akuntansi keuangan 1 - ebook.repo.mercubuana...
TRANSCRIPT
AKUNTANSI KEUANGAN 1
POLITEKNIK TELKOM
BANDUNG
2009
Penulis :
Nelsi Wisama Sendi Gusnandar A
Indra Firmansyah
Dilarang menerbitkan kembali, menyebarluaskan, atau menyimpan baik
sebagian maupun seluruh isi buku dalam bentuk dan dengan cara apapun
tanpa izin tertulis dari Politeknik Telkom
Hak cipta dilindungi undang-undang @ Politeknik Telkom 2009
No part of this document may be copied, reproduced, printed, distributed, modified,
removed and amended in any form by any means without prior written
authorization of Telkom Polytechnic.
Copyright @ 2009 Telkom Polytechnic. All rights reserved
Politeknik Telkom Akuntansi Keuangan I
iii
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr. Wb
Segala puji bagi Allah SWT karena dengan karunia-Nya courseware ini dapat
diselesaikan.
Atas nama Politeknik Telkom, kami sangat menghargai dan ingin
menyampaikan terima kasih kepada penulis, penerjemah dan penyunting yang
telah memberikan tenaga, pikiran, dan waktu sehingga courseware ini dapat
tersusun.
Tak ada gading yang tak retak, di dunia ini tidak ada yang sempurna, oleh
karena itu kami harapkan para pengguna buku ini dapat memberikan masukan
perbaikan demi pengembangan selanjutnya.
Semoga courseware ini dapat memberikan manfaat dan membantu seluruh
Sivitas Akademika Politeknik Telkom dalam memahami dan mengikuti materi
perkuliahan di Politeknik Telkom.
Amin.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
Bandung , Juli 2009
Christanto Triwibisono
Wakil Direktur I
Bidang Akademik & Pengembangan
Politeknik Telkom Akuntansi Keuangan I
iv
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ..................................................................... iii DAFTAR ISI .................................................................................... iv 1 LAPORAN KEUANGAN ...................................................... 1 1.1 Pengertian laporan keuangan ....................................................................... 2 1.1.1 Fungsi laporan keuangan ............................................................................... 2 1.1.2 Klasifikasi perkiraan (classification of account) ........................................ 2 1.1.3 Tujuan Laporan Keuangan ............................................................................ 4 1.1.4 Karakteristik Kualitatif Laporan Keuangan ............................................... 4 1.2 Jenis laporan keuangan .................................................................................. 4 1.2.1 Laporan laba rugi ............................................................................................ 4 1.2.2 Bentuk Laporan Laba Rugi ........................................................................... 6 1.2.3 Laporan perubahan ekuitas : ........................................................................ 7 1.2.4 Neraca .............................................................................................................. 7 1.2.5 Laporan Arus Kas........................................................................................ 11 2 KAS KECIL ........................................................................... 19 2.1 Pemahaman Kas ........................................................................................... 20 2.2 Kas Kecil ....................................................................................................... 22 3 REKONSILIASI LAPORAN BANK ..................................... 30 4 PIUTANG USAHA .............................................................. 47 4.1 Piutang (Account Receivable) ................................................................... 48 4.2 Piutang Tak Tertagih (Kerugian Piutang) : ............................................. 48 5 PIUTANG WESEL ............................................................... 56 6 PERSEDIAAN BARANG ..................................................... 64 6.1 Pengertian Persediaan Barang .................................................................. 65 6.2 Metode Pencatatan Atas Persediaan ....................................................... 67 6.2.1 Metode Fisik / Periodik .............................................................................. 67 6.2.2 Metode Buku / Perpetual .......................................................................... 68 6.3 Arus Harga Pokok (AHP) .......................................................................... 70 6.4 Masalah Pemilikan Persediaan Barang ..................................................... 73 7 AKTIVA TETAP BERWUJUD ............................................ 82 7.1 Pengertian Aktiva Tetap Berwujud ......................................................... 83 7.2 Perolehan Aktiva Tetap ............................................................................. 84
Politeknik Telkom Akuntansi Keuangan I
v
7.3 Biaya-Biaya Selama Masa Penggunaan Aktiva Tetap ............................ 89 7.4 Pemberhentian Aktiva ................................................................................ 91 8 AKTIVA TIDAK BERWUJUD ............................................ 97 8.1 Pengertian Aktiva Tidak Berwujud .......................................................... 98 8.2 Penilaian Aktiva Tidak Berwujud ............................................................. 98 8.2.1 Hak Paten ...................................................................................................... 98 8.2.2 Hak Cipta .................................................................................................... 100 8.2.3 Hak Menggunakan Fasilitas (Franchise) ................................................ 100 8.2.4 Merek Dagang ............................................................................................ 100 8.2.5 Hak Menyewa ............................................................................................ 101 8.2.6 Goodwill...................................................................................................... 102 8.3 Penyajian Aktiva Tidak Berwujud .......................................................... 106 9 PENYUSUTAN DAN DEPLESI ........................................ 111 9.1 Penyusutan (Depresiasi) .......................................................................... 112 9.2 Faktor-faktor dalam menentukan biaya penyusutan .......................... 112 9.3 Metode Perhitungan Penyusutan (Depresiasi) .................................... 113 9.4 Deplesi ......................................................................................................... 119 9.5 Metode Perhitungan Deplesi .................................................................. 120
Politeknik Telkom Akuntansi Keuangan I
Laporan Keuangan 1
LAPORAN KEUANGAN
Overview
Laporan keuangan merupakan ringkasan dari suatu proses pencatatan,
terdiri dari ringkasan dari transaksi-transaksi keuangan yang terjadi selama
tahun buku yang bersangkutan. Laporan keuangan ini dibuat dengan tujuan
untuk mempertanggungjawabkan seluruh aktivitas yang telah direncanakan
dan pencapaian hasilnya.
Tujuan
1. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan keseluruhan proses
laporan keuangan perusahaan.
2. Mahasiswa mampu menjelaskan macam-macam laporan seperti neraca,
laporan rugi laba dan laporan perubahan modal.
Politeknik Telkom Akuntansi Keuangan I
2 Laporan Keuangan
1.1 Pengertian laporan keuangan
Merupakan laporan mengenai posisi kemampuan dan kinerja keuangan
perusahaan serta informasi lainnya yang diperlukan oleh pemakai informasi
akuntansi.
1.1.1 Fungsi laporan keuangan
a. Menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan (aktiva,
kewajiban dan ekuitas.
b. Menyediakan informasi mengenai kinerja serta perubahan posisi
keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat bagi pemakai informasi
akutansi dalam pengambilan keputusan.
1.1.2 Klasifikasi perkiraan (classification of account)
Perkiraan-perkiraan yang ada dalam laporan keuangannya harus
diklasifikasikan menurut karakteristik umum, yaitu :
Aktiva (Assets)
Setiap barang fisik (berwujud) atau hak (tidak berwujud) yang
mempunyai nilai uang adalah aktiva. Penyajiannya dalam neraca, Aktiva dapat
dibedakan menjadi :
1. Aktiva Lancar (current assets) merupakan akun-akun yang
diharapkan dapat dicairkan menjadi uang kas atau dijual atau
dihabiskan, biasanya dalam jangka waktu 1 (satu) tahun atau kurang,
melalui operasi normal perusahaan. Disamping uang Kas, yang
termasuk aktiva lancar adalah Bank, Piutang, Persediaan Barang
Dagang, Sewa yang dibayar dimuka, dan lain sebagainya.
2. Aktiva Tetap (plant assets atau fixed assets) adalah aktiva
berwujud yang digunakan dalam perusahaan yang sifatnya permanen
atau relatif tetap yang meliputi Peralatan, Mesin, Kendaraan,
Bangunan dan Tanah. Kecuali tanah, aktiva tetap lain secara bertahap mengalami penyusutan atau kehilangan kegunaannya dengan
berlalunya waktu.
Biasanya No. akunnya diawali dengan angka 1
Politeknik Telkom Akuntansi Keuangan I
Laporan Keuangan 3
Kewajiban (Liabilities)
Kewajiban merupakan hutang kepada pihak luar (kreditor) dan
biasanya dalam neraca ditambahkan kata “Payable”. Dapat digolongkan
menjadi 2 (dua) yaitu
1. Kewajiban Jangka Pendek (current payable) merupakan
kewajiban yang akan jatuh tempo dalam jangka waktu dekat biasanya
dalam 1 (satu) tahun atau kurang, contoh : Hutang usaha, wesel
bayar, hutang gaji, hutang bunga dan hutang pajak.
2. Kewajiban Jangka Panjang (long-term liabilities) merupakan
kewajiban yang akan jatuh tempo dalam jangka waktu yang relatif
lama biasanya lebih dari satu tahun, contoh hutang hipotik dan
hutang obligasi.
Biasanya No. akunnya diawali dengan angka : 2
Modal Pemilik (Owner’s Equity)
Modal pemilik merupakan klaim residu terhadap aktiva perusahaan
setelah total kewajiban dikurangkan. Untuk perseroan disebut modal
pemegang saham (stockholders’ equity). Untuk perusahaan perseroan Modal
saham (capital stock) merupakan investasi pemegang saham. Laba Yang
Ditahan (Retained Earning) merupakan laba bersih yang ditahan dalam
perusahaan. Dividen (dividens) merupakan pembagian laba kepada
pemegang saham untuk perusahaan perseroan., Sedangkan untuk
perseorangan Modal (capital) adalah modal pemilik dalam perusahaan
perseorangan. Pengambilan Pribadi (Prive / Drawing) merupakan
jumlah pengambilan yang dilakukan oleh pemilik perusahaan perseorangan.
Biasanya No. akunnya diawali dengan angka : 3
Pendapatan (Revenue)
Pendapatan merupakan kenaikan kotor (Gross) dalam modal pemilik
yang dihasilkan dari penjualan barang dagangan, pelaksanaan jasa dari para
langanan atau klien, penyewaan harta, peminjaman uang dan semua kegiatan
usaha serta profesi yang bertujuan umtuk memeproleh penghasilan. Istilah
lainnya : Penjualan, Honorarium Profesi, Pendapatan Komisi, Hasil Penjualan
Karcis dan Pendapatan Bunga. Bila suatu perusahaan mempunyai beberapa
jenis pendapatan, hendaknya setiap jenis pendapatan dicatat dalam perkiraan
terpisah.
Biasanya No akun diawali dengan angka : 4
Politeknik Telkom Akuntansi Keuangan I
4 Laporan Keuangan
Beban (Expense)
Beban merupakan biaya yang telah dipakai dalam proses untuk
menghasilkan pendapatan, disebut juga biaya yang talah dipakai (expired
cost). Beban sangat bervariasi, seperti beban gaji, beban iklan, beban penyusutan
dan sebagainya.
Biasanya No. akun diawali dengan angka : 5
1.1.3 Tujuan Laporan Keuangan
Adalah menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan,
kinerja serta perubahan posisi keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat
bagi sejumlah besar pemakai dalam pengembilan keputusan ekonomi.
1.1.4 Karakteristik Kualitatif Laporan Keuangan
1. Dapat Dipahami, artinya kualitas informasi yang ditampung dalam
laporan keuangan mudah dipahami oleh pemakai.
2. Relevan, artinya dapat informasi dalam laporan keuangan dapat
membantu pemakai laporan keuangan dalam mengevaluasi peristiwa
masa lalu, masa kini atau masa depan, menegaskan atau mengoreksi
hasil evaluasi di masa lalu.
3. Keandalan, artinya informasi memiliki kualitas yang andal apabila bebas
dari pengertian yang menyesatkan, kesalahan material, sehingga
diharapkan dapat disajikan wajar.
4. Dapat Diperbandingkan, artinya pemakai harus dapat
memperbandingkan laporan keuangan perusahaan antar periode untuk
mengevaluasi posisi keuangan, kinerja serta perubahan posisis
keuangan secara relatif.
1.2 Jenis laporan keuangan
1.2.1 Laporan laba rugi
Laporan laba rugi adalah suatu laporan yang menunjukkan
pendapatan-pendapatan dan biaya-biaya dari suatu unit usaha untuk suatu
periode tertentu. Selisih antara pendapatan-pendapatan dengan biaya
merupakan laba yang diperoleh atau rugi yang diderita oleh perusahaan.
Laporan laba rugi yang kadang-kadang disebut laporan penghasilan atau
laporan pendapatan dan biaya merupakan laporan yang menunjukkan
kemajuan keuangan perusahaan.
Politeknik Telkom Akuntansi Keuangan I
Laporan Keuangan 5
Peran dari laporan laba rugi adalah sebagai sebagai alat untuk
mengetahui kemajuan yang dicapai perusahaan serta mengetahui
berapakah hasil bersih atau laba yang didapat dalam suatu periode. Dalam
laporan rugi laba terdapat beberapa istilah yang sering digunakan. Istilah-
istilah tersebut adalah sebagai berikut:
1. Pendapatan (Revenue)
Adalah aliran masuk atau kenaikan lain aktiva suatu badan usaha
atau pelunasan utangnya, bisa merupakan kombinasi keduanya
selama suatu periode yang berasal dari penyerahan atau produksi
barang, penyerahan jasa, atau dari kegiatan lain yang merupakan
kegiatan perusahaan.
2. Biaya (Expense)
Adalah aliran keluar atau pemakaian lain aktiva atau timbulnya
utang, bisa merupakan kombinasi keduanya selama suatu periode
yang berasal dari penyerahan atau produksi barang, penyerahan
jasa, atau dari pelaksanaan kegiatan lain yang merupakan kegiatan
perusahaan.
3. Penghasilan (Income)
Adalah selisih penghasilan-penghasilan sesudah dikurangi biaya-
biaya. Bila pendapatan lebih kecil daripada biaya, selisihnya sering
disebut rugi.
4. laba (profit)
Adalah kenaikan modal atau aktiva bersih yang berasal dari
transaksi utama perusahaan dan transaksi sampingan dari suatu
perusahaan dalam suatu periode tertentu kecuali kenaikan modal
dari pendapatan atau investasi oleh pemilik, seperti pada laba
yang timbul dari penjualan aktiva tetap.
5. Rugi (Loss)
Adalah penurunan modal atau aktiva bersih yang berasal dari
transaksi utama perusahaan dan transaksi sampingan dari suatu
perusahaan dalam suatu periode tertentu kecuali yang timbul dari
biaya atau distribusi pada pemilik, seperti pada rugi penjualan
surat berharga.
Politeknik Telkom Akuntansi Keuangan I
6 Laporan Keuangan
6. Harga Perolehan (Cost)
Adalah jumlah uang yang dikeluarkan atau utang yang timbul
untuk memperoleh barang atau jasa. Jumlah ini pada saat
terjadinya transaksi akan dicatat sebagai aktiva, seperti pada
pembelian mesin, dan pembayaran uang muka sewa. Dalam
akuntansi biaya harga perolehan juga dapat berarti harga pokok
atau biaya produksi yang dikeluarkan untuk membuat barang.
1.2.2 Bentuk Laporan Laba Rugi
Laporan laba rugi dapat disusun dalam dua model sebagai berikut:
1. Bertahap (Multiple Step)
Bentuk multiple step adalah bentuk laporan laba rugi di mana
dilakukan beberapa pengelompokkan terhadap pendapatan-
pendapatan dan biaya-biaya yang disusun dalam urut-urutan
tertentu sehingga bisa dihitung penghasilan-penghasilan sebagai
berikut:
Laba bruto, yaitu hasil penjualan dikurangi harga pokok
penjualan.
Penghasilan usaha bersih, yaitu laba bruto dikurangi
biaya-biaya usaha.
Penghasilan bersih sebelum pajak, yaitu penghasilan
usaha bersih ditambah dan dikurangi dengan
pendapatan-pendapatan dan biaya-biaya di luar usaha.
Penghasilan bersih sesudah pajak, yaitu penghasilan
bersih sebelum pajak dikurangi pajak penghasilan.
Penghasilan bersih dari elemen-elemen luar biasa, yaitu
penghasilan bersih sesudah pajak ditambah dan/atau
dikurangi dengan elemen-elemen yang tidak biasa se-
sudah diperhitungkan pajak penghasilan untuk pos luar
biasa.
2. Single Step
Dalam bentuk ini tidak dilakukan pengelompokkan pendapatan
dan biaya ke dalam kelompok-kelompok usaha dan di luar usaha,
tetapi hanya dipisahkan antara:
Pendapatan-pendapatan dan laba-laba
Biaya-biaya dan kerugian-kerugian.
Politeknik Telkom Akuntansi Keuangan I
Laporan Keuangan 7
1.2.3 Laporan perubahan ekuitas :
Di samping penyusunan neraca dan laporan laba rugi, pada akhir
periode akuntansi biasanya juga disusun laporan yang menunjukkan sebab-
sebab perubahan modal perusahaan. Perusahaan dengan bentuk
perseroan, perubahan modalnya ditunjukkan di dalam laporan laba ditahan
(retained earnings). Di dalam laporan ini ditunjukkan laba ditahan awal
periode, ditambah dengan laba seperti yang tercantum di dalam laporan
perhitungan laba rugi dan dikurangi dengan dividen yang diumumkan
selama periode yang bersangkutan.
Karena laporan laba rugi dapat disusun dengan cara all inclusive
atau current operating performance, maka susunan laporan laba tidak dibagi
juga akan berbeda, tergantung kepada laporan perhitungan laba rugi.
Apabila laporan perhitungan laba rugi disusun dengan cara all inclusive
maka di dalam laporan laba ditahan hanya menunjukkan:
saldo laba tidak dibagi awal periode
ditambah laba neto dan elemen-elemen luar biasa
ditambah atau dikurangi koreksi kesalahan
dikurangi dividen yang diumumkan.
Apabila laporan perhitungan laba rugi disusun dengan cara current
operating performance maka elemen-elemen luar biasa akan nampak dalam
laporan laba ditahan. Untuk lebih memberikan pemahaman berikut ini
diberikan contoh-contoh laporan laba ditahan untuk melengkapi laporan
perhitungan laba rugi dengan cara all inclusive maupun current operating
performance.
1.2.4 Neraca
Neraca adalah laporan yang menunjukkan keadaan keuangan
suatu unit usaha pada tanggal tertentu. Keadaan keuangan ini ditunjukkan
dengan jumlah harta yang dimiliki yang disebut aktiva dan jumlah
kewajiban perusahaan yang disebut pasiva, atau dengan kata lain, aktiva
adalah investasi di dalam perusahaan dan pasiva merupakan sumber-
sumber yang digunakan untuk investasi tersebut. Oleh karena itu, dapat
dilihat dalam neraca bahwa jumlah aktiva akan sama besar dengan jumlah
pasiva, di mana pasiva itu terdiri dari dua bagian kewajiban yaitu kewajiban
kepada pihak luar yang disebut utang dan kewajiban terhadap pemilik
Politeknik Telkom Akuntansi Keuangan I
8 Laporan Keuangan
perusahaan yang disebut modal. Bila disusun dalam bentuk persamaan
maka akan nampak bahwa:
Aktiva = Utang + Modal
Dalam pengertian aktiva selain dari barang-barang dan hak-hak yang
dimiliki, di dalamnya termasuk juga biaya-biaya yang belum dibebankan
dalam periode yang bersangkutan dan masih akan dibebankan pada
periode-periode yang akan datang. Oleh karena itu, di dalam judul aktiva
akan termasuk juga pos-pos kas, tagihan-tagihan, surat-surat berharga
yang merupakan sumber uang dan pengeluaran-pengeluaran yang akan
memberi manfaat di masa yang akan datang, sehingga pembebanannya juga
ditunda seperti aktiva tetap, hak paten dan persekot-persekot biaya.
Utang merupakan milik kreditur yang ditanamkan dalam
perusahaan dan jumlah-jumlah ini merupakan kewajiban perusahaan yang
harus dilunasi. Cara pelunasan utang ini bermacam-macam dapat dilakukan
dengan mengembalikan dengan uang atau dengan cara yang lain.
Modal menunjukkan jumlah milik para pemilik yang ditanamkan
dalam perusahaan. Jumlah ini timbul dari setoran para pemilik dan
perubahan-perubahan nilai aktiva yang terjadi karena hasil usaha
perusahaan. Modal ini bukan merupakan jumlah yang harus dilunasi, tetapi
dalam hal likuidasi, para pemilik baru menerima pelunasan sesudah para
kreditur dilunasi.
Elemen-elemen dalam neraca biasanya dikelompokkan dalam
suatu cara yang tujuannya adalah untuk memudahkan analisa. Biasanya
aktiva dan utang akan dikelompokkan dalam kelompok lancar atau jangka
pendek dan tidak lancar atau jangka panjang dalam bentuk aktiva tetap.
Pengelompokkan seperti ini akan memungkinkan dihitungnya modal kerja
perusahaan yaitu selisih antara aktiva lancar dengan utang lancar.
Selanjutnya adalah penggolongan aktiva dalam golongan aktiva,
utang dan modal. Seperti yang sudah dikemukakan sebelumnya aktiva dan
utang dikelompokkan dalam kelompok lancar dan tidak lancar.
Pengelompokkan seperti itu hanyalah merupakan suatu kelompok besar
yang akan dirinci lebih lanjut. Susunan aktiva dan pasiva di dalam neraca
adalah sebagai berikut:
Politeknik Telkom Akuntansi Keuangan I
Laporan Keuangan 9
Golongan Harta-harta/Aktiva
Aktiva lancar
Investasi jangka panjang
Aktiva tetap berwujud
Aktiva tidak berwujud
Aktiva/harta lainnya
Golongan Utang-utang dan Modal Sendiri
Utang-utang:
Utang-utang lancar
Pendapatan yang diterima di muka
Utang-utang jangka panjang
Utang-utang lain
Modal sendiri:
Modal saham yang disetor
Agio/disagio saham
Cadangan-cadangan
Laba tidak dibagi
Ekuitas adalah perbedaan antara aktiva dengan utang dan
merupakan kewajiban perusahaan kepada pemilik dan dalam suatu badan
usaha ekuitas adalah hak dari pemilik. Dalam perusahaan perseorangan
ekuitas ditunjukkan dalam satu rekening yang diberi nama ekuitas. Dalam
perusahaan yang berbentuk firma ekuitas ditunjukkan dalam rekening
ekuitas masing-masing anggota. Dalam perusahaan yang berbentuk
perseroan ekuitas ditunjukkan dengan rekening ekuitas yang terdiri dari
beberapa elemen. Elemen ekuitas dalam perusahaan yang berbentuk
persero adalah sebagai berikut:
a. Modal Disetor
Modal disetor adalah jumlah uang yang disetorkan oleh pemegang
saham dan biasanya dibagi dalam 2 kelompok yaitu:
Modal saham, yaitu jumlah nominal saham yang beredar. Di dalam neraca cara mencantumkan modal saham
beredar adalah sebagai berikut:
Modal statuter Rp. xx
(-) Saham dalam portepel Rp. xx
Modal saham beredar Rp. Xx
Politeknik Telkom Akuntansi Keuangan I
10 Laporan Keuangan
Agio/disagio saham, yaitu selisih antara setoran
pemegang saham dengan nilai nominal saham. Agio
adalah selisih di atas nominal, sedang disagio adalah
selisih di bawah nominal. Di dalam neraca agio akan
ditambahkan pada modal saham beredar sedangkan
disagio dikurangkan.
b. Laba ditahan
Merupakan kumpulan laba tahun-tahun sebelumnya yang tidak
dibagi sebagai dividen. Laba yang ditahan merupakan elemen
modal yang berasal dari dalam perusahaan. Apabila laba ditahan
saldonya debit akan disebut defisit. Saldo rekening laba ditahan
sewaktu-waktu dapat diminta sebagai dividen oleh pemegang
saham, untuk membatasi agar laba yang ditahan tidak diminta
sebagai dividen seluruhnya, maka bisa dibuat cadangan-cadangan
dari laba ditahan. Cadangan laba ditahan dapat digunakan untuk
ekspansi, cadangan pelunasan obligasi, cadangan penurunan harga
persediaan dan Iain sebagainya. Jumlah laba ditahan yang sudah
dicadangkan tidak dapat diminta sebagai dividen. Di dalam neraca
laba ditahan akan dicantumkan sebagai berikut:
Laba ditahan:
Untuk ekspansi Rp. xx
Untuk pelunasan obligasi Rp. xx
Sisa laba ditahan Rp. xx
Rp. xx
c. Modal Penilaian Kembali
Apabila diadakan penilaian kembali terhadap aktiva-aktiva perusahaan, maka selisih antara nilai buku lama dengan nilai buku
yang baru dicatat sebagai modal penilaian kembali. Di dalam
neraca, modal penilaian kembali dilaporkan dalam kelompok
modal dan dijumlahkan dengan elemen-elemen modal yang lain.
d. Modal Sumbangan
Modal sumbangan ini timbul apabila perusahaan memperoleh
aktiva yang berasal dari sumbangan. Aktiva yang diterima dicatat
dalam rekening aktiva dengan cara yang biasa dan diimbangi
dengan pencatatan dalam rekening modal sumbangan. Di dalam
Politeknik Telkom Akuntansi Keuangan I
Laporan Keuangan 11
neraca modal sumbangan dilaporkan dalam kelompok modal dan
dijumlahkan dengan elemen-elemen modal yang lain.
1.2.5 Laporan Arus Kas
Perusahaan wajib menyusun laporan arus kas dan menjadikan
laporan tersebut sebagai bagian yang tidak terpisahkan atau integral dari
laporan keuangan untuk setiap periode penyajian laporan keuangan. Arus
kas adalah arus masuk dan arus keluar kas dan setara kas. Kas meliputi
uang tunai (cash on hand) dan rekening giro setara kas (cash equivalent).
Kas adalah adalah investasi yang sifatnya sangat likuid, berjangka pendek,
dan yang dengan cepat dapat dijadikan kas dalam jumlah tertentu tanpa
menghadapi risiko perubahan nilai yang signifikan.
Tujuan utama laporan arus kas adalah untuk menyajikan informasi
relevan tentang penerimaan dan pengeluaran kas suatu perusahaan selama
suatu periode. Untuk mencapai tujuan itu, aliran kas diklasifikasikan dalam
tiga kelompok yang berbeda yaitu penerimaan dan pengeluaran kas yang
berasal dari kegiatan investasi, pembelanjaan atau financing, dan kegiatan
usaha. Kegiatan investasi adalah perolehan dan pelepasan aktiva jangka
panjang serta investasi lain yang tidak termasuk setara kas. Kegiatan
pembelanjaan adalah kegiatan yang mengakibatkan perubahan dalam
jumlah serta komposisi modal dan pinjaman perusahaan. Kegiatan usaha
adalah kegiatan penghasil utama pendapatan perusahaan dan kegiatan lain
yang bukan merupakan kegiatan investasi dan pembelanjaan.
Contoh Laporan Keuangan Perusahaan Jas :
Politeknik Telkom Akuntansi Keuangan I
12 Laporan Keuangan
Perusahaan “X”
Laporan Laba Rugi
Untuk Bulan yang Berakhir …… 20……
Pendapatan XXX
Beban Operasi :
Beban Upah XXX
Beban Sewa XXX
Beban Perlengkapan XXX
Beban Utilitas XXX
Beban Rupa-rupa XXX
Total Beban Operasi XXX
Laba / Rugi Bersih XXX
Perusahaan “X”
Laporan Perubahan Ekuitas
Untuk Bulan yang Berakhir …… 20……
Modal awal XXX
Investasi awal XXX
Laba / Rugi Bersih XXX (+/-)
XXX
Dikurangi Penarikan XXX
Kenaikan/penurunan Ekuitas
pemilik
XXX (+/-)
Modal akhir XXX
Perusahaan “X”
Neraca
Untuk Bulan yang Berakhir …… 20……
Assets/aktiva Pasiva/kewajiban
Kas XXX Utang Usaha XXX
Perlengkapan XXX Ekuitas Pemilik :
Peralatan XXX Modal XXX
Total Aktiva XXX Total Kewajiban + Ekuitas XXX
Politeknik Telkom Akuntansi Keuangan I
Laporan Keuangan 13
Perusahaan “X”
Laporan Arus Kas
Untuk Bulan yang Berakhir ……. 20……..
Arus kas dari aktivitas operasi :
Kas yang diterima dari pelanggan XXX
Dikurangi pembayaran kas untuk beban dan
pembayaran kepada kreditor
XXX
Arus kas bersih dari aktivitas operasi XXX
Arus kas dari aktivitas investasi :
Pembayaran kas untuk pembelian/penjualan
aktiva tetap
XXX (+/-)
Arus kas dari aktivitas pendanaan :
Kas yang diterima sebagai investasi pemilik XXX
Dikurangi penarikan kas oleh pemilik XXX
Arus kas bersih dari aktivitas pendanaan XXX
Arus kas bersih dan saldo kas XXX
Contoh Laporan Keuangan Perusahaan Dagang :
Majesty Komputer
Laporan Laba-Rugi
Untuk Tahun yang Berakhir 31 Desember
Pendapatan dari Penjualan
Penjualan 720.185
Dikurangi :
Retur & potongan penjualan 6.140
Diskon Penjualan 5.790 11.930
Penjualan Bersih 708.255
Harga Pokok Penjualan 525.305
Laba Kotor 182.950
Beban operasi :
Beban penjualan :
Beban gaji penjualan 60.030
Beban iklan 10.860
Beban penyusutan-
Peralatan toko 3.100
Beban penjualan rupa2 630
Politeknik Telkom Akuntansi Keuangan I
14 Laporan Keuangan
Total beban penjualan 74.620
Beban Administrasi
Beban gaji kantor 21.020
Beban sewa 8.100
Beban penyusutan-
Peralatan kantor 2.490
Beban Asuransi 1.910
Beban perlengkapan kantor 610
Beban administrasi rupa2 760
Total beban administrasi 34.890
Total beban operasi 109.510
Laba dari operasi 73.440
Pendapatan lain-lain
Pendapatan bunga 3.800
Pendapatan sewa 600
Total pendapatan lain-lain 4.400
Beban lain-lain :
Beban bunga 2.440 1.960
Laba bersih 75.400
Majesty Komputer
Laporan Ekuitas Pemilik
Untuk Tahun yang Berakhir 31 Desember
Modal Pat King, 1 Januari 153.800
Laba bersih selama setahun 75.400
Dikurangi penarikan 18.000
Kenaikan ekuitas pemilik 57.400
Modal Mayesty, 31 Desember 211.200
Politeknik Telkom Akuntansi Keuangan I
Laporan Keuangan 15
Mayesty Komputer
Neraca
Untuk Tahun yang Berakhir 31 Desember
AKTIVA
Aktiva Lancar :
Kas 52.950
Wesel tagih 40.000
Piutang usaha 60.880
Piutang bunga 200
Persediaan barang dagang 62.150
Perlengkapan kantor 480
Asuransi dibayar dimuka 2.650
Total Aktiva Lancar 219.310
Properti, bangunan dan peralatan :
Tanah 10.000
Peralatan toko 27.100
Dikurangi akumulasi penyusutan 5.700 21.400
Peralatan Kantor 15.570
Dikurangi akumulasi penyusutan 4.720 10.850
Total Properti, bangunan dan peralatan 42.250
Total Aktiva 261.560
KEWAJIBAN
Kewajiban lancar :
Utang usaha 22.420
Wesel bayar (bagian lancar) 5.000
Utang gaji 1.140
Sewa diterima di muka 1.800
Total kewajiban lancar 30.360
Kewajiban jangka panjang :
Wesel bayar (jatuh tempo th. Depan) 20.000
Total Kewajiban 50.360
EKUITAS PEMILIK
Modal Pat King 211.200
Total Kewajiban dan ekuitas pemilik 261.560
Politeknik Telkom Akuntansi Keuangan I
16 Laporan Keuangan
Pertanyaan Kuis
1. Apakah elemen laporan keuangan tahunan suatu perusahaan?
2. Jelaskan maksud aktiva!
3. Aktiva dikelompokkan dalam beberapa golongan, sebutkan!
4. Apakah perbedaan investasi jangka pendek yang berbentuk saham
dengan investasi jangka panjang dalam bentuk yang sama?
5. Mengapa pendapatan diterima di muka dikelompokkan dalam utang
jangka pendek?
6. Dalam praktek neraca dapat disusun dalam dua bentuk, sebutkan!
7. Apakah beda pendapatan (revenue) dan laba (profit)?
8. Apakah perbedaan konsep all inclusive dan current operating
performance!
9. Apakah perbedaan laporan laba rugi multiple step dan single step?
10. Laporan arus kas dapat disusun dengan dua pendekatan yang berbeda,
Jelaskan masing-masing pendekatan itu!
Politeknik Telkom Akuntansi Keuangan I
Laporan Keuangan 17
Pertanyaan Aplikasi
PT. Mayesty
NERACA SALDO
Untuk Tahun Yang Berakhir 31 Desember 2008
Perkiraan Nomor Saldo
Kas 11 92,350,000
Piutang Usaha 12 113,250,000
Persediaan Barang Dagang 13 190,000,000
Assuransi Dibayar Dimuka 14 12,500,000
Perlengkapan 15 5,800,000
Peralatan 16 125,000,000
Ak. Penyusutan Peralatan 17 12,500,000
Gedung 18 250,000,000
Ak. Penyusutan Gedung 19 25,000,000
Utang Dagang 21 89,450,000
Sewa Diterima Dimuka 22 36,500,000
Modal 31 343,366,000
Penjualan 41 568,925,000
Retur Penjualan 42 26,351,000
Potongan Penjualan 43 5,260,000
Pembelian 51 187,369,000
Retur Pembelian 52 6,354,000
Potongan Pembelian 53 3,580,000
Beban Transport 54 32,650,000
Politeknik Telkom Akuntansi Keuangan I
18 Laporan Keuangan
Beban Gaji 55 25,681,000
Beban Iklan 56 10,580,000
Beban Sewa 57 5,987,000
Beban Administrasi 58 2,897,000
Diminta :
Buatlah laporan keuangan dari data diatas : Neraca, Laporan Laba Rugi dan
Laporan Perubahan Modal
Politeknik Telkom Akuntansi Keuangan I
Kas Kecil 19
KAS KECIL
Overview
Kas merupakan suatu alat pertukaran dan dapat digunakan sebagai ukuran
dalam akuntansi. Kas adalah bentuk aktiva yang tidak produktif oleh karena
itu harus dijaga agar jumlah kas tidak terlalu besar sehingga tidak ada idle cash.
Tujuan
1. Mahasiswa mampu menjelaskan dan memahami konsep kas dalam
akuntansi.
2. Mahasiswa mampu menjelaskan penyusunan laporan kas.
Politeknik Telkom Akuntansi Keuangan I
20 Kas Kecil
2.1 Pemahaman Kas
Kas merupakan suatu alat pertukaran dan dapat digunakan sebagai
ukuran dalam akuntansi, sedangkan dalam neraca kas merupakan aktiva yang
terlancar dalam arti paling sering berubah serta kas dipengaruhi oleh hampir
setiap transaksi dengan pihak eksternal. Selanjutnya kas adalah aktiva yang
tidak produktif oleh karena itu harus dijaga supaya jumlah kas yang ada tidak
terlalu besar sehingga tidak terjadi kas atau uang yang diam (idle cash). Pada
konsep ekonomi daya beli uang bisa berubah-rubah yaitu naik atau turun
tetapi kenaikan atau penurunan daya beli ini uang tetap tidak akan
mengakibatkan penilaian kembali terhadap kas.
Kas menurut pengertian akuntansi adalah alat pertukaran yang dapat
diterima untuk pelunasan utang dan dapat diterima sebagai suatu setoran ke
bank dengan jumlah sebesar nominalnya serta simpanan dalam bank yang
dapat diambil sewaktu-waktu. Kas terdiri dari uang kertas, uang logam, cek
yang belum disetorkan, simpanan dalam bentuk giro atau bilyet, traveller's
checks, cashier's checks, bank draft dan money order.
Untuk dapat digolongkan sebagai kas biasanya dibatasi dengan
pernyataan diterima sebagai setoran oleh bank dengan nilai nominal, sehingga
elemen-elemen yang tidak diterima sebagai setoran oleh bank dengan nilai
nominal tidak dikelompokkan dalam kas. Jika ada wesel tagih yang diserahkan
ke bank untuk ditagihkan, maka wesel tagih ini tetap dicatat sebagai piutang
wesel sampai dilunasi oleh yang membuat wesel. Cek mundur (post dated
checks) tetap dicatat sebagai piutang sampai tanggal di mana cek tadi dapat
diuangkan. Di Indonesia sering ditemui cek mundur yang diterima dipakai
untuk membayar pada pihak lain. Dalam keadaan seperti ini cek mundur
dicatat dalam rekening cek mundur yang termasuk dalam kelompok piutang.
Surat-surat berharga seperti saham-saham dan obligasi mungkin dapat
segera dijual dan menjadi uang tunai, tetapi sebelum dijual surat-surat berharga tersebut tidak termasuk kelompok kas. Sebelum dijual, surat
berharga tetap dilaporkan sebagai investasi jangka pendek. Pada simpanan
dalam bank di luar negeri menimbulkan perbedaan karena menggunakan mata
uang yang berbeda. Oleh karena itu simpanan di bank luar negeri harus
dikurskan dalam rupiah terlebih dahului dalam pelaporannya dan seringkali
simpanan-simpanan di bank luar negeri tidak dapat diambil sewaktu-waktu
oleh karenanya akan dilaporkan terpisah dalam neraca.
Uang kas yang dibatasi penggunaannya, biasanya dalam bentuk dana,
tidak dimasukkan dalam kas tetapi dilaporkan terpisah sebagai dana. Jika
Politeknik Telkom Akuntansi Keuangan I
Kas Kecil 21
penggunaannya masih dalam waktu satu tahun, maka termasuk dalam
kelompok aktiva lancar, tetapi jika tidak dapat digunakan untuk pengeluaran-
pengeluaran dalam waktu satu tahun, maka dilaporkan dalam kelompok aktiva
tidak lancar. Kas kecil dan kas yang ada di cabang-cabang perusahan atau unit
usaha termasuk dalam kas karena memenuhi batasan-batasan kas. Cek-cek
yang sudah ditulis tetapi belum diserahkan kepada orang yang dibayar tidak
dikeluarkan dari kas. Apabila pada waktu menulis cek sudah dikreditkan ke
rekening kas maka pada akhir periode jika ceknya belum diserahkan dibuat
jurnal untuk mendebit kembali rekening kas.
Karena sifatnya yang sangat mudah untuk dipindahtangankan dan tidak
dapat dibuktikan pemiliknya maka kas mudah digelapkan. Oleh karena itu
perlu diadakan pengawasan yang ketat terhadap kas. Pada umumnya suatu
sistem pengawasan intern terhadap kas akan memisahkan fungsi-fungsi
penyimpanan, pelaksanaan dan pencatatan karena tanpa adanya pemisahan
fungsi seperti di atas, akan mudah menggelapkan uang kas. Karena bentuk dan
jenis perusahaan ada bermacam-macam, maka sistem pengawasan intern
suatu perusahaan akan berbeda dengan perusahaan yang lain. Tetapi ada
dasar-dasar tertentu yang bisa digunakan sebagai pedoman untuk mengadakan
pengawasan terhadap kas. Dasar-dasar pengawasan tersebut antara lain
adalah:
1. Penerimaan uang dalam suatu perusahaan bisa berasal dari beberapa
sumber yaitu dari penjualan tunai, pelunasan piutang atau dari pinjaman
maka prosedur pengawasan yang digunakan adalah:
Menunjukkan dengan jelas fungsi-fungsi dalam penerimaan kas dan
setiap penerimaan kas harus segera dicatat dan disetor ke bank.
Dilakukan pemisahan fungsi antara pengurusan kas dengan fungsi
pencatatan kas.
Dilakukan pengawasan yang ketat terhadap fungsi penerimaan dan pencatatan kas. Selain itu setiap hari harus dibuat laporan kas.
2. Pengeluaran uang dalam suatu perusahaan itu adalah untuk membayar
bermacam-macam transaksi. Apabila pengawasan tidak dijalankan dengan
ketat seringkali jumlah pengeluaran diperbesar dan selisihya digelapkan
untuk itu prosedur pengawasan yang digunakan adalah:
Semua pengeluaran uang menggunakan cek, kecuali untuk
pengeluaran-pengeluaran kecil dibayar dari kas kecil.
Politeknik Telkom Akuntansi Keuangan I
22 Kas Kecil
Dibentuk kas kecil yang diawasi dengan ketat.
Penulisan cek hanya dilakukan apabila didukung bukti-bukti yang
lengkap atau menggunakan sistem voucher.
Dilakukan pemisahan antara orang-orang yang mengumpulkan bukti-
bukti pengeluaran, yang menulis cek yang menandatangani cek dan yang mencatat pengeluaran kas.
Dilakukan pemeriksaan intern dengan jangka waktu yang tidak tentu.
Diharuskan membuat laporan kas harian.
Proses pengawasan intern terhadap kas akan menimbulkan beberapa
permasalahan seperti perlunya dibentuk kas kecil dan karena terdapat
rekening giro bank maka perlu dilakukan rekonsiliasi antara saldo kas dengan
saldo menurut laporan bank.
2.2 Kas Kecil
Dana kas kecil adalah uang kas yang disediakan untuk membayar
pengeluaran-pengeluaran yang jumlahnya relatif kecil dan tidak ekonomis bila
dibayar dengan cek. Dana ini diserahkan kepada kasir kas kecil yang
bertanggung jawab terhadap pembayaran-pembayaran dari dana ini dan
terhadap jumlah dana kas kecil. Jika jumlah kas kecil tinggal sedikit maka kasir
kas kecil akan meminta agar dananya ditambah. Penambahan kas kecil kadang-
kadang dilakukan setiap periode tertentu misalnya mingguan.
Dalam pelaksanaannya kas kecil mengenal dua metode yaitu:
1. Metode Imprest
Di dalam metode ini jumlah dalam rekening kas kecil selalu tetap,
yaitu sebesar cek yang diserahkan kepada kasir kas kecil untuk
membentuk dana kas kecil. Oleh kasir kas kecil, cek tadi diuangkan
ke bank dan uangnya digunakan untuk membayar pengeluaran-
pengeluaran kecil. Setiap kali melakukan pembayaran kasir kas kecil
harus membuat bukti pengeluaran. Apabila jumlah kas kecil tinggal
sedikit dan juga pada akhir periode, kasir kas kecil akan minta
pengisian kembali kas kecilnya sebesar jumlah yang sudah dibayar dari kas kecil. Dengan cara ini jumlah uang dalam kas kecil kembali
lagi seperti semula. Pengisian kembali pada akhir periode perlu
dilakukan agar biaya-biaya yang sudah dibayar dari kas kecil bisa
Politeknik Telkom Akuntansi Keuangan I
Kas Kecil 23
dicatat karena dalam sistem imprest pengeluaran-pengeluaran kas
kecil baru dicatat pada saat pengisian kembali.
Pada waktu meminta pengisian kembali, kasir kas kecil akan
menyerahkan bukti-bukti pengeluaran dan menerima cek sebesar
pengeluaran yang sudah dibayar. Pengisian kembali ini dicatat dengan
mendebit rekening yang sesuai untuk masing-masing pengeluaran
yang dasarnya, adalah bukti-bukti pengeluaran dan kreditnya kas.
Dengan cara ini saldo rekening kas kecil tidak akan berubah Yang
membuat jurnal adalah bagian akuntansi.
Kasir kas kecil bertanggung jawab atas uang yang diserahkan
kepadanya. Apabila sebagian dari kas kecil sudah digunakan untuk
membayar pengeluaran-pengeluaran maka bukti pengeluaran harus
disimpan bersama dengan sisa uang yang ada dalam peti kas (cash
box). Untuk menjaga agar dana kas kecil bisa memenuhi tujuannya,
maka kas kecil tidak diperbolehkan untuk digunakan sebagai tempat
penukaran cek-cek dari pegawai. Apabila diperbolehkan maka kas
kecil akan berubah fungsinya sebagai tempat meminjam uang. Untuk
mengetahui sisa uang yang ada dalam kas kecil, kasir kas kecil bisa
membuat catatan kas kecil. Tetapi perlu diketahui bahwa catatan
kasir kas kecil tadi bukannya buku jurnal tetapi merupakan catatan
intern untuk kasir kas kecil.
Prosedur akuntansi untuk dana kas kecil dengan sistem imprest
dijelaskan adalah dalam ilustrasi sebagai berikut:
PT Venni Jaya pada tanggal 1 Desember 2008 membentuk dana kas
kecil sebesar Rp100.000,00. Pengeluaran kas kecil sampai tanggal 19
Desember 2008 sebesar Rp90.000,- dengan rincian sebagai berikut:
Biaya angkut
Listrik
Telepon
Bahan pembantu kantor
Rp15.000,-
17.000,-
28.000,-
30.000.-
Pada tanggal 19 Desember 2007dilakukan pengisian kembali sebesar
Rp90.000,-. Mulai tanggal 20 Desember sampai dengan 31 Desember
2008 pengeluaran kas kecil sebesar Rp80.000,- dengan rincian
sebagai berikut:
Politeknik Telkom Akuntansi Keuangan I
24 Kas Kecil
Biaya kirim penjualan
Langganan surat kabar
Biaya rapat dan pertemuan
Biaya cetak formulir
Rp25.000,-
4.750,-
30.850,-
19.000.-
Transaksi-transaksi tersebut akan dicatat dalam buku jurnal sebagai
berikut:
2008
01 Desember
19 Desember
Dana kas kecil
Kas
Biaya angkut
Biaya listrik
Biaya telepon
Biaya supplies kantor
Kas
Rp100.000,-
Rp15.000,-
17.000,-
28.000,-
30.000,-
Rp100.000,-
Rp90.000,-
31 Desember apabila dilakukan pengisian kembali kas kecil, maka jurnalnya
sebagai berikut:
Biaya kirim penjualan
Surat kabar, majalah dan
lain-lain
Biaya rapat dan pertemuan
Biaya cetak
Kas kecil
Rp25.400,-
4.750,-
30.850,-
19,000,-
Rp80.000,-
Apabila pada tanggal 31 Desember 2008 tidak dilakukan pengisian
kembali maka kas kecil jumlahnya tinggal Rp20.000,- dan yang
Rp80.000,- sudah dikeluarkan untuk membayar biaya-biaya. Karena
tidak dilakukan pengisian kembali maka biaya-biaya sejumlah Rp
80.000,- tersebut belum dicatat. Oleh karena itu pada tanggal 31
Desember 2008 dibuat jurnal penyesuaian sebagai berikut:
Politeknik Telkom Akuntansi Keuangan I
Kas Kecil 25
Biaya kirim penjualan
Surat kabar, majalah dan lain-lain
Biaya rapat dan pertemuan
Biaya cetak
Kas kecil
Rp25.400,-
4.750,-
30.850,-
19.000,-
Rp80.000,-
Pada hari kerja pertama tahun berikutnya yaitu tanggal 2 Januari
dibuat jurnal penyesuaian kembali. Jurnal penyesuaian kembali ini
dibuat agar saldo rekening kas kecil kembali seperti semula dan
pengisian kembali kas kecil berikutnya bisa dicatat dengan cara yang
sama seperti jurnal pengisian kembali sebelumnya. Jurnal penyesuaian
kembali yang dibuat tanggal 2 Januari 2009 sebagai berikut:
Kas kecil
Biaya kirim penjualan
Surat kabar, majalah, dll
Biaya rapat dan pertemuan
Biaya cetak
Rp80.000,-
Rp25.400,-
4.750,-
30.850,-
19.000,-
Jurnal penyesuaian yang dibuat pada tanggal 31 Desember 2008
mengakibatkan saldo rekening kas kecil berubah, tetapi perubahan ini
dikembalikan lagi pada tanggal 2 Januari 2009 dengan pembuatan
jurnal penyesuaian kembali. Perubahan saldo rekening kas kecil dapat
juga terjadi jika ada penambahan atau pengurangan jumlah kas kecil.
Contoh pada ilustrasi sebelumnya kas kecil Rp100.000,- dirasakan
terlalu besar dan diputuskan untuk menurunkan jumlahnya menjadi
Rp75.000,- Penurunan jumlah kas kecil ini dijurnal sebagai berikut:
Kas
Kas kecil
Rp25.000,-
Rp25.000,-
Atau sebaliknya jika jumlah kas kecil Rp100.000,- dirasakan terlalu
kecil dan diputuskan untuk menambahnya menjadi Rp150.000,00
maka jurnalnya sebagai berikut:
Kas kecil
Kas
Rp50.000,-
Rp50.000,-
Politeknik Telkom Akuntansi Keuangan I
26 Kas Kecil
Sesudah jurnal untuk menambah atau mengurangi kas kecil di atas
dibukukan ke dalam rekening kas kecil maka rekening kas kecil akan
menunjukkan saldonya yang baru.
2. Metode Fluktuasi
Dalam metode fluktuasi pembentukan dana kas kecil dilakukan
dengan cara yang sama seperti dalam metode imprest. Perbedaannya
dengan metode imprest adalah dalam metode fluktuasi saldo
rekening kas kecil tidak tetap, tetapi berfluktuasi sesuai dengan
jumlah pengisian kembali dan pengeluaran-pengeluaran dari kas kecil.
Kalau dalam metode imprest pencatatan terhadap pengeluaran-
pengeluaran kas kecil baru dilakukan pada saat pengisian kembali,
dalam metode fluktuasi setiap terjadi pengeluaran uang dari kas kecil
langsung dicatat. Jadi buku pengeluaran kas kecil mempunyai fungsi
sebagai buku jurnal dan menjadi dasar untuk pembukuan ke
rekening-rekening buku besar. Karena pencatatan dilakukan setiap
kali terjadi pengeluaran, maka rekening kas kecil akan dikredit
sebesar jumlah yang dikeluarkan. Pada saat pengisian kembali reke-
ning kas kecil didebit sebesar uang yang diterima. Untuk
memudahkan pemahaman dilustasikan sebagai berikut: PT Unggul
Selalu membentuk dana kas kecil sebesar Rp100.000, pada tanggal 1
Desember 2008.
Transaksi-transaksi pengeluaran kas kecil sebagai berikut:
2008
2 Desember: Membayar langganan harian Kedaulatan
Rakyat
Rp 7.200,-
3 Desember: Membayar biaya angkut pembelian bahan 45.000,-
4 Desember: Membeli buku-buku, tinta dll untuk
administrasi sebesar
17.800,-
7 Desember: Membayar rekening listrik sebesar 14.000,-
10 Desember: Dana kas kecil diisi kembali sebesar 75.000,-
Dengan menggunakan metode fluktuasi transaksi-transaksi di atas
dicatat dengan jurnal-jurnal sebagai berikut:
1 Des: Kas kecil
Kas
Rp100.000,-
Rp100.000,-
Politeknik Telkom Akuntansi Keuangan I
Kas Kecil 27
2 Des: Surat kabar, majalah dll
Kas kecil
Rp 7.200,-
Rp 7.200,-
3 Des: Biaya angkut pembelian
Kas kecil
Rp 45.000,-
Rp 45.000,-
7 Des: Biaya supplies
Kas kecil
Rp 17.800,-
Rp 17.800,-
9 Des: Biaya listrik
Kas kecil
Rp 14.000,-
Rp 14.000,-
10 Des: Kas kecil
Kas
Rp 75.000,-
Rp 75.000,-
Adapun rekening kas kecil akan tampak sebagai berikut:
KAS KECIL
2008
Desember 1
10
Rp100.000,-
75.000,-
2008
Desember 2
3
7
9
Rp7.200,-
45.000,-
17.800,-
14.000,-
Dari rekening kas kecil tampak bahwa saldonya berfluktuasi sesuai
dengan penerimaan dan pengeluaran kas kecil. Pada tanggal 31 Desember
tidak diperlukan pembuatan jurnal penyesuaian karena setiap terjadi
pengeluaran kas kecil sudah tercatat.
Politeknik Telkom Akuntansi Keuangan I
28 Kas Kecil
Pertanyaan Aplikasi
1. Pada 3 November 3 tahun berjalan. PT BUNGA memutuskan untuk
menggunakan dana kas kecil untuk pengeluaran yang relative kecil dan
perusahaan menunjuk Paulina sebagai kasir kas kecil, sedangkan selama
bulan November tahun berjalan telah terjadi transaksi seperti dibawah
ini:
3 Diterima selembar check No. 852 sebesar 7.500.000 untuk disimpan di
kas kecil
3Dibeli penjepit kertas untuk keperluan kantor Rp. 125..000
4Dibayar biaya membersihkan jendela kaca Rp. 250.000 pembayaran sebagai
biaya administrasi umum
4Dibeli perangko dan materai Rp. 50.000
4 Dibayar biaya kirim untuk pembelian perlengkapan kantor Rp. 150.000
(administrasi & umum)
5Dibayar biaya reparasi kursi kantor Rp. 250.000
5Dibeli perangko dan materai Rp. 7.000
6Dibayar biaya kirim untuk barang dagangan kepada pembeli Rp. 350.000
6Dibeli kertas karbon untuk keperluan kantor Rp. .25.000
9Dibeli perlengkapan toko Rp. 75.000
10Dibayar biaya angkut pembelian barang dagangan Rp. 50.000. Perusahaan
menggunakan metode periodic untuk akuntansi persediaannya
12Dibeli kue dan minuman untuk menjamu tamu pimpinan Rp. 10.000
18Dibayar pembelian perlengkapan kantor Rp. 15.000
19Dibayar biaya perbaikan mobil pimpinan Rp. 500.000
19Dana kecil diisi lagi sebesar pengeluaran yang ada 21Dibayar biaya perbaikan telepon Rp. 300.000 (Administrasi & umum)
23Dibayar biaya tagihan kepada salah seorang langganan Rp. 250.000
25Dibayar biaya kirim untuk barang dagangan kepada pembeli Rp. 350.000
28Dibayar pembelian perlengkapan kantor Rp. 60.000
29Dibayar biaya membersihkan ruangan kantor Rp. 65.000 ( Biaya
administrasi umum)
30Dibayar biaya perbaikan mobil kantor Rp. 225.000
30Dibayar biaya rekening PAM untuk kantor Rp. 177.500
30Dana kecil diisi lagi sebesar pengeluaran yang ada
Diminta : Catatlah transaksi tersebut dengan menggunakan
Politeknik Telkom Akuntansi Keuangan I
Kas Kecil 29
a) Imprest System
b) Fluctuating system
Politeknik Telkom Akuntansi Keuangan I
30 Rekonsiliasi Laporan Bank
REKONSILIASI LAPORAN BANK
Overview
Rekonsiliasi bertujuan untuk memeriksa ketelitian pencatatan dalam rekening
kas dan catatan bank dan berguna untuk mengetahui penerimaan atau
pengeluaran-pengeluaran yang sudah terjadi di bank tetapi belum dicatat oleh
perusahaan. Catatan kas akan menjadi pembanding dengan pencatatan bank
pada proses rekonsiliasi bank.
Tujuan
1. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan pengertian, tujuan dan
prosedur rekonsiliasi bank.
2. Mahasiswa mampu menjelaskan proses penyusunan rekonsiliasi bank.
Politeknik Telkom Akuntansi Keuangan I
Rekonsiliasi Laporan Bank 31
Dalam perusaahan apabila setiap penerimaan uang disetor ke bank dan
setiap pengeluaran uang kecuali yang jumlahnya relatif kecil menggunakan cek
maka rekening kas akan dapat dibandingkan dengan laporan bank. Biasanya
laporan bank diterima bulanan dan akan direkonsiliasikan dengan catatan kas.
Rekonsiliasi laporan bank ini berguna untuk memeriksa ketelitian pencatatan
dalam rekening kas dan catatan bank. Selain itu rekonsiliasi juga berguna
untuk mengetahui penerimaan atau pengeluaran-pengeluaran yang sudah
terjadi di bank tetapi belum dicatat oleh perusahaan.
Rekonsiliasi laporan bank sebaiknya dibuat oleh staf yang tidak
mempunyai kepentingan terhadap kas, maksudnya agar penyusunan
rekonsiliasi bank ini dapat digunakan untuk mengecek catatan-catatan kas dan
bank. Dalam membuat rekonsiliasi laporan bank perlu diketahui bahwa yang
direkonsiliasikan itu adalah catatan perusahaan dan bank, sehingga harus
dibuat perbandingan antara keduanya agar dapat diketahui perbedaan-
perbedaan yang ada. Pembandingan ini dilakukan dengan cara debit rekening
kas dibandingkan dengan kredit catatan bank yang bisa dilihat dari laporan
bank kolom penerimaan, dan kredit rekening kas dibandingkan dengan debit
catatan bank yang bisa dilihat dari laporan bank kolom pengeluaran. Pada
umumnya mengapa rekonsiliasi bank harus dilakukan karena biasanya terdapat
perbedaan antara saldo menurut catatan kas dengan saldo menurut laporan
bank. Hal-hal yang menimbulkan perbedaan pencatatan adalah sebagai berikut:
1. Bagian-bagian yang oleh perusahaan sudah dicatat sebagai penerimaan
uang tetapi belum dicatat oleh bank, seperti:
a) Setoran yang dikirimkan ke bank pada akhir bulan tetapi belum
diterima oleh bank sampai bulan berikutnya (setoran dalam
perjalanan).
b) Setoran yang diterima oleh bank pada akhir bulan, tetapi dilaporkan
sebagai setoran bulan berikutnya, karena laporan bank sudah
terlanjur dibuat (setoran dalam perjalanan).
c) Uang tunai yang tidak disetorkan ke bank.
2. Bagian-bagian yang sudah dicatat sebagai penerimaan oleh bank tetapi
belum dicatat oleh perusahaan, seperti:
a) Bunga yang diperhitungkan oleh bank terhadap simpanan, tetapi
belum dicatat dalam buku perusahaan (jasa giro).
Politeknik Telkom Akuntansi Keuangan I
32 Rekonsiliasi Laporan Bank
b) Penagihan wesel oleh bank, sudah dicatat oleh bank sebagai
penerimaan tetapi perusahaan belum mencatatnya.
3. Bagian-bagian yang sudah dicatat oleh perusahaan sebagai pengeluaran
tetapi bank belum mencatatnya seperti:
a) Cek-cek yang beredar (outstanding checks) yaitu cek yang sudah
dikeluarkan oleh perusahaan dan sudah dicatat sebagai pengeluaran
kas tetapi oleh yang menerima belum diuangkan ke bank sehingga
bank belum mencatatnya sebagai pengeluaran.
b) Cek yang sudah ditulis dan sudah dicatat dalam jurnal pengeluaran
uang tetapi ceknya belum diserahkan kepada yang dibayar maka cek
tersebut belum merupakan pengeluaran oleh karena itu jurnal
pengeluaran kas harus dikoreksi pada akhir periode.
4. Bagian-bagian yang sudah dicatat oleh bank sebagai pengeluaran tetapi
belum dicatat oleh perusahaan seperti:
a) Cek dari langganan yang ditolak oleh bank karena kosong tetapi
belum dicatat oleh perusahaan.
b) Bunga yang diperhitungkan atas saldo kredit kas (overdraft) tetapi
belum dicatat oleh perusahaan.
c) Biaya jasa bank yang belum dicatat oleh perusahaan.
Disamping beberapa hal tersebut diatas perbedaan antara saldo kas dengan
saldo menurut laporan bank bisa juga terjadi akibat kesalahan-kesalahan.
Kesalahan-kesalahan ini bisa timbul dalam catatan perusahaan maupun dalam
catatan bank.
Untuk dapat membuat rekonsiliasi laporan bank kesalahan-kesalahan
yang ada harus dikoreksi. Rekonsiliasi bank dapat dibuat dalam dua cara
sebagai berikut:
1. Rekonsiliasi saldo akhir yang bisa dibuat dalam bentuk:
a) Laporan rekonsiliasi saldo bank dan saldo kas untuk menunjukkan
saldo yang benar.
b) Laporan rekonsiliasi saldo bank kepada saldo kas.
Contoh penyusunan laporan rekonsiliasi saldo akhir adalah sebagai
berikut:
PT MULIA telah menerima rekening Koran dari BANK PELITA per 31
Agustus 2008 yang menunjukkan saldo sebesar Rp 1.340.000,- . Pada tanggal
Politeknik Telkom Akuntansi Keuangan I
Rekonsiliasi Laporan Bank 33
31 Agustus 2008, perkiraan Kas di buku besar PT MULIA menunjukkan saldo
sebesar Rp 691.600. Data yang berhubungan dengan rekonsiliasi bank adalah
sbb:
a. Check- check yang masih beredar berjumlah Rp 2.350.000,-
b. Telah dikredit oleh Bank, jasa giro bulan Agustus 2002 sebesar Rp
8.500,-
c. Check No. 9003 sebesar Rp 157.000 dicatat dalam buku pengeluaran
sebesar Rp 175.000. Sedangkan check No. 9022 sebesar Rp 240.000
dibukukan sebesar Rp 24.000. Semuanya untuk pembelian barang
dagangan.
d. Setoran check sebesar Rp 1.200.000 pada tanggal 31 Agustus 2002 belum
tercatat dalam rekening Koran bank.
e. Biaya Administrasi bank bulan Juli 2002 sebesar Rp 10.000
f. Bank telah mengkredit rekening PT MULIA atas kiriman uang sebesar Rp
257.900 yang diterima dari langganan untuk melunasi hutangnya.
g. Setoran check yang diterima dari Firma Makmur sebesar Rp 560.000
tanggal 28 Agustus 2002 telah ditolak karena saldo tidak mencukupi.
Diminta:
1. Buatlah Bank rekonsiliasi per 31 Agustus 2008
2. Buatlah jurnal penyesuaian yang diperlukan
Politeknik Telkom Akuntansi Keuangan I
34 Rekonsiliasi Laporan Bank
PT MULIA
Rekonsiliasi bank
Per 31 Agustus 2008
Saldo Catatan
Perusahaan 691.600
Saldo Laporan
bank 1.340.000
Direct
collection by
bank 257.900
Deposits in
transit 1.200.000 Interest
Income 8.500 Error 0
Error 18.000
284.400 1.200.000
976.000 2.540.000
Non
Sufficient
fund 560.000
Out standing
Checks 2.350.000
Bank Service
Charges 10.000 Error 0
Error 216.000
786.000 2.350.000
Correct
book balance 190.000
Correct book
balance 190.000
Jurnal Koreksi Date description Debit Kredit
31-8-2002 Cash 8.500
Intererest Income 8.500
Cash 18.000
Purchases 18.000
Purchases 216.000
Cash 216.000
Miscellaneous Administration 10.000
Cash 10.000
Cash 257.900
Account Receivable 257.900
Account Receivable 560.000
Cash 560.000
Politeknik Telkom Akuntansi Keuangan I
Rekonsiliasi Laporan Bank 35
PT MULIA
Rekonsiliasi Bank
Per 31 Agustus 2002
Saldo Laporan Bank 1.340.000
Ditambah:
Deposits in transit 1.200.000
Error 0
1.200.000
Dikurangi:
Out standing Checks 2.350.000
Error 0
Jumlah - 2.350.000
Dikurangi:
Direct collection by bank 257.900
Interest Income 8.500
Error pengeluaran Over 18.000
Jumlah - 284.400
Ditambah:
Non Sufficient fund 560.000
Bank Service Charges 10.000
Error pengeluaran Under 216.000
Jumlah 786.000
Saldo kas perusahaan 691.000
2. Rekonsiliasi saldo awal, penerimaan, pengeluaran dan saldo akhir yang
bisa dibuat dalam bentuk:
a) Laporan rekonsiliasi saldo bank kepada saldo kas 4 kolom.
b) Laporan rekonsiliasi saldo bank dan saldo kas untuk menunjukkan
saldo yang benar 8 kolom.
Rekonsiliasi seperti ini biasanya dilakukan oleh akuntan pemeriksa
auditor sebagai alat pengujian yang menyeluruh terhadap transaksi-transaksi
kas. Dalam bentuk ini selain saldo awal dan saldo akhir akan dapat diketahui
perbedaan jumlah penerimaan dan pengeluaran antara bank dengan catatan
kas. Susunan kolom-kolomnya adalah saldo awal, penerimaan, pengeluaran
dan saldo akhir. Dalam mengerjakan rekonsiliasi bentuk ini diperlukan
Politeknik Telkom Akuntansi Keuangan I
36 Rekonsiliasi Laporan Bank
pengetahuan mengenai prosedur pencatatan penerimaan dan pengeluaran kas
dan bank, karena prosedur yang digunakan akan mempengaruhi jumlah-jumlah
yang akan direkonsiliasikan. Seperti dalam prosedur penerimaan kas
dinyatakan bahwa cek-cek yang ditolak oleh bank dapat diperlakukan sebagai
pengurang dalam jurnal penerimaan kas atau sebagai pengeluaran kas. Apabila
diperlakukan sebagai pengurang jurnal penerimaan kas maka jumlah
penerimaan menurut jurnal ini akan lebih kecil jika dibandingkan dengan jurnal
penerimaan kas di mana cek kosong diperlakukan sebagai pengeluaran.
Perbedaan prosedur seperti ini akan mempengaruhi rekonsiliasinya
Rekonsiliasi saldo awal, penerimaan, pengeluaran dan saldo akhir bisa
dibuat dalam dua bentuk yaitu 4 kolom dan 8 kolom. Jika dibandingkan
dengan rekonsiliasi saldo akhir maka rekonsiliasi 4 kolom adalah perluasan
dari rekonsiliasi saldo bank kepada saldo kas, sedang rekonsiliasi 8 kolom
merupakan perluasan dari rekonsiliasi saldo bank dan saldo kas untuk
menunjukkan saldo yang benar. Oleh karena itu prosedur dalam membuat
rekonsiliasi saldo akhir juga berlaku dalam rekonsiliasi saldo awal,
penerimaan, pengeluaran dan saldo akhir, hanya yang terakhir ini lebih
komplek.
Karena yang direkonsiliasikan dalam bentuk-bentuk berkolom ini
adalah saldo akhir suatu periode yang menjadi saldo awal periode berikutnya,
misalnya Desember dan Januari, penerimaan dan pengeluaran Januari serta
saldo akhir Januari maka setiap elemen dalam rekonsiliasi ini akan
mempengaruhi dua kolom, seperti setoran dalam perjalanan bulan Desember
akan menambah saldo 31 Desember dan mengurangi penerimaan bulan
Januari. Hal ini bisa terjadi karena bank mencatat setoran tadi dalam bulan
Januari yang seharusnya merupakan setoran bulan Desember. Contoh
prosesnya adalah sebagai berikut:
Dari catatan kas:
Saldo 31 Desember 2008 Rp 376.800,-
Penerimaan dlm bulan Januari 2009 1.480.700,-
Rp1.857.500,-
Pengeluaran dlm bulan Januari 2009 1.243.500,-
Saldo 31 Januari 2009 614.000,-
Politeknik Telkom Akuntansi Keuangan I
Rekonsiliasi Laporan Bank 37
Dari laporan bank:
Saldo, 31 Desember 2008 Rp 381.100,-
Penerimaan selama bulan Januari 2009 1.408.700,-
Rp1.789.800,-
Pengeluaran selama bulan Januari 2009 1.243.100,-
Saldo 31 Januari 2009 Rp 546.700,-
Dari perbandingan laporan bank dan catatan kas
31 Des 2008 31 Jan 2009
Setoran dalam perjalanan Rp160.000,- Rp180.000,-
Cek yang bereda 172.400,- 161.200,-
Jasa giro 6.000,- 8.000,-
Biaya bank 1.200,- 1.600,-
Uang kas yang tidak disetor 40.000,-
Cek kosong (disetor kembali bulan
Berikutnya) 12.000,- 14.000,-
Koreksi penerimaan piutang Rp101.200,-
Dicatat sebesar Rp102.100,- 900,-
Laporan rekonsiliasi yang disusun dari data di atas adalah sebagai berikut:
Rekonsiliasi Saldo Awal, Penerimaan, Pengeluaran dan Saldo Akhir (4 Kolom)
Rekonsiliasi Saldo Awal, Penerimaan dan Saldo Bank 31 Januari 2009
Keterangan Saldo
31 Des 2008
Penerimaan Jan 2009
Pengeluaran Jan 2009
Saldo 31 Jan 2009
Per laporan bank Rp381.100, Rp1.408.700, Rp1.243.100, Rp546.700,
Setoran dalam perjalanan
31 Des 2008 160.000, (160.000,) 31 Jan 2009 180.000, 180.000, Cek yang beredar 31 Des 2008 (172.400,) (172.400,) 31 Jan 2009 161.200, (161.200,) Jasa giro 31 Des 2008 (6.000,) 6.000,
Politeknik Telkom Akuntansi Keuangan I
38 Rekonsiliasi Laporan Bank
31 Jan 2009 (8.000.) (8.000,) Biaya bank 31 Des 2008 1.200, 1.200, 31 Jan 2009 (1.600,) 1.600, Kas yang tidak
disetor:
31 Jan 2009 40.000, 40.000, Cek kosong 31 Des 2008 12.000, 12.000, 31 Jan 2009 14.000, 14.000, Koreksi penerimaan 31 Des 2008 900, 900,
Saldo kas Rp376.800, Rp1.480.700, Rp1.243.500, 614.000,
Keterangan:
Setoran dalam perjalanan
31-12-08 Sudah dicatat sebagai penerimaan kas bulan Desember sehingga
termasuk dalam saldo kas tanggal 31 Desember 2008. Karena
masih belum diterima oleh bank sampai dengan tanggal 31
Desember 2008, maka tidak termasuk dalam saldo bank tanggal
31 Desember 2008. Jumlah Rpl60.000,- ini dicatat sebagai
penerimaan bank bulan Januari 2009 sehingga termasuk dalam
jumlah penerimaan Rp1.480.700,-. Di sini saldo bank tanggal 31
Desember 2008 ditambah dan penerimaan bank bulan Januari
dikurangi sebesar Rp160.000,- agar sesuai dengan catatan kas.
31-1-09 Sudah dicatat sebagai penerimaan kas bulan Januari 2009
sehingga termasuk dalam saldo kas tanggal 31 Januari 2009.
Karena sampai tanggal 31 Januari 2009 masih belum diterima
oleh bank maka tidak termasuk dalam jumlah penerimaan
Rp1.480.700,- dan saldo bank tanggal 31 Januari 2009. Jumlah
Rp180.000,- ini dicatat sebagai penerimaan oleh bank pada bulan
Februari. Oleh karena itu dalam rekonsiliasi ini penerimaan bank
bulan Januari dan saldo bank tanggal 31 Januari 2009 ditambah
sebesar Rp180.000,- agar sesuai dengan catatan kas.
Politeknik Telkom Akuntansi Keuangan I
Rekonsiliasi Laporan Bank 39
Cek yang beredar
31-12-08 Sudah dicatat sebagai pengeluaran kas bulan Desember, sehingga
tidak termasuk dalam saldo kas tanggal 31 Desember 2008.
Cek-cek ini akan diuangkan ke bank pada bulan Januari sehingga
termasuk dalam jumlah pengeluaran bank bulan Januari sebesar
Rp1.243.000,-. Oleh karena itu saldo bank tanggal 31 Desember
2008 dan pengeluaran bank Januari dikurangi sebesar
Rp172.400,- agar sesuai dengan catatan kas.
31-1-09 Sudah dicatat sebagai pengeluaran kas bulan Januari, sehingga
tidak termasuk dalam saldo kas tanggal 31 Januari 2009. Cek-cek
ini baru diuangkan ke bank pada bulan Februari, sehingga tidak
termasuk dalam pengeluaran bank bulan Januari. Oleh karena itu
pengeluaran bank ditambah dan saldo bank 31 Januari 2009
dikurangi sebesar Rp161.200,- agar sesuai dengan catatan kas.
Jasa giro
31-12-08 Dicatat sebagai penerimaan kas pada bulan Januari sehingga tidak
termasuk dalam saldo kas tanggal 31 Desember 2008. Jasa giro
ini ditambahkan oleh bank pada bulan Desember, oleh karena
itu termasuk dalam saldo bank tanggal 31 Desember 2008. Agar
catatan bank sesuai dengan catatan kas maka saldo bank tanggal
31 Desember 2008 dikurangi dan penerimaan bank bulan Januari
ditambah sebesar Rp6.000,-.
31-1-09 Jasa giro ini belum dicatat sebagai penerimaan kas bulan Januari
sehingga tidak termasuk dalam saldo kas tanggal 31 Januari 2009.
Oleh bank jasa giro ini ditambahkan sebagai penerimaan pada
bulan Januari sehingga termasuk dalam saldo bank tanggal 31
Januari 2009. Agar catatan bank sesuai dengan catatan kas maka
penerimaan bank Januari dan saldo bank 31 Januari 2009
dikurangi sebesar Rp8.000,-.
Biaya bank
31-12-08 Dicatat sebagai pengeluaran kas bulan Januari 2009 sehingga
masih termasuk dalam saldo tanggal 31 Desember 2008. Oleh
bank biaya ini dibebankan sebagai pengeluaran bulan Desember,
sehingga tidak termasuk dalam saldo bank tanggal 31 Desember
Politeknik Telkom Akuntansi Keuangan I
40 Rekonsiliasi Laporan Bank
2008. Agar catatan bank sesuai dengan catatan kas maka saldo
bank 31 Desember 2008 dan pengeluaran bank Januari ditambah
sebesar Rp1.200,-.
31-1-09 Dicatat sebagai pengeluaran kas bulan Februari 2009 sehingga
masih termasuk dalam saldo kas tanggal 31 Januari 2009. Oleh
bank biaya ini dibebankan sebagai pengeluaran pada bulan Januari
sehingga tidak termasuk dalam saldo bank tanggal 31 Januari
2009. Agar catatan bank sesuai dengan catatan kas, maka
pengeluaran bank bulan Januari dikurangi dan saldo bank 31
Januari 2009 ditambah sebesar Rp1.600,-.
Kas yang tidak disetor
31-1-09 Dicatat sebagai penerimaan kas pada bulan Januari 2009
sehingga termasuk dalam saldo kas tanggal 31 Januari 2009.
Karena tidak disetor maka tidak termasuk dalam penerimaan
bank Januari dan saldo bank 31 Januari 2009. Agar catatan bank
sesuai dengan catatan kas, maka penerimaan bank bulan Januari
dan saldo bank tanggal 31 Januari 2009 ditambah sebesar
Rp40.000,-.
Cek kosong
31-12-08 Dicatat sebagai penerimaan kas bulan Desember 2008 sehingga
termasuk dalam saldo kas tanggal 31 Desember 2008. Karena
cek ini kosong oleh bank tidak diterima sebagai setoran dan
dikembalikan ke perusahaan.. Oleh perusahaan cek kosong ini
dicatat sebagai pengeluaran kas bulan Januari. Sehingga
perbedaan antara kas dan bank terletak pada saldo 31
Desember 2008 dan pengeluaran Januari 2009. Agar catatan
bank sesuai dengan kas maka saldo bank tanggal 31 Desember
2008 dan pengeluaran bank bulan Januari ditambah sebesar
Rp12.000,-. Apabila cek kosong yang dikembalikan oleh bank
dicatat sebagai pengurangan dalam jurnal penerimaan kas bulan
Januari maka perbedaan antara bank dengan kas terletak pada
saldo 31 Desember 2008 dan penerimaan bulan Januari 2009
Untuk menyesuaikan catatan bank dan catatan kas maka saldo
bank tanggal 31 Desember 2008 ditambah dan penerimaan bank
di bulan Januari dikurangi sebesar Rp12.000,-.
Politeknik Telkom Akuntansi Keuangan I
Rekonsiliasi Laporan Bank 41
31-1-08 Dicatat sebagai penerimaan kas bulan Januari sehingga termasuk
dalam saldo kas tanggal 31 Januari 2009. Karena cek ini kosong
oleh bank tidak diterima sebagai setoran dan dikembalikan ke
perusahaan pada tanggal 31 Januari 2009. Oleh perusahaan cek
kosong ini dicatat sebagai pengeluaran kas bulan Februari. Oleh
karena itu perbedaan antara kas dan bank terletak pada
penerimaan Januari dan saldo 31 Januari 2009. Agar catatan
bank sesuai dengan catatan kas maka penerimaan bank bulan
Januari dan saldo bank tanggal 31 Januari 2009 ditambah sebesar
Rp14.000,-. Apabila cek kosong yang dikembalikan oleh bank
dicatat sebagai pengurangan dalam jurnal penerimaan kas bulan
Februari maka perbedaan antara bank dengan kas terletak pada
penerimaan Januari dan saldo 31 Januari 2009. Penyesuaiannya
sama dengan di atas.
Koreksi penerimaan
31-12-08 Penerimaan kas bulan Desember 2008 dicatat terlalu besar
Rp900,00, sehingga saldo kas tanggal 31 Desember 2008 terlalu
besar Rp900,-. Kesalahan ini berakibat pada saldo kas tanggal 31
Januari 2008 yang juga terlalu besar Rp900,00. Agar catatan
bank sesuai dengan catatan kas, maka saldo bank tanggal 31
Desember 2008 dan 31 Januari 2009 ditambah sebesar Rp900,-.
Sesudah menyusun rekonsiliasi laporan bank, perlu dibuat jurnal untuk
membetulkan catatan kas. Dari rekonsiliasi di atas yang dibuat koreksinya
hanya elemen-elemen yang mempengaruhi saldo kas tanggal 31 Januari 2009.
Jurnal koreksi yang dibuat pada tanggal 31 Januari 2009 adalah sebagai
berikut::
Kas Rp8.000,-
Pendapatan jasa giro Rp8.000,-
Biaya bank Rp1.600,-
Pendapatan jasa giro Rp1.600,-
Piutang Rp14.000,-
Kas Rp14.000,-
Politeknik Telkom Akuntansi Keuangan I
42 Rekonsiliasi Laporan Bank
Piutang Rp9.000,-
Kas Rp9.000,-
Jurnal koreksi tersebut dapat dibuat menjadi satu jurnal gabungan sebagai
berikut:
Biaya bank Rp1.600,-
Piutang 14.900,-
Pendapatan jasa giro Rp8.000,-
Kas 8.500,-
Apabila cek yang beredar tidak semuanya diuangkan ke bank pada
bulan berikutnya, perbedaan antara pengeluaran bank dengan pengeluaran kas
hanya sebesar cek yang belum diuangkan tadi. Perbedaan ini juga
mempengaruhi saldo bank dengan saldo kas. Misalnya dari data rekonsiliasi di
muka, dari cek yang beredar tanggal 31 Desember 2008 yang diuangkan ke
bank pada bulan Januari hanya sebesar Rpl42.400,- sedang cek sebesar
Rp30.000,- masih beredar sampai dengan tanggal 31 Januari 2009. Data di atas
akan nampak dalam rekonsiliasi sebagai berikut:
Keterangan Saldo
31 Des 2008 Penerimaan
Jan 2009 Pengeluaran
Jan 2009 Saldo
31 Jan 2009
Per laporan bank Rp381.100, Rp1.408.700, Rp1.243.100, Rp546.700,
Cek yang beredar 31 Desember 08 (172.400,) (142.400,) (30.000,)
31 Januari 2009 161.200, (161.200,)
Keterangan:
Cek-cek sebesar Rp172.400,- sudah dicatat sebagai pengeluaran kas
bulan Desember 2005 sehingga tidak termasuk dalam saldo kas tanggal 31
Desember 2008. Cek-cek sebesar Rp142.400,- diuangkan ke bank pada bulan
Januari 2009 sehingga termasuk dalam jumlah pengeluaran bank sebesar
Rp1.243.100,- Perbedaan antara bank dengan kas sebagai berikut:
Saldo bank tanggal 31 Desember 2008 lebih besar Rp172.400,- dibanding
dengan saldo kas pada tanggal yang sama. Pengeluaran bank bulan Januari
2006 lebih besar Rp142.400,- dibanding dengan pengeluaran kas pada bulan
yang sama, sehingga saldo bank tanggal 31 Januari 2009 lebih besar Rp30.000,-
Politeknik Telkom Akuntansi Keuangan I
Rekonsiliasi Laporan Bank 43
dibandingkan dengan saldo kas pada tanggal yang sama. Agar catatan bank
sesuai dengan catatan kas maka saldo bank tanggal 31 Desember 2008
dikurangi sebesar Rp172.400,- pengeluaran bank bulan Januari dikurangi
sebesar Rp142.400,- dan saldo bank tanggal 31 Januari 2009 dikurangi
Rp30.000,00. Dengan kata lain dapat dikatakan bahwa saldo cek yang beredar
tanggal 31 Januari 2006 sebesar Rp191.200,- terdiri dari cek yang dikeluarkan
pada bulan Desember 2005 sebesar Rp30.000,- dan cek-cek yang dikeluarkan
pada bulan Januari 2006 sebesar Rp161.200,-
Politeknik Telkom Akuntansi Keuangan I
44 Rekonsiliasi Laporan Bank
Pertanyaan Kuis
1. Jelaskan tujuan dan kegunaan penyusunan rekonsiliasi laporan bank!
2. Sebutkan bagian-bagian yang sudah dicatat sebagai penerimaan kas oleh
perusahaan tetapi belum dicatat oleh bank! Jelaskan!
3. Sebutkan bagian-bagian yang sudah dicatat sebagai penerimaan oleh bank
tetapi belum dicatat oleh perusahaan! Jelaskan!
4. Sebutkan bagian-baian yang sudah dicatat sebagai pengeluaran kas oleh
perusahaan tetapi belum dicatat oleh bank! Jelaskan!
5. Sebutkan bagaian-bagian yang sudah dicatat sebagai pengeluaran oleh
bank, tetapi belum dicatat oleh perusahaan! Jelaskan!
Politeknik Telkom Akuntansi Keuangan I
Rekonsiliasi Laporan Bank 45
Pertanyaan Aplikasi
1. Menurut catatan perusahaan “MAJU TERUS” saldo simpanannya ]di bank
tanggal 31 Desember 2008 Rp. 44.880.000, tetapi menurut catatan bank
saldo tersebut berjumlah Rp. 62.012.000, perbedaan tersebut
dikarenakan :
Perusahaan telah menyetorkan uang sebesar Rp. 7.500.000 tetapi
jumlah ini belum tercatat dalam catatan bank
Perusahaan telah menyerahkan cek No.875 sebesar Rp. 3.000.000
tetapi jumlah ini belum diuangkan oleh pemegangnya
Perusahaan telah mengeluarkan cek pada PT Wijaya untuk melunasi hutangnya sebesar Rp. 1.500.000 tetapi dalam pembukuan salah
dicatat sebesar Rp. 5.100.000
Bank telah menerima pembayaran dari langganan Rp. 20.200.000
Bank membuat kesalahan dalam membuat cek yang dibayarkan pada
perusahaan, cek bernilai Rp. 2.000.000 dibukukan hanya Rp. 200.000
Perusahaan telah menerima pelunasan dari PT. JAYA dengan cek
sebesar Rp. 4.000.000 cek tersebut ternyata kosong
Perusahaan mendapatkan bunga bank Rp. 40.000
Biaya jasa bank Rp. 8.000 Diminta :
a. Buatlah rekonsiliasi Bank
b. Ayat jurnal penyesuaian
2. Laporan bank untuk PT. Mitra pada tanggal 30 Juni menunjukan saldo
sebesar $9.143,11. Semua penerimaan kas disetorkan ke bank setiap sore
hari setelah bank tutup dengan memasukkannya ke dalam kotak setoran
malam. Catatan akuntansi menunjukkan ikhtisar data berikut untuk
penerimaan dan pembayaran kas selama bulan Juni :
Saldo kas 1 Juni $3.943,50
Total penerimaan kas bulan Juni $28.971,60
Total jumlah cek yang diterbitkan selama bulan Juni $28.388,85
Politeknik Telkom Akuntansi Keuangan I
46 Rekonsiliasi Laporan Bank
Setelah laporan bank dan cek-cek yang dibatalkan beserta
memorandumnya dibandingkan dengan catatan pembukuan, maka
ditemukan hal-hal berikut untuk keperluan rekonsiliasi
a. Bank telah menerima transfer dari nasabah perusahaan $1.030
b. Setoran sebesar $1.852,21 yang berasal dari penerimaan kas tanggal
30 Juni belum tercantum dalam laporan bank
c. Cek yang beredar berjumlah $5.265,27
d. Cek yang ditarik sebesar $139 ternyata oleh bank dibayarkan $157
e. Cek sebesar $30 yang dilampirkan pada laporan bank ternyata oleh
perusahaan dibukukan sebesar $240. Cek tersebut adalah untuk
pembayaran peralatan yang dibeli secara kredit
f. Beban administrasi bank untuk bulan Juni berjumlah $18,20
Diminta :
a. Buatlah rekonsiliasi Bank
b. Ayat jurnal penyesuaian
Politeknik Telkom Akuntansi Keuangan I
Piutang Usaha 47
PIUTANG USAHA
Overview
Penjualan barang-barang dan jasa-jasa dari perusahaan pada saat ini banyak
dilakukan dengan kredit sehingga ada tenggang waktu sejak penyerahan
barang atau jasa sampai saat diterimanya uang. Dalam tenggang waktu
tersebut penjual mempunyai tagihan kepada pembeliatau disebut dengan
piutang.
Tujuan
1. Mahaiswa mampu memahami dan menjelaskan pengakuan dan penilaian
piutang.
2. Mahasiswa mampu menjelaskan pengakuan dan penilaian piutang wesel.
Politeknik Telkom Akuntansi Keuangan I
48 Piutang Usaha
4.1 Piutang (Account Receivable)
Pengertian Piutang : hak perusahaan untuk menerima sejumlah kas
dimasa datang akibat kejadian masa lalu atau semua klaim dalam bentuk uang
terhadap entitas lainnya termasuk individu, perusahaan atau organisasi lainnya.
Piutang dibagi atas :
1. Piutang Dagang (Trade Receivable) : piutang yang dihubungkan
dengan aktivitas operasi normal sebuah bisnis, yaitu penjualan kredit
barang atau jasa untuk pelanggan. Piutang usaha semacam ini
normalnya diperkirakan akan tertagih dalam periode waktu yang
relative pendek seperti 30 atau 60 hari. Piutang usaha diklasifikasikan
dalam neraca sebagai aktiva lancar.
2. Piutang Wesel (Notes Receivable) : piutang yang dibuktikan oleh
janji tertulis formal untuk membayar sejumlah uang tertentu pada
tanggal tertentu atau jumlah yang terutang bagi pelanggan dimana
pelanggan dimaksud telah menerbitkan surat utang formal kepada
perusahaan.
3. Piutang lain-lain (other Receivable) : jika piutang ini diharapkan akan
tertagih dalam satu tahun maka piutang tersebut diklasifikasikan
sebagai aktiva lancer. Jika penagihannya lebih dari satu tahun maka
piutang ini diklasifikasikan sebagai aktiva tidak lancar dan dilaporkan
didalam investasi. Piutang lain-lain meliputi meliputi piutang bunga,
piutang pajak dan piutang karyawan.
4.2 Piutang Tak Tertagih (Kerugian Piutang) :
Dalam realisasinya beberapa piutang tidak dapat ditagih. Metode paling
sederhana untuk mengakui kerugian dari piutang yang tidak dapat ditagih
adalah :
1. Mendebitkan beban seperti beban kerugian piutang (Doubtful
Accounts Expense), Beban Piutang Tak Tertagih (Bad Debt Expense)
atau beban piutang ragu-ragu (Uncollectible Acounts Expense),
pendekatan ini disebut metode penghapusan langsung (direct write –
Politeknik Telkom Akuntansi Keuangan I
Piutang Usaha 49
off method) dan sering digunakan oleh usaha kecil karena
kesederhanaannya.
Date Metode Langsung
Bad Debt Expense Xxx
Account Receivable xxx
Tetapi apabila piutang yang telah dihapuskan dapat diterima kembali,
maka pencatatan akan dilihat berdasarkan situasi :
a. Penerimaan piutang dalam periode yang sama, maka jurnal :
Date Metode Langsung
Cash Xxx
Bad Debt Expense xxx
b. Penerimaan Piutang dalam periode yang tidak sama, maka jurnal
:
Date Metode Langsung
Cash Xxx
Retained Earning Xxx
2. Metode cadangan : metode pengakuan kerugian yang diperkirakan
dari piutang yang tidak dapat ditagih atau metode yang akan
mencatat kerugian piutang pada saat akhir periode, walaupun piutang
tersebut belum tentu tidak tertagih. Sehingga pada saat benar-benar
piutang tidak tertagih dibebankan kepada Allowance For Bad Debt
bukan lagi kepada Bad Debt Expense.
Date Metode Cadangan
Allowance For Bad Debt Xxx
Account Receivable Xxx
Tetapi apabila piutang yang telah dihapuskan dapat diterima kembali,
maka pencatatan akan dilihat berdasarkan situasi :
Politeknik Telkom Akuntansi Keuangan I
50 Piutang Usaha
a. Penerimaan piutang dalam periode yang sama, maka jurnal :
Date Metode Cadangan
Cash Xxx
Allowance For Bad Debt Xxx
b. Penerimaan Piutang dalam periode yang tidak sama, maka jurnal :
Date Metode Cadangan
Cash Xxx
Allowance For Bad Debt Xxx
Dalam menentukan jumlah piutang yang tak tertagih / kerugian piutang atau
untuk mengestimasi piutang tak tertagih biasanya disasarkan pada :
1. Jumlah penjualan, yang diperlihatkan dalam laporan laba rugi
2. Jumlah piutang, yang diperlihatkan dalam neraca akhir periode dan
umur piutang
Estimasi berdasarkan penjualan :
Piutang diperoleh dari penjualan kredit oleh karenanya jumlah penjualan
kredit selama suatu periode bisa digunakan untuk mengestimasi jumlah
piutang tak tertagih.
Contoh : Penjualan kredit sebesar Rp. 8.000.000, diestimasi 3% dari total
penjualan kredit merupakan piutang tak tertagih maka jurnalnya :
Date Metode Langsung
Bad Debt Expense 240.000
Account Receivable 240.000
Date Metode Cadangan
Allowance For Bad Debt 240.000
Account Receivable 240.000
Politeknik Telkom Akuntansi Keuangan I
Piutang Usaha 51
Belum Telah Jatuh Tempo (dalam hari)
Pelanggan Saldo Jatuh
Tempo
1-30 31-60 61-90 91-
180
181-
365
Di atas
365
Mazaya, PT
Kautsar, PT
Fadhlan, PT
150
610
470
470
150
350
260
Pelangi, PT
Total
160
86.300
75.000
4.00
0
3.100
1.900
1.200
800
160
300
Estimasi Piutang
Tak Tertagih
Interval Umur Saldo Persen Jumlah
Belum Jatuh Tempo
Telah Jatuh Tempo dalam 1-30 hari
Telah Jatuh Tempo dalam 31-60 hari
Telah Jatuh Tempo dalam 61-90 hari
Telah Jatuh Tempo dalam 91-180 hari
Telah Jatuh Tempo dalam 181-365 hari Di atas 365 hari
75.000
4.000
3.100
1.900
1.200
800 300
2
5
10
20
30
50 80
1.500
200
310
380
360
400 240
Total 86.300 3.390
Masalah piutang menyeluruh
Saldo rekening PT. Pelangi pada tanggal 31 Desember 2007 menunjukkan
sebagai berikut :
Piutang Dagang Rp 3.000.000
Cadangan kerugian piutang (Cr) Rp 200.000
Politeknik Telkom Akuntansi Keuangan I
52 Piutang Usaha
Berikut ini transaksi selama tahun 2008
a. Penjualan kredit Rp 9.000.000
b. Penjualan Tunai Rp 4.000.000
c. Penerimaan uang dari piutang dagang Rp 3.800.000 sudah termasuk
potongan penjualan sebesar Rp 200.000
d. Retur Penjualan kredit Rp 500.000
e. Retur Penjualan tunai Rp 300.000
f. Piutang dagang yang dihapus tahun 2008 Rp 400.000
g. Penerimaan kembali piutang yang telah dihapus Rp 250.000
Berdasarkan data diatas diminta :
1. Buatlah Jurnal transaksi tahun 2008 bila menggunakan metode
penghapusan
a. Langsung
b. Cadangan
2. Berapa Saldo piutang dagang tanggal 31 Desember 2008
3. Buatlah Jurnal Penyesuaian (untuk cadangan piutang) per 31
Desember 2008 bila dihitung :
a. 1% dari penjualan kredit bersih
b. 1% dari saldo piutang akhir
4. Berapa Saldo Cadangan kerugian piutang 31 Desember 2008
1. Jurnal Transaksi
Metode Langsung Metode Cadangan
a Cash 4.000.000 a Cash 4.000.000
Sales 4.000.000 Mey 4.000.000
b Account
Receivable
9.000.000 b Account
Receivable
9.000.000
Sales 9.000.000 Sales 9.000.000
c Cash 3.800.000 c Cash 3.800.000
Sales discount 200.000 Sales
discount
200.000
Account
Receivable
4.000.000 Account
Receivable
4.000.000
Politeknik Telkom Akuntansi Keuangan I
Piutang Usaha 53
d Sales Return 500.000 d Sales
Return
500.000
Account
Receivable
500.000 Account
Receivable
500.000
e Sales Return 300.000 e Sales
Return
300.000
Cash 300.000 Cash 300.000
f Bad Debt Expense
400.000 f Allowance for bad
debt
400.000
Account
Receivable
400.000 Account
Receivable
400.000
g Cash 250.000 g Cash 250.000
Bad Debt Expense
250.000 Allowance for bad
debt
250.000
2. Saldo Piutang dagang per 31 Desember 2008
Saldo awal
Penjualan
Kredit
Saldo Akhir
Rp
3.000.000
Rp
9.000.000
Rp
7.100.000
Penerimaan
piutang
Retur Penjualan
kredit
Penghapusan
piutang
Rp
4.000.000
Rp
500.000
Rp
400.000
3. a. Jurnal penyesuaian per 31 Desember 2008
NET CREDIT SALES = Rp 9.000.000 – Rp 500.000 – Rp
200.000 = Rp 8.300.000
Bad Debt Expense = 1% x Rp 8.300.000 = Rp 83.000
Politeknik Telkom Akuntansi Keuangan I
54 Piutang Usaha
31 Desember
2008
Bad Debt Expense Rp
83.000
Allowance
for bad debt
Rp
83.000
b. Taksiran cadangan kerugian = 1% x Rp 7.100.000 = Rp 71.000
Debt Expense = Rp 71.000 – Rp 50.000 = Rp 21.000
31 Desember
2008
Bad Debt Expense Rp
21.000
Allowance for bad debt
Rp 21.000
4. Saldo Cadangan Kerugian piutang per 31 Desember 2008 bila cadangan
dihitung dari
a. Penjualan
kredit
b. Piutang dagang
akhir
Saldo awal
Penghapusan piutang
Cadangan kerugian
=
=
=
Rp
200.000
Rp
(400.000)
Rp
250.000
=
=
=
Rp 200.000
Rp (400.000)
Rp 250.000
Cadangan kerugian 31-
12-08
=
=
Rp 50.000
Rp 83.000
=
=
Rp 50.000
Rp 21.000
Rp
133.000
Rp 71.000
Politeknik Telkom Akuntansi Keuangan I
Piutang Usaha 55
Pertanyaan Kuis
1. Jelaskan bagaimana cara melaporkan saldo piutang dalam neraca yang
anda ketahui!
2. Jelaskan dua pendekatan untuk menghitung jumlah kerugian piutang!
3. Dalam kondisi apa suatu perusahaan diperkenankan menggunakan
metode penghapusan langsung? Jelaskan!
4. Jelaskan dua cara yang dapat digunakan untuk mencatat potongan
penjualan!
5. Apakah yang dimaksud dengan factoring atau anjak piutang? Jelaskan!
Politeknik Telkom Akuntansi Keuangan I
56 Piutang Wesel
PIUTANG WESEL
Overview
Wesel adalah janji tertulis yang tidak bersyarat dari satu pihak kepada pihak
lain untuk membayar sejumlah uang tertentu pada tanggal tertentu di masa
yang akan datang. Wesel dapat dipindahtangankan dan kelak dapat
menimbulkan piutang wesel.
Tujuan
1. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan piutang wesel.
2. Mahasiswa mampu menjelaskan pengakuan dan penilaian piutang wesel.
Politeknik Telkom Akuntansi Keuangan I
Piutang Wesel 57
Wesel adalah janji tertulis yang tidak bersyarat dari satu pihak kepada
pihak lain untuk membayar sejumlah uang tertentu pada tanggal tertentu di
masa yang akan datang. Wesel dapat dipindahtangankan, jika wesel
dipindahtangankan berarti yang membuat wesel akan membayar pada orang
atau badan yang memegang wesel tersebut pada saat jatuh tempo. Wesel
yang dapat dipindahtangankan dapat didiskontokan ke bank sebelum jatuh
temponya. Seperti halnya piutang maka piutang wesel harus dipisahkan untuk
wesel dagang, wesel dari pegawai dan Iain-lain. Wesel yang sudah jatuh tempo
tetapi belum dilunasi harus dicatat terpisah dari wesel yang belum jatuh
tempo, lazimnya dicatat dalam rekening piutang wesel menunggak. Piutang
wesel dapat dipisahkan menjadi dua yaitu:
1. Piutang wesel tidak berbunga.
2. Piutang wesel berbunga.
Diskonto wesel adalah meminjam uang ke bank dengan
menggunakan wesel sebagai jaminan. Bank akan memberikan pinjaman tetapi
dikurangi dengan bunga yang diperhitungkan selama jangka waktu diskonto.
Bunga yang diperhitungkan ini disebut juga diskonto. Pendiskontoan wesel ini
biasanya dilakukan dengan syarat jika pembuat wesel tidak melunasi weselnya
pada tanggal jatuh tempo, maka pihak yang mendiskontokan bertanggung
jawab untuk melunasi wesel tersebut. Kewajiban melunasi wesel bagi pihak
yang mendiskontokan merupakan utang yang belum pasti (contingent liabilities)
sehingga harus nampak dalam catatan.
Bunga diskonto wesel dihitung dengan cara sebagai berikut:
Bunga (diskonto) = nilai jatuh tempo x tarif diskonto x periode diskonto
Piutang Wesel
Sebab-sebab terjadinya wesel :
1. Mengganti piutang yang sudah jatuh tempo tapi belum dibayar
2. Ditetapkan dalam syarat jual beli
3. Pinjaman dalam bentuk uang tunai
Politeknik Telkom Akuntansi Keuangan I
58 Piutang Wesel
Jenis-jenis piutang wesel :
1. Wesel tidak berbunga : wesel yang pada saat jatuh tempo dibayar
sebesar nilai nominalnya
2. Wesel berbunga : wesl yang pada saat jatuh tempo dibayar sebesar
nilai nominalnya dan ditambah dengan bunga .
Masalah pendiskontoan wesel :
a. Menentukan nilai jatuh tempo dari wesel = nilai nominal + bunga
b. Bunga wesel = Nilai nominal x Tarif bunga x Jangka waktu wesel
c. Jangka waktu wesel = dari tanggal wesel ke tanggal jatuh tempo
d. Jumlah diskon = Nilai jatuh tempo x tariff dskon x jangka waktu
diskon
e. Jangka waktu diskon = dari tanggal penjualan ke tanggal jatuh tempo
f. Hasil penjualan/pendiskontoan = Nilai jatuh dikurangi diskon
Saat jatuh tempo wesel : bila wesel sudah jatuh tempo dapat terjadi hal-hal
sbb :
a. Dilunasi
b. Tidak dilunasi
c. Diperpanjang
Contoh : Wesel Tidak Berbunga
a. Pada tanggal 15 Maret 2009 PT. Mentari menjual barang dagangan
sebesar Rp. 16.000.000 kepada PT. Rembulan dengan utang piutang
biasa.
b. Tanggal 25 Maret 2009 disepakati oleh PT. Mentari dan PT.
Rembulan bahwa utang piutang biasa dari jual-beli barang dagangan
pada 15 Maret 2009 dirubah menjadi utang-piutang wesel yang
berdiskon. Tanggal jatuh tempo ditetapkan 25 September 2009.
c. Tanggal 25 Juli 2009 PT. Rembulan menjual wesel kepada PT. Bintang
dengan diskon sebesar 2% sebulan.
d. Tanggal 25 September PT. Rembulan melunasi utangnya sebesar Rp.
16.000.000 kepada PT. Mentari dengan tepat.
Diminta :
Buatlah ayat jurnal yang diperlukan oleh PT. Mentari
Politeknik Telkom Akuntansi Keuangan I
Piutang Wesel 59
Date Description Debit Credit
15 - Maret Account Receivable 8.000.000
Sales 8.000.000
Penjualan kredit
25-Maret Notes Receivable 8.000.000
Account Receivable 8.000.000
Perubahan menjadi piutang
wesel
25-Juli Cash 7.520.000
Interest Expense 480.000
Notes Receivable
Discounted
8.000.000
Pendiskontoan piutang wesel
Notes Receivable
Discounted
8.000.000
Notes Receivable 8.000.000
Penghapusan rekening
piutang wesel
Perhitunngan :
Discount : Rp 8.000.000 x 3% x 2 = Rp 480.000
Hasil pendiskontoan wesel = Rp 8.000.000 – Rp 480.000 = 7.520.000
Bila pada tanggal jatuh tempo piutang wesel tidak dilunasi (wesel tidak
berbunga)
Jurnal yang dibuat oleh PT. Mentari
Date Description Debit Credit
Notes Receivable
Discounted
8.000.000
Notes Receivable 8.000.000
Penghapusan rekening
piutang wesel
Account Receivable 8.000.000
Cash 8.000.000
Penghapusan rekening
piutang wesel
Politeknik Telkom Akuntansi Keuangan I
60 Piutang Wesel
Bila pada tanggal jatuh tempo piutang wesel diperpanjang, maka tidak
dilakukan jurnal oleh PT. Mentari
Contoh : WESEL BERBUNGA a. Pada tanggal 24 Januari 2008 PT. Mentari menjual barang dagangan
sebesar Rp 8.000.000 kepada PT. Nusa dengan utang-piutang biasa
b. Tanggal 1 Pebruari 2008 disepakati oleh PT. Mentari dan PT. Nusa
bahwa utang piutang biasa dari jual-beli barang dagangan pada 24
Januari 2008 yang lalu, dirubah menjadi utang-piutang wesel yang
berbunga 4% per bulan. Tanggal jatuh tempo ditetapkan tanggal 1
Agustus 2008.
c. Tanggal 1 Juni 2008 PT. Mentari menjual notes receviablenya kepada
PT. Dara, dengan diskon sebesar 3% sebulan.
d. Tanggal 1 Agusutus PT. Nusa melunasi utangnya sebesar Rp
8.000.000 kepada PT. Dara dengan tepat.
Diminta :
Buatlah ayat jurnal yang diperlukan untuk PT. Mentari, PT. Nusa, dan PT.
Dara
Jurnal yang dibuat oleh PT. Ria
Date Description Debit Credit
Account Receivable 8.000.000
Sales 8.000.000
Penjualan kredit
Notes Receivable 8.000.000
Account Receivable 8.000.000
Perubahan menjadi piutang wesel
Cash 9.324.800
Interest Expense 1.324.800
Notes Receivable
Discounted
8.000.000
Pendiskontoan piutang wesel
Notes Receivable Discounted 8.000.000
Notes Receivable 8.000.000
Penghapusan rekening piutang
wesel
Politeknik Telkom Akuntansi Keuangan I
Piutang Wesel 61
Perhitungan :
Bunga wesel saat jatuh tempo = Rp 8.000.000 x 4% x 6 = Rp
1.920.000
Nilai jatuh tempo = Rp 8.000.000 + 1.920.000 = Rp 9.920.000
Discount : Rp 9920.000 x 3% x 2 = Rp 595.200
Hasil pendiskontoan wesel = Rp 9.920.000 - Rp 595.200 = Rp
9.324.800
Pendapatan bunga saat pendiskontoan = Rp 9.324.000 - Rp 8.000.000
Bila pada tanggal jatuh tempo piutang wesel tidak dilunasi (wesel berbunga)
Jurnal yang dibuat oleh PT. Mentari
Date Description Debit Credit
Notes Receivable
Discounted
8.000.000
Notes Receivable 8.000.000
Penghapusan rekening
piutang wesel
Account Receivable *) 9.920.000
Cash 9.920.000
Penghapusan rekening
piutang wesel
*)Account receivable menjadi sebesar Rp 9.920.000 yaitu sebesar nilai jatuh
tempo dengan asumsi tidak ada protes fee.
Politeknik Telkom Akuntansi Keuangan I
62 Piutang Wesel
Pertanyaan Kuis
1. Apakah perbedaan antara piutang dagang dengan piutang wesel yang anda
ketahui? Jelaskan!
2. Diskonto dari piutang wesel berbunga yang didiskontokan dihitung atas
dasar apa? Jelaskan!
3. Sebutkan dua cara menggunakan piutang untuk memenuhi kebutuhan
uang yang segera!
4. Mengapa diperlukan rekening cadangan retur penjualan? Jelaskan!
5. Sebutkan contoh-contoh piutang bukan usaha!
Politeknik Telkom Akuntansi Keuangan I
Piutang Wesel 63
Pertanyaan Aplikasi
PT Hasna Utama pada tanggal 31 Juli 2007 menerima wesel dari Tuan Tamma
untuk menggantikan utangnya sebesar Rp750.000,-. Wesel ini berjangka
waktu 6 bulan akan jatuh tempo tanggal 31 Januari 2008, bunga 12% per
tahun. Pada tanggal 31 Oktober 2007, PT Hasna Utama mendiskontokan
wesel ini ke bank Ekuiti dan dikenai diskonto 10% per tahun. PT Hasna
Utama mengendorse wesel ini yang artinya akan melunasinya bila Tuan
Tamma tidak membayar.
Pertanyaan:
Buatlah jurnal untuk mencatat transaksi di atas dalam buku Tuan Tamma, PT
Hasna Utama, dan bank Ekuiti dengan beberapa asumsi:
a. Pada tanggal jatuh tempo, Tuan Tamma melunasi weselnya.
b. Pada tanggal jatuh tempo, Tuan Tamma tidak membayar, bank Ekuiti
menagih PT Hasna Utama ditambah biaya penagihan Rp l.000,-. Tuan
Tamma melunasi weselnya pada PT Hasna Utama tanggal 31 Maret
2008 ditambah denda tunggakan sebesar 12% per tahun.
Politeknik Telkom Akuntansi Keuangan I
64 Persediaan Barang
PERSEDIAAN BARANG
Overview
Persediaan adalah barang-barang yang dimiliki untuk dijual kembali atau
digunakan untuk memproduksi barang-barang yang akan dijual. Dalam
perusahaan dagang barang-barang yang dibeli dengan tujuan akan dijual
kembali diberi nama persediaan barang. Dalam perusahaan manufaktur
persediaan barang yang dimiliki terdiri dari jenis yang berbeda yang
digunakan untuk memproduksi barang jadi.
Tujuan
1. Mahasiswa mampu menjelaskan pengakuan & pengukuran
persediaan
2. Mahasiswa mampu menjelaskan & menerapakan berbagai
menerapkan metode penilaian dan pengukuran persediaan, serta
pengungkapannya di neraca.
3. Mahasiswa Mampu menjelaskan masalah khusus persediaan
Politeknik Telkom Akuntansi Keuangan I
Persediaan Barang 65
6.1 Pengertian Persediaan Barang
Persedian adalah barang-barang yang dimiliki perusahaan untuk dijual
kembali dalam aktivitas normal perusahaan atau untuk diproses terlebih
dahulu kemudian dijual. Istilah persediaan digunakan untuk menyatakan suatu
jumlah barang yang berwujud. Dalam perusahaan dagang hanya ada satu jenis
persediaan yaitu persediaan barang dagangan (merchandise inventory).
Perusahaan dagang membeli barang kemudian dijual tanpa merubah
bentuk, sedangkan perusahaan industri membeli bahan-bahan mentah yang
selanjutnya diproses menjadi barang jadi. Dalam perusahaan industri terdapat
3 (tiga) jenis persediaan yaitu:
a. Bahan Baku (raw material inventory)
b. Barang dalam proses (work in process inventory)
c. Barang jadi (finished goods)
Bahan Baku (Raw Materials)
Bahan Baku/mentah adalah barang-barang yang dimiliki untuk
dipergunakan dalam aktivitas proses produksi yang merupakan bagian
terbesar yang terkandung dalam produksi tersebut. Misalnya pada
perusahaan Tekstil, benang merupakan bagian terbesar dalam pembuatan
kain yang terdapat pada pabrik tekstil.
Barang dalam proses (work in process/goods in process)
Barang dalam proses adalah barang-barang yang pada tanggal
penyusunan neraca belum selesai dikerjakan dan perlu pengerjaan lebih
lanjut. Persediaan ini biasanya terdiri dari 3 unsur yaitu : Bahan langsung,
tenaga kerja langsung dan biaya produksi tidak langsung.
Barang Selesai (finished goods)
Barang Selesai adalah hasil produksi yang siap untuk dijual. Biaya
barang selesai ini terdiri dari unsur bahan mentah/baku langsung, Tenaga
kerja langsung, dan biaya produksi tidak lanngsung.
Politeknik Telkom Akuntansi Keuangan I
66 Persediaan Barang
Metode yang perlu diketahui sehubungan dengan masalah
persediaan :
No Penjelasan Penekanan Untuk
1 Metode Pencatatan persediaan :
Metode Phisik/periodik
Metode buku/perpetual
Mencatat persediaan
barang pada saat dibeli
dan dijual
11 Metode Arus Harga Pokok:
Arus harga pokok sesuai dengan arus
fisik barang metode tanda pengenal
khusus (special identified system)
Arus harga pokok berdasarkan
anggapan:
a. Metode periodik : metode rata-
rata sederhana, metode rata-rata
tertimbang, FIFO, LIFO, Metode
persediaan dasar.
b. Metode Perpetual : FIFO LIFO,
Rata-rata bergerak (moving
average)
Arus harga pokok dengan metode
taksiran, apabila perhitungan
persediaan secara fisik tidak mungkin
dilakukan seperti karena musibah
kebakaran. Maka digunakan metode
taksiran yaitu metode harga eceran
dan metode laba kotor.
Menentukan Harga
Pokok penjualan (Cost
of goods sold/cost of
merchandise sold) dan
harga pokok persediaan
barang.
III Metode Penilaian persediaan ;
Metode Harga Pokok, jika digunakan
metode ini maka pada akhir periode
Menentukan besarnya
nilai persediaan barang
yang akan dicantumkan
Politeknik Telkom Akuntansi Keuangan I
Persediaan Barang 67
tidak diperlukan jurnal penyesuaian,
karena dari sejak awal pembelian
barang dicatat sebesar harga
perolehannya.
Metode Harga terendah antara harga
perolehan dan harga pasar (Cost of
market whichever is lower/COMWIL,
atau lower of cost of market/LCM)
dalam neraca
6.2 Metode Pencatatan Atas Persediaan
Terdapat dua metode yang dapat digunakan pada pencatatan
persediaan yaitu :
6.2.1 Metode Fisik / Periodik
Penggunaan metode fisik mengharuskan adanya perhitungan barang
yang masih ada pada tanggal penyusunan laporan keuangan. Perhitungan
persediaan (stock opname) ini diperlukan untuk mengetahui berapa jumlah
barang yang masih ada dan kemudian diperhitungkan harga pokoknya. Dalam
metode ini mutasi persediaan barang tidak diikuti dalam buku-buku, setiap
pembelian barang dicatat dalam rekening pembelian. Karena tidak ada
catatan mutasi persediaan barang maka harga pokok penjualan juga tidak dapat diketahui sewaktu-waktu. Harga pokok penjualan baru dapat dihitung
apa-bila persediaan akhir sudah dihitung.
Perhitungan harga pokok penjualan dilakukan dengan cara sebagai
berikut :
Persediaan barang awal Rp xxx ……………1)
Pembelian (neto) xxx (+)
Barang tersedia untuk dijual Rp xxx
Persediaan barang akhir xxx (-) ........……...2)
Harga pokok penjualan Rp xxx
Catatan :1) Data diambil dari saldo buku besar rekening yang bersangkutan
2) Data diambil dari hasil stock opname
Politeknik Telkom Akuntansi Keuangan I
68 Persediaan Barang
Untuk lebih jelasnya kita lihat ilustrasi di bawah ini:
1. Pembelian barang dagangan secara kredit sebesar Rp 600.000
Dr. Pembelian 600.000
Cr. Hutang Dagang 600.000
2. Retur Pembelian sebesar Rp 75.000
Dr. Hutang 75.000
Cr. Retur pembelian 75.000
3. Penjualan Kredit Rp 450.000 dengan harga pokok Rp 400.000
Dr. Piutang 450.000
Cr. Penjualan 450.000
4. Retur penjualan Rp 36.000 dengan harga pokok Rp 32.000
Dr. Retur Penjualan 36.000
Cr. Piutang 36.000
Apabila menggunakan metode fisik akan timbul masalah yaitu jika
diinginkan menyusun laporan keuangan jangka pendek atau interim
(bulanan) maka setiap bulan harus mengadakan penghitungan fisik atas
persediaan barang. Bila barang yang dimiliki jenisnya dan jumlahnya banyak,
maka perhitungan fisik akan memakan waktu yang cukup lama dan akibatnya
laporan keuangan juga akan terlambat. Tidak diikutinya mutasi persediaan
dalam buku menjadikan metode ini sangat sederhana baik pada saat
pencatatan pembelian maupun pada waktu melakukan pencatatan penjualan
6.2.2 Metode Buku / Perpetual
Dalam metode ini setiap jenis persediaan dibuatkan rekening sendiri-
sendiri yang merupakan buku pembantu persediaan. Rincian dalam buku
pembantu bisa diawasi dari rekening kontrol persediaan barang dalam buku
besar. Rekening yang digunakan untuk mencatat persediaan ini terdiri dari
beberapa kolom yang dapat dipakai untuk mencatat pembelian, penjualan
dan saldo persediaan. Setiap perubahan dalam persediaan diikuti dengan
pencatatan dalam rekening persediaan sehingga jumlah persediaan sewaktu-
waktu dapat diketahui dengan melihat kolom saldo dalam rekening
persediaan. Masing-masing kolom dirinci lagi untuk kuantitas dan harga
perolehannya.
Penggunaan metode buku akan memudahkan penyusunan neraca dan
laporan laba rugi jangka pendek, karena tidak perlu lagi mengadakan
Politeknik Telkom Akuntansi Keuangan I
Persediaan Barang 69
perhitungan fisik untuk mengetahui jumlah persediaan akhir. Walaupun
neraca dan laporan laba rugi dapat segera disusun tanpa mengadakan
perhitungan fisik atas barang, setidak-tidaknya setahun sekali perlu diadakan
pengecekan apakah jumlah barang dalam gudang sesuai dengan jumlah dalam
rekening persediaan. Pengecekan ini dilakukan dengan cara membandingkan
hasil perhitungan fisik dengan jumlah dalam rekening persediaan. Bila
terdapat selisih jumlah persediaan antara hasil perhitungan fisik dengan saldo
rekening persediaan, dapat diadakan penelitian terhadap sebab-sebab
terjadinya perbedaan itu. Apakah selisih itu normal dalam arti susut atau
rusak, ataukah tidak normal, yaitu diselewengkan. Selisih yang terjadi akan
dicatat dalam rekening selisih persediaan dan rekening lawannya adalah
rekening persediaan barang. Bila jumlah dalam gudang lebih kecil dibanding
dengan saldo rekening persediaan maka rekening persediaan dikurangi, dan
sebaliknya.
Contoh penggunaan metode buku / perpetual :
1. Pembelian barang dagangan secara kredit sebesar Rp 600.000
Dr. Persediaan Barang Dagangan 600.000
Cr. Hutang Dagang 600.000
2. Retur Pembelian sebesar Rp 75.000
Dr. Hutang 75.000
Cr. Persediaan Barang Dagangan 75.000
3. Penjualan Kredit Rp 450.000 dengan harga pokok Rp 400.000
Mencatat penjualan Kredit :
Dr. Piutang 450.000
Cr. Penjualan 450.000
Mencatat Harga Pokok penjualan dan pengeluaran persediaan :
Dr. Harga Pokok Penjualan 400.000
Cr. Persediaan Barang dagangan 400.000
4. Retur penjualan Rp 36.000 dengan harga pokok Rp 32.000
Mencatat retur penjualan :
Dr. Retur Penjualan 36.000
Cr. Piutang 36.000
Mencatat masuknya kembali persediaan barang :
Dr. Persediaan Barang dagangan 32.000
Cr. Harga Pokok Penjualan 32.000
Politeknik Telkom Akuntansi Keuangan I
70 Persediaan Barang
Dari hal tersebut diatas dapatlah disebutkan bahwa pada metode
perpetual :
1. Pada Jurnal pembelian rekening yang didebet adalah rekening
“persediaan barang dagangan”.
2. Pada jurnal penjualan terdapat satu jurnal lagi yang mencatat
pembebanan harga pokok barang yang dijual, yaitu didebet rekening
“harga pokok penjualan dan kredit “Persediaan barang dagangan”.
Dengan demikian rekening harga pokok penjualan hanya
menunjukkan harga pokok barang-barang yang dijual. Selisih persediaan tidak
termasuk dalam harga pokok penjualan tetapi dicatat sendiri. Sedangkan
dalam metode fisik karena harga pokok dihitung dengan metode selisih
persediaan maka kekurangan/kelebihan persediaan akan tercampur dalam
harga pokok penjualan.
6.3 Arus Harga Pokok (AHP)
Pembelian Barang dagangan dalam satu periode dapat dilakukan
berkali-kali, sehingga ada kemungkinan untuk pembelian barang dagangan yang sama tetapi harga belinya berbeda.
Contoh : Transaksi-transaksi yang berhubungan dengan persediaan barang
dagangan selama bulan desember 2008 di PT Aneka.
Tgl 5 : Persediaan barang dagangan 10 Unit @ Rp 10 = Rp 100
Tgl 16 : Pembelian barang dagangan 75 Unit @ Rp 12 = Rp 900
Tgl 20 : Pembelian barang dagangan 20 Unit @ Rp 15 = Rp 300
Tgl 25 : Penjualan 80 Unit dengan harga jual @ Rp 30 = Rp 2400
Tgl 31 : Persediaan Barang dagangan akhir 25 unit
Masalahnya adalah :
1. Berapa Harga pokok penjualan tanggal 25 Desember ?
2. Berapa Harga pokok persediaan barang dagangan akhir sebanyak 25
unit ?
Untuk menjawab kasus diatas perlu diketahui bahwa metode AHP yang
dianut perusahaan, apakah FIFO, LIFO atau AVERAGE.
Politeknik Telkom Akuntansi Keuangan I
Persediaan Barang 71
1. Metode Fisik / Periodik
a. FIFO
Maka HPP dari 80 Unit Penjualan Penjualan 80 Unit
Tanggal 5 10 Unit @ Rp 10 = Rp 100
Tanggal 16 70 Unit @ Rp 12 = Rp 840
HPP 80 Unit = Rp 940
Harga Pokok Persediaan Barang dagangan akhir :
Tanggal 16 5 unit @ Rp 12 = Rp 60
Tanggal 20 20Unit @ Rp 15 = Rp 300
Persd. akhir 25 Unit = Rp 360
Laba Kotor : Penjualan – HPP
2.400 - 940
Laba Kotor = Rp 1.460
b. LIFO
Penjualan 80 Unit
Tanggal 20 20 Unit @ Rp 15 = Rp 300
Tanggal 16 60 Unit @ Rp 12 = Rp 720
HPP 80 Unit = Rp 1.020
Harga Pokok Persediaan Barang dagangan akhir :
Tanggal 16 15 Unit @ Rp 12 = Rp 180
Tanggal 5 10 Unit @ Rp 10 = Rp 100
Persd Akhir 25 Unit = Rp 280
Laba Kotor = 2.400 – 1.020 = 1.380
c. Average
HPP 80 Unit x Rp 1.300 = Rp 960
105 Unit
Persediaan Akhir 25 Unit x (1300:105)= Rp 300
Laba Kotor : 2400 – 990 = 1.410
Politeknik Telkom Akuntansi Keuangan I
72 Persediaan Barang
2. Metode Buku / Perpetual
a. FIFO
Tgl
Pembelian Penjualan Persediaan
Unit Harga Jumlah Unit Harga Jumlah Unit Harg
a
Jumlah
5 10 10 100
16 75 12 900 10 10 100
75 12 900
20 20 15 300 10 10 100
75 12 900
20 15 300
25 10 10 100
70 12 2100 5 12 60
20 15 300
Jml 95 1200 80 2400 25 360
HPP 940
Persediaan akhir 360
Laba Kotor 2400 – 940 = 1.460
b. LIFO
Tgl Pembelian Penjualan Persediaan
Unit Harga Jumlah Unit Harga Jumlah Unit Harg
a
Jumlah
5 10 10 100
16 75 12 900 10 10 100
75 12 900
20 20 15 300 10 10 100
75 12 900
20 15 300
25 20 15 300
60 12 720 10 10 100
15 12 180
Jml 95 1200 80 1020 25 280
HPP 1020
Persediaan akhir 280
Laba Kotor 2.400 – 1.020 = 1.380
Politeknik Telkom Akuntansi Keuangan I
Persediaan Barang 73
c. Average
Tgl
Pembelian Penjualan Persediaan
Unit Harg
a
Jumla
h
Unit Harg
a
Jumla
h
Unit Harg
a
Jumla
h
5 10 10 100
16 75 12 900 85 12 1000
20 20 15 300 105 12 1300
25 80 12 960 25 12 300
Jml 95 1200 80 12 960 25 12 300
HPP 960
Persediaan akhir 300
Laba Kotor 2.400 – 960 = 1.440
6.4 Masalah Pemilikan Persediaan Barang
Untuk menentukan apakah barang itu sudah dapat dicatat sebagai
persediaan dasar yang digunakan adalah hak pemilikan. Barang-barang akan
dicatat sebagai persediaan pihak yang memiliki barang-barang tersebut,
sehingga perubahan catatan persediaan akan didasarkan pada perpindahan
hak pemilikan barang. Kadang-kadang terdapat keadaan di mana sulit untuk
menentukan hak pemilikan barang sehingga dalam praktek akan ditemui
adanya penyimpangan-penyimpangan. Kesulitan menentukan perpindahan
hak atas barang antara lain timbul dalam keadaan seperti berikut ini:
A. Barang-barang dalam Perjalanan (Goods in Transit)
Barang-barang yang pada tanggal neraca masih dalam perjalanan
menimbulkan masalah apakah masih menjadi milik penjual atau sudah
berpindah haknya pada pembeli. Untuk mengetahui pemilik dari barang-
barang tersebut, harus diketahui syarat pengiriman barang-barang tersebut.
Terdapat dua syarat pengiriman yaitu :
1. Free on board shipping point, apabila barang-barang dikirim dengan
syarat free on board shipping point maka hak atas barang yang
dikirim berpindah pada pembeli ketika barang-barang tersebut
diserahkan pada pihak pengangkut.
2. Syarat pengiriman free on board destination berarti bahwa hak atas
barang baru berpindah pada pembeli jika barang-barang yang dikirim
Politeknik Telkom Akuntansi Keuangan I
74 Persediaan Barang
sudah diterima oleh pembeli. Jadi perpindahan hak atas barang
terjadi pada tanggal penerimaan barang oleh pembeli. Pada saat
tersebut penjual mengurangi persediaan barangnya dan mencatat
penjualan, sedangkan pembeli mencatat pembelian dan menambah
persediaan barangnya.
B. Barang-barang yang Dipisahkan (Segregated Goods)
Seringkali terjadi suatu kontrak penjualan barang dalam jumlah besar
se-hingga pengirimannya tidak dapat dilakukan sekaligus. Barang-barang yang
dipisahkan tersendiri dengan maksud untuk memenuhi kontrak-kontrak atau
pesanan-pesanan walaupun belum dikirim, haknya sudah berpindah pada
pembeli. Oleh karena itu pada tanggal penyusunan laporan keuangan jika ada
barang-barang yang dipisahkan, harus dikeluarkan dari jumlah persediaan
penjual dan dicatat sebagai penjualan. Begitu pula pembeli dapat mencatat
pembelian dan menambah persediaan barangnya.
C. Barang-barang Konsinyasi (Consignment Goods)
Dalam cara penjualan titipan, barang-barang yang dititipkan untuk
dijualkan atau dikonsinyasikan, hak barang tersebut masih tetap pada yang
menitipkan sampai saat barang-barang tersebut dijual. Sebelum barang-
barang tersebut dijual masih tetap menjadi persediaan pihak yang menitipkan
(consignor). Pihak yang menerima titipan (consignee) tidak mempunyai hak
atas barang-barang tersebut sehingga tidak mencatat barang-barang tersebut
sebagai persediaannya. Apabila barang-barang itu sudah dijual maka yang
menerima titipan membuat laporan pada yang menitipkan. Pada waktu
menerima laporan, pihak yang menitipkan (consignor) mencatat penjualan dan
mengurangi persediaan barangnya.
D. Penjualan Angsuran (Installment Sales)
Dalam penjualan angsuran hak atas barang tetap pada penjual sampai
seluruh harga jualnya dilunasi. Penjual akan melaporkan barang-barang
tersebut dalam persediaannya dikurangi dengan jumlah yang sudah dibayar.
Pembeli akan melaporkan barang-barang tersebut dalam persediaannya
Politeknik Telkom Akuntansi Keuangan I
Persediaan Barang 75
sejumlah yang sudah dibayarkannya. Apabila dianggap bahwa kemungkinan
pembatalan penjualan tersebut adalah kecil maka penjual dapat mengakuinya
sebagai penjualan biasa yang diangsur dan pembeli dapat mencatatnya sebagai
pembelian biasa yang pembayarannya diangsur. Ada beberapa cara penjualan
angsuran di mana masing-masing cara akan ditentukan pencatatannya yaitu :
(a) Dibeli mesin dengan harga Rp20.000.000,00 yang pembayarannya akan
diangsur selama 5 tahun, setiap tahun sebesar Rp 4.000.000,00 ditambah
bunga 10% per tahun. Jurnal yang dibuat oleh pembeli untuk mencatat
pembelian mesin dan pembayaran angsuran adalah sebagai berikut :
Pembelian mesin:
Dr. Mesin Rp 20.000.000,00
Cr. Utang Rp 20.000.000,00
Akhir tahun pertama:
Dr. Utang Rp 4.000.000,00
Dr. Beban bunga 2.000.000,00
Cr. Kas Rp 6.000.000,00
Bunga: 10% x Rp 20.000.000,00 = Rp 7.000.000,00.
Akhir tahun kedua:
Dr. Utang Rp 4.000.000,00
Dr. Beban bunga 1.600.000,00
Cr. Kas Rp 5.600.000,00
Bunga: 10% x Rpl6.000.000,00 = Rpl.600.000,00
dan seterusnya.
(b) Mesin dibeli dengan harga Rp 30.000.000,00 diangsur lima tahun setiap
tahunnya Rp 6.000.000,00 tanpa bunga. Jika dibeli tunai maka harga
mesin itu Rp 20.000.000,00. Dalam cara penjualan seperti ini bunga
selama masa angsuran inklusif dalam harga mesin. Harga perolehan
(cost) mesin adalah sebesar harga tunainya dan selisihnya dicatat sebagai
biaya bunga. Jurnal yang dibuat oleh pembeli untuk mencatat pembelian
mesin dan angsuran setiap tahun sebagai berikut :
Politeknik Telkom Akuntansi Keuangan I
76 Persediaan Barang
Pembelian mesin :
Dr. Mesin Rp 20.000.000,00
Dr. Beban bunga 10.000.000,00
Cr. Utang Rp 30.000.000,00
Akhir tahun pertama:
Dr. Utang Rp 6.000.000,00
Cr. Kas Rp 6.000.000,00
Jurnal penyesuaian:
Dr. Cadangan bunga Rp 8.000.000,00
Cr. Biaya bunga Rp 8.000.000,00
Cadangan bunga dalam neraca dikurangkan pada jumlah utang pembelian
mesin sehingga dapat menunjukkan nilai tunai utang pada tanggal neraca.
Pada awal tahun berikutnya dibuat jurnal penyesuaian kembali sebagai
berikut :
Dr. Beban bunga Rp 8.000.000,00
Cr. Cadangan bunga Rp 8.000.000,00
Akhir tahun kedua:
Dr. Utang Rp 6.000.000,00
Cr. Kas Rp 6.000.000,00
Jurnal penyesuaian:
Dr. Cadangan bunga Rp 6.000.000,00
Cr. Biaya bunga Rp 6.000.000,00
Jurnal penyesuaian kembali:
Dr.Biaya bunga Rp 6.000.000,00
Cr. Cadangan bunga Rp 6.000.000,00
dan seterusnya.
E. Potongan Pembelian
Dalam pembelian barang sering ada ketentuan mengenai cara
pembayaran, apabila dibayar dalam jangka waktu tertentu akan diberi
potongan. Potongan seperti ini disebut potongan tunai yang dalam akuntansi
dicatat dalam rekening Potongan Pembelian. Pada prinsipnya potongan yang
diterima adalah pengurang terhadap harga pokok persediaan. Tetapi kadang-
kadang ditemui adanya perlakuan terhadap potongan pembelian sebagai
Politeknik Telkom Akuntansi Keuangan I
Persediaan Barang 77
pendapatan Iain-lain, cara ini sebetulnya tidak tepat karena mengakui
pendapatan pada saat pembelian, sedangkan dalam akuntansi laba hanya
timbul dari penjualan barang atau jasa dan bukannya timbul dari pembelian.
Terdapat beberapa cara yang dapat digunakan untuk mencatat
potongan pembelian sebagai pengurangan terhadap harga pokok yaitu
Pembelian dicatat dengan harga bruto
Pembelian dicatat dengan harga neto dalam metode ini utang dapat
dicatat neto atau bruto.
Penerapan metode ini dapat diilustrasikan sebagai berikut :
Pada tanggal 1 Desember 2005 dibeli barang dagangan dengan harga faktur
Rp500.000,00. Syarat pembayaran 2/10, n/30. Pembayaran utang dilakukan
pada tanggal 10 Desember 2005 sehingga diperoleh potongan pembelian
sebesar 2%.
Jurnal yang dibuat untuk mencatat transaksi di atas sebagai berikut :
a. Pembelian dicatat dengan harga bruto
Tanggal 1 Desember 2005 :
Dr. Pembelian (persediaan barang) Rp 500.000,00
Cr. Utang Rp 500.000,00
Tanggal 10 Desember 2005 :
Dr. Utang Rp 500.000,00
Cr. Potongan pembelian Rp 10.000,00
Cr. Kas Rp 490.000,00
Apabila pembayaran utang dilakukan sesudah tanggal 10 Desember 2005
berarti tidak diperoleh potongan, pembayaran sebesar Rp 500.000,00 dicatat
dengan jurnal sebagai berikut :
Dr. Utang Rp 500.000,00
Cr. Kas Rp 500.000,00
b. Pembelian dicatat dengan harga neto
Dalam cara ini ada dua cara mencatat utang yaitu dengan jumlah neto atau
dengan jumlah bruto. Masing-masing cara adalah sebagai berikut :
Politeknik Telkom Akuntansi Keuangan I
78 Persediaan Barang
Utang Dicatat Neto Utang Dicatat Bruto
1 Desember 2005
Pembelian (persediaan barang) Rp
490.000,00
Utang Rp
490.000,00
Pembelian (persediaan barang) Rp
490.000,00
Cadangan potongan pembelian
10.000,00
Utang
Rp 500.000,00
10 Desember 2005
Utang Rp 490.000,00
Kas Rp
490.000,00
Utang Rp 500.000,00
Cadangan potongan
pembelian Rp 10.000,00
Kas
490.000,00
Apabila pembayaran utang dilakukan sesudah tanggal 10 Desember 2005
berarti tidak mendapat potongan. Jumlah pembayaran utang sebesar Rp
500.000,00 dicatat sebagai berikut :
Utang Rp 490.000,00
Potongan pembelian yang hilang
10.000,00
Kas Rp
500.000,00
Utang Rp 500.000,00
Kas Rp 500.000,00
Potongan pembelian yang hilang
Rp10.000,00
Cadangan potongan pembelian
Rp10.000,00
Politeknik Telkom Akuntansi Keuangan I
Persediaan Barang 79
Rangkuman
1. Persedian adalah barang-barang yang dimiliki perusahaan untuk dijual
kembali dalam aktivitas normal perusahaan atau untuk diproses terlebih
dahulu kemudian dijual. Istilah persediaan digunakan untuk menyatakan
suatu jumlah barang yang berwujud. Dalam perusahaan dagang hanya
ada satu jenis persediaan yaitu persediaan barang dagangan
(merchandise inventory).
2. Terdapat dua metode yang dapat digunakan pada pencatatan persediaan
yaitu : Metode Fisik atau Periodik dan Metode Buku atau Perpetual
3. Dalam Menghitung Arus Harga Pokok dapat diakukan dengan tiga cara
yakni : FIFO, LIFO, dan AVERAGE.
4. Masalah Pemilikan Persediaan Barang dagangan :
a. Barang-barang dalam Perjalanan (Goods in Transit)
b. Barang-barang yang Dipisahkan (Segregated Goods)
c. Barang-barang Konsinyasi (Consignment Goods)
d. Penjualan Angsuran (Installment Sales)
e. Potongan Pembelian
Politeknik Telkom Akuntansi Keuangan I
80 Persediaan Barang
Pilihan Ganda
Petunjuk: Pilihlah jawaban yang paling tepat!
Desember, 1 Jumlah persediaan 300 Unit @ Rp 3.000,-
11 Pembelian 200 Unit @ Rp 3.600,-
16 Penjualan 380 Unit
20 Pembelian 400 Unit @ Rp 3.300,-
25 Penjualan 370 Unit
29 Pembelian 100 Unit @ Rp 3.600,-
1. Berdasarkan data diatas, berapakah Unit persediaan Akhir barang
(FIFO) tersebut:
A. 100 Unit
B. 150 Unit
C. 250 Unit
D. 120 Unit
E. 30 Unit
2. Bila Menggunakan metode Periodik – FIFO berapakah Harga pokok
penjualan barang tersebut:
A. 3.300.000
B. 2.445.000
C. 2.475.000
D. 2.421.000
E. 2.650.000
3. Bila Menggunakan metode Periodik – Average berapakah Harga pokok
penjualan barang tersebut:
A. 3.300.000
B. 2.445.000
C. 2.475.000
D. 2.421.000
E. 2.650.000
Politeknik Telkom Akuntansi Keuangan I
Persediaan Barang 81
Latihan
Dibawah ini adalah informasi yang berhubungan dengan persediaan barang
dagangan pada tanggal 31 Januari 2009 :
Jan 1 : Persediaan 40 Unit @ Rp 327.200
Jan 8 : Pembelian 30 Unit @ Rp 341.100
Jan 26 : Pembelian 20 Unit @ Rp 341.400
Jan 28 : Pembelian 40 Unit @ Rp 320.200
Penjualan :
Jan 4 : 30 Unit @ Rp 360.500 Jan 15 : 25 Unit @ Rp 359.400
Jan 30 : 60 Unit @ Rp 345.500
Hitunglah :
Persediaan Akhir Barang Dagangan, Harga Pokok Penjualan, dan Laba(Rugi)
Bersih. Dengan menggunakan metode LIFO, FIFO & Average Perpetual dan
LIFO, FIFO & Average periodic
Politeknik Telkom Akuntansi Keuangan I
82 Aktiva Tetap Berwujud
AKTIVA TETAP BERWUJUD
Overview
Kendaraan, Tanah, Gedung, Meja, komputer merupakan salah satu contoh
dari aktiva tetap. Aktiva tetap berwujud adalah aktiva-aktiva yang
mempunyai bentuk fisik sifatnya relatif permanen dan digunakan dalam
aktivitas normal perusahaan yang normal. Aktiva tetap berwujud dapat
digunakan dalam jangka waktu yang relatif cukup lama.
Tujuan
1. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan konsep aktiva tetap
berwujud
2. Mahasiswa mampu menjelaskan konsep penilaian dan perolehan
aktiva tetap berwujud
Politeknik Telkom Akuntansi Keuangan I
Aktiva Tetap Berwujud 83
7.1 Pengertian Aktiva Tetap Berwujud
Aktiva tetap berwujud adalah aktiva-aktiva yang berwujud yang
sifatnya relatif permanen yang digunakan dalam aktivitas normal perusahaan.
Istilah relatif permanen menunjukkan sifat di mana aktiva yang bersangkutan
dapat digunakan dalam jangka waktu yang relatif cukup lama tetapi untuk
tujuan akuntansi jangka waktu penggunaan ini dibatasi menjadi lebih dari satu
periode akuntansi sehingga aktiva berwujud yang umumnya lebih dari satu
periode akuntansi dikelompokkan sebagai aktiva tetap berwujud.
Aktiva tetap berwujud yang dimiliki oleh suatu perusahaan dapat
mempunyai macam-macam bentuk seperti tanah, bangunan, mesin-mesin dan
alat-alat, kendaraan, mebelair dan Iain-lain. Dari bermacam-macam aktiva
tetap berwujud akuntansi mengelompokannya sebagai berikut:
a. Aktiva tetap yang umurnya terbatas dan apabila sudah habis masa
penggunaannya bisa diganti dengan aktiva yang sejenis, misalnya
bangunan, mesin, peralatan, kendaraan dan Iain-lain.
b. Aktiva tetap yang umurnya tidak terbatas seperti tanah untuk usaha
c. Aktiva tetap yang umumnya terbatas dan apabila sudah habis masa
penggunaannya tidak dapat diganti dengan aktiva yang sejenis, misalnya
sumber-sumber alam seperti tambang, hutan dan Iain-lain.
Aktiva tetap yang umumnya tidak terbatas tidak dilakukan penyusutan
terhadap harga perolehannya, sedangkan aktiva tetap yang terbatas
umumnya dilakukan penyusutan harga perolehannya. Aktiva tetap yang dapat
diganti dengan aktiva yang sejenis penyusutannya disebut depresiasi sedang
penyusutan sumber alam disebut deplesi.
Perlakuan akuntansi terhadap pengeluaran-pengeluaran yang
berhubungan dengan perolehan dan penggunaan aktiva tetap dapat dibagi
menjadi dua, yaitu:
(a) Pengeluaran modal (capital expenditures), adalah pengeluaran-
pengeluaran untuk memperoleh suatu manfaat yang akan dirasakan lebih
dari satu periode akuntansi. Pengeluaran-pengeluaran seperti ini dicatat
dalam rekening aktiva (dikapitalisasi).
(b) Pengeluaran pendapatan (revenue expenditures), adalah pengeluaran-
pengeluaran untuk memperoleh suatu manfaat yang hanya dirasakan
dalam periode akuntansi yang bersangkutan. Oleh karena itu
pengeluaran-pengeluaran seperti ini dicatat dalam rekening biaya.
Politeknik Telkom Akuntansi Keuangan I
84 Aktiva Tetap Berwujud
Jadi dasar pertimbangan dalam pencatatan pengeluaran-pengeluaran untuk
aktiva tetap adalah berapa lama manfaat pengeluaran tersebut dapat
dirasakan, hanya satu periode atau lebih dari satu periode akuntansi.
Yang dimaksud dengan biaya perolehan aktiva tetap adalah jumlah kas
atau setara kas yang dibayarkan atau nilai wajar imbalan lain yang diberikan
untuk memperoleh suatu aktiva pada saat perolehan atau konstruksi sampai
dengan aktiva tersebut dalam kondisi dan tempat yang siap untuk digunakan.
Sesudah aktiva tetap itu diperoleh dan dalam masa penggunaan maka aktiva
yang umumnya tidak terbatas seperti tanah, dilaporkan dalam neraca sebesar
harga perolehannya. Sedang untuk aktiva yang umumnya terbatas
dicantumkan dalam neraca sebesar harga perolehannya dikurangi dengan
akumulasi depresiasi/deplesi. Harga perolehan dikurangi akumulasi
depresiasi/deplesi disebut nilai buku.
7.2 Perolehan Aktiva Tetap
Aktiva tetap dapat diperoleh dengan berbagai cara, di mana masing-
masing cara perolehan akan mempengaruhi penentuan harga perolehan.
Adapun cara perolehan aktiva tetap adalah sebagai berikut :
1. Pembelian Tunai.
Aktiva tetap berwujud yang diperoleh dari pembelian tunai dicatat dalam
buku-buku dengan jumlah sebesar uang yang dikeluarkan. Dalam jumlah uang
yang dikeluarkan untuk memperoleh aktiva tetap termasuk harga faktur dan
semua biaya yang dikeluarkan agar aktiva tetap tersebut siap untuk dipakai,
seperti biaya angkut, premi asuransi dalam perjalanan, biaya balik nama, biaya
pemasangan dan biaya percobaan. Semua biaya-biaya di atas dikapitalisasi
sebagai harga perolehan aktiva tetap. Apabila dalam pembelian aktiva tetap
ada potongan tunai, maka potongan tunai tersebut merupakan pengurangan
terhadap harga faktur, tidak memandang apakah potongan itu didapat atau
tidak. Jurnal untuk membeli aktiva tetap adalah:
Dr Tanah Rp xx
Cr Kas Rp xx
2. Pembelian secara gabungan / Lumpsum
Harga perolehan dari setiap aktiva yang diperoleh secara gabungan
ditentukan dengan mengalokasikan harga gabungan tersebut berdasarkan
Politeknik Telkom Akuntansi Keuangan I
Aktiva Tetap Berwujud 85
perbandingan nilai wajar setiap aktiva yang bersangkutan. Contoh jurnalnya
adalah :
PT. JAVA membeli aktiva tetap yang terdiri dari tanah, Gedung dan mesin-
mesin. Pembelian dilakukan secara paket (lumpsum) dengan harga Rp.
75.000.000,00. Harga pasar setiap aktiva tetap itu diketahui sebagai berikut:
Gedung : Rp35.000.000,00
Tanah : 45.000.000,00
Mesin : 20.000.000,00
Harga perolehan setiap aktiva dihitung dengan cara sebagai berikut:
Gedung
00,00Rp26.250.000,00Rp75.000.0000,00Rp100.000.
00,00Rp35.000.0
Tanah
00,00Rp33.750.000,00Rp75.000.0000,00Rp100.000.
00,00Rp45.000.0
Mesin
00,00Rp15.000.000,00Rp75.000.0000,00Rp100.000.
00,00Rp20.000.0
Gedung Rp26.250.000,00
Tanah Rp33.750.000,00
Mesin Rp15.000.000,00
Kas Rp75.000.000,00
3. Perolehan Melalui Pertukaran
a. Ditukar dengan Surat-surat Berharga
Aktiva tetap yang diperoleh dengan cara ditukar dengan saham atau
obligasi perusahaan, dicatat dalam buku sebesar harga pasar saham atau
obligasi yang digunakan sebagai penukar. Apabila harga pasar saham atau obligasi itu tidak diketahui, harga perolehan aktiva tetap ditentukan sebesar
harga pasar aktiva tersebut. Kadang-kadang harga pasar surat berharga dan
aktiva tetap yang ditukar kedua-duanya tidak diketahui, dalam keadaan
seperti ini nilai pertukaran ditentukan oleh keputusan pimpinan perusahaan.
Politeknik Telkom Akuntansi Keuangan I
86 Aktiva Tetap Berwujud
Nilai pertukaran ini dipakai sebagai dasar pencatatan harga perolehan aktiva
tetap dan nilai-nilai surat-surat berharga yang dikeluarkan. Pertukaran aktiva
tetap dengan saham atau obligasi perusahaan akan dicatat dalam rekening
modal saham atau utang obligasi sebesar nilai nominalnya, selisih Nilai pertu-
karan dengan nilai nominal dicatat dalam rekening agio/disagio. contohnya :
PT PERKASA bermaksud menukarkan sebuah mesin dengan 1.000 lembar
saham biasa, nominal @ Rp10.000,00. Pada saat pertukaran, harga pasar
saham sebesar Rp11.000,00 per lembar. Pertukaran mesin dengan saham ini
dicatat dengan jurnal sebagai berikut:
Dr. Mesin 11.000.000,00
Cr. Modal saham biasa l0.000.000,00
Cr. Agio saham 1.000.000,00
Apabila dalam pertukaran ini perusahaan menambah dengan uang
maka harga perolehan mesin adalah jumlah uang yang dibayarkan ditambah
dengan harga pasar surat berharga yang dijadikan penukar. Yang
dimaksudkan dengan harga pasar surat berharga adalah harga yang terjadi
dalam bursa surat-surat berharga atau dalam transaksi dengan pihak lain yang
bebas.
b. Ditukar dengan Aktiva Tetap yang Lain
Banyak pembelian aktiva tetap dilakukan dengan cara tukar-
menukar, atau sering disebut tukar tambah, di mana aktiva lama digunakan
untuk membayar harga aktiva baru, baik seluruhnya atau sebagian dan
kekurangannya dibayar tunai. Harga perolehan aktiva tetap yang diperoleh
dinilai sebesar nilai wajar aktiva tetap yang dilepas atau diperoleh, mana yang
lebih andal, ekuivalen dengan nilai wajar aktiva tetap yang dilepaskan setelah
disesuaikan jumlah kas atau setara kas yang ditransfer. Ada masalah yang
timbul bila harga pasar aktiva lama maupun baru tidak dapat ditentukan.
Dalam hal ini nilai buku aktiva lama akan digunakan sebagai dasar pencatatan pertukaran tersebut. Selain masalah di atas, masalah lainnya adalah
pengakuan rugi atau laba yang timbul karena adanya pertukaran aktiva tetap
tersebut. Pembicaraan mengenai masalah rugi atau laba pertukaran akan
dipisahkan menjadi dua yaitu pertama untuk pertukaran aktiva tetap yang
tidak sejenis dan kedua, untuk pertukaran aktiva tetap yang sejenis.
Pertukaran aktiva tetap sejenis diatur untuk tidak mengakui adanya
Politeknik Telkom Akuntansi Keuangan I
Aktiva Tetap Berwujud 87
keuntungan atau kerugian, dan biaya (harga) perolehan aktiva tetap baru
adalah jumlah tercatat dari aktiva tetap yang dilepaskan.
o Pertukaran Aktiva Tetap yang Tidak Sejenis
Yang dimaksud dengan pertukaran aktiva tetap tidak sejenis adalah
pertukaran aktiva tetap yang sifat dan fungsinya tidak sama seperti misalnya
pertukaran tanah dengan mesin-mesin, tanah dengan gedung dan Iain-lain.
o Pertukaran Aktiva Tetap Sejenis
Yang dimaksud dengan pertukaran aktiva tetap yang sejenis adalah
pertukaran aktiva tetap yang sifat dan fungsinya sama.
Contoh :
Pada Awal Tahun (4 Januari 2007) PT TEKUN menukarkan mesin lama
dengan mesin baru. Harga Perolehan mesin lama Rp 6.400.000; Akumulasi
Penyusutan sampai tanggal penukaran sebesar Rp. 4.500.000. Mesin Tersebut
diterima dengan harga Rp 1.300.000 dan harga faktur mesin yang baru Rp
7.500.000, Kekurangan diselesaikan dengan uang tunai.
Misalkan 1 bulan = 50 Rb
Perhitungan :
Harga beli Mesin Lama 6.400.000
Akumulasi Penyusutan 4.500.000 -
Nilai Buku mesin Lama 1.900.000
Nilai mesin Lama 1.300.000 -
Rugi Penukaran Mesin 600.000
Jurnal :
Dr.Mesin 7.500.000
Dr. Akumulasi Penyusutan 4.500.000
Dr. Rugi Penukaran Aktiva 600.000
Cr. Mesin 6.400.000
Cr Kas 6.200.000
Politeknik Telkom Akuntansi Keuangan I
88 Aktiva Tetap Berwujud
4. Pembelian Angsuran
Apabila aktiva tetap diperoleh dari pembelian angsuran, maka dalam
harga perolehan aktiva tetap tidak boleh termasuk bunga. Bunga selama
masa angsuran baik jelas-jelas dinyatakan maupun yang tidak dinyatakan
tersendiri, harus dikeluarkan dari harga perolehan dan dibebankan sebagai
biaya bunga.
5. Diperoleh dari hadiah atau donasi
Aktiva tetap yang diperoleh dari hadiah atau donasi, pencatatannya
bisa dilakukan menyimpang dari prinsip harga perolehan. Untuk menerima
hadiah, mungkin dikeluarkan biaya-biaya, tetapi biaya-biaya tersebut jauh
lebih kecil dari nilai aktiva tetap yang diterima. Apabila aktiva dicatat sebesar
biaya yang sudah dikeluarkan, maka hal ini akan menyebabkan jumlah aktiva
dan modal terlalu kecil, juga beban depresiasi menjadi terlalu kecil. Untuk
mengatasi keadaan ini maka aktiva yang diterima sebagai hadiah dicatat
sebesar harga pasarnya. Contoh sebuah perusahaan menerima hadiah berupa
tanah dan gedung yang dinilai sebagai berikut:
Tanah Rp2.500.000,00
Gedung 4.000.000,00
Rp6.500.000,00
Jurnal yang dibuat adalah sebagai berikut:
Dr. Tanah Rp2.500.000,00
Dr Gedung 4.000.000,00
Cr. Modal Hadiah/Donasi Rp6.500.000,00
Depresiasi aktiva yang diterima dari hadiah dilakukan dengan cara
yang sama dengan aktiva tetap yang lain. Apabila donasi yang diterima itu
belum pasti akan menjadi milik perusahaan (karena tergantung pada
terlaksananya perjanjian) maka aktiva dan modal dicatat sebagai elemen yang
belum pasti (contingent). Bila hak atas aktiva tersebut sudah diterima maka barulah contingent assets tadi dicatat sebagai harta atau aktiva.
Politeknik Telkom Akuntansi Keuangan I
Aktiva Tetap Berwujud 89
6. Aktiva yang dibuat sendiri
Perusahaan mungkin membuat sendiri aktiva tetap yang diperlukan
seperti gedung, alat-alat dan perabot. Pembuatan aktiva ini biasanya dengan
tujuan untuk mengisi kapasitas atau pegawai yang masih idle.
Dalam pembuatan aktiva, semua biaya yang dapat dibebankan
langsung seperti bahan, upah langsung dan factory overhead langsung. Ada 2
cara yang dapat digunakan untuk membebankan biaya factory overhead yaitu:
(a) kenaikan biaya factory overhead yang dibebankan pada aktiva yang dibuat
dan (b) biaya factory overhead dialokasikan dengan tarif kepada pembuatan
aktiva dan produksi. Apabila digunakan cara pertama maka harga pokok
aktiva yang dibuat adalah semua biaya-biaya langsung untuk membuat aktiva
itu ditambah dengan kenaikan biaya factory overhead. Sedang dengan cara
yang kedua harga pokok aktiva merupakan jumlah semua biaya langsung
ditambah dengan tarif yang menjadi beban aktiva yang dibuat
7.3 Biaya-Biaya Selama Masa Penggunaan Aktiva Tetap
Aktiva tetap yang dimiliki dan digunakan dalam usaha perusahaan akan
memerlukan pengeluaran-pengeluaran yang tujuannya adalah agar dapat
memenuhi kebutuhan perusahaan. Pengeluaran atau biaya-biaya tersebut
adalah :
1. Reparasi dan Pemeliharaan
Biaya reparasi dapat merupakan biaya yang jumlahnya kecil jika
reparasinya biasa, dan jumlahnya cukup besar jika reparasinya besar. Biaya
reparasi kecil seperti penggantian baut, mur, sekering mesin merupakan
biaya yang sering terjadi. Biaya pemeliharaan merupakan biaya yang
dikeluarkan untuk memelihara aktiva agar tetap dalam kondisi yang baik,
biaya seperti ini adalah biaya penggantian oli, pembersihan, pengecatan, dan
biaya lain yang serupa. Karena biaya reparasi dan pemeliharaan terjadi
berulang-ulang maka manfaat biaya-biaya tersebut hanya dalam periode
terjadinya, sehingga dicatat sebagai biaya pengeluaran pendapatan.Pada biaya
reparasi besar dikapitalisasi dan pembebanannya sebagai biaya dilakukan
dalam periode-periode yang menerima manfaat. Terdapat dua cara untuk
mencatat biaya reparasi besar yaitu:
Politeknik Telkom Akuntansi Keuangan I
90 Aktiva Tetap Berwujud
a. Menambah harga perolehan aktiva tetap, apabila biaya ini dikeluarkan
untuk menaikkan nilai kegunaan aktiva dan tidak menambah
umumnya.
b. Mengurangi akumulasi depresiasi, apabila biaya ini dikeluarkan untuk
memperpanjang umur aktiva tetap dan mungkin juga nilai residunya.
Karena jumlah akumulasi depresiasi berkurang berarti nilai bukunya
menjadi bertambah besar. Perhitungan depresiasi untuk tahun-tahun
berikutnya harus direvisi sesuai dengan perubahan nilai buku aktiva
dan umur ekonomis yang baru.
2. Penggantian
Adalah biaya yang dikeluarkan untuk mengganti aktiva atau suatu
bagian aktiva dengan unit yang baru yang tipenya sama, misalnya penggantian
dinamo mesin. Penggantian seperti ini biasanya terjadi karena aktiva lama
sudah tidak berfungsi lagi (rusak).
Penggantian bagian-bagian aktiva yang biayanya kecil diperlakukan
dengan cara yang sama seperti reparasi kecil. Apabila bagian-bagian yang
diganti itu biayanya cukup besar, maka harga perolehan bagian itu dihapuskan
dari rekening aktiva dan diganti dengan harga perolehan yang baru. Begitu
juga akumulasi depresiasi untuk bagian yang diganti dihapuskan.
3. Perbaikan (Improvement)
Adalah penggantian suatu aktiva dengan aktiva baru untuk
memperoleh kegunaan yang lebih besar. Perbaikan yang biayanya kecil dapat
diperlakukan seperti reparasi biasa, tetapi perbaikan yang memakan biaya
yang besar dicatat sebagai aktiva baru. Aktiva lama yang diganti dan
akumulasi depresiasinya dihapuskan dari rekening-rekeningnya.
4. Penambahan (Addition)
Penambahan adalah memperbesar atau memperluas fasilitas suatu
aktiva seperti penambahan ruang dalam bangunan, ruang parkir dan Iain-lain.
Akhir-akhir ini sering terdapat tambahan mesin yang dipasang dalam pabrik
untuk mengurangi pencemaran. Apabila alat tambahan itu dipasang menjadi
satu dengan mesin maka biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh dan memasang alat itu merupakan suatu penambahan. Biaya-biaya yang timbul
dalam penambahan dikapitalisasi menambah harga perolehan aktiva dan
didepresiasi selama umur ekonomisnya.
Politeknik Telkom Akuntansi Keuangan I
Aktiva Tetap Berwujud 91
5. Penyusunan Kembali Aktiva Tetap (Rearrangement)
Biaya-biaya yang dikeluarkan dalam penyusunan kembali aktiva,
perubahan route produksi dan untuk mengurangi biaya produksi. Apabila
jumlahnya cukup berarti dan manfaat penyusunan kembali itu akan dirasakan
lebih dari satu periode akuntansi maka harus dikapitalisasi. Biaya-biaya
semacam itu dikapitalisasi sebagai biaya dibayar di muka atau beban yang
ditangguhkan dan akan diamortisasikan ke periode-periode yang
memperoleh manfaat dari penyusunan kembali tersebut.
7.4 Pemberhentian Aktiva
Aktiva tetap bisa dihentikan pemakaiannya dengan cara dijual,
ditukarkan, ataupun karena rusak. Pada waktu aktiva tetap dihentikan dari
pemakaian maka semua rekening yang berhubungan dengan aktiva tersebut
dihapuskan. Apabila aktiva itu dijual maka selisih antara harga jual dengan
nilai buku atau nilai residu dicatat sebagai laba atau rugi. Contoh pada
pembelian dan penjualan setelah umur ekonomisnya berakhir seperti :
Mesin yang dibeli pada tanggal 1 Februari 2005 dengan harga
Rp3.200.000,00, pada tanggal 1 Juli 2009 dijual dengan harga Rp650.000,00.
Mesin tersebut ditaksir umurnya 5 tahun dan depresiasinya dengan cara garis
lurus, taksiran nilai residu Rp200.000,00. Penjualan mesin pada, tanggal 1 Juli
2009 dicatat dengan jurnal sebagai berikut:
Dr. Depresiasi mesin 300.000,00
Cr. Akumulasi depresiasi mesin 300.000,00
Depresiasi 6 bulan:
6/12 x 1/5 x Rp(3.200.000,00 - 200.000,00) = Rp300.000,00.
Dr. Kas 650.000,00
Dr. Akumulasi depresiasi mesin 2.650.000,00
Cr. Mesin 3.200.000,00
Cr. Laba penjualan mesin 100.000,00
Politeknik Telkom Akuntansi Keuangan I
92 Aktiva Tetap Berwujud
Perhitungan:
Harga Jual Rp 650.000,00
Nilai buku mesin
Harga perolehan Rp3.200.000,00
Akumulasi depresiasi
2005 : 11 bulan =
2006 : 12 bulan =
2007 : 12 bulan =
2008 : 12 bulan =
2009 : 6 bulan =
Rp550.000,00
600.000,00
600.000,00
600.000,00
300,000,00
2.650.000,00
550.000,00
Laba penjualan aktiva
tetap
Rp100.000,00
Politeknik Telkom Akuntansi Keuangan I
Aktiva Tetap Berwujud 93
Rangkuman
1. Aktiva tetap berwujud adalah aktiva-aktiva yang berwujud yang sifatnya
relatif permanen yang digunakan dalam aktivitas normal perusahaan.
Istilah relatif permanen menunjukkan sifat di mana aktiva yang
bersangkutan dapat digunakan dalam jangka waktu yang relatif cukup
lama tetapi untuk tujuan akuntansi jangka waktu penggunaan ini dibatasi
menjadi lebih dari satu periode akuntansi sehingga aktiva berwujud yang
umumnya lebih dari satu periode akuntansi dikelompokkan sebagai
aktiva tetap berwujud.
2. Adapun cara perolehan aktiva tetap adalah sebagai berikut :
a. Pembelian Tunai.
b. Pembelian secara gabungan / Lumpsum
c. Perolehan Melalui Pertukaran
a) Ditukar dengan Surat-surat Berharga
b) Ditukar dengan Aktiva Tetap yang Lain
d. Pembelian Angsuran
e. Diperoleh dari hadiah atau donasi
f. Aktiva yang dibuat sendiri
3. Biaya-Biaya Selama Masa Penggunaan Aktiva Tetap
a. Reparasi dan Pemeliharaan
b. Penggantian
c. Perbaikan (Improvement)
d. Penambahan (Addition)
e. Penyusunan Kembali Aktiva Tetap (Rearrangement)
Politeknik Telkom Akuntansi Keuangan I
94 Aktiva Tetap Berwujud
Pilihan Ganda
Petunjuk: Pilihlah jawaban yang paling tepat!
1. Yang termasuk Golongan Aktiva Tetap adalah:
A. Cash
B. Merchandise Inventory
C. Store Supplies
D. Office Equipment
E. Goodwill
2. Manakah dari pengeluaran berikut yang timbul sehubungan dengan
pembelian mesin, yang merupakan pembebanan ke akun aktiva ?
A. Biaya Pengangkutan
B. Pajak
C. Biaya pemasangan
D. A, B, C, Betul
E. A dan C betul
3. Suatu Aktiva tetap yang berharga Rp 100.000 dibeli melalui tukar
tambah dengan aktiva sejenis yang memiliki nilai buku Rp 25.000.
dengan asumsi nilai tukar tambah adalah Rp 30.000,- dan kas yang
dibayarkan untuk memperoleh aktiva baru itu adalah Rp 70.000, berapa
harga perolehan aktiva baru itu untuk tujuan pelaporan keuangan ?
A. Rp 100.000
B. Rp 95.000 C. Rp 70.000
D. Rp 30.000
E. Rp 20.000
Politeknik Telkom Akuntansi Keuangan I
Aktiva Tetap Berwujud 95
Pertanyaan
1. Jelaskan apa yang dimaksud dengan aktiva tetap berwujud yang anda
ketahui ?
2. Jelaskan bagaimana perlakuan atas bunga yang timbul selama masa
kontruksi ?
3. Permasalahan apa yang timbul dalam menghitung perolehan aktiva
tetap bila dibeli secara tunai dan dibeli secara mengangsur ? jelaskan
Latihan
1. Perusahaan Dagang Sido Munculdalam tahun 2007 telah
mengeluarkan biaya–biaya untuk bangunan kantornya yang
diperoleh pada tanggal 2 januari 2007 yang merupakan awal tahun
Fiskalnya sebagai berikut ;
Harga Tanah 18.000.000
Harga bangunan kantor 102.000.000
Biaya Renovasi 16.200.000
Bea balik Nama 900.000
Pembuatan Taman 6.000.000
Komisi Real Estate 3.600.000
Biaya Lain-lain 100.000
Untuk mendapatkan harta ini perusahaan telah menandatangani
selembar Obligasi tanpa bunga sebesar 120.000.000. suku bunga
diperhitungkan 8 %. Pembayaran angsuran tengah tahunan sebesar
Rp 6.600.000,- harus dilakukan terhitung tanggal 1 juli 2008 untuk
jangka waktu 10 Tahun.
Politeknik Telkom Akuntansi Keuangan I
96 Aktiva Tetap Berwujud
Pertanyaan : Buatlah jurnal untuk membukukan :
a. Perolehan tanah dan bangunan tersebut (asumsi bahwa uang
yang dibayar sama dengan harga dari aktiva tersebut dan nilai
konstan obligasi)
b. Pembayaran angsuran pertama dan kedua termasuk agio
pinjaman obligasi.
2. PT KURNIA telah memperoleh tanah, bangunan dan peralatan
dengan harga keseluruhan sebesar Rp 100.000.000,- yang dibayar
tunai. Penilaian aktiva pada saat memperolehnya tergambar sebagai
berikut :
Tanah 64.000.000
Bangunan 56.000.000
Peralatan 40.000.000
Pertanyaan : Berapa harga perolehan masing-masing aktiva tersebut.
Politeknik Telkom Akuntansi Keuangan I
Aktiva Tidak Berwujud 97
AKTIVA TIDAK BERWUJUD
Overview
Paten, hak cipta, merek dagang, franchise dan goodwill merupakan aktiva
jangka panjangyang bermanfaat bagi perusahaan dan tidak untuk dijual.
Aktiva-aktiva ini dinamakan Aktiva tidak berwujud, karena tidak terlihat
secara fisik.
Tujuan
1. Mahasiswa mampu menjelaskan aktiva tidak berwujud
2. Mahasiswa mampu menyusun neraca yang mencantumkan aktiva
tidak berwujud
Politeknik Telkom Akuntansi Keuangan I
98 Aktiva Tidak Berwujud
8.1 Pengertian Aktiva Tidak Berwujud
Aktiva tidak Berwujud adalah aktiva yang tidak mempunyai bentuk
fisik. Aktiva ini dapat berbentuk hak-hak khusus yang diharapkan
menyumbang pendapatan yangh diperoleh perusahaan. Pada umumnya aktiva
tidak berwujud mempunyai umur ekonomis lebih dari satu tahun. Dalam
akuntansi yang termasuk aktiva tidak berwujud antara lain Hak Paten, Hak
cipta, merek dagang, franchise, kontrak sewa dan goodwill.
8.2 Penilaian Aktiva Tidak Berwujud Pencatatan Aktiva tidak berwujud dalam rekening akan disajikan
sebesar harga perolehannya (cost). Memperoleh Aktiva tidak berwujud
dapat dilakukan dengan dua cara yaitu :
a. Aktiva Tak berwujud yang didapat dengan cara membeli hak itu.
b. Aktiva Tak berwujud yang dikembangkan sendisri secara teratur
oleh perusahaan.
Yang termasuk dalam harga perolehan aktiva tidak berwujud adalah :
a) Harga yang dibayar kepada penjual
b) Biaya-biaya tambahan untuk mendapatkannya seperti biaya kepada
pemerintah, biaya notaris, dan Biaya administrasi.
c) Biaya-biaya percobaan dan pengembangan
d) Biaya untuk penyerahan hak seperti royalti dan lisensi
e) Biaya-biaya lain yang berkenaan dalam hal gugatan
Selama umurnya, harga perolehan aktiva tidak berwujud mungkin
diamortisasikan, mungkin juga tidak, tergantung pada umur aktiva tersebut.
Khusus mengenai aktiva tidak berwujud yang umurnya tidak terbatas
kadang-kadang dihapuskan dari neraca, penghapusan bisa dilakukan sekaligus
atau beberapa tahun seperti amortisasi. Amortisasi dilakukan dengan
mendebet rekening beban dan mengkredit rekening aktiva yang
bersangkutan atau akumulais amortisasi.
8.2.1 Hak Paten
Paten adalah suatu hak istimewa yang diberikan oleh pemerintah
kepada pihak yang menemukan (inventor) sehingga si penemu dapat
mengendalikan pembuatan, penjualan atau mengawasi penemuannya. Jika
Paten tersebut tidak dapat diperpanjang, maka penemuan tadi dapat
diperbaharui atau direvisi guna memperoleh hak paten yang baru. Nilai yang
terkandung dalam harga perolehan antara lain :
Politeknik Telkom Akuntansi Keuangan I
Aktiva Tidak Berwujud 99
a. Biaya pembuatan model dan gambar
b. Biaya-biaya yang dikeluarkan guna melakukan percobaan-percobaan
dan pengembangan.
Paten diberikan untuk jangka waktu selama dua puluh tahun
terhitung sejak tanggal penerimaan permintaan paten. Tanggal mulai dan
berakhirnya jangka waktu paten dicatat dalam Daftar Umum Paten dan
diumumkan dalam Berita Resmi Paten.
Pemilik dari suatu paten dapat memberikan hak penggunaannya
kepada pihak lain atau dapat dijual. Dari sudut pembeli paten tersebut akan
dicatat sebesar harga belinya.
Metode garis lurus biasanya digunakan untuk menentukan
amortisasi periodik. Amortisasi paten dicatat dengan jurnal sebagai berikut :
Dr. Beban Amortisasi Paten Rp xxx
Cr. Paten Rp xxx
Amortisasi paten akan dikelompokkan dalam biaya produksi jika
dikaitkan dengan proses produksi dan dikelompokkan dalam biaya penjualan
jika ada korelasinya dengan kegiatan penjualan.
Suatu paten dapat berakhir bila :
a) Selama tiga tahun berturut-turut pemegang paten tidak membayar
biaya tahunan, maka paten dinyatakan batal demi hukum terhitung
sejak tanggal yang menjadi akhir batas waktu kewajiban pembayaran
untuk tahun yang ketiga tersebut.
b) Tidak dipenuhinya kewajiban pembayaran biaya tahunan berkaitan
dengan kewajiban pembayaran biaya tahunan untuk tahun kedelapan
belas dan tahun-tahun berikutnya, maka paten dianggap berakhir
pada akhir batas waktu kewajiban pembayaran biaya tahunan untuk
tahun yang kedelapan belas tersebut
Sebagai ilustrasi, asumsikan bahwa pada awal tahun fiskal, sebuah
perusahaan membeli hak paten seharga Rp 100.000.000,- paten tersebut
telah diberikan 6 tahun sebelumnya oleh Kantor Paten Federal. Walaupun
paten tersebut tidak akan jatuh tempo sampai 14 tahun yang akan datang,
namun umur manfaat yang tersisa diestimasi tinggal 5 tahun. Ayat jurnal
untuk mengamortisasi paten pada akhir tahun fiskal adalah :
Politeknik Telkom Akuntansi Keuangan I
100 Aktiva Tidak Berwujud
Dr Beban amortisasi – Paten Rp 20.000.000
Cr. Paten Rp 20.000.00
8.2.2 Hak Cipta
Menurut Undang-undang Republik Indonesia nomor 19 tahun 2002
tentang hak cipta, pengertian hak cipta adalah hak eksklusif bagi Pencipta
atau penerima hak untuk mengumumkan atau memperbanyak ciptaannya
atau memberikan izin untuk itu dengan tidak mengurangi pembatasan-
pembatasan menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Hak ini diberikan untuk beberapa tahun dan ada kemungkina dapat
diperpanjang. Hak cipta ini dapat diberikan atau dijual kepada pihak lain
berdasarkan perjanjian. Jika hak cipta tersebut dibeli, maka harga
perolehannya tergantung dari jumlah uang yang dibayarkan. Harga perolehan
hak cipta dapat dihapuskan sekaligus dengan pertimbangan konsevatif atau
dibebankan menurut taksiran umur hak cipta tersebut.
Sebagai contoh, Sony Corporation menyatakan kebijakan
amortisasinya yang berkaitan dengan aktiva seni artistik dan aktiva tidak
berwujud musik :
“Aktiva Tidak Berwujud yang terutama terdiri atas kontrak artis
dan katalohg musik, diamortisasi dengan prinsip dasar garis lurus masing-
masing selama 16 tahun dan 21 tahun.”
8.2.3 Hak Menggunakan Fasilitas (Franchise)
Franchise adalah hak yang diberikan oleh pemerintah suatu hak
istimewa untuk menggunakan fasilitas tertentu. Hak ini dapat diberikan untuk
beberapa tahun, diperpanjang atau dicabut. Bila umur franchise ini terbatas,
maka harga perolehannya akan diamortisasikan selama umur aktiva tersebut.
Sebaliknya bila umurnya tidak terbatas, maka harga perolehan aktiva tersebut
akan tetap disajikan dalam neraca.
Untuk memperoleh frnachise kadang-kadang dilakukan pembayaran
berkala. Pembayaran ini mungkin jumlahnya tetap atau berubah-ubah
dikaitkan dengan penghasilan, penggunaan fasilitas atau lainnya yang dialokasikan didalam periode yang bersangkutan atau dibebankan sebagai
penghasilan berkala.
8.2.4 Merek Dagang
Suatu Merek dagang adalah nama, istilah, atau simbol yang
digunakan untuk mengidentifikasikan perusahaan dan produknya. Sebagai
Politeknik Telkom Akuntansi Keuangan I
Aktiva Tidak Berwujud 101
contoh, logo Cocacola yang berwarna merah dan putih adalah sebuah
contoh merek dagang. Sebagian besar perusahaan menandai merak dagang
mereka dengan tanda ® pada iklan-iklan dan produk-produk mereka.
Berdasarkan undang-undang-undang federal, Perusahaan bisa melindungi
merek dagang mereka dengan mendaftarkannya untuk jangka waktu 10 tahun
kemudian memperbaharuinya lagi untuk jangka waktu 10 tahun setelah masa
yang pertama berakhir. Sama seperti hak cipta, biaya hukum yang muncul
dalam kaitannya dengan pendaftaran merek dagang ke pemerintah federal
harus dicatat sebagai aktiva. Oleh karena itu, sekalipun merek cocacola
memiliki nilai yang sangat tinggi, pos ini tidak disajikan di neraca sebab biaya-
biaya hukum yang terkait jumlahnya tidak material.
Jika Merek dagang dibeli dari perusahaan lain, biaya pembeliannya
harus dicatat sebagai aktiva. Biaya merek dagang dalam banyak kasus
biasanya mempunyai umur manfaat yang tak terbatas, sehingga tidak
diamortisasi selama umur manfaat tidak seperti halnya pada aktiva tidak
berwujud. Namun, merek dagang harus selalu diuji secara berkala untuk
penurunan nilainya. Ketika merek dagang mengalami penurunan nilai akibat
persaingan atau situasi lain, maka nilainya harus turun dan kerugian harus
diakui.
8.2.5 Hak Menyewa
Yang dimaksu dengan hak menyewa (leasehold) adalah hak
menyewa suatu aktiva dalam jangka panjang menurut perjanjian sewa
menyewa. Bila pembayaran sewa dilakukan setiap periode, maka biaya sewa
ini akan dibebankan kedalam periode yang bersangkutan. Pembayaran
dimuka untuk jangka waktu beberapa tahun dapat dibukukan dengan dua
cara yaitu :
a. Dicatat sebagai sewa dibayar dimuka yang penyajiannya didlam
neraca termasuk kelompok aktiva lancar
b. Dicatat sebagai aktiva tidak berwujud bila sewa tersebut dibayar
untuk periode yang cukup lama.
Biaya sewa yang dibayar dimuka atau dicatat kedalam aktiva tidak
berwujud secara berkala harus mengalokasikan jumlah beban sewa periodik.
Amortisasi dapat dilakukan dengan metode garis lurus .
Politeknik Telkom Akuntansi Keuangan I
102 Aktiva Tidak Berwujud
8.2.6 Goodwill
Goodwil atau muhibah adalah semua kelebihan yang terdapat dalam
suatu perusahaan akibat letak perusahaan yang sangat strategis, nama baik,
nama yang sudah terkenal, organisasi yang baik, pimpinan yang cakap, dan
lain-lain. Menurut akuntansi yang dimaksud dengan goodwill adalah
kemampuan untuk memperoleh laba diatas normal dikarenakan pengaruh
faktor-faktor tersebut diatas. Kelebihan laba ini merupakan daya tarik bagi
para investor untuk menanamkan modalnya kedalam perusahaan yang
bersangkutan.
Timbulnya goodwill diakibatkan oleh :
a. Pembelian
b. Transaksi-transaksi perusahaan seperti penggabungan (merger),
reorganisasi, perubahan bentuk perusahaan (reorganisasi),
pembelian sebagian perusahaan atau perubahan pemilikan firma.
Pembelian suatu perusahaan yang berjalan merupakan hasil penawaran untuk
menetapkan harga yang sebenarnya untuk goodwill. Dasar untuk mencapai
suatu harga goodwill antara lain :
1. Taksiran pendapatan pada masa yang akan datang
2. Penetapan tingkat pendapatan yang normal
3. Penilai aktiva perusahaan di luar goodwill
4. Penggunaan pendapatan yang akan datang untuk menentukan suatu
nilai goodwill.
Pendapatan yang lalu merupakan patokan yang cukup baik guna
menentukan nilai suatu goodwill. Yang ditinjau adalah taksiran pada masa
yang akan datang yang bagaimanapun tidak akan terlepas dari kegiatan-
kegiatan dari periode yang lalu. Tetapi untuk laba atau rugi yang bersifat luar
biasa atau yang jarang terjadi, maka jumlah-jumlah ini harus dikeluarkan dari
pendapatan yang lalu.
Dasar yang umumnya dipakai sebagai dasar penetapan adalah harga pasar atau jumlah yang diperkirakan dapat direalisasikan dari aktiva tersebut.
Selisih antara jumlah uang yang dibayarkan dengan nilai bersih aktiva
merupakan nilai goodwill.
Dalam menerapkan taksiran pendapatan yang akan datang guna
menentukan nilai goodwill ada beberapa cara yang dapat ditempuh :
1. Kapitalisasi pendapatan bersih rata-rata.
2. Kapitalisasi kelebihan pendapatan rata-rata
Politeknik Telkom Akuntansi Keuangan I
Aktiva Tidak Berwujud 103
Misalnya :
Perseoran Terbatas “KURNIA JAYA” telah memperoleh laba bersih selama
5 tahun (tidak termasuk pos-pos yang bersifat luar biasa) sebagai berikut :
Tahun 2004 Rp 30.000.000
Tahun 2005 Rp 27.000.000
Tahun 2006 Rp 27.000.000
Tahun 2007 Rp 36.000.000
Tahun 2008 Rp 33.000.000
Jumlah Rp 153.000.000
Pendapatan rata-rata Rp 153.000.000 = Rp 30.600.000
5
Misalnya pendapatan untuk tahun yang akan datang ditaksir sejumlah Rp
30.000.000. Pada tanggal 1 januari 2009, jumlah aktiva bersih (net assets)
tanpa memasukkan nilai goodwill dinilai sebesar Rp 270.000.000 dan jumlah
hutang berjumlah Rp 30.000.000
1. Kapitalisasi pendapatan bersih rata-rata
Jumlah yang dibayarkan untuk suatu perusahaan dapat ditetapkan
dengan mengkapitalisasi pendapatan yang diharapkan pada masa
mendatang dengan jumlah investasi yang dibutuhkan. Kapitalisasi
taksiran pendapatan yang akan datang ditung dengan menerapkan
tarif tertentu. Tarif ini menunjukkan hasil yang akan diharapkan dari
jumlah yang diinvestasikan. Selanjutnya bila terjadi selisih antara
jumlah yang dibayarkan dengan nilai bersih aktiva perusahaan yang
dibeli, maka selisih tersebut merupakan goodwill. Misalnya dari
investasi yang diharapkan jumlah pendapatan sebesar 10%, maka
jumlah yang dibayarkan serta goodwill perhitungannya tergambar
sebagai berikut :
Jumlah yang dibayarkan : 30.000.000 x 100/10 = 300.000.000
Taksiran nilai aktiva : 240.000.000
Goodwill = 60.000.000
Jika dalam contoh ini pendapatan yang diharapkan sebesar 12.5%
dan pendapatan ditaksir Rp 30.000.000 berarti perusahaan tersebut
dinilai sebesar Rp 240.000.000 – (30.000.000 : 0,125) = 0.
Dari perhitungan ini, maka perusahaan tersebut tidak mempunyai
goodwill.
Politeknik Telkom Akuntansi Keuangan I
104 Aktiva Tidak Berwujud
2. Kapitalisasi kelebihan pendapatan rata-rata
Perhitungan goodwill dengan metode ini didasarkan pada
pendapatan bersih rata-rata dan nilai aktiva yang dibeli. Besarnya
pendapatan dari nilai bersih aktiva dan besarnya pendapatan dari
goodwill diabaikan. Hal ini cukup beralasan dikarenakan
pengharapan suatu tingkat pendapatan dari investasi bila
dibandingkan dengan pendapatan yang diharapkan dari jumlah lain
yang diperoleh. Untuk jelasnya, dibawah ini diberikan dua
perusahaan sebagai bahan ilustrasi.
Perusahan X Perusahaan Y
60.000.000 30.000.000 Taksiran aktiva netto
6.000.000 6.000.000 Taksiran pendapatan netto
Jika taksiran pendapatan tersebut dihitung pada tingkat 8% baik
untuk perusahaan X atau perusahaan Y, maka nilai masing-masing
perusahaan akan menjadi Rp 75.000.000. maka goodwill untuk
perusahaan X adalah sama yaitu sebesar Rp 15.000.000 dan
perusahaan Y sebesar Rp 45.000.000. Angka ini berasal dari
perhitungan :
Perusahaan X Perusahaan Y
75.000.000 75.000.000 Jumlah taksiran aktiva neto 8%
60.000.000 30.000.000 Taksiran aktiva neto
15.000.000 45.000.000 goodwill
Ilustrasi diatas mengabaikan bahwa nilai taksiran aktiva neto yang
ditetapkan perusahaan oleh perusahaan X jauh melebihi nilai aktiva
perusahaan Y.
Cara penetapan yang lebih baik seharusnya memperhatikan faktor-faktor berikut :
a. Kebutuhan pendapatan yang layak dari aktiva netto
b. Setiap kelebihan dianggap berasal dari goodwill
Jika suatu perusahaan dibeli tanpa perhitungan goodwill secara
tegas, maka aktiva dari perusahaan yang dibeli harus dilakukan penilaian dan
selisih dengan jumlah uang yang dibayarkan dicatat sebagai goodwill. Sebagai
Politeknik Telkom Akuntansi Keuangan I
Aktiva Tidak Berwujud 105
contoh, suatu perusahaan menukarkan 20.000 lembar saham biasa nominal
Rp 25.000,- per lembar, yang harga pasarnya Rp 26.500 per lembar. Dengan
sebuah perusahaan yang nilai aktivanya ditaksir Rp 512.000.000
Perhitungan :
Nilai saham 20.000 x 26.500 = 530.000.000
Nilai harta yang diperoleh = 512.000.000
Jumlah goodwill = 18.000.000
Jurnal :
Dr. Aktiva 512.000.000
Dr Goodwill 18.000.000
Cr Saham 500.000.000
Cr Laba penjualan saham 30.000.000
Goodwill yang umurnya diperkirakan tidak terbatas akan dibukukan
sebesar harga perolehannya, akan tetapi bila keadaan tersebut menuju
kearah yang mengurang maka akan diadakan penyesuaian terhadap jumlah
goodwill tersebut. Berkurangnya nilai goodwill dapat dianggap sebagai :
a. Elemen-elemen yang bersifat tidak biasa (extra ordinary)
b. Dibebankan sebagai biaya dengan anggapan berkaitan dengan
penghasilan secara periodik.
Berarti bila umurnya terbatas secara periodik akan dilakukan amortisasi.
Amortisasi atas goodwill dilakukan dengan alasan, antara lain :
a. Goodwill merupakan hasil menurut harapan atas pendapatan pada
masa yang akan datang sehingga amortisasinya akan dilakukan
menurut prosedural normal.
b. Goodwill dapat mengalami kegoncangan yang cukup berarti
sehingga sering tidak mempunyai hubungan secara kontinyu dengan
biaya-biaya yang dikeluarkan pada saat pembentukannya.
c. Goodwill dianggap suatu aktiva yang tidak searah dari sudut
penanam modal.
d. Nilai goodwill yang dibeli tidak mempunyai eksistensi secara
kontinyu yang dapat diukur secara terpisah setelah diadakan
penggabungan dengan perusahaan yang membelinya.
Politeknik Telkom Akuntansi Keuangan I
106 Aktiva Tidak Berwujud
Contoh : Time Warner mencatat kerugian terbesar dalam sejarah
perusahaan (hampir 54.000.000.000) untuk menurunkan nilai goodwill yang
berhubungan dengan penggabungan usaha (merger) antar AOL dan Time
Warner. Ayat jurnal untuk mencatat transaksi tersebut adalah :
Dr. Kerugian Penurunan nilai Goodwill 54.000.000.000
Cr Goodwill 54.000.000.000
8.3 Penyajian Aktiva Tidak Berwujud
Bagaimana aktiva tidak berwujud harus dilaporkan dalam laporan
keuangan? Jumlah beban penyusutan dan amortisasi dalam suatu periode
harus dilaporkan secara terpisah dalam laporan laba rugi atau diungkapkan
pada catatan kaki. Penjelasan umum mengenai metode yang digunakan dalam
menghitung penyusutan juga harus dilaporkan.
Aktiva tidak berwujud biasanya dilaporkan dalam bagian terpisah
pada neraca setelah bagian aktiva tetap. Saldo setiap kelas aktiva tidak
berwujud yang utama harus diungkapkan dengan jumlah setelah amortisasi
hingga tanggal laporan keuangan. Berikut ditampilka sebagian neraca yang
mencantumkan aktiva tidak berwujud.
PT MERAH MAROON
Neraca
Per 31 Desember 2008
Aktiva Kewajiban & Modal
I. Aktiva Lancar
Kas Rp. 40.820
Perlengkapan kantor 300
Jml Aktiva lancar 41.120
II. Aktiva Tetap
Peralatan kantor 25.500
(AK peny peralatan) (1.750)
Nilai buku Peralatan Kantor 24.750
III. Aktiva Tidak berwujud
Paten 35.000
Goodwill 30.000
Jumlah Aktiva Tidak berwujud 65.000
Politeknik Telkom Akuntansi Keuangan I
Aktiva Tidak Berwujud 107
Rangkuman
1. Aktiva tidak Berwujud adalah aktiva yang tidak mempunyai bentuk
fisik. Aktiva ini dapat berbentuk hak-hak khusus yang diharapkan
menyumbang pendapatan yangh diperoleh perusahaan.
2. Selama umurnya, harga perolehan aktiva tidak berwujud mungkin
diamortisasikan, mungkin juga tidak, tergantung pada umur aktiva
tersebut. Amortisasi dilakukan dengan mendebet rekening beban dan
mengkredit rekening aktiva yang bersangkutan atau akumulais
amortisasi.
3. Paten adalah suatu hak istimewa yang diberikan oleh pemerintah kepada
pihak yang menemukan (inventor) sehingga si penemu dapat
mengendalikan pembuatan, penjualan atau mengawasi penemuannya
4. Menurut Undang-undang Republik Indonesia nomor 19 tahun 2002
tentang hak cipta, pengertian hak cipta adalah hak eksklusif bagi Pencipta
atau penerima hak untuk mengumumkan atau memperbanyak
ciptaannya atau memberikan izin untuk itu dengan tidak mengurangi
pembatasan-pembatasan menurut peraturan perundang-undangan yang
berlaku
5. Franchise adalah hak yang diberikan oleh pemerintah suatu hak istimewa
untuk menggunakan fasilitas tertentu
6. Suatu Merek dagang adalah nama, istilah, atau simbol yang digunakan
untuk mengidentifikasikan perusahaan dan produknya.
7. Goodwil atau muhibah adalah semua kelebihan yang terdapat dalam
suatu perusahaan akibat letak perusahaan yang sangat strategis, nama
baik, nama yang sudah terkenal, organisasi yang baik, pimpinan yang
cakap, dan lain-lain. Menurut akuntansi yang dimaksud dengan goodwill
adalah kemampuan untuk memperoleh laba diatas normal dikarenakan
pengaruh faktor-faktor tersebut diatas.
Politeknik Telkom Akuntansi Keuangan I
108 Aktiva Tidak Berwujud
Pertanyaan Kuis
1. Berapa Lama biaya paten yang dipreoleh melalui pembelian diamortisasi
?
2. Secara umum bagaimana perlakuan akuntansi atas biaya riset dan
pengembangan ?
3. Bagaimanakah goodwill dianortisasi ?
Pilihan Ganda
Petunjuk: Pilihlah jawaban yang paling tepat!
1. Manakah dari berikut ini yang merupakan Aktiva Tidak Berwujud:
A. Patent
B. Goodwill
C. Copyright
D. Franchise
E. Semua betul
2. Yang termasuk Golongan Aktiva Tak Berwujud adalah:
A. Patent
B. Persediaan Barang
C. Peralatan kantor
D. Uang Tunai
E. Tagihan
Politeknik Telkom Akuntansi Keuangan I
Aktiva Tidak Berwujud 109
Latihan Kasus
1. Data-data yang berkaitan dengan perolehan hak pengolahan hasil
hutan dan aktiva tidak berwujud selama tahun berjalan yang
berakhir 31 Desember adalah sebagai berikut :
a. Goodwill yang bernilai $29.500.000 dibeli tanggal 18 Januari
b. Biaya administrasi dan legal sebesar $ 225.600 dikeluarkan pada
tanggal 5 juli dalam upaya mendapatkan paten yang memiliki
estimasi umur manfaat 8 tahun. Amortisasi dilakukan untuk
setengah tahun.
c. Hak pengolahan hasil hutan dibeli seharga $820.000 pada
tanggal 10 April. Kandungan kayu diperkirakan berjumlah 4.000.000 board feet. Selama tahun berjalan, 550.000 board
feet kayu telah dipotong.
Diminta :
a. Tentukan Jumlah beban amortisasi atau deplesi untuk tahun
berjalan bagi masing-masing pos diatas.
b. Buatlah ayat jurnal penyesuaian untuk mencatat beban
amortisasi atau deplesi bagi masing-masing pos.
2. Perseroan Terbatas “Mahabarata” yang baru saja berdiri telah
melakukan transaksi yang tergambar sebagai berikut :
Jan 10. Telah dibayar biaya menurut hukum sebesar Rp 3.500.000
dan biaya sertifikat saham sebesar Rp 1.120.000 guna
menyelesaikan secara resmi pendirian perseroan ini. Biaya-
biaya pendirian perseroan ini akan diamortisasikan selama
jangka waktu maksimum yang diijinkan.
Jan 24 Telah dibayar beberapa pelawak guna menarik
pengunjung.Honorarium pelawak inni sebesar Rp 500.000
dan biaya pamflet serta hadiah-hadiah gratis yang diberikan
berjumlah Rp 350.000. Tindakan ini guna menciptakan
goodwill atas perusahaan.
Politeknik Telkom Akuntansi Keuangan I
110 Aktiva Tidak Berwujud
Mar 7 Telah didaftarkan paten untuk produk yang telah
dikembangkan dengan perincian sebagai berikut :
- Biaya pendaftaran paten Rp 7.800.000
- Biaya penggunaan dan lisensi Rp 250.000
Diperkirakan dalam lima tahun mendatang telah timbul
pengembangan proses yang lebih baik oleh perusahaan lain.
Penemuan ini akan menimbulkan usangnya penemuan
paten dari perusahaan.
Juli 2 Dibuat satu bangunan untuk tempat membuat model-
model percobaan untuk pengembangan penelitian pada
masa yang akan datang. Biaya pembangunan berjumlah Rp
32.000.000 yang akan disusutkan untuk 10 tahun dengan
metode penyusutan garis lurus.
Des 31 Gaji seorang insinyur dan seorang ahli kimia untuk
pengembangan produk berjumlah Rp 24.000.000 selama 1
tahun.
Des 31 seluruh aktiva tidak berwujud diamortisasikan. Perusahaan
memperhitungkan amortisasi untuk satu tahun penuh
dalam tahun perolehannya.
Diminta :
1. Buatlah jurnal transaksi tersebut.
2. Sajikan rekening aktiva tidak berwujud dalam neraca secara
baik per 31 Desember.
Politeknik Telkom Akuntansi Keuangan I
Penyusutan dan Deplesi 111
PENYUSUTAN DAN DEPLESI
Overview
Depresiasi adalah sebagian dari harga peolehan aktiva tetap secara sistematis
akan dialokasikan menjadi biaya setiap periode akuntansi sedangkan deplesi
adalah berkurangnya harga perolehan sumber-sumber alam yang disebabkan
oleh pengolahan sumber-sumber alam tersebut menjadi persediaan
Tujuan
1. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan proses depresiasi
aktiva tetap
2. Mahsiswa mampu menjelaskan proses deplesi
Politeknik Telkom Akuntansi Keuangan I
112 Penyusutan dan Deplesi
9.1 Penyusutan (Depresiasi)
Secara berangsur-angsur aktiva yang dipakai walaupun telah dilakukan
perbaikan nanti, suatu saat harus disingkirkan karena tidak dapat
dipergunakan. Karena itu harga perolehan dari aktiva tersebut secara
sistematis dialokasikan menjadi biaya untuk setiap periode akuntansi.
Pengalokasian ini ditetapkan menurut umur dari aktiva tersebut.
Penyusutan (depresiasi) menyatakan taksiran mengenai penurunan
jasa-jasa potesial dari aktiva selama umurnya. Jelaslah bahwa penyusutan
tidak dipakai untuk menyatakan penurunan nilai pasar dan juga tidak pula
menyatakan perubahan fisik. Istilah depresiasi khusus digunakan untuk
menunjukkan alokasi harga perolehan aktiva tetap berwujud yang dapat
diganti, sepert gedung, mesin, peralatan, dan lain-lain. Istilah ini tidak dapat
dipergunakan untuk menyatakan biaya untuk pemakaian aktiva-aktiva yang
aus yang disebut deplesi dan juga tidak untuk aktiva tak berwujud yang
disebut amortisasi. Istilah ini tidak pula dapat diterapkan untuk berkurangnya
nilai aktiva akibat ketinggalan mode atau usang, penurunan/kemerosotan, dan
kegugusan.
9.2 Faktor-faktor dalam menentukan biaya penyusutan
Dalam menentukan biaya penyusutan secara berkala perlu
diperhatikan beberapa faktor antara lain :
1. Harga Pokok Aktiva
Harga Pokok aktiva yaitu semua pengeluaran untuk memperoleh
aktiva sampai aktiva tersebut siap dipakai. Demikian pula
kapitalisasi yang dilakukan setelah aktiva tersebut dipakai.
2. Nilai Sisa
Nilai sisa adalah suatu nilai yang ditaksir dan diharapkan dapat
direalisir pada saat aktiva tersebut tidak dapat dipergunakan lagi.
Penetapan nilai sisa ini tergantung pada kebijaksanaan
perusahaan. Kenyataannya nilai sisa ini diabaikan dengan alasan
nilainya relatif kecil dan sulit untuk mengadakan penaksiran
secara tepat.
3. Taksiran umur ekonomis
Taksiran umur ekonomis suatu aktiva dipengaruhi oleh pola
pemakaian dan kebijakan yang dianut oleh perusahaan dalam
perbaikan. Taksiran ini bisa dijabarkan dalam satuan periode
Politeknik Telkom Akuntansi Keuangan I
Penyusutan dan Deplesi 113
waktu, unit, atau satuan jam kerja. Dalam menaksir umur perlu
dipertimbangkan penyebab keausan fisik (gugus, kemunduran,
keausan, kerusakan dan kehancuran) dan keausan fungsionil
(ketidakmampuan memenuhi kebutuhan, perubahan permintaan
dan kemajuan teknologi)
Biaya penyusutan yang merupakan suatu taksiran, ketelitiannya ditentukan
oleh ketiga faktor tersebut diatas. Ketelitian penetapan biaya penyusutan
dengan sendirinya akan dipengaruhi perhitungan besarnya laba rugi
perusahaan untuk setiap periode.
9.3 Metode Perhitungan Penyusutan (Depresiasi)
Terdapat beberapa metode yang dapat digunakan untuk menghitung
beban depresiasi secara periodic. Metode-metode tersebut adalah :
1. Metode berdasarkan Faktor Waktu :
a. Metode garis lurus
b. Metode beban menurun
1. Metode jumlah angka tahun 2. Metode saldo menurun
3. Metode saldo menurun dua kali
2. Metode berdasarkan faktor pemakaian :
a. Metode Jam jasa
b. Metode unit Produksi
3. Metode tarif kelompok dan tarif gabungan :
a. Penyusutan kelompok
b. Penyusutan Gabungan
4. Metode berdasarkan faktor lainnya :
a. Metode anuitas
b. Metode dana yang dialihkan
1. Metode Berdasarkan Faktor Waktu
a. Metode Penyusutan Garis Lurus
Metode penyusutan garis lurus ini sangat sederhana dan paling
banyak diterapkan. Penerapan metode ini didasarkan anggapan yaitu :
a) Biaya tidak dipengaruhi oleh produktivitas atau penyimpangan
efisiensi.
Politeknik Telkom Akuntansi Keuangan I
114 Penyusutan dan Deplesi
b) Biaya pemeliharaan dan perbaikan untuk setiap periode
jumlahnya relatif stabil
c) Kegunaan ekonomis dari aktiva menurun proporsional setiap
peiode.
Jumlah penyusutan tahunan:
n
NSHPDepresiasi
Dimana :
HP = Harga perolehan
NS = Nilai sisa
n = Taksiran umur kegunaan
Sebagai contoh:
Satu unit mesin telah dibeli pada awal tahun seharga Rp 50.000.000,- dengan
nilai sisa Rp 5.000.000,- dan umur ekonomis diperkirakan 5 tahun.
Penyusutan per tahun : HP – NS
N
= 50.000.000 – 5.000.000
5
= 9.000.000
Jumlah Penyusutan dan akumulasi penyusutan mesin disusun dalam bentuk
tabel tergambar sebagai berikut :
Akhir
Tahun Ke
Biaya Penyusutan
(debet)
Akumulasi
Penyusutan
(kredit)
Nilai Buku
50.000.000
1 9.000.000 9.000.000 41.000.000
2 9.000.000 18.000.000 32.000.000
3 9.000.000 27.000.000 23.000.000
4 9.000.000 36.000.000 14.000.000
5 9.000.000 45.000.000 5.000.000
45.000.000
Politeknik Telkom Akuntansi Keuangan I
Penyusutan dan Deplesi 115
Dalam penerapan metode garis lurus, penyusutan merupakan biaya yang
tetap setiap periode. Metode garis lurus sebaiknya digunakan untuk
menghitung penyusutan gedung, alat-alat kantor, dan untuk aktiva tetap yang
dipengaruhi oleh perjalanan waktu dan bukan oleh tingkat pemakaian.
b. Metode Penyusutan dengan Beban Menurun
a) Metode Jumlah Angka Tahun
Metode ini diterapkan dengan menjumlahkan angka-angka dari
taksiran umur ekonomis. Selanjutnya perhitungan penyusutan dimulai dari
angka tertinggi dari umur aktiva yang bersangkutan dan selanjutnya menurun
secara berurutan.
Misalnya suatu aktiva telah dibeli pada awal tahun seharga Rp 50.000.000,-
dengan nilai sisa Rp 5.000.000,- dan umur ekonomis diperkirakan 5 tahun.
Jumlah penyebut dilakukan dengan menjumlahkan angka tahun :
5+4+3+2+1 = 15
Atau dengan rumus 2
)1(
NNS
2
)15(515
Perhitungan biaya penyusutan tersebut dapat diikhtisarkan kedalam daftar
seperti berikut :
Akhir
Tahun
Ke
Biaya Penyusutan (debet) Akumulasi
Penyusutan
(kredit)
Nilai
Buku
50.000.000
1 5/15 x 45.000.000= 15.000.000 15.000.000 35.000.000
2 4/15 x 45.000.000= 12.000.000 27.000.000 23.000.000
3 3/15 x 45.000.000= 9.000.000 36.000.000 14.000.000
4 2/15 x 45.000.000= 6.000.000 42.000.000 8.000.000
5 1/15 x 45.000.000= 3.000.000 45.000.000 5.000.000
45.000.000
b) Metode saldo menurun
Dalam penerapan metode ini, perhitungan biaya penyusutan dengan
cara mengalikan persentase (tarif) tertentu dengan nilai buku aktiva. Nilai
buku setiap akhir tahun menurun sehingga akibatnya menimbulkan beban
penurunan beban penyusutan. Tarif ini dihitung dengan rumus :
Politeknik Telkom Akuntansi Keuangan I
116 Penyusutan dan Deplesi
Tarif = n
HP
NS1
Dimana :
n = umur ekonomis
NS= Nilai sisa
HP= Harga Perolehan
Misalnya suatu aktiva telah dibeli pada awal tahun seharga Rp 50.000.000,-
dengan nilai sisa Rp 5.000.000,- dan umur ekonomis diperkirakan 5 tahun.
Tarif = 5
000.000.50
51 = 0,369 atau 36,9 %
Akhir
Tahun
Ke
Biaya Penyusutan (debet) Akumulasi
Penyusuta
n (kredit)
Nilai Buku
50.000.000
1 36,9% x 50.000.000= 18.450.000 18.450.000 31.550.000
2 36,9% x 31.550.000= 11.641.950 30.091.950 19.908.050
3 36,9% x 19.908.050= 7.346.071 37.438.021 12.561.979
4 36,9% x 12.561.979= 4.635.370 42.073.391 7.926.609
5 36,9% x 7.926.609 = 2.924.919 44.998.310 5.001.690
44.998.310
Karena Penyusutan merupakan taksiran beban, tarif diatas dapat
dibulatkan sehingga diperoleh kepraktisan dalam perhitungannya, sedangkan
selisih yang terjadi menjadi tidak berarti atau tidak penting.
c) Metode saldo menurun dua kali
Beban depresiasi yang setiap tahunnya menurun akan dihitung
dengan dasar persentase depresiasi metode garis lurus. Selanjutnya
persentase ini dikalikan dua dan setiap tahunnya dikalikan dengan nilai buku
aktiva tetap. Karena nilai buku selalu menurun maka beban depresiasi juga
selalu menurun.
Misalnya suatu aktiva telah dibeli pada awal tahun seharga Rp 50.000.000,-
dengan nilai sisa Rp 5.000.000,- dan umur ekonomis diperkirakan 5 tahun.
Politeknik Telkom Akuntansi Keuangan I
Penyusutan dan Deplesi 117
Penyelesaian :
Tarif Penyusutan tiap tahun : 100% : 5 = 20%. 20% x 2 = 40%
Akhir
Tahun
Ke
Biaya Penyusutan (debet) Akumulasi
Penyusuta
n (kredit)
Nilai Buku
50.000.000
1 40% x 50.000.000= 20.000.000 20.000.000 30.000.000
2 40% x 30.000.000= 12.000.000 32.000000 18.000.000
3 40% x 18.000.000= 7.200.000 39.000.000 10.800.000
4 40% x 10.800.000= 4.320.000 43.320.000 6.480.000
5 40% x 6.480.000 = 2.592.000 45.912.000 3.888.000
46.112.000
Berdasarkan hasil perhitungan diatas, ada perbedaan selisih sebesar
1.112.000 (5.000.000 – 3.888.000).
2. Metode Berdasarkan Faktor Pemakaian
Penerapan metode ini ditaksir dalam satuan jumlah jam jasa dan unit
produksi, sehingga penyusutan setiap tahun mengalami perubahan.
a. Metode Jam Jasa
Syarat penerapan metode ini yaitu harus dihitung jumlah tahun
pemakaian dalam jam-jam jasa. Harga perolehan akan disusutkan sebesar
jumlah jam jasa yang terjadi dalam periode tertentu, lalu dikalikan dengan
tarif penyusutan guna memperoleh beban penyusutan.
Misalnya suatu aktiva telah dibeli pada awal tahun seharga Rp 50.000.000,-
dengan nilai sisa Rp 5.000.000,- dan umur ekonomis diperkirakan 5 tahun,
dan taksiran jam jasa selama 5 tahun tersebut sebesar 10.000 jam.
Beban penyusutan per unit dihitung dengan rumus
n
NSHPDepresiasi
Dimana :
HP = Harga perolehan
NS = Nilai sisa
n = Taksiran Jumlah Jam Jasa
Politeknik Telkom Akuntansi Keuangan I
118 Penyusutan dan Deplesi
jamDepresiasi
000.100
000.000.5000.000.50
= Rp 450,- per jam
Akh
Thn
Jml jam
jasa
Biaya Penyusutan
(debet)
Akumulasi
Penyusutan
(kredit)
Nilai Buku
50.000.000
1 8.000 8.000 x 450 =
3.600.000
3.600.000 46.400.000
2 10.000 10.000 x 450 =
4.500.000
8.100.000 41.900.000
3 37.000 37.000 x 450 =
16.650.000
24.750.000 25.250.000
4 15.000 15.000 x 450 =
6.750.000
31.500.000 18.500.000
5 30.000 30.000 x 450 =
13.500.000
45.000.000 5.000.000
45.000.000
b. Metode Unit Produksi
Cara penerapan metode ini hampir sama dengan metode jam jasa,
hanya perbedaannya penaksiran dilakukan untuk jumlah unit dari aktiva
tersebut selama masa hidupnya.
Misalnya suatu aktiva telah dibeli pada awal tahun seharga Rp 50.000.000,-
dengan nilai sisa Rp 5.000.000,- dan taksiran kapasita produksi 200.000 unit.
Beban penyusutan per unit dihitung dengan rumus
n
NSHPDepresiasi
Dimana :
HP = Harga perolehan
NS = Nilai sisa
n = Taksiran unit produksi
Politeknik Telkom Akuntansi Keuangan I
Penyusutan dan Deplesi 119
jamDepresiasi
000.200
000.000.5000.000.50
= Rp 225,- per unit
Akh
Thn
Unit
Produksi
Biaya Penyusutan
(debet)
Akumulasi
Penyusutan
(kredit)
Nilai Buku
50.000.000
1 38.000 38.000 x 225 =
8.550.000
8.550.000 41.450.000
2 20.000 20.000 x 225 =
4.500.000
13.050.000 36.950.000
3 47.000 47.000 x 225 =
10.575.000
23.625.000 26.375.000
4 25.000 25.000 x 225 =
5.625.000
29.250.000 20.750.000
5 30.000 30.000 x 225 =
6.750.000
36.000.000 14.000.000
6 40.000 40.000 x 225 =
9.000.000
45.000.000 5.000.000
45.000.000
Pencatatan depresiasi dilakukan dengan mendebit rekening biaya
dan mengkredit rekening aktiva yang bersangkutan walaupun cara ini tidak
akan memberikan gambaran yang jelas tentang harga perolehan aktiva dan
jumlah depresiasi sampai periode tersebut. Untuk itu perlu dilakukan
depresiasi dikreditkan ke rekening akumulasi depresiasi yang merupakan
lawan dari rekening aktiva yang bersangkutan. Dengan demikian maka di
dalam neraca akan diketahui jumlah harga perolehan dan jumlah yang
didepresiasikan.
9.4 Deplesi
Deplesi adalah berkurangnya harga perolehan (cost) atau nilai
sumber-sumber alam seperti tambang dan hutan kayu yang disebabkan oleh
pengolahan sumber-sumber alam menjadi persediaan. Perbedaan antara
deplesi dan depresiasi adalah sebagai berikut:
Politeknik Telkom Akuntansi Keuangan I
120 Penyusutan dan Deplesi
- Deplesi merupakan pengakuan terhadap pengurangan kuantitatif yang terjadi dalam sumber-sumber alam, sedangkan depresiasi merupakan
pengakuan terhadap pengurangan manfaat ekonomi yang terjadi pada
aktiva tetap.
- Deplesi digunakan untuk aktiva tetap yang tidak dapat diganti langsung dengan aktiva yang sama jika sudah habis, sedangkan depresiasi
digunakan untuk aktiva tetap yang pada umumnya dapat diganti jika
sudah habis.
- Deplesi adalah pengakuan terhadap perubahan langsung dari suatu
sumber alam menjadi barang yang dapat dijual, sedangkan depresiasi adalah alokasi harga perolehan ke pendapatan periode yang
bersangkutan untuk suatu service yang dihasilkan kecuali dalam
perusahaan di mana depresiasi dihitung berdasar hasil produksi.
9.5 Metode Perhitungan Deplesi
Dalam perhitungan deplesi terdapat beberapa aspek yang perlu
diperhatikan yaitu :
(a) Harga perolehan aktiva.
Jika sumber-sumber alam maka harga perolehannya adalah pengeluaran
sejak memperoleh izin sampai sumber alam itu dapat diambil hasilnya.
Jika kumpulan pengeluaran itu terlalu kecil maka dilakukan penilaian
terhadap sumber alam tersebut.
(b) Taksiran nilai sisa apabila sumber alam sudah selesai dieksploitasi.
(c) Taksiran hasil yang secara ekonomis dapat dieksploitasi.
Deplesi dihitung untuk tiap unit hasil sumber alam seperti tonase dan ,
barrel. Untuk memudahkan pemahaman berikut disajikan ilustrasinya :
Sebidang tanah yang mengandung hasil tambang dibeli dengan harga
Rp20.000.000,00. Taksiran isinya sebesar 150.000 ton. Tanah tersebut
sesudah dieksploitasi ditaksir bernilai Rp2.000.000,00. Deplesi per ton
dihitung sebagai berikut:
Deplesi Rp120,00000.150
0Rp2.000.00-00,00Rp20.000.0 per ton
Jika pada tahun pertama bisa dieksploitasi sebanyak 40.000 ton, maka deplesi
untuk tahun tersebut = 40.000 x Rpl20,00 = Rp4.800.000,00
Politeknik Telkom Akuntansi Keuangan I
Penyusutan dan Deplesi 121
Jurnal untuk mencatat deplesi adalah :
Dr. Deplesi Rp4.800.000,00
Cr. Akumulasi deplesi Rp4.800.000,00
Jika pembangunan sumber alam itu juga terjadi dalam masa
eksploitasi, sedangkan biayanya ditaksir di muka pada waktu akan
menghitung beban deplesidan pada kenyataannya biaya pembangunan
berbeda dengan yang sudah ditaksir maka perhitungan deplesi perlu direvisi.
Demikian pula jika taksiran isi tambangnya berbeda dengan taksiran isi
tambang yang dipakai dalam menghitung deplesi maka perhitungan deplesi
perlu direvisi. Koreksi terhadap deplesi dapat dilakukan dengan cara sebagai
berikut:
- Deplesi tahun-tahun lalu yang sudah dicatat dikoreksi, begitu juga untuk deplesi yang akan datang. Dalam cara ini koreksi dilakukan seperti
halnya dalam aktiva tetap. Pada saat diketahui adanya perubahan,
dihitung lagi deplesi per unit kemudian dilakukan koreksi. Contohnya
deplesi yang lalu terlalu besar maka jurnal koreksinya sebagai berikut:
Dr. Akumulasi deplesi Rpxx
Cr. Laba tidak dibagi (koreksi laba tahun lalu) Rpxx
- Deplesi tahun-tahun lalu yang sudah dicatat tidak dikoreksi, tetapi deplesi tahun-tahun yang akan datang dilakukan dengan data yang
terakhir. Deplesi tahun-tahun lalu tidak dikoreksi, tetapi deplesi untuk
tahun berjalan dan tahun-tahun yang akan datang direvisi.
Dari contoh sebelumnya biaya pembangunan bertambah sebesar
Rpl.800.000,00. Sesudah dieksploitasi dalam tahun kedua sebanyak
30.000 ton, tambang ditaksir masih mengandung 90.000 ton.
Perhitungan deplesi tahun kedua sebagai berikut:
Harga perolehan pertama Rp20.000.000
( - ) Nila sisa Rp2.000.000
Deplesi tahun pertama 4.800.000
6.800.000
Politeknik Telkom Akuntansi Keuangan I
122 Penyusutan dan Deplesi
Rp13.200.000
(+) Biaya pembangunan tahun kedua 1.800.000
Jumlah yang akan dideplesi Rp15.000.000
Taksiran isi tambang pada awal tahun kedua
Hasil eksploitasi tahun kedua (ton) 30.000
Taksiran isi tambang pada akhir tahun kedua (ton) 90.000
Taksiran isi tambang pada awal tahun kedua (ton) 120.000
Deplesi per ton dalam tahun kedua = Rpl5.000.000,00 :120.000 = Rp125,00.
Deplesi tahun kedua = 30.000 ton x Rp125,00 = Rp3.750.000,00.
Pada aktiva-aktiva tetap yang dimiliki oleh perusahaan yang mengolah
sumber-sumber alam, dan kegunaan aktiva itu terbatas sampai selesainya
eksploitasi sumber-sumber alam, maka depresiasi aktiva tetap dapat dihitung
dengan dasar taksiran hasil sumber alam.
Politeknik Telkom Akuntansi Keuangan I
Penyusutan dan Deplesi 123
Rangkuman
1. Penyusutan (depresiasi) menyatakan taksiran mengenai penurunan jasa-
jasa potesial dari aktiva selama umurnya. Jelaslah bahwa penyusutan
tidak dipakai untuk menyatakan penurunan nilai pasar dan juga tidak
pula menyatakan perubahan fisik. Istilah depresiasi khusus digunakan
untuk menunjukkan alokasi harga perolehan aktiva tetap berwujud yang
dapat diganti, sepert gedung, mesin, peralatan, dan lain-lain.
2. Terdapat beberapa faktor yang menyebabkan depresiasi diantaranya
adalah :
a. Faktor-faktor fisik yaitu usang karena dipakai dan umur serta
kerusakan
b. Faktor-faktor fungsional yaitu ketidakmampuan memenuhi
kebutuhan, perubahan permintaan dan kemajuan teknologi
Sedangkan biaya depresiasi akan dipengaruhi oleh beberapa aspek
sebagai berikut :
1. Harga perolehan (cost)
2. Nilai sisa atau residu
3. Masa manfaat
3. Terdapat beberapa metode yang sering digunakan untuk menghitung
beban depresiasi secara periodic. Metode-metode tersebut adalah :
1) Metode garis lurus
2) Metode jumlah angka tahun
3) Metode saldo menurun dua kali
4) Metode Jam jasa
5) Metode unit Produksi
4. Deplesi adalah berkurangnya harga perolehan (cost) atau nilai sumber-
sumber alam seperti tambang dan hutan kayu yang disebabkan oleh
pengolahan sumber-sumber alam menjadi persediaan.
Politeknik Telkom Akuntansi Keuangan I
124 Penyusutan dan Deplesi
Pertanyaan Kuis
1. Jelaskan perbedaan antara depresiasi dengan deplesi yang anda ketahui ?
2. Jelaskan faktor-faktor apa yang mempengaruhi depresiasi ?
3. Sebutkan pertimbangan apa yang digunakan dalam memilih metode
depresiasi? jelaskan jawaban anda ?
4. Mengapa perlu dilakukan depresiasi terhadap aktiva tetap berwujud?,
jelaskan ?
5. Metode depresiasi yang menghasilkan jumlah depresiasi yang selalu
menurun dapat dilakukan dengan berbagai cara. Jelaskan cara-cara yang
anda ketahui ?
Politeknik Telkom Akuntansi Keuangan I
Penyusutan dan Deplesi 125
Pilihan Ganda
Petunjuk: Pilihlah jawaban yang paling tepat!
Tanggal 18 Desember 2008 dibeli Mesin Rp 55.000.000, PPn 10% dari Harga
Beli, biaya angkut Rp 100.000 dan Biaya Asuransi 2% dari Harga beli mesin.
Umur Ekonomis mesin selama 4 Tahun dengan nilai sisa sebesar Rp
1.700.000.
1. Nilai Penyusutan mesin untuk tahun 2009 jika menggunakan Metode
Garis Lurus adalah sebesar :
A. 12.500.000
B. 15.000.000
C. 6.250.000
D. 5.330.000
E. 30.850.000
2. Nilai Penyusutan mesin untuk tahun 2009 jika menggunakan Metode
Jumlah Angka Tahun adalah sebesar :
A. 24.000.000
B. 15.000.000
C. 6.250.000
D. 9.255.000
E. 30.850.000
3. Nilai Penyusutan mesin untuk tahun 2009 jika menggunakan Metode
Double Declining Balance adalah sebesar :
A. 24.000.000 B. 15.000.000
C. 6.000.000
D. 5.330.000
E. 30.850.000
4. Berapa Jumlah penyusutan, dengan menggunakan metode saldo
menurun (dua kali tarif garis lurus) untuk tahun kedua pemakaian
Politeknik Telkom Akuntansi Keuangan I
126 Penyusutan dan Deplesi
peralatan yang berharga $ 9.000, dengan estimasi nilai sisa $ 600 dan
estimasi umur manfaat 3 tahun:
A. $ 6.000
B. $ 3.000
C. $ 4.000
D. $ 2.000
E. $ 400
Latihan
1. PT Aura Abadi membeli mesin seharga Rp3.400.000,00 pada tanggal 1
April 2006. Diperkirakan mesin tersebut akan berumur 10 tahun, dan
mempunyai nilai residu sebesar Rp400.000,00. Mesin ini diperkirakan
akan dapat digunakan untuk memproduksi 60.000 unit produk dan
diperkirakan akan dapat digunakan untuk berproduksi selama 30.000
jam. Dalam tahun 2006 PT Aura Abadi menggunakan mesin itu selama 2.400 jam dan dapat menghasilkan 4.000 unit produk.
Pertanyaan :
Hitunglah biaya depresiasi dengan menggunakan setiap metode seperti
di bawah ini dan PT Aura Abadi memberlakukan tahun kalender sebagai
tahun buku yang berakhir tanggal 31 Desember.
a. Metode garis lurus untuk tahun 2006.
b. Metode hasil produksi untuk tahun 2006.
c. Metode jam jasa untuk tahun 2006.
d. Metode jumlah angka tahun untuk tahun 2006.
e. Metode double declining balance untuk tahun 2007.