengukur tingkatkemampuan mengarang siswa. De-ngan menggunakan tata bahasa struk-tural, Kellog Hunt mengukur kemam-puan siswa dalam merangkai-rang-kaikan kalimat, dari kalimat sederhana

menjadi kalimat kompleks, dari kalimattunggal menjadi kalimat majemuk, ataudari kalimat tunggal menjadi kalimatmajemuk kompleks.

Untuk mengetahui kemampu-an siswa mengarang melalui peng-

67

amatan kompleksitas sintaksis ini, Huntmengembangkan 3 macam langkahuntuk mengukur kompleksitas sintaksismereka. Langkah pertama, memisah-misahkan kalimat yang dihasilkansiswa yang diteliti menjadi potonganyang bisa berdiri sendiri, atau menurutistilah Hunt, menjadi terminable unit (T-unit). Langkah kedua dilaksanakan de-ngan menghitung kalimal tunggalyang digabungkan menjadi sebuahkalimat rapatan (number of consoli-dation). Cara pertama dilaksanakan de-ngan memisah-misahkan kalimat yangtatarannya berada di atas kalimatsederhana (lihat Oshima dan Hogue,1981:122)menjadi S-constituent. Se-makin banyak S-constituent yang ter-dapat dalam sebuah kalimat, makaakan semakin komplekslah kalimat ter-sebut. Lngkah ketiga dilakukan denganmengetahui rata-rata panjang T-unit.Langkah ketiga ini dicapai melaluipenghitungan semua kata yang terda-pat dalam terminable unit (T-unit)(berupa klausa bebas atau sebuahklausa utama) yang ditulis oleh siswa,kemudian membaginya dengan jumlahsemua T-unit yang dihasilkan. Asumsidasar yang melandasi cara pertama dankedua di atas ialah bahwa semakin

tinggi kelas seorang siswa, maka akansemakin kompleks kalimatnya, berartipula semakin banyak S-constituentyang dikoordinasikan menjadi sebuahkalimat, dan konsekuensinya ialahsemakin bertambah panjang pulalahkalimatnya, dan akibatnya, rata-rata T-unitnya akan semakin besar.

Dalam perkembangan berikut-nya, T-unit yang diusulkan oleh KellogT. Hunt (dalam Allen dan Linn, 1982)dimodifikasi oleh Melanie Schneiderdan Ulla Connor (1990) dalam artikelmereka "Analyzing Topkal Structure inESL Essays", untuk mengukur

T-Unit Sebagai Alat Ukur Kemampuan Mengarang Bahasa Indonesia

- -----

Page 5: eprints.uny.ac.ideprints.uny.ac.id/4787/1/T_UNIT_SEBAGAI_ALAI_UKUR_KEMAMPUAN... · tunggal menjadi kalimat majemuk, atau dari kalimat tunggal menjadi kalimat majemuk kompleks. Untuk

---

68

koherensi karangan siswa yang merekateliti. Schneider dan Cormor (1990:412),bertolak dari pikiran Hunt, merumus-kan bahwa unsur internal karangan da-pat dijadikan sebagai titik tolak untukmengukur kemampuan menulis siswa.Mereka mengatakarmya bahwa ada duapendekatan untuk mengetahui perbe-daan kualitatif karangan, yaitu dengan(1) melihat proses pengembangan kali-mat (process centered) atau (2) melihatkalimat yang dihasilkan (sentenced-based). Dengan meminjam proses yangberlaku pada membaca pemahaman,Schneider dan Cormor menjelaskanbahwa struktur retorik tingkat atas (toplevel rhetorical structure) dengan kata-kata yang tepat penggunaarmya dapatdigunakan untuk melacak koherensikarangan.

Apa yang dimaksud dengankata yang tepat? Meminjam cara yangdipakai oleh Lautamatti, dikembangkanpikiran Danes, bahwa karangan dapatdibangun dengan kata-kata yang di-sebut topik dan kamen. Rangkaian mak-na yang secara bergantian ditunjukkanoleh perubahan topik dan komen itudapat membentuk karangan yang ko-heren. Dari pergantian topik-komen ini,hubungan antarkalimat dan pertautanantaride dapat dibedakan menjadi 3macam: (1) parallel progression(PP), (2)sequential progression (SP), dan (3)extendedparallel progression (EP).

B.Metode Penelitian

Penelitian ini adalah penelitiandeskriptif ex post facto. Peneliti tidakmemberikan perlakukan apa pun ter-hadap siswa. Kemampuan mengarangsiswa diperikan sebagaimana adanya.Untuk memperoleh data karangan,peneliti menggunakan instrumen pene-litian berupa panduan tugas menga-rang, yakni dua buah gambar berang-

kai, dan pada lembar tugas itu puladisertai 5 buah kalimat topik, denganpenjelasan bahwa siswa boleh mengem-bangkan kalimat tersebut sesuaidengan keinginan siswa. Karanganharus ditulis dengan kalimat yang baikdan benar dengan ejaan yang tepat.Karangan yang mereka buat dibatasihanya 1 halaman saja dan harus ditulisdalam rentang waktu 80 menit (2 jampelajaran untuk bahasa Indonesia).Topik yang disediakan adalah topikyang dekat dunia siswa, yaitu keber-sihan sekolah, berkemah, dan men-jenguk ternan sakit.

Karangan yang terkumpuldinilai secara impresif, yaitu diberi nilai50-100, setelah penilai membaca ka-rangan, mengesani koherensi karangan,dan mencermati penggunaan bahasa,tanda baca, dan ejaan dalam karangansiswa. Nilai dengan cara pertama inikemudian dihitung rata-ratanya, danselanjutnya dicari posisi relatif siswadengan penghitungan z-score. HasiIpenghitungan z-score diolah lagidengan anova-oneway untuk mencariperbedaan nilai antarkelas.

Karangan kemudian dianalisisT-unitnya. Penganalisisan T-unit dila-kukan dengan pedoman sebagaiberikut: (1) deretan kata dianggap T-unit apabila berupa: (a) klausa inde-penden dan keterangarmya; (b) klausatidak independen tetapi ditulis sebagaisebuah kalimat, yaitu diakhiri dengantitik, tanda seru, atau tanda tanya; (c)kalimat perintah atau kalimat tanya. (2)T-unit digolongkan' ke parallel pro-gression(P) apabila: (a) topik yang di-kembangkan berikutnya mengulangtopik kalimat sebelurrmya, atau diubahmenjadi pronomina; (b) topik kalimatsebelurrmya diubah dari tunggal kekalimat majemuk atau sebaliknya; (c)mengubah topik kalimat sebelurrmya

Litera, Volume 6, Nomor 1, Januari 2007

Page 6: eprints.uny.ac.ideprints.uny.ac.id/4787/1/T_UNIT_SEBAGAI_ALAI_UKUR_KEMAMPUAN... · tunggal menjadi kalimat majemuk, atau dari kalimat tunggal menjadi kalimat majemuk kompleks. Untuk

69

rnenjadi ingkar; (d) rnenggunakan intifrase (head) yang sarna dengan topiksebelurnnya. (3) T-unit digolongkan kesequential progression (5) apabila: (a)topik berikutnya dikembangkan secara

berbeda dengan topik sebelurnnya(berbeda dengan 2 a, b. c. dan d); (b)topik berikutnya dikembangkan de-ngan rnengubah kelas kata secaraderivatif (nasional-kenasionalan, patri-

Tabel I: Skor Rata-rata Mengarang

T-Unit Sebagai Alat Ukur Kemampuan Mengarang Bahasa Indonesia

KELAS IV SD KELAS V SD KELAS VI SD

NI N2 RERATA N1 N2 RERATA N1 N2 RERATA

70 70 70 65 70 67,5 80 80 8050 60 55 60 60 60 80 70 7560 65 62,5 55 55 55 80 75 77,570 65 67,5 75 70 72,5 75 75 7565 70 67,5 70 65 67,5 70 60 6578 70 74 65 65 65 60 65 62,575 75 75 60 55 57,5 66 65 65,570 65 67,5 60 60 60 60 60 6075 60 67,5 70 60 65 70 70 7068 65 66,5 70 65 67,5 65 60 62,558 60 59 55 65 60 70 75 72,560 60 60 68 68 68 65 65 6556 55 55,5 70 65 67,5 60 70 6555 55 55 70 60 65 75 70 72,565 60 62,5 60 60 60 65 60 62,560 70 65 70 65 67,5 60 60 6050 50 50. 60 60 60 60 75 67,560 65 62,5 55 55 55 70 65 67,560 60 60 70 55 62,S 60 60 6070 70 70 68 60 64 60 75 67,560 60 60 80 78 79 76 70 7370 65 67,5 70 63 66,5 70 70 7055 55 55 75 65 70 70 70 7060 60 60 76 70 73 65 70 67,570 60 65 70 70 70 75 75 7560 60 60 60 65 62,5 80 75 77,555 55 55 65 65 65 65 70 67,555 60 57,5 75 70 75,5 70 65 67,555 65 60 75 65 70 70 70 7060 55 57.5 76 70 73 65 70 . 67,565 65 65 65 60 62,5 80 75 77,560 60 60 80 75 77,5 65 60 62,575 70 72,5 60 70 67,5 55 50 52,565 65 65 75 60 67,560 65 62,5 65 70 67,560 60 6055 50 52,5

62,56 62,16 62,36 67,51 64,36 65,93 68,48 67,85 68,17

Page 7: eprints.uny.ac.ideprints.uny.ac.id/4787/1/T_UNIT_SEBAGAI_ALAI_UKUR_KEMAMPUAN... · tunggal menjadi kalimat majemuk, atau dari kalimat tunggal menjadi kalimat majemuk kompleks. Untuk

One Way Anava Skor Test Bahasa Indonesia untuk Kelas IV, V dan VI

GROUP MEAN N1 62.365 372 65.939 333 68.171 35GRAND MEAN 65.424 105

SUM OF SQUARES D.F. MEAN SQUARE619.216 2 309.6083628.175 102 35.5704247.390 104

70

ot-patriotisme, dsb.); (c) topik kalimatsebelumnya diulang sebagian padatopik berikutnya; (d) Topik kalimatberikutnya merupakan sub-ordinasidari topik sebelumnya, misalnyamanusia-anggota masyarakat-individu,dsb. (4) T-unit digolongkan ke dalamextended parallel progression (EP) bilatopik lain disisipkan ke dalam sebuahkalimat, baik jenis paralel maupun yangsekuensial. Selanjutnya, T-unit siswadibandingkan antarsiswa di dalam ke-

SOURCEBETWEENWITHINTOTAL

las dan antarkelas. Sesudah itu, T-unitantarkelas dibandingkan pengembang-kan topiknya.

C. HasH Penelitian dan Pembahasan1. HasH Penskoran secara Konven-

sional

Setelah menunjuk 2 (dua) orangpenilai (raters), di luar peneliti sendiri,dan kedua penilai bersama penelitibersepakat tentang kriteria penilaian,maka didapatkanlah skor mengarangdari siswa kelas IV, V, dan VI SD Ne-geri Sumbersari IV Malang (TabeI1).

Setelah melalui uji normalitas,yang dilakukan untuk mengetahui apa-kah data yang hendak dianalisis me-menuhi persyaratan kurva normal, dantemyata datanya normal, maka di-

---

lakukan penghitungan z-score. Peng-hitunganini dilakukanuntuk menge-tahui posisi. relatif individu di dalamkelompoknya.

Uji z-score memperoleh hasilranking siswa seperti pada Tabel 2.

Untuk melihat apakah skor yang di-peroleh masing-masing kelas berbedasecara signifikan dilakukan uji bedaanava-oneway, yang hasil dan kesim-pulannya adalah seperti berikut ini.

F RATIO8.704

PROB.3.235E-04

Dengan melihat nilai pro-babilitas 3.235£-04 = 3,235 x 10-4 =0,0003235 maka dapat disimpulkanbahwa nilai rata-rata skor test bahasaIndonesia untuk kelas IV, V dan VIadalah berbeda secara nyata/ signifikan.

Selanjutnya, untuk melihattingkat perbedaan skor antar kelas di-Iakukan penghitungan uji Duncan.Adapun hasilnya adalah seperti berikutini.

Uji wilayah ganda duncan un-tuk mengetahui perbedaan antara nilairata-rata skor test kelas IV, V dan VI

dengan hasil seperti berikut:. . M -KelasM-Kelas IV~M-Kelas V: VI:

62,365 65,939 68,171

. Litera, Volume 6, Nomor I, Januari 2007

Page 8: eprints.uny.ac.ideprints.uny.ac.id/4787/1/T_UNIT_SEBAGAI_ALAI_UKUR_KEMAMPUAN... · tunggal menjadi kalimat majemuk, atau dari kalimat tunggal menjadi kalimat majemuk kompleks. Untuk

71

Dari One way Anava diperoleh: Meansquare within group (ms-galat/ms-deviasi) ::: 35,570, dengan derajat ke-bebasan::: dk::: 102 dengan taraf

signifikansi ::: a ::: 57, maka dari tabelwilayah terstudentkan nyata terkecildiperoleh harga-harga:

rp ::: wilayah terstudentkan nyataterkecil

Rp ::: wilayah nyata terkecil ::: rp x sx

::: F varian populasi/nSx ::: standart deviasi skor individual

dari rata-rata hitung.

Tabel 2: Ranking Skor MengarangSkor Test Dan Z-Skor dari Kegiatan Test Bhs. Indonesia bagi SiswaKelas IV, V dan VI

T-Unit Sebagai Alat Ukur Kemampuan Mengarang Bahasa Indonesia

---

No KELAS IV SD KELAS V SD KELAS VI SDmOT NI N2 RERATA Z -SkoT Nl N2 RERATA Z -SkoT Nl N2 RERATA Z - SkoT

1 70 70 70 1,285 65 70 67,5 0,273 80 80 80 1,9952 50 60 55 -1,238 60 60 60 -1,033 80 70 75 ],]523 60 65 62,5 0,024 55 55 55 -1,904 80 75 77,5 1,5734 70 65 67,5 0,864 75 70 72,5 1,144 75 75 75 ],]525 65 70 67,5 0,864 70 65 67,5 0,273 70 60 65 -0,5356 78 70 74 1,957 65 65 65 -0,162 60 65 62,5 -0,9567 75 75 75 2,125 60 55 57,5 -1,468 66 65 65,5 -0,4508 70 65 67,5 0,864 60 60 60 -1,033 60 60 60 -],3789 75 60 67,5 0,864 70 60 65 -0,162 70 70 70 0,30910 68 65 66,5 0,696 70 65 67,5 0,273 65 60 62,5 -0,95611 58 60 59 -0,565 55 65 60 -1,033 70 75 72,5 0,73012 60 60 60 -0,397 68 68 68 0,361 65 65 65 -0,53513 56 55 55,5 -1,154 70 65 67,5 0,273 60 70 65 -0,53514 55 55 55 -1,238 70 60 65 -0,162 75 70 72,5 0,73015 65 60 62,5 0,024 60 60 60 -1,033 65 60 62,5 -0,95616 60 70 65 0,444 70 65 67,5 0,273 60 60 60 -1,37817 50 50 50 -2,078 60 60 60 -1,033 60 75 67,5 -0,11318 60 65 62,5 0,024 55 55 55 -1,904 70 65 67,5 -0,11319 60 60 60 -0,397 70 55 62,5 -0,597 60 60 60 -1,37820 70 70 70 1,285 68 60 64 -0,336 60 75 67,5 -0,] 1321 60 60 60 -0,397 80 78 79 2,276 76 70 73 0,8]522 70 65 67,5 0,864 70 63 66,5 0,099 70 70 70 0,30923 55 55 55 -1,238 75 65 70 0,709 70 70 70 0.30924 60 60 60 -0,397 76 70 73 1,231 65 70 67,5 -0,] 1325 70 60 65 0,444 70 70 70 0,709 75 75 75 1,]5226 60 60 60 -0,397 60 65 62,5 -0,597 80 75 77,5 ],57327 55 55 55 -1,238 65 65 65 -0,162 65 70 67,5 -0,] 1328 55 60 57,5 -0,817 75 70 75,5 1,144 70 65 67,5 -0,11329 55 65 60 -0,397 75 65 70 0,709 70 70 70 0,30930 60 55 57.5 -0,817 76 70 73 1,231 65 70 67,5 -0,11331 65 65 65 0,444 65 60 62,5 -0,597 80 75 77,5 ],57332 60 60 60 -0,397 80 75 77,5 2,015 65 60 62,5 -0,95633 75 70 72,5 1,705 60 70 67,5 0,273 55 50 52,5 -2,64234 65 65 65 0,444 75 60 67,5 -0,11335 60 65 62,5 0,024 65 70 67,5 -0,11336 60 60 60 -0,39737 55 50 52,5 -1,658

.. ......... ......... .........MEA 62, 62, 62,36 ......... 67,51 64, 65,93 ......... 68, 67, b8,]7 .........SD 7,1 5,7 ......... 6,9 5,6 5,742 ......... 6,9 6,4 5,930 .........

Page 9: eprints.uny.ac.ideprints.uny.ac.id/4787/1/T_UNIT_SEBAGAI_ALAI_UKUR_KEMAMPUAN... · tunggal menjadi kalimat majemuk, atau dari kalimat tunggal menjadi kalimat majemuk kompleks. Untuk

--

72

2,232 < Rp = 2,872407 kesimpulannyaadalah rata-rata skar kelasV dan kelas VI tidak

berbeda secara nyata.

3,574 > Rp = 2,872407 kesimpulannyaadalah rata-rata skar kelasIV dan kelas V berbeda

secaranyata5,806 > Rp = 3,020599 kesimpulannya

adalah rata-rata skar kelasIV dan kelas VI berbeda

secaranyata

Dari hasil uji Duncan diperolehkesirnpulan bahwa skor rata-rata yangdicapai oleh siswa kelas IV berbedasecara nyata dengan kelas VI. Ini dapatdibenarkan karena kelas enam sudah

mengalami kemajuan kemampuan me-nulis yang berarti di dalam menuliskarangan, dilihat dari tata bahasa yangdipakai, organisasi isi, dan keutuhankarangan. Sedangkan kelas IV dankelas V belum berbeda secara signifi-kan apabila ketiga kriteria karanganyang baik itu diterapkan.

2. Pengukuran Koherensi KaranganSiswa dengan T-unit

Pengukuran kemampuan siswamengembangkan topik karangan de-ngan T-Unit ini pertama kali di-dasarkan pad a penilaian secara konven-sional. Hal ini dimaksudkan untuk

menentukan ranking nilai siswa dalamkelasnya. Dari deskripsi ranking itu di-tentukan nilai kelompok atas (KA) dankelompok bawah (KB). Pada masing-masing kelas diambil /5 buah karanganyang tergolong KA dan 5 buahkarangan yang tergolong KB. Dengandemikian untuk masing-masing kelas

diambil 10 buah karangan yang akandiaMlisis komposisi T-Unitnya.

Dari hasil analisis T-unit dapatdiperoleh gambaran kemampuan siswakelas IV, V, dan VI mengembangkantopik dalam karangan yang koheren.Tabel3 berikut menunjukkan jumlah T-unit yang dihasilkan, jenis pengem-bangan topik (5=sequential; P=Parallel;EP=Extended Parallel) dan jumlah yangmereka hasilkan dari masing-masingkelas.

Dari tabel 3 tampak bahwa serna kintinggi kelasnya, semakin sedikit kalimat(T-unit) yang dihasilkan. Namun itutidak berarti bahwa kemampuan me-nulis kelas VI lebih rendah dari kelasIV. Bahwa kemampuan kelas VI lebihtinggi daripada kelas IV dan V tampakpad a lebih banyaknya penggunaantopik yang tergolong EP dan 5. 5edang-kan pada kelas yang lebih rendahtampak lebih banyaknya penggunaanpengembangan topik yang tergolong Pdaripada yang EP dan 5. Bahkan dikelas IV tampak bahwa siswa hanyamampu menghasilkan pengembangantopik dengan kategori P, dalam jumlahyang dominan, sedikit 5, dan sarnasekali tidak dihasilkan pengembangantopik dengan kategori EP.

Kita kembali kepada pertanya-an, bagaimana kemampuan siswa kelasIV, V, VI dalam menulis karangan yangkoheren. Dari tabel di atas tampak bah-wa siswa kelas IV lebih banyak mem-buat kalimat dengan kategori pengem-bangan topik paralel. Itu berarti bahwasiswa banyak mengulang kalimat sebe-lumnya, membuat struktur yang sarna,mengganti nama dengan pronomina,dsb. Dari data tampak bahwa siswakelas IV belum berhasil mengubahkomen pad a kalimat awal menjaditopik pada kalimat berikutnya.

Litera, Volume 6, Nomor I, Januari 2007

P: 2 3

fr. 2,8493 2,9963Rp: 2,872407 3,020599

Page 10: eprints.uny.ac.ideprints.uny.ac.id/4787/1/T_UNIT_SEBAGAI_ALAI_UKUR_KEMAMPUAN... · tunggal menjadi kalimat majemuk, atau dari kalimat tunggal menjadi kalimat majemuk kompleks. Untuk

73

Tabel3: Pengembangan Topik dan T-unit kelas IV, V, dan VI

Berbeda halnya dengan kelasIV, kelas V sudah mulai menunjukkankemampuan membuat kalimat yangbervariasi. Beberapa siswa, terutamasiswa yang tergolong berkemampuantinggi (lima siswa pada deretan atas),telah menunjukkan kemampuan mem-buat paragraf yang koheren dengancara membuat variasi-variasi kalimat,dari komen menjadi topik, atau menyi-sipkan keterangan ke dalam kalimatparalel, meskipun jumlahnya belum

banyak. Contoh hasil analisis T-unitdapat dilihat pad a lampiran.

D. Simpulan dan Saran1. Simpulan

Kesimpulan yang dapat di-tarik dari uraian di muka adalah sbb.:a. Penskoran secara konvensional me-

mang dapat dipakai untuk meran-king kedudukan siswa di antarakelompoknya. Namun, cara ini ti-dak ban yak memberikan informasi

T-Unit Sebagai Alat Ukur Kemampuan Mengarang Bahasa Indonesia

.0_- ~.

Kelas KodeT - Unit

5 P EP Total

07 21 17 a 38

06 20 13 a 33

34 18 03 a 2121 32 05 a 37

01 28 04 a 32IV

18 04 01 a as38 09 02 a 11

28 09 03 a 1224 08 00 a 0815 02 06 a 08

32 16 4 10 3028 21 5 3 2924 8 4 7 1921 15 5 5 254 20 5 3 28

V 3 8 4 4 167 4 2 4 102 12 6 4 2218 4 3 3 1017 8 9 3 20

1 12 5 11 282 6 2 7 153 13 2 9 2826 9 4 9 2231 24 a 8 32

VI 6 10 1 6 1716 6 a 5 118 6 5 7 1819 12 a 7 1933 12 2 4 18

Page 11: eprints.uny.ac.ideprints.uny.ac.id/4787/1/T_UNIT_SEBAGAI_ALAI_UKUR_KEMAMPUAN... · tunggal menjadi kalimat majemuk, atau dari kalimat tunggal menjadi kalimat majemuk kompleks. Untuk

-- - -

74

bagi guru untuk keperluan per-baikan rencana pelajarannya, me-tode mengajarnya, dan melacak ke-lemahan siswa secaraindividu.

b. Analisis T-unit mampu melacak ke-lemahan siswa dalam mengembang-kan karangan yang koheren. De-ngan mengikuti secara bertahapkalimat-kalimat yang dihasilkan sis-wa, dapat diketahui kalimat manasaja yang tidak koheren.

c. Kendala yang paling besar dariteknik analisis T-unit ini ialah di-

perlukannya waktu yang amatbanyak dan ketelitian di dalam me-menggal T-unit dan mengklasifi-kasikannya menjadi pengembangantopik (P, S, atau EP).

2. Saran

Berdasar temuan penelitian ter-batas ini disampaikan saran sebagaiberikut:

a. Guru dapat berusaha untuk mengu-asai teknik evaluasi selain yangkonvensional, agar guru dapatmenemukan kelemahan yang diha-dapi oleh siswa dalam membuatkarangan yang koheren.

b. T-unit dapat dicobakan, mungkindengan pelatihan dalam bentukworkshop. Dengan analisis T-unittidak hanya kelemahan pengem-bangan karangan yang koheren sajayang dapat diperoleh, tetapi jugadapat diketahui bagaimana kecen-derungan anak mengembangkanpikirannya. Ini merupakan bekalyang bermanfaat bagi guru dalammengajar siswa menyusun karangyang baik.

c. Untuk penelitian lanjut, diperlukanpenelitian-peneli tiah:1. deskripsi kompleksitas kalimat

sesuai dengan perbedaan kelassiswa;

2. perbedaan peningkatan kom-pleksitas kalimat antar kelas; clan

3. korelasi antara penilaian kon-vensional dengan penilaianmenggunakan T-unit.

Daftar Pus taka

Akhadiah M.K., Sabarti. 1983. Evaluasidalam Pengajaran Bahasa. Ja-karta: Depdikbud. Dirjendikti.P2LPTK.

Allen, H.B.P. dan Davies, Alan. 1977.Testing and Experimental Me-thods. London: Oxford Univer-

sity Press.

Bachman, Lyle F. 1990. FundamentalConsiderations in LanguageTesting. New York: OxfordUniversity Press.

Bialystok, Ellen. A Theoritical Model ofSecond Language Learning.dalam Croft, Kenneth. 1980.Readings on English as a SecondLanguage. Cambridge,Massachusetts: WinthropPublishers, Inc.

Blok, Henk dan Kees, de Glopper.Large Scale Writing Assess-ment, dalam Verhoeven, Ludodan de Jong, John HAL. 1992.The Construct of LanguageProficiency. Amsterdam: JohnBenjamin Publishing Company.

Burns, Paul C, 1974. Diagnostic Teachingof The Language Art. Itaca, Illi-nois: F.E. Peacock Publishers.

Davies, Alan. 1970. LanguageSymposium. London:University Press.

TestingOxford

Litera, Volume 6, Nomor 1, Januari 2007

.- - - , ......-.---..-...-

Page 12: eprints.uny.ac.ideprints.uny.ac.id/4787/1/T_UNIT_SEBAGAI_ALAI_UKUR_KEMAMPUAN... · tunggal menjadi kalimat majemuk, atau dari kalimat tunggal menjadi kalimat majemuk kompleks. Untuk

Harries, David P., 1969. Testing Englishas a Second Language. NewYork: McGraw-Hill Company.

Heaton, J.B. 1977. Writing EnglishLanguage Test. London:Longman Group Limited.

Hunt, Kellog W. Teaching SyntacticMaturity, dalam Perren, G.E.dan Trim, J.L.M. 1971. Appli-

cation of Linguistics. Cambridge:Cambridge University Press.

Hunt, Kellog W. Early Blooming andLate Blooming Syntactic Struc-tures. dalam Allen, Harold B.dan Linn, Michael D. 1982.Readings in Applied Linguistics.New York: Alfred A. Knoff.

Pooley, Robert C. The Teaching ofEnglish Usage. dalam Allen,Harold B. dan Linn, Michael D.1982. Readings in AppliedLinguistics. New York: AlfredA. Knoff.

Schneider, Melanie, dan Connor,Ulla. 1990. Analyzing TopicalStructure in ESL Essays, dalamStudies in Second LanguageAcquisition. VoL 12. NewYork: Cambridge, UniversityPress, halaman 411-427.

Van Bon, Wim H.J. Dimensions inGrammatical Proficiency, da-lam Verhoeven dan de Jong.1992. The Construct of LanguageProficiency. Amsterdam: JohnBenjamins Publishing.

Verhoeven dan de Jong. 1992. TheConstruct of Language

75

Proficiency. Amsterdam: JohnBenjamins Publishing.

Weir, Cyril J. 1992. CommunicativeLanguage Testing. New York:Prentice Hall.

T-Unit Sebagai Alat Ukur Kemampuan Mengarang Bahasa Indonesia

... n. _ __'~'.. ~-- .. ..--_..

Page 13: eprints.uny.ac.ideprints.uny.ac.id/4787/1/T_UNIT_SEBAGAI_ALAI_UKUR_KEMAMPUAN... · tunggal menjadi kalimat majemuk, atau dari kalimat tunggal menjadi kalimat majemuk kompleks. Untuk

--

76

Lampiran 1 Contoh Analisis T-unit

Karangan Sis~a

Sebagai contoh, berikut iniakan ditunjukkan hasil analisis T-unitdari karangan siswa SON kelas IV, V,VI yang menunjukkan perbedaan ku-alitas koherensi, seperti tampak padapola pengembangan topik dan komen-nya.

I ,

Contoh 1 : hasil analisis T-unit

karangan siswa kelas IVNo. Kodesis~~,7

Kelompok : Kelompok AtasNilai rata-rata : 7,5Jumlah T-unit : 39

Hasil Analisis T-Unit Berdasarkan

Perkembangan TopikParagraf [: 1. Halaman sekolah, kelas

dari sekitamyaAnak-anakAnak-anakAnak-anakAnak-anakAnak-anakMerekaMerekaAnak-anak

2.3.

Paragraf II : 4.5.6.7.8.9.

Contoh 2: hasil analisis T-unitkarangan siswa kelas V

No. Kode siswa : 32

Kelompok : Kelompok AtasNilai rata-rata : 77,SJumlah T-unit : 30

Hasil AnalisiS""'T-Unit Berdasarkan

Perkembangan TopikParagraf 1: 1. Sekolah itu

2. Banyak murid-murid3. Anak-anak4. Mereka

Paragraf 2: 5. Bapak Kepala Sekolah6 Bapak Kepala Sekolah7. Ember dan kain

8. Bapak Kepala Sekolah9. Para siswa10. Guru kelas

Contoh 3: hasil analisis T-unit

karangan siswa kelas VINo. Kode siswa : 1

Kelompok : Kelompok AtasNilai rata-rata : 80Jumlah T-unit : 28

Hasil Analisis T-Unit Berdasarkan

Perkembangan TopikParagraf 1: 1. Pak Guru dan Bu Guru

2. Keadaan sekolah SO

Negeri Sumber Sari IV3. Oebu kapur4. Bangku-bangku5. Semua yang ada di

sekolah SO ituSemua murid

Pak Kepala sekolahBapak Kepala Sekolahitu

9. Bapak Kepala Sekolahitu

10. Mereka11. Pak Guru dan Bu Guru

Paragraf 2: 6.7.8.

Koherensi paragraf tampakjelas sudah mulai dicapai di kelas VI.Pad a contoh di atas terlihat bahwa

siswa kelas VI sudah mampu me-ngembangkan komen pada kalimatawal untuk menjadi topik pada kalimatberikutnya. Perubahan ini, di sam pingmenunjuknya kemampuan tata bahasadan berbahasa yang lebih tinggi, seka-ligus juga memperlihatkan kemampuanmengembangkan kalimat dalam sebuahparagraf yang koheren. Meskipunjumlah T-unitnya semakin kecil, namun

Litera, Volume 6, Nomor I, Januari 2007

_. - , ~ ~-~ ' '---. ,.-- ---------.-.-.-

Page 14: eprints.uny.ac.ideprints.uny.ac.id/4787/1/T_UNIT_SEBAGAI_ALAI_UKUR_KEMAMPUAN... · tunggal menjadi kalimat majemuk, atau dari kalimat tunggal menjadi kalimat majemuk kompleks. Untuk

kompleksitas pengembangan idenyajauh lebih tinggi dibandingkan dengandua kelas di bawahnya. Meskipun me-.reka dibatasi untuk menu lis 1 lembar

karangan saja, tetapi mereka dapatmenghasilkan karangan yang menun-jukkan pengembangan topik kalimatyang bervariasi, antara pengembangantopik yang paralel, sequensial, danparalel yang ditingkatkan, dengankonsekuensi kalimat akan menjadi lebih

77

panjang dan kompleks, tetapi jumlah T-unit-nya semakin sedikit. Gejala initampaknya konsisten, sehingga di-perlukan analisis tersendiri terhadapperkembangan kompleksitas kalimat,sesuai dengan perbedaan kelasnya. De-ngan demikian dapat disimpulkan bah-wa analisis T- unit dapat dipakai untukmengetahui kemampuan siswa di da-lam membuat karangan yang koheren.

T-Unit Sebagai Alat Ukur Kemampuan Mengarang Bahasa Indonesia