abstrak reta puspita sari, nim: 106018200777, hubungan...
TRANSCRIPT
i
ABSTRAK
Reta Puspita Sari, NIM: 106018200777, Hubungan Hasil Belajar
Kewirausahaan Dengan Motivasi Berwiraswasta Siswa di SMK Dua Mei
Ciputat, Skripsi Program Strata Satu (SI) Fakultas Ilmu Tarbiyah dan
Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta 2010.
.Penelitian ini menggunakan dua variable, variable pertama yaitu hasil
belajar kewirausahaan dan variable kedua motivasi berwiraswasta. Tujuan dari
penelitian ini untuk mendapatkan pengetahuan berdasarkan data dan fakta yang
valid (sahih), benar dan dapat dipercaya tentang seberapa besar hubungan hasil
belajar kewirausahaan dengan motivasi berwiraswasta siswa di SMK Dua Mei
Ciputat. Penelitian ini dilakukan di SMK Dua Mei Ciputat pada bulan Juni sampai
dengan bulan juli 2010, dan menggunakan metode kuantitatif serta pengumpulan
data ini menggunakan angket dan wawancara. Populasi dalam penelitian ini
adalah seluruh siswa di SMK Dua Mei Ciputat sebanyak 415 murid. Sampel yang
digunakan dalam penelitian ini adalah 39 murid yang diambil dari kelas XI Tata
Niaga.
Hipotesis dalam penelitian ini adalah terdapat hubungan yang sangat
tinggi antara hasil belajar kewirausahaan dengan motivasi berwiraswasta siswa di
SMK Dua Mei Ciputat. Setelah melalui berbagai tahapan dalam penelitian ini,
akhirnya penulis menemukan temuan-temuan dilapangan sebagai berikut: Dari
pengolahan hasil data, diketahui r hitung 0.94921 hal ini terdapat korelasi
interprestasi yang sangat tinggi antara hasil belajar kewirausahaan dengan
motivasi berwiraswasta siswa di SMK Dua Mei Ciputat. Agar hasil belajar dan
motivasi berwiraswasta siswa meningkat, seyogyanya guru mempunyai wawasan
yang luas mengenai mata pelajaran kewirausahaan dan dapat menerik minat siswa
untuk berwiraswasta.
ii
KATA PENGANTAR
Bismillaahhirrahmaanirrohiim
Alhamdulillah wa syukurillah, Segala puji dan puja hanya milik Allah
SWT. Tuhan yang merajai semesta alam ini, yang telah menciptakan
kesempurnaan pada manusia berupa akal. Dengan akal inilah manusia mampu
berbuat sesuatu dengan mempertimbangkan baik dan buruknya. Tuhan yang kasih
sayang-Nya tak pernah terhalang oleh ruang dan waktu sehingga skripsi ini dapat
penulis selesaikan meski terkadang kesulitan dan keputus asaan kerap penulis
alami.
Semoga Shalawat dan salam akan selalu tercurahkan kepada Nabi yang
mulia, Muhammad SAW yang telah membawa lentera kebenaran untuk menyinari
hati manusia dengan penuh kesabaran menuju jalan yang diridhai Allah SWT,
Rasul yang menjadi Rahmatan lil’ alamin dan sosok teladan bagi seluruh
umatnya. Juga kepada keluarga, sahabat, dan kita semua selaku ummatnya yang
mengikuti jejaknya sepanjang zaman. Amin
Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-
besarnya kepada semua pihak yang telah membantu, membimbing dan
memotivasi penulis sehingga skripsi ini dapat terselesaikan, untuk itu penulis
mengucapkan terima kasih kepada:
1. Prof. Dede Rosyada, MA. Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
beserta wakil dan stafnya.
2. Drs. Rusydi Zakaria, M.Ed. M.Phil. Ketua Jurusan Kependidikan Islam
Manajemen dan Pendidikan beserta stafnya.
3. Drs. H. Muarif SAM, M.Pd. Ketua Program Studi Manajemen Pendidikan
yang telah membantu penulis dalam berbagai hal untuk menyelesaikan
skripsi ini.
4. Drs. Akbar Zainudin, MM, sebagai dosen pembimbing yang telah
memberikan pengarahan dan petunjuk dengan penuh kesabaran serta
ketelitian demi kesempurnaan skripsi ini, terima kasih banyak atas waktu,
tenaga dan pikirannya.
iii
5. Kepala SMK Dua Mei beserta jajaran dewan guru yang tidak bisa penulis
sebutkan namanya satu persatu yang telah mengijinkan penulis melakukan
penelitian untuk menyelesaikan skripsi ini. Semoga Allah SWT membalas
segala kebaikan Bapak/ Ibu semua dengan berlipat ganda.
6. Ayahanda dan ibunda tercinta, Rudi Setia Budi Cristanto dan Tati Riawati
yang senantiasa memberikan kasih sayang yang tak terbatas, tanpa
mengenal lelah, tanpa mengenal susah, “skripsi ini ku persembahkan
untuk kalian”. Kakakku Ifan Riawan yang aku banggakan yang selalu
mendukungku walau kau jauh di sana.
7. Sahabat- sahabatku ( anak kostan Vila Kelinci: Teh’Beti, Teh’Rohay, Mba
Ida, K’Umi), Canda tawa bersama kalian tak kan pernah ku lupakan.
8. Teman-teman seperjuangan Manajemen Pendidikan angkatan 2006 yang
telah mengukir tinta cerita kebersamaan yang sulit terlupakan. Semoga
yang kita perjuangkan selama ini mendapatkan hasil yang terbaik untuk
mewujudkan yang dinamakan cita-cita.
9. “ Kepada dia” kaulah pancaran energi yang menjadikan aku semakin kuat
melalui derasnya kehidupan. “Hatur nuhunnya “. Semoga niat baik kita
dapat diridhoi oleh Allah SWT. Amin
10. Teman-teman…. yang jauh, yang dekat khususnya teman seperjuanganku
di Pondok Pesantren Miftahul Ulum Alay, Ocha, Dilah, K’nida “Kangen
kumpul bareng kalian lagi”. Dan teman-temanku angkatan 2006. Thanks
For all.
11. Seluruh pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu per satu. Hanya Allah
SWT yang akan membalas kebaikan kalian semua.
12. Tim Penguji Skripsi yang telah meluangkan waktu demi pengesahan
skripsi ini dan memberikan gelar Sarjana kepada penulis secara resmi.
Dalam ketidak berdayaan kecuali kekuatan yang diberikan-Nya, penulis
menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih sangat jauh dari kesempurnaan dan
masih banyak kekurangan, apabila ada ada kesalahan dalam penulisan skripsi ini
iv
penulis mohon maaf, itu bukan karena kesengajaan tapi karena kekurangan dan
kekhilafan penulis.
Akhirnya kepada Allah penulis berserah diri, tiada daya dan upaya
melainkan dengan izin kekuasaan-Nya dan memohon Taufik serta Hidayah-Nya,
serta berdoa semoga skripsi ini bermanfaat di dunia dan dapat menjadi pahala dari
ilmu yang bermanfaat untuk bekal akhirat, khususnya kepada diri penulis dan
pihak yang turut membantu proses penulisan skripsi ini.
Ciputat, 26 Agustus 2010
Penulis
v
DAFTAR ISI
ABSTRAK ......................................................................................................... i
KATA PENGANTAR ....................................................................................... ii
DAFTAR ISI ...................................................................................................... v
DAFTAR TABEL ............................................................................................. vii
DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................... ix
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................ 1
A. Latar Belakang Masalah .............................................................. 1
B. Identifikasi Masalah .................................................................... 5
C. Pembatasan Masalah ................................................................... 5
D. Perumusan Masalah .................................................................... 5
E. Tujuan Penelitian dan Kegunaan Penelitian ............................... 6
BAB II KAJIAN TEORI ............................................................................. 7
A. Konsep Hasil Belajar................................................................... 7
1. Hasil Belajar .......................................................................... 7
2. Teori Hasil Belajar ................................................................ 10
3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Belajar .......................... 13
4. Faktor- Faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar ............... 15
5. Pengukuran Hasil Belajar ...................................................... 16
6. Hakikat Mata Pelajaran Kewirausahaan ............................... 17
B. Hakikat Motivasi Berwiraswasta ................................................ 18
1. Pengertian Motivasi .............................................................. 18
2. Macam- Macam Motivasi ..................................................... 18
3. Fungsi Motivasi ..................................................................... 23
4. Pengertian Berwiraswasta ..................................................... 24
C. Kerangka Berfikir........................................................................ 27
D. Hipotesis ...................................................................................... 28
vi
BAB III METODE PENELITIAN ...............................................................
A. Tempat dan Waktu Penelitian ..................................................... 29
B. Metode Penelitian........................................................................ 29
C. Variabel Penelitian ...................................................................... 29
D. Populasi dan Sampel ................................................................... 32
E. Teknik Pengumpulan Data .......................................................... 32
F. Teknik Analisis Data .................................................................. 33
BAB IV HASIL PENELITIAN .................................................................... 35
A. Gambaran Umum Sekolah .......................................................... 35
1. Sejarah Singkat Sekolah Menengah Kejuruan ...................... 35
2. Struktur Organisasi ............................................................... 36
B. Deskripsi Data ............................................................................. 37
C. Pengujian Hipotesis ..................................................................... 50
D. Interprestasi Hasil Penelitian....................................................... 51
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN .......................................................
A. Kesimpulan ................................................................................. 59
B. Saran- Saran ................................................................................ 60
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 61
LAMPIRAN
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Belajar adalah kebutuhan dan kewajiban setiap orang, maka jelaslah
bahwa terdapat bermacam-macam konsep mengenai belajar. Belajar
merupakan hal hakiki karena bermacam tingkah laku manusia yang dapat
dipahami adalah hasil dari proses belajar itu sendiri.
Belajar dan pembelajaran adalah dua sisi yang tak bisa terpisahkan.
Sebagaimana di ungkapkan oleh Dr. Dimyati dan Drs. Mudjiono:
“Berakhirnya suatu proses belajar, maka siswa memperoleh suatu
hasil belajar. Hasil belajar merupakan hasil suatu interaksi tindak belajar
dan tindak mengajar, dari sisi guru tindak mengajar diakhiri dengan proses
evaluasi hasil belajar. Dari sisi belajar merupakan berakhirnya penggal dan
puncak proses belajar. Hasil belajar, untuk sebagian adalah berkat tindakan
guru, suatu tujuan pengajarn”.1
Peningkatan mutu dan kualitas guru merupakan faktor penentu dalam
keberhasilan peningkatan kualitas pendidikan di sekolah. Efektifitas dan
efisiensi pengelolaan sekolah sangat ditentukan oleh situasi dan kondisi
lingkungan sehingga terjadinya interaksi belajar dalam mencapai hasil
pendidikan yang baik. Proses pendidikan yang baik dan efisien harus
1 Dimyati dan Mudjiono, Belajar dan Pembelajarn , (Jakarta: PT Rineka Cipta, 1999), h. 3
2
didukung oleh motivasi dan kreatifitas guru yang bersangkutan. Peran guru
dalam pembelajaran yaitu membuat desain instruksional, menyelenggarakan
kegiatan belajar mengajar, bertindak mengajar atau membelajarkan,
mengevaluasi hasil belajar yang berupa dampak pengajaran.2
Di setiap sekolah keadaan dan kondisinya berbeda-beda, ada sekolah
yang sudah lengkap dengan unsur yang memperlancar proses belajar
mengajar, tetapi tidak sedikit sekolah yang kondisinya masih minim sehingga
kelancaran proses belajar mengajar menjadi kurang berjalan sebagaimana
mestinya. Dengan kondisi seperti itu tentu akan mempengaruhi hasil belajar di
suatu sekolah.
Sekolah Menengah Kejuruan merupakan salah satu lembaga
pendidikan kejuruan tingkat atas berorientasi untuk mempersiapkan memenuhi
tuntunan dunia kerja. Adapun tujuan dari pendidikan menengah bertujuan
untuk meningkatkan kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia,
serta keterampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut.
Salah satu mata pelajaran yang diajarkan di tingkat SMK adalah mata
pelajaran KEWIRAUSAHAAN. Tujuan diberikan mata pelajaran ini adalah
agar siswa memiliki pengetahuan dan menumbuhkembangkan kesadaran dan
orientasi kewirausahaan yang tangguh dan kuat terhadap para siswa dan
masyarakat. Dalam arti lain, seorang siswa setelah mempelajari mata pelajaran
kewirausahaan memiliki motivasi untuk berwiraswasta. Motivasi untuk
berwiraswasta ini diharapkan ada pada diri siswa dan mempengaruhi setiap
perilaku dalam kehidupan sehari-hari. Karena salah satu permasalahan yang
dihadapi oleh bangsa Indonesia sekarang ini adalah rendahnya minat untuk
berwirausaha di kalangan para pemuda. Kalau seandainya para pemuda
mempunyai minat yang kuat untuk berwirausaha, pasti akan bermunculan para
pengusaha-pengusaha muda. Dengan banyaknya orang berwiraswasta maka
banyak juga lapangan pekerjaan yang akan disediakan. Tapi pada
kenyataannya sekarang ini orang berbondong-bondong ingin menjadi
pegawai, terutama pegawai negeri yang selalu dibatasi dalam penerimaannya.
2 Dimyati dan Mudjiono, Belajar dan Pembelajarn , (Jakarta: PT Rineka Cipta, 1999), h .5
3
Seperti telah disebutkan di atas, bahwa tujuan diberikannya mata
pelajaran kewirausahaan adalah untuk mengetahui dan memiliki pengetahuan
serta menumbuhkembangkan kesadaran orientasi kewirausahaan yang tangguh
dan kuat di kalangan para siswa dan masyarakat. Salah satu cara untuk
mengetahui tingkat keberhasilan dari tujuan tersebut maka diadakan
tes/penilaian. Hasil tes tersebut kemudian dibakukan dalam bentuk angka/nilai
seorang siswa yang memiliki hasil belajar yang tinggi berarti telah memiliki
pengetahuan dan keterampilan seperti yang diajarkan pada mata pelajaran
kewirausahaan, sehingga dalam dirinya juga telah memiliki pengetahuan
tentang berwirausaha. Dengan pengetahuan tersebut, akan berpengaruh juga
terhadap sikap hidupnya, karena dengan adanya belajar suatu organisme
berubah perilakunya sebagai akibat pengalaman.3
Faktor lain yang dapat mempengaruhi motivasi untuk berwiraswasta
siswa adalah kondisi lingkungan keluarga. Keluarga yang mempunyai jiwa
wiraswasta yang tinggi yang memungkinkan anaknya menjadi siswa dapat
mengembangkan pula jiwa wiraswastanya, sehingga memungkinkan anak
memiliki motivasi berwiraswasta yang lebih besar lagi.
Selain itu lingkungan sekolah juga berpengaruh terhadap motivasi
berwiraswasta. Sekolah yang menerapkan disiplin yang tinggi dan berlatar
belakang siswa yang memiliki sikap hidup positif akan menghasilkan siswa-
siswi yang memiliki hidup yang positif pula. Demikian juga dengan
lingkungan sekitar tempat tinggal siswa, di mana lingkungan masyarakat
sangat besar pengaruhnya terhadap pembentukan sikap hidup siswa.
Prestasi belajar yang baik dalam mata pelajaran kewirausahaan pada
sebuah sekolah yang berada di kawasan Ciputat, yaitu Sekolah Menengah
Kejuruan Dua Mei, maka akan memudahkan siswa bekerja sebagai tenaga
wirausaha, sebab di dalam mata pelajaran kewirausahaan diajarkan
pengetahuan, teknik dan seluk beluk tentang berwirausaha.
Dengan menyenangi pelajaran kewirausahaan dan kesungguhan
belajar, maka siswa memperoleh prestasi belajar pada mata pelajaran tersebut.
3 Dahar Wilis Ratna “Teori-Teori Belajar h .11
4
Mata pelajaran kewirausahaan yang bertujuan agar siswa-siswinya
mempunyai motivasi untuk berwiraswasta di SMK Dua Mei masih saja
mengalami kesulitan. Kesulitan yang terjadi adalah belum efektifnya mata
pelajaran tersebut dalam memotivasi siswa-siswi untuk berwiraswasta ini
diakibatkan kurangnya dukungan dari sekolah, masyarakat dan orang tua
dalam memberikan motivasi dan membina siswa-siswi untuk berwiraswasta.
Kurangnya motivasi berwiraswasta diakibatkan karena kurangnya
dukungan dari sekolah contohnya masih minimnya fasilitas dalam menunjang
proses pembelajaran sehingga sangat minim sekali keterampilan yang dimiliki
oleh siswa-siswi khususnya pada bidang usaha, ditambah lagi metode
pembelajaran yang diberikan oleh guru masih menggunakan metode lama
sehingga murid kadang merasa jenuh dan malas untuk belajar.
Selain itu dukungan dari pihak luar seperti masyarakatpun masih
sangat minin sekali, mereka seakan masa bodo dengan siswa-siswi, padahal
masyarakat seharusnya ikut bertanggung jawab dan berpartisifasi untuk
mencapai tujuan pendidikan yang diharapkan.
Selanjutnya dukungan dari pihak keluarga khususnya orang tua sangat
berpengaruh sekali. Akan tetapi masih banyak orang tua murid yang tidak
terlalu memperhatikan anak-anaknya dan kadang banyak di antara mereka
yang memberikan tanggung jawab penuh kepada sekolah bahwa sekolahlah
yang bertanggung jawab atas anak-anak mereka.
Pada kenyataannya hasil belajar siswa khususnya kelas XI tata niaga
di SMK Dua Mei masih di bawah rata-rata sekali, ini terbukti dari hasil
ulangan yang diberikan oleh guru mata pelajaran kewirausahaan masih banyak
siswa-siswi yang nilainya di bawah rata-rata.
Berdasarkan uraian di atas penulis merasa tertarik untuk meneliti
Hubungan Hasil Belajar Kewirausahaan Dengan Motivasi Berwiraswasta
Siswa Di SMK Dua Mei Ciputat.
5
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan uraian di atas maka dapat dikemukakan masalah-masalah
sebagai berikut:
1. Belum efektifnya mata pelajaran kewirausahaan dalam memberikan
motivasi berwiraswasta kepada siswa-siswi untuk berwiraswasta, karena:
a. Kurangnya fasilitas yang diberikan sekolah dalam proses belajar
mengajar.
b. Metode belajar yang disampaikan oleh guru bidang studi masih
menggunakan metode lama (konvensional).
2. Rendahnya hasil belajar pada mata pelajaran kewirausahaan.
3. Rendahnya dukungan dari pihak sekolah.
4. Rendahnya dukungan dari masyarakat sekitar.
5. Rendahnya dukungan dari keluarga dalam memotivasi anak-anaknya
untuk berwiraswasta.
C. Pembatasan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah di atas maka, diketahui masalah
motivasi berwiraswasta pada siswa demikian luas dan kompleks karena
masalah itu mengandung berbagai aspek. Dalam penelitian ini, penulis
membatasi masalah penelitian ini sebagai berikut: ”Hasil belajar yang diambil
dari nilai ulangan siswa-siswi kelas XI Tata Niaga dan hubungannya dengan
motivasi berwiraswasta siswa di SMK Dua Mei Ciputat”.
D. Perumusan Masalah
Atas dasar uraian pada latar belakang di atas, maka penulis membuat
rumusan penelitian sebagai berikut: ”Seberapa besar tingkat hubungan hasil
belajar kewirausahaan dengan motivasi berwiraswasta Siswa di SMK 2 Mei
Ciputat”.
6
E. Tujuan dan Kegunaan Hasil Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian adalah sebagai berikut:
1. Untuk menjelaskan hubungan antara hasil belajar kewirausahaan dengan
motivasi berwiraswasta siswa.
2. Untuk menjelaskan faktor yang menyebabkan rendahnya hasil belajar
kewirausahaan dengan motivasi berwiraswasta.
Secara umum hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah
khasanah ilmu pengetahuan untuk dapat di telaah lebih lanjut sehingga dapat
diadakan penelitian lanjutan. Selain dari pada itu penelitian ini diharapkan
juga dapat berguna:
1. Bagi peneliti sendiri berharap akan dapat menambah pengalaman dalam
membahas penelitian- penelitian selanjutnya.
2. Bagi lembaga pendidikan khususnya SMK Dua Mei, adalah sebagai bahan
masukan dalam meningkatkan mutu belajar siswa-siswinya.
7
BAB II
LANDASAN TEORITIK
A. Konsep Hasil Belajar
1. Hasil belajar
Untuk memahami konsep hasil belajar, maka terlebih dahulu akan
dijelaskan tentang pengertian belajar. Hal ini perlu karena hasil belajar
merupakan hasil yang dicapai setelah mengalami proses belajar.
Belajar selalu berkenaan dengan perubahan-perubahan pada diri
orang yang belajar, apakah itu mengarah kepada yang lebih baik ataupun
yang kurang baik, direncanakan atau tidak. Hal lain yang juga terkait
dalam belajar adalah pengalaman, pengalaman yang berbentuk interaksi
dengan orang lain atau lingkungannya.1
Menurut pengertian secara psikologis, belajar merupakan suatu
proses perubahan yaitu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari interaksi
dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya.2
Banyak definisi para ahli tentang belajar, di antaranya adalah
sebagai berikut:
a. E.R. Hilgard dan D.G. Marquis, mendefinisikan belajar sebagai
berikut: “Belajar merupakan proses mencari ilmu yang terjadi dalam
1Nana Syaodih Sukmadinata, Landasan Psikologi Proses Pendidikan, (Bandung:PT
Remaja Rosdakarya , 2007), Cet 4, h.155 2 Slameto Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya, ( Jakarta :PT Rineka
Cipta, 2010), Cet ke5,h .2.
8
diri seseorang melalui latihan, pembelajaran dan sebagainya, sehingga
terjadi perubahan dalam diri. Baik belajar itu dilakukan dalam
laboratorium di bawah bimbingan guru atau usaha sendiri dan
lingkungan alami di mana proses belajar itu terjadi.
b. James L. berpendapat belajar adalah upaya yang dilakukan dengan
mengalami sendiri, menjelajahi, menelusuri sendiri dan memperoleh
sendiri. Dengan ini kegiatan belajar harus melalui pengalaman,
menelusuri yang dipelajari dan akhirnya akan menemukan yang
dipelajari.
c. Menurut Henry E. Garrett belajar merupakan proses yang berlangsung
dalam jangka waktu lama melalui latihan maupun pengalaman yang
membawa kepada perubahan diri dan perubahan cara mereaksi
terhadap suatu perangsang tertentu.
d. Lester D.Crow dan Alice Crow mendefinisikan belajar adalah upaya
untuk memperoleh kebiasaan-kebiasaan pengetahuan dan sikap-sikap.
e. Robert M. Gagne mendefinisikan belajar sebagai perubahan yang
terjadi dalam kemampuan manusia yang terjadi setelah belajar secara
terus menerus, bukan hanya disebabkan oleh proses pertumbuhan saja.
f. Gordon H. Bower and Ernest R. Hilgard menurut kedua tokoh
Psikologi ini belajar adalah perubahan tingkah laku yang terjadi pada
diri seseorang yang disebabkan oleh situasi tertentu yang terjadi
berulang kali, walaupun sifat masalah dihadapi tidak sama3
Dari definisi-definisi yang dikemukakan di atas, dapat di
kemukakan adanya beberapa elemen yang penting yang mencirikan
pengertian tentang belajar, yaitu bahwa.
a. Belajar merupakan perubahan dalam tingkah laku, di mana perubahan
itu dapat mengarah kepada tingkah laku yang lebih baik, tetapi juga
ada kemungkinan mengarah kepada tingkah laku yang lebih buruk.
3Aminuddin Rasyad, Teori Belajar dan Pembelajaran (Jakarta: Penerbit Uhamka Press,
2003),Cet ke 4, h.29-35.
9
b. Belajar merupakan suatu perubahan yang terjadi melalui latihan atau
pengalaman; dalam arti perubahan-perubahan yang disebabkan oleh
pertumbuhan atau kematangan tidak dianggap sebagai hasil belajar;
seperti perubahan-perubahan yang terjadi pada diri seorang bayi.
c. Untuk disebut belajar, maka perubahan itu harus relatif mantap; harus
merupakan akhir daripada suatu periode waktu yang cukup panjang.
d. Perubahan karena belajar menyangkut berbagai aspek kepribadian,
baik fisik maupun psikis, seperti: perubahan dalam pengertian,
pemecahan suatu masalah atau berfikir, keterampilan, kecakapan,
kebiasaan, ataupun sikap.4
e. Situasi belajar mesti bertujuan, dan tujuan-tujuan tersebut diterima,
baik oleh individu maupun masyarakat.5
Jadi dapat disimpulkan bahwa belajar adalah sesuatu yang
dilakukan oleh seseorang untuk mendapatkan pengetahuan dalam
memenuhi kebutuhan hidupnya.
Dalam mengajar, kita harus selalu mengetahui tujuan-tujuan yang
harus kita capai dalam mengajarkan suatu pokok bahasan. Untuk itu kita
merumuskan Tujuan Instruksional Khusus yang didasarkan pada
Taksonomi Bloom tentang tujuan-tujuan perilaku (Bloom, 1956), yang
meliputi tiga domain, yaitu domain kognitif, domain afektif, dan
psikomotorik. Gagne mengemukakan lima hasil belajar, tiga di antaranya
bersifat kognitif, satu bersifat afektif, dan satu lagi bersifat psikomotorik.
Penampilan- penampilan yang dapat diamati sebagai hasil belajar disebut
kemampuan- kemampuan (capabilities) (Gagne, 1988).6
Hasil belajar atau achievement merupakan realitas atau pemekaran
dari kecakapan-kecakapan potensial atau kapasitas yang dimiliki
seseorang. Penguasaan hasil belajar oleh seseorang dapat dilihat dari
perilakunya, baik perilaku dalam bentuk penguasaan pengetahuan,
4 Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan, (Bandung: Penerbit Remadja Karya CV,
1985), Cet ke -2, h.81-82 5 Alex Sobur , Psikologi Umum, (Bandung CV Pustaka Setia, 2003), Cet 1,h, 221.
6 Ratna Wilis Dahar , Teori-Teori Belajar, h. 134
10
keterampilan berfikir maupun keterampilan motorik. Hampir sebagian
besar dari kegiatan atau perilaku yang diperlihatkan oleh seseorang adalah
hasil belajar.7
Hasil belajar siswa dirumuskan sebagai tujuan instruksional umum
(TIU) yang dinyatakan dalam bentuk yang lebih spesifik dan merupakan
komponen dari tujuan umum mata kuliah atau bidang studi.8
Hasil yang dicapai dalam belajar adalah perubahan tingkah laku
yang dapat dilihat oleh panca indra atau intelektual yang ada pada individu
tersebut.
2. Teori- Teori Belajar
Pemahaman terhadap berbagai teori belajar ini diperlukan, agar
bagi kaum pendidik yang selalu berharap dengan peserta didiknya dapat
menggunakan teori ini sebagai pisau analisis terhadap tingkah laku belajar
peserta didiknya, di samping dapat diaplikasikan sesuai dengan situasi
belajar yang dihadapi. Teori-teori yang dikemukakan berikut ini
didasarkan pada penelitian para ahli psikologi dan kesempatan anggota
assosiasi psikologi pada umumnya dinominasi oleh Amerika sejak tahun
1898 sejak Edward L.Thordike mengemukakan tulisannya mengenai
Animal Intelligence.
a. Teori Koneksionis Edwar L. Thorndike (1874-1949)
Dasar teori belajar yang dikemukakan oleh Thorndike berawal
dari hubungan (connection) antara kesan-kesan yang ditimbulkan oleh
serapan alat indra terhadap obyek pengamatan dan dengan dorongan
yang ada dalam diri untuk berbuat. Hubungan yang terjadi antara kesan
yang diterima dengan dorongan untuk berbuat ini disebutnya bond
(ikatan) atau connection (hubungan). Menurut teori Thorndike ini,
bahwa peralatan (mediator) antara stimulus atau perangsang yang
datang dari luar dan mengenai tubuh adalah sistem persyaratan. Sistem
persyaratan inilah yang berfungsi menghubungkan perangsang yang
7Nana Syaodih Sukmadinata, Landasan Psikologi Proses Pendidikan, (Bandung PT
Remaja Rosdakarya, 2007) , Cet .3, h 102. 8 Nasution Kurikulum Dan Pengajaran , (Jakarta: PT Bumi Aksara ), Cet 2,h 61.
11
datang dengan respon dari orang yang bersangkutan maka terjadilah
perbuatan belajar yang dapat diperoleh melalui warisan keturunan dan
dari hasil perolehan dari pengalaman melalui belajar.
b. Teori Kondisi Ivan Petrovich Pavlov (1849-1936)
Percobaan klasik Pavlov dimulai dengan anjing berdasarkan
gerak refleksi wajar. Menurut kajiannya bila seekor anjing terbit air
liurnya dan keluar ketika mencium bau yang disukainya seperti daging,
maka gerakan reflek demikian dinamakan gerakan reflek wajar atau
disebutnya uncondicioning reflexes (gerakan refleks yang tidak
bersyarat).
Dari hasil percobaan ia berkesimpulan, bahwa gerak reflex
tersebut dapat dipelajari dan dapat berubah karena adanya latihan
berulang kali. Gerakan refleks ini ada dua macam, ialah gerakan
refleks wajar (unconditioned reflex) dan gerakan refleks tidak wajar
atau bersyarat (conditioned reflex).
Hasil penelitian Pavlov terhadap bagaimana terjadinya proses
belajar melalui perangsang tidak bersyarat dan perangsang bersyarat
yang semula dilakukannya dengan anjing, berpengaruh luas terhadap
teori belajar, terutama terhadap pengembangan teori belajar di
Amerika. Ia telah melakukan secara sistematis, sehingga melahirkan
teori asosiasi belajar antara kaitan perangsang dengan respon dalam
belajar.
c. Teori Belajar Kondisioning Edwin R. Guthrie (1886-1959)
Edwin R. Ghutrie pada awalnya ia seorang ahli tingkah laku
atau behaviorist Amerika yang dalam beberapa aspek mengikuti dan
sejalan dengan Thorndike dan Pavlov. Teori belajarnya didasarkan
pada hubungan antara stimulus dan response (S-R). Aliran behavior
sebagai salah satu aliran dalam psikologi yang didasarnya diletakan
oleh John B. Watson (1878-1959) yang pada tahun 1913 dan
mengumumkan posisinya sebagai ahli tingkah laku (behaviorist).
Menurut behaviorist, bahwa ilmu pengetahuan tentang psikologi harus
12
didasarkan kepada kajian tentang sesuatu yang dapat diamati,
perangsang phisik dan gerakan-gerakan otot serta hormon yang keluar
dari kelenjar yang ada di dalam tubuh sebagai akibat dari rangsangan.
Para ahli tingkah laku ini berpegang kepada metode ilmiah yang sah
(legitimate scientific method).
Hukum belajar Guthrie adalah “berbagai perangsang yang
disertai oleh gerakan akan menimbulkan gerakan pula”. Prinsip ini
sebagai dasar dari teori belajar.
d. Teori Belajar Psikologi Gestalt (Gestalt Theory): Wolfgang Kohler
Teori belajar Gestalt ini lahir di Jerman pada tahun 1912 yang
dipelopori dan dikembangkan oleh Max Wertheimer (1880-1943) pada
tahun 1912 sebagai reaksi terhadap aliran strukturalisme dalam
psikologi (structural psychology), yaitu system psikologi yang
dikaitkan dengan Wilhelm Wundt, Bapak Psikologi Eksperimen, dan
Edward Bradferd Titchner.
Sebagaimana dikemukakan, oleh para ahli Gestalt, bahwa
kejiwaan manusia terikat kepada pengamatan yang dimilikinya.
Pengamatan ini adalah perwujudan keadaan kejiwaan manusia.
Manusia bukanlah sekedar makhluk reaksi atau responser terhadap
perangsang yang datang kepadanya. Sebagaimana dalam konsep
belajar teori asosiasi, teori Pavlov dan Thorndike sebagaimana telah
dikemukakan di depan, tadi adalah makhluk secara psikologis
mempunyai kesadaran atas pengertian atau insight yang ada dalam
jiwanya.
Menurut teori Gestalt, bahwa dalam belajar pemahaman atau
pengertian memegang peranan amat penting bagi tuntasnya kegiatan
belajar. Belajar bukanlah aktivitas reaktif mekanistis belaka, tapi juga
adanya pemahaman terhadap perangsang yang datang yang tengah
dihadapi di waktu seseorang melakukan aktivitas belajar. Menurut
pendapat ahli Gestalt bahwa situasi belajar ditanggapi sebagai suatu
13
keseluruhan dan kebulatan yang berhubungan satu unsur dengan unsur
lainnya yang terdapat dalam problema yang dihadapi. 9
3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Belajar
Telah dikatakan bahwa belajar adalah suatu proses yang
menimbulkan terjadinya suatu perubahan atau pembaharuan dalam tingkah
laku atau kecakapan. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi belajar
adalah sebagai berikut:
a. Kematangan / Pertumbuhan
Mengajarkan sesuatu baru dapat berhasil jika tarap pertumbuhan
pribadi telah memungkinkan potensi-potensi jasmani atau rohaninya
telah matang untuk itu.
b. Kecerdasan/ Intelijensi
Di samping kematangan, dapat atau tidaknya seseorang mempelajari
sesuatu dengan berhasil baik ditentukan dipengaruhi pula oleh taraf
kecerdasannya. Kenyataan menunjukan kepada kita, meskipun anak
yang berumur 14 tahun keatas pada umumnya telah matang untuk
belajar ilmu pasti, tetapi tidak semua anak-anak tersebut pandai dalam
ilmu pasti. Jelas kiranya bahwa dalam belajar selain kematangan,
intelijensi pun turut memegang peranan.
c. Latihan dan Ulangan
Karena sering mengulangi sesuatu, maka kecakapan dan pengetahuan
yang dimilikinya dapat menjadi makin dikuasai dan makin mendalam.
Sebaliknya, tanpa latihan pengalaman-pengalaman yang dimiliki dapat
menjadi hilang atau berkurang. Karena latihan, seringkali mengalami
sesuatu, seseorang dapat timbul minatnya kepada sesuatu itu makin
besar minat makin besar pula perhatiannya sehingga memperbesar
hasratnya untuk mempelajari.
9 Aminudin Rasyad, Teori Belajar dan Pembelajaran, (Jakarta: Penerbit Uhamka Press,
2003), Cet ke 4, h 42-76.
14
d. Motivasi
Motif merupakan pendorong bagi suatu organisme untuk melakukan
sesuatu. Motif intristik dapat mendorong seseorang sehingga akhirnya
orang itu menjadi spesialis dalam bidang ilmu pengetahuan tertentu.
e. Sifat-Sifat Pribadi Seseorang
Faktor pribadi seseorang turut pula memegang peranan dalam belajar.
Tiap- tiap orang mempunyai sifat-sifat kepribadiannya masing-masing
yang berbeda antara seseorang dengan yang lain. Sifat-sifat
kepribadian yang ada pada seseorang itu sedikit banyaknya turut pula
mempengaruhi sampai di manakah hasil belajarnya dapat dicapai.
f. Keadaan Keluarga
Suasana dan keadaan keluarga yang bermacam-macam itu mau tidak
mau turut menentukan bagaimana dan sampai di mana belajar dialami
dan dicapai oleh anak-anak. Termasuk dalam keluarga ini, ada
tidaknya atau tersedia tidaknya fasilitas-fasilitas yang diperlukan
dalam belajar turut memegang peranan penting pula.
g. Guru dan Cara Mengajar
Faktor guru dan cara mengajarnya merupakan faktor yang penting
pula. Bagaimana sikap dan kepribadian guru, tinggi rendahnya
pengetahuan yang dimiliki guru, dan bagaimana cara guru itu
mengajarkan pengetahuan itu kepada anak-anak didiknya, turut
menentukan bagaimana hasil belajar yang dapat dicapai anak.
h. Alat- alat Pelajaran
Sekolah yang cukup memiliki alat-alat dan perlengkapan yang
diperlukan untuk belajar ditambah dengan cara mengajar yang baik
dari guru-gurunya, kecakapan guru dalam menggunakan alat-alat itu,
akan mempermudah dan mempercepat hasil belajar anak-anak.
i. Motivasi Sosial
Karena belajar itu adalah suatu proses yang timbul dari dalam, maka
faktor motivasi memegang peranan pula. Jika guru atau orang tua
dapat memberikan motivasi yang baik pada anak-anak timbulah dalam
15
diri anak itu dorongan dan hasrat untuk belajar lebih baik. Motivasi
sosial dapat pula timbul pada anak dari orang lain disekitarnya, seperti
dari orang-orang, tetangga, sanak saudara yang berdekatan dengan
anak itu, dan dari teman-teman sepermainan dan disekolahnya.
j. Lingkungan dan Kesempatan
Seorang anak yang baik, memiliki intelijensi yang baik, bersekolah
disuatu sekolah yang keadaan gurunya dan alat-alatnya baik, belum
tentu pula dapat belajar dengan baik. Umpamanya karena jarak antara
sekolah dan rumah itu jauh, memerlukan kendaraan yang cukup lama
sehingga melelahkan.10
k. Faktor Pendekatan Belajar
Pendekatan belajar dapat dipahami sebagai segala cara atau strategi
yang digunakan siswa dalam menunjang efektifitas dan efisiensi proses
pembelajaran materi tertentu. Strategi dalam hal ini berarti seperangkat
langkah operasional yang direkayasa sedemikian rupa untuk
memecahkan masalah atau mencapai tujuan belajar tertentu
(Lawson,1991).11
Atkinson (Resnani, 2004) menyatakan bahwa salah satu faktor
penting menjadi daya penggerak bagi seseorang untuk belajar adalah
keinginannya untuk memenuhi kebutuhan untuk sukses serta menjauhi
kegagalan. Jika seseorang memiliki kebutuhan untuk sukses, maka orang
tersebut akan bekerja keras dan terus belajar. 12
4. Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar
Untuk memahami kegiatan yang disebut belajar, perlu dilakukan
analisa untuk menemukan persoalan- persoalan apa yang terlibat di dalam
kegiatan belajar itu. Sebagai suatu proses sudah barang tentu harus ada
yang diproses (keluaran atau output). Jadi dalam hal ini kita dapat
10
Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan, ( Bandung Penerbit Remadja Karya CV,
1985), Cet ke 2, h,101-105. 11
Muhibbin Syah , Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, (Bandung PT
Remaja Rosdakarya, 2006), Cet ke1,h. 139. 12
Arman Hakim Nasution dkk , Entreprenenrship Membangun Sprit Teknopreneurship,
(Yogyakarta: CV Andi Offset), h, 24.
16
menganalisis kegiatan belajar itu dengan pendekatan analisis sistem.
Dengan pendekatan sistem ini sekaligus kita dapat melihat adanya
berbagai faktor yang dapat mempengaruhi proses dan hasil belajar.
Di dalam proses belajar mengajar di sekolah, maka yang dimaksud
masukan mentah atau raw input adalah siswa sebagai raw input siswa
memiliki karakteristik tertentu, baik fisiologis maupun psikologis.
Mengenai fisiologis ialah bagaimana kondisi fisiknya, panca indranya, dan
sebagainya. Sedangkan yang menyangkut psikologis adalah: minatnya,
tingkat kecerdasannya, bakatnya, motivasinya, kemampuan kognitifnya,
dan sebagainya. Semua ini dapat mempengaruhi bagaimana proses dan
hasil belajarnya.
Termasuk instrumental input atau faktor-faktor yang sengaja
dirancang dan dimanipulasikan adalah: kurikulum atau bahan pelajaran,
guru yang memberikan pengajaran, sarana dan fasilitas, serta manajeman
yang berlaku di sekolah yang bersangkutan. Di dalam keseluruhan sistem
maka instrumental input merupakan faktor yang sangat penting pula dan
paling menentukan dalam pencapaian hasil/ output yang dikehendaki,
karena instrumental input inilah yang menentukan bagaimana proses
belajar mengajar itu akan terjadi di dalam diri si pelajar.
5. Pengukuran Hasil Belajar
Indikator hasil belajar merupakan target pencapaian kompetensi
secara operasional dari kompetensi dasar dan standar kompetensi. Ada tiga
aspek kompetensi yang harus dinilai untuk mengetahui seberapa besar
capaian kompetensi tersebut, yakni penilaian terhadap (1) penguasaan
materi akademik (kognitif), (2) hasil belajar yang bersifat proses normatif
(afektif), (3) aplikatif produktif (psikomotor).
Domain kognitif meliputi kemampuan memyatakan kembali
konsep atau prinsip yang telah dipelajari, dan kemampuan-kemampuan
intelektual seperti mengaplikasikan prinsif atau konsep, menganalisis,
mensintesis, dan mengevaluasi. Domain afektif meliputi pemilikan minat,
sikap, dan nilai yang dinamakan melalui proses belajar mengajar.
17
Domain psikomotor mencakup kemampuan yang berupa
keterampilan fisik (motorik) atau keterampilan manipulatif, seperti
misalnya keterampilan menyusun alat-alat percobaan dan melakukan
percobaan.13
6. Hakikat Mata Pelajaran Kewirausahaan
Mata pelajaran atau bidang studi merupakan inti dari proses belajar
mengajar di sekolah sebagai sesuatu yang akan diberikan guru kepada
siswanya. Mata pelajaran yang diberikan kepada siswa mencakup mata
pelajaran bersifat umum dan khusus sesuai dengan jurusan atau program
studi yang ada.
Untuk sekolah umum setingkat SMK pembagian jurusan
berlangsung mulai dari ia duduk di kelas X. Salah satu jurusan di Sekolah
Menengah Kejuruan (SMK) yaitu program perdagangan yang memiliki
beberapa mata pelajaran di mana salah satunya adalah mata pelajaran
kewirausahaan. Mata pelajaran kewirausahaan mempunyai tujuan
mewujudkan kemampuan para wirausahawan untuk menghasilkan
kemajuan dan kesejahteraan masyarakat. Kewirausahaan adalah tanggapan
terhadap peluang usaha yang terungkap dalam seperangkat tindakan serta
membuahkan hasil berupa organisasi usaha yang melembaga, inovatif, dan
produktif. Kewirausahaan berkaitan dengan kemampuan seseorang untuk
menciptakan lapangan pekerjaan bagi dirinya sendiri dan orang lain.
Kewirausahaan adalah semangat, perilaku dan kemampuan
memberikan tanggapan yang positif terhadap peluang untuk memperoleh
keuntungan bagi dirinya sendiri atau pelayanan yang lebih baik kepada
pelanggan. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa kewirausahaan
adalah sikap dan tindakan wirausaha.
Jadi yang dimaksud dengan mata pelajaran kewirausahaan adalah
pelajaran yang diberikan kepada siswa yang bertujuan agar siswa dapat
mengetahui pengetahuan dan keterampilan dalam mewujudkan
13
Ahmad Sofyan, dkk, Evaluasi Pembelajaran IPA Berbasis Kompetensi.,(Jakarta: UIN
Jakarta Press, 2006), h. 13-14
18
kemampuan dan kemantapan para wirausahawan untuk menghasilkan
kemajuan dan kesejahteraan masyarakat.
B. Hakikat Motivasi berwiraswasta
1. Pengertian Motivasi
Istilah motivasi berasal dari kata motif yang dapat diartikan sebagai
kekuatan yang terdapat dalam diri individu, yang menyebabkan individu
tersebut bertindak atau berbuat. Motif tidak dapat diamati secara langsung,
tetapi dapat diinterpretasikan dalam tingkah lakunya, berupa rangsangan,
dorongan, atau pembangkit tenaga munculnya suatu tingkah laku
tertentu.14
Makin tepat motivasi yang kita berikan, makin berhasil pula
pelajaran itu. Motivasi menentukan intensitas usaha anak untu belajar15
2. Macam-Macam Motivasi
Dalam membicarakan soal macam-macam motivasi, hanya akan
dibahas dari dua sudut pandang, yakni motivasi yang berasal dari dalam
diri pribadi seseorang yang disebut ”motivasi instrinsik” dan motivasi
yang berasal dari luar diri seseorang yang disebut ”motivasi ekstrinsik”.
a. Motivasi Instrinsik
Motivasi intrinsik ialah motivasi yang timbul dari dalam diri
seseorang atau motivasi yang erat hubungannya dengan tujuan belajar,
misalnya ingin memahami suatu konsep, ingin memperoleh
pengetahuan. 16
Yang dimaksud dengan motivasi instrinsik adalah motif-motif
yang menjadi aktif atau berfungsinya tidak perlu dirangsang dari luar,
karena dalam setiap diri individu sudah ada dorongan untuk
melakukan sesuatu. Motivasi itu intrinsik bila tujuannya inheren
14
Hamzah B Uno, Teori Motivasi dan Pengukurannya Analisis di Bidang Pendidikan ,
(Jakarta Bumi Aksara Jakarta, 2008), Cet. 3,hal. 3. 15
Nasution Didaktik Asas-Asas Mengajar ( PT Bumi Aksara Jakarta, 1995) , Cet . 1 h,
76. 16
Alisuf Sobri Psikologi Pendidikan ( Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 1995) cet, 1. 85.
19
dengan situasi belajar dan bertemu dengan kebutuhan dan tujuan anak
didik untuk menguasai nilai-nilai yang terkandung didalam pelajaran
itu.
Bila seseorang telah memiliki motivasi intrinsik dalam dirinya,
maka ia secara sadar akan melakukan sesuatu kegiatan yang tidak
memerlukan motivasi dari luar dirinya. Dalam aktivitas belajar,
motivasi instrinsik sangat diperlukan, terutama belajar sendiri.
Seseorang yang tidak memiliki motivasi intrinsik sulit sekali
melakukan aktivitas belajar terus menerus. Seseorang yang memiliki
motivasi intrinsik selalu ingin maju dalam belajar. Jadi, motivasi
intrinsik muncul berdasarkan kesadaran dengan tujuan esensial, bukan
sekadar atribut dan serimonial.
b. Motivasi Ekstrinsik
Motivasi ekstrinsik ialah motivasi yang datangnya dari luar diri
individu, atau motivasi ini tidak ada kaitannya dengan tujuan belajar,
seperti: belajar karena takut kepada guru, atau karena ingin lulus, ingin
memperoleh nilai tinggi, yang semuanya itu tidak berkaitan langsung
dengan tujuan belajar yang dilaksanakan.
Motivasi ekstrinsik adalah kebalikan dari motivasi intrinsik.
Motivasi ekstrinsik adalah motif-motif yang aktif dan berfungsi karena
adanya perangsang dari luar.
Motivasi ekstrinsik bukan berarti motivasi yang tidak
diperlukan dan tidak baik untuk pendidikan. Motivasi ekstrinsik
diperlukan agar anak didik mau belajar. 17
Motif dapat dibedakan menjadi tiga macam yaitu
(1) motif biogenetis, yaitu motif-motif yang berasal dari kebutuhan-
kebutuhan organisme demi kelanjutan hidupnya, misalnya lapar,
haus, kebutuhan akan kegiatan dan istirahat, mengambil nafas,
seksualitas dan sebagainya;
17
Syaiful Bahri Djumaroh Psikologi Belajar, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2002), Cet. 1,
h. 115-117.
20
(2) motif sosiogenitas, yaitu motif-motif yang berkembang berasal dari
lingkungan kebudanyaan tempat orang tersebut berada. Jadi, motif
ini tidak berkembang dengan sendirinya, tetapi dipengaruhi oleh
lingkungan kebudanyaan setempat.
Motif adalah daya penggerak dalam diri seseorang untuk
melakukan aktivitas tertentu, demi mencapai tujuan tertentu. Dengan
demikian motivasi merupakan dorongan yang terdapat dalam diri
seseorang untuk berusaha mengadakan perubahan tingkah laku yang
lebih baik dalam memenuhi kebutuhannya.
Dari sudut sumber yang menimbulkannya, motif dibedakan
menjadi dua macam, yaitu motif intrinsik dan ekstrinsik.
1) Motif intrinsik, timbulnya tidak memerlukan rangsangan dari
dalam karena memang telah ada dalam diri individu sendiri, yaitu
sesuai atau sejalan dengan kebutuhannya. Jenis motivasi ini timbul
dari dalam diri individu sendiri tanpa paksaan dorongan dari orang
lain.
2) Motif ekstrinsik timbul karena adanya rangsangan dari luar
individu misalnya dalam bidang pendidikan terdapat minat yang
positif terhadap kegiatan pendidikan timbul karena melihat
manfaatnya. 18
Berikut ini beberapa hal yang dapat menimbulkan motif
ekstrinsik, antara lain:
a) Pendidikan memerlukan anak didiknya, sebagai manusia yang
berpribadi, menghargai pendapatnya, pikirannya, perasaannya,
maupun keyakinannya.
b) Pendidik menggunakan berbagai metode dalam melaksanakan
kegiatan pendidikannya.
18
Prof. Pupuh Fathurrohman, M Sobry Sutikno Strategi Belajar Mengajar Melalui
Penanaman Konsep Umum dan Konsep Islami, (Bandung: PT Refika Adidarma ), Cet. 1, h, 19-
20.
21
c) Pendidik senantiasa memberikan bimbingan dan juga
pengarahan kepada anak didiknya dan membantu, apabila
mengalami kesulitan, baik yang bersifat pribadi atau akademis.
d) Pendidik harus mempunyai pengetahuan yang luas dan
penguasaan bidang studi dan materi yang diajarkan pada
peserta didiknya.
e) Pendidik harus mempunyai rasa cinta dan sifat pengabdian
kepada profesinya sebagai pendidik.19
Menurut M. Utsman Najati, motivasi adalah kekuatan
penggerak yang membangkitkan aktivitas pada makhluk hidup, dan
menimbulkan tingkah laku serta mengarahkannya menuju tujuan
tertentu. Motivasi mempunyai tiga komponen pokok, yaitu:
1) Menggerakkan. Dalam hal ini motivasi menimbulkan kekuatan
pada individu, membawa seseorang untuk bertindak dengan cara
tertentu.
2) Mengarahkan. Berarti motivasi mengarahkan tingkah laku. Dengan
demikian ia menyediakan suatu orientasi tujuan. Tingkah laku
individu diarahkan terhadap sesuatu.
3) Menopang. Artinya, motivasi digunakan untuk menjaga dan
menopang tingkah laku, lingkungan sekitar harus menguatkan
intensitas dan arah dorongan-dorongan dan kekuatan- kekuatan
individu.
Menurut Hoyt dan misked motivasi adalah kekuatan-kekuatan
yang kompleks, dorongan-dorongan, kebutuhan-kebutuhan,
pernyataan-pernyataan ketenagaan atau mekanisme-mekanisme
lainnya yang memulai dan menjaga kegiatan-kegiatan yang diinginkan
kearah pencapaian tujuan-tujuan personal.20
19
Hamzah B. Uno Teori Motivasi dan Pengukurannya Analisis di Bidang Pendidikan ,
(Jakarta: Bumi Aksara, 2008 ), Cet. 3,hal. 4. 20
Abdul Rahman Sholeh, Suatu Pengantar dalam Persfektif islam, (Jakarta: kencana,
2008 ), Cet. ke 3 hal.183-184.
22
Menurut Maslow, manusia memiliki lima tingkat kebutuhan,
yaitu: kebutuhan
1) fisiologis: yaitu kebutuhan dasar yang bersifat primer dan vital,
menyangkut fungsi-fungsi biologis, seperti kebutuhan akan
pangan, sandang, dan papan, kesehatan dan kebutuhan seks.
2) Kebutuhan rasa aman dan perlindungan (safety and security).
Seperti perlindungan dari bahaya dan ancaman,penyakit, perang,
kelaparan, dan perlakuan tidak adil.
3) Kebutuhan sosial, yaitu meliputi antara lain kebutuhan akan cinta,
diperhitungkan sebagai pribadi, diakui sebagai anggota kelompok,
rasa setia kawan, dan kerjasama.
4) Kebutuhan akan penghargaan, termasuk kebutuhan dihargai karena
prestasi, kemampuan, status, pangkat.
5) Kebutuhan akan aktualisasi diri, seperti kebutuhan mempertinggi
potensi-potensi yang dimiliki, mengembangkan diri secara
maksimum, kreativitas, dan ekspresi diri.
Hirarki yang diajukan oleh maslow ini merupakan suatu urutan
kebutuhan yang bersifat kaku, tetapi dalam kenyataannya sehari-
hari pengajar mungkin menemukan pengecualian-pengecualian.
Hal ini disebabkan karena sering kali tingkah laku tidak
dibangkitkan oleh penyebab, melainkan oleh beberapa penyebab.
23
HIRARKI KEBUTUHAN MASLOW.21
Kebutuhan Aktualisasi
Mendapatkan kepuasan diri
dan menyadari potensinya
Kebutuhan ekstetik
Keserasian, keteraturan, dan keindahan
Kebutuhan Kognitif
Mengetahui, memahami dan menjelajahi
Kebutuhan akan penghargaan
Berprestasi, berkompetensi dan
mendapatkan dukungan dan pengakuan
Kebutuhan Akan Cinta dan Rasa Memiliki
Berafiliasi dengan orang lain, diterima dan memiliki
Kebutuhan akan Rasa Aman
Merasa aman dan terlindung, jauh dari bahaya
Kebutuhan Psikologis
Rasa lapar, haus dan sebagainya
3. Fungsi Motivasi
Motivasi mempunyai tiga fungsi yakni:
a. Mendorong manusia untuk berbuat, jadi sebagai penggerak atau motor
yang melepas energi.
b. Menentukan arah perbuatan, yakni ke arah tujuan yang hendak dicapai.
c. Menyeleksi perbuatan, yakni menentukan perbuatan-perbuatan apa
yang harus dijalankan yang serasi guna mencapai tujuan itu, dengan
menyampingkan perbuatan- perbuatan yang tak bermanfaat bagi tujuan
itu.22
21
Ibid hal 190-192 22
Nasution Didaktik Asas-Asas Mengajar, ( Jakarta: Bumi Aksara , 1995) h. 76-77
24
4. Pengertian Berwiraswasta
Istilah wiraswasta sering dipakai tumpang tindih dengan istilah
wirausaha. Di dalam berbagai literatur dapat dilihat bahwa pengertian
wiraswasta sama dengan wirausaha, demikian pula penggunaan istilah
wirausaha seperti sama dengan wiraswasta.
Istilah wirausahawan ada yang menghubungkan dengan istilah
saudagar. Walaupun sama artinya dalam bahasa sansekerta, tetapi
maknanya berlainan. Wiraswasta terdiri atas tiga kata: wira, swa, dan sta,
masing-masing berarti: wira adalah manusia unggul, teladan, berbudi
luhur, berjiwa besar, berani, pahlawan/pendekar kemajuan, dan memiliki
keagungan watak; swa artinya sendiri, dan sta artinya berdiri.
Sedangkan saudagar terdiri dari dua suku kata. Sau berarti seribu,
dan dagar artinya akal. Jadi, saudagar artinya seribu akal. (Taufik Rashid,
1981:4). Bertolak dari ungkapan etimologis diatas, maka wiraswasta
berarti keberanian, keutamaan serta keperkasaan dalam memenuhi
kebutuhan serta memecahkan permasalahan hidup dengan kekuatan yang
ada pada diri sendiri.(Wasty Soemanto 1984:43)
Melihat kepada pengertian-pengertian diatas maka DR. Daoed
Yoesoef (1981-78) Menyatakan bahwa seorang wiraswasta adalah:
a. Memimpin usaha, baik secara teknis dan ekonomis, dengan berbagai
aspek fungsional seperti berikut:
1) Memiliki, dipandang dari sudut permodalan, mungkin secara
penuh (owner) atau secara bagian (co-owner).
2) Mengurus dalam kapasitas sebagai penanggung jawab atau
manager.
3) Menerima tantangan ketidakpastian dan karenanya menanggung
resiko ekonomi yang sulit diukur secara kuantitatif dan kualitatif.
4) Mempelopori usaha baru, menerapkan kombinasi-kombinasi baru,
jadi disini wiraswasta sebagai pioner, tokoh yang dinamis,
organisator, kordinator.
25
5) Penemu (inovator), peniru (imitator), dan yang berhubungan
dengan ini, penyalur memindahkan teknologi.
b. Memburu keuntungan dan manfaat secara maksimal
c. Membawa usaha kearah kemajuan, perluasan, perkembangan melalui
jalan kepemimpinan ekonomi demi:
1) Kenaikan prestise
2) Kebebasan (independency), kekuasaan dan kehormatan.
3) Kontinuitas usaha.23
Menurut Prof. DR. Haryati Subadio, Pengertian wiraswasta adalah
manusia teladan yang berbudi luhur yaitu manusia yang mampu berdiri
atas kemampuan sendiri, tidak saja hanya dalam sektor swasta tapi juga
dalam sektor negara.
Sedangkan DR. Sudjoko menyatakan bahwa wiraswasta adalah
mereka yang memiliki dan masih memiliki nilai-nilai manusia perintis,
pelopor dan pejuang kemerdekaan.
Jadi seorang wiraswasta adalah seorang usahawan yang disamping
mampu berusaha dalam bidang ekonomi umumnya dan niaga khususnya
secara tepat guna (tepat dan berguna, efektif dan efisien). Juga berwatak
merdeka lahir batin serta berbudi luhur. 24
Manfaat adanya wirausaha banyak sekali. Lebih rinci manfaatnya
antara lain:
a. Menambah daya tampung tenaga kerja, sehingga dapat mengurangi
penganguran.
b. Sebagai generator pembangunan lingkungan, bidang produksi,
distribusi, pemeliharaan lingkungan, kesejahteraan dan sebagainya.
c. Menjadi contoh bagi anggota masyarakat lain, sebagai pribadi yang
unggul yang patut dicontoh, diteladani, karena seorang wirausaha itu
adalah orang terpuji, jujur, berani, hidup tidak merugikan orang lain.
23
Alma Buchari Kewirausahaan, ( Bandung : Alfabeta , 2007), Cet 2, h. 16-17. 24
Ibid, h. 19-21
26
d. Selalu menghormati hukum dan peraturan yang berlaku, berusaha
selalu menjaga dan membangun lingkungan.
e. Berusaha memberi bantuan kepada orang lain dan pembangunan
sosial, sesuai dengan kemampuannya.
f. Berusaha mendidik karyawannya menjadi orang mandiri, disiplin,
jujur, tekun dalam menghadapi pekerjaannya.
g. Memberi contoh bagaimana kita harus bekerja keras, tetapi tidak
melupakan perintah-perintah agama, dekat kepada Allah SWT.
h. Hidup secara efisien, tidak berfoya-foya daan tidak boros.
i. Memelihara keserasian lingkungan, baik dalam pergaulan maupun
kebersihan lingkungan. 25
Keuntungan dan kelemahan menjadi wiraswasta adalah sebagai
berikut:
Keuntungan
1) Terbuka peluang untuk mencapai tujuan yang dikehendaki sendiri.
2) Terbuka peluang untuk mendemonstrasikan kemampuan serta potensi
seseorang secara penuh.
3) Terbuka peluang untuk memperoleh manfaat dan keuntungan secara
maksimal.
4) Terbuka peluang untuk membantu masyarakat dengan usaha-usaha
konkrit.
5) Terbuka usaha untuk menjadi bos.
Kerugian
1) Memperoleh pendapatan yang tidak pasti, dan memikul berbagai
resiko. Jika resiko ini telah diantisipasi dengan baik, maka berarti
wirausaha telah menggeser resiko tersebut.
2) Bekerja keras dan waktu/ jam kerjanya panjang.
3) Kualitas kehidupannya masih rendah sampai usahanya berhasil, sebab
dia harus berhemat.
25
Ibid H. 1-2
27
4) Tanggung jawabnya sangat besar, banyak keputusan yang harus dia
buat walaupun dia kurang menguasai permasalahan yang
dihadapinya.26
Dari definisi-definisi di atas maka dapat didefinisikan bahwa
pengertian motivasi berwiraswasta adalah suatu dorongan yang dimiliki oleh
seseorang yang mempunyai jiwa yang tangguh, mempunyai kreasi untuk maju
dalam melaksanakan suatu usaha yang ia rintis.
C. Kerangka Berfikir
Setiap materi pelajaran diharapkan memiliki tujuan dalam kategori
ranah kognitif, ranah afektif dan psikomotor. Dalam hubungannya dengan
mata pelajaran kewirausahaan ini memiliki tujuan agar siswa memiliki
pengetahuan tentang berwiraswasta dan diharapkan juga mempunyai motivasi
berwiraswasta. Motivasi berwiraswasta diharapkan ada pada diri siswa dan
mempengaruhi semua perilakunya dalam kehidupan sehari-hari. Dan motivasi
dipengaruhi oleh faktor dari dalam dan faktor dari luar individu.
Salah satu tujuan mempelajari pelajaran kewirausahaan adalah untuk
memiliki pengetahuan tentang berwiraswasta. Untuk mengetahui berhasil
tidaknya tujuan tersebut, maka dilakukan penilaian. Penilaian tersebut
berbentuk skor, seorang siswa yang memiliki pengetahuan seperti yang
diajarkan pada mata pelajaran kewirausahan. Karena hasil belajar yang tinggi
mencerminkan terkuasainya pengetahuan tentang mata pelajaran tertentu.
Dengan mengetahui pengetahuan tersebut, seyogyanya dapat diaplikasikan
dalam sikap dan perilakunya, sehingga seorang siswa yang memiliki hasil
belajar mata pelajaran kewirausahaan yang tinngi dapat diasumsikan memiliki
motivasi berwiraswasta positif. Demikian juga sebaliknya, jika seorang siswa
memiliki hasil belajar kewirausahaan yang rendah, maka motivasi
berwiraswasta juga akan negatif.
26
Ibid h, 4
28
D. Hipotesis
Hipotesis secara umum yang penulis ajukan adalah Hasil belajar siswa
yang tinggi pada mata pelajaran kewirausahaan dapat berpengaruh positif
terhadap motivasi berwiraswasta bagi siswa-siswi yang dapat mempengaruhi
perilakunya dalam kehidupan sehari-hari.
Adapun hipotesis secara khusus adalah sebagai berikut:
Ho : Terdapat hubungan antara hasil belajar kewirausahaan dengan
motivasi berwiraswasta siswa SMK Dua Mei Ciputat.
Hi : Tidak terdapat pengaruh antara hasil belajar kewirausahaan dengan
motivasi berwiraswasta siswa SMK Dua Mei Ciputat.
29
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di SMK Dua MEI yang berlokasi di Jl. H.
Abdul Ghani No. 135 Cempaka Putih Ciputat – Tangerang.
Adapun penelitian ini dilaksanakan pada Juni 2010 sampai dengan Juli
2010 dengan mengujungi sekolah yang diteliti, untuk mendapatkan gambaran
umum tentang SMK Dua Mei Ciputat Tangerang.
B. Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode penelitian kuantitatif, dengan
mengumpulkan berbagai data dan informasi dalam rangka menjawab
perumusan masalah seberapa besar hasil belajar kewirausahaan dalam
meningkatkan motivasi berwiraswasta siswa di SMK Dua Mei Ciputat apa
adanya sesuai yang terjadi di lapangan, dan dengan menggunakan dua
variabel.
C. Variabel penelitian
Dalam penelitian ini ada dua variabel yang jadi pengamatan. Pertama
adalah variabel bebas dalam penelitian ini adalah hasil pembelajaran
kewirausahaan dan yang kedua adalah variabel terikat yaitu motivasi
berwiraswasta.
30
1. Variabel Hasil Belajar
a. Definisi Konseptual
Hasil belajar adalah hasil yang didapat oleh siswa setelah
mengalami proses pembelajaran dengan adanya perubahan kepandaian,
kecakapan atau kemampuan, dan tingkah laku pada diri siswa.
b. Definisi Operasional
Definisi operasional adalah skor yang diperoleh dari jawaban
responden terhadap instrumen pada variabel hasil belajar
kewirausahaan yang mengukur seberapa besar hasil yang didapat oleh
siswa dalam mata pelajaran kewirausahaan.
c. Instrumen
Instrumen yang digunakan untuk variabel Hasil belajar adalah
nilai siswa kelas XI Tata Niaga.
2. Variabel Motivasi Berwiraswasta
a. Definisi Konseptual
Motivasi berwiraswasta adalah kemampuan seseorang untuk
melakukan sesuatu usaha dan berusaha memajukan usahanya dengan
menggunakan pengetahuan-pengetahuan bisnis,dan kreativitasnya
untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.
b. Definisi Operasional
Definisi operasional adalah skor yang diperoleh dari jawaban
responden terhadap instrumen pada variabel motivasi berwiraswasta
yang mengukur seberapa besar motivasi yang di miliki siswa untuk
berwiraswasta .
c. Kisi-kisi Instrumen
Kisi-kisi instrumen yang digunakan untuk variabel Motivasi
berwiraswasta adalah sebagai berikut:
31
Ta
bel
1
Kis
i-k
isi
soa
l a
ng
ket
hasi
l b
ela
jar
kew
ira
usa
haa
n d
eng
an
mo
tiv
asi
ber
wir
asw
ast
a s
isw
a d
i S
MK
Du
a M
ei
Un
tuk
mem
per
ole
h
dat
a d
an i
nfo
rmas
i
ten
tan
g m
oti
vas
i
ber
wir
asw
asta
sis
wa
HI
Hu
bu
ngan
yan
g
sign
ifik
an d
ari
has
il
bel
ajar
kew
irau
sah
aan
sis
wa
SM
K D
ua
Mei
den
gan
mo
tiv
asi
ber
wir
asw
asta
sis
wa
1.
Mo
tiv
asi
ber
wir
asw
asta
sisw
a S
MK
D
ua
Mei
1.1
In
tris
tik
1
.2 E
kst
rin
stik
1.
Dis
ipli
n
2.
Pen
gam
bil
an k
epu
tusa
n
3.
Sik
ap m
enta
l
4.
Tan
tan
gan
5.
Men
gat
asi
mas
alah
6.
Men
yu
sun
ren
can
a
7.
Men
cip
tak
an k
iat
8.
Bek
al p
end
idik
an
9.
Tu
juan
usa
ha
10
. M
emaj
uk
an w
iras
was
ta
11
. M
emu
pu
k r
asa
per
can
ya
dir
i
12
. M
enuju
keb
erh
asil
an
13
. M
emaj
uk
an w
irau
sah
a
14
. B
eker
ja b
ersa
ma
15
. P
engar
uh
lin
gk
un
gan
16
. M
engik
uti
jej
ak o
ran
g t
ua
17
. P
erm
od
alan
18
. D
asar
Pen
gal
aman
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
32
D. Populasi dan Sampel
Jumlah total populasi siswa SMK Dua Mei berjumlah 415 siswa yang
terdiri dari kelas X Akuntansi berjumlah 44 siswa,kelas X Administrasi
Perkantoran berjumlah 44 siswa,kelas X Penjualan berjumlah 41 siswa,kelas
XI Akuntansi berjumlah 39 siswa,kelas XI Administrasi Perkantoran
berjumlah 42, kelas XI Penjualan berjumlah 39 siswa, kelas XII Akuntansi
berjumlah 68 siswa,kelas XII Administrasi Perkantoran berjumlah 77 siswa,
dan kelas XII Penjualan berjumlah 19 siswa.
Dalam penelitian ini yang menjadi sampel adalah seluruh siswa kelas
XI Penjualan yang berjumlah 39 orang.
Sesuai dengan tujuan penelitian, maka populasi dan sampel yang akan
diambil adalah sebanyak siswa kelas XI Penjualan yang berjumlah 39 siswa,
karna untuk jurusan Penjualan, mata pelajaran kewirausahaan sangat sesuai
dengan jurusan mereka yang berorientasi mencetak para wirausahawan.
E. Teknik Pengumpulan Data
Adapun teknik pengumpulan data yang dipergunakan dalam penelitian
ini adalah sebagai berikut:
1. Angket, teknik ini bertujuan untuk menggali informasi yang akurat dan
jelas tentang persepsi/pandangan siswa terhadap motivasi berwiraswasta
2. Wawancara, teknik ini digunakan untuk menggali dan mendalami hasil
angket tentang penerapan mata pelajaran kewirausahaan terkait dengan
motivasi berwiraswasta siswa. Wawancara ini dilakukan secara langsung
kepada guru bidang studi kewirausahaan dan orang tua murid. Wawancara
ini untuk mempertajam keterangan data dari angket mengenai motivasi
berwiraswasta siswa.
33
F. Teknik Analisis Data
Penggunaan tehnik analisis data dalam penelitian ini sesuai dengan
tujuan yang ingin dicapai yaitu untuk mengetahui seberapa besar hubungan
hasil belajar kewirausahaan dengan motivasi berwiraswasta siswa di SMK
Dua Mei Ciputat. Maka data yang penulis sebarkan diolah menggunakan
langkah-langkah sebagai berikut:
1. Editing
Dalam pengelolaan data yang pertama kali harus dilakukan adalah
editing. Ini berarti semua angket harus diteliti satu persatu tentang
kelengkapan dan kebenaran pengisian angket sehingga terhindar dari
kekeliruan dan kesalahan.
2. Skoring
Setelah melalui tahap editing, maka selanjutnya penulis
memberikan skor terhadap pertanyaan yang ada pada angket. Pernyataan
positif diberi skor, 5,4,3,2,1.
3. Tabulating
Selanjutnya, penghitungan terhadap hasil skor yang telah ada.
Penulis memindahkan jawaban responden kedalam blangko yang telah
tersusun rapih dan rinci dalam bentuk tabel, melalui penghitungan-
penghitungan dengan menggunakan data statistik berupa prosentase atau
frekuensi relatif dengan menggunakan rumus
P = %100N
f
P = Prosentase
F = Frekuensi jumlah responden
N = Jumlah data responden
Hasil prosentase ini penulis memasukan kedalam tabel dan kemudian
dianalisis dan di interprestasikan analisa data sebagai hasil penelitian, penulis
34
lakukan dengan memberikan tafsiran, interprestasi terhadap angka-angka hasil
prosentase yang terdapat dalam tabel.
Setelah itu, penulis menentukan kriteria data kuantitatif berdasarkan
nilai rata-rata angket, yakni sebagai berikut:
1. Sangat tidak setuju (STS) nilai (1)
2. Tidak setuju (ST) nilai (2)
3. Ragu-ragu (RG) nilai (3)
4. Setuju (S) nilai (4)
5. Sangat setuju (SS) nilai (5)
35
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Tentang Objek Penelitian
1. Sejarah Singkat Sekolah Menengah Kejuruan Dua Mei
SMK Dua Mei merupakan sekolah menengah kejuruan yang
bernaung dalam sebuah Yayasan Lembaga Pendidikan Dua Mei yang
berdiri sejak tahun 1985 dan berpusat di Jalan H. Abdul Gani No. 135
Cempaka Putih Ciputat Timur-Kota Tangerang Selatan Provinsi Banten.
Bergerak dalam dunia pendidikan dari tingkat TK, SD, SMP, SMA, SMK.
SMK Dua Mei dipimpin oleh seorang kepala sekolah dengan back ground
pendidikan yaitu Bapak Drs. Kosasih dan dibantu oleh staf pengajar (guru)
dan beberapa orang pengurus sekolah. Untuk lebih jelasnya mengenai
gambaran SMK Dua Mei dapat dilihat pada Struktur organisasi di bawah
ini.
36
TABEL 2
YAYASAN
Kepala Sekolah
Drs. E. Kosasih NIP. 131477120
TATA USAHA
WKS KESISWAAN Dra. Susi Herawati
WKS KURIKULUM
Drs. Syamsul Bahri
KJ SEKRETARIS Dra. Kusumastuti
KJ PENJUALAN Dra. Sugihastuti
KJ AKUNTANSI Dra. Indriyanti
Pembina OSIS Ds. Fahrul Lael
GURU
SISWA OSIS
37
B. Deskripsi Data
Setelah data tentang motivasi berwiraswasta siswa melalui angket
diperoleh, maka kemudian data tersebut dideskripsikan ke dalam bentuk tabel
deskriptif dengan menggunakan rumus:
P = %100N
f
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel 3
Dalam Mendirikan Usaha diperlukan Disiplin yang Tinggi
SKALA FREKUENSI PROSENTASE
SANGAT SETUJU 29 74,3%
SETUJU 10 25,7%
RAGU-RAGU 0 0%
TIDAK SETUJU 0 0%
SANGAT TIDAK SETUJU 0 0%
JUMLAH 39 100%
Pada pertanyaan No. 1 dapat diketahui sebanyak 74,3% siswa
menyatakan sangat setuju dalam mendirikan usaha diperlukan disiplin yang
tinggi, 25,70% siswa setuju, 0% siswa ragu-ragu, 0% siswa sangat yang tidak
setuju 0% dan siswa yang sangat tidak setuju 0%. Ini menunjukkan bahwa
sebagian besar siswa sangat setuju bahwa dalam mendirikan usaha diperlukan
disiplin yang tinggi.
38
Tabel 4
Seorang Wirausaha Harus Dapat Memutuskan Masalah Dengan Cepat
SKALA FREKUENSI PROSENTASE
SANGAT SETUJU 6 15%
SETUJU 31 80%
RAGU-RAGU 1 2,5%
TIDAK SETUJU 1 2,5%
SANGAT TIDAK SETUJU 0 0%
JUMLAH 39 100%
Pada pertanyaan no. 2 dapat diketahui sebanyak 15% siswa yang
sangat setuju bahwa seorang wirausaha harus dapat memutuskan masalah
dengan cepat, 80% siswa yang setuju, 2,5% siswa yang ragu-ragu, 2,5% siswa
yang tidak setuju dan 0% siswa yang sangat tidak setuju. Ini menunjukkan
bahwa sebagian besar siswa setuju bahwa seorang wirausaha harus dapat
memutuskan masalah dengan cepat.
Tabel 5
Seorang Wiraswasta Mempunyai Sikap Mental yang Baik Hendaknya Juga
Mempunyai Pengalaman Bekerja dalam Berwiraswasta
SKALA FREKUENSI PROSENTASE
SANGAT SETUJU 22 56,5%
SETUJU 16 41%
RAGU-RAGU 1 2,5%
TIDAK SETUJU 0 0%
SANGAT TIDAK SETUJU 0 0%
JUMLAH 39 100%
Pada pertanyaan no. 3 dapat diketahui sebanyak 56,5% siswa yang
sangat setuju bahwa seorang wiraswasta harus mempunyai sikap mental yang
baik hendaknya juga mempunyai pengalaman bekerja dalam berwiraswasta,
41% siswa yang setuju, 2,5% siswa yang ragu-ragu, 0% siswa yang tidak
39
setuju dan sangat tidak setuju. Ini menunjukkan bahwa sebagian besar siswa
sangat setuju bahwa seorang wiraswasta harus mempunyai sikap mental yang
baik hendaknya juga mempunyai pengalaman bekerja dalam berwiraswasta.
Tabel 6
Pekerjaan Seorang Wirausaha Merupakan Pekerjaan yang
Mempunyai Banyak Tantangan
SKALA FREKUENSI PROSENTASE
SANGAT SETUJU 10 25,7%
SETUJU 17 43,5%
RAGU-RAGU 11 28,3%
TIDAK SETUJU 1 2,5%
SANGAT TIDAK SETUJU 0% 0%
JUMLAH 39 100%
Pada pertanyaan no. 4 dapat diketahui sebanyak 25,7% siswa yang
sangat setuju bahwa pekerjaan seorang wirausaha merupakan pekerjaan yang
mempunyai banyak tantangan, 43,5% siswa yang setuju, 28,3% siswa yang
ragu-ragu, 2,5% siswa yang tidak setuju dan 0% untuk siswa yang
menyatakan sangat tidak setuju. Ini menunjukkan bahwa siswa setuju bahwa
pekerjaan seorang wirausaha merupakan pekerjaan yang mempunyai banyak
tantangan.
Tabel 7
Seorang Wirausha Selalu Bersikap Positif
Terhadap Berbagai Masalah yang dihadapi
SKALA FREKUENSI PROSENTASE
SANGAT SETUJU 17 43,6%
SETUJU 16 41%
RAGU-RAGU 5 12,9%
TIDAK SETUJU 1 2,5%
SANGAT TIDAK SETUJU
JUMLAH 39 100%
40
Pada pertanyaan no.5 dapat diketahui sebanyak 43,6% siswa yang
menyatakan sangat setuju bahwa seorang wirausaha selalu bersikap positif
terhadap berbagai masalah yang dihadapi, 41% siswa yang setuju, 12,9%
siswa yang ragu-ragu 2,5% siswa yang tidak setuju dan 0% siswa yang sangat
tidak setuju. Ini menunjukkan bahwa siswa sangat setuju bahwa seorang
wirausaha harus bersikap positif terhadap berbagai masalah yang dihadapi.
Tabel 8
Seorang Wirausaha Harus Dapat Menyusun Rencana Kerja,
Baik Jangka Pendek dan Jangka Panjang
SKALA FREKUENSI PROSENTASE
SANGAT SETUJU 21 54%
SETUJU 16 41%
RAGU-RAGU 2 5%
TIDAK SETUJU 0 0%
SANGAT TIDAK SETUJU 0 0%
JUMLAH 39 100%
Pada pertanyaan no.6 dapat diketahui sebanyak 54% siswa yang sangat
setuju bahwa seorang wirausaha harus dapat menyusun rencana kerja, baik
jangka pendek dan jangka panjang, 41% siswa yang setuju, 5% siswa yang
ragu-ragu, dan 0% untuk siswa yang menyatakan tidak setuju dan sangat tidak
setuju. Ini menunjukkan bahwa siswa sangat setuju bahwa seorang wirausaha
harus dapat menyusun rencana kerja, baik jangka pendek dan jangka panjang.
41
Tabel 9
Seorang wiraswasta harus selalu berusaha menciptakan kiat dan terobosan baru
sesuai dengan perkembangan teknologi dan selera konsumen
SKALA FREKUENSI PROSENTASE
SANGAT SETUJU 22 56,5%
SETUJU 15 38,5%
RAGU-RAGU 2 5%
TIDAK SETUJU 0 0%
SANGAT TIDAK SETUJU 0 0%
JUMLAH 39 100%
Pada pertanyaan no.7 dapat diketahui sebanyak 56,5% siswa yang
sangat setuju bahwa Seorang wiraswasta harus selalu berusaha menciptakan
kiat dan terobosan baru sesuai dengan perkembangan teknologi dan selera
konsumen, 38,5% siswa yang setuju, 5% siswa yang ragu-ragu, dan 0% untuk
siswa yang menyatakan tidak setuju dan sangat tidak setuju. Ini menunjukkan
bahwa siswa sangat setuju bahwa seorang wirausaha harus selalu berusaha
menciptakan kiat dan terobosan baru sesuai dengan perkembangan teknologi
dan selera konsumen.
Tabel 10
Dalam berwiraswasta tidak perlu ditunjang dengan pendidikan non formal
SKALA FREKUENSI PROSENTASE
SANGAT SETUJU 0 0%
SETUJU 14 36%
RAGU-RAGU 16 41%
TIDAK SETUJU 9 23%
SANGAT TIDAK SETUJU 0% 0%
JUMLAH 39 100%
Pada pertanyaan no.8 dapat diketahui 0% siswa yang sangat setuju
bahwa dalam berwiraswasta tidak perlu ditunjang dengan pendidikan non
42
formal, 36% siswa yang setuju, 41% siswa yang ragu-ragu, 23% siswa yang
tidak setuju dan 0% untuk jawaban sangat tidak setuju. Ini menunjukkan
bahwa sebagian besar siswa ragu-ragu bahwa dalam berwiraswasta tidak perlu
ditunjang dengan pendidikan formal.
Tabel 11
Seorang wiraswasta tidak perlu menerapkan tujuan usaha yang hendak dicapai
SKALA FREKUENSI PROSENTASE
SANGAT SETUJU 1 2,5%
SETUJU 8 20,5%
RAGU-RAGU 7 18%
TIDAK SETUJU 17 43,6%
SANGAT TIDAK SETUJU 6 15,4%
JUMLAH 39 100%
Pada pertanyaan no.9 dapat diketahui 2,5% siswa yang sangat setuju
bahwa seorang wirausaha tidak perlu menerapkan tujuan usaha yang hendak
dicapai, 20,5% siswa yang setuju, 18% siswa yang ragu-ragu, 43,6% siswa
yang tidak setuju dan 15,4% untuk jawaban sangat tidak setuju. Ini
menunjukkan bahwa sebagian besar siswa tidak setuju bahwa seorang
wirausaha tidak perlu menerapkan tujuan usaha yang dicapai.
Tabel 12
Seorang wiraswasta mempunyai prinsip tidak mudah menyerah dalam
menghadapi berbagai tantangan usahanya
SKALA FREKUENSI PROSENTASE
SANGAT SETUJU 27 69,3%
SETUJU 12 30,7%
RAGU-RAGU 0 0%
TIDAK SETUJU 0 0%
SANGAT TIDAK SETUJU 0 0%
JUMLAH 39 100%
43
Pada pertanyaan no.10 dapat diketahui 69,3% siswa yang sangat
setuju bahwa seorang wiraswasta mempunyai , 20,5% siswa yang setuju, 18%
siswa yang ragu-ragu, 43,6% siswa yang tidak setuju dan 15,4% untuk
jawaban sangat tidak setuju. Ini menunjukkan bahwa sebagian besar siswa
tidak setuju bahwa seorang wirausaha tidak perlu menerapkan tujuan usaha
yang dicapai.
Tabel 13
Seorang wiraswasta harus memiliki kepercayaan diri dan berusaha mencari
penghasilan dan keuntungan
SKALA FREKUENSI PROSENTASE
SANGAT SETUJU 16 41%
SETUJU 22 56,5%
RAGU-RAGU 1 2,5%
TIDAK SETUJU 0 0%
SANGAT TIDAK SETUJU 0 0%
JUMLAH 39 100%
Pada pertanyaan no.11 dapat diketahui 41% siswa yang sangat setuju
bahwa seorang wiraswasta harus memiliki kepercayaan diri dan berusaha
mencari penghasilan dan keuntungan , 56,5% siswa yang setuju, 2,5% siswa
yang ragu-ragu, dan 0% untuk jawaban tidak setuju dan jawaban sangat tidak
setuju. Ini menunjukkan bahwa sebagian besar siswa setuju bahwa seorang
wiraswasta harus memiliki kepercayaan diri dan berusaha mencari
penghasilan dan keuntungan.
44
Tabel 14
Untuk mencapai kemajuan dalam berwiraswasta yang perlu diperhatikan adalah
mencari keuntungan yang sebesar-besarnya
SKALA FREKUENSI PROSENTASE
SANGAT SETUJU 9 23%
SETUJU R 11 28,8%
RAGU-RAGU 12 30,7%
TIDAK SETUJU 4 10%
SANGAT TIDAK SETUJU 3 7,5%
JUMLAH 39 100%
Pada pertanyaan no.12 dapat diketahui 23% siswa yang sangat setuju
bahwa untuk mencapai kemajuan dalam berwiraswasta yang perlu
diperhatikan adalah mencari keuntungan yang sebesar-besarnya, 28,8% siswa
yang setuju, 30,7% siswa yang ragu-ragu, 10% untuk jawaban tidak setuju dan
7,5 untuk jawaban sangat tidak setuju. Ini menunjukkan bahwa sebagian besar
siswa ragu-ragu bahwa untuk mencapai kemajuan dalam berwiraswasta yang
perlu diperhatikan adalah mencari keuntungan yang sebesar-besarnya.
Tabel 15
Pengalaman berwiraswasta sangat menentukan keberhasilan seseorang
SKALA FREKUENSI PROSENTASE
SANGAT SETUJU 10 25,6%
SETUJU 21 53,9%
RAGU-RAGU 5 12,9%
TIDAK SETUJU 3 7,6%
SANGAT TIDAK SETUJU 0 0%
JUMLAH 39 100%
Pada pertanyaan no.13 dapat diketahui 25,6% siswa yang sangat
setuju bahwa pengalaman berwiraswasta sangat menentukan keberhasilan
seseorang, 53,9% siswa yang setuju, 12,9% siswa yang ragu-ragu,7,6% untuk
jawaban tidak setuju dan 0% untuk jawaban sangat tidak setuju. Ini
45
menunjukkan bahwa sebagian besar siswa setuju bahwa pengalaman
berwiraswasta sangat menentukan keberhasilan seseorang.
Tabel 16
Seorang wiraswasta tidak perlu bekerja dengan orang lain untuk menerima
petunjuk dan melakukannya secara sukarela
SKALA FREKUENSI PROSENTASE
SANGAT SETUJU 3 7,5%
SETUJU 7 18%
RAGU-RAGU 10 25,7%
TIDAK SETUJU 12 30,8%
SANGAT TIDAK SETUJU 7 18%
JUMLAH 39 100%
Pada pertanyaan no.14 dapat diketahui 7,5% siswa yang sangat setuju
bahwa Seorang wiraswasta tidak perlu bekerja dengan orang lain untuk
menerima petunjuk dan melakukannya secara sukarela, 18% siswa yang
setuju, 25,7% siswa yang ragu-ragu,30,8% untuk jawaban tidak setuju dan
18% untuk jawaban sangat tidak setuju. Ini menunjukkan bahwa sebagian
besar siswa tidak setuju bahwa seorang wiraswasta tidak perlu bekerja dengan
orang lain untuk menerima petunjuk dan melakukannya secara sukarela.
Tabel 17
Keberhasilan seseorang dalam berwiraswasta tidak dipengaruhi oleh lingkungan
SKALA FREKUENSI PROSENTASE
SANGAT SETUJU 4 10,2%
SETUJU 11 28,3%
RAGU-RAGU 8 20,5%
TIDAK SETUJU 15 38,5%
SANGAT TIDAK SETUJU 1 2,5%
JUMLAH 39 100%
46
Pada pertanyaan no.15 dapat diketahui 10,2% siswa yang sangat
setuju bahwa keberhasilan seseorang dalam berwiraswasta tidak dipengaruhi
oleh lingkungan, 28,3 % siswa yang setuju, 20,5% siswa yang ragu-ragu,38,5
% untuk jawaban tidak setuju dan 2,5 % untuk jawaban sangat tidak setuju.
Ini menunjukkan bahwa sebagian besar siswa tidak setuju bahwa keberhasilan
seseorang dalam berwiraswasta tidak dipengaruhi oleh lingkungan.
Tabel 18
Orang tua anda adalah termasuk orang yang berhasil dalam berwiraswasta
dan anda akan mengikuti jejaknya
SKALA FREKUENSI PROSENTASE
SANGAT SETUJU 9 23%
SETUJU 15 38,56%
RAGU-RAGU 9 23%
TIDAK SETUJU 6 15,44%
SANGAT TIDAK SETUJU 0 0%
JUMLAH 39 100%
Pada pertanyaan no.16 dapat diketahui 23 % siswa yang sangat setuju
bahwa orang tua anda termasuk orang tua yang berhasil dalam berwiraswasta
dan akan mengikuti jejaknya, 38,56 % siswa yang setuju, 23 % siswa yang
ragu-ragu,15,44 % untuk jawaban tidak setuju dan 0 % untuk jawaban sangat
tidak setuju. Ini menunjukkan bahwa sebagian besar siswa setuju bahwa orang
tua anda termasuk orang tua yang berhasil dalam berwiraswasta dan akan
mengikuti jejaknya. Dan dari hasil wawancara pun dapat ditarik kesimpulan
bahwa salah satu siswa yang orang tuanya seorang wirausahawan maka
anaknya memiliki keinginan untuk mengikuti jejak orang tuanya untuk
berwiraswasta.
47
Tabel 19
Untuk menjadi seorang wiraswasta harus ditunjang
dengan modal yang cukup besar
SKALA FREKUENSI PROSENTASE
SANGAT SETUJU 1 2,5%
SETUJU 8 20,52%
RAGU-RAGU 15 38,56%
TIDAK SETUJU 11 28,21%
SANGAT TIDAK SETUJU 4 10,21%
JUMLAH 39 100%
Pada pertanyaan no.17 dapat diketahui 2,5 % siswa yang sangat setuju
bahwa untuk menjadi seorang wiraswasta harus ditunjang dengan modal yang
cukup besar, 20,52 % siswa yang setuju, 38,56 % siswa yang ragu-ragu,28,21
% untuk jawaban tidak setuju dan 10,21 % untuk jawaban sangat tidak setuju.
Ini menunjukkan bahwa sebagian besar siswa ragu-ragu bahwa untuk menjadi
seorang wiraswasta harus ditunjang dengan modal yang cukup besar
Tabel 20
pengalaman dapat menentukan seseorang akan berhasil dalam berwiraswasta
SKALA FREKUENSI PROSENTASE
SANGAT SETUJU 14 35,9%
SETUJU 13 33,4%
RAGU-RAGU 11 28,2%
TIDAK SETUJU 0%
SANGAT TIDAK SETUJU 1 2,5%
JUMLAH 39 100%
Pada pertanyaan no.18 dapat diketahui 35,9 % siswa yang sangat
setuju bahwa pengalaman dapat menentukan seseorang akan berhasil dalam
berwiraswasta, 33,4 % siswa yang setuju,28,2 % siswa yang ragu-ragu, 0 %
untuk jawaban tidak setuju dan 2,5 % untuk jawaban sangat tidak setuju. Ini
48
menunjukkan bahwa sebagian besar siswa sangat setuju bahwa pengalaman
dapat menentukan seseorang akan berhasil dalam berwiraswasta.
C. Pengolahan Data Hasil Belajar Kewirausahaan (Variabel X)
Untuk mengetahui rata-rata (Mean) dari variabel (X) hasil belajar
kewirausahaan siswa SMK Dua Mei Ciputat, berikut ini disajikan masing-
masing yaitu:
Hasil Belajar
Rata-rata = r = X1 +
f
fd
= 60 + 9
4
3
10
= 60 – 2,66
= 57,444
= 57
Dari pengolahan data yang diperoleh melalui tabel distribusi frekuensi
hasil belajar kewirausahaan siswa SMK Dua Mei Ciputat (Variabel X)
diperoleh rata-rata mean 57.
D. Pengolahan Data Motivasi Berwiraswasta Siswa (Variabel Y)
Untuk mengetahui data variabel (Y) tentang motivasi berwiraswasta
siswa SMK Dua Mei Ciputat sebagai berikut:
Untuk mencari nilai rata-rata dan varian dengan menggunakan rumus
yang disajaikan dapat dilihata dari perhitungan berikut ini:
Motivasi
Rata-rata = r f
fd
= 68 +
= 68 + 39
37
= 68 + 0,948
49
= 68,94
= 69
Dari pengolahan data yang diperoleh melalui tabel distribusi frekuensi
hasil motivasi siswa SMK Dua Mei Ciputat (Variabel Y) diperoleh rata-rata
mean 69.
E. Pengolahan Data Korelasi Variabel (X) dan Variabel (Y)
Pengolahan data untuk menganalisa korelasi antara variabel X (hasil
belajar kewirausahaan) dengan variabel Y (motivasi berwiraswasta), sebagai
berikut:
Korelasi Variable x dan y
Hasil yang diterima antara korelasi hasil belajar kewirausahaan dengan
motivasi berwiraswasta siswa adalah 0,94921 ini membuktikan bahwa sangat
tinggi sekali hubungan anatra hasil belajar kewiraushaan dengan motivasi
berwiraswasta siswa ini dapat dilihat dari tabel interpretasi product moment.
50
Tabel 25
Interpretasi Product Moment
Besarnya “r” product moment (rxy) Interprestasi
0,00-0,20 Antara variabel x dan y terdapat korelasi
itu sangat lemah rendah sehingga
korelasi itu diabaikan atau dianggap
tidak ada korelasi antara variabel x dan
variabel y
0,20-0, 40 Antara variabel x dan y terdapat korelasi
yang lemah atau rendah
0, 40-0, 70 Antara variabel x dan y terdapat korelasi
yang sedang atau cukup
0,70-0,90 Antara variabel x dan y terdapat korelasi
yang kuat atau tinggi
0,90-1,00 Antara variabel x dan y terdapat korelasi
yang sangat kuat atau tinggi
F. Pengujian Hipotesis
Setelah diketahui besar nilai koefisien korelasi, maka perlu diadakan
pengujian hipotesis. Untuk mengetahui tingkat signifikasi antara variabel X
dan Y.
1. Hipotesis Ho ( terdapat hubungan yang signifikan antara hasil belajar
kewirausahaan dengan motivasi berwiraswasta siswa).
2. Hipotesis HI (tidak terdapat hubungan yang signifikan antara hasil belajar
kewirausahaan dengan motivasi berwiraswasta siswa)
Dari uji hipotesis koefisien korelasi sebesar 0.94921 dapat disimpulkan
bahwa terdapat korelasi yang sangat tinggi antara hasil belajar kewirausahaan
dengan motivasi berwiraswasta siswa di SMK Dua Mei Ciputat. Berarti
hipotesisnya adalah:
51
Ho : terdapat hubungan yang signifikan antara hasil belajar
kewirausahaan dengan motivasi berwiraswasta siswa di SMK Dua Mei
Ciputat.
G. Interprestasi Hasil Penelitian
Pada uraian berikut ini disajikan tentang pembahasan yang merupakan
jawaban dari hipotesis yang pembahasannya secara berurutan sebagai berikut:
1. Hasil belajar pada siswa SMK Dua Mei Ciputat.
Belajar adalah suatu proses yang menimbulkan terjadinya suatu
perubahan atau pembaharuan dalam tingkah laku atau kecakapan. Tingkah
laku sebagai hasil belajar dalam pengertian luas mencakup bidang
kognitif, afektif dan psikomotorik.
Sesuai dengan masalah yang diteliti terbukti bahwa hasil belajar
siswa di SMK Dua Mei mempunyai rata-rata 57 dan rata-rata motivasi
berwiraswastanya 69. Hubungan antara hasil belajar dengan motivasi
berwiraswasta sangat tinggi sekali, hal ini dibuktikan dari hasil penelitian
yang memberikan distribusi yang sangat tinggi yaitu 0.94921.
Pengertian wiraswasta memberikan beberapa manfaat seperti:
meningkatkan produktifitas, meningkatkan pertumbuhan ekonomi,
menciptakan teknologi baru, menciptakan produk dan jasa baru,
mendorong inovasi, menciptakan pekerjaan, dan membantu organisasi
bisnis yang besar.
2. Motivasi berwiraswasta siswa SMK Dua Mei Ciputat.
Motivasi berasal dari kata latin yaitu “Motivus” yang berarti sebab,
alasan dasar, pikiran dasar, dorongan seseorang untuk berbuat , atau ide
pokok untuk selalu berpengaruh besar terhadap tingkah laku manusia.
Motivasi dalam arti sebagai motif yang berarti dorongan atau tenaga
tersebut merupakan gerak jiwa dan jasmani untuk bertingkah laku dan
didalam perbuatannya itu mempunyai tujuan.
52
Motivasi berwiraswasta merupakan hal yang dipengaruhi oleh hasil
belajar kewirausahaan. Hal ini menunjukkan bahwa salah satu faktor yang
sangat mempengaruhi motivasi berwiraswasta siswa adalah hasil belajar
kewirausahaan sehingga semakin tinggi hasil belajar kewirausahaan, maka
semakin tinggi pula motivasi berwiraswastanya.
Motivasi terbagi menjadi dua bagian, yang pertama motivasi
instrinsik dan motivasi ekstrinsik. Yang dimaksud dengan motivasi
instrinsik adalah motif-motif yang menjadi aktif dalam setiap diri individu
sudah ada dorongan untuk melakukan sesuatu. Contoh dari motivasi
instrinsik adalah disiplin yang tinggi, pengambilan keputusan mempunyau
sikap mental, berani menghadapi tantangan, dapat mengatasi masalah,
menyusun rencana, bekal usaha,mempunyai rasa percaya diri,
Motivasi ekstrinsik adalah kebalikan dari motivasi intrinsik.
Adapun yang dimaksud dengan motivasi ekstrinsik adalah motif-motif
yang aktif dan berfungsi karena adanya perangsang dari luar. Contoh dari
motivasi ekstrinsik adalah motivasi yang dimiliki oleh orang tersebut bisa
didapat dari luar misalnya seseorang mempunyai motivasi untuk
berwiraswasta karena dorongan dari orang tuanya dan membutuhkan
permodalan yang membutuhkan orang lain untuk membantunya.
Dalam hal mendirikan usaha diperlukan disiplin tinggi, siswa
mayoritas sangat setuju bahwa seorang wirausahawan mesti memiliki
disiplin yang tinggi dalam mengembangkan usaha. Disiplin ini diperlukan
karena tanpa disiplin akan sulit mengembangkan usaha.
Para siswa juga sepakat bahwa seorang wirausahawan harus dapat
memutuskan masalah dengan cepat agar semua masalah yang ditemui
dapat teratasi. Hal ini mengingat bahwa perubahan di sekitar dunia usaha
begitu cepat sehingga membutuhkan juga penanganan informasi secara
cepat.
53
Seorang wirausahawan mempunyai sikap mental yang baik
hendaknya harus mempunyai pengalaman bekerja dalam berwiraswasta.
Sebagian siswa sangat setuju. Karena pengalaman dapat dijadikan guru
yang sangat berharga dalam menghadapi kehidupan apalagi dalam bidang
usaha.
Dalam hal sebagai seorang wirausaha merupakan pekerjaan yang
mempunyai banyak tantangan, sebagian siswa-siswi setuju. Karena
tantangan akan selalu ada dalam menjalankan suatu usaha, oleh karena itu
seorang wirausaha haruslah mempunyai semangat yang tinggi untuk
menghadapi tantangan tersebut.
Seorang wirausahawan selalu bersikap positif terhadap berbagai
permasalahan yang ada, dan pendapat para siswa-siswi setuju dengan
pernyataan tersebut. Berfikir positif adalah suatu proses di mana seseorang
selalu berusaha untuk mengendalikan keadaan dan memandang sesuatu
secara positif. Pada implementasinya sehari-hari, cara pandang positif ini
tercermin dalam berbagai tindak- tanduk dan sikap dalam menjalani hidup
di antaranya adalah:
Pertama, terhadap semua peristiwa ataupun lingkungan di sekitar
kita, cobalah untuk selalu memandang dari sisi baiknya. Terhadap apapun
yang terjadi, selalu mencari sudut pandang yang baik sehingga apa yang
terpikir juga menjadi baik.
Kedua, cara pandang positif juga berusaha memahamkan terhadap
diri sendiri bahwa semua peristiwa selalu mempunyai manfaat dan
hikmah.
Ketiga, cara pandang positif memahamkan diri sendiri bahwa
setiap orang dan segala sesuatu di dunia ini diciptakan berbeda antara satu
dengan yang lain. Karena itu setiap orang mempunyai jalan sendiri dengan
rezeki dan nasib yang berbeda.
54
Keempat, orang perlu meyakini bahwa tidak ada kesulitan yang
tidak mempunyai jalan keluar. Jalan keluar selalu ada, tinggal bagaimana
manusia mencarinya.
Berfikir positif akan membuat permasalahan hidup tidak menjadi
beban berat. Berpikir positif akan membuat orang mampu mengurai satu
per satu permasalahan tersebut, sehingga beban-beban yang ada bisa
diselesaikan.1
Berpikir positif adalah hal terpenting guna membentuk mental
pengusaha. Sejarah membuktikan hal-hal besar dari mereka yang
senantiasa berpikir positif dan terus bekerja meskipun mendapatkan
tantangan dan cemohan dari orang-orang. 2
Seorang wirausahawan harus selalu berusaha menciptakan kiat dan
terobosan baru sesuai dengan perkembangan teknologi dan selera
konsumen, sebagian siswa berpendapat sangat setuju dengan pernyataan
itu karena dengan adanya terobosan baru maka konsumen tidak bosan dan
tidak ketinggalan zaman.
Terobosan baru atau inovasi adalah suatu temuan baru yang
memiliki dayaguna produk atau jasa kearah yang lebih produktif. Inovasi
itu penting karena: Dapat mengetahui proses yang sesuai dengan
kebutuhan konsumen terhadap produk dan jasa, Melakukan perubahan dan
pengembangan pada industri pasar dan jasa, Serta dengan berinovasi dapat
merebut pasaran dan memanfaatkan peluang usaha.
Apabila seorang wirausahawan tidak mempunyai sikap inovatif
dalam mengembangkan usahanya, maka ia akan ketinggalan dengan
pengusaha-pengusaha lainya dalam memproduksi barang atau jasa yang
dimilikinya. Dan kemungkinan besar akan ketinggalan zaman karena tidak
diterima lagi di pasaran.
1 Akbar Zainudin, Man Jadda Wajada, Penerbit Gramedia , Jakarta, 2010. H.17-21
2 Betley Heru Susanto, Artikel Entrepreneurship. Hal.7
55
Berwiraswasta tidak perlu ditunjang dengan pendidikan non
formal, sebagian siswa-siswi berpendapat ragu-ragu karena bagaimanapun
pendidikan non formal sebagai nilai tambah dari pendidikan formal, akan
tetapi sekarang ini banyak sekali fenomena seorang wirausahawan yang
sukses tanpa mengikuti pendidikan non formal.
Misalnya seorang pengusaha bakso di daerah Pandeglang Mas
Slamet namanya, ia mampu mengembangkan usaha bakso yang ia miliki
tanpa mengikuti pendidikan formal. Malah ia dapat mengembangkan
usahanya secara otodidak. Resep baso yang enak dan segar ia dapatkan
dari warisan orang tuanya.
Seorang wirausahawan tidak perlu menerapkan tujuan usaha yang
hendak dicapai, sebagian siswi berpendapat sangat tidak setuju karena
apabila ingin membuka suatu usaha harus pula ditentukan tujuan-tujuan
yang diinginkan dalam mendirikan suatu usaha tersebut.
Segala sesuatu mempunyai cara dan arah untuk mencapainya.
Tujuan itu sangat penting karena, seseorang yang mempunyai tujuan hidup
maka hidupnya akan terarah. Dan dapat pula mengetahui apa yang harus
dilakukan untuk mencapai sukses.
Seorang wirausaha mempunyai prinsip tidak mudah menyerah
dalam menghadapi berbagai tantangan usahanya, sebagian besar siswa-
siswi berpendapat setuju karena dalam melaksanakan kegiatan usaha pasti
akan mendapatkan hambatan-hambatan yang akan terjadi.
Pantang menyerah yaitu sikap dan perilaku yang dilakukan oleh
seorang wirausahawan dalam menjalani usahanya dengan penuh semangat
tanpa putus asa. Meskipun rintangan yang dihadapi penuh dengan
pengorbanan demi mencapai tujuan yang diharapkan yaitu mendapatkan
keuntungan. Bagi seorang wirausahawan, sifat tidak mudah menyerah
merupakan modal utama untuk meraih kesuksesan usahanya. Pengalaman
56
berwiraswasta sangat menentukan keberhasilan seseorang, sebagian siswa
berpendapat setuju dengan pertanyaan tersebut.
Wirausahawan tidak perlu bekerja dengan orang lain untuk
menerima petunjuk secara sukarela, sebagian siswa berpendapat tidak
setuju. Mencari penghasilan dan keuntungan merupakan tujuan dari
berwiraswasta ini penting untuk memenuhi kebutuhan para wirausaha
dalam kehidupan sehari-hari. Karena dengan adanya keuntungan yang
diperoleh maka akan terwujudlah tujuan dari berwiraswasta tersebut.
Pengalaman merupakan guru yang paling baik dalam kehidupan
manusia. Dengan banyaknya pengalaman yang didapat dalam
berwiraswasta maka seorang wirausahawan akan berhati-hati dalam
mengambil keputusan dan sudah bisa memperkirakan resiko yang akan
dihadapi dalam kegiatan usaha.
Seorang wirausaha harus bisa bekerjasama dengan pihak lain agar
usaha yang ia tempuh dapat berjalan dengan baik. Salah satu cara agar
usaha yang dilakukan mudah dikenal oleh masyarakat banyak adalah
mengembangkan jaringan yang luas atau (Networking) .Jaringan bisnis
yang luas merupakan suatu faktor yang penting guna mendorong
keberhasilan para wirausahawan.
Keberhasilan seseorang dalam berwiraswasta tidak dipengaruhi
oleh lingkungan. Sebagian siswa berpendapat tidak setuju, karena
lingkungan merupakan faktor yang menentukan motivasi seseorang untuk
berwiraswasta dan lingkungan dapat mengajari seseorang tentang
kehidupan.
Orang tua anda termasuk orang yang berhasil berwiraswasta dan
anda akan mengikuti jejaknya, sebagian besar siswa berpendapat setuju
dengan pernyataan tersebut karena faktor dari orang tua yang
berwiraswasta akan memotivasi anaknya pula untuk berwirausaha.
57
Motivasi ekstrinsik tidak selalu buruk akibatnya. Motif ekstrinsik
timbul karena adanya rangsangan dari luar individu misalnya, dalam
bidang pendidikan terdapat minat yang positif terhadap kegiatan akan
timbul karena melihat manfaatnya.
Berikut ini beberapa hal yang dapat menimbulkan motif ekstrinsik,
dalam dunia pendidikan antara lain:
a. Pendidikan memerlukan anak didiknya, sebagai manusia yang
berpribadi, menghargai pendapatnya, pikirannya, perasaannya, maupun
keyakinannya.
b. Pendidik menggunakan berbagai metode dalam melaksanakan kegiatan
pendidikannya.
c. Pendidik senantiasa memberikan bimbingan dan juga pengarahan
kepada anak didiknya dan membantu, apabila mengalami kesulitan,
baik yang bersifat pribadi atau akademis.
d. Pendidik harus mempunyai pengetahuan yang luas dan penguasaan
bidang studi dan materi yang diajarkan pada peserta didiknya.
e. Pendidik harus mempunyai rasa cinta dan sifat pengabdian kepada
profesinya sebagai pendidik.3
Motivasi dari luar penting apabila seseorang sudah tidak dapat lagi
mengantisipasi apa yang mereka miliki dari dalam dirinya. Ini berguna
untuk membantu seseorang agar mempunyai dorongan atau kemauan
kembali untuk melaksanakan suatu kegiatan yang harus dicapainya.
Untuk menjadi seorang wirausaha harus ditunjang modal cukup
besar, sebagian besar siswa-siswi berpendapat ragu-ragu. Pengalaman
dapat menentukan seseorang akan berhasil dalam berwirausaha, sebagian
orang berpendapat sangat setuju dengan pertanyaan tersebut.
3 Hamzah B. Uno Teori Motivasi dan Pengukurannya Analisis di Bidang Pendidikan ,
(Jakarta: Bumi Aksara, 2008 ), Cet. 3,hal. 4.
58
3. Hubungan hasil belajar kewirausahaan dengan motivasi berwiraswasta
Hubungan hasil belajar kewirausahaan dengan motivasi
berwiraswasta siswa sangat berpengaruh terhadap pribadi seseorang untuk
berani membuka usaha. Karena tujuan pembelajaran pada setiap mata
pelajaran memiliki tujuan dalam tiga ranah yaitu ranah kognitif, afektif,
dan psikomotorik. Dalam hubungannya dengan mata pelajaran
kewirausahaan, mata pelajaran ini mempunyai tujuan untuk dapat
memotivasi secara kualitas dan kuantitas sehingga meningkatkan jumlah
wirausaha yang berkualitas, menumbuhkembangkan sikap usaha dengan
penuh semangat, ulet dan tekun dikalangan para siswa.
Hasil belajar yang tinggi mencerminkan terkuasainya pengetahuan
tentang mata pelajaran tersebut, seyogyanya dapat diaplikasikan dalam
sikap dan perilakunya, sehingga seorang siswa yang mempunyai nilai yang
tinggi dapat diasumsikan memiliki motivasi berwiraswasta yang positif,
dan berani untuk membuka usaha agar tidak terlalu menambah
pengangguran di Indonesia, demikian sebaliknya jika seseorang
mempunyai hasil belajar yang rendah maka motivasi berwiraswastanyapun
negatif.
59
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengujian hipotesis dan pembahasan hasil
penelitian, maka dapat disimpulkan:
1. Hasil belajar kewirausahaan siswa cukup baik, hal ini berdasarkan nilai
rata-rata (mean) 57 .
2. Motivasi berwiraswasta secara keseluruhan dapat dikatakan baik, hal ini
berdasarkan rata-rata (mean) yaitu 69 .
3. Terdapat korelasi yang sangat tinggi antara hasil belajar kewirausahaan
dengan motivasi berwiraswasta siswa di SMK Dua Mei Ciputat. Hal ini
dapat terlihat dari hasil penghitungan “r” Product Moment sebesar
0.94921. Hasil tersebut membuktikan bahwa semakin tinggi hasil belajar
siswa dalam mata pelajaran kewirausahaan maka semakin tinggi pula
motivasi berwiraswasta yang dimiliki oleh siswa.
Sesuai dengan masalah yang diteliti bahwa hasil belajar kewirausahaan
sangat berpengaruh dengan motivasi berwiraswasta siswa di SMK Dua Mei
Ciputat. Hal ini terbukti dari hasil penelitian bahwa hasil belajar
kewirausahaan memberikan hubungan terhadap motivasi berwiraswasta siswa
di SMK Dua Mei Ciputat.
60
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, penulis memberikan
saran kepada pihak yang terkait, diantaranya:
1. Untuk Guru
a. Seyogyanya mempunyai wawasan yang lebih luas, agar penyampaian
materi pelajaran tidak terbatas pada materi yang ada dibuku saja.
b. Berusaha untuk lebih menarik minat siswa dalam menyampaikan
materi, agar siswa lebih termotivasi untuk berwiraswasta.
c. Dalam menyampaikan materi, berusaha untuk lebih banyak
penggunaan media pembelajaran sehingga dapat meningkatkan hasil
belajar kewirausahaan dan pembelajaran tidak terkesan membosankan
siswa-siswi. Dan harus sesuai dengan program-program yang
mengarah kepada kewirausahaan.
2. Untuk Siswa
Siswa diharapkan tidak cepat merasa puas atas penjelasan guru,
hendaknya untuk lebih kritis dengan mencoba membuktikan sendiri dan
mencari sumber lain dari pengetahuan yang telah dimiliki.
Tabel 20
RESPONDEN Nilai1 532 653 604 45
5 506 557 688 409 67
10 5811 6012 6313 5514 6315 5016 6017 5018 6019 6220 7021 6022 5023 5524 5025 6026 6027 5028 6729 7530 5031 5032 6133 6234 6035 6736 5037 5038 6039 55
VARIABEL (X)
HASIL BELAJAR KEWIRAUSAHAAN SISWA SMK DUA MEI
Tabel 21
DISTRIBUSI FREKUENSI VARIABEL HASIL BELAJAR
KEWIRAUSAHAAN SISWA SMK DUA MEI CIPUTAT (X)
Nilai Tally F D Fd fd2
75 1 1 15 15 225
70 1 1 10 10 100
68 1 1 8 8 64
67 3 3 7 21 441
65 1 1 5 5 25
63 2 2 3 6 36
62 2 2 2 4 16
61 1 1 1 1 1
60 9 9 0 0 0
58 1 1 -2 -2 4
55 4 4 -5 -20 400
53 1 1 -7 -7 49
50 10 10 -10 -100 10000
45 1 1 -15 -15 225
40 1 1 -20 -20 400
N= 39 -8 Σ fd = -104 Σ fd2 = -421
Tabel 22
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 181 5 4 5 5 4 4 5 2 1 5 4 2 4 2 2 4 2 5 652 5 4 4 3 5 4 5 3 2 5 5 3 4 3 2 4 3 5 693 4 4 5 2 5 4 4 2 3 5 4 5 3 4 2 5 1 5 674 5 3 4 5 4 3 5 4 2 4 5 1 2 1 3 3 2 3 595 5 4 5 5 5 5 4 4 2 5 4 3 4 2 3 3 2 4 696 5 4 4 4 4 3 4 3 2 5 4 4 3 2 3 4 3 4 657 5 4 4 3 4 4 5 3 2 5 4 3 5 3 2 2 3 3 648 5 4 4 3 2 4 4 2 3 5 4 4 4 3 2 2 3 3 619 4 4 5 5 4 5 2 3 2 5 5 4 3 4 3 5 4 4 71
10 5 4 4 5 4 5 4 2 3 5 4 4 4 3 2 5 4 5 7211 4 4 5 4 4 5 5 3 3 5 5 3 5 3 3 4 3 4 7212 4 4 4 4 4 5 5 3 1 5 5 1 5 3 4 3 2 5 6713 5 4 4 5 4 5 4 2 3 5 4 5 4 4 5 5 4 5 7714 4 5 5 3 4 4 5 3 2 4 4 5 4 2 4 4 3 3 6815 5 4 5 3 4 4 4 3 2 4 4 5 4 3 4 4 3 3 6816 5 4 4 3 4 4 4 3 2 4 4 5 4 2 4 4 3 3 6617 5 4 5 5 3 5 5 3 4 5 5 5 4 2 5 5 2 5 7718 5 4 5 3 3 5 5 2 2 4 5 3 5 1 2 4 4 5 6719 5 4 5 4 5 4 5 3 2 5 5 2 4 2 4 5 2 5 7120 5 5 4 4 4 5 3 2 2 4 5 4 5 1 2 5 3 4 6721 5 4 5 4 5 4 5 2 2 4 4 3 4 3 3 4 3 5 6922 5 4 4 4 5 4 5 4 4 5 5 5 5 3 4 4 3 4 7723 5 4 5 3 5 5 4 3 1 5 4 1 5 2 3 5 3 5 6824 5 4 3 5 3 5 5 4 1 5 4 3 3 1 1 3 4 4 6325 5 5 4 4 5 4 5 3 4 5 3 3 4 1 2 4 2 5 6826 5 5 5 4 5 4 5 4 4 5 4 4 5 5 4 4 4 5 8127 5 2 5 4 5 5 5 4 2 5 5 4 4 2 2 2 2 3 6628 5 4 4 4 5 5 5 4 5 5 5 4 5 4 4 4 5 5 8229 4 4 4 4 5 5 5 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 7530 4 4 5 5 4 4 4 4 2 5 4 3 4 2 3 3 2 3 6531 4 4 5 5 5 4 4 4 2 5 4 3 4 2 3 3 2 3 6632 5 4 4 4 5 5 4 4 4 5 5 3 4 4 2 3 3 4 7233 4 5 5 4 4 5 5 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 7634 4 4 5 3 3 5 4 3 1 4 4 2 2 1 2 2 1 3 5335 5 4 5 3 3 5 4 3 1 4 4 2 2 1 2 2 1 1 5236 5 4 4 4 4 5 5 4 3 5 4 3 4 3 4 3 3 4 7137 5 5 5 5 5 5 5 4 3 5 5 4 3 5 5 3 3 3 7838 5 4 5 4 5 4 5 3 4 5 5 5 4 2 2 2 2 4 7039 5 4 5 4 5 4 5 4 5 4 5 4 5 4 5 4 5 4 81
185 159 177 155 166 174 176 124 101 183 171 135 155 103 120 143 112 156 2695
JumlahSKORNo
Res
VARIABEL (Y) MOTIVASI BERWIRASWASTA SISWA SMK DUA MEI
Tabel 23
DISTRIBUSI FREKUENSI VARIABEL MOTIVASI
BERWIRASWASTA SISWA SMK DUA MEI
CIPUTAT (Y)
Nilai Tally F D Fd fd2
82 I 1 14 14 196
81 II 2 13 26 676
78 I 1 10 10 100
77 III 3 9 27 729
76 I 1 8 8 64
75 I 1 7 7 14
72 III 3 4 12 144
71 III 3 3 9 81
70 I 1 2 2 4
69 III 3 1 3 9
68 IV 4 0 0 0
67 IV 4 -1 -4 16
66 III 3 -2 -6 36
65 III 3 -3 -9 81
64 I 1 -4 -4 16
63 I 1 -5 -5 25
61 I 1 -7 -7 49
59 I 1 -9 -9 81
53 I 1 -15 -15 225
52 I 1 -16 -16 256
N=18 Σ fd= 37 Σ fd2 =2802
Tabel 24
SKOR HASIL BELAJAR KEWIRAUSAHAAN DENGAN MOTIVASI
BERWIRASWASTA SISWA SMK DUA MEI CIPUTAT
NO X Y XY X2 Y
2
1 75 82 6150 5625 6724
2 70 81 5670 4900 4900
3 68 81 5508 4624 4624
4 67 78 5226 4489 6084
5 67 77 5159 4489 5929
6 67 77 5159 4489 5929
7 65 77 5005 4225 5929
8 63 76 4788 3969 5776
9 63 75 4725 3969 5625
10 62 72 4464 3844 5184
11 62 72 4464 3844 5184
12 61 72 4392 3721 5184
13 60 71 4260 3600 5041
14 60 71 4260 3600 5041
15 60 71 4260 3600 5041
16 60 70 4200 3600 4900
17 60 69 4140 3600 4761
18 60 69 4140 3600 4761
19 60 69 4140 3600 4761
20 60 68 4080 3600 4624
21 60 68 4080 3600 4624
22 58 68 3944 3364 4624
23 55 68 3740 3025 4624
24 55 67 3685 3025 4489
25 55 67 3685 3025 4489
26 55 67 3685 3025 4489
27 53 67 3551 2809 4489
28 50 66 3300 2500 4356
29 50 66 3300 2500 4356
30 50 66 3300 2500 4356
31 50 65 3250 2500 4225
32 50 65 3250 2500 4225
33 50 65 3250 2500 4225
34 50 64 3200 2500 4096
35 50 63 3150 2500 3969
36 50 61 3050 2500 3721
37 50 59 2950 2500 3481
38 45 53 2385 2025 2809
39 40 52 2080 1600 2704
2246 2695 171543 131486 184353