acc btu ! 2015
TRANSCRIPT
1
BAB I
PENDAHULUAN
Ayam broiler sangat dominan di ternakkan di Indonesia karena selain
pertumbuhannya yang sangat cepat, bobot badannya juga menghasilkan
keuntungan apabila dalam jumlah yang banyak. Ayam pedaging (broiler)
merupakan ayam ras jantan atau betina yang bertumbuh cepat dan menghasilkan
daging yang relatif singkat. Pemilihan bibit merupakan awal dari pembeliharaan
yang sangat penting diperhatikan, selain itu dalam pemeliharaan perkandangan
juga berperan penting yaitu meliputi tempat pakan, tempat minum, program
pencahayaan, dan lantai kandang. Pada pemeliharaan dilakukan persiapan
Sebelum Chick in. Ayam mulai dipelihara dari masa starter sampai masa finisher.
Pertumbuhan ternak dipengaruhi juga oleh pakan yang diberikan sesuai dengan
kebutuhan zat-zat pakan, bentuk pakan, sistem pemberian pakan, dan kebutuhan
air minum, untuk menjaga kesehatan ternak dilakukan vaksinasi agar ternak
memeliki sistem kekebalan tubuh dan akhir dari sitem pemeliharaan dengan
pengkarkasan.
Praktikum ini bertujuan untuk mengetahui manajemen pemeliharaan ayam
broiler. Bermanfaat menambah wawasan tentang cara-cara yang baik dalam
pemeliharaan ayam broiler dan mengetahui proses pengkarkasan saat penen
sehingga nantinya mahasiswa mampu menerapkan ilmu bagaimana cara
membudidayakan ayam broiler secara baik dan benar di dalam penerapan di
lapangan.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Ayam Pedaging (Broiler)
Ayam pedaging (broiler) merupakan ayam ras jantan atau betina yang
bertumbuh cepat dan menghasilkan daging yang relatif singkat. Tahun 1970-an,
ada tiga sistem produksi dan pemeliharaan ayam lokal, yakni tradisional, semi
intensif, dan intensif. Sebagian besar (80%) pemeliharaan dalm ayam lokal di
Indonesia dilakukan secara tradisional, berkembang diperdesaan dengan
pemilikan rata-rata tiap rumah tangga tidak lebih dari 30ekor dalam berbagai
umur (Ditjennak, 2008).Ayam broiler sangat dominan di ternakkan di Indonesia
karena selain pertumbuhannya yang sangat cepat, bobot badannya juga
menghasilkan keuntungan apabila dalam jumlah yang banyak. Dukungan
pemerintah dalam pengembangan ayam local di implementasikan melalui
berbagai program, antara lain village poultry farming (VPF), berupa bantuan
social kepada kelompok-kelompok peternak ayam lokal (Liano, 2009).
2.2. Pemilihan Bibit Ayam Broiler
Pembibitan ayam broiler tergantung dengan manajemennya yang baik jika
manajemen sudah baik pasti juga akan menghasilkan bibit yang lebih baik,
manajemen mencakup pengelolaan perkawinan, pemberiaan pakan,
perkandangan, dan kesehatan ternak. Manajemen juga mencakup penaganganan
hasil ternak, pemasaran, dan pengaturan tenaga kerja (Santoso, 2005). Ayam ras
3
pedaging merupakan ayam yang mempunyai sifat tenang, bentuk tubuh besar,
pertumbuhan cepat, kulit putih dan bulu merapat ke tubuh (Suprijatna et al.,
2005).
2.3. Perkandangan
Perkandangan adalah kumpulan sekelompok bangunan yang memenuhi
suatu aturan dan tatalaksana peternakan yang berfungsi sebagai tempat tinggal
unggas agar terlindung dari pengaruh buruk iklim serta ganguan lainnya
(Suprijatna et al., 2005). Kandang ayam adalah tempat hidup ayam yang dapat
memberikan perlindungan yang cukup, suatu lingkungan yang sehat,
menyenangkan dan mampu mengurangi keperluan-keperluan tenaga kerja sampai
sekecil-kecilnya. Pada ayam pedaging, saat suhu kandang mencapai 40,6oC
selama 3 jam dapat menyebabkan kematian (Al-Ghamdi, 2008).
2.3.1. Tempat Pakan
Bentuk tempat pakan ada 2 tipe yaitu Bundar dan Panjang. Tempat yang
digunakan selama proses pemeliharaan mulai dari 1 hari sampai 2 minggu
berbentuk bundaran (chick feeder tray). Setelah ayam dewasa berumur 2 minggu
hingga panen tempat pakan ayam yang digunakan berbentuk bundar (round
feeder). Peningkatan hasil produksi ternak harus sebanding dengan peningkatan
konsumsi dan kesadaran hidup masyarakat akan pentingnya protein hewani bagi
tubuh (Irwansyah, 2009). Pada fase finisher tempat pakan yang digunakan adalah
tempat pakan yang digantungkan setinggi leher ayam (Solikhin, 2011).
4
2.3.2. Tempat Minum
Bentuk tempat minum yang digunakan adalah manual dan pada saat DOC
datang ayam dipuasakan dan di beri gula jawa untuk menambah energi. Air
minum yang diberikan pertama kali biasanya ditambahkan tambahan gula jawa
sebagai suplay energi dan pemberian air harus ad libitum dan ditempatkan secara
meratadisekitar sumber pemanas (Sholikin, 2011). Terdapat dua bentuk yaitu
tempat minum berbentuk bundar dan panjang dengan standart dringking space
yang sama yaitu tempat minum manual memanjang standar 4cm/ekor, sedangkan
tempat minum manual bundar standar 4cm/ekor. Pergunakan tempat minum
berbentuk tabung ukuran 1 liter (Sufyan et al., 2012).
2.4. Persiapan Sebelum Chick In
Chick in adalah saat DOC yang berumur 1 hari diturunkan dari truk
kekandang, sehingga segera buka box DOC dan lakukan penimbangan, lalu
penghitungan serta penyeleksian kualitas DOC (Sufyan et al., 2012). Kandang
harus di bersihkan mulai dari mencuci kandang dengan spreyer tekanan tinggi
mulai dari atas, dinding, tirai hingga lantai kandang. Proses pembersihan
tergantung pada manajemen sebelum DOC datang (Kartasujadna dan Suprijatna,
2006). Waktu yang tepat untuk memasukkan DOC ke dalam kandang yaitu pada
temperatur lingkungan tidak panas (pagi atau sore hari), bertujuan untuk yang
menghindari DOC dari stress dan dehidrasi (Fadilah, 2007).
5
2.5. Pemeliharaan Ayam Broiler
Sebagian besar (80%) pemeliharaan ayam lokal di Indonesia dilakukan
secara tradisional, berkembang diperdesaan dengan pemilikan rata-rata tiap rumah
tangga tidak lebih dari 30ekor dalam berbagai umur (Ditjennak, 2008).
Pmeliharaan pada ayam broiler mencakup pemeliharaan periode persiapan,
periode pemanas, periode pertumbuhan, dan periode pemanenan (Fadilah, 2007).
2.5.1. Masa Starter
Kualitas ayam DOC harus dipelihara dengan baik, karena bukan saja di
pengaruhi oleh faktor pemeliharaan tetapi juga oleh kualitas ayam DOC yang
dilakukan pada saat fase starter (Kartasujdna dan suprijdnna 2006). Air minum
yang diberikan pertama kali biasanya ditambahkan tambahan gula jawa sebagai
suplay energi dan pemberian air harus ad libitum dan ditempatkan secara
meratadisekitar sumber pemanas (Sholikin, 2011). Perhitungan ayam DOC pada
fase starter serta melakukan penyeleksian dengan mengambil sampel yang akan
di timbang sekitar 10-20% (Sufyan et al., 2012).
2.5.2. Masa Finisher
Perlakuan pembatasan pakan pada fase finisher secara kualitatif melalui
penambahan dedak gandum pada formulasi ransum yang gunakan, pakan
diberikan pada fase finisher harus sesuai agar konversi pakan pada ayam
mencapai maksimal sehingga didapatkan bobot ayam yang tinggi (Sahraei and
Shariatmadari (2007). Pemberian Air minum diberikan secara adbilitum dan ayam
di timbang dan di hitung FCR nya pada minggu ke 4 (Sufyan,et al., 2012).
6
2.6. Pakan
Pakan adalah hal yang sangat penting dalam usaha peternakan dan pakan
merupakan campuran dari berbagai macam bahan organik maupun anorganik
untuk ternak yang berfungsi sebagai pemenuhan kebutuhan zat – zat pakan
(Suprijatna et al., 2005). Salah satu fungsi mineral zink juga untuk mengatur
kecepatan pertumbuhan, dimana mineral zink sebagai kofaktor pada enzim
thymidine kinase pada proses fosforilasi deoxy-thymidine untuk penggabungan
dengan DNA untuk proses sintesis selain itu untuk memperbanyak sel-sel
(Piliang, 2007).
2.6.1. FCR (feed conversion ratio)
FCR merupakan indeks angka konsumsi pakan yang mampu diubah
menjadi bobot badan. Feed Conversion Ratio atau konversi pakan dihitung selama
empat minggu berdasarkan banyaknya pakan yang dikonsumsi dibagi dengan
Pertambahan bobot badan. Semakin kecil angka konversi yang dihasilkan berarti
semakin baik (Yunilas, 2005). FCR (feed conversion ratio) mengidentifikasikan
penyerapan yang lebih baik dan konversi pakan menjadi daging yang lebih
optimal (Aryanti, 2013).
2.6.2. Pertambahan Bobot Badan Harian (PBBH)
Pertambahan bobot badan harian (PBBH) rendah dan kualitas daging
yang kurang baik disebabkan oleh cekaman panas (Setyadi et al.,2013). Cekaman
panas akan mempengaruhi semua sel yang mengandung nucleus. Cekaman panas
7
pada broiler mampu mengurangi konsumsi pakan, pertambahan bobot badan,
efisiensi pakan dan meningkatkan angka mortalitas (Kusniadi, 2006).
2.6.3. Konversi Pakan
Nilai konversi pakan dipengaruhi oleh beberapa factor antara lain genetic,
tipe pakan yang digunakan, feed additive yang digunakan dalam pakan,
manajemen pemeliharaan, dan suhu lingkungan, rataan konversi pakan dalam
penelitian ini berkisar 2,05-2,15 (Tobing, 2005). Angka konversi sedikit lebih
tinggi, karena ayam yang digunakan dipotong pada umur 7 minggu dan semakin
bertambah umur umumnya angka konversi pakan semakin tinggi, angka konversi
ayam pedaging yang dipotong umur 4 minggu 1,76 kg (Achmanu dan Agung,
2010).
2.7. Vaksinasi
Cara melakukan vaksinasi diantaranya, melalui tetes mata, tetes hidung
dan mulut, air minum dan penyemprotan. Vaksinasi penting dilakukan untuk
memperkecil resiko terjangkitnya virus seperti ND (Newcasstle diseas), Gumboro,
AI (Avian Influnce) dan lain-lain. Virus sangat merugikan kareana dampaknya
pada gangguan pertumbuhan, kurangnya efisiensi pakan dan kematian serta
meningkatnya biaya pemakaian obat-obatan. Pelaksanaan vaksinasi biasanya juga
diimbangi dengan biosekuriti sehingga vaksinasi memberi pengaruh yang
maksimal (Wiryawan, 2007). Pemberian vaksin pada ayam harus juga diimbangi
dengan pengelolaan biosekuriti dan sanitasi yang baik dan benar (Lastiati, 2008).
8
2.8. Evaluasi karkas
Presentase karkas merupakan perbandingan antara bobot karkas dengan
bobot hidup yang digunakan sebagai perkiraan jumlah daging yang dapat
dikonsumsi dari daging ayam broiler (Guruh, 2012). Karkas terdiri dari paha,
dada, sayap, punggung bagian atas dan punggung bagian bawah. Semakin tinggi
bobot hidup maka bobot karkas akan semakin tinggi begitu juga sebaliknya.
(Nahashon et al. 2005).
2.9. IOFC (Income Over Feed Cost)
Income over feed cost (IOFC) merupakan perbandingan antara pendapatan
usaha dan biaya ransum, pendapatan usaha merupakan perkalian antara hasil
produksi peternakan (kg) dengan harga produksinya, biaya ransum adalah jumlah
biaya yang keluarkan untuk menghasilkan kilogram produk ternak (Pinto, 2011) .
Nilai IOFC sangat dipengaruhi oleh bobot tubuh akhir, konsumsi ransum, harga
ransum, dan harga jual broiler ( Tantolo, 2009).
2.10. Tolak ukur keberhasilan
Tolak ukur keberhasilan dapat dilihat dari pertambahan bobot badan dari
ayamnya tolak ukur yang lebih mudah untuk memberi gambaran yang jelas
mengenai pertumbuhan bobot badan dan keberhasilan manajemen pemeliharaan
(Yunilas, 2005). Jika konsumsi pakan baik maka pertumbuhan bobot badan juga
akan baik. Pertambahan bobot badan merupakan salah satu parameter yang
digunakan sebagai standar produksi (Achamanu dan Rachamawati, 2011).
9
2.10.1 Mortalitas dan Culling
Mortalitas pada broiler sering terjadi kebanyakan karena suhu yang
berubah – ubah dan kondisi lingkungan yang kurang mendukung. Pada ayam
pedaging, saat suhu kandang mencapai 40,6oC selama 3 jam dapat menyebabkan
kematian (Al-Ghamdi, 2008). Pada broiler perkembangan organ limfoid ayam
broiler yang kecil, tidak sebanding dengan ukuran tubuhnya yang besar, berbeda
denga ayam kampung dan layer sehingga respon tubuhnya tidak maksimal, ini lah
mengapa kematian pada broiler lebih sering terjadi dibanding ayam lainnya
(Akter, 2006).
10
BAB III
MATERI DAN METODE
Praktikum Budidaya Ternak Unggas dilaksanakan pada hari Selasa 14
April 2015 sampai dengan hari Sabtu, 16 Mei 2015 di kandang Produksi Ternak
Unggas dan Praktikum Processing dilaksanakan pada hari Selasa 17 mei sampai
Rabu 18 mei 2015 pukul 06.00-14.00 di, Fakultas Peternakan dan Pertanian
Universitas Diponegoro, Semarang.
3.1. Materi
Praktikum Budidaya Ternak Unggas untuk pemeliharaan ayam broiler
jenis Lohmann menggunakan alat-alat, diantaranya kandang jenis litter untuk
pemeliharaan, sapu untuk membersihkan kandang, brooder untuk mengangatkan
tubuh ayam, tirai untuk menutup celah-celah kandang pada saat malam hari,
tempat pakan dan tempat minum, timbangan untuk mengukur banyaknya pakan
yang akan diberikan kepada ayam serta untuk mengukur berat badan ayam. Bahan
yang digunakan adalah bibit ayam broiler jenis Lohmann sebagai variabel
utamanya, sekam untuk alas litter, vaksin ND dan gumboro untuk vaksinasi
meningkatkan daya tahan tubuh ayam, pakan, air minum, gula merah untuk
memacu nafsu makan ayam pada saat pertama kali chick-in, susu skim untuk
bahan tambahan untuk vaksin gumboro, vitachick, vitastress, dan lem lalat.
11
3.1.1 Materi pemeliharaan ayam broiler
Alat yang digunakan dalam pemeliharaan ayam broiler adalah sekam dan
kardus yang digunakan sebagai alas, lampu yang digunakan sebagai penghangat
dan penerangan, tempat pakan dan tempat minum, termometer yang digunakan
untuk mengetahui dan mengontrol suhu, sapu untuk membersihkan dan menjaga
kebersihan kandang, timbangan yang digunakan untuk menimbang, DOC ayam
dari strain lohman broiler.
3.1.2. Materi prossesing
Alat yang digunakan untuk prossesing adalah pisau yang digunakan untuk
menyembelih dan mengkarkas ayam, panci digunakan untuk merebus air, kompor
dan tabung gas digunkan untuk alat merebus air, timbangan digunakan untuk
menghitung bobot daging ayam sterofoam sebagai tempat untuk daging yang telah
dikarkas dan dibersihkan, nampan digunakan untuk wadah memotong daging
ayam, kompor untuk merebuskan air panas untuk mempermudah pencabutan
bulu, bahan yang digunakan yaitu ayam dengan strain lohman broiler umur empat
minggu.
3.2. Metode
Praktikum Budidaya Ternak Unggas diawali dengan pembersihan
kandang, diantaranya pembersihan dengan sapu, pemberian desinfektan
menggunakan deterjen, dan pengapuran. Kandang di didiamkan selama kurang
lebih 2 hari sebelum ayam masuk. DOC masuk pertama-tama diberi pakan yang
12
disebar supaya ayam tidak berebut pakan juga agar ayam makan dengan
maksimal. DOC pada awal masuk kandang alasnya berupa koran selama 3 hari,
dan selanjutnya koran diganti dengan sekam. Penghangatan pada DOC
menggunakan lampu selama 24 jam untuk menghangatkan tubuh ayam, pada
umur seminggu sampai dengan finisher lampu mulai dikurangi. DOC juga diberi
minum air gula sebanyak 1% untuk mengembalikan energi yang hilang dari DOC
saat dalam perjalanan dari pabrik pembibit. Pemberian pakan menggunakan cara
adbilitum dasun pemberian air minum harus selalu tersedia didalam kandang dan
harus tetap bersih. Pemasangan tirai disesuaikan dengan kondisi lingkungan
ayam, pada umur 1-3 hari tirai ditutup siang dan malam.
3.2.1. Metode pemeliharaan ayam broiler
Penggunaan kandang ayam broiler disesuaikan dengan umur ayam broiler.
Melakuka pelebaran secara bertahap. Mengatur kestabilan suhu atau temperatur
agar ayam merasa nyaman dan produktivitas maksimal. Menggunakan tempat
pakan dan tempat minum sesuaiumur ayam untuk menjaga keamanan ayam.
Memberikan pakan secara ad libitumakan tetapi tetap terkontrol. Mengganti pakan
dalam waktu 2-3 jam. Memberikan air minum bersamaan dengan pemberian dan
penggantian pakan. Melakukan vaksinasi ND Ipada hari ke-4 dengan cara tetes
mata. Melakukan vaksinasi Gumboro pada hari ke-14 dengan cara mencampurkan
dengan air minum dan susu skim, sebelumnya ayam dipuasakan terlebih dahulu
selama 2-3 jam. Membuka tirai pada siang hari dan menutup tirai pada malam hari
untuk menjaga keamanan dan kenyamanan ayam. Melakukan penimbangan untuk
mngetahui penambahan bobot ayam yang dilakukan dengan penimbangan sampel.
13
Sampel yang digunakan adalah 3 ekor ayam betina dan 7 ekor ayam jantan,
penimbangan dilakukan seminggu sekali.
3.2.2. Metode Prossesing
Menimbang bobot hidup ayam. Menyembelih ayam dan mengitung lama
bleeding.Menimbang dan mencatat bobot mati ayam. Memasukkan ayam ke
dalam air panas untuk memudahkan pencabutan bulu. Meletakkan ayam di atas
nampan kemudian mencabuti seluruh bulu ayam dan membersihkan ayam dengan
air yang mengalir. Menimbang bobot bulu ayam. Memotong kaki dan kepala
ayam, kemudian menimbang. Memotong dada ayam dan mengeluarkan bagian
organ dalam ayam dan menimbang. Pemotongan tubuh ayam sehingga terbagi
menjadi sayap, dada, punggung depan, punggung belakang, paha atas, dan paha
bawah dan menimbang masing-masing bagian. Menimbang bruto bagian organ
dalam ayam. Membersihkan organ pencernaan ayam kemudian menimbang.
Mencuci daging ayam dan organ dalam ayam hingga bersih. Potongan daging
ayam disusun secara rapi pada sterofoam kemudian membungkus menggunakan
alumunium foil. Melakukan pencatatan hasil penimbangan pada tabel.
14
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4. 1. Ayam Pedaging (Broiler)
Berdasarkan hasil praktikum diperoleh hasil sebagai berikut :
Ilustrasi 1. DOC dan Ayam Dewasa
Berdasarkan hasil praktikum diketahui bahwa Selama 3 hari pertama anak
ayam harus dipaksa untuk aktif makan dan minum, bisa dibantu dengan cara
memberi pakan diberikan sesering mungkin. Pakan yang tersisa dikumpulkan dan
diayak untuk diberikan kembali pada ayam, tetapi jangan dicampur dengan pakan
baru. Tempat pakan harus selalu dibersihkan sebelum pakan yang baru diberikan.
Mulai umur 2 hari tempat minum harus digantung, dan setiap hari tingginya
disesuaikan setinggi punggung ayam. Pada umur 8 hari tempat pakan gantung
mulai diperkenalkan. Diharapkan pada umur 10 hari ayam sudah mengenal tempat
15
pakan gantung, dan paling lambat umur 12 hari semua tempat pakan harus sudah
digantung. Selepas masa brooding, pakan diberikan minimal 2 kali sehari dengan
tempat pakan diatur setinggi tembolok ayam. Jika menggunakan tempat minum
otomatis (bell drinker), perhatikan level air sbb: Umur kurang dari 10 hari,
permukaan air 0.6 cm di bawah bibir drinker.(supaya terjangkau dan mudah
diminum ayam kecil), umur lebih dari 10 hari, permukaan air 0.6 cm dari dasar
drinker. (supaya tidak mudah tumpah dan tetap terjangkau ayam besar), piringan
tempat minum dibersihkan setiap pagi dan sore, sisa air dibuang. Menurut
Ditjennak (2008) bahwa ayam broiler sangat dominan di ternakkan di Indonesia
karena selain pertumbuhannya yang sangat cepat, bobot badannya juga
menghasilkan keuntungan apabila dalam jumlah yang banyak. Menurut Liano
(2009) bahwa dukungan pemerintah dalam pengembangan ayam local di
implementasikan melalui berbagai program, antara lain village poultry farming
(VPF), berupa bantuan social kepada kelompok-kelompok peternak ayam lokal.
4.2. Pemilihan Bibit Ayam Broiler
Berdasarkan hasil praktikum diketahui bahwa strain ayam yang digunakan
yaitu Lohmann karena memiliki keunggulan konversi pakan yang baik. Bibit
ayam broiler yang baik mencakup manajemen pengelolaan perkawinan,
pemberiaan pakan, perkandangan, dan kesehatan ternak yang baik. Hal ini sesuai
dengan pendapat santoso (2015) manajemen juga mencakup penaganganan hasil
ternak, pemasaran, dan pengaturan tenaga kerja. Bibit yang baik menghasilkan
karkas yang baik dan protein hewani yang layak konsumsi. Hal ini sesuai dengan
pendapat Irwansyah (2009) menyatakan bahwa peningkatan hasil produksi ternak
16
harus sebanding dengan peningkatan konsumsi dan kesadaran hidup masyarakat
akan pentingnya protein hewani bagi tubuh.
4.3. Perkandangan
Berdasarkan hasil praktikum yang telah dilakukan diperoleh data sebagai
berikut:
Ilustrasi 2. Kandang tampak depan dan samping
Berdasarkan praktikum diketahui bahwa perkandangan yang digunakan
adalah kandang sistem litter yang diberi sekam sebagai alas pada lantai kandang.
Kandang litter dapat memberikan hasil yang memuaskan pada kualitas dan
kuantitas daging dan memudahkan pengelolaan seperti pembersihan kandang dan
menghemat tenaga kerja, tetapi kandang litter dengan menggunakan sekam lebih
panas karena feses yang tertampung pada litter mengalami proses fermentasi yang
dapat menghasilkan gas metan dan amonia. Menurut (Al-Ghamdi, 2008) bahwa
panas yang dihasilkan dari fermentasi litter ini dapat meningkatkan suhu udara
kandang sehingga ayam merasa kepanasan. Menurut Quinteiro-Filho et al. (2010)
17
bahwa pada ayam pedaging, saat suhu kandang mencapai 40,6o C selama 3 jam
dapat menyebabkan kematian, perubahan iklim yang diprediksi sebagai efek
pemanasan global menyebabkan pola musim hujan dan kemarau berubah tidak
menentu. Kenaikan suhu lingkungan ini akan membawa berbagai dampak yang
spesifik, termasuk ke dunia peternakan, antara lain meningkatnya stres panas
(heat stress) pada ayam.
4.3.1. Tempat Pakan
Berdasarkan hasil praktikum yang telah dilakukan diperoleh data sebagai
berikut:
Ilustrasi 3. Tempat pakan DOC dan Dewasa
Berdasarkan hasil praktikum tempat pakan yang digunakan pada praktikum
ini adalah tempat pakan yang berbentuk bundar (chick feeder tray) atau baby
feeder dan setelah umur 2 minggu hingga panen tempat pakan yang digunakan
berbentuk bundar (round feeder). Menurut sugeng (2005) bahwa pemberian zat-
18
zat pakan disajikan harus disesuaikan dengan tujuan masing-masing, dengan
adanya pakan dapat menjadikana ternak bertahan hidup dan kesehatan terjamin.
Bentuk tempat pakan ada 2 tipe yaitu : Bundar dan Panjang. Tempat yang
digunakan selama proses pemeliharaan mulai dari 1 hari sampai 2 minggu
berbentuk bundaran (chick feeder tray). Menurut Irwansyah (2009) bahwa setelah
ayam dewasa berumur 2 minggu hingga panen tempat pakan ayam yang
digunakan berbentuk bundar (round feeder).
4.3.2. Tempat Minum
Berdasarkan hasil praktikum yang telah dilakukan diperoleh data
sebagai berikut:
Ilustrasi 4. Tempat minum DOC dan Dewasa
Berdasarkan hasil praktikum diketahui bahwa tempat minum yang
digunakan pada praktikum ini adalah manual waterer seperti baby chick, terdapat
dua bentuk tempat minum yaitu tempat minum berbentuk bundar dan panjang
dengan standart dringking space yang sama, tempat minum berupa long drinker
19
atau round drinker harus digantung. Tinggi bibir tempat minum sejajar dengan
bagian punggung ayam 1cm / ayam. Hal ini sesuai dengan pendapat Sufyan et al.,
(2012) bahwa pergunakan tempat minum berbentuk tabung ukuran 1 liter.
Menurut Sholikin (2011), bahwa kekurangan tempat minum akan berdampak
kurang baik karena secara langsung akan akan terpengaruh terhadap ketersediaan
air.
4.4. Persiapan sebelum Chick-In
Berdasarkan hasil praktikum yang telah dilakukan diperoleh data sebagai
berikut:
Ilustrasi 5. Persiapan kandang dan sanitasi
Berdasarkan praktikum yang telah dilaksanakan diketahui bahwa sebelum
kedatangan DOC terlebih dahulu melakukan pembersihan kandang seperti pada
tirai, peralatan kandang dan desinfektsi. Proses pembersihan tergantung pada
manajemen sebelum DOC datang. Sebelum DOC datang persiapan yang
20
dilakukan adalah pakan, litter, pemanas dan alat penimbang pada ayam. Menurut
Kartasujadna dan suprijanna (2006) bahwa kandang harus di bersihkan mulai dari
mencuci kandang dengan spreyer tekanan tinggi mulai dari atas, dinding, tirai
hingga lantai kandang. Proses pembersihan tergantung pada manajemen sebelum
DOC datang. Menurut Fadilah (2007) bahwa waktu yang tepat untuk
memasukkan DOC ke dalam kandang yaitu pada temperatur lingkungan tidak
panas (pagi atau sore hari) yang bertujuan untuk yang menghindari DOC dari
stress dan dehidrasi.
4.5. Pemeliharaan ayam broiler
Periode dalam pemeliharaan budidaya ternak unggas mempunyai beberap
aspek mulai dari sanitasi pada kandang sampai akhir pada pemenenan. Hal ini
sesuai dengan pendapat Fadilah (2007), bahwa pemeliharaan pada ayam broiler
mencakup pemeliharaan periode persiapan, periode pemanas, periode
pertumbuhan, dan periode pemanenan. Sistem pemeliharaan ayam pada bagian
pengawasan dilakukan mulai dari panen sampai panen dilaksanakan. Menurut
Sufyan et al., (2012) yang menyatakan bahwa pengawasan yang baik dalam
sistem pemeliharaan melakukan pengawasan miggu pertama, minggu kedua,
minggu ketiga dan minggu ke empat. Ditambahkan Ditjennak (2008) yang
menyatakan bahwa hingga akhir tahun 1970-an, ada tiga sistem produksi dan
pemeliharaan ayam lokal, yakni tradisional, semi intensif, dan intensif.
21
4.5.1. Masa Starter
Berdasarkan hasil praktikum yang telah dilakukan diperoleh hasil
sebagai berikut:
Ilustrasi 6. DOC (day old chicken)
Berdasarkan praktikum diketahui bahwa kegiatan pertama dalam masa
awal kegiatan yang dilakukan adalah memeriksa kelengkapan alat, pakan litter, air
dan pemanas dan memeriksa keaadaana yam mulai dari kualitas maupun
kuantitasnya. Menurut pendapat Kartasujadna dan Suprijatna (2006), yang
menyatakan bahwa kualitas ayam DOC harus dipelihara dengan baik, karena
bukan saja di pengaruhi oleh faktor pemeliharaan tetapi juga oleh kualitas ayam
DOC yang dilakukan pada saat fase starter. Pada saat DOC datang ayam
dipuasakan dan di beri gula jawa untuk menambah energi. Hal ini sesuai dengan
pendapat Sholikin (2011), bahwa air minum yang diberikan pertama kali biasanya
22
ditambahkan tambahan gula jawa sebagai suplay energi dan pemberian air harus
ad libitum dan ditempatkan secara meratadisekitar sumber pemanas. Ditambahkan
Sufyan et al., (2012) bahwa perhitungan ayam DOC pada fase starter serta
melakukan penyeleksian dengan mengambil sampel yang akan di timbang sekitar
10-20%.
4.5.2. Masa Finisher
Berdasarkan hasil praktikum yang telah dilakukan diperoleh hasil sebagai
berikut:
Ilustrasi 7. Ayam dewasa
Berdasarkan hasil praktukum pada fase terakhir dilakukan pengurangan
kandungan protein pada fase terakhir dalam pakan untuk ayam umur 14-37 hari
adalah 21%. Hal ini sesuai dengan pendapat Sahraei dan Shariatmadari (2007),
yang menyatakan bahwa perlakuan pembatasan pakan pada fase finisher secara
kualitatif melalui penambahan dedak gandum pada formulasi ransum yang
dilakukan. Masa finisher adalah masa terakhir sebelum pemanenan , sekat pada
kandang diperluas agar kepadatan berkurang, penerangan, pemanas mulai
23
dihentikan dan ayam mulai di timbang serta melakukan penghitungan FCR nya.
Menurut Sofyan (2012) yang menyatakan bahwa air minum di berikan secara
adbilitum dan ayam di timbang dan di hitung FCR nya pada minggu ke 4.
4.6. Pakan
Berdasarkan hasil praktikum yang telah dilakukan diperoleh hasil sebagai berikut:
Tabel 1. Data konsumsi pakan, pertambahan bobot badan dan FCRUmur (minggu) Konsumsi pakan
/gram/ekor/hari
Pertambahan bobot
badan
gram/ekor/hari
FCR
I 1735 37 0,78
II 7161 400 0,73
III 26297 900 1,11
IV 41317 1600 1,2
Sumber: Data Primer Praktikum Budidaya Ternak Unggas, 2015.
Berdasarkan hasil praktikum dapat diketahui bahwa Pakan yang digunakan
pada praktikum ini yaitu BR 1. Komponen utama penyusun pakan adalah biji-
bijian seperti jagung dan biji-bijian umumnya mengandung air, karbohidrat,
protein termasuk enzim, lemak, mineral juga vitamin.Pakan merupakan segala
sesuatu kandungan organik dan anorganik yang dapat dikonsumsi ternak dan tidak
menimbulkan toksin (racun). Menurut Suprijatna et al,. (2005) yang menyatakan
bahwa pakan adalah campuran dari berbagai macam bahan organik maupun
anorganik untuk ternak yang berfungsi sebagai pemenuhan kebutuhan zat – zat
24
pakan. Kebutuhan pakan dari setiap ternak berbeda-beda sesuai dengan jenis,
umur, bobot badan,keadaan lingkungan dan kondisi fisiologis ternak. Pakan harus
mengandung semua nutrien yang dibutuhkan oleh tubuh ternak, namun tetap
dalam jumlah yang seimbang. Bahan pakan yang umum digunakan dalam
penyusunan ransum unggas adalah jagung, dedak, tepung ikan, bungkil kedelai,
minyak sayur, bungkil kelapa, tepung kapur, batuan fosfat, asam amino sintetis
(terutama metionin dan lisin) dan campuran vitamin-mineral. Hal ini sesuai
dengan pendapat Piliang (2007) yang menyatakan bahwa salah satu fungsi
mineral zink juga untuk mengatur kecepatan pertumbuhan, dimana mineral zink
sebagai kofaktor pada enzim thymidine kinase pada proses fosforilasi deoxy-
thymidine untuk penggabungan dengan DNA untuk proses sintesis selain itu
untuk memperbanyak sel-sel.
4.6.1. Konsumsi Pakan
Berdasarkan hasil praktikum diketahui bahwa konsumsi pakan ayam
broiler pada minggu ke – I yaitu 1735, minggu ke – II yaitu 7161, minggu ke – III
yaitu 26297, minggu ke – IV yaitu 41317. Hal tersebut menunjukkan bahwa
konsumsi ayam broiler terhadap pakan sangat tinggi, karena ayam broiler
mengkonsumsi pakan sampai energinya terpenuhi. Hal ini sesuai dengan pendapat
Kartasujadna dan Suprijadna (2006) yang menyatakan bahwa ayam broiler
mengkonsumsi pakan terus menerussampai kebutuhan energinya tercukupi.Pakan
yang digunakan yaitu phokpand dengan kandungan nutrisi yang komplit seperti
karbohidrat, lemak, protein, energi, mineral dan vitamin. Hal ini sesuai dengan
pendapat Sholikin (2011) yang menyatakan bahwa ayam broiler membutuhkan zat
25
pakan seperti karbohidrat, lemak, mineral, protein, air dan vitamin untuk
memenuhi kebutuhan hidupnya.
4.6.2. PBBH (Pertambahan Bobot Badan Harian)
Berdasarkan hasil praktikum diketahui bahwa PBBH minggu ke – I yaitu
37gr, minggu ke – II 400gr, minggu ke – III 900gr, minggu ke – IV 1600gr.
Berdasarkan hasil tersebut maka PBBH yang dihasilkan adalah standart. Guna
mendapatkan hasil PBBH yang tinggi dan kualitas daging yang baik diperlukan
perlakuan terhadap ayam broiler perlu perlakuan. Salah satunya adalah membatasi
pemberian pakan di siang hari dan mengoptimalkan pemberian pakan pada malam
hari. Hal ini sesuai dengan pendapat Setyadi et al. (2013) yang menyatakan bahwa
pertambahan bobot badan harian (PBBH) yang rendah dan kualitas daging yang
kurang baik yang disebabkan oleh cekaman panas. Cekaman panas akan
mempengaruhi semua sel yang mengandung nucleus. Menurut Kusniadi (2006),
bahwa cekaman panas pada broiler mampu mengurangi konsumsi pakan,
pertambahan bobot badan, efisiensi pakan dan meningkatkan angka mortalitas
4.6.3. FCR
FCR merupakan rasio angka konsumsi pakan yang mampu diubah menjadi
bobot badan. Feed Conversion Ratio atau konversi pakan dihitung selama empat
minggu berdasarkan banyaknya pakan yang dikonsumsi dibagi dengan
Pertambahan bobot badan. FCR minggu ke – I = 0,78 minggu ke – II = 0,73
minggu ke – III = 1,11 sedangkan pada minggu IV = 1,2. Berdasarkan data
tersebut angka FCR yang dihasilkan sesuai standart. Semakin kecil angka
konversi maka semakin baik hasil yang dipeoleh. Hal ini sesuai dengan pendapat
26
Yunilas (2005) yang menyatakan bahwa Semakin kecil angka konversi yang
dihasilkan berarti semakin baik hasilnya. Melalui penghitungan FCR dapat
diketahui kemampuan ayam broiler unttuk menyerap dan mengkonversi pakan
menjadi daging. Hal ini sesuai dengan pendapat Aryanti (2013) yang menyatakan
bahwa FCR (feed conversion ratio) mengidentifikasikan penyerapan yang lebih
baik dan konversi pakan menjadi daging yang lebih optimal. Banyaknya pakan
yang tumpah dapat menyebabkan penghitungan FCR yang tidak sesuai.
4.7. Vaksinasi
Berdasarkan hasil praktikum yang telah dilakukan diperoleh hasil sebagai
berikut:
Tabel 2. VaksinasiNo Umur (hari) Jenis Vaksin Metode1 4 ND Tetes mata2 14 GUMBORO Air minumm
Sumber: Data Primer Praktikum Budidaya Ternak Unggas, 2015.
Berdasarkan praktikum yang telah dilaksanakan diperoleh hasil bahwa
vaksinasi pertama kali pada hari ke 4, yaitu dilakukan vaksinasi ND (Newcasstle
diseas). Dosis yang diberikan kepada ternak yaitu vaksin ND aktif dengan dosis
107 EID50, untuk vaksinasi Pada hari ke 14 dilakukan vaksinasi untuk yang
kedua kalinya yaitu vaksinasi gumboro dengan dosis 103 CLD50. Sebelum
melaksanakan vaksinasi gumboro dilakukan puasa air minum pada ayam broiler.
Vaksinasi dapat dilakukan dengan berbagai cara, yaitu tetes mata, tetes hidung,
27
suntikan subkutan dan melalui air minum. Vaksinasi yaitu memasukkan virus
yang telah dilemahkan, sehingga ketika melaksanakan vaksinasi, ayam harus
dipastikan dalam kondisi sehat atau tidak terjangkit suatu penyakit. Vaksinasi
dilaksanakan pada suhu yang masih rendah yaitu pagi hari atau sore hari agar
vaksin tetap optimal dan tidak rusak. Vaksinasi penting dilakukan untuk
memperkecil resiko terjangkitnya virus seperti ND (Newcasstle diseas), Gumboro,
AI (Avian Influnce) dan lain-lain. Hal ini sesuai dengan pendapat Wiryawan,
(2007) yang menyatakan bahwa virus sangat merugikan karena dampaknya pada
gangguan pertumbuhan, kurangnya efisiensi pakan dan kematian serta
meningkatnya biaya pemakaian obat-obatan. Pelaksanaan vaksinasi biasanya juga
diimbangi dengan biosekuriti sehingga vaksinasi memberi pengaruh yang
maksimal. Hal ini sesuai dengan pendapat Lastiati (2008) yang menyatakan
bahwa pemberian vaksin pada ayam harus juga diimbangi dengan pengelolaan
biosekuriti dan sanitasi yang baik dan benar. Vaksinasi merupakan salah satu
program pencegahaan penyakit yang lebih efisien dibandingkan dengan
pengobatan.
4.8 Processing
28
Berdasarkan hasil praktikum yang telah dilakukan diperoleh hasil sebagai
berikut:
Ilustrasi 8. Karkas
Berdasarkan praktikum yang telah diketahui bahwa evaluasi karkas
diperoleh dari menimbang bobot karkas setelah pemotongan lalu dikurangi
dengan darah, bulu, kepala, leher, shank, kaki dan organ dalam kecuali paru-paru
dan ginjal. Hal ini sesuai dengan pendapat Guruh et al. (2012) yang menyatakan
bahwa karkas dibagi lima komersial yaitu dada, sayap, punggung, pangkal paha
atas da pangkal paha bawah. Presentase karkas merupakan perbandingan antara
bobot karkas dengan bobot hidup yang digunakan sebagai pendugaan jumlah
daging pada unggas.Bobot karkas normal yaitu sekitar 60,97 – 65,58%. Menurut
Nahashon et al., (2005), bahwa bobot karkas ayam broiler sangat dipengaruhi oleh
bobot hidup yang dihasilkan. Semakin tinggi bobot hidup, bobot karkas akan
semakin tinggi begitu juga sebaliknya
4.9. IOFC ( Income Over Feed Cost)
29
Berdasarkan hasil prakikum yang telah dilakukan didapatkan hasil
penjualan ayam yaitu sebesar Rp. 23.000.Hasil perhitungan IOFC yaitu Rp.
42.295. IOFC Income Over Feed Cost adalah rata–rata pendapatan yang diperoleh
dari hasil penjualan satu ekor ayam dengan rata–rata pengeluaran satu ekor ayam
yang dilakukan selama praktikum. Hal ini sesuai dengan pendapat Pinto, (2011)
yang menyatakan bahwa Income over feed cost (IOFC) merupakan perbandingan
antara pendapatan usaha dan biaya ransum, pendapatan usaha merupakan
perkalian antara hasil produksi peternakan (kg) dengan harga produksinya, biaya
ransum adalah jumlah biaya yang keluarkan untuk menghasilkan kilogram produk
ternak. Rata –rata IOFC setisp strain broiler yang tidak berbeda disebabkan oleh
nilai konversi ransum kedua strain yang tidak berbeda nyata akibat berimbangnya
jumlah konsumsi ransum dan bobot tubuh akhir yang dihasilkan oleh kedua jenis
strain. Hal sesuai dengan pendapat Tantolo (2009) yang menyatakan bahwa IOFC
sangat dipengaruhi oleh bobot tubuh akhir, konsumsi ransum, harga ransum, dan
harga jual broiler.
30
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil praktikum budidaya ternak unggas yang telah
dilaksanakan dapat disimpulkan bahwa pemeliharaan ayam broiler dibutuhkan
waktu 28 hari. Broiler fase strarter membutuhkan pemeliharaan yang intensif
terutama pada umur 1 sampai 14 hari karena ayam broiler rentan terserang
penyakit. Hal yang perlu diperhatikan ketika pemeliharaan adalah biosekuriti,
vaksinasi, efisiensi pakan, air minum, suhu kandang dan litter. Broiler dapat
dipanen setelah umur 28 hari dan mencapai bobot rata – rata 1,6 kg. Prosesing
dilakukan setelah ayam siap panen, kemudian ayam dikarkas dengan potongan
komersil yang terdiri dari paha atas dan paha bawah, dada, sayap dan punggung
setelah itu ayam karkas dikemas.
5.2. Saran
Ketika pemberian pakan sebaiknya posisi ayam diperhatikan sehingga
ayam tidak tertindih oleh tempat pakan dan pembalikkan sekam dilakukan
seperlunya. Jarak antara pakan dan minum sebaiknya tidak terlalu jauh dan
diselang – seling.
31
DAFTAR PUSTAKA
Achmanu, M. dan Rachmawati, R. (2011). Meningkatkan produksi ayam pedaging melalui pengaturan proporsi sekam, pasir dan kapur sebagai litter. Ternak Tropika. 12: 38 – 45.
Adijaya, D.S., F. Yazri, T.L. Anmi, S. Duryatno, dan T. Susanti. 2010. Ayam kampung: Panen 30 hari lebih cepat. Trubus No. 484 , Maret 2010/XLI:
Aryanti. 2013. Pengaryuh pemberian air gula merah terhadap performans ayam pedaging. Jurnal Pelatihan Kesehatan Hewan Cinagara Bogor, Bogor.
Ditjennak (Direktorat Jenderal Peternakan). 2008. Statistik Peternakan. Ditjennak,
Jakarta.
Fadilah, R. 2007. Beternak ayam broiler di daerah tropis. Agromedia. Jakarta.
Setyadi, F., Ismadi, V.D.Y.B dan Mangisah, I. 2013. Kadar kolesterol, HDL dan LDL darah akibat kombinasi lama pencahayaan dan pemberian porsi pakan berbeda pada ayam broiler. Animal Agriculture Journal, 02. (01) : 68 – 76.
Gultom, S.M., Supratman, R.D.H., Abun. 2014. Pengaruh imbangan energi dan protein ransum terhadap bnont karkas dan lemak abdominal ayam broiler umur 3-5 minggu. Jurnal Fakultas Peternakan dan Pertanian, Universitas Padjajaran, Bandung.
Irwan, M.A. 2007. Glukosa dan metabolisme energi, sport scince brief. Polton Sports Science and Performances Lab. Vol. 01 No. 06.
Iskandar, S. 2010. Native chicken, small scale enterprise and conservation in indonesia. International SeminarWorkshop on the Utilization of Native Animals in Building Rural Enterprise in Warm Climate Zones, Monoz City, 19-23 July 2010, the Philippines.
Jahan, M. S., M, Asaduzzaman, and A.K. Sarkar. 2006. Performance of Broiler Feed on Mash, Pellet and Crumble. Int. J. Poultry Sci., 5(3): 265-270.
Kurniawati, H. I. 2005. Kontrol Kualitas Bahan Baku dan Produk Akhir di PT SIBA PRIMA UTAMA Feedmill Karanganyar Solo. Laporan Praktek Kerja Lapangan. Fakultas Peternakan Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta
Kusnadi, E. 2006. Pengaruh temperatur kandang terhadap konsumsi ransum dan komponen darah ayam broiler. J. Pengembangan Peternakan Tropis 33(3): 197 – 202.
32
Sholikin, H. 2011. Manajemen Pemeliharaan Ayam Broiler di Peternakan UD Hadi PS Kecamatan Nguter Kabupaten Sukoharjo, Surakarta.
Lastiati A. 2008. Biosekuriti dan Sanitasi kunci pengendalian penyakit gumboro. http://www.disnak-jatim .go.id/web/
Liano, D. 2009. Program restrukturisasi perunggasan. Makalah disajikan pada Pertemuan Koordinasi Kegiatan Budidaya Ternak Nonruminansia Tahun 2009, Jambi, 7-8 Desember 2009. Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Provinsi Jambi, Jambi.
Nahashon, S. N., N. Adefope, A. Amenyenu and D. Wright. 2005. Effects of dietary metabolizable energy and crude protein concentration on growth performance and carcass characteristics of french guinea broiler. J. Poultry. Sci. 84 : 337-344.
Ozkan, S., I. Plavnik and S. Yahav. 2006. Effects of early feed restriction on performance and ascites development in broiler chickens subsequently raised at low ambient temperature. J. Appl. Poultry. Res.15: 9-19.
Piliang WG. 2007. Nutrisi Mineral. Institut Pertanian Bogor Press, Bogor.
Pinto, B. 2011. Analisis Risiko Produksi pada Peternakan Ayam Broiler Milik Bapak Restu di Desa Cijayanti Kecamatan Babakan Madang Kabupaten Bogor. Skripsi, Bogor.
Retnani, Y. Herawati, L. Khusniati,S. 2009. Uji Sifat Ransum Broiler Stater Bentuk Crumble Berperekat Tepung Tapioka, Bentonit, Onggok. Fakultas Peternakan, IPB, Bogor
Retnani, Y., Herawati, L. 2011. Uji Sifat Fisik Ransum Broiler Starter Bentuk Crumble Berpekat Tepung Tapioka. Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan, Fakultas Peternakan IPB, Bogor.
Setyadi, F., Ismadi, V.D.Y.B dan Mangisah, I. 2013. Kadar kolesterol, HDL dan LDL darah akibat kombinasi lama pencahayaan dan pemberian porsi pakan berbeda pada ayam broiler. Animal Agriculture Journal, 02. (01) : 68 – 76.
Sholikin, H. 2011. Manajemen Pemeliharaan Ayam Broiler di Peternakan UD Hadi PS Kecamatan Nguter Kabupaten Sukoharjo, Surakarta
Suciani., Parimartha, K.W., et al. 2011. penambahan multi enzim dan ragi tape dalam ransum berserat tinggi (pod-kakao) untuk menurunkan kolestrol daging ayam broiler. Jurnal Veteriner. 12 (1): 69-76.
33
Sufyan H., I. Sugeng dan S. Ika. 2012. Pelaksanaan pengawasan proses produksi peternakan ayam broiler pada CV.Surya Mitra Farm. Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Jember.
Suprijatna, E., Umiyati Atmomarsono dan R. Kartasudjana. 2005. Ilmu Dasar Ternak Unggas. Penebar Swadaya, Jakarta.
Suprijatna, E., Umiyati Atmomarsono dan Ruhyat Kartasudjana. 2006. Ilmu Dasar Ternak Unggas. Penebar Swadaya, Jakarta.
Swennen, Q., E. Decuypere, and J. Buyse. 2007. Implications of dietary macronutrients for growth and metabolism in broiler chickens. World Poult. Sci.Assoc. J. 63 (4): 541-556.
Tantalo, S. 2009. Perbandingan performans dua strain broileryang mengkonsumsi air kunyit. Fakultas Pertanian Jurusan Peternakan, Universitas Lampung, Lampung.
Wiryawan W.2007. Pengebalan terhadap gumboro yang tidak menimbulkan dampak immunosupresi. Infovet. 9 : 38-41.
Yunilas. 2005. Performans ayam broiler yang diberi berbagai tingkat protein hewani dalam ransum. Jurnal Agribisnis Peternakan, 1. (1).
34
Lampiran 1. LOG BOOK PEMELIHARAAN BROILER PER MINGGU
LOG BOOK PEMELIHARAAN BROILER LOHMANN MINGGU KE 1
Periode : StarterJenis Strain : LohmannBobot Awal : 37 gram
Tanggal Umur (hari)
Vaksin Pakan (g) Morbid (ekor)
Mortal (ekor)Pemberian Sisa Konsumsi
14 Apr 15 1 714 20 694 51 -15 Apr 15 2 816 12 804 51 -16 Apr 15 3 867 15 852 51 -17 Apr 15 4 ND 918 30 888 51 -18 Apr 15 5 1071 18 1053 51 -19 Apr 15 6 1275 22 1253 51 -20 Apr 15 7 1500 24 1476 50 1
Total Minggu 1
7161 141 7020 50 1
Fc =7161
=143,22
= 0,7950 180
Catatan Praktikan : Pengaruh vaksin dipengaruhi pada suhu lingkungan sinar matahari dengan 28oc, obat obatan antibiotik tranportasi serta penyimpanan. Selain vaksin.
Evaluasi Asisten :
Lulus Perlu Perbaikan Tidak Lulus.............. ............... ....................
Catatan Asisten: .....................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................
Semarang, 30 April 2015 Asisten,
..................................................
35
LOG BOOK PEMELIHARAAN BROILER LOHMANN MINGGU KE 2
Periode : GrowerJenis Strain : LohmannBobot Awal : 400 gram
Tanggal Umur (hari)
Vaksin Pakan (g) Morbid(ekor)
Mortal (ekor)Pemberian Sisa Konsumsi
21 Apr 15 1 1900 16 1884 49 122 Apr 15 2 2107 25 2082 48 123 Apr 15 3 2256 15 2241 48 -24 Apr 15 4 2496 12 2484 48 -25 Apr 15 5 2736 20 2716 48 -26 Apr 15 6 2976 8 2968 48 -27 Apr 15 7 Gumboro 3264 6 3258 48 -
Total Minggu 2
17735 102 17633 48 2
Fc =17735
=369,47
= 0,7348 500
Catatan Praktikan : untuk ayam broiler bobot badan dipengaruhi oleh jumlah pakan yang diberikan dan kualitas pakannya. Suhunya harus stabil karna ayam belum dapat beradaptasi dengan lingkungan.
Evaluasi Asisten :
Lulus Perlu Perbaikan Tidak Lulus
.............. ............... ....................
Catatan Asisten: .....................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................
Semarang, 30 April 2015 Asisten
...................................................
36
LOG BOOK PEMELIHARAAN BROILER LOHMANN MINGGU KE 3
Periode : FinisherJenis Strain : LohmannBobot Awal : 900 gram
Tanggal Umur (hari)
Vaksin Pakan (g) Morbid (ekor)
Mortal (ekor)Pemberian Sisa Konsumsi
28 Apr 15 15 3360 20 3340 48 -29 Apr 15 16 3525 22 3503 47 130 Apr 15 17 3854 18 3836 47 -1 Mei 15 18 3995 19 3976 47 -2 Mei 15 19 4324 15 4309 47 -3 Mei 15 20 4512 8 4504 47 -
4 Mei 15 21 4841 12 4829 47 -Total
Minggu 128411 114 26297 47 1
Fc =26297
=559,5
= 1,1147 500
Catatan Praktikan : Pada minggu ketiga ayam sudah bisa beradaptasi dengan lingkungan, suhu serta pakan. Sehingga penggunaan tirai sudah dapat dibuka tutup agar ayam tidak kepanasan serta pakan tidak perlu dihancurkan lagi.
Evaluasi Asisten :
Lulus Perlu Perbaikan Tidak Lulus.............. ............... ....................
Catatan Asisten: .....................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................
Semarang, 12 Mei 2015 Asisten,
...................................................
37
LOG BOOK PEMELIHARAAN BROILER LOHMANN MINGGU KE 4
Periode : FinisherJenis Strain : LohmannBobot Awal : 1600 gram
Tanggal Umur (hari)
Vaksin Pakan (g) Morbid (ekor)
Mortal (ekor)Pemberian Sisa Konsumsi
5 Mei 15 22 5075 17 5058 47 -6 Mei 15 23 5499 21 5478 47 -7 Mei 15 24 5734 15 5719 47 -8 Mei 15 25 6016 9 6007 47 -9 Mei 15 26 6072 13 6059 46 110 Mei15
27 6486 10 6476 46 -
11 Mei 15
28 6532 12 6520 46 -
Total Minggu
1
41414 97 41317 46 1
Fc =41317
=898,1
= 1,246 700
Catatan Praktikan : Pada minggu keempat ayam dalam hal pemberian pakan perlu ditingkatkan supaya bobot ayam mencapai maksimal, sehingga harganya bisa meningkat.
Evaluasi Asisten :
Lulus Perlu Perbaikan Tidak Lulus.............. ............... ....................
Catatan Asisten: ........................................................................................................................................................................................................................................................................
Semarang, Mei 2015 Asisten,
38
..................................................
39
Lampiran 2. TEKNIK PENYIAPAN DAN EVALUASI KARKAS
Jenis Ayam : BroilerBobot : 1,5 kgDeskripsi Umum : ayam dipelihara selama 28 hari, harus mencapai target
seperti bobot badan yang bagus serta Fc yang rendah.
Tabel 3. Hasil Pengamatan Penilaian Keadaan Ayam Pedaging Hidup
No Faktor Deskripsi Keadaan Ayam Pedaging
Klasifikasi
1.2.3.4.5.6.
Kondisi KesehatanBuluDadaPunggungKaki dan SayapKeadaan lemak (dada)
Sehat, normal, aktifTebal, kotor
BesarLebar dan bagus
Lemah, beratSedikit
BaikBaikBaikBaikBaikBaik
Catatan Praktikan : Dalam melakukan penyembelihan ayam karkas haruslah “ASUH” aman sehat utuh halal. Penyembelihan dilakukan pada ayam dihitung ketika darah keluar dari tubuh berapa lama, menyiapakan air yang mendidih 40oc dan melakukan pembersihan bulu hingga selesai.
Evaluasi Asisten :Lulus Perlu Perbaikan Tidak Lulus
.............. ............... ....................
Catatan Asisten: .....................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................
Semarang, .................... 20....... Asisten,
...................................................
40
Tabel 4. Hasil Pengamatan Penimbangan Bobot Organ, Jaringan, dan Bobot Relatifnya terhadap Bobot Hidup
NoParameter Ayam 1 Ayam 2 Ayam 3 Ayam 4BO1 BR1 BO2 BR2 BO3 BR3 BO4 BR4
1
2
3
4
5
6
7
8
9
Bobot hidupBobot mati
Darah :Waktu bleeding
(detik)Bobot darah
Bobot bulu
Viscera :BrutoNettoTotal
Lemak Abdominal
Giblet:HatiJantungVentriculusTotal
Bobot dressed
Bobot karkas
Cut up chicken:SayapDadaPunggung depanPunggung belakangPaha atasPaha bawahTotal
1850 1750
48 s100 gr
150 gr
290 gr174 gr464
5
135 gr53 gr10 gr72 gr270 gr
755 gr
684
473 gr 262 gr 137 gr 136 gr 126 gr 1229 gr
100 %0,94 %
0,05 %
0,08 %
0,15 %0,09%0,25%
0,02%
0,72 % 0,028 % 0,005 %
0,003%16,5 %
37,3 %
0,36%
6,3 %31,5 %17,4 %9,1 %9,0 %8,4 %
Keterangan : BO = Bobot organ/jaringan BR = Bobot relatif
41
Catatan Praktikan : Ayam ditimbang terlebih dahulu sebelum dikarkas dengan rapi dan bersih dan perhitungan bobot hidup, mati, bobot anpa darah, tanpa bulu dan bobot karkas.
Evaluasi Asisten :Lulus Perlu Perbaikan Tidak Lulus
.............. ............... ....................
Catatan Asisten: ..............................................................................................................................................................................................................................................................................................................
Semarang, .................... 20..... Asisten,
........................................................
42
Tabel 5. Hasil Pengamatan terhadap Faktor Penilaian Karkas
No Faktor Penilaian Nilai KarkasNo: ..........
Nilai KarkasNo: ..........
Nilai KarkasNo: ..........
Nilai KarkasNo: ..........
1
2
3
4
5
6
7
8
Konformasi/keserasian(bentuk keseluruhan)- tulang dada- tulang punggung- tulang paha & sayap
Perdagingan
Timbunan Lemak
Bulu Jarum
Kulit sobek
Kulit memar
Tulang lepas
Tulang Patah
9989
9
6
6
4
4
6
5
Nilai AkhirKarkas : 89Bobot Karkas :1364Harga Karkas :Rp. 24000
............
............
............
............
............
............
............
............
............
............
............
............
Catatan Praktikan : Melakukan penilaian karkas dari pengamatan karkasnya dari tiap organ.
Evaluasi Asisten :Lulus Perlu Perbaikan Tidak Lulus
.............. ............... ....................
Catatan Asisten:
Semarang, .................... 20....... Asisten,
...................................................
43
Lampiran 3. KEGIATAN PELAKSANAAN VAKSINASI
No Parameter Keterangan123456
Waktu pelaksanaan vaksinasiJenis vaksinDosis vaksinMetode vaksinasiRespon ternak unggas post vaksinasiDampak/penyakit ikutan
Umur 4 hariND
Tetes mata
Catatan Praktikan : Vaksin ayam selama penyimpanan diusahakan disimpan di tempat yang
sejuk. Wadah dan sisa vaksin yang tidak terpakai di harapkan untuk dikubur atau dimusnakan supaya vaksin tidak menjadi berkembang dan membahaya bagi ternak.
Evaluasi Asisten :
Lulus Perlu Perbaikan Tidak Lulus.............. ............... ....................
Catatan Asisten: ..............................................................................................................................................................................................................................................................................................................
No Parameter Keterangan123456
Waktu pelaksanaan vaksinasiJenis vaksinDosis vaksinMetode vaksinasiRespon ternak unggas post vaksinasiDampak/penyakit ikutan
Umur 14 hariGumboro
Lewat air minum
Catatan Praktikan : Vaksin gumboro diberikan pada umur ayam broiler 14 hari.
44
Evaluasi Asisten :
Lulus Perlu Perbaikan Tidak Lulus.............. ............... ....................
Catatan Asisten: ..............................................................................................................................................................................................................................................................................................................
Semarang, .................... 20....... Asisten,
...................................................
45
Lampiran 5. PERHITUNGAN IOFCIOFC = (Bobot badan akhir ayam broiler x harga jual ayam broiler/kg) – (Total
konsumsi pakan x harga pakan)
IOFC = (1,8 x Rp 24000) – (92267 – Rp 7500)= 43200 – (92267/46 – 7500)= 43200 + 5495= 48695
46
Lampiran 6. Dokumentasi
Sanitasi pada peralatan kandang Sanitasi kandang
Pada saat chick in Beberapa hari sebelum panen
Penjualan karkasHasil Karkas