aktifitas dakwah kh ahmad rifa’ i arief melalui · pdf filerekan dan rekanita pw ipnu...
TRANSCRIPT
AKTIFITAS DAKWAH KH AHMAD RIFA’ I ARIEF MELALUI PONDOK PESANTREN DAAR EL QOLAM GINTUNG JAYANTI
TANGERANG (1968- 1997)
Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I.)
Oleh:
Nurlaila
NIM : 105051001983
JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM
FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)
SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
1431 H /2010M
AKTIFITAS DAKWAH KH AHMAD RIFA’ I ARIEF MELALUI PONDOK PESANTREN DAAR EL QOLAM GINTUNG JAYANTI
TANGERANG (1968- 1997)
Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi
untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I.)
Oleh
NURLAILA
NIM: 105051001983
Di bawah Bimbingan
Umi Musyarrofah, M.A. NIP. 197109161997030202
JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA 1431 H /2010M
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa: 1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah
satu persyaratan memperoleh gelar strara 1 UIN Syarif Hidatyatullah Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan
sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Jika di Kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya saya atau
merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima
sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 11 Mei 2010
Nurlaila
LEMBAR PENGESAHAN
Skripsi yang berjudul “Aktifitas Dakwah KH Ahmad Rifa’i Arief Melalui
Pondok Pesantren Daar El-Qolam Gintung Jayanti Tangerang
(1968-1997)” telah diujikan dalam sidang munaqqasah Fakultas Ilmu Dakwah dan
Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 31 Mei 2010. Skripsi
ini telah diterima sebagai satu syarat memperoleh gelar Sarjana
Komunikasi Islam ( S.Kom. I ) pada program strata I ( SI ) Jurusan
Komunikasi dan Penyiaran Islam.
Jakarta, 31 Mei 2010
Sidang Munaqqasah
Ketua Merangkap Anggota Sekertaris Merangkap Anggota
Drs. Jumroni, M.Si. Dr. Moh. Ali Wafa, S.Ag, M.Ag.
NIP. 19630515 199203 1 006 NIP.150321584
Anggota
Penguji I Penguji II
Dr. Hj. Roudhonah, MA Drs. Masran, MA NIP.19580910 198703 2001 NIP.150275384
Pembimbing
Umi Musyarrofah, MA NIP.19710816 199703 2 002
ABSTRAK Nurlaila Aktifitas Dakwah KH Ahmad Rifa’i Arief Melalui Pondok Pesantren Daar El-Qolam Gintung Jayanti Tangerang (1968-1997)”
Aktivitas yang dilakukan KH. Ahmad Rifa’I Arief terlihat secara lebih jelas merupakan salah satu bagian dari dakwah, menyebarkan seruan Islam dan meneruskan perjuangan Nabi dalam membangun Islam yang Rahmatan Lil Alamin, dan beliau adalah sosok seorang yang telah membangun lembaga pendidikan modern di Banten dengan sistem yang berbeda, dan turut membangun kualitas manusia Indonesia agar menjadi berguna bagi kedua orang tua dan lingkungan sekitar.
Dari uraian diatas dapat dirumuskan. Bagaimana bentuk Aktifitas dakwah yang dilakukan KH Ahmad Rifai Arief Semasa hidupnya?
Aktivitasnya dalam bidang dakwah dibagi menjadi tiga bentuk yaitu Dakwah bil-hal, Dakwah bi-lisan dan Dakwah bil-Qolam.
Penelitian ini dengan menggunakan metodelogi kualitatif Deskriptif Historis dan mengumpulkan data dengan penelitian Studi Kepustakaan. Pengumpulan data dengan mengumpulkan cara Studi Dokumentasi strategi yang digunakan dengan cara mengumpulkan data-data melalui buku-buku, media massa, karya ilmiah dan melalui media online.
Gagasan dan Konsep pemikiran KH Ahmad Rifa’I Arief mengenai pendidikan sangat baik dan pemikiran KH Ahmad Rifa’I Arief diaktualisasikan melalui pembangunan Pondok Pesantren Daar El-Qolam gintung jayanti tanggerang. Karena dalam proses pembelajaran pesantren merupakan perpaduan antara ilmu agama dan IPTEK, sehingga out put nya pun mampu diserap diberbagai sektor.
Walaupun pada saat itu banyak hambatan dan rintangan yang menerpa dirinya dan seluruh hidupnya ia lakukan semata-mata karena ibadah dijalan Allah. Maka dari itu penulis merasa perlu mengangkat tokoh dakwah tersebut yakni Aktivitas Dakwah KH Ahmad Rifa’i Arief Melalui Pondok Pesantren Daar El-Qolam Gintung Jayanti Tangerang.
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan
rahmat, taufiq dan hidayah-Nya, serta memberikan daya dan kekuatan sehingga
penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini. Shalawat dan salam semoga tetap
tercurahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW, beserta keluarga, sahabat
dan umatnya hingga akhir zaman.
Dalam penyusunan skripsi ini, tidak sedikit rintangan yang penulis hadapi,
namun penulis tetap semangat dan tidak berputus asa. Karena penulis yakin dan
percaya bahwa Allah akan memudahkan penulis dalam menyelesaikan skripsi ini dan
Alhamdulillah skripsi ini selesai dengan baik.
Terima kasih yang tulus penulis ucapkan kepada pihak-pihak yang telah
membantu, membimbing dan memotivasi penulis, sehingga skripsi ini dapat
terselesaikan dengan baik, oleh karena itu penulis ucapkan terima kasih kepada:
1. Dekan Fakultas Ilmu Dakwah danIlmu Komunikasi Dr. H. Arief Subhan, MA
2. Ketua Jurusan Komunikasi Penyiaran Islam.Drs. Jumroni. M.Si selaku Ketua
Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam, terima kasih atas masukan dan idenya
ketika penulis hendak menyusun skripsi ini.
3. Sekertaris Jurusan Komunikasi Penyiaran Islam, Dra. Umi Musyarrofah, MA.
Selaku dosen pembimbing, yang selalu memotivasi penulis serta dengan sabar
membimbing dan mengarahkan serta memberi masukan kepada penulis dalam
penyusunan skripsi ini.
4. Seluruh dosen dan staf Fakultas Dakwah dan Komunikasi, yang telah
memberikan ilmu dan wawasan kepada penulis selama penulis menuntut ilmu di
UIN Syarief Hidayatullah Jakarta.
5. Orang Tua tercinta, Ayahanda H. Hasan dan Ibunda Hj. Djumenah, yang telah
mencurahkan cinta dan kasih sayangnya,dorongan moral dan spiritual serta
perhatian yang tiada putus-putus sehingga Ananda dapat menyelesaikan kuliah di
UIN Syarief Hidayatullah Jakarta.
6. Seluruh pimpinan Pondok Pesantrten Daar El-Qolam dan para ust dan ustz yang
telah membantu penulis dalam penulisan skripsi ini. Dengan mengizinkan penulis
untuk meneliti di Pondok Pesantren Daar El-Qolam.
7. Kakak-kakakku, (Nurhasanah ( S.Ag), Abdur Rahman, Abdul Rauf (S.H), Abdul
Ghofur , Neneng Hasanih. S.os.I) dan juga adik-adikku (Siti Romlah, Nur Ali,
Halimatussa’diah) yang telah memberikan cinta dan kasih sayang kepada penulis
serta memberikan semangat yang tak putus.
8. Yayangku Abdul Majid yang telah memotivasi dan memberi semangat serta
dorongan bagi penulis dalam menelesaikan skripsi ini.
9. Seluruh Sahabat dan Sahabati PMII KOMFAKDA yang sama-sama berjuang
dikampus. Rekan dan Rekanita PW IPNU dan PW IPPNU
Provinsi DKI Jakarta serta Semua PC IPNU dan PC IPPNU DKI Jakarta. yang
selalu memberi semangat untuk penulis.
10. Seluruh pengurus PW NU DKI Jakarta beserta BANOM NU, Super Family
Consulting, PMPI, Kesbang DKI, ICRP, e’RSOUSE, Piramid,
KPPG Prov DKI Jakarta, APUB. yang selalu memberi Doa dan semangat untuk
penulis.
Demikian ucapan terima kasih yang tulus dari penulis, semoga Allah membalas
segala kebaikan semua pihak yang mendukung penulis sampai selesainya skripsi ini
dengan baik.
Jakarta, 11 Mei 2010
DAFTAR ISI
ABSTRAK……………… ………………………………………………………..i
KATA PENGANTAR……………………………………………………………ii
DAFTAR ISI……………………………………………………………………..iv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah …………………………………………..1
B. Pembatasan dan perumusan Masalah……………………………...7
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian……………………………………7
D. Metodologi Penelitian………………………………………..…....8
E. Tinjauan Pustaka…………………………………..……………..10
F. Sistematika Penulisan…………………………..………………...10
BAB II LANDASAN TEORI
A. Pengertian dan Ruang Lingkup Dakwah
1. Pengertian Dakwah Secara Umum……………………...……12
2. Tugas dan Fungsi Dakwah…………………………………...14
B. Pengertian Aktifitas
1. Pengertian Aktifitas………………………………………..…15
2. Bentuk Aktifitas Dakwa…………...........................................16
C. Pesantren
1. Pengertian Pondok Pesantren……………………………….20
2. Sejarah Pesantren…………....................................................23
3. Fungsi Pondok Pesantren……………....................................25
4. Bentuk-Bentuk Pondok Pesantren..…………………………26
BAB III PROFIL KH AHMAD RIFA’I ARIEF DAN PONDOK
PESANTREN DAAR EL-QOLAM
A. Profil KH Ahmad Rifa’i Arief…………………………...........28
B. Riwayat Pendidikan……………………….……………..........29
C. Sejarah Singkat Pon –pes Daar El-Qolam ……..……….........31
1. Visi Ponpes Daar El-Qolam…………………….……......32
2. Misi Ponpes Daar El-Qolam……………….…….……....33
3. Panca jiwa Ponpes Daar El-Qolam………………………33
4. Motto Pon-pes Daar El-Qolam…………………………...35
5. Ponpes Daar El-Qolam Mulai Berbenah…………………36
D. Landasan Filosofis Pon-pes Daar El-Qolam…………......……37
BAB IV BENTUK-BENTUK AKTIFITAS DAKWAH K.H AHMAD RIFA’I
ARIEF …………………………………………………..39
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan……………………………..……………………..49
B. Saran-Saran…………………………………………..……….50
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Dakwah pada hakikatnya adalah mengajak manusia kepada kebaikan,
kepada kedamaian, juga kepada kesalehan baik secara individual maupun sosial.
Dakwah bukan hanya merumuskan untuk kebahagiaan di akhirat saja, akan tetapi
juga demi kebahagiaan di dunia. Banyak ayat Al-Qur’an yang memerintahkan
manusia untuk menjadi lebih baik, berlaku adil dan penuh kesinambungan
khususnya dalam berdakwah. Diantaranya firman Allah SWT:
Artinya: Dan siapakah yang lebih baik perkataanya dari pada orang yang menyeru kepada Allah dan berbuat baik berkata:”sesungguhnya aku ini golongan orang-orang yang berserah diri”. (Fush-Shilat:33).1
Di dalam bukunya Nurcholish Madjid mengatakan, Seorang filosof
Muslim dari Swiss, Frithjof Schuan (Muhammad Isa Nuruddin), menggolongkan
Nabi Muhammad Saw bersama Nabi Ibrahim dan Nabi Musa. Mereka adalah
Nabi-nabi yang mengajarkan tentang Tuhan Yang Maha Esa dan pendekatan
kepada-Nya melalui amal perbuatan yang baik, sehingga ajaran mereka disebut
ethical monotheism.2
1 .Moh.Rifa’I dan Rosihin Abdul Ghoni,Alqur’an dan Terjemahan ( Semarang: CV.Wicaksana
), h.430 2 Nurcholish Madjid, Islam Doktrin dan Peradaban; Sebuah Telaah Kritis tentang Masalah
Keimanan, Kemanusiaan dan Kemodernan, Yayasan Wakaf Paramadina, Jakarta, 2000, cet.ke-4, h.597.
Ajaran Islam mempunyai ajaran yang benar, sebagaimana yang tercantum
dalam kitab suci Al-Qur’an dan sebagai pemeluknya bukan hanya diperintahkan
mengaktualisasikan dalam kepribadian sendiri. Dalam kehidupan manusia tidak lepas
dengan kegiatan berkomunikasi karena setiap manusia membutuhkan hubungan
sosial dengan orang lain. Karena manusia tersenyum, melambaikan tangan,
menganggukan kepala maka hal itu manusia telah berperilaku dan perilaku tersebut
merupakan pesan-pesan untuk mengkomunikasikan sesuatu kepada orang lain.3
Manusia sejak lahir ke muka bumi ini sudah berkomunikasi dengan
lingkungannya, gerakan dan tangisan yang pertama pada saat ini dilahirkan adalah
suatu tanda komunikasi. Secara etimologis, komunikasi berasal dari bahasa inggris
ialah “Communication: atau Communis” yang berarti “sama” atau “sama maknanya”
atau pengertian “bersama” dengan maksud untuk mengubah pikiran, sikap, perilaku,
penerima, dan melaksanakan apa yang diinginkan komunikator.4
Selain itu juga Islam adalah agama dakwah, maka dari itu agama Islam yang
selalu mendorong umatnya untuk selalu aktif melakukan kegiatan dakwah, baik yang
dilakukan secara perorangan ataupun kelompok. Oleh karena itu kemajuan dan
kemunduran umat Islam sangat erat dilakukan untuk kegiatan dakwah yang dilakukan
oleh pemeluknya. Usaha yang dilakukan untuk menyebarluaskan Islam, begitu pula
untuk merealisasi ajaran Islam ditengah tengah kehidupan manusia adalah merupakan
3 Dedy Mulyana, Komunikasi Antar Budaya : Panduan Berkomunikasi dengan Orang-Orang
berbeda Budaya (Bandung : PT. Remaja Rosdakarya, 2001), cet. Vi. H.12 4 Onong Uchjana Effendy, Ilmu Komunikasi, Teori dan Praktek (Bandung : PT. Remaja
Rosdakarya, 2001), cet 14, h. 1
usaha dakwah yang dalam keadaan bagaimanapun dan di manapun harus
dilaksanakan oleh umat Islam.5
Dakwah sangat penting dan sangat diperlukan oleh manusia. Oleh karena
tanpa adanya Dakwah manusia akan sesat. Berarti hidupnya menjadi tidak teratur dan
kualitas kemanusiannya merosot. Tanpa adanya dakwah manusia akan kehilangan
akhlak, nuraninya tertutup, menjadi egois, rakus, liar, binal, kehilangan moral, akan
saling menindas, saling memakan dan saling memeras. Tanpa adanya dakwah atau
karena lemahnya dakwah maka manusia akan melakukan kerusakan dimana-mana.
Sumber daya alam akan dipergunakan semaunya yang pada gilirannya akan terjadi
kerusakan dan kebangkrutan dimana-mana.6
Firman Allah Swt:
Artinya: Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang mengetahui tentang siapa yang tersesat di jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk.” (An-Nahl: 125)7
Kata ud’u yang diterjemahkan dengan ajakan adalah fi’il amr. Menurut
aturan ushul fiqh, setiap fi’il amr menjadi perintah wajib yang harus dipatuhi atau
5 Amrullah Ahmad, Dakwah Islam dan Transformasi Sosial Budaya (Yogyakarta, PLPM,
1995), cet.ke 1, H.12 6 Sukriyono,”Filsafat Dakwah” dalam Andy Dermawan, dkk, ed., Methodologi Ilmu Dakwah,
LESFI, Yogyakarta, 2002, cet.ke-1. h.14-15 7 Moh.Rifa’I dan Rosihin Abdul Ghoni, Alqur’an dan Terjemahan ( Semarang:
CV.Wicaksana ),h.241
lain-lainnya. Jadi melakukan dakwah Islamiyah itu adalah wajib, karena tidak ada
dalam hal ini dalil-dalil lain yang memalingkan kepada sunah atau ibadah (boleh
dikerjakan atau boleh tidak)
Wajib itu ada dua jenis, yakni wajib aini dan wajib kifa’i. wajib aini
maksudnya setiap orang Islam dewasa tidak ada uzur wajib mengerjakannya, baik
laki-laki maupun perempuan, seperti sholat lima waktu, puasa di bulan Ramadhan
dan lainnya. Sedangkan wajib kifai artinya harus ada seorang di dalam satu tempat
atau kelompok yang mengerjakannya, agar mereka lepas dari perintah itu. Kalau tidak
maka mereka berdosa semuanya seperti sholat jenazah, menyuruh ma’ruf (berbuat
baik), melarang munkar (berbuat jahat) dan lain-lainya. Adapun jenis wajib yang
dimaksud di dalam dakwah Islamiyah ini pada asalnya adalah wajib kifa’I tetapi
harus diingat tentang pertanggungan jawabannya.8
Islam selalu berusaha untuk membuka bagi segenap manusia pintu
pengetahuan selebar-lebarnya sebelum Islam mengajak mereka menjadi kaum yang
beriman. Sehingga, mereka akan menjadi mukmin dengan penuh kesadaran.9
Tujuan hidup ini adalah hanya untuk beribadah kepada Allah Swt,
sebagaimana firman-Nya:
Artinya: “Dana Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah-Ku. Aku tidak menghendaki dari mereka rezeki
8 Ali Abdul Halim Mahmud, Dakwah Fardiyah; Metode Membentuk Pribadi Muslim,
Penerjemah ,As’ad Yasin, Gema Insani Press, Jakarta, cet.ke-1, 1995, h. 4. 9 Muhammad Husain Fadhlullah, Methodologi Dakwah al-Qur’an; Pegangan bagi Para
Aktivis, Penerbit Lentera, Jakarta, Cet.ke-1, 1997, h.143.
dan Aku tidak menghendaki supaya mereka memberi Aku makan. Sesungguhnya Allah Dialah Maha Pemberi Rezeki yang mempunyai kekuatan lagi sangat kokoh” (Adz-Dzaariyaat:56-58)10
Dari ayat diatas manusia diperintahkan dalam hidup ini hanya untuk
menyembah Allah Swt. Itulah tujuan hidup manusia. Bukanlah Allah Swt menerima
sesuatu apa dari penyembahan seorang makhluk kepada-Nya; dan dia tidak
menghendaki pemberian sesuatu apapun juga, Dialah Maha Pemberi; dan segala
makhluk menghajatkan pemberian segala sesuatu dari pada-Nya.
Menyembah Allah Swt, berarti memusatkan penyembahan kepada Allah Swt.
Semata-mata, dengan menjalani dan mengatur segala segi dan aspek kehidupan di
dunia ini, lahir dan batin, sesuai dengan kehendak Illahi, baik sebagai orang
perorangan dalam hubungan dengan khaliq, ataupun sebagai anggota masyarakat
dalam hubungannya dengan sesama manusia.11
Para da’i adalah ahli waris para Nabi apabila mereka telah menunaikan
kewajiban akan memperoleh pahala serta balasan yang baik dari Allah sesuai
keikhlasan mereka dalam berdakwah, seperti dalam surat Al-Maidah ayat 67:
“Artinya: Hai Rasul, sampaikanlah apa yang diturunkan kepadamu dari Tuhanmu. Dan jika tidak kamu kerjakan (apa yang diperintahkan itu, berarti) kamu tidak menyampaikan amanat-Nya. Allah memelihara
10 Moh.Rifa’I dan Rosihin Abdul Ghoni,Alqur’an dan Terjemahan ( Semarang:
CV.Wicaksana ),h. 470. 11 M. Natsir, Fiqhud Da’wah; Jejak Risalah dan Dasar-dasar Dakwah, Yayasan
kesejahteraan Pemuda Islam, Surakarta, Cet.ke-7,1987, h.24.
kamu dari (gangguan) manusia. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang kafir.” (Al-Maidah:67)12
Kegiatan dakwah pada intinya bertujuan agar manusia mendapatkan
kebahagiaan, baik di dunia maupun akhirat. Kegiatan ini merupakan sesuatu yang
sudah dilakukan sepanjang kehidupan manusia yang tidak sempurna, sehingga selalu
membutuhkan petunjuk yang maha sempurna dalam menjalankan kehidupannya.
Berpijak dari uraian diatas peneliti ingin mengadakan penelitian dengan judul
“Aktifitas Dakwah KH.Ahmad Rifa’i Arief melalui Pondok Pesantren Daar El-
Qolam Gintung Jayanti Tangerang”, dengan dasar pemikiran bahwa.
Pertama, apa yang dilakukan KH. Ahmad Rifa’i Arief terlihat secara lebih
jelas merupakan salah satu bagian dari dakwah, menyebarkan seruan Islam dan
meneruskan perjuangan Nabi dalam membangun Islam yang Rahmatan Lil Alamin,
dan beliau adalah sosok seorang yang telah membangun lembaga pendidikan modern
di Banten dengan system yang berbeda, dan turut membangun kualitas manusia
Indonesia agar menjadi berguna bagi kedua orang tua dan lingkungan sekitar.
Kedua, gagasan KH Ahmad Rifa’i Arief tentang kemodernan pondok
pesantren yang mana didalammnya santri putra dan putri dicampur dalam satu ruang
kelas. Dan menganut metode pendidikan dan pengajaran dengan metode yang
berbeda dengan pesantren lainnya yang memisahkan santri putra dan putri dalam
satu kelas.
12 Moh.Rifa’I dan Rosihin Abdul Ghoni,Alqur’an dan Terjemahan ( Semarang:
CV.Wicaksana ),h. 97.
Ketiga, aspek kepemimpinan KH Ahmad Rifa’i Arief yang secara intensif
didampingi oleh ayahandanya, yaitu KH Qashad Mansyur, terpampang dengan sangat
jelas ketika saat-saat awal pendirian daar el-qolam, termasuk soal bagaiman
pesantren ini dipertahankan dan dikembangkan. Upaya jalan tengah yang kreatif
dalam menahkodai daar el-qolam saat-saat tantangan politis dan kultural menerjang
pesantren ini.
Keempat, Perjalanan empat puluh satu tahun Daar el-qolam yang dibangun
diatas dasar kekuatan pemikiran yang maju yang disertai Istiqomah dan perjuangan
yang tak kenal lelah oleh KH Ahmad Rifa’i Arief dalam mengembangkan pesantren
agar dapat menjadi wadah dalam berdakwah.
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah
1. Pembatasan Masalah
Penulis membatasi pembahasan skripsi ini pada aktifitas dakwah KH. Ahmad
Rifa’i Arief melalui pondok pesantren Daar el-qolam Gintung Jayanti Tangerang
(mulai tahun berdiri 1968, sampai dengan tahun wafat 1997), agar penulisan
skripsi ini dapat terfokus maka penulis membatasi pembatasan skripsi ini pada hal
sebagai berikut:
a. Bentuk-bentuk aktifitas dakwah KH Ahmad Rifa’I Arief melalui Pondok
Pesantren Daar el-qolam Gintung Jayanti Tangerang.
2. Perumusan Masalah
Dari pembatasan masalah di atas maka penulis merumuskan masalahnya
sebagai berikut:
a. Bagaiman bentuk-bentuk aktifitas dakwah KH Ahmad Rifa’i Arief melalalui
Pondok Pesantren Daar el-qolam Gintung Jayanti Tangerang.
C. Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian
Adapun tujuannya adalah sebagai berikut:
a. Untuk mengetahui bentuk-bentuk aktifitas dakwah KH Ahmad Rifa’i Arief
melalui Pondok Pesantren Daar el-qolam Gintung Jayanti Tangerang.
Manfaat Penelitian:
1. Segi Akademis.
Kajian tentang Aktifitas Dakwah KH Ahmad Rifa’i Arief melalui pondok
pesantren Daar El-Qolam, belum pernah di teliti, oleh karena itu kajian ini
diharapkan dapat memberikan kajian yang menarik dan dapat memberikan
motivasi bagi para mahasiswa dan masyarakat dalam bidang dakwah.
2. Manfaat Praktis.
Kiranya penelitian ini dapat memberikan wawasan bagi pembaca, praktisi
dakwah, khususnya yang berada di Pondok Pesantren Daar el-qolam Gintung
Jayanti Tanggerang, dalam meningkatkan kualitas Pondok Pesantren melalui
kegiatan dakwah.
3. Manfaat Penulis.
Menambah khazanah ilmu pengetahuan yang tidak didapatkan di bangku
kuliah, hal ini sebagai landasan motifasi bagi penulis sendiri.
D. Metodologi Penelitian
1. Metodelogi dan bentuk Penelitian
Dalam hal ini peneliti lakukan adalah jenis penelitian Kualitatif menurut
Dogdan Taylor Definisi metode kualitatif adalah penelitian prosedur yang
menghasilkan data deskriftif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang
dan perilaku yang diamati.13
Untuk mengumpulkan data bagi penulisan penelitian ini penulis
menggunakan penelitian kepustakaan, yaitu mengumpulkan data dengan cara
mencari melalui karya ilmiah, buku-buku, media massa, majalah, internet dan
lainnya yang memusatkan pada aktifitas dakwah KH.Ahmad Rifa’i Arief melalui
Pondok Pesantren Daar el-qolam Gintung Jayanti Tangerang.
2. Subjek dan Objek Penelitian
a.Subjek Penelitian:
Profil KH Ahmad Rifa’i Arief
b. Objek Penelitian :
Aktifitas dakwah KH.Ahmad Rifa’i Arief melalui Pondok Pesantren Daar
el-qolam Gintung Jayanti Tangerang.
3. Teknik Pengumpulan Data
Berdasarkan pada sumber di atas maka teknik pengumpulan data
menggunakan teknik studi dokumentasi, untuk memperkuat informasi atau
teknik dokumentasi yang disebut sebagai strategi yang digunakan dengan
mengumpulkan data-data yang dilakukan berdasarkan buku-buku, media
13 Lexy .J.Moleong,Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung : PT. Remaja Rosdakarya, 2004)
cet. Xx.h.3
massa, internet yang di peroleh lengkap dan akurat. Tak lupa data lainnya yang
berkaitan dengan objek penelitian.
4. Analisis Data
Analisis data merupakan proses penyederhanaan ke dalam bentuk yang
lebih mudah dan diinterpretasikan.14 Setelah penulis menghimpun data-data
yang dibutuhkan sesuai dengan permasalahan penelitian ini, maka selanjutnya
penulis mengolah atau menganalisis data-data tersebut:
a. Data dan informasi di peroleh melalui wawancara, peneliti memasukan hasil
wawancara tersebut kedalam uraian pembahasan-pembahasan skripsi ini.
b. Data dan Dokumentasi, digunakan sebagai bahan dan kerangka analisis dalam
menimbang dan memperkuat penelitian kedalam skripsi ini.
E. Tinjauan Pustaka
Dalam penyusunan karya ilmiah ini, sebelum penulis mengadakan penelitian
lebih jauh dan kemudian menyusunnya menjadi sebuah karya ilmiah, maka
langkah awal yang penulis tempuh adalah mengkaji terlebih dahulu karya ilmiah
yang mempunyai judul hampir sama dengan yang akan penulis teliti. Sepanjang
pengetahuan penulis, belum ada dalam suatu penelitian skripsi yang meneliti dan
mengkaji secara spesifik tentang aktifitas dakwah KH.Ahmad Rifa’i Arief melalui
Pondok Pesantren Daar el-qolam Gintung Jayanti Tangerang. Adapun maksud dari
tinjauan pustaka ini adalah agar dapat diketahui bahwa apa yang penulis teliti
sekarang tidak sama dengan skripsi-skripsi terdahulu.
14 Masri Singarimbun & Sofian Efendy, Metode Pennelitian Survey, (Jakarta: LP3S,
1989),cet. Ke-1, h. 263.
F. Sistematika Penulisan
Untuk mengetahui gambaran yang jelas tentang hal-hal yang diuraikan
dalam penulisan ini, maka penulis membagi sistematika penyusunan ke dalam
lima bab. Dimana masing-masing bab dibagi kedalam sub-sub sebagai berikut:
BAB I : Pendahuluan, Berisi tentang latar belakang masalah, pembatasan
masalah dan perumusan masalah, tujuan penelitian dan manfaat
penelitian, metodelogi penelitian, tinjauan pustaka dan sistematika
penulisan.
BAB II : Dalam bab kedua ini membahas tentang Landasan Teoritis, Pada bab ini
menguraikan mengenai, Ruang lingkup dakwah, pengertian aktifitas,
pengertian pondok pesantren.
BAB III : Pada bab ini menjelaskan tentang profil KH Ahmad Rifa’i Arief dan
Pondok Pesantren Daar el-qolam, riwayat pendidikan, sejarah singkat
Pon-pes Daar el-qolam, visi Pon-pes Daar el-qolam, misi Pon-pes Daar
el-qolam, motto ponpes Daar el-qolam, Pon-pes Daar el-qolam mulai
berbenah, landasan filosofis Pon-pes Daar el qolam.
BAB VI : Pada bab ini menjelaskan tentang analisis aktifitas dakwah KH Ahmad
Rifa’i Arief melalui Pondok Pesantren Daar el-qolam Gintung Jayanti
Tangerang (mulai tahun berdiri 1968, sampai dengan tahun wafat 1997),
diantaranya Bentuk-bentuk aktifitas dakwah KH Ahmad Rifa’I Arief di
Pondok Pesantren Daar el-qolam Gintung Jayanti Tangerang.
BAB V : Berisi Penutup yang didalamnya dibahas tentang kesimpulan dan saran-
saran, daftar pustaka, dan lampiran.
BAB II
LANDASAN TEORITIS
A. Pengertian dan Ruang lingkup Dakwah
1. Pengertian Dakwah Secara Umum
Menurut bahasa kata dakwah berasal dari bahasa arab yang merupakan bentuk
masdar dari kata kerja Da’aa, Yad’uu, da’watan yang mempunyai arti meyeru,
mengajak dan memanggil.15 Arti kata dakwah dapat dijumpai dalam ayat Al-Qur’an
yang berbunyi:
Artinya:”Dan janganlah kamu nikahi wanita-wanita musyrik, sebelum mereka
beriman. Sesungguhnya wanita budak yang mu'min lebih baik dari wanita musyrik, walaupun dia menarik hatimu. Dan janganlah kamu menikahkan orang-orang musyrik (dengan wanita-wanita mu'min) sebelum mereka beriman. Sesungguhnya budak yang mu'min lebih baik dari orang musyrik walaupun dia menarik hatimu. Mereka mengajak ke neraka, sedang Allah mengajak ke surga dan ampunan dengan izin-Nya. Dan Allah menerangkan ayat-ayat-Nya (perintah-perintah-Nya) kepada manusia supaya mereka mengambil pelajaran.”16
15 Mahmud yunus, Kamus Arab Indonesia, (Jakarta: Yayasan PenyelenggaraPenerjemah/
Penafsiran Al-Qur’an, 1972), h.127 16 Moh.Rifa’I dan Rosihin Abdul Ghoni,Alqur’an dan Terjemahan ( Semarang:
CV.Wicaksana ),h. 33.
Banyak ahli ilmu dakwah memberikan definisi dakwah yang berbeda-beda. Hal
ini terkait dari sudut mana mereka memberikan pandangannya tentang dakwah.
Untuk lebih jelasnya penulis akan kemukakan beberapa definisi menurut para ahli
diantaranya:
1) Dalam Buku Teori dan Praktek Dakwah Islamiyah, H.S.M. Nasarudin Latif memberikan definisi dakwah,” setiap usaha atau aktifitas dengan lisan atau tulisan dan lainnya yang bersifat menyeru, mengajak dan memanggil manusia lainnya untuk beriman dan mentaati Allah SWT, sesuai dengan garis-garis dan sayariat serta akhlak Islamiah.17
2) Menurut M. Qurais Shihab dakwah adalah “seruan atau ajakan kepada keinsafan atau usaha mengubah situasi kepada situasi yang lebih baik dan sempurna baik terhadap pribadi maupun pada masyarakat. Perwujudan dakwah bukan sekedar usaha peningkatan pemahaman keagamaan dan tingkah laku saja, tetapi juga menuju sasaran yang lebih luas, apalagi pada masa sekarang ia harus lebih berperan menuju kepada pelaksanaan ajaran Islam secara lebih menyeluruh dalam berbagai aspek kehidupan”.18
Setelah mengetahui berbagai makna dakwah menurut bahasa, maka penulis
menarik kesimpulan bahwasannya dakwah sebagai suatu kegiatan untuk mengajak
manusia kejalan yang benar dan kejalan yang lurus sesuai perintah Allah SWT untuk
mencapai kebahagiaan dan kesejahteraan bagi umat manusia baik dalam kehidupan
mereka di dunia dan akhirat. Seperti dalam surat An-Nahl ayat 125.
“Artinya: Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan
pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang mengetahui tentang siapa yang
17 Nasruddin Latif, Teori dan Praktik Dakwah Islamiyah, ( Jakarta: Firma Dara, tt), h. 11 18 M.Qurash Shihab,Membumikan Al-Qur’an, (Bandung : Mizan, 1998), cet. Ke-6, h.194
tersesat di jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk.” (An-Nahl: 125)19
Dalam proses upaya mengubah sesuatu kepada situasi lain yang baik sesuai
ajaran agama Islam ataupun proses mengajak manusia ke jalan Allah, mentaati
perintahnya dan menjauhi larangannya. Maka dari proses tersebut dibutuhkan adanya
unsur-unsur dakwah atau komponen-komponen yang terdiri dari, macam-macam
dakwah, subjek dakwah, materi dakwah, media dakwah dan objek dakwah.
Menurut Sayyid Quthub, dakwah berpusat pada dua hal pokok. Pertama.
Memperkenalkan kepada manusia kepada Tuhan mereka yang sebenar-benarnya,
yaitu Allah SWT dan membimbing mereka agar menyembah hanya kepada-Nya.
Dengan perkataan lain, tujuan dakwah yang terpenting, menurut Quthub, adalah
ma’rifat Allah dan Tauhid Allah.
Kedua, dakwah menghendaki agar manusia menjadi Islam, yaitu sikap berserah
diri serta tunduk dan patuh kepada Allah Swt semata. Islam bagi Quthub menjadi
misi semua Nabi dan utusan Allah dan merupakan ajaran inti dari setiap agama yang
benar. Semua Nabi, dari Nabi Ibrahim a.s. hingga Nabi Muhammad Saw yang
membawa misi yang sama, yaitu al-islam.20
2. Tugas dan fungsi Dakwah
Untuk dapat membangun dan mewujudkan sistem Islam dalam kehidupan
manusia yang menjadi esensi dakwah, maka apa yang menjadi tugas dan fungsi dari
dakwah harus ditunaikan dengan baik. Dikehendaki dengan tugas fungsi dakwah
19 Moh.Rifa’I dan Rosihin Abdul Ghoni, Alqur’an dan Terjemahan ( Semarang:
CV.Wicaksana ),h.241 20 Ilyas Ismail, Paradigma Dakwah Sayyid Quthub: Rekontruksi Pemikiran Dakwah
Harakah, h.140-142
disini ialah sesuatu yang harus dilakukan dan meski tidak identik dengan dakwah,
menurut Qutub, ada tiga fungsi dakwah.
Pertama, menyampaikan kebenaran Islam yang kedua adalah melakukan
pembudayaan nilai-nilai Islam dan kontrol sosial dan yang ketiga menumpas
kejahatan melalui jihad fi sabilillah.21
Menurut penulis dalam ketiga fungsi dakwah tersebut adalah pertama
menyampaikan kebenaran Islam adalah setiap manusia berkewajiban untuk
menyebarkan agama Islam dengan benar menurut para Nabi dan Rasul Allah.
Kedua, sebagai umat Islam kita berkewajiban untuk menjalankan perintah Allah
dan menjauhi larangannya dan menuju kebaikan dan menanamkan nilai-nilai islam
disekitar kita.
Ketiga, maksud dari jihad sendiri setiap orang yang mengimani agama Islam
berkewajiban untuk melawan musuh yang ingin menghancurkan Islam. Dan
mengerahkan segala kemampuan dan kesanggupan dengan kata-kata ataupun
perbuatan.
B. Pengertian Aktifitas
1. Pengertian Aktifitas
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, aktifiitas diartikan sebagai segala
bentuk keaktifan dan kegiatan.22
21 Ilyas Ismail, Paradigma Dakwah Sayyid Quthub: Rekontruksi Pemikiran Dakwah Harakah,
hal.165. 22 Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, ( Jakarta: Balai
Pustaka, 1997 ) cet-9, h.20
Kata aktifitas menganut pengertian tentang kegiatan, salah satu kegiatan kerja
yang dilaksanakan di tiap bagian perusahaan.23 Contoh saja dalam kehidupan harian
katifitas berarti menjalankan kegiatan rutinitas sehari-hari, misalnya seorang ibu yang
setiap harinya tidak pernah lepas dari pekerjaan membersihkan rumah.
Menurut ilmu sosiologi aktifitas diartikan sebagai segala bentuk kegiatan yang
ada di masyarakat seperti gotong royong dan kerja sama disebut sebagai aktifitas
sosial baik yang berdasarkan hubungan tetangga atau kekerabatan.24
Dalam kehidupan sehari-hari banyak sekali aktifitas, kegiatan atau kesibukan
yang dilakukan manusia. Namun, berarti atau tidaknya kegiatan tersebut bergantung
pada individiunya masing-masing. Karena, menurut Samuel Soeitoe sebenarnya,
aktifitas bukan hanya sekedar kegiatan. Beliau mengatakan bahwa aktifitas dipandang
sebagai usaha mencapai atau memenuhi Tuhan.25
Dari definisi diatas penulis menyimpulkan bahwa aktifitas adalah keaktifan,
kegiatan, kesibukan atau bisa juga berarti kerja atau salah satu kegiatan kerja yang
dilaksanakan dalam setiap bagian yang tidak terlepas baik yang bersifat individu
ataupun kerja sama atau kelompok.
2. Bentuk Aktifitas Dakwah
Kemajuan Islam saat ini tergantung kepada umatnya, seberapa gencar
melakukan upaya-upaya dakwah dalam segala bentuk aktifitasnya dan bentuk-bentuk
23 Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Edisi ke-3.Balai
Pustaka, Jakarta 2002. h. 23 24 Sojogyo dan Pujiwati Soyogyo “Sosiologi Pesesaan Kumpulan Bacaan ( Yogyakarta,
Gadjah Mada University Press, 1999, cet ke-12 jilid 1.h.28 25 Samuel Soeisoe, Psikologi Pendidikan II., ( Jakarta: PEUI, 1982) h. 52
dakwahnya, maka ada beberapa bentuk aktifitasnya dan bentuk-bentuk dakwahnya,
maka ada beberapa bentuk aktifitas dakwah, antara lain.
a) Aktifitas Dakwah Bil-Lisan:
Allah berfirman dalam Al-Qur’an dengan tegas mengenai hal ini dengan
menitik beratkan kepada Ahsana Kaulan (ucapan yang baik) dan Uswatun Hasanah
(perbuatan baik):
Artinya: Siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orang yang menyeru kepada Allah, mengerjakan amal yang saleh dan berkata: "Sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang berserah diri? ( Al-Fushilaat :33)26
Makna yang terkandung dari ayat di atas, yaitu Allah SWT memerintahkan
kepada segenap orang beriman agar berkata dengan perkataan yang baik dan
mengerjakan amal sholeh.
Adapun yang dimaksud dengan dakwah bi-lisan adalah memanggil, menyeru ke
jalan Tuhan untuk kebahagiaan hidup akhirat, tentunya dengan menggunakan bahasa
sesuai dengan mad’u dalam berdakwah.27
“Sebuah ajakan dakwah dengan menggunakan lisan, antara lain: mengingatkan orang lain jika berbuat salah, baik dalam beribadah maupun perbuatan. Dengan berbicara dalam pergaulanya sehari-hari yang disertai dengan misi agama, yaitu agama Allah dan agama Islam. Menyajikan materi dakwah didepan umum. isi dari materi dakwah tidak terlalu banyak, akan tetapi dapat menarik perhatian khalayak”.28
26 Moh.Rifa’I dan Rosihin Abdul Ghoni, Alqur’an dan Terjemahan ( Semarang:
CV.Wicaksana ),h.433 27 Mustofa Mansur, Teladan di Medan Dakwah , ( Solo : Era Intermedia, 2000), h.42. 28 Rafiudin, Maman Abdul Djaliel, Prinsip dan Strategi Dakwah, ( Jakarta : Pustaka Setia,
1997), h. 58
Dakwah bil-lisan antara lain:
1. Qaulun Ma’rufum ialah dengan berbicara dalam pergaulan sehari-hari yang
disertai dengan misi agama, yaitu agama Islam.
2. Mudzakarah ialah mengingatkan orang lain jika berbuat salah, baik dalam lidah
maupun dalam perbuatan.
3. Nasihatuddin ialah nasehat kepada orang yang telah dilanda problem kehidupan
agar mampu melaksanakan agamanya dengan baik.
4. Majlis Ta’lim dengan menggunakan buku-buku, kitab dan berakhir dengan
dialog atau Tanya jawab.
5. Mujadalah ialah perdebatan dengan menggunakan argumentasi serta alasan dan
diakhiri dengan kesepakatan bersama dengan menarik kesimpulan.29
Dalam penjelasan diatas, maka penulis dapat menarik kesimpulan tentang
dakwah bil-lisan yaitu bahwasannya kegiatan ini bersifat verbal dalam Ilmu
komunikasi yaitu pesan yang dikirimkan seseorang kepada satu atau lebih dari satu
penerima pesan dengan menggunkan kata-kata atau lisan bukan dengan tulisan.
b) Aktifitas Dakwah Bil-Haal
Dakwah yang menggunakan Metode bil-haal merupakan suatu metode dengan
menggunakan kerja nyata. Jika melihat segi kejiwaan manusia sebagai individu sudah
banyak yang terpengaruh terhadap Taklid (ikut-ikutan) baik yang berbentuk positif
maupun negatif, karena Islam sangatlah memberikan perhatian terhadap pemeliharaan
29 Adi Sasono, Solusi Islam atas Problematika Umat Ekonomi; Pendidikan dan Dakwah, (
Jakarta: Gema Insani Press, 19998), h.49.
kerukunan dan ketentraman masyarakat, yaitu dengan meneladani sifat-sifat
Rasulullah.
Allah telah menyampaikan dalam firmannya kepada umat Islam untuk selalu
meneladani Rasulullah.
baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah. (Al-Ahzab: 21).30
Yaitu kata hal menurut bahasa berarti berubah, hal, ikhwal, biasa juga berarti
berpindahan, gerakan (bergerak), berarti perpindahan, gerakan (bergerak), berarti
menunjukkan keadaan (hal keadaan). Menurut Alamsyah Ratu Prawira Negara,
dakwah bil-haal dapat dicontohkan seperti usaha membantu orang jahat untuk
menjadi individu yang tawakal dan penuh taubat atau upaya-upaya untuk mendidik
orang bodoh agar menjadi lebih brilmu.31
Dalam kegiatan dakwah bil-hal tidak terlepas dari lima prinsip yang utama,
kelima prinsip tersebut menurut Husein As-Segaf adalah:
1. Dakwah bil-haal harus menghubungkan ajaran Islam dengan kondisi sosial
budaya atau masyarakat tetentu.
2. Dakwah bil-haal bersifaf pemecahan masalah yang dihadapi umat dalam suatu
wilayah tertentu.
Artinya: Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang
30 Moh.Rifa’I dan Rosihin Abdul Ghoni, Alqur’an dan Terjemahan ( Semarang:
CV.Wicaksana ),h.379 31 Alamsyah Ratu Prawira Negara, Dakwah Bil Hal Menutup Jurang Dhuafa, Jakarta: Panji
Masyarakat NO. 43, 21 Mei 1985, h. 14
3. Dakwah bil-haal harus mampu mendorong dan menggerakkan kemampuan
masyarakat dalam memecahkan masalah dalam masyarakat misalnya dalam
bidang pendidikan, kesehatan, ekonomi dan lain sebagainya.
4. Dakwah bil-haal harus mampu membangkitkan swadaya masyarakat, agar mereka
dapat membangun dirinya, sekaligus dapat membrikan manfaat masyarakat
sekitar.
5. Dakwah bil-haal mampu mendorong semangat kerja keras dan kebersamaan
dalam rangka meningkatkan hubungan kerja sama yang harmonis dan produktif
terutama untuk saling memenuhi kebutuhannya.32
Dari definisi diatas penulis menyimpulkan dakwah bil-hal adalah perilaku atau
perbuatan seseorang terhadap kondisi yang kurang baik kepada yang lebih baik lagi.
Contoh. Memberikan bantuan pada fakir-miskin, janda-janda tua yang tidak mampu
dan anak yatim piatu yang mmbutuhkan pendidikan.
c) Aktifitas Dakwah Bil-Qalam adalah dakwah dengan menggunakan
keterampilan menulis berupa artikel atau naskah yang kemudian dimuat di dalam
majalah atau surat kabar, brosur, bulletin, buku dan sebagainya. Dakwah seperti ini
dapat dimanfaatkan dalam waktu yang lebih lama serta jangkauannya luas, disamping
itu masyarakat atau suatu kelompok dapat mempelajarinya serta memahaminya
sendiri.33
32 Husein As-Segaf, Pembangunan dan Dakwah Bil-Haal, ( Jakarta : Mimbar ulama), no 159,
april 1991, h. 57 33 Adi Sasono, Solusi Islam atas Problematika Umat Ekonomi: Pendidikan dan Dakwah, (
Jakarta : Gema Insani Press, 1998),h. 49
Dari definisi diatas penulis menimpulkan bahwasannya Dakwah Bil Qolam
adalah dakwah yang dilakukan melalui tulisan, dan dakwah ini memerlukan keahlian
dalam bidang menulis, perangkaina kata-kata sehingga penerima dakwah tersebut
akan tertarik untuk membacanya.
C. Pesantren
1. Pengertian Pondok Pesantren
Istilah pesantren biasanya tidak bisa lepas dengan kata panduannya yaitu kata
pondok, sehingga lumrah disebut sebagai pondok pesantren. Kata pondok berasal dari
funduq 34 Yang berarti ruang tidur atau wisma sederhana, karena pondok memang
merupakan tempat penampungan sederhana bagi para pelajar yang jauh dari tempat
asalnya. Sedangkan kata pesantren berasal dari kata santri yang diimbuhi awalan pe-
dan akhiran –an yang berarti menunjukan tempat, maka artinya adalah “tempat para
santri”. Terkadang juga dianggap sebagai gabungan kata sant (manusia baik) dengan
suku kata tra (suka menolong), sehingga kata pesantren dapat berarti “tempat
pendidikan manusia baik-baik”. Pendapat lain mengatakan bahwa pengertian
pesantren diturunkan dari bahasa India shastri yang berarti ilmuan Hindu yang pandai
menulis. Maksudnya, pesantren adalah tempat bagi orang pandai membaca dan
menulis.35
Ada beberapa istilah atau yang ditemukan dan sering digunakan untuk
menunjuk jenis pendidikan Islam tradisional khas Indonesia atau yang lebih terkenal
dengan sebutan pesantren. Hal ini dikaitkan dengan anggapan bahwa pesantren
34 Mahmud Yunus, Kamus Arab-Indonesia, (Jakarta: PT.Hidayakarya Agung jakarta,1989),
h..323 35 Mozaik Pesantren,”Pasang Surut Pesantren Di Panggung Sejarah,” November 2005, h. 7.
dimodifikasi dari pura Hindu. Selain itu ada pula yang mengatakan bahwa kata santri
berasal dari kata ‘cantrik’ 36yaitu orang-orang yang ikut belajar dan mengembara
bersama empu-empu ternama. Ketika diadopsi oleh Islam, maka cantrik yang
kemudian menjadi ‘santri’ adalah orang yang belajar kepada para guru-guru agama,
yang pada masa itu adalah para wali yang khususnya ada di Tanah Jawa.
Pesantren yang merupakan “bapak”dari pendidikan Islam di Indonesia
didirikan karena adanya tuntutan dan kebutuhan zaman. Hal ini bisa dilihat dari
perjalanan sejarah panjang pesantren. Bila dirunut kembali sesungguhnya pesantren
dilahirkan atas kesadaran kewajiban dakwah Islamiyah, yakni menyebarkan dan
mengembangkan ajaran Islam sekaligus mencetak kader-kader ulama atau da’i.37
Menurut Manfred Ziemek, istilah Pondok Pesantren dimaksudkan sebagai
suatu bentuk pendidikan ke-islaman yang melembaga di Indonesia. Kata Pondok
yang berarti kamar, gubuk, ruang kecil, didalam Bahasa Indonesia dipakai untuk
menekankan kesederhanaan bagunan. Mungkin juga Pondok berasal dari kata Arab
yaitu: funduk yang artinya ruang tidur, wisma, hotel sederhana bagi para pelajar yang
dari tempat asalnya.38
Pesantren dalam kamus Besar Bahasa Indonesia berarti asrama, tempat santri
atau murid-murid belajar dan sebagainya.39
Menurut Didin Hafidhuddin, Pondok Pesantren adalah salah satu lembaga
diantara lembaga Iqamatuddin lainnya yang mempunyai dua fungsi utama, yaitu
36 M.Dahlan Al Barby, Kamus ilmiah popular (Yogyakarta: ARLOKA ,1994), h. 86. 37 Hasbullah, Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia (Jakarta :Lembaga Studi Islam dan
Kemasyarakatan LKIS, 1999),h. 138. 38 Manfred Ziemek. Pesantren Perubahan Sosial, ( Jakarta: P3M, 1986), h. 98 39 Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta, 1986),
h.177
fungsi kegiatan pengajaran, pemahaman dan pendalaman ajaran agama Islam dan
fungsi menyampaikan dan mendakwahkan ajaran Islam kepada masyarakat.40
Dari definisi diatas Menurut penulis, Pondok pesantren adalah tempat untuk
belajar secara mendalam ilmu agama Islam, dimana didalamnya diajarkan kitab-kitab
klasik atau biasa disebut kitab kuning dan ilmu agama lainnya untuk bekal didunia
maupun diakhirat dan mengamalkan ajaran Islam dengan menekankan pentingnya
moral keagamaan sebagi pedoman perilaku sehari-hari. Dan pesantren adalah sebuah
lembaga pendidikan agama Islam dimana para santri dan kyai dan para ust ust tinggal
bersama dalam satu lingkungan asrama. Dan para santri diajarkan untuk
mengamalkan ilmunya dalam kehidupan sehari-hari.
2. Sejarah Pesantren
Sejak awal kelahirannya, pesantren tumbuh, berkembang, dan tersebar di
berbagai pedesaan. Keberadaan pesantren sebagai lembaga keislaman yang sangat
kental dengan karakteristik Indonesia ini memiliki nilai-nilai strategis dalam
pengembangan masyarakat Indonesia. Realitas menunjukkan, pada satu sisi, sebagian
besar penduduk Indonesia terdiri dari umat Islam, dan pada sisi lain, mayoritas dari
mereka tinggal di pedesaan.
Berdasarkan realitas tersebut, pesantren sampai saat ini memiliki pengaruh
cukup kuat pada hampir seluruh aspek kehidupan di kalangan masyarakat muslim
pedesaan yang taat. Kuatnya pengaruh pesantren tersebut membuat setiap
40 Didin Hafidhuddin, dakwah Aktual, ( Jakarta : Gema Islami, 1998), cet ke-1, h. 120
pengembangan pemikiran dan interpretasi keagamaan yang berasal dari luar kaum elit
pesantren tidak akan memiliki dampak signifikan terhadap way of life dan sikap
masyarakat Islam di daerah pedesaan.41
Kenyataan ini menunjukan bahwa setiap upaya yang ditunjukan untuk
pengembangan masyarakat, terutama di daerah-daerah pedesaan, perlu melibatkan
dunia pesantren. Secara substansial, pesantren merupakan institusi keagamaan yang
tidak mungkin bisa dilepaskan dari masyarakat, khususnya masyarakat pedesaan.
Lembaga ini tumbuh dan berkembang dari dan untuk masyarakat dengan
memposisikan dirinya sebagai bagian masyarakat dalam pengertiannya yang
transpormatif. Dalam konteks ini, pendidikan pesantren pada dasarnya merupakan
pendidikan yang sarat dengan nuansa tranformasi sosial. Pesantren berikhtiar
meletakkan visi dan kiprahnya dalam kerangka pengabdian sosial yang pada mulanya
ditekankan kepada pembentukan moral keagamaan dan kemudian dikembangkan
kepada rintisan-rintisan pengembangan yang lebih sistematis dan terpadu.42
Sejarah pondok pesantren merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari
sejarah pertumbuhan masyarakat Indonesia. Hal itu dapat dibuktikan bahwa sejak
awal kurun kerajaan Islam pertama di Aceh dalam abad-abad pertama Hijriyah,
kemudian di kurun Wali Songo samapi permulaan abad 20 banyak para wali dan
ulama yang menjadi cikal bakal desa baru.43
41 Abd A’la,Pembaharuan Pesantren ,( Yogyakarta, Pustaka Pesantren Mei 2006).h. 2 42 Ibid,.h. 4 43 Marwan Saidjo, Sejarah Pondok Pesantren di Indonesia (Jakarta: Dharma Bhakti, 1982), h.
7.
Pada dasarnay pesantren adalah sebuah institusi budaya yang berkembang
menjadi lembaga sosial yang pada kadar tertentu memiliki pengaruh politik yang
cukup besar. Karena itu, untuk mengkaji pesantren lebih komprehensif, maka
pertama-tama ia harus dilihat sebagai institusi budaya.
Sementara itu, telaah terhadap pergumulan pesantren dengan persoalan
budaya tidak akan memadai tanpa melihat pertemuan antara tradisi zawiyah
(lingkungan pengajian Islam) yang berkembang di Tanah Suci dan tradisi Padepokan
(perguruan Hindu-Budha) yang berkembang dinusantara selama berabad-abad.
Pertemuan antara dua budaya yang berbeda itu merupakan paduan antara
subtansi zawiyah yang bermuatan ajaran Islam dan struktur serta metode padepokan
yang telah mengakar di masyarakat Nusantara.
Pertemuan itu tidak hanya mempertemukan format dengan isi yang
berlangsung searah, tetapi keduanya saling mengisi. Karakteristik itulah yang
menyebabkan tradisi pesantren selalu terbuka secara selektif terhadap kebudayaan
lain.
Islam Nusantara yang digerakan oleh sufi yang berbasis di pesantren. Pada
umumnya para sufi tersebut berprofesi sebagai pedagang.44
Dalam tradisi sunni Asy’ariyah, madzhab teologi yang merupakan madzhab
teologi dominan di Nusantara45 yang digerakkan dari pesantren tradisional dikenal
sebagai teologi dialektis, yang tidak hanya memadukan antara doktrin (wahyu) dan
44 Ahmad Muhdlor,dkk,Sejarah Dakwah Islamiyah Sunan Giri (Gresik Lembaga Riset
Pesantren Luhur Islam,1973),h..122-1223. 45 Zamakhsyari Dhofier,Tradisi Pesantren, Studi tentang Pandangan Hidup Kiai
(Jakarta:LP3ES,1982),h .149.
rasio (akal), tetapi juga selalu berupaya memadukan antara doktrin dan tradisi.
Perinsip teologis seperti inilah yang dikembangkan pesantren dalam mengembangkan
ajaran Islam, sehingga apresiasi dunia pesantren terhadap nilai-adat dan tradisi
setempat memiliki landasan teologis yang kuat.
3. Fungsi Pondok Pesantren
Pondok pesantren berfungsi sebagai lembaga sosial, juga berfungsi sebagai
pusat penyiaran agama Islam yang mengandung kekuatan resistensi terhadap dampak
modernisasi sebagaimana telah diperankan pada masa lalu dalam menentang
penetrasi kolonisme walaupun dengan cara” Uzla” atau menutup diri.46
Fungsi lainnya menurut penulis yaitu pondok pesantren berfungsi sebagai
tempat untuk menuntut ilmu pengetahuan dalam bidang ilmu agama dan ilmu umum,
dan dipesantren diajarkan untuk hidup disiplin dalam kehidupan sehari-hari. Mulai
dari bangun tidur, ibadah, bahasa, belajar sampai tidur kembali dengan disiplin waktu
dam disiplin ilmu.
4. Bentuk-Bentuk Pondok Pesantren
Pesantren sebagai lembaga pendidikan dikelompokan dalam dua bentuk.
pembentukan ini berdasarkan karakteristik pengajaran dan penyampaian yang
dilakukan oleh pesantren tersebut. Secara garis besar Pesantren dibedakan menjadi
dua yaitu:
a. Pesantren Tradisional
46 M. Dawan Raharjo, Perkembangan Masyarakat dalam Perspektif Pesantren” Dalam
Pergulatan Dunia, 1985, h.7
Pesantren tradisional adalah pesantren yang masih kuat memegang pola
tradisional dari segi penyampaian dan pengajaran nilai-nilai Islam. Ciri pesantren ini
adalah kitab-kitab yang dipelajari masih dengan cara atau sistem sorongan,
bandongan maupun weton.47
Menurut penulis, pesantren tradisional adalah kemutlakan seorang kyai
sebagai pemegang kekuasaan dan penentu suatu keputusan, pesantren ini biasanya
dilihat dari sisi manajemen adalah manajemen keluarga.
b. Pesantren Modern
Pesantren Modern adalah pesantren yang menggunakan sistem modern (baru)
dari segi penyampaian dan pengajaran materinya. 48
Adapun cirri-ciri pesantren modern ini adalah:
1. Memakai cara diskusi atau Tanya jawab dalam penyampaian materinya.
2. Adanya pendidikan kemasyarakatan, segenap pelajar berlatih memperhatikan dan
mengajarkan hal-hal yang nantinya akan dijumpai oleh pelajar dimasyarakat.
3. Diberi pelajaran kebebasan sebesar mungkin akan tetapi ia dididik untuk hidup
bertanggung jawab.
4. Adanya organisasi pelajar yang beranggung jawab atas segala sesuatu dengan
kehidupan dan kegiatan sehari-hari, tata tertib, disiplin dan masing-masing dapat
menyatakan pendapat dan melakukan kegiatan kesiswaan yang terkait dengan
pendidikan dan pengajaran.49
47 Masdar F, Mas’udi, Direktori Pesantren ,( Jakarta: P3M, 1980), H. 76 48 Ensiklopedia Islam, Jakarta: DEPAG, 1992, h. 928 49 Masdar F, Mas’udi, Direktori Pesantren, ( Jakarta: P3M, 1980), h. 80
Menurut Penulis, pesantren modern dengan adanya disiplin keilmuan dan
disiplin sistem yang ada dan telah disusun oleh tim penyusun disiplin, dan biasanya
jika terjadi pelanggaran adanya sangsi untuk santri yang melakukan pelanggaran,
dalam bidang agama, bahasa dan lain sebagainya.
BAB III
PROFIL KH AHMAD RIFA’I ARIEF DAN PONDOK PESANTREN DAAR
EL-QOLAM
A. Profil KH Ahmad Rifa’i Arief
Ahmad Rifa’i Arief adalah sulung dari H.Qasad Mansyur bin Markai
Mansyur dan Hj. Hindun Masthufah binti Rubama. Ia lahir pada tanggal 30
Desember 1942. Ayahnya merupakan seorang guru agama pada Madrasah
Ibtidaiyah Masyariqul Anwar, yang terletak dikampung Pasir Gintung, Balaraja.
Oleh sebab itulah Rifa’i dibesarkan dalam lingkungan yang taat dan sarat dengan
nilai-nilai agama.
Sejak kecil, kedua orang tuanya memanggil Rifa’i dengan panggilan
kesayangan yaitu “lilip”. Sampai beliau dewasa, orang-orang sekitar kampung
lebih mengenal nama “lilip”. Ia memiliki tiga orang adik laki-laki serta empat
orang adik perempuan. Nama ketujuh adik beliau adalah: Umrah, Dhofiah,
Farihah, Huwaenah, Ahmad Syahiduddin, Nahrul Ilmi dan Odhi Rosikhuddin.
Dimata adik-adiknya Rifa’i adalah sosok yang pendiam dan menjadi teladan
bagi adik-adiknya, karenanya beliau sangat disayangi dan dihormati oleh mereka.
1
KH Ahmad Rifa’i Arief adalah salah seorang ulama dan kyai muda di
Banten. Seorang tokoh yang berfikiran maju, kiprahnya dalam membangun
pondok pesantren dikagumi banyak orang. Meskipun pribadinya tidak mau
diekspos wartawan, banyak para tokoh masyarakat mulai dari akademisi,
cendikiawan muslim, birokrat sipil dan kalangan TNI yang dekat dengannya.
Terlebih ulama yang pada awalnya belum memahami jalan fikirannya mulai
membenarkan jejak langkahnya dalam hal membangun pondasi, sistem
pengajaran, dan kurikulum yang memiliki visi ke depan. Tanpa menapikan ulama
terdahulu.
KH Ahmad Rifa’i Arief dipanggil menghadap keharibaan-Nya dalam usia
55 Tahun tepatnya pada tanggal 15 Juni 1997 M. Ia meninggalkan satu orang istri
yaitu Hj Nenah Hasanah dan meninggalkan tiga orang anak laki-laki dan tiga
orang anak perempuan.
Kepergian KH Ahmad Rifa’i Arief, dirasakan keluarganya dan sahabat serta
para santrinya terlalu cepat. Ia pergi meninggalkan nama besar dengan keharuman
karya-karyanya dalam bidang dakwah, dalam bentuk lembaga pendidikan
modern yang berkualitas serta menjawab tantangan zaman.
B. Riwayat Pendidikan
Perjalanan pendidikan Rifa’i dimulai dengan pendidikan peringkat dasar
yang disebut “Sekolah Rakyat (SR)” di kampung Sumur Bandung, Balaraja
Tangerang. Di sekolah tersebut Rifa’i hanya belajar tiga tahun, dikarnakan
ayahnya memindahkan pendidikannya ke Madrasah Masyariqul Anwar di
Caringin, yang juga merupakan tempat ayahnya belajar.
Alasan ayahnya agar Rifa’i lebih banyak memperoleh pengetahuan agama,
selain itu agar anaknya dapat belajar mengaji Al-Qur’an kepada KH Syihabudin
Makmun yang masih saudara ayahnya.
Setelah tamat Madrasah Masyariqul Anwar pada tahun 1958, ayahnya
menghendaki Rifa’i belajar pada insitusi pendidikan Islam yang bercorak modern,
Di Banten, sebenarnya banyak berdiri pondok-pondok pesantren, tetapi pondok-
pondok tersebut menganut sistem pondok pesantren tradisional. Oleh sebab itu
Qasad Mansur memilih “Pondok Modern Darussalam Gontor”, Ponorogo, Jawa
Timur, salah satu pondok modern yang terkenal. Pondok ini mempunyai sistem
klasikal, disamping mempelajari ilmu-ilmu agama juga mengajarkan pengetahuan
umum dan bahasa asing seperti Bahasa Arab dan Bahasa Inggris.
Lebih dari pada itu Pondok Gontor juga mengajarkan disiplin hidup kepada
santri-santrinya. Pengetahuan tentang Gontor diperoleh ayahnya Qasad Mansyur
dari saudaranya, ja’far Hadi. Awalnya, keinginan Qasad Mansyur untuk
membawa Rifa’i ke Gontor tidak disetujui oleh keluarganya yang lain, dengan
alasan jauh. Dengana keinginan yang kuat Qasad Mansyur bersama Rifa’i
berangkat menuju Pondok Pesantren Gontor pada tahun 1958.
Di Gontor, Rifa’i diterima dikelas satu dari kelas enam yang wajib
dilaluinya. Ia duduk di kelas satu B. dalam pandangan guru-guru dan rekan-
rekannya, Rifa’i dikenal santri yang rajin dan pandai berpidato. Tulisannya bagus,
baik tulisan dalam Bahasa Indonesia ataupun Bahasa Arab. Sejak sekolah, sudah
terlihat jiwa kepemimpinannya meskipun beliau sering mengalami sakit.
Di Gontor Rifa’i di pandang sebagai murid yang pandai dan cerdas. Sifat-
sifat itulah yang mengantarkannya menjadi ketua organisasi pelajar pondok
Gontor yang saat itu masih bernama PII (Pelajar Islam Indonesia). PII adalah
salah satu organisasi pelajar Islam yang berpengaruh diseluruh insitusi pendidikan
Islam di Indonesia.
Selama tujuh tahun menjadi santri Gontor pada tahun 1958 sampai dengan
1965, Rifa’i dilantik menjadi sekertaris Kiainya yaitu KH. Imam Zarkasyi. Tugas
yang dipikulnya cukup berat seperti menjadwalkan kegiatan pimpinan, membuat
konsep-konsep kebijakan pondok, menyunting bahan-bahan ceramah pimpinan,
dan lain sebagainya. Pekerjaan-pekerjaan itulah yang justru menambah wawasan
dan pengalaman Rifa’i dan karenanya ia semakin mendapat kepercayaan dari
kiainya.
Setelah lebih kurang dua tahun mengabdi di almamaternya. Rifa’i
melanjutkan pengajiannya di pondok-pondok tradisional di Jawa Timur. Namun
tidak ada sumber yang pasti tentang di pondok mana dan berapa lama ia tinggal di
sana. Keputusannya untuk keluar dari Gontor dan menyambung pengajiannya
dikarnakan keinginan ayahnya agar kelak ia membina insitusi pendidikan yang
lebih tinggi dari yang telah dibangun oleh ayahnya.
Setelah kembali dari pondok tempat ia belajar kitab kuning, Rifa’i tidak
langsung mendirikan pondok pesantren, Rifa’i meneruskan pelajarannya ke
“Akademi Bahasa Asing: (ABA) di Bandung, dan melanjutkan kuliah di Institut
Agama Islam Negeri (IAIN) Serang, Banten.
C. Sejarah Singkat Pondok Pesantren Daar El-Qolam Gintung Jayanti
Tangerang
Perjalanan pendidikan Rifa’i Arief seperti yang telah diuraikan di atas,
seakan-akan menunjukan persiapan beliau sebelum mendirikan sebuah pondok
pesantren, sebagaimana yang diinginkan ayahnya.
Rifa’i masih ingin belajar, namun beliau berfikir dan segera kembali
kekampungnya, mengingat ayahnya untuk segera mendirikan pondok pesantren.
Pada hari jumat 19 Desember 1967, Qasad Mansyur bersama beberapa tokoh
masyarakat kampung Gintung yang juga merupakan guru pada madrasah
Masyarikul Anwar, seperti Ahmad Syanwani, Sukarta, Johar dan juga Rifa’i.
mereka membincangkan rencana pendirian pondok pesantren. Mereka
membahas sistem dan metode pembelajaran dan pengajarannya kelak setelah
didirikan. Dalam pertemuan itu disepakati bahwa Pondok Gontor sebagai contoh
dan model lembaga pendidikan yang akan didirikannya.
Dalam prakteknya, institusi pendidikan tersebut menggunakan sistem
madrasah dengan nama Madrasah al-Mua’llimin al-Islamiyah (MMI) yang
digabungkan dengan sistem pondok pesantren yang diberi nama Daa El-Qolam.
Setahun kemudian, tepatnya pada hari sabtu 20 Januari 1968, dimulailah
proses belajar mengajar. Pada peringkat awal murid di MMI Daar El-Qolam
berjumlah dua puluh dua orang. Mereka adalah adik-adik Rifa’i dan beberapa
masyarakat sekitar kampung Gintung yang telah menyelesaikan pendidikan di
Madrasah Masyarikul Anwar (MMA). Adapun tempat belajar mereka ialah
bekas dapur tua milik neneknya, Hj Pengki.
1. Visi Ponpes Daar El-Qolam
Mendidik dan mengajar masyarakat dengan qalam dan cahaya ilmu untuk
membentuk komunitas berberadaban dan memindahkan kehidupan kota yang
maju ke desa yang selalu tertinggal. Artinya membentuk kota dalam desa.
2. Misi Ponpes Daar El-Qolam
a. Mempersiapkan kader-kader muslim masa depan yang rasikhun fil-ilmi,
mempunyai jiwa perjuangan, iman dan ketaqwaan.
b. Menggabungkan kurikulum pondok modern dengan kurikulum Pemerintah
(Departemen Agama) dalam rangka memberi kesempatan santri untuk dapat
berkiprah lebih luas.
c. Memperluas medan juang santri meliputi seluruh aspek kehidupan dengan
bekal Iman, Islam dan Ikhsan.
d. Meningkatkan kemampuan tenaga pendidikan, secara metodik dan didaktik,
serta penguasaan disiplin ilmu sesuai bidangnya.
e. Mengutamakan pendidikan mental di atas hal yang bersifat kongnitif dan
phsikomotorik.
3. Panca jiwa Ponpes Daar El-Qolam
a. Keikhlasan
Sikap dan perilaku iklas adalah prinsip yang harus dimiliki oleh setiap
orang yang terlibat dalam oprasional Pesantren Daar el Qolam. Karena itu,
dalam menjalankan apa pun yang berhubungan dengan pesantren mesti
dilakukan dengan penuh ketulusan. Orang yang memiliki keiklasan adalah
orang yang berhenti tulus karena Allah SWT serta memiliki keyakinan yang
benar, baik dan bermaslahat. Karena itu, keikhlasan adalah sikap yang bisa
mengikis niat-niat pribadi yang tidak baik.
b. Kesederhanaan
Bagi kyai Rifa’I kesederhanaan tidak bisa diukur secara kuantitas.
Kesederhanaan adalah sikap dan perilaku yang didasarkan pada kebutuhan,
bukan pada keinginan.
c. Berdikari
Prinsip berdikari adalah berjuang dengan kemampuan sendiri, tanpa
bergantung kepada kemampuan orang lain, termasuk kepada orang terdekat
semisal orang tua. Dengan kata lain, setiap orang yang tergabung di pesantren
dituntut untuk mandiri alias independen.
d. Ukhuwah Islamiyah
Semangat persaudaraan, lebih-lebih terhadap sesama kaum beriman
adalah spririt yang keempat yang mesti dimiliki oleh seluruh orang-orang
yang tergabung dalam keluarga besar Pesantren Daar el qolam.
e. Kebebasan
Spirit terakhir adalah kebebasan. Kebebasan merupakan barang
berharga yang telah diakruniakan oleh Allah kepada setiap manusia.
Tanggungjawab menjadi penting karena adanya kebebasan. Karena hanya
orang yang memiliki kebebasan yang bisa dituntut untuk bertanggungjawab.50
50 Muhammad Wahyuni Nafis, “Pesantren Daar El Qolam menjawab Tantangan Zaman”
diterbitkan daar el-qolam press.gintung jayanti tanggerang cet-1. H.159-162
4. Motto Pon-pes Daar El-Qolam
a. Berbudi Luhur
Tujuan pendidikan Daar el Qolam yang pertama ini jelas berkaitan
dengan akhlaq dan perilaku seorang santri. Karena itu, seorang santri yang
berbudi luhur ia sudah mampu mengendalikan berbagai keinginan dirinya
yang cenderung mengajak kepada keburukan dan kerusakan.
b. Berbadan Sehat
Tujuan kedua pendidikan Pesantren Daar El Qolam adalah berbadan
sehat, berbicara soal berbadan sehat sebenarnya tidak terlepas dari aspek
mental dan spiritual.
c. Berpengetahuan Luas
Jaminan keunggulan dan superioritas adalah janji Allah dalam Al
Qur’an yang akan diberikan kepada orang-orang yang beriman dan berilmu
pengetahuan. Seperti tertera dalam (QS. Al-Mujadalah /58: 11).
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, apabila dikatakan kepadamu: "Berlapang-lapanglah dalam majelis", maka lapangkanlah, niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan: "Berdirilah kamu, maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan
Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan”. (QS. Al-Mujadalah /58: 11).51
d. Berfikiran Bebas
Tujuan Pendidikan Daar el-Qolam yang terakhir ini memang sangat
berkaitan dengan tujuan-tujuan sebelumnya, terutama tujuan yang ada di
atasnya langsung, yaitu berpengetahuan luas, berfikir bebas artinya berfikir
tentang sesuatu secra benar berdasarkan pengetahuan luas yang dimilikinya
dengan tetap mengedepankan aspek-aspek akhlaq dan budi luhur.52
5. Ponpes Daar El-Qolam Mulai Berbenah
Kepedulian K.H.Ahmad Rifai’I Arief terhadap pendidikan masyarakat
tidak hanya terbatas pada pendiri pondok pesantren Daar-Qolam, beliau
mendirikan pondok pesantren lain masih berada diwilayah Banten yaitu:
a. Pondok Pesantren La Tansa
Pada tahun 1989 didirikan Pondok Pesantren La Tansa di Cipanas
Lebak yang proses pendidikannya dimulai pada bulan juni dan juli tahun 1999
M. Seiring dengan tuntutan zaman, maka basis formal pondok pesantren ini
adalah SMP dan SMA.
b. Pendidikan Tinggi La Tansa Mashiro
Pada tahun 1990 akhir KH.Ahmad Rifa’I Arief mendirikan
perguruan tinggi setingkat universitas.
51 Moh.Rifa’I dan Rosihin Abdul Ghani, Alquran dan Terjemahan (Semarang: CV.Wicaksana),
h.489. 52 Muhammad Wahyuni Nafis, “Pesantren Daar El Qolam menjawab Tantangan Zaman”
diterbitkan daar el-qolam press.gintung jayanti tanggerang cet-1. h. 143-157
c. Wisata Sakinah La Lahwa.
Pada tahun 1996 KH.Ahmad Rifa’I Arief mendirikan Pesantren
Wisata Sakinah di Pantai Kemuning Citeurep Labuan pandeglang.
D . Landasan Filosofis Pon-pes Daar El-Qolam53
1. “Bacalah dengan menyebut nama Tuhanmu yang mencipta. Dia telah
menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah dan Tuhanmu yang
Termulia. Yang mengajar manusia dengan perantaraan pena (qalam).” Seperti
tertera dalam (QS.Al-Alaq 1-4)
Artinya”1. Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang menciptakan,2. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah.3. Bacalah, dan
anusia)
), mereka
i,
Tuhanmulah Yang Maha Pemurah,4. Yang mengajar (mdengan perantaraan kalam.” (QS.Al-Alaq 1-4)54
2. “Sedangkan orang-orang yang dalam ilmunya (rasikhun fi al-ilmi
berkata kami beriman pada al-Quran, semuanya dari sisi Tuhan kam
tidaklah dapat mengambil pelajaran dari padanya melainkan orang-orang yang
berfikir.” Seperti tertera dalam (QS.Ali Imran. 7)
53 Ibid., h. 82 54 Moh.Rifa’I dan Rosihin Abdul Ghani,Alquran dan Terjemahan (Semarang:CV.Wicaksana),
h.541.
Artinya:”. Dia-lah yang menurunkan Al Kitab (Al Qur'an) kepada kamu. Di
antara (isi) nya ada ayat-ayat yang muhkamaat itulah pokok-pokok isi Al Qur'an dan yang lain (ayat-ayat) mutasyaabihaat. Adapun orang-orang yang dalam hatinya condong kepada kesesatan, maka mereka mengikuti sebagian ayat-ayat yang mutasyabihat untuk menimbulkan fitnah dan untuk mencari-cari ta'wilnya, padahal tidak ada yang mengetahui ta'wilnya melainkan Allah. Dan orang-orang yang mendalam ilmunya berkata: "Kami beriman kepada ayat-ayat yang mutasyabihat, semuanya itu dari sisi Tuhan kami." Dan tidak dapat mengambil pelajaran (daripadanya) melainkan orang-orang yang berakal.” (QS.Ali Imran. 7)55
3. “Tidak sepatutnya bagi orang-orang yang mu’min itu pergi semuanya (ke
medan juang). Mengapa tidak pergi dari tiap-tiap golongan di natara mereka
beberapa orang untuk memperdalam pengetahuan mereka beberapa orang
eri
untuk memperdalam pengetahuan mereka tentang agama dan untuk memb
peringatan kepada kaumnya apabila mereka telah kembali kepadanya, supaya
mereka itu dapat menjaga dirinya.”Seperti tertera dalam (QS.At-Taubah,122)
55 Ibid ,h.45.
Artinya: “Tidak sepatutnya bagi orang-orang yang mu'min itu pergi semuanya (ke medan perang). Mengapa tidak pergi dari tiap-tiap golongan di antara mereka beberapa orang untuk memperdalam pengetahuan mereka tentang agama dan untuk memberi peringatan kepada kaumnya apabila mereka telah kembali kepadanya, supaya mereka itu dapat menjaga dirinya”. (QS.At-Taubah,122)56
56 Ibid.,h.269.
BAB IV
BENTUK-BENTUK AKTIFITAS DAKWAH K.H AHMAD RIFA’I ARIEF
Aktifitas dakwah K.H Ahmad Rifa’i Arief dilakukan dengan berbagai
macam aktifitas; seperti Dakwah bil lisan. Dakwah yang dilakukan melalui
lisan, seperti ceramah. Dakwah bil Qolam, dakwah yang dilakukan dengan
kegiatan tulis-menulis, seperti melalui menulis buku atau kitab-kitab yang
diperlukan oleh Pondok Pesantren Daar El-Qolam. Dakwah bil hal, dakwah
yang dilakukan melalui berbagai kegiatan yang langsung menyentuh kepada
masyarakat ataupun santri, seperti kegiatan bakti sosial, memperingati hari
besar Islam, mendirikan pondok pesantren, mendirikan masjid dan mushola
disekitar pesantren, memberikan santunan kepada anak-anak yang kurang
mampu, memberangkatkan para guru ke tanah suci Makkah Al-Mukarromah,
dan masih banyak lagi.
Berbagai macam aktifitas dakwah KH Ahmad Rifa’i Arief lebih banyak
mengacu pada tiga aktifitas yakni dalam bentuk lisan, Dakwah bil-lisan, yang
berceramah langsung menyentuh para santri, dan undangan-undangan dari
masyarakat. Dakwah bil hal dakwah yang dilakukan melalui berbagai kegiatan
sosial. Dakwah Bil-Qolam, dengan menulis kitab-kitab yang dipakai langsung
oleh santri Pondok Pesantren Daar El-Qolam.
1. Dakwah Bil-Lisan
Dalam bentuk lisan (bil-lisan), selama menjadi guru dan pimpinan Pondok
Pesantren Daar El-Qolam, ia gemar berceramah yakni dengan berceramah
didepan para santrinya sesuai dengan Al-Qur’an dan hadits. Ia sering
mengumpulkan santri-santrinya dimasjid ataupun digedung pertemuan dan
memberikan pengarahan kepada mereka.
Adapun tema-tema yang disampaikan KH Ahmad Rifa’i Arief antara lain
yaitu:
1. Sistem Pendidikan Pondok Pesantren Modern (Alternatif Pendidikan
Manusia Ideal Masa Depan). Tema ini disampaikan dalam acara seminar
sehari di Islamic Centre Serang Banten. pada tanggal 8 Mei 1994, yang
mengadakan acara oleh Yayasan Jam’iyyah Ar-Rahmah Jakarta
bekerjasama dengan Islamic World Committee-Kuwait
2. Penghargaan Masyarakat adalah Ijazah Hakiki (Pesan untuk santri ) .
Tema ini disampaikan pada Khutbah Wada pelepasan santri kelas VI,
kamis 15 Juni 1995 di Ponpes Daar El-Qolam.
3. Minimnya Kesadaran Umat. Tema ini di sampaikan pada Khutbah jum’at
di Masjid Assifa Ponpes Daar El-Qolam.
a. Peringatan hari-hari besar Islam dan undangan Tabligh
Perwujudan Dakwah KH Ahmad Rifa’i Arief menurut
adiknya, bukan sekedar peningkatan pemahaman keagamaan tetapi
menuju kepada pelaksanaan ajaran agama Islam secara menyeluruh
dalam berbagai aspek kehidupan baik, sosial, ekonomi maupun
budaya.
Pada peringatan hari-hari besar Islam K.H Ahmad Rifa’i Arief
biasanya mengisi acara ini dengan berceramah memberi nasihat dan
petuah didepan para santri putra dan putri tentang keagamaan dan
tantangan hidup.57 Beliau juga selalu menyampaikan pesan-pesan
pada acara tersebut dengan materi yang berbeda-beda setiap tahunnya.
Dengan demikian, dapat penulis simpulkan bahwa kegiatan ini
cukup berhasil dalam rangka melaksanakan dakwah Islamiyah yang
dilakukan oleh K.H Ahmad Rifa’I Arief sebagai salah satu upaya
untuk meningkatkan keimanan dan ketaqwaan serta mempererat
Ukhuwah Islamiyah.
b. Pengajian Rutin
Dengan diadakan pengajian rutin menurut Ustz Enah
Huwaenah, KH.Ahmad Rifai’ Arief mempunyai tujuan untuk
meningkatkan keagamaan, yaitu salah satunya dengan mengadakan
pengajian setelah habis sholat subuh beliau mengajarkan kitab-kitab
kepada santri-santrinya, 58 Adapun tujuan dari dakwah KH Ahmad
Rifai Arief menurut Ust Drs. K.H. Odhy Rosihuddin pertama untuk
mendidik generasi muslim yang mampu berdakwah dan
mengembangkan dunia dakwah Kedua Mendidik generasi muslim
yang tanggap terhadap setiap perubahan dan kebutuhan masyarakat
terhadap aktifitas dakwah.
57 Wawancara pribadi dengan ust Odhy Rosihuddin Adik Bungsu K.H Ahmad Rifai Arief,
Gintung jayanti Tangerang, Senin Tanggal 2 November 2009 Pukul : 11:39:14 Wib
58 Wawancara pribadi dengan ustz Enah Huwaenah Adik Kelima K.H Ahmad Rifai Arief,
Gintung jayanti Tangerang, Kamis 11 Juni 2009 pukul 013.Wib
Dari hasil penelitian, penulis dapat menyimpulkan bahwa
kegiatan dakwah KH Ahmad Rifa’i Arief di Pondok Pesantren Daar
El-Qolam selama ini dapat dikatakan berhasil. Keberhasilan seperti ini
tentunya juga karena tidak lepas dari peran Almarhum KH Ahmad
Rifai Arief yang memiliki ilmu dan wawasan yang luas dan mampu
menyampaikan materi dengan baik dan santri dapat dengan mudah
memahaminya. Dan beliau menyeimbangkan dakwahnya kepada
masyarakat sekitar dengan bahasa-bahasa yang dapat masyarakat
fahami.
2. Dakwah Bil-Qalam, adapun dakwah yang dilakukan KH.Ahmad Rifai’Arief
dengan menerbitkan buku-buku keagamaan yang berkaitan dengan
dakwahnya di Pondok Pesantren Daar El-Qolam. Seperti
a. Al-Tafsir Al-Yasir, Buku ini ditulis untuk santri kelas empat dan lima atau
kelas satu dan dua Madrasah Aliyah Pondok Pesantren Daar El-Qolam.
Buku ini menjelaskan tentang pengenalan awal kepada santri tentang
bagaimana menerapkan metode tafsir. Sistematikanya, dengan cara
menyebutkan ayat al-Qur’an, membahas kosa kata yang sulit dengan
sininimnya atau mendefinisikannya. Kemudian membahas tafsirnya (
bayan ) dengan bahasa Arab yang sederhana mudah difahami santri.
b. Al-Qowaid Al –Asasiyah fi Al-Ilmi Al-Aharfi, Buku ini ditulis untuk santri
kelas tiga sampai kelas enam atau kelas tiga madrasah tsanawiyah sampai
dengan kelas tiga madrasah aliyah Pondok Pesantren Daa el-qolam. Buku
ini merupakan kumpulan ta’rif (definisi) dan kaedah ilmu sharaf,
disertakan pula sekelumit sejarahnya dan dilengkapi dengan contoh tashrif
baik secara bahasa ataupun istilah.
c. Taysir Al-Ma’sur fi Fiqhi Al-Mawarits, Buku ini ditulis untuk santri kelas
tiga madrasah tsanawiyah pondok pesantren daar el-qolam. Merupakan
pengenalan awal kaedah-kaedah syar’iyah dan fiqhiyah tentang
pembagian harta warisan. Pembahasan disertai dengan dasar-dasar
hukumnya ( Al-Qur’an dan Hadits), diperjelas dengan teknik
operasionalnya dan dilengkapi dengan contoh-contoh kasusnya.
d. Pedoman Khutbatul Arsy, Buku ini disusun untuk dijadikan pedoman
bagi para santri dari kelas satu sampai dengan kelas enam atau dari kelas
satu madrasah tsanawiyah sampai dengan kelas tiga madrasah aliyah.
Buku ini berisikan pengertian tentang pesantren, sejarah pesantren secara
umum, Motto Pondok, Panca Jiwa Pondok, cara berorganisasi dan cara
hidup di Pondok, agar santri tidak salah niat dan salah sasaran.59
Tak lupa dalam aktifitasnya juga banyak dijumpai dalam bentuk
(bil-hal) yakni dengan kerja nyata yang bersifat, mengajak pada
kebenaran. KH Ahmad Rifa’i Arief telah banyak memberikan kontribusi
dalam memberikan pendidikan keilmuan kepada para santri dan para
masyarakat khususnya di daerah Banten.
3. Dakwah Bil-Hal diantaranya :
59 Wawancara pribadi dengan Odhy Rosihuddin Adik Bungsu K.H Ahmad Rifai Arief,
Gintung jayanti Tangerang, Senin Tanggal 2 November 2009 Pukul : 11:39:14 Wib
Dakwah yang dilakukan melalui berbagai kegiatan yang langsung
menyentuh kepada masyarakat sekitar pesantren sebagai objek dakwah
sebagaiman yang telah di jelaskan di atas, adapun cara dakwah Bil-Haal
yang telah dilakukan oleh K.H. Ahmad Rifai Arief adalah sebagai berikut:
a. Penyembelihan hewan Qurban
Sebagaimana yang difirmankan oleh Alla SWT dalam Al-Qur’an
surat al-Kautsar ayat 1-3 yang berbunyi.
Artinya: “Sesungguhnya Kami telah memberikan kepadamu ni`mat yang banyak. Maka dirikanlah shalat karena Tuhanmu dan berkorbanlah. Sesungguhnya orang-orang yang membenci kamu dialah yang terputus.60
Dengan berqurban diharapkan akan melahirkan rasa solidaritas
yang tinggi dan bertanggung jawab yang besar guna meningkatkan
kepedulian sosial dan berbagai rasa sesama muslim dalam segala macam
kebutuhan dan dalam situasi apapun.
b. Pemberian Zakat
60 Moh.Rifa’I dan Rosihin Abdul Ghani,Alquran dan Terjemahan
(Semarang:CV.Wicaksana), h.541.
Zakat adalah sebagai harta kekayaan yang diambil dari milik
seseorang yang punya dan diberikan sesuai dengan ketentuannya kepada
orang yang behak. Selain itu, zakat merupakan salah satu sendi dari
ajaran Islam.
Aktifitas dakwah Almarhum K.H Ahmad Rifa’i Arief dalam
bidang sosial menurut Ust Drs. K.H. Odhy Rosihuddin melalui Pondok
Pesantren Daar El-Qolam merupakan suatu perwujudan dari kepedulian
beliau terhadap masyarakat yang berada disekitar pesantren atau
masyarakat yang jauh dari pesantren. Beberapa kegiatan sosial yang
dilakukan Almarhum K.H Ahmad Rifa’i Arief adalah seperti
menyalurkan Zakat Fitrah atau Zakat mal kepada mustahik atau orang
yang berhak menerima zakat.
Agama Islam merupakan agama yang universal. Dari hal yang
terkecil sampai besar dibahas dalam agama Islam, salah satunya adalah
membahas tentang perlakuan seorang muslim terhadap anak yatim piatu,
dimana seorang muslim diperintahkan untuk menjaga dan memelihara
-Qur’an QS.
mereka. Sebagaimana Allah SWT diterangkan dalam Al
AL-Mauun ayat 1-7 yang berbunyi:
Artinya: “Tahukah kamu (orang) yang mendustakan agama? Itulah
orang yang menghardik anak yatim, dan tidak menganjurkan memberi makan orang miskin. Maka kecelakaanlah bagi orang-orang yang shalat, (yaitu) orang-orang yang lalai dari shalatnya, orang-orang yang berbuat riya. dan enggan (menolong dengan) barang berguna. (QS.Al-Maun)61
Dalam penggolongan zakat, Almarhum KH Ahmad Rifa’i Arief
turut menyalurkan zakat secara langsung kepada yang berhak
menerimanya. Terutama kepada fakir miskin, anak yatim piatu, ibu-ibu
jompo janda-janda tua yang kurang mamapu yang berada disekitar
lingkungan pondok pesantren Daar El Qolam, Dan Pondok Pesantren
Daar El-Qolam memiliki kepedulian besar terhadap anak-anak yatim
yang ditanggung kebutuhannya setiap bulannya.62
slim, bahkan
n dan berilmu.
c. Melalui lembaga pendidikan
Menuntut ilmu merupakan kewajiban bagi umat mu
Allah SWT akan mengangkat drajat orang-orang berima
Sebagaimana firman Allah dalam surat Al-Mujadalah ayat 11:
61 Moh.Rifa’I dan Rosihin Abdul Ghani, Alquran dan Terjemahan (Semarang: CV.
Wicaksana), h.544.
62 Wawancara pribadi dengan ustz Enah Huwaenah Adik Kelima K.H Ahmad Rifai Arief, Gintung jayanti Tangerang, Kamis 11 Juni 2009 pukul 013.Wib
Artinya: Hai orang-orang yang beriman, apabila dikatakan kepadamu: “Berlapang-lapanglah dalam majelis”, maka lapangkanlah, niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan: "Berdirilah kamu, maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.63
Menurut Ust Drs. K.H. Odhy Rosihuddin K.H Ahmad Rifa’i Arief
didalam Dakwah beliau adalah melalui sistem, sistem kependidikan dan sistem
kepengajaran, itu ada unsur pendidikan Islamnya, contonya dalam bidang
pengajaran beliau mendidik santrinya untuk berpidato, berpidato itu isinya jelas
untuk dakwah Islamiyah. Beliau mendidik mental dan pemantapan isi
materinya, serta penanaman jiwa keiklasan itu bagian dari dakwah.64 Aktifitas
dakwah K.H Ahmad Rifa’i Arief menurut Ust Drs. K.H. Odhy Rosihuddin K.H
Ahmad Rifa’i Arief semasa hidupnya beliau selama ini adalah
mengembangkan Pesantren Daar El-Qolam dalam rangka berdakwah dan syiar
Islam untuk kemaslahatan umat.
Dan menurut Ust Drs. K.H. Odhy Rosihuddin K.H Ahmad Rifa’i Arief
berkata Pondok Pesantren Daar El-Qolam tidak boleh terkenal karena kyainya,
akan tetapi Pondok Pesantren Daar El-Qolam harus terkenal dengan sistem
pendidikan dan pengajarannya.
63 Moh.Rifa’I dan Rosihin Abdul Ghani, Alquran dan Terjemahan (Semarang: CV.
Wicaksana), h.490. 64 Wawancara pribadi dengan Odhy Rosihuddin Adik Bungsu K.H Ahmad Rifai Arief,
Gintung jayanti Tangerang, Senin Tanggal 2 November 2009 Pukul : 11:39:14 Wib
Dari hasil penelitian, penulis dapat menyimpulkan bahwa kegiatan
dakwah KH. Ahmad Rifa’i Arief Melalui Pondok Pesantren Daar El Qolam.
Selama ini dapat dikatakan berhasil. Keberhasilan seperti ini tentunya juga
karena tidak lepas dari dukungan Kedua orang tua beliau serta para keluarga
dan masyarakat sekitar.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan uraian diatas serta sesuai dengan perumusan masalah yang
tealh penulis tetapkan diawal pembahasan skripsi ini, dapat di tarik kesimpulan
sebagai hasil penelitian sebagai berikut:
1. Aktifitas dakwah K.H Ahmad Rifa’i Arief dilakukan dengan berbagai macam
aktifitas; seperti Dakwah bil lisan. Dakwah yang dilakukan melalui lisan,
seperti ceramah. Dakwah bil Qolam, dakwah yang dilakukan dengan kegiatan
tulis-menulis, seperti melalui menulis buku atau kitab-kitab yang diperlukan
oleh Pondok Pesantren Daar El-Qolam. Dakwah bil hal, dakwah yang
dilakukan melalui berbagai kegiatan yang langsung menyentuh kepada
masyarakat ataupun santri, seperti kegiatan bakti sosial, memperingati hari
besar Islam, mendirikan pondok pesantren, mendirikan masjid dan musholah
disekitar pesantren, memberikan santunan kepada anak-anak yang kurang
mampu, memberangkatkan para guru ke tanah suci makkah. Dan masih
banyak lagi. Berbagai macam aktifitas dakwah KH Ahmad Rifa’i Arief lebih
banyak mengacu pada tiga aktifitas yakni dalam bentuk lisan, Dakwah bil-
lisan, yang berceramah langsung menyentuh para santri, dan undangan-
undangan dari masyarakat, Dakwah bil hal dakwah yang dilakukan melalui
berbagai kegiatan sosial. Dakwah Bil-Qolam, dengan menulis kitab-kitab
yang dipakai langsung oleh santri Pondok Pesantren
Daar El-Qolam. yang lebih dominan yaitu dakwah Bil-hal yang dilakukan
KH Ahmad Rifa’i Arief yaitu dengan mendirikan Pondok Pesantren Daar El-
Qolam, Pondok Pesantren Latansa, Pondok Pesantren Lalahwa dan mendirikan
STIE Latansa Mashiro.
B. Saran-Saran
Dari hasil studi penelitian tentang observasi yang telah tertuang dalam
skripsi ini, penulis mengemukakan beberapa saran yang dapat dijadikan masukan
untuk kemajuan Pondok Pesantren Daar El-Qolam dan bagi para santri serta para
masyarakat sekitar. Saran-saran tersebut adalah sebagai berikut:
1. Bagi para penerus almarhum KH Ahmad Rifa’i arief khususnya bagi keluarga
dan santri, semakin aktif untuk menjalankan dakwah di Pondok Pesantren
Daar El-Qolam dan menyampaikan pesan Dakwah untuk kemaslahatan umat
manusia. Dan bagi para Pondok Pesantren lainnya dan para alumni dapat
membantu dalam pelaksanaan dakwah tersebut, sehingga biasa dilakukan
dengan yang lebih efektif.
2. Saat ini umat Islam sedang dihadapkan dengan tantangan zaman yang
semakin kompleks. Oleh karena itu, ada baiknya jika materi dakwah yang
ingin disampikan sesuai dengan problematika hidup yang sedang dihadapi
umat Islam.
3. Diharapkan kepada para kyai, alumni dan santri jika sedang tertimpa masalah
dan cercaan disekitar kita, alangkah baiknya kita mencontoh keteladanan sifat
dan sikap almarhum KH Ahmad Rifa’i Arief yang sanagat bijaksana, ikhlas,
sabar dan Tahawadhu. Jika sedang tertimpa masalah. KH Ahmad Rifai Arief
adalah contoh teladan kyai yang ideal dalam bidang dakwah dan pendidikan
yang sangat diperlukan oleh umat saat ini adapun segala kekurangan yang
beliau miliki, kita kembalikan kepada Allah karena Dia-lah sang penentu
segala sesuatu.
DAFTAR PUSTAKA
A’la, Abdul, Pembaharuan Pesantren. Yogyakarta: Pustaka Pesantren, Mei 2006.
Ahmad, Amrullah, Dakwah Islam dan Transformasi Sosial Budaya. Yogyakarta: PLPM, 1995.
Ahmad, Amrullah, Dakwah Islamiyah dan Perubahan Sosial. Yogyakarta: PL2PM,
1983. Al Barby, M.Dahlan, Kamus Ilmiah Popular. Yogyakarta: ARLOKA ,1994.
Anshari, Endang S., Pokok-pokok Pikiran Tentang Islam. Jakarta: PT Usaha Enterpise, 1976.
As-Segaf, Husein, Pembangunan dan Dakwah Bil-Haal. Jakarta: Mimbar Ulama, no
159, April 1991. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta:
Balai Pustaka, 1997. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta:
1986. Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai
Pustaka, 2002. Dhofier, Zamakhsyari, Tradisi Pesantren, Studi tentang Pandangan Hidup Kiai.
Jakarta: LP3ES,1982. Effendy, Onong Uchjana, Ilmu Komunikasi, Teori dan Praktek. Bandung : PT.
Remaja Rosdakarya, 2001. Ensiklopedia Islam. Jakarta: DEPAG, 1992.
Fadhlullah, Muhammad Husain, Methodologi Dakwah Al-Qur’an; Pegangan bagi Para Aktivis. Jakarta: Penerbit Lentera, Cet.ke-1, 1997.
Hadi, Sutrisno, Metodologi Research. Yogyakarta: Andi Offset, 1989.
Hafidhuddin, Didin, Dakwah Aktual. Jakarta : Gema Islami, 1998, cet ke-1.
Hajir, Muhammad, Metodologi Penelitian. Jakarta : Ghalis Indonesia. 1985,
Hasbullah, Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia. Jakarta: Lembaga Studi Islam dan Kemasyarakatan LKIS, 1999.
Ismail, Ilyas, Paradigma Dakwah Sayyid Quthub: Rekontruksi Pemikiran Dakwah Harakah.
Latif, Nasruddin, Teori dan Praktik Dakwah Islamiyah. Jakarta: Firma Dara, tt.
Madjid, Nurcholish, Islam Doktrin dan Peradaban; Sebuah Telaah Kritis tentang Masalah Keimanan, Kemanusiaan dan Kemodernan. Jakarta: Yayasan Wakaf Paramadina, 2000.
Mahmud, Ali Abdul Halim, Dakwah Fardiyah; Metode Membentuk Pribadi Muslim,
Yasin, As’ad, trj. Jakarta: Gema Insani Press, cet.ke-1, 1995. Mansur, Mustofa, Teladan di Medan Dakwah. Solo: Era Intermedia, 2000.
Mas’udi, Masdar F, Direktori Pesantren. Jakarta: P3M, 1980.
Moleong, Lexy. J. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2004.
Mozaik Pesantren, Pasang Surut Pesantren di Panggung Sejarah. November 2005. Muhdlor, Ahmad, Sejarah Dakwah Islamiyah Sunan Giri. Gresik: Lembaga Riset
Pesantren Luhur Islam,1973. Mulyana, Dedy, Komunikasi Antar Budaya : Panduan Berkomunikasi dengan Orang-
Orang berbeda Budaya. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2001. Mulyana, Dedy, Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Rosdakarya2002,
Munir, M. dan Wahyu Ilahi, Manajemen Dakwah. Jakarta: Rahmat Semesta dan Prenada Media Kencana, 2006.
Nafis, Muhammad Wahyuni, “Pesantren Daar El Qolam menjawab Tantangan
Zaman”. Gintung Jayanti tanggerang: Daar el-qolam Press. Natsir, Muhammad, Fiqhud Da’wah; Jejak Risalah dan Dasar-dasar Dakwah.
Surakarta: Yayasan kesejahteraan Pemuda Islam, Cet.ke-7,1987. Negara, Alamsyah Ratu Prawira, Dakwah Bil Hal Menutup Jurang Dhuafa. Jakarta:
Panji Masyarakat NO. 43, 21 Mei 1985. Rafiudin dan Maman Abdul Djaliel, Prinsip dan Strategi Dakwah. Jakarta: Pustaka
Setia, 1997.
Raharjo, M. Dawan, “Perkembangan Masyarakat dalam Perspektif Pesantren” Dalam Pergulatan Dunia, 1985.
Rifa’i Moh. dan Rosihin Abdul Ghani, Alquran dan Terjemahan. Semarang:
CV.Wicaksana. Rosyad, Drs. H Soleh, M.M. “Kiprah kiyai entrepreneur”Penerbit LPPM La Tansa
Mashiro Rangkasbitung. Saidjo, Marwan, Sejarah Pondok Pesantren di Indonesia. Jakarta: Dharma Bhakti,
1982. Sasono, Adi, Solusi Islam atas Problematika Umat Ekonomi; Pendidikan dan
Dakwah. Jakarta: Gema Insani Press, 1998. Shihab, M.Qurash, Membumikan Al-Qur’an. Bandung: Mizan, 1998, cet. Ke-6, Singarimbun, Masri, & Sofian Efendy, Metode Pennelitian Survey. Jakarta: LP3S,
1989, Soeisoe, Samuel, Psikologi Pendidikan II. Jakarta: PEUI, 1982,
Sojogyo dan Pujiwati Soyogyo “Sosiologi Pesesaan Kumpulan Bacaan. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 1999.
Subagyo, P.Joko, MetodePenelitian Dalam Teori dan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta,
1997. Sudirman, Problematika Dakwah di Indonesia. Jakarta: Pustaka Dakwah Islamiyah
Indonesia, 1972. Sukriyono,”Filsafat Dakwah” dalam Andy Dermawan, dkk, ed., Methodologi Ilmu
Dakwah. Yogyakarta: LESFI 2002. Wawancara Pribadi dengan Ustzh Enah Huwaenah Adik Kelima K.H Ahmad Rifai
Arief, Gintung Jayanti Tangerang, Kamis 11 Juni 2009, Pukul, 13.00 Wib. Wawancara Pribadi dengan Odhy Rosihuddin Adik Bungsu K.H Ahmad Rifai Arief,
Gintung Jayanti Tangerang, Senin, 2 November 2009 Pukul, 11:39:14 Wib. Yunus, Mahmud, Kamus Arab Indonesia. Jakarta: Yayasan Penyelenggara
Penerjemah/Penafsiran Al-Qur’an, 1972. Yunus, Mahmud, Kamus Arab-Indonesia. Jakarta: PT.Hidayakarya Agung
Jakarta,1989.
Ziemek, Manfred, Pesantren Perubahan Sosial. Jakarta: P3M, 1986.
HASIL WAWANCARA
PERTANYAAN
Wawancara pribadi ini dilaksanakan pada:
Hari :
Nama : Dra. Hj.Enah Huwaenah
Jabatan :
Status : Adik Kelima KH.Ahmad Rifai Arief
Tempat :
Pukul :
1. Kapan dan dimana KH. Ahmad Rifai Arief lahir?
2. Siapakah Nama ayah dan ibu KH.Ahmad Rifai Arief?
3. Bagaimana aktivitas dakwah yang dilakukan KH. Ahmad Rifai Arief?
4. Bagaimana Figur atau sosok seorang KH.Ahmad Rifai Arief terhadap
keluarga dan masyarakat sekitar pesantren?
5. Siapakah guru-guru agama KH.Ahmad Rifai Arief?
6. Apa aktivitas KH.Ahmad Rifai Arief dalam bidang pendidikan?
7. Apakah aktivitas KH.Ahmad Rifai Arief dalam bidang sosial?
8. Seperti apa bentuk-bentuk aktifitas dakwah KH Ahmad Rifa’I Arief di
pondok pesantren daar el-qolam?
9. Ust/Ustz dakwah kan terdiri dari tiga macam yaitu Dakwah Bil-Haal,
dakwah Bil-Qolam dan Dakwah Bi-Lisan, Apakah dalam ketiga macam
dakwah ini KH Ahmad Rifa’I Arief telah melakukan dakwah tersebut?
10. Biasanya KH Ahmad Rifa’I Arief melakukan Dakwah Bil-Lisan kemana
saja?dandidampingi oleh siapa?
11. Apa isi materi dari Dakwah Bil-Lisan KH Ahmad Rifa’I Arief ?
12. Apa yang menjadi tujuan KH Ahmad Rifa’I Arief berdakwah diponpes ini?
13. Menurut Ust/Ustz apakah sudah berhasilkah KH Ahmad Rifa’I Arief dalam
dakwahnya terhadap keluarga, santrinya dan warga sekitar?
14. Karya apa saja yang telah ditulis KH Ahmad Rifa’I Arief yang berkaitan
dengan dakwah beliau?
15. Apa yang dilakukan KH Ahmad Rifa’I Arief dalam Dakwah Bil-Haal
terhadap masyarakat sekitar pesantren?
16. Bagaimana pandangan masyarakat terhadap KH Ahmad Rifa’I Arief
dalam mengembangkan dakwah di pondok pesantren daar el-qolam Gintung
Jayanti Tangerang?
17. Hambatan dan tantangan apa yang KH Ahmad Rifa’I Arief hadapi pada
waktu beliau mendirikan pesantren ini?
18. Kenapa KH Ahmad Rifa’I Arief mendirikan pesantren modern bukan
pesantren salafi?
19. Apa alasan KH Ahmad Rifa’I Arief menggabungkan santri putra dan putri
dalam proses belajar?padahal biasanya pesantren lain memisahkan antara
santri putra dan putri dalam satu ruang belajar?
20. Siapakah yang lebih berperan dalam pendirian pesantren ini selain KH
Ahmad Rifa’I Arief?
21. Pelajaran apa yang diambil oleh Ustadz sepeninggalnya KH Ahmad Rifa’I
Arief?
22. Sewaktu KH Ahmad Rifa’I Arief menjadi seorang guru, apakah ia
membedakan antara santri lain dengan anggota keluarganya dalam bidang
ilmu dan disiplin pesantren?
HASIL WAWANCARA
PERTANYAAN Wawancara pribadi ini dilaksanakan pada: Hari : Senin
Nama : Ust Saeful Bahri, M.A.S.i
Jabatan : Direktur Excellent Class Ponpes Daar El-Qolam
Status : Alumni Tahun 1990 dan Guru Bahasa Inggris
Tempat : Di Ruang Direktur Excellent Class Ponpes Daar El-Qolam
Tanggal : 2/11/2009
Pukul : 8:57:44 Wib
Penanya : Ust Alumni tahun berapa?
Penjawab : Saya masuk kepondok pesantren daar el-qolam ini pada tahun
1990- an.
Penanya :Sudah berapa lama Ust mengabdi dipesantren ini?
Penjawab :Saya mengabdi dipesantren ini sudah 13 tahun lamanya sampai
sekarang
Penanya :Kenapa ust tertarik memilih menuntut ilmu dipondok pesantren
ini?sedangkan pada waktu itu banyak pesantren-pesantren
didaerah banten lainnya?
Penjawab :Karna pada waktu itu memang saya asli dari desa pasir gintung
ini.
Penanya :Apa alasan ust mengabdi dipesantren ini?
Penjawab :Alasan saya menabdi dipesantren ini , karna saya banyak belajar
dari Pa KH ahmad rifai arief,untuk mengembangkan ilmu
pengetahuan dalam bidang pendidikan dan sebagai syiar dakwah
untuk kemajuan santri dan pondok pesantren
Penanya :Sosok figure seperti apa KH Ahmad Rifai Arief?
Penjawab :Drs KH Ahmad Rifai Arief adalah sosok kyai dan figur yang
memiliki sifat dan sikap bijaksana.
Penanaya :Apa Pengalaman dan nasehat beliau yang paling anda ingat
sewaktu menjadi santri?
Penjawab :Pada sekitar tahun 1995 beliau pernah mengumpulkan para
musyrif amaliah tadris di Masjid Al-Syifa, untuk mendengarkan
wejangan dan gagasannya dalam rangka membimbing santri
kelas VI. Bagimana cara penyampaian materi pelajaran atau
mengajar yang benar, diantara salah satu tuntunan beliau adalah
bidang bahasa Inggris, yang sementara ini banyak dipegang
saya.’Dalam hal ini adanya tambahan, sebelum menginjak ke
evaliasi (tatbiq), ustad harus membaca ulang materi yang telah
diberikan, meskipun ustad telah membacanya setelah menulisnya
dipapan tulis’kata beliau.dan beliau berkeinginan adanya
tambahan untuk membaca dua kali dengan pertimbangan
sebagai berikut:
1. Dalam pelajaran bahasa inggris perlu adanya kehati-hatian,
pelajaran yang diberikan harus akurat dan benar.
2. sebagai penguat dalam pronounciation (pelafalan kata)
3. penulisan bahasa inggris tidak sama dengan bacaannya, lain
halnya dengan bahasa arab.
4. sebagai penguat dalam tulisan, karena rubanya satu huruf
akan merubah makna.
Penanya :Contoh peranan beliau dalam bidang dakwah sosial dan bidang
pendidikan seperti apa?
Penjawab :Pak kyai rifai sangat konsen dengan pendidikan beliau memiliki
pandangan atau wawasan yang luas dan jauh ke depan. Sebagai
pembaharu pendidikan pesantren di provinsi Banten ini, beliau
adalah penggagas agar pesantren yang ada harus dinamis, maju
dan modern. Alasannya agar masyarakat mau masuk dan belajar
di pesantren. Karena selama ini pesantren ditinggalkan
sebahagian banyak orang karena situasi dan kondisi yang tidak
mendukung.
Penanya :Apa manfaat disiplin ilmu dan disiplin lainnya yang anda
rasakan setelah lulus dari pesantren ini?
Penjawab :manfaatnya sangat banyak sekali, dalam bidang ilmu saya
mampu mengajar bahasa inggris, (kebetulan saya pengajar
bahasa inggris) degan kaidah-kaidah yang telah dijarkan pada
waktu saya menjadi santri.dan disiplin lainnya saya sangat
menghargai waktu. Karna hidup yang kita jalani harus
berdisiplin. Dan belajar untuk berdisiplin karna disiplin itu
manfaatnya tidak hanya sebentar akan tetapi sampai kita
menjalani hidup yang lebih baik.
Penanya :Apakah peraturan atau disiplin pesantren berpengaruh terhadap
perilaku akhlaq santri?
Penjawab :Sangat berpengaruh bagi santri, mereka diajarkan untuk
berdisiplin masuk kelas, makan, tidur, belajar dan beribadah.dan
khususnya bagi akhlaq santri terhadap teman,guru, wali santri
dan warga sekitar pesantren.
Penanya :Pelajaran apa yang diambil oleh ust sepeninggalnya KH Ahmad
rifai arif?
Penjawab :Sosok yang bijaksana dan arif dalam menjalankan sikap.
Foto Wawancara pribadi dengan ustz Enah Huwaenah Adik Kelima K.H Ahmad Rifai Arief, Gintung jayanti Tangerang, Kamis 11 Juni 2009 pukul 013.Wib
Wawancara pribadi dengan ust Saefil Bahri Selaku pengajar dan alumi Pondok Pesantren Daar El Qolam. Pada hari Senin Tanggal 2 November 2009 Pukul
09.00 Wib
Rifai Arief, Gintung jayanti Tangerang, Se er 2009 Pukul :
Wawancara pribadi dengan ust Odhy Rosihuddin Adik Bungsu K.H Ahmad
nin Tanggal 2 Novemb
11:39:14 Wib
Wawancara pribadi dengan ust Babay Selaku pengajar dan alumi Pondok
Pesantren Daar El Qolam. Pada hari Senin Tanggal 2 November 2009 Pukul 10.00 Wib
Lokasi Pondok Pesantren Ecxellence Aktifitas santri putra pada sore hari
Gedung Belajar Santri Ecxellence Class Putri
Kegiatan Olah raga Santri
Gedung Pertemuan Pondok Pesantren Daar El-Qolam Gedung belajar Al-Mansyur Gedung Belajar Bani Sholihhin
anan Aktivitas Sholat santri putri
Harisah / Keam
Ruang Guru Santri yang sedang mudifah / dijenguk
wali santri
Aktifitas Masuk kelas Spanduk paitia Qurban
Aktifitas Sholat santri putra Masjid Fatullah
Kediaman Almarhum KH.Ahmad Rifa’I Arief Kediaman Guru Pesantren
Kediaman Guru Pesantren Saung belajar santri
Denah Lokasi Pondok Pesantren Daar El Qolam
Foto KH Ahmad Rifa’I Arief