acara 2 kultur tanaman khasiat obat.docx
TRANSCRIPT
ACARA II
KULTUR TANAMAN KHASIAT OBAT
(JAHE)
A. Pendauluan
1. Latar Belakang.
Tanaman obat adalah jenis-jenis tanaman yang memiliki fungsi dan
berkhasiat sebagai obat dan dipergunakan untuk penyembuhan ataupun
maupun mencegah berbagai penyakit, berkhasiat obat sendiri mempunyai
arti mengandung zat aktif yang bisa mengobati penyakit tertentu atau jika
tidak memiliki kandungan zat aktif tertentu tapi memiliki kandungan efek
resultan / sinergi dari berbagai zat yang mempunyai efek mengobati. Jahe
merupakan tanaman obat berupa tumbuhan rumpun berbatang semu. Jahe
berasal dari Asia Pasifik yang tersebar dari India sampai Cina. Kedua
bangsa ini disebut-sebut sebagai bangsa yang pertama kali memanfaatkan
jahe terutama sebagai bahan minuman, bumbu masak dan obat-obatan
tradisional.
Jahe termasuk dalam suku temu-temuan (Zingiberaceae), se-famili
dengan temu-temuan lainnya seperti temu lawak (Cucuma xanthorrizha),
temu hitam (Curcuma aeruginosa), kunyit (Curcuma domestica), kencur
(Kaempferia galanga), lengkuas (Languas galanga) dan lain-lain. Nama
daerah jahe antara lain halia (Aceh), beeuing (Gayo), bahing (Batak
Karo), sipodeh (Minangkabau), jahi (Lampung), jahe (Sunda), jae (Jawa
dan Bali), jhai (Madura), melito (Gorontalo), geraka (Ternate), dsb.
Metode kultur jaringan dikembangkan untuk membantu memperbanyak
tanaman, khususnya untuk tanaman yang sulit dikembangbiakkan secara
generatif. Bibit yang dihasilkan dari kultur jaringan mempunyai beberapa
keunggulan, antara lain: mempunyai sifat yang identik dengan induknya,
dapat diperbanyak dalam jumlah yang besar sehingga tidak terlalu
membutuhkan tempat yang luas, mampu menghasilkan bibit dengan
jumlah besar dalam waktu yang singkat, kesehatan dan mutu bibit lebih
19
20
terjamin, kecepatan tumbuh bibit lebih cepat dibandingkan dengan
perbanyakan konvensional.
Peranan bioteknologi dalam budidaya, multiplikasi, rekayasa
genetika, dan skrining mikroba endofit yang dapat menghasilkan
metabolit sekunder sangat penting dalam rangka pengembangan bahan
obat yang berasal dari tanaman obat ini. Pada kemajuan yang pesat dalam
bidang bioteknologi ini telah dapat dihasilkan beberapa jenis tanaman
transgenik yang dapat memproduksi vaksin rekombinan
2. Tujuan
Tujuan dari praktikum acara 2 mengenai Kultur Tanaman Khasiat
Obat (Kencur dan Jahe) adalah :
a. Mengetahui teknik kultur jaringan jahe.
b. Mengetahui pengaruh BAP terhadap pertumbuhan dan perkembangan
eksplan jahe dan kencur.
3. Waktu dan Tempat Praktikum.
Praktikum kultur jaringan acara 2 mengenai Kultur Tanaman
Khasiat Obat (Jahe) di lakukan pada hari Senin tanggal 04 Mei 2015
pukul 13.30-15.30 bertempat di Laboratorium Fisiologi Tumbuhan dan
Bioteknologi, Fakultas Pertanian, Universitas Sebelas Maret, Surakarta.
21
B. Tinjauan Pustaka
Jahe (Zingiber officinale Rosc.) adalah salah satu bumbu dapur yang
sudah lama dimanfaatkan sebagai tanaman obat. Sebagai bumbu dapur,
rimpang jahe digunakan untuk mengolah masakan dan penganan. Pamakaian
jahe sebagai tanaman obat semakin berkembang dengan pesat seiring dengan
mulai berkembangnya pemakaian bahan-bahan alami untuk pengobatan.
Semula penggunaannya hanya berdasarkan kebiasaan orang tua zaman
dahulu, yang diwariskan secara turun-temurun (Tim Lentera 2005)
Rimpang jahe memiliki bentuk yang bervariasi, mulai dari agak pipih
sampai gemuk (bulat panjang), dengan warna putih kekuning-kuningan
hingga kuning kemerah-merahan. Rimpang jahe mengandung minyak atsiri.
Minyak atsiri adalah minya yang mudah menguap dan memberikan bau khas
pada jahe. Minyak atsiri mengandung komponen utama yang berupa senyawa
zingiberen (C12H24) dan zingiberol (C12M26O2). Senyawa yang menyebabkan
rimpang jahe berasa pedas dan agak pahit adalah oleoresin (fexed oil).
Senyawa oleoresin yang terdapat dalam rimpang jahe adalah sebanyak 3% -
4%. Senyawa oleoresin ini dapat di ekstrak dengan dengan pelarut alkohol
dan seton (Hieronymus Budi 2005).
Propagasi secara in vitro dari tanaman obat telah dilakukan untuk
menghasilkan obat ataupun bahan obat yang berkualitas tinggi. Disamping itu
teknik mikropropagasi juga telah dikembangkan dan digunakan untuk
beberapa tanaman obat, karena terbukti multiplikasinya lebih cepat dan aman.
Regenerasi tanaman dengan teknik kultur jaringan ini terbukti menghasilkan
bahan kimia yang sama dengan tanaman induknya (Maksum Radji 2005)
Pemeliaraan dan Pengembangan Pengobatan tradisional sebagai
warisan budaya bangsa (Etnomedisine) terus ditingkatkan dan didorong
pengembangannya melalui penggalian, penelitian, pengujian, dan
pengembangan serta penemuan obat-obat termasuk budidaya tanaman obat
tradisional yang secaa medis dapat dipertanggungjawabkan. Dalam hal ini
dapat di formulasikan menjadi 5 hal pokok yang arus diperhatikan yaitu
etnomedicine, agroindustri tanaman obat, iptek kefarmasian, dan kedokteran,
22
teknologi kimia, dan proses pembinaan dan pengawasan produksi atau
pemasaran bahan dan produk obat tradisional.(I Made Mega 2010).
Jahe merupakan tanaman obat berupa tumbuan rumpun berbatang
semu. Jahe berasal dari Asia Pasifik yang tersebar dari India sampai Cina.
Kedua bangsa ini disebut-sebut sebagai bangsa yang pertama kali
memanfaatkan jahe terutama sebagai bahan minuman, bumbu masak dan
obat-obat tradisional (Warintek 2010).
23
C. Alat, Bahan, dan Cara Kerja.
1. Alat
a. LAFC lengkap dengan lampu bunsen.
b. Petridish dan botol-botol kultur.
c. Peralatan diseksi yaitu pinset besar / kecil dan pisau pemes
2. Bahan-bahan untuk pembuatan media.
a. Eksplan : Jahe (Zingiber officinale Rosc).
b. Media kultur.
c. Alkohol 96 %
d. Aquadest Steril.
e. Spirtus.
f. Chlorox (Sunclin)
3. Cara Kerja.
a. Persiapan eksplan
1) Melakukan persemaian pada semua bahan tanaman dan
melakukan pengamatan sampai tumbuh tunas.
2) Mengambil tunas dengan mengikutsertakan sedikit bagaian daging
buah.
3) Memotong bagian tunas dengan ukuran tertentu, maksimal 6 cm
datau bisa kurang.
4) Mencuci bagian tunas yang telah di potong sebelumnya dengan air
mengalir hingga bersih.
5) Menyiapkan media steril dalam botol berisi aquadest kemudian
menggojok bagian tunas tersebut engan aquadest sebanyak 3-4
kali.
b. Streilisasi eksplan (dilakuakn dalam LAFC)
1) Merendam eksplan dengan chlorox 50% ( Sunclin 100%) selama ±
6-8 menit.
2) Membilas eksplan dengan aquadest steril.
3) Mengangkat dan menaruh eksplan seterla dibersihkan pada botol
kosong.
24
4) Mengambil eksplan dan memotong tunas ingga 2,5 cm dengan
tetap mengikutsertakan daging buah.
5) Mecelupkan tunas yang telah dipotong ke dalam larutan spirtus
lalu dibakar.
6) Mengupas atau membersihkan kembali sampai bagian yang
terbakar hilang.
c. Penanaman eksplan
1) Membuka plastik penutup botol media kultur.
2) Mengambil eksplan dan menanamnya di media kultur dengan
pinset. Setelah digunakan, pinset harus selalu dibakar di atas api.
3) Mendekatkan mulut botol dengan api selama penanaman untuk
menghindari kontaminasi.
d. Pemeliharaan.
1) Menempatkan botol-botol media berisi eksplan di rak-rak kultur.
2) Menjaga keadaan suhu, kelembapan dan cahaya pada lingkungan
di luar botol.
3) Menyemprotkan botol-botol kultur dengan spirtus dilakukan 2 hari
sekali untuk mencegah kontaminasi.
e. Pengamatan selama 5 minggu, yang diamati :
1) Mengamati setiap hari pengamatan saat muncul akar, tunas, daun,
dan kalus (HST)
2) Mengamati 1 minggu sekali pengamatan jumlah akar, jumlah
tunas, dan jumlah daun.
3) Melakukan deskripsi kalus (struktur dan warna kalus) pada akhir
pengamatan.
4) Membuat presentase keberhasilan dan melakukan perhitungan
data analisis pada akhir pengamatan.
25
D. Hasil dan Pembahasan1. Hasil Pengamatan
Tabel 2.1 Kultur Tanaman Jahe
Eksplan TanggalSaat Muncul (HST) Jumlah
Keterangan Akar Tunas Daun Kalus Akar Tunas Daun
Jahe(Zingiber officinale
Rosc).
11-Mei-2015
- - - - - - -Kontaminasi Bakteri dan
Jamur
18-Mei-2015
- - - - - - -Kontaminasi Bakteri dan
Jamur
25-Mei-2015
- - - - - - -Kontaminasi Bakteri dan
Jamur
4-Juni-2015
- - - - - - -Kontaminasi Bakteri dan
Jamur
Sumber : LogBookTabel 2.2 Kondisi Eksplan
Kondis Awal Eksplan Kondisi Akhir Eksplan
Sumber : Hasil Pengamatan2. Pembahasan.
Tanaman Jahe (Zingiber officinale Rosc.) merupakan jenis temu-
temuan yang potensial dalam mendukung peningkatan ekspor non migas,
sumber bahan baku industri dan obat. Umumnya jahe diperbanyak dengan
menggunakan potongan rimpang yang membutuhkan waktu yang lama
(10-12 bulan) dan bahan tanam yang banyak, serta menyebabkan tanaman
mudah terinfeksi penyakit. Salah satu alternatif untuk mengatasi masalah
26
dalam budidaya jahe tersebut adalah melalui teknik kultur jaringan atau
teknik in vitro (Marlin 2005)
Eksplan merupakan komponen yang harus ada dalam kultur
jaringan. Karena menjadi komponen utama, maka karakteristik eksplan
yang diambil harus baik, sehat dan muda sehingga mudah ditumbuhkan
dalam media. Eksplan yang baik biasanya berasal dari pohon muda, dan
diambil bagian jaringan meristemnya berupa pucuk, ketiak daun dan
meristem akar. Eksplan yang umum digunakan adalah pucuk karena
proses pertumbuhannya sudah terarah untuk membentuk tunas. Komposisi
media untuk pertumbuhahan pucuk lebih mudah dibandingkan dengan
bagian vegetatif lainnya.
Eksplan sangat penting dan menentukan keberhasilan. Eksplan
yang baik adalah eksplan yang sehat dan muda. Eksplan yang muda
diharapkan kandungan alkaloidnya masih rendah. Bila eksplan berasal dari
alam usahakan tidak rusak atau mati, simpan pada tempat yang lembab
misalnya disimpan dalam tisu yang dibasahi air. Eksplan harus dicuci
dengan deterjen untuk menghilangkan fenol, alkaloid atau zat kimia lain
yang terkandung dalam tanaman atau menghilangkan bulu-bulu pada
tanaman keras (tanaman berkayu). Untuk memperoleh eksplan baik ambil
eksplan dari trubusan atau buat trubusan bila belum ada. Semakin besar
eksplan peluang tumbuh semakin tinggi, tetapi sebaliknya semakin besar
eksplan peluang kontaminan juga tinggi. Oleh karena itu ukuran eksplan
yang optimal adalah 0,5 – 1.0 cm dan 0.05 – 0.1 mm untuk eksplan dari
meristem.
Pada praktikum acara 2, keadaan akhir dari eksplan jahe yang di
tanaman di media mengalami kontaminasi pada 7 HST. Timbul bercak
putih pada eksplan yang ditanaman. Kontaminasi terjadi karena pada saat
menanam eksplan jahe keluar dari LAF sehingga mengakibatkan
terjadinya kontaminasi jamur pada eksplan jahe. Eksplan agar terhindar
dari kontaminasi dengan cara membersihkan tangan sebelum melakukan
eksplan agar meminimalisir terjadinya kontaminasi. Pemberian alkohol
27
pada botol dan tangan juga berpengaruh dalam terjadinya kontaminasi.
Tangan dan botol yang diberi alkohol dapat meminimalisir terjadinya
kontam. Eksplan yang digunakan juga harus bagus dan bersih. Faktor yang
mempengaruhi keberahasilan dari suatu kultur adalah 1) Genotipe tanaman
asal yang di eksplan; 2) kebutuhan nutrisi, Zat Pengatur Tumbuhan, dan
lingkungan; 3) Media yang digunakan saat menanam eksplan.
Kemungkinan kontaminasi dapat terjadi karena proses sterilisasi
alat dan media yang kurang baik, kondisi ruangan yang kurang aseptik,
para pekerja yang kebersihan badannya kurang terjaga, kondisi ruang
inkubasi yang tidak memadai, seperti kotor dan banyak dilalui orang lain,
plastik penutup botol kultur yang terbuka sehingga mikroba dapat masuk
ke dalam botol kultur dan faktor-faktor pendukung lainnya. Salah satu
faktor pembatas dalam keberhasilan kultur jaringan adalah kontaminasi
yang dapat terjadi pada setiap kegiatan kultur eksplan. Kontaminasi dapat
berasal dari beberapa hal, diantaranya: (1) eksplan, baik eksternal maupun
internal; (2) organisme kecil yang masuk ke dalam media, seperti semut;
(3) botol kultur atau alat-alat tanam yang kurang steril; (4) lingkungan
kerja dan ruang kultur yang kotor (spora di udara); dan (5) kecerobohan
dalam pelaksanaan (Unram 2009).
28
E. Kesimpulan dan Saran
1. Kesimpulan
Kesimpulan dari acara 2 mengenai Kultur Tanaman Khasiat Obat
adalah :
a. Eksplan sangat menentukan keberhasilan dari suatu kultur. Eksplan
yang muda dan sehat yang dipilih saat mengkultur tanaman.
b. Kontaminasi berasal dari beberapa hal, diantaranya: (1) eksplan, baik
eksternal maupun internal; (2) organisme kecil yang masuk ke dalam
media, seperti semut; (3) botol kultur atau alat-alat tanam yang kurang
steril; (4) lingkungan kerja dan ruang kultur yang kotor (spora di
udara); dan (5) kecerobohan dalam pelaksanaan
c. Hasil kultur jaringan jahe acara 2 terjadi kontaminasi bakteri dan
jamur.
d. Faktor yang mempengaruhi keberahasilan dari suatu subkultur adalah
1) Genotipe tanaman asal yang di eksplan; 2) kebutuhan nutrisi, Zat
Pengatur Tumbuhan, dan lingkungan; 3) Media yang digunakan saat
melakukan eksplan.
2. Saran
Saran untuk acara 2 mengenai Kultur Tanaman Khasiat Obat adalah
agar praktikan pada saat mengkulturkan tanaman jahe tidak jauh-jauh dari
api agar menghindari terjadinya kontaminasi. Tangan para praktikan juga
harus diperhatikan agar tidak keluar dari LAFC. Memakai masker penutup
mulut baik co-ass maupun praktikan jika di dalam ruangan.
e.
29
DAFTAR PUSTAKA
Hieronymus Budi Santoso 2005. Usaha Tani Jahe. Kanisius. Yogyakarta
I Made Mega dan Dewa Ayu Swastini 2010. Screening Fitokimia dan Aktivitas Anti Radikal Bebas Ekstra Metanol Daun Gaharu (Gyrinops versteegii). Jurnal Kimia. 4(2) : 187-192.
Maksum Radji 2005. Peranan Bioteknologi dan Mikroba Endofit dalam Pengembangan Obat Herbal. Majalah Ilmu Kefarmasian. 3(3) : 113 – 126.
Marlin 2005. Regenerasi In Vitro Planlet Jahe Bebas Penyakit Bakteri pada Beberapa Taraf Konsentrasi 6-Benzyl Amino Purine (BAP) dan 1-Naphthalene Acetic Acid (NAA). Jurnal Ilmu-Ilmu Pertanian Indonesia. 7(1) : 8-14.
Tim lentera 2005. Khasiat Dan Manfaat Jahe Merah Si Rimpang Ajaib. Gramedia. Jakarta.
Unram. 2009. Penggunaan Laminar Air Flow Cabinet. http://e-learning.unram.ac.id. Diakses tanggal 20 Mei 2015 pukul 10.00 WIB.
Warintek 2010. Jahe. www.warintek.ristek.go.id/pertanian/jahe. Di akses pada tanggal 10 Mei 2015 pukul 22.00