acara 5 hidro
TRANSCRIPT
LAPORAN PRAKTIKUMHIDROLOGI
ANALISIS FREKUENSI UNTUK SUMBERDAYA AIR
Oleh :Rosmalia Dwi Hastuti
NIM A1H009038
KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONALUNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS PERTANIANPURWOKERTO
2011
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Air merupakan bahan alam yang paling berharga. Tidak ada air maka tidak
mungkin terdapat kehidupan. Siklus air adalah rangkaian peristiwa yang terjadi
pada air dari saat jatuh kebumi hingga menguap ke udara untuk kemudian jatuh
kembali ke bumi. Persamaan air menyatakan hubungan antara komponen-
komponen suklus air pada waktu dan untuk suatu massa tanah (Ackerman,
Coleman and Ogrosky, 1954).
Data debit atau aliran sungai merupakan informasi yang paling penting
bagi pengelolaan sumber daya air. Debit puncak (banjir) digunakan untuk
merancang bangunan pengendali banjir. Sementara data debit aliran kecil
diperlukan untuk perancangan aplikasi (pemanfaatan) air untuk berbagai macam
keperluan, terutama pada musim kemarau panjang. Debit aliran rata – rata tahunan
dapat memberikan gambaran potensi sumber daya air yang dapat dimanfaatkan
dari suatu daerah aliran sungai.
Debit aliran adalah laju aliran air (dalam bentuk volume air) yang
melewati suatu penampang melintang sampai persatuan waktu. Dalam sistem
satuan SI besarnya debit dinyatakan dalam satuan meter kubik per detik (m3 /dt).
Dalam laporan – laporan teknis, debit aliran biasanya ditunjukkan dalam bentuk
hidrograf aliran. Hidrograf aliran adalah suatu perilaku debit sebagai respon
adanya perubahan karakteristik biogeofisik yang berlangsung dalam suatu DAS
(oleh adanya kegiatan pengelolaan DAS) dan atau adanya perubahan (fluktuasi
musiman atau tahunan) iklim lokal (Asdak, 1995).
Teknik pengukuran debit aliran langsung dilapangan pada dasarnya dapat
dilakukan melalui empat kategori (Gordon et al.,1992):
1. Pengukuran volume debit sungai.
2. Pengukuan debit dengan cara mengukur kecepatan aliran dan menentukan
luas penampang melintang sungai.
3. Pengukuran debit dengan menggunakan bahan kimia (pewarna) yang
dilalirkan dalam aliran sungai.
4. Pengukuran debit dengan membuat bangunan pengukur debit seperti weir
(aliran air lambat) atau flume (aliran air cepat).
B. Tujuan
Tujuan dari praktikum kali ini adalah:
1. Melatih mahasiswa membuat analisis frekuensi data curah hujan atau debit
sungai.
2. Melatih mahasiswa memperkirakan kala ulang kejadian hujan atau debit
sungai.
II. TINJAUAN PUSTAKA
Penetapan banjir rancangan untuk perancangan bangunan – bangunan
hidraulik dapat dilakukan dengan berbagai cara tergantung dari ketersediaan data.
Makin baik data yang tersedia, dlaam pengertian kualitatif dan kuantitatif
memberikan kemungkinan penggunaan cara analisis yang diharapkan dapat
memberikan hasil pikiran data hidrologi yang lebih baik. Dalam laporan ini tidak
dikandung maksud untuk memberikan penjelasan tentang statistik data hidrologi,
akan tetapi dimaksudkan sebagai contoh pemakaian – pemkaian statistik dalam
analisis frekuensi data hidrologi, khususnya untuk menetapkan besar hujan atau
debit dengan kala ulang tertentu. Kala ulang (return period) diartikan sebagai
waktu hipotetik dimana hujan atau debit dengan suatu besaran tertentu akan
disamai atau dilampaui sekali dalam jangka waktu tersebut. Jadi tidak ada
pengertian bahwa kejadian tersebut akan berulang secara teratur setiap kala ulang
tersebut.
Analisis frekuensi dapat dilakukan dengan seri data yang diperoleh dari
rekaman data baik data hujan maupun data debit. Analisis ini sering dianggap
sebagai cara analisis yang paling baik, karena dilakukan terhadap data – data yang
terukur langsung tidak melewati pengalihragaman terlebih dahulu. Analisis
frekuensi ini didasarkan pada statistik data yang tersedia untuk memperoleh data
robabilitas besaran hujan (debit) dimasa yang akan datang. Berdasarkan hal
tersebut maka sifat statistik data yang akan datang diandaikan masih sama dengan
sifat statistik data yang telah tersedia. Secara fisik dapat diartikan bahwa sifat
klimatologis dan sifat hidrologis DAS (Daerah Aliran Sungai) diharapkan masih
tetap sama.
Konservasi air pada prinsipnya adalah penggunaan air yang jatuh ke tanah
untuk pertanian se-efisien mungkin, dan pengaturan waktu aliran sehingga tidak
terjadi banjir yang merusak dan terdapat cukup air pada waktu musim kemarau.
Setiap perlakuan yang diberikan pada sebidang tanah akan mempengaruhi
tata air pada tempat itu dan tempat-tempat hilirnya. Oleh sebab itu maka
konservasi tanah dan air merupakan dua hal yang berhubungan erat sekali.
Berdasarkan hubungan ini maka tanggung jawab sektor pertanian dalam masalah
air ada dua, yaitu:
1. Memelihara jumlah, waktu aliran air dan kualitas air sejauh mungkin melalui
cara pengelolaan dan penggunaan tanah yang baik.
2. Memaksimumkan manfaat air melalui penerapan cara-cara yang efisien
(Renne,1960).
Pengukuran debit pada kategori pertama, biasanya dilakukan untuk
keadaan aliran (sungai) lambat. Pengukuran debit dengan cara ini dianggap paling
akurat, terutama untukdebit aliran lambat seperti padaaliran mata air. Cara
pengukurannya dilakukan dengan menentukan waktu yang diperlukan untuk
mengisi container yang telah diketahui volumenya. Prosedur yang biasa dilakukan
untuk pengukuran debit dengan cara pengukuran volume adalah dengan membuat
dam kecil (alat semacam weir) disalah satu bagian dari badan aliran yang akan
diukur.gunanya adalah agaraliran terkonsentrasi pada satu outlet. Ditempat
tersebut pengukuran volume air dilakukan. Besar debit aliran air diukur dengan
cara:
Q=Vt
Keterangan:
Q = debit (m3/dt)
V = volume air (m3)
t = waktu pengukuran (s)
Pada pengukuran debit yang kedua, yaitu pengukuran debit dengan
bantuan alat ukur curret meter atau sering dikenal sebagai pengukuran debit
melalui pendekatan velocity area method paling banya dipraktekkan dan berlaku
untuk kebanyakan aliran sungai.
Pengukuran debit dengan bahan – bahan kimia, pewarna atau radioaktif
sering digunakan untuk jenis sungai yang aliran airnya tidak beraturan
(turbulence). Untuk maksud – maksud pengukuran hidrologi, bahan – bahan
penelusur (tracer) seperti tersebut diatassebaiknya dalam brntuk:
1. Mudah larut dalam aliran sungai.
2. Bersifat stabil.
3. Mudahdikenali pada konsentrasi rendah.
4. Tidak bersifat meracuni biota perairan dan tidak menimbulkan dampak
(negatif) yang permanen pada badan perairan.
Kategori pengukuran debit keempat, yaitu pembuatan bangunan pengukur
debit, biasanya untuk pengukuran debit jangka panjang di stasiun – stasiun
pengamatan hidrologi.
Pengukuran debit yang paling sederhana dapat dilakukan dengan metode
apung (float method).caranya dengan menempatkan benda yang tidak dapat
tenggelam dipermukaan aliran sungai untuk jarak tertentu dan mencatat waktu
yang diperlukan oleh benda apung tersebut bergerak pada satu titik pengamatan ke
titikpengamatan lainnya yang telah ditentukan. Besarnya kecepatan aliran sungai (
V per dalamm
detik¿ adalah:
V per=Lt
Keterangan:
L = jarak antara dua titik pengamatan (m)
t = waktu perjalanan benda apung (detik)
Besarnya debit dihitung dengan persamaan:
Q=A x v
Keterangan:
Q = laju arus / debit yang melalui penampang saluran.
A = luas penampang saluran
V = kecepatan rata – rata
Karena kecepatan aliran yang diperoleh bukan kecepatan aliran rata – rata,
tetapi kecepatan aliran maksimum dalam sungai, maka ia harus dikalikan dengan
angka ketetapan 0,75 (keadaan dasar sungai kasar) atau 0,85 (kedalaman dasar
sungai yang lebih halus) untuk memperoleh angka rata – rata kecepatan aliran.
Cara terakhir ini kurang teliti, namun demikian besarnya debit seharusnya sekitar
20 – 25 % dari angka prakiraan debit tersebut diatas. Pengukuran dengan cara ini
biasabya dilakukan ditempat yang tidak tersedia. Alat pengukuran debit standar
dan umumnya pada keadaan berlangsung debit banjir.
Dalam statistik dikenal beberapa jenis distribusi frekuensi dan banyak
digunakan dalam hidrologi, yaitu:
a. Agihan normal
b. Agihan log normal
c. Agihan log pearson tipe 3
d. Agihan gumbel
Dalam analisis frekuensi data hidrologi baik data hujan maupun data debit sungai
terbukti bahwa sangat jarang dijumpai seri data yang sesuai dengan agihan
normal.
Masing – masing agihan memiliki sifat – sifat yang khas sehingga setiap
data hidrologi harus diuji kesesuainnya dengan sifat statistik masing – masing
agihan tesebut. Pemilihan agihan yang tidak benar dapat mengundang kesalahan
prakiraan yang (dapat) cukup besar, baik “over estimated” maupun “under
estimated”, keduanya tidak diinginkan. Dengan demikian jelas bahwa
pengambilan salah satu agihan secara sembarang untuk analisa tanpa pengujian
data hidrologi sangat dianjurkan meskipun dalam praktek harus diakui besar
kemungkinan agihan tersebut sesuai dengan jenis agihan tertentu.
Analisis frekuensi atas data hidrologi menurut syarat tertentu untuk data
yang bersangkutan, yaitu harus seragam (homogeneous), “independent” dan
mewakili (representative) Haan (1977). Data yang seragam berarti data tersebut
harus berasal dari populasi yang sama. Dalam arti lain stasiun pengumpul data
yang bersangkutan, baik stasiun hujan maupun stasiun hidrometri harus tidak
dipindah, DAS (Daerah Aliran Sungai) tidak berubah menjadi DAS (Daerah
Aliran Sungai) perkotaan (urbacacthment), maupun tidak ada gangguan –
gangguan lain yang menyebabkan data yang terkumpul menjadi lain sifatnya.
Batasan “independence” disini berarti bahwa besaran data ekstrim tidak terjadi
lebih dari sekali syarat lain adalah bahwa data harus mewakili untuk perkiraan
kejadian yang akan datang, misalnya tidak akan terjadi perubahan akibat ulah
tangan manusia secara besar – besaran, tidak dibangun konstruksi yang
mengganggu pengukuran seperti bangunan sadap, perubahan serta tata guna tanah.
Pengujian statistik dapat dilakukan untuk masing – masing syarat tersebut.
1. Distribusi Binomial
Distribusi Binomial adalah suatu distribusi probabilitas yang dapat
digunakan bilamana suatu proses sampling dapat diasumsikan sesuai dengan
proses Bernoulli. Misalnya, dalam perlemparan sekeping uang logam sebanyak 5
kali, hasil setiap ulangan mungkin muncul sisi gambar atau sisi angka. Begitu
pula, bila kartu diambil berturut-turut, kita dapat memberi label “berhasil” bila
kartu yang terambil adalah kartu merah atau “gagal” bila yang terambil adalah
kartu hitam. Ulangan - ulangan tersebut bersifat bebas dan peluang keberhasilan
setiap ulangan tetap sama, yaitu sebasar ½ (Ronald E. Walpole). Rumusnya
adalah sebagai berikut:
2. Distribusi Poisson
Distribusi poisson dapat digunakan untuk mengetahui aliran sungai yang
bisa dikelompokkan/diklasifikasikan dalam poisson saat alirannya masuk ke
reservoir. Saat melebihi waktu yang ditentukan, aliran sungai bisa digambarkan
sebagai “kedatangan” menuju sebuah reservoir. Kedatangan tersebut
diklasifikasikan mengikuti distribusi poisson. Rumus yang digunakan yaitu
sebagai berikut:
Keterangan:
ʎ = konstanta positif (rataan dari kedatangan)
x = bilangan bulat yang non negatif
e = konstanta (2,7182)
Distribusi Poisson sangat berguna untuk desain reservoir saat masukan air
dari rembesan tidak dijelaskan oleh hubungan deterministik (tidak acak). Hal itu
memungkinkan bagian acak dari masukan atau keluaran dapat dijelaskan oleh
distribusi poisson.
3. Distribusi Normal
Distribusi normal biasanya digunakan dalam konsentrasi rata – rata
tahunan dari kandungan air yang terdapat daerah aliran sungai (DAS). Rumus
yang digunakan adalah:
Keterangan:
δ = standar deviasi atau s, standar deviasi dari sampel yang merupakan
perkiraan dari δ.
x = suatu nilai
μ = rataan atau, rataan sampel, yang merupakan perkiraan dari μ.
4. Distribusi log normal
Plot dari aliran rata – rata mingguan umunya miring ke kanan dan tidak
kelihatan sebagai distribusi normal. Bagaimanapun jika nilai terusan mingguan di
plot sebagai histogram, hasilnya bisa menjadi distribusi normal. Rumus yang
digunakan adalah:
Sebagai catatan μ dan δ adalah rataan dan standar deviasi dari ln (x). Jika
kemungkinan diantara keduanya diperlukan, bisa dihitung dengan menggunakan:
5. Distribusi Eksponensial
Distribusi eksponensialndigunakan dalam studi tentang volume tampungan
suatu reservoir dan intensitas curah hujan.
6. Distribusi Gumbel
Distribusi gumbel digunakan untuk menjelaskan kejadian aliran tahunan.
Kebanyakan distribusi kemungkinan aliran mempunyai bentuk yang serupa.
Aliran tersebut dikalkulasikan dengan distribusi gumbel untuk memperkirakan
kemungkinan adanya banjir. Distribusi gumbel memiliki kecondongan tetap pada
+1,14. Aliran yang paling besar pertahun melebihi 365 hari diambil untuk tiap
tahunnya.
Rumus distribusi gumbel adalah sebagai berikut:
X τ=Xbar+sK
Keterangan:
Xτ = perkiraan nilai yang diharapkan terjadi dengan periode ulang T-tahuanan
Ẋ = harga rata – rata sample data curah hujan (dalam hal ini curah hujan
harian maksimum)
S = simpangan baku (standar deviasi) data sampel curah
K = faktor frekuensi/faktor probabilitas
7. Log Pearson Tipe III
Cara menggunakan log pearson tipe III adalah sebagai berikut:
a. Mengubah data ke dalam bentuk logaritma.
X = logX
b. Menghitung harga rata – rata.
c. Menghitung harga simpangan baku.
d. Menghitung koefisien kemencengan (skewness)
e. Menghitung logaritma data curah hujan atau banjit dengan periode ulang T
dengan rumus:
Log Xτ = log Ẋ + Ks™
f. Menghitung curah hujan rancangan dengan periode ulang T dengan
menghitung anti log dari log Xτ.
III. METODOLOGI
A. Alat dan Bahan
Alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum kali ini adalah:
1. Alat tulis
2. Kalkulator
3. Komputer/laptop
B. Prosedur Kerja
1. Menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan.
2. Menyiapkan data – data debit suatu wilayah yang digunakan untuk
menganalisis frekuaensi sumberdaya air wilayah tersebut.
3. Menganalisis data debit wilayah tersebut dengan menggunakan windows
excel.
4. Mengolah data dengan menghitung nilai – nilai sebagai berikut:
a. Nilai rata – rata
b. Standar deviasi
c. Koefisien skewness
d. Koefisien variasi
e. Koefisien kurtosis
5. Minyampan data tersebut dalam file.
6. Membereskan alat dan bahan yang telah digunakan.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
Terlampir
V. SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
1. Debit aliran adalah laju aliran air (dalam bentuk volume air) yang melewati
suatu penampang melintang sampai persatuan waktu. Dalam sistem satuan SI
besarnya debit dinyatakan dalam satuan meter kubik per detik (m3 /dt).
2. Statistika banyak diterapkan dalam berbagai disiplin ilmu, baik ilmu-ilmu
alam (misalnya astronomi dan biologi maupun ilmu-ilmu sosial (termasuk
sosiologi dan psikologi), maupun di bidang bisnis, ekonomi, dan industri).
3. Analisis frekuensi untuk data debit sungai pada praktikum kali ini adalah :
mean (56,84), standar deviasi (33,29), koefisien variasi (0,59), koefisien
skewness (1,07) dan koefisien kurtosis (4,93)
B. Saran
1. Sebelum praktikum dilaksanakan sebaiknya alat dan bahan yang akan
digunakan disiapkan terlebih dahulu agar praktikan mudah dalam mengambil
alat dan bahan yang akan digunakan.
2. Asisten lebih memahami nateri sehingga praktikan juga mudah menerima
materi yang disampaikan.
DAFTAR PUSTAKA
Arsyad,. S. 1989. Konservasi Tanah dan air. Penerbit IPB. Bogor.
Asdak,. C. 1995. Hidrologi dan Pengelola Daerah Aliran Sungai. Penerbit Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.
Hidayat, Fathoni. 2008. Potensi Sumber Daya Air Bawah Tanah Berdasarkan Sifat Kelistrikan Bumi. Universitas Sebelas Maret. Surakarta.
Sosrodarsono,. 1976. Hidrologi untuk Pengairan. Penerbit. P.T. Pradnya Paramita Jakarta.