agi

34
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ikan Mas atau ikan Karper (Cyprinus carpio) adalah ikan air tawar yang bernilai ekonomis penting dan sudah tersebar luas di Indonesia. Di Indonesia Ikan Mas memiliki beberapa sebutan yakni Kancra, tombro, raja, rayo,atau nama lain yang sesuai dengan daerah penyebarannya.Dalam budidaya ikan sesuatu yang tidak diharapkan kehadirannya adalah Hama dan Penyakit. Ikan yang hidup dalam kondisi air yang jelek dapat mengalami tekanan (stres) sehingga mudah terjangkit oleh penyakit atau parasit. Perkembangan parasit dan penyakit dipicuh dengan memburuknnya kualitas perairan. Bahan organik yang berasal dari sisa pakan dan kotoran ikan merupakan media yang cocok bagi perkembangan parasit dan bekteri. Adapun beberapa hal yang menyerang ikan budidaya jaring apung diantarannya adalah Lingsang, kura-kura, biawak,ular air, dan burung. Biasanya jenis hama ini, sebelum memangsa ikan, terlebih dahulu menembus wadah budidaya. Adapun penyakit yang menyerang pada

Upload: hans-huwae

Post on 26-Jul-2015

77 views

Category:

Documents


11 download

TRANSCRIPT

Page 1: Agi

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Ikan Mas atau ikan Karper (Cyprinus carpio) adalah ikan air tawar yang bernilai

ekonomis penting dan sudah tersebar luas di Indonesia. Di Indonesia Ikan Mas memiliki

beberapa sebutan yakni Kancra, tombro, raja, rayo,atau nama lain yang sesuai dengan daerah

penyebarannya.Dalam budidaya ikan sesuatu yang tidak diharapkan kehadirannya adalah

Hama dan Penyakit. Ikan yang hidup dalam kondisi air yang jelek dapat mengalami tekanan

(stres) sehingga mudah terjangkit oleh penyakit atau parasit. Perkembangan parasit dan

penyakit dipicuh dengan memburuknnya kualitas perairan. Bahan organik yang berasal dari

sisa pakan dan kotoran ikan merupakan media yang cocok bagi perkembangan parasit dan

bekteri. Adapun beberapa hal yang menyerang ikan budidaya jaring apung diantarannya

adalah Lingsang, kura-kura, biawak,ular air, dan burung. Biasanya jenis hama ini, sebelum

memangsa ikan, terlebih dahulu menembus wadah budidaya. Adapun penyakit yang

menyerang pada ikan adalah sebagai berikut : umbulan atau pembalikan lapisan air,

kekurangan oksigen, dan keracunan hal ini disebabkan karena biasannya pada saat musim

hujan perairan umu, terjadi perubahan suhu secara mendadak. Suhu dibagian atas menurun

akibat turun air hujan, biasannya diakibatkan oleh perairan yang terlalu subur (eutrofik) atau

terjadi blooming satu jenis plankton yang tidak diharapkan, seperti microcystis. Karena tidak

dapat dimanfaatkan sebagai makanan ikan. Dengan adannya blooming jenis plakton ini, tentu

saja akan mengakibatkan adannya persaingan pengunaan oksigen yang terlarut antara ikan

budidaya dengan plankton. Persaingan seperti in

Page 2: Agi

2

i tentu tidak diharapkan, terlebih lagi di malam hari dan pemberian pakan yang sudah

kadarwarsa, berjamur, atau berkuman membahayakan atau disebabkan oleh pencemaran

lingkungan, baik pencemaran fisik maupun kimia.

Oleh sebab itu pengunaan atau pengendalian dalam proses budidaya sangatlah penting

untuk diterapkan secara efisien dan sebaik mungkinkarena faktor tersebut sangatlah

mempengharui ekositem budidaya dan pemeliharaan pada ikan mas tersebut. Salah satu cara

yang dipakai dalam penanganan ikan mas agar mendapatkan hasil yang berkualitas dengan

menempatkan unit budidaya pada aliran air, tidak memberikan pakan secara berlebihan,

mengurangi kepadatan ikan, mengangkat ikan yang sakit dan menempatkan segera mungkin

kedalam wadah berisi air bersih.

Bertolak dari latar belakang diatas maka penulis tertarik untuk melakukan praktek kerja

lapangan dengan judul “Penanganan Hama dan Penyakit pada Induk IkanMas

( Cyprinus carpio)

B. PERUMUSAN MASALAH

Bagaimana cara penanganan Hama dan Penyakit pada Induk ikan Mas (Cyprinus

carpio)?

C. TUJUAN

Praktek kerja lapangan (PKL) ini bertujuan untuk:

1. Mengetahui cara penanganan hama dan penyakit pada induk ikan mas

(Cyprinuscarpio)

2. Mengetahui hasil diadakannya Penanganan Hama dan Penyakit pada Induk Ikan Mas

(Cyprinus carpio)

Page 3: Agi

3

D. MANFAAT

Manfaat dari Praktek Kerja Lapangan (PKL) ini adalah :

1. Sebagai informasi kepada instansi terkait tentang cara penanganan hama dan

penyakit pada induk ikan mas (Cyprinus carpio)

2. Mengetahui lebih lanjut tentang hama dan penyakit pada induk ikan mas

(Cyprinus carpio) yang terdapat di Balai Benih ikan Air Tawar.

Page 4: Agi

4

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Biologi Ikan Mas (Cyprinus carpio)

1. Klasifikasi Induk Ikan Mas (Cypirnus carpio)

Menurut Lineaus (1758) Ikan mas (Cyorinus carpio, L.) klasifikasinnya adalah

sebagai berikut:

Kerajaan : Animalia

Filum : Chordata

Kelas : Actinopterygii

Ordo : Cypriniformes

Famili : Cypirinidae

Genus : Cypirinus

Spesies : Cypirinus carpio

(Gambar.1. Ikan mas Cyprinus carpio )

(Sumber : http://id.wikipedia.org/wiki/Ikan_mas)

Page 5: Agi

5

2. Morfologi ikan mas (Cyprinus carpio)

Secara morfologis, ikan karper mempunyai bentuk tubuh agak memanjang dan memipih

tegak. Mulut terletak di ujung tengah dan dapat disembulkan. Bagian anterior mulut terdapat

dua pasang sungut berukuran pendek. Secara umum, hampir seluruh tubuh ikan karper

ditutupi sisik dan hanya sebagian kecil saja yang tubuhnya tidak ditutupi sisik. Sisik ikan

karper berukuran relatif besar dan digolongkan dalam tipe sisik sikloid berwarna hijau, biru,

merah, kuning keemasan atau kombinasi dari warna-warna tersebut sesuai dengan

rasnya.Ikan mas (Cyprinus carpio: merupakan spesies ikan air tawar yang sudah lama

dibudidayakan dan terdomestikasi dengan baik di dunia), termasuk dalam genus Cyprynidae.

Di berbagai daerah, ikan mas ini disebut sebagai ikan tambra, raya, atau ameh. Ikan ini

berasal dari Cina dan Rusia. Ikan ini kemudian disebarkan di daerah Eropa dan Negara-

negara Asia Selatan dan Asia Timur pada abad pertengahan. Kini keberadaan ikan mas telah

merata di seluruh dunia baik sebagai ikan liar maupun sebagai ikan kultur.Badan ikan mas

memanjang dan sedikit pipih ke samping (compresed). Mulutnya terletak di ujung tengah

(terminal) dan dapat disembulkan. Ikan ini mempunyai sungut dua pasang.

Menurut beberapa ahli ikan, sungut inilah sebagai ciri pokok untuk membedakan ikan

mas (Cyprinu scarpio) dengan ikan mas (Carasiu sauratus).Sirip punggung panjang

dengan bagian belakang berjari-jari keras. Letak permulaan sirip punggung ini berseberangan

dengan permulaan sirip perut. Ikan mas mempunyai sisik lebih besar yang tergolong tipe

Cycloid. Ikan ini mempunyai garis rusuk yang lengkap berada pada pertengahan sirip

ekor.Perkembangan budidaya ikan mas mengalami kemajuan yang sangat pesat dan

mempunyai tingkat pembudidayaan yang hampir sempurna. Tidak ada ikan jenis lain yang

mempunyai data-data yang selengkap ikan mas ini, Perkembangan pembudidayaan ini dapat

dilihat dari banyaknya strain ikan mas. Tiap daerah mempunyai strain yang khas, berbeda

Page 6: Agi

6

antara daerah satu dengan daerah lainnya da dan tentu saja disesuaikan dengan kondisi

lingkungan masyarakat.

Menurut Dr. A.L Buschkiel dalam RO. Ardiwinata (1981) menggolongkan jenis ikan

karper menjadi dua golongan, yakni jenis-jenis karper yang bersisik normal dan, jenis

kumpai yang memiliki ukuran sirip memanjang. Golongan pertama yakni yang bersisik

normal dikelompokkan lagi menjadi dua yakni pertama kelompok ikan karper yang bersisik

biasa dan kedua, bersisik kecil. Sedangkan Djoko Suseno (2000) mengemukakan,

berdasarkan fungsinya, ras-ras ikan karper yang ada di Indonesia dapat digolongkan menjadi

dua kelompok. Kelompok pertama merupakan ras-ras ikan konsumsi dan kelompok kedua

adalah ras-ras ikan hias. Ikan karper sebagai ikan konsumsi dibagi menjadi dua kelompok

yakni ras ikan karper bersisik penuh dan ras ikan karper bersisik sedikit. Kelompok ras ikan

karper yang bersisik penuh adalah ras-ras ikan karper yang memiliki sisik normal, tersusun

teratur dan menyelimuti seluruh tubuh. Ras ikan karper yang termasuk ke dalam kelompok

ini adalah ikan karper majalaya, ikan karper punten, ikan karper si nyonya dan ikan karper

merah atau mas. Sedangkan yang tergolong dalam ras karper bersisik sedikit adalah ikan

karper kaca yang oleh petani di Tabanan biasa disebut dengan nama karper gajah. Untuk

kelompok ras ikan karper hias, beberapa di antaranya adalah karper kumpay, kaca, mas

merah dan koi

3. Sejarah Perkembangannya di Indonesia

ikan karper yang berkembang di Indonesia diduga awalnnya berasal dari Tiongkok

Selatan. Disebutkan, budidaya ikan karper diketahui sudah berkembang di daerah Galuh

( Ciamis ) Jawa Barat pada pertengahan abad ke – 19. ( R. O. Ardiwinata, 1981 ), masyarakat

setempat disebutkan sudah menggunakan kakaban – substrat untuk pelekatan telur ikan

karper yang terbuat dari ijuk – pada tahun 1860, sehingga budidaya ikan karper di kolam di

Page 7: Agi

7

Galuh disimpulkan sudah berkembang berpuluh tahun sebelumnya. Sedangkan penyebaran

ikan karper di daerah Jawa lainnya, dikemukakan terjadi pada permulaan abad ke – 20,

terutama sesudah terbentuk jawatan perikanan darat dari “ Kementrian Pertanian “

( Kemakmuran ) saat itu. Dari Jawa, ikan karper kemudian dikembangkan ke bukit tinggi

( Sumatera Barat ) tahun 1892. Berikutnya dikembangkan di Tondano ( Minahasa, Sulawesi

Utara ) tahun 1895, daerah Bali Selatan ( Tabanan ) tahun 1903, Ende ( Flores, NTT ) tahun

1932 dan Sulawesi Selatan tahun 1935. Selain itu, pada tahun 1927 atas permintaan jawatan

perikanan darat saat itu mendatangkan jenis-jenis ikan karper dari Negeri Belanda, yakni

jenis Galisia ( Karper Gajah ) dan kemudian tahun 1930 didatangkan lagi karper jenis

Frankisia ( Karper Kaca ).

Menurut Djokosuseno ( 2000 ), kedua jenis karper tersebut sangat digemari oleh

petani karena rasa dagingnya lebih sedap, padat, durinya sedikit dan pertumbuhannya lebih

cepat dibandingkan ras-ras local yang sudah berkembang di Indonesia sebelumnya. Pada

tahun 1974, seperti yang dikemukakan oleh Djokosuseno ( 2000 ), Indonesia mengimport

ikan karper ras Taiwan, ras Jerman, dan ras fancy carp masing-masing dari Taiwan, Jerman

dan Jepang. Sekitar tahun 1977 Indonesia mengimport ikan karper ras Yamato dan ras Koi

dari Jepang. Ras-ras ikan karper yang diimport tersebut dalam perkembangannya ternyata

sulit dijaga kemurniannya karena berbaur dengan ras-ras ikan karper yag sudah ada di

Indonesia sebelumnya sehingga terjadi persilangan dan membentuk ras-ras baru.

a. Syarat dan kebiasaan hidup

Ikan mas menyukai tempat hidup ( habitat ) di perairan tawar yang airnya tidak terlalu

dalam dan alirannya tidak terlalu deras, seperti di pinggiran sungai atau danau. Ikan Mas

dapat hidup dengan baik pada daerah dengan ketinggian 150-600 meter di atas permukaa air

laut ( dpl ) dan pada suhu 25-300c. meskipun tergolong ikan air tawar, ikan Mas kadang-

Page 8: Agi

8

kadang ditemukan di perairan payau atau muara sungai yang bersalinitas ( kadar garam ) 25-

30%. Ikan Mas tergolong jenis omnivora, yakni ikan yang dapat memangsa berbagai jenis

makanan, baik yang berasal dari tumbuhan maupun binatang renik. Namun, makanan

utamanya adalah tumbuhan dan binatang yang terdapat di dasar dan tepi perairan.

b. Hama

Hama yang sering menjadi penganggu dalam usaha pemeliharaan nila merah terdiri

dari 2 golongan, yaitu golongan predetor dan kompetitor (penyaring). Hama predetor

memangsa berukuran kecil hingga sedang, tetapi ular dapat memangsa benih ukuran

gelondongan. Untuk mengendalikan hama ini dapat dilakukan dengan menjaga kebersihan

kolam.Sedangkan yang termasuk hama kompetitor adalah Nototecta. Hewan ini yang

menyerupai beras hidup seperti ikan dan sesekali muncul ke permukaan air untuk bernafas

dan terbang dari kolam satu ke kolam lainnya. Hewan ini kecuali memakan organisme air

yang berupa plankton hewani (zooplankton) juga sering kali membunuh benih ikan yang

berukuran kecil. Untuk memberantas hama ini dapat dilakukan dengan menuangkan minyak

tanah ke kolam sebanyak 5 liter untuk luas kolam 1000-2000 m2 (Djarijah,1995).

c. Penyakit

Penyakit adalah terganggunya kesehatan ikan yang diakibatkan oleh berbagai sebab

yang dapat mematikan ikan. Secara garis besar penyakit yang menyerang ikan dapat

dikelompokkan menjadi dua, yaitu penyakit infeksi (penyakit menular) dan non infeksi

(penyakit tidak menular). Penyakit menular adalah penyakit yang timbul disebabkan oleh

masuknya makhluk lain kedalam tubuh ikan, baik pada bagian tubuh dalam maupun bagian

tubuh luar. Makhluk tersebut antara lain adalah virus, bakteri, jamur dan parasit. Penyakit

tidak menular adalah penyakit yang disebabkan antar lain oleh keracunan makanan,

Page 9: Agi

9

kekurangan makanan atau kelebihan makanan dan mutu air yang buruk.Penyakit dapat

diartikan sebagai organisme yang hidup dan berkembang di dalam tubuh ikan sehingga organ

tubuh ikan terganggu. Jika salah satu atau sebagian organ tubuh terganggu , akan

terganggu.

Menurut Khairuman dan Amri (2002b) ada 2 faktor yang bisa menyebabkan ikan terserang

penyakit yaitu :

Penyakit yang disebabkan oleh gangguan jasad hidup atau sering disebut dengan

penyakit parasiter seperti virus, jamur, bakteri, protozoa, nematoda (cacingan) dan

jenis udang renik.

Penyakit yang disebabkan oleh bukan jasad hidup melainkan oleh fakor fisik atau

kimia perairan atau sering disebut sebagai penyakit non parasiter seperti yang

disebabkan oleh sifat fisika dan kimia air yang tidak cocok lagi kehidupan ikan

Mas kualitas akan yang kurang baik.

Secara umun hal-hal yang dapat dilakukan untuk mencegah timbulnya penyakit

yaitu :

Pengeringan dasar kolam secara teratur setiap selesai panen.

Kondisi lingkungan harus terjaga.

Pemberian pakan harus sesuai dengan dosis yang dianjurkan.

Penanganan ikan pada saat panen harus baik dan benar agar ikan tidak

terluka.

Hindari masuknya binatang pembawa penyakit seperti burung, siput,

atau keong mas.

Kualitas air pemeliharaan harus dijaga agar sesuai dengan yang

dibutuhkan oleh ikan nila.

Page 10: Agi

10

Jenis –jenis penyakit yang menyerang ikan nila :

a). Bintik merah

Gejala : pada bagian tubuh (kepala, insang,sirip) tampak bintik-bintik putih,

infeksi berat terlihat jelas lapisan putih, menggosokan badannya pada benda yang

ada disekitarnnya dan berenang sangat lemah, serta sering muncul di permukaan

air.

b). Bengkak insang dan badan

Gejala : Tutup insang selalu terbuka oleh bintik kemerahan, pada bagian

punggung terjadi pendarahan.

c). Kutu ikan ( Argulosis)

Gejala : Benih dan induk menjadi kurus, karena dihisap darahnnya. Bagian kulit,

sirip dan insang terlihat jelas adannya bercak merah.

B. ParameterKualitas air

Pemeliharaan harus dijaga agar sesuai dengan yang dibutuhkan oleh ikan Mas, Imanto

dam Anggawati (1992), menyatakan bahwa kualitas air yang baik merupakan hal yang paling

penting bagi organisme air karena akan menentukan produksi dari usaha budidaya yang

dilakukan, air polusi baik dari limbah industri. Ikan Mas masih dapat hidup dalam keadaan

air asin pada salintas 0-35% dengan pH air antara 5-11 masih dapat toleransi oleh ikan Mas.

pH yang obtimalnya adalah 7-8 (Rukmana, 1997). Khairuman dan Amri (2002a),

menjelaskan bahwa ikan Mas tumbuh sacara normal pada kisaran suhu 14-30oc dan dapat

memijah pada suhu 22-37°c. Hal berikutnya yang perlu diperhatikan adalah kualitas air

Page 11: Agi

11

kolam pemeliharaan. Kualitas air yang kurang baik akan mengakibatkan pertumbuhan ikan

menjadi lambat. Beberapa parameter yang menentukan kualitas air, di antaranya:

Suhu

Suhu atau temperatur air sangat berpengaruh terhadap metabolisme dan pertumbuhan

organisme serta memengaruhi jumlah pakan yang dikonsumsi organisme perairan. Suhu juga

memengaruhi oksigen terlarut dalam perairan. Suhu optimal untuk hidup ikan Mas pada

kisaran 14-38 °C. Secara alami ikan ini dapat memijah pada suhu 22-37 °C namun suhu yang

baik untuk perkembangbiakannya berkisar antara 25-30 .

pH

Nilai pH merupakan indikator tingkat keasaman perairan. Beberapa faktor yang

memengaruhi pH perairan di antaranya aktivitas fotosintesis, suhu, dan terdapatnya anion dan

kation. Nilai pH yang ditoleransi ikan Mas berkisar antara 5 hingga 11, tetapi pertumbuhan

dan perkembangannya yang optimal adalah pada kisaran pH 7–8 .

Amonia

Amonia merupakan bentuk utama ekskresi nitrogen dari organisme akuatik. Sumber

utama amonia (NH3) adalah bahan organik dalam bentuk sisa pakan, kotoran ikan

maupun dalam bentuk plankton dari bahan organik tersuspensi. Pembusukan bahan

organik, terutama yang banyak mengandung protein, menghasilkan ammonium (NH4+)

dan NH3. Bila proses lanjut dari pembusukan (nitrifikasi) tidak berjalan lancar maka

dapat terjadi penumpukan NH3 sampai pada konsentrasi yang membahayakan bagi ikan.

Page 12: Agi

12

Oksigen terlarut

Oksigen terlarut diperlukan untuk respirasi, proses pembakaran makanan, aktivitas

berenang, pertumbuhan, reproduksi dan lain-lain. Sumber oksigen perairan dapat berasal dari

difusi oksigen yang terdapat di atmosfer sekitar 35% dan aktivitas fotosintesis oleh tumbuhan

air dan fitoplankton. Kadar oksigen terlarut yang optimal bagi pertumbuhan ikan Mas adalah

lebih dari 5 mg/l.

Page 13: Agi

13

BAB III

METODE KERJA

A. Waktu dan Tempat pelaksanaan PKL

Kegiatan PKL ini berlangsung dari tanggal 10 November sampai dengan 9 Desember

2011, bertempat di Balai Benih Ikan Air Tawar Waiheru

B. Deskripsi lokasi PKL

Balai Benih Ikan Air Tawar terletak di JL.Laksdaya Leo Watimena Desa Waiheru,

Kecamatan Baguala kota Ambon. Pada lokasi penelitian memilki luas lahan ± 2,5 Ha .

dilengkapi dengan sarana perkolaman sebanyak 31 buah dengan luas efektif ± 1,9 Ha, terdiri

dari kolam induk ikan 3 buah, kolam pendederan 9 buah, kolam pemijahan 4 buah, kolam

penetasan 3 buah, kolam pembesaran 11 buah, kolam penyiangan benih 1 buah, bak

pemberokan dan runing water 2 buah serta dilengkapi dengan saluran air tawar dan sungai

kali waiheru yang jaraknya ± 1,2 Km. Untuk fasilitas gedung dan bangunan terdiri atas:

bangunan gedung kantor 1 buah, rumah dinas 1 buah, gedung/Balai bangsal kerja 1 unit,

outdoor hatchery dengan bak 3 buah.

C. Alat dan Bahan

a. Alat

Adapun alat-alat yang digunakan dalam praktek kerja lapangan ini dapat dilihat pada

Tabel 1.

Page 14: Agi

14

Tabel 1. Alat dan yang digunakan dalam praktek kerja lapangan

ALAT KEGUNAAN

Bak Penampung Wadah penampung Induk Ikan

Timbangan digital Menimbang Induk Ikan

Loyang Merendam induk ikan

Saringan Mengangkat ikan dari bak

Hendrafactometer Mengukur Salinitas air

Mistar Mengukur panjang dan lebar ikan

Alat tulis menulis Mencatat hasil pengamatan

Tissu roll Mengeringkan alat-alat

b. BAHAN

Adapun bahan-bahan yang digunakan dalam praktek kerja lapangan, dapat dilihat

pada Tabel 2.

BAHAN KEGUNAAN

Induk Ikan Mas cyprinus carpio Bahan yang diamati

Air tawar Media pelarut

Garam dapur Menghilangkan kutu ikan

D. Metode Kerja

1.1. Tahap Persiapan

Ada beberapa langkah dalam tahap persiapan yaitu :

Penyediaan alat

Penyediaan Induk Ikan Mas (Cyprinus carpio)

Page 15: Agi

15

Penyediaan bahan-bahan

1.2. Prosedur kerja

Mempersiapakan induk ikan yang terjangkit penyakit

Menyiapkan bak penampung sebagai wadah sebelum di berikan perlakuan.

Pindahkan ikan dari kedalam wadah (loyang)

Masukan garam(500gram) kedalam air tawar kemudian larutkan.

Ukur salinitas(27 ppt) pada air garam tersebut

Ambil induk ikan,kemudian rendam dengan air garam yang telah disiapkan, biarkan

selama dua menit kemudian lakukan perlakuan yang sama pada ikan yang berbeda

sampai argulus pada ikan tersebut mati.

Page 16: Agi

16

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. HASIL

Tabel 3. ukuran panjang dan berat sampel

Sampel Berat Panjang

Sampel 1 43 cm 150 gr

Sampel 2 39 cm 120 gr

Sampel 3 41 cm 130 gr

Sampel 4 45 cm 170 gr

Sampel 5 37 cm 100 gr

Sampel 5 43cm 150 gr

Sampel 6 39 cm 120 gr

Sampel 7 40 cm 110 gr

Sampel 8 41 cm 130 gr

Hasil pengamatan,penimbangan,dan pengukuran untuk 8 sampel di dalam Tabel 1.(ukuran

panjang dan berat sampel) menunjukan bahwa induk Ikan Mas (Cyprinus carpio) mempunyai

berat dan panjang yang tidak jauh berbeda. Dari 8 sampel yang di ambil datanya pada

dasarnya ukuran sangat memepengarui berat dari ikan tersebut

Hasil pengamatan data ikan yang terjangkit penyakit secara langsung dapat dilihat pada

Tabel4.data ikan yang terjangkit penyakit.

Page 17: Agi

17

Tabel 4. Data ikan yang terjangkit penyakit

Sampel Ukuran/(cm) Berat /(gr)

Sampel I 43 cm 150 gram

Sampel II 39 cm 120 gram

B. Pembahasan

Hasil yang didapatkan dari kedelapan sampel induk Ikan Mas (Cyprinus carpio) ditemukan

ada 2 sampel ikan yang terjangkit penyakit. Selama dilapangan bukan hanya penyakit yang

ditemukan tapi juga Hama yang sangat mempengharui proses pembudidayaan ikan air tawar.

Hama adalah organisme yang dianggap merugikan dan tak diinginkan dalam kegiatan sehari-

hari manusia.adapun jenis-jenis hama yang ditemukan antara lain :

a) Burung bangau : Bangau berwarna putih (Ciconia ciconia) Bangau adalah

sebutan untuk burung dari keluarga Ciconiidae. Badan berukuran besar,

berkaki panjang, berleher panjang namun lebih pendek dari burung Kuntul,

dan mempunyai paruh yang besar, kuat dan tebal.

Burung bangau di tempat penelitian di lakukan, sering datang dan memangsa

ikan dalam kolam. Sehingga mengurangi jumblah populasi ikan.

b) Belut

Belut umumnya memakan ikan-ikan yang masih berukuran kecil (benih ikan).

c) Katak

Katak sering memakan telur ikan dan benih ikan yang masih berukuran kecil,

dan juga katak merupakan pesaing ikan dalam mencari makan sehingga jika

tidak segera dikendalikan dapat menurunkan produksi ikan, karena banyak

telur dan benih ikan yang dimakan oleh katak.

Page 18: Agi

18

Beberapa jenis penyakit yang ditemukan :

a) Argulus sp.

Gambar 2. Argullus sp.

(Sumber :http://id.wikipedia.org/wiki/argullus sp. )

Bentuk tubuh Argulus sp. adalah pipih bulat dengan diameter ± 5 mm. Tubuhnya

dibagi menjadi tiga bagian, yaitu cephalothorax, thorax, dan abdomen. Ciri utama yang

paling menonjol pada Argulus sp. adalah adanya sucker besar pada bagian ventral. Sucker

merupakan modifikasi maxillae pertama dan berfungsi sebagai organ penempel utama pada

Argulus sp. dewasa. Selain itu terdapat preoral dan proboscis untuk melukai dan menghisap

sari makanan dari inang (Peter walker, 2005). Sifat parasitik Argulus sp. Cenderung temporer

atau dapat berpindah pada tubuh ikan lain, hal ini dapat dilakukan karena Argulus sp. Mampu

bertahan hidup selama beberapa hari di luar tubuh ikan. Perpindahan ke inang baru dapat

terjadi dengan berbagai sebab, misalnya karena inang mati, inang berhasil melepaskan diri

dari parasit, Argulus jantan mencari pasangan untuk kawin atau Argulus betina melepaskan

diri untuk meletakkan telur dan kemudian bebas kembali mencari inang (R. Heckmann,

2003).

Menurut Prasetya et.al (2004) serangan parasit lebih sering mematikan pada ikan-ikan

muda yang biasanya berukuran kecil karena belum berkembangnya sistem pertahanan tubuh.

Selain menginfeksi ikan, Argulus sp. juga dapat berperan sebagai vektor bagi virus atau

bakteri yang sering menyebabkan penyakit pada ikan. Bakteri, virus dan organisme penyakit

Page 19: Agi

19

lainnya dapat masuk ke dalam tubuh ikan karena integumen sebagai pertahanan pertama ikan

telah dirusak oleh Argulus sp. (R. Heckmann, 2003).

Pada dasarnya ikan Mas adalah ikan yang mudah terserang penyakit, sumber utama

penyebabnya penyakit pada ikan Mas adalah kualitas air yang buruk, jika kualitas air buruk

maka daya tahan tubuh akan menurun. Oleh sebab itu, kualitas air harus benar-benar dijaga.

Juga penyakit yang sering menyerang ikan Mas yaitu penyakit Argulosis, penyebabnya

adalah parasit yaitu kutu Argulus sp atau dikenal dengan nama penyakit kutu ikan. Penyakit

ini dapat menyerang semua ukuran ikan, baik ikan kecil (benih) maupun ikan yang sudah

besar. Gejala klinis serangan penyakit argulois adalah pendarahan di sekitar bekas gigitan.

Kutu ikan menempel pada tubuh ikan yang diinfeksi, iritasi kulit, hilang keseimbangan,

berenang zig-zag, dan menggosok- benda keras. Dikenal sebagai kutu ikan dan penghisap

darah, berbentuk datar. dan lebih nampak seperti piring. Melukai tubuh ikan dengan bantuan

enzim cytolytic, selain pada kulit, kutu ini juga sering dijumpai di bawah tutup insang ikan.

Hampir semua jenis ikan air tawar rentan terhadap infeksi parasit ini. Pada intensitas

serangan yang tinggi. ikan dewasapun dapat mengalami kematian karena kekurangan darah.

Tubuh Argulus sp ini dilengkapi dengan alat yang dapat digunakan untuk mengaitkan

tubuhnya pada insang dan mengisap sari makanan. Serangan parasit ini umumnya tidak

menimbulkan kematian pada ikan. Argulus sp ini hanya mengisap darah ikan saja sehingga

ikan menjadi kurus. Luka bekas alat pengisap ini merupakan bagian yang mudah diserang

oleh bakteri atau jamur. Infeksi sekunder inilah yang bisa menyebabkan kematian ikan secara

masal.

Page 20: Agi

20

Ciri-ciri ikan yang terserang argulus adalah :

- Tubuhnya terlihat menjadi kurus bahkan sangat lemah karena kekurangan darah.

- Bekas serangan Argulus sp dapat terlihat berwarna kemerah-merahan, karena terjadi

pendarahan.

- Jika terjadi serangan secara besar-besaran, maka Argulus sp. akan terlihat membentuk

koloni di sekitar sirip dan insang.

4.1. Cara Penanganan Hama dan Penyakit

Cara Penanganan Hama :

a) Untuk Burung Bangau (Ciconia ciconia) yaitu: Bangau berwarna putih

(Ciconia ciconia) Bangau adalah sebutan untuk burung dari keluarga

Ciconiidae. Badan berukuran besar, berkaki panjang, berleher panjang namun

lebih pendek dari burung Kuntul, dan mempunyai paruh yang besar, kuat dan

tebal. Burung bangau di tempat penelitian di lakukan, sering datang dan

memangsa ikan dalam kolam. Sehingga mengurangi jumblah populasi ikan.

b) Untuk Belut dilakukan penangkapan secara langsung pada malam hari atau

siang hari. Penangkapan pada malam hari lebih mudah dilakukan karena pada

malam ikan belut keluar dari sarangnya untuk mencari mangsa. Pada siang

hari belut berada di sarangnya, maka untuk menagkapnya dapat dilakukan

dengan menggali lubang-lubang yang ada di dasar dan pematang kolam

c) Katak dilakukan penangkapan secara langsung pada malam hari atau siang

hari. Penangkapan pada malam hari lebih mudah dilakukan karena pada

malam ikan belut keluar dari sarangnya untuk mencari mangsa. Pada siang

hari belut berada di sarangnya, maka untuk menagkapnya dapat dilakukan

dengan menggali lubang-lubang yang ada di dasar dan pematang kolam.

Page 21: Agi

21

4.2. Penangaanan Penyakit Ikan

Dalam praktek kerja lapangan ini, kami menggunakan garam sebagai bahan untuk merendam

dan menghilangkan kutu ikan (Argulus sp.) dengan perendaman untuk masing-masing sampel

selama 2 menit, kutu ikan (Argulus sp.) mati. Perendaman dengan 20 liter air dan 500 gram

garam dapur beryodium.Benda berupa kristal berwarna putih ini sudah sangat lama dikenal

oleh para akuaris. Keberadaannya bukan merupakan hal yang asing, bahkan boleh dikatakan

kehadiran benda ini seolah sudah menjadi bagian terintegrasi dengan hobi ikan hias. Garam

yang dimaksud adalah garam NaCl, yaitu garam seperti yang kita kenal pada umumnya

sebagai garam dapur dalam kehidupan sehari-hari. Rupa dan rasanya sama. Perbedaan utama

antara garam ikan dengan garam dapur atau garam meja adalah pada kemurniannya. Garam

ikan diharapkan hanya mengandung NaCl saja, karena kehadiran bahan lain pada garam ini

dikhawatirkan akan mempunyai dampak yang tidak diinginkan pada ikan yang bersangkutan.

Sedangkan garam dapur sering telah mengalami pengkayaan dengan berbagai bahan lain

yang diperlukan oleh manusia, seperti Iodium, atau bahan lainnya. Oleh karena itu sering kali

secara umum disebutkan bahwa garam yang digunakan untuk ikan adalah garam tidak

beriodium. Iodium sendiri tentu saja diperlukan oleh ikan, akan tetapi kehadiran bahan lain

yang tidak diketahui dengan pastilah yang menimbulkan dampak yang tidak diinginkan.

4.3. Fungsi Garam

Dalam hal ini ikan air tawar, di dalam air ibarat sekantung garam. Ikan harus selalu

menjaga dirinya agar garam tersebut tidak melarut, atau lolos kedalam air. Apabila hal ini

terjadi maka ikan yang bersangkutan akan mengalami masalah. Air secara terus menerus

masuk kedalam tubuh ikan melalui insang. Proses ini secara pasif berlangsung melalui suatu

proses osmosis yaitu, terjadi sebagai akibat dari kadar garam dalam tubuh ikan yang lebih

Page 22: Agi

22

tinggi dibandingkan dengan lingkungannya. Sebaliknya garam akan cenderung keluar. Dalam

keadaan normal proses ini berlangsung secara seimbang. Peristiwa pengaturan proses

osmosis dalam tubuh ikan ini dikenal dengan sebutan osmoregulasi. Tujuan utama

osmoregulasi adalah untuk mengontrol konsentrasi larutan dalam tubuh ikan. Apabila ikan

tidak mampu mengontrol proses osmosis yang terjadi, ikan yang bersangkutan akan mati.,

karena akan terjadi ketidak seimbangan konsentrasi larutan tubuh, yang akan berada diluar

batas toleransinya.

Pada saat ikan sakit, luka, atau stress proses osmosis akan terganggu sehingga air akan lebih

banyak masuk kedalam tubuh ikan, dan garam lebih banyak keluar dari tubuh, akibatnya

beban kerja ginjal ikan untuk memompa air keluar dari dalam tubuhnya meningkat. Bila hal

ini terus berlangsung, bisa sampai menyebabkan ginjal menjadi rusak (gagal ginjal) sehingga

ikan tersebut tewas. Selain itu, hal ini juga akan diperparah oleh luka atau penyakitnya itu

sendiri. Dalam keadaan normal ikan mampu memompa keluar air kurang lebih 1/3 dari berat

total tubuhnya setiap hari. Penambahan garam kedalam air diharapkan dapat membantu

menjaga ketidak seimbangan ini, sehingga ikan dapat tetap bertahan hidup dan mempunyai

kesempatan untuk memulihkan dirinya dari luka, atau penyakitnya. Tentu saja dosisnya harus

diatur sedemikan rupa sehingga kadar garamnya tidak lebih tinggi dari pada kadar garam

dalam darah ikan. Apabila kadar garam dalam air lebih tinggi dari kadar garam darah, efek

sebaliknya akan terjadi, air akan keluar dari tubuh ikan, dan garam masuk kedalam darah,

akibatnya ikan akan mati. Kadar garam yang tinggi dapat berfungsi untuk mematikan

penyakit terutama yang diakibatkan oleh jamur dan bakteri. Meskipun demikian lama

pemberiannya harus diperhatikan dengan seksama agar jangan sampai ikan mengalami

dehidrasi.

Page 23: Agi

23

BAB V

PENUTUP

A.Kesimpulan

1. Hama yang ditemukan dalam praktek kerja lapangan ini adalah : Burung bangau,

Kodok, Belut. Sedangkan, penyakit yang ditemukan adalah : Argullus sp.

2. Penanganan hama yang dilakukan adalah pada katak dengan cara penangkapan secara

langsung pada sarangnnya, penanganan burung bangau dengan membuat kayu

berbentuk manusia, dan belut dengan menangkap secara langsung.

B. Saran

1. Perlu dilakukan PKL lanjutan tentang penanganan Hama dan penyakit pada induk

ikan mas agar dapat mengetahui jenis penyakit lainnya.