pendahuluantep.fateta.unand.ac.id/images/materi_kuliah/bahan_ajar/... · 2018-06-06 · ......

Post on 16-Mar-2019

226 Views

Category:

Documents

0 Downloads

Preview:

Click to see full reader

TRANSCRIPT

Pendahuluan(Sistem Manajemen Mesin Pertanian)

Khandra FahmyDepartment of Agriculture EngineeringFaculty of Agricultural Technology

1. Definisi Sistem

SISTEM adalah sekumpulan elemen yang saling berkaitan &

saling mempengaruhi dalam melakukan kegiatan bersama untuk

mencapai suatu tujuan.

SUBSISTEM adalah Sistem didalam suatu sistem dimana sistemberada pada lebih dari satu tingkat

Suatu sistem adalah bagian dari sistem yg lebih besar, sistem yg

lebih besar itu adalah SUPERSISTEM

2. Karakteristik Sistem

a. Komponen (Elemen)

b. Batasan sistem (Boundary)

c. Lingkungan luar (Environment)

d. Penghubung sistem (Interface)

e. Masukan (Input)

f. Keluaran (Output)

g. Sasaran sistem (Objective)

3. Model Umum Sistem

SISTEM KELUARANMASUKAN

4. Konfigurasi KomputerSebagai Sebuah Sistem

CPU OUTPUTINPUT

STORAGE

Sub-sistem input Sub-sistem output

Sub-sistem penyimpanan

Sub-sistem pengolah

Interface

5. Mekanisasi Pertanian

6. Tujuan Mekanisasi Pertanian

7. Pengertian Manajemen

1. Marie Parker mendefinisikan manajemen sebagai seni dalam menyelesaikan

pekerjaan melalui orang lain.

2. Stoner menyatakan defenisi manajemen yang lebih kompleks, yaitu

manajemen adalah proses perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan

pengawasan usaha-usaha para anggota organisasi dan penggunaan sumberdaya

organisasi lainnya agar mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan.

3. Luther Gillick mendefinisikan manajemen sebagai suatu bidang ilmu

pengetahuan (sciene) yang berusaha secara sistematis untuk memahami

mengapa dan bagaimana manusia bekerja bersama untuk mencapai tujuan dan

membuat sistem kerja sama ini lebih bermanfaat bagi kemanusiaan.

7. Pengertian Manajemen

8. Fungsi Manajemen

2. Organisasi (organizing)

Defenisi organisasi dapat dibedakan menjadi dua, tergantung dari sudut

pandangnya. Organisasi dalam arti badan adalah sekelompok orang yang bekerja

sama untuk mencapai suatu atau beberapa tujuan tertentu, sementara itu dalam arti

bagan atau struktur, organisasi merupakan gambaran secara skematis tentang

hubungan-hubungan, kerjasama dari orang-orang yang terdapat dalam rangka usaha

mencapai suatu tujuan.

3. Penyusunan (staffing)

Fungsi penyusunan (staffing) disebut juga dengan fungsi personalia,

meliputi tugas-tugas memperoleh pegawai, memajukan pegawai, dan

memanfaatkan pegawai. Fungsi ini adalah fungsi setiap manajer yang berhubungan

dengan para pegawai di lingkungan pimpinannya agar para pegawai terdorong

untuk melaksanakan tugas dengan sebaik-baiknya untuk merealisasikan tujuan

perusahaan atau tujuan aktivitas yang dipimpinnya.

Analisis Teknis

Pengolahan Tanah

1. Kecepatan Aktual Traktor

1

2. Keceptan Teoritis Traktor

2

3. Hubungan antara kecepatan teoritis dengan

kecepatan aktual traktor

3

4. Slip roda traktor

4

5. Kapasitas kerja teoritis traktor

untuk pengolahan tanah

5

6. Kapasitas kerja aktual traktor

untuk pengolahan tanah

6

7. Efisiensi kerja lapang traktor

untuk pengolahan tanah

7

8. Perhitungan efisiensi lapang

pengoperasian traktor

8

9

10

11

9. Perhitungan daya (power) pengolahan tanah

dengan bajak singkal ( moldboard plow)

10 Perhitungan daya (power) bajak

piringan (disk plow)

12

11. Perhitungan daya (power) bajak

tanah bawah (subsoiler plow)

12

12. Perhitungan daya (power) pengolahan

tanah dengan bajak putar (rotavator)

13

13. Perhitungan daya (power) untuk menggerakan

roda traktor

14

14. Perencanaan daya engine traktor yang

menarik bajak singkal

15

16

17

15. Perhitungan berat minimum traktor

18

16. Perhitungan berat maximum traktor

19

20

21

Analisis TeknisPra-Panen, Panen dan Pasca Panen

1. Perhitungan kaliberasi alat tanam benih

jenis graindrill

1

2. Perhitungan kerapatan bibit, luas

pengambilan dan jarak tanam pada mesin

penanam bibit padi

2

3

4

frekuensi putaran planting finger (banyaknya putaran tiap menit), BATANG = target

penanaman (banyaknya batang / lubang), D = kerapatan bibit padi pada kotak

persemaian (bibit/cm2), S = luas pengambilan planting finger (cm

2) , dan JARAK =

jarak antar lubang penanaman dalam baris (cm).

3. Perhitungan kaliberasi alat penyemprot

hama penyakit (sprayer)

Q = B x V x N / ( 60 x 10 ) .............. ................. (38)

dengan B = lebar kerja efektif (m), V = kecepatan kerja (km/jam), N = dosis larutan

(liter/hektar), dan Q = debit yang harus keluar dari nozzle sprayer (liter/menit).

Catatan :

Q (liter / menit) = B (m) x V (km / jam) x N (liter / ha) x (jam / 60 menit)

x (ha / 10 m.km)

5

4. Perhitungan kapasitas lapang dan

kebutuhan alat perontok gabah (thresher)

(Thresher)

Kapasitas lapang power thresher dapat dihitung berdasarkan berat (kg/jam),

berdasarkan luas (ha/jam), dan berdasarkan produksi (kg/ha) dengan persamaan

sebagai berikut :

Kap = 60 x (C/T) kg/jam ........................................................................... (39)

Kapluas = 0,006 x (A / T) ha/jam ................................ ............................. (40)

Kapprod = 104 x (B/A) kg/ha ........................................ .............................. ( 41)

η = C/B x 100 % ....................... ................................... ............................. ( 42)

6

7

8

9

Kap = Kapasitas kerja berdasarkan berat gabah hasil perontokan (kg/jam)

Kapluas = Kapasitas kerja berdasarkan luas yang terolah (ha/jam)

Kapprod = Kapasitas kerja berdasarkan produksi padi persatuan luas (kg/ha)

η = Rendemen (%)

A = Luas panen (m2)

B = Berat hasil panen (padi + jerami) (kg)

C = Berat gabah hasil perontokan/output (kg)

T = Total waktu (menit)

60 = Konversi satuan, 1 kg/menit = 60 kg/jam

0,006 = Konversi satuan 1 m /menit = 0,006 ha/jam

104 =

Konversi satuan 1 kg/m2 = 10

4 kg/ha

Kebutuhan thresher

Ls - Lg

UT = ------------------- x Cf ..................................... ............................ (

KAP

10

dengan :

UT = Jumlah unit thresher yang dibutuhkan di suatu wilayah/ daerah.

Ls = Hasil produksi (luas panen) yang tersedia untuk digarap (ha/tahun)

Lg = Hasil produksi (luas panen) yang dapat dikerjakan oleh sumber tenaga

yang ada (manual) (ha/tahun)

Cf = Coefisien faktor yang dipengaruhi oleh lingkungan fisik dan sosial

(nilai 0 sampai dengan 1)

Y – Z

Cf = .................................................................................

Y

dengan :

Y = Total luas Panen (ha)

Z = Luas yang dikerjakan secara manual (ha)

KAP = Kapasitas kerja mesin perontok (ha/tahun/unit).

11

KAP = Kapluas x JPT ................................................... ............................ (

dengan :

Kapluas = Kapasitas kerja thresher (ha/jam/unit)

JPT = Jumlah jam kerja thresher (jam/tahun)

12

5. Debit udara pada alat pengering produk

pertanian

WM1 = KA1 / 100 x WTOT .............................................................(

WD = WTOT - WM1 ..........................................................................(

M = 100 x (KA1 - KA2) x WD / ((100 - KA1) x (100 - KA2)) .........

WDOT = M / T .......................................................... ......................... (

MDOT = WDOT / (H3 - H2) ................................. ..............................(

Q = MDOT x SV .................................................... ..............................(

13

14

15

16

17

18

dengan :

WTOT = berat bahan yang akan dikeringkan (kg)

KA1 = kadar air (w.b.) awal bahan (dalam %)

KA2 = kadar air (w.b.) akhir bahan yang dikehendaki (dalam %)

T = lama proses pengeringan yang dikehendaki (jam)

SV = volume spesifik udara pada ruang pengering (plenum) (m3/kg)

H3 = kelembaban mutlak pada outlet (kg H2O/kg udara kering)

H2 = kelembaban mutlak pada plenum (kg H2O/kg udara kering)

WDOT = Rata-rata laju penguapan air (kg/jam)

MDOT = Rata-rata laju aliran udara pengering (kg/jam)

Q = debit aliran udara pengering (m3/jam).

6. Daya blower pada alat pengering produk

pertanian

Rumus perhitungan daya blower pada alat / mesin pengering produk pertanian

adalah sebagai berikut :

DAYA = (P1 + P2 + P3 + P4PM x M) x Q / (E x 3600) ......................( 52)

dengan :

P1 = besarnya tekanan untuk mengatasi gesekan pada saluran pipa lurus

(Pa)

P2 = besarnya tekanan untuk mengatasi gesekan pada belokan saluran

(Pa)

19

P3 = besarnya tekanan untuk mengatasi gesekan pada lantai (Pa)

P4PM = besarnya hambatan produk yang dikeringkan, tiap satuan tinggi

tumpukan (Pa/m)

M = tinggi tumpukan produk yang dikeringkan (m)

Q = debit udara yang dihasilkan blower (m3/jam)

E = efisiensi daya penggerak blower, dalam desimal (0 – 1,0)

DAYA = besarnya daya blower (watt).

ANALISIS EKONOMI

1. BIAYA TETAP

1.1. Penyusutan

1.2. Bunga Modal

I = Bunga modal (Rp/tahun)

P = Harga alat (Rp)

S = Nilai akhir alat = 10 % (P) (Rp)

r = Suku bunga modal di bank ( r = 12 % / tahun pada tahun 2005)

2. Biaya Tidak Tetap

Biaya tidak tetap dihitung dengan rumus :

BTT = PP + Bo

dengan :

BTT = Biaya tidak tetap (Rp/jam)

PP = Biaya perbaikan dan pemeliharaan alat (Rp/jam)

Bo = Upah operator tiap jam (Rp/jam)

2.1. Biaya Perbaikan dan pemeliharaan

PP = 2 % (P - S) / 100 jam

P = Harga alat (Rp)

S = Nilai akhir alat = 10 % (P) (Rp)

2.2. Upah Operator tiap Jam

Bo = Wop / Wt

dengan :

Wop = Upah tenaga kerja tiap hari (Rp/hari)

Wt = Jam kerja tiap hari (jam/hari)

3. Biaya pokok pembuatan alat

Biaya Pokok Pembuatan Alat

Biaya pokok pembuatan alat dihitung dengan rumus :

BP = { (BT/n) + BTT } / Kp

dengan :

BP = Biaya pokok pembuatan alat (Rp/unit)

BT = Biaya tetap (Rp/tahun)

BTT = Biaya tidak tetap (Rp/jam)

n = Jam kerja dalam satu tahun (jam/tahun)

Kp = Kapasitas kerja pembuatan alat (unit/jam)

4. Biaya pokok untuk pengoperasian

traktor/ mesin industri

BP = {(BT/n) + BTT } / Ke

BT = D + I + A dengan :

BP = Biaya pokok (Rp / hektar)

BT = Biaya tetap (Rp/ tahun)

n = Jam kerja dalam satu tahun (jam / tahun)

BTT = Biaya tidak tetap (Rp / jam)

Ke = Kapasitas kerja lapang efektif (ha / jam)

4.1. Biaya Tetap

BT = D + I + A

D = ( P – S ) / N

I = r x ( P + S ) / 2

A = a x P

D = Penyusutan (Rp / tahun)

I = Bunga modal (Rp / tahun)

A = Pajak dan asuransi tiap tahun (Rp / tahun)

P = Harga traktor / mesin industri (Rp)

S = Nilai akhir traktor / mesin industri (Rp)

N = Umur ekonomis traktor / mesin industri (tahun)

BT = Biaya tetap (Rp/ tahun)

r = Suku bunga modal di bank (misalnya r = 12 % / tahun)

a = Faktor pajak dan asuransi

Wop = Upah operator tiap hari (Rp / hari)

A = (a +z)/100 x P

z = faktor garasi (%/tahun)

4.2. Biaya Tidak Tetap

BTT = PP + Bo + BB + OL + Bg

PP = 2 % ( P – S ) / 100 jam

Bo = Wop / Wt

BB = Pbb x Hbb

OL = Vp x Ho / Jp

Bg = 0,6 x OL

PP = Biaya pemeliharaan (Rp / jam)

Bo = Upah operator tiap jam (Rp / jam)

BB = Biaya bahan bakar (Rp / jam)

OL = Biaya oli (Rp / jam)

Bg = Biaya grease (“gemuk”) (Rp / jam)

Wop = Upah operator tiap hari (Rp / hari)

Wt = Jam kerja tiap hari (jam / hari)

Pbb = Pemakaian bahan bakar (liter / jam)

Hbb =Harga bahan bakar (Rp / liter)

Vp = Volume penggantian oli (liter)

Ho = Harga oli (Rp/liter)

Jp = Jam penggantian oli (jam)

5. Biaya pokok pengoperasian alat/ mesin

transportasi

BOP = { (BT / x ) + BTT } / { KP x S }

KP = W / T

dengan :

BOP = Biaya pokok operasi (Rp/kg/km)

BT = Biaya tetap (Rp/tahun)

x = Jam kerja tiap tahun (jam/tahun)

BTT = Biaya tidak tetap (Rp/jam)

KP = Kapasitas pengangkutan (kg/jam)

S = Jarak tempuh (km)

W = Beban atau muatan yang dapat diangkut (kg)

T = Waktu pengangkutan (jam)

6. Biaya Tidak Tetap pemakaian

listrik sebagai tenaga penggerak

Bl = Pl x Hl

dengan :

Bl = Biaya listrik (Rp/jam)

Pl = Daya listrik yang terpakai (kW)

Hl = Harga listrik tiap kW.h (Rp/kW.h)

7.Titik Impas (Break event point)

Titik impas alat / mesin dihitung dengan rumus :

BEP = BT / { BP - (BTT / Kp) }

dengan :

BEP = Titik impas (ha/tahun)

BT = Biaya tetap (Rp/tahun)

BTT = Biaya tidak tetap (Rp/jam)

BP = Biaya pokok operasional alat (Rp/ha)

Kp = Kapasitas kerja alat / mesin (ha/jam)

8. BEP dalam membuat produk agro

industri

Titik impas dihitung dengan rumus :

BEP = BT / { HJ – HB - (BTT / Kp) }

dengan :

BEP = Titik impas (ha/tahun)

BT = Biaya tetap (Rp/tahun)

BTT = Biaya tidak tetap (Rp/jam)

HJ = Harga jual tiap unit output (Rp/kg, Rp/liter, Rp/unit, dan lain-lain)

HB = Harga bahan baku untuk memproduksi satu unit output (Rp/kg,

Rp/liter, Rp/unit, dan lain-lain)

Kp = Kapasitas kerja alat / mesin (ha/jam)

Contoh soalDiketahui :

Alat pengering ikan

Biaya tetap = Rp 700.000,- / tahun

Biaya variabel = Rp 6.000,-/jam

Kapasitas kerja = 4 kg ikan kering / jam

Rendemen = 40 %

Harga ikan basah = Rp 15.000,- / kg

Harga ikan kering = Rp 48.000,- / kg

Ditanyakan :

(a) BEP ikan kering (kg/tahun)

(b) Grafik TC (total cost), dan TR (total revenue) yang memandu didapatkannya

nilai BEP tersebut

Jawab

BEP

BEP = BT / { HJ – HB - (BTT / Kp) }

� BEP = 700.000 / { 48.000 – (15.000 / 0,4) - (6.000 / 4) }

� BEP = 700.000 / { 48.000 – ( 37.500 ) - ( 1.500 ) }

� BEP = 77,78 kg ikan kering / tahun

Grafik

Grafik

Nilai 1 kg ikan kering = Rp 15.000,- / rendemen

= Rp 15.000,- / 0,4 = Rp 37.500,-

Keuntungan kotor pada penjualan 1 kg ikan kering = Rp 48.000,- - Rp 37.500,-

= Rp 10.500,-

Jadi, total pendapatan (kotor) (Total Revenue, TR)

TR = 10.500 . x ………………… .………..….(1)

dengan x adalah berat ikan kering (kg).

Persamaan garis Total Cost (TC)

TC = BT + (BV / Kp) . x

� TC = 700.000 + (6.000 / 4) . x

TC = 700.000 + 1.500 . x …………………….(2)

Titik impas (BEP) tercapai pada saat nilai TR = TC

� Persamaan (1) = (2)

� 10.500 x = 700.000 x + 1.500

� 9.000 x = 700.000

� x = 77,78 (kg ikan kering / tahun)

Menggambar grafik :

Sumbu –X : (kg ikan kering / tahun)

Sumbu –Y : (Rp)

Grafik TR dan TC digambar pada grafik tersebut, maka titik potongnya terjadi

pada nilai x = 77,78, dan absis inilah yang merupakan titik impas (BEP).

Biaya pokok pengeringan pada saat BEP

1. Waktu yg diperlukan untuk mengeringkan ikan pada saat

BEP:

t = berat ikan kering (kg)/ kapasitas pengeringan (kg/ jam)

t = 77.78 kg/ 4 kg/jam

t = 19,445 jam

Jadi waktu yg diperlukan untuk mengerikan cabe pada saat

BEP adalah 19,445 jam/ tahun

Biaya pokok pengeringan pada saat BEP:

BP = [BT/t)+BTT]/kp

BP = [(700000/tahun/19,445 jam/tahun )+6000/jam]/4 kg/jam

BP = Rp 10.499,74/kg

Bukti:

BEP = [BT/(BP – (BTT/kp)]

= [700000/(10.499,74 – (6000/4))]

= 77,78 kg

Analisis Kelayakan Usaha

1. Net Present Value (NPV)

NPV = net present value (Rp)

Bt = benefit pada tahun ke-t

Ct = cost pada tahun ke-t

n = umur proyek/ alat (tahun)

i = tingkat bunga di bank (%/tahun)

2. Gross B/C

3. Internal Rate of Return (IRR)

IRR merupakan suatu tingkat pengembalian

modal yang digunakan dalam suatu proyek, yg

nilainya dinyatakan dalam persen pertahun. Nilai

IRR merupakan nilai tingkat bunga pada saat NPV

= 0. Suatu proyek dinyatakan layak apabila nilai

IRR lebih besar dari pada nilai discount rate.

Contoh Soal (mesin perontok)

Mesin perontok harus seharga Rp 2,4 juta harusdilunasi oleh petani dalam waktu 3 tahun; denganpembayaran setiap musim panen Rp 400.000,- denganmusin panen 2 x setahun. Kapasitas untuk merontokanpadi adalah 800 kg/ jam dengan jumlah hari kerja 80 hari/tahun dan jumlah jam kerja 8 jam/hari. Upahmerontok padi adalah 4% dari produktivitas alatdengan harga gabah Rp 300/kg. Upah pekerja Rp921.000/ tahun dengan biaya transportasi, bahan bakardan perbaikan sebesar Rp 783.360/ tahun . Umurekonomis alat 5 tahun. Berapa NPV dan B/C? (i=12%/tahun)

# Jumlah padi yg dapat dirontokan dalam setahun:

= 800 kg/jam * 8 jam/ hari * 80 hari/ tahun = 512.000 kg/

tahun

# Upah merontok padi pertahun

=512.000 kg/tahun * 4% * Rp 300/kg = Rp 6.144.000/ tahun

Cost and Benefit mesin perontok

Tahun Cost Benefit

Angsuran

Biaya

Operasi Total

Upah

merontok

Upah Tenaga

Kerja Total

1 800,000 783,360 1,583,360 6,144,000 921,600 7,065,600

2 800,000 783,360 1,583,360 6,144,000 921,600 7,065,600

3 800,000 783,360 1,583,360 6,144,000 921,600 7,065,600

4 0 783,360 783,360 6,144,000 921,600 7,065,600

5 0 783,360 783,360 6,384,000 921,600 7,305,600

Nilai akhir = 10% * harga alat

Arus kas perhitungan NPV i= 12%/

tahun

Tahun Cost Benefit B-C DF (B-C) sekarang

1 1,583,360 7,065,600 5,482,240 0.8929 4,895,092

2 1,583,360 7,065,600 5,482,240 0.7972 4,370,442

3 1,583,360 7,065,600 5,482,240 0.7118 3,902,258

4 783,360 7,065,600 6,282,240 0.6355 3,992,364

5 783,360 7,305,600 6,522,240 0.5674 3,700,719

NPV 20,860,875

NPV > 0 = layak

DF / discount factor adalah bilangan kurang dari 1 yg dipakai

untuk mengalikan suatu jumlah nilai dimasa yang akan datang

menjadi nilai sekarang

Arus kas perhitungan Gross B/C i=

12%/ tahun

Tahun Cost Benefit DF Csekarang Bsekarang

1 1,583,360 7,065,600 1 1,413,782 6,308,874

2 1,583,360 7,065,600 1 1,262,255 5,632,696

3 1,583,360 7,065,600 1 1,127,036 5,029,294

4 783,360 7,065,600 1 497,825 4,490,189

5 783,360 7,305,600 1 444,478 4,145,197

4,745,376 25,606,251

B/C 5.396

B/C > 1 = layak

Contoh soal (salak pondoh)

Kuis

• P= 3.494.500

• BT= 663.955/tahun

• BTT= 1193/jam

• Kp= 3,44 kg/jam

• Rendemen = 26%

• Harga cabe basah = 500 /kg

• Harga cabe kering = 2800/ kg

• Tanya : a) BEP; b) BP pada saat BEP dan c) Grafik BEP

Debit Udara Pengering

Input data

1. WTOT = berat bahan yang akan dikeringkan(kg)

2. KA1 = kadar air awal (%)

3. KA2 = kadar air akhir (%)

4. T = lama proses pengeringan (jam)

5. SV = volume spesifik (m^3/kg)

6. H3 = kelembaban mutlak outlet

7. H2 = kelembaban mutlak plenum

Output data

1. WM1 = KA1/100 *WTOT

2. WD = WTOT – WM1

3. M = 100 *(KA1-KA2)*WD/((100-

KA1)*(100-KA2)

4. WDOT = M/T

5. MDOT = WDOT/ (H3-H2)

6. Q = MDOT*SV

• WM1 = berat air (Kg0

• WD = berat kering bahan (kg)

• M = berat air yang diuapkan (kg)

• WDOT = laju pengering (kg/jam)

• MDOT =laju massa pengering (kg/jam)

• Q = debit udara pengering (m^3/jam)

Energi untuk memanaskan udara pengering dan

menguapkan air pada proses pengeringan

Input data

1. WTOT= berat bahan yang akan dikeringkan (kg)

2. KA1 = kadar air awal (%)

3. KA2 = kadar air akhir (%)

4. T = lama proses pengeringan (jam)

5. SV = volume spesifik (m^3/kg)

6. H3 = kelembaban mutlak outlet

7. H2 = kelembaban mutlak plenum

8. HL2 = entalphi pada plenum (kj/kg)

9. HL1 = enthalphi pada inlet (kj/kg)

10. HFG = panas laten penguapan air (kJ/kg)

Output data

1. WM1 = KA1/100 *WTOT

2. WD = WTOT – WM1

3. M = 100 *(KA1-KA2)*WD/((100-KA1)*(100-KA2)

4. WDOT = M/T

5. MDOT = WDOT/ (H3-H2)

6. Q1 = MDOT* (HL2-HL1)

7. Q2 = WDOT*HFG

8. EG = Q2/Q1 *100

• Q1 = energi untuk memanaskan udara

pengering (kJ/jam)

• Q2 = energi untuk menguapkan air (kj/jam)

• EG = Efisiensi penguapan (%)

Simulasi Pengeringan

Mengetahui hubungan antara debit udara pengering(Q, m^3/jam ) dan kehilangan tekanan (DELTAP, Pa) pada blower:

DELTAP = C1 + C2*Q-C3*Q^2

Dengan:

C1 =292.05

C2 = 0.1516

C3 = 0.00006

P1 = Q*DELTAP/(C4*C5)

P2 = P1/EF

ENLI = P2 * T

BIAYA= ENLI * HL

P1= daya untuk memutar blower (kW)

P2 = daya pada motor listrik (kW)

EF = efisiensi mekanis motor listrik (desimal, 0-1)

ENLI = energi listrik terpakai (kW.j)

T = waktu harapan lama pengeringan (jam)

HL = harga listrik (Rp/kWh)

BIAYA= biaya listrik (Rp)

C4 = 3600 (konversi 1 jam ke detik)

C5 = 1000 (konversi 1 k =1000)

top related