achkam karya tulis ilmiah

42
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Gambaran Umum Sampah merupakan salah satu masalah yang umumnya melanda semua kota dan desa di negara ini termasuk di wilayah Kabupaten Sigi khususnya di Desa Mpanau Kecamatan Sigi Biromaru. Sejalan dengan berkembangnya penduduk, maka sampah yang merupakan hasil sisa dari kegiatan penduduk sehari- hari juga ikut meningkat. Seperti halnya pada keadaan di Desa Mpanau, dimana banyak terdapat tumpukan sampah yang tidak pada tempatnya bahkan di beberapa tempat terlihat sampah yang tidak terangkut sehingga menjadi masalah yang dapat menimbulkan berbagai bahaya sosial bagi masyarakat seperti timbulnya berbagai macam penyakit, banjir serta dapat merusak keindahan dan kelestarian lingkungan sekitarnya. Pemerintah Daerah telah melakukan usaha penanggulangan sampah dengan menempatkan berbagai peralatan persampahan di lokasi tertentu, namun jumlahnya belum dapat menampung sampah yang di hasilkan dan hal ini belum dapat menuntaskan masalah persampahan yang semakin meningkat. Hal itu disebabkan karena pada umumnya masyarakat yang tinggal di Desa Mpanau sebagian besar membuang sampahnya di tempat–tempat terdekat walaupun bukan merupakan TPS yang telah disediakan. Oleh karena itu dibutuhkan metode pengelolaan yang sesuai untuk 1

Upload: achkam-agung

Post on 28-Dec-2015

47 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

karya tulis ilmiahj kuliah kerja nyata universitas tadulako angkatan 64

TRANSCRIPT

Page 1: Achkam karya tulis ilmiah

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang dan Gambaran Umum

Sampah merupakan salah satu masalah yang umumnya melanda

semua kota dan desa di negara ini termasuk di wilayah Kabupaten Sigi

khususnya di Desa Mpanau Kecamatan Sigi Biromaru.

Sejalan dengan berkembangnya penduduk, maka sampah yang

merupakan hasil sisa dari kegiatan penduduk sehari-hari juga ikut

meningkat. Seperti halnya pada keadaan di Desa Mpanau, dimana banyak

terdapat tumpukan sampah yang tidak pada tempatnya bahkan di beberapa

tempat terlihat sampah yang tidak terangkut sehingga menjadi masalah

yang dapat menimbulkan berbagai bahaya sosial bagi masyarakat seperti

timbulnya berbagai macam penyakit, banjir serta dapat merusak keindahan

dan kelestarian lingkungan sekitarnya.

Pemerintah Daerah telah melakukan usaha penanggulangan

sampah dengan menempatkan berbagai peralatan persampahan di lokasi

tertentu, namun jumlahnya belum dapat menampung sampah yang di

hasilkan dan hal ini belum dapat menuntaskan masalah persampahan

yang semakin meningkat.

Hal itu disebabkan karena pada umumnya masyarakat yang tinggal

di Desa Mpanau sebagian besar membuang sampahnya di tempat–tempat

terdekat walaupun bukan merupakan TPS yang telah disediakan. Oleh

karena itu dibutuhkan metode pengelolaan yang sesuai untuk memperkecil

atau sedapat mungkin menghilangkan dampak negative yang ditimbulkan

oleh masalah persampahan.

1.2 Tujuan Penulisan

Tujuan dari penulisan ini adalah untuk memberikan suatu

sumbangan pemikiran bagi usaha penanganan persampahan di wilayah

Desa Mpanau. Penulisan ini juga dimaksudkan untuk mengungkapkan

tentang faktor–faktor yang mempengaruhi timbunan sampah serta cara

yang perlu dilakukan untuk menanggulangi permasalahan tersebut,

berdasarkan pengamatan serta teori yang diperoleh di bangku kuliah.

1

Page 2: Achkam karya tulis ilmiah

1.3 Permasalahan

Sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai, maka permasalahan

yang diangkat pada penulisan ini adalah :

1. Apa faktor–faktor mempengaruhi masalah persampahan di Desa

Mpanau.

2. Metode apa yang dapat digunakan untuk menanggulangi masalah

persampahan tersebut.

2

Page 3: Achkam karya tulis ilmiah

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Sampah

Menurut Kamus Istilah Lingkungan (1994), sampah merupakan bahan

yang tidak mempunyai nilai atau tidak berharga untuk maksud biasa atau

utama dalam pembuatan atau pemakaian barang rusak atau bercacat

dalam pembikinan manufaktur atau materi berkelebihan atau ditolak atau

buangan. Menurut istilah lingkungan untuk Manajemen (Ecolink, 1996),

sampah adalah bahan yang terbuang atau dibuang dari sumber hasil

aktivitas manusia maupun proses alam yang belum memiliki nilai ekonomis.

Menurut SK Menteri Pekerjaan Umum (1990), sampah adalah limbah yang

bersifat padat terdiri dari zat organik yang dianggap tidak berguna lagi dan

harus dikelola agar tidak membahayakan lingkungan dan melindungi

investasi pembangunan.

Sedangkan menurut American Public Health Association, sampah

(waste) diartikan sebagai sesuatu yang tidak digunakan, tidak terpakai,

tidak disenangi atau sesuatu yang dibuang, yang berasal dari kegiatan

manusia dan tidak terjadi dengan sendirinya. FKM UI mendefinisikan

sampah sebagai sesuatu bahan/benda padat/yang terjadi karena

berhubungan dengan aktivitas manusia yang tak dipakai lagi, tak disenangi

dan dibuang dengan cara-cara saniter, kecuali buangan yang berasal tubuh

manusia.

Setiap orang akan memberikan jawaban yang berbeda, sebab

persepsinya tentang sampah sangat berkaitan dengan bidang profesinya

atau pada kebiasaan di lingkungan pekerjaannya.

Meskipun demikian, dari pendapat yang berbeda dapat disimpulkan

defenisi sampah sebagai berikut :

1. Sampah adalah bahan sisa yang sudah diambil bagian utamanya dan

berhubungan langsung/tak langsung dengan aktivitas manusia.

2. Dari segi sosial ekonomi, sampah adalah bahan yang sudah tidak ada

harganya.

3

Page 4: Achkam karya tulis ilmiah

3. Dari segi lingkungan, sampah adalah bahan buangan yang tidak

berguna dan banyak menimbulkan masalah pencemaran dan

gangguan pada pelestarian lingkungan.

2.2 Sumber Sampah

Pada umumnya sumber sampah dihubungkan dengan penggunaan

(tata guna) lahan. Atau dapat dikatakan sumber sampah berhubungan

dengan aktivitas manusia di seluruh penjuru bumi ini.

a. Sampah rumah tangga

Yaitu sampah yang berasal dari lingkungan pemukiman atau

perumahan, baik di daerah perkotaan maupun pedesaan. Ragam

sampah di daerah perkotaan biasanya lebih banyak, serta jenis sampah

organiknya secara kuantitatif dan kualitatif lebih kompleks. Umumnya

berupa sampah rumah tangga berupa sisa pengolahan makanan,

perlengkapan rumah tangga bekas, kertas, kardus, gelas, kain, sampah

kebun/halaman dan lain–lain.

b. Sampah dari pertanian dan perkebunan

Sampah dari kegiatan pertanian tergolong bahan organik, seperti

jerami dan sebagainya. Sebagian besar sampah yang dihasilkan

selama musim panen dibakar atau dimanfaatkan untuk pupuk. Untuk

sampah bahan kimia seperti pestisida dan pupuk buatan perlu

perlakuan khusus agar tidak mencemari lingkungan. Sampah pertanian

lainnya adalah lembaran plastik penutup tempat tumbuh–tumbuhan

yang berfungsi untuk mengurangi penguapan dan penghambat

pertumbuhan gulma, namun plastik ini dapat didaur ulang.

c. Sampah dari sisa bangunan dan konstruksi gedung

Sampah yang berasal dari kegiatan pembangunan dan pemugaran

gedung ini dapat berupa bahan organik dan anorganik. Sampah

organik, misalnya kayu, bambu dan triplek. Sampah anorganik misalnya

semen, pasir, spesi, batu bata, ubin, besi dan baja, kaca dan kaleng.

4

Page 5: Achkam karya tulis ilmiah

d. Sampah dari perdagangan atau sampah komersil dan perkantoran

Yakni sampah yang bersumber dari lingkungan kegiatan

perdagangan seperti toko, warung, restoran, pasar atau toko swalayan,

dan kegiatan perkantoran, seperti kertas, alat tulis menulis, toner

fotocopy, pita printer, kotak tinta printer, baterai, bahan kimia dari

laboratorium, pita mesin ketik, klise film, komputer rusak, dan lain–lain.

e. Sampah dari industri

Sampah industri merupakan hasil samping kegiatan industri, yang

jenisnya sangat tergantung pada kegiatan industri itu sendiri. Sampah

ini berasal dari seluruh rangkaian proses produksi (bahan–bahan kimia

serpihan atau potongan bahan), perlakuan dan pengemasan produk

(kertas, kayu, plastik, kain/lap yang jenuh dengan pelarut untuk

pembersihan). Sampah industri berupa bahan kimia yang seringkali

beracun memerlukan perlakuan khusus sebelum dibuang.

f. Sampah dari kandang hewan atau pemeotongan hewan

Terdiri dari sisa–sisa makanan hewan dan kotorannya, sisa daging

dan tulang–tulangnya.

g. Sampah alami dan lainnya

Yakni berupa dedaunan, sisa bencana alam, sampah–sampah

yang dihasilkan oleh tanaman, tempat rekreasi, kendaraan umum,

terminal, pelabuhan dan lain–lain.

2.3 Karakteristik Sampah

Secara umum sampah dapat dibagi menurut jenisnya, klasifikasi

sampah dibagi atas 3 (tiga), yaitu :

1. Sampah basah

Yaitu jenis sampah yang susunannya terdiri dari sebagian besar

bahan organik yang mempunyai sifat cepat membusuk, misalnya

sampah dari persiapan makanan dan sayur–mayur, baik yang telah

masak maupun yang belum dimasak, yaitu sisa–sisa daging mentah,

makanan basah, daun basah dari jenis yang mudah membusuk dan

lain–lain.

5

Page 6: Achkam karya tulis ilmiah

2. Sampah kering

Yaitu sampah yang susunannya terdiri dari bahan organik atau

bahan anorganik yang mempunyai sifat sebagian besar atau seluruh

bahannya tidak mudah membusuk. Sampah kering dibagi menjadi dua

jenis, yaitu :

a. Sampah logam, seperti pipa besi tua, mur dan baut, kaleng dan

sebagainya.

b. Sampah kering bukan logam, dibagi menjadi dua bagian, yaitu :

1. Sampah kering dapat terbakar, seperti kain, karton, kayu dan

sebagainya.

2. Sampah kering yang tidak dapat terbakar, seperti pecahan

botol, sisa–sisa bahan bangunan dari batu bata dan sebagainya.

3. Sampah lembut

Yaitu sampah yang susunannya terdiri bahan organik atau

anorganik dan merupakan partikel–partikel kecil dan mempunyai sifat

mudah beterbangan yang dapat membahayakan dan mengganggu

pernapasan dan mata. Sampah jenis ini dibagi menjadi dua golongan,

yaitu :

a. Debu, merupakan partikel–partikel kecil dari proses mekanis seperti

debu penggergajian kayu, debu asbes dari pabrik pipa, pabrik

semen dan sebagainya.

b. Abu, merupakan partikel–partikel kecil dari proses pembakaran,

misalnya abu pembakaran kayu, kertas, abu rokok dan sebagainya.

Pembagian macam sampah berdasarkan tingkatan bahannya,

kekhususannya, keadaannya dan asal-usulnya, yaitu :

1. Sampah berbahaya, dibagi menjadi 4 golongan, yaitu :

a. Sampah pathogen yaitu sampah yang berasal dari rumah sakit.

b. Sampah beracun yaitu sampah kertas bungkus bahan beracun,

pestisida.

c. Sampah ledakan yaitu petasan, mesiu dari sampah perang.

d. Sampah radioaktif yaitu sampah nuklir.

2. Sampah balokan, seperti bangkai mobil, bangkai kulkas, pohon

tumbang dan sebagainya.

6

Page 7: Achkam karya tulis ilmiah

3. Sampah jalan yaitu sampah sapuan jalan.

4. Sampah binatang mati, seperti bangkai ayam, anjing, tikus dan

sebagainya.

5. Sampah bangunan, seperti pecahan atap, bata, potongan kayu dan

sebagainya.

6. Sampah industri, yaitu ampas atau sisa bahan baku untuk proses

industri.

7. Sampah khusus, yaitu sampah dari benda–benda berharga atau

sampah dokumentasi.

2.4 Faktor–Faktor yang Mempengaruhi Macam, Jenis dan Besarnya

Timbunan Sampah

Adapun faktor–faktor yang mempengaruhi macam, jenis dan besarnya

timbunan sampah adalah :

1. Jenis bangunan-bangunan yang ada, seperti :

a. Bangunan kantor, sampahnya yang dominan adalah sampah kering

dapat terbakar (combus tible rubbish).

b. Bangunan pasar, sampah basah dan kering merata.

c. Bangunan industri, menghasilkan sampah yang sebagian besar

sejenis.

2. Tingkatan aktivitas

Jumlah sampah yang timbul pada setiap bangunan berhubungan

langsung dengan tingkatan aktivitas orang–orang yang

mempergunakannya, misalnya bangunan pasar, makin ramai

pengunjungnya makin banyak pula timbunan sampah yang diperoleh

dari pasar tersebut.

3. Iklim

Pada daerah banyak hujan, umumnya mempunyai jenis tumbuh–

tumbuhan yang lebih lebat daripada di daerah beriklim kering.

4. Musim

Setiap pergantian musim akan berganti pula jenis sampah yang

timbul akan berbeda pula volumenya.

7

Page 8: Achkam karya tulis ilmiah

5. Faktor geografi

Faktor geografi juga mempunyai pengaruh terhadap jumlah serta

perubahan komposisi sampah padat. Sebagai contoh dapat

dikemukakan bahwa di daerah pegunungan, sampah dari jenis kayu–

kayuan akan meningkat, sedangkan di dataran rendah sampah jenis

pertanian mungkin menonjol, sedangkan di daerah pantai sampah jenis

kerang–kerangan atau hasil–hasilan laut yang banyak jumlahnya.

6. Sistem pengumpulan dan pembuangan sampah yang dipakai

Pengumpulan sampah dengan gerobak akan berbeda dengan

pengumpulan sampah memakai truk pemadat. Adanya sampah–

sampah yang dibakar atau dibuang sendiri oleh yang bersangkutan atau

oleh kontraktor sehingga tidak masuk dalam pencatatan administrasi

Dinas Kebersihan, akan memberi gambaran jumlah sampah yang lebih

kecil dari jumlah produksi sampah yang sebenarnya.

7. Kepadatan penduduk dan jumlah penduduk

Semakin padat penduduk suatu daerah, maka makin besar pula

sampah yang timbul dan tempat untuk lokasi mengelola sampah

semakin menyempit, demikian pula sebaliknya.

8. Periode sosial dan ekonomi

Pada keadaan negara dengan ekonomi baik, negara subur makmur,

produksi meningkat, daya beli masyarakat bertambah, maka akan

semakin besar pula timbunan sampah, begitu pula sebaliknya.

9. Pengambilan bahan–bahan yang ada pada sampah untuk dipakai

kembali

Adanya bahan–bahan tertentu pada sampah yang mempunyai nilai

ekonomi, oleh golongan tertentu akan diambil kembali untuk dijual.

Sehingga dengan demikian jumlah sampah jenis ini yang dikumpulkan

akan berkurang. Hal ini sangat tergantung pada harga pasaran dari

bahan–bahan tersebut. Bila harga cukup tinggi maka jumlah timbunan

sampah akan berkurang, demikian sebaliknya.

8

Page 9: Achkam karya tulis ilmiah

2.5 Pengelolaan Sampah

Pengelolaan sampah yang lazim dilaksanakan pada beberapa kota

besar di Indonesia meliputi proses pengumpulan, pengangkutan,

pengolahan dan pembuangan akhir.

Dalam pengelolaan sampah, dapat terlaksana dengan baik jika

didukung dengan beberapa faktor yang penting, yaitu :

1. Aspek organisasi dan manajemen

Aspek organisasi dan manajemen merupakan suatu kegiatan yang

bertumpu pada prinsip teknik dan manajemen yang menyangkut aspek

ekonomi, sosial, budaya dan kondisi fisik wilayah dan memperhatikan

pihak yang dilayani yaitu masyarakat.

2. Aspek teknik operasional

Secara umum, teknik operasional pengelolaan sampah mencakup :

a. Pewadahan

Pewadahan sampah adalah suatu cara penampungan sampah

sebelum dikumpulkan, diangkut dan dibuang ke tempat pembuangan

akhir. Dalam operasi pengumpulan sampah, masalah pewadahan

memegang peranan yang amat penting, oleh sebab itu tempat sampah

adalah tanggung jawab individu yang menghasilkan sampah (sumber

sampah), sehingga tiap sumber sampah sebaiknya mempunyai

wadah/tempat sampah sendiri. Tempat penyimpanan sampah pada

sumber diperlukan untuk menampung sampah yang dihasilkan agar

tidak tercecer atau berserakan. Volumenya tergantung pada jumlah

sampah per hari yang dihasilkan oleh tiap sumber sampah dan

frekuensi serta pola pengumpulan yang dilakukan. Pola penampungan

dapat berbentuk :

1) Individual, dimana setiap rumah, toko dan bangunan lainnya

mempunyai bangunan sendiri, cocok untuk daerah pemukiman kelas

menengah dan tinggi, pertokoan, perkantoran dan bangunan besar

lainnya.

2) Komunal, tersedia satu wadah yang dapat dimanfaatkan beberapa

rumah/bangunan, cocok untuk pemukiman kumuh dengan tingkat

9

Page 10: Achkam karya tulis ilmiah

ekonomi rendah, rumah susun, pemukiman padat sekali (yang

menyulitkan proses operasi pengumpulan).

Adapun cara pewadahan, yaitu :

a) Cara pewadahan sampah rumah tangga

Sampah rumah tangga hendaknya dimasukkan ke dalam tempat

sampah yang tertutup, apalagi untuk sampah dari sisa–sisa makanan

karena akan cepat membusuk yang dapat menimbulkan bau dan

mengundang lalat serta menjadi media perkembangan lalat.

1) Tempat sampah pada pola pengumpulan individual

Pewadahan pada pola pengumpulan individual (langsung/tak

langsung), kapasitas wadah minimal dapat menampung sampah

untuk 3 hari (40–60 ltr), hal ini berkaitan dengan waktu pembusukan

dan perkembangan lalat, masih cukup ringan untuk diangkat oleh

orang dewasa sendirian (di rumah atau petugas kebersihan) serta

efisiensi pengumpulan (pengumpulan dilakukan 2–3 hari secara

regular). Bila tempat sampah menggunkan kantong plastik bekas,

ukuran dapat bervariasi kecuali dibuat standar. Pada pemakaian

bak sampah permanen dan pasangan batu bata (tidak dianjurkan),

sampah harus dimasukkan dalam kantong plastik sehingga

memudahkan serta mempercepat proses pengumpulan.

2) Tempat sampah pada pola pengumpulan komunal

Kapasitas disesuaikan dengan kemudahan dan untuk membawa

sampah tersebut (oleh penghasil sampah) ke tempat penampungan

komunal (container besar, bak sampah, TPS). Kapasitas tersebut

untuk menampung sampah maksimum 3 hari (cukup berat untuk

membawanya sampai ke penampungan komunal yang jaraknya

kira–kira 50–100 meter dari rumah).

b) Cara pewadahan sampah non rumah tangga

Pada pewadahan ini, prinsip kesehatan tetap dipertahankan yaitu

tertutup, sedangkan kapasitasnya tergantung aktivitas sumber sampah

serta jenis atau komposisi sampahnya. Jika jumlah sampahnya dapat

mencapai 6–10 m3 per hari, pemakaian container dari arm roll truck

dianjurkan.

10

Page 11: Achkam karya tulis ilmiah

c) Cara pewadahan sampah bagi pejalan kaki

Di sepanjang daerah pertokoan atau taman–taman dan tempat–

tempat umum dapat dilakukan dengan menempatkan bin–bin sampah

plastik. Sampah dari pejalan kaki ini umumnya terdiri dari pembungkus

makanan atau lainnya yang tidak cepat membusuk. Kapasitas tempat

sampah ini berkisar 50–120 liter.

b. Pengumpulan

Yang dimaksud dengan sistem pengumpulan sampah adalah cara

atau proses pengambilan sampah dari sumber timbunan sampah

sampai ke tempt pengumpulan sampah sementara atau stasiun

pemindahan sekaligus ke tempat pembuangan akhir (TPA).

Pengumpulan umumnya dilaksanakan oleh petugas kebersihan kota

atau swadaya masyarakat. Pada dasarnya, pengumpulan sampah

dapat dikelompokkan dalam pola pengumpulan sebagai berikut :

1) Pola individual langsung

Pengumpulan dilakukan oleh petugas kebersihan yang

mendatangi tiap–tiap bangunan atau sumber sampah (door to door)

dan langsung diangkut untuk dibuang ke TPA.

Persyaratan dari pola individual langsung adalah:

a. Kondisi geografis bergelombang (rata-rata 5%) sehingga alat

pengoperasian mesin sulit beroprasi.

b. Kondisi jalan cukup lebar dan operasi tidak mengganggu

pengguna jalan yang lainnya.

c. Kondisi dan jumlah alat memadai.

d. Jumlah timbunan sampah >0.3m3/hari

2) Pola individual tak langsung

Pengumpulan dilakukan oleh petugas kebersihan yang

mendatangi tiap–tiap bangunan/sumber sampah (door to door) dan

diangkut ke tempat pembuangan sementara atau transfer depo

sebelum dibuang ke TPA, kegiatan pengumpulan menggunakan

gerobak. Persyaratan dari pola individual tak langsung adalah

sebagai berikut:

a. Bagi daerah yan partisipasi masyarakat rendah.

11

Page 12: Achkam karya tulis ilmiah

b. Lahan untuk lokasi pemindahan tersedia.

c. Alat pengumpulan masih bisa menjangkau.

d. Kondisi jalan lebar, dapat dilalui alat pengumpul tanpa

menggangu pengguna jalan yang lainnya.

3) Pola komunal langsung

Pengumpulan sampah dilakukan sendiri oleh masing–masing

penghasil sampah (rumah tangga, dll) ke tempat–tempat

penampungan sampah komunal yang telah disediakan atau

langsung ke truck sampah yang mendatangi titik pengumpulan.

Persyaratan dari pola kmunal langsung adalah sebagai berikut:

a. Bila alat angkut terbatas.

b. Bila kemempuan pengendalian personil dan peralatan relatif

rendah.

c. Peran serta masyarakat tinggi.

d. Wadah komunal disesuaikan dengan kebutuhan dan dilokasi

yang mudah dijangkau oleh alat pengangkut.

4) Pola komunal tak langsung

Pengumpulam sampah dilakukan oleh masing–masing

penghasil sampah (rumah tangga, dll) ke tempat–tempat yang telah

disediakan atau ditentukan (bin/tong sampah komunal) atau

langsung ke gerobak yang ada pada titik pengumpulan komunal.

Petugas kebersihan kemudian dengan gerobaknya mengambil

sampah dari tempat–tempat pengumpulan komunal tersebut dan

dibawa ke TPS atau transfer depo sebelum diangkut ke TPA.

Persyaratan pola komunal tak langsung adalah sebagai berikut:

a. Peran serta masyarakat tinggi.

b. Wadah komunal disesuaikan dengan kebutuhan dan dilokasi

yang mudah dijangkau oleh alat pengangkut.

c. Kondisi jalan lebar,dapat dilalui alat pengumpul tanpa

menggangu pengguna jalan yang lainnya.

5) Pola penyapuan jalan

Persyaratan pola penyapuan jalan, yaitu :

12

Page 13: Achkam karya tulis ilmiah

a) Juru sapu harus mengetahui cara penyapuan untuk setiap

daerah pelayanan.

b) Penanganan penyapuan jalan untuk setiap daerah berbeda

tergantung pada fungsi dan nilai daerah yang dilayani.

c) Pengumpulan sampah hasil penyapuan jalan diangkut ke lokasi

pemindahan untuk kemudian diangkut ke TPA.

c. Pengangkutan

Pengangkutan dimaksudkan sebagai kegiatan operasi yang dimulai

dari titik pengumpulan terakhir dari suatu siklus pengumpulan sampai ke

TPA.

Metode pengangkutan serta peralatan yang akan dipakai tergantung

dari pola pengumpulan yang dipergunakan.

1). Pengangkutan pada pola pengumpulan individual langsung.

Pengangkutan sampah untuk pengumpulan yang digunakan

untuk pengumpulan juga langsung digunakan untuk pengangkutan

ke TPA.

Dari pool, kendaraan langsung menuju ke titik-titik pengumpulan

(sumber sampah) dan setelah penuh dari titik pengumpulan terakhir

(dalam suatu rit). Setelah menurunkan sampah di TPA, kemudian

kembali ke titik pengumpulan pertama untuk rit berikutnya, setelah

penuh dari titik pengumpulan terakhir pada rit tersebut langsung

menuju ke TPA demikian seterusnya dan akhirnya dari TPA

langsung kembali ke pool.

2). Untuk pengumpulan sampah yang dilakukan dengan sistem

pemindahan (Transfer Depo), proses pengangkutannya dengan

cara sebagai berikut :

Kendaraan angkutan keluar dari pool langsung menuju lokasi

pemindahan Transfer Depo untuk pengangkutan sampah langsung

ke TPA. Dari TPA kendaraan tersebut kembali ke Transfer Depo

untuk pengambilan rit berikutnya.

3). Untuk pengumpulan sampah dengan sistem container, pola

pengangkutan adalah sebagai berikut :

13

Page 14: Achkam karya tulis ilmiah

a). Cara I (sistem container yang diganti)

Dari pool, Armroll truck membawa container kosong (CK)

menuju landasan container pertama (C1), menurunkan container

kosong dan mengambil container penuh (C1) secara hidrolis,

selanjutnya menuju TPA menuju untuk menurunkan sampah. Dari

TPA membawa container kosong (C1), menuju landasan container

kedua, menurunkan container (C1) kemudian mengambil container

penuh (C2) untuk dibawa ke TPA, selanjutnya menuju ke landasan

container berikutnya demikian seterusnya. Setelah rit yang terakhir

dari TPA bersama container terakhir (Cn) yang telah kosong

kembali ke pool.

b). Cara 2 (sistem container yang dipindah)

Armroll truck tanpa container keluar dari pool langsung menuju

lokasi container pertama (C1), untuk mengambil/mengangkut C1 ke

TPA. Dari TPA kendaraan tersebut dengan container kosong (C1)

kembali menuju lokasi container berikutnya (C2), menurunkan

container yang kosong (C1) dan mengambil C2 untuk diangkt ke

TPA demikian seterusnya. Pada rit terakhir setelah container

kosong (Cn) diletakkan pada lokasi container pertama dan

kendaraan tersebut kembali ke pool.

c). Cara 3 (sistem container yang diangkat )

Pada cara 3 relatif sama dengan cara 2, hanya setelah container

pertama (C1) di bawa ke TPA untuk dikosongkan kembalinya ke

lokasi landasan pertama, demikian pula container kedua (C2) dari

TPA kembali ke landasan kedua demikian seterusnya.

d). Cara 4 (sistem container yang dipindah)

Sistem ini biasanya untuk container kecil serta alat angkut

berupa truck compactor. Kendaraan keluar dari pool langsung

menuju lokasi container pertama (C1) dan mengambil sampahnya

untuk dituangkan ke dalam truck dan meletakkan kembali container

yang kosong itu di tempatnya semula, begitu seterusnya.

Adapun jenis peralatan yang digunakan pada pengangkutan

berupa :

14

Page 15: Achkam karya tulis ilmiah

1) Truck ( ukuran besar atau kecil )

2) Dump truck

3) Armroll truck

4) Compactor truck

5) Loader

6) Truck gandengan.

3. Tempat Pembuangan Akhir.

Tempat Pembuangan Akhir (TPA) merupakan tempat dimana sampah

mencapai tahap terakhir dalam pengolahan sejak mulai timbul pada

sumbernya, pengumpulan, pemindahan/pengangkutan dan pembuangan.

Tempat Pembuangan Akhir merupakan tempat dimana sampah diisolasi

secara umum agar tidak menimbulkan gangguan terhadap lingkungan

sekitarnya.

Oleh karena itu diperlukan untuk penyediaan fasilitas dan system yang

tepat agar keamanan tersebut dapat dicapai dengan baik.

Di TPA, sampah masih mengalami proses penguraian secara alami

dengan jangka waktu yang panjang. Beberapa jenis sampah yang dapat

terurai secara cepat, sementara yang lain lambat, bahkan ada beberapa jenis

sampah tidak berubah sampai puluhan tahun : misalnya plastik. Hal ini

memberikan gambaran setelah TPA digunakan masih ada proses yang

berlangsung dan menghasilkan beberapa yang dapat mengganggu

lingkungan, karena itu masih diperlukan pengawasan terhadap TPA yang

telah ditutup. Dalam pembuangan akhir terdapat beberapa metode yang

dilakukan antara lain Control Landfill, Sanitary Landfill dan Open dumping.

Metode yang sering digunakan di Indonesia adalah Open dumping,

sedangkan sanitary landfill dan control landfill masih jarang dilakukan.

Metode dalam pelaksanaan pembuangan sampah yaitu :

a. Open Dumping

Open Dumping atau pembuangan terbuka cara pembuangan

sederhana dimana sampah hanya dihamparkan pada suatu lokasi,

dibiarkan terbuka tanpa pengaman dan ditinggalkan setelah lokasi

tersebut penuh. Cara ini diterapkan dengan alasan keterbatasan sumber

daya (manusia, dan dan lain-lain). Pemakaian cara ini harus di daerah

15

Page 16: Achkam karya tulis ilmiah

yang jauh terisolir dari daerah pemukiman. Cara ini tidak direkomendasi

lagi mengingat banyaknya potensi pencemaran lingkungan yang

ditimbulkan, seperti : polusi udara oleh bau dan gas yang dihasilkan,

polusi air akibat banyaknya lindi yang timbul dan estetika lingkungan yang

buruk karena pemandangan yang buruk.

Keuntungan dan kelemahan dari pelaksanaan sistem Open Dumping

adalah sebagai berikut :

Keuntungan :

a). Masih dilaksanakan karena tidak memakai metode kerja khusus.

b) Tidak membutuhkan konstruksi bangunan khusus.

c). Sangat murah dalam operasi dan pemeliharaan.

d). Tidak perlu peralatan berat.

e). Tidak membutuhkan tenaga-tenaga khusus.

Kelemahan :

a). Membutuhkan lahan yang cukup luas.

b). Kurang memperhatikan segi estetika kota karena sampah yang

ditimbun tidak diberi lapisan penutup.

c). Kurang memperhatikan segi kesehatan lingkungan karena

penimbunan sampah secara terbuka akan menimbulkan dan

gangguan serangga penyebar penyakit.

d). Kurang memperhatikan segi perlindungan karena dapat mencemari

air permukaan, air tanah serta tanah lingkungan setempat.

e). Sampah dapat beterbangan terbawa angin.

b. Controll Landfill.

Metode ini merupakan peningkatan dari cara Open Dumping dimana

sampah yang telah ditimbun, ditutup dengan lapisan tanah untuk mengurangi

potensi gangguan lingkungan yang ditimbulkan. Dalam operasionalnya juga

dilakukan peralatan dan pemadatan sampah untuk peningkatan efisiensi

pemanfaatan lahan dan kestabilan tempat pembuangan akhir (TPA). Untuk

dapat melaksanakan cara ini diperlukan penyediaan beberapa fasilitas

diantaranya :

a). Saluran drainase untuk pengendalian.

b). Saluran pengumpul limbah dan kolam penampungan

16

Page 17: Achkam karya tulis ilmiah

c). Pos pengendalian opersional

d). Fasilitas pengendalian gas metan

e). Alat berat

Keuntungan dari pelaksanaan sistem Control Landfill adalah :

a). Mudah dilaksanakan karena metodenya sederhana

b). Lahan yang tidak memerlukan konstruksi

c). Tidak menimbulkan dampak negatife bagi estetika kota

Kelemahan dari Sistem Controll Landfill adalah sebagai berikut :

a). Memerlukan lahan yang cukup luas

b). Memerlukan anggaran biaya khusus untuk membayar tenaga operator

serta biaya operasi dan pemeliharaan peralatan.

c). Kurang memperhatikan segi perlindungan karena dapat mencemari air

tanah setempat.

c. Sanitary Landfill

Cara ini merupakan standar yang dipakai secara internasional dimana

penutupan sampah dilakukan setiap hari sehingga potensi yang ditimbulkan

dapat diminimalkan. Namun demikian diperlukan penyediaan sarana dan

prasarana yang cukup mahal untuk menerapkan cara ini.

Adapun keuntungan-keuntungan dari cara sanitary landfill adalah sebagai

berikut :

a). Mampu menerima segala jenis sampah sehingga mengurangi pekerjaan

awal sampah.

b). Memberi dampak positif bagi estetika kota.

c). Menjaga kualitas lingkungan dengan adanya pengelolaan air limbah gas

hasil proses dekomposisi sampah.

d). Luas lahan yang diperlukan lebih kecil dibandingkan dua sistem

sebelumnya.

e). Dapat dilaksanakan di tengah atau di pinggir kota yang tidak begitu jauh.

f). Setelah lahan TPA tidak digunakan lagi dapat dimanfaatkan sebagai

lapangan olahraga, taman, penghijauan dan hutan lindung.

Kelemahan sistem Sanitary Landfill adalah sebagai berikut :

a). Metodenya cukup sulit dan kompleks sehingga memerlukan peralatan dan

konstruksi khusus.

17

Page 18: Achkam karya tulis ilmiah

b). Memerlukan biaya operasi dan pemeliharaan yang cukup besar, sebab

membutuhkan peralatan dan tenaga yang cukup banyak

c). Biaya awal yang dibutuhkan cukup besar karena perlu pembangunan

konstruksi khusus.

Mengingat besarnya potensi dalam menimbulkan gangguan terhadap

lingkungan maka pemilihan lokasi TPA harus dilakukan dengan seksama dan

hati-hati. Hal ini ditunjukkan dalam persyaratan pemilihan lokasi sebagai

berikut :

a). Sudah tercakup dalam perencanaan tata ruang kota dan daerah

b). Jenis tanah kedap air

c). Daerah yang tidak produktif untuk pertanian

d). Tidak membahayakan atau mencemarkan sumber air

e). Jarak dari daerah pusat pelayanan + 10 km

f). Daerah yang bebas banjir.

Untuk dapat dioperasikan dengan baik maka TPA perlu dilengkapi

dengan prasarana dan sarana yang meliputi :

a). Prasarana jalan

b). Prasarana drainase

c). Fasilitas penerimaan

d). Lapisan kedap air

e). Fasilitas pengaman limbah

f). Alat berat

g). Penghijauan

h). Fasilitas penunjang.

Tempat Pembuangan Akhir dapat bekerja dengan baik apabila dalam

pelaksanaannya dan pemeliharaannya berjalan sesuai dengan aturan yang

ditetapkan.

4. Aspek peraturan dan hukum

Aspek peraturan didasarkan atas kenyataan bahwa negara Indonesia

adalah negara hukum, dimana sendi-sendi kehidupan bertumpu pada hokum

yang berlaku. Peraturan-peraturan mudah dimengerti dan dilaksanakan

secara konsekuensi serta dengan pengawasan yang ketat. Namun metode

pelaksanaanya harus dengan pendekatan psychis (Psycological approach).

18

Page 19: Achkam karya tulis ilmiah

Manajemen persampahan kota di Indonesia membutuhkan kekuatan dan

dasar hukum, seperti dalam pemungutan retribusi, ketertiban masyarakat dan

sebagainya.

5. Aspek pembiayaan

Aspek pembiayaan merupakan sumber daya penggerak agar roda

system pengelolaan persampahan di kota tersebut dapat berjalan lancer.

Untuk menjalankan operasi dan pemeliharaan, dalam sistem pengelolaan

persampahan disuatu kota memerlukan pembiayaan. Dimana pembiayaan itu

menyangkut beberapa hal, seperti :

a) Bagaimana proporsi APBN dan anggaran pengelolaan persampahan,

antara retribusi dan biaya pengelolaan sampah.

b) Bagaimana proporsi komponen biaya tersebut untuk gaji, transportasi,

pemeliharaan, pendidikan dan penegmbangan serta administrasi.

c) Bagaimana proporsi antara retribusi dengan pendapatan masyarakat.

d) Bagaimana struktur dan penarikan retribusi yang berlaku.

Bentuk penarikan retribusi dibenarkan jika dalam pelaksanaannya adalah

badan formal yang diberi wewenang oleh pemerintah.

Untuk anggaran dari APBD sebesar 5-10% sedangkan untuk retribusi

ditetapkan menurut :

a) Besarnya APBD yang ditarik.

b) Proyeksi jumlah pelanggan dari suatu sistem.

Sekitar 10% dari jumlah keseluruhan retribusi atau tarif yang dapat ditarik

dari masyarakat tiap bulannya dianggap tidak dapat ditarik.

c) Hitungan biaya dari operasi dan pemeliharaan.

6. Aspek peran serta masyarakat.

Pembinaan masyarakat dalam pengelolaan sampah adalah dengan

melakukan perubahan bentuk perilaku yang didasarkan pada kebutuhan atas

kondisi lingkungan yang bersih yang pada akhirnya dapat menumbuhkan dan

mengembangkan peran serta masyarakat dalam bidang kebersihan.

Perubahan bentuk perilaku masyarakat dapat terwujud perlu ada usaha

membangkitkan masyarakat dengan mengubah kebiasaan dan perilaku

terhadap kebersihan. Kebersihan tidak lagi dipandang sebagai keharusan

atau kewajiban tetapi lebih dipandang dari nilai kebutuhan.

19

Page 20: Achkam karya tulis ilmiah

Pencapaian efektifitas system penyingkiran sampah dan besarnya biaya

operasional, sangat dipengaruhi oleh adanya partisipasi aktif dari

masyarakat.

20

Page 21: Achkam karya tulis ilmiah

BAB 3

METODE PENELITIAN

3.1 Kondisi Geografis

Desa Mpanau adalah salah satu desa yang terletak di Kecamatan Sigi

Biromaru Kabupaten Sigi. Luas dari areal desa tersebut ialah 7,48 km2

dengan ketinggian 500 meter dari permukaan laut dan berbatasan dengan :

a) Sebelah Utara dengan Kelurahan Petobo, Kecamatan Palu Selatan.

b) Sebelah Timur dengan Desa Loru, Kecamatan, Kecamatan Sigi

Biromaru.

c) Sebelah Selatan dengan Desa Lolu, Kecamatan Sigi Biromaru.

d) Sebelah Barat dengan Desa Kalukubula, Kecamatan Sigi Biromaru.

Dilihat dari lokasi desa yang merupakan ibukota Kecamatan Sigi

Biromaru dan terletak berbatasan dengan Kota Palu maka sebagian besar

masyarakat yang bermukim di daerah ini umumnya pekerja kantoran selain

ada juga wiraswasta dan petani.

Gambar 3.1. Peta Desa Mpanau

21

Page 22: Achkam karya tulis ilmiah

3.2 Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian adalah bertempat di lingkungan Desa Mpanau.

3.3 Objek Penelitian

Objek penelitian yaitu berupa lokasi-lokasi pembuangan sampah

warga yang berada di Desa Mpanau.

3.4 Metode Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan metode observasi lapangan, yaitu

pengamatan langsung mengenai kondisi persampahan yang berada di

Desa Mpanau.

Selain melakukan pengamatan di lapangan, observasi juga dilakukan

melalui studi pustaka tentang pengelolaan sampah, penyebab dan

penanganannya serta teori-teori mengenai persampahan yang mendukung

penelitian ini.

22

Page 23: Achkam karya tulis ilmiah

BAB 4

HASIL DAN PEMBAHASAN

Sampah di Desa Mpanau bersumber dari sampah rumah tangga, sampah

dari kegiatan pertanian dan perkebunan, sampah sisa pembuatan bangunan,

sampah dari perdagangan, perkantoran dan sekolah.

Untuk mengatasi permasalahan tersebut maka pemerintah telah

menyediakan tempat-tempat untuk membuang sampah yang di sebar di lokasi-

lokasi yang di anggap sebagai tempat masyarakat biasa membuang sampah

rumah tangganya, namun pada kenyataannya tempat pembuangan sementara

(TPS) tersebut masih kurang dan tidak difungsikan secara maksimal.

Permasalahan mengenai persampahan tidak selesai sampai di situ

melainkan timbul permasalahan baru yaitu polusi udara. Polusi udara tersebut

terjadi karena sampah yang dibuang oleh masyarakat tidak langsung diangkut

oleh mobil pengangkut sampah sehingga di sekitar tempat pembuangan sampah

menimbulkan bau yang tidak sedap. Selain menimbulkan bau yang tidak sedap,

dengan adanya sampah dilingkungan sekitar tempat tinggal dapat pula

menyebabkan berkumpulnya hewan-hewan yang dapat membawa penyakit bagi

masyarakat yang berada di sekitar tempat pembuangan sampah.

Selain faktor kurangnya TPS, faktor lain yang juga membuat lingkungan

sekitar tempat pembuangan sampah menjadi kurang bersih karena masyarakat

yang membuang sampahnya tidak ke dalam bak pembuangan sampah

melainkan hanya melempar sampah tersebut disekitar tempat pembuangan

sampah, sehingga menyebabkan sampah-sampah tersebut menjadi

berhamburan di sekitar bak pembuangan sampah. Bahkan ada pula yang

membuang sampahnya di tanah–tanah lapang yang dianggap cukup dekat

dengan tempat tinggal mereka atau langsung ke drainase terdekat, sehingga

menimbulkan masalah baru yaitu tersumbatnya drainase dan lingkungan menjadi

kelihatan lebih kotor akibat semakin banyaknya sampah–sampah yang

berserakan.

23

Page 24: Achkam karya tulis ilmiah

Gambar 4.1. Kondisi sampah yang berserakan di pinggir jalan

Gambar 4.2. Drainase yang dipenuhi sampah

Untuk mengatasi permasalahan persampahan di Desa Mpanau maka

diperlukan upaya pengelolaan sampah secara terpadu, dimana semua pihak

yaitu masyarakat dan pemerintah, harus terlibat baik langsung maupun tidak

langsung di dalam mengelola sampah di tiap–tiap lingkungan mulai dari rumah

tangga sampai pada tingkat desa. Bentuk pengelolaan yang dianjurkan untuk

mengatasi permasalahan persampahan tersebut adalah sebagai berikut :

24

Page 25: Achkam karya tulis ilmiah

1. Pemisahan sampah

Yang perlu dilakukan adalah melakukan penyuluhan pada masyarakat

untuk pengelolaan sampah mulai dari rumah tangga yaitu pemisahan antara

sampah organik dan non organik. Bagi rumah tangga yang mempunyai

halaman rumah, sampah organik dapat diolah menjadi kompos yang berguna

untuk tanaman, untuk sampah non organik atau sampah kering, sebaiknya

yang bisa didaur ulang (recycle) dan yang bisa digunakan kembali (reuse)

diberikan kepada pemulung dan yang tidak bisa didaur ulang dapat dibuang

ke TPS, jika pengumpulan menggunakan pola komunal langsung yaitu

penghasil sampah langsung membuang sampahnya ke TPS yang tersedia,

sedangkan untuk pengumpulan pola komunal tak langsung yaitu sampah

dibuang pada gerobak sampah yang tersedia di dekat tempat tinggal

kemudian petugas kebersihan yang membuang ke TPS berupa bak dari

susunan bata atau container.

2. Pewadahan

Pewadahan yang merupakan suatu cara penampungan sampah

sebelum dikumpulkan, dipindahkan dan dibuang ke tempat pembuangan

akhir. Sampah domestik yang dihasilkan di rumah tangga sebaiknya harus

terwadahi agar kebersihan dan estetika tetap terjaga serta memudahkan

dalam proses pengumpulan dan pengangkutan. Untuk menncegah

terganggunya lingkungan, maka semua jenis sampah harus disimpan dalam

wadah sedemikian rupa, sehingga tidak terhambur oleh angin atau binatang,

dan tidak menimbulkan bau yang tidak sedap.

Persyaratan bahan pewadahan, yaitu :

a. Tidak mudah rusak dan kedap air

b. Ekonomis dan mudah diperoleh

c. Mudah, cepat dikosongkan

d. Tertutup

Dalam menentukan jenis wadah yang layak digunakan untuk mencapai

proses pengumpulan dan pembiayaan yang ekonomis, perlu ada pewadahan

sampah yang ukurannya ditentukan oleh :

a. Jumlah penghuni tiap rumah

25

Page 26: Achkam karya tulis ilmiah

b. Tingkat hidup masyarakat

c. Cara pengambilan sampah

d. Sistem pelayanan

Untuk masyarakat yang tinggal di Desa Mpanau dengan pertimbangan

efektif, mudah didapat dan praktis, maka diusulkan pewadahan sampah

berupa tong sampah berukuran sedang (40–60 ltr). Melihat kondisi

perumahan dan juga perkantoran yang cukup padat sehingga akan sulit bagi

truk–truk sampah untuk memasuki perumahan masyarakat, maka sebaiknya

pada lingkungan Desa Mpanau diterapkan pola komunal tak langsung untuk

system pewadahan, dimana masyarakat membuang sampahnya pada

gerobak yang terletak pada titik–titik tertentu yang dekat dengan tempat

tinggalnya, kemudian sampah tersebut diangkut oleh gerobak untuk

dipindahkan ke TPS berupa bak dari pasangan bata atau container.

3. Pengumpulan

Pola pengumpulan yang digunakan untuk Desa Mpanau, disesuaikan

dengan pertimbangan–pertimbangan yaitu kepadatan penduduk, kondisi

perumahan serta tingkat sosial ekonomi penduduk. Berdasarkan

pertimbangan tersebut, maka penerapan pola pengumpulan sebaiknya

menggunakan pola komunal tak langsung, dimana pengumpulan sampah

dilakukan sendiri oleh masing–masing penghasil sampah (rumah tangga) ke

tempat penampungan sampah komunal yang telah disediakan berupa

gerobak sampah yang ada, kemudian petugas kebersihan mengambil

gerobak yang berisi sampah tersebut dan selanjutnya dibawa ke TPS berupa

bak dari pasangan bata atau container yang terletak di pinggir jalan yang

dapat dilalui mobil untuk memudahkan pengangkutan. Untuk pewadahan

komunal diusulkan menggunakan bak dari pasangan bata dengan kapasitas

1,5 m3 atau container dengan kapasitas 6 m3. Satu buah gerobak dengan

kapasitas 1 m3 dapat melayani 66 KK, jadi jumlah gerobak yang

dibutuhkan untuk masyarakat Desa Mpanau dengan jumlah penduduk =

800 KK, yang terdiri dari Dusun 1 = 176 KK, Dusun 2 = 226 KK, Dusun 3 =

161 KK dan Dusun 4 = 237 KK. Maka dibutuhkan gerobak sebanyak 800/66 =

12,12 = 13 buah.

26

Page 27: Achkam karya tulis ilmiah

4. TPS

Setelah sampah dikumpulkan pada gerobak yang ada, maka selanjutnya

sampah dibawa ke TPS yang tersedia. Jumlah TPS yang disediakan

disesuaikan berdasarkan jumlah gerobak yang dibutuhkan. Untuk pewadahan

komunal atau TPS diusulkan menggunakan bak dari pasangan bata dengan

kapasitas 1,5 m3 atau dengan container kapasitas 6 m3, yang 1 (satu)

buahnya dapat melayani 400 KK. Sehingga untuk masyarakat Desa Mpanau

dibutuhkan bak dari pasangan bata sebanyak :

(13 buah gerobak x 1 m3)/ 1,5 m3 = 9 buah. Atau container sebanyak

800/400 = 2 buah.

Dengan rancangan anggaran biaya untuk pembuatan bak sampah dari

pasangan bata sebagai berikut :

No Uraian PekerjaanVolume

SatuanHarga Satuan

Jumlah

harga

(Rp.) (Rp.)

IPekerjaan bak sampah

Uk. 1,5 x 1,0 x 1,0 m

1 Galian tanah 2,00 m³ 25.000 50.000

2Pekerjaan pasangan

batu kali pondasi0,05 m³ 100.000 5.000

3Pekerjaan pasangan

bata merah5 m³ 70.000 350.000

4Pekerjaan plesteran

t = 15 cm8 m³ 50.000 400.000

Total Pekerjaan Bak

Sampah / Unit805.000

27

Page 28: Achkam karya tulis ilmiah

Jadi, harga per unit untuk sebuah bak sampah adalah Rp.805.000

(delapan ratus lima ribu rupiah). Untuk membuat 9 buah bak sampah untuk

masyarakat Desa Mpanau maka dibutuhkan anggaran sebesar 9 x

Rp.805.000 = Rp.7.245.000 (tujuh juta dua ratus empat puluh lima ribu

rupiah).

Sedangkan untuk TPS menggunakan daur ulang ban bekas yang harga

per unit sebesar Rp.35.000 untuk tiap 1 KK. Maka dibutuhkan anggaran

sebesar 800 x Rp.35.000 = Rp.28.000.000 (dua puluh delapan juta rupiah).

5. Pengangkutan

Pengangkutan dimaksudkan sebagai kegiatan operasi yang dimulai dari

TPS sampai ke tempat pembuangan akhir (TPA). Pada sistem pengangkutan

ini disesuaikan dengan pola pengumpulan yang dilakukan menurut daerah

pelayanan serta disesuaikan dengan alat angkut yang ada sekarang. Apabila

di Desa Mpanau digunakan pola komunal tak langsung untuk sistem

pewadahan komunal atau TPS berupa bak dari pasangan bata, maka alat

angkut yang dibutuhkan berupa dump truck dengan kapasitas 6 m3 sebanyak

2 buah.

6. Tempat pembuangan akhir (TPA)

Sampah dari TPS diangkut dengan menggunakan dump truck, untuk

kemudian langsung dibawa ke TPA. Sebaiknya TPA menggunakan sistem

Sanitary Landfill, karena cara ini merupakan salah satu metode pengolahan

sampah terkontrol dengan system sanitasi yang baik dan merupakan standar

yang digunakan secara internasional dimana penutupan sampah dilakukan

setiap hari sehingga potensi negative yang ditimbulkan dapat diminimalkan.

Akan tetapi, diperlukan penyediaan sarana dan prasaran yang cukup mahal

untuk menerapkan cara ini.

Pencapaian efektifitas system pengelolaan sampah juga sangat

dipengaruhi oleh adanya partisipasi aktif dari masyarakat, yaitu bukan saja hanya

sebatas keikut sertaan dalam bergotong royong membersihkan serta membuang

sampah pada tempatnya, tetapi masyarakat juga harus sadar dan memenuhi

peraturan–peraturan yang berlaku. Misalnya menempatkan sampah pada wadah

28

Page 29: Achkam karya tulis ilmiah

yang memenuhi syarat kesehatan dan kenyamanan atau membayar retribusi

yang ditentukan. Sebaliknya, pihak Dinas Kebersihan Kabupaten Sigi harus

dapat memberikan penyuluhan, petunjuk yang mudah dicerna dan fasilitas yang

sesuai dan mencukupi. Hubungan timbal balik antara masyarakat dan petugas

persampahan pada daerah pelayanan adalah sangat penting. Hal ini dapat

digunakan sebagai suatu kekuatan untuk lebih memperoleh suasana kerja yang

saling bantu membantu.

29

Page 30: Achkam karya tulis ilmiah

BAB 5

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

1. Hasil pengamatan di lapangan, dapat disimpulkan bahwa masyarakat

belum mengelola sampah mereka dengan baik, karena sampah yang

ada dibuang ke drainase atau tanah–tanah lapang disekitar rumah

tinggalnya. Hal ini dapat mempengaruhi kondisi lingkungan di Desa

Mpanau, yang dapat terlihat dengan adanya sampah yang berserakan

disekitar TPS bahkan di tanah–tanah lapang yang bukan merupakan

TPS yang telah ditentukan pemerintah daerah. Solusinya masyarakat

perlu diberi penyuluhan tentang penanganan sampah rumah tangga.

Dan penambahan jumlah TPS di tempat-tempat yang padat penduduk.

2. Kondisi masyarakat sekitar seperti jumlah keluarga, jumlah pendapatan

dan kondisi perumahan dapat mempengaruhi timbunan sampah yang

ada di Desa Mpanau.

3. Masalah persampahan yang terjadi dapat dicegah dengan cara

pengelolaan sampah yang baik, dimana pengelolaan sampah tersebut

melibatkan peran serta masyarakat dan pemerintah. Pengelolaan

sampah dengan cara memisahkan sampah basah dan kering, sampah

yang basah dapat dijadikan pupuk, sedangkan sampah yang kering

dapat diberikan pada pemulung atau sampah–sampah tersebut

dikumpulkan pada wadah atau tempat sampah, kemudian dibuang ke

TPS yang nantinya akan diangkut oleh petugas kebersihan untuk

dibuang ke TPA.

4. Dari hasil perhitungan rancangan anggaran biaya untuk pembuatan bak

sampah dari pasangan bata diperoleh harga per unit untuk sebuah bak

sampah adalah Rp.805.000,- (delapan ratus lima ribu rupiah). Untuk

membuat 9 buah bak sampah untuk masyarakat Desa Mpanau maka

dibutuhkan anggaran sebesar 9 x Rp.805.000,- = Rp.7.245.000,- (tujuh

juta dua ratus empat puluh lima ribu rupiah). Sedangkan untuk TPS

menggunakan daur ulang ban bekas yang harga per unit sebesar

Rp.35.000,- untuk tiap 1 KK. Maka dibutuhkan anggaran sebesar 800 x

Rp.35.000,- = Rp.28.000.000,- (dua puluh delapan juta rupiah).

30

Page 31: Achkam karya tulis ilmiah

5.2 Saran

1. Pemerintah sebaiknya memperhatikan dan berupaya untuk mencegah

agar permasalahan persampahan di Kabupaten Sigi, khususnya Desa

Mpanau dapat segera teratasi karena hal tersebut dapat berpengaruh

terhadap lingkungan dan kesehatan masyarakat.

2. TPS yang ada sebaiknya difungsikan semaksimal mungkin.

31