acc.docx

52
KATA PENGANTAR Assalamu’alaikum Wr. Wb. Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat-Nya sehingga penyusunan Proposal Karya Tulis Ilmiah yang berjudul “Hubungan Angka Kejadian ISPA Pada Balita Dengan Penggunaan Obat Nyamuk” dapat diselesaikan. Adapun maksud penyusunan karya tulis ilmiah ini adalah untuk memenuhi sebagian persyaratan agar memperoleh gelar Sarjana Kedokteran, Fakultas Kedokteran Universitas Muslim Indonesia di Makassar. Sejak adanya ide sampai tahap penyelesaian proposal ini, penulis menyadari sepenuhnya bahwa banyak mendapat bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis ingin menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada : 1. Secara khusus dengan rasa hormat menyampaikan terima kasih sedalam-dalamnya kepada Ayah, Ibu, dan saudara-saudaraku, beserta seluruh anggota keluarga yang telah memberikan 1

Upload: karmilahn

Post on 25-Sep-2015

23 views

Category:

Documents


9 download

TRANSCRIPT

KATA PENGANTARAssalamualaikum Wr. Wb.Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat-Nya sehingga penyusunan Proposal Karya Tulis Ilmiah yang berjudul Hubungan Angka Kejadian ISPA Pada Balita Dengan Penggunaan Obat Nyamuk dapat diselesaikan.Adapun maksud penyusunan karya tulis ilmiah ini adalah untuk memenuhi sebagian persyaratan agar memperoleh gelar Sarjana Kedokteran, Fakultas Kedokteran Universitas Muslim Indonesia di Makassar.Sejak adanya ide sampai tahap penyelesaian proposal ini, penulis menyadari sepenuhnya bahwa banyak mendapat bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis ingin menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :1. Secara khusus dengan rasa hormat menyampaikan terima kasih sedalam-dalamnya kepada Ayah, Ibu, dan saudara-saudaraku, beserta seluruh anggota keluarga yang telah memberikan banyak dorongan, semangat serta doa restu, baik moril maupun materil dalam penulisan usulan penelitian ini2. Dr. Moch. Erwin Rahman Sp.S, M.Kes selaku dosen pembimbing satu yang telah banyak meluangkan waktunya untuk membimbing penulis dalam penulisan usulan penelitian ini3. Dr. A. Alamanda Irwan selaku dosen pembimbing dua yang telah meluangkan banyak waktunya untuk membimbing penulis dalam penulisan usulan penelitian ini.4. Para dosen pengajar metodologi riset dan statistic yang telah mengajarkan kepada penulis dasar-dasar penelitian.5. Teman-teman yang telah memberikan dukungan dalam penulisan usulan penelitian.Penulis menyadari sepenuhnya bahwa usulan penelitian ini masih jauh dari sempurna, untuk itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun guna kesempurnaan usulan penelitian ini.Semoga Allah SWT selalu melindungi, memberi balasan dan segala kebaikan atas semua bantuan kepada penulis.Akhir kata semoga penelitian ini dapat bermanfaat bagi semua pihak demi kemajuan ilmu pengetahuan dalam dunia pendidikan. Amin.Wassalamu alaikum Wr. Wb

Makassar, 2014

PenulisBAB IPENDAHULUANI.1 Latar BelakangInfeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) merupakan salah satu penyebab kematian pada anak di negara sedang berkembang. ISPA di Indonesia merupakan salah satu masalah kesehatan yang utama karena masih tingginya angka kejadian ISPA terutama pada balita pada anak berusia di bawah 5 tahun setiap tahunnya, sebanyak dua pertiga kematian tersebut adalah bayi (khususnya bayi muda). Hampir seluruh kematian karena ISPA pada bayi dan balita disebabkan oleh Infeksi Saluran Pernafasan bawah Akut (ISPbA).Setiap anak diperkirakan mengalami tiga sampai enam episode ISPA setiap tahunnya dan mengakibatkan sekitar 20-30% kematian. (1)Penyakit-penyakit berbasis lingkungan memang masih merupakan penyebab utama kematian di Indonesia. Pada tahun 2001, kematian yang disebabkan oleh penyakit berbasis lingkungan, diantaranya Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) menduduki peringkat pertama dengan jumlah 15,7% kematian. Secara total penyakit berbasis lingkungan menyumbangkan 33% atau sepertiga total kematian seluruh kelompok umur. Sedangkan pada kelompok balita, pola penyebab kematian ini lebih tinggi lagi yaitu 30,8% kematian dan menduduki urutan pertama pola penyakit pada balita sebanyak 19,4 per 1000 balita. Jumlah balita yang menderita ISPA di Kota Makassar sebanyak 100.937 balita pada tahun 2004 dengan kematian 58 anak, kemudian meningkat sebanyak 135.590 balita pada tahun 2005. (2)Di Indonesia, Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) selalu menempati urutan pertama penyebab kematian pada kelompok bayi dan balita. Selain itu ISPA juga sering berada pada daftar 10 penyakit terbanyak di rumah sakit. Survei mortalitas yang dilakukan oleh Subdit ISPA tahun 2005 menempatkan ISPA/Pneumonia sebagai penyebab kematian bayi terbesar di Indonesia dengan persentase 22,30% dari seluruh kematian balita. Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) adalah proses infeksi akut berlangsung selama 14 hari, yang disebabkan oleh mikroorganisme dan menyerang salah satu bagian, dan atau lebih dari saluran napas, mulai dari hidung (saluran atas) hingga alveoli (saluran bawah), termasuk jaringan adneksanya, seperti sinus, rongga telinga tengah dan pleura. (4)Penyakit ISPA lebih sering diderita oleh anak-anak. Daya tahan tubuh anak sangat berbeda dengan orang dewasa karena sistem pertahanan tubuhnya belum kuat. Kalau di dalam satu rumah seluruh anggota keluarga terkena pilek, anak-anak lebih mudah tertular. Dengan kondisi tubuh anak yang masih lemah, proses penyebaran penyakit pun menjadi lebih cepat. Dalam setahun seorang anak rata-rata bisa mengalami 6-8 kali penyakit ISPA. (3)Kejadian ISPA pada balita akan memberikan gambaran klinik yang lebih berat dan buruk. Hal ini disebabkan karena ISPA pada anak balita umumnya merupakan kejadian infeksi pertama serta belum terbentuknya secara optimal proses kekebalan secara alamiah. Pada orang dewasa sudah banyak terjadi kekebalan alamiah yang lebih optimal akibat pengalaman infeksi sebelumnya. (1,3)ISPA dapat disebabkan oleh beberapa faktor seperti kondisi perumahan, karakteristik balita (umur, jenis kelamin, status gizi, berat badan lahir, ASI Ekslusif, status imunisasi), kepadatan hunian, polusi udara luar, sumber pencemaran udara dalam ruang (penggunaan obat antinyamuk, bahan bakar untuk memasak, dan keberadaan perokok). Selain itu juga konsumsi vitamin A memiliki pengaruh terhadap timbulnya ISPA pada balita. (1,4)Salah satu faktor yang mempengaruhi kejadian ISPA yaitu, pencemaran dalam ruang yang disebabkan oleh bahan pengendali serangga, yaitu obat antinyamuk. Kesadaran manusia akan pentingnya kesehatan pada zaman sekarang sudah semakin baik, sehingga kesadaran untuk mencegah terjangkit penyakit juga semakin besar. Banyak hospes binatang dapat menularkan bibit penyakit ke manusia, salah satunya adalah nyamuk sehingga mendorong masyarakat untuk menggunakan obat antinyamuk dalam usaha pencegahan terhadap penyakit yang ditularkan tersebut. Seperti pada obat nyamuk bakar dapat mengeluarkan asap yang dapat mengiritasi saluran nafas sehingga memudahkan terjadinya infeksi pada saluran pernafasan. (5)Berdasarkan latar belakang diatas maka penulis akan membuat suatu penelitian tentang Hubungan Angka Kejadian ISPA Pada Balita Dengan Penggunaan Obat Nyamuk.I.2 Rumusan Masalah :Bagaimana hubungan angka kejadian ISPA pada balita dengan penggunaan obat nyamuk?I.3 Tujuan Penelitian :I.3.1 Tujuan penelitian umum 1. Mengetahui pengaruh penggunaan obat nyamuk terhadap angka kejadian ISPA pada balita.I.3.2 Tujuan penelitian khusus1. Menghitung jumlah angka kejadian ISPA akibat paparan obat nyamuk pada balita.2. Mengukur jumlah angka kejadian ISPA akibat obat nyamuk bakar.3. Mengukur jumlah angka kejadian ISPA akibat obat nyamuk semprot.4. Mengukur jumlah angka kejadian ISPA akibat obat nyamuk listrik.5. Menganalisa hubungan penderita ISPA akibat obat nyamuk bakar.6. Menganalisa hubungan penderita ISPA akibat obat nyamuk semprot.7. Menganalisa hubungan penderita ISPA akibat obat nyamuk listrik.I.4 Manfaat Penelitian1. Memberikan informasi kepada masyarakat agar dapat mengetahui pengaruh penggunaan obat nyamuk terhadap angka kejadian ISPA.2. Memberikan informasi kepada masyarakat akan bahaya penyakit ISPA pada balita.3. Sebagai wawasan dan informasi tentang ISPA bagi masyarakat luas.4. Sebagai wadah pengembangan berpikir dan penerapan ilmu pengetahuan teoritis yang telah dipelajari di masa kuliah.5. Dapat digunakan sebagai bahan acuan dan bahan pertimbangan bagi penelitian selanjutnya.

BAB IITINJAUAN PUSTAKAII.1. Landasan TeoriII.1.1 ISPA (Infeksi Saluran Pernapasan Akut)Definisi ISPAInfeksi saluran pernafasan akut sering disingkat dengan ISPA, istilah ini diadaptasi dari istilah dalam bahasa inggris Acute Respiratory Infections (ARI). Istilah ISPA meliputi tiga unsur yakni infeksi, saluran pernafasan dan akut, dengan pengertian sebagai berikut : (6) Infeksi adalah masuknya kuman atau mikroorganisme ke dalam tubuh manusia dan berkembang biak sehingga menimbulkan gejala penyakit. Saluran pernafasan adalah organ mulai dari hidung hingga alveoli beserta organ adneksanya seperti sinus-sinus, rongga telinga tengah dan pleura. ISPA secara anatomis mencakup saluran pernafasan bagian atas, saluran pernafasan bagian bawah (termasuk jaringan paru-paru) dan organ adneksa saluran pernafasan. Dengan batasan ini, jaringan paru termasuk dalam saluran pernafasan (respiratory tract). Infeksi akut adalah infeksi yang berlangsung sampai dengan 14 hari. Batas 14 hari diambil untuk menunjukkan proses akut meskipun untuk beberapa penyakit yang dapat digolongkan dalam ISPA proses ini dapat berlangsung lebih dari 14 hari.

Etiologi ISPAEtiologi ISPA terdiri lebih dari 300 jenis bakteri, virus dan riketsia. Bakteri penyebab ISPA misalnya dari genus Streptococcus, Haemophylus, Stafilococcus, Pneumococcus, Bordetella, dan Corynebakterium.Virus penyebab ISPA antara lain grup Mixovirus(virus influenza,parainfluenza, respiratorysyncytial virus), Enterovirus (Coxsackie virus, echovirus),Adenovirus, Rhinovirus, Herpesvirus, Sitomegalovirus, virus Epstein-Barr. Jamur penyebab ISPA antara lain Aspergillus sp, Candidia albicans, Blastomyces dermatitidis, Histoplasma capsulatum, Coccidioides immitis, Cryptococcus neoformans.(7)Selain itu juga ISPA dapat disebabkan oleh karena inspirasi dari kandungan obat nyamuk yang dapat menganggu saluran pernafasan manusia, diantaranya : (8) Dichlorvos (Organofosfat): Dichlorvos atau DDVP (dichlorovynil dimethyl phosfat) yakni berdaya racun paling tinggi. Senyawa dari golongan ini bekerja menghambat aktivitas enzim kolinesterase yang dapat berakibat fatal pada tubuh. Jika terkena paparan zat ini dalam jangka panjang bisa menyebabkan kerusakan syaraf, menganggu pernafasan, jantung, dan system reproduksi. D-Allethrin (Pytheroid): Suatu insektisida kontak kuat yang menghasilkan a strong knock-down cepat, melawan hama-hama rumah tangga. D-allethrin yang masuk ke tubuh secara inhalasi dalam waktu lama, selain menyebabkan gangguan pada paru-paru. Propoksur (Karbamat): Senyawa ini menghambat aktivitas enzim kolinesterase tetapi reaksinya reversible. Enzim ini normalnya bertanggung jawab untuk destruksi dari astilkolin (neurotransmitter). Jika terhirup maupun terserap tubuh manusia dapat menyebabkan gangguan pernafasan, mengaburkan pengelihatan, serta keringat yang berlebih.Gejala ISPA Menurut Tingkat KeparahanPenyakit ISPA pada anak dapat menimbulkan bermacam-macam tanda dan gejala seperti berikut : (9)1. Gejala dari ISPA Ringana) Batukb) Pilek, yaitu mengeluarkan lendir atau ingus dari hidungc) Panas atau demam, suhu badan lebih dari 370 C

2. Gejala dari ISPA Sedanga) Pernafasan cepat (fast breathing) sesuai umur yaitu : Umur < 1 tahun : 50 kali permenit atau lebih Umur 1-5 tahun : 40 kali permenitb) Suhu lebih dari 390C c) Batukd) Timbul bercak-bercak merah pada kulit menyerupai bercak campake) Telinga sakit atau mengeluarkan nanah dari lubang telinga.f) Wheezing (mengi)

3. Gejala dari ISPA Berata) Bibir atau kulit membirub) Anak tidak sadar atau kesadaran menurunc) Pernafasan berbunyi seperti orang mengorok dan anak tampak gelisahd) Sela iga tertarik ke dalam pada waktu bernafase) Batukf) Pilek dengan atau tanpa demamg) Wheezingh) Keluar cairan dari telingai) Bercak kemerahan seperti campakj) Stridor suara nafas seperti mengorokk) Pernafasan cepat (fast breathing) sesuai umur yaitu : Umur < 1 tahun : 50 kali permenit atau lebih Umur 1-5 tahun : 40 kali permenit

Klasifikasi ISPA Berdasarkan Lokasi Anatomi Berdasarkan lokasi anatomik ISPA digolongkan dalam dua golongan yaitu : Infeksi Saluran Pernafasan atas Akut (ISPaA) dan Infeksi Saluran Pernafasan bawah Akut (ISPbA). (10) a) Infeksi Saluran Pernafasan atas Akut (ISPaA) Infeksi Saluran Pernafasan atas Akut (ISPaA) adalah infeksi yang menyerang hidung sampai bagian faring seperti : pilek, sinusitis, otitis media (infeksi pada telinga tengah), faringitis (infeksi pada tenggorokan). Infeksi saluran pernafasan atas digolongkan ke dalam penyakit bukan pneumonia. b) Infeksi Saluran pernafasan bawah Akut (ISPbA) Infeksi Saluran Pernafasan bawah Akut (ISPaA) adalah infeksi yang menyerang mulai dari bagian epiglotis atau laring sanpai dengan alveoli, dinamakan sesuai dengan organ saluran nafas, seperti : epiglotitis, laryngitis, laryngotrachetis, bronchitis, bronchiolitis dan pneumonia.

Gambar Anatomi Saluran Pernafasan Berdasarkan Lokasi AnatomikPatogenesis ISPAPerjalanan klinis penyakit ISPA dimulai dengan berinteraksinya virus dengan tubuh. Masuknya virus sebagai antingen ke saluran pernafasan menyebabkan silia yang terdapat pada permukaan saluran nafas bergerak ke atas mendorong virus kea rah faring atau dengan suatu tangkapan refleks spasme oleh laring. Jika refleks tersebut gatal maka virus merusak jaringan epitel dan lapisan mukosa saluran pernafasan. (10,11)Iritasi virus pada kedua lapisan tersebut menyebabkan timbulnya batu kering. Kerusakan struktur lapisan dinding saluran pernafasan menyebabkan kenaikan aktifitas kelenjar mucus yang banyak terdapat pada dinding saluran nafas, sehingga terjadi pengeluaran cairan mukosa yang melebihi normal. Rangsangan cairan yang berlebihan tersebut menimbulkan gejala batuk. Sehingga pada tahap awal gejala ISPA yang paling menonjol adalah batuk.Adanya infeksi virus merupakan predisposisi terjadinya infeksi sekunder bakteri. Akibat infeksi virus tersebut terjadi kerusakan mekanisme mukosiliaris yang merupakan mekanisme perlindungan pada saluran pernafasan terhadap infeksi bakteri sehingga memudahkan bakteri-bakteri pathogen yang terdapat pada saluran pernafasan atas seperti streptococcus pneumonia, haemophylus influenza dan staphylococcus menyerang mukosa yang rusak tersebut. Infeksi sekunder bakteri ini menyebabkan sekresi mucus bertambah banyak dan dapat menyumbat saluran nafas sehingga timbul sesak nafas dan juga menyebabkan batuk yang produktif. (12) Virus yang menyerang saluran nafas atas dapat menyebar ke tempat-tempat yang lain dalam tubuh, sehingga dapat menyebabkan kejang, demam dan juga bias menyebar ke saluran nafas bawah.Dampak infeksi sekunder bakteripun bisa menyerang saluran nafas bawah, sehingga bakteri-bakteri yang biasanya hanya ditemukan dalam saluran pernafasan atas, sesudah terjadinya infeksi virus, dapat menginfeksi paru-paru sehingga menyebabkan pneumonia bakteri. Penanganan penyakit saluran pernafasan pada anak harus diperhatikan aspek imunologis saluran nafas terutama dalam hal bahwa system imun di saluran nafas yang sebagian besar terdiri dari mukosa, tidak sama dengan system imun sistemik pada umumnya. Sistem imun saluran nafas yang terdiri dari folikel dan jaringan limfoid yang tersebar. Merupakan ciri khas system imun mukosa. Ciri khas berikutnya adalah bahwa IgA memegang peranan pada saluran nafas atas sedangkan IgG pada saluran nafas bawah. Diketahui pula bahwa sekretori IgA (sIgA) sangat berperan dalam mempertahankan integritas mukosa saluran nafas. (9,11)Adapun perjalanan penyakit akibat efek dari pencemaran udara terhadap saluran pernafasan dapat menyebabkan terjadi : (5)a) Iritasi pada saluran pernafasan, hal ini dapat menyebabkan pergerakan silia menjadi lambat, bahkan berhenti sehingga mekanisme pembersihan saluran pernafasan menjadi terganggu.b) Peningkatan produksi lendir akibat iritasi bahan pencemaran.c) Produksi lendir dapat menyebabkan penyempitan saluran pernafasand) Rusaknya sel pembunuh bakteri saluran pernafasan.e) Pembengkakan saluran pernafasan dan merangsang pertumbuhan sel sehingga saluran pernafasan menjadi menyempitf) Lepasnya silia dan lapisan sel selaput lendir. Akibatnya hal tersebut di atas maka menyebabkan terjadinya kesulitan bernafas sehingga benda asing termasuk mikroorganisme tidak dapat dikeluarkan dari saluran pernafasan dan hal ini akan memudahkan terjadinya infeksi saluran pernafasan.Dari uraian di atas, perjalanan klinis penyakit ISPA ini dapat dibagi menjadi dua : (14)1. Prepatogenesis Interaksi antara agen-environmentSebagai daerah tropis, Indonesia memiliki potensi daerah endemis beberapa penyakit infeksi yang setiap saat dapat menjadi ancaman bagi kesehatan masyarakat. Pengaruh goegrafis dapat menyebabkan mudahnya agen berkembang. Perubahan cuaca yang begitu cepat juga menjadi penyebab penyebaran virus dan bakteri. Interaksi antara host-environmentPencemaran lingkungan seperti asap karena kebakaran hutan, gas buang sarana transportasi dan polusi udara dalam rumah seperti kandungan dari obat anti nyamuk dan asap rokok dalam rumah dapat menimbulkan penyakit ISPA jika terhirup oleh host.2. Tahap Patogenesis Tahap inkubasi, agen penyebab penyakit ISPA telah merusak lapisan epitel dan lapisan mukosa yang merupakan pelindung utama pertahanan system saluran pernafasan kita. Akibatnya, tubuhpun menjadi lemah apalagi diperparah dengan keadaan gizi dan daya tahan yang sebelumnya rendah. Tahap dini penyakit, dimulai dari munculnya gejala gejala klinis dapat karena adanya interaksi. Tahap penyakit lanjut, merupakan tahap dimana penyakit memerlukan pengobatan yang tepat untuk menghindari akibat lanjut yang kurang baik. Tahap penyakit akhir, dapat sembuh sempurna selain itu bias juga sembuh dengan atelectasis menjadi kronis dan dapat meninggal akibat pneumonia.Faktor Resiko Terhadap Kejadian ISPABerdasarkan hasil penelitian dari berbagai Negara termasuk Indonesia dan berbagai publikasi ilmiah, dilaporkan berbagai factor baik untuk meningkatkan insiden (Morbiditas) maupun kematian (Mortalitas) akibat ISPA sebagai berikut : (11,12)1. Faktor Host (Diri) UsiaInfeksi saluran pernafasan sering mengenai anak usia dibawah 3 tahun, terutama bayi kurang dari 1 tahun. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa anak pada usia muda akan lebih sering menderita ISPA daripada usia yang lebih lanjut. Jenis KelaminMeskipun secara keseluruhan di Negara yang sedang berkembang seperti Indonesia masalah ini tidak terlalu diperhatikan, namun banyak penelitian yang menunjukkan adanya perbedaan prevalensi penyakit ISPA terhadap jenis kelamin tertentu. Status ImunisasiTelah diketahui secara teoritis bahwa imunisasi adalah cara untuk menimbulkan kekebalan terhadap berbagai penyakit. Proporsi kasus balita penderita ISPA terbanyak terdapat anak yang imunisasinya tidak lengkap. Status ASI EkslusifASI adalah makanan yang paling baik untuk bayi terutama pada bulan-bulan pertama kehidupannya. ASI bukan hanya merupakan sumber nutrisi bagi bayi tetapi juga sumber zat antimikroorganisme yang kuat, karena adanya beberapa factor yang bekerja secara sinergis membentuk system biologis. ASI dapat memberikan imunisasi pasif melalui penyampaian antibody dan sel-sel imunokompeten ke permukaan saluran pernafasan atas. Jadi, jika bayi tidak mendapatkan ASI yang Ekslusif maka akan meningkatkan jumlah resiko penderita ISPA pada Balita. Bayi Berat Lahir RendahBayi Berat lahir rendah ditetapkan sebagai suatu berat lahir yang kurang dari 2500 gram. Bayi dengan berat badan lahir rendah (BBLR) akan meningkatkan resiko kesakitan dan kematian bayi karena bayi rentan terhadap kondisi-kondisi infeksi saluran pernafasan bagian bawah. Pemberian suplemen vitamin APemberian vitamin A pada balita sangat berperan untuk masa pertumbuhannya, daya tahan tubuh dan kesehatan terutama pada penglihatan, reproduksi, sekresi mucus dan untuk mempertahankan sel epitel yang mengalami diferensiasi. Balita yang kekurangan suplemen vitamin A secara otomatis akan mendapatkan daya tahan tubuh yang kurang, terutama pada bayi yang mengidap ISPA, akan dengan mudah terinfeksi bakteri maupun virus.2. Faktor Lingkungan (Environment) Kepadatan hunianKepadatan hunian dapat mempengaruhi kualitas udara di dalam rumah, dimana semakin banyak jumlah penghuni maka akan semakin cepat udara di dalam rumah akan mengalami pencemaran. Rumah dengan penghuni kamar yang padat akan memudahkan terjadinya penularan penyakit saluran pernafasan. Pendidikan Orang TuaTingkat pendidikan orang tua menunjukkan adanya hubungan terbalik antara angka kejadian dan kematian ISPA. Tingkat pendidikan ini berhubungan erat dengan keadaan sosial ekonomi, dan juga berkaitan dengan pengetahuan orang tua. Kurangnya pengetahuan menyebabkan sebagian kasus ISPA tidak diketahui oleh orang tua dan tidak diobati. Status Sosial dan EkonomiStatus sosial ekonomi berpengaruh terhadap pendidikan dan faktor-faktor lain seperti nutrisi, lingkungan, dan penerimaan layanan kesehatan. Anak yang berasal dari keluarga dengan status sosial ekonomi rendah mempunyai resiko lebih besar mengalami episode anak. Kebiasaan merokokPada keluarga yang merokok, secara statistic anaknya mempunyai kemungkinan terkena ISPA 2 kali lipat dibandingkan dengan anak dari keluarga yang tidak merokok. Selain itu dari penelitian lain didapat bahwa episode ISPA meningkat 2 kali lipat akibat orang tua merokok. Bahan bakar untuk memasakBahan bakar yang digunakan untuk memasak sehari-hari dapat menyebabkan kualitas udara menjadi rusak. Pada bayi yang dirumahnya menggunakan bahan bakar untuk memasak adalah minyak tanah lebih beresiko mengidap ISPA dibanding dengan gas elpiji. Penggunaan obat Anti NyamukPenggunaan obat nyamuk sebagai alat untuk menghindari gigitan nyamuk dapat menyebabkan gangguan saluran pernafasan karena hasil asap dan bau yang tidak sedap. Adanya pencemaran udara di lingkungan rumah akan merusak mekanisme pertahanan paru-paru sehingga mempermudah timbulnya gangguan pernafasan.Pencegahan penyakit ISPA (13)a. Pencegahan tingkat pertama (Primary prevention)Sasaran pencegahan tingkat pertama, yaitu : mengurangi penyebab, mengatasi/modifikasi lingkungan, meningkatkan daya tahan hostb. Pencegahan tingkat kedua (Secondary prevention)Pemberian antibiotik dapat mengatasi pneumonia yang disebabkan oleh bakteri dan jamur. Untuk pneumonia oleh virus sampai saat ini belum ada panduan khusus, meskipun beberapa obat antivirus telah digunakan. Pada pasien yang berusia pertengahan, diperlukan istirahat lebih panjang untuk mengembalikan kondisi tubuh.c. Pencegahan tingkat ketiga (Rehabilitasi)Mereka yang sudah sembuh dari pneumonia jamur akan letih lesu dalam waktu yang panjang. Secara rutin, pasien yang sudah sembuh dari pneumonia jangan dilarang kembali melakukan aktifitasnya. Namun mereka perlu diingatkan untuk tidak langsung melakukan yang berat-berat, karena istirahat cukup merupakan kunci untuk kembali sehat.II.1.2 Obat Anti NyamukObat anti nyamuk yang banyak beredar di masyarakat yaitu obat nyamuk bakar (fumigan), obat nyamuk semprot (aerosol), dan obat nyamuk listrik (elektrik). (15)Obat Nyamuk Bakar (Fumigan)Pada obat antinyamuk bakar jenis ini mengandung zat kimia sintetik aktif dari golongan pytheroid (alletrin,transflutrin,pralethrin,bioallethrin,esbiothrin,) yang sudah dibentuk sedemikian rupa sehingga mampu dihantarkan asap untuk membunuh nyamuk dan serangga lainnya. Oleh karena dipanaskan, tak menutup kemungkinan bahan aktif itu terurai menjadi senyawa-senyawa lain yang jauh lebih reaktif dari sebelumnya. Lebih membahayakan lagi bila obat antinyamuk bakar digunakan dalam ruang tertutup. Penggunaan di ruang tertutup sering didasari oleh pemikiran bahwa obat antinyamuk bakar akan menjadi percuma jika digunakan di tempat terbuka. Padahal kalau seperti ini, tentu senyawa aktif dan senyawa baru yang terbentuk dari proses pembakaran berada dalam jangkauan pernafasan kita.Jika kita memasang obat antinyamuk semalaman, selama itu pula kita memasukkan zat berbahaya ke dalam tubuh. Bahan kimia sintetik antinyamuk yang lepas dalam bentuk bakar (fumigan) ini bisa mendesak oksigen sehingga distribusi oksigen dalam ruangan tidak merata. Oleh karena itu bila saat menggunakan obat antinyamuk bakar dalam ruangan, nafas terasa agak berat. Fakta inilah yang memunculkan anggapan bahwa obat antinyamuk bakar bisa mengurangi proporsi kandungan oksigen dalam ruangan.Obat Nyamuk Semprot (Aerosol) Pada obat antinyamuk semprot yang biasanya disebut juga obat antinyamuk cair yang penggunaanya disemprotkan. Meski bentuknya berubah saat digunakan, zat aktifnya tidak hilang atau menyatu dengan oksigen karena zat aktif yang disemprotkan lebih berat dari oksigen. Setelah disemprotkan, zat aktif antinyamuk ini akan berjatuhan di setiap tempat dan benda yang ada di ruangan tersebut yang kemudian menjadi penghantar masuk ke dalam tubuh.Kandungan bahan aktif pada umumnya dari kelompok sintetik pyrethroid (d - allethrin, prolethrin, d - fenothrin, bioallethrin, esbiothrin dan transfluthrin). Tetapi ada juga bahan aktif diklorvos dan diklorovinyl dimethilfosfat dari kelompok organofosfat dan propoksur dari kelompok karbamat.Obat Nyamuk Listrik (Elektrik)Pada obat antinyamuk listrik (Mat) tak jauh berbeda dari yang bakar. Keduanya baru bisa efektif bekerja setelah ada penguapan dengan cara dipanaskan. Obat antinyamuk jenis ini menggunakan juga bahan aktif golongan pytheroid (alletrin, transflutrin, atau pralethtrin) pada pulpnya, bahan penstabil dan bahan kimia organic tertentu yang menguap jika dipanaskan. Fungsi bahan organic ini untuk menguapkan atau menghantarkan bahan-bahan aktif antinyamuk sehingga dapat bekerja. Oleh karena jenis ini tidak kasat mata dan sering ditambah wewangian tertentu, pengguna sering tak sadar bahwa dirinya sedang menghirup senyawa berisiko bagi tubuhnya.Kandungan bahan aktif Obat Nyamuk Semua jenis obat nyamuk memiliki bahan aktif yang sama, hanya berbeda pada bahan pengantarnya. Dibawah ini beberapa bahan aktif dalam obat nyamuk yaitu kelompok organofosfat (diklorvos/DDVP), karbamat (propoxur), pyhteroid (allethrin, bioallethrin, dan transflutrin), dan organochlorin (DDT). (15,16)1) Organofosfat (diklorvos)Insektisida ini merupakan ester asam fosfat atau asam tiofosfat. Pestisida ini umumnya merupakan racun pembasmi serangga yang paling toksik secara akut terhadap binatang bertulang belakang seperti ikan, burung, cicak, dan mamalia. Pestisida ini mempunyai efek memblokade penyaluran impuls saraf dengan mengikat enzim asetilkolin-esterase.Gejala akut keracunan diklorvos adalah mati rasa, sakit kepala, pusing, hilang koordinasi, tremor, nyeri perut, berkeringat, pandangan kabur, sulit bernafas dan detak jantung lemah.2) Karbamat (propoxur)Kelompok ini merupakan ester asam N-metilkarbamat. Bekerja menghambat asetilkolinesterase, tetapi pengaruhnya terhadap enzim tersebut tidak berlangsung lama karena prosesnya cepat reversible. Pada umumnya, pestisida kelompok ini dapat bertahan dalam tubuh antara 1-24 jam sehingga cepat diekskresikan.Jika terhirup, material ini dianggap tidak menghasilkan iritasi pada pernapasan (seperti digolongkan oleh EC Directives dengan menggunakan binatang percobaan). Meskipun demikian penghirupan debu atau uap terutama untuk periode yang cukup lama, dapat menghasilkan gangguan saluran pernapasan.Keracunan inhibitor kolinesterase menyebabkan gejala seperti peningkatan aliran darah kepada hidung, diare/mencret, gangguan pada dada dan sesak nafas. Gejala lain meliputi produksi air mata yang meningkat, rasa mual dan muntah-muntah, diare, sakit perut, pengeluaran urine tanpa mampu dikontrol, sakit dada, sulit bernafas, serta dapat menyebabkan tekanan darah menjadi rendah.3) PiretroidWHO mengelompokkannya dalam racun kelas menengah. Efeknya, mengiritasi mata maupun kulit yang sensitif, dan menyebabkan penyakit asma. Pada obat antinyamuk, piretroid yang digunakan berupa d-allethrin, transflutrin, bioallethrin, pralethrin, d-phenothrin, cyphenothrin, atau esbiothrin.4) Organochlorin Organoklorin atau disebut Chlorinated hydrocarbon terdiri dari beberapa kelompok yang diklasifikasi menurut bentuk kimianya. Yang paling populer dan pertama kali disinthesis adalah Dichloro-diphenyl-trichloroethan atau disebut DDT. Umumnya golongan ini mempunyai sifat: merupakan racun yang universal, degradasinya berlangsung sangat lambat larut dalam lemak.DDT dihentikan penggunaannya sejak tahun 1972, tetapi penggunaannya masih berlangsung sampai beberapa tahun kemudian, bahkan sampai sekarang residu DDT masih dapat terdeteksi. Sifat toksik dari DDT dapat membahayakan bagi kehidupan maupun lingkungan, karena meninggalkan residu yang terlalu lama dan dapat terakumulasi dalam jaringan melalui rantai makanan. DDT sangat stabil baik di air, di tanah, dalam jaringan tanaman dan hewan. Gejala yang terlihat pada intoksikasi DDT adalah sebagai berikut: Nausea, vomitus, paresthesis pada lidah, bibir dan muka, iritabilitas, tremor, convulsi, koma, kegagalan pernafasan.

Bahaya Obat Nyamuk Bagi Manusia Bahan aktif yang terdapat dalam obat nyamuk sangat berbahaya dan dapat mengganggu kesehatan manusia. Kandungan bahan kimia berbahaya dalam obat antinyamuk diantaranya dichlorvos, propoxur, pyrethroid dan diethyltoluamide. Selain itu, umumnya produk obat nyamuk juga memiliki zat tambahan tertentu. berupa pewarna, pengawet serta pewangi. Bahan-bahan tambahan, seperti juga zat aktif yang terdapat dalam obat nyamuk juga dapat merugikan kesehatan. Dampak kandungan obat nyamuk bagi pengguna adalah keracunan langsung dan gangguan kesehatan jangka panjang yang disebabkan kontaminasi (paparan) secara langsung ketika menggunakan obat antinyamuk, sehingga kandungan masuk ke dalam tubuh manusia. (17)Kendati zat racunnya sama, dosis masing-masing obat nyamuk berbeda satu sama lain. Bahan aktif pada obat nyamuk terdiri dari konsentrasi ringan sampai berat, dari yang kurang toksik sampai yang lebih toksik.Kandungan racun berbahaya pada obat nyamuk tergantung kadar konsentrasi racun dan jumlah pemakaiannya. Misalnya, kadar konsentrasi bahan aktif obat nyamuk semprot yang sedikit dapat bertambah banyak jika disemprotkan berulang kali.Umumnya bahan aktif yang dipakai pada obat nyamuk adalah yang cepat terurai dan berdaya racun tinggi, dalam arti mematikan nyamuk dengan cepat. Namun, pemakaian obat nyamuk yang tidak benar, dapat membahayakan kesehatan. Seberapa jauh dampaknya tergantung pada jenis, jumlah, usia dan bahan campurannya. (16,17)Pada Bayi bisa dikatakan rentan terhadap obat nyamuk. Hal ini bisa terjadi karena organ- organ tubuhnya belum sempurna, daya tahan tubuhnya belum baik serta refleks batuknya pun belum baik. Efek yang lebih berbahaya juga akan timbul pada anak yang alergi dan mempunyai bakat asma.Pada jenis bakar, sifatnya yang kasat mata dan sangat terasa membuat pengguna menghindari kontak langsung. Pengguna juga akan melakukan tindakan melindungi diri seperti membuka jendela lebar-lebar atau memastikan obat antinyamuk manakala matanya perih atau nafasnya makin sesak. Namun, tidak demikian hal-nya pada obat antinyamuk listrik. Gangguan tidak terasa langsung sebab indera penciuman tertipu oleh harumnya wewangian yang dikeluarkan. Selain itu, obat antinyamuk jenis ini juga menimbulkan iritasi pada mata. Seperti halnya obat antinyamuk bakar, obat antinyamuk listrik pun bisa membuat nafas kita jadi berat hingga sesak terutama bagi mereka yang tidak tahan atau sensitive terhadap bahan kimia. Hanya saja efeknya tidak langsung terasa. Kadang-kadang setelah beberapa kali atau lama menggunakannya, efek obat antinyamuk jenis mat ini baru terasa. (16)Risiko terbesar terdapat pada obat nyamuk bakar akibat asapnya yang dapat terhirup. Sedangkan obat nyamuk semprot cair memiliki konsentrasi berbeda, karena cairan yang dikeluarkan ini akan diubah menjadi gas. Artinya, dosisnya lebih kecil. Sementara obat nyamuk elektrik lebih kecil lagi, karena bekerja dengan cara mengeluarkan asap tapi dengan daya elektrik. Makin kecil dosis bahan zat aktif, makin kecil pula bau yang ditimbulkan. Sekaligus, makin minim pula kemungkinan mengganggu kenyamanan manusia.Untuk jangka panjang, kontak dengan obat antinyamuk setiap hari dan kontinu dapat menyebabkan kanker paru-paru pada 5-10 tahun ke depan. Obat antinyamuk yang disemprot, dibakar, dipanaskan (dengan listrik), maupun yang dioleskan ke dalam tubuh semuanya tak menjamin keamanan bagi kesehatan kita, terutama anak. Bahaya dapat timbul mengingat bahan kimia sintetik yang ada dalam obat antinyamuk tersebut akan menghambat kerja enzim acetylcholinesterase (AChE), yaitu enzim yang bekerja pada system sawar otak dan dapat memicu transfer sinyal (neurotransmitter) pada saraf manusia. Jika enzim itu terganggu maka akan menimbulkan gangguan kesehatan seperti sering pusing dan mual, serta lebih lanjut akan mengganggu kemampuan berfikir. (15,16)Penggunaan obat ini akan lebih berbahaya pada anak karena jika kerja enzim ini sampai terganggu maka perkembangan dan kerja otak anak kemungkinan besar juga akan terganggu. Jika AChE-nya terganggu maka tidak akan terjadi loncatan neurotransmitter sehingga kemampuan berfikir anak akan menurun.Efek Langsung Zat Kimia Obat Nyamuk Bahan aktif dari obat nyamuk akan masuk ke dalam tubuh melalui pernafasan dan kulit lalu akan beredar dalam darah. Setelah itu menyebar pada sel-sel tubuh. Ada yang ke pernafasan, ke otak lewat susunan saraf pusat, dan lain-lain. Efek terbesar akan dialami oleh organ yang sensitif. Karena, obat nyamuk lebih banyak mengenai hirupan, maka yang biasanya yang terkena adalah pernafasan. Sementara efek samping pada kulit sangat tergantung pada daya sensitifitas atau kepekaan kulit. (17)Gangguan-gangguan pada organ tubuh manusia akan terjadi jika pemakaian obat nyamuk tidak terkontrol atau dosisnya yang berlebihan. Orang yang memiliki alergi akan lebih cepat menunjukkan reaksi. Alergi yang paling banyak muncul biasanya mengenai saluran nafasnya sehingga menimbulkan batuk.Saluran nafas manusia dilengkapi suatu epitel atau pelapis saluran nafas. Epitel ini mempunyai silia seperti rambut getar yang berfungsi untuk mengeluarkan sesuatu. Silia akan bereaksi terhadap sekret (cairan lendir) atau benda asing yang ada dalam saluran nafas.Benda ini akan dikeluarkan ke atas dengan bantuan silia yang menyapu seperti gelombang. Namun karena bahan kimia pada obat nyamuk terdiri dari zat aktif yang iritatif, bukan kuman, maka sel epitel lebih mudah rusak. Begitu pula dengan silianya.Jika epitel dan silia rusak, benda-benda tadi tak dapat dikeluarkan dengan bantuan silia maupun epitel. Selain itu, sel-sel di bawah epitel juga akan terkena dampkanya. Akibatnya, keluarlah lendir atau cairan kental. Sehingga,saluran nafas jadi sedikit mengkerut, karena syaraf-syarafnyaterganggu. Jadi batuk terjadi ketika epitel dan silia rusak. Tubuh berusaha untuk mengeluarkan sekret atau benda asing tersebut secara aktif. Caranya dengan batuk. Reaksi terhadap obat nyamuk dapat timbul dalam rangkaian waktu yang berbeda. Bisa cepat, dapat juga lambat. Orang yang organ pernafasannya sensitif akan bereaksi saat itu juga atau beberapa menit setelah menghirup bau obat nyamuk. Tapi, ada juga yang setelah enam jam baru batuk-batuk. (15,17)Efek pemakaian obat antinyamuk yang bisa dirasakan langsung akan berbeda-beda pada tiap orang. Namun, umumnya berakibat buruk, terutama pada anak-anak, dengan kadar yang berbeda-beda mulai dari merasa sesak nafas, alergi dalam bentuk gangguan di kulit, iritasi kulit, batuk-batuk, pusing, mual, muntah, atau bahkan pingsan. Bahkan, tidak tertutup kemungkinan dapat menghambat perkembangan otak anak.

II.2 Kerangka PemikiranII.2.1 Kerangka TeoriBerdasarkan teori yang telah dipaparkan dapat dibuat kerangka teori sebagai berikut :Faktor Risiko ISPAFaktor Environment (lingkungan) : Kepadatan Hunian Pendidikan Orang Tua Status Sosial Ekonomi Kebiasaan Merokok Bahan Bahakan Untuk Memasak Penggunaan Obat Anti Nyamuk

Faktor Host (Diri) : Usia Jenis Kelamin Status Imunisasi Pemberian ASI BBLR Sumplemen Vit. A

Infeksi /masuknya mikroorganisme ke dalam tubuh manusia

Daya Tahan Subyek

Keterangan :Kejadian ISPA

Diteliti Tidak DitelitiII.2.2 Kerangka Konsep Jenis Obat NyamukKejadian ISPAFaktor Host(Diri) & Faktor Environment (kecuali penggunaan obat nyamuk)Bakar

Listrik

Semprot

Variabel Independen Variabel Perancu Variabel Dependen

II.2.3 Definisi Operasional dan Kriteria Obyektif1. Pencemaran Udara ( Penggunaan Obat Nyamuk ) Definisi Operasional :Penggunaan obat nyamuk yang dimaksud adalah cara untuk menghindari kontak atau gigitan dari nyamuk pada saat tidur dengan menggunakan obat anti nyamuk baik yang berupa obat anti nyamuk bakar, semprot, elektrik. Dimana obat nyamuk tersebut mengandung bahan aktif insektisida yang berasal dari bahan sintesis yang biasanya tidak ramah lingkungan, sehingga dapat menimbulkan pencemaran udara di dalam rumah. Kriteria Obyektif :Memakai : Jika responden secara rutin menggunakan obat anti nyamuk (bakar, semprot, elektrik).Tidak memakai : Jika responden tidak setiap hari menggunakan obat anti nyamuk (bakar, semprot, elektrik). 2. Kejadian ISPA Definisi Operasional :ISPA adalah radang akut saluran pernapasan atas maupun bawah pada anak usia 1-4 tahun yang ditandai dengan gejala batuk, pilek, atau sesak napas yang berlangsung sampai 14 hari. Kriteria Obyektif :Menderita : Bila hasil diagnosa dokter berdasarkan gejala di rumah sakit menunjukkan anak tersebut menderita ISPA.Tidak Menderita : Bila hasil diagnosa dokter berdasarkan gejala di rumah sakit tidak menunjukkan anak tersebut menderita ISPA.BAB IIIMETODE PENELITIANIII.1 Desain PenelitianJenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif dengan metode survey dan dengan pendekatan cross sectional study, dengan melakukan wawancara dalam bentuk kuisioner terhadap subjek penelitian untuk mengetahui Hubungan Kejadian ISPA pada balita yang terpapar Obat Nyamuk.III.2 Lokasi dan Waktu PenelitianIII.2.1 TempatTempat penelitian yaitu PuskesmasIII.2.2 WaktuWaktu pelaksanaan penelitian yaitu pada bulan..III. 3 Bahan dan Alat Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner berisikan pertanyaan yang didesain khusus untuk penelitian ini, untuk mengetahui Gambaran Angka Kejadian ISPA pada Balita Yang Terpapar Obat Nyamuk di Puskesmas. Variabelnya antara lain penggunaan obat nyamuk di rumah.III.4 Populasi dan SampelIII.4.1 PopulasiPopulasi yang diteliti adalah anak-anak umur 0-10 tahun yang menderita ISPA di puskesmas yang datanya diperoleh dari puskesmasIII.4.2 SampelSampel yang diteliti adalah balita umur 0-5 tahun yang menderita ISPA di puskesmas. Dimana datanya diperoleh dari puskesmas periode januari-desember 2013III.5 Teknik Pengambilan SampelTeknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik..Dengan menggunakan rumus pengambilan sampel :III.6 Kriteria Pemilihan Subjek Untuk menghindari dari penyimpangan dari populasinya, sebelum dilakukan pengambilan sampel, diperlukan penentuan kriteria inklusi, maupun kriteria ekslusi. Kriteria inklusi berupa ciri-ciri yang perlu dipenuhi oleh setiap anggota populasi yang dapat diambil sebagai sampel. Sedangkan kriteria ekslusi berupa ciri-ciri anggota populasi yang tidak dapat diambil sebagai sampel.III.6.1 Kriteria Inklusi1). Ibu-ibu yang memiliki anak umur 0-5 tahun yang berada di puskesmas 2). Sehat jasmani dan rohani3). Dapat membaca dan menulis4). Bersedia menjadi respondenIII.6.2 Kriteria Ekslusi1). Responden yang mengundurkan diri pada saat pelaksaan penelitian2). Responden yang tidak mengembalikan kuesioner3). Responden yang menolak untuk menjadi sampelIII.7 Alat PenelitianProsedur pengumpulan data dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan angket berupa kuesioner berisi pertanyaan yang sudah tersusun dengan baik yang dibagikan kepada responden. Kemudian responden tinggal memberikan tanda-tanda tertentu.III.8 Jenis DataPengumpulan data yang dilakukan pada penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer merupakan data yang dikumpulkan langsung dari subject penelitian. Data primer yang dikumpulkan adalah data dari karateristrik responden dan data mengenai penggunaan obat nyamuk di rumah. Data karakteristrik responden meliputi identitas ibu dan anak tersebut. Sedangkan data sekunder merupakan data yang didapat tidak secara langsung dari obyek penelitian, melainkan berupa catatan, transkrip, dan buku.III.9 Alur PenelitianPenelitian dilakukan pada bulan. dengan mencari sampel penelitian yang memenuhi kriteria inklusi. Sampel yang bersedia mengikuti penelitian akan membuktikan kesanggupannya dengan mendatangani informed consent. Peneliti akan membagikan kuesioner kepada responden yang berisi beberapa pertanyaan tertutup yaitu pertanyan yang sudah disediakan jawabannya yaitu benar dan salah sehingga responden tinggal memilih jawabn tersebut sesuai dengan keyakinannya. Jawaban benar dengan pernyataan positif dan jawaban salah dengan pertanyaan negative mendapatkan nilai 1. Jawaban salah dengan pertanyaan negative akan mendapatkan nilai 0.III. 10 Pengolahan dan Analisis DataIII.10.1 Pengolahan DataData yang dikumpulkan diolah dengan menggunakan program SPSS 20.0 for windows dengan computer.III.10.2 Penyajian DataData yang telah diolah dan dianalisis akan disajikan dalam bentuk table disetai keterangan.III. 11 Etika Penelitian1. Setiap subyek akan dijamin kerahasiaannya atas data yang diperoleh dari rekam medic dan kuesioner dengan tidak menuliskan nama pasien tapi hanya berupa inisial.2. Sebelum melakukan penelitian maka peneliti akan meminta izin pada kepala puskesmas.

DAFTAR PUSTAKA

1. Rasmaliah,2004. Infeksi Saluran Pernafasan Akut (Ispa) Dan Penanggulangannya[online] http://library usu.ac.id/download/fkm/fkm-rasmaliah9.pdf [Diakses pada tanggal 10 Mei 2014 pukul 10.30 Wita]2. Dinas Kesehatan Kota Makassar, 2005. Laporan Ispa Dinkes Kota Makassar.3. Anonim. 2010. Factor lingkungan dengan kejadian ISPA pada balita. http://eprints.uny.ac.id/8336/2/bab%201%20%2808308141008%29.pdf. [Diakses pada tanggal 10 mei 2014,pukul 13.07 WITA]4. Ilmu Kesehatan Anak (Nelson Textbook of pediatrics) edisi 15, vol 2. Wald E. Nelson, MD5. Fahmi Wahyu Rakhmanda.2012. Hubungan penggunaan Obat Nyamuk Bakar dengan kejadian Ispa pada balita di luwuk Ngawi. http://dglib.uns.ac.id/pengguna.php?mn=detail&d_id=23490. [Diakses pada tanggal 8 Mei 2014 pukul 20.30 WITA].6. Alsagaff H MA. 2008. Infeksi Saluran Pernafasan Akut. http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/16377/4/Chapter%20II.pdf. [ Diakses pada tanggal 10 mei 2014 pukul 13.56]7. Depkes R.I., (2002) Pedoman Pemberantasan Penyakit Infeksi Saluran Pernafasan Akut Untuk Penanggulangan Pneumonia Pada Balita, Ditjen PPM-PLP. Jakarta.8. Anonim,2005.Gunakan Obat Nyamuk Sesuai Keperluan,(online),http://www.sriwijaya.com(diakses 11 mei 2014 pukul 16.00 wita)9. Sukmawati. 2010. Hubungan Status Gizi, Berat Badan Lahir (Bbl), Imunisasi Dengan Kejadian Infeksi Saluran Pernapasan Akut (Ispa) Pada Balita Di Wilayah Kerja Puskesmas Tunikamaseang Kabupaten Maros. Tesis. Makassar : Universitas hasanuddin Makassar.10. Departemen Kesehatan RI, 2002. Pedoman Pemberantasan Penyakit Infeksi Saluran Pernafasan Akut Untuk Penanggulangan Pneumonia Pada Balita: Jakarta.11. Sukmawati. 2010. Hubungan Status Gizi, Berat Badan Lahir (Bbl), Imunisasi Dengan Kejadian Infeksi Saluran Pernapasan Akut (Ispa) Pada Balita Di Wilayah Kerja Puskesmas Tunika maseang Kabupaten Maros12. WHO. Acute Respiratory Infections (update juni 2013).[serial online]. 2013.[cited 10 Mei 2014]. Available from : www.who.int/vaccine-research/ari/en/print/html.13. Wahyono Dj, Hapsari I, Astuti IWB. Pola Pengobatan Infeksi Saluran Nafas Akut Usia Bawah Lima Tahun (Balita) Rawat Jalan di Puskesmas I Purwareja Klampok Kabupaten Banjernegara tahun 2004. . Available from : http://mfi.farmasi.ugm.ac.id [diakses pada tanggal 10 mei 2014 pukul 10.30 wita]14. Dahlan Z. Pneumonia. In : Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, Editors. Buku Ajar Ilmu penyakit Dalam. Jakarta : Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.15. Diana, Wulan. 2009. Dampak Negatif Penggunaan Pestisida di Lingkungan http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/1106/1/fp-diana.pdf. [Diakses tanggal 10 mei 2011 pada pukul 17.14 wita].16. Runia, Yodenca. 2008. Tesis: Faktor-fakor yang Berhubungan dengan Keracunan Pestisida Organofosfat, Karbamat dan Kejadian Anemia pada Petani Holtikultura Di Desa Tejosari Kecamatan Ngablak Kabupaten Magelang. Universitas Diponegoro. Semarang. Dipublikasikan (112 Hal). [Diakses 11 Mei 2014 pukul 14.23 wita]17. Pohan, Nurhasmawati. 2004. Pestisida dan Pencemarannya. Universitas Sumatra Utara. http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/1367/1/tkimianurhasmawaty7.pdf. [Diakes pada tanggal 11 Mei 2014 Pukul 02.34 wita].

36