ajaran keynes sebagai analisa disequilibrium

22
Ajaran Keynes Sebagai Analisa "Disequilibrium" Oleh: J. Soedradjad Djiwandono Summary Keynes' thoughts have undergone a process of interpretation and reinter- pretation by both his followers and his critics alike. The "standard" inter- pretation which for decades have dominated the teaching of macroeco- nomics analysis in most universities originated from writings by Fficks, Han- sen, and others who formulated "the Keynesian economics". Aside from that, the standard interpretation have benefited from contributions by Kgou, Haberler, and others who belonged to the Classical tradition. Their inter- pretation emerged as "the Neo-Classical Synthesis" which put Keynes' works in the mold of the Classical equihbrium analysis. Due to some failures of the Keynesian model in explaining current problems, and also the apparent contradiction between the Keynesian con- tention and the "General Theory" a new group appeared in reinterpreting Keynes thoughts. The new interpretation showed Keynes' works breaking away from the Classical analysis of equilibrium in the Walrasian system, and appreared as a dynamic analysis of adjustments in a disequilibrium mo- del This group is still relatively small, and is cunently called "the Neo Keynesians". This paper is an attempt to present the origins of disequilibrium mo- dels, and how they differ from equilibrium models through reviewing works in this subject and related matters. This interpretation is relatively new and not yet widely accepted. However, it is important since it offers a different picture of Keynes' economics which no serious student in economics can ignore. Pendahuluan Timbulnya permasalahan "stagflation" dan kemudian "recession with in- flation" banyak menimbulkan pertanyaan mengenai keampuhan analisa Keynes untuk menerangkan permasalahan aktual ekonomi makro, apalagj EKI, Vol. XXIX, No. 1, March 1981 59

Upload: others

Post on 18-Mar-2022

12 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Ajaran Keynes Sebagai Analisa Disequilibrium

Ajaran Keynes Sebagai Analisa "Disequilibrium" Oleh: J. Soedradjad Djiwandono

S u m m a r y

Keynes' thoughts have undergone a process of interpretation and reinter-pretation by both his followers and his critics alike. The "standard" inter­pretation which for decades have dominated the teaching of macroeco­nomics analysis in most universities originated from writings by Fficks, Han­sen, and others who formulated "the Keynesian economics". Aside from that, the standard interpretation have benefited from contributions by Kgou, Haberler, and others who belonged to the Classical tradition. Their inter­pretation emerged as "the Neo-Classical Synthesis" which put Keynes' works in the mold of the Classical equihbrium analysis.

Due to some failures of the Keynesian model in explaining current problems, and also the apparent contradiction between the Keynesian con­tention and the "General Theory" a new group appeared in reinterpreting Keynes thoughts. The new interpretation showed Keynes' works breaking away from the Classical analysis of equilibrium in the Walrasian system, and appreared as a dynamic analysis of adjustments in a disequilibrium mo­del This group is still relatively small, and is cunently called "the Neo Keynesians".

This paper is an attempt to present the origins of disequilibrium mo­dels, and how they differ from equilibrium models through reviewing works in this subject and related matters. This interpretation is relatively new and not yet widely accepted. However, it is important since it offers a different picture of Keynes' economics which no serious student in economics can ignore.

Pendahuluan Timbulnya permasalahan "stagflation" dan kemudian "recession with in­flation" banyak menimbulkan pertanyaan mengenai keampuhan analisa Keynes untuk menerangkan permasalahan aktual ekonomi makro, apalagj

EKI, Vol. XXIX, No . 1, March 1 9 8 1 59

Page 2: Ajaran Keynes Sebagai Analisa Disequilibrium

memberikan jalan keluamya di dalam bentuk kebijaksanaan yang dapat di­terapkan secara efektif. Keampuhan ajaran Keynes telah beberapa kali meng-hadapi cobaan, seperti tidak terjadinya stagnasi ekonomi dunia (secular stagnation) setelah berakhimya Perang Dunia II yang lalu, dan yang terakhir mengenai tidak berdayanya kebijaksanaan fiskal dan moneter menyelesai-kan masalah inflasi yang berbarengan dengan meningkatnya pengangguran.

Di dalam bidang teori, kemudian terdapat keinginan baru untuk mene-Uti kembali ajaran Keynes itu sendiri. Pertanyaan yang timbul sehubungan dengan hal ini adalah apakah ajaran Keynes memang mengatakan sebagai­mana yang secara umum dianut lewat pengajaran dan bacaan di kebanyakan universitas di hampir seluruh dunia? Keinginan untuk meneliti kembali ini timbul, baik dari mereka yang merasa sebagai penganut ajaran Keynes (Key­nesian) maupun dari mereka yang berpegang pada ajaran Classic dan Neo-Qassic, terutama yang digolongkan dalam kelompok "Monetarist".

Bersamaan dengan perdebatan yang terjadi antara kelompok Key­nesian dan Monetarist timbul golongan yang ingin "memumikan" kembali ajaran Keynes, terutama untuk kepentingan kebenaran ajaran tersebut sebagai doktrin (exegesis). Hal ini menghasilkan interpretasi baru yang berbeda dengan pengetahuan yang secara konvensional telah dipegang mengenai ajaran Keynes.

Interpretasi baru terhadap ajaran Keynes menunjukkan bahwa pada dasamya ajaran tersebut menggambarkan keadaan di luar keseimbangan atau suatu disequilibrium. Sebenamya, interpretasi ajaran Keynes sebagai teori disequilibrium telah cukup lama dikemukakan oleh para ahli, misainya Patinkin (1956), Minsky (1957), dan Clower (1960), pada waktu ramainya debat mengenai aliran Keynesian dan Monetarist mengenai keampuan pen­dekatan mereka masing-masing di dalam menerangkan permasalahan ekonomi makro yang aktual. Akan tetapi, pengaruh dari interpretasi baru ini hanya nampak, dan pembahasan menjadi lebih luas, lewat karya-karya baru dari Clower (1965), Leijonbufvud (1967, 1969), Barro dan Grossman (1971), Minsky (1975), dan lain-lain lagi.

Tulisan pendek ini akan membahas interpretasi ajaran Keynes sebagai teori disequihbrium; apa yang dimaksud, dan apakah perbedaan pokok dengan interpretasi yang secara umum dianut kebanyakan pengamat ekonomi sampai sekarang? Tulisan ini membahas teori disequilibrium, dan bedanya dengan teori equlibrium dengan menelaab pada berbagai karya ilmiah di da­lam permasalahan ini.

Kiranya, pembahasan berikut ini tidak akan dapat mencakup seluruh pendapat di dalam permasalahan pendekatan disequilibrium, dan jelas tidak mencakup aspek-aspek lain daripada ajaran Keynes yang menjadi perdebatan di antara berbagai kelompok. Maksud dari uraian tidak lain untuk menunjuk-

60 EKI, Vol. XXIX, N o . 1, March 1981

Page 3: Ajaran Keynes Sebagai Analisa Disequilibrium

kan kepada para mahasiswa ekonomi, dan mereka yang berminat mengenai perkembangan di dalam interpretasi mengenai ajaran Keynes, sebagai bahan pelengkap dan pembanding dalam pengetahuan ekonomi makro. Perkembangan Singkat Ajaran Keynes ^ Lewat bukunya "The General Theory of Employment, Interest and Money" Keynes telah menimbulkan revolusi di dalam pemikiran dan analisa ekonomi makro yang dengan cepatnya mempengaruhi pengajaran teori, dan penyu­sunan kebijaksanaan ekonomi di seluruh dunia. Sayangnya, buku tersebut tidak mudah untuk dibaca, tidak selalu jelas dan seringkali membingungkan, suatu hal yang agak aneh bagi Keynes yang terkenal sebagai editor majalab "Economic Journal" yang sangat kenamaan itu, sebingga tidak lama kemudi­an menjadi buku yang tergolong klasik.'

Di samping itu, Keynes sendiri tidak sehat, bahkan tidak lama hidup setelah tersebar luasnya ajaran yang terkandung dalam buku tersebut, sebing­ga tidak sempat melancarkan kampanye menanggapi pendapat ahli lain, ataupun menerangkan lebih lanjut hal-hal yang ternyata kurang jelas bagi masyarakat umum' .

Karena keadaan tersebut kebanyakan orang mempelajari teori Keynes lewat tulisan ataupun buku yang berisi ulasan, dan interpretasi konsep mau­pun teori, yang dikemukakan di dalam General Theory. Interpretasi ajaran Keynes dimulai dengan tulisan J.R. Hicks yang tidak lama kemudian juga menjadi klasik, "Mr. Keynes and the Classic: A Suggested Interpretation."'

Ajaran tersebut kemudian disebar luaskan oleh para penganut Keynes di Amerika Serikat, terutama di tangan para ahli ekonomi yang mempunyai reputasi sangat baik seperti Alvin Hansen dengan bukunya "A Guide to Keynes," Paul Samuelson dengan "Economics," Larry Klein dengan "Key­nesian Revolution," dan banyak sekali penulis buku standar serta buku-buku lain yang mendasarkan diri atas ajaran Keynes.

1. Dalam arti sedikitnya orang membaca langsung, mereka kebanyakan membaca lewat tulisan orang lain yang menginterpretasikan isi buku tersebut.

2. Mengenai latar belakang penyebaran ajaran Keynes yang mempunyai sifat tersen-diri, baca tulisan Harry G. Johnson "The Keynesian Revolution and the Mone­tarist Counter Revolution," dimuat di dalam bukunya, Further Essays in Monetary Economics, (Cambridge. Mass.: Harvard University Press, 1973) bab 2, juga H.P. Minsky, John Maynard Keynes. (New York: Columbia University Press, 1975) babl .

3. J.R. Hicks, "Mr. Keynes and the Classics: A Suggested Interpretation," Econome-trica, 1937, dimuat di dalam M.G. Mueller, ed., Readings in Macroeconomics (new York: Holt, Rinehart and Winston, 1967).

EKI, Vol. XXIX, No . 1, March 1981 61

Page 4: Ajaran Keynes Sebagai Analisa Disequilibrium

Interpretasi terhadap ajaran Keynes dari para ahli tersebut kemudian merupakan dasar pengajaran ekonomi di seluruh dunia. Analisa yang sering dikatakan sebagai "Keynesian cross" menunjukkan penentuan pendapatan nasional dalam keseimbangan ekonomi makro (macro economic equilibrium) yang ditunjukkan dengan persamaan antara investasi dan tabungan yang di-kehendaki masyarakat (intended Investment dan intended Saving), atau per­samaan antara permintaan dan penawaran keseluruhan yang terjadi di dalam masyarakat (agregate demand dan supply). Demikian pula analisa tersebut sering digambarkan sebagai teori '"income-expenditure," analisa multipUkasi, "liquidity trap," dan sebagainya.

Di dalam perkembangannya analisa Keynes sebagaimana dikemukakan oleh Hicks - Hansen telah dikombinasikan dengan unsur-unsur ekonomi klasik dalam apa yang dikenal dengan "wealth effect" (Pigou) serta karya kelompok Chicago (Viner) yang kemudian menjadi "neo classical synthesis" dengan kurva IS-LM yang sangat terkenal itu.

Ajaran Keynes kemudian mengalami berbagai perkembangan dalam per­debatan antara para penganutnya dengan penganut ajaran lain, terutama yang dikenal dengan ajaran golongan monetarist. Permasalahan yang di-perdebatkan ada bermacam-macam, akan tetapi yang paling pokok adalah mengenai efektivitas tindakan fiskal dan moneter dalam usaha untuk men-dptakan stabilitas perekonomian masyarakat.

Dalam hubungan ini seringkali kelompok Keynesian yang mengandal-kan kebijaksanaan fiskal ditempatkan pada posisi yang beranggapan bahwa sektor moneter tidak mempunyai pengaruh terhadap perkembangan pro­duksi (money doesn't matter), sedangkan kelompok monetarist digolong­kan dalam "money does matters'.

Dalam pada itu terdapat segolongan ahli ekonomi yang melihat bahwa apa yang disebutkan sebagai Keynesian makin berbeda dengan ajaran dalam bentuk aslinya yang terdapat dalam karya-karya Keynes. Teori Keynes tidak hanya dilihat dalam General Theory, akan tetapi dalam hubungannya dengan karya-karya ilmiah sebelumnya, seperti "Tretise on Money," bah­kan yang lebih lama lagi seperti "Tretise on Probability." Mereka ini sering disebutkan sebagai Neo Keynesian, yang melihat ajaran Keynes sebagai ajaran yang berbeda dengan interpretasi standar sebagaimana secara luas dipelajari dan diketahui. Orang mulai membedakan teori Keynes (the economics of Keynes) dengan teori Keynesian (Keynesian economics). Seperti dikatakan Leijonbufvud, teori Keynes harus dibedakan dari teori Keynesian karena yang terakhir telah menyelewengkan ajaran yang asli. Interpretasi yang terakhir ini pada dasarnya menunjukkan bahwa ajaran Keynes adalah analisa di luar keseimbangan (disequilibrium), sedangkan interpretasi yang umum (Keyne-

62 EKI, Vol. XXIX, No. 1, March 1981

Page 5: Ajaran Keynes Sebagai Analisa Disequilibrium

sian economics) merupakan analisa keseimbangan (equUibrium), yang sebenarnya lebih sebagai ajaran klasik dari pada ajaran Keynes.

Dari ringkasan sejarah perkembangan ajaran Keynes tersebut nampak bahwa kita perlu membedakan dua macam interpretasi ajaran Keynes; yang pertama sebagai analisa keseimbangan (equilibrium), sedangkan yang kedua sebagai analisa di luar keseimbangan (disequilibrium). Marilah sekarang kita melihat pokok-pokok dari kedua interpretasi tersebut, apakah perbedaannya, dan mengapa demikian.

Ajaran Keynes Sebagai Analisa Equilibrium Karya Keynes telah mengalami proses interpretasi, dan interpretasi kembali sejak dikeluarkannya "General Theory." Dalam proses tersebut kita dapat melihat perubahan posisi ajaran Keynes, di mana tidak jarang terjadi bahwa di dalam penampilannya nampak suatu posisi bertolak belakang dari posisi lain, meskipun keduanya berasal dari ajaran yang sama. Dengan demikian, dari karya asli yang sama kita mempunyai bermacam-macam bentuk pen­dekatan atau teori yang dianggap berasal dari Keynes. Semua ini dapat digolong-golongkan ke dalam dua golongan besar, yaitu analisa atau model keseimbangan (equilibrium models) dan analisa atau model di luar keseim­bangan (disequilibrium models). Seringkali penggolongan ini ditunjukkan se­bagai "Keynesian" atau "Neo Classical Synthesis" untuk golongan pertama, dan "Neo Keynesian" untuk golongan kedua.

Mereka yang tergolong di dalam Keynesian atau Neo Classical Syn­thesis biasanya menunjukkan bahwa analisa Keynes tidak lain merupakan analisa yang meneruskan tradisi ekonomi Klasik dengan menekankan kaku­nya harga-harga, terutama harga faktor produksi tenaga kerja atau upah (wage rigidity)*. Dalam bentuk tersebut, analisa Keynes dipandang sebagai penerusan ekonomi klasik yang mendasarkan diri atas posisi keseimbangan atau equilibriuih. Bedanya hanya terletak pada asumsi mengenai kecenderung­an kakunya harga-harga barang di dalam pasar barang, "wage rigidity" dalam pasar tenaga kerja, serta "interest rate rigidity" dalam pasar uang yang dikenal sebagai "liquidity trap." i

4. Penampilan ajaran Keynes dalam bentuk yang lebih teibatas lagi adalah yang menggunakan asumsi adanya tingkat upah yang tidak berubah (wage rigidity), 'liquidity trap' serta adanya 'capital output ratio' yang tetap. Qower telah me-namakan interpretasi demikian sebagai "revolutionary orthodoxy', Harry Johnson menyebutkannya sebagai bentuk ajaran Keynes yang "vulgar," sedang Joan Ro­binson menamakannya sebagai ajaran Keynes "bastard". Semuanya dimaksudkan untuk menunjukkan terlalu simpHstisnya interpretasi tersebut terhadap ajaran se­benamya dari Keynes.

EKI, Vol. XXIX, No. 1, March 1981 63

Page 6: Ajaran Keynes Sebagai Analisa Disequilibrium

* s Penjelasan mengenai terdapatnya kecenderungan harga atau upah yang kaku adalah karena ketidak sempumaan pasar, - adanya aligopoly di dalam pasar barang dan adanya serikat sekerja yang kuat di dalam pasar te­naga kerja, atau karena pengaturan oleh penierintah seperti peraturan me­ngenai upah minimum-,yang dalam kenyataannya menyebabkan kakunya tingkat harga dan upah ataupun suku bunga di dalam perekonomian. Sebagai akibatnya, mekanisme penyesuaian secara otomatis yang inherent dengan analisa <klasik tidak dapat bekerja, dan terjadilah keseimbangan di bawah tingkat kesempatan kerja penuh (full employment). Ajaran Keynes dalam bentuk ini berasal dari interpretasi Hicks dalam "Mr Keynes and the Classics" yang kemudian disebar luaskan lebih lanjut oleh Alvin Hansen serta Paul Samuelson dan yang lain-lain lagi. Akhimya, interpretasi serupa ini diterima di dunia akademi sebagai ajaran Keynes yang sebenarnya, sebingga semua buku teks dalam ekonomi makro, - baik yang merupakan pengantar seperti buku Samuelson, Bach, lipsey dan Steiner, Heilbronner, Mc Connel, maupun buku-buku yang menengah seperti Dernburg dan Mc Dougall, Ackley, Bailey, Branson, serta yang lebih lanjut lagi seperti buku Evans, semuanya menggam­barkan ajaran Keynes sebagai apa yang dinamakan "Neo Classical Synthesis" tersebut. Demikianlah, ajaran Keynes yang telah dibakukan lewat tafsir para ahli ekonomi yang tersebar luas di seluruh dunia.

Sebagaimana telah disebutkan, ajaran Keynes dalam pandangan ini di­anggap sebagai penerusan tradisi analisa klasik yang merupakan analisa keseimbangan. Model ekonomi yang digunakan di dalam analisa keseimbang­an mendasarkan atas proses pertukaran menurut Leon Walras (the Walrasian tatonnement), di mana masing-masing unit ekonomi dalam masyarakat, baik konsumen maupun produsen, melaksanakan tindakan ekonomi mereka dalam mencapai sasarannya secara memaksimumkan lewat proses pertukaran.

Di dalam pertukaran ini setiap unit ekonomi melakukan tindakan untuk maksimisasi suatu fungsi yang merupakan sasarannya, — manfaat bagi kon­sumen atau keuntungan bagi produsen-,yang dibatasi oleh kemampuannya, yakni dia tidak mungkin melakukan pengeluaran yang melebihi sumber dana yang dimilikinya. Jadi, di dalam proses pertukaran ala Walras ini tidak diperkenankan terdapatnya pinjam meminjam, demikian pula proses ini tidak menyangkut masalah keseimbangan antar periode, sebingga tidak di­mungkinkan terjadinya kegiatan menabung serta penanaman modal. Proses pelaksanaan kontrak di dalam pertukaran tersebut dilakukan lewat perantara (auctioneers) yang melakukan fungsi mempertemukan keinginan permintaan dan penawaran dalam proses tawar menawar. Proses penyesuaian berjalan lewat suatu hubungan fungpional yang menunjukkan bahwa setiap kali ter­dapat suatu kelebihan permintaan (kelebihan penawaran) maka penyesuaian yang terjadi adalah meningkatnya (menurunnya) harga, sampai kelebihan

64 EKI, Vol. XXIX, N o . 1, March 1981

Page 7: Ajaran Keynes Sebagai Analisa Disequilibrium

permintaan (penawaran) menjadi hilang. Atau sampai permintaan sama de­ngan penawaran yang menghasilkan keseimbangan. Karena harga yang negatif tidak kita kenal, maka keseimbangan antara permintaan dan penawaran ter­sebut terjadi pada suatu tingkat harga yang positif.*

Pertukaran antara penawaran dan permintaan tersebut terjadi kalau keseimbangan tersebut tercipta, dan pertukaran tidak akan terjadi pada harga di luar harga keseimbangan. Dengan demikian, keseimbangan harga dan jumlah barang ditentukan di dalam sistem penukaran tersebut.'

Dalam analisa keseimbangan umum (general equilibrium) yang modem prinsip terjadinya keseimbangan sebagaimana telah diuraikan tetap berlaku. Perbedaan yang ada hanyalah pada pembuktian mengenai adanya keseimbang­an pada harga, dan jumlah yang dipertukarkan. Di dalam analisa Leon Walras titik keseimbangan didapatkan dengan menyelesaikan seluruh sistem persama­an dengan satu demi satu (reiterative process). Di dalam teori keseimbangan umum modern, cara penentuan titik keseimbangan tersebut menjadi lebih cepat dengan menggunakan apa yang dinamakan "fixed point theorem".'

Sehubungan dengan analisa keseimbangan umum ala Walras ini, perlu dikemukakan bahwa uang sebenarnya tidak berperanan. Hukum Walras mengatakan bahwa keseluruhan nilai permintaan berlebih (excess demand) pada harga keseimbangan adalah sama dengan nol. Akan tetapi, harga di sini adalah harga dalam arti relatif, atau harga barang yang diukur dengan barang lain. Dan karena fungsi permintaan berlebih mempunyai sifat "homoge­neous", sebenarnya kita dapat mengambil setiap barang sebagai numeraire, terhadap mana harga barang-barang yang lain diukur. Akan tetapi harga absolut tidak dapat kita ukur dalam hal ini. Apa yang dapat dilakukan adalah seperti dalam analisa klasik, yaitu mengambil harga uang (nilai) sebagai numeraire. Nilai uang itu sendiri ditentukan di luar model (exogeneous), lewat persamaan pertukarannya Fisher (MV = PT). Akan tetapi, sebenamya

5. Karena kita tidak mengenai harga yang negatif, maka setiap kaH masih ada kelebih­an penawaran (excess supply) harga yang terjadi adalah nol, barang yang berlebih tidak mempunyai harga.

6. Untuk mengetahui bekerjanya Walras Law, baca R.L. aouch. Macro economics, (New York: Harcourt Brace Javanovich, 1972), haL 144-156, atau Don Patinkin, Money, Interest and Prices, Second edition (New York, Harper and Row, 1965), Bab III dan halaman 529-580.

7. Dalam kasus dua komoditi, cara menentukan terdapatnya titik keseimbangan di­laksanakan dengan apa yang dikenal sebagai 'Brouwer fixed point theorem,' sedang untuk kasus yang lebih umum, meliputi banyak barang, digunakan 'Kakutani fixed point theorem.' .lihat buku R. Saposnik & J. Quirk: Introduction to General EquUibrium Theory and Wcifarc Economics, New York: Mc Graw Hll Book Co., 1968).

EKI, Vol. XXIX, N o . 1, March 1981 65

Page 8: Ajaran Keynes Sebagai Analisa Disequilibrium

secara teoretis setiap barang dapat berfungsi sebagai numeraire tidak perlu uang, karena kita tidak perlu mengetahui harga absolut.

Suatu masalah kemudian timbul, yaitu kalau harga absolut barang tidak dapat ditentukan di dalam proses pertukaran (perdagangan) pada sistem ini, lalu apa arti uang di dalanmya? Uang dalam hal ini tidak berbeda dengan barang-barang lain, karena setiap barang yang ada di dalam sistem ini dapat dipergunakan sebagai pengukur harga relatif (numeraire). Uang sebagaimana biasanya didefinisikan adalah merupakan sarana pertukaran. Akan tetapi, di dalam sistem ini sarana pertukaran tidak diperlukan. Sebagaimana telah di­kemukakan, pertukaran terjadi lewat perantara (auctioneer) setelah harga keseimbangan tercipta. Pada harga keseimbangan tersebut, setiap orang dapat melakukan pertukaran tanpa sarana pertukaran.

Dari uraian di atas sistem ekonomi ala Walras sebenarnya merupakan sistem di mana pertukaran bukan merupakan masalah sama sekali. Mungkin kita dapat mengatakan bahwa dalam sistem ini pertukaran merupakan suatu proses barter, di mana suatu barang ditukar dengan barang lain. Memang kita masih tetap dapat menggunakan uang sebagai pengukur (denominator atau numeraire). Akan tetapi, setiap barang memenuhi syarat untuk dijadikan sa­rana pengukur tersebut. Atau dengan lain perkataan, tidak terdapat peranan bagi uang dalam arti yang biasanya kita pergunakan untuk itu. Hal ini se­benamya tidak lain daripada apa yang kita kenal dalam analisa klasik di mana terdapat dua bagian yang terpisah (dichotomy): sektor barang (real sector), dan sektor moneter (money sector). Di dalam sistem ini 'real sector' diten­tukan secara terpisah dari sektor moneter (self contained) oleh berbagai unsur riil tanpa adanya pengaruh dari sektor lain.' Sifat yang serupa juga ter­dapat dalam sektor yang, lain.' Sebagai akibatnya uang tidak mempunyai

8. Dakm buku-buku ekonoird makio biasanya ditunjukkan bahwa sektor ihi ter­sebut ditentukan oieh suatu fun^i produksi, misainya y = y (K,L), di mana K = modai dan L = tenaga kerja. Lebih ianjut biasanya diasumsikan bahwa jumlah per-modaian dianggap tetap, sebingga produksi hanya tergantung dari tenaga kerja. Jadi produksi akWrnya hanya ditentukan oleh keseimbangan antara tingkat upah dan jumlah tenaga kerja yang dipekerjakan sebagaimana ditentukan di pasar tenaga kerja. Atau dengan perkataan lain, sektor moneter tidak mempunyai pengaruh sama sekali di 'daiam penentuan mengenai jumlah barang yang diproduksikaa Di daiam matematik hal ini nampak di daiam jumlah persamaan yang sama dengan jumlah unsur yang berdiri sendiri (independent variables), yang sering disebutkan sebagai 'Walras Law*.

9. Di daiam sistem yang dikemukakan Don Patinkin, Money, Interest and Prices, terdapat tiga sektor, pasar riil (barang), pasar uang, dan pasar obligasi (bond mar­ket). Akan tetapi, dasar pemikirannya tidak berubah, yang penting adalah bahwa masing-masing sektor berdiri sendiri, terpisah dari yang lain, yang satu tidak mem­punyai pengaruh terhadap dan tidak mempengaruhi yang lain.

66 EKI, Vol. XXIX, N o . 1, March 1 9 8 1

Page 9: Ajaran Keynes Sebagai Analisa Disequilibrium

pengaruh terhadap sektor riil. Uang merupakan suatu kain kerudung (veil) saja yang bersifat netral.

Dari uraian di atas jelas bahwa sistem pertukaran menurut Walras memang sangat sesuai dengan analisa ajaran ekonomi klasik, di mana masing-masing sektor berdiri sendiri, tidak saling mempengaruhi antara yang satu dengan yang lain. Dan dalam hal ini uang tidak mempunyai pengaruh yang menentukan dalam proses terjadinya keseimbangan produksi nasional.

Melihat ajaran Keynes dengan menggunakan analisa keseimbangan se­perti dilakukan oleh para ahli ekonomi "Keynesian" atau "Neo Classic" sebenarnya sama saja dengan mengatakan bahwa apa yang dikemukakan dalam "General Theory" tidak lain hanya merupakan suatu kasus khusus dari ekonomi klasik. Penglihatan yang demikian menempatkan kontribusi Keynes sangat minimal dalam teori ekonomi makro. Memang benar bahwa di dalam model yang biasanya disebutkan sebagai "Neo Classical Synthesis" sudah tidak lagi dikenal adanya "dichotomy" antara sektor moneter dan sek-.tor riil. Dalam model tersebut, suatu sektor tidak lagi terpisah dari sektor yang lain, dan uang tidak lagi netral.* ° Lewat adanya kekaburan antara pe­ngertian nilai nominal dan nilai riil (money illusion) dalam pasar tenaga kerja, di mana karyawan dianggap hanya memperhatikan upah nominal, maka apa yang terjadi dalam sektor moneter dapat mempengamhi pasar tenaga kerja, dan dengan demikian tingkat produksi nasional atau sektor riil. Pemisahan. antara sektor riil dan sektor moneter menjadi kabur. Keadaan dengan keseim­bangan pendapatan nasional yang lebih rendah daripada posisi potensialnya (less than full empoyment equilibrium) terjadi, suatu keadaan yang tidak di­mungkinkan dalam ajaran klasik yang berdasarkan pada konsep adanya me­kanisme yang secara otomatis bekerja untuk tercapainya "full employ­ment".** Akan tetapi, kemungkinan baru ini semata-mata didasarkan atas asumsi mengenai adanya "money illusion," ataupun tingkat upah yang kaku (wage rigidity) karena tidak sempumanya pasar.

Adanya kemungkinan posisi keseimbangan produksi nasional di bawah kesempatan kerja penuh memang merupakan suatu penyimpangan daripada ajaran klasik. Akan tetapi hal ini semata-mata karena adanya tambahan asumsi mengenai kekaburan upah nominal dan upah riil (money illusion), ataupun karena adanya kekakuan dalam tingkat upah (wage rigidity) karena ketidaksempurnaan pasar atau peraturan pemerintah. Tanpa asumsi mengenai

10. Dalam penyelesaian matematisnya sistem persamaan untuk masing-masing sektor tidak lagi dapat diselesaikan secara sendiri-sendiri, akan tetapi harus diperlakukan sebagai persamaan yang simultan (simulteneous equations).

11. Ingat pada Say's Law yang pada dasamya mengatakan 'supply creates its own demand.'

EKI, Vol. XXIX, No. I.March 1981 67

Page 10: Ajaran Keynes Sebagai Analisa Disequilibrium

kekakuan harga maka mekanisme pasar masih akan bekerja secara otomatis untuk mencapai keseimbangannya pada tingkat optimal sebagaimana dike­mukakan dalam model klasik. ' '

Dalam bentuk sebagaimana diuraikan di atas, sumbangan Keynes dalam analisa ekonomi makro menjadi sangat kecil. Kemungkinan penyimpangan dari analisa klasik hanya dalam asumsi yang tertentu pula. Atau dengan per­kataan lain, pandangan ini menempatkan analisa Keynes sebagai suatu kasus khusus dari anaUsa klasik, jadi bukan suatu teori umum tentang kesempatan kerja, suku bunga dan uang.

Apakah analisa Keynes menurut pendapat tersebut dengan demikian bukan merupakan sumbangan yang berarti? Memang dihhat sebagai analisa keseimbangan, nampaknya arti sumbangan Keynes terhadap teori ekonomi tidak besar, bahkan bukan merupakan teori yang berdiri sendiri, hanya suatu kasus dari teori yang telah ada. Akan tetapi, ajaran Keynes temyata sangat berarti bahkan dalam analisa keseimbangan. Sebagaimana ditunjukkan oleh Patinkin di dalam uraiannya mengenai "real balance effect" atau "wealth effect", argumentasi Keynes ternyata sangat penting sebagai pegangan dalam kebijaksanaan ekonomi. Patinkin menunjukkan bahwa mekanisme otomatis analisa Klasik yang dalam menghadapi argumentasi Keynes diselamatkan oleh Pigou dan Harberler dengan "real balance effect" meskipun tepat sebagai teori, temyata hampir tidak mungkin dalam praktek. Mengapa demikian, karena agar pengaruh tersebut benar-benar efektif bekerja untuk mempengaruhi tingkat pengeluaran masyarakat, suatu periode penu-mnan harga-harga (depresi) dalam jangka panjang yang terus menerus hams terjadi di dalam perekonomian. Sebagaimana diketahui, dalam kenyataannya tidak ada satu negara pun yang akan membiarkan keadaan demikian terjadi. Jadi "real balance effect" tidak realistis meskipun benar sebagai analisa. Urai­an tersebut serta kekakuan harga (upah dan suku bunga) dianggap oleh banyak ahli mempakan sumbangan yang sangat besar untuk menganalisa per­kembangan ekonomi modern dan mendasari kebijaksanaan pemerintah.

Jadi meskipun hanya merupakan penerusan analisa klasik, ajaran Key­nes masih merupakan sumbangan yang sangat penting artinya dalam menun­jukkan pegangan bagi kebijaksanaan ekonomi negara. Sebagaimana diketahui.

12. Bahkan dalam keadaan adanya kekakuan dalam upah, asalkan kekakuan tersebut dalam upah nominal (atau adanya "money illusion'), maka mekanisme pasar masih akan secara otomatis menghasilkan keseimbangan. Argumen teoretis yang menun­jukkan mekanisme penyesuaian ini adalah apa yang dikenal dengan 'real balance effect' yang dikemukakan Pigou dan Harberler, serta secara jelas sekali diuraikan oleh Don Patinkin di dalam "Price Flexibility and Full Employment" (American Economic Review, September 1948).

68 EKI, Vol. XXIX, No. 1, March 1981

Page 11: Ajaran Keynes Sebagai Analisa Disequilibrium

dalam analisa Keynes jalan keluar untuk kembali pada keseimbangan tingkat produksi adalah dengan campur tangan pemerintah dalam bentuk kebijak­sanaan moneter dan fiskal, serta kebijaksanaan mengurangi kekuatan mono-poll di dalam pasar yang menimbulkan kekakuan harga. Semua ini merupa­kan basis argumentasi yang menunjukkan bahwa sumbangan Keynes yang paling besar adalah di dalam bidang kebijaksanaan ekonomi (public policy), dan bukan dalam teori ataupun doktrin ekonomi.

Ajaran Keynes Sebagai Analisa 'Disequilibrium' Berbagai karya ilmiah timbul sebagai reaksi terhadap interpretasi atas karya Keynes yang dalam tulisan ini dimasukkan sebagai golongan "Keynesian" atau "Neo Classical Synthesis". Interpretasi terhadap karya Keynes dalam bentuk yang diuraikan di atas telah tersebar sangat luas dan merupakan standar pengetahuan masyarakat umum mengenai teori Keynes. Harry John­son, misainya dalam tulisannya memperingati 25 tahun terbitnya "General Theory", telah menunjukkan keanehan interpretasi ajaran Keynes yang di­gambarkan sebagai analisa yang menunjukkan tidak berpengaruhnya uang di dalam penentuan produk nasional (money doesn't matter), padahal Keynes sendiri jelas menunjukkan bahwa "money is not merely a veil, but exer­cises an influence of its own in the working of the economy."*' Bahkan, dari judul yang dipilihnya bagi buku yang sangat terkenal ini jelas ditunjuk­kan arti pentingnya uang.

Dari berbagai tulisan sekelompok ahli ekonomi yang menunjukkan in­terpretasi baru tereebut, nampak adanya kesepakatan untuk menunjukkan bahwa Neo Classical synthesis yang mencoba untuk melakukan penggabung-an ajaran Keynes dengan ajaran Klasik seperti Viner dan aliran Chicago atau dari kelompok Keynesian (seperti Hcks - Hansen) yang menggunakan analisa klasik dengan analisa keseimbangan, - umumnya untuk menggambarkan ar­gumen Keynes.-, tidak lengkap menggambarkan karya Keynes.** Miskey me­ngatakan bahwa interpretasi tersebut merusak semangat dan isi pokok ajaran

13. Baca Hany G. Johnson, "The General Theory After Twenty Five Years" di dalam bukunya Money, Trade and Economic Growth (Cambridge, Mass.: Harvard Uni­versity Press, 1967) bab V. Kutipan pendapat Keynes diambil dari John M. Keynes, The General Theory of Employment, Interest and Money (New York: Hareourt Brael Javauoricb, 1964) bab 2.

14. Leijonbufvud menyusun bukunya. On Keynesian Economics and the Economics of Keynes (London: Oxford University Press, 1968) dengan maksud untuk menun­jukkan tidak lengkap atau kefirunya interpretasi terhadap ajaran Keynes sebagai teori keseimbangan.

EKI, Vol. XXIX, No. 1, March 1981 69

Page 12: Ajaran Keynes Sebagai Analisa Disequilibrium

Keynes, dan Clower menekankan bahwa ajaran Keynes memang salah di­mengerti.*'

Para ahli yang disebutkan di atas pada dasarnya mempunyai persamaan pendapat dalam argumentasi mereka yang menunjukkan bahwa analisa Key­nes merupakan analisa di luar keseimbangan (disequilibrium), bukan sebagai­mana digambarkan oleh kebanyakan ahli selama ini. Sebagaimana ditunjuk­kan oleh Barro dan Grossman, Keynes menolak menggunakan kerangka ke­seimbangan pasar untuk menganalisa penentuan jumlah yang diproduksikan, dijual, dan dibeli dalam pasar.*'

Sebenamya sebelum para ahli ini, Patinkin telah mulai dengan analisa di luar keseimbangan (disequilibrium) pada waktu menguraikan ajaran Keynes yang menunjukkan terjadinya pengangguran bukan sukarela (involuntary unempoyment).*'' Di dalam analisanya ditunjukkan bahwa pengangguran bukan sukarela dapat timbul karena terjadinya ketimpangan pada sektor lain yakni adanya kekurangan permintaan akan barang dan jasa (adanya execess supply). Karena keadaan tersebut, tenaga kerja yang tersedia lebih besar daripada yang dipekerjakan oleh pengusaha pada tingkat upah yang berlaku. Cara analisa tersebut menunjukkan kemungkinan terjadinya keseim­bangan tingkat pendapatan di bawah posisi kesempatan kerja penuh (less than full employment equilibrium) tanpa menggunakan asumsi adanya ke­kakuan dalam upah ataupun ketidaksempumaan pasar. Suatu interpretasi yang berbeda dengan interpretasi umum. Dari argumen di atas Patinkin me­nunjukkan bahwa karena keseimbangan mempunyai implikasi kesempatan kerja penuh maka terdapatnya pengangguran bukan sukarela menunjukkan keadaan di luar keseimbangan (disequilibrium).*'Pengangguran bukan suka rela merupakan permasalahan yang dicakup analisa dinamis, yang menyang­kut proses penyesuaian dari posisi di luar kurva permintaan ataupun pena­waran kepada posisi keseimbangan. Disebutkannya bahwa pemikiran Keynes merupakan pemikiran dinamis, akan tetapi alat anaUsanya statis, atau "com­parative static".

15. R Minsky,ZoAaw Maynard Keynes, (New York: Columbia University Press, 1975 balaman ix; R. Qower "Tbe Keynesian Counterrevolution: A Theoretical Apprai­sal," di dalam Brecbiing & Habn eds. TTte Theory of Interest Rates (New York, 1965).

16. R.J. Barro & H.I. Grossman, "A General Disequilibrium Model of Income and Employment," American Economic Review, March, 1971).

17. Don Patinkin, Money, Interest and Prices, op .dt bab XUI dan XIV. 18. Don Patinkin, Money, Interest and Prices, op. dt. balaman 328.

70 EKI, Vol . XXIX, N o . 1, March 1981

Page 13: Ajaran Keynes Sebagai Analisa Disequilibrium

Analisa Clower sejalan dengan Patinkin dan menunjukkan bahwa setiap kali terdapat ketidakseimbangan dalam pasar tenaga kerja permintaan efektif di dalam pasar komoditi tentu berbeda dengan permintaandalam arti apa yang diinginkan, atau apa yang oleh Clower diistilahkan "national demand". Misainya terdapat sejumlah pengangguran dalam pasar tenaga kerja, hal ini mempunyai implikasi bahwa di dalam pasar komoditi terdapat permintaan efektif yang lebih kedl daripada keinginan masyarakat (national demand). Di dalam diagram permintaan dan penawaran, semua ini menunjukkan posisi di luar kurva atau suatu disequilibrium.*'

Menurut Barro dan Grossman analisa Patinkin dan Clower memang me­rupakan analisa di luar keseimbangan. Akan tetapi, keduanya bersifat parsial. Keduanya menujukkan keadaan ekonomi yang tertekan (depression) di mana dalam analisa Patinkin ketimpangan dalam pasar komoditi merupakan penye-bab tertekannya pasar tenaga kerja dan terjadinya pengangguran, sedang­kan dalam analisa Clower ketimpangan terjadi justru dalam pasar tenaga kerja itu sendiri. Analisa Barro dan Grossman melengkapi kedua analisa sebelumnya dengan memberikan model umum dalam ketidakseimbangan (general disequilibrium model). Cara yang dipergunakan tidak berbeda. Akan tetapi, dalam analisa terakhir ini ditunjukkan ketimpangan dalam arti yang lebih umum, meliputi keadaan tertekan (depression) yang menimbulkan pengangguran maupun "boom" yang menimbulkan inflasi."*

Interpretasi ajaran Keynes sebagai analisa disequilibrium dari tulisan-tulisan di atas berpusat pada terdapatnya pengangguran bukan sukarela (involuntary unemployment), yang menyebabkan timbulnya keadaan di luar keseimbangan pada posisi produksi di bawah penuh (less than full employ­ment disequilibrium) tanpa menggimakan asumsi adanya kekakuan upah ataupun harga lain. Jadi dalam keadaan adanya persaingan sempuma, dalam mana setiap unit ekonomi melakukan tindakan untuk maksimsasi fungsi yang menjadi sasarannya, tanpa adanya "money illusion", kita dapat menun­jukkan kasus terjadinya pengangguran bukan sukarela dan posisi di luar kesempatan kerja penuh. Posisi ini tidak dinamakan keseimbangan, melain-kan posisi di luar keseimbangan atau ketidakseimbangan. Interpretasi ajaran Keynes menurut pandangan ahli-ahli tersebut jelas berbeda dengan inter-

19

2 0 .

Baca R. Qowcr, "The Keynesian Counterrevolution: A Theoretical Appraisal" di dalam Brcckhing & Hahn, eds., The Theory of Interest Rates, dan "Keynes and the Classics: A Dynamical Perspective" Quarterly Journal of Economics, (May 1960). R.1. Bano dan H.I. Grossman, A General Disequilibrium Model of Income and Employment," op. dt.

EKI, Vol. XXIX, No. 1, March 1981 71

Page 14: Ajaran Keynes Sebagai Analisa Disequilibrium

pretasi standar yang menggunakan analisa equilibrium sebagaimana dikemu­kakan di bagian sebelumnya.

Clower dan Leijonbufvud menelaab perbedaan anaUsa Keynes dengan Klasik dari segj ada atau tidaknya proses pertukaran dengan kontrak ala Wal­ras. Leijonbufvud menunjukkan bahwa untuk menelaab permasalahan yang dianalisa oleh Keynes kita harus lebih teliti melihat keadaan masing-masing unit ekonomi dalam mengambil keputusannya beserta tersedianya informasi bagi masing-masing.' * Di dalam proses pertukaran Walras (Walrasian taton­nement) masing-masing unit ekonomi menerima saja harga yang terjadi (gi­ven), sebingga keputusan yang diambil hanyalah mengenai jumlah barang yang dibeli dan dijual. Akan tetapi, bilamana terdapat perubahan situasi, Leijonbufvud mengatakan bahwa lebih realistis kalau kita beranggapan bahwa masing-masing individu juga membuat keputusan mengenai harga. Sehubung­an dengan ini seseorang akan menentukan harga yang merupakan suatu ca-dangan (reservation price). Misainya, dalam pasar tenaga kerja seorang pekerja yang menghadapi suasana yang berubah akan menentukan suatu tingkat upah yang akan menjadi pegangan baginya untuk menerima atau tidaknya tawaran pengusaha (reservation wage). Pada dasamya hal ini berarti bahwa setiap kali terjadi suatu kegoncangan, masing-masing unit ekonomi akan menentukan harga pada tingkat mana dia bersedia untuk menjual (bila dia seorang pen-jual), atau bersedia membeli (bila dia seorang pembeli). Dalam pasar tenaga kerja suatu pemotongan upah pada suatu perusahaan akan mendorong pekerja untuk melakukan penyesuaian yang dapat berupa; berhenti bekerja, dan me-nunggu (menganggur) sampai pengusaha bersedia menerimanya kembali pada harga tingkat upah yang dikehendakinya (reservation wage), atau dia meneri­ma pemotongan gaji tersebut dan tetap bekerja.' '

Dalam analisa yang digambarkan Leijonbufvud seperti di atas, setiap kali terjadi kegoncangan di dalam pasar, penyesuaian dalam jumlah pada harga yang berjalan lebih cepat daripada penyesuaian harga itu sendiri. Dan sebagai akibatnya terjadi keadaan di mana harga seakan-akan menjadi kaku, sukar berubah. Atas dasar analisa tersebut, Leijonbufvud menunjuk­kan terjadinya tingkat produksi nasional di luar kesempatan kerja penuh seperti keadaan yang digambarkan analisa Keynesian tanpa asumsi adanya ke­kakuan dalam pasar. Posisi tersebut bukan merupakan suatu keseimbangan

21. A. Leijonhufvud, Keynes and the Qassics: Two Lectures on Keynes' Contribution to Economic Theory (London: Institute of Economic Affairs, 1969) halaman 31.

2 2 . Yang terakMi adalah asumsi yang dipergunakan analisa Klasik, sehingga kita mem­punyai kurva penawaran tenaga kerja sebagaimana biasanya nampak dalam analsa pasar tenaga kerja.

72 EKI, Vol. XXIX, No . 1, March 1981

Page 15: Ajaran Keynes Sebagai Analisa Disequilibrium

karena adanya perbedaan antara yang dikehendaki (notional) dengan yang terjadi (effective). Posisi tersebut dalam diagram merupakan titik di luar kurva, atau suatu keadaan di luar keseimbangan yang memerlukan penye­suaian dinamis untuk tercapainya titik keseimbangan.

Sehubungan dengan terciptanya posisi di luar keseimbangan kita perlu membahas analisa mengenai pasar tenaga kerja yang dikemukakan oleh ber­bagai ahli, terutama Stigler dan Alchian." Analisa tersebut merupakan usaha untuk menunjukkan unsur yang tidak pernah diperhatikan di dalam analisa pasar dalam persaingan sempuma, ialah informasi mengenai keadaan pasar yang harus dimiliki oleh pembeli maupun penjual yang tidak dapat diperoleh secara cuma-cuma. Informasi tersebut dapat diperoleh hanya dengan suatu pembayaran (cost of information and of search). Dengan lain perkataan pe­nentuan harga dan jumlah di dalam pasar menyangkut ketidakpastian serta pengetahuan yang harus dimiliki oleh unit-unit yang melakukan pertukaran. Dan karena informasi yang ada selalu tidak sempuma dan tidak dapat di­peroleh secara cuma-cuma maka terjadi suatu proses penyesuaian (suatu keadaan di luar keseimbangan) sebelum dapat dicapai suatu keseimbangan.

Analisa Stigler yang kemudian disempurnakan Alchian sebenamya me­mpakan usaha untuk memperbaiki pendekatan ekonomi makro dalam teori kesempatan kerja dengan jalan pendekatan mikro. Suatu usaha untuk mengin-tegrasikan ekonomi mikro dengan makro, atau untuk mendasari ekonomi makro dengan analisa mikro. Hal ini merupakan usaha yang terus-menerus perlu dilakukan karena keduanya sering nampak tidak ada hubungannya, bahkan seringkali bertentangan sehingga mengkaburkan permasalahan.

Dari uraian di atas nampak bahwa persyaratan yang sangat menentukan untuk terjadinya keseimbangan pasar adalah bekerjanya perantara (auctio­neers) dalam konsep Leon Walras. Dalam sistem tersebut sebagaimana dise­butkan di atas terjadi pertukaran setelah ada keseimbangan harga sehingga masing-masing unit tinggal memutuskan mengenai jumlah saja. Terjadinya ke­seimbangan dianggap secara seketika (instant), tanpa memerlukan waktu dan tanpa memerlukan biaya. Atau perantara memberikan informasi pasar kepada masing-masing unit yang melakukan transaksi dengan cuma-cuma. Memang, tanpa adanya keragu-raguan masing-masing pihak, tanpa adanya ongkos mencari informasi pasar, tanpa adanya ketidakpastian, semua dapat terjadi dengan seketika tanpa ada biaya yang harus dikeluarkan kecuali harga barang.

23. Baca George Stigler, "Information in the Labor Market," Journal of PoUtical Eco­nomy, October 1962); A Alchian, "Information Costs, Pricing, and Resource Unemployment" dimuat di dalam E. Phelps, cd., Microeconomic Foundations of Employment and Inflation Theory," (Hew York: W.W. Norton Co. Inc., 1970).

EKI, Vol. XXIX, No. 1, March 1981 73

Page 16: Ajaran Keynes Sebagai Analisa Disequilibrium

Dalam keadaan tersebut apa yang terjadi akan sesuai dengan apa yang dike­hendaki masing-masing.'*

Interpretasi terhadap ajaran Keynes sebagai analisa disequilibrium dengan demikian masih mempertahankan semua asumsi analisa klasik, - jadi tanpa asumsi adanya "regidities"-, kecuali bekerjanya proses pertukaran menurut Leon Walras. Dengan melepaskan bekerjanya "Walras tatonne­ment" tersebut ternyata dimungkinkan terjadinya pengangguran bukan suka rela ala Keynes (involuntary unemployment), yang sebagaimana dikemuka­kan di atas merupakan suatu keadaan di luar keseimbangan. Keadaan ter­sebut disebabkan karena dalam analisa ini informasi mengenai pasar tidak sempuma dan tidak dapat diperoleh dengan cuma-cuma. Keadaan di pasar adalah serba tidak jelas dan serba tidak pasti. Sebagai akibatnya maka di dalam pasar terjadi ketidaksempumaan dalam perdagangan dengan harga yang tidak menggambarkan kenyataan. Menurut Clower "Keynesian econo­mics is price theory without Walras Law, and price theory with Walras Law is just a special case of Keynesian economics."' '

Di samping itu semua interpretasi ajaran Keynes menumt kelompok "Neo Keynesian" ini juga menunjukkan adanya berbagai asumsi golongan Keynesian yang sebenarnya tidak terdapat dalam karya Keynes yang asli. Leijonhufvud secara sangat meyakinkan menunjukkan bahwa Keynes sendiri dalam bukunya "General Theory" tidak menyebutkan masalah upah yang kaku, adanya serikat sekerja yang kuat, adanya kekaburan antara upah no­minal dan upah nyata (money illusion), serta asumsi-asumsi lain yang biasa­nya dikemukakan untuk menunjukkan isi ajaran Keynes.

Dalam hubungan ini perlu pula disinggung usaha dalam ekonomi mo­neter yang ingin melengkapi anahsa makro dengan analisa mikro, sejalan de­ngan apa yang dilakukan beberapa ahli di bidang teori ketenagakerjaan serta penentuan upah yang telah disinggung terlebih dahulu. Dalam bidang mo­neter usaha yang dilakukan terutama adalah untuk menunjukkan peranan daripada uang, bahwa dengan uang dapat dicapai posisi keseimbangan eko­nomi yang tidak mungkin tanpa jasa uang tersebut. Hal ini merupakan suatu jawaban terhadap analisa yang menggambarkan bahwa suatu ekonomi keseim-

24. Dalam. istilah Qower hal ini berarti bahwa 'notional demand' sama dengan 'effec­tive demand' yang bertemu dengan supply. Atau dalam jargon ekonomi makro yang lebih terkenal, tabimgan yang direncanakan (intended saving) sama dengan in­vestasi yang direncanakan (intended invesmcnt), sehingga tidak ada 'ivonlimtary unemployment' di dalam masyarakat

25. R. Qowcr, I h e Keynesian Countenevolution ' op. dt. halaman 124.

m EKI, Vol. XXIX, N o . 1, March 1 9 8 1

Page 17: Ajaran Keynes Sebagai Analisa Disequilibrium

bangan pada dasamya merupakan barter ekonomi di mana uang tidak mem­punyai peranan yang menentukan.' '

Pendekatan mikro dalam ekonomi moneter tersebut juga meninggal­kan berlakunya "Walras tatonnement" dalam analisa, sehingga semua unit dalam pasar dianggap tidak memiliki informasi yang sempurna mengenai kondisi pasar. Informasi tidak sempuma dan untuk memperolehnya diper­lukan waktu serta biaya. Karena itu semua unit ekonomi menghadapi ketidak­pastian. Mengapa demikian? Karena informasi sangat erat kaitannya dengan kepastian (informasi yang sempuma dan tanpa biaya untuk memperolehnya menunjukkan adanya kepastian, sedangkan informasi yang tidak sempuma serta memerlukan biaya untuk memperolehnya berarti ketidakpastian,

Brunner & Meltzer serta Alchian dalam analisa mereka menunjukkan bahwa di dalam pasar terdapat distribusi informasi yang tidak merata di mana seseorang atau sekelompok orang mempunyai informasi yang lebih dari yang lain. Menurut mereka uang dipergunakan di dalam perdagangan untuk membantu mengatasi ketidaksempumaan informasi serta ketidak-merataan penyebarannya untuk mencapai keseimbangan pasar. Di luar ke­adaan yang serba pasti dengan informasi yang tidak dapat diperoleh secara cuma-cuma, kegunaan uang akan nampak. Makin tidak pasti maka produk­tivitas uang bagi masing-masing unit ekonomi maupun keselumhan makin meningkat. Dalam keadaan ini, penggunaan uang dalam transaksi merupakan suatu implikasi dari tindakan unit ekonomi mencapai posisi optimalnya da­lam membeli atau menjual barang.' '

Akbirnya, pembahasan mengenai interpretasi ajaran Keynes sebagai analisa disequilibrium harus pula menyebutkan karya Minsky yang tidak dapat menerima pula interpretasi s tandar ." Menurut Minsky model "Neo Classical Synthesis" telah mengabaikan suatu dri khusus analisa Keynes yang menunjukkan perbedaarmya dari analisa klasik, yaitu penekanannya pada unsur ketidakpastian (uncertainty) dan dengan demikian keadaan di

26. Suatu analsa berdasarkan bekerjanya "Walras Law' yang telah diuraikan di atas. Karya-karya ilmiah dalam bidang ini telah disurvai oleh Stanley Fischer dalam "Re­cent Development in Monetary Theory" (American Economic Review, May 1975).

27. Baca Karl Bruimer dan Allen Meltzer, "The Ike of Money: Money in the Theory of an Exchange Economy" (American Economic Review, December 1971); dan A. Alchian, "Why Money?" (Journal of Money, Credit and Banking, Februari 1977).

28. Tulisan H. Minsky mengenai permasalahan Inl ada beberapa, yang paHng penting di antaranya adalah, "Monetary System and Accelerator Model," (American Eco­nomic Review, December 1957), dan John Maynard Keynes, (new York: Har­court Brace Javanovich Inc., 1972).

EKI, Vol. XXIX, No . 1, March 1 9 8 1 75

Page 18: Ajaran Keynes Sebagai Analisa Disequilibrium

luar keseimbangan (disequibbrium). Menurut Minsky, ajaran Keynes pada da­samya merupakan analisa disequilibrium karena mendasarkan diri atas tiga faktor, yakni keadaan dan suasana yang menimbulkan adanya gelombang konjungtur (business cycles perspecitve), ketidakpastian (uncertainty), serta sifat alamiah dari kegiatan investasi.

Ditunjukkan oleh Minsky bahwa sumber adanya "disequlibrium" da­lam teori Keynes adalah basis analisa yang digunakannya, yaitu paradigma spekulasi keuangan (speculative financial paradigm). Pokok analisa Keynes menurut Minsky adalah pada peranan investasi yang dilakukan oleh perusaha­an yang pada dirinya mengandung unsur ketidakpastian karena kegiatan in­vestasi melibatkan waktu (masa depan) yang serba tidak pasti. Akan tetapi, ketidakpastian ini juga meUputi keputusan rumah tangga, perusahaan, serta lembaga keuangan dalam masalah keputusan mengenai tabungan serta inves­tasi. Ketidakpastian dalam penentuan investasi rumah tangga serta hubungan­nya dengan lembaga keuangan seringkali mempertajam gelombang konjung­tur yang ditimbulkan oleh proses investasi perusahaan.

Jadi, investasi yang mengandung unsur ketidakpastian serta pembiaya-annya yang mebbatkan tindakan spekulasi menunjukkan sifat khusus analisa Keynes." Ekonomi kapitalis yang biasanya disertai jafingan lembaga ke­uangan yang sangat modern dan banyak kaitannya dengan seluruh kegiatan usaha selalu ditandai oleh proses penyesuaian menuju kepada keseimbangan, tetapi bukan keseimbangan itu sendiri. Proses tersebut merupakan suatu ke­adaan di luar keseimbangan yang terus menerus terjadi (an economic of permanent disequilibrium)."* Dengan demikian ajaran Keynes jelas merupa­kan analisa dinamis, berbeda dengan analisa klasik yang karena mendasarkan diri atas paradigma barter bersifat statis.

29. Analisanya mengenai hubungan antaia investasi dengan aspek keuangannya yang menyebabkan business cycle telah dimulai sejak tahun 19S7 dalam tulisan yang di­sebutkan di atas. Dalam hubungan ini sangat menarik sekali argumen Minsky yang menunjukkan bahwa teori Keynes mengenai ketidakpastian telah dikemukakannya jauh sebelum 'General Theory' dituUs, yakni di dalam karya Keynes yang berjudul 'Treatise on Probabittty', terbit tahun 1921 (lihat H. Minsky, John Maynard Keynes, op. dt., halaman 64 - 67).

30. H. kfinsky, yo)«7/j Afcynaref Keynes, ibid, halaman 68.

EKI, Vol. XXIX, No. 1, March 1981

Page 19: Ajaran Keynes Sebagai Analisa Disequilibrium

Kesimpulan si , . Dari pembahasan mengenai interpretasi ajaran Keynes sebagaimana dikemu­kakan oleh para ahli yang diuraikan di atas, beberapa hal di bawah dapat di­kemukakan sebagai kesimpulan:

1. Interpretasi ajaran Keynes yang menunjukkannya sebagai analisa di luar keseimbangan atau "disequilibrium" mengandung ciri<iri sebagai berikut: - secara jelas atau terselubung meninggalkan asumsi bekerjanya pro­

ses pertukaran dengan perantara menurut Walras (Walrasian ta­tonnement process).

- menunjukkan perubahan sifat dari analisa statis atau "comparative statics" kepada proses penyesuaian yang dinamis, dari keseim-bangan kepada kecenderungan ke arah keseimbangan atau ketidak­seimbangan, di mana unsur waktu menjadi penting

- sehubungan dengan kedua butir di atas, keadaan yang dianalisa di­tandai oleh tidak sempurnanya informasi dan ketidakpastian.

2. Sebagai implikasi daripada interpretasi ajaran Keynes sebagai analisa "disequilibrium" maka berbeda dengan pandangan umum kelompok ini menunjukkan bahwa sumbangan Keynes dalam bidang analisa atau teori ekonomi adalah sangat besar. Karyanya telah merupakan revolusi terhadap teori klasik yang mendasarkan diri pada keseimbangan yang statis. Sehubungan dengan ini, ajaran Keynes memang sebagai yang dinyatakannya sendiri dalam buku "General Theory", merupakan teori yang lebUi umum dari teori klasik, bukannya yang sebaliknya. [ Alasannya adalah bahwa selain menggunakan semua asumsi analisa klasik, teori Keynes telah meninggalkan satu batasan yang mendasari analisa klasik, yaitu "Walrasian tatonnement process". Karena mele­paskan diri dari batasan tersebut, teori Keynes lebih umum sifatnya, dan keadaan yang digambarkan ekonomi klasik hanya merupakan salah satu kasus dari teori Keynes.

3. Di samping itu dari karya ahli-ahli di atas dapat ditunjukkan bahwa dalam keadaan informasi yang tidak sempuma serta ketidakpastian, yang menyangkut timbulnya keadaan kaku dan "disequilibrium", penggunaan uang sebagai alat pertukaran ternyata lebih jelas dapat di­tunjukkan. Hal ini menempatkan kembali teori Keynes yang memberi­kan tempat yang penting bagi peranan uang, dan bukan sebagaimana dikemukakan oleh para penganutnya (Keynesian), karena Keynes sendiri menunjukkan bahwa ekonomi uang pada dasamya berbeda dari

EKI, Vol. XXIX, N o . 1, March 1 9 8 1

Page 20: Ajaran Keynes Sebagai Analisa Disequilibrium

ekonomi barter, dan bahwa uang bukan hanya sekedar sebagai kain kerudung (veil), tetapi memainkan peranan yang menentukan. Hal ini telah menjawab pertanyaan Harry Johnson yang lima belas tahun yang lalu menanyakan "why a theory in which money is important should have turned into the theory that money is unimportant."'*

4. Akbirnya sebagai penutup perlu dikemiikakandi sini,-bahwa sebenarnya. agakmengherankan-, bahwa karya-karya ilmiah di atas yang dapat me-rubah pengetahuan dan pengajaran ekonomi marko secara agak men-dasar dan telah lebih dari sepuluh tahun ditulis ternyata belum banyak dibahas dalam buku-buku teks teori ekonomi makro. Sepanjang penge­tahuan penulis, barulah buku Crouch" membahas interpretasi baru tersebut. Buku Branson yang diterbitkan beberapa tahun setelah karya Clower dan Leijonhufvud, dan yang banyak digunakan di Universitas-

. universitas di Amerika Serikat tidak membahas sama sekali, bahkan menyebut nama-nama di atas pun tidak.

31. Hany G. Johnson, "The General Theory After Twenty Five Years," op.Qt. ha­laman 145.

32. R.L Crouch, Macro economics, (New York: Harcount Brace Javanovich, Inc., 1972).

"HJ EKI, Vol. XXIX, No . 1, March 1 9 8 1

Page 21: Ajaran Keynes Sebagai Analisa Disequilibrium

A DAFTAR KEPUSTAKAAN 1. Alchian, A. "Information, Cost Pricing, and Resource Unemployment,"

dalam E. Phelps, ed., Microeconomic Foundation of Employ­ment and Inflation Theory, New York: W.W. Norton Co., Inc., 1970.

2. "Why Money?", Journal of Money Credit and Banking, Febru­ary, 1977, part 2.

3 . Barro, R.J. and Grossman, H.l. "A General Disequilibrium Model of In­come and Employment," American Economic Review, March 1971.

4. Brunner, Karl & Meltzer, Allen "The Use of Money: Money in the Theory of Exchange Economy," American Economic Review, December 1971.

5. Clower, Robert "Keynes and the Classics: A Dynamical Perspective," Quarterly Journal of Economics, May 1960.

6. "The Keynesian Counterrevolution: A Theoretical Appraisal" dalam Brechhng and Hahn, 77ie Theory of Interest Rates, New York, 1965.

7. Crouch, R.L. Macroeconomics, New York: Harcourt Brace Javano­vich, Inc., 1972.

8. Fischer, Stanley "Recent Development in Monetary Theory", American Economic Review, May 1975.

9. Hansen, Alvin H. A Guide to Keynes, New York McGraw Hill Book, Co., 1953.

10. Hicks John R. "Mr. Keynes and the Classics: A suggested Interpreta­tion" Econometrica, 1937, dimuat kembali dalam M.G. Mueller, ed.. Readings in Macroeconomics, New York: Holt, Rinehart and Winston, 1967

11. Hicks, John R. The Crisis in Keynesian Economics, Southhampton, England: The Camelot Press, Ltd., 1974.

12. Johnson, Harry G. Money, Trade and Economic Growth, Cambridge, Mass.: Harvard University Press, 1967.

13. Macroeconomics and Monetary Theory, Chicago: Aldine Pu­blishing Co., 1972.

14. Further Essays in Monetary Economics, Cambridge, Mass.: Harvard University Press, 1973.

15. Keynes, John M. The General Theory of Employment, Interest and Money, New York; Harcourt Brace Javanovich, 1964 (cetakan pertama, 1936).

EKI, Vol. XXIX, N o . 1 . March 1981 79

Page 22: Ajaran Keynes Sebagai Analisa Disequilibrium

16. Lekachman, Robert 77ie Age of Keynes, New York: McGraw Hill Book, y ' Co., 1966.

17. Leijonhufrud, Axel "Keynes and the Keynesian." A Suggested Inter­pretation" American Economic Review, May 1967.

18. On Keynesian Economics and the Economics of Keynes, Lon­don: Oxford University Press, 1968.

19. Keynes and the Classics: Two Lectures on Keynes' Contribution to Economic Theory, London: Institute of Economic Affairs, 1969.

20. Minsky, Hyman P. "Monetary Sistem and Accelarator Model", Ameri­can Economic Review, December, 1957.

21. John Maynard Keynes, New York: Columbia University Press, 1975

22. Moggridge, D.E. John Maynard Keynes, Harmondsworth, England: Penguin Book, Ltd., 1976.

23. Patinkin, Don "Price Flexibility and Full Employment", American Economic Review, September 1948.

24. Money, Interest and Prices, second ed.. New York: Harper and Row, 1965.

25. Studies in Monetary Economics, New York: Harper and Row PubUshing Co., 1972.

26. "Friedman on the Quantity Theory and Keynesian Economics" di dalam R.J. Gordon, Ed., Milton Friedman's Monetary Frame­work, Chicago: University of Chicago Press, 1974.

27. Keynes Monetary Thoughts: A Study of its Development, Durham, N.C.: Duke University Press, 1976.

28. Saposnik, D. & Quirk, J. Introduction to General Equilibrium Theory and Welfare Economics, New York: McGraw Hill Book, Co., 1968

29. Stigler, George "Information in Labor Market," Journal of Political Economy, October 1962.

80 EKI, Vol. XXIX, N o . 1, March 1981