abstrak tidak ada kejadian tuberkulosis · pdf file4.8 alur penelitian ... gambar 2.3 alur...
TRANSCRIPT
viii
ABSTRAK
TIDAK ADA KEJADIAN TUBERKULOSIS PARU AKTIF SELAMA 3BULAN PEMANTAUAN PASCA PEMBERIAN PENGOBATAN
PENCEGAHAN ISONIAZID PADA PENDERITA HIV
Penggunaan pengobatan pencegahan isoniazid atau PP-INH bermanfaatuntuk mencegah kejadian tuberkulosis pada individu dewasa dan telahdirekomendasikan oleh WHO. Penerapan rekomendasi ini belum diterapkan disemua negara sebagai suatu program nasional. Baik PP-INH maupun terapi ARVbisa menurunkan risiko tuberkulosis. Di Indonesia sendiri pemberian PP-INH barusebatas pada beberapa rumah sakit dan jangka waktu singkat. Penelitian inidilakukan untuk mengetahui kejadian tuberkulosis paru aktif pada pasien HIV yangdiberikan PP-INH. Tuberkulosis merupakan infeksi yang terkait dengan HIV yangbisa diobati dan dicegah. Terdapat bukti bahwa TB bisa membuat penyakit HIVbertambah berat sebagai akibat aktivasi imun. Sebaliknya infeksi HIV jugamerupakan faktor risiko terbesar yang diketahui untuk perkembangan infeksituberkulosis baik infeksi primer maupun reaktifasi.
Penelitian ini merupakan studi deskriptif dengan kohort prosepektif. Sampeldiambil secara consecutive random sampling di klinik Voluntary Counceling andTesting (VCT) Merpati RSUD Wangaya. PP-INH diberikan selama 6 bulan kepadasemua sampel yang memenuhi persyaratan bertahap setiap bulan untuk menilaikepatuhan minum obat dan pemantuan gejala tuberkulosis melalui kuesionerpenapisan gejala dan tanda tuberkulosis. Apabila terdapat gejala yang menunjukkanTB, dilakukan pemeriksaan lanjutan untuk menegakkan TB dengan pemeriksaanradiologi dan bakteriologi. Kejadian tuberkulosis dipantau selama pemberian PP-INH selama 6 bulan dan 3 bulan pasca pemberian PP-INH.
Sebesar 122 sampel masuk dalam penelitian yang diberikan PP-INH,dengan 5 sampel (4,10%) tidak mendapatkan pengobatan lengkap dengan rincian 1sampel (0,82%) meninggal selama pemberian PP-INH dan 4 sampel (3,28%) lostto follow up. Berdasarkan jenis kelamin didapatkan 55,6% laki – laki dan 44,6%perempuan. Secara keseluruhan kejadian TB paru selama 6 bulan pemberian PP-INH adalah 0 per 100 orang tahun dan 3 bulan pasca pemberian PP-INH adalah 0per 100 orang tahun.
Belum terdapat kejadian tuberkulosis pada pasien HIV yang diberikan PP-INH selama pemantauan dan pasien menunjukkan kepatuhan terhadap pengobatanPP-INH.
Kata kunci: Kejadian tuberkulosis, PP-INH, HIV, TB.
ix
ABSTRACT
NO INSIDENCE OF ACTIVE LUNG TUBERCULOSIS FOR 3 MONTHSMONITORING AFTER ISONIAZIDE PREVENTION THERAPY IN
PATIENTS WITH HIV
Isoniazide prevention therapy or IPT is very efficacious to preventtuberculosis incidence for individu living with HIV and have been recomended byWHO. Application for this recommendation have not been applied in all of nationsas a guideline. Both IPT and ARV therapy can reduce tuberculosis risk. In IndonesiaIPT itself have not been applied as guideline, it is only held in several hospital. Thisstudy was held to assess the incidence of tuberculosis after giving IPT. TB is ainfection associated with HIV which can be cured dan preventable. There a provethat TB can make worsen progression of HIV as a immune activation. HIV infectionalso a greatest risk factor for development primary or reactivation tuberculosis.
This study was cohort prospective desciptive study. Sample was taken byconsecutive sampling at Wangaya HIV clinic. IPT was given for six months to allsample which fulfill the requirements and monitor for tuberculosis incidence everymonth through questionaire for tuberculosis screening. If there were tuberculosissigns and symptoms, a confirmation test with bacterial and imaging examinationwill be held. Tuberculosis incidence will be monitored for 6 months therapy andcontinued for 3 months after IPT.
This study enrolled 122 sample which all of the sample given IPT. With 5sample had incompleted IPT treatment, consist of 1 sample (0,82%) died duringIPT and 4 samples (3,28%) were lost to follow up. Based on gender, sample wereconsist of 55,6% males and 44,6% females. Generally tuberculosis incidence at 6months IPT was 0 per 100 person year and 3 months after IPT was 0 per 100 personyear.
The tuberculosis incidence was not found at 6 months IPT and 3 monthsafter IPT and patient showed adherence for IPT.
Keywords : Tuberculosis incidence, IPT, HIV, TB
x
RINGKASAN
TIDAK ADA KEJADIAN TUBERKULOSIS PARU AKTIF SELAMA 3BULAN PEMANTAUAN PASCA PEMBERIAN PENGOBATAN
PENCEGAHAN ISONIAZID PADA PENDERITA HIV
Risiko kejadian tuberkulosis paru aktif sangat tinggi pada pasien denganinfeksi HIV. Risiko ini lebih besar 4 sampai 6 kali lebih tinggi dibandingkan denganindividu tanpa infeksi HIV. Status imun dan komorbid lainnya juga meningkatkanrisiko kejadian tuberkulosis. Pemberian PP-INH dan terapi ARV bisa menurunkanrisiko kejadian tuberkulosis. PP-INH sudah direkomendasikan oleh WHOwalaupun penerapannya belum menyeluruh di semua negara sebagai suatu programnasional. Di Indonesia sendiri pemberian PP-INH baru sebatas pada beberaparumah sakit dan sebatas pilot project. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahuikejadian tuberkulosis paru aktif pada pasien yang diberikan PP-INH. Tuberkulosismerupakan infeksi yang terkait dengan HIV yang bisa diobati dan dicegah.Terdapat bukti bahwa TB bisa membuat penyakit HIV bertambah berat sebagaiakibat aktivasi imun. Sebaliknya infeksi HIV juga merupakan faktor risiko terbesaryang diketahui untuk perkembangan infeksi tuberkulosis baik infeksi primermaupun reaktifasi.
Penelitian ini merupakan studi deskriptif, kohort prosepektif. Sampeldiambil secara consecutive random sampling di klinik Voluntary Counceling andTesting (VCT) Merpati RSUD Wangaya. PP-INH diberikan selama 6 bulan kepadasemua sampel yang memenuhi persyaratan, bertahap setiap bulan untuk menilaikepatuhan minum obat dan pemantuan gejala tuberkulosis melalui kuesionerpenapisan gejala dan tanda tuberkulosis. Apabila terdapat gejala yang menunjukkanTB, dilakukan pemeriksaan lanjutan untuk menegakkan TB dengan pemeriksaanradiologi dan bakteriologi. Kejadian tuberkulosis dipantau selama pemberian PP-INH selama 6 bulan dan 3 bulan pasca pemberian PP-INH.
Sebesar 122 sampel masuk dalam penelitian yang diberikan PP-INH,dengan 5 sampel (4,10%) tidak mendapatkan pengobatan lengkap dengan rincian 1sampel (0,82%) meninggal selama pemberian PP-INH dan 4 sampel (3,28%) lostto follow up. Berdasarkan jenis kelamin didapatkan 55,6% laki – laki dan 44,6%perempuan. Secara keseluruhan kejadian TB paru selama 6 bulan pemberian PP-INH adalah 0 per 100 orang tahun dan 3 bulan pasca pemberian PP-INH adalah 0per 100 orang tahun.
Belum terdapat kejadian tuberkulosis pada pasien HIV yang diberikan PP-INH selama pemantauan dan pasien menunjukkan kepatuhan terhadap pengobatanPP-INH.
xi
DAFTAR ISI
Halaman
SAMPUL DEPAN ........................................................................................... i
PRASYARAT GELAR ................................................................................... ii
LEMBAR PENGESAHAN ............................................................................. iii
LEMBAR PENETAPAN PANITIA PENGUJI .............................................. iv
SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT ............................................... v
UCAPAN TERIMA KASIH............................................................................ vi
ABSTRAK....................................................................................................... viii
ABSTRACT..................................................................................................... ix
RINGKASAN .................................................................................................. x
DAFTAR ISI.................................................................................................... xi
DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... xv
DAFTAR TABEL............................................................................................ xvi
DAFTAR SINGKATAN ................................................................................. xvii
DAFTAR LAMPIRAN.................................................................................... xix
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ............................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ................................................................................ 7
1.3 Tujuan Penelitian ................................................................................. 8
1.3.1 Tujuan Umum ......................................................................... 8
1.3.2 Tujuan Khusus ......................................................................... 8
1.4 Manfaat Penelitian ...................................................................................... 8
1.4.1 Manfaat Akademik ................................................................. 8
1.4.2 Manfaat Praktis ....................................................................... 8
BAB II KAJIAN PUSTAKA .......................................................................... 9
2.1 Infeksi HIV dan Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) ..... 9
2.1.1 Latar Belakang ............................................................................ 9
xii
2.1.2 Definisi ........................................................................................ 9
2.1.3 Etiologi ........................................................................................ 10
2.1.4 Morfologi HIV ............................................................................ 10
2.1.5 Transmisi ..................................................................................... 11
2.2 Tuberkulosis ......................................................................................... 11
2.2.1 Epidemiologi................................................................................ 11
2.2.2 Etiologi ........................................................................................ 12
2.2.3 TB dan Perjalanan alamiahnya ................................................... 12
2.2.4 Manifestasi Klinis ....................................................................... 14
2.3 Koinfeksi HIV dan TB ......................................................................... 19
2.3.1 Peran Limfosit T ......................................................................... 15
2.3.2 Diagnosis TB pada Pasien Dengan Infeksi HIV ........................ 15
2.3.3 Manifestasi TB pada HIV .......................................................... 17
2.3.4 IRIS (Immune Reconstitution Inflammatory Syndrome) .......... 19
2.4 Pengobatan Pencegahan INH (PP-INH) .............................................. 20
2.5 Mekanisme kerja PP-INH .................................................................... 25
2.6 Penemuan kasus aktif TB dan pencegahan tuberkulosis ..................... 25
2.6.1 Penapisan TB ............................................................................ 25
2.6.2 Efikasi, regimen dan durasi ........................................................ 27
2.6.2.1 Efikasi .............................................................................. 27
2.6.2.2 Regimen dan durasi .......................................................... 27
2.7 Status imun dan penggunaan konkomitan PP-INH dan ART............... 29
2.8 PP-INH pada Wanita Hamil.................................................................. 30
2.9 Pasien dengan riwayat pengobatan TB (profilaksis sekunder) ............ 30
2.10 Deteksi infeksi TB laten pada kondisi sumber daya yang terbatas ..... 31
2.10.1 TST dan PP-INH ...................................................................... 31
2.10.2 Interferon-gamma release assays (IGRA) ................................ 32
2.11 Masalah terkait implementasi PP-INH ............................................... 33
2.11.1 Kepemilikan primer oleh penyedia layanan HIV ..................... 33
2.11.2 PP-INH dan TB resisten obat ................................................... 34
2.11.3 Kepatuhan dan follow up klinis ............................................... 34
xiii
2.11.4 Ketersediaan sarana penapisan ................................................. 35
2.11.5 Metabolisme dan Hepatotoksisitas Isoniazid ............................ 37
BAB III KERANGKA BERPIKIR, KONSEP, DAN HIPOTESIS................. 39
3.1 Kerangka Berpikir ............................................................................... 39
3.2 Kerangka Konsep ................................................................................. 41
3.3 Hipotesis Penelitian .............................................................................. 42
BAB IV METODE PENELITIAN ................................................................. 43
4.1 Rancangan Penelitian ........................................................................... 43
4.2 Tempat dan Waktu Penelitian .............................................................. 43
4.3 Ruang Lingkup Penelitian .................................................................... 43
4.4 Populasi Penelitian ............................................................................... 43
4.4.1 Populasi Target ....................................................................... 43
4.4.2 Populasi Terjangkau ................................................................ 43
4.5 Sampel Penelitian ................................................................................. 44
4.5.1 Teknik pengambilan sampel ................................................... 44
4.5.2 Besar sampel ........................................................................... 44
4.6 Kriteria Inklusi dan Eksklusi ................................................................ 45
4.6.1 Kriteria Inklusi ......................................................................... 45
4.6.2 Kriteria eksklusi ....................................................................... 45
4.7 Bahan dan Instrumen Penelitian ........................................................... 45
4.8 Alur Penelitian ..................................................................................... 46
4.9 Variabel Penelitian ............................................................................... 47
4.9.1 Identifikasi variabel ................................................................ 47
4.9.2 Definisi operasional variabel ................................................... 48
4.10 Analisis Data ...................................................................................... 49
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN ......................................................... 51
5.1 Hasil ..................................................................................................... 51
5.1.1 Karakteristik Dasar Sampel ....................................................... 51
xiv
5.1.2 Kejadian Tuberkulosis Paru Setelah Pemberian PP-INH .......... 56
5.2 Pembahasan .......................................................................................... 56
BAB VI SIMPULAN DAN SARAN ............................................................. 63
6.1 Simpulan .............................................................................................. 63
6.2 Saran .................................................................................................... 63
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 64
LAMPIRAN .................................................................................................... 71
xv
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1 Struktur HIV-1........................................................................... 11
Gambar 2.2 Faktor risiko kejadian TB.......................................................... 14
Gambar 2.3 Alur Diagnosis TB Paru pada ODHA dengan rawat jalan ........ 17
Gambar 2.4 Algoritma penapisan TB dan pemberian PP-INH pada
individu yang hidup dengan HIV pada keadaan sumber
daya terbatas ............................................................................. 26
Gambar 3.1 Konsep Penelitian ..................................................................... 41
Gambar 4.1 Rancangan Penelitian ............................................................... 43
Gambar 4.2 Alur Penelitian .......................................................................... 47
Gambar 5.1 Proporsi sampel berdasarkan jenis kelamin ............................. 51
Gambar 5.1 Proporsi sampel berdasarkan jenis pekerjaan............................ 54
Gambar 5.2 Proporsi sampel berdasarkan pendidikan .................................. 55
Gambar 5.3 Proporsi sampel berdasarkan faktor risiko terkena HIV ........... 55
xvi
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 2.1 Sistem Klasifikasi Infeksi HIV dan Definisi Kasus AIDS
untuk Remaja dan Dewasa ........................................................ 10
Tabel 2.2 Perbandingan efikasi dari berbagai regimen pengobatan .......... 28
Tabel 2.3 Sensitifitas dan spesifisitas beberapa penelitian penapisan
Gejala TB................................................................................... 36
Tabel 4.1 Penapisan gejala dan tanda TB ................................................. 45
Tabel 5.1 Karakteristik Dasar Sampel (Jenis Kelamin, Pekerjaan,
Pendidikan, Faktor Risiko, Lini Terapi dan Status
Riwayat TB) ............................................................................. 52
Tabel 5.2 Karakteristik Dasar Sampel (Umur, Berat Badan,
Tinggi Badan, IMT dan Data Hematologi................................. 53
Tabel 5.3 Kejadian TB saat pemberian PP-INH selama 6 bulan
dan 3 bulan pasca pemberian PP-INH....................................... 56
xvii
DAFTAR SINGKATAN
AIDS = Acquired Immune Deficiency Syndrome
ALP = Alanin phosphatase
ALT = Alanin aminotransferase
ARV = Anti retroviral
ATS = American Thoracic Society
BTA = Basil Tahan Asam
CD4 = Cluster Differentiation 4
CD8 = Cluster Differentiation 8
CDC = Centers for Disease Control and Prevention
DOTS = Directly Observed Treatment Short-course
ELISA = Enzym-linked immunosorbent assay
Hb = Hemoglobin
HIV = Human Immunodeficiency Virus
IFN-γ = Interferon gamma
IL-2 = Interleukin-2
IL-4 = Interleukin-4
IL-5 = Interleukin-5
IL-10 = Interleukin-10
IL-13 = Interleukin-13
IMT = Indeks Massa Tubuh
INH = Isoniazid
IRIS = Immune Reconstitution Inflammatory Syndrome
IUAT = International Union Against Tuberculosis Committee on
Prophylaxis
IUATLD = International Union Against Tuberculosis and Lung Disease
ODHA = Orang dengan HIV/AIDS
PP-INH = Pengobatan Pencegahan Isoniazid
PPM&PL = Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit Menular dan
Penyehatan Lingkungan
xviii
MDR = Multi Drug Resistant
NK = Natural Killer
TB = Tuberculosis
Th1 = T helper 1
Th2 = T helper 2
TST = Tubercullin Skin Test
UNAIDS = Joint United Nations Programme on HIV/AIDS
VCT = Voluntary Conselling and Testing
WHO = World Health Organisation
XDR = Extensively drug-resistant
xix
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1 Surat Kelaikan Etik...................................................................... 71
Lampiran 2 Surat Amandemen Penelitian ...................................................... 72
Lampiran 3 Surat Ijin Penelitian ..................................................................... 73
Lampiran 4 Informed Concent ....................................................................... 74
Lampiran 5 Formulir Persetujuan Tertulis...................................................... 76
Lampiran 6 Formulir Pengumpulan Data ....................................................... 77
Lampiran 7 Kuesioner Penapisan Gejala dan Tanda Tuberkulosis ................ 79
Lampiran 8 Data Penelitian............................................................................. 80
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Infeksi Human Immunodeficiency Virus/Acquired Immune Deficiency
Syndrome (HIV/AIDS) merupakan infeksi yang pandemi secara global, dengan
kasus yang dilaporkan dari setiap negara di dunia. Diperkirakan 33,3 juta individu
hidup dengan infeksi HIV yang lebih dari 95% dari penderita tersebut hidup pada
negara dengan pendapatan perkapita yang rendah dan sedang. Tahun 2009
diperkirakan 2,6 juta kasus baru HIV di seluruh dunia, termasuk 370 ribu pada anak
dengan umur kurang dari 15 tahun. Epidemi HIV terjadi secara bergelombang di
berbagai bagian dunia yang menunjukkan perbedaan karakteristik demografi dari
tiap negara. Di Asia diperkirakan 4,9 juta penduduk hidup dengan HIV pada akhir
tahun 2009, dimana prevalensi tertinggi adalah di Asia Tenggara.
Tuberkulosis (TB) merupakan infeksi oportunistik yang paling sering dijumpai
pada individu dengan HIV/AIDS. Peningkatan epidemi TB di seluruh dunia
berkaitan dengan meningkatnya epidemi HIV yang berakibat meningkatnya jumlah
kasus TB di masyarakat. Di Indonesia insiden TB aktif pada pasien dengan HIV
sangat tinggi, dimana kolaborasi penanganan HIV dan pengendalian TB sangat
penting sebagai kunci penanganan koinfeksi HIV-TB secara komprehensif. Faktor
yang mempengaruhi kemungkinan seseorang menjadi pasien TB adalah daya tahan
tubuh yang rendah, diantaranya infeksi HIV/AIDS dan malnutrisi. Infeksi HIV
mengakibatkan kerusakan luas sistem daya tahan tubuh seluler (cellular imunity)
2
dan merupakan faktor risiko paling kuat bagi yang terinfeksi TB untuk menjadi
sakit.
TB adalah salah satu penyakit yang paling sering diantara individu dengan
infeksi HIV di seluruh dunia dan merupakan penyebab kematian terbesar.
Seseorang dengan tes Tubercullin Skin Test (TST) pada infeksi HIV mempunyai
risiko 3-13% berkembang menjadi TB aktif. Infeksi TB baru pada individu dengan
infeksi HIV terjadi dalam hitungan minggu bukan dalam hitungan bulanan seperti
pada individu tanpa infeksi HIV. TB bisa muncul pada setiap stadium HIV dan
sangat bervariasi pada setiap stadium. TB ekstra paru merupakan kejadian TB yang
paling sering pada pasien dengan infeksi HIV dengan bentuk yang paling sering
adalah manifestasi limfatik, diseminata, pleural dan perikardial. Diagnostik TB
pada pasien HIV lebih sulit bukan hanya oleh karena peningkatan frekuensi hasil
yang negatif dari hasil pengecatan dahak tetapi juga oleh karena temuan pada
radiografi yang atipikal, formasi granuloma klasik yang jarang dan hasil TST yang
negatif (Raviglione dan O’Brien, 2012).
Pada negara dengan beban TB dan HIV yang tinggi, salah satunya Indonesia,
WHO merekomendasikan penemuan kasus TB secara aktif, pemberian Pengobatan
Pencegahan Isoniazid (PP-INH) dan kontrol infeksi pada TB. Begitu pula
berdasarkan rekomendasi dari Joint External Monitoring Mission TB pada tahun
2007 dan External review HIV/AIDS pada Februari 2007 bahwa di Indonesia perlu
dilaksanakan percepatan penanggulangan kolaborasi TB-HIV secara nasional,
termasuk pengobatan pencegahan isoniazid untuk mencegah kejadian atau
3
morbiditas TB paru aktif pada Orang dengan HIV/AIDS (ODHA), dengan harapan
dapat mengurangi kematian ODHA terkait TB paru.
Dari penelitian yang diadakan di berbagai negara kejadian tuberkulosis pasca
pemberian PP-INH bervariasi. Pada penelitian oleh Yirdaw dkk., 2014 yang
dilakukan di Ethiopia didapatkan kejadian tuberkulosis setelah pemberian IPT 2,6
per 100 orang tahun. Penelitian Hermans dkk., 2016 didapatkan insiden
tuberkulosis sebesar 1,3 per 100 orang tahun selama pemberian PP-INH dan
periode berikutnya stabil sebesar 2,3 per 100 orang tahun. Begitu pula dengan
penelitian oleh Assebe dkk., 2015 didapatkan kejadian sebesar 2,22 per 100 orang
tahun dan penelitian Golub dkk., 2009 mendapatkan kejadian 6,2 per 100 orang
tahun. Dengan kisaran angka kejadian tuberkulosis pasca pemberian PP-INH secara
keseluruhan pada berbagai penelitian dibawah 5 per 100 orang tahun.
Pengendalian TB di Indonesia sudah berlangsung sejak zaman penjajahan.
Pada tahun 1995, program nasional pengendalian TB mulai menerapkan strategi
pengobatan jangka pendek dengan pengawasan langsung (Directly Observed
Treatment Short-course) atau program DOTS yang dilaksanakan di puskesmas
secara bertahap dan sejak tahun 2000 strategi DOTS dilaksanakan secara nasional
di seluruh pelayanan kesehatan yang diintegrasikan dalam pelayanan kesehatan
dasar.
Di Indonesia sendiri PP-INH baru menjadi pengembangan kebijakan yang
akan dicanangkan sebagai bagian dari penanggulangan koinfeksi TB-HIV nasional
baik mengenai efek perlindungan terhadap insiden TB paru aktif maupun
penurunan angka kejadian TB paru aktif (Kemenkes, 2011).
4
Dalam menghadapi tantangan koinfeksi TB-HIV, Kementrian Kesehatan
melalui Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit Menular dan Penyehatan
Lingkungan (PPM&PL) mengeluarkan strategi nasional pengendalian TB nasional
yang terdiri dari 7 strategi, 4 strategi umum dan 3 strategi fungsional. Salah satu
yang termuat adalah menghadapi tantangan TB-HIV, Multi Drug Resistant (MDR-
TB), TB anak dan kebutuhan masyarakat miskin serta rentan lainnya. Dengan
tantangan utama adalah mempercepat perluasan dan memperkuat pelaksanaan
kolaborasi di semua wilayah dengan prevalensi HIV yang tinggi termasuk
mengembangkan kolaborasi TB dan HIV dalam berbagai aspek.
Salah satu poin penting dalam usaha memperluas kolaborasi TB-HIV selain
active-case finding dan pengendalian infeksi TB adalah PP-INH yang merupakan
program yang dilaksanakan sebagai bagian integral dari intervensi TB-HIV dengan
fokus utama pada kelompok risiko tinggi dengan memperkuat kebijakan
pemerintah pusat terhadap kolaborasi TB-HIV serta peningkatan jumlah penelitian
yang berkontribusi terhadap kesinambungan program pengendalian TB di
Indonesia, termasuk melakukan penelitian PP-INH ini (Kemenkes, 2011).
Menurut Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit Menular dan Penyehatan
Lingkungan Departemen Kesehatan Indonesia, pada tahun 2014 prevalensi kasus
HIV di Indonesia sebanyak 150.296 orang dan prevalensi kasus AIDS sebanyak
55.799 orang. Bali merupakan provinsi dengan prevalensi HIV peringkat kelima
terbanyak setelah Jakarta, Jawa Timur, Papua dan Jawa Barat sebanyak 9.637 orang
(Ditjen PPM&PL, 2014).
5
Di Indonesia koinfeksi TB-HIV mengalami peningkatan dari tahun ke tahun.
Pada tahun 2012 dilaporkan terdapat 30,9% koinfeksi TB pada pasien HIV dan
meningkat menjadi 31,8% pada tahun 2013. Di Bali koinfeksi TB pada pasien HIV
juga mengalami peningkatan dari 26% pada tahun 2012 menjadi 30% pada tahun
2013. TB dan HIV mempunyai hubungan yanng erat. Infeksi HIV meningkatkan
risiko terserang infeksi TB begitu pula sebaliknya, sehingga pemberian profilaksis
INH pada pasien-pasien yang terinfeksi HIV memberikan perlindungan tambahan
terhadap risiko terjadi infeksi TB. Sebagai tambahan, risiko TB pada pasien HIV
sekitar 5-10% pertahun (Dinkes Bali, 2013).
Selama beberapa dekade kemajuan dalam kontrol TB sangat lambat dengan
kegagalan untuk mengidentifikasi, mencegah dan mengobati TB pada individu
dengan HIV baik dalam keluarganya maupun di komunitas. Meskipun anti
retroviral (ARV) secara sukses mengurangi risiko TB, kesempatan untuk deteksi
dan pencegahan TB dalam kondisi perawatan HIV sering tidak mengenai sasaran.
PP-INH sendiri merupakan pemberian isoniazid pada ODHA yang tidak menderita
TB untuk mencegah kejadian TB aktif. PP-INH yang dianjurkan adalah pemberian
tablet INH 300 mg dan vitamin B6 25 mg setiap hari selama 6 bulan.
Beberapa laporan menunjukkan penggunaan PP-INH pada individu dengan
HIV/AIDS yang mendapatkan antiretroviral bisa menurunkan insiden kejadian TB
paru aktif dan memberikan proteksi terhadap perkembangan menjadi TB paru aktif
dibandingkan pada individu tanpa profilaksis.
Penerapan yang sesuai pada pengobatan pencegahan tuberkulosis memegang
peran penting dalam usaha untuk memberantas tuberkulosis. PP-INH sangat efektif
6
dalam mencegah infeksi tuberkulosis dari perkembangan awal sampai muncul
gejala klinis. Pada penelitian yang dilakukan oleh International Union Against
Tuberculosis Committee on Prophylaxis (IUAT) pada individu sebanyak 28 ribu
yang diikuti selama lima tahun dengan hasil pemberian isoniazid selama 24 minggu
memberikan pengurangan dua pertiga risiko tuberkulosis (IUAT, 1982).
PP-INH sebenarnya berdasarkan teori yang secara umum diterima bahwa
infeksi primer dengan Mycobacterium tuberculosis diikuti oleh fase laten dimana
tuberkel dorman bisa terreaktifasi yang menyebabkan penyakit TB (Mazurek,
2005). INH mensterilkan organisme laten ini, tetapi latensi bakteriologis mungkin
tidak berhubungan secara sempurna dengan latensi klinis dan keseimbangan yang
lebih dinamis antara organisme dan imunitas inang mungkin lebih menentukan
terjadinya progresifitas menjadi penyakit aktif (Lin dkk., 2014). INH mungkin
berperan dalam mengubah keseimbangan ini yang bisa membantu inang melawan
organisme patogen (Wood dan Bekker, 2014).
Suatu penelitian menyimpulkan pemberian PP-INH pada ODHA dapat
menurunkan kejadian TB aktif sampai 62%, dan pemberian INH pada umumnya
aman dan dapat ditoleransi. Efek perlindungan isoniazide yang diberikan selama 6
bulan terhadap insiden TB paru aktif dari beberapa penelitian dikatakan berkisar 18
bulan sampai dengan 2 tahun. Dan penelitian kohort di Tanzania yang menilai
efektifitas pemberian PP-INH menyimpulkan bahwa pemberian PP-INH selama 6
bulan dikaitkan dengan peningkatan kesintasan pada individu dewasa dengan HIV
pada Cluster Differentiation 4 (CD4) ≥ 200 sel/µl dan dengan test TST yang positif
(Kabal dkk., 2011).
7
Penilaian dari durasi pemberian PP-INH efikasinya tidak berbeda bermakna
antara 6 dan 12 bulan. Meskipun pemberian PP-INH 9 bulan didukung oleh bukti
dan rekomendasi beberapa panduan klinis, belum ada penelitian yang langsung
membandingkan antara pemberian PP-INH 6 dan 12 bulan. Penelitian yang
dilakukan di India, tidak ada perbedaan signifikan antara pemberian PP-INH 6
bulan dan 36 bulan (Getahun, 2010).
Di negara-negara dengan jumlah kasus koinfeksi TB-HIV yang tinggi seperti
misalnya negara di benua Afrika, penelitian-penelitian yang berhubungan dengan
PP-INH sangat banyak dan memang menjadi program nasional sesuai dengan
kebijakan WHO dalam pemberantasan infeksi TB pada HIV, sedangkan di
Indonesia khususnya di provinsi Bali, penelitian-penelitian yang berhubungan
dengan PP-INH pada pasien yang terinfeksi HIV belum ada dipublikasikan atau
masih dalam tahap penelitian sehingga peneliti merasa perlu untuk melakukan
penelitian ini sebagai pijakan dasar terhadap penelitian selanjutnya dan sebagai
salah satu pertimbangan bagi pemangku kebijakan dalam melaksanakan program
PP-INH pada pusat layanan pengobatan HIV di rumah sakit yang ada di provinsi
Bali.
1.2 Rumusan Masalah
Bagaimana kejadian TB paru aktif setelah pemberian PP-INH selama 6 bulan
pada pasien HIV ?
8
1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui kejadian TB paru aktif setelah pemberian PP-INH selama 6
bulan pada penderita HIV.
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Mengetahui insiden TB paru aktif pada pemantauan satu bulan, dua bulan serta
tiga bulan setelah pemberian PP-INH selama 6 bulan terhadap penderita HIV.
2. Mengetahui insiden TB paru aktif selama periode pemberian PP-INH pada
penderita HIV.
1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1 Manfaat Akademik
Menyediakan data ilmiah insiden TB paru aktif pada pemberian PP-INH di
Indonesia sebagai dasar terhadap pengembangan kebijakan program nasional
penanggulangan kolaboratif HIV-TB.
1.4.2 Manfaat Praktis
Penelitian ini dapat memberikan kontribusi berupa pelaksanaan program PP-
INH dalam rangka penanggulangan TB pada HIV sesuai dengan rekomendasi
WHO serta menjadi contoh bagi pusat-pusat penanggulangan HIV-TB di daerah
khususnya di kabupaten yang ada di Provinsi Bali.