adab berpakaian
TRANSCRIPT
Pakaian merupakan nikmat agung yang telah Allah anugerahkan kepada hamba-hamba-Nya, supaya mereka menutup aurat mereka dengannya. Kemudian, Allah menambahkan kenikmatan tersebut dengan menganugerahkan ‘riyaasy’ (pakaian indah) sebagai perhiasan. Oleh karena itu, seorang Muslim hendaknya memperhatikan ada-adab yang berkaitan dengan pakaian
DALILAllah Ta’ala berfirman yang artinya, “Hai anak Adam, sesungguhnya Kami telah menurunkan kepada kalian pakaian untuk menutupi aurat kalian dan pakaian indah untuk perhiasan. Dan pakaian takwa itulah yang lebih baik. Hal itu semua merupakan ayat-ayat Allah, supaya mereka berdzikir mengingat-Ku.” (QS. al-A’raf : 26).
Pada suatu ketika Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam membawa kain sutra ditanganya dan emas ditang kirinya, seraya bersabda
�ي� م�ت� أ �و�ر� ذ�ك ع�ل�ى ام! ح�ر� �ن� هذ�ي �ن� .إ
“Sesungguhnya keduanya haram atas kaum lelaki dari ummatku.” [HR. Abu Dawud no. 4057 diriwayatkan pula dengan sanad hasan oleh an-Nasa-i VIII/160 dan Ibnu Hibban no. 1465]
Tidak dibolehkan bagi laki-laki memanjangkan pakaian atau celana panjang, burnus (sejenis mantel yang
bertudung kepala) atau jubah sampai melebihi mata kaki.
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam:
�ار� الن ف�ف�ي ار� �ز� �إل ا م�ن� �ن� �ي �ع�ب �ك ال م�ن� ف�ل� س�� أ .م�ا
“Kain yang dibawah mata kaki maka tempatnya di Neraka.” [HR. Al-Bukhari no. 5787 dan an-
Nasa-i VIII/207 no. 5331]
Hendaknya mengutamakan pakaian(kain) putih daripada warna lainnya, akan tetapi seorang
Muslim berpandangan memakai pakaian warna apa saja hukumnya boleh
Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Pakailah pakaian berwarna putih, karena pakaian berwana putih lebih suci dan lebih baik. Kafankanlah jenazah kalian dengan kain putih” (HR. Ahmad, an-Nasaa’i, dan selain keduanya, lihat Shahiihul Jaami’ : 1235)
Diwajibkan bagi wanita muslimah untuk memanjangkan pakaiannya hingga dapat menutupi kedua mata kakinya dan
hendaknya menjulurkan kain kerudung jilbab pada kepalanya hingga menutupi leher dan dadanya
Firman Allah Azza wa Jalla “Katakanlah kepada wanita yang beriman: ‘Hendaklah mereka menahan pandangan mereka, dan memelihara kemaluan mereka, dan janganlah mereka menampakkan perhiasan mereka kecuali yang (biasa) nampak dari mereka. Dan hendaklah mereka menutupkan kain kudung ke dada mereka, dan janganlah menampakkan perhiasan mereka, kecuali kepada suami mereka, atau ayah mereka, atau ayah suami mereka, atau putera-putera mereka, atau putera-putera suami mereka, atau saudara-saudara mereka, atau putera-putera saudara laki-laki mereka, atau putera-putera saudara perempuan mereka, atau wanita-wanita Islam, atau budak-budak yang mereka miliki atau pelayan-pelayan laki-laki yang tidak mempunyai keinginan (terhadap wanita) atau anak-anak yang belum mengerti tentang aurat wanita. Dan janganlah mereka memukulkan kaki mereka agar diketahui perhiasan yang mereka sembunyikan. Dan bertaubatlah kepada Allah, hai orang-orang yang beriman supaya kamu beruntung. [An-Nuur/24: 31]
Seorang muslim tidak dibenarkan menutup kain ke seluruh tubuhnya dan tidak menyisakan
tempat keluar untuk kedua tangannya karena Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam melarang
hal ini dan tidak boleh berjalan dengan satu sandal
و� � أ �ع:ا ج�م�ي �ه�م�ا �ع�ل �ن �ي ل و�اح�د�ة< �ع�ل< ن ف�ي� �م� �ح�د�ك أ �م�ش� ي � ال
�ع:ا ج�م�ي �ع�ه�م�ا ل �خ� �ي ل
“Janganlah salah seorang di antara kalian berjalan dengan satu sandal saja namun hendaknya memakai keduanya atau melepaskannya sama sekali.” [HR. Al-Bukhari no. 5856 dan Muslim no. 2097 (68)]
Laki-laki muslim tidak boleh menggunakan busana muslimah dan wanita muslimah tidak boleh
menggunakan busana laki-laki
• Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Allah melaknat wanita yang menyerupai laki-laki, dan laki-laki yang menyerupai wanita.” (HR. Bukhari 5885)
• Beliau juga bersabda, “Allah melaknat laki-laki yang memakai pakaian wanita, dan wanita yang memakai pakaian laki-laki.” (HR. Abu Dawud dan Hakim, lihat Shahiihul Jaami’ : 5095).
Bagi seorang muslim, jika hendak mengenakan sandal maka haruslah memulai dengan kaki kanan dan jika
hendak melepaskan memulai dengan kaki kiri
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
م�ال� Gالش� ب� �د�أ �ب �ي ف�ل �ع� ل خ� �ذ�ا و�إ �ى �م�ن �الي ب
� �د�أ �ب �ي ف�ل �م� �ح�د�ك أ �ع�ل� �ت ان �ذ�ا إ
“Apabila salah seorang di antara kamu memakai sandal (sepatu), maka mulailah dengan yang kanan dan apabila melepasnya mulailah dengan yang kiri.” [HR. Al-Bukhari no. 5855 dan Muslim no. 2097]
�مLن� �ي الت Lح�ب� ي �م� ل و�س� �ه� �ي ع�ل الله� ص�ل�ى الله� س�ول� ر� �ان� كGه� �ل ك �ه� �ن أ ش� و�ف�ي و�ط�ه�ور�ه� �ه� ل Lج �ر� و�ت �ه� �عLل �ن ت .ف�ي
“Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam menyukai mendahulukan yang kanan ketika memakai sandal, menyisir, bersuci dan dalam semua urusannya.” [HR. Al-Bukhari no. 168 dan Muslim no. 268 (67)]
Hendaknya ketika memakai baju baru, sorban (kopiah atau peci) baru, dan jenis pakaian lainnya yang baru
untuk mengucapkan do’a
�ع� ص�ن م�ا �ر� ي و�خ� �ر�ه� ي خ� م�ن� �ل�ك� أ س�� أ �ه� �ي �ن و�ت �س� ك �ت� �ن أ �ح�م�د� ال ل�ك� �ه�م� �لل ا
- �ذ�ا - إ وسلم عليه الله صلى Gى� �ب الن ص�ح�اب�� أ �ان� ف�ك ة� �ض�ر� ن �و �ب أ ال�
�ه� ل ق�يل� ج�د�يد:ا :ا �و�ب ث �ح�د�ه�م� أ �س� �ب ل
Abu Nashroh mengatakan, “Biasanya sahabat Nabi shallallahu alaihi wa sallam ketika melihat salah seorang sahabat mengenakan pakaian baru mereka mengatakan padanya,
�ع�ال�ى ت الله� �خ�ل�ف� و�ي �ل�ي �ب ت“Tubliy wa yukhlifullahu Ta’ala (artinya: Kenakanlah sampai lusuh. Semoga Allah Ta’ala memberikan gantinya ke-padamu).”