darmadi18.files.wordpress.com · web viewkegiatan persiapan yaitu, menyediakan format yang...
Post on 05-Apr-2019
228 Views
Preview:
TRANSCRIPT
PROPOSAL TUGAS AKHIR
PERENCANAAN TEBAL PERKERASAN KAKU (RIGID PAVEMENT)
PADA RUAS JALAN KARTINI/DIPONEGOROKOTA BATAM PROV. KEPULAUAN RIAU
Diajukan Untuk Memenuhi PersyaratanSarjana Teknik Pada Fakultas Teknik Sipil
Universitas Jayabaya
Disusun Oleh
Endi Aulia GaradianNIM : 2010731150039
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAANJURUSAN TEKNIK SIPIL
UNIVERSITAS JAYABAYA2014
2RENCANA DAFTAR ISI
ABSTRAK iPRAKATA iiDAFTAR ISI iiiDAFTAR NOTASI DAN SINGKATAN ivDAFTAR GAMBAR vDAFTAR TABEL viBAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang 1.2 Tujuan Penelitian 1.3 Pembatasan Masalah 1.4 Sistematika Pembahasan
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Fungsi dan Jenis Perkerasan Kaku
2.1.1 Lapisan Tanah Dasar 2.1.2 Lapisan Pondasi Bawah 2.1.3 Lapisan Atas Beton Semen
2.2 Beban Lalu Lintas . 2.2.1 Konfigurasi Sumbu dan Roda Kendaraan 2.2.2 Beban Sumbu 2.2.3 Beban Lalu Lintas Pada Lajur Rencana
2.3 Umur Rencana 2.4 Daya Dukung Tanah Dasar 2.5 Perencanaan Tebal Lapisan Perkerasan Kaku Metode Bina Marga 2003
2.5.1 CBR Tanah Dasar2.5.2 Lalu Lintas Rencana 2.5.3 Perencanaan Tebal Pelat2.5.4 Sambungan
BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Bagan Alir Penelitian 3.2 Lokasi Penelitian 3.3 Pengumpulan Data 3.4 Pengolahan Data
BAB 4 ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN 4.1 Data CBR 4.2 Data Lalu Lintas 4.3 Hasil Perencanaan Tebal Perkerasan 4.4 Perencanaan Dimensi Sambungan
BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN5.1 Kesimpulan 5.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
BAB 1 PENDAHULUAN
3
1.1 Latar Belakang
Jalan sebagai salah satu prasarana perhubungan hakekatnya merupakan unsur
penting dalam usaha pengembangan kehidupan bangsa dan pembinaan kesatuan dan
persatuan bangsa untuk mencapai Tujuan Nasional, yang hendak diwujudkan melalui
serangkaian program pembangunan yang menyeluruh, terarah dan terpadu serta
berlangsung secara terus-menerus. Jalan merupakan prasarana perhubungan darat
yang memegang peranan penting dalam kehidupan manusia..
Dampak pertumbuhan lalulintas di Jalan Kartini, kota Batam, provinsi
Kepulauan Riau menyebabkan kemacetan lalulintas terutama di jam –jam kerja.
Kemacetan ini tentusaja merugikan pertumbuhan ekonomi di wilayah tersebut. Jalan
ini merupaka jalan Arteri yang sangat pentingyang menghubungkan kota Batam ke
arah bandara kota Batam.
Jalan arteri merupakan jalan umum yang berfungsi melayani angkutan utama
dengan ciri perjalanan jarak jauh, kecepatan rata-rata tinggi, dan jumlah jalan masuk
dibatasi secara berdaya guna. Untuk meningkatkan kualitas dari kekuatan,
kenyamanan dan ketahanan dari Jalan Arteri tersebut bagi pengguna jalan, maka
perkerasan kaku adalah pilihan yang paling tepat yang dapat digunakan, disamping
itu biaya pemeliharan dari perkerasan kaku lebih murah dari pada perkerasan lentur
karena mempunyai umur rencana yang lebih lama.
Perkerasan jalan merupakan komponen utama dalam konstruksi jalan raya.
Perkerasan jalan adalah campuran antara agregat dan bahan ikat yang digunakan
untuk melayani beban lalu lintas. Lapisan perkerasan menerima dan menyebarkan
beban lalu lintas tanpa menimbulkan kerusakan yang berarti pada konstruksi jalan,
sehingga memberikan kenyamanan kepada pengemudi selama masa pelayanan
jalan tersebut. Oleh karena itu, dalam perencanaan perkerasan jalan perlu
dipertimbangkan faktor-faktor yang dapat mempengaruhi fungsi pelayanan
perkerasan jalan seperti: fungsi jalan, kinerja perkerasan, umur rencana, lalu lintas
4yang menjadi beban perkerasan jalan, sifat tanah dasar, kondisi lingkungan, bentuk
geometrik lapisan perkerasan, dan sebagainya.
Atas dasar pemikiran tersebut, maka perlu dibuat suatu penambahan kapasitas
jalan dengan membangun satu ruas jalan di sebelahnya dengan perkerasan kaku
dengan Perencanaan Perkerasan kaku (rigid pavement) memakai metode Bina
Marga pada ruas jalan Kartini kota Batam Provinsi Kepulauan Riau .
1.2 Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini yaitu menghasilkan suatu tebal perkerasan jalan yang
mampu mendukung beban lalulintas jalan di ruas jalan Kartini, kota Batam
Provinsi kepulauan Riau.
1.4 Batasan Penelitian
Untuk menyederhanakan permasalahan yang muncul selama penelitian
berlangsung, maka dibuat batasan-batasan masalah yang akan dibahas. Adapun
lingkup penelitian yaitu sebagai berikut:
a. Perhitungan tebal perkerasan beton yang digunakan untuk menghitung desain
perkerasan kaku adalah metode Bina Marga berdasarkan Pd T-14-2003
mengenai “Perencanaan Perkerasan Jalan Beton Semen” yang mengadopsi
dari Austroads 1992 “A Guide to the Structural Design of Road Pavements”
yang merupakan acuan normatif dari metode Bina Marga.
b. Perhitungan desain perkerasan kaku berupa tebal beton semen, ukuran ruji,
batang pengikat, dan ukuran tulangan.
c. Perhitungan desain perkerasan kaku dikhususkan untuk Beton Bersambung
Tanpa Tulangan (BBTT).
51.5 Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan tugas akhir ini disusun dalam lima bab, dimana pada
masing-masing bab membahas hal-hal sebagai berikut:
Bab 1 Pendahuluan, menguraikan latar belakang permasalahan, identifikasi
permasalahan, tujuan dan manfaat dilakukan penelitian, batasan dan ruang lingkup
penelitian, dan sistematika penulisan yang disajikan.
Bab 2 Tinjauan Pustaka, menjelaskan landasan teori yang menjadi acuan pustaka
pada saat penelitian. Tinjauan kepustakaan dilakukan pada buku-buku literatur dan
berbagai sumber lainnya yang dapat mendukung penyusunan laporan skripsi.
Bab 3 Metodologi, berisi mengenai pendekatan atau tahapan yang digunakan
dalam penelitian, langkah-langkah perhitungan secara manual dan dengan
menggunakan program.
Bab 4 Hasil dan Pembahasan, menjelaskan perbandingan perhitungan secara
manual dan perhitungan dengan menggunakan program, pengujian validasi
program, dan analisa menggunakan program.
Bab 5 Kesimpulan dan Saran, menguraikan kesimpulan yang diperoleh dari hasil
penelitian dan saran-saran dari penulis yang dapat digunakan untuk penelitian lebih
lanjut.
BAB 2 DASAR TEORI
6
2.1 Perkerasan Jalan Raya
Kelancaran arus lalu lintas sangat tergantung dari kondisi jalan yang ada,
semakin baik kondisi jalan maka akan semakin lancar arus lalu lintas. Untuk itu
dalam perencanaan jalan, perlu dipertimbangkan beberapa faktor yang dapat
mempengaruhi fungsi pelayanan jalan tersebut, seperti fungsi jalan, kinerja
perkerasan, umur rencana, lalu lintas yang merupakan beban dari perkerasan jalan,
sifat tanah dasar, kondisi lingkungan, sifat dan jumlah material yang tersedia di
lokasi yang akan dipergunakan sebagai bahan lapis perkerasan, dan bentuk
geometrik lapisan perkerasan.
Berdasarkan bahan pengikatnya, perkerasan jalan dibagi menjadi 3 jenis:
a. Perkerasan Lentur (Flexible Pavement)
Perkerasan jalan yang bahan pengikatnya adalah aspal. Lapisan perkerasan
jalan berfungsi untuk menerima beban lalu lintas dan menyebarkannya ke
lapisan di bawahnya terus ke tanah dasar.
lapis permukaan (surface)
lapis pondasi atas (base)
lapis pondasi bawah (subbase)
tanah dasar (subgrade)
Gambar 2.1 Lapisan Perkerasan Lentur
7
b. Perkerasan Kaku (Rigid Pavement)
Perkerasan jalan yang bahan pengikatnya adalah beton semen, sehingga sering
disebut juga perkerasan beton semen (concrete pavement). Perkerasan beton
yang kaku dan memiliki modulus elastisitas tinggi, akan mendistribusikan
beban ke tanah dasar sehingga bagian terbesar dari kapasitas struktur
perkerasan diperoleh dari pelat beton sendiri.
ruji (dowel)
plat beton (concrete slab)
lapis pondasi bawah (subbase)
tanah dasar (subgrade)
Gambar 2.2 Lapisan Perkerasan Kaku
c. Perkerasan Komposit (Composite Pavement)
Merupakan gabungan konstruksi perkerasan kaku dan lapisan perkerasan lentur
di atasnya, dimana kedua jenis perkerasan ini bekerja sama dalam memikul
beban lalu lintas.
ruji (dowel)lapis permukaan (surface)
plat beton (concrete slab)
lapis pondasi bawah (subbase)
tanah dasar (subgrade)
Gambar 2.3 Lapisan Perkerasan Komposit
9
Terdapat beberapa perbedaan antara perkerasan kaku dan perkerasan lentur, seperti dapat dilihat pada Tabel 2.1 di bawah ini:Tabel 2.1 Perbedaan Antara Perkerasan Kaku dan Perkerasan Lentur
No Perbedaan Perkerasan Kaku Perkerasan Lentur
1. Bahan Ikat Beton semen Aspal
2.Ketahanan
(durability)
Umur rencana 15 – 40
tahun. Jika terjadi
kerusakan, maka
kerusakan dapat meluas
dalam waktu singkat
Umur rencana 5 – 10
tahun. Kerusakan tidak
merambat, kecuali jika
perkerasan terendam air
3. Indeks PelayananTetap baik selama umur
rencana
Berkurang seiring dengan
waktu dan frekuensi beban
lalu lintas
4.Biaya Konstruksi
AwalPada umumnya tinggi
Pada umumnya lebih
rendah
5.Biaya
Pemeliharaan
Tidak terlalu besar,
pemeliharaan rutin pada
sambungan
Umumnya dua kali lebih
besar dari perkerasan kaku
6.Pelaksanaan
Konstruksi
Relatif sederhana kecuali
pada sambungan
Cukup rumit karena harus
mengendalikan sejumlah
parameter, terutama
kendali temperatur
7. Peranan Lapisan
Kekuatan konstruksi
ditentukan oleh lapisan
beton, sedangkan pondasi
bawah sebagai lantai
kerja dan drainase
Kekuatan konstruksi
ditentukan oleh
kemampuan menyebarkan
tegangan oleh setiap
lapisan
(Sumber: Manu, Iqbal. (1995). Perkerasan Kaku (Rigid Pavement))
2.2 Perkerasan Kaku
Perkerasan kaku atau sering disebut juga perkerasan beton semen adalah
suatu susunan konstruksi perkerasan yang terdiri atas pelat beton semen yang
bersambung (tidak menerus) tanpa atau dengan tulangan, atau menerus dengan
tulangan, terletak di atas lapis pondasi bawah atau tanah dasar, tanpa atau dengan
lapis permukaan beraspal.
10Pada perkerasan beton semen, daya dukung perkerasan terutama diperoleh
dari pelat beton. Sifat, daya dukung dan keseragaman tanah dasar sangat
mempengaruhi keawetan dan kekuatan perkerasan beton semen. Pelat beton semen
memiliki sifat yang cukup kaku serta dapat menyebarkan beban pada bidang yang
luas dan menghasilkan tegangan yang rendah pada lapisan-lapisan di bawahnya.
2.2.1 Lapisan Perkerasan Kaku
Lapisan-lapisan perkerasan kaku meliputi:
a. Lapisan Pelat Beton (Concrete Slab)
Lapisan pelat beton terbentuk dari campuran semen, air, agregat, dan bahan
tambahan. Bahan-bahan yang digunakan untuk pekerjaan beton harus diuji
terlebih dahulu dan harus bersih/bebas dari bahan-bahan yang merugikan
(lumpur, minyak, bahan organik, dll.).
b. Lapisan Pondasi Bawah (Subbase Course)
Lapisan pondasi bawah dapat berupa lean-mix concrete (campuran beton
kurus), bahan berbutir yang bisa berupa agregat atau lapisan pasir (sand
bedding), atau bahan pengikat seperti semen, kapur, abu terbang yang
dihaluskan. Lapis pondasi bawah tidak dimaksudkan untuk ikut
menahan beban lalu lintas, tetapi lebih berfungsi sebagai lantai kerja dan
drainase. Perkerasan kaku dapat menggunakan pondasi bawah atau
tanpa pondasi bawah. Beberapa alasan digunakan atau tidak
digunakannya lapis pondasi bawah, dapat dilihat pada Tabel 2.2 di bawah
ini:
Tabel 2.2 Alasan Digunakan dan Tidak Digunakannya Subbase
Digunakan Subbase Tidak Digunakan Subbase
1. Tanah dasar jenuh air sehingga
tidak dapat mencegah efek
pumping.
1. Tanah dasar cukup keras (tanah
berbutir/pasir).
112. Tanah lempung/lanau yang sulit
mengalirkan air.
2. Tanah dasar granular/berpori,
mudah mengalirkan air.
3. Selama pelaksanaan konstruksi,
tanah dasar mudah rusak saat
dilalui alat berat.
3. Pelaksanaan konstruksi tidak
mensyaratkan perlunya subbase
yang keras untuk dilalui alat
berat.
(Sumber: Mochtar, I.B. (2002). Aspek Perencanaan Jalan Beton Semen)
Adapun fungsi dari lapis pondasi bawah yaitu:
- Menyediakan lapisan yang seragam, stabil, dan permanen sebagai
lantai kerja (working platform).
- Menaikkan nilai modulus reaksi tanah dasar (modulus of
subgrade reaction = k), menjadi modulus reaksi gabungan (modulus of
composite reaction).
- Mengurangi kemungkinan terjadinya retak-retak pada pelat beton.
- Menghindari terjadinya pumping, yaitu keluarnya butiran-butiran
halus tanah bersama air pada daerah sambungan, retakan, atau pada
bagian pinggir perkerasan, akibat lendutan atau gerakan vertikal pelat
beton karena beban lalu lintas, setelah adanya air bebas terakumulasi di
bawah pelat.
c. Tanah Dasar (Subgrade)
Persyaratan tanah dasar untuk perkerasan kaku sama dengan persyaratan
tanah dasar pada perkerasan lentur, baik mengenai daya dukung, kepadatan,
maupun kerataannya. Daya dukung ditentukan dengan pengujian CBR,
apabila tanah dasar mempunyai nilai CBR lebih kecil dari 2%, maka harus
dipasang pondasi bawah yang terbuat dari beton kurus (Lean-Mix Concrete)
atau lapisan yang lain ( misalnya Agregat klas A ) gabungan CBR akan
mempunyai nilai CBR tanah dasar efektif 5%.
12
2.2.2 Jenis Perkerasan Kaku
Berdasarkan adanya sambungan dan tulangan pelat beton perkerasan kaku, maka
perkerasan kaku dibagi menjadi 4 jenis, yaitu:
a. Perkerasan Beton Bersambung Tanpa Tulangan (BBTT) / Jointed Plain
Concrete Pavement (JPCP)
Jenis perkerasan beton semen yang dibuat tanpa tulangan dengan ukuran
pelat mendekati bujur sangkar, dimana panjang dari pelatnya dibatasi oleh
adanya sambungan-sambungan melintang guna mencegah retak beton.
Umumnya perkerasan ini lebarnya 1 lajur dengan panjang 4 – 5 m.
Perkerasan ini tidak menggunakan tulangan, namun menggunakan ruji
(dowel) dan batang pengikat (tie bar).
4 - 5 m
3-3,5 m
sambungan memanjang batang pengikat(tie bar)
sambungan melintang ruji (dowel)3-3,5 m
Gambar 2.4 Perkerasan Beton Bersambung Tanpa Tulangan (BBTT)
13b. Perkerasan Beton Bersambung Dengan Tulangan (BBDT) / Jointed
Reinforced Concrete Pavement (JRCP)
Jenis perkerasan beton semen yang dibuat dengan tulangan, yang ukuran
pelatnya berbentuk empat persegi panjang, dimana panjang dari pelatnya
dibatasi oleh adanya sambungan-sambungan melintang. Panjang pelat
berkisar antara 8 – 15 m.
8 - 15 m
batang pengikat(tie bar)
wire meshruji (dowel)
Gambar 2.5 Perkerasan Beton Bersambung Dengan Tulangan (BBDT)
c. Perkerasan Beton Menerus Dengan Tulangan (BMDT) / Continuously
Reinforced Concrete Pavement (CRCP)
Jenis perkerasan beton semen yang dibuat dengan tulangan dan dengan
panjang pelat yang menerus yang hanya dibatasi adanya sambungan-
sambungan muai melintang. Panjang pelat lebih dari 75 m.
batang pengikat(tie bar)
wire mesh
Gambar 2.6 Perkerasan Beton Menerus Dengan Tulangan (BMDT)
d. Perkerasan Beton Prategang / Prestressed Concrete Pavement (PCP)
Jenis perkerasan beton semen yang menggunakan tulangan prategang untuk
mengurangi pengaruh susut, muai akibat perubahan suhu dan umumnya
tanpa tulangan melintang. Banyak digunakan untuk airport, apron, taxiway,
runway.
batang pengikat(tie bar)
tulangan prategang
Gambar 2.7 Perkerasan Beton Prategang
2.2.3 Komponen Perkerasan Kaku
Komponen-komponen yang terdapat dalam perkerasan kaku meliputi:
a. Penyalur Beban
• Ruji (dowel)
Merupakan sepotong baja polos lurus yang dipasang pada setiap
sambungan melintang guna menyalurkan beban, sehingga pelat yang
berdampingan dapat bekerja sama tanpa terjadi penurunan yang berarti.
Batang ruji diletakkan di tengah tebal pelat.
Penyaluran Beban = 0%
Penyaluran Beban = 100%
Gambar 2.8 Ilustrasi Penyaluran Beban
Bagian batang ruji yang dapat bergerak bebas, harus dilapisi dengan
bahan pencegah karat dan dilapisi dengan pelumas serta ditutup dengan
topi pelindung muai (expansion cap).
digergaji dan diisi dengan joint sealer
ruji polos lapisan pelumas kemudian ditutup topi pelindung muai
Gambar 2.9 Ruji pada Sambungan Melintang
• Batang Pengikat (Tie Bar)
Batang pengikat merupakan batang baja ulir (deformed bar) yang
diletakkan tegak lurus sambungan memanjang, dengan fungsi untuk
mengikat pelat agar tidak bergerak horizontal.
digergaji dan diisi dengan joint sealer
batang pengikat berulir
Gambar 2.10 Batang Pengikat pada Sambungan Memanjang
pengunci
batang pengikat berulir
Gambar 2.11 Sambungan Memanjang dengan Pengunci
b. Baja Tulangan (Wire mesh)
Apabila perkerasan digunakan tulangan, maka tulangan berupa anyaman
kawat dilas atau anyaman batang baja. Baja tulangan harus bebas dari
kotoran, minyak, lemah, dll yang dapat mengurangi lekatan dengan beton.
Tujuan utama penulangan yaitu:
- membatasi lebar retak, agar kekuatan pelat dapat dipertahankan.
- memungkinkan penggunaan pelat yang lebih panjang agar dapat
mengurangi jumlah sambungan melintang sehingga meningkatkan
kenyamanan.
- mengurangi biaya pemeliharaan.
c. Sambungan (Joint)
Sambungan dipasang pada perkerasan beton semen untuk mengendalikan
retak beton akibat susut serta untuk menampung pemuaian pelat beton akibat
perubahan suhu dan kelembaban. Ada 2 jenis sambungan, yaitu:
• Sambungan Memanjang (Longitudinal Joint)
Pemasangan sambungan memanjang bermaksud untuk mengendalikan
retak memanjang. Jarak antar sambungan memanjang sekitar 3 – 4 m.
• Sambungan Melintang (Transverse Joint)
Sambungan melintang dipasang tegak lurus sumbu jalan. Apabila
sambungan melintang dilaksanakan dengan cara menggergaji, maka
pengerjaan sambungan melintang harus diusahakan sebelum retak awal
terjadi. Beberapa jenis sambungan melintang, yaitu:
» Sambungan Susut (Contraction Joint)
Jenis sambungan melintang yang dibuat untuk mengendalikan retak
susut beton, serta membatasi pengaruh tegangan lenting yang timbul
pada pelat akibat pengaruh perubahan suhu dan kelembaban. Jarak
antara tiap sambungan umumnya dibuat sama.
» Sambungan Pelaksanaan (Construction Joint)
Jenis sambungan melintang atau memanjang yang dibuat untuk
memisahkan bagian-bagian yang dicor pada saat yang berbeda,
ditempatkan di antara beton hasil pengecoran lama dengan beton hasil
pengecoran baru.
• Sambungan Isolasi
Jenis sambungan melintang yang dibuat untuk membebaskan tegangan
pada perkerasan beton dengan cara menyediakan ruangan untuk
pemuaian. Sambungan muai ditempatkan di antara pertemuan bangunan
(misalnya lubang got/manhole, bak penampung) dengan pelat beton.
joint sealer
joint filler
Bangunan saluran, fasilitas umum, pekarangan, dll.
19
Gambar 2.12 Sambungan Isolasi
d. Pengisi Sambungan dan Penutup Sambungan (Joint Filler and Joint Sealer)
Bahan penutup sambungan (joint sealer) dapat berupa expandite plastic,
senyawa gabungan bitumen karet yang dituangkan dalam keadaan panas,
atau bahan yang siap pakai seperti neoprene (penutup jadi yang ditekan).
Sebelum bahan penutup dipasang, celah sambungan harus dibersihkan dari
bahan-bahan asing.
2.2.4 Parameter Perencanaan Tebal Perkerasan Kaku Berdasarkan Metode Bina
Marga
Parameter-parameter yang digunakan dalam merencanakan perkerasan kaku
meliputi:
a. Jenis dan Tebal Pondasi Bawah
Jenis dan tebal pondasi bawah ditentukan berdasarkan nilai CBR tanah
dasar dan repetisi sumbu yang terjadi. Apabila tanah dasar mempunyai CBR
lebih kecil dari 2%, maka harus dipasang pondasi bawah yang terbuat dari
beton kurus (lean-mix concrete) setebal 15 cm. Jenis dan tebal minimum
lapis pondasi bawah yang disarankan dapat dilihat pada Gambar 2.13.
Gambar 2.13 Tebal Minimum Pondasi Bawah(Sumber: Bina Marga. (2003). Pd T-14-2003)
20Dalam program, grafik tebal pondasi bawah diubah menjadi persamaan
garis agar dapat dijalankan oleh program. Persamaan garis didapatkan dari
hasil interpolasi titik yaitu sebagai berikut:
Tebal pondasi 100 mm BP (Bahan Pengikat)
CBRBP100 = 0,0311× (repetisi)0,3317 .....................................................(2.1)
Tebal pondasi 125 mm BP (Bahan Pengikat)
CBRBP125 = 0,0306 × (repetisi)0,3024 ....................................................(2.2)
Tebal pondasi 150 mm BP atau 100 mm CBK (Campuran Beton Kurus)
CBRBP150 = 0,0238 × (repetisi)0,2868 ....................................................(2.3)
Tebal pondasi 125 mm CBK (Campuran Beton Kurus)
CBRCBK125 = 0,0185 × (repetisi)0,272 ...................................................(2.4)
b. CBR Efektif Tanah Dasar
Daya dukung tanah dasar ditentukan dengan pengujian CBR insitu
sesuai dengan SNI 03-1731-1989 atau CBR laboratorium sesuai dengan SNI
03-1744-1989. Apabila tanah dasar memiliki nilai CBR kurang dari 2 %
maka dianggap mempunyai nilai CBR efektif 5%. Nilai CBR tanah dasar
efektif dapat dilihat pada Gambar 2.14.
Gambar 2.14 CBR Tanah Dasar Efektif
21(Sumber: Bina Marga. (2003). Pd T-14-2003)
Grafik CBR tanah dasar efektif juga diubah ke dalam bentuk persamaan
garis agar dapat dihitung dalam program. Dengan cara interpolasi titik, maka
diperoleh persamaan garis sebagai berikut:
Untuk 100 mm BP (Bahan Pengikat)
EfBP100 = 3,2608 × CBR0,8813 ...............................................................(2.6)
Untuk 125 mm BP (Bahan Pengikat)
EfBP125 = 5,0229 × CBR0,9216 ...............................................................(2.7)
Untuk 150 mm BP atau 100 mm CBK (Campuran Beton Kurus)
EfBP150 = 7,0691 × CBR0,9959 ...............................................................(2.8)
Untuk 125 mm CBK (Campuran Beton Kurus)
EfCBK125 = 9,631 × CBR1,052 ................................................................(2.9)
Untuk 150 mm CBK (Campuran Beton Kurus)
EfCBK150 = 10,864 × CBR1,1924...........................................................(2.10)
c. Koefisien Gesekan (µ)
Perencanaan didasarkan bahwa antara pelat dan pondasi bawah tidak
ada ikatan. Jenis pemecah ikatan dan koefisien geseknya dapat dilihat pada
Tabel
2.3 di bawah ini.
Tabel 2.3 Nilai Koefisien Gesekan (µ)
No. Lapis Pemecah Ikatan µ
1. Lapis resap ikat aspal di atas permukaan pondasi bawah 1,0
2. Laburan parafin tipis pemecah ikat 1,5
3. Karet kompon (A chlorinated rubber curing compound) 2,0
(Sumber: Bina Marga. (2003). Pd T-14-2003)
d. Kuat Tarik Lentur Beton (Flexural Strength)
Kekuatan beton harus dinyatakan dalam nilai kuat tarik lentur (flexural
strength) umur 28 hari. Kekuatan rencana harus dinyatakan dengan kuat tarik
lentur karakteristik fs = 45 k g/cm2 dan hasil tes beton yang dibulatkan
22hingga 0,25 MPa (2,5 kg/cm2) terdekat.
Hubungan antara kuat tekan karakteristik dengan kuat tarik lentur beton
dapat dihitung pada rumus berikut:
f cf =K f c dalam MPa.....................................(2.12)
dimana: f'c = kuat tekan beton karakteristik 28 hari
fcf = kuat tarik lentur beton 28 hari
K = 0,7 untuk agregat tidak pecah
= 0,75 untuk agregat pecah
e. Konfigurasi Sumbu
Penentuan beban lalu lintas rencana untuk perkerasan beton semen,
dinyatakan dalam jumlah sumbu kendaraan niaga (commercial vehicle),
sesuai dengan konfigurasi sumbu pada lajur rencana selama umur rencana.
Lalu lintas dianalisis berdasarkan hasil perhitungan volume lalu lintas dan
konfigurasi sumbu, menggunakan data terakhir atau 2 tahun terakhir.
Kendaraan yang ditinjau untuk perencanaan perkerasan beton semen adalah
yang mempunyai berat total minimum 5 ton.
Konfigurasi sumbu untuk perencanaan terdiri atas 4 jenis kelompok sumbu,
yaitu:
- Sumbu tunggal roda tunggal (STRT)
- Sumbu tunggal roda ganda (STRG)
- Sumbu tandem roda ganda (STdRG)
- Sumbu tridem roda ganda (STrRG)
f. Lajur Rencana dan Koefisien Distribusi (C)
Lajur rencana merupakan salah satu lajur lalu lintas dari suatu ruas jalan raya
yang menampung lalu lintas kendaraan niaga terbesar. Jika jalan tidak
memiliki tanda batas lajur, maka jumlah lajur dan koefisien distribusi (C)
kendaraan niaga dapat ditentukan dari lebar perkerasan seperti dapat dilihat
pada Tabel 2.4.
Tabel 2.4 Jumlah Lajur Berdasarkan Lebar Perkerasan dan Koefisien
Distribusi (C) Kendaraan Niaga pada Lajur Rencana
Lebar Perkerasan (Lp)Jumlah Lajur
(n)
Koefisien Distribusi (C)
1 Arah 2 Arah
Lp < 5,50 m 1 lajur 1 1
5,50 m ≤ Lp < 8,25 m 2 lajur 0,70 0,50
8,25 m ≤ Lp <11,25 m 3 lajur 0,50 0,475
11,25 m ≤ Lp < 15,00 m 4 lajur - 0,45
15,00 m ≤ Lp < 18,75 m 5 lajur - 0,425
18,75 m ≤ Lp < 22,00 m 6 lajur - 0,40
(Sumber: Bina Marga. (2003). Pd T-14-2003)
g. Umur Rencana
Umur rencana perkerasan jalan adalah jumlah tahun dari saat jalan tersebut
dibuka untuk lalu lintas kendaraan sampai diperlukan suatu perbaikan yang
bersifat struktural. Umumnya perkerasan beton semen dapat direncanakan
dengan umur rencana (UR) 20 tahun sampai 30 tahun.
h. Pertumbuhan Lalu Lintas
Volume lalu lintas akan bertambah sesuai dengan umur rencana atau sampai
tahap dimana kapasitas jalan dicapai dengan faktor pertumbuhan lalu lintas
yang dihitung dengan rumus sebagai berikut:
(1+i)UR
- 1 R = ------------------- ....................................(2.13)
I
dimana: R = faktor pertumbuhan lalu lintas
i = laju pertumbuhan lalu lintas per tahun (%)
UR = umur rencana (tahun)
i. Lalu Lintas Rencana
Lalu lintas rencana adalah jumlah kumulatif sumbu kendaraan niaga pada
lajur rencana selama umur rencana, meliputi proporsi sumbu serta distribusi
beban pada setiap jenis sumbu kendaraan. Jumlah sumbu kendaraan niaga
selama umur rencana dihitung dengan rumus sebagai berikut:
JSKN = JSKNH × 365 × R × C ................................(2.14)
dimana: JSKN = jumlah sumbu total kendaraan niaga selama umur
rencana
JSKNH = jumlah total sumbu kendaraan niaga per hari pada saat
jalan dibuka
R = faktor pertumbuhan lalu lintas
C = koefisien distribusi kendaraan
j. Faktor Keamanan Beban
Pada penentuan beban rencana, beban sumbu dikalikan dengan faktor
keamanan beban (FKB) seperti dapat dilihat pada Tabel 2.5 di bawah ini.
Tabel 2.5 Faktor Keamanan Beban (FKB)
No. Peranan Jalan Nilai FKB
1. Jalan Tol 1,2
2. Jalan Arteri 1,1
3. Jalan Lokal 1,0
(Sumber: Bina Marga. (2003). Pd T-14-2003)
k. Tegangan Ekivalen dan Faktor Erosi
Untuk menentukan nilai tegangan ekivalen dan faktor erosi, digunakan
tabel yang terdapat pada Pedoman Bina Marga seperti dapat dilihat pada
Tabel 2.6 dan Tabel 2.7.
Tabel 2.6 Tegangan Ekivalen dan Faktor Erosi untuk Perkerasan Tanpa Bahu BetonTebal Pelat (mm)
CBR Eff (%)
Tegangan Ekivalen Faktor Erosi Tanpa Ruji Dengan Ruji
STRT STRG STdRG STrRG STRT STRG STdRG STrRG STRT STRG STdRG STrRG150 5 1,7 2,72 2,25 1,68 2,8 3,4 3,5 3,55 2,6 3,21 3,3 3,37150 10 1,62 2,56 2,09 1,58 2,79 3,39 3,46 3,5 2,59 3,2 3,28 3,32150 15 1,59 2,48 2,01 1,53 2,78 3,38 3,44 3,47 2,59 3,2 3,27 3,3150 20 1,56 2,43 1,97 1,51 2,77 3,37 3,43 3,46 2,59 3,19 3,26 3,29150 25 1,54 2,37 1,92 1,48 2,77 3,37 3,42 3,44 2,59 3,19 3,25 3,28150 35 1,49 2,28 1,82 1,43 2,76 3,36 3,39 3,4 2,58 3,18 3,23 3,25150 50 1,43 2,15 1,73 1,4 2,74 3,34 3,36 3,37 2,57 3,17 3,21 3,22150 75 1,38 2,02 1,64 1,36 2,72 3,32 3,33 3,32 2,56 3,16 3,19 3,19
160 5 1,54 2,49 2,06 1,55 2,72 3,32 3,43 3,47 2,52 3,12 3,22 3,3160 10 1,47 2,34 1,92 1,44 2,71 3,31 3,39 3,43 2,51 3,11 3,2 3,26160 15 1,44 2,26 1,84 1,39 2,7 3,3 3,37 3,41 2,61 3,11 3,19 3,24160 20 1,41 2,22 1,8 1,37 2,69 3,29 3,36 3,4 2,5 3,1 3,18 3,23160 25 1,39 2,17 1,76 1,34 2,69 3,29 3,35 3,38 2,5 3,1 3,17 3,21160 35 1,34 2,07 1,87 1,29 2,68 3,28 3,32 3,34 2,49 3,09 3,15 3,18160 50 1,3 1,96 1,58 1,25 2,66 3,26 3,28 3,3 2,49 3,09 3,13 3,15160 75 1,24 1,85 1,49 1,23 2,64 3,24 3,26 3,25 2,48 3,08 3,12 3,12
170 5 1,41 2,27 1,93 1,44 2,64 3,24 3,37 3,43 2,44 3,04 3,15 3,24170 10 1,34 2,14 1,78 1,33 2,62 3,22 3,33 3,38 2,43 3,03 3,13 3,2170 15 1,31 2,07 1,71 1,28 2,62 3,22 3,31 3,35 2,43 3,03 3,12 3,18170 20 1,29 2,03 1,67 1,26 2,81 3,21 3,3 3,34 2,42 3,02 3,11 3,17170 25 1,27 1,99 1,63 1,23 2,81 3,21 3,28 3,32 2,42 3,02 3,1 3,15170 35 1,23 1,9 1,54 1,18 2,6 3,2 3,25 3,28 2,41 3,01 3,08 3,12170 50 1,19 1,81 1,46 1,14 2,58 3,18 3,22 3,24 2,4 3,01 3,06 3,08170 75 1,14 1,7 1,37 1,1 2,57 3,17 3,19 3,19 2,4 3 3,04 3,05
180 5 1,29 2,1 1,81 1,35 2,57 3,17 3,33 3,37 2,36 2,97 3,09 3,2180 10 1,23 1,98 1,66 1,24 2,55 3,15 3,28 3,32 2,35 2,96 3,07 3,15180 15 1,2 1,92 1,59 1,19 2,55 3,15 3,25 3,29 2,35 2,96 3,05 3,12180 20 1,18 1,88 1,55 1,17 2,54 3,14 3,24 3,28 2,35 2,95 3,04 3,11180 25 1,16 1,84 1,51 1,14 2,54 3,14 3,23 3,26 2,35 2,95 3,03 3,09180 35 1,12 1,76 1,43 1,09 2,53 3,13 3,2 3,22 2,34 2,94 3,01 3,06180 50 1,09 1,67 1,35 1,05 2,51 3,11 3,17 3,19 2,33 2,93 2,99 3,02180 75 1,03 1,57 1,26 1,01 2,49 3,1 3,13 3,14 2,32 2,92 2,97 2,99
190 5 1,19 1,95 1,69 1,27 2,5 3,11 3,28 3,32 2,29 2,8 3,03 3,15190 10 1,13 1,84 1,55 1,16 2,48 3,09 3,23 3,27 2,28 2,89 3 3,1190 15 1,1 1,78 1,49 1,11 2,48 3,08 3,2 3,24 2,28 2,88 2,98 3,07190 20 1,09 1,75 1,45 1,09 2,47 3,07 3,19 3,23 2,27 2,88 2,98 3,06190 25 1,07 1,71 1,41 1,06 2,47 3,07 3,17 3,21 2,27 2,88 2,97 3,04190 35 1,03 1,63 1,33 1,01 2,46 3,06 3,14 3,17 2,26 2,87 2,95 3190 50 1 1,55 1,26 0,97 2,44 3,04 3,1 3,14 2,26 2,86 2,93 2,97190 75 0,96 1,46 1,17 0,91 2,43 3,03 3,07 3,09 2,25 2,85 2,91 2,93
200 5 1,1 1,81 1,6 1,2 2,44 3,04 3,23 3,27 2,23 2,83 2,97 3,1200 10 1,05 1,7 1,46 1,1 2,42 3,02 3,18 3,22 2,22 2,82 2,95 3,05200 15 1,02 1,65 1,4 1,05 2,42 3,02 3,15 3,19 2,22 2,82 2,93 3,02200 20 1,01 1,62 1,36 1,02 2,41 3,01 3,14 3,18 2,21 2,81 2,92 3,01200 25 0,99 1,59 1,33 0,99 2,4 3,01 3,12 3,16 2,21 2,81 2,91 2,99200 35 0,96 1,52 1,25 0,94 2,39 3 3,09 3,12 2,2 2,8 2,89 2,95200 50 0,92 1,44 1,18 0,89 2,38 2,98 3,06 3,09 2,19 2,79 2,87 2,92200 75 0,89 1,36 1,1 0,84 2,36 2,96 3 3,04 2,18 2,78 2,85 2,88
210 5 1,02 1,69 1,5 1,14 2,38 2,99 3,18 3,23 2,17 2,77 2,92 3,06210 10 0,97 1,59 1,38 1,04 2,36 2,97 3,13 3,18 2,16 2,76 2,89 3,01210 15 0,94 1,54 1,32 0,99 2,36 2,96 3,1 3,15 2,15 2,75 2,87 2,98210 20 0,93 1,51 1,28 0,96 2,35 2,95 3,09 3,13 2,14 2,75 2,87 2,96210 25 0,92 1,48 1,25 0,93 2,34 2,95 3,07 3,11 2,14 2,75 2,86 2,94210 35 0,89 1,41 1,18 0,88 2,33 2,94 3,04 3,07 2,13 2,74 2,84 2,9210 50 0,86 1,35 1,11 0,83 2,32 2,92 3,01 3,04 2,13 2,73 2,81 2,86210 75 0,82 1,27 1,03 0,78 2,3 2,9 2,95 2,98 2,12 2,72 2,79 2,83
Tabel 2.6 Tegangan Ekivalen dan Faktor Erosi untuk Perkerasan Tanpa Bahu Beton
(lanjutan)Tebal Pelat (mm)
CBR Eff (%)
Tegangan Ekivalen Faktor Erosi Tanpa Ruji Dengan Ruji
STRT STRG STdRG STrRG STRT STRG STdRG STrRG STRT STRG STdRG STrRG 220 5 0,94 1,58 1,42 1,08 2,33 2,93 3,14 3,19 2,11 2,71 2,87 3,02220 10 0,9 1,49 1,3 0,98 2,31 2,91 3,09 3,13 2,1 2,7 2,84 2,96220 15 0,88 1,44 1,25 0,93 2,3 2,9 3,06 3,1 2,09 2,69 2,82 2,93220 20 0,87 1,42 1,22 0,91 2,29 2,89 3,05 3,09 2,08 2,69 2,81 2,92220 25 0,85 1,39 1,18 0,88 2,29 2,89 3,03 3,07 2,08 2,69 2,8 2,9220 35 0,82 1,33 1,11 0,83 2,28 2,88 2,99 3,03 2,07 2,68 2,78 2,86220 50 0,79 1,27 1,04 0,79 2,26 2,88 2,96 3 2,07 2,67 2,76 2,83220 75 0,76 1,19 0,97 0,73 2,24 2,85 2,92 2,95 2,06 2,68 2,72 2,78
230 5 0,88 1,49 1,35 1,03 2,28 2,88 3,1 3,14 2,05 2,65 2,82 2,98230 10 0,84 1,41 1,24 0,94 2,26 2,86 3,05 3,09 2,04 2,64 2,79 2,92230 15 0,82 1,38 1,19 0,89 2,25 2,85 3,02 3,06 2,03 2,64 2,77 2,89230 20 0,81 1,34 1,16 0,87 2,24 2,84 3 3,05 2,03 2,63 2,76 2,88230 25 0,8 1,31 1,12 0,84 2,23 2,83 2,98 3,03 2,03 2,63 2,75 2,86230 35 0,77 1,25 1,05 0,78 2,21 2,81 2,94 2,99 2,02 2,62 2,73 2,82230 50 0,74 1,19 0,99 0,74 2,2 2,8 2,91 2,95 2,01 2,61 2,7 2,78230 75 0,71 1,12 0,91 0,7 2,19 2,79 2,86 2,91 2 2,6 2,68 2,74
240 5 0,82 1,4 1,29 0,98 2,23 2,83 3,06 3,11 1,99 2,6 2,78 2,94240 10 0,79 1,32 1,18 0,89 2,21 2,81 3,01 3,05 1,98 2,59 2,74 2,88240 15 0,77 1,28 1,13 0,85 2,2 2,8 2,98 3,02 1,98 2,58 2,72 2,85240 20 0,76 1,26 1,1 0,83 2,19 2,79 2,96 3,01 1,97 2,57 2,72 2,84240 25 0,75 1,23 1,06 0,8 2,18 2,78 2,94 2,99 1,97 2,57 2,71 2,82240 35 0,72 1,17 0,99 0,74 2,17 2,76 2,9 2,95 1,96 2,56 2,69 2,78240 50 0,69 1,12 0,94 0,7 2,15 2,75 2,88 2,91 1,95 2,55 2,66 2,74240 75 0,67 1,05 0,86 0,66 2,13 2,74 2,83 2,88 1,94 2,54 2,63 2,69
250 5 0,77 1,33 1,23 0,94 2,18 2,78 3,02 3,07 1,94 2,54 2,73 2,9250 10 0,74 1,25 1,12 0,86 2,16 2,76 2,97 3,01 1,93 2,53 2,7 2,85250 15 0,72 1,21 1,07 0,81 2,15 2,75 2,94 2,98 1,93 2,53 2,68 2,82250 20 0,71 1,18 1,04 0,79 2,14 2,74 2,93 2,97 1,92 2,52 2,67 2,8250 25 0,7 1,16 1,01 0,76 2,13 2,73 2,91 2,95 1,92 2,52 2,66 2,78250 35 0,68 1,11 0,95 0,71 2,12 2,71 2,87 2,91 1,91 2,51 2,64 2,74250 50 0,65 1,06 0,89 0,67 2,1 2,7 2,83 2,88 1,9 2,5 2,61 2,7250 75 0,63 0,99 0,82 0,61 2,08 2,69 2,79 2,83 1,89 2,49 2,59 2,65
260 5 0,73 1,26 1,18 0,9 2,13 2,73 2,99 3,03 1,89 2,49 2,69 2,87260 10 0,7 1,18 1,08 0,82 2,11 2,71 2,93 2,98 1,88 2,48 2,66 2,81260 15 0,68 1,15 1,03 0,78 2,1 2,7 2,9 2,95 1,88 2,48 2,64 2,78260 20 0,67 1,12 1 0,75 2,09 2,69 2,89 2,93 1,87 2,47 2,63 2,76260 25 0,66 1,1 0,97 0,73 2,08 2,69 2,87 2,91 1,87 2,47 2,62 2,74260 35 0,64 1,05 0,91 0,68 2,07 2,68 2,83 2,87 1,86 2,46 2,59 2,7260 50 0,61 1 0,85 0,64 2,05 2,65 2,8 2,84 1,85 2,45 2,56 2,67260 75 0,59 0,95 0,78 0,58 2,03 2,64 2,75 2,78 1,84 2,44 2,54 2,61
270 5 0,68 1,19 1,13 0,87 2,09 2,69 2,95 3 1,84 2,44 2,65 2,83270 10 0,66 1,12 1,03 0,79 2,07 2,67 2,9 2,94 1,83 2,43 2,62 2,78270 15 0,64 1,09 0,98 0,75 2,06 2,66 2,87 2,91 1,83 2,43 2,6 2,75270 20 0,63 1,06 0,96 0,72 2,05 2,65 2,85 2,9 1,82 2,42 2,59 2,73270 25 0,62 1,04 0,93 0,7 2,04 2,64 2,83 2,88 1,82 2,42 2,58 2,71270 35 0,6 0,99 0,87 0,65 2,02 2,63 2,79 2,84 1,81 2,41 2,55 2,67270 50 0,58 0,95 0,81 0,61 2 2,61 2,76 2,8 1,8 2,4 2,52 2,63270 75 0,56 0,89 0,74 0,57 1,99 2,59 2,7 2,75 1,79 2,39 2,5 2,58
280 5 0,65 1,13 1,08 0,83 2,05 2,65 2,92 2,97 1,8 2,4 2,62 2,8280 10 0,62 1,06 0,99 0,75 2,03 2,63 2,86 2,91 1,79 2,39 2,58 2,74280 15 0,6 1,03 0,94 0,72 2,01 2,62 2,83 2,88 1,78 2,38 2,56 2,71280 20 0,6 1,01 0,92 0,69 2 2,61 2,82 2,87 1,77 2,37 2,55 2,7280 25 0,59 0,99 0,89 0,67 1,99 2,6 2,8 2,85 1,77 2,37 2,54 2,68280 35 0,57 0,94 0,83 0,62 1,97 2,58 2,76 2,81 1,76 2,36 2,51 2,64280 50 0,55 0,9 0,78 0,59 1,96 2,56 2,72 2,77 1,75 2,35 2,48 2,6280 75 0,53 0,86 0,71 0,53 1,94 2,55 2,68 2,72 1,74 2,34 2,46 2,55
Tabel 2.6 Tegangan Ekivalen dan Faktor Erosi untuk Perkerasan Tanpa Bahu Beton
(lanjutan)Tebal Pelat (mm)
CBR Eff (%)
Tegangan Ekivalen Faktor Erosi Tanpa Ruji Dengan Ruji
STRT STRG STdRG STrRG STRT STRG STdRG STrRG STRT STRG STdRG STrRG 290 5 0,61 1,08 1,04 0,8 2,01 2,61 2,89 2,93 1,75 2,35 2,58 2,77290 10 0,59 1,01 0,95 0,73 1,99 2,59 2,83 2,88 1,74 2,34 2,54 2,71290 15 0,58 0,98 0,9 0,7 1,97 2,58 2,8 2,85 1,74 2,34 2,52 2,68290 20 0,57 0,96 0,88 0,67 1,96 2,58 2,79 2,83 1,73 2,33 2,51 2,67290 25 0,56 0,94 0,85 0,65 1,95 2,56 2,77 2,81 1,73 2,33 2,5 2,65290 35 0,54 0,9 0,8 0,6 1,93 2,54 2,73 2,77 1,72 2,32 2,47 2,61290 50 0,52 0,86 0,75 0,56 1,92 2,52 2,69 2,74 1,71 2,31 2,44 2,56290 75 0,5 0,81 0,68 0,52 1,9 2,5 2,64 2,68 1,7 2,3 2,42 2,51
300 5 0,58 1,03 1 0,77 1,97 2,57 2,86 2,9 1,71 2,31 2,55 2,74300 10 0,56 0,97 0,91 0,7 1,95 2,55 2,8 2,85 1,7 2,3 2,51 2,68300 15 0,55 0,94 0,87 0,67 1,93 2,54 2,77 2,82 1,69 2,3 2,49 2,65300 20 0,54 0,92 0,85 0,65 1,92 2,53 2,76 2,8 1,68 2,29 2,48 2,64300 25 0,53 0,9 0,82 0,63 1,91 2,52 2,74 2,78 1,68 2,29 2,46 2,62300 35 0,51 0,86 0,77 0,58 1,89 2,5 2,7 2,74 1,67 2,28 2,43 2,58300 50 0,49 0,82 0,72 0,54 1,88 2,48 2,66 2,7 1,66 2,26 2,41 2,53300 75 0,47 0,78 0,65 0,5 1,86 2,46 2,61 2,65 1,65 2,26 2,37 2,48
310 5 0,55 0,98 0,97 0,74 1,94 2,54 2,83 2,88 1,67 2,27 2,51 2,71310 10 0,53 0,92 0,89 0,68 1,91 2,51 2,77 2,82 1,66 2,26 2,47 2,65310 15 0,52 0,89 0,84 0,65 1,89 2,49 2,65 2,79 1,65 2,25 2,45 2,62310 20 0,51 0,88 0,82 0,63 1,89 2,49 2,64 2,77 1,64 2,24 2,44 2,61310 25 0,5 0,86 0,79 0,6 1,88 2,48 2,64 2,75 1,64 2,24 2,43 2,59310 35 0,49 0,82 0,74 0,55 1,86 2,46 2,63 2,71 1,63 2,23 2,4 2,55310 50 0,47 0,78 0,69 0,51 1,84 2,44 2,62 2,67 1,62 2,22 2,37 2,5310 75 0,45 0,74 0,63 0,48 1,82 2,42 2,58 2,62 1,61 2,21 2,34 2,45
320 5 0,53 0,94 0,93 0,71 1,9 2,5 2,8 2,85 1,63 2,23 2,48 2,69320 10 0,51 0,88 0,85 0,65 1,87 2,48 2,74 2,79 1,62 2,22 2,44 2,63320 15 0,5 0,85 0,81 0,62 1,85 2,46 2,71 2,76 1,61 2,21 2,42 2,6320 20 0,49 0,84 0,79 0,6 1,85 2,45 2,7 2,74 1,6 2,2 2,41 2,58320 25 0,48 0,82 0,76 0,58 1,84 2,44 2,68 2,72 1,6 2,2 2,4 2,56320 35 0,46 0,78 0,71 0,54 1,82 2,42 2,64 2,68 1,59 2,19 2,37 2,52320 50 0,44 0,75 0,67 0,51 1,8 2,4 2,6 2,64 1,58 2,18 2,33 2,47320 75 0,43 0,71 0,61 0,45 1,78 2,38 2,55 2,59 1,57 2,17 2,31 2,42
330 5 0,5 0,9 0,9 0,69 1,87 2,47 2,78 2,82 1,59 2,19 2,45 2,66330 10 0,48 0,85 0,82 0,63 1,84 2,44 2,72 2,76 1,58 2,18 2,41 2,6330 15 0,47 0,82 0,79 0,6 1,82 2,42 2,69 2,73 1,57 2,17 2,39 2,57330 20 0,46 0,8 0,76 0,58 1,81 2,42 2,67 2,72 1,56 2,16 2,38 2,55330 25 0,46 0,78 0,74 0,56 1,8 2,41 2,65 2,7 1,56 2,16 2,36 2,53330 35 0,45 0,74 0,69 0,52 1,78 2,39 2,61 2,66 1,55 2,15 2,33 2,49330 50 0,42 0,71 0,64 0,48 1,76 2,36 2,57 2,62 1,54 2,14 2,3 2,45330 75 0,41 0,68 0,59 0,45 1,74 2,35 2,52 2,57 1,53 2,13 2,28 2,4
340 5 0,48 0,86 0,87 0,65 1,84 2,44 2,75 2,79 1,55 2,15 2,42 2,63340 10 0,46 0,8 0,79 0,61 1,81 2,41 2,69 2,74 1,54 2,14 2,38 2,57340 15 0,45 0,78 0,76 0,58 1,79 2,39 2,66 2,71 1,53 2,14 2,36 2,54340 20 0,44 0,77 0,73 0,57 1,78 2,38 2,64 2,69 1,52 2,13 2,35 2,52340 25 0,44 0,75 0,71 0,55 1,77 2,37 2,62 2,67 1,52 2,12 2,33 2,5340 35 0,43 0,72 0,66 0,51 1,75 2,35 2,58 2,63 1,51 2,11 2,3 2,46340 50 0,4 0,68 0,62 0,47 1,73 2,33 2,54 2,59 1,5 2,1 2,27 2,42340 75 0,39 0,65 0,56 0,43 1,71 2,31 2,49 2,54 1,49 2,09 2,24 2,37
350 5 0,46 0,83 0,85 0,63 1,8 2,41 2,72 2,77 1,51 2,11 2,39 2,61350 10 0,44 0,78 0,77 0,59 1,77 2,38 2,67 2,71 1,5 2,1 2,35 2,55350 15 0,43 0,75 0,74 0,56 1,75 2,36 2,64 2,68 1,5 2,1 2,33 2,52350 20 0,42 0,74 0,71 0,55 1,75 2,35 2,62 2,66 1,49 2,09 2,32 2,5350 25 0,42 0,72 0,69 0,53 1,74 2,34 2,6 2,64 1,49 2,09 2,3 2,48350 35 0,41 0,69 0,64 0,49 1,72 2,32 2,56 2,6 1,48 2,08 2,27 2,44350 50 0,39 0,65 0,6 0,46 1,69 2,29 2,52 2,56 1,46 2,07 2,24 2,39350 75 0,37 0,62 0,54 0,42 1,67 2,28 2,47 2,51 1,46 2,06 2,21 2,34
(Sumber: Bina Marga. (2003). Pd T-14-2003)
Tabel 2.7 Tegangan Ekivalen dan Faktor Erosi untuk Perkerasan Dengan Bahu BetonTebal Pelat (mm)
CBR Eff (%)
Tegangan Ekivalen Faktor Erosi Tanpa Ruji Dengan Ruji
STRT STRG STdRG STrRG STRT STRG STdRG STrRG STRT STRG STdRG STrRG 150 5 1,42 2,16 1,81 1,45 2,34 2,94 2,99 3 2,14 2,74 2,78 2,81150 10 1,36 2,04 1,7 1,39 2,32 2,92 2,94 2,94 2,13 2,72 2,73 2,75150 15 1,33 1,98 1,65 1,36 2,32 2,92 2,91 2,91 2,12 2,72 2,7 2,72150 20 1,32 1,94 1,62 1,35 2,31 2,91 2,9 2,9 2,11 2,71 2,69 2,7150 25 1,3 1,9 1,59 1,33 2,3 2,9 2,88 2,88 2,1 2,7 2,67 2,67150 35 1,27 1,82 1,53 1,3 2,29 2,89 2,85 2,84 2,08 2,69 2,64 2,63150 50 1,23 1,74 1,49 1,3 2,27 2,87 2,82 2,81 2,06 2,67 2,6 2,59150 75 1,2 1,65 1,43 1,26 2,25 2,85 2,79 2,77 2,04 2,65 2,57 2,56
160 5 1,29 1,98 1,67 1,33 2,26 2,87 2,93 2,95 2,06 2,66 2,72 2,77160 10 1,24 1,87 1,56 1,26 2,24 2,85 2,88 2,89 2,04 2,64 2,67 2,69160 15 1,21 1,82 1,51 1,23 2,24 2,84 2,85 2,86 2,04 2,64 2,64 2,66160 20 1,2 1,79 1,49 1,21 2,23 2,83 2,84 2,84 2,03 2,63 2,62 2,64160 25 1,18 1,75 1,46 1,2 2,23 2,83 2,82 2,82 2,02 2,62 2,6 2,62160 35 1,15 1,67 1,41 1,17 2,22 2,82 2,79 2,78 2 2,61 2,56 2,57160 50 1,12 1,6 1,36 1,15 2,2 2,8 2,75 2,75 1,98 2,59 2,53 2,53160 75 1,1 1,52 1,3 1,13 2,18 2,78 2,72 2,69 1,97 2,57 2,5 2,49
170 5 1,17 1,83 1,55 1,22 2,19 2,8 2,88 2,9 1,99 2,59 2,66 2,72170 10 1,13 1,73 1,45 1,16 2,17 2,78 2,83 2,84 1,97 2,57 2,61 2,64170 15 1,11 1,68 1,4 1,13 2,17 2,77 2,8 2,81 1,96 2,57 2,58 2,61170 20 1,1 1,65 1,38 1,12 2,16 2,76 2,79 2,79 1,95 2,56 2,57 2,59170 25 1,08 1,62 1,35 1,1 2,16 2,76 2,77 2,77 1,95 2,55 2,55 2,57170 35 1,05 1,55 1,3 1,07 2,15 2,75 2,73 2,73 1,94 2,53 2,51 2,53170 50 1,03 1,49 1,25 1,04 2,13 2,73 2,7 2,7 1,91 2,51 2,47 2,48170 75 1,02 1,41 1,19 1,03 2,11 2,71 2,66 2,64 1,89 2,49 2,43 2,43
180 5 1,07 1,7 1,44 1,13 2,13 2,73 2,83 2,86 1,92 2,52 2,61 2,68180 10 1,03 1,6 1,35 1,07 2,11 2,71 2,78 2,79 1,9 2,5 2,56 2,6180 15 1,01 1,55 1,3 1,04 2,1 2,71 2,75 2,76 1,89 2,5 2,53 2,57180 20 1,01 1,53 1,28 1,03 2,09 2,7 2,73 2,74 1,88 2,49 2,51 2,54180 25 1 1,5 1,25 1,01 2,09 2,69 2,71 2,72 1,88 2,48 2,49 2,52180 35 0,98 1,44 1,2 0,98 2,08 2,68 2,67 2,68 1,87 2,46 2,45 2,47180 50 0,95 1,38 1,16 0,96 2,06 2,66 2,64 2,64 1,84 2,44 2,42 2,42180 75 0,94 1,31 1,1 0,94 2,04 2,64 2,61 2,6 1,82 2,42 2,36 2,37
190 5 0,99 1,58 1,35 1,05 2,07 2,67 2,78 2,82 1,86 2,46 2,57 2,64190 10 0,96 1,49 1,26 0,99 2,05 2,65 2,72 2,75 1,84 2,44 2,51 2,56190 15 0,94 1,44 1,21 0,97 2,04 2,64 2,7 2,72 1,83 2,43 2,48 2,53190 20 0,93 1,42 1,19 0,96 2,03 2,63 2,69 2,7 1,82 2,42 2,46 2,5190 25 0,92 1,4 1,17 0,94 2,03 2,63 2,67 2,68 1,81 2,41 2,44 2,48190 35 0,9 1,35 1,12 0,91 2,02 2,62 2,63 2,64 1,79 2,4 2,4 2,43190 50 0,88 1,29 1,08 0,88 2 2,6 2,6 2,6 1,77 2,38 2,36 2,38190 75 0,87 1,22 1,02 0,86 1,98 2,58 2,55 2,55 1,76 2,36 2,32 2,31
200 5 0,91 1,47 1,27 0,99 2,01 2,61 2,74 2,78 1,8 2,4 2,52 2,6200 10 0,89 1,39 1,18 0,93 1,99 2,59 2,69 2,71 1,78 2,38 2,46 2,52200 15 0,87 1,35 1,15 0,9 1,98 2,59 2,66 2,68 1,77 2,37 2,43 2,49200 20 0,86 1,33 1,12 0,89 1,97 2,58 2,64 2,66 1,76 2,36 2,42 2,48200 25 0,85 1,3 1,1 0,87 1,97 2,57 2,62 2,64 1,75 2,35 2,4 2,44200 35 0,83 1,25 1,05 0,84 1,96 2,56 2,58 2,6 1,73 2,33 2,36 2,39200 50 0,82 1,2 1,01 0,82 1,94 2,54 2,54 2,55 1,71 2,31 2,32 2,33200 75 0,81 1,14 0,95 0,8 1,92 2,52 2,51 2,5 1,69 2,3 2,27 2,28
210 5 0,85 1,38 1,2 0,93 1,96 2,56 2,7 2,75 1,74 2,34 2,48 2,57210 10 0,82 1,3 1,11 0,87 1,94 2,54 2,65 2,67 1,72 2,32 2,42 2,49210 15 0,8 1,27 1,08 0,84 1,93 2,53 2,62 2,64 1,71 2,31 2,39 2,45210 20 0,8 1,24 1,05 0,83 1,92 2,52 2,6 2,62 1,7 2,3 2,37 2,43210 25 0,79 1,22 1,03 0,81 1,91 2,51 2,58 2,6 1,69 2,29 2,35 2,4210 35 0,77 1,17 0,98 0,78 1,9 2,49 2,54 2,56 1,67 2,28 2,31 2,34210 50 0,76 1,13 0,94 0,76 1,88 2,48 2,51 2,51 1,65 2,26 2,27 2,29210 75 0,75 1,07 0,9 0,74 1,86 2,47 2,45 2,46 1,64 2,24 2,22 2,22
30
Tabel 2.7 Tegangan Ekivalen dan Faktor Erosi untuk Perkerasan Dengan Bahu Beton
(lanjutan)Tebal Pelat (mm)
CBR Eff (%)
Tegangan Ekivalen Faktor Erosi Tanpa Ruji Dengan Ruji
STRT STRG STdRG STrRG STRT STRG STdRG STrRG STRT STRG STdRG STrRG 220 5 0,79 1,3 1,13 0,87 1,91 2,51 2,67 2,72 168 2,29 2,44 2,54220 10 0,77 1,22 1,05 0,81 1,89 2,49 2,61 2,64 1,66 2,27 2,38 2,46220 15 0,76 1,19 1,02 0,79 1,88 2,48 2,58 2,61 1,66 2,26 2,35 2,42220 20 0,75 1,17 0,99 0,78 1,87 2,47 2,56 2,58 1,65 2,25 2,33 2,39220 25 0,74 1,15 0,97 0,76 1,86 2,46 2,54 2,56 1,64 2,24 2,31 2,37220 35 0,72 1,11 0,92 0,73 1,85 2,45 2,5 2,52 1,62 2,22 2,27 2,32220 50 0,71 1,06 0,88 0,71 1,83 2,43 2,47 2,48 1,6 2,2 2,23 2,26220 75 0,7 1,01 0,85 0,69 1,81 2,41 2,41 2,41 1,58 2,18 2,18 2,19
230 5 0,74 1,22 1,08 0,82 1,86 2,46 2,63 2,69 1,63 2,23 2,4 2,5230 10 0,72 1,15 1 0,77 1,84 2,44 2,57 2,61 1,61 2,21 2,34 2,42230 15 0,71 1,12 0,97 0,75 1,83 2,43 2,54 2,58 1,6 2,21 2,31 2,39230 20 0,7 1,1 0,94 0,74 1,82 2,42 2,52 2,55 1,59 2,2 2,29 2,36230 25 0,69 1,08 0,92 0,72 1,81 2,41 2,5 2,53 1,58 2,19 2,27 2,34230 35 0,68 1,04 0,87 0,69 1,8 2,4 2,46 2,48 1,56 2,17 2,23 2,28230 50 0,67 1 0,83 0,67 1,78 2,38 2,43 2,44 1,54 2,15 2,19 2,22230 75 0,66 0,96 0,8 0,65 1,76 2,36 2,37 2,37 1,53 2,13 2,12 2,16
240 5 0,69 1,16 1,02 0,78 1,81 2,41 2,6 2,66 1,58 2,18 2,36 2,47240 10 0,67 1,09 0,95 0,72 1,79 2,39 2,54 2,58 1,56 2,17 2,3 2,39240 15 0,66 1,06 0,92 0,7 1,78 2,38 2,51 2,55 1,55 2,15 2,27 2,36240 20 0,65 1,04 0,89 0,69 1,77 2,37 2,49 2,52 1,54 2,14 2,25 2,33240 25 0,65 1,02 0,87 0,68 1,76 2,36 2,47 2,5 1,53 2,13 2,23 2,31240 35 0,64 0,98 0,83 0,66 1,75 2,35 2,43 2,45 1,51 2,11 2,19 2,25240 50 0,63 0,95 0,79 0,63 1,73 2,33 2,39 2,41 1,49 2,1 2,15 2,19240 75 0,62 0,89 0,76 0,61 1,71 2,31 2,34 2,34 1,48 2,08 2,1 2,13
250 5 0,65 1,09 0,98 0,73 1,77 2,37 2,56 2,63 1,54 2,14 2,32 2,45250 10 0,63 1,03 0,9 0,69 1,74 2,35 2,5 2,55 1,52 2,12 2,26 2,37250 15 0,62 1 0,87 0,67 1,73 2,34 2,47 2,52 1,5 2,11 2,23 2,33250 20 0,61 0,99 0,85 0,66 1,72 2,33 2,45 2,49 1,49 2,1 2,22 2,3250 25 0,61 0,97 0,83 0,64 1,72 2,32 243 2,47 1,48 2,09 2,2 2,28250 35 0,6 0,93 0,79 0,61 1,71 2,3 2,39 2,42 1,4 2,07 2,16 2,22250 50 0,59 0,9 0,75 0,59 1,68 2,28 2,36 2,38 1,44 2,05 2,11 2,16250 75 0,58 0,86 0,72 0,57 1,66 2,27 2,3 2,31 1,43 2,03 2,06 2,1
260 5 0,61 1,04 0,93 0,71 1,72 2,33 2,53 2,61 1,49 2,09 2,29 2,42260 10 0,6 0,98 0,86 0,66 1,7 2,3 2,47 2,53 1,47 2,07 2,23 2,34260 15 0,59 0,95 0,83 0,63 1,69 2,28 2,44 2,49 1,46 2,06 2,2 2,3260 20 0,58 0,94 0,81 0,62 1,68 2,28 2,42 2,46 1,45 2,05 2,18 2,28260 25 0,57 0,92 0,79 0,61 1,67 2,27 2,4 2,44 1,44 2,04 2,16 2,25260 35 0,56 0,88 0,75 0,59 1,66 2,26 2,36 2,39 1,42 2,02 2,12 2,19260 50 0,56 0,85 0,71 0,56 1,64 2,24 2,32 2,35 1,4 2 2,08 2,13260 75 0,55 0,81 0,68 0,54 1,62 2,22 2,27 2,28 1,38 1,98 2,01 2,06
270 5 0,57 0,99 0,89 0,66 1,68 2,28 2,5 2,58 1,45 2,05 2,25 2,39270 10 0,55 0,93 0,83 0,62 1,66 2,26 2,44 2,5 1,43 2,03 2,2 2,31270 15 0,55 0,9 0,8 0,6 1,65 2,25 2,41 2,47 1,41 2,02 2,17 2,27270 20 0,54 0,89 0,78 0,59 1,64 2,24 2,39 2,44 1,4 2,01 2,15 2,25270 25 0,54 0,87 0,76 0,58 1,63 2,23 2,37 2,42 1,39 2 2,13 2,22270 35 0,53 0,84 0,72 0,56 1,61 2,22 2,33 2,37 1,37 1,98 2,09 2,16270 50 0,53 0,8 0,68 0,53 1,59 2,2 2,29 2,32 1,35 1,96 2,04 2,11270 75 0,52 0,77 0,65 0,52 1,58 2,18 2,24 2,25 1,34 1,94 1,99 2,03
280 5 0,54 0,94 0,86 0,63 1,64 2,25 2,48 2,56 1,4 2,01 2,22 2,37280 10 0,52 0,89 0,79 0,6 1,62 2,22 2,41 2,48 1,38 1,99 2,16 2,29280 15 0,52 0,86 0,76 0,58 1,61 2,2 2,38 2,44 1,37 1,97 2,13 2,25280 20 0,51 0,85 0,74 0,57 1,6 2,2 2,36 2,42 1,36 1,96 2,12 2,22280 25 0,51 0,83 0,73 0,56 1,59 2,19 2,34 2,39 1,35 1,95 2,1 2,2280 35 0,5 0,8 0,69 0,54 1,57 2,18 2,3 2,34 1,33 1,93 2,06 2,14280 50 0,5 0,76 0,66 0,51 1,55 2,16 2,26 2,29 1,31 1,91 2,01 2,08280 75 0,49 0,74 0,62 0,49 1,54 2,14 2,21 2,22 1,29 1,89 1,96 2
31
Tabel 2.7 Tegangan Ekivalen dan Faktor Erosi untuk Perkerasan Dengan Bahu Beton
(lanjutan)Tebal Pelat (mm)
CBR Eff (%)
Tegangan Ekivalen Faktor Erosi Tanpa Ruji Dengan Ruji
STRT STRG STdRG STrRG STRT STRG STdRG STrRG STRT STRG STdRG STrRG 290 5 0,51 0,9 0,82 0,6 1,61 2,21 2,45 2,54 1,36 1,97 2,19 2,34290 10 0,5 0,85 0,76 0,57 1,58 2,18 2,39 2,46 1,34 1,94 2,13 2,26290 15 0,5 0,82 0,73 0,55 1,56 2,16 2,36 2,42 1,33 1,92 2,1 2,22290 20 0,49 0,81 0,72 0,54 1,56 2,16 2,34 2,39 1,32 1,92 2,08 2,2290 25 0,49 0,79 0,7 0,53 1,55 2,15 2,32 2,37 1,31 1,91 2,06 2,17290 35 0,48 0,76 0,66 0,51 1,53 2,14 2,28 2,32 1,29 1,89 2,02 2,11290 50 0,47 0,73 0,63 0,49 1,51 2,12 2,23 2,27 1,27 1,87 1,98 2,05290 75 0,47 0,7 0,6 0,47 1,5 2,1 2,18 2,19 1,25 1,85 1,93 1,98
300 5 0,49 0,86 0,79 58 157 2,17 2,42 2,52 1,32 1,93 2,16 2,32300 10 0,48 0,81 0,73 0,55 1,55 2,15 2,36 2,44 1,3 1,91 2,1 2,24300 15 0,47 0,78 0,7 0,53 1,53 2,14 2,33 2,4 1,29 1,89 2,07 2,2300 20 0,46 0,77 0,69 0,52 1,52 2,13 2,31 2,37 1,28 1,88 2,05 2,18300 25 0,48 0,76 0,67 0,51 1,51 2,12 2,29 2,35 1,27 1,87 2,03 2,15300 35 0,46 0,73 0,64 0,49 1,49 2,1 2,25 2,3 1,25 1,85 1,99 2,09300 50 0,45 0,7 0,6 0,46 1,48 2,08 2,2 2,24 1,23 1,83 1,95 2,03300 75 0,45 0,67 0,57 0,45 1,46 2,06 2,15 2,17 1,21 1,81 1,9 1,95
310 5 0,46 0,81 0,76 0,55 1,54 2,14 2,4 2,5 1,29 1,89 2,13 2,3310 10 0,4 0,77 0,7 0,52 1,51 2,11 2,33 2,42 1,27 1,87 2,07 2,22310 15 0,45 0,75 0,68 0,5 1,49 2,09 2,3 2,38 1,25 1,86 2,04 2,18310 20 0,44 0,74 0,66 0,5 1,49 2,09 2,28 2,35 1,24 1,85 2,03 2,15310 25 0,44 0,72 0,64 0,49 1,48 2,08 2,26 2,33 1,23 1,84 2,01 2,13310 35 0,43 0,69 0,61 0,47 1,48 2,06 2,22 2,28 1,21 1,82 1,97 2,07310 50 0,43 0,67 0,58 0,44 1,44 2,04 2,18 2,22 1,19 1,79 1,92 2,01310 75 0,42 0,63 0,54 0,43 1,42 2,02 2,13 2,15 1,17 1,77 1,87 1,93
320 5 0,44 0,78 0,74 0,53 1,5 2,11 2,37 2,48 1,25 1,85 2,1 2,27320 10 0,43 0,74 0,68 0,5 1,48 2,08 2,31 2,4 1,23 1,83 2,05 2,19320 15 0,43 0,72 0,65 0,48 1,46 2,06 2,28 2,36 1,22 1,82 2,02 2,15320 20 0,42 0,71 0,64 0,48 1,45 2,06 2,26 2,33 1,21 1,81 2 2,13320 25 0,42 0,69 0,62 0,47 1,44 2,05 2,24 2,31 1,2 1,8 1,98 2,1320 35 0,41 0,66 0,59 0,45 1,42 2,03 2,2 2,26 1,18 1,78 1,94 2,04320 50 0,41 0,64 0,55 0,43 1,41 2,01 2,15 2,2 1,15 1,76 1,89 1,98320 75 0,41 0,62 0,53 0,41 1,39 1,99 2,1 2,12 1,13 1,74 1,84 1,91
330 5 0,42 0,74 0,71 0,51 1,47 2,07 2,35 2,46 1,22 1,82 2,07 2,25330 10 0,41 0,71 0,65 0,48 1,44 2,05 2,29 2,38 1,19 1,79 2,02 2,17330 15 0,41 0,69 0,63 0,46 1,42 2,03 2,26 2,34 1,17 1,77 1,99 2,13330 20 0,4 0,68 0,62 0,46 1,42 2,02 2,24 2,31 1,17 1,77 1,97 2,11330 25 0,4 0,67 0,6 0,45 1,41 2,01 2,21 2,29 1,16 1,76 1,95 2,08330 35 0,39 0,64 0,57 0,43 1,39 1,99 2,17 2,24 1,14 1,74 1,91 2,02330 50 0,39 0,61 0,53 0,41 1,37 1,97 2,13 2,18 1,12 1,72 1,87 1,96330 75 0,39 0,59 0,51 0,39 1,35 1,95 2,06 2,1 1,1 1,7 1,8 188
340 5 0,4 0,71 0,69 0,49 1,44 2,04 2,33 2,44 1,18 1,78 2,05 2,23340 10 0,39 0,68 0,64 0,47 1,41 2,02 2,26 2,36 1,16 1,76 1,99 2,15340 15 0,39 0,66 0,61 0,45 1,39 2 2,23 2,32 1,15 1,75 1,96 2,11340 20 0,38 0,65 0,6 0,44 1,39 1,99 2,21 2,29 1,14 1,74 1,94 2,09340 25 0,38 0,64 0,58 0,43 1,38 1,98 2,19 2,27 1,13 1,73 1,92 2,06340 35 0,37 0,62 0,55 0,41 1,36 1,96 2,15 2,22 1,11 1,71 1,88 2340 50 0,37 0,59 0,52 0,39 1,34 1,94 2,1 2,16 1,08 1,69 1,84 1,94340 75 0,37 0,57 0,49 0,38 1,32 1,92 2,05 2,08 1,06 1,67 1,79 186
350 5 0,38 0,69 0,67 0,47 1,41 2,01 2,31 2,43 1,15 1,75 2,02 2,21350 10 0,37 0,65 0,62 0,45 1,38 1,98 2,24 2,35 1,13 1,73 1,97 2,13350 15 0,37 0,63 0,59 0,44 1,36 1,96 2,21 2,3 1,11 1,71 1,94 2,09350 20 0,36 0,62 0,58 0,43 1,36 1,96 2,19 2,28 1,1 1,7 1,92 2,07350 25 0,36 0,61 0,56 0,42 1,35 1,95 2,17 2,25 1,09 1,69 1,9 2,04350 35 0,36 0,59 0,53 0,4 1,33 1,93 2,13 2,19 1,07 1,67 1,86 1,98350 50 0,36 0,57 0,5 0,38 1,31 1,91 2,08 2,14 1,05 1,65 1,81 1,92350 75 0,35 0,55 0,47 0,36 1,29 1,89 2,03 2,06 1,03 1,63 1,76 1,84
(Sumber: Bina Marga. (2003). Pd T-14-2003)
32
Tabel 2.8 Koefisien untuk Menghitung Tegangan EkivalenTanpa Bahu Beton Dengan Bahu Beton
Tipe Kelompok Sumbu Tipe Kelompok Sumbu
Koefisien STRT STRG STdRG STrRG STRT STRG STdRG STrRG
a 0,118 0,560 0,219 0,089 -0,051 0,330 0,088 -0,145
b 125,4 184,4 399,6 336,4 26,0 206,5 301,5 258,6
c -0,2396 -0,6663 -0,3742 -0,1340 0,0899 -0,4684 -0,1846 0,0080
d 26969 44405 -38 -10007 35774 28661 4418 1408
e 0,0896 0,2254 0,1680 0,0830 -0,0376 0,1650 0,0939 0,0312
f 0,19 19,75 -71,09 -83,14 14,57 2,82 -59,93 -61,25
g -352174 -942585 681381 1215750 -861548 -686510 280297 488079
h -0,0104 -0,0248 -0,0218 -0,0120 0,0031 -0,0186 -0,0128 -0,0058
i -1,2536 -4,6657 3,6501 5,2724 1,3098 -1,9606 4,1791 4,7428
j -1709 -4082 2003 4400 -4009 -2717 1768 2564
(Sumber: Austroads. (2001). Structural Design of Pavements)
Tabel 2.9 Koefisien untuk Menghitung Faktor Erosi Tanpa RujiTanpa Bahu Beton Dengan Bahu Beton
Tipe Kelompok Sumbu Tipe Kelompok Sumbu
Koefisien STRT STRG STdRG STrRG STRT STRG STdRG STrRG
a 0,745 1,330 1,907 2,034 0,345 0,914 1,564 2,104
b 533,8 537,5 448,3 440,3 534,6 539,8 404,1 245,4
c -0,2071 -0,1929 -0,1749 -0,2776 -0,1711 -0,1416 -0,1226 -0,2473
d -42419 -43035 -35827 -36194 -44908 -44900 -32024 -15007
e 0,0405 0,0365 0,0382 0,0673 0,0347 0,0275 0,0256 0,0469
f 27,27 26,44 0,64 15,77 20,49 16,37 -9,79 8,86
g 1547570 1586100 1291870 1315330 1676710 1654590 1150280 518916
h -0,0044 -0,0039 -0,0060 -0,0084 -0,0038 -0,0032 -0,0052 -0,0075
i -1,4656 -1,4547 1,0741 -1,2068 -1,3829 -0,9584 2,1997 1,5517
j -1384 -1344 50 -625 -913 -765 469 -599
(Sumber: Austroads. (2001). Structural Design of Pavements)
33
Tabel 2.10 Koefisien untuk Menghitung Faktor Erosi Dengan RujiTanpa Bahu Beton Dengan Bahu Beton
Tipe Kelompok Sumbu Tipe Kelompok Sumbu
Koefisien STRT STRG STdRG STrRG STRT STRG STdRG STrRG
a 0,072 0,643 1,410 2,089 -0,184 0,440 0,952 1,650
b 679,9 684,5 498,9 351,3 602,3 609,8 544,9 359,4
c -0,0789 -0,0576 -0,1680 -0,3343 -0,0085 -0,0484 -0,0404 -0,1765
d -58342 -58371 -39423 -25576 -50996 -52519 -47500 -28901
e 0,0179 0,0128 0,0322 0,0723 -0,0122 0,0017 0,0179 0,0435
f 6,70 4,61 13,80 29,58 8,99 9,62 -31,54 -15,97
g 2139330 2131390 1437580 923081 1874370 1949350 1719950 1085800
h -0,0021 -0,0017 -0,0044 -0,0086 0,0008 -0,0007 -0,0051 -0,0084
i -0,5199 -0,2056 -0,0380 -1,6301 -0,4759 -0,6314 3,3789 3,2908
j -187 -185 -697 -1327 -374 -326 1675 758
(Sumber: Austroads. (2001). Structural Design of Pavements)
l. Analisa Fatik dan Erosi
Perencanaan perkerasan beton semen didasarkan pada 2 tipe
kerusakan yaitu:
- Retak fatik (lelah) tarik lentur pada pelat.
- Erosi pada pondasi bawah atau tanah dasar yang diakibatkan
oleh lendutan berulang pada sambungan dan tempat retak yang
direncanakan.
Prosedur perencanaan berdasarkan metode Bina Marga
mempertimbangkan ada tidaknya ruji pada sambungan atau bahu beton.
Analisa fatik dan erosi dilakukan untuk memperoleh repetisi beban
ijin dan persen kerusakan yang terjadi. Repetisi beban ijin dapat
diperoleh dengan menggunakan nomogram seperti pada Gambar 2.15,
2.16, dan 2.17.
.
34
Gambar 2.15 Analisa Fatik dan Repetisi Beban Ijin Berdasarkan Rasio Tegangan
Dengan / Tanpa Bahu Beton(Sumber: Bina Marga. (2003). Pd T-14-2003)
35
Gambar 2.16 Analisa Erosi dan Repetisi Beban Ijin Berdasarkan Faktor Erosi
Tanpa Bahu Beton(Sumber: Bina Marga. (2003). Pd T-14-2003)
36
Gambar 2.17 Analisa Erosi dan Repetisi Beban Ijin Berdasarkan Faktor Erosi
Dengan Bahu Beton(Sumber: Bina Marga. (2003). Pd T-14-2003)
40
2.2.5 Parameter Perencanaan Ruji, Batang Pengikat, dan Tulangan Berdasarkan
Metode Bina Marga
Parameter-parameter yang digunakan untuk merencanakan ruji, batang pengikat,
dan tulangan meliputi:
a. Diameter Ruji dan Batang Pengikat
Ukuran ruji dan batang pengikat yang disarankan oleh Portland Cement
Association dapat dilihat pada Tabel 2.9 dan 2.10 di bawah ini.
Tabel 2.11 Ukuran Ruji (Dowel)
Tebal Pelat
(cm)
Diameter Ruji
(mm)
Panjang Ruji
(mm)
Jarak Spacing Antar Ruji
(cm)
12,5 16 300 30
15,0 19 350 30
17,5 22 350 30
20,0 25 350 30
22,5 29 400 30
25,0 32 450 30
(Sumber: Portland Cement Association. (1975). PCA)
Tabel 2.12 Ukuran Batang Pengikat (Tie Bar)
Tebal Pelat
(cm)
Diameter Tie
Bar (mm)
Panjang Tie
Bar (mm)
Jarak Spacing Antar Tie
Bar (cm)
12,5 12 600 75
15,0 12 600 75
17,5 12 600 75
20,0 12 600 75
22,5 12 750 90
25,0 16 750 90
(Sumber: Portland Cement Association. (1975). PCA)
41
b. Luas Penampang Tulangan
Digunakan dalam perhitungan Beton Bersambung Dengan Tulangan (BBDT).
Luas penampang tulangan yang dibutuhkan dapat dihitung dengan rumus
sebagai berikut:
As µ.L.M.g.h
2.fs........................................................(2.26)
dimana: As = luas penampang tulangan (mm2/m lebar pelat)
fs = kuat tarik ijin tulangan (MPa) = 0,6 × fy
g = gravitasi (m/det2)
h = tebal pelat beton (m)
L = jarak antar sambungan yang tidak diikat / tepi bebas pelat (m)
M = berat per satuan volume pelat (kg/m2)
µ = koefisien gesek antara pelat beton dengan pondasi bawah
sebagaimana pada Tabel 2.3.
CATATAN: Luas penampang minimum yang disyaratkan adalah 0,1% luas
penampang beton.
c. Presentase Luas Tulangan yang Dibutuhkan Terhadap Luas Penampang
Beton
Digunakan untuk perhitungan Beton Menerus Dengan Tulangan (BMDT).
Ps100.fct .(1,3 0,2µ,)
..........................................(2.27)fy n.f ct
dimana: Ps = presentase luas tulangan yang dibutuhkan terhadap luas
penampang beton (%)
fct = kuat tarik langsung beton = (0,4 – 0,5 fcf) (kg/cm2)
2
fy = tegangan leleh rencana baja (kg/cm2)
n = angka ekivalensi antara baja dan beton = Es/Ec
µ = koefisien gesekan antara pelat beton dan pondasi bawah
sebagaimana pada Tabel 2.3
Es = modulus elastisitas baja = 2,1 × 106 (kg/cm2)
Ec = modulus elastisitas beton = 14850 f c (kg/cm2)
CATATAN: Presentase minimum yang disyaratkan adalah 0,6% luas
penampang beton.
d. Jarak Teoritis Antar Retakan
Lcr
f ct2
.......................................(2.28)n.p .u.f b. (ε s .E
c
f ct )
dimana: Lcr = jarak teoritis antar retakan (cm)
p = perbandingan luas tulangan memanjang dengan luas
penampang beton
u = perbandingan keliling terhadap luas tulangan = 4/d
fb = tegangan lekat antara tulangan dengan beton = (1,97
(kg/cm2)
εs = koefisien susut beton = 400 × 10-6
fct = kuat tarik langsung beton = (0,4 – 0,5 fcf) (kg/cm2)
n = angka ekivalensi antara baja dan beton = Es/Ec
Es = modulus elastisitas baja = 2,1 × 106 (kg/cm2)
f c )/d
Ec = modulus elastisitas beton = 14850 f c (kg/cm2)
Untuk menjamin agar didapat retakan-retakan halus dan jarak antara retakan
yang optimum, maka:
- Presentase tulangan dan perbandingan keliling dan luas tulangan harus
besar.
- Perlu menggunakan tulangan ulir (deformed bar) untuk memperoleh
tegangan lekat yang lebih tinggi.
CATATAN: - Jarak retakan yang dihitung menggunakan persamaan (2.28)
harus memberikan hasil antara 150 dan 250 cm.
- Jarak antar tulangan 100 – 225 mm dengan diameter berkisar
antara 12 – 20 mm.
BAB IIIMETODOLOGI PENELITIAN
3.1. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian Tugas Akhir dengan judul ”Perencanaan Tebal Perkerasan Kaku
(Rigid Pavement) Pada Ruas Jalan Kartini kota Batam Provinsi Kepulauan Riau”, seperti
pada gambar 3.1 berikut ini.
AWAL
Gambar 3.1. Peta Lokasi Penelitian
AWAL
AKHIR
Sumber : Pemerintah Kota Batam, 2012
Gambar 3.2. Foto Lokasi Penelitian
Sumber : survai lapangan Kota Batam, 2012
3.2. Jadwal/Waktu Penelitian
Adapun jadwal/waktu kegiatan penulisan Tugas Akhir ini dapat dilihat pada tabel 3.1 berikut.Tabel 3.1 Jadwal/Waktu Penelitian
No
Bulan Nop2014 Des2014 Jan2015 Feb2015Kegiatan
1. Persiapan2. Penyusunan
Proposal3. Pengumpulan
Data4. Analisis Data5. Penulisan
Laporan6. Seminar
7. Persiapan Ujian8. Ujian TA
3.2. Proses PenelitianUntuk mencapai tujuan dari penulisan tugas akhir maka kegiatan-kegiatan yang harus
dilaksanakan serta keluaran yang dihasilkan dari kegiatan tersebut yaitu sebagai berikut :
1. Kegiatan persiapan yaitu, menyediakan format yang dipakai untuk pengambilan data
dilapangan yaitu nilai-nilai CBR rencana dan perhitungan LHR (Lampiran ).
2. Mencatat kondisi fisik ruas jalan (existing) panjang, lebar dan lain-lain.
3. Menghitung jumlah/jenis kendaraan yang lewat pada jalan tersebut (LHR), yaitu
mulai dari sepeda, sepeda motor, mobil penumpang, truk ringan sampai dengan alat
berat.
4. Menetapkan panjang ruas jalan tersebut yang perlu dilaksanakan kontruksi perkerasan
kaku (Rigid Pavement).
3.3. Teknik Pengumpulan Data
Untuk memperoleh data yang sesuai dengan masalah yang diteliti atau akan dibahas,
maka peneliti menggunakan teknik pengumpulan data sebagai berikut :
1. Teknik kepustakaan yaitu dengan mendapatkan informasi dan data mengenai teori-
teori yang berkaitan dengan pokok permasalahan yang diperoleh dari literatur-
literatur, bahan kuliah, majalah konstruksi, media internet dan media cetak lainnya.
2. Data dalam pekerjaan Perkerasan Kaku (Rigid Pavement) pada Ruas Jalan dari Jalan
Diponegoro kota Batam, Provinsi Kepulauan Riau.
3. Wawancara : data yang diperoleh melalui wawancara lagsung (Direct interview)
dengan berbagi pihak yang terkait dengan pekerjaan tersebut.
3.3.1. Data Survey Lapangan
Untuk merencanakan kontruksi Perkerasan Kaku (Rigid Pavement), maka diperlukan
data lapangan sebagai berikut :
a. Data Geometrik Jalan, data ini diambil dengan menggunakan meteran dan mencakup
pengukuran lebar mulut simpang, panjang serta batas-batas garis pemisah arus, lebar
jalan dan lain-lain.
b. Data Volume Lalu Lintas, data ini diambil secara manual berdasarkan Tata Cara
Pelaksanaan Survei perhitungan Lalu Lintas No. 016/T/BNKT/1990 yang diterbitkan
oleh Direktorat Pembinaan Jalan Kota Direktorat Jendral Bina Marga, dimana survei
lapangan dilakukan selama dua hari dengan pertimbangan bahwa arus lalu lintas yang
lewat pada setiap harinya dapat terwakili pada hari tersebut. Pangambilan data
dilakukan mulai dari pukul 06.00 pagi sampai dengan pukul 18.00 sore. Pemilihan
jam tersebut adalah berdasarkan survei pendahuluan (preliminary Survey) selama dua
hari untuk mengetahui waktu arus lalu lintas puncak terjadi. Hasil perhitungannya
dapat dilihat pada lampiran.
c. Dokumentasi lokasi penelitian.
3.3.3. Data LHR
Lalu lintas harian rata-rata (LHR) dan pertumbuhan lalu lintas.
Ciri pengenalan penggolongan kendaraan adalah seperti dibawah ini,
Tabel 3.2. Penggolongan kendaraan sesuai Pedoman Teknis No.Pd.T-19-2004.
No. Type Kendaraan Golongan
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
Sedan, Jeep, St. Wagon
Oplet, P. Oplet, Sub-urban, Combi, Minibus
Pick up, M. Truck dan Mobil hantaran atau
Pick up Box
Bus Kecil
Bus Besar
Truck ringan 2 sumbu
Truck sedang 2 sumbu
Truck 3 sumbu
Truck Gandengan
Truck Semi Trailer
2
3
4
5a
5b
6a
6b
7a
7b
7c
Sumber : Petunjuk survai IRMS Departemen PU Jakarta
3.3.4. Data Curah Hujan
Untuk data curah hujan diperoleh dari Badan Meteorologi dan Geofisika (BMG) Kota
Sendawar. Data curah hujan berfungsi menentukan nilai Faktor Regional (Fr).
3.3.5. Data CBR
Data CBR (California Bearing Ratio) adalah perbandingan antara beban yang
dibutuhkan untuk penetrasi sehingga dicapai nilai daya dukung yang dinyatakan dalam
persen.
Data CBR dilapangan dipergunakan untuk menilai kekuatan tanah dasar atau bahan
lain yang hendak dipakai untuk pembuatan perkerasan. Pengambilan sampel tanah untuk test
dilapangan sepanjang trase jalan.
3.4. Prosedur Perencanaan
Prosedur perencanaan tebal perkerasan kaku didasarkan atas dua model kerusakan
yaitu :
1. Retak fatik (lelah) pada pelat beton.
2. Erosi pada pondasi bawah atau tanah dasar yang diakibatkan oleh lendutan
berulang pada sambungan tempat retak yang direncanakan.
Sumber : Pd T-14-2003
Gambar 3.3. Sistem Perencanaan Tebal Perkerasan
Gambar 3.3. adalah system perencanaan perkerasan kaku berawal dari penilaian CBR
tanah dasar sampai perhitungan kerusakan erosi dan fatik terhadap pelat beton yang
direncanakan.
3.5. Metode Analisis Data
Metode analisis data pada perhitungan yang dilakukan adalah meliputi :
1. Perhitungan tebal perkerasan kaku (rigid pavement) diameter Dowel dan Tie Bar pada ruas jalan tersebut.
2. Perhitungan biaya pekerjaan perkerasan kaku (rigid pavement) pada ruas jalan tersebut.
3.5.1. Perhitungan Tebal Perkerasan Kaku (Rigid Pavement)
Analisis dan perhitungan tentang tebal perkerasan kaku (rigid pavement), adalah, meliputi :
1. Kekuatan Lapisan Tanah dasar.2. Kekuatan Beton. 3. Perhitungan Lalu Lintas Rencana.4. Lapisan Pondasi Bawah (Sub Base Course).5. Tebal Pelat Beton.
3.5.2. Perhitungan Diameter Dowel dan Tie Bar
Analisis dan perhitungan tentang diameter Dowel dan Tie Bar yang disyaratkan sesuai tebal perkerasan kaku (rigid pavement) pada ruas jalan tersebut, meliputi :
1. Perencanaan Dimensi Tulangan Dowel dan Tie Bar.2. Sambungan dan bentuk-bentuk sambungan.3. Geometrik sambungan.4. Dimensi bahan penutup sambungan.
3.5.3. Hasil Analisis/Perhitungan
Dari hasil analaisis dan perhitungan, akan diperoleh sebagai berikut:1. Tebal perkerasan kaku (rigid pavement) pada ruas jalan tersebut.2. Diameter Dowel dan Tie Bar yang disyaratkan sesuai tebal perkerasan kaku (rigid
pavement) pada ruas jalan tersebut.3. Rencana Anggaran Biaya perkerasan kaku (rigid pavement) pada ruas jalan
tersebut.
top related