acara ii - derajat kerut tanah
TRANSCRIPT
LAPORAN PRAKTIKUM
DASAR ILMU TANAH
ACARA II
DERAJAT KERUT TANAH
Disusun Oleh:
Nama : Sella Wulandari
NIM : A1L012151
Rombongan : C2
Asisten : Nova Margareth
Semester :
Genap 2013
LABORATURIUM ILMU TANAH
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS PERTANIAN
AGROTEKNOLOGI
PURWOKERTO
2013
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tanah tersusun dari empat bahan utama, yaitu : bahan mineral, bahan
organic, air dan udara. Bahan-Bahan penyusun tanah tersebut jumlahnya
masing-masing berbeda untuk setiap jenis tanah ataupun setiap lapisan tanah.
Pda tana lapisan atas yang baik untuk pertumbuhan tanaman lahan kering
(bukan sawah) umumnya mengandung 45% bahan mineral, 5%bahan organic,
20-30% udara, dan 20-30% air.
Tanah mempunyai sifat yang mudah dipengaruhi oleh iklim, serta jasad
hidup yang bertindak terhadap bahan induk dalam jangka waktu
tertentu. Tanah dalam pertanian mempunyai peranan sebagai media tumbuh
tanaman dalam hal tempat akar memenuhi cadangan makanan, cadangan
nutrisi (hara) baik yang berupa ion-ion organik maupun anorganik.
Bahan mineral dalam tanah dapat dibedakan menjadi:
(1) fraksi tanah halus yang berukuran < 2 mm
(2) fragmen batuan yang berukuran 2 mm sampai ukuran horizontalnya lebih
kecil dari sebuah pedon.
Secara fisik tanah mineral merupakan campuran dari bahan anorganik,
bahan organik, udara dan air. Masing - masing fraksi mempunyai ukuran dan
sifat yang berbeda beda. Bahan anorganik secara garis besar dibagi atas
golongan fraksi tanah yaitu :
1. Pasir (0,05 mm – 2,00 mm) yaitu Tidak plastis dan tidak liat, daya
menahan air rendah, ukuran yang besar menyebabkan ruang pori makro
lebih banyak, perkolasi cepat, sehingga aerasi dan drainase tanah pasir
relative baik. Partikel pasir ini berbentuk bulat dan tidak lekat satu sama
lain.
2. Debu (0,002 mm – 0,005 mm) yaituMerupakn pasir mikro. Tanah
keringnya menggumpal tetapi mudah pecah jika basah, empuk dan
menepung. Fraksi debu mempunyai sedikit sifat plastis dan kohesi yang
cukup baik.
3. Liat (<0,002 mm) yaituBerbentuk lempeng, punya sifat lekat yang tinggi
sehingga bila dibasahi amat lengket dan sangat plastis, sifat mengmbang
dan mengkerut yang besar.
B. Tujuan
Mengetahui besarnya derajat kerut tanah dari beberapa jenis tanah
dan membandingkan besarnya derajat kerut antar jenis tanah yang diamati.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Tanah mempunyai sifat mengembang (bila basah) dan mengerut (bila
kering). Berat ringannya tanah akan menentukan besarnya derajat kerut tanah.
Semakin tinggi kandungan liat, semakin besar derajat kerut tanah. Selain itu,
bahan organik tanah berpengaruh sebaliknya. Semakin tinggi kandungan bahan
organik tanah, maka derajat kerut tanah semakin kecil (Notohadiprawiro, 1998).
Secara kasaran, zarah mineral tanah dapat dipilah menjadi 3 kategori.
Yang berdiameter lebih besar daripada 2 cm disebut batu, berdiameter antara 2
cm dan 2 mm disebut krikil, dan berdiameter lebih kecil daripada 2 mm disebut
bahan tanah halus (Kohnke, 1968).
Tanah yang banyak mengandung pasir akan mempunyai tekstur yang
kasar, mudah diolah, mudah merembaskan air dan disebut sebagai tanah ringan.
Sebaliknya tanah yang banyak mengandung liat akan sulit meloloskan air, aerasi
jelek, lengket dan sukar pengolahannya sehingga disebut tanah berat (Sarief,
1986).
Susunan mekanika tanah merujuk pada ukuran, bentuk, kerapatan dan
kimiawi zarah tunggal komponen padat mineral (Kohke, 1968).
Secara kasaran, zarah mineral tanah dapat dipilah menjadi 3 kategori.
Yang berdiameter lebih besar daripada 2 cm disebut batu, berdiameter antara 2
cm dan 2 mm disebut krikil, dan berdiameter lebih kecil daripada 2 mm disebut
bahan tanah halus (Kohke, 1968).
Dalam analisis agihan besar zarah, bahan tanah halus dipisahkan lebih
lanjut menjadi tiga fraksi utama pasir, debu (lanau), dan lempung. Fraksi tanah
ialah sekelompok zarah tanah yang berukuran diantara batas-batas tertentu
(Notohadiprawiro,1998).
Butiran pasir terdiri dari kuarsa, pecahan felspar, mika dan kadang juga
sirkon, turmalin dan horn blende (Poerwowidodo, 1991).
Butiran pasir mempunyai matra kurang lebih seragam dan mempunyai
bentuk membulat walaupun permukaan luarnya tidak selalu halus, serta
mempunyai jenjang kekasaran tertentu yang terkait erat dengan keabrasifanya.
Pisahan debu terdiri dari kumpulan zarah berukuran garis tengah antara
pisahan lempung dan pisahan pasir. Secara meneralogis dan fisis, zarah debu in I
mendekati zarah pasir, hanya berukuran lebih kecil dan luas permukaan per satuan
massa yang lebih besar, serta seringkali terlapisi lempung yang terjerap kuat. Pada
kasus tertentu zarah debu memperlihatkan perangai fisiko kimiawi lempung
(Purwowidodo, 1991).
Beberapa jenis tanah mempunyai sifat mengembang (bila basah) dan
mengkerut (bila kering). Akibatnya pada musim kering karena tanah mengerut
maka tanah menjadi pecah-pecah. Sifat mengembang dan mengerutnya tanah
disebabkan oleh kandungan mineral liat montmorillonit yang tinggi. Besarnya
pengembangan dari pengerutan tanah dinyatakan dalam nilai COLE (Coefficient
Of Linear Extensibility). (Hardjowigeno,2010)
Bahan organic merupakan bahan penting dalam menciptakan kesuburan
tanah, baik secara fisika, kimia maupun dari segi biologi tanah. Bahan organic
adalah bahan pemantap agregat tanah.Sekitar setengah dari kapasitas tukar kation
(KTK) berasal dari bahan organic. (Hakim, 1986)
Pisahan lempung dibedakan secara mineralogis dari pisahan debu oleh
karena lebih dirajai oleh pelikan – pelikan hasil pelapukan dan tidak dijumpai
pada batuan yang tidak lapuk. Pisahan lempung lebih tanah pelapukan lanjut
daripada pelikan dalam batuan dan lebih menunjukkan watak fisis dan kimiawi
pisahan lempung. Pisahan lempung dengan ukuran zarah < 2 mikron, merupakan
pisahan koloid. Pelikan ini jarang dijumpai dalam bentuk zarah berukuran > 2
mikron, dan umumnya dijumpai dengan ukuran < 2 mikron. Pisahan lempung
kasar, terutama berukuran > 0.5 mikron, dapat mengandung sejumlah kuarsa, dan
kadang mika, sedangkan pisahan lempung ukuran < 0.1 mikron, hampir
seluruhnya terdiri dari pelican lempung atau hasil pelapukan lain (Poerwowidodo,
1991).
Berbagai macam ukuran,tekstur dan srtuktur yang telah disebutkan diatas,
sangat mempengaruhi derajat kembang atau mengkerutnya tanah. Dipandang dari
segi fisika, tanah mineral merupakan campuran yang terbentuk dari butir-butir
anorganik, rapuhan bahan organik, udara dan air. Pecahan mineral yang lebih
besar biasanya terdapat di dalamnya dan dilapisi seluruhnya oleh koloida, dan
bahan lain yang sudah menjadi halus. Kadang-kadang butir-butir mineral yang
lebih besar menguasai dan menjadikan tanah berkerikil atau berpasir. Dapat juga
terjadi sebagian terbesar koloida anorganik dalam hal ini tanah akan berciri
lempung (Soegiman, 1982).
BAB III
METODE PRAKTIKUM
A. Alat dan Bahan
Alat yang dipergunakan pada praktikum derajat kerut tanah adalah
botol semprot, cawan porselin, colet, cawan dakhil, jangka sorong dan
serbet/lab pembersih. Bahan atau material yang dipakai antara lain
contoh tanah halus (<0,5 mm) dan air.
B. Prosedur Kerja
1. Tanah halus diambil secukupnya, dimasukkan kedalan cawan
porselin, air ditambahkan dengan menggunakan botol semprot,
diaduk secara merata dengan colet sampai pasta tanah menjadi
homogen.
2. Pasta tanah yang sudah homogen dimasukkan kedalam cawan
dakhil yang diameternya sudah diketahui dengan menggunakan
jangka sorong (diamtere awal)
3. Cawan dakhil yang telah telah berisi pasta tanah tersebut dijemur
di bawah terik matahari, kemudian dilakukan pengukuran besarnya
pengkerutan setiap 2 jam sekali sampai diameternya konstan
(diameter akhir).
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Pembahasan
NoJenis Tanah
Pengamatan ke1 2 3 4 5 6 7
1. AndisolǾ1 3,9 3,8 3,8 3,8 3,8 3,8 3,8
Ǿ2 3,8 3,8 3,8 3,8 3,8 3,8 3,8X 3,85 3,8 3,8 3,8 3,8 3,8 3,8
2. Vertisol
Ǿ1 3,8 3,4 3,23,00
23,0 3,0 3,0
Ǿ2 3,6 3,5 3,3 3,25 3,1 3,1 3,1X
3,7 3,45 3,253,12
63,05 3,05 3,05
3. EntisolǾ1 3,85 3,79 3,73 3,71 3,68 3,64 3,59
Ǿ2 3,95 3,90 3,87 3,85 3,83 3,78 3,74X 3,9 3,84 3,8 3,78 3,75 3,71 3,66
4. Inceptisol
Ǿ1 3,70 3,60 3,55 3,55 3,55 3,55 3,55
Ǿ2 3,75 3,75 3,50 3,50 3,50 3,50 3,50X
3,725 3,675 3,5253,52
53,525 3,525 3,525
5. UltisolǾ1 4,09 3,6 3,5 3,57 3,37 3,37 3,37
Ǿ2 4,09 3,6 3,5 3,55 3,34 3,34 3,34X 4,09 3,6 3,5 5,34 5,04 5,04 5,04
Perhitungan :
DerajatKerut 1 = D. awal−D .7
D . awal x 100 %
= 3,9−3,8
3,9 x 100 %
= 0,025 %
DerajatKerut 2 = D. awal−D .7
D . awalx 100 %
= 3,8−3,8
3,8 x 100 %
= 0 %
Diameter Total = 0,025% + 0%
= 0,025 %
Diameter Rata-rata = 0,025 %
2
= 0,0125 %
B. Pembahasan
Tanah dapat terbagi menjadi beberapa jenis yang masing-masing
memiliki sifat yang berbeda-beda. Ada jenis tanah yang mempunyai sifat
mengembang (bila basah) dan mengkerut (bila kering). Akibatnya pada
musim kering karena tanah mengerut maka tanah menjadi pecah-pecah.
Sifat mengembang dan mengerutnya tanah disebabkan oleh kandungan
mineral liat montmorillonit yang tinggi. Besarnya pengembangan dari
pengerutan tanah dinyatakan dalam nilai COLE (Coefficient Of Linear
Extensibility) atau PVC (Potential Volume Change = Swell index = index
pengembangan). Istilah COLE banyak digunakan dalam bidang ilmu tanah
(pedology) sedang PVC digunakan dalam bidang engineering (pembuatan
jalan, gedung-gedung dsb). (Hardjowigeno,2010)
Nilai Coefflcient of Linear Extensibility (COLE) sebagai parameter
pengembangan dan pengerutan tanah ditetapkan dengan menggunakan
bongkah tanah alami berukuran 50-200 mm (COLEclod) serta dengan
menggunakan pasta dari tanah yang lolos saringan <2 mm yang disebut
COLErod . Pemberian PHA cenderung menurunkan nilai COLE, baik nilai
COLEclod maupun COLErod dengan semakin meningkatnya dosis yang
diberikan. Hal ini terjadi karena keberadaan PHA dapat menahan kekuatan
pengembangan tanah dengan cara menyemen partikel-partikel liat (Frenkel
dan Shainberg, 1980).
Menurut Bohn et al. (1979), PHA dapat dipegang di dalam ruang
antar lapisan-lapisan silikat mineral liat yang dapat mengembang sehingga
dapat mencegah runtuhnya lapisan tersebut sewaktu molekul air dilepaskan
selama proses pengeringan. Proses pengembangan dan pengerutan tanah
yang semakin menurun ditunjukkan oleh nilai COLE yang semakin rendah.
Metode COLErod merupakan suatu metode altematif pengukuran nilai
COLE yang baik jika bongkah tanah utuh tidak dapat diperoleh atau
peralatannya tidak dapat digunakan (Bohn, 1979).
Tanah mempunyai sifat mengembang (bila basah) dan mengerut
(bila kering). Berat ringannya tanah akan menentukan besarnya derajat
kerut tanah. Semakin tinggi kandungan liat, semakin besar derajat kerut
tanah. Selain itu, bahan organik tanah berpengaruh sebaliknya. Semakin
tinggi kandungan bahan organik tanah, maka derajat kerut tanah semakin
kecil (Notohadiprawiro, 1998).
Secara kasaran, zarah mineral tanah dapat dipilah menjadi 3
kategori. Yang berdiameter lebih besar daripada 2 cm disebut batu,
berdiameter antara 2 cm dan 2 mm disebut krikil, dan berdiameter lebih
kecil daripada 2 mm disebut bahan tanah halus (Kohke, 1968).
Tanah andisol mempunyai unsur hara yang cukup tinggi hasil dari
abu vulkanik. Tanah ini sangat subur sehingga tanah jenis ini baik
untuk ditanami. Selain unsur hara, tanah andisol memiliki kandungan zat-
zat organic yang berada di lapisan tengah dan atas sementara pada bagian
tanah sangat sedikit unsure hara dan zat organiknya. Selain itu, tanah ini
mampu mengikat air dalam jumlah yang tinggi, kandungan karbonnyapun
sangat tinggi dibandingkan tanah yang lain.(Hardjowigeno, S, 1992)
Pada percobaan derajat kerut tanah, kami mendapat Jenis Tanah
Ventrisol. Pengamatan dilakukan pada 2 wadah yaitucawan I dan cawan
II yang berisi tanah Ventrisol yang sebelumnya telah diolesi vaseline agar
saat penjemuran tanah yang mengkerut tidak menempel pada cawan.
Dilakukan penjemuran di bawah sinar matahari, dan diamati setiap 2 jam
sekali.
Derajat Kerut Tanah adalah suatu ukuran besarnya pengerutan
suatu tanah yangditentukan oleh kandungan dari tanah itu sendiri.
Adapun aktor – faktor yang mempengaruhi derajat kerut tanah adalah
sebagai berikut:
1. Kandungan Liat
Berat ringannya tanah akan menentukan besarnya derajat kerut
tanah. Semakin tinggi kandungan liat, akan semakin besar derajat
kerut tanah.
2. Bahan Organik
Bahan organik tanah berpengaruh sebaliknya. Semakin tinggi
kandungan bahan organiknya maka derajat kerut tanah semakin
kecil.
3. Cahaya Matahari
Semakin banyak cahaya matahari yang mengenai tanah maka akan
semakin cepat terjadi pengkerutan tanah.
4. Kandungan Air
Semakin tinggi kandungan air tanah maka derajat kerut tanah
semakin kecil.
Tanah ringan adalah tanah yang mengandung banyak pasir akan
mempunyai tekstur kasar, mudah diolah, merembeskan air. Sedangkan tanah berat
adalah tanah yang banyak mengandung liat, sulit meloloskan air, aerasi jelek,
lengket dan sulit dalam pengelolaannya.
Masing-masing fraksi mempunyai ukuran dan sifat yang berbeda-beda.
Tanah yang banyak mengandung pasir akan mempunyai tekstur yang kasar,
mudah untuk diolah, mudah untuk merembeskan air dan disebut sebagai tanah
ringan. Adapun faktor- faktor yang mempengaruhi derajat kerut pada tanah adalah
Berat ringannya tanah akan menentukan derajat kerut tanah. Semakin tinggi
kandungan liat, semakin besar derajat kerut tanah. Selain itu, bahan organik tanah
berpengaruh sebaliknya. Semakin tinggi kandungan bahan organik tanah, maka
derajat kerut tanah semakin kecil (Sutanto, 2005).
Tanah ringan adalah tanah yang mengandung banyak pasir dan
mempunyai tekstur kasar, mudah diolah, merembeskan air. Sedangkan tanah berat
adalah tanah yang banyak mengandung liat, sulit meloloskan air, aerasi jelek,
lengket dan sulit dalam pengelolaannya.
Masing-masing fraksi mempunyai ukuran dan sifat yang berbeda-beda.
Tanah yang banyak mengandung pasir akan mempunyai tekstur yang kasar,
mudah untuk diolah, mudah untuk merembeskan air dan disebut sebagai tanah
ringan. Adapun faktor- faktor yang mempengaruhi derajat kerut pada tanah adalah
Berat ringannya tanah akan menentukan derajat kerut tanah. Semakin tinggi
kandungan liat, semakin besar derajat kerut tanah. Selain itu, bahan organik tanah
berpengaruh sebaliknya. Semakin tinggi kandungan bahan organik tanah, maka
derajat kerut tanah semakin kecil (Sutanto, 2005).
Hasil dari praktikum acara 3 didapatkan nilai dari derajat kerut dari 5 jenis
tanah yang sudah disediakan untuk diketahui derajat kerutnya. Tanah vertisol
memiliki derajat kerut tanah 0,21% untuk cawan 1, dan 13,8% pada cawan yang
kedua. Pada cawan kedua mengalami penyusutan, hal tersebut disebabkan karena
struktur dari tanah ventrisol yaitu liat berdebu, sehingga memungkinkan untuk
mengalami penyusutan.
BAB V
KESIMPULAN
A. Kesimpulan
1. Nilai derajat kerut tanah ventrisol pada cawan 1 adalah 0,21 %
sedangkan pada cawan 2 adalah 13,8%. Derajat kerut rata-rata adalah
0,9%.
2. Sifat tanah dapat diketahui dengan menghitung derajat kerut tanah.
3. Kandungan liat yang besar mempengaruhi besarnya derajat kerut.
DAFTAR PUSTAKA
Foth, Henry. 1988. Dasar – Dasar Ilmu Tanah. Gadjah Mada University Press:
Yogyakarta.
Hakim, Nurhajati dkk. 1986. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. UNILA : Lampung.
Hardjowigeno, Sarwono.2010. Ilmu Tanah. Akademika Pressindo : Jakarta.
Kohnke, H. 1968. Soil Physic.Tata Mc Graw- Hill Publishing. Company Ltd : Bombay
Notohadiprawiro, Tejoyuwono. 1998. Tanah Dan Lingkungan. Direktorat Pendidikan
Tinggi, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan : Jakarta.
Poerwowidodo. 1991. Genesa Tanah, Proses Genesa dan Morfologi. Fahutan : Institut
Pertanian Bogor.
Sarief, Saifuddin.1986. Ilmu Tanah Pertanian. Pustaka Buana : Bandung.
Soegiman. 1982 . Ilmu Tanah . Bhratara Karya Aksara. Jakarta.