meks14.files.wordpress.com file · web viewpendahuluan. latar belakang. pada hakikatnya teknologi...
Post on 22-Mar-2019
219 Views
Preview:
TRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Pada hakikatnya teknologi pembelajaran merupakan suatu disiplinilmu
yang menaruh perhatian pada aspek belajar manusia.Dalam kerangka berfikir
demikian, teknologi pembelajaran dapat dipandang sebagai cara pemecahan
belajar manusia, karena teknologi pembelajaran juga digolongkan sebagai ilmu
terapan, yang diwujudkan dalam sumber belajar.
Karena teknologi pembelajaran merupakan ilmu terapan maka disiplin
ilmu ini tidak mempersoalkan teori apa yang menjadi landasan politik bagi pokok
kajiannya dengan kata lain yang penting bagi teknologipembelajaran bukanlah
soal teori mana yang dianut, tetapi bagaimana memanfaatkan teori-teori dari
disiplin ilmu yang sudah mapan dalam menentukan kerangka metologis yang
diperlukan dalam memecahkan masalah-masalah belajar.
Dalam kajian makalah ini akan membahas tentang Implikasi Definisi Teknologi
Pembelajaran.
Rumusan Masalah
1. Apa pengembangan dan perananya dalam komunikasi dan komunitas?
2. Apa saja yang mencangkup implikasi definisi teknologi pembelajaran
dalam praktek?
Tujuan Pembahasan
1. Untuk mengetahui pengembangan dan peranan teknologi pembelajaran
2. Untuk mengetahui apa saja yang mencakup implikasi definisi
teknologi pembelajaran.
1
Bab II
Pembahasan
IMPLIKASI DEFINISI TEKNOLOGI PEMBELAJARAN
Dalam bab terdahulu dikemukakan bahwa definisi baru teknologi
pembelajaran diperlukan untuk merefleksikan pertumbuhan dan diversifikasi
bidang studi dewasa ini, dan juga berfungsi sebagai katalis untuk kreativitas dan
perubahan lebih lanjut. Premis ini konsisten dengan pendapat Ely (1983) bahwa
"definisi tidak menciptakan bidang studi tetapi membantu menjelaskan fungsi,
tujuan, dan peranannya kepada mereka yang ada di dalam dan di luar wilayah
studi itu". Upaya mendefinisikan ini juga bertujuan untuk menunjang
perkembangan masyarakat ilmiah dan praktisi yang lebih kohesif dari berbagai
disiplin, filsafat, dan konteks kerja. Bab ini akan mengkaji lebih lanjut peranan
dan implikasi definisi teknologi pembelajaran dalam keadaan dunia yang berubah
cepat.
Definisi dan Peranannya dalam Bidang Studi yang Sedang Berkembang
Perkembangan Bidang Studi
Asumsi bahwa teknologi pembelajaran merupakan bidang studi yang
terpisah, suatu cabang pengetahuan tersendiri. Sementara teknologi pembelajaran
berfungsi sebagai bidang studi selama bertahun-tahun, dan sekarang ini berfungsi
sebagai profesi, statusnya yang matang termasuk baru bagi masyarakat
kebanyakan. Kematangan ini dapat dilihat dari kepedulian profesional dan batas-
batas teoritis yang jelas. Deflnisi teknologi pembelajaran tidak saja dipengaruhi
oleh dimensi kematangan tetapi definisi itu juga memberikan dorongan lebih
lanjut untuk pertumbuhan. Menurut Fin (1953) sebuah profesi memiliki dalam
bentuk:
khasanah teori dan penelitian teknik intelektual
aplikasi paktis
persyaratan pelatihan dan sertifikasi
2
etika yang dicanangkan
asosiasi dan komunikasi di antara anggotanya
Selama bertahun-tahun, bidang studi teknologi pembelajaran memenuhi
kriteria ini, dan dalam prosesnya mengembangkan khasanah teorinya sendiri, dan
menerapkan prinsip-prinsip dalam berbagai lingkungan. Meluasnya praktek
teknologi pembelajaran banyak dikenal dan dapat dikatakan menyesuaikan
dengan perkembangan teknologi itu sendiri. Apakah bidang ini sudah mencapai
kemajuan dengan pertumbuhan teoritis menurut parameternya sendiri merupakan
masalah yang masih diperdebatkan di kalangan cerdik pandai. Hal ini merupakan
inti diskusi mengenai kematangan disiplin teknologi pembelajaran. Kebanyakan
pihak akan setuju bahwa ranah rancangan lebih matang daripada ranah-ranah lain,
sebab mayoritas pengembangan teori dan penelitian teknologi pembelajaran
diarahkan pada aspek-aspek rancangan. Sebagai konsekuensinya, meskipun akar
intelektual rancangan pembelajaran dihasilkan dari teori bidang studi lain,
rancangan pembelajaran dikembangkan juga oleh khasanah penelitian dan teori
yang unik bagi bidang studi itu sendiri. Kita perlu mengganti khasanah
pengetahuan dari bidang lain dengan dasar pengetahuan kita sendiri dalam
masing-masing dari kelima ranah itu. Hal merupakan arah dan tujuan
pertumbuhan intelektual nyata bidang studi teknologi pembelajaran.
Evolusi Definisi
Definisi tahun 1994 dan 1977 sama-sama menekankan bahwa, teknologi
pembelajaran merupakan proses rancangan dan proses pengembangan yang
komprehensif yang digunakan untuk memecahkan masalah pernbelajaran dan
belajar. Dalam kedua definisi itu teknologi pembelajaran dipandang sebagai
bidang studi yang berorientasi sistematis. Namun masih terdapat pernyataan pula
bahwa teknologi pembelajaran dipandang sebagai "hal-hal belajar" sebagaimana
dikemukakan oleh Armsey dan Dahl (1973), meskipun hal ini tidak lagi menjadi
pembicaraan dalam literatur teknologi pembelajaran. Definisi itu konsisten dengan
teori dan praktek, meskipun konsep teknologi pembelajaran sebagai profesi yang
berorientasi pada perangkat keras masih umum dibicarakan di masyarakat umum
dan lingkungan non sekolah.
3
Isu yang lebih penting ialah tentang pemerolehan kesepakatan di antara
para akademisi dan praktisi mengenai persoalan yang berkaitan dengan ruang
lingkup teknologi pembelajaran dan membedakannya dengan bidang studi lain.
Tugas ini penting untuk sebuah definisi, sebab bidang-bidang itu dibatasi oleh
hakikat dan persoalan yang diacunya. Dalam sebuah disiplin yang matang,
terdapat kesepakatan mengenai apakah masalah. Masalah baru yang muncul
dalam masyarakat yang berubah, juga layak menjadi perhatian dan prakteknya.
Keputusan seperti itu tidaklah sulit jika batasbatas konseptual itu jelas. Tidak sulit
juga definisi bidang studi untuk bisa diterima dan dipahami secara luas. Batas-
batas konseptual teknologi pembelajaran dapat diterapkan dengan menggunakan
struktur yang disarankan oleh kelima ranah bidang studi teknologi pembelajaran,
sebab kelimanya merefleksikan wilayah kajian praktek dan spesialisasi utama.
Validitas definisi dan keunikan bidang studi selanjutnya tergantung pada kejelasan
dan kekomprehensifan ranahranahnya.
Pertumbuhan definisi teknologi pembelajaran juga paralel dengan
perubahan pandangan mengenai ranah bidang studi. Misalnya, ranah
pengembangan pembelajaran yang disajikan dalam definisi tahun 1977, telah
tumbuh menjadi tiga ranah terpisah, yakni rancangan, pengembangan dan evaluasi
dalam definisi tahun 1994. Evolusi ini merupakan buah dari meningkatnya
kegiatan dan status penting teknologi pembelajaran dalam teori dan praktek.
Perubahan definisi ini lebih bersifat evolusi daripada revolusi. Perubahan
secara perlahan merefleksikan elemen stabilitas dan pemahaman umum di antara
para teknolog pembelajaran. Secara fundamental, stabilitas ini merefleksikan
komitmen bidang studi terhadap penggunaan model rancangan sistem
pembelajaran sebagai orientasi utama untuk menciptakan dan mengelola
lingkungan belajar. Di samping itu, pentingnya media dan visualisasi proses
pernbelajaran sudah disadari. Hal ini juga relevan dengan deskripsi Kuhn
mengenai sebuah paradigma sebagai "korTlitmen implisit, tersirat dalam
masyarakat cerdik pandai terhadap sebuah kerangka konseptual" (Shulman,
1986:4). Selanjutnya Kuhn (1962) menyatakan bahwa penggunaan paradigma
dengan ranah dalam sebuah bidang studi merupakan karakteristik sebuah
kematangan disiplin ilmu. Terlepas dari konsensus mengenai dasar-dasar itu,
4
terdapat pertumbuhan sejumlah perspektif dan pendekatan umum. Apakah
penjelasan dan perspektif proses mengajarbelajar alternatif itu memperkaya atau
memicu bidang studi? Apakah kerangka definisi dan ranahnya mencakup
kedudukan teoritis alternatif?
Sementara sebuah definisi disiplin ilmu merefleksikan pertumbuhan
bidang studi itu, bisa juga dikatakan definisi yang prematur dapat mempersempit
bidang studi secara intelektual, sehingga menghambat pertumbuhan. Misalnya,
definisi dan ranah teknologi pembelajaran sebagaimana disajikan di sini
merefleksikan elemen-elemen sebuah pendekatan sistem pada pendidikan.
Sebagian orang bisa berpendapat bahwa posisi ini berakibat membatasi bidang
studi dan menekan pemecahan masalah secara kreatif yang selanjutnya dapat
menghambat pembentukan perspektif alternatif baru. Oleh karena itu definisi yang
dikehendaki adalah definisi yang menjelaskan batas-batas bidang studi tetapi tidak
menghambat pemikiran anggotanya. Diharapkan definisi 1994 juga berfungsi
demikian.
Definisi dan Pearanannya dalam Komunikasi
Shulman (1986) menyimpulkan bahwa "kemampuan untuk berkomunikasi
merupakan penentu utama keanggotaan masyarakat" (hal 4). Kemampuan
komunikasi ini merupakan pertumbuhan dari:
pelatihan dan enkulturasi
nilai dan tujuan konseptual, dan
pengalaman
Kesemua ini merupakan syarat keanggotaan dalam masyarakat
profesional. Pelatihan formal meningkatkan keterlibatan dalam profesi dan
komunikasi dengan pihak lain karena memberikan dasar dalam literatur tentang
prinsip dan praktek bidang studi teknologi pembelajaran. Pelatihan formal juga
menjelaskan dasar pengetahuan bidang studi dan meningkatkan kemampuan
praktek dalam pekerjaan. Selanjutnya, pelatihan juga memberikan pengertian
tentang sejarah, seperangkat definisi, dan masalah yang diperdebatkan dan
kontrovesi bidang studi. Pelatihan formal juga cenderung memantapkan
konsensus mengenai masalah dan paradigma disiplin ilmu. Ringkasnya,
5
pendidikan dan pelatihan formal meningkatkan pemahaman tentang definisi
bidang studi teknologi pembelajaran.
Banyak pionir dalam teknologi pembelajaran menerima pelatihan formal
mereka di bidang studi lain, seperti psikologi, teknik atau komunikasi. "Hubungan
kekeluargaan" itu Hiperkaya oleh kultur akademik dalam mengembangkan konsep
bahwa teknologi pembelajaran merupakan turunan wilayah bidang studi lain,
tetapi sejarah ini juga merupakan topik perdebatan.
Dewasa ini para praktisi cenderung memperoleh pengetahuan dari
program pasca sarjana universitas dalam teknologi pembelajaran. Hal ini juga
berlaku untuk para pemimpin akademik dan pemimpin praktisi. Oleh karena itu
jalan menuju pengetahuan sudah umum, maka akan terdapat pemahaman
mengenai dasar pengetahuan dan batas-batas bidang studi. Kesamaan latar
belakang memberikan kontribusi pada perkembangan kultur yang umum dan juga
komunikasi efektif di dalam masyarakat akademik dan praktisi teknologi
pembelajaran.
Tetapi pengalaman latar belakang juga meningkatkan sense of community
dalam bidang teknologi pembelajaran. Banyak lingkungan untuk mengaplikasikan
prinsip teknologi pembelajaran. Setiap tipe lingkungan memiliki kultur sendiri
dan kultur yang beragam dapat menjadi kendala komunikasi di antara teknolog
pembelajaran. Kesulitan komunikasi dalam profesi tidak perlu dijadikan sebagai
kekurangan dalam mendefinisikan teknologi pembelajaran, tetapi merupakan
pengaruh keberagaman kultur di antara para praktisi teknologi pembelajaran.
Komunitas
Dalam karakterisasi profesi yang dikemukakan Finn tahun 1953
dinyatakan bahwa komunikasi dibantu oleh asosiasi profesional. Asosiasi ini
menciptakan rasa se komunitas (sense of community). Di samping itu asosiasi juga
bekerja dalam lingkungan tertentu dan banyak juga asosiasi profesional dalam
bidang teknolog pembelajaran. Di antaranya ialah the Association for Educational
Communications and Technology, yang menghimpun masyarakat yang memiliki
kepentingan yang sama dan anggotanya berasal dari berbagai masyarakat kerja.
Asosiasi yang lain seperti the International Visual Literacy Association,
6
memfokuskan pada satu wilayah perhatian untuk anggotanya dari banyak
kalangan masyarakat. Bila profesional dari berbagai masyarakat kerja
mengadakan asosiasi terdapat kendala komunikasi yang lebih besar daripada bila
mereka menghimpun diri pada bidang yang lebih sempit.
Dengan munculnya teknologi pembelajaran sebagai bidang studi yang luas
tapi tersendiri, menjadi pentinglah untuk menghubungkan masyarakat ini dengan
teknolog pembelajaran untuk membantu masyarakat itu mencapai tujuan. Definisi
umum membantu pencapaian tujuan, khususnya definisi dan pengertian mengenai
sifat bidang studi, tetapi definisi itu harus cukup luas untuk bisa mencakup banyak
minat dan spesialisasi. Ini merupakan suatu fungsi dari kelima ranah dan variasi
komponennya. Di satu sisi, definisi juga harus menjadi "rumah" bagi setiap
anggota dari masyarakat profesional yang lebih luas. Dengan kelompok
profesional yang lebih besar ini, lebih mudahlah untuk menentukan standar, kode
etik, posisi kebijakan, pengetahuan dan keahlian teknis di antara masyarakat
teknolog pembelajaran.
Identifikasi profesional lebih dari sekedar memasang label. Identifikasi itu
juga menjadi arah yang jelas karena membantu pemahaman tentang dasar
pengetahuan bidang studi, dan juga pengalaman bekerja dan berasosiasi dengan
pihak lain dengan latar belakang yang sama. Sementara definisi umum sebuah
bidang studi tidak menjadi garansi. Di samping itu, sense of community dan
identifikasi itu juga tergantung pada luasnya definisi dan seberapa ruang untuk
keberagaman dan pertumbuhan kretifitas.
Definisi dan Peranannya dalam Penyusunan-Agenda
Pengembangan Agenda untuk Penelitian dan Praktek
Pertumbuhan dan perkembangan di dalam bidang studi bukan sekedar
hasil kebetulan tetapi merupakan hasil pengagendaan secara konkret.
Pertumbuhan dan perkembangan itu merupakan spesifikasi para pemimpin yang
berpengaruh dalam suatu disiplin, atau agenda yang lebih abstrak yang
merefleksikan iklim intelektual dan sosial. Cobb dan Elder (1983), ketika
membahas agenda politik, menyatakan bahwa "isi dan dinamika penyusunan
agenda merupakan fungsi konteks sosial, politik, dan ekonomi tempat proses ini
7
dipadukan, konteks itu secara konstan berubah, dengan menciptakan kendala baru
dan mengubah yang lama".
Dalam sejarah teknologi pembelajaran, terdapat ketentuan sosial dan
peristiwa penting yang telah mempengaruhi agenda bidang studi. Satu contohnya
ialah pengaruh Sputnik Rusia pada reformasi pendidikan Amerika. Kekuatan lain
yang mempengaruhi perkembangan teknologi pembelajaran adalah tuntutan
militer dan industri untuk pelatihan yang cepat dan efektif. Secara intelektual,
pengaruh teori Robert Gagne pada kondisi belajar dan pengaruh penekanan tujuan
behavioral juga berfungsi sebagai konteks untuk pertumbuhan teknologi
pembelajaran. Teknologi yang berkembang secara cepat dalam masyarakat kita
merupakan yang penting secara sosial dan intelektual bagi teknolog pembelajaran.
Kekuatan-kekuatan ini berlaku pada agenda disiplin yang membentuk pendekatan
umum ke arah penyusunan penelitian dan teori, teknik, dan prinsip-prinsip bidang
studi. Kadang-kadang pengaruh penyusunan agenda juga jelas. Perkembangan
teknologi merupakan contoh yang paling jelas. Kekuatan sosial menekankan
pengaruhnya pada keberagaman belajar.
Agenda juga memandu pertumbuhan dan perubahan baik secara tertulis
maupun tak tertulis. Agenda tertulis ditemukan dalam petunjuk pendanaan
legislatif. Agenda tak tertulis tapi juga berpengaruh dalam perubahan kurikulum.
Agenda tak tertulis juga terlihat dalam konvensi tahunan asosiasi profesional.
Definisi bidang studi yang disajikan di sini juga memiliki implikasi untuk
penyusunan agenda dalam teknologi pembelajaran. Apabila definisi diterima
secara luas dan dipadukan dalam kultur bidang studi, maka definisi dapat
berimplikasi pada anggota penelitian dan agenda praktek. Implikasi ini tampak
dalam aspek-aspek yang berbeda dari definisi tahun 1977. Perbedaan itu
menekankan pada arah baru ke arah kecenderungan perubahan bidang studi.
Melalui perbedaan definisi memiliki potensi untuk berfungsi sebagai proses
penyusunan agenda bidang studi teknologi pembelajaran.
Implikasi untuk Agenda Profesional Baru
Perbedaan umum antara definisi teknologi pembelajaran tahun 1977
dengan definisi tahun 1994 ialah:
perubahan nama bidang studi
8
perubahan orientasi primer kegiatannya, dan
perubahan dalam ranah
Di sinilah kunci sumber pengaruh pada arah pertumbuhan dan
perkembangan bidang studi. Perubahan dalam nama di satu sisi merupakan
perubahan yang tampak paling jelas tetapi di sisi lain tidak terlalu penting. Nama
yang baru menekankan perubahan utama dalam arena praktek dalam periode tujuh
belas tahun antara kedua definisi. Pada dasawarsa 1970-an, perhatian sekolah dan
pendidikan anak masih mendominasi bidang studi. Dewasa ini lebih banyak
lingkungan dicakup sebagai lapangan profesional kita. Hal ini mengarahkan pada
peneliti dan praktisi untuk memperhatikan pebelajar dari semua usia, dengan
keragaman isi dan dengan kendala yang ada dalam lingkungan organisasi. Variasi
oplikasi prinsip dan praktek umum bidang studi menghendaki teori dan penelitian
baru. Kebutuhan itu cenderung berlanjut selama beberapa waktu.
Kunci perbedaan kedua terletak pada orientasi primer, pada definisi 1977
bidang studi dinyatakan sebagai proses. Bidang studi memfokuskan pada
pemecahan masalah dan meskipun lebih berdasarkan teoretis, definisi itu pada
kenyataannya berorientasi praktis. Sebaliknya, definisi 1994 berorientasi pada
teori dan praktek. Bidang studi disajikan lebih sebagai wilayah pengetahuan dan
kajian yang dapat diaplikasikan dalam situasi praktis. Arah itu memberikan
perkembangan menjadi disiplin penuh menurut pengertiannya sendiri. Perubahan
ini mengimplikasikan perlunya penelitian dan teori yang unik dan menurunnya
ketergantungan pada produk teori dan penelitian bidang studi lain.
Tetapi perubahan yang paling menonjol berhubungan dengan konfigurasi
ranah dan penjabaran komponen ranah. Dalam definisi 1977 ada tiga ranah,
managemen pembelajaran, pengembangan pembelajaran, 'dan sistern
pembelajaran. Dewasa ini terdapat lima ranah yang masingmasing memiliki
empat komponen.
Setiap ranah dalam definisi tahun 1994 memerlukan dasar penelitian dan
teori tersendiri daripada menggantungkan pada pengetahuan bidang studi lain.
Dasar penelitian ranah itu tidak menentu. Terdapat wilayah kajian yang jarang
berkembang dan kaijan lain sangat sangat berkembang. Ranah yang tidak
berkembang dan komponen-komponen ranahnya memiliki implikasi besar pada
9
perlunya agenda penelitian dan praktek baru dalam bidang studi teknologi
pembelajaran.
10
Ringkasan
Definisi teknologi pembelajaran tahun 1994 memberikan penjelasan lebih
lanjut mengenai batas-batas intelektual bidang studi dan mengidentifikasi dan
menekankan hubungan dan ketergantungan di antara ranah-ranahnya.
Meskipun definisi menyiratkan batas-batas bidang studi, definisi tidak
dimaksudkan untuk mempersempit atau membatasi kreativitas para anggotanya.
Teknologi pembelajaran selalu dipandang lebih sebagai seni (art) dari pada ilmu
pengetahuan (science). Karakteristik ini terus berkembang, sebab kreativitas
teknologi pembelajaran cenderung ke arah mempertahankan keberagaman bidang
studi.
11
Daftar Pustaka.
Dwiyogo.Dr Wasis D.2010.Dimensi Teknologi Pembelajaran Pendidikan Jasmani
dan olahraga, Malang : Universitas Negeri Malang.
12
IMPLIKASI DEFINISI TEKNOLOGI
PEMBELAJARAN
Makalah ini untuk memenuhi tugas mata kuliah
Teknologi pembelajaran pendidikan jasmani dan olahraga
Yang dibimbing oleh Bapak Dr. Wasis D. Dwiyogo, M.Pd
KELOMPOK 8 :
MOHAMMAD ZAINURI (108711415520)
RATIH KRISDIYANA BAYU (108711415530)
FATONI FITRA DIASA (108711415538)
UNIVERSITAS NEGERI MALANG
FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN
PENDIDIKAN JASMANI DAN KESEHATAN
Maret 2010
13
DAFTAR ISI
Pendahuluan.......................................................................................... 1
Daftar isi................................................................................................. i
Implikasi definisi teknologi pembelajaran
Definisi dan perananya dalam bidang studi yang berkembang
Perkembangan bidang studi............................................................ 2
Evolusi definisi................................................................................ 3
Definisi dan perananya dalam komunikasi........................................ 5
Komunitas...................................................................................... 6
Definisi dan perananya dalam penyusunan agenda
Pengembangan agenda untuk penelitian dan praktek.................... 7
Implikasi untuk agenda professional baru...................................... 8
Ringkasan............................................................................................... 11
Daftar pustaka....................................................................................... 12
14
15
top related