al farabi.ppt

29
AL-FARABI (870 M – 950 M) Dan Al-Madinah Al-Fadilah

Upload: fatayu

Post on 19-Dec-2015

118 views

Category:

Documents


53 download

TRANSCRIPT

AL-FARABI (870 M – 950 M) Dan Al-Madinah Al-Fadilah

Biografi

Nama lengkapnya adalah Abu Nashr Muhammad Ibn Tarkhan Ibn Al-Uzalagh.

Al-Farabi lahir pada tahun 257 H /870 M di Wasij, distrik Farab (sekarang dikenal dengan kota Atrar/Transoxiana), Turkistan. Beliau wafat pada tahun 950 M di Damaskus (Suriah) pada usia 80 tahun.

Ayahnya seorang jendral berkebangsaan Persia dan ibunya berkebangsaan Turki.

Al Farabi juga dikenal dikalangan Latin Abad Tengah dengan sebutan Abu Nashr (Abunaser).

Lanj…

Sejak kecil al-Farabi sudah mempelajari banyak bahasa, kosa kata dan tutur bahasa ia

telah cakap dan luar biasa. Ia menguasai bahasa Iran, Turkistan dan Kurdikistan.

Ada sebuah pendapat yang mengatakan bahwa Farabi dapat berbicara dalam tujuh

puluh macam bahasa; tetapi yang dia kuasai dengan aktif hanya empat bahasa; Arab,

Persia, Turki, dan Kurdi (Sjadzali, 1993:49).

Di kota ini juga Al-Farabi mendapatkan kemantapan dalam bahasa Arab melalui bimbingan seorang ahli Nahwu, Abu Bakr As-Sarraj, dan belajar logika serta filsafat kepada seorang Kristen, Abu Bisyr Mattius ibnu Yunus.

Kemudian, ia pindah  ke Harran (pusat kebudayaan Yunani di Asia kecil) dan berguru kepada Yuhanna ibnu Jailani, kemudian kembali ke Baghdad untuk memperdalam ilmu filsafat. Selama di Baghdad ia banyak menggunakan waktunya untuk berdiskusi, mengajar, mengarang, dan mengulas buku-buku filsafat.

Lanj..

Dalam dunia intelektual Islam ia dijuluki “al-Mu’allim al-Sany” (guru kedua), sedangkan yang menjadi guru pertama adalah Aristoteles yang digelari “al-Mu’allim al-Awwal” (guru pertama), selain itu al-Farabi juga menyandang predikat “al-Syaikh al-Rais” (Kiyai Utama), gelar-gelar ini didapatkan karena ia banyak memahami filsafat Aristoteles.

Al-Farabi membaca (barangkali mengajar) Physics-nya Aristoteles empat puluh kali, dan Rhetoric-nya Aristoteles dua ratus kali.

Lanj…

Karya

Al-Farabi menulis sedikitnya tujuh puluh buku, terdiri dari buku-buku tentang logika dan topik-topik filsafat dan sufistik lainnya.

Karya-karya Al-Farabi tersebar luas di Dunia Timur pada abad ke-4-5 H/10-11 M sebelum akhirnya mencapai Barat ketika pikiran-pikiran Al-Farabi mendapatkan pengikut-pengikut di Andalusia.

Beberapa karyanya diterjemahkan ke dalam bahasa Ibrani dan Latin dan memberikan pengaruh kepada Skolastisisme Yahudi dan Kristen.

Ketenaran Al-Farabi terutama bersumber pada karya-karya di bidang ilmu-ilmu praktis, yakni di bidang ilmu-ilmu kemasyarakatan, khususnya ilmu politik.

a.    Ulasannya terhadap karya Aristoteles

1.    Burhan (dalil),

2.    Ibarat (keterangan),

3.    Khitobah (cara berpidato),

4.    Al-Jadal (argumentasi/berdebat),

5.    Qiyas (analogi),

6.    Mantiq (logika)

Sedangkan karya-karya nyata dari al-Farabi lainnya :

1.Al-Jami’u Baina Ra’yani Al-Hkiman Afalatoni Al Hahiy wa Aristho-

thails (pertemuan/ penggabungan pendapat antara Plato dan

Aristoteles),

2.Tahsilu as Sa’adah (mencari kebahagiaan),

3.As Suyasatu Al Madinah (pemerintahan negara kota),

4.Fushul Al Madina (aforisme negarawan),

5.Arro’u Ahli Al Madinati Al Fadilah (pemikiran-pemikiran utama

pemerintahan),

6.As Syiasyah (ilmu politik),

7.Fi Ma’ani Al Aqli,

8.Ihsho’u Al Ulum (kumpulan berbagai ilmu),

9.At Tahsil As Sa’adah (Pencapaian kebahagiaan)

10.Isbatu Al Mufaraqat,

11.Al Ta’liqat.

Bab 1 : ‘Sesuatu' yang harus diyakini sebagai Tuhan (Allah): apa itu, bagaimana itu, bagaimana harus

dijelaskan, bagaimana wujud tersebut menjadi penyebab dari semua eksistensi lainnya, bagaimana

keterkaitan di antara keduanya, bagaimana wujud tersebut dikenal dan diskursus lainnya terkait dengan

“Tuhan”.

Bab 2 : Eksistensi yang harus diyakini sebagai malaikat, siapa mereka, bagaimana itu, dan apa asalnya

dan bagaimana posisi mereka dalam kaitannya dengan “Yang Pertama”, dan tingkatan mereka dalam

hubungannya dengan satu sama lain. Pembahasan berkenaan dengan teori Emanasi.

Bab 3 kelompok benda-benda langit, yang masing-masing terkait dengan salah satu eksistensi sekunder.

Ringkasan Al Madinah Al Fadilah

Bab 4. Benda-benda material, bagaimana mereka menjadi ada, berapa banyak benda-benda, dan bagaimana relasi di antara mereka.

Bab 5. Materi dan bentuk; bagaimana relasi antara keduanya.

Bab 6. Bagaimana eksistensi harus dijelaskan.

Bab 7. Bagaimana benda-benda langit pada umumnya harus dijelaskan.

Bab 8. Bagaimana badan material alam secara umum timbul di antara mereka yang muncul pertama, yang kedua, yang ketiga, dan seterusnya dalam urutan peringkat pertama sampai 'hal' terakhir yang muncul adalah manusia; informasi secara garis bagaimana masing-masing kelas benda-benda alam materi muncul.

Lanj…

Bab 9. Bagaimana keberadaan terus menerus dari setiap spesies dari tubuh materi yang dibawa, dan bagaimana individu-individu dari setiap spesies tetap eksis.

Bab 10. Manusia, fakultas-fakultas jiwa manusia, bagaimana mereka muncul dari Yang Pertama, yang kedua dan yang terakhir, dan relasi dengan yang lain.

Bab 11. Bagaimana organ-organ dan anggota badan manusia muncul, bagaimana mereka saling terkait, yang dari mereka adalah penguasa dan yang hamba, bagaimana putusan organ yang mengatur dan bagaimana organ yang melayani.

Bab 12. Pria dan wanita, apa fakultas masing-masing, dan apa fungsi dari masing-masing dari mereka, bagaimana anak muncul dari mereka, apa persamaan dan perbedaan di antara mereka, bagaimana anak lahir menyerupai kedua orang tua, kadang-kadang salah satu dari mereka saja, kadang-kadang salah satu nenek moyang, dan kadang-kadang tidak ada dari mereka.

Lanj…

Bab 13. Bagaimana intelligible tersebut berpengaruh dalam rasional jiwa, berapa banyak jenis

intelligible, apa potensi intelek dan bagaimana aktualisasi intelek yang sebenarnya, apa itu intelek,

mengapa mereka diberi nama 'intelek Aktif', apa fungsinya, bagaimana intelligible berpengaruh pada

potensi intelek sehingga menjadi intelek yang aktual, apa keutamaan dari kebahagiaan, apa itu

kebajikan dan keburukan; mana tindakan yang baik dan jahat, dan apa yang indah dan apa yang

buruk.

Bab 14. Bagian (representasi) dari jiwa, dan berapa banyak fungsinya, bagaimana mimpi terjadi,

berapa banyak jenis mimpi, apa yang menyebabkan mimpi menjadi benar; bagaimana 'wahyu

'datang, dan bagaimana orang yang harus menerima wahyu.

Lanj…

Bab 15. Manusia membutuhkan hubungan dan kerjasama, berapa banyak jenis masyarakat (manusia), yang mana masyarakat terbaik, yang mana kota terbaik, bagaimana jenis penguasa terbaik seharusnya, berapa banyak jenis kota yang bertentangan dengan kota terbaik (utama).

Bab 16. Kebahagiaan utama yang dapat dicapai oleh jiwa warga kota utama (terbaik), dan jenis kemalangan yang dicapai setelah kematian jiwa warga kota yang bertentangan dengan warga kota terbaik.

Bab 17. Bagaimana ‘pengaruh’ yang seharusnya di kota terbaik. Hal-hal yang muncul dalam jiwa orang yang salah dan palsu dari prinsip-prinsip 'bodoh' atas pandangan yang dideduksi.

Bab 18. Detil (catatan) dari jenis pandangan bodoh dimana tindakan bodoh, masyarakat dan kota dihasilkan.

Bab 19. Detil (catatan) prinsip-prinsip yang salah dimana pandangan tersebut dapat menimbulkan dosa dalam agama.

Lanj…

Pada masa hidupnya, kekuatan politik Islam yang berkuasa bersifat kosmopolitan. Dinasti Abasiyah di Baghdad secara politis telah jauh dari masa kejayaannya, meski dalam hal pendidikan Baghdad masih menjadi salah satu kota rujukan untuk memperdalam ilmu.

Secara politik Baghdad masih menjadi pusat politik Islam meski sekedar menjadi negara boneka demi kepentingan para pemimpin lokal. Kondisi politik, seperti inilah yang agaknya berpengaruh besar pada pemikiran politik al-Farabi.

Ketika terjadi pergolakan di Bagdad pada tahun 942, Al-Farabi menetap di Damaskus. Di kota inilah karyanya al-Madinah al-Fadhilah selesai dikerjakan.

Situasi Politik

Dalam persoalan filsafat ke-Negaraan ini, filsafat al-Farabi lebih mengarah kepada filsafat Plato, Aristotoles dan Ibnu Abi Rabi’, al- Farabi berpendapat bahwa manusia adalah makhluk sosial, makhluk yang mempunyai kecenderungan alami untuk bermasyarakat.

Dan setiap manusia secara alami memiliki banyak kepentingan untuk mempertahankan esksitensinya demi mencapai kesempurnaan, tetapi dapat juga dipastikan dalam mengejar kebutuhannya tersebut tidak semua bisa dipenuhi sendiri.

Oleh karenanya manusia selalu membutuhkan bantuan orang lain, maka manusia menjalin hubungan-hubungan (asosiasi). Dengan sebuah keyakinan bahwa dengan mengikat diri mereka dalam asosiasi-asosiasi tersebut, kesempurnaan dapat dicapai dan terdistribusi secara merata.

Filsafat Politik tentang Manusia, Negara dan Warga Negara

Adapun tujuan bermasyarakat itu menurutnya, tidak semata-mata untuk memenuhi kebutuhan pokok hidup (sandang, pangan, papan, dan keamanan), tetapi juga untuk menghasilkan kelengkapan hidup yang akan memberikan kepada manusia akan sebuah kebahagiaan, tidak saja materil tetapi juga spritual, tidak saja di dunia yang fana ini, tetapi juga di akhirat nanti.

Kemudian, dalam proses yang panjang, pada akhirnya terbentuklah suatu Negara. Menurut Al-Farabi, negara atau kota merupakan suatu kesatuan masyarakat yang paling mandiri dan paling mampu memenuhi kebutuhan hidup, serta mampu mengatur ketertiban masyarakat, sehingga pencapaian kesempurnaan bagi masyarakat menjadi mudah.

Negara yang warganya sudah mandiri dan bertujuan untuk mencapai kebahagiaan yang nyata , menurut al-Farabi, adalah Negara Utama.

Lanj…

Menurutnya, warga negara merupakan unsur yang paling pokok dalam suatu negara. yang diikuti dengan segala prinsip-prinsipnya (mabadi) yang berarti dasar, titik awal, prinsip, ideologi, dan konsep dasar.

Keberadaan warga negara sangat penting karena warga negaralah yang menentukan sifat, corak serta jenis negara. Menurut Al-Farabi perkembangan dan/atau kualitas negara ditentukan oleh warga negaranya. Mereka juga berhak memilih seorang pemimpin negara, yaitu seorang yang paling unggul dan paling sempurna di antara mereka.

Lanj…

Tentang Masyarakat dan Warga Negara

Masyarakat Sempurna (al-Mujtami’ al-Kamilah). Masyarakat sempurna adalah masyarakat yang mengandung keseimbangan di antara unsur-unsurnya. Individu-individu dalam masyarakat tipe ini memiliki kebebasan individual (mandiri).

Selanjutnya, masyarakat yang sempurna, diklasifikasikan menjadi tiga bagian:

1) masyarakat sempurna besar (gabungan banyak bangsa yang sepakat untuk bergabung dan saling membantu serta bekerjasama, biasa disebut perserikatan bangsa-bangsa),

2) masyarakat sempurna sedang (masyarakat yang terdiri atas suatu bangsa yang menghuni di satu wilayah dari bumi biasa disebut negara nasional),

3) masyarakat sempurna kecil (masyarakat yang terdiri atas para penghuni satu kota (negara kota).

Masyarakat Tidak/belum Sempurna (al-Mujatami’ laisa Kamilah). Masyarakat yang tidak/belum sempurna adalah masyarakat yang kehidupannya kecil seperti masyarakat yang penghidupan sosialnya di tingkat desa, kampung, lorong/dusun, dan keluarga. Dalam hal ini, kehidupan masyarakat masih jauh dari ketidak sempurnaan adalah keluarga.

Menurut al-Farabi, Negara mempunyai warga-warga dengan bakat dan kemampuan yang tidak sama satu sama lain. Di antara mereka terdapat seorang kepala dan sejumlah warga yang martabatnya mendekati martabat kepala, dan masing-masing memiliki bakat dan keahlian untuk melaksanakan tugas-tugas yang mendukung kebijakan Kepala Negara (sebagai sebuah jabatan).

Kemudian dari Kepala Negara, membagi tugasnya kepada sekelompok masyarakat di bawah peringkatnya, kemudian di bawah peringkat tersebut, ada sekelompok orang lagi yang bertanggung jawab untuk kesejahteraan Negara dan begitu seterusnya sampai golongan terendah.

Lanj…

Negara Utama dianalogikan seperti tubuh manusia yang sehat dan utama, karena secara alami, pengaturan organ-organ dalam tubuh manusia bersifat hierarkis dan sempurna. Ada tiga klasifikasi utama:

1) Pertama, jantung. Jantung merupakan organ pokok karena jantung adalah organ pengatur yang tidak diatur oleh organ lainnya.

2) Kedua, otak. Bagian peringkat kedua ini, selain bertugas melayani bagian peringkat pertama, juga mengatur organ-ogan bagian di bawahnya, yakni organ peringkat ketiga, seperti : hati, limpa, dan organ-organ reproduksi.

3) Organ bagian ketiga. Organ terbawah ini hanya bertugas mendukung dan melayani organ dari bagian atasnya.

Negara Utama

Negara utama adalah negara/kota yang diperintah oleh penguasa tertinggi dengan syarat sebagai berikut:

- Memiliki berbagai ilmu dan pengetahuan

- Mampu memahami dengan baik segala yang harus dilakukannya

- Mampu membimbing dengan baik

- Mampu memanfaatkan orang-orang yang memiliki kemampuan untuk mengarahkan pada kebahagiaan

- Hal ini hanya terdapat pada orang yang memiliki kecenderungan alami yang besar lagi unggul, bila jiwanya bersatu dengan akal aktif.

Lanj…

Dalam hal ini, al-Farabi membedakan negara menjadi lima kategori, yakni;

Pertama, negara utama (al-madinah al-fadhilah). Ia merupakan cermin negara yang memperjuangkan

kemakmuran dan kesejahteraan warga negaranya. Segala kebijakan yang ditetapkan, senantiasa diorientasikan

demi kemaslahatan rakyat, bukan kepentingan golongan apalagi pribadi.

Kedua, negara sesat (al-madinah al-dhalalah), yaitu negara yang berdiri congkak di atas kebodohan rakyat

tentang kebenaran. Rakyat akan berbuat semaunya, tanpa ada kontrol dan etika kebenaran. Kebebasan benar

menjadi nomor satu. Kehidupan akan kacau, karena tidak terikat perilaku kebenaran. Tatanan norma tidak

berlaku sama sekali. Bahkan tindakan-tindakan mereka lebih mengarah pada perilaku destruktif dan anarkis.

Tipologi Negara

Ketiga, negara jahil (al-madinah al-jahilah), yakni negara yang rakyatnya selalu mengikuti

jalan kejahatan. Negara ini berbeda dengan negara sesat yang rakyat tidak menyadari

kejahatannya. Rakyat dalam negara jahil sadar atas kejahatan yang diperbuat. Mereka sadar

menyimpang, tapi tidak malakukan pertaubatan. Mereka justru mencari kebahagiaan dan

kenikmatan lain yang fana. Menurut al-Farabi, negara jahil dapat dicirikan dengan:

1) rakyatnya melulu berusaha memenuhi kebutuhan jasmani,

2) berdagang untuk menumpuk kekayaan (kapitalis),

3) terpesona oleh kenikmatan keji,

4) gila hormat,

5) haus (rakus) kekuasaan, dan 6) membiarkan hawa nafsu terumbar secara liar.

Lanj…

Keempat, negara imoril (al-madinah al-al-fusqah), yakni negara yang rakyatnya telah mengenal kebenaran

mengenai tuhan, akhirat, dan kebahagiaan sejati. Hanya saja, mereka hidup di luar konsep-konsep itu. Padahal,

kebahagiaan sejati hanya akan dicapai melalui kebaikan dan pengamalan terhadap konsep-konsep itu.

Karenanya, mereka tidak akan pernah mengenyam kebahagiaan sejati.

Kelima, negara massa (al-madinah al-jami'ah). Dalam negara bentuk ini, rakyat cenderung melakukan sesuatu

sesuai dengan kehendaknya (kebebasan dan keleluasaan untuk melakukak apa yang diinginkan). Semua unsur

masyarakat itu sama. Warga pribumi dan non-pribumi disamakan secara mutlak. Pemimpin yang 'baik' dan 'ideal'

dalam pandangan mereka, adalah yang paling cakap menyediakan kesempatan untuk melampiaskan nafsu.

Bahkan lebih jauh lagi, rakyat tidak perlu mentaati perundang-perundangan yang diberlakukan pemerintah.

Lanj…

Negara Ideal dalam Perspektif Al-Farabi

Dalam kaitannya dengan lima bentuk negara di atas, al-Farabi memandang bentuk negara pertama, al-

madinah al-fadhilah, yang dapat disebut sebagai negara ideal, yang tercipta untuk masyarakat yang

sempurna (al-Mujtami’ al-Hikmah).

Dimana jumlah keseluruhan bahagian-bahagiannya sudah lengkap, diibaratkan seperti satu anggota

tubuh manusia yang lengkap. Jika salah satu organ tubuh sakit, maka tubuh yang lain akan

merasakannya.

Demikian pula anggota masyarakat Negara yang Utama, yang terdiri dari warga yang berbeda

kemampuan dan fungsinya, hidup saling membantu atau dengan kata lain senasib dan sepenanggungan.

Masing-masing mereka harus diberikan pekerjaan yang sesuai dengan kdan spesialisasi mereka.

Demikian pula anggota masyarakat Negara yang Utama, yang terdiri dari warga yang berbeda

kemampuan dan fungsinya, hidup saling membantu atau dengan kata lain senasib dan

sepenanggungan. Masing-masing mereka harus diberikan pekerjaan yang sesuai dengan kdan

spesialisasi mereka.

Tujuan negara utama adalah kebahagiaan. Baik secara individual maupun komunal, kota

utama harus memberikan kebahagiaan bagi penghuninya. Pemimpin dalam kota ini memiliki

tugas untuk membimbing dan menunjukkan warganya pada kebahagiaan itu.

Lanj…

Fungsi utama dalam filsafat politik atau pemerintahan al-Farabi ini adalah fungsi kepala

Negara yang serupa dengan fungsi jantung (al-qalb) di dalam tubuh manusia.

Kepala negara dalam filsafat politik atau pemerintahan al-Farabi ini adalah fungsi kepala

Negara yang serupa dengan fungsi jantung (al-qalb) di dalam tubuh manusia.

Kepala negara merupakan sumber seluruh aktivitas, sumber peraturan, berani, kuat,

cerdas, pecinta pengetahuan serta keadilan, dan memiliki akal sehat yang dapat

berkomunikasi dengan Akal kesepuluh, pengatur bumi, dan penyampai Wahyu.

Teori tentang Kepala Negara

Al-Farbi juga berpandangan, yang paling ideal sebagai Kepala Negara adalah Nabi/Rasul atau filosofis.

Selain tugasnya mengatur Negara, juga sebagai pengajar dan pendidik terhadap anggota masyarakat

yang dipimpinnya.

Kalau tidak ada sifat-sifat Kepala Negara yang ideal ini pimpinan Negara diserahkan kepada seorang yang

memiliki sifat-sifat yang dekat dengan sifat-sifat yang dimiliki Kepala Negara ideal. Sekiranya sifat-sifat

dimaksud tidak pula terdapat pada seseorang, tetapi terdapat dalam diri beberapa orang, maka Negara

harus diserahkan kepada mereka dan mereka secara bersama harus bersatu memimpin masyarakat.

Lanj…

Kesempurnaan kota (kota utama) yang digagas al-Farabi pertama kali harus dipahami secara konseptual (pada tataran teoritis/ ideal). Kedua, pembaca juga harus menyadari bahwa yang namanya konsep (ideal), bagaimana pun akan sempurna pada tataran gagasannya, namun ketika diturunkan pada wilayah praktis akan terjadi reduksi, bagaimanapun canggihnya sebuah konsep.

Pola kehidupan politik yang digambarkan al-Farabi telah kita temukan-sekali lagi meski tidak sesempurna yang digambarkannya-pada pemerintahan yang dipimpin Muhammad SAW. Di mana legitimasi kekuasaan didapat dari Tuhan, dan diterapkan berdasarkan keadilan menuju kebahagiaan dunia dan akhirat.

Model pemerintahan yang sekarang ini paling dekat dengan konsep al-Madinah al-Fadilah al-Farabi dapat kita temui pada konsep Teo-demokrasi yang kini telah dijalankan di Iran. Dengan konsep wilayatul fakih dan demokrasi, tujuan kebahagiaan itu hendak diraih ---- debatable.

Kesimpulan

Terimakasih