alinemen horisontal (ar)

Upload: slept4rest

Post on 07-Jul-2018

226 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 8/19/2019 Alinemen Horisontal (Ar)

    1/37

    V-1

    ALINEMEN HORISONTAL

    Definisi : Alinemen horisontal adalah proyeksi sumbu jalan

    tegak lurus bidang horisontal / bidang kertas yang

    terdiri dari garis lurus dan garis lengkung.

    GAYA SENTRIFUGAL

    Bila suatu kendaraan berjalan melintasi suatu tikungan, maka

    kendaraan ini akan didorong secara radial keluar oleh gaya

    sentrifugal dan selanjutnya gaya tersebut akan diimbangi oleh beratkendaraan yang diakibatkan oleh superelevasi dari jalan dan oleh

    gesekan melintang antara ban dan perkerasan.

    Gaya-gaya yang terjadi dapat digambarkan sebagai berikut :

     

    Gaya sentrifugal : F = m.a (5.1)

    Dimana : m = masa = g 

    G  

    G = berat kendaraan

    a = percepatan sentrifugal = R

    V   2

     

    GG Cos  

    G Sin 

     gR

    GV 2

     

     Cos gR

    GV 2

     

    Fs

     Sin gR

    GV   2

     

    Diproyeksikanterhadap garis ini

    Gambar 5.1. Gaya-gaya pada lengkung horisontal

  • 8/19/2019 Alinemen Horisontal (Ar)

    2/37

    V-2

    V = kecepatan kendaraan

    R = jari-jari tikungan

    Dengan demikian rumus (5.1) menjadi :

    F = gR

    GV   2   (5.2)

    Karena gaya-gaya dalam satu kesetimbangan , maka :

     Cos gR

    GV  2  = G sin Fs 

     Cos gR

    GV  2  = G sin fs (G cos  Sin gR

    GV   2 )

     gR

    V   2

      = tg fs +    tg  gR

    V   f   s

    2

     

    nilai dari :  tg  gR

    V   f   s

    2

      sangat kecil sehingga bisa diabaikan

    dan tg dinyatakan dengan landai melintang super elevasi

    e maka :

     gRV 

      2

      = e + fs 

     jika kecepatan dinyatakan dalam satuan km/jam dan

    g=9,81m/det2 , maka persamaan akan menjadi :

     R

    127

    2

      = e+fs  (5.3)

     jika kecepatan dinyatakan dalam satuan mile/jam dan

    g=32ft/det2 , maka persamaan akan menjadi :

     R

    15

    2

      = e+fs 

    Catatan : 1 mile = 1760 yard = 5.280 ft

  • 8/19/2019 Alinemen Horisontal (Ar)

    3/37

    V-3

    DERAJAD LENGKUNG

    Ketajaman suatu tikungan horisontal dapat dinyatakan

    dengan Radius / jari-jari atau Derajad lengkung,

    o Derajat lengkung besarnya berbanding terbalik dengan jari-jari

    lengkung.

    o Derajat lengkung maksimum atau jari-jari minimum adalah harga

    batas dari ketajaman suatu tikungan untuk suatu design speed  

     yang ditentukan dari super elevasi maksimum dan faktor

    gesekan masimum

    Definisis derajad lengkung :

    Besarnya sudut pusat/sudut lengkung yang terjadi dengan

    busur 25 m atau 100 ft

    360

     D =

     R  2

    25 

    D = R

    394,432.1  (5.4)

    untuk satuan British :

    360

     D  =

     R  2

    100 

    25 m

    R R

    100 ft

    R

    Gambar 5.2. Korelasi antara derajad lengkung (D)

    dan radius lengkung (R)

    D DR

  • 8/19/2019 Alinemen Horisontal (Ar)

    4/37

    V-4

    D = R

    578,5729  (5.5)

    FAKTOR GESEKAN SAMPING

    Tergantung pada :

    1. Kecepatan kendaraan

    2. Tipe dan kondisi perkerasan jalan

    3. Tipe dan Kondisi ban

    Kriteria untuk menentukan koefisien gesekan melintang

    maksimum : yakni saat dimana gaya sentrifugal

    mengakibatkan perasaan tidak enak dan pengendara

    mengambil keputusan untuk menjalankan kendaraan lebih

    cepat lagi.

    Gambar 5.4 adalah hasil dari beberapa percobaan yangberbeda. Meskipun demikian hal yang sama adalah bahwa

    faktor gesekan melintang untuk kecepatan tinggi harus

    lebih kecil daripada untuk kecepatan lebih rendah. Garis

    tebal adalah garis yang diusulkan yang sesuai pada

    perencanaan kecepatan tinggi dan memberikan faktor

    gesekan lebih kecil untuk perencanaan pada kecepatan

    rendah dibandingkan garis lengkung yang lain.

    Harga yang lebih rendah pada kecepatan yang rendah

    diinginkan, karena pengendara sering melewati design

    speed  yang rendah.

    Dari data di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa koefisien

    gesek melintang untuk dipergunakan dalam perencanaantikungan harus sesuai dengan garis hitam lurus, yang

    mempunyai harga 0,16 pada 30 km/jam sampai 0,10 pada

    70 km/jam.

  • 8/19/2019 Alinemen Horisontal (Ar)

    5/37

    V-5

    Gambar 5.3. Koefisien gesekan melintang maks. untuk

    design (berdasar TEH’92 dalam satuan SI) 

    Gambar 5.4. Maksimum keamanan untuk faktor

    gesekan samping

  • 8/19/2019 Alinemen Horisontal (Ar)

    6/37

    V-6

    DERAJAD LENGKUNG MAKSIMUM( MAXIMUM DEGREE OF CURVATUR)

    Definisi : derajad lengkung maks atau jari-jari minimum

    adalah suatu harga batas untuk suatu designspeed , yang ditentukan dari superelevasi maks

    dan koefisien gesek maksimum.

    Menggunakan jari-jari yang lebih kecil untuk design speed  

    akan mengakibatkan diperlukannya superelevasi yang lebih

    besar dari batas yang telah ditentukan.

    Jari-jari min (R min.) dapat dihitung dari rumus :

    R min =)..(127

    2

    maks  fsmakse

      (5.6)

    Dan untuk satuan British adalah :

    R min  =)..(15

    2

    maks  fsmakse

      (5.7)

    Dengan menggunkan D sebagai derajad lengkung dimana :

     

    D = R

    394,432.1  maka :

    D = 2..(53,913.181

    maks  fsmakse     (5.8)

    Untuk satuan British dengan :

    D = R

    578,729.5  maka :

    D = 2..(900.85

    maks  fsmakse  

      (5.9)

    Tabel 5.1 memberikan nilai Rmin  yang dapat dipergunakan

    untuk superelevasi maksimum 0,08 dan 0,10 serta untuk

    koefisien gesekan melintang maksimum sehubungan dengan

  • 8/19/2019 Alinemen Horisontal (Ar)

    7/37

    V-7

    nilai kecepatan rencana yang terpilih menurut Bina Marga.

    Bandingkan dengan Tabel 5.2 untuk menurut AASTHO.

    Kec. Renc.

    Km/jam

    e

    maks

    f

    maks 

    R min(perhit.)

    R min 

    (design)

    D maks(design)

    40 0,100,08

    0,166 47,363

    51,213

    47

    51

    30,48

    28,09 

    50 0,10

    0,08 

    0,160 75,858

    82,192 

    76

    82 

    18,85

    17,47 

    60 0,100,08 

    0,153 112,041

    121,659

    112

    122

    12,79

    11,74

    70 0,100,08 

    0,147 156,522

    170,343 

    157

    170

    9,12

    8,43 

    80 0,10

    0,08

    0,140 209,974

    229,062

    210

    229

    6,82

    6,25

    90 0,10

    0,08 

    0,128 280,350

    307,371 

    280

    307

    5,12

    4,67 

    100 0,100,08 

    0,115 366,233

    403,796

    3,91

    3,55

    110 0,100,08 

    0,103 470,497

    522,058 

    470

    522

    3,05

    2,74

    0,10

    0,08

    0,090 596,768

    666,975

    597

    667

    2,40

    2,15 

    Tabel 5.1. Besar R min dan D maks 

  • 8/19/2019 Alinemen Horisontal (Ar)

    8/37

    V-8

    Tabel 5.2. Besar R min dan D maks 

    Design Speed

    mph

    e

    maks 

    R min 

    feet 

    D maks fmaks

    Total

    (e+f) 

    D maks 

    (pembulatan

     

    30

    40

    50

    60

    65

    70

    75

    80

    0,06

    0,06

    0,06

    0,06

    0,06

    0,06

    0,06

    0,06

    273

    508

    833

    1263

    1483

    1815

    2206

    2510 

    21,0

    11,3

    6,9

    4,5

    3,9

    3,2

    2,6

    2,3

    0,16

    0,15

    0,14

    0,13

    0,13

    0,12

    0,11

    0,11

    0,22

    0,21

    0,20

    0,19

    0,19

    0,18

    0,17

    0,17 

    30

    40

    50

    60

    65

    70

    75

    80

    0,08

    0,08

    0,08

    0,08

    0,08

    0,08

    0,08

    0,08 

    250

    464

    758

    1143

    1341

    1633

    1974

    2246 

    22,9

    12,4

    7,6

    5,0

    4,3

    3,5

    2,9

    2,5

    0,16

    0,15

    0,14

    0,13

    0,13

    0,12

    0,11

    0,11

    0,24

    0,23

    0,22

    0,21

    0,21

    0,20

    0,19

    0,19

    30

    40

    50

    60

    65

    70

    75

    80

    0,10

    0,10

    0,10

    0,10

    0,10

    0,10

    0,10

    0,10 

    231

    427

    694

    1043

    1225

    1485

    1786

    2032 

    24,8

    13,4

    8,3

    5,5

    4,7

    3,9

    3,2

    2,8

    0,16

    0,15

    0,14

    0,13

    0,13

    0,12

    0,11

    0,11 

    0,26

    0,25

    0,24

    0,23

    0,23

    0,22

    0,21

    0,21

    30

    40

    50

    60

    65

    70

    75

    80

    0,12

    0,12

    0,12

    0,12

    0,12

    0,12

    0,12

    0,12

    214

    395

    641

    960

    1127

    1361

    1630

    1855

    26,7

    14,5

    8,9

    6,0

    5,1

    4,2

    3,5

    3,1

    21,0

    11,5

    7,0

    4,5

    4,0

    3,0

    2,5

    2,5

    23,0

    12,5

    7,5

    5,0

    4,5

    3,5

    3,0

    2,5

    25,0

    13,5

    8,5

    5,5

    4,5

    4,0

    3,0

    3,0

    26,5

    14,5

    9,0

    6,0

    5,0

    4,0

    3,5

    3,0

    0,16

    0,15

    0,14

    0,13

    0,13

    0,12

    0,11

    0,11

    0,28

    0,27

    0,26

    0,25

    0,25

    0,24

    0,23

    0,23

  • 8/19/2019 Alinemen Horisontal (Ar)

    9/37

    V-9

    Gambar 5.5. Hubungan antara (e+f) dan R atau D pada

    beberapa kecepatan rencana satuan metrik

    Gambar 5.6. Hubungan antara (e+f) dan R atau D pada

    beberapa kecepatan rencana satuan British

  • 8/19/2019 Alinemen Horisontal (Ar)

    10/37

    V-10

    SUPERELEVASI MAKSIMUM

    Untuk kecepatan tertentu superelevasi maksimum dan

    faktor gesekan maksimum, secara bersama menentukan

    besar jari-jari minimum.

    Superelevasi maksimum pada jalan dipengaruhi oleh

    beberapa faktor :

    1.  Kondisi cuaca, untuk daerah sub tropis sering dan

    banyaknya salju

    2.  Kondisi medan, datar atau pegunungan

    3. 

    Tipe daerah, urban atau rural4.

     

    Seringnya terdapat kendaraan yang berjalan lambat,

     yang mengakibatkan operasi tidak menentu.

    Superelevasi maksimum untuk jalan raya pada umumnya

    (untuk daerah tidak bersalju) adalah 0,12. Penggunaan

    superelevasi sampai 0,13 menguntungkan pengemudi-pengemudi cepat akan tetapi memberikan kesukaran dalam

    pembuatan/pelaksanaan, pemeliharaan jalan, dan untuk

    pengendara yang berjalan pelan. Jadi superelevasi 0,12

    menunjukkan angka maksimum.

    Pada daerah dimana faktor salju / es menentukan,SE

    sebesar 0,08 masih dapat diterima dengan mengingatkemungkinan slip ke arah melintang kalau kendaraan sedang

    berhenti atau mau berjalan dari keadaan berhenti.

    Sedangkan pada daerah dengan konsentrasi kendaraan

    tinggi misalnya dekat kota, biasanya superelevasi yang

    lebih kecil yang dipergunakan. Seperti halnya pada

    persimpangan-persimpangan penting dimana kendaraanbiasanya berjalan pelan karena akan membelok atau

    memotong, adanya tanda-tanda lalu lintas, suatu

    superelevasi maksimum yang lebih kecil dipergunakan yakni

    harga sebesar 0,06.

  • 8/19/2019 Alinemen Horisontal (Ar)

    11/37

    V-11

    Kesimpulan : dari kejadian di atas harus ada beberapa

    superelevasi maksimum , yaitu sebesar 0,06 ; 0,08 ; 0,10 ;

    dan 0,12. Ini diusulkan oleh AASTHO untuk masing-masing

    golongan, jari-jari minimum dan superelevasi untuk jari-jari

     yang lebih besar bisa ditetapkan.

    DISTRIBUSI SUPERELEVASI (e)

    DAN GESEKAN MELINTANG (fs)

    Untuk perencanaan tikungan perlu menentukan SE yang

    dapat dipakai pada daerah (range   ) lengkungan yang

    dipergunakan untuk masing-masing design speed . Satuekstrim dari daerah ini adalah SE maks. yang ditentukan

    oleh sifat-sifat praktis dan dipergunakan untuk

    menentukan jari-jari minimum. SE maks. berbeda

    tergantung kondisi seperti diterangkan di atas, ekstrim

     yang satu lagi adalah 0 (nol) yakni tidak diperlukannya SE

    pada daerah lurus. Untuk jari-jari diantara ektrim danuntuk design speed   tertentu superelevasi sebaiknya

    didistribusikan dengan logis antara faktor gesek

    melintang dan SE.

    Dapat disimpulkan :

    Untuk : e+fs  = 0 jalan lurus, R  

    e+fs  = (e+fs)max  jalan pada lengkung dengan

    R=R min

    Untuk design speed   tertentu ada 5 macam metoda

    mendistribusikan di daerah lengkung (range of curve )

    menurut AASTHO, yang hubungan masing-masing dapat

    dilihat pada Gambar 5.7.

    1. 

    SE dan gesekan melintang adalah berbanding lurusdengan derajad lengkung, yakni suatu hubungan yang

    lurus antara D=0 dan D=max

    2. Gesekan melintang (fs) sedemikian rupa sehingga seluruh

    gaya sentrifugal yang terjadi pada kendaraan yang

  • 8/19/2019 Alinemen Horisontal (Ar)

    12/37

    V-12

    berjalan pada daerah lengkung, yakni kendaraan yang

    berjalan pada kecepatan rencana, akan diimbangi olef f

    sampai mencapai nilai fs maks  . Pada lengkung yang lebih

    tajam lagi gaya sentrifugal yang terjadi baru diimbangi

    oleh f dan e secara bersama-sama, secara berangsur-

    angsur hingga nilai e mencapai nilai emaks. 

    3. Superelevasi (e) sedemikian rupa sehingga seluruh gaya

    sentrifugal yang terjadi pada kendaraan yang berjalan

    pada daerah lengkung, yakni kendaraan yang berjalan

    pada kecepatan rencana, akan diimbangi olef e sampai

    mencapai nilai emaks  .Pada lengkung yang lebih tajam lagigaya sentrifugal yang terjadi baru diimbangi oleh e dan

    fs secara bersama-sama, secara berangsur-angsur hingga

    nilai fs mencapai nilai fs maks. 

    4. Metoda 4 sama dengan metode 3, hanya saja di sini tidak

    memakai kecepatan rencana melainkan kecepatan rata-

    rata.

    5. Metoda 5 merupakan metoda antara metoda 1 dan 3 , yakni superelevasi dan gesekan melintang adalah

    merupakan garis lengkung yang tidak simetris.

    Metoda 1

    Superelevasi berbanding lurus dengan derajad lengkung,

     jadi suatu hubungan garis lurus antara D = 0 dan D =

    maksimum (Gambar 5.7.a). Karena rumus umum lengkung

    horisontal adalah e+f =V 2 /127R , maka hubungan antara

    koefisien gesekan melintang dengan derajad lengkung akan

    berbentuk garis lurus (Gambar 5.7.b).

    Metoda ini sangat logis dan sederhana. Pada suatu jalan,

    alinemen terdiri dari garis lurus dan lengkungan yangberbeda ketajamannya sampai batas maksimum untuk

    design speed tertentu. Penggunaan superelevasi yang

    berbanding lurus dengan derajad lengkung akan

    memberikan hasil faktor gesekan melintang berupa garis

  • 8/19/2019 Alinemen Horisontal (Ar)

    13/37

    V-13

    lurus dari 0 (nol) pada jalan lurus sampai maksimum pada

    lengkung paling tajam, untuk kendaraan yang berjalan pada

    kecepatan tetap.

    Gambar 5.7. Aplikasi metoda distribusi superelevasi dan

    gesekan melintang menurut AASTHO, untuk

     Vrencana = 60Km/jam dan emaks = 10 %)

  • 8/19/2019 Alinemen Horisontal (Ar)

    14/37

    V-14

    Bentuk hubungan garis lurus juga berlaku jika peninjauan

    dilakukan untuk kecepatan jalan rata-rata yang biasanya

    lebih rendah daripada design speed  (gambar 5.7.c).

    Contoh soal :

    Berapa R min atau Dmax suatu jalan dengan design speed  60

    km/jam dan superelevasi maks. 10 %.

    Penyelesaian :

    Gambar 5.8. Metoda distribusi superelevasi dan

    gesekan samping menurut AASTHO

  • 8/19/2019 Alinemen Horisontal (Ar)

    15/37

    V-15

    Berdasarkan Tabel 5.1 atau Gambar 5.3 , dengan V = 60

    km/jam dan e = 10 % diperoleh fs maks = 0,153.

    Nilai R min diperoleh dari :

    min

    2

    127 RV    = emaks+ fsmaks

    min

    2

    127

    )60(

     R  = 0,10 + 0,153

    Rmin  = 115 m (nilai pembulatan)

    dan nilai Dmaks adalah :

    Dmaks

     =115

    39,1432  = 12,46o 

    Dari Gambar 5.7 dapat dilihat bahwa titik :

    A1  = menunjukkan kondisi untuk e maks  = 0,10

    Dmaks  = 12,46o 

    A2 = menunjukkan kondisi untuk f maks  = 0,153Dmaks  = 12,46o 

    A3  diperoleh dengan menggunakan kecepatan rata-rata

    sebesar 90 % dari kecepatan rencana, yakni 54 km/jam,

    sehingga dengan R min dan e=0,10 diperoleh nilai fs  :

    115127

    )54(  2

     x = 0,10 + fs

    fs  = 0,10

    Berarti titik A3 menunjukkan kondisi dengan :

    E = e maks  = 0,10

    D = Dmaks = 12,46o

    F = 0,10

  • 8/19/2019 Alinemen Horisontal (Ar)

    16/37

    V-16

    Dengan metode pertama ini jika direncanakan suatu

    lengkung horisontal dengan :

    R = 250 m, maka :

    D = 25039,432.1

      = 5,73o

    e =46,12

    73,5  x 0,10 = 0,046

    Pada kecepatan rencana  :

    250127

    )60(  2

     x  = 0,046 + fs 

    fs  = 0,067Pada kecepatan rata-rata :

    250127

    )54(   2

     x  = 0,046 + fs 

    fs  = 0,046

    Metoda ke-2

    Pada metoda kedua ini, pada mulanya seluruh gaya

    sentrifugal, yang terjadi pada kendaraan yang berjalan

    pada daerah lengkung, akan diimbangi oleh gaya gesekan

    melintang (fs) sampai mencapai nilai maksimum (fs maks),

    tanpa melibatkan superelevasi (e), sehingga pada Gambar

    5.7.a terlihat nilai e=0 sampai titik B1  dan pada Gambar

    5.7.b terlihat nilai fs  berangsur-angsur baik sampaimencapai maksimum di titik B1.

    Jika lengkung menjadi lebih tajam lagi, gaya sentrifugal

     yang terjadi semakin besar dan nilai fs  sudah mencapai

    maksimum, maka superelevasi baru difungsikan bersama-

    sama dg fs, nilai e secara berangsur-angsur naik hingga

    mencapai nilai emaks di titik A1(Gb. 5.7.a)

    Dapat dilihat pada Gambar 5.7.b bahwa nilai fs bertambah

    berangsur-angsur berbanding lurus dengan nilai D hingga

    mencapai nilai maksimum (fs maks dan Dmaks), sementara nilai

  • 8/19/2019 Alinemen Horisontal (Ar)

    17/37

    V-17

    e tetap nol. Setelah mencapai nilai maksimum, nilai fs maksakan  tetap dipertahankan dan nilai e bergerak naik

    mengimbangi gaya centrifugal yang terjadi, pada lengkung

     yang lebih tajam, hingga mencapai nilai maksimum (e maks).

    Titik balik pada saat nilai D dan fs mencapai maksimum atau

    saat nilai e mulai berangsur naik (Titik B1  dan B2), dapat

    dihitung sebagai berikut :

     R

    127

    2

      = e+fs

    dengan nilai e = 0, maka nilai fs mencapai maks. sehingga :

    fs maka  =  R

    127

    2

     

    Contoh soal :

    Berapa R min atau Dmax suatu jalan dengan design speed  60 km/jam dan superelevasi maksimum 10 %.

    Penyelesaian :

    Berdasarkan Tabel 5.1 atau Gambar 5.3 , dengan V = 60

    km/jam dan emaks = 10 % diperoleh fs maks = 0,153.

    Berdasar metoda kedua pertama kali nilai e = 0,

    sehingga R adalah :

    min

    2

    127 R

    V    = 0 + fs maks

    min

    2

    127

    )60(

     R  = 0,153

    R min  = 185,27 m

    dan nilai D adalah :

    D =27,185

    39,432.1 = 7,73o 

    Berarti bahwa saat nilai D berada pada 0 (D=0) sampai

    dengan mencapai harga 7,73o (D=7,73o) maka :

  • 8/19/2019 Alinemen Horisontal (Ar)

    18/37

    V-18

    1. Nilai fs  bergerak dari angka 0 (nol) sampai dengan

    mencapai nilai fs maks2. Nilai e tetap berharga 0 (nol)

    Sementara pada saat nilai D bergerak mulai nilai D=7,73o

    hingga mencapai nilai maksimum (Dmaks =12,78o),maka :

    1. Nilai fs maks berharga tetap atau tidak berubah

    2. Nilai e bergerak dari 0 (nol) hingga mencapai nilai

    emaks

    Jika menggunakan kecepatan rata-rata yakni 90 % darikecepatan rencana, yakni 54 km/jam, maka (titunjukkan

    dengan titik B3):

    27,185127

    )54(   2

     x  = 0 + fs 

    fs  = 0,124

    Dari Gambar 5.7 dapat dilihat bahwa titik :B1  = menunjukkan kondisi untuk e = 0

    D = 7,73o 

    B2 = menunjukkan kondisi untuk fs = 0,153

    D = 7,73o 

    B3 = menunjukkan kondisi untuk fs = 0,153

    D = 7,73o 

    Dengan metode kedua ini jika direncanakan suatu

    lengkung horisontal dengan :

    R = 250 m, maka :

    D =250

    39,432.1  = 5,73o

  • 8/19/2019 Alinemen Horisontal (Ar)

    19/37

    V-19

    untuk nilai e = 0 , maka :

    Pada kecepatan rencana :

    250127

    )60(   2

     x = fs

    fs = 0,113

    Pada kecepatan rata-rata :

    250127

    )54(   2

     x  = 0+ fs 

    fs  = 0,092

    Metoda ke-3

    Pada metoda ketiga ini seluruh gaya sentrifugal yang

    timbul diimbangi oleh berat kendaraan akibat superelevasi

    hingga mencapai nilai emaks. Setelah itu jika lengkung lebih

    tajam lagi, maka gaya sentrifugal akan diimbangi secara

    bersama-sama oleh emaks dan gesekan melintang (fs) sampai

    mencapai nilai fs maks. Dengan demikian superelevasi setelahmencapai nilai maksimum akan bernilai tetap sedangkan

    faktor gesekan melintang bertambah berangsur-angsur

    dari nol hingga mencapai nilai maksimum fs maks.

    Dapat dilihat pada Gambar 5.7.a bahwa nilai e bertambah

    berangsur-angsur berbanding lurus dengan nilai D hingga

    mencapai nilai maksimum (e maks dan Dmaks), sementara nilaifs  tetap nol. Setelah mencapai nilai maksimum, nilai e   maksakan  tetap dipertahankan dan nilai fs  bergerak naik

    mengimbangi gaya centrifugal yang terjadi, pada lengkung

     yang lebih tajam, hingga mencapai nilai maksimum (fs maks).

    Titik balik pada saat nilai D dan e  mencapai maksimum atau

    saat nilai fs mulai berangsur naik (Titik C1  dan C2), dapatdihitung sebagai berikut :

     R

    127

    2

      = e + fs

  • 8/19/2019 Alinemen Horisontal (Ar)

    20/37

    V-20

    dengan nilai fs  = 0, maka nilai e mencapai maksimum

    sehingga :

    e maka  =

     R

    127

    2

     

    Contoh soal :

    Berapa R min atau Dmax suatu jalan dengan design speed  

    60 km/jam dan superelevasi maks. 10 %.

    Penyelesaian :

    V = 60 km/jam dan e = 10 %

    Berdasar metode ketiga fs  = 0

    Dengan nilai fs = 0, maka nilai R adalah :

    min

    2

    127 R

    V   = 0,10 + 0 

    min

    2

    127

    )60(

     R   = 0,10

    R min  = 283,46 m diambil R min  = 285 m

    dan nilai D adalah :

    D =285

    39,432.1 = 5,03o 

    Berarti bahwa saat nilai D berada pada 0 (D=0) sampai

    dengan mencapai harga 5,03o (D=5,03o) maka :

    1. Nilai e bergerak dari angka 0 (nol) sampai dengan

    mencapai nilai e maks2. Nilai fs tetap berharga 0 (nol)

    Sementara pada saat nilai D bergerak mulai nilai D=5,03o

    hingga mencapai nilai maksimum (Dmaks =12,78o),maka :

    1.Nilai e maks berharga tetap atau tidak berubah

    2.Nilai fs bergerak dari 0 (nol) hingga mencapai fs maks

  • 8/19/2019 Alinemen Horisontal (Ar)

    21/37

    V-21

    Jika menggunakan kecepatan rata-rata yakni 90 % dari

    kecepatan rencana, yakni 54 km/jam, maka (titunjukkan

    dengan titik C3):

    285127)54(

      2

     x  = 0,10 + fs 

    fs  = -0,019

    Dari Gambar 5.7 dapat dilihat bahwa titik :

    C1  = menunjukkan kondisi untuk e maks = 0,10

    D = 5,03o 

    C2 = menunjukkan kondisi untuk fs = 0,153

    D = 5,03o

    C3 = menunjukkan kondisi untuk fs = -0,0193

    D = 5,03o

    Dengan metode ketiga ini jika direncanakan suatu

    lengkung horisontal dengan :

    R = 250 m, maka berdasarkan pada metoda ketiga ini

    (gambar 5.7) adalah sbb. :

    emaks = 10 %.

    D =250

    39,432.1 = 5,73o

    untuk nilai emaks = 10 %, maka :

    Pada kecepatan rencana :

    250127

    )60(   2

     x  = 0,10 + fs

    fs  = 0,011

    Pada kecepatan rata-rata :

    250127

    )54(   2

     x  = 0,10 + fs 

    fs  = -0,008

  • 8/19/2019 Alinemen Horisontal (Ar)

    22/37

    V-22

    Metoda ke-4

    Pada metoda keempat ini prinsipnya sama dengan metoda

    ketiga hanya agar tidak diperoleh nilai kefisien gesekan

    melintang fs  yang negatif , maka e maks didasarkan pada

    kecepatan rata-rata.

    Contoh soal :

    Kecepatan rata-rata = 54 km/jam dan fs = 0, maka e

    maks ditentukan berdasarkan :

    e maks =min

    2

    127 RV  ratarata  

    0,10 =min

    2

    127

    54

     R 

    R min  = 229,61 m , diambil R min= 230 m

    Jika kendaraan berjalan pada kecepatan rencana, maka :

    0,10 + fs = 230127602

     x 

    fs = 0,023

    Dengan Rmin = 230 m, maka :

    D =230

    39,1432   = 6,23 o 

    Pada Gambar 5.7. dapat dilihat bahwa titik:

    D1  = menunjukkan kondisi untuk e maks = 0,10

    D = 6,23o 

    D2 = menunjukkan kondisi untuk fs = 0,023D = 6,23o

    D3 = menunjukkan kondisi untuk fs = 0

    e = emaks = 0,10

    D = 6,23o

  • 8/19/2019 Alinemen Horisontal (Ar)

    23/37

    V-23

    Dengan metode keempat ini jika direncanakan suatu

    lengkung horisontal dengan :

    R = 250 m, maka berdasarkan pada metoda keempat ini

    (gambar 5.7)

    D =250

    39,432.1  = 5,73o

    Superelevasi yang dibutuhkan :

    e = 10,023,6

    73,5 x  = 0,092

    Pada kecepatan rencana :

    250127

    )60(   2

     x = 0,092 + fs

    fs  = 0,021

    Pada kecepatan rata-rata :

    250127

    )54(   2

     x   = 0,092 + fs fs  = 0

    Metoda ke-5

    Metoda kelima ini merupakan metoda antara metoda

    pertama dengan metoda keempat yang diperlihatkan

    sebagai garis lengkung parabola tidak simetris. Bentukparabola ini berlaku baik, jika dipergunakan kecepatan

    rencana maupun kecepatan jalan rata-rata dan merupakan

    metoda yang paling umum dipergunakan.

    Pada bab di depan (rumus 5.7) disebutkan bahwa :

    Dmaks = 2..(53,913.181

    maks  fsmakse    

  • 8/19/2019 Alinemen Horisontal (Ar)

    24/37

    V-24

    Jika besaran 181.913,53 merupakan konstanta (K), maka

    rumus di atas menjadi :

    Dmaks  = 2..(

    maks  fsmakse K   

      (5.10)

    Pada Gambar 5.7 dan 5.9 dapat dilihat bahwa untuk metoda

    keempat :

    Pada titik D2 berlaku :

    Dp  = 2)(

    he K maks

     

      (5.11)

    Dan untuk titik D3 berlaku :

    Dp = 2)(

      j

    maks

    e K   (5.12)

    Dimana : V = kecepatan rencana jalan

    V j  = kecepatan rata-rata jalan

    Pers (5.11) = pers (5.12), dimana nilai Dp dipersamakan ,

    sehingga :

    2

    )(

     j

    maks

    e K   = 2

    )(

    he K  maks   

    h = maks  j

    maks eV  xV e

    2

    2

     

    h = )1( 22

      j

    maksV 

    V e   (5.13)

    Slop di kiri titik D2 adalah :

    tg 1 

     = h/Dp (5.14)

    dan slop di kanan titik D2 adalah :

    tg 2    = pmaks

    maks

     D D

    h  f  

      (5.15)

  • 8/19/2019 Alinemen Horisontal (Ar)

    25/37

    V-25

    Garis M0  pada lengkung Gambar 5.9.b. yang merupakan

    tengah-tengah anatar metoda pertama dengan metodakeempat adalah :

    M0  = )(2)(. 12

    ba

    tg tg ba

        

      (5.16)

    Gambar 5.9. Penurunan persamaan lengkung parabola untuk metoda

    kelima , untuk V rencana = 60 Km/jam dan emaks = 10 %)

  • 8/19/2019 Alinemen Horisontal (Ar)

    26/37

    V-26

    M0  =.

    12

    2

    )()(

    maks

     pmaks p

     D

    tg tg  x D D D          (5.17)

    Dimana : a = DP 

    b = Dmax - DP 

    a+b = Dmax 

    Persamaan umum lengkung parabola adalah :

    Y =  L L

     X 

    ).(

    2

      (5.18)

    Untuk lengkung di sebelah kiri Dp (Gambar 5.9.b) dimana D

     Dp, adalah:

    f1  = M0 ).)( 12

     tg  D D

     D

     p

      (5.19)

    Untuk lengkung di sebelah kanan Dp (Gambar 5.9.b) dimana

    D > Dp, adalah:

    f2  = M0   22

    ).()(    tg  D Dh D D

     D D p

     pmaks

    maks

      (5.20)

    Dengan mempergunakan persamaan-persamaan di atas

    diperoleh gambar grafik yang menunjukkan hubunganantara superelevasi (e) dengan derajad lengkung (D) dan

    kecepatan rencana (V) pada suatu superelevasi maksimum

    tertentu.

    Contoh soal :

    Gambar 5.9.a menggambarkan hubungan superelevasi (e)dengan derajad lengkung(D) untuk kecepatan rencana

    V=60 km/jam dan emaks = 10 %.

  • 8/19/2019 Alinemen Horisontal (Ar)

    27/37

    V-27

    Penyelesaian :

    Dengan metode pertama:

    Berdasarkan Tabel 5.1 atau Gambar 5.3 , dengan V = 60

    km/jam dan e = 10 % diperoleh fs maks = 0,153.

    Nilai R min diperoleh dari :

    min

    2

    127 R

    V   = emaks + fsmaks

    min

    2

    127

    )60(

     R

      = 0,10 + 0,153

    Rmin  = 115 m (nilai pembulatan)

    Dengan Rmin = 115 m, maka :

    Dmaks= 115

    39,432.1  = 12,46 o 

    Dengan metoda keempat :

    Kecepatan rata-rata = 54 km/jam dan fs = 0, maka Rmin 

    ditentukan berdasarkan :

    e maks =min

    2

    127 R

    V  ratarata 

    0,10 =min

    2

    127

    54

     R  

    R min  = 229,61 m , diambil R min  = 230 m

    Jika kendaraan berjalan pada kecepatan rencana, maka :

    0,10 + fs = 230127

    602

     x 

    fs = 0,023

  • 8/19/2019 Alinemen Horisontal (Ar)

    28/37

    V-28

    Mencari Dp :

    D  = 23039,432.1

      = 6,23o 

    Jadi : Dp  = D = 6,230

    Mencari h :

    h = )1( 2

    2

     j

    maksV 

    V e  = )1

    54

    60(10,0

    2

    2

     x  = 0,023

    Mencari tg 1   

    tg 1   = h/Dp =0,023/6,23 = 0,00369 

    Mencari tg 2    :

    tg 2   = pmaks

    maks

     D D

    h  f  

     = 23,646,12

    023,0153,0

    = 0,02087

    Mencari M0 :

    M0  =.

    12

    2)()(

    maks

     pmaks p

     Dtg tg  x D D D         

    =46,122

    )00369,002087,0()23,646,12(23,6

     x

     x x  

    = 0,02676

    Persamaan lengkung kiri Dp :

    f1  = M0   ).)( 12

     

    tg  D D

     D

     p

     

    = 0,02676   D D

    00369,0)23,6

    (  2

     

    Persamaan lengkung di sebelah kanan Dp :

    f2  = M0   22 ).()(    tg  D Dh

     D D

     D D p

     pmaks

    maks

     

    = 0,02676 02087,0).23,6(023,0)23,6

    46,12(

      2

     p D D

     

  • 8/19/2019 Alinemen Horisontal (Ar)

    29/37

    V-29

    Dari kedua persamaan di atas, tinggal memasukkan nilai D

     yang dikehendaki sehingga jika titik-titik yang diperoleh

    tersebut dihubungkan akan membentuk garis lengkung.

    Misal :

    1. Untuk nilai D = 40  maka diperoleh :

    fs1  = 0,02676   400369,0)23,6

    4(

      2 x   = 0,0258

    e  = 0,054

    2. Untuk nilai D = 100  maka diperoleh :

    f2  = 0,02676   02087,0.).23,610(023,0)23,6

    1046,12(  2

     x  

    = 0,106

    e  = 0,096

    Gambar 5.10. Metoda kelima distribusi e dan fs menurut AASTHO

  • 8/19/2019 Alinemen Horisontal (Ar)

    30/37

    V-30

    LENGKUNG PERALIHAN

    Pada kecepatan rendah dan jari-jari yang besar, rata-rata

    pengemudi dapat melakukan jejak transisi di dalam batas-

    batas lebar lajur normal. Pada kecepatan tinggi dan

    tikungan tajam (jari-jari kecil), mempertahankan

    kendaraan tinggal pada suatu lebar lajur normal tidak

    dapat dilakukan.

    Agar kendaraan tetap tinggal pada lajur, diperlukan

    lengkung transisi antara jalan lurus ( R = ) dengan

    lengkung lingkaran (circle), yang disebut sebagai lengkung

    peralihan dan biasanya dipakai bentuk spiral atau clothoid.

    Keuntungan dari penggunaan lengkung peralihan adalah :

    1. 

    Perencanaan lengkung peralihan yang baik,mengakibatkan gaya sentrifugal bertambah dan

    berkurang secara teratur, sewaktu kendaraan memasuki

    dan meninggalkan lengkung peralihan. Hal itu akan

    memberikan jejak yang mudah diikuti oleh pengemudi

    untuk mengikuti lajur yang telah disediakan untuknya,

    sehingga memperkecil penggunaan lajur yang berada disebelahnya.

    2.  Panjang lengkung transisi memberikan kemungkinan

    untuk mengatur pencapaian kemiringan, dari lereng

    normal (crown ) ke superelevasi penuh, pada lengkung

    lingkaran. Apabila terdapat tikungan tanpa lengkungperalihan, dimana superelevasi dilakukan sebagian pada

     jalan lurus dan sebagian pada jalan lengkung, maka

    pengendara yang akan mendekati lengkungan harus

    menahan stir/kemudi ke arah lawan dari lengkungan,

  • 8/19/2019 Alinemen Horisontal (Ar)

    31/37

    V-31

    karena adanya superelevasi pada bagian jalan lurus yang

    dalam hal ini merupakan gerakan yang tidak normal.

    3.  Memungkinkan mengadakan peralihan pelebaran

    perkerasan yang diperlukan dari jalan lurus ke

    kebutuhan lebar perkerasan pada tikungan-tikungan

     yang tajam.

    4.  Menambah tingkat keselamatan dan kenyamanan dari

    pengemudi, karena sedikit sekali kemungkinan kendaraan

    keluar dari jalur.5.  Menambah keindahan alinemen / bentuk jalan, yakni

    tidak terlihat adanya patahan jalan pada permulaan dan

    akhir dari lengkung lingkaran.

    Penggunaan spiral adalah sederhana. Derajad lengkung

    berkisar dari nol di akhir bagian lurus sampai derajadlengkung lingkaran pada ujung lengkung lingkaran.

    Menurut definisi, derajad lengkungan pada tiap titik pada

    spiral berbanding lurus dengan panjang jarak yang diukur

    sepanjang spiral.

    Keberatan dari penggunaan spiral adalah karenaperhitungan yang menjemukan. Oleh karena itu harus

    diusahakan untuk dapat menggunakan lengkung spiral dan

    bukan menyelidiki rumus yang kompleks dengan faktor-

    faktor yang tidak diketahui.

  • 8/19/2019 Alinemen Horisontal (Ar)

    32/37

    V-32

    Panjang lengkung peralihan menurut Bina Marga

    diperhitungkan mulai dari bentuk crown sampai dengan

    kemiringan sebesar superelevasi . 

    Sedangkan AASTHO mulai dari bentuk lurus pada

    setengah sisi luar dan sisi dalam sebesar superelevasi

    (dihitung dari as jalan ) sampai dengan kemiringan sebesar

    superelevasi.

    en 

    en 

    e

    h en 

    0%

     

    e

    h1 

    Ls 

    hh1 

    Gambar 5.11. Panjang Lengkung Peralihan menurut Bina

    Marga dan menurut AASTHO

    (a) Menurut BM (b) Menurut AASHTO

    Ls 

    As jln As jln

  • 8/19/2019 Alinemen Horisontal (Ar)

    33/37

    V-33

    Landai Relatif

    Tahapan perubahan kemiringan dari lereng normal kekemiringan sebesar superelevasi, menyebabkan perubahan

    tinggi perkerasan pada sisi luar jalan (dari elevasi pada

    kondisi jalan lurus ke elevasi pada kondisi superelevasi).

    Landai relatif (1/m) adalah besarnya kelandaian akibat

    perbedaan elevasi tepi perkerasan sebelah luar sepanjang

    lengkung peralihan.

    Perbedaan elevasi ini hanya sebatas pada tinjauan

    perubahan bentuk penampang melintang, dan belum

    merupakan gabungan dengan alinemen vertikal.

    1. Menurut Bina Marga :

    Landai relatif = s L

    h

    m

     s

    n

     L

     Bee

    m

    )(1  

      (5.21)

    2. Menurut AASHTO :

    Landai relatif = s L

    h

    m

    11  

     s L

     Be

    m

    )(1

      (5.22)

    Besarnya nilai landai relatif maksimum dipengaruhi oleh

    kecepatan dan tingkah laku pengemudi. Tabel 5.3

  • 8/19/2019 Alinemen Horisontal (Ar)

    34/37

    V-34

    menunjukkan nilai kelandaian relatif maksimum

    berdasarkan empiris.

    Pada jalan berlajur banyak pencapaian kemiringan tidak

    dapat mempergunakan data di atas.

    Dari pengamatan secara empiris diperoleh bahwa :

      pencapaian kemiringan untuk jalan 3 lajur adalah 1,2 kali

    dari panjang pencapaian kemiringan untuk jalan 2 lajur

     

    Jalan 4 lajur adalah 1,5 kali dari panjang pencapaiankemiringan untuk jalan 2 lajur

      dan jalan 5 lajur adalah 2 kali dari panjang pencapaian

    kemiringan untuk jalan 2 lajur.

    Kecepatan

    Rencana

    Km/jam

    Kelandaian

    relatif maks.

    AASHTO

    Kecepatan

    Rencana

    Km/jam 

    Kelandaian

    relatif maks.

    BINA MARGA

    32

    48

    6480

    88

    96

    104

    112

    1/33

    1/150

    1/1751/200

    1/213

    1/222

    1/244

    1/250

    20

    30

    4050

    60

    80

    100

    1/50

    1/75

    1/1001/115

    1/125

    1/150 

    Tabel 5.3. Kelandaian Relatif Maksimum

  • 8/19/2019 Alinemen Horisontal (Ar)

    35/37

    V-35

    Dari batasan landai relatif maksimum maka dapat

    ditentukan panjang lengkung peralihan minimum yang

    dibutuhkan, yakni :

    1. Menurut Bina Marga :

    Landai relatif = s L

    h

    m

    m  mmaks

     s

    n

     L

     Bee   )(    

    maksm

    1

     

    s   (e + en).B.mmaks (5.23) 

    2. Menurut AASHTO :

    Landai relatif = s L

    h

    m

    11  

    m  mmaks

     s L

     Be)(

     =maksm

    Ls    (e ).B.mmaks (5.24)

  • 8/19/2019 Alinemen Horisontal (Ar)

    36/37

    V-36

    Wn 

  • 8/19/2019 Alinemen Horisontal (Ar)

    37/37

    V-37

    Gambar Pelebaran Perkerasan Pada Tikungan