akulturasi perkembangan budaya islam
TRANSCRIPT
Akulturasi Perkembangan Budaya Islam
Disusun oleh :
Syifa Fauziah
Dina Novia Agustin
Siti Nurhasanah
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia akulturasi adalah percampuran dua kebudayaan atau lebih yang saling bertemu dan saling mempengaruhi atau proses masuknya pengaruh kebudayaan asing dalam suatu masyarakat.
Dengan demikian masuknya Islam ke Nusantara (Indonesia) dan dalam perkembangan selanjutnya telah terjadi interaksi budaya yang saling mempengaruhi. Namun dalam proses interaksi itu, pada dasarnya kebudayaan setempat yang tradisional masih tetap kuat, sehingga terdapat perpaduan budaya asli (lokal) Indonesia dengan budaya Islam. Perpaduan inilah yang kemudian disebut akulturasi kebudayaan.
Pendahuluan
Seni Bangunan
I. Bentuk Bangunan
Masjid biasanya berbentuk seperti pendopo yang berbentuk bujur sangkar. Selain itu bentuk atap masjid bukan berbentuk kubah melainkan berbentuk tumpang, yaitu atap yang tersusun semakin ke atas semakin kecil. Tingkatan
paling atas berbentuk limas. Jumlah tumpang selalu ganjil (gansal) yaitu 1, 3atau 5.
Puncak atap masjid atau surau biasanya diberi hiasan tambahan kemuncak untuk memberi tekanan akan keruncingannya kemuncak tersebut disebut dengan Mustaka.
Atap Tumpang Masjid Tua Palopo Atap Tumpang Masjid Banten
II. Menara
Menara berfungsi sebagai tempat untuk menyerukan azan. Meskipun menara bukan bagian masjid yang harus ada, namun dalam seni bangunan Islam selalu merupakan bagian tambahan yang memberi keindahan. Seperti halnya menara pada masjid Kudus dan masjid Banten. Menara masjid Kudus terbuat dari terakota yang tersusun seperti candi serta diberi atap tumpang sedangkan menara masjid Banten lebih menyerupai mercusuar seperti pada bangunan-bangunan yang terdapat di Eropa.
Menara Masjid Kudus Menara Masjid Banten
III. Letak Masjid
Penempatan masjid di Indonesia terutama masjid jami’ letaknya sesuai dengan tata letak macapat, yaitu masjid diletakkan disebelah barat alun-alun dekat dengan istana (keraton) yang merupakan simbol tempat bersatunya rakyat dengan rajanya. Misalnya, masjid agung gedhe kauman yang terletak disebelah barat alun-alun dekat dengan keraton Yogyakarta. Ada pula masjid yang dipandang keramat dan dibangun di atas bukit atau di dekat makam. Misalnya, makam sunan giri yang dibangun di dekat masjid Sunan Giri
Masjid Gedhe Kauman Masjid Sunan Giri
I. Bentuk Bangunan
Makam sebagai tempat kediaman yang terakhir diusahakan menjadi tempat yang sesuai untuk orang yang dikubur. Kuburan atau makam biasanya diperkuat dengan bangunan dari batu yang disebut jirat atau kijing. Diatas jirat biasanya dibangun cangkup atau kubah.
Kompleks pemakaman pada masa Islam awal di Indonesia tidak jarang dipengaruhi budaya Hindu-Buddha.
Makam Kyai Tumenggung Soeronegoro
Makam Sunan Sendang Duwur
II. Letak Makam
Makam yang berlokasi di dataran dekat masjid agung atau bekas pusat kota kerajaan atau kesultanan biasanya makam-makam sultan atau raja yang pernah berkuasa disana. Misalnya, makam sultan-sultan Demak di samping masjid agung demak. Sedangkan makam yang berlokasi di dataran lain biasanya makam Sunan dan tokoh masyarakat lainnya. Misalnya, makam Sunan Gunung Jati.
Makam Sultan-Sultan Demak Makam Sunan Gunung Jati
Seni Rupa
Perkembangan seni rupa Islam di Indonesia khususnya seni ukir kurang berkembang hal ini dikarenakan dalam Islam pembuatan ukiran menyerupai manusia maupun binatang dilarang. Tetapi para seniman tidak ragu-ragu mengembangkan seni hias dan seni ukir dengan motif daun-daunan dan bunga-bungaan seperti yang telah dikembangkan sebelumnya, ditambah dengan seni hias huruf arab (kaligrafi). Kemudian muncul kreasi baru, yaitu apabila diharuskan melukis makhluk hidup akan disamarkan dengan berbagai hiasan, sehingga tidak lagi jelas berwujud binatang atau manusia.
Bangunan-bangunan Islam biasanya dihiasi dengan berbagai motif ukiran-ukiran. Misalnya, ukiran pada pintu atau tiang pada bangunan keraton dan masjid, pada gapura atau pintu gerbang, hiasan pada batu nisan, hiasan pada motif batik, hiasan pada keris dan hiasan pada dinding rumah.
I. Batu Nisan
Nisan yaitu bangunan dari batu yang menandai adanya sebuah makam. Nisan bercorak Islam biasanya dipahatkan tulisan Arab kadang juga dihiasi kaligrafi.
Contoh batu nisan bercorak Islam :
- Nisan makam Sultan Malik As-Saleh
- Nisan makam Fatimah binti Maemun
- Nisan makam Sultan Nahrisyah
Seni Rupa
Nisan Sultan Malik As-Saleh Makam Sultan Nahrisyah
Seni Rupa
II. Kaligrafi
Kaligrafi adalah seni melukis indah dengan huruf Arab yang biasanya merupakan rangkaian ayat-ayat suci Al-Qur’an.
Kaligrafi biasanya digunakan untuk menghias ukiran pada pintu atau tiang pada bangunan keraton dan masjid, pada gapura atau pintu gerbang, hiasan pada batu nisan, hiasan pada motif batik, hiasan pada keris dan hiasan pada dinding rumah.
Kaligrafi ada pula yang di bentuk menyerupai wayang, binatang atau tumbuh-tumbuhan.
Ukiran pada Tiang Keraton Ukiran pada Keris
Kaligrafi Arab menyerupai Tumbuhan
Kaligrafi Arab menyerupai hewan
Yuni
Lisda
Mujizat
Yustika
Astriani
Yosua
Fitri
Hasby
Penambahan Materi
Anindya : Apa yang di maksud terakota
Ferry : mengapa melukis mahluk hidup secara nyata tidak di perbolehkan
Hanny : proses akulturasi antara budaya dahulu dengan budaya islam
Kedua
Bella : adakah dampak negatif dari proses akulturasi islam
Rini : asal mula kebudayaan batu nisan
Puspita : mengapa munculnya mesjid mesjid bernuansa hindu budha
Pertanyaan
Berkembangnya Kebudayaan Islam di Kepulauan Indonesia telah menambah khasanah budaya nasional Indonesia, serta ikut memberikan dan menentukan corak kebudayaan bangsa Indonesia.
Akan tetapi karena kebudayaan yang berkembang di Indonesia sudah begitukuat di lingkungan masyarakat maka berkembangannya kebudayaan Islam tidak menggantikan atau memusnahkan kebudayaan yang sudah ada. Dengan demikian terjadi akulturasi antara kebudayaan Islam dengan kebudayaan yang sudah ada.
Perwujudan kebudayaan hasil akulturasi inilah yang harus kita jaga dan kita lestarikan agar tetap dapat dinikmati dan dipelajari oleh generasi-generasi mendatang.
Kesimpulan
Sekian,
Terima kasih