achmad dhani renwarin : 10800111005

21
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Natural Certainty Contracts pada dasarnya adalah kontrak jual beli, dan merupakan kesamaan dalam pembiyayaan antara ijarah dan murabahah. Kedua pembiyayaan (prinsip jual beli) diatas, yakni ijarah dan murabahah sering digunakan Bank Syariah dan Lembaga Keuangan Syariah lainnya dalam melayani produk pembiyayaan. Perbedaan antara ijarah dan murabahah terletak pada objek transaksi yang diperjualbelikan, yakni dalam pembiyayaan murabahah yang menjadi objek transaksi adalah barang, sedangkan dalam pembiyayaan ijarah adalah barang dan jasa. Sehingga, dengan ijarah bank syariah dan lembaga keuangan syariah, dapat melayani nasabah yang membutuhkan jasa; karena dalam ijarah objek transaksinya dapat diambil manfaatnya, baik manfaat atas barang maupun manfaat atas tenaga kerjanya. Bentuk pembiayaan ijarah merupakan salah satu tekhnik pembiayaan yang dapat memenuhi kebutuhan investor untuk membeli aset hanya dengan membayar sewa pemakaian tanpa harus mengeluarkan modal yang cukup besar. Jadi, secara umum timbulnya ijarah itu disebabkan oleh adanya kebutuhan akan barang atau manfaat barang oleh nasabah yang tidak memiliki kemampuan dalam hal keuangan. 1

Upload: ramadhani-renwarin

Post on 18-Dec-2015

8 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

Akuntansi Syariah : Al-Ijarah

TRANSCRIPT

BAB IPENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANGNatural Certainty Contracts pada dasarnya adalah kontrak jual beli, dan merupakan kesamaan dalam pembiyayaan antara ijarah dan murabahah. Kedua pembiyayaan (prinsip jual beli) diatas, yakni ijarah dan murabahah sering digunakan Bank Syariah dan Lembaga Keuangan Syariah lainnya dalam melayani produk pembiyayaan.Perbedaan antara ijarah dan murabahah terletak pada objek transaksi yang diperjualbelikan, yakni dalam pembiyayaan murabahah yang menjadi objek transaksi adalah barang, sedangkan dalam pembiyayaan ijarah adalah barang dan jasa. Sehingga, dengan ijarah bank syariah dan lembaga keuangan syariah, dapat melayani nasabah yang membutuhkan jasa; karena dalam ijarah objek transaksinya dapat diambil manfaatnya, baik manfaat atas barang maupun manfaat atas tenaga kerjanya.Bentuk pembiayaan ijarah merupakan salah satu tekhnik pembiayaan yang dapat memenuhi kebutuhan investor untuk membeli aset hanya dengan membayar sewa pemakaian tanpa harus mengeluarkan modal yang cukup besar.Jadi, secara umum timbulnya ijarah itu disebabkan oleh adanya kebutuhan akan barang atau manfaat barang oleh nasabah yang tidak memiliki kemampuan dalam hal keuangan.Bila dilihat dari realita yang ada, rasanya mustahil manusia bisa hidup berkecukupan tanpa hidup berijarah (sewa-menyewa) dengan manusia lain. Karena itu, boleh dikatakan bahwa pada dasarnya ijarah itu adalah salah satu bentuk aktifitas antara dua pihak yang berakad guna meringankan salah satu pihak atau saling meringankan, serta termasuk salah satu bentuk tolong-menolong yang diajarkan agama dan ijarah merupakan salah satu jalan untuk memenuhi hajat manusia. Untuk itu merupakan suatu ilmu yang sangat bermanfaat apabila pembahasan dalam makalah ini benar-benar bisa kita kaji dan pahami untuk menambah pengetahuan dan wawasan kita semua.Pembahasan mengenai Hukum Sewa yang Berakhir Kepemilikan akan menjadi bahasan yang akan dibahas dalam makalah ini, mulai dari pengertian dan dasar-dasar hukumnya hingga syarat dan rukun-rukunnya dengan harapan pembahasan dalam makalah ini bisa berguna dan bermanfaat bagi kita semua.B. RUMUSAN MASALAH1. Apa pengertian Al-Ijarah?2. Apa pengertian Al-Ijarah Muntahiyah Bittamlik?3. Apa rukun dan syarat transaksi Al-Ijarah?4. Apa landasan syariah Al-Ijarah?5. Apa manfaat dan risiko yang harus diantisipasi dari transaksi Al-Ijarah?6. Apa contoh kasus Al-Ijarah?

BAB IIPEMBAHASAN

A. PENGERTIAN AL-IJARAHPerkataan al-ijarah adalah kata nama bagi al-ujrah. Ia berasal dari perkataan al-ajr yang bermaksud balasan atau ganjaran ke atas sesuatu pekerjaan. Perkataan lain yang seperti dengan al-ijarah ialah al-kira. Menurut Majallah al-Ahkam, selain dari makna al-ujrah, perkataan al-ijarah juga digunakan dengan makna ijar yaitu perbuatan menyewa sesuatu atau mengupah seseorang. Penggunaan perkataan al-ijarah dengan makna ijar itu adalah secara al-majazi. Pengertian al-ijarah dari sudut istilah tidak jauh bedanya dengan pengertian dari sudut bahasa. Pengertian al-ijarah yang diberikan oleh mazhab-mazhab fiqh berbeda dari segi lafaz tetapi sama dari segi makna. Ia adalah suatu kontrak pertukaran antara suatu manfaat dengan ganjaran atau bayaran tertentu. Fuqaha Hanafi mentakrifkan al-ijarah sebagai kontrak ke atas sesuatu manfaat dengan suatu tukaran. Di antara mereka, ada yang mentakrifkan al-ijarah sebagai pemilikan sesuatu manfaat dengan suatu tukaran. Selain dari itu, ada fuqaha yang mentakrifkan al-ijarah sebagai jual beli manfaat.Pengertian Ijarah menurut PSAK adalah akad pemindahan hak guna (manfaat) atas suatu aset dalam watku tertentu dengan pembayaran sewa (ujrah) tanpa diikuti dengan pemindahan kepemilikan aset itu sendiri. Ada 2 jenis ijarah dalam hukum Islam, yaitu:1. Ijarah yang berhubungan dengan sewa jasa, yaitu mempekerjakan jasa seseorang dengan upah sebagai imbalan jasa yang disewa. Pihak yang mempekerjakan disebut mustajir, pihak pekerja disebut ajir, upah yang dibayarkan disebut ujrah.2. Ijarah yang berhubungan dengan sewa aset atau property, yaitu memindahkan hak untuk memakai dari aset atau dari property tertentu kepada orang lain dengan imbalan biaya sewa. Bentuk ijarah ini mirip dengan leasing (sewa) dibisnis konvensional. Pihak yang menyewa (lessee) disebut mustajir, pihak yang menyewakan (lessor) disebut mujir/muajir, sedangkan biaya sewa disebut ujrah.Ijarah bentuk pertama banyak diterapkan dalam pelayanan jasa perbankan syariah. Sementara itu, ijarah bentuk kedua biasa dipakai sebagai bentuk investasi atau pembiayaan di perbankan syariah.Sewa atau ijarah dapat dipakai sebagai bentuk pembiayaan, pada mulanya bukan merupakan bentuk pembiayaan, tetapi merupakan aktivitas usaha seperti jual beli. Individu yang membutuhkan pembiayaan untuk membeli aset dapat mendatangi pemilik dana (dalam hal ini bank) untuk membiayai pembelian aset produktif. Pemilik dana kemudian membeli barang dimaksud dan kemudian menyewakannya kepada yang membutuhkan aset tersebut.Bentuk pembiayaan ini merupakan salah satu teknik peembiayaan ketika kebutuhan pembiayaan investor untuk membeli aset terpenuhi, dan investor hanya membayar sewa pemakaian tanpa harus mengeluarkan modal yang cukup besar untuk membeli aset tersebut.Dalam Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) 59 tentang Akuntansi Perbankan Syariah dijelaskan karakteristik Ijarah sebagai berikut:1. Ijarah adalah akad sewa-menyewa antara pemilik majur (objek sewa) dan mustajir (penyewa) untuk mendapatkan imbalan atas objek sewa yang disewakannya. Ijarah Muntahiyah bittamlik adalah akad sewa menyewa antara pemilik objek sewa dan penyewa untuk mendapatkan imbalan atas objek sewa yang disewakannya dengan opsi perpindahan hak milik objek sewa pada saat tertentu sesuai dengan akad sewa. (PSAK 59, Akuntansi Perbankan Syariah, paragraph 105)2. Perpindahan hak milik objek sewa kepada penyewa dalam ijarah munttahiyah bittamlik dapat dilakukan dengan:a. Hibahb. Penjualan sebelum akad berakhir sebesar harga yang sebanding dengan sisa cicilan sewac. Penjualan pada akhir masa sewa dengan pembayaran tertentu yang disepakati pada awal akad; dand. Penjualan secara bertahap sebesar harga tertentu yang disepakati dalam akad. (PSAK 59, Akuntansi Perbankan Syariah, paragraph 106)3. Pemilik objek sewa dapat meminta penyewa menyerahkan jaminan atas ijarah untuk menghindari risiko kerugian. Jumlah, ukuran dan jenis objek sewa harus jelas diketahui dan tercantum dalam akad. (PSAK 59, Akuntansi Perbankan Syariah, paragraph 107)B. IJARAH MUNTAHIYAH BITTAMLIKIjarah muntahiyah bittamlik adalah akad sewa menyewa antara pemilik obyek sewa dan penyewa untuk mendapatkan imbalan atas obyek sewa yang disewakannya dengan opsi perpindahan hak milik objek sewa pada saat tertentu sesuai dengan akad sewa.Pedoman Akuntansi Perbankan Syariah Indonesia (PAPSI), dijelaskan karakteristik Ijarah dan Ijarah Muntahiyah Bittamlik sebagai berikut:a. Dalam UU RI No. 7 Tahun 1992 tentang Perbankan yang disempurnakan dengan Undang-Undang No. 10 Tahun 1998, Ijarah Muntahiyah Bittamlik disebut juga dengan istilah Ijarah Wa Iqtina. Dalam PAPSI dipergunakan istilah Ijarah Muntahiyah Bittamlik dengan pertimbangan sebagai berikut: Lebih dikenal pada Perbankan Islam Internasional Menggambarkan proses, yaitu sewa yang diakhiri dengan opsi kepemilikan, sedangkan pada Ijarah Wa Iqtina menimbulkan persepsi adanya sewa dan kepemilikan dilakukan secara bersamaan.b. Aktiva Ijarah dapat dipindahkan kepemilikannya kepada penyewa melalui: Hadiah (Hibah) Penjualan pada akhir masa sewa dengan pembayaran tertentu yang disepakati pada awal akad Penjualan sebelum akhir akad dengan harga yang sebanding dengan cicilan ijarah yang masih tersisa; dan Penjualan secara bertahapc. Pada dasarnya ijarah muntahiyah bittamlik perlakuan akuntansinya sama dengan perlakuan akuntansi ijarah operasi kecuali yang berkaitan dengann pemindahan hak pemilikan.d. Pembayaran ijarah dapat dilakukan dimuka, dibelakang, atau secara angsuran.e. Jumlah sewa yang dibayarkan tidak memisahkan antara pokok sewa dan margin sewa.Sedangkan Fatwa yang berkaitan dengan dengan al-Ijarah Muntahiyah al-Bittamlik sebagaimana tercantum dalam Fatwa Dewan Syariah Nasional No. 27/DSN-MUI/III/2002 tanggal 28 Maret 2002 (Himpunan Fatwa, Edisi kedua, hal. 167-168) sebagai berikut:Akad al-Ijarah al-Muntahiyah ni al-Tamlik boleh dilakukan dengan ketentuan sebagai berikut:a. Semua rukun dan syarat yang berlaku dalam akad Ijarah berlaku pula dalam akad al-Ijarah al-Muntahiyah bi al-Tamlik.b. Perjanjian untuk melakukan akad al-Ijarah Muntahiyah bi al-Tamlik harus disepakati ketika akad Ijarah ditandatangani.Ketentuan tentang al-Ijarah Al-Muntahiyah bi al-Tamlika. Pihak yang melakukan al-Ijarah al-Muntahiyah bi al-Tamlik harus melaksanakan akad Ijarah terlebih dahulu. Akad pemindahan kepemilikan, baik dengan jual beli atau pemberian, hanya dapat dilakukan setelah masa Ijarah selesai.b. Janji pemindahan kepemilikan yang disepakati di awal akad Ijarah adalah wad yang hukumnya tidak mengikat. Apabila janjian itu ingin dilaksanakan, maka harus ada akad pemindahan kepemilikan yang dilakukan setelah masa Ijarah selesai.

C. RUKUN DAN SYARAT TRANSAKSI IJARAHRukun transaksi ijarah meliputi (1) transaktor, yakni penyewa dan pemberi sewa, (2) objek ijarah, yakni fasilitas dan uang sewa; serta (3) ijab dan Kabul yang menunjukkan serah terima, baik berupa ucapan atau perbuatan.1. TransaktorTransaktor terdiri atas penyewa (nasabah) dan pemberi sewa (bank syariah). Kedua transaktor disyaratkan memiliki kompetensi berupa akil baligh dan kemampuan memilih yang optimal seperti tidak gila, tidak sedang dipaksa, dan lain-lain yang sejenis. Adapun untuk transaksi dengan anak kecil, dapat dilakukan dengan izin dan pantauan dari walinya. Perjanjian sewa- menyewa antar bank syariah sebagai pemberi sewa dengan nasabah sebagai penyewa memiliki implikasi kepada kedua belah pihak. Implikasi perjanjian sewa kepada bank syariah sebagai penyewa adalah sebagai berikut.a. Menyediakan aset yang disewakanb. Menanggung biaya pemeliharaan aset. Biaya ini meliputi biaya yang terkait langsung dengan substansi objek sewaan yang manfaatnya kembali kepada pemberi sewanya (misalnya renovasi, penambahan fasilitas dan reparasi yang bersifat incidental). Semua baiay ini dibebankan kepada pemberi sewa. Jika pemberi sewa menolak menanggung, maka sewa menyewa sifatnya batal. Jika terdapat kelalaian penyewa, tanggung jawab ada pada penyewa. c. Menjamin bila terdapat cacat pada aset yang disewakanAdapun kewajiban nasabah sebagai penyewa adalah:a. Membayar sewa dan bertanggung jawab untuk menjaga keutuhan aset yang disewa serta menggunakannya sesuai kontrak.b. Menanggung biaya pemeliharaan yang sifatnya ringan (tidak materiil). Biaya ini meliputi biaya yang berkaitan langsung dengan optimalisasi fasilitas yang disewa dan kegunaannya adalah kewajiban penyewa (misal pemeliharaan rutin). Semua biaya ini merupakan tanggung jawab penyewa. Misalnya mengisi bensin untuk kendaraan yang disewa.c. Jika aset yang disewa rusak, bukan karena pelanggaran dari penggunaan yang dibolehkan, juga bukan karena kelalaian pihak penyewa dalam menjaganya, ia tidak bertanggung jawab atas kerusakan tersebut.2. Objek IjarahObjek kontrak ijarah meliputi pembayaran sewa dan manfaat dari penggunaan aset. Manfaat dari penggunaan aset dalam ijarah adalah objek kontrak yang harus dijamin, karena ia merupakan rukun yang harus dipenuhi sebagai ganti dari sewa dan bukan aset itu sendiri.Adapun ketentuan objek ijarah adalah sebagai berikuta. Objek ijarah adalah manfaat dari penggunaan barang dan/atau jasa.b. Manfaat barang harus dapat dinilai dan dapat dilaksanakan dalam kontrak. Dalam hal ini, hendaklah fasilitas objek sewaan itu mempunyai nilai komersial, dengan demikian kita dilarang menyewakan durian untuk sekedar dicium baunya. Hendaknya juga penggunaan fasilitas objek sewaan tidak menghabiskan substansinya, sebagai contoh tidak boleh menyewakan lilin untuk penerangan atau sabun mandi.c. Fasilitasnya mubah (dibolehkan). Dalam hal ini, menyewa tenaga atau fasilitas untuk maksiat atau sesuatu yang diharamkan adalah haram. Berdasarkan pedoman pengawasan syariah yang diterbitkan oleh Bank Indonesia, disebutkan bahwa transaksi multijasa yang biasanya menggunakan akad ijarah dapat dalam bentuk pelayanan pendidikan, kesehatan, ketenagakerjaan, dan kepariwisataan.d. Kesanggupan memenuhi manfaat harus nyata dan sesuai dengan syariah. Dalam hal ini objek transaksi dapat diserahterimakan secara substansi dan syariat. Dengan demikian, dilarang menyewakan orang buta untuk penjagaan yang memerlukan penglihatan atau menyewakan unta yang hilang karena secara substansif tidak akan dapat menjalankan fungsinya. Begitu pula dilarang menyewa wanita haid membersihkan masjid karena secara syariat tidak boleh masuk ke dalam masjid pada waktu haid. e. Manfaat harus dikenali secara spesifik sedemikian rupa untuk menghilangkan ketidaktahuan yang akan mengakibatkan sengketa.f. Spesifikasi manfaat harus dinyatakan dengan jelas termasuk jangka waktunya, atau dapat juga dikenali dengan spesifikasi atau identifikasi fisik. Untuk sesuatu yang tidak aktif, kapasitas diketahuinya adalah waktu sewa. Untuk sesuatu yang aktif seperti manusia dan binatang kapasitas diketahuinya adalah dasar pekerjaan dan waktu.g. Sewa adalah sesuatu yang dijanjikan dan dibayar kepada LKS sebagai pembayaran manfaat. Sesuatu yang dapat dijadikan harga dalam jual beli dapat pula dijadikan sewa dalam ijarah.h. Ketentuan dalam menentukan sewa dapat diwujudkan dalam ukuran waktu, tempat, dan jarak.3. Ijab dan KabulIjab dan Kabul dalam akad ijarah merupakan pernyataan dari kedua belah pihak yang berkontrak dengan cara penawaran dari pemilik aset (bank syariah) dan penerimaan yang dinyatakan oleh penyewa (nasabah). Pelafalan perjanjian dapat dilakukan dengan lisan, isyarat (bagi yang tidak bisa bicara), tindakan maupun tulisan, bergantung pada praktik yang lazim di masyarakat dan menunjukkan keridhaan satu pihak untuk menyewa dan pihak lain untuk menyewakan tenaga/fasilitas.Dua hal yang harus diperhatikan dalam penggunaan ijarah sebagai bentuk pembiayaan. Pertama, beberapa syarat harus dipenuhi agar hukum-hukum Syariah terpenuhi, dan yang pokok adalah:a. Jasa atau manfaat yang akan diberikan oleh aset yang disewakan tersebut harus tertentu dan diketahui dengan jelas oleh kedua belah pihak;b. Kepemilikan aset tetap pada yang menyewakan yang bertanggung jawab atas pemeliharaannya sehingga aset tersebut terus dapat memberi manfaat kepada penyewa;c. Akad ijarah dihentikan pada saat aset yang bersangkutan berhenti memberikan manfaat kepada penyewa. Jika aset tersebut rusak dalam periode kontrak, akad ijarah masih tetap berlaku; dand. Aset tidak boleh kepada penyewa dengan harga yang ditetapkan sebelumnya pada saat kontrak berakhir. Apabila aset akan dijual, harganya akan ditentukkan pada saat kontrak berakhir.Kedua, sewa aset tidak dapat dipakai sebagai patokan tingkat keuntungan dengan alasan:a. Pemilik aset tidak mengetahui dengan pasti umur aset yang bersangkutan. Aset hanya akan memberikan pendapatan pada masa produktifnya. Selain itu, harga aset tidk diketahui apabila akan dijual pada saat aset tersebut masih produktif.b. Pemilik aset tidak tahu pasti samapai kapan aset tersebut dapat terus disewakan selama masa produktifnya. Pada saat sewa pertama berakhir, pemilik belum tentu langsung mendapatkan penyewa berikutnya. Apabila sewa diperbaharui, harga sewa mungkin berubah mengingat kondisi produktivitas aset yang mungkin telah berkurang.Dua hal yang harus diperhatikan dalam penggunaan ijarrah sebagai bentuk pembiayaan. Pertama, beberapa syarat harus dipenuhi agar hukum-hukum Syariah terpenuhi, dan yang pokok adalah:a. Jasa atau manfaat yang akan diberikan oleh aset yang disewakan tersebut harus tertentu dan dikettahui dengan jelas oleh kedua belah pihakb. Kepemilikan aset tetap pada yang menyewakan yang bertanggung jawab atas pemeliharaannya sehingga aset tersebut terus dapat memberi manfaat kepada penyewac. Akad ijarah dihentikan pada saat aset yang bersangkutan berhenti memberikan manfaat kepada penyewa. Jika aset tersebut rusak dalam periode kontrak, akad ijarah masih tetap berlaku; dand. Aset tidak boleh dijual kepada penyewa dengan harga yang ditetapkan sebelumnya pada saat kontrak berakhir. Apabila aset akan dijual, harganya akan ditentukan pada saat kontrak berakhir.Syarat-syarat diatas menyiratkan bahwa pemilik dana atau pemilik aset tidak memperoleh keuntungan tertentu yang ditetapkan sebelumnya. Tingkat keuntungan (rate of return) baru dapat diketahui setelahnya.Kedua, sewa aset tidak dapat dipakai sebagai patokan tingkat keuntungan dengan alasan:a. Pemilik aset tidak mengetahui dengan pasti umur aset yang bersangkutan. Aset hanya akan memberikan pendapatan pada masa produktifnya. Selain itu, harga aset tidak diketahui apabila akan dijual pada saat aset tersebut masih produktif.b. Pemilik aset tidak tahu pasti sampai kapan aset tersebut dapat terus disewakan selama masa produktifnya. Pada saat sewa pertama berakhir, pemilik belum tentu langsung mendapatkan penyewa berikutnya. Apabila sewa diperbaharui, harga sewa mungkin berubah mengingat kondisi produktivitas aset yang mungkin telah berkurang.Syarat-syarat Ijarah adalah:a. Pihak yang terlibat harus saling ridhab. Majur (barang/objek sewa) ada manfaatnya: Manfaat tersebut dibenarkan agama/halal Manfaat tersebut dapat dinilai dan diukur/diperhitungkan Manfaatnya dapat diberikan kepada pihak yang menyewa Majur wajib dibeli MustajirD. LANDASAN SYARIAH1. Al Qurana. QS. Al-Baqarah ayat 233 yang berbunyi :

ArtinyaDan jika kamu ingin anakmu disusukan oleh orang lain, tidak dosa bagimu apabila kamu memberikan pembayaran menurut yang patut. Bertakwalah kamu kepada Allah dan ketahuilah bahwa Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakanYang menjadi dalil dari ayat tersebut adalah ungkapan apabila kamu memberika pembayaran yang patut . Ungkapan tersebut menunjukkan adanya jasa yang diberikan berkat kewajiban membayar upah (fee) secara patut.b. Firman Allah QS. Al-Zukhruf: 32

Artinya:Apakah mereka yang membagi-bagi rahmat Tuhanmu? Kami telah menentukan antara mereka penghidupan mereka dalam kehidupan dunia, dan Kami telah meninggikan sebahagian mereka atas sebagian yang lain beberapa derajat, agar sebagian mereka dapat menggunakan sebagian yang lain, dan rahmat Tuhanmu lebih baik dari apa yang mereka kumpulkan.c. Firman Allah QS. Al-Qashash: 26

Artinya:Salah seorang dari kedua wanita itu berkata: Ya bapakku ambillah ia sebagai orang yang bekerja (pada kita), karena sesungguhnya orang yang paling baik yang kamu ambil untuk bekerja (pada kita) ialah orang yang kuat lagi dapat dipercaya.2. Al Haditsa. Diriwayatkan dari Ibnu Abbas bahwa Rasulullah SAW bersabda: Berbekamlah kamu, kemudian berikanlah olehmu upahnya kepada tukang bekam itu. (HR Bukhari dan Muslim)b. Dari Ibnu Umar bahwa Rasulullah bersabda: Berikanlah upah pekerja sebelum keringatnya kering. (HR Ibnu Majah).c. Hadis Riwayat Abd. ar-Razzaq dari abu Hurairah dan Abu Said al-Khudri, Nabi SAW bersabda: Barang siapa mempekerjakan pekerja, beritahukanlah upahnya.d. Dari Abu Hurairah r.a dari Nabi SAW Beliau bersabda, Allah Taala berfirman: Ada tiga golongan yang pada hari kiamat (kelak) Aku akan menjadi musuh mereka: (pertama) seorang laki-laki yang mengucapkan sumpah karena Aku kemudian ia curang, (kedua) seorang laki-laki yang menjual seorang merdeka lalu dimakan harganya, dan (ketiga) seorang laki-laki yang mempekerjakan seorang buruh lalu sang buruh mengerjakan tugas dengan sempurna, namun ia tidak memberinya upahnya. (Hasan: Irwa-ul Ghalil no.: 1489 dan Fathul Bari IV: 417 no.: 2227)e. Hadis Riwayat Ahmad dari Ibnu Masud, Nabi SAW bersabda: Rasulullah melarang dua bentuk akad sekaligus dalam satu objek.E. MANFAAT DAN RISIKO YANG HARUS DIANTISIPASIManfaat dari transaksi al-ijarah untuk bank adalah keuntungan sewa dan kembalinya uang pokok. Adapun risiko yang mungkin terjadi dalam al-ijarah adalah sebagai berikut :a. Default; nasabah tidak membayar cicilan dengan tidak sengaja.b. Rusak; aset ijarah rusak sehingga menyebabkan biaya pemeliharaan bertambah terutama bila disebutkan dalam kontrak bahwa pemeliharaan harus dilakukan oleh bank.c. Berhenti; nasabah berhenti ditengah kontrak dan tidak mau membeli aset tersebut. Akibatnya, bank harus menghitung kembali keuntungan dan mengembalikan sebagian .kepada nasabah.F. CONTOH KASUS1. Banque Mercantile mengadakan kontrak sewa dengan American Security Company untuk menyewa sistem pengawasan pencuri seharga 10.000 dolar saat ini sebesar 1,000 dolar per tahun. Kontrak sewa tersebut berjalan salama 15 tahun meskipun umur harapan peralatan 20 tahun. Pada akhir kontrak 15 tahun, Banque Mercantile memiliki pilihan membeli peralatan tersebut seharga 2.500 dolar (nilai penyusutannya ketika itu) atau mengembalikannya kepada American Security Company. Pembayaran sewa dengan nilai sekarang ditambah nilai penyelamatan dengan nilai sekarang pada akhir sewa semestinya sebanding dengan 10.000 dolar menurut tingkat kesempatan pengembalian modal tahunan yang diinginkan oleh American Security Company.2. Seorang nasabah yang sedang melakukan proyek pembangunan jalan raya, memerlukan alat-alat berat sebagai penunjang operasinya. Karena keberadaan alat tersebut hanya dibutuhkan pada saat dia sedang melaksanakan proyek, dia memutuskan untuk tidak membeli peralatan itu, melainkan menyewanya. Akan tetapi, jika ternyata alat-alat tersebut akan terus dibutuhkan dan dia kemudian memutuskan untuk membelinya, dia bisa melakukannya dengan ijarah muntahiya bit-tamlik, yaitu menyewa peralatan tersebut dan pada akhir masa sewa, dia membelinya.

BAB IIIPENUTUP

A. KESIMPULAN1. Ijarah adalah akad sewa menyewa antara pemilik majur (objek sewa) dan mustajir (penyewa) untuk mendapatkan imbalan atas objek sewa yang disewakannya. Dalam hukum islam, ada dua jenis ijarah yaitu ijarah yang berhubungan dengan sewa jasa dan ijarah yang berhubungan dengan sewa aset atau property.2. Ijarah Muntahiyah Bittamlik adalah akad sewa menyewa antara pemilik objek sewa dan penyewa untuk mendapatkan imbalan atas objek sewa yang disewakannya dengan opsi perpindahan hak milik objek sewa pada saat tertentu sesuai dengan akad sewa. 3. Rukun transaksi ijarah meliputi transaktor (pemberi sewa dan penyewa), objek ijarah, serta ijab dan Kabul. Selain itu, ada juga syarat-syarat ijarah yakni pihak yang terlibat harus saling ridha dan Majur (barang/objek sewa) ada manfaatnya.4. Landasan syariah ijarah meliputi Al-Quran yakni surah Al-Baqarah ayat 233, Surah Al-Zukhruf ayat 32 dan Surah Al-Qashash ayat 26 serta Hadist yakni HR Bukhari dan Muslim, Ibnu Majah, dll.5. Manfaat dari transaksi al-ijarah untuk bank adalah keuntungan sewa dan kembalinya uang pokok. Adapun risiko yang mungkin terjadi dalam al-ijarah adalah default, rusak, dan berhenti.

B. SARANG.

DAFTAR PUSTAKA

Abdul Ghafar, Mohd Sabri. 2006. Manfaat Al-Ijarah Menurut Perspektif Fiqh Empat Mazhab. Jurnal Fiqh: No. 3.Ascarya. 2007. Akad dan Produk Bank Syariah. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.Antonio, Muhammad Syafii. 2001. Bank Syariah dari Teori ke Praktik. Jakarta: Gema Insani.Huda, Nurul dan Mohamad Heykal. 2010. Lembaga Keuangan Islam. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.Muin, Rahmawati. 2012. Akuntansi Syariah (PSAK Syariah). Makassar: UIN Alauddin Makassar.Nurhayati, Sri dan Wasilah. 2009. Akuntansi Syariah di Indonesia. Jakarta: Salemba Empat.Yaya, Rizal dkk. 2009. Akuntansi Perbankan Syariah Teori dan Praktek Kontemporer. Jakarta: Salemba Empat.Yusuf, Muhammad dan Wiroso. 2011. Bisnis Syariah. Jakarta: Penerbit Mitra Wacana Media.

14