agi
TRANSCRIPT
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Ikan Mas atau ikan Karper (Cyprinus carpio) adalah ikan air tawar yang bernilai
ekonomis penting dan sudah tersebar luas di Indonesia. Di Indonesia Ikan Mas memiliki
beberapa sebutan yakni Kancra, tombro, raja, rayo,atau nama lain yang sesuai dengan daerah
penyebarannya.Dalam budidaya ikan sesuatu yang tidak diharapkan kehadirannya adalah
Hama dan Penyakit. Ikan yang hidup dalam kondisi air yang jelek dapat mengalami tekanan
(stres) sehingga mudah terjangkit oleh penyakit atau parasit. Perkembangan parasit dan
penyakit dipicuh dengan memburuknnya kualitas perairan. Bahan organik yang berasal dari
sisa pakan dan kotoran ikan merupakan media yang cocok bagi perkembangan parasit dan
bekteri. Adapun beberapa hal yang menyerang ikan budidaya jaring apung diantarannya
adalah Lingsang, kura-kura, biawak,ular air, dan burung. Biasanya jenis hama ini, sebelum
memangsa ikan, terlebih dahulu menembus wadah budidaya. Adapun penyakit yang
menyerang pada ikan adalah sebagai berikut : umbulan atau pembalikan lapisan air,
kekurangan oksigen, dan keracunan hal ini disebabkan karena biasannya pada saat musim
hujan perairan umu, terjadi perubahan suhu secara mendadak. Suhu dibagian atas menurun
akibat turun air hujan, biasannya diakibatkan oleh perairan yang terlalu subur (eutrofik) atau
terjadi blooming satu jenis plankton yang tidak diharapkan, seperti microcystis. Karena tidak
dapat dimanfaatkan sebagai makanan ikan. Dengan adannya blooming jenis plakton ini, tentu
saja akan mengakibatkan adannya persaingan pengunaan oksigen yang terlarut antara ikan
budidaya dengan plankton. Persaingan seperti in
2
i tentu tidak diharapkan, terlebih lagi di malam hari dan pemberian pakan yang sudah
kadarwarsa, berjamur, atau berkuman membahayakan atau disebabkan oleh pencemaran
lingkungan, baik pencemaran fisik maupun kimia.
Oleh sebab itu pengunaan atau pengendalian dalam proses budidaya sangatlah penting
untuk diterapkan secara efisien dan sebaik mungkinkarena faktor tersebut sangatlah
mempengharui ekositem budidaya dan pemeliharaan pada ikan mas tersebut. Salah satu cara
yang dipakai dalam penanganan ikan mas agar mendapatkan hasil yang berkualitas dengan
menempatkan unit budidaya pada aliran air, tidak memberikan pakan secara berlebihan,
mengurangi kepadatan ikan, mengangkat ikan yang sakit dan menempatkan segera mungkin
kedalam wadah berisi air bersih.
Bertolak dari latar belakang diatas maka penulis tertarik untuk melakukan praktek kerja
lapangan dengan judul “Penanganan Hama dan Penyakit pada Induk IkanMas
( Cyprinus carpio)
B. PERUMUSAN MASALAH
Bagaimana cara penanganan Hama dan Penyakit pada Induk ikan Mas (Cyprinus
carpio)?
C. TUJUAN
Praktek kerja lapangan (PKL) ini bertujuan untuk:
1. Mengetahui cara penanganan hama dan penyakit pada induk ikan mas
(Cyprinuscarpio)
2. Mengetahui hasil diadakannya Penanganan Hama dan Penyakit pada Induk Ikan Mas
(Cyprinus carpio)
3
D. MANFAAT
Manfaat dari Praktek Kerja Lapangan (PKL) ini adalah :
1. Sebagai informasi kepada instansi terkait tentang cara penanganan hama dan
penyakit pada induk ikan mas (Cyprinus carpio)
2. Mengetahui lebih lanjut tentang hama dan penyakit pada induk ikan mas
(Cyprinus carpio) yang terdapat di Balai Benih ikan Air Tawar.
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Biologi Ikan Mas (Cyprinus carpio)
1. Klasifikasi Induk Ikan Mas (Cypirnus carpio)
Menurut Lineaus (1758) Ikan mas (Cyorinus carpio, L.) klasifikasinnya adalah
sebagai berikut:
Kerajaan : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Actinopterygii
Ordo : Cypriniformes
Famili : Cypirinidae
Genus : Cypirinus
Spesies : Cypirinus carpio
(Gambar.1. Ikan mas Cyprinus carpio )
(Sumber : http://id.wikipedia.org/wiki/Ikan_mas)
5
2. Morfologi ikan mas (Cyprinus carpio)
Secara morfologis, ikan karper mempunyai bentuk tubuh agak memanjang dan memipih
tegak. Mulut terletak di ujung tengah dan dapat disembulkan. Bagian anterior mulut terdapat
dua pasang sungut berukuran pendek. Secara umum, hampir seluruh tubuh ikan karper
ditutupi sisik dan hanya sebagian kecil saja yang tubuhnya tidak ditutupi sisik. Sisik ikan
karper berukuran relatif besar dan digolongkan dalam tipe sisik sikloid berwarna hijau, biru,
merah, kuning keemasan atau kombinasi dari warna-warna tersebut sesuai dengan
rasnya.Ikan mas (Cyprinus carpio: merupakan spesies ikan air tawar yang sudah lama
dibudidayakan dan terdomestikasi dengan baik di dunia), termasuk dalam genus Cyprynidae.
Di berbagai daerah, ikan mas ini disebut sebagai ikan tambra, raya, atau ameh. Ikan ini
berasal dari Cina dan Rusia. Ikan ini kemudian disebarkan di daerah Eropa dan Negara-
negara Asia Selatan dan Asia Timur pada abad pertengahan. Kini keberadaan ikan mas telah
merata di seluruh dunia baik sebagai ikan liar maupun sebagai ikan kultur.Badan ikan mas
memanjang dan sedikit pipih ke samping (compresed). Mulutnya terletak di ujung tengah
(terminal) dan dapat disembulkan. Ikan ini mempunyai sungut dua pasang.
Menurut beberapa ahli ikan, sungut inilah sebagai ciri pokok untuk membedakan ikan
mas (Cyprinu scarpio) dengan ikan mas (Carasiu sauratus).Sirip punggung panjang
dengan bagian belakang berjari-jari keras. Letak permulaan sirip punggung ini berseberangan
dengan permulaan sirip perut. Ikan mas mempunyai sisik lebih besar yang tergolong tipe
Cycloid. Ikan ini mempunyai garis rusuk yang lengkap berada pada pertengahan sirip
ekor.Perkembangan budidaya ikan mas mengalami kemajuan yang sangat pesat dan
mempunyai tingkat pembudidayaan yang hampir sempurna. Tidak ada ikan jenis lain yang
mempunyai data-data yang selengkap ikan mas ini, Perkembangan pembudidayaan ini dapat
dilihat dari banyaknya strain ikan mas. Tiap daerah mempunyai strain yang khas, berbeda
6
antara daerah satu dengan daerah lainnya da dan tentu saja disesuaikan dengan kondisi
lingkungan masyarakat.
Menurut Dr. A.L Buschkiel dalam RO. Ardiwinata (1981) menggolongkan jenis ikan
karper menjadi dua golongan, yakni jenis-jenis karper yang bersisik normal dan, jenis
kumpai yang memiliki ukuran sirip memanjang. Golongan pertama yakni yang bersisik
normal dikelompokkan lagi menjadi dua yakni pertama kelompok ikan karper yang bersisik
biasa dan kedua, bersisik kecil. Sedangkan Djoko Suseno (2000) mengemukakan,
berdasarkan fungsinya, ras-ras ikan karper yang ada di Indonesia dapat digolongkan menjadi
dua kelompok. Kelompok pertama merupakan ras-ras ikan konsumsi dan kelompok kedua
adalah ras-ras ikan hias. Ikan karper sebagai ikan konsumsi dibagi menjadi dua kelompok
yakni ras ikan karper bersisik penuh dan ras ikan karper bersisik sedikit. Kelompok ras ikan
karper yang bersisik penuh adalah ras-ras ikan karper yang memiliki sisik normal, tersusun
teratur dan menyelimuti seluruh tubuh. Ras ikan karper yang termasuk ke dalam kelompok
ini adalah ikan karper majalaya, ikan karper punten, ikan karper si nyonya dan ikan karper
merah atau mas. Sedangkan yang tergolong dalam ras karper bersisik sedikit adalah ikan
karper kaca yang oleh petani di Tabanan biasa disebut dengan nama karper gajah. Untuk
kelompok ras ikan karper hias, beberapa di antaranya adalah karper kumpay, kaca, mas
merah dan koi
3. Sejarah Perkembangannya di Indonesia
ikan karper yang berkembang di Indonesia diduga awalnnya berasal dari Tiongkok
Selatan. Disebutkan, budidaya ikan karper diketahui sudah berkembang di daerah Galuh
( Ciamis ) Jawa Barat pada pertengahan abad ke – 19. ( R. O. Ardiwinata, 1981 ), masyarakat
setempat disebutkan sudah menggunakan kakaban – substrat untuk pelekatan telur ikan
karper yang terbuat dari ijuk – pada tahun 1860, sehingga budidaya ikan karper di kolam di
7
Galuh disimpulkan sudah berkembang berpuluh tahun sebelumnya. Sedangkan penyebaran
ikan karper di daerah Jawa lainnya, dikemukakan terjadi pada permulaan abad ke – 20,
terutama sesudah terbentuk jawatan perikanan darat dari “ Kementrian Pertanian “
( Kemakmuran ) saat itu. Dari Jawa, ikan karper kemudian dikembangkan ke bukit tinggi
( Sumatera Barat ) tahun 1892. Berikutnya dikembangkan di Tondano ( Minahasa, Sulawesi
Utara ) tahun 1895, daerah Bali Selatan ( Tabanan ) tahun 1903, Ende ( Flores, NTT ) tahun
1932 dan Sulawesi Selatan tahun 1935. Selain itu, pada tahun 1927 atas permintaan jawatan
perikanan darat saat itu mendatangkan jenis-jenis ikan karper dari Negeri Belanda, yakni
jenis Galisia ( Karper Gajah ) dan kemudian tahun 1930 didatangkan lagi karper jenis
Frankisia ( Karper Kaca ).
Menurut Djokosuseno ( 2000 ), kedua jenis karper tersebut sangat digemari oleh
petani karena rasa dagingnya lebih sedap, padat, durinya sedikit dan pertumbuhannya lebih
cepat dibandingkan ras-ras local yang sudah berkembang di Indonesia sebelumnya. Pada
tahun 1974, seperti yang dikemukakan oleh Djokosuseno ( 2000 ), Indonesia mengimport
ikan karper ras Taiwan, ras Jerman, dan ras fancy carp masing-masing dari Taiwan, Jerman
dan Jepang. Sekitar tahun 1977 Indonesia mengimport ikan karper ras Yamato dan ras Koi
dari Jepang. Ras-ras ikan karper yang diimport tersebut dalam perkembangannya ternyata
sulit dijaga kemurniannya karena berbaur dengan ras-ras ikan karper yag sudah ada di
Indonesia sebelumnya sehingga terjadi persilangan dan membentuk ras-ras baru.
a. Syarat dan kebiasaan hidup
Ikan mas menyukai tempat hidup ( habitat ) di perairan tawar yang airnya tidak terlalu
dalam dan alirannya tidak terlalu deras, seperti di pinggiran sungai atau danau. Ikan Mas
dapat hidup dengan baik pada daerah dengan ketinggian 150-600 meter di atas permukaa air
laut ( dpl ) dan pada suhu 25-300c. meskipun tergolong ikan air tawar, ikan Mas kadang-
8
kadang ditemukan di perairan payau atau muara sungai yang bersalinitas ( kadar garam ) 25-
30%. Ikan Mas tergolong jenis omnivora, yakni ikan yang dapat memangsa berbagai jenis
makanan, baik yang berasal dari tumbuhan maupun binatang renik. Namun, makanan
utamanya adalah tumbuhan dan binatang yang terdapat di dasar dan tepi perairan.
b. Hama
Hama yang sering menjadi penganggu dalam usaha pemeliharaan nila merah terdiri
dari 2 golongan, yaitu golongan predetor dan kompetitor (penyaring). Hama predetor
memangsa berukuran kecil hingga sedang, tetapi ular dapat memangsa benih ukuran
gelondongan. Untuk mengendalikan hama ini dapat dilakukan dengan menjaga kebersihan
kolam.Sedangkan yang termasuk hama kompetitor adalah Nototecta. Hewan ini yang
menyerupai beras hidup seperti ikan dan sesekali muncul ke permukaan air untuk bernafas
dan terbang dari kolam satu ke kolam lainnya. Hewan ini kecuali memakan organisme air
yang berupa plankton hewani (zooplankton) juga sering kali membunuh benih ikan yang
berukuran kecil. Untuk memberantas hama ini dapat dilakukan dengan menuangkan minyak
tanah ke kolam sebanyak 5 liter untuk luas kolam 1000-2000 m2 (Djarijah,1995).
c. Penyakit
Penyakit adalah terganggunya kesehatan ikan yang diakibatkan oleh berbagai sebab
yang dapat mematikan ikan. Secara garis besar penyakit yang menyerang ikan dapat
dikelompokkan menjadi dua, yaitu penyakit infeksi (penyakit menular) dan non infeksi
(penyakit tidak menular). Penyakit menular adalah penyakit yang timbul disebabkan oleh
masuknya makhluk lain kedalam tubuh ikan, baik pada bagian tubuh dalam maupun bagian
tubuh luar. Makhluk tersebut antara lain adalah virus, bakteri, jamur dan parasit. Penyakit
tidak menular adalah penyakit yang disebabkan antar lain oleh keracunan makanan,
9
kekurangan makanan atau kelebihan makanan dan mutu air yang buruk.Penyakit dapat
diartikan sebagai organisme yang hidup dan berkembang di dalam tubuh ikan sehingga organ
tubuh ikan terganggu. Jika salah satu atau sebagian organ tubuh terganggu , akan
terganggu.
Menurut Khairuman dan Amri (2002b) ada 2 faktor yang bisa menyebabkan ikan terserang
penyakit yaitu :
Penyakit yang disebabkan oleh gangguan jasad hidup atau sering disebut dengan
penyakit parasiter seperti virus, jamur, bakteri, protozoa, nematoda (cacingan) dan
jenis udang renik.
Penyakit yang disebabkan oleh bukan jasad hidup melainkan oleh fakor fisik atau
kimia perairan atau sering disebut sebagai penyakit non parasiter seperti yang
disebabkan oleh sifat fisika dan kimia air yang tidak cocok lagi kehidupan ikan
Mas kualitas akan yang kurang baik.
Secara umun hal-hal yang dapat dilakukan untuk mencegah timbulnya penyakit
yaitu :
Pengeringan dasar kolam secara teratur setiap selesai panen.
Kondisi lingkungan harus terjaga.
Pemberian pakan harus sesuai dengan dosis yang dianjurkan.
Penanganan ikan pada saat panen harus baik dan benar agar ikan tidak
terluka.
Hindari masuknya binatang pembawa penyakit seperti burung, siput,
atau keong mas.
Kualitas air pemeliharaan harus dijaga agar sesuai dengan yang
dibutuhkan oleh ikan nila.
10
Jenis –jenis penyakit yang menyerang ikan nila :
a). Bintik merah
Gejala : pada bagian tubuh (kepala, insang,sirip) tampak bintik-bintik putih,
infeksi berat terlihat jelas lapisan putih, menggosokan badannya pada benda yang
ada disekitarnnya dan berenang sangat lemah, serta sering muncul di permukaan
air.
b). Bengkak insang dan badan
Gejala : Tutup insang selalu terbuka oleh bintik kemerahan, pada bagian
punggung terjadi pendarahan.
c). Kutu ikan ( Argulosis)
Gejala : Benih dan induk menjadi kurus, karena dihisap darahnnya. Bagian kulit,
sirip dan insang terlihat jelas adannya bercak merah.
B. ParameterKualitas air
Pemeliharaan harus dijaga agar sesuai dengan yang dibutuhkan oleh ikan Mas, Imanto
dam Anggawati (1992), menyatakan bahwa kualitas air yang baik merupakan hal yang paling
penting bagi organisme air karena akan menentukan produksi dari usaha budidaya yang
dilakukan, air polusi baik dari limbah industri. Ikan Mas masih dapat hidup dalam keadaan
air asin pada salintas 0-35% dengan pH air antara 5-11 masih dapat toleransi oleh ikan Mas.
pH yang obtimalnya adalah 7-8 (Rukmana, 1997). Khairuman dan Amri (2002a),
menjelaskan bahwa ikan Mas tumbuh sacara normal pada kisaran suhu 14-30oc dan dapat
memijah pada suhu 22-37°c. Hal berikutnya yang perlu diperhatikan adalah kualitas air
11
kolam pemeliharaan. Kualitas air yang kurang baik akan mengakibatkan pertumbuhan ikan
menjadi lambat. Beberapa parameter yang menentukan kualitas air, di antaranya:
Suhu
Suhu atau temperatur air sangat berpengaruh terhadap metabolisme dan pertumbuhan
organisme serta memengaruhi jumlah pakan yang dikonsumsi organisme perairan. Suhu juga
memengaruhi oksigen terlarut dalam perairan. Suhu optimal untuk hidup ikan Mas pada
kisaran 14-38 °C. Secara alami ikan ini dapat memijah pada suhu 22-37 °C namun suhu yang
baik untuk perkembangbiakannya berkisar antara 25-30 .
pH
Nilai pH merupakan indikator tingkat keasaman perairan. Beberapa faktor yang
memengaruhi pH perairan di antaranya aktivitas fotosintesis, suhu, dan terdapatnya anion dan
kation. Nilai pH yang ditoleransi ikan Mas berkisar antara 5 hingga 11, tetapi pertumbuhan
dan perkembangannya yang optimal adalah pada kisaran pH 7–8 .
Amonia
Amonia merupakan bentuk utama ekskresi nitrogen dari organisme akuatik. Sumber
utama amonia (NH3) adalah bahan organik dalam bentuk sisa pakan, kotoran ikan
maupun dalam bentuk plankton dari bahan organik tersuspensi. Pembusukan bahan
organik, terutama yang banyak mengandung protein, menghasilkan ammonium (NH4+)
dan NH3. Bila proses lanjut dari pembusukan (nitrifikasi) tidak berjalan lancar maka
dapat terjadi penumpukan NH3 sampai pada konsentrasi yang membahayakan bagi ikan.
12
Oksigen terlarut
Oksigen terlarut diperlukan untuk respirasi, proses pembakaran makanan, aktivitas
berenang, pertumbuhan, reproduksi dan lain-lain. Sumber oksigen perairan dapat berasal dari
difusi oksigen yang terdapat di atmosfer sekitar 35% dan aktivitas fotosintesis oleh tumbuhan
air dan fitoplankton. Kadar oksigen terlarut yang optimal bagi pertumbuhan ikan Mas adalah
lebih dari 5 mg/l.
13
BAB III
METODE KERJA
A. Waktu dan Tempat pelaksanaan PKL
Kegiatan PKL ini berlangsung dari tanggal 10 November sampai dengan 9 Desember
2011, bertempat di Balai Benih Ikan Air Tawar Waiheru
B. Deskripsi lokasi PKL
Balai Benih Ikan Air Tawar terletak di JL.Laksdaya Leo Watimena Desa Waiheru,
Kecamatan Baguala kota Ambon. Pada lokasi penelitian memilki luas lahan ± 2,5 Ha .
dilengkapi dengan sarana perkolaman sebanyak 31 buah dengan luas efektif ± 1,9 Ha, terdiri
dari kolam induk ikan 3 buah, kolam pendederan 9 buah, kolam pemijahan 4 buah, kolam
penetasan 3 buah, kolam pembesaran 11 buah, kolam penyiangan benih 1 buah, bak
pemberokan dan runing water 2 buah serta dilengkapi dengan saluran air tawar dan sungai
kali waiheru yang jaraknya ± 1,2 Km. Untuk fasilitas gedung dan bangunan terdiri atas:
bangunan gedung kantor 1 buah, rumah dinas 1 buah, gedung/Balai bangsal kerja 1 unit,
outdoor hatchery dengan bak 3 buah.
C. Alat dan Bahan
a. Alat
Adapun alat-alat yang digunakan dalam praktek kerja lapangan ini dapat dilihat pada
Tabel 1.
14
Tabel 1. Alat dan yang digunakan dalam praktek kerja lapangan
ALAT KEGUNAAN
Bak Penampung Wadah penampung Induk Ikan
Timbangan digital Menimbang Induk Ikan
Loyang Merendam induk ikan
Saringan Mengangkat ikan dari bak
Hendrafactometer Mengukur Salinitas air
Mistar Mengukur panjang dan lebar ikan
Alat tulis menulis Mencatat hasil pengamatan
Tissu roll Mengeringkan alat-alat
b. BAHAN
Adapun bahan-bahan yang digunakan dalam praktek kerja lapangan, dapat dilihat
pada Tabel 2.
BAHAN KEGUNAAN
Induk Ikan Mas cyprinus carpio Bahan yang diamati
Air tawar Media pelarut
Garam dapur Menghilangkan kutu ikan
D. Metode Kerja
1.1. Tahap Persiapan
Ada beberapa langkah dalam tahap persiapan yaitu :
Penyediaan alat
Penyediaan Induk Ikan Mas (Cyprinus carpio)
15
Penyediaan bahan-bahan
1.2. Prosedur kerja
Mempersiapakan induk ikan yang terjangkit penyakit
Menyiapkan bak penampung sebagai wadah sebelum di berikan perlakuan.
Pindahkan ikan dari kedalam wadah (loyang)
Masukan garam(500gram) kedalam air tawar kemudian larutkan.
Ukur salinitas(27 ppt) pada air garam tersebut
Ambil induk ikan,kemudian rendam dengan air garam yang telah disiapkan, biarkan
selama dua menit kemudian lakukan perlakuan yang sama pada ikan yang berbeda
sampai argulus pada ikan tersebut mati.
16
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. HASIL
Tabel 3. ukuran panjang dan berat sampel
Sampel Berat Panjang
Sampel 1 43 cm 150 gr
Sampel 2 39 cm 120 gr
Sampel 3 41 cm 130 gr
Sampel 4 45 cm 170 gr
Sampel 5 37 cm 100 gr
Sampel 5 43cm 150 gr
Sampel 6 39 cm 120 gr
Sampel 7 40 cm 110 gr
Sampel 8 41 cm 130 gr
Hasil pengamatan,penimbangan,dan pengukuran untuk 8 sampel di dalam Tabel 1.(ukuran
panjang dan berat sampel) menunjukan bahwa induk Ikan Mas (Cyprinus carpio) mempunyai
berat dan panjang yang tidak jauh berbeda. Dari 8 sampel yang di ambil datanya pada
dasarnya ukuran sangat memepengarui berat dari ikan tersebut
Hasil pengamatan data ikan yang terjangkit penyakit secara langsung dapat dilihat pada
Tabel4.data ikan yang terjangkit penyakit.
17
Tabel 4. Data ikan yang terjangkit penyakit
Sampel Ukuran/(cm) Berat /(gr)
Sampel I 43 cm 150 gram
Sampel II 39 cm 120 gram
B. Pembahasan
Hasil yang didapatkan dari kedelapan sampel induk Ikan Mas (Cyprinus carpio) ditemukan
ada 2 sampel ikan yang terjangkit penyakit. Selama dilapangan bukan hanya penyakit yang
ditemukan tapi juga Hama yang sangat mempengharui proses pembudidayaan ikan air tawar.
Hama adalah organisme yang dianggap merugikan dan tak diinginkan dalam kegiatan sehari-
hari manusia.adapun jenis-jenis hama yang ditemukan antara lain :
a) Burung bangau : Bangau berwarna putih (Ciconia ciconia) Bangau adalah
sebutan untuk burung dari keluarga Ciconiidae. Badan berukuran besar,
berkaki panjang, berleher panjang namun lebih pendek dari burung Kuntul,
dan mempunyai paruh yang besar, kuat dan tebal.
Burung bangau di tempat penelitian di lakukan, sering datang dan memangsa
ikan dalam kolam. Sehingga mengurangi jumblah populasi ikan.
b) Belut
Belut umumnya memakan ikan-ikan yang masih berukuran kecil (benih ikan).
c) Katak
Katak sering memakan telur ikan dan benih ikan yang masih berukuran kecil,
dan juga katak merupakan pesaing ikan dalam mencari makan sehingga jika
tidak segera dikendalikan dapat menurunkan produksi ikan, karena banyak
telur dan benih ikan yang dimakan oleh katak.
18
Beberapa jenis penyakit yang ditemukan :
a) Argulus sp.
Gambar 2. Argullus sp.
(Sumber :http://id.wikipedia.org/wiki/argullus sp. )
Bentuk tubuh Argulus sp. adalah pipih bulat dengan diameter ± 5 mm. Tubuhnya
dibagi menjadi tiga bagian, yaitu cephalothorax, thorax, dan abdomen. Ciri utama yang
paling menonjol pada Argulus sp. adalah adanya sucker besar pada bagian ventral. Sucker
merupakan modifikasi maxillae pertama dan berfungsi sebagai organ penempel utama pada
Argulus sp. dewasa. Selain itu terdapat preoral dan proboscis untuk melukai dan menghisap
sari makanan dari inang (Peter walker, 2005). Sifat parasitik Argulus sp. Cenderung temporer
atau dapat berpindah pada tubuh ikan lain, hal ini dapat dilakukan karena Argulus sp. Mampu
bertahan hidup selama beberapa hari di luar tubuh ikan. Perpindahan ke inang baru dapat
terjadi dengan berbagai sebab, misalnya karena inang mati, inang berhasil melepaskan diri
dari parasit, Argulus jantan mencari pasangan untuk kawin atau Argulus betina melepaskan
diri untuk meletakkan telur dan kemudian bebas kembali mencari inang (R. Heckmann,
2003).
Menurut Prasetya et.al (2004) serangan parasit lebih sering mematikan pada ikan-ikan
muda yang biasanya berukuran kecil karena belum berkembangnya sistem pertahanan tubuh.
Selain menginfeksi ikan, Argulus sp. juga dapat berperan sebagai vektor bagi virus atau
bakteri yang sering menyebabkan penyakit pada ikan. Bakteri, virus dan organisme penyakit
19
lainnya dapat masuk ke dalam tubuh ikan karena integumen sebagai pertahanan pertama ikan
telah dirusak oleh Argulus sp. (R. Heckmann, 2003).
Pada dasarnya ikan Mas adalah ikan yang mudah terserang penyakit, sumber utama
penyebabnya penyakit pada ikan Mas adalah kualitas air yang buruk, jika kualitas air buruk
maka daya tahan tubuh akan menurun. Oleh sebab itu, kualitas air harus benar-benar dijaga.
Juga penyakit yang sering menyerang ikan Mas yaitu penyakit Argulosis, penyebabnya
adalah parasit yaitu kutu Argulus sp atau dikenal dengan nama penyakit kutu ikan. Penyakit
ini dapat menyerang semua ukuran ikan, baik ikan kecil (benih) maupun ikan yang sudah
besar. Gejala klinis serangan penyakit argulois adalah pendarahan di sekitar bekas gigitan.
Kutu ikan menempel pada tubuh ikan yang diinfeksi, iritasi kulit, hilang keseimbangan,
berenang zig-zag, dan menggosok- benda keras. Dikenal sebagai kutu ikan dan penghisap
darah, berbentuk datar. dan lebih nampak seperti piring. Melukai tubuh ikan dengan bantuan
enzim cytolytic, selain pada kulit, kutu ini juga sering dijumpai di bawah tutup insang ikan.
Hampir semua jenis ikan air tawar rentan terhadap infeksi parasit ini. Pada intensitas
serangan yang tinggi. ikan dewasapun dapat mengalami kematian karena kekurangan darah.
Tubuh Argulus sp ini dilengkapi dengan alat yang dapat digunakan untuk mengaitkan
tubuhnya pada insang dan mengisap sari makanan. Serangan parasit ini umumnya tidak
menimbulkan kematian pada ikan. Argulus sp ini hanya mengisap darah ikan saja sehingga
ikan menjadi kurus. Luka bekas alat pengisap ini merupakan bagian yang mudah diserang
oleh bakteri atau jamur. Infeksi sekunder inilah yang bisa menyebabkan kematian ikan secara
masal.
20
Ciri-ciri ikan yang terserang argulus adalah :
- Tubuhnya terlihat menjadi kurus bahkan sangat lemah karena kekurangan darah.
- Bekas serangan Argulus sp dapat terlihat berwarna kemerah-merahan, karena terjadi
pendarahan.
- Jika terjadi serangan secara besar-besaran, maka Argulus sp. akan terlihat membentuk
koloni di sekitar sirip dan insang.
4.1. Cara Penanganan Hama dan Penyakit
Cara Penanganan Hama :
a) Untuk Burung Bangau (Ciconia ciconia) yaitu: Bangau berwarna putih
(Ciconia ciconia) Bangau adalah sebutan untuk burung dari keluarga
Ciconiidae. Badan berukuran besar, berkaki panjang, berleher panjang namun
lebih pendek dari burung Kuntul, dan mempunyai paruh yang besar, kuat dan
tebal. Burung bangau di tempat penelitian di lakukan, sering datang dan
memangsa ikan dalam kolam. Sehingga mengurangi jumblah populasi ikan.
b) Untuk Belut dilakukan penangkapan secara langsung pada malam hari atau
siang hari. Penangkapan pada malam hari lebih mudah dilakukan karena pada
malam ikan belut keluar dari sarangnya untuk mencari mangsa. Pada siang
hari belut berada di sarangnya, maka untuk menagkapnya dapat dilakukan
dengan menggali lubang-lubang yang ada di dasar dan pematang kolam
c) Katak dilakukan penangkapan secara langsung pada malam hari atau siang
hari. Penangkapan pada malam hari lebih mudah dilakukan karena pada
malam ikan belut keluar dari sarangnya untuk mencari mangsa. Pada siang
hari belut berada di sarangnya, maka untuk menagkapnya dapat dilakukan
dengan menggali lubang-lubang yang ada di dasar dan pematang kolam.
21
4.2. Penangaanan Penyakit Ikan
Dalam praktek kerja lapangan ini, kami menggunakan garam sebagai bahan untuk merendam
dan menghilangkan kutu ikan (Argulus sp.) dengan perendaman untuk masing-masing sampel
selama 2 menit, kutu ikan (Argulus sp.) mati. Perendaman dengan 20 liter air dan 500 gram
garam dapur beryodium.Benda berupa kristal berwarna putih ini sudah sangat lama dikenal
oleh para akuaris. Keberadaannya bukan merupakan hal yang asing, bahkan boleh dikatakan
kehadiran benda ini seolah sudah menjadi bagian terintegrasi dengan hobi ikan hias. Garam
yang dimaksud adalah garam NaCl, yaitu garam seperti yang kita kenal pada umumnya
sebagai garam dapur dalam kehidupan sehari-hari. Rupa dan rasanya sama. Perbedaan utama
antara garam ikan dengan garam dapur atau garam meja adalah pada kemurniannya. Garam
ikan diharapkan hanya mengandung NaCl saja, karena kehadiran bahan lain pada garam ini
dikhawatirkan akan mempunyai dampak yang tidak diinginkan pada ikan yang bersangkutan.
Sedangkan garam dapur sering telah mengalami pengkayaan dengan berbagai bahan lain
yang diperlukan oleh manusia, seperti Iodium, atau bahan lainnya. Oleh karena itu sering kali
secara umum disebutkan bahwa garam yang digunakan untuk ikan adalah garam tidak
beriodium. Iodium sendiri tentu saja diperlukan oleh ikan, akan tetapi kehadiran bahan lain
yang tidak diketahui dengan pastilah yang menimbulkan dampak yang tidak diinginkan.
4.3. Fungsi Garam
Dalam hal ini ikan air tawar, di dalam air ibarat sekantung garam. Ikan harus selalu
menjaga dirinya agar garam tersebut tidak melarut, atau lolos kedalam air. Apabila hal ini
terjadi maka ikan yang bersangkutan akan mengalami masalah. Air secara terus menerus
masuk kedalam tubuh ikan melalui insang. Proses ini secara pasif berlangsung melalui suatu
proses osmosis yaitu, terjadi sebagai akibat dari kadar garam dalam tubuh ikan yang lebih
22
tinggi dibandingkan dengan lingkungannya. Sebaliknya garam akan cenderung keluar. Dalam
keadaan normal proses ini berlangsung secara seimbang. Peristiwa pengaturan proses
osmosis dalam tubuh ikan ini dikenal dengan sebutan osmoregulasi. Tujuan utama
osmoregulasi adalah untuk mengontrol konsentrasi larutan dalam tubuh ikan. Apabila ikan
tidak mampu mengontrol proses osmosis yang terjadi, ikan yang bersangkutan akan mati.,
karena akan terjadi ketidak seimbangan konsentrasi larutan tubuh, yang akan berada diluar
batas toleransinya.
Pada saat ikan sakit, luka, atau stress proses osmosis akan terganggu sehingga air akan lebih
banyak masuk kedalam tubuh ikan, dan garam lebih banyak keluar dari tubuh, akibatnya
beban kerja ginjal ikan untuk memompa air keluar dari dalam tubuhnya meningkat. Bila hal
ini terus berlangsung, bisa sampai menyebabkan ginjal menjadi rusak (gagal ginjal) sehingga
ikan tersebut tewas. Selain itu, hal ini juga akan diperparah oleh luka atau penyakitnya itu
sendiri. Dalam keadaan normal ikan mampu memompa keluar air kurang lebih 1/3 dari berat
total tubuhnya setiap hari. Penambahan garam kedalam air diharapkan dapat membantu
menjaga ketidak seimbangan ini, sehingga ikan dapat tetap bertahan hidup dan mempunyai
kesempatan untuk memulihkan dirinya dari luka, atau penyakitnya. Tentu saja dosisnya harus
diatur sedemikan rupa sehingga kadar garamnya tidak lebih tinggi dari pada kadar garam
dalam darah ikan. Apabila kadar garam dalam air lebih tinggi dari kadar garam darah, efek
sebaliknya akan terjadi, air akan keluar dari tubuh ikan, dan garam masuk kedalam darah,
akibatnya ikan akan mati. Kadar garam yang tinggi dapat berfungsi untuk mematikan
penyakit terutama yang diakibatkan oleh jamur dan bakteri. Meskipun demikian lama
pemberiannya harus diperhatikan dengan seksama agar jangan sampai ikan mengalami
dehidrasi.
23
BAB V
PENUTUP
A.Kesimpulan
1. Hama yang ditemukan dalam praktek kerja lapangan ini adalah : Burung bangau,
Kodok, Belut. Sedangkan, penyakit yang ditemukan adalah : Argullus sp.
2. Penanganan hama yang dilakukan adalah pada katak dengan cara penangkapan secara
langsung pada sarangnnya, penanganan burung bangau dengan membuat kayu
berbentuk manusia, dan belut dengan menangkap secara langsung.
B. Saran
1. Perlu dilakukan PKL lanjutan tentang penanganan Hama dan penyakit pada induk
ikan mas agar dapat mengetahui jenis penyakit lainnya.