abstrak hanafi ariga.repository.utu.ac.id/423/1/bab i_v.pdf · pranatal, dan setelah lahir dengan...

30
iv ABSTRAK Hanafi Ariga.perbedaan pola asah asih dan asuh pada ibu yang mempunyai balita status gizi baik dan status gizi buruk di puskesmas ujong patihah Kecamatan Kuala Kabupaten Nagan Raya.Dibawah bimbingan Arham, SKM dan Elli Muliany, SKM Status gizi adalah ekspresi dari keadaan keseimbangan dalam bentuk variabel tertentu, atau perwujudan dari nutriture dalam bentuk variabel tertentu Penilaian status gizi secara langsung dapat dibagi menjadi empat penilaian yaitu antropometri, klinis, biokimia, dan biofisik.Penelitian ini bertujuan untuk mengetahuiperbedaan pola asah asih dan asuh pada balita status gizi baik dan status gizi buruk Kecamatan Kuala Kabupaten Nagan Raya. Jenis penelitian bersifat analitik dan rancanagan penelitian cross sectional .Populasi penelitian ini adalah balita yaitu 334 orang dengan jumlah sampel 6 balita gizi baik dan 6 balita gizi buruk.Hasil penelitian diperoleh ada perbedaan pola asah pada status gizi disimpang peut Kecamatan Kuala Kabupaten Nagan Rayap = 0,020.ada perbedaan pola asih pada status gizi di simpang peutKecamatan Kuala Kabupaten Nagan Rayap = 0,018.ada perbedaan pola asuh pada status gizi di simpang peut Kecamatan Kuala Kabupaten Nagan Rayap = 0,018.Diharapkan kepada Orang tua perlu membiasakan anak untuk mengkonsumsi makanan bergizi yang sebanding dengan kebutuhan energi yang digunakan untuk aktivitas anak setiap harinya, serta mendampingi dan berkomunikasi secara aktif kepada anak. Kata Kunci :pola asah, pola asih,pola asuh,Status gizi

Upload: others

Post on 09-Nov-2020

9 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: ABSTRAK Hanafi Ariga.repository.utu.ac.id/423/1/BAB I_V.pdf · pranatal, dan setelah lahir dengan cara menetekkan bayi pada ibunya sedini mungkin (Nursalam dkk, 2005). Stimulasi mental

iv

ABSTRAK

Hanafi Ariga.perbedaan pola asah asih dan asuh pada ibu yang mempunyai balita

status gizi baik dan status gizi buruk di puskesmas ujong patihah Kecamatan

Kuala Kabupaten Nagan Raya.Dibawah bimbingan Arham, SKM dan Elli

Muliany, SKM

Status gizi adalah ekspresi dari keadaan keseimbangan dalam bentuk variabel

tertentu, atau perwujudan dari nutriture dalam bentuk variabel tertentu Penilaian

status gizi secara langsung dapat dibagi menjadi empat penilaian yaitu

antropometri, klinis, biokimia, dan biofisik.Penelitian ini bertujuan untuk

mengetahuiperbedaan pola asah asih dan asuh pada balita status gizi baik dan

status gizi buruk Kecamatan Kuala Kabupaten Nagan Raya. Jenis penelitian

bersifat analitik dan rancanagan penelitian cross sectional.Populasi penelitian ini

adalah balita yaitu 334 orang dengan jumlah sampel 6 balita gizi baik dan 6 balita

gizi buruk.Hasil penelitian diperoleh ada perbedaan pola asah pada status gizi

disimpang peut Kecamatan Kuala Kabupaten Nagan Rayap = 0,020.ada

perbedaan pola asih pada status gizi di simpang peutKecamatan Kuala Kabupaten

Nagan Rayap = 0,018.ada perbedaan pola asuh pada status gizi di simpang peut

Kecamatan Kuala Kabupaten Nagan Rayap = 0,018.Diharapkan kepada Orang tua

perlu membiasakan anak untuk mengkonsumsi makanan bergizi yang sebanding

dengan kebutuhan energi yang digunakan untuk aktivitas anak setiap harinya,

serta mendampingi dan berkomunikasi secara aktif kepada anak.

Kata Kunci :pola asah, pola asih,pola asuh,Status gizi

Page 2: ABSTRAK Hanafi Ariga.repository.utu.ac.id/423/1/BAB I_V.pdf · pranatal, dan setelah lahir dengan cara menetekkan bayi pada ibunya sedini mungkin (Nursalam dkk, 2005). Stimulasi mental

PESEMBAHAN

Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan, maka apabila kamu

selesai (dari suatu urusan), kerjakanlah sesungguh-sungguh (urusan yang

lain), dan hanya kepada Tuhanmulah hendaknya kamu berharap.(Q.S. Alam

Nasryah: 6-8)

Pelajarilah ilmu pengetahuan, sesungguhnya ilmu pengetahuan pertanda

tekun kepada Allah, menuntut ilmu adalah ibadah, mengingat-ingatnya adalah

tasbih, membahasnya adalah jihad, mengajarkannya kepada orang lain adalah

sedekah dan menyebarkannya adalah pengorbanan (HR Turmudzi dan Anas).

Ya Allah............

Di kesunyian aku memohon kepada Mu. Disaat-saat sulit kugapai cita-citaku.

Jangan pernah Engkau padamkan semangatku. Walau tertatih-tatih

langkahku, namun karena-Mu jua ku berhasil mencapai suksesku...

Syukur Alhamdulillah pada Mu ya Allah, telah Engkau berikan kepada ku satu

kebahagiaan lagi, hingga tak berhenti bibir ini untuk berucap syukur

kepadaMu. Cucuran air mataku mengiringi sembah sujudku.

Ibunda..................

Ayahanda..................

Terima kasih yang tak terhingga ku ucapkan atas do’a-do’amu pintakan ridha

untukku, kasih sayangmu asuhkan ku, petuahmu tuntunkan hidupku serta

jerih payah mu yang tak pernah mengenal letih dan lelah selama ini demi

keberhasilanku dalam meraih cita-cita yang selama ini ku impikan. Sungguh

takkan mampu aku membalasnya setiap do’a dan kasih sayang. Do’a-do’amu

selalu kudambakan untuk kesuksesanku dalam meniti hidup baik didunia

maupun diakhirat.

Dengan ridha Allah dan penuh keikhlasan hati, ku persembahkan karya tulis

ini kehadapan yang sangat mulia ibunda Armida wati dan Ayahanda

Kamaruddin (alm) tercinta yang telah susah payah dalam mendidik dan

motivasi untuk aku kuliah dan kepada kakak ku Laila, serta adik-adik ku buje, ,

dan teman-temanku iqbal, samsuar (si black) yang slalu ada disisi ku.

(Hanafi Ariga)

Page 3: ABSTRAK Hanafi Ariga.repository.utu.ac.id/423/1/BAB I_V.pdf · pranatal, dan setelah lahir dengan cara menetekkan bayi pada ibunya sedini mungkin (Nursalam dkk, 2005). Stimulasi mental

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kebutuhan Dasar Balita

Menurut Tanuwidjaya (2002), kebutuhan dasar anak untuk tumbuh kembang

secara garis besar dikelompokkan ke dalam 3 kelompok, yaitu:

1. Kebutuhan latihan/rangsangan/bermain (asah)

2. Kebutuhan akan kasih sayang/emosi (asih)

3. Kebutuhan fisis-biomedis (asuh)

2.1.1 Pola Asah

Pola asah anak adalah upaya kegiatan untuk merawat anak yang bertujuan

untuk mengasah dan merangsang segala kemampuan yang dimiliki anak dan

memunculkan bakatnya yang masih tersimpan yang dilakukan secara konsisten dan

berkisanambungan. Hal yang bisa dilakukan dalam mengasah kemampuan anak

adalah dengan memberikan pola pendidikan dan pembelajaran.

Proses pendidikan dan pembelajaran kepada anak hendaknya dioptimalkan

ketika anak memasuki usia emas. Rentang usia yang perlu dimaksimalkan adalah

usia dari 0 hingga 6 tahun. Pada usia tersebut anak akan mengalami peningkatan

perkembangan yang pesat terutama perkembangan otaknya. Hampir 80 persen

perkembangan otak anak berkembang pada usia emas tersebut.

Kebutuhan stimulasi merupakan kebutuhan yang sangat penting untuk

pertumbuhan dan perkembangan anak. Anak yang banyak mendapatkan stimulasi

yang terarah akan cepat berkembang dibandingkan dengan anak yang kurang

5

Page 4: ABSTRAK Hanafi Ariga.repository.utu.ac.id/423/1/BAB I_V.pdf · pranatal, dan setelah lahir dengan cara menetekkan bayi pada ibunya sedini mungkin (Nursalam dkk, 2005). Stimulasi mental

6

mendapatkan stimulasi. Pemberian stimulasi ini sudah dapat diberikan sejak masa

pranatal, dan setelah lahir dengan cara menetekkan bayi pada ibunya sedini mungkin

(Nursalam dkk, 2005). Stimulasi mental merupakan cikal bakal dalam proses belajar

(pendidikan dan pelatihan) pada anak. Stimulasi mental (asah) ini mengembangkan

perkembangan mental psikososial, kecerdasan, ketrampilan, kemandirian, kreativitas,

agama, kepribadian, moral-etika, produktivitas, dan sebagainya (Soetjiningsih, 2005).

2.1.2 Pola Asih

Hubungan yang erat, mesra, dan selaras antara ibu/pengganti ibu dengan anak

merupakan syarat mutlak untuk menjamin tumbuh kembang yang selaras baik fisik,

mental, maupun psikososial. Berperannya dan kehadiran ibu/penggantinya sedini dan

selanggeng mungkin, akan menjamin rasa aman bagi bayinya (Soetjiningsih, 2005).

Keadaan ini akan menimbulkan kontak fisis (kontak kulit) dan psikis (kontak

mata) sedini mungkin (Tanuwidjaya, 2002). Ikatan emosi dan kasih sayang yang erat

antara ibu/orang tua dengan anak sangat penting, karena berguna untuk menentukan

perilaku anak di kemudian hari, merangsang perkembangan otak anak, serta

merangsang perhatian anak terhadap dunia luar (Nursalam dkk, 2005).

Penerapan pola asih yang baik kepada anak akan memperkuat hubungan batin

antara orang tua dan anak. Hubungan batin yang kuat akan memupuk rasa kasih

sayang antara anak, orangtua dan antar sesama.

Berikan pujian, penghargaan, kasih sayang pengalaman baru, rasa tanggung

jawab dan kemandirian kepada anak. Pola asih yang benar kepada anak akan mampu

untuk memaksimalkan perkembangan kecerdasan emosi anak. Karena kecerdasan

emosi memegang peranan penting dalam menyukseskan anak. Berikanlah teladan

Page 5: ABSTRAK Hanafi Ariga.repository.utu.ac.id/423/1/BAB I_V.pdf · pranatal, dan setelah lahir dengan cara menetekkan bayi pada ibunya sedini mungkin (Nursalam dkk, 2005). Stimulasi mental

7

yang baik di dalam lingkungan keluarga agar anak bisa meniru kebiasaan baik

tersebut dan tentunya anak akan merasakan kasih sayang dari orang tuanya.

Sebaiknya para orang tua menghindari pola pendidikan yang keras, kasar dan

menyeramkan. Jangan membangun benteng ketakutan kepada anak karena bisa

mempengaruhi kecerdasan emosinya.

2.1.3 Pola Asuh

Pola asuh kepada anak adalah kegiatan membesarkan anak yang berkaitan

dengan cara merawat anak dalam kehidupan sehari-hari. Baik itu yang berhubungan

dengan asupan gizi, kebutuhan tempat tinggal hidup yang layak, pakaian yang bersih

dan nyaman serta kebutuhan akan kesehatan anak. Kebutuhan tersebut juga memiliki

peranan penting untuk pertumbuhan anak. Terutama kebutuhan akan gizi untuk

membantu tingkat kecerdasan anak. Anak yang cerdas memerlukan energi yang

cukup sehingga pemenuhan akan kualitas gizi anak juga perlu diperhatikan dengan

baik. Sedangkan untuk membantu menjaga kesehatan anak diperlukan tempat tinggal

dan pakaian yang bersih dan nyaman.

Pola asah, asih dan asuh harus dikombinasikan secara baik agar segala

kebutuhan yang diperlukan untuk perkembangan anak dapat terpenuhi secara

sempurna. Kerja sama yang baik antar orang tua akan membuat kegiatan

membesarkan anak dan penerapan pola asah asuh dan asih dapat berjalan dengan baik

tanpa ada ketimpangan beban di masing-masing orang tua. Menikmati proses dalam

merawat dan mendidik anak akan membuat perjalanan hidup terasa luas dan

membahagiakan.

Page 6: ABSTRAK Hanafi Ariga.repository.utu.ac.id/423/1/BAB I_V.pdf · pranatal, dan setelah lahir dengan cara menetekkan bayi pada ibunya sedini mungkin (Nursalam dkk, 2005). Stimulasi mental

8

Anak terus berkembang baik secara fisik maupun secara psikis untuk

memenuhi kebutuhannya. Kebutuhan anak dapat terpenuhi bila orang tua dalam

memberi pengasuhan dapat mengerti, memahami, menerima dan memperlakukan

anak sesuai dengan tingkat perkembangan psikis anak, disamping menyediakan

fasilitas bagi pertumbuhan fisiknya. Hubungan orang tua dengan anak ditentukan

oleh sikap, perasaan dan keinginan terhadap anaknya. Sikap tersebut diwujudkan

dalam pola asuh orang tua di dalam keluarga (Direktorat PADU, 2002).

2.1.3.1 Pangan dan Gizi

Pangan adalah termasuk pembangun tubuh yang mempunyai pengaruh

terhadap pertumbuhan dan perkembangan, terutama pada tahun-tahun pertama

kehidupan pada saat anak sedang mengalami pertumbuhan yang sangat pesat

terutama pertumbuhan otak. Keberhasilan perkembangan anak ditentukan oleh

keberhasilan pertumbuhan dan perkembangan otak (Tanuwidjaya, 2002).

Pangan adalah bahan-bahan yang dimakan sehari-hari untuk memenuhi

kebutuhan energi bagi pemeliharaan, pertumbuhan kerja, dan penggantian jaringan

tubuh yang rusak. Pangan juga dapat diartikan sebagai bahan sumber gizi. Kehidupan

manusia tidak mungkin tanpa adanya ketersediaan bahan makanan. Manusia harus

makan secukupnya dan memenuhi gizi untuk mempertahankan kehidupannya.

Pangan merupakan kebutuhan manusia yang paling asasi atau kebutuhan pokok

(basic need) (Budiyanto, 2002).

Susunan pangan dalam makanan yang seimbang adalah susunan bahan

pangan yang dapat menyediakan zat gizi penting dalam jumlah cukup yang

diperlukan tubuh untuk tenaga, pemeliharaan, pertumbuhan, dan perbaikan jaringan.

Page 7: ABSTRAK Hanafi Ariga.repository.utu.ac.id/423/1/BAB I_V.pdf · pranatal, dan setelah lahir dengan cara menetekkan bayi pada ibunya sedini mungkin (Nursalam dkk, 2005). Stimulasi mental

9

Banyaknya gizi yang diperlukan berbeda antara satu orang dengan orang lain

disebabkan berbagai faktor, tapi fungsi gizi pada pokoknya sama untuk semua orang

(Budiyanto, 2002).

2.1.3.2 Perawatan Kesehatan Dasar

Menurut Soetjiningsih (2005) perawatan kesehatan yang teratur, tidak saja

kalau anak sakit, tetapi pemeriksaan kesehatan dan menimbang anak secara rutin

setiap bulan akan menunjang pada tumbuh kembang anak. Oleh karena itu

pemanfaatan fasilitas pelayanan kesehatan dianjurkan untuk dilakukan secara

komprehensif, yang mencakup aspek-aspek promotif, preventif, kuratif, dan

rehabilitatif.

Perawatan kesehatan dasar dapat dilakukan dengan pemberian imunisasi,

Pemberian imunisasi pada anak adalah penting untuk mengurangi morbiditas dan

mortalitas terhadap penyakit-penyakit yang bisa dicegah dengan imunisasi.

Pelaksanaan imunisasi lengkap diharapkan mampu mencegah timbulnya penyakit-

penyakit yang menimbulkan kesakitan dan kematian (Tanuwidjaya, 2002).

2.1.3.3 Keadaan Tempat Tinggal

Tempat tinggal yang layak akan membantu anak untuk betumbuh dan

berkembang secara optimal. Tempat tinggal yang layak tidak berarti rumah yang

berukuran besar, tetapi bagaimana upaya kita untuk mengatur rumah menjadi sehat,

cukup ventilasi, serta terjaga kebersihan dan kerapiannya, tanpa memperdulikan

berapapun ukurannya (Nursalam dkk, 2005).

Kebersihan lingkungan erat hubungannya dengan penyakit saluran

pernafasan, saluran pencernaan, serta penyakit akibat nyamuk. Pendidikan kesehatan

Page 8: ABSTRAK Hanafi Ariga.repository.utu.ac.id/423/1/BAB I_V.pdf · pranatal, dan setelah lahir dengan cara menetekkan bayi pada ibunya sedini mungkin (Nursalam dkk, 2005). Stimulasi mental

10

kepada masyarakat ditujukan untuk membuat lingkungan menjadi layak untuk

tumbuh kembang, sehingga meningkatkan rasa aman bagi ibu/pengasuh anak dalam

menyediakan kesempatan bagi anaknya untuk mengeksplorasi lingkungan

(Tanuwidjaya, 2002).

2.2 Status Gizi Balita

2.2.1 Definisi Status Gizi

Status gizi adalah ekspresi dari keadaan keseimbangan dalam bentuk variabel

tertentu, atau perwujudan dari nutriture dalam bentuk variabel tertentu (Supariasa

dkk, 2002). Konsumsi berpengaruh terhadap status gizi seseorang (Almatsier, 2002).

2.2.2 Klasifikasi Status Gizi

Status gizi adalah keadaan tubuh sebagai akibat konsumsi makanan dan

penggunaan zat-zat gizi (Almatsier, 2002). Status gizi secara umum dapat

diklasifikasikan menjadi empat kelompok utama, yaitu:

1. Status Gizi Lebih

Status gizi lebih terjadi bila tubuh memperoleh zat-zat gizi dalam jumlah

berlebihan, sehingga menimbulkan efek toksis atau membahayakan. Gizi lebih

menyebabkan kegemukan atau obesitas. Kelebihan energi yang dikonsumsi disimpan

di dalam jaringan dalam bentuk lemak. Kegemukan merupakan salah satu faktor

risiko dalam terjadinya berbagai penyakit degeneratif seperti hipertensi atau tekanan

darah tinggi, penyakit-penyakit diabetes, jantung koroner, hati, dan kantung empedu

(Almatsier, 2002).

Page 9: ABSTRAK Hanafi Ariga.repository.utu.ac.id/423/1/BAB I_V.pdf · pranatal, dan setelah lahir dengan cara menetekkan bayi pada ibunya sedini mungkin (Nursalam dkk, 2005). Stimulasi mental

11

Budiyanto (2002) mendefinisikan status gizi lebih adalah keadaan patologis

(tidak sehat) yang disebabkan kebanyakan makan, mengkonsumsi energi lebih

banyak daripada yang diperlukan tubuh untuk jangka waktu yang panjang.

2. Status Gizi Baik

Status gizi baik atau status gizi optimal terjadi bila tubuh memperoleh cukup

zat-zat gizi yang digunakan secara efisien, sehingga memungkinkan pertumbuhan

fisik, perkembangan otak, kemampuan kerja, dan kesehatan secara umum pada

tingkat setinggi mungkin (Almatsier, 2002).

Menurut Budiyanto (2002) status gizi baik adalah kondisi pada saat asupan

gizi seimbang dengan kebutuhan gizi seseorang yang bersangkutan. Kebutuhan gizi

seseorang ditentukan oleh kebutuhan gizi basal, kegiatan, dan pada keadaan fisiologis

tertentu serta dalam keadaan sehat.

3. Status Gizi Kurang

Status gizi kurang terjadi bila tubuh kekurangan satu atau lebih zat-zat gizi

esensial. Akibat kurang gizi terhadap proses tumbuh bergantung pada zat gizi apa

yang kurang. Kekurangan gizi secara umum (makanan kurang dalam kuantitas dan

kualitas) menyebabkan gangguan pada proses-proses pertumbuhan, produksi tenaga,

pertahanan tubuh, struktur dan fungsi otak, perilaku (Almatsier, 2002).

Adapun Budiyanto (2002) mengartikan gizi kurang merupakan keadaan tidak

sehat (patologis) yang timbul karena tidak cukup makan dengan demikian konsumsi

energi dan protein kurang selama jangka waktu tertentu. Berat badan yang menurun

adalah tanda utama dari gizi kurang (Budiyanto, 2002).

Page 10: ABSTRAK Hanafi Ariga.repository.utu.ac.id/423/1/BAB I_V.pdf · pranatal, dan setelah lahir dengan cara menetekkan bayi pada ibunya sedini mungkin (Nursalam dkk, 2005). Stimulasi mental

12

4. Status Gizi Buruk

Status gizi buruk terjadi apabila hampir semua penyakit gizi kurang diderita

seseorang (Apriadji, 2006).

2.2.3 Penilaian dan Pengukuran Gizi

Penilaian status gizi bisa dilakukan secara langsung dan tidak langsung.

Penilaian status gizi secara langsung dapat dibagi menjadi empat penilaian

yaitu antropometri, klinis, biokimia, dan biofisik.

Adapun penilaian status gizi secara tidak langsung dapat dibagi menjadi 3 yaitu

survey konsumsi makan, statistik vital, faktor ekologi (Supariasa dkk, 2002).

2.2.3.1 Penilaian status gizi secara langsung:

1. Pengukuran Antropometri

Secara umum artinya ukuran tubuh manusia. Ditinjau dari sudut pandang gizi

maka antropometri gizi berhubungan dengan berbagai tingkat umur dan tingkat gizi.

Antropometri secara umum digunakan untuk melihat ketidakseimbangan asupan

protein dan energi. Keridakseimbangan ini terlihat pada pola pertumbuhan fisik dan

proporsi jaringan tubuh seperti lemak, otot, dan jumlah air dalam tubuh (Supariasa

dkk, 2002).

Tabel 2.1

Kategori dan ambang batas status gizi anak

Indeks Katagori Status Gizi

Ambang Batas Z-Score

Berat Badan Menurut Umur

(BB/U) Anak Umur 0 -59 bln

Gizi Buruk < -3 SD

Gizi Kurang -3 SD sampai dengan < -2 SD

Gizi Baik -2 SD Sampai dengan < 2 SD

Gizi Lebih > 2 SD

Page 11: ABSTRAK Hanafi Ariga.repository.utu.ac.id/423/1/BAB I_V.pdf · pranatal, dan setelah lahir dengan cara menetekkan bayi pada ibunya sedini mungkin (Nursalam dkk, 2005). Stimulasi mental

13

2. Pengukuran Klinis

Pemeriksaan klinis adalah metode yang sangat penting untuk menilai status

gizi masyarakat. Metode ini didasarkan atas perubahan-perunbahan yang terjadi yang

dihubungkan dengan ketidakcukupan zat gizi. Hal ini dapat dilihat pada jaringan

epitel (supervicial epithelial tissue) seperti kulit, mata, rambut, dan mukosa oral atau

pada organ-organ yang dekat dengan permukaan tubuh seperti kelenjar tiroid.

Penggunaan metode ini umumnya untuk survei klinis secara cepat (rapid clinical

surveys). Survei ini dirancang untuk mendeteksi secara cepat tanda-tanda klinis

umum dari kekurangan salah satu atau lebih zat gizi. Disamping itu digunakan untuk

mengetahui tingkat status gizi seseorang dengan melakukan pemeriksaan fisik yaitu

tanda (sign) dan gejala (symptom) atau riwayat penyakit (Supariasa dkk, 2002).

3. Pengukuran Biokimia

Penilaian status gizi dengan biokimia adalah pemeriksaan spesimen yang diuji

secara laboratorium yang dilakukan pada berbagai macam jaringan tubuh. Jaringan

tubuh yang digunakan antara lain: darah, urine, tinja, dan juga beberapa jaringan

tubuh seperti hati dan otot. Metode ini digunakan untuk peringatan bahwa

kemungkinan akan terjadinya keadaan malnutrisi yang leb ih parah lagi. Banyak

gejala klinis yang kurang spesifik, maka penentuan kimia faali dapat lebih banyak

menolong untuk menentukan kekurangan gizi yang spesifik (Supariasa dkk, 2002).

4. Biofisik

Penentuan status gizi secara biofisik adalah metode psg dengan melihat

kemampuan fungsi (khususnya jaringan) dan melihat perubahan struktur jaringan.

Page 12: ABSTRAK Hanafi Ariga.repository.utu.ac.id/423/1/BAB I_V.pdf · pranatal, dan setelah lahir dengan cara menetekkan bayi pada ibunya sedini mungkin (Nursalam dkk, 2005). Stimulasi mental

14

Umumnya dapat digunakan dalam situasi tertentu seperti kejadian buta senja

epidemic (epidemic of night blindnes). Cara yang digunakan adalah tes adaptasi gelap

(Supariasa dkk, 2002).

2.2.3.2 Penilaian Status Gizi Secara Tidak Langsung

1. Survei Konsumsi Makan

Survei konsumsi makanan merupakan pengukuran status gizi dengan melihat

jumlah dan jenis zat gizi yang dikonsumsi dalan satu satuan tertentu. Survei konsumsi

makanan dimaksudkan untuk mengetahui kebiasaan makan dan gambaran tingkat

kecukupan bahan makanan dan zat gizi pada tingkat kelompok, rumah tangga, dan

perorangan serta faktor yang berpengaruh terhadap konsumsi makanan tersebut

(Supariasa dkk, 2002).

2. Statistik Vital

Penilaian status gizi dengan statistik vital adalah dengan menganalisis data

statistik kesehatan seperti angka kematian berdasarkan umur, angka kesakitan dan

kematian akibat penyebab tertentu dan data lainnnya yang berhubungan dengan gizi.

Penggunaannya dipertimbangkan sebagai bagian dari indikator tidak langsung

pengukuran status gizi masyarakat (Supariasa dkk, 2002).

3. Faktor Ekologi

Malnutrisi merupakan masalah ekologi sebagai hasil interaksi beberapa faktor

fisik, biologis dan lingkungan budaya. Pengukuran faktor ekologi dipandang sangat

penting untuk mengetahui penyebab malnutrisi di suatu masyarakat sebagai dasar

untuk melakukan program intervensi gizi (Supariasa dkk, 2002).

Page 13: ABSTRAK Hanafi Ariga.repository.utu.ac.id/423/1/BAB I_V.pdf · pranatal, dan setelah lahir dengan cara menetekkan bayi pada ibunya sedini mungkin (Nursalam dkk, 2005). Stimulasi mental

15

2.2.4 Faktor yang Mempengaruhi Status Gizi

Menurut Budiyanto (2002) faktor-faktor yang mempengaruhi status gizi

seseorang adalah produk pangan (jumlah dan jenis makanan), pembagian makanan

atau pangan, akseptabilitas, prasangka buruk pada bahan makanan tertentu, pantangan

pada makanan tertentu, kesukaan pada jenis makanan tertentu, keterbatasan ekonomi,

kebiasaan makan, selera makan, dan pengetahuan gizi. Ditinjau dari kecukupan dan

ketidakcukupan zat gizi yang masuk ke dalam tubuh yang lebih lanjut akan

menentukan status gizi atau tingkat kesehatan seseorang dipengaruhi banyak faktor

(Apriadji, 2006).

1. Pekerjaan dan pendapatan orang tua

Pendapatan keluarga mempengaruhi daya beli keluarga akan bahan makanan

yang bergizi karena penghasilan / pendapatan menentukan jenis pangan yang akan

dibeli (Berg dalam Kholifah, 2002).

Keluarga dengan pendapatan terbatas besar kemungkinan kurang dapat

memenuhi kebutuhan makanannya sejumlah yang diperlukan tubuh. Setidaknya

keanekaragaman bahan makanan kurang bisa dijamin. Banyak sebab yang turut

berperanan dalam menentukan besar-kecilnya pendapatan keluarga. Keterbatasan

kesempatan kerja yang bisa segera menghasilkan uang, biasanya pekerjaan di luar

usaha tani, juga sangat mempengaruhi besar-kecilnya pendapatan keluarga (Apriadji,

2006).

2. Tingkat pendidikan dan pengetahuan gizi

Page 14: ABSTRAK Hanafi Ariga.repository.utu.ac.id/423/1/BAB I_V.pdf · pranatal, dan setelah lahir dengan cara menetekkan bayi pada ibunya sedini mungkin (Nursalam dkk, 2005). Stimulasi mental

16

Masalah penting yang menyebabkan adanya kekurangan gizi adalah ketiadaan

informasi yang memadai. Sekalipun kurangnya daya beli merupakan halangan utama,

tetapi sebagian kekurangan gizi akan bisa diatasi kalau orang mengetahui bagaimana

seharusnya memanfaatkan sumber yang dimiliki (Berg dalam Kholifah, 2002).

Faktor tingkat pendidikan turut pula menentukan mudah tidaknya seseorang

menyerap dan memahami pengetahuan gizi yang mereka peroleh (Apriadji, 2006).

Sebagian kejadian gizi buruk dapat dihindari apabila ibu mempunyai cukup

pengetahuan tentang cara memelihara gizi dan mengatur makan anak. Ketidaktahuan

baik yang berdiri sendiri maupun yang berkaitan dengan kemiskinan, menimbulkan

salah paham tentang cara perawatan bayi dan anak yang benar, juga salah mengerti

tentang penggunaan bahan pangan tertentu dan cara mengatur makan anggota

keluarga yang sedang sakit (Arisman, 2004).

3. Jumlah anggota keluarga

Keluarga dengan banyak anak dan jarak kelahiran antar anak yang amat dekat

akan menimbulkan lebih banyak masalah. Anak-anak yang lebih kecil seringkali

mendapatkan jatah makan yang kurang mencukupi karena kalah dengan kakaknya

yang makannya lebih cepat dan dengan porsi suap yang lebih besar pula. Anak yang

terlalu banyak selain menyulitkan dalam mengurusnya juga kurang bisa menciptakan

suasana tenang di dalam rumah. Lingkungan keluarga yang selalu ribut akan

mempengaruhi ketenangan jiwa, dan ini secara tidak langsung akan menurunkan

nafsu makan anggota keluarga lain yang terlalu peka terhadap suasana yang kurang

menyenangkan (Apriadji, 2006).

Page 15: ABSTRAK Hanafi Ariga.repository.utu.ac.id/423/1/BAB I_V.pdf · pranatal, dan setelah lahir dengan cara menetekkan bayi pada ibunya sedini mungkin (Nursalam dkk, 2005). Stimulasi mental

17

4. Faktor lingkungan

Salah satu faktor yang tidak kalah pentingnya dibandingkan faktor yang lain

adalah kebersihan lingkungan. Kebersihan lingkungan memang bukanlah faktor yang

langsung berpengaruh terhadap status gizi seseorang, tetapi faktor ini justru cukup

besar peranannya. Menjaga kebersihan lingkungan yang merupakan tempat hidup

cacing dan jasad-jasad renik sangat penting. Jumlah makanan yang mencukupi

kandungan zat gizi yang baik sekalipun tidak akan memperbaiki status gizi seseorang

jika orang tersebut cacingan (Apriadji, 2006).

2.3 Kerangka Teori

Kerangka teori dalam penelitian ini adalah

Pola Asah

Pola asih Pola asuh:

1. Pangan dan gizi

2. Perawatan

kesehatan dasar

3. Keadaan tempat

Tinggal

1. Pendapatan

orang tua

2. Tingkat

pendidikan dan

pengetahuan

gizi

3. Jumlah anggota

keluarga

4. Faktor

lingkungan

Status Gizi

Gambar 2.1: Kerangka Teori

Apriadji, 2006

Page 16: ABSTRAK Hanafi Ariga.repository.utu.ac.id/423/1/BAB I_V.pdf · pranatal, dan setelah lahir dengan cara menetekkan bayi pada ibunya sedini mungkin (Nursalam dkk, 2005). Stimulasi mental

18

2.4 Kerangka Konsep

2.5. Hipotesis

1. Ada perbedaan pola asah pada balita gizi baik dan balita gizi buruk

2. Ada perbedaan pola asih pada balita gizi baik dan balita gizi buruk

3. Ada perbedaan pola asuh pada balita gizi baik dan balita gizi buruk

Independen Dependen

Pola Asih

Pola Asuh

Status Gizi

- Baik

- Buruk

Gambar 2.2 : Kerangka Konsep

Pola Asah

Page 17: ABSTRAK Hanafi Ariga.repository.utu.ac.id/423/1/BAB I_V.pdf · pranatal, dan setelah lahir dengan cara menetekkan bayi pada ibunya sedini mungkin (Nursalam dkk, 2005). Stimulasi mental

19

Page 18: ABSTRAK Hanafi Ariga.repository.utu.ac.id/423/1/BAB I_V.pdf · pranatal, dan setelah lahir dengan cara menetekkan bayi pada ibunya sedini mungkin (Nursalam dkk, 2005). Stimulasi mental

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang dilakukan yaitu Analitik dengan desain Crossectional

yaitu suatu metode penelitian yang dilakukan untuk melihat perbedaan antara variabel

independen dengan dependen (Notoatmodjo, 2002).

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

3.2.1 Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian dilakukan di Desa Simpang Peut Kecamatan Kuala

Kabupaten Nagan Raya.

3.2.2 Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Desa Simpang Peut Kecamatan Kuala Kabupaten

Nagan Raya yang telah dilakukan pada tanggal 27 sampai 30 September 2013.

3.3 Populasi dan Sampel

3.3.1 Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah ibu balita di Desa Simpang Peut

Kecamatan Kuala dengan jumlah 334 orang.

3.3.2 Sampel

Sampel dalam penelitian ini adalah 6 orang balita dengan status gizi baik dan

6 orang balita dengan status gizi buruk.

20

Page 19: ABSTRAK Hanafi Ariga.repository.utu.ac.id/423/1/BAB I_V.pdf · pranatal, dan setelah lahir dengan cara menetekkan bayi pada ibunya sedini mungkin (Nursalam dkk, 2005). Stimulasi mental

21

3.4 Metode Pengumpulan Data

3.4.1. Data Primer

Metode pengumpulan data dalam penelitian ini adalah menggunakan

daftar kuesioner, untuk mencari informasi secara riil dari responden.

3.4.2. Data sekunder

Data sekunder yaitu data pendukung yang dibutuhkan peneliti yang

berupa data Gambaran Umum, Lokasi penelitian, dan laporan tahunan jumlah

balita yang berobat.

3.5 Definisi Operasional

No Variabel Keterangan

Variabel Independen

1 Pola Asah Definisi

Cara ukur

Alat Ukur Hasil Ukur

Skala ukur

Stimulasi yang di berikan orang tua

terhadap balitanya. Wawancara

Kuesioner 1. Baik 2. Buruk

Ordinal

2 Pola Asih Definisi

Cara ukur Alat Ukur Hasil Ukur

Skala ukur

Hubungan kasih sayang antara ibu dengan balita

Wawancara Kuesioner 1. Baik

2. Buruk Ordinal

3 Pola Asuh Definisi

Cara ukur

Alat Ukur Hasil Ukur

Skala ukur

Perlakuan terhadap balita sesuai dengan

tingkat perkembangannya Wawancara

Kuesioner 1. Baik 2. Buruk

Ordinal

Page 20: ABSTRAK Hanafi Ariga.repository.utu.ac.id/423/1/BAB I_V.pdf · pranatal, dan setelah lahir dengan cara menetekkan bayi pada ibunya sedini mungkin (Nursalam dkk, 2005). Stimulasi mental

22

Variabel Dependen

1. Status Gizi Definisi Cara ukur

Alat Ukur Hasil Ukur

Skala ukur

Keadaan tubuh sebagai akibat konsumsi makanan dan penggunaan zat-zat gizi Observasi

- -

Ordinal

3.6. Aspek Pengukuran

Pada penelitian ini digunakan kuesioner yang meliputi pertanyaan tertulis yang

digunakan untuk memperoleh informasi dari responden dalam laporan tentang

pribadinya atau hal-hal yang diketahui. Alat yang digunakan adalah lembar

kuesioner.

Adapun penjelasan dari hasil ukur pada definisi operasional adalah sebagai berikut:

1. Pola Asah

1. Baik : Apabila nilai jawaban di kuesioner ≥ 9

2. Buruk : Apabila nilai jawaban di kuesioner < 9

2. Pola Asih :

1. Baik : Apabila nilai jawaban di kuesioner ≥ 9

2. Buruk : Apabila nilai jawaban di kuesioner < 9

3. Pola Asuh

1. Baik : Apabila nilai jawaban di kuesioner ≥ 15

2. Buruk : Apabila nilai jawaban di kuesioner < 15

Page 21: ABSTRAK Hanafi Ariga.repository.utu.ac.id/423/1/BAB I_V.pdf · pranatal, dan setelah lahir dengan cara menetekkan bayi pada ibunya sedini mungkin (Nursalam dkk, 2005). Stimulasi mental

23

3.7 Pengolahan Data

Data yang telah dikumpul diolah secara komputerisasi, dengan langkah sebagai

berikut :

1. Editing adalah pemeriksaan atau pengecekan kelengkapan data melalui

kuesioner yang telah dikumpulkan.

2. Coding adalah proses untuk memberikan kode pada jawaban-jawaban

responden dan atau ukuran-ukuran yang diperoleh dari unit analisis sesuai

dengan rancangan awalnya.

3. Scoring adalah pemberian skor dimana setiap jawaban yang benar diberi skor

2 dan yang salah skor 1, hasil jawaban responden yang telah diberikan

pembobotan dijumlahkan dan dibandingkan dengan jumlah skor kemudian

dipresentasikan dengan jumlah dikali 100%. Kuesioner atau angket yang

digunakan dalam penelitian ini menggunakan pertanyan tertutup dengan

alternative yang telah ditentukan.

3.8 Analisis Data

3.8.1 Analisis Univariat

Teknik analisa data yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan

perhitungan statistic sederhana yaitu persentase atau proporsi. (Eko Budiarto, 2001).

Page 22: ABSTRAK Hanafi Ariga.repository.utu.ac.id/423/1/BAB I_V.pdf · pranatal, dan setelah lahir dengan cara menetekkan bayi pada ibunya sedini mungkin (Nursalam dkk, 2005). Stimulasi mental

24

3.8.2 Analisis Bivariat

Analisis yang digunakan untuk menguji hipotesis untuk melihat perbedaan variabel

independen dengan variabel dependen melalui uji T-test Pengolahan data akan

dilakukan dengan bantuan komputerisasi.

Adapun hipotesisnya adalah:

1. HO diterima = jika p value > ά, artinya tidak ada perbedaan antara

variabel independent dengan variabel dependen.

2. HO ditolak = jika p value < ά, artinya ada perbedaan antara variabel

independen dengan variabel dependen.

3. Confidence level (CL) = 95% dengan ά = 0,05

4. Derajat kebebasan (DK) = (b-1) (k-1)

Page 23: ABSTRAK Hanafi Ariga.repository.utu.ac.id/423/1/BAB I_V.pdf · pranatal, dan setelah lahir dengan cara menetekkan bayi pada ibunya sedini mungkin (Nursalam dkk, 2005). Stimulasi mental

25

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1Analisis Univariat

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan pada tangal 27sampai 30

september2013 pada 12 responden dengan judul,Perbedaan Pola Asah Asih Dan

Asuh Pada Ibu Yang Mempunyai Balita Status Gizi Baik Dan Status Gizi

BurukDi Puskesmas Ujong PatihahKecamatan Kuala Kabupaten Nagan

Raya. Adapun hasil penelitian adalah sebagai berikut:

4.1.1. Pola Asah, Asih Dan Asuh

Tabel 4.1. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pola Asah Pada

Status Gizi Baik Dan Status Gizi Buruk

Sumber: dari data primer (diolah tahun 2013)

Berdasarkan tabel 4.1 di atas menunjukkan bahwa dari 12 responden yaitu,

status gizi baik memperoleh pola asah baik dengan jumlah 5 orang atau 83,3 %

sedangkan pola asah buruk dengan jumlah 1 orang atau 16,7 %, dan status gizi

buruk memperoleh pola asah baik dengan jumlah 4 orang atau 66,7 % sedangkan

pola asah buruk dengan jumlah 2 orang atau 33,3 %.

Asah

Status Gizi

Baik % Buruk %

Baik 5 83,3 4 66,7

Buruk 1 16,7 2 33,3

Jumlah 6 100 6 100

Page 24: ABSTRAK Hanafi Ariga.repository.utu.ac.id/423/1/BAB I_V.pdf · pranatal, dan setelah lahir dengan cara menetekkan bayi pada ibunya sedini mungkin (Nursalam dkk, 2005). Stimulasi mental

26

Tabel 4.2. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pola Asih Pada

Status Gizi Baik Dan Status Gizi Buruk

Sumber: dari data primer (diolah tahun 2013)

Berdasarkan tabel 4.2 di atas menunjukkan bahwa dari 12 responden yaitu,

status gizi baik memperoleh pola asih baik dengan jumlah 4 orang atau 66,7 %

sedangkan pola asih buruk dengan jumlah 2 orang atau 33,3 %, dan status gizi

buruk memperoleh pola asih baik dengan jumlah 4 orang atau 66,7 % sedangkan

pola asih buruk dengan jumlah 2 orang atau 33,3 %.

Tabel 4.3.Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pola Asuh Pada

Status Gizi Baik Dan Status Gizi Buruk

Sumber: dari data primer (diolah tahun 2013)

Berdasarkan tabel 4.3 di atas menunjukkan bahwa dari 12 responden yaitu,

status gizi baik memperoleh pola asuh baik dengan jumlah 4 orang atau 66,7 %

sedangkan pola asuh buruk dengan jumlah 2 orang atau 33,3 %, dan status gizi

buruk memperoleh pola asuh baik dengan jumlah 1 orang atau 16,7 % sedangkan

pola asuh buruk dengan jumlah 5 orang atau 83,3.

Asih

Status Gizi

Baik % Buruk %

Baik 4 66,7 2 33,3

Buruk 2 33,3 4 66,7

Jumlah 6 100 6 100

Asuh

Status Gizi

Baik % Buruk %

Baik 4 66,7 1 16,7

Buruk 2 33,3 5 83,3

Jumlah 6 100 6 100

Page 25: ABSTRAK Hanafi Ariga.repository.utu.ac.id/423/1/BAB I_V.pdf · pranatal, dan setelah lahir dengan cara menetekkan bayi pada ibunya sedini mungkin (Nursalam dkk, 2005). Stimulasi mental

27

4.2. Analisis bivariat

4.2.1. Perbedaan Pola Asah

Tabel 4.4.Distribusi Rata-Rata Pola Asah Menurut Status Gizi

Status gizi Mean SD SE p value

- Baik 0,6667 0,51 0,21 0,020

- Buruk 0,3333 0,51 0,21

Sumber: dari data primer (diolah tahun 2013)

Hasil analisa statistik dengan menggunakan ujiT-Test rata-rata pola asah

dengan status gizi baik adalah 0,6667dengan standar deviasi 0,51. Pada pola asah

dengan status giziburuk didapat rata-rata adalah 0,3333dengan standar deviasi

0,51. Hasil uji statistik didapatkan nilai p = 0,020 berarti pada = 0,05 adapun

rata-rata perbedaan pola asah pada balita gizi baik dan balita gizi buruk dengan

nilai 0,33333, dan rentang perbedaan pola asah pada status gizi baik dan buruk

antara -0,33097 sampai 0,99764 dengan derajat kepercayaan 95%, jadi dapat

disimpulkan ada perbedaan pola asah pada status gizi baik dan status gizi burukdi

desa simpang peut Kecamatan Kuala Kabupaten Nagan Raya.

4.2.2. Perbedaan Pola Asih

Tabel 4.5.Distribusi Rata-Rata Pola Asih Menurut Status Gizi

Status gizi Mean SD SE p value

- Baik 0,8333 0,40 0,16 0,018

- Buruk 0,1667 0,40 0,16

Sumber: dari data primer (diolah tahun 2013)

Hasil analisa statistik dengan menggunakan ujiT-Test rata-rata pola asih

dengan status gizi baik adalah 0,8333 dengan standar deviasi 0,40. Pada pola asih

dengan status gizi buruk didapat rata-rata adalah 0,1667dengan standar deviasi

0,40. Hasil uji statistik didapatkan nilai p = 0,018 berarti pada = 0,05 adapun

rata-rata perbedaan pola asih pada balita gizi baik dan balita gizi buruk dengan

Page 26: ABSTRAK Hanafi Ariga.repository.utu.ac.id/423/1/BAB I_V.pdf · pranatal, dan setelah lahir dengan cara menetekkan bayi pada ibunya sedini mungkin (Nursalam dkk, 2005). Stimulasi mental

28

nilai 0,66667, dan rentang perbedaan pola asih pada status gizi baik dan buruk

antara 0,14149 sampai 1,19184 dengan derajat kepercayaan 95%, jadi dapat

disimpulkan ada perbedaan pola asih pada status gizi di desa simpang peut

Kecamatan Kuala Kabupaten Nagan Raya.

4.2.2. Perbedaan Pola Asuh

Tabel 4.6.Distribusi Rata-Rata Pola Asuh Munurut Status Gizi

Status gizi Mean SD SE p value

- Baik 0,8333 0,40 0,16 0,018

- Buruk 0,1667 0,40 0,16

Sumber: dari data primer (diolah tahun 2013)

Hasil analisa statistik dengan menggunakan ujiT-Test rata-rata pola asih

dengan status gizi baik adalah 0,8333 dengan standar deviasi 0,40. Pada pola asuh

dengan status buruk didapat rata-rata adalah 0,1667dengan standar deviasi 0,40.

Hasil uji statistik didapatkan nilai p = 0,018 berarti pada = 0,05 adapun rata-rata

perbedaan pola asuh pada balita gizi baik dan balita gizi buruk dengan nilai

0,66667, dan rentang perbedaan pola asuh pada status gizi baik dan buruk antara -

0,14149 sampai 1,19184 dengan derajat kepercayaan 95%,, jadi dapat

disimpulkan ada perbedaan pola asuh pada status gizi di desa simpang peut

Kecamatan Kuala Kabupaten Nagan Raya.

4.3. Pembahasan

4.3.1. Perbedaaan Pola Asah

Dari hasil analisa statistik dengan menggunakan ujiT-Test rata-rata pola

asah dengan status gizi baik adalah 0,6667 dengan standar deviasi 0,51. Pada pola

asah dengan status gizi buruk didapat rata-rata adalah 0,3333dengan standar

deviasi 0,51. Hasil uji statistik didapatkan nilai p = 0,020 berarti pada = 0,05

Page 27: ABSTRAK Hanafi Ariga.repository.utu.ac.id/423/1/BAB I_V.pdf · pranatal, dan setelah lahir dengan cara menetekkan bayi pada ibunya sedini mungkin (Nursalam dkk, 2005). Stimulasi mental

29

terihat dapat disimpulkan ada perbedaan pola asah pada status gizi baik dan status

gizi burukdi desa simpang peut Kecamatan Kuala Kabupaten Nagan Raya.

Perbedaan polah asah juga dipengaruhui status gizi balita itu sendiri

dimana balita status gizi bai akan lebih mudah merangsang stimulasi yang

diberikan oleh orang tua nya, dan balita gizi baik lebih cepat mengekspresitah

bakatnya sejak dini, sedangkan balita status gizi buruk malah sebaliknya daya

tanggap nya kurang dan kurang aktif sehingga balita sulit mengekpresikan

bakatnya dan perkembangan mentalnya pun akan terhambat serta lebih lambat di

bandingkan dengan balita gizi baik. Balita gizi baik bisa bermain dan bereklorasi

dengan lingkungan nya sehingga kebutuhan stimulasinya dapat terpenuhi dengan

baik.

4.3.2. Perbedaan Pola Asih

Dari hasil analisa statistik dengan menggunakan ujiT-Test rata-rata pola

asih dengan status gizi baik adalah 0,8333 dengan standar deviasi 0,40. Pada pola

asih dengan status gizi buruk didapat rata-rata adalah 0,1667dengan standar

deviasi 0,40. Hasil uji statistik didapatkan nilai p = 0,018 berarti pada = 0,05

terihat dapat disimpulkan ada perbedaan pola asih pada status gizi di desa

simpang peut Kecamatan Kuala Kabupaten Nagan Raya.

Setiap orang tua pasti sangat sayang terhadap anaknya oleh sebab itu

agama kita juga menganjurkan orang tua untuk menyusui anaknya kerena asi

tesebut akan menjadi darah dangin sehingga ikatan emosinal antara ibu dan anak

akan menjadi lebih baik, akan tetapi ada juag yang tidak menyusui anaknya

dengan alasan takut payudarah nya kendur, dan ada juga beralasan sibuk

dikantor.Pemenuhan kebutuhan emosi dan kasih sayang dapat dimulai sedini

mungkin. Sejak anak berada dalam kandungan, perlu diupayakan kontak

Page 28: ABSTRAK Hanafi Ariga.repository.utu.ac.id/423/1/BAB I_V.pdf · pranatal, dan setelah lahir dengan cara menetekkan bayi pada ibunya sedini mungkin (Nursalam dkk, 2005). Stimulasi mental

30

psikologis antara ibu dan anak. Setelah lahir, upaya tersebut dapat dilakukan

dengan mendekapkan bayi ke dada ibu segera setelah lahir.

4.3.3. Perbedaan Pola Asuh

Dari hasil analisa statistik dengan menggunakan ujiT-Test rata-rata pola

asih dengan status gizi baik adalah 0,8333 dengan standar deviasi 0,40. Pada pola

asuh dengan status buruk didapat rata-rata adalah 0,1667dengan standar deviasi

0,40. Hasil uji statistik didapatkan nilai p = 0,018 berarti pada = 0,05 terihat

dapat disimpulkan ada perbedaan pola asuh pada status gizi di desa simpang

peutKecamatan Kuala Kabupaten Nagan Raya.

Mengasuh balita tidak semudah membalikakn telapak tangan banyak

sekali yang harus di perhatikan mulai dari makam, minum, tidur, mandi, dan

masih banyak lagi sesuai kebutuhan si buah hati. Akan tetapi masih ada orang tua

yang kurang memperhatikan makanan yang di komsumsi anaknya dan

membebaskan anak jajan sembangan, tidak memberi asi pada balitanya dan ada

juga yang tidak membawa anaknya ke posyandu untuk mendapatkan perawatan

kesehatan dasar seperti, imunisasi dasar lengkap cakupan vitamin A. semua itu

sangat di perlukan oleh balita dalam masa tumbuh kembang nya.

Maka dari itu pola asah, asih, dan asuh harus bisa di kombinasikan dengan baik

agar semua kebutuhan balita dapat terpenuhi dengan sempurna.

Page 29: ABSTRAK Hanafi Ariga.repository.utu.ac.id/423/1/BAB I_V.pdf · pranatal, dan setelah lahir dengan cara menetekkan bayi pada ibunya sedini mungkin (Nursalam dkk, 2005). Stimulasi mental

31

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian pada bab sebelumnya, maka penelitian ini

menghasilkan sebagai berikut :

1. Adanyaperbedaan pola asahpada balita status gizi baik dan gizi

burukyaitu sebesar 0,33333 dengan rentang perbedaan - 0,33097 sampai

0,99764 dengan derajat kepercayaan 95%.

2. Adanya perbedaan pola asih pada balita status gizi baik dan gizi buruk

yaitu sebesar0,66667dengan rentang perbedaan 0,14149 sampai 1.19184

dengan derajat kepercayaan 95%.

3. Adanya perbedaan pola asuh pada balita status gizi baik dan gizi

burukyaitu sebesar0,66667dengan rentang perbedaan 0,14149 sampai

1.19184 dengan derajat kepercayaan 95%.

5.2 SARAN

1. Diharapkan kepada orang tua peliharalah anak denga baik dan benar sesuai

dengan tumbuh kembangnya, serta mendampingi dan berkomunikasi

denga aktif kepada anak.

2. Diharapkan kepada posyanduagar dapat meningkatkan pemantauan dan

perbaikan pelayanan gizi anak, misalnya dengan Pemberian Makanan

Tambahan (PMT)

Page 30: ABSTRAK Hanafi Ariga.repository.utu.ac.id/423/1/BAB I_V.pdf · pranatal, dan setelah lahir dengan cara menetekkan bayi pada ibunya sedini mungkin (Nursalam dkk, 2005). Stimulasi mental

DAFTAR PUSTAKA

Almatsier, Sunita, 2002. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Gramedia. Jakarta.

Aprijadi, W.H, 2006. Prinsip Dasar Gizi. Gramedia. Jakarta.

Arisman, 2004. Gizi Dalam Daur Kehidupan. Penerbit Buku Kedokteran EGC.Jakarta.

Budiyanto, Moch., Agus Krisno, 2002. Dasar Ilmu Gizi Edisi Revisi. Universitas Muhammadiyah Malang. Malang.

Budiarto, Eko. 2001. Statistik Kesehatan. Gramedia. Jakarta.

Direktorat PADU, 2002. Bahan Ajar Parenting Education. Direktorat PADU. Jakarta.

Kholifah, Atik, 2002. Hubungan Pola Konsumsi Ikan dan Status Gizi Siswa SD Dari Keluarga Nelayan. Skripsi. Surabaya, Universitas Airlangga.

Notoatmodjo, S. 2002. Metode Penelitian Kesehatan. Gramedia. Jakarta.

Nursalam, Rekawati Susilaningrum, dan Sri Utami, 2005. Asuhan Keperawatan Bayi dan Anak (Untuk Perawat dan Bidan. Salemba Medika. Jakarta.

Saragih, Anita, 2010. Mengatasi Masalah Gizi Buruk.

http://www.analisadaily.com/index.php?option=com_content&view=article&i d=4196:me ngatasi-masalah-gizi-buruk&catid=542:25-januari- 2010&Itemid=135.5 (sitasi 5 April 2010).

Siswono, 2008. 5,1 Juta Balita Gizi Buruk, 54 Persen Meninggal.

http://www.suarapembaruan.com (sitasi 5 April 2010) Soetjiningsih, 2005. Tumbuh Kembang Anak. Penerbit Buku Kedokteran EGC.Jakarta

Supariasa, I., Bachyar B., dan Ibnu F, 2002. Penilaian Status Gizi. Penerbit Buku

Kedokteran EGC. Jakarta. Tanuwidjaya, S, 2002. Konsep Umum Tumbuh Kembang Anak. Tumbuh Kembang

Anak. Sagung Seto. Jakarta.