acc btu ! 2015

69
1 BAB I PENDAHULUAN Ayam broiler sangat dominan di ternakkan di Indonesia karena selain pertumbuhannya yang sangat cepat, bobot badannya juga menghasilkan keuntungan apabila dalam jumlah yang banyak. Ayam pedaging (broiler) merupakan ayam ras jantan atau betina yang bertumbuh cepat dan menghasilkan daging yang relatif singkat. Pemilihan bibit merupakan awal dari pembeliharaan yang sangat penting diperhatikan, selain itu dalam pemeliharaan perkandangan juga berperan penting yaitu meliputi tempat pakan, tempat minum, program pencahayaan, dan lantai kandang. Pada pemeliharaan dilakukan persiapan Sebelum Chick in. Ayam mulai dipelihara dari masa starter sampai masa finisher. Pertumbuhan ternak dipengaruhi juga oleh pakan yang diberikan sesuai dengan kebutuhan zat-zat pakan, bentuk pakan, sistem pemberian pakan, dan kebutuhan air minum, untuk menjaga kesehatan ternak

Upload: yohannes-bosco

Post on 10-Dec-2015

257 views

Category:

Documents


13 download

TRANSCRIPT

Page 1: Acc Btu ! 2015

1

BAB I

PENDAHULUAN

Ayam broiler sangat dominan di ternakkan di Indonesia karena selain

pertumbuhannya yang sangat cepat, bobot badannya juga menghasilkan

keuntungan apabila dalam jumlah yang banyak. Ayam pedaging (broiler)

merupakan ayam ras jantan atau betina yang bertumbuh cepat dan menghasilkan

daging yang relatif singkat. Pemilihan bibit merupakan awal dari pembeliharaan

yang sangat penting diperhatikan, selain itu dalam pemeliharaan perkandangan

juga berperan penting yaitu meliputi tempat pakan, tempat minum, program

pencahayaan, dan lantai kandang. Pada pemeliharaan dilakukan persiapan

Sebelum Chick in. Ayam mulai dipelihara dari masa starter sampai masa finisher.

Pertumbuhan ternak dipengaruhi juga oleh pakan yang diberikan sesuai dengan

kebutuhan zat-zat pakan, bentuk pakan, sistem pemberian pakan, dan kebutuhan

air minum, untuk menjaga kesehatan ternak dilakukan vaksinasi agar ternak

memeliki sistem kekebalan tubuh dan akhir dari sitem pemeliharaan dengan

pengkarkasan.

Praktikum ini bertujuan untuk mengetahui manajemen pemeliharaan ayam

broiler. Bermanfaat menambah wawasan tentang cara-cara yang baik dalam

pemeliharaan ayam broiler dan mengetahui proses pengkarkasan saat penen

sehingga nantinya mahasiswa mampu menerapkan ilmu bagaimana cara

membudidayakan ayam broiler secara baik dan benar di dalam penerapan di

lapangan.

Page 2: Acc Btu ! 2015

2

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Ayam Pedaging (Broiler)

Ayam pedaging (broiler) merupakan ayam ras jantan atau betina yang

bertumbuh cepat dan menghasilkan daging yang relatif singkat. Tahun 1970-an,

ada tiga sistem produksi dan pemeliharaan ayam lokal, yakni tradisional, semi

intensif, dan intensif. Sebagian besar (80%) pemeliharaan dalm ayam lokal di

Indonesia dilakukan secara tradisional, berkembang diperdesaan dengan

pemilikan rata-rata tiap rumah tangga tidak lebih dari 30ekor dalam berbagai

umur (Ditjennak, 2008).Ayam broiler sangat dominan di ternakkan di Indonesia

karena selain pertumbuhannya yang sangat cepat, bobot badannya juga

menghasilkan keuntungan apabila dalam jumlah yang banyak. Dukungan

pemerintah dalam pengembangan ayam local di implementasikan melalui

berbagai program, antara lain village poultry farming (VPF), berupa bantuan

social kepada kelompok-kelompok peternak ayam lokal (Liano, 2009).

2.2. Pemilihan Bibit Ayam Broiler

Pembibitan ayam broiler tergantung dengan manajemennya yang baik jika

manajemen sudah baik pasti juga akan menghasilkan bibit yang lebih baik,

manajemen mencakup pengelolaan perkawinan, pemberiaan pakan,

perkandangan, dan kesehatan ternak. Manajemen juga mencakup penaganganan

hasil ternak, pemasaran, dan pengaturan tenaga kerja (Santoso, 2005). Ayam ras

Page 3: Acc Btu ! 2015

3

pedaging merupakan ayam yang mempunyai sifat tenang, bentuk tubuh besar,

pertumbuhan cepat, kulit putih dan bulu merapat ke tubuh (Suprijatna et al.,

2005).

2.3. Perkandangan

Perkandangan adalah kumpulan sekelompok bangunan yang memenuhi

suatu aturan dan tatalaksana peternakan yang berfungsi sebagai tempat tinggal

unggas agar terlindung dari pengaruh buruk iklim serta ganguan lainnya

(Suprijatna et al., 2005). Kandang ayam adalah tempat hidup ayam yang dapat

memberikan perlindungan yang cukup, suatu lingkungan yang sehat,

menyenangkan dan mampu mengurangi keperluan-keperluan tenaga kerja sampai

sekecil-kecilnya. Pada ayam pedaging, saat suhu kandang mencapai 40,6oC

selama 3 jam dapat menyebabkan kematian (Al-Ghamdi, 2008).

2.3.1. Tempat Pakan

Bentuk tempat pakan ada 2 tipe yaitu Bundar dan Panjang. Tempat yang

digunakan selama proses pemeliharaan mulai dari 1 hari sampai 2 minggu

berbentuk bundaran (chick feeder tray). Setelah ayam dewasa berumur 2 minggu

hingga panen tempat pakan ayam yang digunakan berbentuk bundar (round

feeder). Peningkatan hasil produksi ternak harus sebanding dengan peningkatan

konsumsi dan kesadaran hidup masyarakat akan pentingnya protein hewani bagi

tubuh (Irwansyah, 2009). Pada fase finisher tempat pakan yang digunakan adalah

tempat pakan yang digantungkan setinggi leher ayam (Solikhin, 2011).

Page 4: Acc Btu ! 2015

4

2.3.2. Tempat Minum

Bentuk tempat minum yang digunakan adalah manual dan pada saat DOC

datang ayam dipuasakan dan di beri gula jawa untuk menambah energi. Air

minum yang diberikan pertama kali biasanya ditambahkan tambahan gula jawa

sebagai suplay energi dan pemberian air harus ad libitum dan ditempatkan secara

meratadisekitar sumber pemanas (Sholikin, 2011). Terdapat dua bentuk yaitu

tempat minum berbentuk bundar dan panjang dengan standart dringking space

yang sama yaitu tempat minum manual memanjang standar 4cm/ekor, sedangkan

tempat minum manual bundar standar 4cm/ekor. Pergunakan tempat minum

berbentuk tabung ukuran 1 liter (Sufyan et al., 2012).

2.4. Persiapan Sebelum Chick In

Chick in adalah saat DOC yang berumur 1 hari diturunkan dari truk

kekandang, sehingga segera buka box DOC dan lakukan penimbangan, lalu

penghitungan serta penyeleksian kualitas DOC (Sufyan et al., 2012). Kandang

harus di bersihkan mulai dari mencuci kandang dengan spreyer tekanan tinggi

mulai dari atas, dinding, tirai hingga lantai kandang. Proses pembersihan

tergantung pada manajemen sebelum DOC datang (Kartasujadna dan Suprijatna,

2006). Waktu yang tepat untuk memasukkan DOC ke dalam kandang yaitu pada

temperatur lingkungan tidak panas (pagi atau sore hari), bertujuan untuk yang

menghindari DOC dari stress dan dehidrasi (Fadilah, 2007).

Page 5: Acc Btu ! 2015

5

2.5. Pemeliharaan Ayam Broiler

Sebagian besar (80%) pemeliharaan ayam lokal di Indonesia dilakukan

secara tradisional, berkembang diperdesaan dengan pemilikan rata-rata tiap rumah

tangga tidak lebih dari 30ekor dalam berbagai umur (Ditjennak, 2008).

Pmeliharaan pada ayam broiler mencakup pemeliharaan periode persiapan,

periode pemanas, periode pertumbuhan, dan periode pemanenan (Fadilah, 2007).

2.5.1. Masa Starter

Kualitas ayam DOC harus dipelihara dengan baik, karena bukan saja di

pengaruhi oleh faktor pemeliharaan tetapi juga oleh kualitas ayam DOC yang

dilakukan pada saat fase starter (Kartasujdna dan suprijdnna 2006). Air minum

yang diberikan pertama kali biasanya ditambahkan tambahan gula jawa sebagai

suplay energi dan pemberian air harus ad libitum dan ditempatkan secara

meratadisekitar sumber pemanas (Sholikin, 2011). Perhitungan ayam DOC pada

fase starter serta melakukan penyeleksian dengan mengambil sampel yang akan

di timbang sekitar 10-20% (Sufyan et al., 2012).

2.5.2. Masa Finisher

Perlakuan pembatasan pakan pada fase finisher secara kualitatif melalui

penambahan dedak gandum pada formulasi ransum yang gunakan, pakan

diberikan pada fase finisher harus sesuai agar konversi pakan pada ayam

mencapai maksimal sehingga didapatkan bobot ayam yang tinggi (Sahraei and

Shariatmadari (2007). Pemberian Air minum diberikan secara adbilitum dan ayam

di timbang dan di hitung FCR nya pada minggu ke 4 (Sufyan,et al., 2012).

Page 6: Acc Btu ! 2015

6

2.6. Pakan

Pakan adalah hal yang sangat penting dalam usaha peternakan dan pakan

merupakan campuran dari berbagai macam bahan organik maupun anorganik

untuk ternak yang berfungsi sebagai pemenuhan kebutuhan zat – zat pakan

(Suprijatna et al., 2005). Salah satu fungsi mineral zink juga untuk mengatur

kecepatan pertumbuhan, dimana mineral zink sebagai kofaktor pada enzim

thymidine kinase pada proses fosforilasi deoxy-thymidine untuk penggabungan

dengan DNA untuk proses sintesis selain itu untuk memperbanyak sel-sel

(Piliang, 2007).

2.6.1. FCR (feed conversion ratio)

FCR merupakan indeks angka konsumsi pakan yang mampu diubah

menjadi bobot badan. Feed Conversion Ratio atau konversi pakan dihitung selama

empat minggu berdasarkan banyaknya pakan yang dikonsumsi dibagi dengan

Pertambahan bobot badan. Semakin kecil angka konversi yang dihasilkan berarti

semakin baik (Yunilas, 2005). FCR (feed conversion ratio) mengidentifikasikan

penyerapan yang lebih baik dan konversi pakan menjadi daging yang lebih

optimal (Aryanti, 2013).

2.6.2. Pertambahan Bobot Badan Harian (PBBH)

Pertambahan bobot badan harian (PBBH) rendah dan kualitas daging

yang kurang baik disebabkan oleh cekaman panas (Setyadi et al.,2013). Cekaman

panas akan mempengaruhi semua sel yang mengandung nucleus. Cekaman panas

Page 7: Acc Btu ! 2015

7

pada broiler mampu mengurangi konsumsi pakan, pertambahan bobot badan,

efisiensi pakan dan meningkatkan angka mortalitas (Kusniadi, 2006).

2.6.3. Konversi Pakan

Nilai konversi pakan dipengaruhi oleh beberapa factor antara lain genetic,

tipe pakan yang digunakan, feed additive yang digunakan dalam pakan,

manajemen pemeliharaan, dan suhu lingkungan, rataan konversi pakan dalam

penelitian ini berkisar 2,05-2,15 (Tobing, 2005). Angka konversi sedikit lebih

tinggi, karena ayam yang digunakan dipotong pada umur 7 minggu dan semakin

bertambah umur umumnya angka konversi pakan semakin tinggi, angka konversi

ayam pedaging yang dipotong umur 4 minggu 1,76 kg (Achmanu dan Agung,

2010).

2.7. Vaksinasi

Cara melakukan vaksinasi diantaranya, melalui tetes mata, tetes hidung

dan mulut, air minum dan penyemprotan. Vaksinasi penting dilakukan untuk

memperkecil resiko terjangkitnya virus seperti ND (Newcasstle diseas), Gumboro,

AI (Avian Influnce) dan lain-lain. Virus sangat merugikan kareana dampaknya

pada gangguan pertumbuhan, kurangnya efisiensi pakan dan kematian serta

meningkatnya biaya pemakaian obat-obatan. Pelaksanaan vaksinasi biasanya juga

diimbangi dengan biosekuriti sehingga vaksinasi memberi pengaruh yang

maksimal (Wiryawan, 2007). Pemberian vaksin pada ayam harus juga diimbangi

dengan pengelolaan biosekuriti dan sanitasi yang baik dan benar (Lastiati, 2008).

Page 8: Acc Btu ! 2015

8

2.8. Evaluasi karkas

Presentase karkas merupakan perbandingan antara bobot karkas dengan

bobot hidup yang digunakan sebagai perkiraan jumlah daging yang dapat

dikonsumsi dari daging ayam broiler (Guruh, 2012). Karkas terdiri dari paha,

dada, sayap, punggung bagian atas dan punggung bagian bawah. Semakin tinggi

bobot hidup maka bobot karkas akan semakin tinggi begitu juga sebaliknya.

(Nahashon et al. 2005).

2.9. IOFC (Income Over Feed Cost)

Income over feed cost (IOFC) merupakan perbandingan antara pendapatan

usaha dan biaya ransum, pendapatan usaha merupakan perkalian antara hasil

produksi peternakan (kg) dengan harga produksinya, biaya ransum adalah jumlah

biaya yang keluarkan untuk menghasilkan kilogram produk ternak (Pinto, 2011) .

Nilai IOFC sangat dipengaruhi oleh bobot tubuh akhir, konsumsi ransum, harga

ransum, dan harga jual broiler ( Tantolo, 2009).

2.10. Tolak ukur keberhasilan

Tolak ukur keberhasilan dapat dilihat dari pertambahan bobot badan dari

ayamnya tolak ukur yang lebih mudah untuk memberi gambaran yang jelas

mengenai pertumbuhan bobot badan dan keberhasilan manajemen pemeliharaan

(Yunilas, 2005). Jika konsumsi pakan baik maka pertumbuhan bobot badan juga

akan baik. Pertambahan bobot badan merupakan salah satu parameter yang

digunakan sebagai standar produksi (Achamanu dan Rachamawati, 2011).

Page 9: Acc Btu ! 2015

9

2.10.1 Mortalitas dan Culling

Mortalitas pada broiler sering terjadi kebanyakan karena suhu yang

berubah – ubah dan kondisi lingkungan yang kurang mendukung. Pada ayam

pedaging, saat suhu kandang mencapai 40,6oC selama 3 jam dapat menyebabkan

kematian (Al-Ghamdi, 2008). Pada broiler perkembangan organ limfoid ayam

broiler yang kecil, tidak sebanding dengan ukuran tubuhnya yang besar, berbeda

denga ayam kampung dan layer sehingga respon tubuhnya tidak maksimal, ini lah

mengapa kematian pada broiler lebih sering terjadi dibanding ayam lainnya

(Akter, 2006).

Page 10: Acc Btu ! 2015

10

BAB III

MATERI DAN METODE

Praktikum Budidaya Ternak Unggas dilaksanakan pada hari Selasa 14

April 2015 sampai dengan hari Sabtu, 16 Mei 2015 di kandang Produksi Ternak

Unggas dan Praktikum Processing dilaksanakan pada hari Selasa 17 mei sampai

Rabu 18 mei 2015 pukul 06.00-14.00 di, Fakultas Peternakan dan Pertanian

Universitas Diponegoro, Semarang.

3.1. Materi

Praktikum Budidaya Ternak Unggas untuk pemeliharaan ayam broiler

jenis Lohmann menggunakan alat-alat, diantaranya kandang jenis litter untuk

pemeliharaan, sapu untuk membersihkan kandang, brooder untuk mengangatkan

tubuh ayam, tirai untuk menutup celah-celah kandang pada saat malam hari,

tempat pakan dan tempat minum, timbangan untuk mengukur banyaknya pakan

yang akan diberikan kepada ayam serta untuk mengukur berat badan ayam. Bahan

yang digunakan adalah bibit ayam broiler jenis Lohmann sebagai variabel

utamanya, sekam untuk alas litter, vaksin ND dan gumboro untuk vaksinasi

meningkatkan daya tahan tubuh ayam, pakan, air minum, gula merah untuk

memacu nafsu makan ayam pada saat pertama kali chick-in, susu skim untuk

bahan tambahan untuk vaksin gumboro, vitachick, vitastress, dan lem lalat.

Page 11: Acc Btu ! 2015

11

3.1.1 Materi pemeliharaan ayam broiler

Alat yang digunakan dalam pemeliharaan ayam broiler adalah sekam dan

kardus yang digunakan sebagai alas, lampu yang digunakan sebagai penghangat

dan penerangan, tempat pakan dan tempat minum, termometer yang digunakan

untuk mengetahui dan mengontrol suhu, sapu untuk membersihkan dan menjaga

kebersihan kandang, timbangan yang digunakan untuk menimbang, DOC ayam

dari strain lohman broiler.

3.1.2. Materi prossesing

Alat yang digunakan untuk prossesing adalah pisau yang digunakan untuk

menyembelih dan mengkarkas ayam, panci digunakan untuk merebus air, kompor

dan tabung gas digunkan untuk alat merebus air, timbangan digunakan untuk

menghitung bobot daging ayam sterofoam sebagai tempat untuk daging yang telah

dikarkas dan dibersihkan, nampan digunakan untuk wadah memotong daging

ayam, kompor untuk merebuskan air panas untuk mempermudah pencabutan

bulu, bahan yang digunakan yaitu ayam dengan strain lohman broiler umur empat

minggu.

3.2. Metode

Praktikum Budidaya Ternak Unggas diawali dengan pembersihan

kandang, diantaranya pembersihan dengan sapu, pemberian desinfektan

menggunakan deterjen, dan pengapuran. Kandang di didiamkan selama kurang

lebih 2 hari sebelum ayam masuk. DOC masuk pertama-tama diberi pakan yang

Page 12: Acc Btu ! 2015

12

disebar supaya ayam tidak berebut pakan juga agar ayam makan dengan

maksimal. DOC pada awal masuk kandang alasnya berupa koran selama 3 hari,

dan selanjutnya koran diganti dengan sekam. Penghangatan pada DOC

menggunakan lampu selama 24 jam untuk menghangatkan tubuh ayam, pada

umur seminggu sampai dengan finisher lampu mulai dikurangi. DOC juga diberi

minum air gula sebanyak 1% untuk mengembalikan energi yang hilang dari DOC

saat dalam perjalanan dari pabrik pembibit. Pemberian pakan menggunakan cara

adbilitum dasun pemberian air minum harus selalu tersedia didalam kandang dan

harus tetap bersih. Pemasangan tirai disesuaikan dengan kondisi lingkungan

ayam, pada umur 1-3 hari tirai ditutup siang dan malam.

3.2.1. Metode pemeliharaan ayam broiler

Penggunaan kandang ayam broiler disesuaikan dengan umur ayam broiler.

Melakuka pelebaran secara bertahap. Mengatur kestabilan suhu atau temperatur

agar ayam merasa nyaman dan produktivitas maksimal. Menggunakan tempat

pakan dan tempat minum sesuaiumur ayam untuk menjaga keamanan ayam.

Memberikan pakan secara ad libitumakan tetapi tetap terkontrol. Mengganti pakan

dalam waktu 2-3 jam. Memberikan air minum bersamaan dengan pemberian dan

penggantian pakan. Melakukan vaksinasi ND Ipada hari ke-4 dengan cara tetes

mata. Melakukan vaksinasi Gumboro pada hari ke-14 dengan cara mencampurkan

dengan air minum dan susu skim, sebelumnya ayam dipuasakan terlebih dahulu

selama 2-3 jam. Membuka tirai pada siang hari dan menutup tirai pada malam hari

untuk menjaga keamanan dan kenyamanan ayam. Melakukan penimbangan untuk

mngetahui penambahan bobot ayam yang dilakukan dengan penimbangan sampel.

Page 13: Acc Btu ! 2015

13

Sampel yang digunakan adalah 3 ekor ayam betina dan 7 ekor ayam jantan,

penimbangan dilakukan seminggu sekali.

3.2.2. Metode Prossesing

Menimbang bobot hidup ayam. Menyembelih ayam dan mengitung lama

bleeding.Menimbang dan mencatat bobot mati ayam. Memasukkan ayam ke

dalam air panas untuk memudahkan pencabutan bulu. Meletakkan ayam di atas

nampan kemudian mencabuti seluruh bulu ayam dan membersihkan ayam dengan

air yang mengalir. Menimbang bobot bulu ayam. Memotong kaki dan kepala

ayam, kemudian menimbang. Memotong dada ayam dan mengeluarkan bagian

organ dalam ayam dan menimbang. Pemotongan tubuh ayam sehingga terbagi

menjadi sayap, dada, punggung depan, punggung belakang, paha atas, dan paha

bawah dan menimbang masing-masing bagian. Menimbang bruto bagian organ

dalam ayam. Membersihkan organ pencernaan ayam kemudian menimbang.

Mencuci daging ayam dan organ dalam ayam hingga bersih. Potongan daging

ayam disusun secara rapi pada sterofoam kemudian membungkus menggunakan

alumunium foil. Melakukan pencatatan hasil penimbangan pada tabel.

Page 14: Acc Btu ! 2015

14

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4. 1. Ayam Pedaging (Broiler)

Berdasarkan hasil praktikum diperoleh hasil sebagai berikut :

Ilustrasi 1. DOC dan Ayam Dewasa

Berdasarkan hasil praktikum diketahui bahwa Selama 3 hari pertama anak

ayam harus dipaksa untuk aktif makan dan minum, bisa dibantu dengan cara

memberi pakan diberikan sesering mungkin. Pakan yang tersisa dikumpulkan dan

diayak untuk diberikan kembali pada ayam, tetapi jangan dicampur dengan pakan

baru. Tempat pakan harus selalu dibersihkan sebelum pakan yang baru diberikan.

Mulai umur 2 hari tempat minum harus digantung, dan setiap hari tingginya

disesuaikan setinggi punggung ayam. Pada umur 8 hari tempat pakan gantung

mulai diperkenalkan. Diharapkan pada umur 10 hari ayam sudah mengenal tempat

Page 15: Acc Btu ! 2015

15

pakan gantung, dan paling lambat umur 12 hari semua tempat pakan harus sudah

digantung. Selepas masa brooding, pakan diberikan minimal 2 kali sehari dengan

tempat pakan diatur setinggi tembolok ayam. Jika menggunakan tempat minum

otomatis (bell drinker), perhatikan level air sbb: Umur kurang dari 10 hari,

permukaan air 0.6 cm di bawah bibir drinker.(supaya terjangkau dan mudah

diminum ayam kecil), umur lebih dari 10 hari, permukaan air 0.6 cm dari dasar

drinker. (supaya tidak mudah tumpah dan tetap terjangkau ayam besar), piringan

tempat minum dibersihkan setiap pagi dan sore, sisa air dibuang. Menurut

Ditjennak (2008) bahwa ayam broiler sangat dominan di ternakkan di Indonesia

karena selain pertumbuhannya yang sangat cepat, bobot badannya juga

menghasilkan keuntungan apabila dalam jumlah yang banyak. Menurut Liano

(2009) bahwa dukungan pemerintah dalam pengembangan ayam local di

implementasikan melalui berbagai program, antara lain village poultry farming

(VPF), berupa bantuan social kepada kelompok-kelompok peternak ayam lokal.

4.2. Pemilihan Bibit Ayam Broiler

Berdasarkan hasil praktikum diketahui bahwa strain ayam yang digunakan

yaitu Lohmann karena memiliki keunggulan konversi pakan yang baik. Bibit

ayam broiler yang baik mencakup manajemen pengelolaan perkawinan,

pemberiaan pakan, perkandangan, dan kesehatan ternak yang baik. Hal ini sesuai

dengan pendapat santoso (2015) manajemen juga mencakup penaganganan hasil

ternak, pemasaran, dan pengaturan tenaga kerja. Bibit yang baik menghasilkan

karkas yang baik dan protein hewani yang layak konsumsi. Hal ini sesuai dengan

pendapat Irwansyah (2009) menyatakan bahwa peningkatan hasil produksi ternak

Page 16: Acc Btu ! 2015

16

harus sebanding dengan peningkatan konsumsi dan kesadaran hidup masyarakat

akan pentingnya protein hewani bagi tubuh.

4.3. Perkandangan

Berdasarkan hasil praktikum yang telah dilakukan diperoleh data sebagai

berikut:

Ilustrasi 2. Kandang tampak depan dan samping

Berdasarkan praktikum diketahui bahwa perkandangan yang digunakan

adalah kandang sistem litter yang diberi sekam sebagai alas pada lantai kandang.

Kandang litter dapat memberikan hasil yang memuaskan pada kualitas dan

kuantitas daging dan memudahkan pengelolaan seperti pembersihan kandang dan

menghemat tenaga kerja, tetapi kandang litter dengan menggunakan sekam lebih

panas karena feses yang tertampung pada litter mengalami proses fermentasi yang

dapat menghasilkan gas metan dan amonia. Menurut (Al-Ghamdi, 2008) bahwa

panas yang dihasilkan dari fermentasi litter ini dapat meningkatkan suhu udara

kandang sehingga ayam merasa kepanasan. Menurut Quinteiro-Filho et al. (2010)

Page 17: Acc Btu ! 2015

17

bahwa pada ayam pedaging, saat suhu kandang mencapai 40,6o C selama 3 jam

dapat menyebabkan kematian, perubahan iklim yang diprediksi sebagai efek

pemanasan global menyebabkan pola musim hujan dan kemarau berubah tidak

menentu. Kenaikan suhu lingkungan ini akan membawa berbagai dampak yang

spesifik, termasuk ke dunia peternakan, antara lain meningkatnya stres panas

(heat stress) pada ayam.

4.3.1. Tempat Pakan

Berdasarkan hasil praktikum yang telah dilakukan diperoleh data sebagai

berikut:

Ilustrasi 3. Tempat pakan DOC dan Dewasa

Berdasarkan hasil praktikum tempat pakan yang digunakan pada praktikum

ini adalah tempat pakan yang berbentuk bundar (chick feeder tray) atau baby

feeder dan setelah umur 2 minggu hingga panen tempat pakan yang digunakan

berbentuk bundar (round feeder). Menurut sugeng (2005) bahwa pemberian zat-

Page 18: Acc Btu ! 2015

18

zat pakan disajikan harus disesuaikan dengan tujuan masing-masing, dengan

adanya pakan dapat menjadikana ternak bertahan hidup dan kesehatan terjamin.

Bentuk tempat pakan ada 2 tipe yaitu : Bundar dan Panjang. Tempat yang

digunakan selama proses pemeliharaan mulai dari 1 hari sampai 2 minggu

berbentuk bundaran (chick feeder tray). Menurut Irwansyah (2009) bahwa setelah

ayam dewasa berumur 2 minggu hingga panen tempat pakan ayam yang

digunakan berbentuk bundar (round feeder).

4.3.2. Tempat Minum

Berdasarkan hasil praktikum yang telah dilakukan diperoleh data

sebagai berikut:

Ilustrasi 4. Tempat minum DOC dan Dewasa

Berdasarkan hasil praktikum diketahui bahwa tempat minum yang

digunakan pada praktikum ini adalah manual waterer seperti baby chick, terdapat

dua bentuk tempat minum yaitu tempat minum berbentuk bundar dan panjang

dengan standart dringking space yang sama, tempat minum berupa long drinker

Page 19: Acc Btu ! 2015

19

atau round drinker harus digantung. Tinggi bibir tempat minum sejajar dengan

bagian punggung ayam 1cm / ayam. Hal ini sesuai dengan pendapat Sufyan et al.,

(2012) bahwa pergunakan tempat minum berbentuk tabung ukuran 1 liter.

Menurut Sholikin (2011), bahwa kekurangan tempat minum akan berdampak

kurang baik karena secara langsung akan akan terpengaruh terhadap ketersediaan

air.

4.4. Persiapan sebelum Chick-In

Berdasarkan hasil praktikum yang telah dilakukan diperoleh data sebagai

berikut:

Ilustrasi 5. Persiapan kandang dan sanitasi

Berdasarkan praktikum yang telah dilaksanakan diketahui bahwa sebelum

kedatangan DOC terlebih dahulu melakukan pembersihan kandang seperti pada

tirai, peralatan kandang dan desinfektsi. Proses pembersihan tergantung pada

manajemen sebelum DOC datang. Sebelum DOC datang persiapan yang

Page 20: Acc Btu ! 2015

20

dilakukan adalah pakan, litter, pemanas dan alat penimbang pada ayam. Menurut

Kartasujadna dan suprijanna (2006) bahwa kandang harus di bersihkan mulai dari

mencuci kandang dengan spreyer tekanan tinggi mulai dari atas, dinding, tirai

hingga lantai kandang. Proses pembersihan tergantung pada manajemen sebelum

DOC datang. Menurut Fadilah (2007) bahwa waktu yang tepat untuk

memasukkan DOC ke dalam kandang yaitu pada temperatur lingkungan tidak

panas (pagi atau sore hari) yang bertujuan untuk yang menghindari DOC dari

stress dan dehidrasi.

4.5. Pemeliharaan ayam broiler

Periode dalam pemeliharaan budidaya ternak unggas mempunyai beberap

aspek mulai dari sanitasi pada kandang sampai akhir pada pemenenan. Hal ini

sesuai dengan pendapat Fadilah (2007), bahwa pemeliharaan pada ayam broiler

mencakup pemeliharaan periode persiapan, periode pemanas, periode

pertumbuhan, dan periode pemanenan. Sistem pemeliharaan ayam pada bagian

pengawasan dilakukan mulai dari panen sampai panen dilaksanakan. Menurut

Sufyan et al., (2012) yang menyatakan bahwa pengawasan yang baik dalam

sistem pemeliharaan melakukan pengawasan miggu pertama, minggu kedua,

minggu ketiga dan minggu ke empat. Ditambahkan Ditjennak (2008) yang

menyatakan bahwa hingga akhir tahun 1970-an, ada tiga sistem produksi dan

pemeliharaan ayam lokal, yakni tradisional, semi intensif, dan intensif.

Page 21: Acc Btu ! 2015

21

4.5.1. Masa Starter

Berdasarkan hasil praktikum yang telah dilakukan diperoleh hasil

sebagai berikut:

Ilustrasi 6. DOC (day old chicken)

Berdasarkan praktikum diketahui bahwa kegiatan pertama dalam masa

awal kegiatan yang dilakukan adalah memeriksa kelengkapan alat, pakan litter, air

dan pemanas dan memeriksa keaadaana yam mulai dari kualitas maupun

kuantitasnya. Menurut pendapat Kartasujadna dan Suprijatna (2006), yang

menyatakan bahwa kualitas ayam DOC harus dipelihara dengan baik, karena

bukan saja di pengaruhi oleh faktor pemeliharaan tetapi juga oleh kualitas ayam

DOC yang dilakukan pada saat fase starter. Pada saat DOC datang ayam

dipuasakan dan di beri gula jawa untuk menambah energi. Hal ini sesuai dengan

pendapat Sholikin (2011), bahwa air minum yang diberikan pertama kali biasanya

Page 22: Acc Btu ! 2015

22

ditambahkan tambahan gula jawa sebagai suplay energi dan pemberian air harus

ad libitum dan ditempatkan secara meratadisekitar sumber pemanas. Ditambahkan

Sufyan et al., (2012) bahwa perhitungan ayam DOC pada fase starter serta

melakukan penyeleksian dengan mengambil sampel yang akan di timbang sekitar

10-20%.

4.5.2. Masa Finisher

Berdasarkan hasil praktikum yang telah dilakukan diperoleh hasil sebagai

berikut:

Ilustrasi 7. Ayam dewasa

Berdasarkan hasil praktukum pada fase terakhir dilakukan pengurangan

kandungan protein pada fase terakhir dalam pakan untuk ayam umur 14-37 hari

adalah 21%. Hal ini sesuai dengan pendapat Sahraei dan Shariatmadari (2007),

yang menyatakan bahwa perlakuan pembatasan pakan pada fase finisher secara

kualitatif melalui penambahan dedak gandum pada formulasi ransum yang

dilakukan. Masa finisher adalah masa terakhir sebelum pemanenan , sekat pada

kandang diperluas agar kepadatan berkurang, penerangan, pemanas mulai

Page 23: Acc Btu ! 2015

23

dihentikan dan ayam mulai di timbang serta melakukan penghitungan FCR nya.

Menurut Sofyan (2012) yang menyatakan bahwa air minum di berikan secara

adbilitum dan ayam di timbang dan di hitung FCR nya pada minggu ke 4.

4.6. Pakan

Berdasarkan hasil praktikum yang telah dilakukan diperoleh hasil sebagai berikut:

Tabel 1. Data konsumsi pakan, pertambahan bobot badan dan FCRUmur (minggu) Konsumsi pakan

/gram/ekor/hari

Pertambahan bobot

badan

gram/ekor/hari

FCR

I 1735 37 0,78

II 7161 400 0,73

III 26297 900 1,11

IV 41317 1600 1,2

Sumber: Data Primer Praktikum Budidaya Ternak Unggas, 2015.

Berdasarkan hasil praktikum dapat diketahui bahwa Pakan yang digunakan

pada praktikum ini yaitu BR 1. Komponen utama penyusun pakan adalah biji-

bijian seperti jagung dan biji-bijian umumnya mengandung air, karbohidrat,

protein termasuk enzim, lemak, mineral juga vitamin.Pakan merupakan segala

sesuatu kandungan organik dan anorganik yang dapat dikonsumsi ternak dan tidak

menimbulkan toksin (racun). Menurut Suprijatna et al,. (2005) yang menyatakan

bahwa pakan adalah campuran dari berbagai macam bahan organik maupun

anorganik untuk ternak yang berfungsi sebagai pemenuhan kebutuhan zat – zat

Page 24: Acc Btu ! 2015

24

pakan. Kebutuhan pakan dari setiap ternak berbeda-beda sesuai dengan jenis,

umur, bobot badan,keadaan lingkungan dan kondisi fisiologis ternak. Pakan harus

mengandung semua nutrien yang dibutuhkan oleh tubuh ternak, namun tetap

dalam jumlah yang seimbang. Bahan pakan yang umum digunakan dalam

penyusunan ransum unggas adalah jagung, dedak, tepung ikan, bungkil kedelai,

minyak sayur, bungkil kelapa, tepung kapur, batuan fosfat, asam amino sintetis

(terutama metionin dan lisin) dan campuran vitamin-mineral. Hal ini sesuai

dengan pendapat Piliang (2007) yang menyatakan bahwa salah satu fungsi

mineral zink juga untuk mengatur kecepatan pertumbuhan, dimana mineral zink

sebagai kofaktor pada enzim thymidine kinase pada proses fosforilasi deoxy-

thymidine untuk penggabungan dengan DNA untuk proses sintesis selain itu

untuk memperbanyak sel-sel.

4.6.1. Konsumsi Pakan

Berdasarkan hasil praktikum diketahui bahwa konsumsi pakan ayam

broiler pada minggu ke – I yaitu 1735, minggu ke – II yaitu 7161, minggu ke – III

yaitu 26297, minggu ke – IV yaitu 41317. Hal tersebut menunjukkan bahwa

konsumsi ayam broiler terhadap pakan sangat tinggi, karena ayam broiler

mengkonsumsi pakan sampai energinya terpenuhi. Hal ini sesuai dengan pendapat

Kartasujadna dan Suprijadna (2006) yang menyatakan bahwa ayam broiler

mengkonsumsi pakan terus menerussampai kebutuhan energinya tercukupi.Pakan

yang digunakan yaitu phokpand dengan kandungan nutrisi yang komplit seperti

karbohidrat, lemak, protein, energi, mineral dan vitamin. Hal ini sesuai dengan

pendapat Sholikin (2011) yang menyatakan bahwa ayam broiler membutuhkan zat

Page 25: Acc Btu ! 2015

25

pakan seperti karbohidrat, lemak, mineral, protein, air dan vitamin untuk

memenuhi kebutuhan hidupnya.

4.6.2. PBBH (Pertambahan Bobot Badan Harian)

Berdasarkan hasil praktikum diketahui bahwa PBBH minggu ke – I yaitu

37gr, minggu ke – II 400gr, minggu ke – III 900gr, minggu ke – IV 1600gr.

Berdasarkan hasil tersebut maka PBBH yang dihasilkan adalah standart. Guna

mendapatkan hasil PBBH yang tinggi dan kualitas daging yang baik diperlukan

perlakuan terhadap ayam broiler perlu perlakuan. Salah satunya adalah membatasi

pemberian pakan di siang hari dan mengoptimalkan pemberian pakan pada malam

hari. Hal ini sesuai dengan pendapat Setyadi et al. (2013) yang menyatakan bahwa

pertambahan bobot badan harian (PBBH) yang rendah dan kualitas daging yang

kurang baik yang disebabkan oleh cekaman panas. Cekaman panas akan

mempengaruhi semua sel yang mengandung nucleus. Menurut Kusniadi (2006),

bahwa cekaman panas pada broiler mampu mengurangi konsumsi pakan,

pertambahan bobot badan, efisiensi pakan dan meningkatkan angka mortalitas

4.6.3. FCR

FCR merupakan rasio angka konsumsi pakan yang mampu diubah menjadi

bobot badan. Feed Conversion Ratio atau konversi pakan dihitung selama empat

minggu berdasarkan banyaknya pakan yang dikonsumsi dibagi dengan

Pertambahan bobot badan. FCR minggu ke – I = 0,78 minggu ke – II = 0,73

minggu ke – III = 1,11 sedangkan pada minggu IV = 1,2. Berdasarkan data

tersebut angka FCR yang dihasilkan sesuai standart. Semakin kecil angka

konversi maka semakin baik hasil yang dipeoleh. Hal ini sesuai dengan pendapat

Page 26: Acc Btu ! 2015

26

Yunilas (2005) yang menyatakan bahwa Semakin kecil angka konversi yang

dihasilkan berarti semakin baik hasilnya. Melalui penghitungan FCR dapat

diketahui kemampuan ayam broiler unttuk menyerap dan mengkonversi pakan

menjadi daging. Hal ini sesuai dengan pendapat Aryanti (2013) yang menyatakan

bahwa FCR (feed conversion ratio) mengidentifikasikan penyerapan yang lebih

baik dan konversi pakan menjadi daging yang lebih optimal. Banyaknya pakan

yang tumpah dapat menyebabkan penghitungan FCR yang tidak sesuai.

4.7. Vaksinasi

Berdasarkan hasil praktikum yang telah dilakukan diperoleh hasil sebagai

berikut:

Tabel 2. VaksinasiNo Umur (hari) Jenis Vaksin Metode1 4 ND Tetes mata2 14 GUMBORO Air minumm

Sumber: Data Primer Praktikum Budidaya Ternak Unggas, 2015.

Berdasarkan praktikum yang telah dilaksanakan diperoleh hasil bahwa

vaksinasi pertama kali pada hari ke 4, yaitu dilakukan vaksinasi ND (Newcasstle

diseas). Dosis yang diberikan kepada ternak yaitu vaksin ND aktif dengan dosis

107 EID50, untuk vaksinasi Pada hari ke 14 dilakukan vaksinasi untuk yang

kedua kalinya yaitu vaksinasi gumboro dengan dosis 103 CLD50. Sebelum

melaksanakan vaksinasi gumboro dilakukan puasa air minum pada ayam broiler.

Vaksinasi dapat dilakukan dengan berbagai cara, yaitu tetes mata, tetes hidung,

Page 27: Acc Btu ! 2015

27

suntikan subkutan dan melalui air minum. Vaksinasi yaitu memasukkan virus

yang telah dilemahkan, sehingga ketika melaksanakan vaksinasi, ayam harus

dipastikan dalam kondisi sehat atau tidak terjangkit suatu penyakit. Vaksinasi

dilaksanakan pada suhu yang masih rendah yaitu pagi hari atau sore hari agar

vaksin tetap optimal dan tidak rusak. Vaksinasi penting dilakukan untuk

memperkecil resiko terjangkitnya virus seperti ND (Newcasstle diseas), Gumboro,

AI (Avian Influnce) dan lain-lain. Hal ini sesuai dengan pendapat Wiryawan,

(2007) yang menyatakan bahwa virus sangat merugikan karena dampaknya pada

gangguan pertumbuhan, kurangnya efisiensi pakan dan kematian serta

meningkatnya biaya pemakaian obat-obatan. Pelaksanaan vaksinasi biasanya juga

diimbangi dengan biosekuriti sehingga vaksinasi memberi pengaruh yang

maksimal. Hal ini sesuai dengan pendapat Lastiati (2008) yang menyatakan

bahwa pemberian vaksin pada ayam harus juga diimbangi dengan pengelolaan

biosekuriti dan sanitasi yang baik dan benar. Vaksinasi merupakan salah satu

program pencegahaan penyakit yang lebih efisien dibandingkan dengan

pengobatan.

4.8 Processing

Page 28: Acc Btu ! 2015

28

Berdasarkan hasil praktikum yang telah dilakukan diperoleh hasil sebagai

berikut:

Ilustrasi 8. Karkas

Berdasarkan praktikum yang telah diketahui bahwa evaluasi karkas

diperoleh dari menimbang bobot karkas setelah pemotongan lalu dikurangi

dengan darah, bulu, kepala, leher, shank, kaki dan organ dalam kecuali paru-paru

dan ginjal. Hal ini sesuai dengan pendapat Guruh et al. (2012) yang menyatakan

bahwa karkas dibagi lima komersial yaitu dada, sayap, punggung, pangkal paha

atas da pangkal paha bawah. Presentase karkas merupakan perbandingan antara

bobot karkas dengan bobot hidup yang digunakan sebagai pendugaan jumlah

daging pada unggas.Bobot karkas normal yaitu sekitar 60,97 – 65,58%. Menurut

Nahashon et al., (2005), bahwa bobot karkas ayam broiler sangat dipengaruhi oleh

bobot hidup yang dihasilkan. Semakin tinggi bobot hidup, bobot karkas akan

semakin tinggi begitu juga sebaliknya

4.9. IOFC ( Income Over Feed Cost)

Page 29: Acc Btu ! 2015

29

Berdasarkan hasil prakikum yang telah dilakukan didapatkan hasil

penjualan ayam yaitu sebesar Rp. 23.000.Hasil perhitungan IOFC yaitu Rp.

42.295. IOFC Income Over Feed Cost adalah rata–rata pendapatan yang diperoleh

dari hasil penjualan satu ekor ayam dengan rata–rata pengeluaran satu ekor ayam

yang dilakukan selama praktikum. Hal ini sesuai dengan pendapat Pinto, (2011)

yang menyatakan bahwa Income over feed cost (IOFC) merupakan perbandingan

antara pendapatan usaha dan biaya ransum, pendapatan usaha merupakan

perkalian antara hasil produksi peternakan (kg) dengan harga produksinya, biaya

ransum adalah jumlah biaya yang keluarkan untuk menghasilkan kilogram produk

ternak. Rata –rata IOFC setisp strain broiler yang tidak berbeda disebabkan oleh

nilai konversi ransum kedua strain yang tidak berbeda nyata akibat berimbangnya

jumlah konsumsi ransum dan bobot tubuh akhir yang dihasilkan oleh kedua jenis

strain. Hal sesuai dengan pendapat Tantolo (2009) yang menyatakan bahwa IOFC

sangat dipengaruhi oleh bobot tubuh akhir, konsumsi ransum, harga ransum, dan

harga jual broiler.

Page 30: Acc Btu ! 2015

30

BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil praktikum budidaya ternak unggas yang telah

dilaksanakan dapat disimpulkan bahwa pemeliharaan ayam broiler dibutuhkan

waktu 28 hari. Broiler fase strarter membutuhkan pemeliharaan yang intensif

terutama pada umur 1 sampai 14 hari karena ayam broiler rentan terserang

penyakit. Hal yang perlu diperhatikan ketika pemeliharaan adalah biosekuriti,

vaksinasi, efisiensi pakan, air minum, suhu kandang dan litter. Broiler dapat

dipanen setelah umur 28 hari dan mencapai bobot rata – rata 1,6 kg. Prosesing

dilakukan setelah ayam siap panen, kemudian ayam dikarkas dengan potongan

komersil yang terdiri dari paha atas dan paha bawah, dada, sayap dan punggung

setelah itu ayam karkas dikemas.

5.2. Saran

Ketika pemberian pakan sebaiknya posisi ayam diperhatikan sehingga

ayam tidak tertindih oleh tempat pakan dan pembalikkan sekam dilakukan

seperlunya. Jarak antara pakan dan minum sebaiknya tidak terlalu jauh dan

diselang – seling.

Page 31: Acc Btu ! 2015

31

DAFTAR PUSTAKA

Achmanu, M. dan Rachmawati, R. (2011). Meningkatkan produksi ayam pedaging melalui pengaturan proporsi sekam, pasir dan kapur sebagai litter. Ternak Tropika. 12: 38 – 45.

Adijaya, D.S., F. Yazri, T.L. Anmi, S. Duryatno, dan T. Susanti. 2010. Ayam kampung: Panen 30 hari lebih cepat. Trubus No. 484 , Maret 2010/XLI:

Aryanti. 2013. Pengaryuh pemberian air gula merah terhadap performans ayam pedaging. Jurnal Pelatihan Kesehatan Hewan Cinagara Bogor, Bogor.

Ditjennak (Direktorat Jenderal Peternakan). 2008. Statistik Peternakan. Ditjennak,

Jakarta.

Fadilah, R. 2007. Beternak ayam broiler di daerah tropis. Agromedia. Jakarta.

Setyadi, F., Ismadi, V.D.Y.B dan Mangisah, I. 2013. Kadar kolesterol, HDL dan LDL darah akibat kombinasi lama pencahayaan dan pemberian porsi pakan berbeda pada ayam broiler. Animal Agriculture Journal, 02. (01) : 68 – 76.

Gultom, S.M., Supratman, R.D.H., Abun. 2014. Pengaruh imbangan energi dan protein ransum terhadap bnont karkas dan lemak abdominal ayam broiler umur 3-5 minggu. Jurnal Fakultas Peternakan dan Pertanian, Universitas Padjajaran, Bandung.

Irwan, M.A. 2007. Glukosa dan metabolisme energi, sport scince brief. Polton Sports Science and Performances Lab. Vol. 01 No. 06.

Iskandar, S. 2010. Native chicken, small scale enterprise and conservation in indonesia. International SeminarWorkshop on the Utilization of Native Animals in Building Rural Enterprise in Warm Climate Zones, Monoz City, 19-23 July 2010, the Philippines.

Jahan, M. S., M, Asaduzzaman, and A.K. Sarkar. 2006. Performance of Broiler Feed on Mash, Pellet and Crumble. Int. J. Poultry Sci., 5(3): 265-270.

Kurniawati, H. I. 2005. Kontrol Kualitas Bahan Baku dan Produk Akhir di PT SIBA PRIMA UTAMA Feedmill Karanganyar Solo. Laporan Praktek Kerja Lapangan. Fakultas Peternakan Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta

Kusnadi, E. 2006. Pengaruh temperatur kandang terhadap konsumsi ransum dan komponen darah ayam broiler. J. Pengembangan Peternakan Tropis 33(3): 197 – 202.

Page 32: Acc Btu ! 2015

32

Sholikin, H. 2011. Manajemen Pemeliharaan Ayam Broiler di Peternakan UD Hadi PS Kecamatan Nguter Kabupaten Sukoharjo, Surakarta.

Lastiati A. 2008. Biosekuriti dan Sanitasi kunci pengendalian penyakit gumboro. http://www.disnak-jatim .go.id/web/

Liano, D. 2009. Program restrukturisasi perunggasan. Makalah disajikan pada Pertemuan Koordinasi Kegiatan Budidaya Ternak Nonruminansia Tahun 2009, Jambi, 7-8 Desember 2009. Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Provinsi Jambi, Jambi.

Nahashon, S. N., N. Adefope, A. Amenyenu and D. Wright. 2005. Effects of dietary metabolizable energy and crude protein concentration on growth performance and carcass characteristics of french guinea broiler. J. Poultry. Sci. 84 : 337-344.

Ozkan, S., I. Plavnik and S. Yahav. 2006. Effects of early feed restriction on performance and ascites development in broiler chickens subsequently raised at low ambient temperature. J. Appl. Poultry. Res.15: 9-19.

Piliang WG. 2007. Nutrisi Mineral. Institut Pertanian Bogor Press, Bogor.

Pinto, B. 2011. Analisis Risiko Produksi pada Peternakan Ayam Broiler Milik Bapak Restu di Desa Cijayanti Kecamatan Babakan Madang Kabupaten Bogor. Skripsi, Bogor.

Retnani, Y. Herawati, L. Khusniati,S. 2009. Uji Sifat Ransum Broiler Stater Bentuk Crumble Berperekat Tepung Tapioka, Bentonit, Onggok. Fakultas Peternakan, IPB, Bogor

Retnani, Y., Herawati, L. 2011. Uji Sifat Fisik Ransum Broiler Starter Bentuk Crumble Berpekat Tepung Tapioka. Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan, Fakultas Peternakan IPB, Bogor.

Setyadi, F., Ismadi, V.D.Y.B dan Mangisah, I. 2013. Kadar kolesterol, HDL dan LDL darah akibat kombinasi lama pencahayaan dan pemberian porsi pakan berbeda pada ayam broiler. Animal Agriculture Journal, 02. (01) : 68 – 76.

Sholikin, H. 2011. Manajemen Pemeliharaan Ayam Broiler di Peternakan UD Hadi PS Kecamatan Nguter Kabupaten Sukoharjo, Surakarta

Suciani., Parimartha, K.W., et al. 2011. penambahan multi enzim dan ragi tape dalam ransum berserat tinggi (pod-kakao) untuk menurunkan kolestrol daging ayam broiler. Jurnal Veteriner. 12 (1): 69-76.

Page 33: Acc Btu ! 2015

33

Sufyan H., I. Sugeng dan S. Ika. 2012. Pelaksanaan pengawasan proses produksi peternakan ayam broiler pada CV.Surya Mitra Farm. Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Jember.

Suprijatna, E., Umiyati Atmomarsono dan R. Kartasudjana. 2005. Ilmu Dasar Ternak Unggas. Penebar Swadaya, Jakarta.

Suprijatna, E., Umiyati Atmomarsono dan Ruhyat Kartasudjana. 2006. Ilmu Dasar Ternak Unggas. Penebar Swadaya, Jakarta.

Swennen, Q., E. Decuypere, and J. Buyse. 2007. Implications of dietary macronutrients for growth and metabolism in broiler chickens. World Poult. Sci.Assoc. J. 63 (4): 541-556.

Tantalo, S. 2009. Perbandingan performans dua strain broileryang mengkonsumsi air kunyit. Fakultas Pertanian Jurusan Peternakan, Universitas Lampung, Lampung.

Wiryawan W.2007. Pengebalan terhadap gumboro yang tidak menimbulkan dampak immunosupresi. Infovet. 9 : 38-41.

Yunilas. 2005. Performans ayam broiler yang diberi berbagai tingkat protein hewani dalam ransum. Jurnal Agribisnis Peternakan, 1. (1).

Page 34: Acc Btu ! 2015

34

Lampiran 1. LOG BOOK PEMELIHARAAN BROILER PER MINGGU

LOG BOOK PEMELIHARAAN BROILER LOHMANN MINGGU KE 1

Periode : StarterJenis Strain : LohmannBobot Awal : 37 gram

Tanggal Umur (hari)

Vaksin Pakan (g) Morbid (ekor)

Mortal (ekor)Pemberian Sisa Konsumsi

14 Apr 15 1 714 20 694 51 -15 Apr 15 2 816 12 804 51 -16 Apr 15 3 867 15 852 51 -17 Apr 15 4 ND 918 30 888 51 -18 Apr 15 5 1071 18 1053 51 -19 Apr 15 6 1275 22 1253 51 -20 Apr 15 7 1500 24 1476 50 1

Total Minggu 1

7161 141 7020 50 1

Fc =7161

=143,22

= 0,7950 180

Catatan Praktikan : Pengaruh vaksin dipengaruhi pada suhu lingkungan sinar matahari dengan 28oc, obat obatan antibiotik tranportasi serta penyimpanan. Selain vaksin.

Evaluasi Asisten :

Lulus Perlu Perbaikan Tidak Lulus.............. ............... ....................

Catatan Asisten: .....................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................

Semarang, 30 April 2015 Asisten,

..................................................

Page 35: Acc Btu ! 2015

35

LOG BOOK PEMELIHARAAN BROILER LOHMANN MINGGU KE 2

Periode : GrowerJenis Strain : LohmannBobot Awal : 400 gram

Tanggal Umur (hari)

Vaksin Pakan (g) Morbid(ekor)

Mortal (ekor)Pemberian Sisa Konsumsi

21 Apr 15 1 1900 16 1884 49 122 Apr 15 2 2107 25 2082 48 123 Apr 15 3 2256 15 2241 48 -24 Apr 15 4 2496 12 2484 48 -25 Apr 15 5 2736 20 2716 48 -26 Apr 15 6 2976 8 2968 48 -27 Apr 15 7 Gumboro 3264 6 3258 48 -

Total Minggu 2

17735 102 17633 48 2

Fc =17735

=369,47

= 0,7348 500

Catatan Praktikan : untuk ayam broiler bobot badan dipengaruhi oleh jumlah pakan yang diberikan dan kualitas pakannya. Suhunya harus stabil karna ayam belum dapat beradaptasi dengan lingkungan.

Evaluasi Asisten :

Lulus Perlu Perbaikan Tidak Lulus

.............. ............... ....................

Catatan Asisten: .....................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................

Semarang, 30 April 2015 Asisten

...................................................

Page 36: Acc Btu ! 2015

36

LOG BOOK PEMELIHARAAN BROILER LOHMANN MINGGU KE 3

Periode : FinisherJenis Strain : LohmannBobot Awal : 900 gram

Tanggal Umur (hari)

Vaksin Pakan (g) Morbid (ekor)

Mortal (ekor)Pemberian Sisa Konsumsi

28 Apr 15 15 3360 20 3340 48 -29 Apr 15 16 3525 22 3503 47 130 Apr 15 17 3854 18 3836 47 -1 Mei 15 18 3995 19 3976 47 -2 Mei 15 19 4324 15 4309 47 -3 Mei 15 20 4512 8 4504 47 -

4 Mei 15 21 4841 12 4829 47 -Total

Minggu 128411 114 26297 47 1

Fc =26297

=559,5

= 1,1147 500

Catatan Praktikan : Pada minggu ketiga ayam sudah bisa beradaptasi dengan lingkungan, suhu serta pakan. Sehingga penggunaan tirai sudah dapat dibuka tutup agar ayam tidak kepanasan serta pakan tidak perlu dihancurkan lagi.

Evaluasi Asisten :

Lulus Perlu Perbaikan Tidak Lulus.............. ............... ....................

Catatan Asisten: .....................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................

Semarang, 12 Mei 2015 Asisten,

...................................................

Page 37: Acc Btu ! 2015

37

LOG BOOK PEMELIHARAAN BROILER LOHMANN MINGGU KE 4

Periode : FinisherJenis Strain : LohmannBobot Awal : 1600 gram

Tanggal Umur (hari)

Vaksin Pakan (g) Morbid (ekor)

Mortal (ekor)Pemberian Sisa Konsumsi

5 Mei 15 22 5075 17 5058 47 -6 Mei 15 23 5499 21 5478 47 -7 Mei 15 24 5734 15 5719 47 -8 Mei 15 25 6016 9 6007 47 -9 Mei 15 26 6072 13 6059 46 110 Mei15

27 6486 10 6476 46 -

11 Mei 15

28 6532 12 6520 46 -

Total Minggu

1

41414 97 41317 46 1

Fc =41317

=898,1

= 1,246 700

Catatan Praktikan : Pada minggu keempat ayam dalam hal pemberian pakan perlu ditingkatkan supaya bobot ayam mencapai maksimal, sehingga harganya bisa meningkat.

Evaluasi Asisten :

Lulus Perlu Perbaikan Tidak Lulus.............. ............... ....................

Catatan Asisten: ........................................................................................................................................................................................................................................................................

Semarang, Mei 2015 Asisten,

Page 38: Acc Btu ! 2015

38

..................................................

Page 39: Acc Btu ! 2015

39

Lampiran 2. TEKNIK PENYIAPAN DAN EVALUASI KARKAS

Jenis Ayam : BroilerBobot : 1,5 kgDeskripsi Umum : ayam dipelihara selama 28 hari, harus mencapai target

seperti bobot badan yang bagus serta Fc yang rendah.

Tabel 3. Hasil Pengamatan Penilaian Keadaan Ayam Pedaging Hidup

No Faktor Deskripsi Keadaan Ayam Pedaging

Klasifikasi

1.2.3.4.5.6.

Kondisi KesehatanBuluDadaPunggungKaki dan SayapKeadaan lemak (dada)

Sehat, normal, aktifTebal, kotor

BesarLebar dan bagus

Lemah, beratSedikit

BaikBaikBaikBaikBaikBaik

Catatan Praktikan : Dalam melakukan penyembelihan ayam karkas haruslah “ASUH” aman sehat utuh halal. Penyembelihan dilakukan pada ayam dihitung ketika darah keluar dari tubuh berapa lama, menyiapakan air yang mendidih 40oc dan melakukan pembersihan bulu hingga selesai.

Evaluasi Asisten :Lulus Perlu Perbaikan Tidak Lulus

.............. ............... ....................

Catatan Asisten: .....................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................

Semarang, .................... 20....... Asisten,

...................................................

Page 40: Acc Btu ! 2015

40

Tabel 4. Hasil Pengamatan Penimbangan Bobot Organ, Jaringan, dan Bobot Relatifnya terhadap Bobot Hidup

NoParameter Ayam 1 Ayam 2 Ayam 3 Ayam 4BO1 BR1 BO2 BR2 BO3 BR3 BO4 BR4

1

2

3

4

5

6

7

8

9

Bobot hidupBobot mati

Darah :Waktu bleeding

(detik)Bobot darah

Bobot bulu

Viscera :BrutoNettoTotal

Lemak Abdominal

Giblet:HatiJantungVentriculusTotal

Bobot dressed

Bobot karkas

Cut up chicken:SayapDadaPunggung depanPunggung belakangPaha atasPaha bawahTotal

1850 1750

48 s100 gr

150 gr

290 gr174 gr464

5

135 gr53 gr10 gr72 gr270 gr

755 gr

684

473 gr 262 gr 137 gr 136 gr 126 gr 1229 gr

100 %0,94 %

0,05 %

0,08 %

0,15 %0,09%0,25%

0,02%

0,72 % 0,028 % 0,005 %

0,003%16,5 %

37,3 %

0,36%

6,3 %31,5 %17,4 %9,1 %9,0 %8,4 %

Keterangan : BO = Bobot organ/jaringan BR = Bobot relatif

Page 41: Acc Btu ! 2015

41

Catatan Praktikan : Ayam ditimbang terlebih dahulu sebelum dikarkas dengan rapi dan bersih dan perhitungan bobot hidup, mati, bobot anpa darah, tanpa bulu dan bobot karkas.

Evaluasi Asisten :Lulus Perlu Perbaikan Tidak Lulus

.............. ............... ....................

Catatan Asisten: ..............................................................................................................................................................................................................................................................................................................

Semarang, .................... 20..... Asisten,

........................................................

Page 42: Acc Btu ! 2015

42

Tabel 5. Hasil Pengamatan terhadap Faktor Penilaian Karkas

No Faktor Penilaian Nilai KarkasNo: ..........

Nilai KarkasNo: ..........

Nilai KarkasNo: ..........

Nilai KarkasNo: ..........

1

2

3

4

5

6

7

8

Konformasi/keserasian(bentuk keseluruhan)- tulang dada- tulang punggung- tulang paha & sayap

Perdagingan

Timbunan Lemak

Bulu Jarum

Kulit sobek

Kulit memar

Tulang lepas

Tulang Patah

9989

9

6

6

4

4

6

5

Nilai AkhirKarkas : 89Bobot Karkas :1364Harga Karkas :Rp. 24000

............

............

............

............

............

............

............

............

............

............

............

............

Catatan Praktikan : Melakukan penilaian karkas dari pengamatan karkasnya dari tiap organ.

Evaluasi Asisten :Lulus Perlu Perbaikan Tidak Lulus

.............. ............... ....................

Catatan Asisten:

Semarang, .................... 20....... Asisten,

...................................................

Page 43: Acc Btu ! 2015

43

Lampiran 3. KEGIATAN PELAKSANAAN VAKSINASI

No Parameter Keterangan123456

Waktu pelaksanaan vaksinasiJenis vaksinDosis vaksinMetode vaksinasiRespon ternak unggas post vaksinasiDampak/penyakit ikutan

Umur 4 hariND

Tetes mata

Catatan Praktikan : Vaksin ayam selama penyimpanan diusahakan disimpan di tempat yang

sejuk. Wadah dan sisa vaksin yang tidak terpakai di harapkan untuk dikubur atau dimusnakan supaya vaksin tidak menjadi berkembang dan membahaya bagi ternak.

Evaluasi Asisten :

Lulus Perlu Perbaikan Tidak Lulus.............. ............... ....................

Catatan Asisten: ..............................................................................................................................................................................................................................................................................................................

No Parameter Keterangan123456

Waktu pelaksanaan vaksinasiJenis vaksinDosis vaksinMetode vaksinasiRespon ternak unggas post vaksinasiDampak/penyakit ikutan

Umur 14 hariGumboro

Lewat air minum

Catatan Praktikan : Vaksin gumboro diberikan pada umur ayam broiler 14 hari.

Page 44: Acc Btu ! 2015

44

Evaluasi Asisten :

Lulus Perlu Perbaikan Tidak Lulus.............. ............... ....................

Catatan Asisten: ..............................................................................................................................................................................................................................................................................................................

Semarang, .................... 20....... Asisten,

...................................................

Page 45: Acc Btu ! 2015

45

Lampiran 5. PERHITUNGAN IOFCIOFC = (Bobot badan akhir ayam broiler x harga jual ayam broiler/kg) – (Total

konsumsi pakan x harga pakan)

IOFC = (1,8 x Rp 24000) – (92267 – Rp 7500)= 43200 – (92267/46 – 7500)= 43200 + 5495= 48695

Page 46: Acc Btu ! 2015

46

Lampiran 6. Dokumentasi

Sanitasi pada peralatan kandang Sanitasi kandang

Pada saat chick in Beberapa hari sebelum panen

Penjualan karkasHasil Karkas