achkam karya tulis ilmiah
DESCRIPTION
karya tulis ilmiahj kuliah kerja nyata universitas tadulako angkatan 64TRANSCRIPT
![Page 1: Achkam karya tulis ilmiah](https://reader036.vdocuments.net/reader036/viewer/2022081513/55cf9714550346d0338fa67c/html5/thumbnails/1.jpg)
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang dan Gambaran Umum
Sampah merupakan salah satu masalah yang umumnya melanda
semua kota dan desa di negara ini termasuk di wilayah Kabupaten Sigi
khususnya di Desa Mpanau Kecamatan Sigi Biromaru.
Sejalan dengan berkembangnya penduduk, maka sampah yang
merupakan hasil sisa dari kegiatan penduduk sehari-hari juga ikut
meningkat. Seperti halnya pada keadaan di Desa Mpanau, dimana banyak
terdapat tumpukan sampah yang tidak pada tempatnya bahkan di beberapa
tempat terlihat sampah yang tidak terangkut sehingga menjadi masalah
yang dapat menimbulkan berbagai bahaya sosial bagi masyarakat seperti
timbulnya berbagai macam penyakit, banjir serta dapat merusak keindahan
dan kelestarian lingkungan sekitarnya.
Pemerintah Daerah telah melakukan usaha penanggulangan
sampah dengan menempatkan berbagai peralatan persampahan di lokasi
tertentu, namun jumlahnya belum dapat menampung sampah yang di
hasilkan dan hal ini belum dapat menuntaskan masalah persampahan
yang semakin meningkat.
Hal itu disebabkan karena pada umumnya masyarakat yang tinggal
di Desa Mpanau sebagian besar membuang sampahnya di tempat–tempat
terdekat walaupun bukan merupakan TPS yang telah disediakan. Oleh
karena itu dibutuhkan metode pengelolaan yang sesuai untuk memperkecil
atau sedapat mungkin menghilangkan dampak negative yang ditimbulkan
oleh masalah persampahan.
1.2 Tujuan Penulisan
Tujuan dari penulisan ini adalah untuk memberikan suatu
sumbangan pemikiran bagi usaha penanganan persampahan di wilayah
Desa Mpanau. Penulisan ini juga dimaksudkan untuk mengungkapkan
tentang faktor–faktor yang mempengaruhi timbunan sampah serta cara
yang perlu dilakukan untuk menanggulangi permasalahan tersebut,
berdasarkan pengamatan serta teori yang diperoleh di bangku kuliah.
1
![Page 2: Achkam karya tulis ilmiah](https://reader036.vdocuments.net/reader036/viewer/2022081513/55cf9714550346d0338fa67c/html5/thumbnails/2.jpg)
1.3 Permasalahan
Sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai, maka permasalahan
yang diangkat pada penulisan ini adalah :
1. Apa faktor–faktor mempengaruhi masalah persampahan di Desa
Mpanau.
2. Metode apa yang dapat digunakan untuk menanggulangi masalah
persampahan tersebut.
2
![Page 3: Achkam karya tulis ilmiah](https://reader036.vdocuments.net/reader036/viewer/2022081513/55cf9714550346d0338fa67c/html5/thumbnails/3.jpg)
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Sampah
Menurut Kamus Istilah Lingkungan (1994), sampah merupakan bahan
yang tidak mempunyai nilai atau tidak berharga untuk maksud biasa atau
utama dalam pembuatan atau pemakaian barang rusak atau bercacat
dalam pembikinan manufaktur atau materi berkelebihan atau ditolak atau
buangan. Menurut istilah lingkungan untuk Manajemen (Ecolink, 1996),
sampah adalah bahan yang terbuang atau dibuang dari sumber hasil
aktivitas manusia maupun proses alam yang belum memiliki nilai ekonomis.
Menurut SK Menteri Pekerjaan Umum (1990), sampah adalah limbah yang
bersifat padat terdiri dari zat organik yang dianggap tidak berguna lagi dan
harus dikelola agar tidak membahayakan lingkungan dan melindungi
investasi pembangunan.
Sedangkan menurut American Public Health Association, sampah
(waste) diartikan sebagai sesuatu yang tidak digunakan, tidak terpakai,
tidak disenangi atau sesuatu yang dibuang, yang berasal dari kegiatan
manusia dan tidak terjadi dengan sendirinya. FKM UI mendefinisikan
sampah sebagai sesuatu bahan/benda padat/yang terjadi karena
berhubungan dengan aktivitas manusia yang tak dipakai lagi, tak disenangi
dan dibuang dengan cara-cara saniter, kecuali buangan yang berasal tubuh
manusia.
Setiap orang akan memberikan jawaban yang berbeda, sebab
persepsinya tentang sampah sangat berkaitan dengan bidang profesinya
atau pada kebiasaan di lingkungan pekerjaannya.
Meskipun demikian, dari pendapat yang berbeda dapat disimpulkan
defenisi sampah sebagai berikut :
1. Sampah adalah bahan sisa yang sudah diambil bagian utamanya dan
berhubungan langsung/tak langsung dengan aktivitas manusia.
2. Dari segi sosial ekonomi, sampah adalah bahan yang sudah tidak ada
harganya.
3
![Page 4: Achkam karya tulis ilmiah](https://reader036.vdocuments.net/reader036/viewer/2022081513/55cf9714550346d0338fa67c/html5/thumbnails/4.jpg)
3. Dari segi lingkungan, sampah adalah bahan buangan yang tidak
berguna dan banyak menimbulkan masalah pencemaran dan
gangguan pada pelestarian lingkungan.
2.2 Sumber Sampah
Pada umumnya sumber sampah dihubungkan dengan penggunaan
(tata guna) lahan. Atau dapat dikatakan sumber sampah berhubungan
dengan aktivitas manusia di seluruh penjuru bumi ini.
a. Sampah rumah tangga
Yaitu sampah yang berasal dari lingkungan pemukiman atau
perumahan, baik di daerah perkotaan maupun pedesaan. Ragam
sampah di daerah perkotaan biasanya lebih banyak, serta jenis sampah
organiknya secara kuantitatif dan kualitatif lebih kompleks. Umumnya
berupa sampah rumah tangga berupa sisa pengolahan makanan,
perlengkapan rumah tangga bekas, kertas, kardus, gelas, kain, sampah
kebun/halaman dan lain–lain.
b. Sampah dari pertanian dan perkebunan
Sampah dari kegiatan pertanian tergolong bahan organik, seperti
jerami dan sebagainya. Sebagian besar sampah yang dihasilkan
selama musim panen dibakar atau dimanfaatkan untuk pupuk. Untuk
sampah bahan kimia seperti pestisida dan pupuk buatan perlu
perlakuan khusus agar tidak mencemari lingkungan. Sampah pertanian
lainnya adalah lembaran plastik penutup tempat tumbuh–tumbuhan
yang berfungsi untuk mengurangi penguapan dan penghambat
pertumbuhan gulma, namun plastik ini dapat didaur ulang.
c. Sampah dari sisa bangunan dan konstruksi gedung
Sampah yang berasal dari kegiatan pembangunan dan pemugaran
gedung ini dapat berupa bahan organik dan anorganik. Sampah
organik, misalnya kayu, bambu dan triplek. Sampah anorganik misalnya
semen, pasir, spesi, batu bata, ubin, besi dan baja, kaca dan kaleng.
4
![Page 5: Achkam karya tulis ilmiah](https://reader036.vdocuments.net/reader036/viewer/2022081513/55cf9714550346d0338fa67c/html5/thumbnails/5.jpg)
d. Sampah dari perdagangan atau sampah komersil dan perkantoran
Yakni sampah yang bersumber dari lingkungan kegiatan
perdagangan seperti toko, warung, restoran, pasar atau toko swalayan,
dan kegiatan perkantoran, seperti kertas, alat tulis menulis, toner
fotocopy, pita printer, kotak tinta printer, baterai, bahan kimia dari
laboratorium, pita mesin ketik, klise film, komputer rusak, dan lain–lain.
e. Sampah dari industri
Sampah industri merupakan hasil samping kegiatan industri, yang
jenisnya sangat tergantung pada kegiatan industri itu sendiri. Sampah
ini berasal dari seluruh rangkaian proses produksi (bahan–bahan kimia
serpihan atau potongan bahan), perlakuan dan pengemasan produk
(kertas, kayu, plastik, kain/lap yang jenuh dengan pelarut untuk
pembersihan). Sampah industri berupa bahan kimia yang seringkali
beracun memerlukan perlakuan khusus sebelum dibuang.
f. Sampah dari kandang hewan atau pemeotongan hewan
Terdiri dari sisa–sisa makanan hewan dan kotorannya, sisa daging
dan tulang–tulangnya.
g. Sampah alami dan lainnya
Yakni berupa dedaunan, sisa bencana alam, sampah–sampah
yang dihasilkan oleh tanaman, tempat rekreasi, kendaraan umum,
terminal, pelabuhan dan lain–lain.
2.3 Karakteristik Sampah
Secara umum sampah dapat dibagi menurut jenisnya, klasifikasi
sampah dibagi atas 3 (tiga), yaitu :
1. Sampah basah
Yaitu jenis sampah yang susunannya terdiri dari sebagian besar
bahan organik yang mempunyai sifat cepat membusuk, misalnya
sampah dari persiapan makanan dan sayur–mayur, baik yang telah
masak maupun yang belum dimasak, yaitu sisa–sisa daging mentah,
makanan basah, daun basah dari jenis yang mudah membusuk dan
lain–lain.
5
![Page 6: Achkam karya tulis ilmiah](https://reader036.vdocuments.net/reader036/viewer/2022081513/55cf9714550346d0338fa67c/html5/thumbnails/6.jpg)
2. Sampah kering
Yaitu sampah yang susunannya terdiri dari bahan organik atau
bahan anorganik yang mempunyai sifat sebagian besar atau seluruh
bahannya tidak mudah membusuk. Sampah kering dibagi menjadi dua
jenis, yaitu :
a. Sampah logam, seperti pipa besi tua, mur dan baut, kaleng dan
sebagainya.
b. Sampah kering bukan logam, dibagi menjadi dua bagian, yaitu :
1. Sampah kering dapat terbakar, seperti kain, karton, kayu dan
sebagainya.
2. Sampah kering yang tidak dapat terbakar, seperti pecahan
botol, sisa–sisa bahan bangunan dari batu bata dan sebagainya.
3. Sampah lembut
Yaitu sampah yang susunannya terdiri bahan organik atau
anorganik dan merupakan partikel–partikel kecil dan mempunyai sifat
mudah beterbangan yang dapat membahayakan dan mengganggu
pernapasan dan mata. Sampah jenis ini dibagi menjadi dua golongan,
yaitu :
a. Debu, merupakan partikel–partikel kecil dari proses mekanis seperti
debu penggergajian kayu, debu asbes dari pabrik pipa, pabrik
semen dan sebagainya.
b. Abu, merupakan partikel–partikel kecil dari proses pembakaran,
misalnya abu pembakaran kayu, kertas, abu rokok dan sebagainya.
Pembagian macam sampah berdasarkan tingkatan bahannya,
kekhususannya, keadaannya dan asal-usulnya, yaitu :
1. Sampah berbahaya, dibagi menjadi 4 golongan, yaitu :
a. Sampah pathogen yaitu sampah yang berasal dari rumah sakit.
b. Sampah beracun yaitu sampah kertas bungkus bahan beracun,
pestisida.
c. Sampah ledakan yaitu petasan, mesiu dari sampah perang.
d. Sampah radioaktif yaitu sampah nuklir.
2. Sampah balokan, seperti bangkai mobil, bangkai kulkas, pohon
tumbang dan sebagainya.
6
![Page 7: Achkam karya tulis ilmiah](https://reader036.vdocuments.net/reader036/viewer/2022081513/55cf9714550346d0338fa67c/html5/thumbnails/7.jpg)
3. Sampah jalan yaitu sampah sapuan jalan.
4. Sampah binatang mati, seperti bangkai ayam, anjing, tikus dan
sebagainya.
5. Sampah bangunan, seperti pecahan atap, bata, potongan kayu dan
sebagainya.
6. Sampah industri, yaitu ampas atau sisa bahan baku untuk proses
industri.
7. Sampah khusus, yaitu sampah dari benda–benda berharga atau
sampah dokumentasi.
2.4 Faktor–Faktor yang Mempengaruhi Macam, Jenis dan Besarnya
Timbunan Sampah
Adapun faktor–faktor yang mempengaruhi macam, jenis dan besarnya
timbunan sampah adalah :
1. Jenis bangunan-bangunan yang ada, seperti :
a. Bangunan kantor, sampahnya yang dominan adalah sampah kering
dapat terbakar (combus tible rubbish).
b. Bangunan pasar, sampah basah dan kering merata.
c. Bangunan industri, menghasilkan sampah yang sebagian besar
sejenis.
2. Tingkatan aktivitas
Jumlah sampah yang timbul pada setiap bangunan berhubungan
langsung dengan tingkatan aktivitas orang–orang yang
mempergunakannya, misalnya bangunan pasar, makin ramai
pengunjungnya makin banyak pula timbunan sampah yang diperoleh
dari pasar tersebut.
3. Iklim
Pada daerah banyak hujan, umumnya mempunyai jenis tumbuh–
tumbuhan yang lebih lebat daripada di daerah beriklim kering.
4. Musim
Setiap pergantian musim akan berganti pula jenis sampah yang
timbul akan berbeda pula volumenya.
7
![Page 8: Achkam karya tulis ilmiah](https://reader036.vdocuments.net/reader036/viewer/2022081513/55cf9714550346d0338fa67c/html5/thumbnails/8.jpg)
5. Faktor geografi
Faktor geografi juga mempunyai pengaruh terhadap jumlah serta
perubahan komposisi sampah padat. Sebagai contoh dapat
dikemukakan bahwa di daerah pegunungan, sampah dari jenis kayu–
kayuan akan meningkat, sedangkan di dataran rendah sampah jenis
pertanian mungkin menonjol, sedangkan di daerah pantai sampah jenis
kerang–kerangan atau hasil–hasilan laut yang banyak jumlahnya.
6. Sistem pengumpulan dan pembuangan sampah yang dipakai
Pengumpulan sampah dengan gerobak akan berbeda dengan
pengumpulan sampah memakai truk pemadat. Adanya sampah–
sampah yang dibakar atau dibuang sendiri oleh yang bersangkutan atau
oleh kontraktor sehingga tidak masuk dalam pencatatan administrasi
Dinas Kebersihan, akan memberi gambaran jumlah sampah yang lebih
kecil dari jumlah produksi sampah yang sebenarnya.
7. Kepadatan penduduk dan jumlah penduduk
Semakin padat penduduk suatu daerah, maka makin besar pula
sampah yang timbul dan tempat untuk lokasi mengelola sampah
semakin menyempit, demikian pula sebaliknya.
8. Periode sosial dan ekonomi
Pada keadaan negara dengan ekonomi baik, negara subur makmur,
produksi meningkat, daya beli masyarakat bertambah, maka akan
semakin besar pula timbunan sampah, begitu pula sebaliknya.
9. Pengambilan bahan–bahan yang ada pada sampah untuk dipakai
kembali
Adanya bahan–bahan tertentu pada sampah yang mempunyai nilai
ekonomi, oleh golongan tertentu akan diambil kembali untuk dijual.
Sehingga dengan demikian jumlah sampah jenis ini yang dikumpulkan
akan berkurang. Hal ini sangat tergantung pada harga pasaran dari
bahan–bahan tersebut. Bila harga cukup tinggi maka jumlah timbunan
sampah akan berkurang, demikian sebaliknya.
8
![Page 9: Achkam karya tulis ilmiah](https://reader036.vdocuments.net/reader036/viewer/2022081513/55cf9714550346d0338fa67c/html5/thumbnails/9.jpg)
2.5 Pengelolaan Sampah
Pengelolaan sampah yang lazim dilaksanakan pada beberapa kota
besar di Indonesia meliputi proses pengumpulan, pengangkutan,
pengolahan dan pembuangan akhir.
Dalam pengelolaan sampah, dapat terlaksana dengan baik jika
didukung dengan beberapa faktor yang penting, yaitu :
1. Aspek organisasi dan manajemen
Aspek organisasi dan manajemen merupakan suatu kegiatan yang
bertumpu pada prinsip teknik dan manajemen yang menyangkut aspek
ekonomi, sosial, budaya dan kondisi fisik wilayah dan memperhatikan
pihak yang dilayani yaitu masyarakat.
2. Aspek teknik operasional
Secara umum, teknik operasional pengelolaan sampah mencakup :
a. Pewadahan
Pewadahan sampah adalah suatu cara penampungan sampah
sebelum dikumpulkan, diangkut dan dibuang ke tempat pembuangan
akhir. Dalam operasi pengumpulan sampah, masalah pewadahan
memegang peranan yang amat penting, oleh sebab itu tempat sampah
adalah tanggung jawab individu yang menghasilkan sampah (sumber
sampah), sehingga tiap sumber sampah sebaiknya mempunyai
wadah/tempat sampah sendiri. Tempat penyimpanan sampah pada
sumber diperlukan untuk menampung sampah yang dihasilkan agar
tidak tercecer atau berserakan. Volumenya tergantung pada jumlah
sampah per hari yang dihasilkan oleh tiap sumber sampah dan
frekuensi serta pola pengumpulan yang dilakukan. Pola penampungan
dapat berbentuk :
1) Individual, dimana setiap rumah, toko dan bangunan lainnya
mempunyai bangunan sendiri, cocok untuk daerah pemukiman kelas
menengah dan tinggi, pertokoan, perkantoran dan bangunan besar
lainnya.
2) Komunal, tersedia satu wadah yang dapat dimanfaatkan beberapa
rumah/bangunan, cocok untuk pemukiman kumuh dengan tingkat
9
![Page 10: Achkam karya tulis ilmiah](https://reader036.vdocuments.net/reader036/viewer/2022081513/55cf9714550346d0338fa67c/html5/thumbnails/10.jpg)
ekonomi rendah, rumah susun, pemukiman padat sekali (yang
menyulitkan proses operasi pengumpulan).
Adapun cara pewadahan, yaitu :
a) Cara pewadahan sampah rumah tangga
Sampah rumah tangga hendaknya dimasukkan ke dalam tempat
sampah yang tertutup, apalagi untuk sampah dari sisa–sisa makanan
karena akan cepat membusuk yang dapat menimbulkan bau dan
mengundang lalat serta menjadi media perkembangan lalat.
1) Tempat sampah pada pola pengumpulan individual
Pewadahan pada pola pengumpulan individual (langsung/tak
langsung), kapasitas wadah minimal dapat menampung sampah
untuk 3 hari (40–60 ltr), hal ini berkaitan dengan waktu pembusukan
dan perkembangan lalat, masih cukup ringan untuk diangkat oleh
orang dewasa sendirian (di rumah atau petugas kebersihan) serta
efisiensi pengumpulan (pengumpulan dilakukan 2–3 hari secara
regular). Bila tempat sampah menggunkan kantong plastik bekas,
ukuran dapat bervariasi kecuali dibuat standar. Pada pemakaian
bak sampah permanen dan pasangan batu bata (tidak dianjurkan),
sampah harus dimasukkan dalam kantong plastik sehingga
memudahkan serta mempercepat proses pengumpulan.
2) Tempat sampah pada pola pengumpulan komunal
Kapasitas disesuaikan dengan kemudahan dan untuk membawa
sampah tersebut (oleh penghasil sampah) ke tempat penampungan
komunal (container besar, bak sampah, TPS). Kapasitas tersebut
untuk menampung sampah maksimum 3 hari (cukup berat untuk
membawanya sampai ke penampungan komunal yang jaraknya
kira–kira 50–100 meter dari rumah).
b) Cara pewadahan sampah non rumah tangga
Pada pewadahan ini, prinsip kesehatan tetap dipertahankan yaitu
tertutup, sedangkan kapasitasnya tergantung aktivitas sumber sampah
serta jenis atau komposisi sampahnya. Jika jumlah sampahnya dapat
mencapai 6–10 m3 per hari, pemakaian container dari arm roll truck
dianjurkan.
10
![Page 11: Achkam karya tulis ilmiah](https://reader036.vdocuments.net/reader036/viewer/2022081513/55cf9714550346d0338fa67c/html5/thumbnails/11.jpg)
c) Cara pewadahan sampah bagi pejalan kaki
Di sepanjang daerah pertokoan atau taman–taman dan tempat–
tempat umum dapat dilakukan dengan menempatkan bin–bin sampah
plastik. Sampah dari pejalan kaki ini umumnya terdiri dari pembungkus
makanan atau lainnya yang tidak cepat membusuk. Kapasitas tempat
sampah ini berkisar 50–120 liter.
b. Pengumpulan
Yang dimaksud dengan sistem pengumpulan sampah adalah cara
atau proses pengambilan sampah dari sumber timbunan sampah
sampai ke tempt pengumpulan sampah sementara atau stasiun
pemindahan sekaligus ke tempat pembuangan akhir (TPA).
Pengumpulan umumnya dilaksanakan oleh petugas kebersihan kota
atau swadaya masyarakat. Pada dasarnya, pengumpulan sampah
dapat dikelompokkan dalam pola pengumpulan sebagai berikut :
1) Pola individual langsung
Pengumpulan dilakukan oleh petugas kebersihan yang
mendatangi tiap–tiap bangunan atau sumber sampah (door to door)
dan langsung diangkut untuk dibuang ke TPA.
Persyaratan dari pola individual langsung adalah:
a. Kondisi geografis bergelombang (rata-rata 5%) sehingga alat
pengoperasian mesin sulit beroprasi.
b. Kondisi jalan cukup lebar dan operasi tidak mengganggu
pengguna jalan yang lainnya.
c. Kondisi dan jumlah alat memadai.
d. Jumlah timbunan sampah >0.3m3/hari
2) Pola individual tak langsung
Pengumpulan dilakukan oleh petugas kebersihan yang
mendatangi tiap–tiap bangunan/sumber sampah (door to door) dan
diangkut ke tempat pembuangan sementara atau transfer depo
sebelum dibuang ke TPA, kegiatan pengumpulan menggunakan
gerobak. Persyaratan dari pola individual tak langsung adalah
sebagai berikut:
a. Bagi daerah yan partisipasi masyarakat rendah.
11
![Page 12: Achkam karya tulis ilmiah](https://reader036.vdocuments.net/reader036/viewer/2022081513/55cf9714550346d0338fa67c/html5/thumbnails/12.jpg)
b. Lahan untuk lokasi pemindahan tersedia.
c. Alat pengumpulan masih bisa menjangkau.
d. Kondisi jalan lebar, dapat dilalui alat pengumpul tanpa
menggangu pengguna jalan yang lainnya.
3) Pola komunal langsung
Pengumpulan sampah dilakukan sendiri oleh masing–masing
penghasil sampah (rumah tangga, dll) ke tempat–tempat
penampungan sampah komunal yang telah disediakan atau
langsung ke truck sampah yang mendatangi titik pengumpulan.
Persyaratan dari pola kmunal langsung adalah sebagai berikut:
a. Bila alat angkut terbatas.
b. Bila kemempuan pengendalian personil dan peralatan relatif
rendah.
c. Peran serta masyarakat tinggi.
d. Wadah komunal disesuaikan dengan kebutuhan dan dilokasi
yang mudah dijangkau oleh alat pengangkut.
4) Pola komunal tak langsung
Pengumpulam sampah dilakukan oleh masing–masing
penghasil sampah (rumah tangga, dll) ke tempat–tempat yang telah
disediakan atau ditentukan (bin/tong sampah komunal) atau
langsung ke gerobak yang ada pada titik pengumpulan komunal.
Petugas kebersihan kemudian dengan gerobaknya mengambil
sampah dari tempat–tempat pengumpulan komunal tersebut dan
dibawa ke TPS atau transfer depo sebelum diangkut ke TPA.
Persyaratan pola komunal tak langsung adalah sebagai berikut:
a. Peran serta masyarakat tinggi.
b. Wadah komunal disesuaikan dengan kebutuhan dan dilokasi
yang mudah dijangkau oleh alat pengangkut.
c. Kondisi jalan lebar,dapat dilalui alat pengumpul tanpa
menggangu pengguna jalan yang lainnya.
5) Pola penyapuan jalan
Persyaratan pola penyapuan jalan, yaitu :
12
![Page 13: Achkam karya tulis ilmiah](https://reader036.vdocuments.net/reader036/viewer/2022081513/55cf9714550346d0338fa67c/html5/thumbnails/13.jpg)
a) Juru sapu harus mengetahui cara penyapuan untuk setiap
daerah pelayanan.
b) Penanganan penyapuan jalan untuk setiap daerah berbeda
tergantung pada fungsi dan nilai daerah yang dilayani.
c) Pengumpulan sampah hasil penyapuan jalan diangkut ke lokasi
pemindahan untuk kemudian diangkut ke TPA.
c. Pengangkutan
Pengangkutan dimaksudkan sebagai kegiatan operasi yang dimulai
dari titik pengumpulan terakhir dari suatu siklus pengumpulan sampai ke
TPA.
Metode pengangkutan serta peralatan yang akan dipakai tergantung
dari pola pengumpulan yang dipergunakan.
1). Pengangkutan pada pola pengumpulan individual langsung.
Pengangkutan sampah untuk pengumpulan yang digunakan
untuk pengumpulan juga langsung digunakan untuk pengangkutan
ke TPA.
Dari pool, kendaraan langsung menuju ke titik-titik pengumpulan
(sumber sampah) dan setelah penuh dari titik pengumpulan terakhir
(dalam suatu rit). Setelah menurunkan sampah di TPA, kemudian
kembali ke titik pengumpulan pertama untuk rit berikutnya, setelah
penuh dari titik pengumpulan terakhir pada rit tersebut langsung
menuju ke TPA demikian seterusnya dan akhirnya dari TPA
langsung kembali ke pool.
2). Untuk pengumpulan sampah yang dilakukan dengan sistem
pemindahan (Transfer Depo), proses pengangkutannya dengan
cara sebagai berikut :
Kendaraan angkutan keluar dari pool langsung menuju lokasi
pemindahan Transfer Depo untuk pengangkutan sampah langsung
ke TPA. Dari TPA kendaraan tersebut kembali ke Transfer Depo
untuk pengambilan rit berikutnya.
3). Untuk pengumpulan sampah dengan sistem container, pola
pengangkutan adalah sebagai berikut :
13
![Page 14: Achkam karya tulis ilmiah](https://reader036.vdocuments.net/reader036/viewer/2022081513/55cf9714550346d0338fa67c/html5/thumbnails/14.jpg)
a). Cara I (sistem container yang diganti)
Dari pool, Armroll truck membawa container kosong (CK)
menuju landasan container pertama (C1), menurunkan container
kosong dan mengambil container penuh (C1) secara hidrolis,
selanjutnya menuju TPA menuju untuk menurunkan sampah. Dari
TPA membawa container kosong (C1), menuju landasan container
kedua, menurunkan container (C1) kemudian mengambil container
penuh (C2) untuk dibawa ke TPA, selanjutnya menuju ke landasan
container berikutnya demikian seterusnya. Setelah rit yang terakhir
dari TPA bersama container terakhir (Cn) yang telah kosong
kembali ke pool.
b). Cara 2 (sistem container yang dipindah)
Armroll truck tanpa container keluar dari pool langsung menuju
lokasi container pertama (C1), untuk mengambil/mengangkut C1 ke
TPA. Dari TPA kendaraan tersebut dengan container kosong (C1)
kembali menuju lokasi container berikutnya (C2), menurunkan
container yang kosong (C1) dan mengambil C2 untuk diangkt ke
TPA demikian seterusnya. Pada rit terakhir setelah container
kosong (Cn) diletakkan pada lokasi container pertama dan
kendaraan tersebut kembali ke pool.
c). Cara 3 (sistem container yang diangkat )
Pada cara 3 relatif sama dengan cara 2, hanya setelah container
pertama (C1) di bawa ke TPA untuk dikosongkan kembalinya ke
lokasi landasan pertama, demikian pula container kedua (C2) dari
TPA kembali ke landasan kedua demikian seterusnya.
d). Cara 4 (sistem container yang dipindah)
Sistem ini biasanya untuk container kecil serta alat angkut
berupa truck compactor. Kendaraan keluar dari pool langsung
menuju lokasi container pertama (C1) dan mengambil sampahnya
untuk dituangkan ke dalam truck dan meletakkan kembali container
yang kosong itu di tempatnya semula, begitu seterusnya.
Adapun jenis peralatan yang digunakan pada pengangkutan
berupa :
14
![Page 15: Achkam karya tulis ilmiah](https://reader036.vdocuments.net/reader036/viewer/2022081513/55cf9714550346d0338fa67c/html5/thumbnails/15.jpg)
1) Truck ( ukuran besar atau kecil )
2) Dump truck
3) Armroll truck
4) Compactor truck
5) Loader
6) Truck gandengan.
3. Tempat Pembuangan Akhir.
Tempat Pembuangan Akhir (TPA) merupakan tempat dimana sampah
mencapai tahap terakhir dalam pengolahan sejak mulai timbul pada
sumbernya, pengumpulan, pemindahan/pengangkutan dan pembuangan.
Tempat Pembuangan Akhir merupakan tempat dimana sampah diisolasi
secara umum agar tidak menimbulkan gangguan terhadap lingkungan
sekitarnya.
Oleh karena itu diperlukan untuk penyediaan fasilitas dan system yang
tepat agar keamanan tersebut dapat dicapai dengan baik.
Di TPA, sampah masih mengalami proses penguraian secara alami
dengan jangka waktu yang panjang. Beberapa jenis sampah yang dapat
terurai secara cepat, sementara yang lain lambat, bahkan ada beberapa jenis
sampah tidak berubah sampai puluhan tahun : misalnya plastik. Hal ini
memberikan gambaran setelah TPA digunakan masih ada proses yang
berlangsung dan menghasilkan beberapa yang dapat mengganggu
lingkungan, karena itu masih diperlukan pengawasan terhadap TPA yang
telah ditutup. Dalam pembuangan akhir terdapat beberapa metode yang
dilakukan antara lain Control Landfill, Sanitary Landfill dan Open dumping.
Metode yang sering digunakan di Indonesia adalah Open dumping,
sedangkan sanitary landfill dan control landfill masih jarang dilakukan.
Metode dalam pelaksanaan pembuangan sampah yaitu :
a. Open Dumping
Open Dumping atau pembuangan terbuka cara pembuangan
sederhana dimana sampah hanya dihamparkan pada suatu lokasi,
dibiarkan terbuka tanpa pengaman dan ditinggalkan setelah lokasi
tersebut penuh. Cara ini diterapkan dengan alasan keterbatasan sumber
daya (manusia, dan dan lain-lain). Pemakaian cara ini harus di daerah
15
![Page 16: Achkam karya tulis ilmiah](https://reader036.vdocuments.net/reader036/viewer/2022081513/55cf9714550346d0338fa67c/html5/thumbnails/16.jpg)
yang jauh terisolir dari daerah pemukiman. Cara ini tidak direkomendasi
lagi mengingat banyaknya potensi pencemaran lingkungan yang
ditimbulkan, seperti : polusi udara oleh bau dan gas yang dihasilkan,
polusi air akibat banyaknya lindi yang timbul dan estetika lingkungan yang
buruk karena pemandangan yang buruk.
Keuntungan dan kelemahan dari pelaksanaan sistem Open Dumping
adalah sebagai berikut :
Keuntungan :
a). Masih dilaksanakan karena tidak memakai metode kerja khusus.
b) Tidak membutuhkan konstruksi bangunan khusus.
c). Sangat murah dalam operasi dan pemeliharaan.
d). Tidak perlu peralatan berat.
e). Tidak membutuhkan tenaga-tenaga khusus.
Kelemahan :
a). Membutuhkan lahan yang cukup luas.
b). Kurang memperhatikan segi estetika kota karena sampah yang
ditimbun tidak diberi lapisan penutup.
c). Kurang memperhatikan segi kesehatan lingkungan karena
penimbunan sampah secara terbuka akan menimbulkan dan
gangguan serangga penyebar penyakit.
d). Kurang memperhatikan segi perlindungan karena dapat mencemari
air permukaan, air tanah serta tanah lingkungan setempat.
e). Sampah dapat beterbangan terbawa angin.
b. Controll Landfill.
Metode ini merupakan peningkatan dari cara Open Dumping dimana
sampah yang telah ditimbun, ditutup dengan lapisan tanah untuk mengurangi
potensi gangguan lingkungan yang ditimbulkan. Dalam operasionalnya juga
dilakukan peralatan dan pemadatan sampah untuk peningkatan efisiensi
pemanfaatan lahan dan kestabilan tempat pembuangan akhir (TPA). Untuk
dapat melaksanakan cara ini diperlukan penyediaan beberapa fasilitas
diantaranya :
a). Saluran drainase untuk pengendalian.
b). Saluran pengumpul limbah dan kolam penampungan
16
![Page 17: Achkam karya tulis ilmiah](https://reader036.vdocuments.net/reader036/viewer/2022081513/55cf9714550346d0338fa67c/html5/thumbnails/17.jpg)
c). Pos pengendalian opersional
d). Fasilitas pengendalian gas metan
e). Alat berat
Keuntungan dari pelaksanaan sistem Control Landfill adalah :
a). Mudah dilaksanakan karena metodenya sederhana
b). Lahan yang tidak memerlukan konstruksi
c). Tidak menimbulkan dampak negatife bagi estetika kota
Kelemahan dari Sistem Controll Landfill adalah sebagai berikut :
a). Memerlukan lahan yang cukup luas
b). Memerlukan anggaran biaya khusus untuk membayar tenaga operator
serta biaya operasi dan pemeliharaan peralatan.
c). Kurang memperhatikan segi perlindungan karena dapat mencemari air
tanah setempat.
c. Sanitary Landfill
Cara ini merupakan standar yang dipakai secara internasional dimana
penutupan sampah dilakukan setiap hari sehingga potensi yang ditimbulkan
dapat diminimalkan. Namun demikian diperlukan penyediaan sarana dan
prasarana yang cukup mahal untuk menerapkan cara ini.
Adapun keuntungan-keuntungan dari cara sanitary landfill adalah sebagai
berikut :
a). Mampu menerima segala jenis sampah sehingga mengurangi pekerjaan
awal sampah.
b). Memberi dampak positif bagi estetika kota.
c). Menjaga kualitas lingkungan dengan adanya pengelolaan air limbah gas
hasil proses dekomposisi sampah.
d). Luas lahan yang diperlukan lebih kecil dibandingkan dua sistem
sebelumnya.
e). Dapat dilaksanakan di tengah atau di pinggir kota yang tidak begitu jauh.
f). Setelah lahan TPA tidak digunakan lagi dapat dimanfaatkan sebagai
lapangan olahraga, taman, penghijauan dan hutan lindung.
Kelemahan sistem Sanitary Landfill adalah sebagai berikut :
a). Metodenya cukup sulit dan kompleks sehingga memerlukan peralatan dan
konstruksi khusus.
17
![Page 18: Achkam karya tulis ilmiah](https://reader036.vdocuments.net/reader036/viewer/2022081513/55cf9714550346d0338fa67c/html5/thumbnails/18.jpg)
b). Memerlukan biaya operasi dan pemeliharaan yang cukup besar, sebab
membutuhkan peralatan dan tenaga yang cukup banyak
c). Biaya awal yang dibutuhkan cukup besar karena perlu pembangunan
konstruksi khusus.
Mengingat besarnya potensi dalam menimbulkan gangguan terhadap
lingkungan maka pemilihan lokasi TPA harus dilakukan dengan seksama dan
hati-hati. Hal ini ditunjukkan dalam persyaratan pemilihan lokasi sebagai
berikut :
a). Sudah tercakup dalam perencanaan tata ruang kota dan daerah
b). Jenis tanah kedap air
c). Daerah yang tidak produktif untuk pertanian
d). Tidak membahayakan atau mencemarkan sumber air
e). Jarak dari daerah pusat pelayanan + 10 km
f). Daerah yang bebas banjir.
Untuk dapat dioperasikan dengan baik maka TPA perlu dilengkapi
dengan prasarana dan sarana yang meliputi :
a). Prasarana jalan
b). Prasarana drainase
c). Fasilitas penerimaan
d). Lapisan kedap air
e). Fasilitas pengaman limbah
f). Alat berat
g). Penghijauan
h). Fasilitas penunjang.
Tempat Pembuangan Akhir dapat bekerja dengan baik apabila dalam
pelaksanaannya dan pemeliharaannya berjalan sesuai dengan aturan yang
ditetapkan.
4. Aspek peraturan dan hukum
Aspek peraturan didasarkan atas kenyataan bahwa negara Indonesia
adalah negara hukum, dimana sendi-sendi kehidupan bertumpu pada hokum
yang berlaku. Peraturan-peraturan mudah dimengerti dan dilaksanakan
secara konsekuensi serta dengan pengawasan yang ketat. Namun metode
pelaksanaanya harus dengan pendekatan psychis (Psycological approach).
18
![Page 19: Achkam karya tulis ilmiah](https://reader036.vdocuments.net/reader036/viewer/2022081513/55cf9714550346d0338fa67c/html5/thumbnails/19.jpg)
Manajemen persampahan kota di Indonesia membutuhkan kekuatan dan
dasar hukum, seperti dalam pemungutan retribusi, ketertiban masyarakat dan
sebagainya.
5. Aspek pembiayaan
Aspek pembiayaan merupakan sumber daya penggerak agar roda
system pengelolaan persampahan di kota tersebut dapat berjalan lancer.
Untuk menjalankan operasi dan pemeliharaan, dalam sistem pengelolaan
persampahan disuatu kota memerlukan pembiayaan. Dimana pembiayaan itu
menyangkut beberapa hal, seperti :
a) Bagaimana proporsi APBN dan anggaran pengelolaan persampahan,
antara retribusi dan biaya pengelolaan sampah.
b) Bagaimana proporsi komponen biaya tersebut untuk gaji, transportasi,
pemeliharaan, pendidikan dan penegmbangan serta administrasi.
c) Bagaimana proporsi antara retribusi dengan pendapatan masyarakat.
d) Bagaimana struktur dan penarikan retribusi yang berlaku.
Bentuk penarikan retribusi dibenarkan jika dalam pelaksanaannya adalah
badan formal yang diberi wewenang oleh pemerintah.
Untuk anggaran dari APBD sebesar 5-10% sedangkan untuk retribusi
ditetapkan menurut :
a) Besarnya APBD yang ditarik.
b) Proyeksi jumlah pelanggan dari suatu sistem.
Sekitar 10% dari jumlah keseluruhan retribusi atau tarif yang dapat ditarik
dari masyarakat tiap bulannya dianggap tidak dapat ditarik.
c) Hitungan biaya dari operasi dan pemeliharaan.
6. Aspek peran serta masyarakat.
Pembinaan masyarakat dalam pengelolaan sampah adalah dengan
melakukan perubahan bentuk perilaku yang didasarkan pada kebutuhan atas
kondisi lingkungan yang bersih yang pada akhirnya dapat menumbuhkan dan
mengembangkan peran serta masyarakat dalam bidang kebersihan.
Perubahan bentuk perilaku masyarakat dapat terwujud perlu ada usaha
membangkitkan masyarakat dengan mengubah kebiasaan dan perilaku
terhadap kebersihan. Kebersihan tidak lagi dipandang sebagai keharusan
atau kewajiban tetapi lebih dipandang dari nilai kebutuhan.
19
![Page 20: Achkam karya tulis ilmiah](https://reader036.vdocuments.net/reader036/viewer/2022081513/55cf9714550346d0338fa67c/html5/thumbnails/20.jpg)
Pencapaian efektifitas system penyingkiran sampah dan besarnya biaya
operasional, sangat dipengaruhi oleh adanya partisipasi aktif dari
masyarakat.
20
![Page 21: Achkam karya tulis ilmiah](https://reader036.vdocuments.net/reader036/viewer/2022081513/55cf9714550346d0338fa67c/html5/thumbnails/21.jpg)
BAB 3
METODE PENELITIAN
3.1 Kondisi Geografis
Desa Mpanau adalah salah satu desa yang terletak di Kecamatan Sigi
Biromaru Kabupaten Sigi. Luas dari areal desa tersebut ialah 7,48 km2
dengan ketinggian 500 meter dari permukaan laut dan berbatasan dengan :
a) Sebelah Utara dengan Kelurahan Petobo, Kecamatan Palu Selatan.
b) Sebelah Timur dengan Desa Loru, Kecamatan, Kecamatan Sigi
Biromaru.
c) Sebelah Selatan dengan Desa Lolu, Kecamatan Sigi Biromaru.
d) Sebelah Barat dengan Desa Kalukubula, Kecamatan Sigi Biromaru.
Dilihat dari lokasi desa yang merupakan ibukota Kecamatan Sigi
Biromaru dan terletak berbatasan dengan Kota Palu maka sebagian besar
masyarakat yang bermukim di daerah ini umumnya pekerja kantoran selain
ada juga wiraswasta dan petani.
Gambar 3.1. Peta Desa Mpanau
21
![Page 22: Achkam karya tulis ilmiah](https://reader036.vdocuments.net/reader036/viewer/2022081513/55cf9714550346d0338fa67c/html5/thumbnails/22.jpg)
3.2 Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian adalah bertempat di lingkungan Desa Mpanau.
3.3 Objek Penelitian
Objek penelitian yaitu berupa lokasi-lokasi pembuangan sampah
warga yang berada di Desa Mpanau.
3.4 Metode Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan metode observasi lapangan, yaitu
pengamatan langsung mengenai kondisi persampahan yang berada di
Desa Mpanau.
Selain melakukan pengamatan di lapangan, observasi juga dilakukan
melalui studi pustaka tentang pengelolaan sampah, penyebab dan
penanganannya serta teori-teori mengenai persampahan yang mendukung
penelitian ini.
22
![Page 23: Achkam karya tulis ilmiah](https://reader036.vdocuments.net/reader036/viewer/2022081513/55cf9714550346d0338fa67c/html5/thumbnails/23.jpg)
BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN
Sampah di Desa Mpanau bersumber dari sampah rumah tangga, sampah
dari kegiatan pertanian dan perkebunan, sampah sisa pembuatan bangunan,
sampah dari perdagangan, perkantoran dan sekolah.
Untuk mengatasi permasalahan tersebut maka pemerintah telah
menyediakan tempat-tempat untuk membuang sampah yang di sebar di lokasi-
lokasi yang di anggap sebagai tempat masyarakat biasa membuang sampah
rumah tangganya, namun pada kenyataannya tempat pembuangan sementara
(TPS) tersebut masih kurang dan tidak difungsikan secara maksimal.
Permasalahan mengenai persampahan tidak selesai sampai di situ
melainkan timbul permasalahan baru yaitu polusi udara. Polusi udara tersebut
terjadi karena sampah yang dibuang oleh masyarakat tidak langsung diangkut
oleh mobil pengangkut sampah sehingga di sekitar tempat pembuangan sampah
menimbulkan bau yang tidak sedap. Selain menimbulkan bau yang tidak sedap,
dengan adanya sampah dilingkungan sekitar tempat tinggal dapat pula
menyebabkan berkumpulnya hewan-hewan yang dapat membawa penyakit bagi
masyarakat yang berada di sekitar tempat pembuangan sampah.
Selain faktor kurangnya TPS, faktor lain yang juga membuat lingkungan
sekitar tempat pembuangan sampah menjadi kurang bersih karena masyarakat
yang membuang sampahnya tidak ke dalam bak pembuangan sampah
melainkan hanya melempar sampah tersebut disekitar tempat pembuangan
sampah, sehingga menyebabkan sampah-sampah tersebut menjadi
berhamburan di sekitar bak pembuangan sampah. Bahkan ada pula yang
membuang sampahnya di tanah–tanah lapang yang dianggap cukup dekat
dengan tempat tinggal mereka atau langsung ke drainase terdekat, sehingga
menimbulkan masalah baru yaitu tersumbatnya drainase dan lingkungan menjadi
kelihatan lebih kotor akibat semakin banyaknya sampah–sampah yang
berserakan.
23
![Page 24: Achkam karya tulis ilmiah](https://reader036.vdocuments.net/reader036/viewer/2022081513/55cf9714550346d0338fa67c/html5/thumbnails/24.jpg)
Gambar 4.1. Kondisi sampah yang berserakan di pinggir jalan
Gambar 4.2. Drainase yang dipenuhi sampah
Untuk mengatasi permasalahan persampahan di Desa Mpanau maka
diperlukan upaya pengelolaan sampah secara terpadu, dimana semua pihak
yaitu masyarakat dan pemerintah, harus terlibat baik langsung maupun tidak
langsung di dalam mengelola sampah di tiap–tiap lingkungan mulai dari rumah
tangga sampai pada tingkat desa. Bentuk pengelolaan yang dianjurkan untuk
mengatasi permasalahan persampahan tersebut adalah sebagai berikut :
24
![Page 25: Achkam karya tulis ilmiah](https://reader036.vdocuments.net/reader036/viewer/2022081513/55cf9714550346d0338fa67c/html5/thumbnails/25.jpg)
1. Pemisahan sampah
Yang perlu dilakukan adalah melakukan penyuluhan pada masyarakat
untuk pengelolaan sampah mulai dari rumah tangga yaitu pemisahan antara
sampah organik dan non organik. Bagi rumah tangga yang mempunyai
halaman rumah, sampah organik dapat diolah menjadi kompos yang berguna
untuk tanaman, untuk sampah non organik atau sampah kering, sebaiknya
yang bisa didaur ulang (recycle) dan yang bisa digunakan kembali (reuse)
diberikan kepada pemulung dan yang tidak bisa didaur ulang dapat dibuang
ke TPS, jika pengumpulan menggunakan pola komunal langsung yaitu
penghasil sampah langsung membuang sampahnya ke TPS yang tersedia,
sedangkan untuk pengumpulan pola komunal tak langsung yaitu sampah
dibuang pada gerobak sampah yang tersedia di dekat tempat tinggal
kemudian petugas kebersihan yang membuang ke TPS berupa bak dari
susunan bata atau container.
2. Pewadahan
Pewadahan yang merupakan suatu cara penampungan sampah
sebelum dikumpulkan, dipindahkan dan dibuang ke tempat pembuangan
akhir. Sampah domestik yang dihasilkan di rumah tangga sebaiknya harus
terwadahi agar kebersihan dan estetika tetap terjaga serta memudahkan
dalam proses pengumpulan dan pengangkutan. Untuk menncegah
terganggunya lingkungan, maka semua jenis sampah harus disimpan dalam
wadah sedemikian rupa, sehingga tidak terhambur oleh angin atau binatang,
dan tidak menimbulkan bau yang tidak sedap.
Persyaratan bahan pewadahan, yaitu :
a. Tidak mudah rusak dan kedap air
b. Ekonomis dan mudah diperoleh
c. Mudah, cepat dikosongkan
d. Tertutup
Dalam menentukan jenis wadah yang layak digunakan untuk mencapai
proses pengumpulan dan pembiayaan yang ekonomis, perlu ada pewadahan
sampah yang ukurannya ditentukan oleh :
a. Jumlah penghuni tiap rumah
25
![Page 26: Achkam karya tulis ilmiah](https://reader036.vdocuments.net/reader036/viewer/2022081513/55cf9714550346d0338fa67c/html5/thumbnails/26.jpg)
b. Tingkat hidup masyarakat
c. Cara pengambilan sampah
d. Sistem pelayanan
Untuk masyarakat yang tinggal di Desa Mpanau dengan pertimbangan
efektif, mudah didapat dan praktis, maka diusulkan pewadahan sampah
berupa tong sampah berukuran sedang (40–60 ltr). Melihat kondisi
perumahan dan juga perkantoran yang cukup padat sehingga akan sulit bagi
truk–truk sampah untuk memasuki perumahan masyarakat, maka sebaiknya
pada lingkungan Desa Mpanau diterapkan pola komunal tak langsung untuk
system pewadahan, dimana masyarakat membuang sampahnya pada
gerobak yang terletak pada titik–titik tertentu yang dekat dengan tempat
tinggalnya, kemudian sampah tersebut diangkut oleh gerobak untuk
dipindahkan ke TPS berupa bak dari pasangan bata atau container.
3. Pengumpulan
Pola pengumpulan yang digunakan untuk Desa Mpanau, disesuaikan
dengan pertimbangan–pertimbangan yaitu kepadatan penduduk, kondisi
perumahan serta tingkat sosial ekonomi penduduk. Berdasarkan
pertimbangan tersebut, maka penerapan pola pengumpulan sebaiknya
menggunakan pola komunal tak langsung, dimana pengumpulan sampah
dilakukan sendiri oleh masing–masing penghasil sampah (rumah tangga) ke
tempat penampungan sampah komunal yang telah disediakan berupa
gerobak sampah yang ada, kemudian petugas kebersihan mengambil
gerobak yang berisi sampah tersebut dan selanjutnya dibawa ke TPS berupa
bak dari pasangan bata atau container yang terletak di pinggir jalan yang
dapat dilalui mobil untuk memudahkan pengangkutan. Untuk pewadahan
komunal diusulkan menggunakan bak dari pasangan bata dengan kapasitas
1,5 m3 atau container dengan kapasitas 6 m3. Satu buah gerobak dengan
kapasitas 1 m3 dapat melayani 66 KK, jadi jumlah gerobak yang
dibutuhkan untuk masyarakat Desa Mpanau dengan jumlah penduduk =
800 KK, yang terdiri dari Dusun 1 = 176 KK, Dusun 2 = 226 KK, Dusun 3 =
161 KK dan Dusun 4 = 237 KK. Maka dibutuhkan gerobak sebanyak 800/66 =
12,12 = 13 buah.
26
![Page 27: Achkam karya tulis ilmiah](https://reader036.vdocuments.net/reader036/viewer/2022081513/55cf9714550346d0338fa67c/html5/thumbnails/27.jpg)
4. TPS
Setelah sampah dikumpulkan pada gerobak yang ada, maka selanjutnya
sampah dibawa ke TPS yang tersedia. Jumlah TPS yang disediakan
disesuaikan berdasarkan jumlah gerobak yang dibutuhkan. Untuk pewadahan
komunal atau TPS diusulkan menggunakan bak dari pasangan bata dengan
kapasitas 1,5 m3 atau dengan container kapasitas 6 m3, yang 1 (satu)
buahnya dapat melayani 400 KK. Sehingga untuk masyarakat Desa Mpanau
dibutuhkan bak dari pasangan bata sebanyak :
(13 buah gerobak x 1 m3)/ 1,5 m3 = 9 buah. Atau container sebanyak
800/400 = 2 buah.
Dengan rancangan anggaran biaya untuk pembuatan bak sampah dari
pasangan bata sebagai berikut :
No Uraian PekerjaanVolume
SatuanHarga Satuan
Jumlah
harga
(Rp.) (Rp.)
IPekerjaan bak sampah
Uk. 1,5 x 1,0 x 1,0 m
1 Galian tanah 2,00 m³ 25.000 50.000
2Pekerjaan pasangan
batu kali pondasi0,05 m³ 100.000 5.000
3Pekerjaan pasangan
bata merah5 m³ 70.000 350.000
4Pekerjaan plesteran
t = 15 cm8 m³ 50.000 400.000
Total Pekerjaan Bak
Sampah / Unit805.000
27
![Page 28: Achkam karya tulis ilmiah](https://reader036.vdocuments.net/reader036/viewer/2022081513/55cf9714550346d0338fa67c/html5/thumbnails/28.jpg)
Jadi, harga per unit untuk sebuah bak sampah adalah Rp.805.000
(delapan ratus lima ribu rupiah). Untuk membuat 9 buah bak sampah untuk
masyarakat Desa Mpanau maka dibutuhkan anggaran sebesar 9 x
Rp.805.000 = Rp.7.245.000 (tujuh juta dua ratus empat puluh lima ribu
rupiah).
Sedangkan untuk TPS menggunakan daur ulang ban bekas yang harga
per unit sebesar Rp.35.000 untuk tiap 1 KK. Maka dibutuhkan anggaran
sebesar 800 x Rp.35.000 = Rp.28.000.000 (dua puluh delapan juta rupiah).
5. Pengangkutan
Pengangkutan dimaksudkan sebagai kegiatan operasi yang dimulai dari
TPS sampai ke tempat pembuangan akhir (TPA). Pada sistem pengangkutan
ini disesuaikan dengan pola pengumpulan yang dilakukan menurut daerah
pelayanan serta disesuaikan dengan alat angkut yang ada sekarang. Apabila
di Desa Mpanau digunakan pola komunal tak langsung untuk sistem
pewadahan komunal atau TPS berupa bak dari pasangan bata, maka alat
angkut yang dibutuhkan berupa dump truck dengan kapasitas 6 m3 sebanyak
2 buah.
6. Tempat pembuangan akhir (TPA)
Sampah dari TPS diangkut dengan menggunakan dump truck, untuk
kemudian langsung dibawa ke TPA. Sebaiknya TPA menggunakan sistem
Sanitary Landfill, karena cara ini merupakan salah satu metode pengolahan
sampah terkontrol dengan system sanitasi yang baik dan merupakan standar
yang digunakan secara internasional dimana penutupan sampah dilakukan
setiap hari sehingga potensi negative yang ditimbulkan dapat diminimalkan.
Akan tetapi, diperlukan penyediaan sarana dan prasaran yang cukup mahal
untuk menerapkan cara ini.
Pencapaian efektifitas system pengelolaan sampah juga sangat
dipengaruhi oleh adanya partisipasi aktif dari masyarakat, yaitu bukan saja hanya
sebatas keikut sertaan dalam bergotong royong membersihkan serta membuang
sampah pada tempatnya, tetapi masyarakat juga harus sadar dan memenuhi
peraturan–peraturan yang berlaku. Misalnya menempatkan sampah pada wadah
28
![Page 29: Achkam karya tulis ilmiah](https://reader036.vdocuments.net/reader036/viewer/2022081513/55cf9714550346d0338fa67c/html5/thumbnails/29.jpg)
yang memenuhi syarat kesehatan dan kenyamanan atau membayar retribusi
yang ditentukan. Sebaliknya, pihak Dinas Kebersihan Kabupaten Sigi harus
dapat memberikan penyuluhan, petunjuk yang mudah dicerna dan fasilitas yang
sesuai dan mencukupi. Hubungan timbal balik antara masyarakat dan petugas
persampahan pada daerah pelayanan adalah sangat penting. Hal ini dapat
digunakan sebagai suatu kekuatan untuk lebih memperoleh suasana kerja yang
saling bantu membantu.
29
![Page 30: Achkam karya tulis ilmiah](https://reader036.vdocuments.net/reader036/viewer/2022081513/55cf9714550346d0338fa67c/html5/thumbnails/30.jpg)
BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
1. Hasil pengamatan di lapangan, dapat disimpulkan bahwa masyarakat
belum mengelola sampah mereka dengan baik, karena sampah yang
ada dibuang ke drainase atau tanah–tanah lapang disekitar rumah
tinggalnya. Hal ini dapat mempengaruhi kondisi lingkungan di Desa
Mpanau, yang dapat terlihat dengan adanya sampah yang berserakan
disekitar TPS bahkan di tanah–tanah lapang yang bukan merupakan
TPS yang telah ditentukan pemerintah daerah. Solusinya masyarakat
perlu diberi penyuluhan tentang penanganan sampah rumah tangga.
Dan penambahan jumlah TPS di tempat-tempat yang padat penduduk.
2. Kondisi masyarakat sekitar seperti jumlah keluarga, jumlah pendapatan
dan kondisi perumahan dapat mempengaruhi timbunan sampah yang
ada di Desa Mpanau.
3. Masalah persampahan yang terjadi dapat dicegah dengan cara
pengelolaan sampah yang baik, dimana pengelolaan sampah tersebut
melibatkan peran serta masyarakat dan pemerintah. Pengelolaan
sampah dengan cara memisahkan sampah basah dan kering, sampah
yang basah dapat dijadikan pupuk, sedangkan sampah yang kering
dapat diberikan pada pemulung atau sampah–sampah tersebut
dikumpulkan pada wadah atau tempat sampah, kemudian dibuang ke
TPS yang nantinya akan diangkut oleh petugas kebersihan untuk
dibuang ke TPA.
4. Dari hasil perhitungan rancangan anggaran biaya untuk pembuatan bak
sampah dari pasangan bata diperoleh harga per unit untuk sebuah bak
sampah adalah Rp.805.000,- (delapan ratus lima ribu rupiah). Untuk
membuat 9 buah bak sampah untuk masyarakat Desa Mpanau maka
dibutuhkan anggaran sebesar 9 x Rp.805.000,- = Rp.7.245.000,- (tujuh
juta dua ratus empat puluh lima ribu rupiah). Sedangkan untuk TPS
menggunakan daur ulang ban bekas yang harga per unit sebesar
Rp.35.000,- untuk tiap 1 KK. Maka dibutuhkan anggaran sebesar 800 x
Rp.35.000,- = Rp.28.000.000,- (dua puluh delapan juta rupiah).
30
![Page 31: Achkam karya tulis ilmiah](https://reader036.vdocuments.net/reader036/viewer/2022081513/55cf9714550346d0338fa67c/html5/thumbnails/31.jpg)
5.2 Saran
1. Pemerintah sebaiknya memperhatikan dan berupaya untuk mencegah
agar permasalahan persampahan di Kabupaten Sigi, khususnya Desa
Mpanau dapat segera teratasi karena hal tersebut dapat berpengaruh
terhadap lingkungan dan kesehatan masyarakat.
2. TPS yang ada sebaiknya difungsikan semaksimal mungkin.
31