abstrak hanafi ariga.repository.utu.ac.id/423/1/bab i_v.pdf · pranatal, dan setelah lahir dengan...
TRANSCRIPT
iv
ABSTRAK
Hanafi Ariga.perbedaan pola asah asih dan asuh pada ibu yang mempunyai balita
status gizi baik dan status gizi buruk di puskesmas ujong patihah Kecamatan
Kuala Kabupaten Nagan Raya.Dibawah bimbingan Arham, SKM dan Elli
Muliany, SKM
Status gizi adalah ekspresi dari keadaan keseimbangan dalam bentuk variabel
tertentu, atau perwujudan dari nutriture dalam bentuk variabel tertentu Penilaian
status gizi secara langsung dapat dibagi menjadi empat penilaian yaitu
antropometri, klinis, biokimia, dan biofisik.Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahuiperbedaan pola asah asih dan asuh pada balita status gizi baik dan
status gizi buruk Kecamatan Kuala Kabupaten Nagan Raya. Jenis penelitian
bersifat analitik dan rancanagan penelitian cross sectional.Populasi penelitian ini
adalah balita yaitu 334 orang dengan jumlah sampel 6 balita gizi baik dan 6 balita
gizi buruk.Hasil penelitian diperoleh ada perbedaan pola asah pada status gizi
disimpang peut Kecamatan Kuala Kabupaten Nagan Rayap = 0,020.ada
perbedaan pola asih pada status gizi di simpang peutKecamatan Kuala Kabupaten
Nagan Rayap = 0,018.ada perbedaan pola asuh pada status gizi di simpang peut
Kecamatan Kuala Kabupaten Nagan Rayap = 0,018.Diharapkan kepada Orang tua
perlu membiasakan anak untuk mengkonsumsi makanan bergizi yang sebanding
dengan kebutuhan energi yang digunakan untuk aktivitas anak setiap harinya,
serta mendampingi dan berkomunikasi secara aktif kepada anak.
Kata Kunci :pola asah, pola asih,pola asuh,Status gizi
PESEMBAHAN
Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan, maka apabila kamu
selesai (dari suatu urusan), kerjakanlah sesungguh-sungguh (urusan yang
lain), dan hanya kepada Tuhanmulah hendaknya kamu berharap.(Q.S. Alam
Nasryah: 6-8)
Pelajarilah ilmu pengetahuan, sesungguhnya ilmu pengetahuan pertanda
tekun kepada Allah, menuntut ilmu adalah ibadah, mengingat-ingatnya adalah
tasbih, membahasnya adalah jihad, mengajarkannya kepada orang lain adalah
sedekah dan menyebarkannya adalah pengorbanan (HR Turmudzi dan Anas).
Ya Allah............
Di kesunyian aku memohon kepada Mu. Disaat-saat sulit kugapai cita-citaku.
Jangan pernah Engkau padamkan semangatku. Walau tertatih-tatih
langkahku, namun karena-Mu jua ku berhasil mencapai suksesku...
Syukur Alhamdulillah pada Mu ya Allah, telah Engkau berikan kepada ku satu
kebahagiaan lagi, hingga tak berhenti bibir ini untuk berucap syukur
kepadaMu. Cucuran air mataku mengiringi sembah sujudku.
Ibunda..................
Ayahanda..................
Terima kasih yang tak terhingga ku ucapkan atas do’a-do’amu pintakan ridha
untukku, kasih sayangmu asuhkan ku, petuahmu tuntunkan hidupku serta
jerih payah mu yang tak pernah mengenal letih dan lelah selama ini demi
keberhasilanku dalam meraih cita-cita yang selama ini ku impikan. Sungguh
takkan mampu aku membalasnya setiap do’a dan kasih sayang. Do’a-do’amu
selalu kudambakan untuk kesuksesanku dalam meniti hidup baik didunia
maupun diakhirat.
Dengan ridha Allah dan penuh keikhlasan hati, ku persembahkan karya tulis
ini kehadapan yang sangat mulia ibunda Armida wati dan Ayahanda
Kamaruddin (alm) tercinta yang telah susah payah dalam mendidik dan
motivasi untuk aku kuliah dan kepada kakak ku Laila, serta adik-adik ku buje, ,
dan teman-temanku iqbal, samsuar (si black) yang slalu ada disisi ku.
(Hanafi Ariga)
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kebutuhan Dasar Balita
Menurut Tanuwidjaya (2002), kebutuhan dasar anak untuk tumbuh kembang
secara garis besar dikelompokkan ke dalam 3 kelompok, yaitu:
1. Kebutuhan latihan/rangsangan/bermain (asah)
2. Kebutuhan akan kasih sayang/emosi (asih)
3. Kebutuhan fisis-biomedis (asuh)
2.1.1 Pola Asah
Pola asah anak adalah upaya kegiatan untuk merawat anak yang bertujuan
untuk mengasah dan merangsang segala kemampuan yang dimiliki anak dan
memunculkan bakatnya yang masih tersimpan yang dilakukan secara konsisten dan
berkisanambungan. Hal yang bisa dilakukan dalam mengasah kemampuan anak
adalah dengan memberikan pola pendidikan dan pembelajaran.
Proses pendidikan dan pembelajaran kepada anak hendaknya dioptimalkan
ketika anak memasuki usia emas. Rentang usia yang perlu dimaksimalkan adalah
usia dari 0 hingga 6 tahun. Pada usia tersebut anak akan mengalami peningkatan
perkembangan yang pesat terutama perkembangan otaknya. Hampir 80 persen
perkembangan otak anak berkembang pada usia emas tersebut.
Kebutuhan stimulasi merupakan kebutuhan yang sangat penting untuk
pertumbuhan dan perkembangan anak. Anak yang banyak mendapatkan stimulasi
yang terarah akan cepat berkembang dibandingkan dengan anak yang kurang
5
6
mendapatkan stimulasi. Pemberian stimulasi ini sudah dapat diberikan sejak masa
pranatal, dan setelah lahir dengan cara menetekkan bayi pada ibunya sedini mungkin
(Nursalam dkk, 2005). Stimulasi mental merupakan cikal bakal dalam proses belajar
(pendidikan dan pelatihan) pada anak. Stimulasi mental (asah) ini mengembangkan
perkembangan mental psikososial, kecerdasan, ketrampilan, kemandirian, kreativitas,
agama, kepribadian, moral-etika, produktivitas, dan sebagainya (Soetjiningsih, 2005).
2.1.2 Pola Asih
Hubungan yang erat, mesra, dan selaras antara ibu/pengganti ibu dengan anak
merupakan syarat mutlak untuk menjamin tumbuh kembang yang selaras baik fisik,
mental, maupun psikososial. Berperannya dan kehadiran ibu/penggantinya sedini dan
selanggeng mungkin, akan menjamin rasa aman bagi bayinya (Soetjiningsih, 2005).
Keadaan ini akan menimbulkan kontak fisis (kontak kulit) dan psikis (kontak
mata) sedini mungkin (Tanuwidjaya, 2002). Ikatan emosi dan kasih sayang yang erat
antara ibu/orang tua dengan anak sangat penting, karena berguna untuk menentukan
perilaku anak di kemudian hari, merangsang perkembangan otak anak, serta
merangsang perhatian anak terhadap dunia luar (Nursalam dkk, 2005).
Penerapan pola asih yang baik kepada anak akan memperkuat hubungan batin
antara orang tua dan anak. Hubungan batin yang kuat akan memupuk rasa kasih
sayang antara anak, orangtua dan antar sesama.
Berikan pujian, penghargaan, kasih sayang pengalaman baru, rasa tanggung
jawab dan kemandirian kepada anak. Pola asih yang benar kepada anak akan mampu
untuk memaksimalkan perkembangan kecerdasan emosi anak. Karena kecerdasan
emosi memegang peranan penting dalam menyukseskan anak. Berikanlah teladan
7
yang baik di dalam lingkungan keluarga agar anak bisa meniru kebiasaan baik
tersebut dan tentunya anak akan merasakan kasih sayang dari orang tuanya.
Sebaiknya para orang tua menghindari pola pendidikan yang keras, kasar dan
menyeramkan. Jangan membangun benteng ketakutan kepada anak karena bisa
mempengaruhi kecerdasan emosinya.
2.1.3 Pola Asuh
Pola asuh kepada anak adalah kegiatan membesarkan anak yang berkaitan
dengan cara merawat anak dalam kehidupan sehari-hari. Baik itu yang berhubungan
dengan asupan gizi, kebutuhan tempat tinggal hidup yang layak, pakaian yang bersih
dan nyaman serta kebutuhan akan kesehatan anak. Kebutuhan tersebut juga memiliki
peranan penting untuk pertumbuhan anak. Terutama kebutuhan akan gizi untuk
membantu tingkat kecerdasan anak. Anak yang cerdas memerlukan energi yang
cukup sehingga pemenuhan akan kualitas gizi anak juga perlu diperhatikan dengan
baik. Sedangkan untuk membantu menjaga kesehatan anak diperlukan tempat tinggal
dan pakaian yang bersih dan nyaman.
Pola asah, asih dan asuh harus dikombinasikan secara baik agar segala
kebutuhan yang diperlukan untuk perkembangan anak dapat terpenuhi secara
sempurna. Kerja sama yang baik antar orang tua akan membuat kegiatan
membesarkan anak dan penerapan pola asah asuh dan asih dapat berjalan dengan baik
tanpa ada ketimpangan beban di masing-masing orang tua. Menikmati proses dalam
merawat dan mendidik anak akan membuat perjalanan hidup terasa luas dan
membahagiakan.
8
Anak terus berkembang baik secara fisik maupun secara psikis untuk
memenuhi kebutuhannya. Kebutuhan anak dapat terpenuhi bila orang tua dalam
memberi pengasuhan dapat mengerti, memahami, menerima dan memperlakukan
anak sesuai dengan tingkat perkembangan psikis anak, disamping menyediakan
fasilitas bagi pertumbuhan fisiknya. Hubungan orang tua dengan anak ditentukan
oleh sikap, perasaan dan keinginan terhadap anaknya. Sikap tersebut diwujudkan
dalam pola asuh orang tua di dalam keluarga (Direktorat PADU, 2002).
2.1.3.1 Pangan dan Gizi
Pangan adalah termasuk pembangun tubuh yang mempunyai pengaruh
terhadap pertumbuhan dan perkembangan, terutama pada tahun-tahun pertama
kehidupan pada saat anak sedang mengalami pertumbuhan yang sangat pesat
terutama pertumbuhan otak. Keberhasilan perkembangan anak ditentukan oleh
keberhasilan pertumbuhan dan perkembangan otak (Tanuwidjaya, 2002).
Pangan adalah bahan-bahan yang dimakan sehari-hari untuk memenuhi
kebutuhan energi bagi pemeliharaan, pertumbuhan kerja, dan penggantian jaringan
tubuh yang rusak. Pangan juga dapat diartikan sebagai bahan sumber gizi. Kehidupan
manusia tidak mungkin tanpa adanya ketersediaan bahan makanan. Manusia harus
makan secukupnya dan memenuhi gizi untuk mempertahankan kehidupannya.
Pangan merupakan kebutuhan manusia yang paling asasi atau kebutuhan pokok
(basic need) (Budiyanto, 2002).
Susunan pangan dalam makanan yang seimbang adalah susunan bahan
pangan yang dapat menyediakan zat gizi penting dalam jumlah cukup yang
diperlukan tubuh untuk tenaga, pemeliharaan, pertumbuhan, dan perbaikan jaringan.
9
Banyaknya gizi yang diperlukan berbeda antara satu orang dengan orang lain
disebabkan berbagai faktor, tapi fungsi gizi pada pokoknya sama untuk semua orang
(Budiyanto, 2002).
2.1.3.2 Perawatan Kesehatan Dasar
Menurut Soetjiningsih (2005) perawatan kesehatan yang teratur, tidak saja
kalau anak sakit, tetapi pemeriksaan kesehatan dan menimbang anak secara rutin
setiap bulan akan menunjang pada tumbuh kembang anak. Oleh karena itu
pemanfaatan fasilitas pelayanan kesehatan dianjurkan untuk dilakukan secara
komprehensif, yang mencakup aspek-aspek promotif, preventif, kuratif, dan
rehabilitatif.
Perawatan kesehatan dasar dapat dilakukan dengan pemberian imunisasi,
Pemberian imunisasi pada anak adalah penting untuk mengurangi morbiditas dan
mortalitas terhadap penyakit-penyakit yang bisa dicegah dengan imunisasi.
Pelaksanaan imunisasi lengkap diharapkan mampu mencegah timbulnya penyakit-
penyakit yang menimbulkan kesakitan dan kematian (Tanuwidjaya, 2002).
2.1.3.3 Keadaan Tempat Tinggal
Tempat tinggal yang layak akan membantu anak untuk betumbuh dan
berkembang secara optimal. Tempat tinggal yang layak tidak berarti rumah yang
berukuran besar, tetapi bagaimana upaya kita untuk mengatur rumah menjadi sehat,
cukup ventilasi, serta terjaga kebersihan dan kerapiannya, tanpa memperdulikan
berapapun ukurannya (Nursalam dkk, 2005).
Kebersihan lingkungan erat hubungannya dengan penyakit saluran
pernafasan, saluran pencernaan, serta penyakit akibat nyamuk. Pendidikan kesehatan
10
kepada masyarakat ditujukan untuk membuat lingkungan menjadi layak untuk
tumbuh kembang, sehingga meningkatkan rasa aman bagi ibu/pengasuh anak dalam
menyediakan kesempatan bagi anaknya untuk mengeksplorasi lingkungan
(Tanuwidjaya, 2002).
2.2 Status Gizi Balita
2.2.1 Definisi Status Gizi
Status gizi adalah ekspresi dari keadaan keseimbangan dalam bentuk variabel
tertentu, atau perwujudan dari nutriture dalam bentuk variabel tertentu (Supariasa
dkk, 2002). Konsumsi berpengaruh terhadap status gizi seseorang (Almatsier, 2002).
2.2.2 Klasifikasi Status Gizi
Status gizi adalah keadaan tubuh sebagai akibat konsumsi makanan dan
penggunaan zat-zat gizi (Almatsier, 2002). Status gizi secara umum dapat
diklasifikasikan menjadi empat kelompok utama, yaitu:
1. Status Gizi Lebih
Status gizi lebih terjadi bila tubuh memperoleh zat-zat gizi dalam jumlah
berlebihan, sehingga menimbulkan efek toksis atau membahayakan. Gizi lebih
menyebabkan kegemukan atau obesitas. Kelebihan energi yang dikonsumsi disimpan
di dalam jaringan dalam bentuk lemak. Kegemukan merupakan salah satu faktor
risiko dalam terjadinya berbagai penyakit degeneratif seperti hipertensi atau tekanan
darah tinggi, penyakit-penyakit diabetes, jantung koroner, hati, dan kantung empedu
(Almatsier, 2002).
11
Budiyanto (2002) mendefinisikan status gizi lebih adalah keadaan patologis
(tidak sehat) yang disebabkan kebanyakan makan, mengkonsumsi energi lebih
banyak daripada yang diperlukan tubuh untuk jangka waktu yang panjang.
2. Status Gizi Baik
Status gizi baik atau status gizi optimal terjadi bila tubuh memperoleh cukup
zat-zat gizi yang digunakan secara efisien, sehingga memungkinkan pertumbuhan
fisik, perkembangan otak, kemampuan kerja, dan kesehatan secara umum pada
tingkat setinggi mungkin (Almatsier, 2002).
Menurut Budiyanto (2002) status gizi baik adalah kondisi pada saat asupan
gizi seimbang dengan kebutuhan gizi seseorang yang bersangkutan. Kebutuhan gizi
seseorang ditentukan oleh kebutuhan gizi basal, kegiatan, dan pada keadaan fisiologis
tertentu serta dalam keadaan sehat.
3. Status Gizi Kurang
Status gizi kurang terjadi bila tubuh kekurangan satu atau lebih zat-zat gizi
esensial. Akibat kurang gizi terhadap proses tumbuh bergantung pada zat gizi apa
yang kurang. Kekurangan gizi secara umum (makanan kurang dalam kuantitas dan
kualitas) menyebabkan gangguan pada proses-proses pertumbuhan, produksi tenaga,
pertahanan tubuh, struktur dan fungsi otak, perilaku (Almatsier, 2002).
Adapun Budiyanto (2002) mengartikan gizi kurang merupakan keadaan tidak
sehat (patologis) yang timbul karena tidak cukup makan dengan demikian konsumsi
energi dan protein kurang selama jangka waktu tertentu. Berat badan yang menurun
adalah tanda utama dari gizi kurang (Budiyanto, 2002).
12
4. Status Gizi Buruk
Status gizi buruk terjadi apabila hampir semua penyakit gizi kurang diderita
seseorang (Apriadji, 2006).
2.2.3 Penilaian dan Pengukuran Gizi
Penilaian status gizi bisa dilakukan secara langsung dan tidak langsung.
Penilaian status gizi secara langsung dapat dibagi menjadi empat penilaian
yaitu antropometri, klinis, biokimia, dan biofisik.
Adapun penilaian status gizi secara tidak langsung dapat dibagi menjadi 3 yaitu
survey konsumsi makan, statistik vital, faktor ekologi (Supariasa dkk, 2002).
2.2.3.1 Penilaian status gizi secara langsung:
1. Pengukuran Antropometri
Secara umum artinya ukuran tubuh manusia. Ditinjau dari sudut pandang gizi
maka antropometri gizi berhubungan dengan berbagai tingkat umur dan tingkat gizi.
Antropometri secara umum digunakan untuk melihat ketidakseimbangan asupan
protein dan energi. Keridakseimbangan ini terlihat pada pola pertumbuhan fisik dan
proporsi jaringan tubuh seperti lemak, otot, dan jumlah air dalam tubuh (Supariasa
dkk, 2002).
Tabel 2.1
Kategori dan ambang batas status gizi anak
Indeks Katagori Status Gizi
Ambang Batas Z-Score
Berat Badan Menurut Umur
(BB/U) Anak Umur 0 -59 bln
Gizi Buruk < -3 SD
Gizi Kurang -3 SD sampai dengan < -2 SD
Gizi Baik -2 SD Sampai dengan < 2 SD
Gizi Lebih > 2 SD
13
2. Pengukuran Klinis
Pemeriksaan klinis adalah metode yang sangat penting untuk menilai status
gizi masyarakat. Metode ini didasarkan atas perubahan-perunbahan yang terjadi yang
dihubungkan dengan ketidakcukupan zat gizi. Hal ini dapat dilihat pada jaringan
epitel (supervicial epithelial tissue) seperti kulit, mata, rambut, dan mukosa oral atau
pada organ-organ yang dekat dengan permukaan tubuh seperti kelenjar tiroid.
Penggunaan metode ini umumnya untuk survei klinis secara cepat (rapid clinical
surveys). Survei ini dirancang untuk mendeteksi secara cepat tanda-tanda klinis
umum dari kekurangan salah satu atau lebih zat gizi. Disamping itu digunakan untuk
mengetahui tingkat status gizi seseorang dengan melakukan pemeriksaan fisik yaitu
tanda (sign) dan gejala (symptom) atau riwayat penyakit (Supariasa dkk, 2002).
3. Pengukuran Biokimia
Penilaian status gizi dengan biokimia adalah pemeriksaan spesimen yang diuji
secara laboratorium yang dilakukan pada berbagai macam jaringan tubuh. Jaringan
tubuh yang digunakan antara lain: darah, urine, tinja, dan juga beberapa jaringan
tubuh seperti hati dan otot. Metode ini digunakan untuk peringatan bahwa
kemungkinan akan terjadinya keadaan malnutrisi yang leb ih parah lagi. Banyak
gejala klinis yang kurang spesifik, maka penentuan kimia faali dapat lebih banyak
menolong untuk menentukan kekurangan gizi yang spesifik (Supariasa dkk, 2002).
4. Biofisik
Penentuan status gizi secara biofisik adalah metode psg dengan melihat
kemampuan fungsi (khususnya jaringan) dan melihat perubahan struktur jaringan.
14
Umumnya dapat digunakan dalam situasi tertentu seperti kejadian buta senja
epidemic (epidemic of night blindnes). Cara yang digunakan adalah tes adaptasi gelap
(Supariasa dkk, 2002).
2.2.3.2 Penilaian Status Gizi Secara Tidak Langsung
1. Survei Konsumsi Makan
Survei konsumsi makanan merupakan pengukuran status gizi dengan melihat
jumlah dan jenis zat gizi yang dikonsumsi dalan satu satuan tertentu. Survei konsumsi
makanan dimaksudkan untuk mengetahui kebiasaan makan dan gambaran tingkat
kecukupan bahan makanan dan zat gizi pada tingkat kelompok, rumah tangga, dan
perorangan serta faktor yang berpengaruh terhadap konsumsi makanan tersebut
(Supariasa dkk, 2002).
2. Statistik Vital
Penilaian status gizi dengan statistik vital adalah dengan menganalisis data
statistik kesehatan seperti angka kematian berdasarkan umur, angka kesakitan dan
kematian akibat penyebab tertentu dan data lainnnya yang berhubungan dengan gizi.
Penggunaannya dipertimbangkan sebagai bagian dari indikator tidak langsung
pengukuran status gizi masyarakat (Supariasa dkk, 2002).
3. Faktor Ekologi
Malnutrisi merupakan masalah ekologi sebagai hasil interaksi beberapa faktor
fisik, biologis dan lingkungan budaya. Pengukuran faktor ekologi dipandang sangat
penting untuk mengetahui penyebab malnutrisi di suatu masyarakat sebagai dasar
untuk melakukan program intervensi gizi (Supariasa dkk, 2002).
15
2.2.4 Faktor yang Mempengaruhi Status Gizi
Menurut Budiyanto (2002) faktor-faktor yang mempengaruhi status gizi
seseorang adalah produk pangan (jumlah dan jenis makanan), pembagian makanan
atau pangan, akseptabilitas, prasangka buruk pada bahan makanan tertentu, pantangan
pada makanan tertentu, kesukaan pada jenis makanan tertentu, keterbatasan ekonomi,
kebiasaan makan, selera makan, dan pengetahuan gizi. Ditinjau dari kecukupan dan
ketidakcukupan zat gizi yang masuk ke dalam tubuh yang lebih lanjut akan
menentukan status gizi atau tingkat kesehatan seseorang dipengaruhi banyak faktor
(Apriadji, 2006).
1. Pekerjaan dan pendapatan orang tua
Pendapatan keluarga mempengaruhi daya beli keluarga akan bahan makanan
yang bergizi karena penghasilan / pendapatan menentukan jenis pangan yang akan
dibeli (Berg dalam Kholifah, 2002).
Keluarga dengan pendapatan terbatas besar kemungkinan kurang dapat
memenuhi kebutuhan makanannya sejumlah yang diperlukan tubuh. Setidaknya
keanekaragaman bahan makanan kurang bisa dijamin. Banyak sebab yang turut
berperanan dalam menentukan besar-kecilnya pendapatan keluarga. Keterbatasan
kesempatan kerja yang bisa segera menghasilkan uang, biasanya pekerjaan di luar
usaha tani, juga sangat mempengaruhi besar-kecilnya pendapatan keluarga (Apriadji,
2006).
2. Tingkat pendidikan dan pengetahuan gizi
16
Masalah penting yang menyebabkan adanya kekurangan gizi adalah ketiadaan
informasi yang memadai. Sekalipun kurangnya daya beli merupakan halangan utama,
tetapi sebagian kekurangan gizi akan bisa diatasi kalau orang mengetahui bagaimana
seharusnya memanfaatkan sumber yang dimiliki (Berg dalam Kholifah, 2002).
Faktor tingkat pendidikan turut pula menentukan mudah tidaknya seseorang
menyerap dan memahami pengetahuan gizi yang mereka peroleh (Apriadji, 2006).
Sebagian kejadian gizi buruk dapat dihindari apabila ibu mempunyai cukup
pengetahuan tentang cara memelihara gizi dan mengatur makan anak. Ketidaktahuan
baik yang berdiri sendiri maupun yang berkaitan dengan kemiskinan, menimbulkan
salah paham tentang cara perawatan bayi dan anak yang benar, juga salah mengerti
tentang penggunaan bahan pangan tertentu dan cara mengatur makan anggota
keluarga yang sedang sakit (Arisman, 2004).
3. Jumlah anggota keluarga
Keluarga dengan banyak anak dan jarak kelahiran antar anak yang amat dekat
akan menimbulkan lebih banyak masalah. Anak-anak yang lebih kecil seringkali
mendapatkan jatah makan yang kurang mencukupi karena kalah dengan kakaknya
yang makannya lebih cepat dan dengan porsi suap yang lebih besar pula. Anak yang
terlalu banyak selain menyulitkan dalam mengurusnya juga kurang bisa menciptakan
suasana tenang di dalam rumah. Lingkungan keluarga yang selalu ribut akan
mempengaruhi ketenangan jiwa, dan ini secara tidak langsung akan menurunkan
nafsu makan anggota keluarga lain yang terlalu peka terhadap suasana yang kurang
menyenangkan (Apriadji, 2006).
17
4. Faktor lingkungan
Salah satu faktor yang tidak kalah pentingnya dibandingkan faktor yang lain
adalah kebersihan lingkungan. Kebersihan lingkungan memang bukanlah faktor yang
langsung berpengaruh terhadap status gizi seseorang, tetapi faktor ini justru cukup
besar peranannya. Menjaga kebersihan lingkungan yang merupakan tempat hidup
cacing dan jasad-jasad renik sangat penting. Jumlah makanan yang mencukupi
kandungan zat gizi yang baik sekalipun tidak akan memperbaiki status gizi seseorang
jika orang tersebut cacingan (Apriadji, 2006).
2.3 Kerangka Teori
Kerangka teori dalam penelitian ini adalah
Pola Asah
Pola asih Pola asuh:
1. Pangan dan gizi
2. Perawatan
kesehatan dasar
3. Keadaan tempat
Tinggal
1. Pendapatan
orang tua
2. Tingkat
pendidikan dan
pengetahuan
gizi
3. Jumlah anggota
keluarga
4. Faktor
lingkungan
Status Gizi
Gambar 2.1: Kerangka Teori
Apriadji, 2006
18
2.4 Kerangka Konsep
2.5. Hipotesis
1. Ada perbedaan pola asah pada balita gizi baik dan balita gizi buruk
2. Ada perbedaan pola asih pada balita gizi baik dan balita gizi buruk
3. Ada perbedaan pola asuh pada balita gizi baik dan balita gizi buruk
Independen Dependen
Pola Asih
Pola Asuh
Status Gizi
- Baik
- Buruk
Gambar 2.2 : Kerangka Konsep
Pola Asah
19
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang dilakukan yaitu Analitik dengan desain Crossectional
yaitu suatu metode penelitian yang dilakukan untuk melihat perbedaan antara variabel
independen dengan dependen (Notoatmodjo, 2002).
3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian
3.2.1 Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian dilakukan di Desa Simpang Peut Kecamatan Kuala
Kabupaten Nagan Raya.
3.2.2 Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Desa Simpang Peut Kecamatan Kuala Kabupaten
Nagan Raya yang telah dilakukan pada tanggal 27 sampai 30 September 2013.
3.3 Populasi dan Sampel
3.3.1 Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah ibu balita di Desa Simpang Peut
Kecamatan Kuala dengan jumlah 334 orang.
3.3.2 Sampel
Sampel dalam penelitian ini adalah 6 orang balita dengan status gizi baik dan
6 orang balita dengan status gizi buruk.
20
21
3.4 Metode Pengumpulan Data
3.4.1. Data Primer
Metode pengumpulan data dalam penelitian ini adalah menggunakan
daftar kuesioner, untuk mencari informasi secara riil dari responden.
3.4.2. Data sekunder
Data sekunder yaitu data pendukung yang dibutuhkan peneliti yang
berupa data Gambaran Umum, Lokasi penelitian, dan laporan tahunan jumlah
balita yang berobat.
3.5 Definisi Operasional
No Variabel Keterangan
Variabel Independen
1 Pola Asah Definisi
Cara ukur
Alat Ukur Hasil Ukur
Skala ukur
Stimulasi yang di berikan orang tua
terhadap balitanya. Wawancara
Kuesioner 1. Baik 2. Buruk
Ordinal
2 Pola Asih Definisi
Cara ukur Alat Ukur Hasil Ukur
Skala ukur
Hubungan kasih sayang antara ibu dengan balita
Wawancara Kuesioner 1. Baik
2. Buruk Ordinal
3 Pola Asuh Definisi
Cara ukur
Alat Ukur Hasil Ukur
Skala ukur
Perlakuan terhadap balita sesuai dengan
tingkat perkembangannya Wawancara
Kuesioner 1. Baik 2. Buruk
Ordinal
22
Variabel Dependen
1. Status Gizi Definisi Cara ukur
Alat Ukur Hasil Ukur
Skala ukur
Keadaan tubuh sebagai akibat konsumsi makanan dan penggunaan zat-zat gizi Observasi
- -
Ordinal
3.6. Aspek Pengukuran
Pada penelitian ini digunakan kuesioner yang meliputi pertanyaan tertulis yang
digunakan untuk memperoleh informasi dari responden dalam laporan tentang
pribadinya atau hal-hal yang diketahui. Alat yang digunakan adalah lembar
kuesioner.
Adapun penjelasan dari hasil ukur pada definisi operasional adalah sebagai berikut:
1. Pola Asah
1. Baik : Apabila nilai jawaban di kuesioner ≥ 9
2. Buruk : Apabila nilai jawaban di kuesioner < 9
2. Pola Asih :
1. Baik : Apabila nilai jawaban di kuesioner ≥ 9
2. Buruk : Apabila nilai jawaban di kuesioner < 9
3. Pola Asuh
1. Baik : Apabila nilai jawaban di kuesioner ≥ 15
2. Buruk : Apabila nilai jawaban di kuesioner < 15
23
3.7 Pengolahan Data
Data yang telah dikumpul diolah secara komputerisasi, dengan langkah sebagai
berikut :
1. Editing adalah pemeriksaan atau pengecekan kelengkapan data melalui
kuesioner yang telah dikumpulkan.
2. Coding adalah proses untuk memberikan kode pada jawaban-jawaban
responden dan atau ukuran-ukuran yang diperoleh dari unit analisis sesuai
dengan rancangan awalnya.
3. Scoring adalah pemberian skor dimana setiap jawaban yang benar diberi skor
2 dan yang salah skor 1, hasil jawaban responden yang telah diberikan
pembobotan dijumlahkan dan dibandingkan dengan jumlah skor kemudian
dipresentasikan dengan jumlah dikali 100%. Kuesioner atau angket yang
digunakan dalam penelitian ini menggunakan pertanyan tertutup dengan
alternative yang telah ditentukan.
3.8 Analisis Data
3.8.1 Analisis Univariat
Teknik analisa data yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan
perhitungan statistic sederhana yaitu persentase atau proporsi. (Eko Budiarto, 2001).
24
3.8.2 Analisis Bivariat
Analisis yang digunakan untuk menguji hipotesis untuk melihat perbedaan variabel
independen dengan variabel dependen melalui uji T-test Pengolahan data akan
dilakukan dengan bantuan komputerisasi.
Adapun hipotesisnya adalah:
1. HO diterima = jika p value > ά, artinya tidak ada perbedaan antara
variabel independent dengan variabel dependen.
2. HO ditolak = jika p value < ά, artinya ada perbedaan antara variabel
independen dengan variabel dependen.
3. Confidence level (CL) = 95% dengan ά = 0,05
4. Derajat kebebasan (DK) = (b-1) (k-1)
25
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1Analisis Univariat
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan pada tangal 27sampai 30
september2013 pada 12 responden dengan judul,Perbedaan Pola Asah Asih Dan
Asuh Pada Ibu Yang Mempunyai Balita Status Gizi Baik Dan Status Gizi
BurukDi Puskesmas Ujong PatihahKecamatan Kuala Kabupaten Nagan
Raya. Adapun hasil penelitian adalah sebagai berikut:
4.1.1. Pola Asah, Asih Dan Asuh
Tabel 4.1. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pola Asah Pada
Status Gizi Baik Dan Status Gizi Buruk
Sumber: dari data primer (diolah tahun 2013)
Berdasarkan tabel 4.1 di atas menunjukkan bahwa dari 12 responden yaitu,
status gizi baik memperoleh pola asah baik dengan jumlah 5 orang atau 83,3 %
sedangkan pola asah buruk dengan jumlah 1 orang atau 16,7 %, dan status gizi
buruk memperoleh pola asah baik dengan jumlah 4 orang atau 66,7 % sedangkan
pola asah buruk dengan jumlah 2 orang atau 33,3 %.
Asah
Status Gizi
Baik % Buruk %
Baik 5 83,3 4 66,7
Buruk 1 16,7 2 33,3
Jumlah 6 100 6 100
26
Tabel 4.2. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pola Asih Pada
Status Gizi Baik Dan Status Gizi Buruk
Sumber: dari data primer (diolah tahun 2013)
Berdasarkan tabel 4.2 di atas menunjukkan bahwa dari 12 responden yaitu,
status gizi baik memperoleh pola asih baik dengan jumlah 4 orang atau 66,7 %
sedangkan pola asih buruk dengan jumlah 2 orang atau 33,3 %, dan status gizi
buruk memperoleh pola asih baik dengan jumlah 4 orang atau 66,7 % sedangkan
pola asih buruk dengan jumlah 2 orang atau 33,3 %.
Tabel 4.3.Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pola Asuh Pada
Status Gizi Baik Dan Status Gizi Buruk
Sumber: dari data primer (diolah tahun 2013)
Berdasarkan tabel 4.3 di atas menunjukkan bahwa dari 12 responden yaitu,
status gizi baik memperoleh pola asuh baik dengan jumlah 4 orang atau 66,7 %
sedangkan pola asuh buruk dengan jumlah 2 orang atau 33,3 %, dan status gizi
buruk memperoleh pola asuh baik dengan jumlah 1 orang atau 16,7 % sedangkan
pola asuh buruk dengan jumlah 5 orang atau 83,3.
Asih
Status Gizi
Baik % Buruk %
Baik 4 66,7 2 33,3
Buruk 2 33,3 4 66,7
Jumlah 6 100 6 100
Asuh
Status Gizi
Baik % Buruk %
Baik 4 66,7 1 16,7
Buruk 2 33,3 5 83,3
Jumlah 6 100 6 100
27
4.2. Analisis bivariat
4.2.1. Perbedaan Pola Asah
Tabel 4.4.Distribusi Rata-Rata Pola Asah Menurut Status Gizi
Status gizi Mean SD SE p value
- Baik 0,6667 0,51 0,21 0,020
- Buruk 0,3333 0,51 0,21
Sumber: dari data primer (diolah tahun 2013)
Hasil analisa statistik dengan menggunakan ujiT-Test rata-rata pola asah
dengan status gizi baik adalah 0,6667dengan standar deviasi 0,51. Pada pola asah
dengan status giziburuk didapat rata-rata adalah 0,3333dengan standar deviasi
0,51. Hasil uji statistik didapatkan nilai p = 0,020 berarti pada = 0,05 adapun
rata-rata perbedaan pola asah pada balita gizi baik dan balita gizi buruk dengan
nilai 0,33333, dan rentang perbedaan pola asah pada status gizi baik dan buruk
antara -0,33097 sampai 0,99764 dengan derajat kepercayaan 95%, jadi dapat
disimpulkan ada perbedaan pola asah pada status gizi baik dan status gizi burukdi
desa simpang peut Kecamatan Kuala Kabupaten Nagan Raya.
4.2.2. Perbedaan Pola Asih
Tabel 4.5.Distribusi Rata-Rata Pola Asih Menurut Status Gizi
Status gizi Mean SD SE p value
- Baik 0,8333 0,40 0,16 0,018
- Buruk 0,1667 0,40 0,16
Sumber: dari data primer (diolah tahun 2013)
Hasil analisa statistik dengan menggunakan ujiT-Test rata-rata pola asih
dengan status gizi baik adalah 0,8333 dengan standar deviasi 0,40. Pada pola asih
dengan status gizi buruk didapat rata-rata adalah 0,1667dengan standar deviasi
0,40. Hasil uji statistik didapatkan nilai p = 0,018 berarti pada = 0,05 adapun
rata-rata perbedaan pola asih pada balita gizi baik dan balita gizi buruk dengan
28
nilai 0,66667, dan rentang perbedaan pola asih pada status gizi baik dan buruk
antara 0,14149 sampai 1,19184 dengan derajat kepercayaan 95%, jadi dapat
disimpulkan ada perbedaan pola asih pada status gizi di desa simpang peut
Kecamatan Kuala Kabupaten Nagan Raya.
4.2.2. Perbedaan Pola Asuh
Tabel 4.6.Distribusi Rata-Rata Pola Asuh Munurut Status Gizi
Status gizi Mean SD SE p value
- Baik 0,8333 0,40 0,16 0,018
- Buruk 0,1667 0,40 0,16
Sumber: dari data primer (diolah tahun 2013)
Hasil analisa statistik dengan menggunakan ujiT-Test rata-rata pola asih
dengan status gizi baik adalah 0,8333 dengan standar deviasi 0,40. Pada pola asuh
dengan status buruk didapat rata-rata adalah 0,1667dengan standar deviasi 0,40.
Hasil uji statistik didapatkan nilai p = 0,018 berarti pada = 0,05 adapun rata-rata
perbedaan pola asuh pada balita gizi baik dan balita gizi buruk dengan nilai
0,66667, dan rentang perbedaan pola asuh pada status gizi baik dan buruk antara -
0,14149 sampai 1,19184 dengan derajat kepercayaan 95%,, jadi dapat
disimpulkan ada perbedaan pola asuh pada status gizi di desa simpang peut
Kecamatan Kuala Kabupaten Nagan Raya.
4.3. Pembahasan
4.3.1. Perbedaaan Pola Asah
Dari hasil analisa statistik dengan menggunakan ujiT-Test rata-rata pola
asah dengan status gizi baik adalah 0,6667 dengan standar deviasi 0,51. Pada pola
asah dengan status gizi buruk didapat rata-rata adalah 0,3333dengan standar
deviasi 0,51. Hasil uji statistik didapatkan nilai p = 0,020 berarti pada = 0,05
29
terihat dapat disimpulkan ada perbedaan pola asah pada status gizi baik dan status
gizi burukdi desa simpang peut Kecamatan Kuala Kabupaten Nagan Raya.
Perbedaan polah asah juga dipengaruhui status gizi balita itu sendiri
dimana balita status gizi bai akan lebih mudah merangsang stimulasi yang
diberikan oleh orang tua nya, dan balita gizi baik lebih cepat mengekspresitah
bakatnya sejak dini, sedangkan balita status gizi buruk malah sebaliknya daya
tanggap nya kurang dan kurang aktif sehingga balita sulit mengekpresikan
bakatnya dan perkembangan mentalnya pun akan terhambat serta lebih lambat di
bandingkan dengan balita gizi baik. Balita gizi baik bisa bermain dan bereklorasi
dengan lingkungan nya sehingga kebutuhan stimulasinya dapat terpenuhi dengan
baik.
4.3.2. Perbedaan Pola Asih
Dari hasil analisa statistik dengan menggunakan ujiT-Test rata-rata pola
asih dengan status gizi baik adalah 0,8333 dengan standar deviasi 0,40. Pada pola
asih dengan status gizi buruk didapat rata-rata adalah 0,1667dengan standar
deviasi 0,40. Hasil uji statistik didapatkan nilai p = 0,018 berarti pada = 0,05
terihat dapat disimpulkan ada perbedaan pola asih pada status gizi di desa
simpang peut Kecamatan Kuala Kabupaten Nagan Raya.
Setiap orang tua pasti sangat sayang terhadap anaknya oleh sebab itu
agama kita juga menganjurkan orang tua untuk menyusui anaknya kerena asi
tesebut akan menjadi darah dangin sehingga ikatan emosinal antara ibu dan anak
akan menjadi lebih baik, akan tetapi ada juag yang tidak menyusui anaknya
dengan alasan takut payudarah nya kendur, dan ada juga beralasan sibuk
dikantor.Pemenuhan kebutuhan emosi dan kasih sayang dapat dimulai sedini
mungkin. Sejak anak berada dalam kandungan, perlu diupayakan kontak
30
psikologis antara ibu dan anak. Setelah lahir, upaya tersebut dapat dilakukan
dengan mendekapkan bayi ke dada ibu segera setelah lahir.
4.3.3. Perbedaan Pola Asuh
Dari hasil analisa statistik dengan menggunakan ujiT-Test rata-rata pola
asih dengan status gizi baik adalah 0,8333 dengan standar deviasi 0,40. Pada pola
asuh dengan status buruk didapat rata-rata adalah 0,1667dengan standar deviasi
0,40. Hasil uji statistik didapatkan nilai p = 0,018 berarti pada = 0,05 terihat
dapat disimpulkan ada perbedaan pola asuh pada status gizi di desa simpang
peutKecamatan Kuala Kabupaten Nagan Raya.
Mengasuh balita tidak semudah membalikakn telapak tangan banyak
sekali yang harus di perhatikan mulai dari makam, minum, tidur, mandi, dan
masih banyak lagi sesuai kebutuhan si buah hati. Akan tetapi masih ada orang tua
yang kurang memperhatikan makanan yang di komsumsi anaknya dan
membebaskan anak jajan sembangan, tidak memberi asi pada balitanya dan ada
juga yang tidak membawa anaknya ke posyandu untuk mendapatkan perawatan
kesehatan dasar seperti, imunisasi dasar lengkap cakupan vitamin A. semua itu
sangat di perlukan oleh balita dalam masa tumbuh kembang nya.
Maka dari itu pola asah, asih, dan asuh harus bisa di kombinasikan dengan baik
agar semua kebutuhan balita dapat terpenuhi dengan sempurna.
31
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian pada bab sebelumnya, maka penelitian ini
menghasilkan sebagai berikut :
1. Adanyaperbedaan pola asahpada balita status gizi baik dan gizi
burukyaitu sebesar 0,33333 dengan rentang perbedaan - 0,33097 sampai
0,99764 dengan derajat kepercayaan 95%.
2. Adanya perbedaan pola asih pada balita status gizi baik dan gizi buruk
yaitu sebesar0,66667dengan rentang perbedaan 0,14149 sampai 1.19184
dengan derajat kepercayaan 95%.
3. Adanya perbedaan pola asuh pada balita status gizi baik dan gizi
burukyaitu sebesar0,66667dengan rentang perbedaan 0,14149 sampai
1.19184 dengan derajat kepercayaan 95%.
5.2 SARAN
1. Diharapkan kepada orang tua peliharalah anak denga baik dan benar sesuai
dengan tumbuh kembangnya, serta mendampingi dan berkomunikasi
denga aktif kepada anak.
2. Diharapkan kepada posyanduagar dapat meningkatkan pemantauan dan
perbaikan pelayanan gizi anak, misalnya dengan Pemberian Makanan
Tambahan (PMT)
DAFTAR PUSTAKA
Almatsier, Sunita, 2002. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Gramedia. Jakarta.
Aprijadi, W.H, 2006. Prinsip Dasar Gizi. Gramedia. Jakarta.
Arisman, 2004. Gizi Dalam Daur Kehidupan. Penerbit Buku Kedokteran EGC.Jakarta.
Budiyanto, Moch., Agus Krisno, 2002. Dasar Ilmu Gizi Edisi Revisi. Universitas Muhammadiyah Malang. Malang.
Budiarto, Eko. 2001. Statistik Kesehatan. Gramedia. Jakarta.
Direktorat PADU, 2002. Bahan Ajar Parenting Education. Direktorat PADU. Jakarta.
Kholifah, Atik, 2002. Hubungan Pola Konsumsi Ikan dan Status Gizi Siswa SD Dari Keluarga Nelayan. Skripsi. Surabaya, Universitas Airlangga.
Notoatmodjo, S. 2002. Metode Penelitian Kesehatan. Gramedia. Jakarta.
Nursalam, Rekawati Susilaningrum, dan Sri Utami, 2005. Asuhan Keperawatan Bayi dan Anak (Untuk Perawat dan Bidan. Salemba Medika. Jakarta.
Saragih, Anita, 2010. Mengatasi Masalah Gizi Buruk.
http://www.analisadaily.com/index.php?option=com_content&view=article&i d=4196:me ngatasi-masalah-gizi-buruk&catid=542:25-januari- 2010&Itemid=135.5 (sitasi 5 April 2010).
Siswono, 2008. 5,1 Juta Balita Gizi Buruk, 54 Persen Meninggal.
http://www.suarapembaruan.com (sitasi 5 April 2010) Soetjiningsih, 2005. Tumbuh Kembang Anak. Penerbit Buku Kedokteran EGC.Jakarta
Supariasa, I., Bachyar B., dan Ibnu F, 2002. Penilaian Status Gizi. Penerbit Buku
Kedokteran EGC. Jakarta. Tanuwidjaya, S, 2002. Konsep Umum Tumbuh Kembang Anak. Tumbuh Kembang
Anak. Sagung Seto. Jakarta.