ah sembiring

Upload: ichsan

Post on 24-Feb-2018

226 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 7/25/2019 AH Sembiring

    1/10

    PENGARUH PENGGUNAAN VARIASI ANTISTRIPPING AGENT TERHADAP

    KARAKTERISTIK BETON ASPAL LAPIS AUS (AC-WC)

    Afrianti Hartini Sembiring , Zulkarnain A Muis 1Departemen Tekni k Sipi l, Universitas Sumatera U tara, Jl . Perpustakaan No. 1 Kampus USU Medan

    Emai l: Af rye_harth [email protected] Pengajar Departeman Teknik Sipil, Universitas Sumatera U tara, Jl . Perpustakaan No. 1 Kampus USU

    Medan

    Emai l : mjr [email protected]

    ABSTRAK

    Hilangnya ikatan atau adhesi dari suatu campuran aspal disebabkan oleh melemahnya ikatan antara agregat dan

    aspal. Hilangnya adhesi dapat menimbulkan beberapa jenis kerusakan perkerasan, seperti bergelombang,

    cracking, dan mendorong terjadinya lepasan butiran. Oleh karena itu untuk meningkatkan ikatan antara agregatdan aspal dapat dilakukan penambahan zat aditif anti pengelupasan atau yang lebih sering dikenal dengan anti

    stripping agent. Selain itu, ketika ditambahkan ke aspal, zat aditif ini menggantikan kelembaban di permukaan

    dari adhesi agregat dan menghasilkan ikatan di permukaan agregat. Penelitian ini dilaksanakan terhadap

    campuran aspal AC-WC dengan menggunakan tiga jenis variasi anti stripping agent . Penelitian ini

    menggunakan aspal pen 60/70 dengan agregat dari Patumbak. Adapun anti stripping agent yang digunakan

    dalam penelitian ini adalah Wetfix-BE, Morlife 2200, dan Derbo-401. Dan kadar masing-masing yang diuji

    dalam laboratorium adalah 0.2% - 0.5% dari kadar aspal. Pengujian yang dilakukan dimulai dengan pengujianaspal, kemudian dilakukan pengujian AC-WC dengan penambahan ketiga jenis anti stripping agent. Tujuannya

    untuk membandingkan kinerja dari penggunaan ketiga zat aditif tersebut. Dari pengujian ini diperoleh hasil yang

    seluruhnya memenuhi Spesifikasi Bina Marga Departemen Pekerjaan Umum 2010. Ketiga aditif ini akan

    menunjukkan pengaruh apa saja yang diakibatkan dalam suatu campuran beraspal panas melalui nilai-nilai

    parameter yang telah ditentukan dalam pengujian Marshall di laboratorium yaitu VIM,VMA,VFB, kelelahan,

    kepadatan,stabilitas Marshall dan stabilitas Marshall sisa. Hasil pengujian menunjukkan dengan penambahanWetfix-BE meningkatkan nilai stabilitas Marshall sisa yang lebih tinggi dibandingkan dengan penambahan

    Derbo-401 dan Morlife 2200.

    Kata kunci :anti stripping agent, aspal beton lapis aus, Wetfix-BE, Derbo-401, Morlife 2200

    ABSTRACT

    The loss of bonding or adhesion of the asphalt mixture is caused by a weakening of the bond between the

    aggregate and asphalt. Loss of adhesion can cause several types of pavement damage, such as bumpy, cracking,

    and encourage loose granules. Therefore, to enhance the bond between the aggregate and asphalt additives to dothe addition of anti-peeling or more commonly known as anti-stripping agent. This study was conducted onasphalt mixture AC-WC by using three types of anti-stripping agent variations. This study uses the pen bitumen60/70 with an aggregate of Patumbak. The using of anti stripping agent in this research consist of Wetfix-BE,

    Morlife 2200, and Derbo-401. And the proportion for each anti stripping agent in this research is 0.2 % - 0.5 %

    from asphalt. The goal is to compare the performance of the use of the three additives. From this test result was

    obtained entirely meet specifications Highways Department of Public Works, 2010. The three additive will

    show what influence resulting in a mixture of hot asphalt over the parameter values specified in the Marshall

    testing laboratory that VIM, VMA, VFB, flow, density, Marshall stability and retained Marshall stability. Thetest results showed the addition of Wetfix-BE Marshall stability increases residual value is higher than with the

    addition of Derbo-401 and Morlife 2200.

    Keywords : anti stripping agent, wearing coarse, Wetfix-BE, Derbo-401, Morlife 2200

  • 7/25/2019 AH Sembiring

    2/10

    1.PENDAHULUAN

    1.1 Latar Belakang

    Indonesia sebagai sebuah negara berkembang seringkali mengalami masalah lalu lintas. Salah satu

    diantaranya adalah kerusakan jalan. Hal ini disebabkan oleh pertumbuhan volume lalu lintas yang kian pesat

    sehingga memberikan dampak terhadap permintaan akan pembangunan struktur jalan dan pemakaian materialyang digunakan. Hal ini juga sering disebabkan karena terjadinya overloading ( kelebihan beban lalu lintas) dan

    temperatur udara yang cukup tinggi, sehingga sangat diperlukan pertimbangan-pertimbangan dalam melakukan

    perencanaan campuran aspal.Pada saat ini, lapis perkerasan di Indonesia menggunakan campuran panas, baik

    untuk pembangunan jalan baru, pemeliharaan, pelapisan ulang maupun peningkatan.Campuran beraspal panas

    yang sering digunakan adalah lapis beton aspal atauAsphalt Concrete (AC). Lapis beton aspal adalah campuran

    beton aspal yang memiliki susunan agregat dengan gradasi menerus yang mengandalkan ikatan saling mengunci

    (interlocking) antara butir-butir agregatnya.Kelemahan dari campuran beton aspal adalah dalam hal kelenturan

    dan keawetannya.Selain itu, campuran aspal beton rentan terhadap retak.Permukaan jalan dilapisi dengan perkerasan jalan, yaitu perkerasan lentur (flexibel pavement), dan

    perkerasan kaku (rigid pavement). Sehingga konstruksi jalan harus memiliki kondisi yang sesuai dengan umur

    rencana serta memenuhi spesifikasi. Selama ini spesifikasi yang di gunakan ialah spesifikasi yang dikeluarkan

    Dirjen Bina Marga desember 2006. Namun pada tanggal 16 november 2010 telah dikeluarkan revisi spesifikasi

    umum edisi desember 2006 menjadi spesifikasi umum edisi november 2010 melalui surat edaran no05/SE/06/2010 yang ditanda tangani Direktur Jendral Bina Marga.Dengan adanya spesifikasi umum revisipengerjaan konstruksi jalan yang di keluarkan Dirjen Bina Marga pada november edisi 2010 untuk

    menggantikan spesifikasi yang lama edisi desember 2006. Hal tersebut tentu saja berdampak besar terhadap

    konstruksi jalan yang akan datang. Dimana spesifikasi yang baru diharapkan mampu menjawab tantangan

    kebutuhan jalan yang optimal. Sehingga kedepan konstruksi jalan raya yang ada di Indonesia akan semakin

    baik.

    1.2.Perumusan Masalah Penelitian

    Berdasarkan latar belakang tersebut, Maka masalah yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah

    mengenai pengaruh penggunaanAnti Stripping Agent terhadap karakteristik campuran aspal laston lapisan aus (

    AC-WC) . Apa pengaruh yang diberikan oleh oleh aspal modifikasi dengan menggunakan anti stripping agentsebagai bahan tambah terhadap karakteristik campuran aspal tersebut

    1.3. Maksud Penelitian

    Penelitian ini dimaksudkan untuk membandingkan perilaku campuran AC-WC, dikarenakan

    Penggunaan antistripping agent yang berbeda-beda.

    1.4. Tujuan Penelitian

    Memperoleh suatu perbandingan hasil dari 3 (tiga) variasi antistripping agent sesuai Spesifikasi Umum

    Bina Marga edisi November 2010 terhadap karakteristik campuran beton aspal lapis aus (AC-WC).

    1.5. Batasan MasalahBatasan masalah dalam penelitian ini adalah:

    1. Pada spesifikasi umum Bina Marga edisi November 2010 Laston AC-WC yang digunakan

    bergradasi kasar dan halus.

    2. Metode yang digunakan sesuai dengan spesifikasi umum Bina Marga 2010, yaitu metode Uji

    Marshall.3. Penggunaan filler dan bahan anti pengelupasan pada batas maksimum, yaitu filler ( portland

    cement )2% dan 3 ( tiga ) jenis anti pengelupasan yaitu Derbo-401, Wetfix-BE, dan Morlife

    2200 dengan kadar penggunaan 0,2% sampai dengan 0,5%.

    4. Parameter campuran aspal yang dikaji adalah Stabilitas Marshall, flow, density,

    VIM,VMA,VFB, MQ, VIM PRD dan Stabilitas Marshall Sisa.

  • 7/25/2019 AH Sembiring

    3/10

    2. TINJAUAN PUSTAKA

    Lapis Aspal Beton adalah lapisan penutup konstruksi perkerasan jalan yang mempunyai nilai struktural

    yang pertama kali dikembangkan di Amerika oleh TheAsphalt Institute dengan namaAsphalt Concrete (AC).Menurut Bina Marga Departemen Pekerjaan Umum, campuran ini terdiri atas agregat bergradasi menerus

    dengan aspal keras, dicampur, dihamparkan dan dipadatkan dalam keadaan panas pada suhu tertentu. Suhu

    pencampuran ditentukan berdasarkan jenis aspal yang akan digunakan.Menurut spesifikasi campuran beraspalDirektorat Jenderal Bina Marga edisi desember 2006 maupun edisi November 2010, Laston (AC) terdiri dari

    tiga macam campuran, Laston Lapis Aus (AC-WC), Laston Lapis Pengikat (AC-BC) dan Laston Lapis Pondasi

    (AC-Base) dengan ukuran maksimum agregat masing-masing campuran adalah 19 mm, 25,4 mm, 3,75 mm.Di dalam Manual Campuran Beraspal Panas, campuran beraspal adalah suatu kombinasi campuran

    antara agregat dan aspal.Dalam campuran beraspal, aspal berperan sebagai pengikat atau lem antar partikel

    agregat, dan agregat berperan sebagai tulangan.

    Agregat adalah material berbutir keras dan kompak, yang termasuk didalamnya antara lain kerikil

    alam, agregat hasil pemecahan olehstone crusher, abu batu dan pasir. Agregat mempunyai peranan yang sangatpenting dalam perkerasan jalan, dimana agregat menempati proporsi terbesar dalam campuran, umumnya

    berkisar antara 90% - 95% dari berat total campuran.

    Di dalam manual pekerjaan campuran beraspal panas, Aspal atau bitumen merupakan material yang

    berwarna hitam kecoklatan yang bersifat viskoelastis sehingga akan melunak dan mencair bila mendapat cukup

    pemanasan dan sebaliknya. Sifat viskoelastis inilah yang membuat aspal dapat menyelimuti dan menahanagregat tetap pada tempatnya selama proses produksi dan masa pelayanannya. Pada dasarnya aspal terbuat darisuatu rantai hidrokarbon yang disebut bitumen, oleh sebab itu aspal sering disebut material berbituminous.

    Aspal merupakan suatu produk berbasis minyak yang merupakan turunan dari proses penyulingan

    minyak bumi, dan dikenal dengan nama aspal keras. Selain itu, aspal juga terdapat di alam secara alamiah, aspal

    ini disebut aspal alam.Aspal modifikasi saat ini juga telah dikenal luas.Aspal ini dibuat dengan menambahkan

    bahan tambah ke dalam aspal yang bertujuan untuk memperbaiki atau memodifikasi sifat rheologinya sehingga

    menghasilkan jenis aspal baru yang disebut aspal modifikasi.Kerentanan kelembaban adalah kecenderungan menuju pengelupasan campuran beraspal. Hilangnya

    integritas dari suatu campuran aspal melalui melemahnya ikatan antara agregat dan pengikat dikenal sebagai

    pengelupasan. Pengelupasan biasanya dimulai di bagian bawah lapisan campuran aspal, dan secara bertahap

    bergerak ke atas. Situasi itu adalah hilangnya bertahap kekuatan selama bertahun-tahun, yang menyebabkan

    banyak yang timbul di permukaan seperti alur, lipatan, gelombang, raveling, cracking, dll (Roberts et

    al1996).Kehilangan adhesi dapat diatasi dengan bantuan bahan aditif anti pengelupasan, juga dikenal sebagaiadhesi promotor dan agen pembasahan. Aditif anti pengelupasan, ketika ditambahkan ke aspal,menggantikan

    kelembaban di permukaan dari adhesi agregat dan menghasilkan ikatan di permukaan agregat.

    Pada spesifikasi edisi november 2010, Aditif kelekatan dan anti pengelupasan (anti striping agent)

    harus ditambahkan dalam bentuk cairan kedalam campuran agregat dengan mengunakan pompa penakar (dozing

    pump) pada saat proses pencampuran basah di pugmil. Kuantitas pemakaian aditif anti striping dalam rentang

    0,2% - 0,3 % terhadap berat aspal. Anti striping harus digunakan untuk semua jenis aspal tetapi tidak boleh tidak

    digunakan pada aspal modifikasi yang bermuatan positif.Namun pada spesifikasi 2006 tidak di haruskan

    penambahan aditif anti pengelupasan.

    Adapun anti stripping agentyang digunakan dalam tulisan ini adalah:

    1. Derbo-401

    Derbo adalah jenis anti stripping yang berasal dari India.Di negara ini, anti pengelupasan ini telah lamadiimpor.Mereka bersedia untuk pribumi sekarang ini dan anti pengelupasan ini mungkin digunakan untukmemperoleh keuntungan khususnya karena situasi yang sangat sulit untuk performa yang lebih baik dari

    konstruksi jalan raya.

    Anti Stripping ini telah diuji oleh IIP-Dehradun, SIIR-Delhi, dan CRRI-New Delhi yang menghasilkan

    produk-produk terbaik.

    Untuk campuran Hotmix, penggunaan anti stripping agentjenis Derbo-401 ini berkisar 0.1%-0.4% dari

    berat bitumen.Sementara untuk perbaikan jalan, penggunaannya berkisar 0.2%-0.5% dari berat bitumen.Penggunaan Derbo ini diyakini dapat memberi keuntungan antara lain sebagai berikut :

    1. Meningkatkan stabilitas Marshall sisa pada daerah dengan curah hujan tinggi

    2. Menghemat lebih dari 50 % biaya maintenance

    3. Membantu konstruksi jalan pada kondisi iklim lembab.

    4. Harga yang cenderung lebih efektif jika dibandingkan dengan anti pengelupasan lainnya.

    5.

    Mengurangi kebutuhan dari agregat halus dalam campuran.

  • 7/25/2019 AH Sembiring

    4/10

    2. Morlife 2200

    Morlife 2200 adalah sebuah jenis anti pengelupasan dengan performa tinggi berdasarkan ilmu ilmu

    kimia yang baru dan inovatif.Morlife 2200 meningkatkan ikatan ikatan antara aspal dan agregat, mengatasi

    masalah- masalah yang terjadi dengan adhesi campuran yang lemah. Campuran aspal yang menggunakan

    Morlife 2200 ini akan memperlihatkan peningkatan daya tahan dan uap sehubungan dengan kerusakan dan

    pengelupasan. Uap dalam kadar rendah dari morlife 2200 ini merupakan sebuah perbaikan kemajuan yangdramatikal dibandingkan dengan aditif lainnya, dan tidak ditemukannya uap yang tercipta dalam proses

    pencampuran.Morlife 2200 disimpan pada suhu lingkungan yaitu 2025

    0C ( 68-77

    0F ).

    1. Wetfix-BE

    Wetfix merupakan salah satu dari jenis anti stripping yang memiliki kesensitifan yang cukup tinggi,

    selain harganya yang relatif mahal dan penambahan jumlahnya terhadap campuran aspal sangat sedikit, akantetapi menghasilkan stabilitas yang cukup baik.

    Wetfix BE ini memiliki beberapa kegunaan,antara lain :

    1. Memperpanjang waktu pelapisan ulang Hotmix.

    2. Biaya perawatan yang lebih rendah.

    3. Memungkinkan seleksi jenis agregat yang lebih luas.4. Meminimalkan kerusakan oleh air.

  • 7/25/2019 AH Sembiring

    5/10

    3. METODE PENELITIAN

    Tidak ya

    Studi literatur

    Persiapan Aspal Persiapan Agregat

    Aspal Pen 60/70Agregat Kasar Agregat halus

    Pemeriksaan

    Propertis Aspal

    Berat jenis

    Penetrasi

    Daktilitas

    TFOT

    Kelarutan aspal

    Softening

    Flash Point

    Viscositas

    PengujianAgregat

    Analisa saringan

    Los Angeles

    Berat Jenis

    Soundness Test

    Kelekatan agregat

    Pipih Lonjong

    Angularitas

    Lolos no. 200

    Setara Pasir

    Memenuhi

    spesifikasi ?A

  • 7/25/2019 AH Sembiring

    6/10

    Gambar Diagram Alir Program Kerja

    4. HASIL PENELITIAN DAN PEM,BAHASAN

    Agregat kasar dan agregat halus yang digunakan dalam penelitian ini berasal dari AMP PT.ADHI

    KARYA, Patumbak.Pengujian agregat dilakukan untuk mengetahui sifat-sifat fisik atau karakteristik dari

    agregat kasar dan agregat halus.Hasil pengujian dapat dilihat pada Tabel IV.1 dan IV.2.Gradasi yang ditinjau

    berdasarkan pada gradasi Laston lapis Aus (AC-WC) dari spesifikasi umum Bina Marga tahun 2010.spesifikasi

    memiliki batasan terhadap agregat halus maupun agregat kasar.

    Persiapan dan pembuatan benda uji AC-WC Aspal Pen 60/70

    spesifikasi 2010

    Pengujian campuran dengan alat

    Marshall

    KAO

    didapatkan

    Persiapan dan pembuatan benda uji AC-WC

    Marshall sisa spesifikasi 2010

    Pengujian campuran dengan

    alat Marshall

    Hasil penelitian dan pembahasan

    Kesim ulan dan Saran

    Selesai

    Persentase marshall

    sisa

    Pembuatandan pengujian kepadatan membal refusal

    2400 pukulan spesifikasi 2006 dan 2010

    A

  • 7/25/2019 AH Sembiring

    7/10

    Tabel Hasil Pengujian Sifat-Sifat Fisik Agregat Kasar

    No. Pengujian Persyaratan Hasil Pengujian

    Min. Maks.

    1.

    2.

    3.4.5.

    6.

    Kelekatan agregat terhadap aspal

    Soundness Test (CA)

    Los AngelesMaterial Lolos ayakan no.200(kasar)Partikel Pipih dan Lonjong

    Angularitas

    95%

    1%

    95/90

    12%

    30%

    10%

    >95

    8,1 %

    29.9%0.012%9,2 %

    >95/90

    Tabel Hasil Pengujian Sifat-Sifat Fisik Agregat Halus

    No. PengujianPersyaratan

    Hasil PengujianMin. Maks.

    1.2.3.

    Nilai Setara PasirMaterial Lolos ayakan no.200(halus)Angularitas

    70%

    45%8%

    70.38%7.20 %71.03%

    Data hasil pemeriksaan sifat-sifat fisik aspal diperoleh setelah dilakukan pemeriksaan dari aspal ESSOEx. EXXON MOBILE pen.60/70 yang dijadikan sebagai material pada penelitian ini. Hasil pemeriksaan sifat-

    sifat fisik meliputi: pemeriksaan berat jenis, penetrasi, daktilitas, titik nyala dan titik bakar, kelarutan bitumen,

    penurunan berat, dan titik lembek.Hasil pemeriksaan memperlihatkan bahwa aspal tersebut dapat digunakan

    karena memenuhi persyaratan yang ditetapkan.

    Tabel Hasil Pengujian Sifat-sifat Fisik Aspal Pen 60/70

    No. Pengujian Persyaratan Hasil Pengujian

    Min. Max.

    1. Penetrasi, 25C; 100 gr; 5 detik; 0,1 mm 60 70 68,25

    2. Titik Lembek, C 48 38,5

    3. Titik Nyala, C 232 323

    4. Berat Jenis 1.0 1,02

    5. Daktalitas, 25C; cm 100 105

    6. Kelarutan dalam Trichlor Ethylen; % berat 99 99,685

    7. Indeks Penetrasi -1.0 2,5

    8. Berat yang Hilang; % berat 0.8 0,0845

    9. Penetrasi setelah TFOT; 0,1 mm; % asli 54 58,9

    10. Daktilitas setelah TFOT; cm 100 105

    11. Indeks Penetrasi setelah TFOT -1 1,28

    12. Viscositas 135C (cSt) 385 385 385

    Pada pengujian ini didapat hasil analisa saringan untuk masing-masing fraksi yaitu CA (couse agregat), MA

    (medium agregat), FA (fine agregat), dan NS (natural sand) .Sehingga menghasilkan komposisi gradasi agregatgabungan spesifikasi 2010 yang kasar maupun yang halus.Dapat dilihat pada gambar IV.1, IV.2.

  • 7/25/2019 AH Sembiring

    8/10

    Komposisi Agregat Gradasi Kasar Berdasarkan Spesifikasi 2010

    Komposisi Agregat Gradasi Halus Berdasarkan Spesifikasi 2010

    Hasil pengujian marshall ditinjau dari 2 tipe gradasi yang direncanakan berdasarkan spesifikasi umum Bina

    Marga tahun 2010. Dari hasil percobaan diperoleh data yang ditunjukkan dalam tabel

    Tabel Hasil Pengujian Karakteristik Marshall Untuk Tipe Gradasi Yang Disarankan

    No Jenis PemeriksaanSpesifikasi

    Hasil PengujianMinimum Maksimum

    1 Kadar Aspal (%) - - 5.48

    2 Density (%) - - 2.311

    3 Stability (kg/cm2) 800 - 1247

    4 Flow (mm) 3 - 3.61

    5 Marshall Quotient (kg/mm) 250 - 357

    6 VMA (%) 15 - 15.68

    7 VFB (%) 65 - 69,0

    8 VIM (%) 3.5 5.5 4,95

    9 VIM at PRD 2.5 - 3.010 Kadar Aspal Efektif (%) 4.3 - 4.7

    11 Retained Marshall (%) 90 - 91.51

  • 7/25/2019 AH Sembiring

    9/10

    Tabel Hasil Pengujian Nilai Parameter Campuran dengan Anti Stripping Agent

    Parameter JENIS ANTI STRIPPING AGENT

    % derbo % morlife % wetfix

    0.2 0.3 0.4 0.5 0.2 0.3 0.4 0.5 0.2 0.3 0.4 0.5

    VIM 4.88 4.42 4.47 4.30 4.51 4.83 4.80 4.93 4.74 4.77 4.70 4.95

    VMA 16.63 15.33 16.22 17.00 16.30 15.69 15.67 16.67 16.50 15.64 16.53 16.69

    VFB 64.93 71.34 66.69 62.98 66.40 69.25 69.38 64.66 65.22 69.58 65.11 64.57

    Flow 3.19 3.40 3.58 3.71 3.21 3.47 3.62 3.66 3.31 3.34 3.55 3.69

    Stability 1098 1173 1237 1228 1083 1173 1219 1298 1127 1189 1253 1263

    Marshall

    Quotient

    344 345 345 331 351 343 345 324 339 345 340 369

    Retained

    Stability

    90.42 92.94 94.65 94.22 88.01 92.36 95.14 95.99 90.22 91.66 93.37 96.41

    Melalui hasil parameter karakteristik Marshall yang berbeda dari ketiga variasi antistriping di atasdiperoleh nilai Retained Marshall yang terbesar terjadi pada penggunaan aditif Wetfix-BE. Maka dapat

    disimpulkan bahwa penggunaan antistriping yang paling baik pada percobaan ini antara ketiga anti striping yang

    telah diuji di laboratorium (Wetfix-BE,Derbo-401,Morlife 2200) adalah penggunaan antistriping Wetfix.

    V. Kesimpulan

    Berdasarkan hasil analisis data, maka dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut :

    Dari hasil pengujian agregat kasar dan agregat halus, yang meliputi kelekatan agregat terhadap aspal,

    Soundness Test, Lolos Ayakan no.200, Los Angeles, Partikel Pipih dan Lonjong, Angularitas, dan Nilai SetaraPasir didapatkan bahwa pengujian memenuhi spesifikasi Umum Bina Marga tahun 2010.

    Dari hasil pengujian Aspal Penetrasi 60/70 yang meliputi pengujian Penetrasi, Titik Lembek, BeratJenis, Daktilitas, Titik Nyala dan Titik Bakar, TFOT, dan Kelarutan Dalam Triclhor Ethylene menunjukkan

    bahwa pengujian tersebut memenuhi spesifikasi Umum Bina Marga tahun 2010.

    Berdasarkan pengamatan di Laboratorium dari hasil percobaan Marshall terhadap jenis aspal Penetrasi

    60/70 dari campuran gradasi berdasarkan spesifikasi umum Bina Marga gradasi kasar spesifikasi 2010menunjukan hasil yang baik dan memenuhi persyaratan untuk campuran laston .

    Berdasarkan percobaan yang telah dilaksanakan dalam laboratorium, pengujian aspal Penetrasi 60/70

    dengan menggunakan variasi anti striping menunjukkan hasil yang cukup berbeda sehingga dapat menemukan

    berbagai perbandingan dalam parameter-parameter tertentu. Terutama pada nilai Retained Stability yang terjadi

    pada Wetfix-Be dengan kadar 0.5 % dari berat aspal yaitu 96.41 lebih tinggi dibandingkan dengan penggunaananti striping Derbo-401 dan Morlife 2200.

  • 7/25/2019 AH Sembiring

    10/10

    DAFTAR PUSTAKA

    Das, A, 2006,On Bituminous Mix Design, Department of Civil Engineering, IIT Kanpur, India.

    Julaihi, A, 2007, Perbandingan Ciri-Ciri Marshall Menggunakan Kaeda Pemadatan yang Berbeza,

    PSM Tesis,Fakulti Kejuruteraan Awam Universiti Teknologi Malaysia.

    Putrowijoyo, R, 2006, Kajian Laboratorium Sifat Marshall dan Durabilitas Asphal Concrete - Wearing

    Course (AC-WC) dengan Membandingkan pengunaan antara Semen Portland dan Abu Batu Sebagai,

    Tesis, Program Pasca Sarjana Universitas Dipenogoro.

    Departemen Pekerjaan Umum, 2006, Seksi 6.3 Spesifikasi Campuran Beraspal Panas, Direktorat

    Jenderal Bina Marga.

    Departemen Pekerjaan Umum, 2010, Seksi 6.3 Spesifikasi Campuran Beraspal Panas, DirektoratJenderal Bina Marga.

    RSNI M-01-2003. Metode Pengujian Campuran Beraspal Panas dengan Alat Marshall, Badan

    Standardisasi Nasional.

    Iriansyah, AS, 2003, Campuran Beraspal Panas, Puslitbang Prasarana Transportasi.

    Sukirman S, 2003, Beton Aspal Campuran Panas, Granit, Jakarta.

    Anonim, Pengaruh Variasi Gradasi Agregat Beton Aspal Lapis Aus (AC-WC) dengan menggunakan

    Aspal Penetrasi 60/70, dan Aspal Retona Blend 55, Tugas Akhir, Fakultas Teknik Universitas Sumatera

    Utara.

    Dirjen Bina Marga, 2010, Surat Edaran Penyampaian Spesifikasi umum edisi 2010 Kementrian

    Pekerjaan Umum Direktorat Jenderal Bina Marga.

    Gor, R, 2005, Effect of Antistripping Additives on PG Grades of Asphalt Asphalt Magazine, 38-40.

    Dybalsky, JN, 1982, Cationic Surfaction In Asphalt AdhesionSymposium Anti-Stripping Additives inPaving Mixtures, AAPT Annual Meeting, Kansas City Missouri.

    Departemen Permukiman dan Prasarana Wilayah Direktorat Jenderal Prasarana Wilayah. 2002. Manual

    Pekerjaan Campuran Beraspal Panas.

    Departemen Pekerjaan Umum. 1999. Pedoman Perencanaan Campuran beraspal Dengan pendekatan

    kepadatan mutlak,No. 025/T/BM/1999, Direktorat Jenderal Bina Marga.

    Utomo, RA, 2008, Studi Komparasi Pengaruh Gradasi Gabungan di Laboratorium dan Gradasi Hot

    Bin Asphalt Mixing Plant Campuran Laston (AC-Wearing Course) Terhadap Karakteristik Uji

    Marshall, Tesis, Program Pasca Sarjana Universitas Dipenogoro.

    Putman BJ cs, 2006, Laboratory Evaluation of Anti-Strip Additivesin Hot Mix Asphalt,Department ofCivil Engineering, Clemson University.

    Hunter, ER cs, 2002, Evaluating Moisture Susceptibility of Asphalt Mixes, Department Civil and

    Architectural Engineering, University of Wyoming