agar cinta tak layu (fikih keluarga)
TRANSCRIPT
MUKADDIMAH.
Segala puji bagi Allah Swt.. Shalawat serta salam dihaturkan kepada panutan
tertinggi dan pemilik karakter terbaik dan terhadap para sahabat-sahabat pilihan….Wa
ba'du.
Allah Swt. telah mengatur hubungan keluarga dan memfasilitasinya dengan
berbagai kesucian, posisi yang tinggi dan meletakan aturan-aturan serta sistem yang
sangat rinci yang menyatukan berbagai dimensinya, sebagaimana yang terdapat dalam
firman Allah Swt. :
"Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah dia menciptakan untukmu isteri-
isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya,
dan dijadikan-Nya diantaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang
demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir"1.
Aturan-aturan ini sangat nampak pada rumah tangga yang merupakan
manipestasi ketenangan mutlak yang nantinya akan melahirkan rasa percaya diri. Hal
yang merupakan batu bata pertama bagi rumah tangga dan merupakan jaminan
ketenangan dan kebahagiannya kelak.
Aturan kedua adalah mawaddah yang merupakan perwujudan rasa cinta dan
merupakan jalinan hubungan yang kokoh yang timbul dari eratnya hubungan dan
tingginya nilai keikhlasan. Dan telah terbukti kebenaran firman Allah Swt. :
"Dan orang orang yang berkata: "Ya Tuhan kami, anugrahkanlah kepada kami
isteri-isteri kami dan keturunan kami sebagai penyenang hati (Kami), dan jadikanlah
kami imam bagi orang-orang yang bertakwa".2
Lalu datang rasa kasih sayang antara kedua sumi istri yang merupakan
perwujudan dari upaya untuk memaafkan kesalahan-kesalahan dan sikap lemah
lembut dalam bergaul. Juga keduanya saling mengasihi dan berusaha mencarikan
alasan-alasan yang bisa menyebabakan munculnya sikap saling memaafkan. Jadi
kehidupan berumah tangga bukanlah tempat untuk mencari kesalahan-kesalahan dan
bukan pula tempat untuk saling menunjukkan superiorotas. Rumah tangga bukanlah
hubungan antara dua hal yang bertentangan, tetapi ia merupakan hubungan antara
suami istri yang saling melengkapi kekurangan masing-masing.
1 QS.Ar-Ruum : 21.2 QS Al-Furqan : 74.
1
Kebahagian dalam berumah tangga bukanlah tuntunan yang jauh dari pelupuk mata
dan tidak pula mustahil diwujudkan. Setiap manusia memiliki potensi sukses dalam
jiwanya yang dapat meminimalkan energi negatifnya.
Jadi kebahagiaan berumah tangga bukanlah terletak pada hal-hal permukaan
atau perabotan atau keindahan rumah atau profesi atau ijazah atau kedudukan atau
harta atau kekuasaan. Tetapi kebahagiaan itu muncul dari rasa cukup dan rasa ridha
serta interkasi yang baik dengan berbagai nikmat yang dianugrahkan oleh Allah Swt.
yang begitu melimpah.
Ketenangan dan ketentraman keluarga tidaklah terpokus pada satu pihak tanpa
keterlibatan pihak lainnya, tetapi hal itu merupakan tanggung jawab bersama antara
kedua suami istri. Dan sejauh kemampuan untuk menanggung beban dan memelihara
rasa tanggung jawab ini dari kedua suami istri secara adil maka sejauh itu pula mereka
mampu sampai ke tepian rasa aman dan kebahagiaan.
Pengetahuan tentang perbedaan tabiat antara kedua jenis (suami istri) dengan
baik dan dengan penuh penghoramatan dan kemampuan masing-masing fihak dalam
mengenal kebutuhan fihak lain menjadikan kedanya berusaha mendahulukan
kebutuhan pihak lainnya. Hal yang menjadikan rasa cinta makin bersemi dan
hubungan suami istri makin erat. Bahkan dapat menghindarkan banyak persoalan dan
menjauhkan banyak masalah.
Jadi yang menentukan masa depan suami istri bukanlah kadar rasa cinta antara
keduanya dan bukan pula seberapa jauh mereka sukses dalam hubungan intim atau
karena persoalan-persolan keuangan rumah tangga, tetapi yang menentukannya
adalah cara berinteraksi dan cara menempatkan diri dari berbagai perbedaan-
perbedaan. Hal yang lazim dalam kehidupan berumah tangga.
Jadi, kemampuan untuk saling memahami antara suami istrilah yang akan
menambah vitalitas hubungan keduanya dan dapat menaungi kehidupan berumah
tangga dengan ketenangan dan cinta kasih. Keduanya hendaknya menyadari bahwa
kesempurnaan hanyalah milik Allah Swt. semata. Hendaknya janganlah terlalu
menuntut pasangan hidupnya dengan berbagai kesempurnaan. Juga perlu dipahami
bahwa kebahagiaan adalah sesuatu yang sangat nisbi dan tidaklah berlaku mutlak.
Artinya bahwa ia tidaklah mencakup semua aspek kehidupan. Bisa saja kebahagiaan
dan ketentraman tercipta pada beberapa segi kehidupan, sedang segi lainnya tidaklah
menuai kesuksesan. Itulah sunnatullah dalam kehidupan. Hari ini menjadi hari baik
2
anda dan pada hari yang lain andalah yang menjadi tawanannya.. Jadi, bahagia
sepanjang waktu adalah sebuah kemustahilan.
Hubungan suami istri tidaklah tumbuh dengan baik dengan hanya memberikan
hadiah atau oleh-oleh setiap kali ada momen tertentu, tetapi hal itu tumbuh ketika
terjadi pembicaraan, ketika mendengar dan saling memahami dalam kehidupan
sehari-hari serta saat berusaha menyelesaikan perbedaan-perbedaan kecil secepat
mungkin. Demikian pula komunikasi yang tenang dan dalam suasana saling
menghormati antara keduanya dalam waktu-waktu yang tepat serta kesiapan untuk
berkorban dan bertoleransi antara keduanya, kesemuanya itu akan menghadirkan
suasana yang sehat untuk hubungan suami istri yang baik. Dan tidaklah asing bagi
semua orang bahwa baiknya cara menentukan pasangan dari sejak proses awal
sebelum terjadinya pernikahan dengan berlandaskan pada pertimbangan agama,
akhlak, lingkungan yang baik, kesetaraan dalam karir ilmiah dan wawasan serta status
sosial dari kedua belah pihak, akan melahirkan landasan yang baik dan lahan yang
subur yang nantinya menjadi tempat meretas bangunan pernikahan yang sukses.
Dan tidak diragunkan lagi bahwa kesadaran keduanya akan kewajiban dan
haknya masing-masing serta pemahaman yang baik akan hal tersebut dan dengan
semangat kuat serta sikap yang terencana dalam memenuhi hak setiap pihak, akan
membawa kehidupan berumah tangga menjauh dari rasa benci dan permusuhan.
Hendaknya sumi istri waspada dari berbagai kemaksiatan dan dosa-dosa yang
akan melahirkan keresahan dan kepenatan, menimbulkan kerugian dan kesegsaraan,
serta mengganti kebahagiaan menjadi lautan kesengsaraan dan kasih sayang menjadi
pertentangan yang tidak bertepi.
Salah seorang ulama salaf pernah berkata, "Saya pernah melakukan maksiat
kepada Allah Swt. lalu saya menyaksikan bekas-bekas kemaksiatan itu tampak pada
tingkah laku istriku dan hewan peliharaanku".
Demikian pula sikap mengacuhkan kesalahan-kesalahan, terutama yang tidak
disengaja, ikut merasakan kesedihan, kebahagiaan, kemesraan, canda tawa, kata-kata
yang baik dan mencerminkan cinta kasih, saling menasehati, saling menghormati,
saling tampil menarik terhadap pasangan, menjauhi sikap kasar dan keras dan
bersikap lemah lembut, kesemuanya itu merupakan bagian dari kunci dan sebab-sebab
kebahagian berumah tangga.
3
Seharusnya pikiran kita tidak pernah lupa bahwa taufik hanyalah ada dalam
genggaman Allah Swt.. Hanya saja mengusahakan berbagai faktor menuju kesuksesan
sangatlah dianjurkan.
Betapa benar firman Allah Swt. : "Barangsiapa yang mengerjakan amal
saleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, Maka
Sesungguhnya akan kami berikan kepadanya kehidupan yang baik] dan
Sesungguhnya akan kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih
baik dari apa yang Telah mereka kerjakan".1
Kedua suami istri hendaknya tidak lupa bahwa menghormati aturan-aturan
Allah Swt. pada setiap tingkah laku mereka dan mengikuti ajaran-ajaran-Nya serta
sunnah Rasul-Nya adalah merupakan pilar-pilar kebahagiaan di dunia dan akhirat.
Tidaklah ditemukan sebuah dalil yang lebih baik tentang hal ini selain hadits-hadits
yang menjelaskan keutamaan ketaatan seorang istri terhadap suaminya dan berusaha
mendapatkan keridhaannya. Demikian pula keutamaan seorang suami berlaku baik
terhadap istrinya dengan berlemah lembut kepadanya dan berusaha bersabar terhadap
hal-hal yang tidak menyenagkan yang timbul dari padanya.
Rasulullah saw bersabda, "Siapa pun wanita yan ditinggal mati oleh
suaminya, sedang sang suami ridha terhadapnya maka ia akan masuk sorga".
(HR. Tirmidzi).
Juga diriwayatkan dari Rasulullah saw, "Akan dimintakan ampunan bagi
wanita yang taat terhadap suaminya oleh burung-burung yang sedang terbang di
udara lepas, ikan lumba-lumba yang terdapat di dalam air dan matahari serta
bulan selama ia diridhai oleh suaminya. Wanita siapa pun yang bermuka masam
di hadapan suaminya maka ia berada dalam kemurkaan Allah Swt. hingga ia
berusaha tertawa dan mencari keridhaan suaminya. Wanita mana pun yang keluar
rumah tanpa seizin suaminya maka ia akan dilaknat oleh malaikat hingga ia
kembali".
Jadi, wanita dengan sikap demikian dan keluar rumah tanpa izin suaminya
maka ia terlaknat dan termasuk penghuni neraka hingga ia bertaubat kepada Allah
Swt.. Rasulullah saw bersabda, "Berwasiatlah dengan cara yang baik kepada
wanita", (HR.Bukhari).
Ada sebuah riwayat bahwa terdapat seorang laki-laki datang menemui Umar
radiyallahu anhu untuk mengeluhkan sikap istrinya. Ia lalu berdiri di depan pintu,
1 QS.An-Nahl : 97.
4
menunggu beliau keluar rumah. Lalu ia mendengar istri umar jengkel dan marah-
marah terhadap Umar, sedang Umar terdiam dan tidak berusaha melayani kejengkelan
istrinya itu, maka orang tersebut pulang sambil bergumam : Jika demikian yang
terjadi pada diri Umar, padahal ia terkenal dengan sikap kerasnya dan keteguhannya
serta posisinya sebagai Amirul mukminin, lalu bagaimana dengan diriku ? Umar lalu
keluar dan melihatnya pergi meninggalkan pintu rumahnya. Beliau lalu
memanggilnya dan bertanya kepadanya, "Apa keperluanmu ?" Ia menjawab, "Wahai
Amirul Mukminin ! Saya datang untuk mengeluhkan sikap istri saya kepadamu, tetapi
saya mendengar sikap istrimu demikian pula maka saya pulang sambil bergumam,
"Jika demikian kondisi Amirul Mukminin dengan istrinya, lalu bagaimana
denganku ?".
Umar lalu mengatakan, "Wahai saudaraku ! Saya bersabar atas semua itu
karena banyaknya hak-haknya yang harus aku tunaikan kepadanya. Dialah yang
selalu mengurus makananku, menyiapkan roti untukku, mencuci pakaianku, meyusui
bayiku, padahal semua itu tidaklah wajib baginya. Dialah yang membuat hatiku
merasa tenang dan menjauhi perbuatan haram. Saya berusaha menerima perlakuannya
itu karena mempertimbangkan hal-hal di atas.
Orang itu lalu berkata, "Wahai Amirul Mukminin ! Demikian pula istriku".
Umar berkata, "Terimalah wahai saudaraku ! itu hanyalah sementara saja"
Betapa benar firman Allah Swt. yang berbunyi, "Dan barangsiapa berpaling
dari peringatan-Ku, Maka Sesungguhnya baginya penghidupan yang sempit, dan
kami akan menghimpunkannya pada hari kiamat dalam keadaan buta".1
Hanya Allah Yang Maha Tahu Segala hal Dibalik Kehendak dan Keinginan
Manusia.
PENULIS
AGAR CINTA TAK LAYU (Bag.2)
PILAR-PILAR KEHIDUPAN BERUMAH TANGGA
1 QS. Thaha : 124.
5
Rumah tangga memiliki pilar-pilar yang harus dipenuhi oleh suami istri,
berupa :
A. AGAMA :
Dalam hadits Nabi, agama menempati urutan pertama
ketika memilih pasangan hidup bagi kedua calon pengantin.
Karena agama merupakan dasar semua kebaikan dalam
segala wujud ini. Ia merupakan modal dan alat bantu dalam
beribadah dengan benar, sebagaimana sabda Rasulullah
saw, "Dunia ini adalah perhiasan dan sebaik-baik
perhiasan dunia adalah wanita yang shalehah,"
(HR.Imam Muslim).
Diantara faktor utama dalam mencapai kebahagiaan
keluarga adalah bahwa hendaknya seorang wanita dipenuhi
rasa kasih sayang dan tidak sering mengingkari pemberian
suami serta tidak mandul. Karena sikap perempuan yang
tidak mensyukuri pemberiaan suami akan melahirkan
kebencian dan permusuhan.
B. AMANAH.
Amanah adalah kesadaran jiwa yang membentuk akhlak
yang membingkai hubungan seseorang dengan Rabnya.
Maksudnya bahwa ia selalu memiliki kesadaran penuh.
Dengan adanya sikap amanah ini maka terciptalah rasa
saling mempercayai antara kedua suami istri. Kepercayaan
diri maksudnya adalah munculnya ketentraman jiwa dalam
hati masing-masing pasangan.
Jika saja amanah menjadi karakteristik kedua pasangan
maka puncak kebahagiaan akan digapai dan keluarga
mampu menempati posisinya yang agung. Genersi akan
mendapatkan kebaikan dan kebahagiaan akan tampak
nyata, baik di dunia maupun kelak di akhirat. Cukuplah
amanah mendapatkan posisi yang agung ketika Rasulullah
6
saw menjadikannya sebagai inti dari seluruh keimanan
dengan sabdanya, "Tidaklah ada keimanan bagi orang
yang tidakmemiliki sikap amanah."
C. IKHLAS.
Ikhlas merupakan rahasia kebahagiaan orang-orang yang
saling mencintai. Ia berarti bebasnya rumah tangga dari
penipuan dan kemunafikan. Ia merupakan kebeningan
hubungan suami istri dalam rangka menghadapi berbagai
masalah yang sebenarnya dan berusaha menempatkan
segala macam persoalan pada tempatnya masing-masing
serta bekerja untuk memecahkan persoalan-persoalan
tersebut tanpa adanya tipu daya atau sikap dongkol atau
keterlambatan.
Jika keikhlasan terwujud maka keluarga akan meperoleh
penyelesaian dari semua rasa kesal yang biasanya
menghambat kesucian hidupnya. Ikhlas berarti keterbukaan
secara mutlak antara suami istri dan adanya transparansi
antara mereka.
Jadi keikhlasan merupakan rahasia yang akan
menyelesaikan masalah bagi orang-orang yang saling
mencintai dan pada gilirannya akan mengantar mereka
menuju rumah tangga yang dihiasi dengan kebahagiaan
yang menyeluruh.
D. PRILAKU YANG BAIK.
Yaitu menghiasi diri dengan akhlak yang terpuji, ucapan
dan perbuatan yang baik serta sikap-sikap yang utama.
Ia juga berarti adanya sikap lemah lembut antara suami istri
dan usaha untuk menjauhi sikap keras, kasar, tinggi hati dan
sombong yang nantinya dapat mewujudkan rasa damai dan
kasih sayang. Dengan demikian, masing-masing dapat
7
memaafkan kesalahan dan kekhilafan pasangannya dan
berusaha mencarikan alasan yang baik terhadap kesalahan-
kesalahan serta memafkan kekurangan-kekurangan yang
ada.
Ia juga berarti berusaha meniggalkan sikap jelek, ucapan
rendahan, kufur nikmat, ungkapan keras dan perbuatan
yang keji. Betapa benar sabda Rasulullah saw ketika
mengatakan, "Kebaikan adalah sikap yang baik.",
(HR.Muslim).
Kata kebaikan di sini mencakup semua jenis keutamaan dan
kemuliaan dalam sifat, ucapan dan perbuatan. Sikap yang
baik dan akhlak terpuji merupakan hikmah dibalik
diutusnya Rasulullah saw, sebagaimana tercermin dalam
sabdanya, "Saya diutus dalam rangka menyempurnakan
akhlak yang baik".
E. HUBUNGAN YANG BAIK.
Maksudnya adalah eratnya hubungan antara kedua saumi istri. Artinya bahwa
seorang suami menjalani kehidupan berumah tangga bukan karena pilihan yang harus
ia terima tanpa adanya kesempatan baginya untuk memilih sendiri calon pasangannya.
Atau keinginan untuk berumah tangga yang akhirnya menuai kegagalan. Alasan yang
diungkapkannya adalah : Dia bukan pilihan saya, tetapi dia adalah pilihan ayah, ibu,
dan saudara-saudara saya, atau pun alasan-alasan serupa. Ini merupakan kesalahan
besar dan alasan yang paling buruk yang pernah ada.
Wajib bagi kedua pasangan untuk memilih pasangannya masing-masing
berdasarkan kehendak dan pilihan mereka. Dengan demikian, ikatan jiwa dan rasa
antara pasangan dapat terwujud. Pilihan demikian tentunya tetap dibingkai dengan
syari'at Allah Swt..
F. WAWASAN AGAMA.
Wawasan agama berarti pemahaman suami istri terhadap
agama yang mereka anut dan pengetahuan keduanya
tentang aturan-aturan Allah Swt., halal dan haram, baik dan
buruk dan wawasan tentang hak-hak suami terhadap
8
istrinya dan hak-hak istri terhadap suaminya. Maksudnya,
keduanya memahami hak dan kewajiban masing-masing.
Suami istri saling melengkapi antara satu dengan yang
lainnya. Mereka berdua bukanlah dua insan yang saling
berlawanan. Firman Allah Swt., "Dan janganlah kamu
melupakan keutamaan di antara kamu."1
Jika keduanya mengetahui posisinya masing-masing dan
mengetahui kewajibannya dalam agama maka kehidupan
akan bermuara pada sikap istiqamah dan keluarga akan
memperoleh kebahagiaan yang sumbernya berasal dari
ketakwaan kepada Allah Swt..
Jadi, pilar-pilar kehidupan yang baik adalah merupakan
amal shaleh yang disertai dengan keimanan kepada Allah
Swt.. Dengan demikian, kebahagiaan, ketentraman dan rasa
cinta antara suami istri dapat segera terwujud. Fitrah ajaran
Muhammad menghendaki keseimbangan dalam
melaksanakan sesuatu maupun meninggalkannya yang
dapat melahirkan keseimbangan antara ibadah dan
pemenuhan hak dan kewajiban.
Kebahadiaan berumah tangga tidaklah tumbuh dan tidaklah
langgeng kecuali jika kedua suami istri berusaha untuk
mewujudkannya. Ia merupakan buah dari perpaduan antara
kehendak suami dan kehendak istri. Ia bagaikan bayi, yang
mana, kedua suami istri bekerja sama dalam rangka
mewujudkan keberadaanya atas izin Alah Swt..
Jadi suami melakukan tugasnya dalam rangka mengayomi,
bersikap baik dan memperlakukan anggota keluarga dengan
baik. Sementara itu, istri tampil sebagai penyejuk sehingga
lahirlah kasih sayang antara keduanya atau apa yang disebut
sebagai kebahagiaan.
Sebagaimana bayi membutuhkan pengayoman,
pengorbanan dan sikap untuk diutamakan, maka demikian
pula kebahagiaan. Usaha suami istri untuk tetap menjaga
1 QS.Al-Baqarah : 237.
9
keberadaannya dan selalu menumbuhkannya serta
memeliharanya berarti itu merupakan usaha untuk
melestarikan dan mengembangkannya.
Kebahagiaan suami istri membutuhkan jiwa pengorbanan
yang mengeratkan ikatan antara kedua orang tua dengan
anak-anaknya. Jika saja kedua orang tua bersabar dalam
menghadirkan rasa pengorbanan itu maka kebahagiaan
suami istri akan menjelama menjadi keceriaan,
ketentaraman dan kegembiraan.
Untuk hal demikian, suami istri hendaknya selalu terus
menerus mengembangkan sikap tenggang rasa, baik dalam
satu kesempatana atau dengan cara bergantian.
Dan suami hendaknya selalu menjadi pionir dan memimpin
istrinya dalam segala hal. Hal pertama dan utama dalam hal
ini adalah kebahagiaan. Wanita selalu membutuhkan orang
yang dapat mengarahkannya, sebagaimana pepatah Jerman
berbunyi, "Sapi dan wanita tidak dapat ditundukkan tanpa
adanya tali kendali".
Kebahagiaan hendaknya selalu dimonitor, khususnya pada
tahun-tahun pertama. Dan sesegera mungkin mengobati
hal-hal yang menimpanya agar tidak menjadi akut sehingga
sulit untuk disembuhkan.
Semua itu dilaksanakan tanpa adanya sikap memaksakan
diri, tetapi dengan penuh kesungguhan dan kesederhanaan.
Hal demikian, karena suami ketika melihat pada wajah
istrinya tanda-tanda kebahagiaan, rasa cukup, rasa senang
dan rasa tentram, sedang bibirnya menampakkan senyuman
yang manis, matanya memancarkan pandangan lembut
yang dipenuh dengan kasih sayang, maka ketika itulah
perasaan yang sedang dinikmati oleh pasangannya
terpantul kepadanya diseratai dengan perasaan tenang dan
rasa syukur terhadap nikmat Allah Swt..
10
Bisa dikatakan bahwa suami istri mampu melahirkan
kebahagian jika keduanya memang menghendakinya,
sebagaiamana terdapat pada kisah berikut :
Diceritakan bahwa ada seseorang dari suku quraisy yang
memiliki kekayaan dan sangat dermawan. Hanya saja
tabiatnya keras jika ada yang menyebabkannya marah.
Karena iatulah, setiap kali ia menikah maka setiap kali itu
pula istrinya minta cerai kepadanya karena sifat kerasnya
itu. Lalu ia meminang seorang wanita mulia dari kalangan
suku quraisy. Wanita tersebut telah mengetahui karakternya
dan sikap kerasnya. Keitka laki-laki itu menyerahkan
maharnya, ia mengajaknya berbicara empat mata dan
mengatakan kepadanya : "Wahai wanita yang menjadi
calon istriku ! Saya memiliki sikap keras yang dapat engkau
terima dengan kemualiaan dan kelapangan dadamu.
Semoga kamu memiliki stok kesabaran yang banyak untuk
hal tersebut. Kalau tidak, maka saya tidak usah
menyembunyikan hal tersebut darimu."
Dengan penuh percaya diri, sebagai wanita yang penuh
kasih sayang dan yakin akan kemampuannya untuk
mewujudkan kebahagiaanbersamanya, ia mengatakan :
Sifatku lebih jelek darimu. Siapa yang membuatmu
tergantung kepada sifat jelek itu !! Ia lalu mencumbunya
dan tidak terdengar kata-kata kasar antara keduanya hingga
kematian memisahkan mereka.
Lihatlah ! Betapa semangat kuat dari kedua pasangan itu
untuk menghadirkan kebahagiaan telah membuahkan
kehidupan yang baik dan penuh dengan teladan.
Jadi, kebahagiaan bukanlah hal yang jauh dari realita dan
sulit terwujud, sebagaimana kemalangan bukanlah hal yang
mutlak adanya. Kemampuan sumi istri untuk melahirkan
kebahagiaan dan kemalangan sama besarnya. Penjelasannya
adalah bahwa masing-masing dari suami maupun istri
memiliki potensi untuk mewujudkan kebahagiaan maupun
11
kemalangan pada waktu bersamaan. Hanya saja
kebahagiaan akan muncul jika saja sebab-sebabnya
dihadirkan sehingga peluang kemalangan dalam diri
masing-masing dapat terkubur dan tersisih.
Kebahagian sumi istri yang berlandaskan pada petunjuk,
hikmah, keridhaan, kesabaran, shalat, tawakkal dan rasa
syukur adalah merupakan pengantar menuju kebahagiaan
secara mutlak dan menyuluruh pada hari akhirat nanti insya
Allah.
Juga bahwa ketulusan kepada Allah Swt. dan kesungguhan
untuk terbebas dari kepenatan dapat merubah keluarga dari
neraka yang tak tertahankan menjadi sorga, yang mana tiap
anggota keluarga dapat merasakan kenimatan di dalamnya.
Hal yang menunjukkan bahwa masalah ini lebih sederhana
dan lebih dekat dibanding apa yang diasumsikan orang
adalah kisah seorang wanita yang datang menemui seorang
ulama yang shaleh untuk mengungkapkan kepadanya
bahwa : Saya membenci suamiku. Bahkan saya pernah
hampir meminta cerai darinya karena saya merasa sangat
ingin mencelakainya siang malam. Ulama tersebut
mengatakan kepadanya : Dalam kondisi seperti ini, saya
menyarankan anda untuk memulai menampakkan
kecintaanmu dan kebanggaanmu kepadanya. Jika ia telah
merasakan bahwa tidak bisa lepas darimu maka mulailah
unutk minta talak. Nah, itulah cara terbaik untuk menyakiti
perasaanya !
Setelah berlalu beberapa bulan, wanita itu kembali
menemui sang ulama dan memberitahunya bahwa ia telah
mengikuti nasehatnya. Ulama tersebut langsung memotong
percakapannya dengan mengatakan : Sekaranglah waktunya
untuk meminta talak.
Tiba-tiba wanita itu berteriak dengan penuh penolakan :
Talak !? Mustahil. Saya benar-benar telah mencintainya.
Apa yang terjadi bagi suami istri jika berusaha
12
menampilkan faktor-faktor kebahagiaan berupa rasa cinta,
rasa bagga, rasa lembut dan kasih sayang pada kedalaman
diri masing-masing !?
Banyak orang diantara kita yang berusaha membangun sebuah pemikiran,
berusaha membentuk impian dan bermaksud menghayalkan kebahagiaan. Bahkan
merencanakan dan mencari dalam waktu yang sangat panjang demi memperoleh
gambaran yang lebih baik tentang pasangan hidup, karena memang ia adalah
pasangan seumur hidup sampai berhentinya ajal melanglang buana.
Sungguh pilihan yang benar, yang dilandasi pada sikap qana'ah, realistis dan
disertai dengan pengamatan yang cukup, pemikiran yang matang yang didasarkan
pada data-data yang benar tentang kondisi pribadi, ekonomi dan sosial, akan
mewujudkan ketenangan dan kebahagiaan.
Pemikiran yang matang yang disertai pula oleh ketertarikan secara spontan
haruslah diteliti dan diamati hingga menimbulkan kepuasan sebelum memulai hidup
berumah tangga.
Kebanyakan pemuda saat ini berusaha mencari suasana romantis, cinta dan
pacaran sebelum membangun rumah tangga. Serta berusaha memasukkan hal-hal
tersebut dalam menentukan pilihan yang baik. Padahal, apa yang tampak dalam
rumah tangga berbeda sama sekali dengan apa yang terjadi pada hubungan yang
berlandaskan pada rasa cinta saja.
Jadi kehidupan rumah tangga, menurut hipotesis dan penelitian ilmiah,
tidaklah terbangun pada rasa cinta dan suasana romantis saja, tetapi ia dibangun di
atas landasan tanggung jawab, keterikatan, rasa ingin mendapatkan ketenangan dan
keinginan untuk berkeluarga dengan penuh kepuasan yang disertai dengan perasaan
cinta.
Menentukan pasangan hidup, baik suami maupun istri, bukanlah masalah
mudah, bahkan bisa saja terjadi kebingungan sepanjang waktu. Dengan demikian, ia
13
PILIHAN YANG TEPAT
masuk pada keondisi serba bingung, serba salah, menunda dan merasa takut untuk
melangkah.
Sebelum hal lain, taufik dari Allah Swt. merupakan landasan utama pilihan
yang baik. Hanya saja Allah Swt. memerintahkan kita untuk menempuh berbagai
usaha untuk menentukan istri atau suami. Karena pilihan ini nantinya akan
membentuk keluarga dan keturunan sepanjang waktu. Ia tidak akan berhenti walau
hanya sejenak saja. Bahkan ia akan berlanjut pada masa-masa mendatang hingga
membentuk generasi masa depan.
Pasangan hidup haruslah memenuhi beberapa faktor yang mendukung
terciptanya pilihan yang tepat agar terjalin keterikatan dan semangat untuk
membentuk dan membina pasangan serasi. Atau minimal sekali mampu memberikan
ketenangan jiwa dan sosial bagi pemuda dan pemudi yang memulai hidup baru.
Tidaklah mungkin jika pilihan hanya berdasarkan pada gambaran lahiriah
yang terpusat pada materi saja. Dan betapa banyak yang bercerai karena rumah
tangganya hanya diawali dari pacaran saja. Atau pertimbangannya hanya terbatas
pada masalah keturunan dengan mengesampingkan tingkat pendidikan dan status
sosial. Apa saja yang dibangun pada kesalahan maka pasti hasilnya juga merupakan
kesalahan besar.
Faktor-faktor penting yang bisa mendukung ketenangan dan kebahagiaan
suami istri terletak pada :
1. Sikap Qana'ah. Ia merupakan bekal yang tidak pernah lekang. Ia merupakan
rumus penting dan sesuatu yang sangat urgen sekali. Bahkan ia diibaratkan
batu bata utama dalam kehidupan keluarga. Kebanyakan inti masalah rumah
tangga adalah karena suami bermanis muka terhadap ibu atau bapaknya ketika
hendak menikahkannya tanpa sedikitpun ia berusaha mengungkapkan
pendapatnya. Bahkan terkadang ia menganggap dirinya telah keluar dari
aturan keluarga. Siapa yang akan membayar dengan harga tinggi jika
seandainya di sana ada masalah kejiwaan antara suami itri, yang mana
pencetusnya adalah ketidakterimaan kedua pasangan terhadap diri mereka
sendiri atau ketidasiapan untuk mengayuh kehidupan berumah tangga. Dengan
demikian hendaknya hal yang mendasari suami istri dalam memulai
kehidupan berumah tangga adalah penerimaan secara sempurna terhadap
beban berkeluarga berupa tanggung jawab dan keterikatan yang begitu kuat.
14
Hal ini akan terjadi secara alami dengan berusaha bermusyawarah dengan
orang-orang yang berpengalaman dalam bidang ini. Atau pusat-pusat kegiatan
sosial memberikan kesempatan untuk konsultasi tentang masalah sosial dan
kejiwaan yang dapat memberikan manfaat yang berdasarkan pada hasil
penelitian tentang masalah rumah tangga dan suami istri.
Hanya saja sangat disayangkan karena saat ini banyak keluarga yang
menikahkan anaknya atau memilih pasangan untuk putranya atau menerima
pinangan bagi putrinya tanpa memperhatikan ciri-ciri suami yang shaleh dan
pemuda impian yang selalu ditunggu-tunggu. Bahkan ia tidak merasa mampu
untuk memangku beban tanggung jawab.
Kebanyakan keluarga ketika memilih pasangan hidup melihat bahwa itu
hanyalah perkara mudah. Bahkan sudah menjadi budaya umum, mereka
mencari pasangan hidup setelah mereka mendapatkan pekerjaan atau telah
selesai kuliahnya di universitas. Mereka seolah-olah telah siap untuk
memasuki kehidupan berumah tangga dengan penuh percaya diri, padahal
mereka sebenarnya belumlah memulai apa-apa. Bahkan kepiawaiannya dalam
memilih pasangan dan pengetahuannya tentang makna kehidupan berumah
tangga belumlah matang dan belumlah bisa diandalkan, baik dalam
menaggung beban berumah tangga maupun hal-hal lainnya.
2. Saling menerima.
3. Kepiawaian dalam berinteraksi dengan tuntunan kehidupan
berumah tangga.
4. Berpikir penuh tentang keluarga dari segi materi, jiwa dan sosial.
5. Kesesuaian dalam masalah wawasan pemikiran dan kondisi kejiwaan.
6. Kedekatan dalam status sosial dan ekonomi. Hal ini sangat ditekankan karena
banyak masalah keluarga timbul akibat dari adanya perbedaan mendasar
dalam hal ini.
7. Memahami hubungan kemasyarakatan setelah berkeluarga.
8. Saling menerima antara kedua belah pihak. Suami istri dan kemampuannya
untuk saling menerima.
9. Penerimaan suami atau istri terhadap pasangannya, baik kelebihan maupun
kekuranganya. Dan kemampuan untuk menanggung beban tanggung jawab
dan perbedaan-perbedaan yang terjadi antara mereka.
15
10. Kemampuan untuk memperolah keterampilan dalam berkomunikasi dan
keterampilan yang dibutuhkan dalam keluarga.
11. Saling memperhatikan perasaan masing-masing.
12. Mengetahui beban tanggung jawab dalam berumah tangga dan kemampuan
untuk melaksanakan kewajiban sesui dengan seharusnya dengan tetap
memperkokoh pengawasan internal dalam hal sikap dan tingkah laku terhadap
hubungan sosial.
13. Memiliki wawasan tentang hal-hal yang sangat sensitif dalam kehidupan
berumah tangga, khususnya hubungan psikologis yang terjadi atara suami istri.
14. Lingkungan keluarga dan pengalaman buruk pada lingkungan rumah tangga
memiliki pengaruh besar terhadap pemuda atau pemudi yang hendak memulai
hidup baru dan hendak menentukan pasangan hidup. Hal ini akan
menimbulkan efek kuat bagi mereka berdua. Artinya bahwa terkadang dalam
lingkungan sang pemuda atau pemudi pernah memiliki ganjalan kejiwaan atau
ganjalan sosial yang dapat mempengaruhi keputusannya dalam menentukan
pasangan yang baik. Bahkan bisa saja di sana terdapat pandangan yang salah
yang mereka perolah selama mengalami pengalaman yang tidak mengenakkan
tersebut.
15. Meminta kesampatan konsultasi yang baik.
16. Tidak menghubngkan pernikahan dengan peercintaan dan nuansa romantis
yang berlebihan, tetapi memikirkan hal-hal yang sangat penting, yaitu adanya
kesempatan berduaan untuk menyalakan kembali sumbu kecintaan selama
kehidupan berumah tangga. Dan berusaha menghidupkan suasana yang baik
dalam komunikasi antara mereka berdua. Hal tersebut berdasarkan pada
keyakinan bahwa rasa cita memang terdapat dalam hati dan pasti akan muncul
dengan sendirinya.
17. Melakukan cek kesehatan sebelum memulai pernikahan.
18. Membekali dan menyiapkan diri unutk memasuki kehidupan berumah tangga,
baik dari pihak laki-laki maupun dari pihak wanita. Banyak bapak atau pun
ibu yang bersuaha dengan keras untuk memberikan kebahagiaan kepada
anaknya dan menekankan hal itu kepada mereka, tetapi hanya terbatas pada
hal-hal yang bersifat materi saja dan tidak menyentuh hal-hal yang bersifat
kejiwaan. Artinya bahwa ayah maupun ibu menekankan pada aspek materi
padahal itu bukanlah kebahagian yang diharapkan, terutama dalam hubungan
16
suami istri. Maka seharusnya ayah memberikan pengetahuan teori dan
peraktek dan dengan cara yang teratur serta dalam waktu yang
berkesinambungan terhadap anaknya berdasarkan pada pengalamannya tetang
bagaimana bersikap baik terhadap wanita. Dan ia juga harus menegaskan
tentang pentingnya ahklak yang baik, bagaimana kehidupan berumah tangga,
hak-hak istri, kesabaran dan pendidikan islam secara integral. Demikian pula
ibu, ia harus berusaha mempersiapakan putrinya untuk mentaati suami dan
bagaimana cara berinteraksi dengannya. Karena banyak masalah-masalah
sosial ditemukan dalam mahkamah peradilan disebabkan karena
meninggalkan apa yang saya sebut sebagai seni menyiapkan anak untuk hidup
berumah tangga dan membekali mereka untuk berkeluarga. Tetapi kegagalan
pendidikan berdasarkan banyaknya pengalaman tentang permasalahan
berumah tangga ditemukan bahwa diantara masalah penting yang banyak
berkontribusi pada banyak keadaan adalah jelekenya pemahaman kedua orang
tua tentang kebahagiaan dalam berumah tangga dan cara menetukan pasangan
bagi putranya serta persetujuaannya terhadap pemuda yang meminang
putrinya. Mereka memandang bahwa kebahagiaan terletak pada perabotan
yang mewah, pekerjaan yan mentreng dan banyaknya harta. Mereka
melupakan hal-hal prinsip dalam kebahagiaan suami istri bagi anak-anaknya
berupa sikap yang baik, pendidikan yang seimbang yang memebekalinya
untuk memasuki ladang rumah tangga dan kesiapan-kesiapan mental yang
dibutuhkan.
19. Mengenal ak-hak dan kewajiban berumah tangga yang begitu banyak. Banyak
diatara orang yang memasuki perkawainan tidak mengetahui hak dan
kewajiban dalam berumah tangga. Dengan demikian, orang yang tidak
memiliki sesuatu mustahil bisa berbagi. Tidaklah masuk akal jika hak dan
kewajiban bercampur baur mengikuti alur kehidupan beumah tangga, tetapi
hal tersebut harus dipelajari dan dikuasai.
20. Pengetahuan pemuda yang hendak mengayuh kehidupan berumah tangga
tentang hak-hak istrinya. Demikian pula pengetahuan gadis yang hendak
menikah tentang hak-hak suaminya.
21. Banyak orang yang telah memiliki pengalaman gagal sebelumnya dalam
membina keluarga. Mereka melewati kehidupan berumah tangga dengan
perasaan luka karena berbagai sebab. Mereka secara tidak langsung
17
memindahkan sikap mereka terhadap lingkungannya dan permasalahan hidup
mereka serta permasalahan keluarga mereka akibat ketidakmampuannya
dalam bersikap supel, yang berbeda secara mendasar dengan orang lain.
Dengan demikian mereka memindahkan pendapat mereka secara membabi
buta dan dengan cara yang salah serta jauh dari sikap amanah kepada orang-
orang yang hendak mengayuh kehidupan berumah tangga. Mereka membuat
orang lain menikmati pemahaman yang salah tentang masa depan keluarga.
Hal ini banya ditemukan beredar diantara teman-teman dan kerabat. Misalnya,
kita menemukan seorang pemuda meju untiuk meminang seorang gadis
dengan modal sikap-sikap tepuji yang bagitu banyak berupa sikap beragama,
displin, pekerjaan yang baik, masa depan yang cemerlang, lalu ia diterima oleh
keluarga yang hendak dipinganya. Dengan pasti keluarga tersebut akan
menerimanya dengan baik dan gadis itu pun tidak menolaknya. Bahkan ia
akan memberikan persetujuan pada saatnya nanti, hanya saja ia membutuhkan
waktu. Tetapi selama rentang waktu tersebut, ia bergabung dengan reakan
kerja atau rekan kuliahnya, lalu ia meminta pendapat mereka dan
menginformasikan kebahagiaannya, padahal bisa jadi salah seorang diantara
mereka orang tuanya sedang mengalami perceraian atau terjadi perceraian
pada lingkungan keluarga besarnya sehingga menimbulkan reaksi tidak baik
dan efek negatif bagi gadis tersebut, hal yang membuatnya menolak
pernikahan karena kasus perceraian yang ia dengar. Dengan demikian peroyek
perkawinan menjadi batal. Demikian pula yang terjadi bagi pemuda. Jadi
pengalaman yang menakutkan akan memunculkan pada kedua belah pihak
kebingungan dan rasa takut. Maka wajib bagi keluarga menampung pemuda
dan menjelaskan permasalahan tersebut serta memperbaiki kesimpangsiuran
dan kelebihan ari pengalaman buruk tersebut agar dapat menjadi cambuk
untuk maju dalam rangka menghadapai masalah-masalah mendatangdengan
penuh perasaan positif dan penuh percaya diri terhadap kehidupan berumah
tangga.
22. Sebagian orang yang hendak berkeluarga melihat bahwa kehidupan akan
berhenti setelah menikah. Utang akan bertumpuk demi kepentingan prabot
rumah tangga dan kebutahan lainnya yang begitu banyak dan tidak
diperhitungkan sebelumnya. Membeli perlengkapan rumah tangga yang
biasanya tidak pernah cukup, bahkan terkadang mengurangi kebahagiaan
18
berumah tangga dan ketenangan sosial setelah menikah. Hal ini akan
memberikan pengaruh bahwa memikirkan masalah pernikahan tidaklah
membutuhkan pemikiran ekstra keras.
23. Pilihan yang tepat haruslah dapat mendorong terciptanya ketenangan dan
kebahagiaan berumah tangga. Pilihan terkadang menjadi hal yang
membingungkan bagi banyak pemuda atau gadis yang hendak memasuki pintu
pernikahan. Tetapi sebagian mereka memiliki prioritas terhadap yang lain.
Kita harus mengenal hal-hal yang perlu diprioritaskan sehingga kita dapat
sampai kepada tujuan dengan cara bertahap.
24. Menjauh dari berbagai perbedaan uzur dan sebab, yaitu uzur atau sebab yang
tampak masuk akal bagi orang lain dan mendorng terciptanya kegagalan, baik
pada kebingungana dalam negambil sikap atau rasa takut dari sesuatu yang
sebenarnya terdapat dalam jiwa atau rasa khawatir atau dalam keluarga secara
umum, apakah akan menampakkan sebab-sebab sebenarnya. Ia hanyalah
sebab yang bebrpengaruh dalam bentuk yang disengaja sebagai penutup yang
dapat diterima secara zahir agar sebab yang sebenarnya tidak tersingkap.
Banyak orang yang hendak memulai hidup berumah tangga mudah menerima
tawaran untuk menikah padahal ia tidak menerimanya demi menjauh dari
pergolakan pribadi. Allah Swt. berfirman, "Bahkan manusia itu menjadi
saksi atas dirinya sendiri. Meskipun dia mengemukakan alasan-
alasannya."1
25. Membebaskan diri dari tekanan negatif masyarakat dan adat istiadat serta
kebiasaan-kebiasaan yang tidak bermanfaat. Hal yang bisanya banyak
melanda banyak orang. Lalu berusaha berpegang teguh kepada syariat sebagai
ganti dari hal-hal demikian.
26. Menjauhi nuansa-nuansa romantis yang hanya ada dalam hayalan saja yang
banyak dijejalkan oleh chenel-chenel barat dan filem-filem serta berbagai
sinetron yang ada.
27. Hal-hal yang dilandasi pada sebuah kesalahan maka pasti akan salah juga.
Banyak pemuda maupun gadis yang hendak memasuki kehidupan berumah
tangga menampilkan diri secara tidak sebenarnya, tetapi mereka tampil tidak
seperti sebenarnya. Bahkan mereka seolah menikmati kebohongannya
tersebut. Malahan yang paling bermasalah adalah bahwa mereka menganggap
1 QS.Al-Qiyamah : 14-15.
19
prilaku demikian sebagai hal biasa saja. Hanya saja tampilan yang sebenarnya
pasti akan tersingkap dengan segera. Waktulah yang akan membuktikan itu
semua. Orang yang hendak memasuki gerbang pernikahan membutuhkan
pengarahan sosial dan kejiwaan. Hal ini disamping kebutuhannya terhadap
orang tertentu yang ia rasa memberikan dukungan terhadapnya dan
menguatkannya dengan dorongan moril. Hanya saja hal ini terkadang tidak
terpenuhi kecuali sekedar nama saja.
Keluarga muslim berawal dari seorang suami dan istri yang didasari pada
ketentraman dan senantiasa dibingkai oleh ketenangan dan kasih sayang berdasarkan
pada apa yang telah digambarkan oleh al-Qur'an tentang karakteristik hubungan antar
suami istri serta hal-hal yang seharusnya terjadi padanya. Firman Allah Swt., "Dan di
antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu isteri-isteri
dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya,
dan dijadikan-Nya diantaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang
demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir."1
Allah Swt. telah mengokohkan landasan hubungan ini dengan penuh hikmat
dan penuh dengan keteraturan dalam bingkai manhaj al-Qur'an yang bersifat rabbani
serta jalur yang begitu jelas dengan firman-Nya, "Dan para wanita mempunyai hak
yang seimbang dengan kewajibannya menurut cara yang ma'ruf. akan tetapi para
suami, mempunyai satu tingkatan kelebihan daripada."2
Landasan rabbaniyah ini merupakan dasar interaksi dalam rangkaian
hubungan suami istri. Kewajiban suami adalah mengetahui bahwa wanita diciptakan
dari salah satu tulang rusuk Nabi Adam agar menjadi bagian hidupnya. Ia akan
menyempurnakan hidupnya sebagaimana ia menyepurnakan hidupnya pula. Tulang
ini begitu dekat posisinya dari hati.
1 QS Ar-Ruum : 21.2 QS Al-Baqarah : 228.
20
RUMAH YANG MENYENANGKAN
Hendaknya suami berhubungan dengan istrinya dengan hatinya dan bukan
denga akalnya. Karena jika ia berhubungan dengan istrinya dengan akalnya maka ia
akan menyusahkannya dan menyusahkan dirinya sendiri. Hati merupakan sumber rasa
kasih sayang. Dialah ikatan yang paling kokoh antara suami dengan istrinya. Cinta
kasih, kelembutan dan ketenangan semuanya bersumber pada hati. Wanita hendaknya
mengetahui posisnya terhadap suami sehingga ia mendekatinya melalui pintu hatinya
yang begitu peka. Rasulullah saw telah berwasiat tentang wanita dengan sabdanya,
"Nasehatilah wanita dengan baik karena mereka adalah amanah di pundak
kalian. Kalian menghalalkan kemaluannya dengan kalimat Allah Swt. dan
sunnah Rasul-Nya. Janganlah kalian menampar muka da jangan menghinanya."
Atau seperti apa yang dikatakan sesepuh dalam nasehat mereka, "Bangunlah
rumahmu di atas batu yang kokoh." Maksudnya, bangunan rumah tangga
hendaknya berpijak pada landasan yang kokoh berupa prilaku yang baik, nilai-nilai,
norma dan keutamaan yang melimpah ruah.
Yang aneh adalah bahwa kita sering mempertimbangkan perasaan orang lain
demi untuk mendapatkan kepercayaan serta penghormatannya, padahal kita tidak
ambil pusing dan tidak memperhatikan cara berhubungan yang baik dengan orang
yang begitu berharga dalam hidup kita. Ia hidup ditengah-tengah kita sebagai partner
hidup. Kita malah terkadang menyakiti perasaannya tanpa sengaja atau dengan
sengaja. Hal ini terjadi karena kita meyakini bahwa landasan rasa dan etika hanya
diberlakukan ketika berintereaksi dengan orang lain. Adapun terhadap kerabat, sikap
keras, kasar dan tanpa perasaan terkadang kita berlakukan terhadap mereka.
Dari sini wajib bagi kedua pengantin baru untuk bermusyawarah bersama
dalam rangka membicarakan tentang aturan yang dapat ditulis dalam bentuk
perjanjian atau kesepakatan yang mencakup semua yang terjadi dalam kehidupan ini
dan dapat menjamin adanya kesenangan, berupa kegiatan, hobi yang beragam, buku
bacaan, kunjungan, kesempatan untuk berpikir dan tamasya, agar masing-masing
pasangan dapat saling menghargai, dapat menghormati keberadaannya, mengurangi
ketikdaksepakatan dan muamalah yang kurang baik.
Hendaknya pula ada semacam sanksi atau hukuman yang tepat bagi yang
melanggar serta peluang meminta maaf bagi yang telah melanggar hak-hak pihak lain.
Diantara dasar-dasar akhlak yang diserukan Islam dan orang-orang yang berakal
cemerlang adalah :
21
1. Sebelum kita masuk ke kamar seseorang hendaknya kita minta izin dan
mengetuk pintunya.
2. Ketika masuk ke dalam rumah, kamar, atau mobil kita mengucapkan salam.
3. Ketika henda keluar dari kamar, kita bertanya kepada penghuninya, apakah
ia inging sesuatu sebelum kita pergi.
4. Kita tidak membaca undangan atau cek atau kertas yang tidak ada
hubungannya dengan kita.
5. Ketika anda meminjam pulpen atau buku atau mistar, kita harus
mengembalikannya ke tempat semula.
6. Jika kita memecahkan sesuatu atau merusaknya kita hendaknya
menggantinya.
7. Ketika kita membalik sesuatu yang menjadi milik pribadi pasangan kita atau
merobah posisinya maka kita harus mengembalikannya ke posisi semula.
8. Jika seseorang melanggar hak pihak lain maka ia harus minta maaf
kepadanya.
9. Jika seseorang meminta maaf karena ia bersalah maka pihak kedua
hendaknya menerima permintaan maafnya dan jangan sering menghinanya.
10. Percakapan diantara kita harus berlangsung dalam keadaan santai dan saling
menunjukkan sikap saling menghormati serta tidak boleh ada penghinaan.
11. Kita harus mengatakan kebenaran walaupun pahit, tetapi dengan cara yang
lembut dan tidak melukai perasaan.
12. Siapapun yang membutuhkan nasehat maka kita harus menasehatinya
dengan penuh kasih dengan tanpa rasa kesombongan.
13. Jika seseorang sedang merasa bahagia maka yang lain harus ikut merasa
bahagia. Demikian pula sebaliknya.
14. Jika seseorang diantara kita sedang mendapatkan momen yang
menyenangkan maka kita harus ikut bersama tanpa adanya alasan lain.
15. Kita harus saling menghormati hobi masing-masing dan menghargainya,
bahkan kalau perlu kita menyanjungnya dan menganggapnya sebagai hobi
kita sendiri.
16. Kita tidak boleh membenturkan sikap egoisme dan kesukuan kita dengan
sikap serupa.
22
17. Jika seseorang diantara kita tidak dapat melakukan tugasnya dan ia
membutuhkan bantuan maka kita harus membantunya tanpa mengenal kata
terlambat.
18. Tidak ada untungnya kita menciptakan masalah dan mengungkit masa lalu
yang suram agar rasa sakit dan kecewa tidak teulang kembali.
19. Toleransi dan sikap suka memaafkan ketika sanggup merupakan karakter
orang-orang mulia.
20. Saling membagi tugas dan semuanya berusaha melaksanakan tugasnya
masing-masing sebelum menuntut haknya.
21. Kita tidak boleh berbohong bagaimana pun kondisinya karena kebohongan
merupakan kakek moyangnya dosa dan orang-orang yang suka berbohong
tidak akan masuk sorga.
22. Tidak boleh ada diantara kita yang mengingkari pihak lain jika sedang
berbicara di hadapan umum.
23. Kita tidak boleh mencuri bagaimana pun kebutuhan kita terhadap harta.
24. Setiap kita harus mencintai apa pun yang dicintai pasangan kita sebagaimana
kita mencintai hal tersebut bagi diri kita sendiri dan berusaha melakukan hal-
hal yang dapat menyenangkan perasaan pasangan kita.
25. Bersabar terhadap berbagai musibah merupakan ibadah dan selalu
menysukuri nikmat-nikmat Allah Swt. merupakan sebuah keharusan.
26. Shalat merupakan tiang agama dan yakin dengan pertolongan Allah Swt.
merupaka pilar kesuksesan.
27. Setiap kita hendaknya memanggil pasangannya dengan panggilan yang
disenanginya dan tidak mengungkit masalah yang sedang dihadapi ketika
berbicara dan bercanda, baik secara sembunyi maupun terang-terangan.
Rumah tangga muslim yang dihiasi dengan kebahagiaan
adalah merupakan jaminan mendasar bagi tegaknya
masyarakat muslim yang layak. Keluarga muslim yang
diliputi oleh ketenangan dan ketentraman merupakan
kebutuhan yang tidak bisa ditawar lagi demi terwujudnya
kemaslahatan masyarakat. Keajegannya merupakan
prasayarat yang tak dapat ditawar lagi demi kemuliaan dan
kejayaan ummat. Oleh karenanya, perhatian Islam terhadap
keluarga sangat besar sehingga bangunannya ditegakkan di
23
atas kebenaran dan prinsip keadilan. Pilarnya dikokohkan
dengan rasa tentram. Sedang ruas-ruasnya dikokohkan
dengan rasa takut kepada Allah Swt..
Karena itulah, musuh-musuh Islam mengorbankan begitu
banyak hal demi untuk menghancurkan kelurga muslim dan
mengacaukan ikatan-ikatannya. Mereka menempuh jalur
yang beragam demi tujuan itu. Mendorong suami agar
membangkan terhadap istri mereka, menghiasi wanita
dengan upaya-upaya terselubung agar mereka
meninggalkan rumah dan bergerak menuju jalan-jalan demi
mempertahankan dan menjaga gengsi-gengi palsu. Lalu
timbul banyak masalah di balik itu semua, yang mana,
sebelumnya hal itu tidaklah ada, seandainya aturan berjalan
sesuai dengan aturan Allah Swt..
Musuh-musuh Islam melakukan banyak hal dengan
dukungan teknologi penyiaran dan telekomunikasi yang
mereka miliki demi menghancurkan hubungan kasih sayang
dan rasa saling menghargai antara ayah dan anak, antara ibu
dengan anak gadisnya dan antara sesepuh dengan para
pemuda, dengan berlindung di bawah naungan prinsip-
prinsip yang mereka ciptakan sendiri, seperti tentang
pentingnya perbedaan antara berbagai tingkatan generasi
dan berbagai istilah yang hanya mengandung unsur
keburukan.
Rumah tangga muslim terdiri dari seorang laki-laki dan
seorang perempuan yang disatukan oleh pernikahan yang
legal dan diumumkan akadnya dihadapan halayak bahwa
mereka telah berpasangan. Setiap orang diantara mereka
memiliki kecakapan masing-masing. Setiap pasangan dapat
memperoleh keberuntungan dan kerugian. Ia mendapatkan
keberuntungan jika mengaturnya dengan cara yang baik dan
memenejnya dengan tepat. Setiap orang melakukan
kewajibannya dengan sempurna. Mereka melakukan semua
itu dengan semangat saling memahami dan penuh kasih
24
sayang. Di sana, sikap amanah dan penuh ikhlas terjalin
antara kedua belah fihak.
Benarlah firman Allah Swt. dalam sebuah hadits qudsi,
"Saya adalah pihak ketiga bagi dua orang yang
berserikat selama tidak ada seorang pun yang
menghianati pihak lainnya. Jika ada yang berkhianat
maka Saya keluar dari perserikatan itu," (HR.Abu Daud).
Tujuan Islam dalam menyatukan antara laki-laki yang
beriman dan perempuan yang beriman adalah agar dapat
mencapai kesuksesan, memetik buah terindah,
memperoleh keberuntungan, mendapatkan keturunan yang
baik yang nantinya akan berjihad di jalan Allah Swt.,
mengangkat bendera kebenaran dan menyebarkan keadilan
dan kedamaian di bumi.
Untuk tujuan tersebut, Islam meretas jalan yang sangat jelas
rambu-rambunya, mengamankan langkah yang akan
ditempuhnya dalam rangka menuju rumah tangga yang
berbahagia, berupa :
SATU : MEMILIH PASANGAN HIDUP.
Agar kita tidak terpesona oleh tampilan luar atau
terpengaruh oleh hawa nafsu sehingga kita jatuh dalam
kesalahan maka Islam menggariskan jalur yang tepat dalam
rangka memilih pasangan.
Rasulullah saw bersabda, "Wanita dinikahi karena empat
hal : karena hartanya, kecantikannya, keturunannya dan
karena agamanya. Utamakanlah yang beragama agar
kalian mendapatkan keberuntungan," (Muttafaq Alaihi).
Siapapun yang bisa mendapatkan wanita yang berperilkau
baik dan beragama yang akan mendapinginya dalam hidup
ini dalam rumah tangganya sebagai istri shalehah maka ia
telah mendapatkan keberuntungan. Ini tidaklah beararti
bahwa kecantikan tidak menjadi pertimbangan, karena tidak
bisa dipungkiri bahwa keberadaannya merupakan salah satu
25
faktor terwujudnya kebahagiaan, demikian pula sifat-sifat
yang telah disebutkan sebelumnya dalam hadits. Hanya
saja, hendaknya ia tidak nmenjadi tujuan utama. Karenanya,
selain agama, hendaknya wanita memiliki sifat-sifat
seperti :
A. Kecantikan : Hal ini berdasarkan sabda Rasulullah saw, "Lihatlah,
karena dengan melihatnya akan dapat menimbulkan rasa syang antara
kalian berdua," (HR.Tirmidzi, An-Nasa'I dan Ibnu Majah).
B. Hendaknya ia penuh kasih sayang dan dapat melahirkan banyak generasi.
Hal ini berdasarkan pada sabda Rasulullah saw, "Nikahilah wanita yang
subur dan penuh kasih sayang," (HR.Abu Daud dan An-Nasa'i).
C. Hendaknya maharnya tidak terlalu mahal : Hal ini berdasarkan pada sabda
Rasulullah saw, "Wanita yang paling banyak berkahnya adalah wanita
yang sedikit maharnya," (HR.Ahmad dan Al-Baihaqi).
D. Hendaknya ia seorang yang masih gadis. Hal ini berdasarkan pada hadits
Jabir bin Abdullah radiyallahu anhu –ketika itu, ia menikahi seorang
janda- lalu Rasulullah saw mengatakn kepadanya, "Kenapa bukan
seorang gadis yang bisa engkau ajak bercumbu dan mengajakmu
bercumbu," (Muttafaq alaihi).
Adapun sifat-sifat penting yang seharusnya dimiliki laki-
laki adalah agama dan prilaku yang baik. Rasulullah saw
besabda, "Jika kalia didatangi oleh pemuda yang kalian
ridhai agama dan prilakunya maka nikahkanlah mereka.
Jika kalian tidak melakukannya maka akan terjadi fitnah
dan kerusakan yang nyata di bumi," (HR.Ahmad dan
Tirmdzi).
Seseorang pernah mengatakan kepada Hasan, "Saya
memiliki anak perempuan. Dengan siapa, menurut anda,
seharusnya saya nikahkan ? Beliau menjawab,
"Nikahkanlah dengan orang yang bertakwa kepada Allah
Swt.. Jika ia mencintainya maka ia akan memuliakannya.
Jika ia marah kepadanya maka ia tidak akan
menzhaliminya."
26
DUA : MEMENEJ PERUSAHAAN (RUMAH
TANGGA).
Perusahaan manapun yang hendak sukses maka harus
memiliki menejemen yang mengatur urusannya dan
menjamin keberlangsungannya. Hendaknya menejemen ini
memiliki kompetensi dalam menghadapai setiap masalah
yang timbul atau problem baru yang ada. Bukanlah
termasuk sikap bijaksana jika membiarkan masalah
berlarut-larut sehingga kedua belah pihak berlomba untuk
saling mengungguli dan kedua pucuk piminan rumah
tangga saling berebut pengaruh sehingga lahirlah
pertentangan, muncullah kesemerawutan dan tampillah
kemalangan.
Demi kebahagiaan perusahaan (rumah tangga) dan orang-
orang yang tergabung di dalamnya maka seharusnya
kepimipinan dan menejemen rumah tangga diserahkan
kepada suami sebagai pendidik, tulang pungung dan
sebagai contoh teladan keluarga, sebagaimana tercantum
dalam firman Allah Swt., "Kaum laki-laki itu adalah
pemimpin bagi kaum wanita, oleh Karena Allah Telah
melebihkan sebahagian mereka (laki-laki) atas
sebahagian yang lain (wanita), dan Karena mereka (laki-
laki) Telah menafkahkan sebagian dari harta mereka."1
Ini tidaklah berarti bahwa wanita kurang mendalam
pandangan dan analisanya, tetapi karena perasaannya yang
mendominasi dan sikapnya yang begitu lembut yang
menyebabkan laki-laki memiliki keunggulan darinya dari
segi kecermatan berpikir dan melihat akibat dari sebuah
tindakan, tanpa disertai sikap tergesa-gesa atau keterbawaan
perasaan. Inilah rumussan yang sebenarnya. Hanya saja,
setiap rmusan pasti memiliki pengecualian yang
menjadikan wanita unggul dibanding laki-laki dalam
berfikir dan mengambil keputusan.
1 QS An-Nisaa' : 34.
27
KETIGA : MUSYAWARAH.
Selama kepemipinan berdasarkan pada sikap bijaksana dan
sikap kepeloporan maka setiap hakim dalam Islam
bukanlah merupakan kemaslahatan secara mutlak. Ia
hanyalah mengatur berdasarkan aturan Allah Swt.. Dan
kelak ia akan ditanya di hadapan-Nya tentang orang-orang
yang dipimpinnya. Apa ia betul-betul mengaturnya dengan
baik atau menyia-nyiakan mereka. Atau apakah ia berlaku
adil berdasarkan petunjuk Allah Swt. atau malah
menzhalimi mereka ?
Musyawarah adalah merupakan aturan yang ditetapkan oleh
Allah Swt. dalam agama-Nya agar menjadi landasan antara
hakim dengan orang-orang yang diaturnya. Jangan ada yang
mengira bahwa itu hanyalah diperuntukkan bagi pemimpin
ummat dan para pemerintahannya saja, tetapi ia bersifat
umum dan mencakup setiap level kepemimpinan dan setiap
jabatan. Bahkan lebih baik lagi bagi suami istri jika mereka
saling bermusyawarah dan saling memahami pada setiap
masalah yang berkaitan dengan rumah tangganya tanpa
adanya rasa berkuasa atau rasa mendominasi dan rasa
dendam. Tidaklah penting mengambil pendapat darinya,
tetapi yang terpenting adalah bagaiaman melaksanakan
pendapat yang benar yang nantinya dapat menghasilkan
manfaat dan kebahagiaan bagi semua anggota keluarga.
KEEMPAT : PEMBAGIAN TUGAS.
Pada setiap perusahaan pasti semua serikat memiliki hak
dan kewajiban agar perusahaan berjalan sebagaimana
mestinya. Demikian pula yang dilakukan oleh Islam
terhadap rumah tangga. Islam telah menjadikan bagi kedua
pasangan suami istri hak-hak dan kewajiban masing-
masing. Kebahagiaan tidak akan terwujud jika salah satu
pihak mengabaikan tugasnya lalu berusaha menuntut
28
haknya kepada pihak lain. Seharusnya keduanya berusaha
saling berlomba dalam melaksanakan kewajiban masing-
masing sebagai usaha untuk membahagiakan pasangannya.
Dan sebagai usaha untuk mewujudkan ketenangan batin
bagi dirinya sendiri dan orang lain.
Allah Swt. sebagai hakim sebenar-benarnya telah
menetapkan hak dan kewajiban tersebut agar kedua
pasangan tidak saling menzhalimi dan agar kebahagiaan
dapat terwujud sesuai dengan rumusan yang adil dan penuh
ketelitian yang berasal dari produk Yang Maha Mengetahui
yang menetapkan urusan di atas landasan keadilan.
Betapa benar Dzat Yang Maha Mengetahui ketika
berfirman, "Dan para wanita mempunyai hak yang
seimbang dengan kewajibannya menurut cara yang
ma'ruf. akan tetapi para suami, mempunyai satu
tingkatan kelebihan daripada isterinya[143]. dan Allah
Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana".1
KELIMA : HAK-HAK ISTRI.
Islam telah menetapkan hak bagi istri dan menutut suami
untuk memenuhinya serta mengarahkannya untuk
melaksanakannya berdasarkan pada kepemimpinannya
dalam rumah tangga dan sebagai wujud tanggung
jawabnya, diantaranya :
A. Hendaknya suami berprilaku baik ketika berinteraksi dengan istrimya. Ini
tidak berarti bahwa ia hanya nmenjauhkan bahaya darinya saja, tetapi
artinya bahwa ia menaggung beban yang menjadi tugasnya. Ia hendaknya
tetap bijaksana walaupun ia sedang marah sebagai wujud upayanya dalam
mencontoh prilaku Rasulullah saw.
B. Bercumbu, bermesraan dan mencandainya. Dengan sikap demikian, hati
wanita bisa terhibur dan perasaannya dapat diliputi oleh kebahagiaan. Ia
makin akrab dengan suaminya dan betah bersamanya.
C. Hendaknya ia cemburu degan porsi yang secukupnya.
1 QS. Al-Baqarah : 228.
29
KEENAM : HAK-HAK SUAMI.
A. KETAATAN.
Wanita tidak boleh membangkan terhadap suaminya dan menyalahi
perintahnya. Kecuali dalam hal yang diharamkan oleh Allah Swt.. Tentang
hal ini, Rasulullah saw bersabda, "Jika saja menyuruh seseorang untuk
bersujud maka saya pasti menyuruh wanita bersujud kepada suaminya
karena begitu besarnya haknya atasnya," (HR.Tirmidz dan Ibnu Majah).
G. TAMPIL CANTIK DIHADAPAN SUAMINYA.
Wanita hendaknya bersolekdan tampil menarik di hadapan suaminya.
Yang mana, pandangan suaminya tidak tertuua kepadanya kecuali ia dalam
keadaan menarik
H. BERBUAT BAIK TERHADAP SUAMINYA.
Diantara wujud berbuat baik itu adalah hendaknya ia tidak membuatnya
marah dan terjatuh dalam kubangan dosa karena sikap pembangkangannya
dan sikapnya yang terus menerus menyalahi perintahnya serta melakukan
hal-hal yang tidak diinginkan. Khususnya jika ia bersumpah (menegaskan)
kepadanya agar melakukan sebuah pekerjaan atau bersumpah
(menegaskan) agar tidak melakukan sebuah pekerjaan tertentu. Istri yang
baik tentunya mentaati suaminya ketika ia bersumpah (menegaskan)
sesuatu kepadanya. Ia tidak memaksanya untuk menebus sumpahnya
setelah ia melanggarnya karena ia adalah orang orang yang takut kepada
Allah Swt. dan memperhatikan perintah-perintah-Nya serta
memperhatikan hak-hak suaminya. Ia tidak membebaninya dengan
berbagai masalah, apalagi membebaninya dengan sikap demikian.
I. PERHATIAN PENUH.
Maksudnya, wanita memperhatikan hak-hak suaminya, baik ketika ia ada
di rumah atau sedang berada di luar rumah. Ia tidak boleh menciderai
kehormatannya dan tidak menghambur-hamburkan hartanya. Ia juga harus
menjauhi semua perbuatan buruk atau menjauhi perbuatan yang
30
menyebabkan menyebabkan harga dirinya hancur. Ia harus menyayangi
anak-anaknya, baik mereka adalah anak-anak dari hasil perkawinannya
maupun anak tirinya.
Rasulullah saw bersabda, "Seorang mukmin tidak mendapatkan manfaat
setelah takwa kepada Allah Swt. kecuali seorang istri shalehah. Jika ia
memmerintahnya maka ia mentaatinya. Jika ia memandangnya maka ia
membuatnya senang. Jika ia bersumpah atasnya maka ia berbuat baik
kepadanya. Jika ia jauh darinya maka ia menjaga dirinya dan
hartaanya," (HR.Imam Ahmad).
J. SIKAP QANA'AH.
Istri yang berakal seharusnya tidak membebani suaminya dengan berbagai
tuntunan. Hendaknya ia merasa cukup dengan apa yang diberikan oleh
Allah Swt. kepadanya. Banyaknya tuntunan wanita terhadap suaminya bisa
saja membuat suami melakukan usaha yang haram, hal yang menyebabkan
terjadinya kemalangan bagi keluarga di dunia maupun di akhirat kelak.
Juga degan banyaknya tuntutan istri menyebabkan hidup suami penuh
dengan kegelisahan dan kebingungan ketika merasa tidak mampu
memenuhi tuntutan tersebut. Kebingungan dan kegelisahannya pasti akan
berefek kepadanya dan kepada urusan rumah tangga secara keseluruhan,
sebagai wujud kebenaran firman Allah Swt. yang berbunyi, "Allah tidak
membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya. ia
mendapat pahala (dari kebajikan) yang diusahakannya dan ia mendapat
siksa (dari kejahatan) yang dikerjakannya."1
Juga firman-Nya, "Allah tidak memikulkan beban kepada seseorang
melainkan sekedar apa yang Allah berikan kepadanya."2
K. NASEHAT DAN PENDIDIKAN AKHLAK.
Allah Swt. menetapkan hak ini agar dijadikan alat bantu untuk menjaga
pilar-pilar rumah tangga agar tidak……
1 QS.Al-Baqarah : 286.2 QS. At-Thalaaq : 7.
31