00855ki10 skripsi dwi putra libre
Post on 26-Dec-2015
95 Views
Preview:
DESCRIPTION
TRANSCRIPT
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH (PROBLEM BASED LEARNING) UNTUK MENINGKATKAN
KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN EKONOMI SISWA KELAS X
SMA LABORATORIUM MALANG
SKRIPSI
OLEH DWI PUTRA LELANA
105431481656
UNIVERSITAS NEGERI MALANG FAKULTAS EKONOMI
JURUSAN EKONOMI PEMBANGUNAN PROGRAM STUDI S-1 PENDIDIKAN EKONOMI
JANUARI 2010
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH (PROBLEM BASED LEARNING) UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN
BERPIKIR KRITIS DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN EKONOMI SISWA KELAS X
SMA LABORATORIUM MALANG
SKRIPSI
Diajukan kepada Universitas Negeri Malang
untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam menyelesaikan program Sarjana Pendidikan Ekonomi
Oleh
Dwi Putra Lelana
NIM 105431481656
UNIVERSITAS NEGERI MALANG
FAKULTAS EKONOMI
JURUSAN EKONOMI PEMBANGUNAN
PROGRAM STUDI S1 PENDIDIKAN EKONOMI
JANUARI 2010
Skripsi oleh Dwi Putra Lelana telah diperiksa dan disetujui untuk diuji Malang, Januari 2010 Pembimbing I Drs.Prih Hardinto, M.Si NIP. 195606221982031003 Malang, Januari 2010 Pembimbing II Drs. Mardono, M.Si NIP. 195709071986011001
Skripsi oleh Dwi Putra Lelana ini telah dipertahankan di depan dewan penguji pada tanggal 18 Januari 2010 Dewan Penguji Drs.Prih Hardinto, M.Si (Ketua) NIP. 195606221982031003 Drs. Mardono, M.Si (Anggota) NIP. 195709071986011001 Dra. Lisa Rokhmani, M.Si (Anggota) NIP. 19621231986012002 Mengetahui, Mengesahkan, Ketua Jurusan Ekonomi Dekan Fakultas Ekonomi Dr. Hari Wahyono, M.Pd Dr. Ery Tri Djatmika RWW, M.A, M. Si NIP. 195712261986031002 NIP. 196106111986011001
ABSTRAK
Putra Lelana, Dwi. 2010. Penerapan Model Pembelajaran Berbasis Masalah
(Problem Based Learning) Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Dan Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Ekonomi Siswa Kelas X-1 SMA LABORATORIUM MALANG. Jurusan Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Malang (UM). Pembimbing : (I) Drs. Prih Hardinto, M. Si (II) Mardono, M. Si.
Kata Kunci : Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning),
Kemampuan Berpikir Kritis, Hasil Belajar
Model pembelajaran yang sering dipakai dalam proses pembelajaran di sekolah-sekolah sangat mempengaruhi kondisi siswa. Dari hasil observasi di SMA LABORATORIUM Malang, dalam proses belajar mengajar seringkali terlihat siswa pasif. Terlihat bahwa banyak siswa yang hanya mendengarkan pada waktu guru menerangkan, banyak siswa yang sibuk membuka catatan dan mengobrol dengan teman sebangkunya apabila guru mengajukan pertanyaan. Hal ini dikarenakan dalam proses belajar mengajar, siswa hanya menerima materi pelajaran dari guru saja. Tentu saja hal tersebut mempengaruhi kondisi siswa dalam menanggapi permasalahan-permasalahan yang diberikan oleh guru. Hal ini juga berpengaruh pada hasil belajar siswa, dapat dilihat bahwa presentase rata-rata nilai kelas masih di bawah standar kelulusan minimum sebesar 58,28%. Dengan keadaan siswa yang seperti itu, maka dapat diketahui bahwa kemampuan berpikir kritis dan hasil belajar siswa tersebut masih rendah. Sehingga perlu adanya suatu model pembelajaran yang bisa membuat siswa mampu menanggapi dan mengatasi permasalahan yang diberikan oleh guru. Salah satu model pembelajaran yang bisa dipakai dalam upaya meningkatkan kondisi siswa agar mampu menanggapi dan mengatasi masalah-masalah yang diberikan oleh guru adalah Pembelajaran Berbasis Masalah. Pembelajaran dengan model Pembelajaran Berbasis Masalah merupakan salah satu penerapan pembelajaran yang menghadirkan suatu permasalahan dunia nyata ke dalam kelas.
Latar belakang tersebut memunculkan permasalahan yang dirumuskan sebagai berikut.(1) bagaimanakah penerapan model pembelajaran berbasis masalah untuk menigkatkan kemampuan berpikir kritis siswa kelas X pada mata pelajaran ekonomi di SMA LABORATORIUM Malang, (2) bagaimanakah penerapan model pembelajaran berbasis masalah untuk meningkatkan hasil belajar siswa kelas X pada mata pelajaran ekonomi di SMA LABORATORIUM Malang.
Penelitian ini bertujuan: (1) untuk mendeskripsikan kemampuan berpikir kritis siswa kelas X SMA LABORATORIUM Malang setelah penerapan model pembelajaran berbasis masalah pada mata pelajaran ekonomi, (2) untuk mendeskripsikan hasil belajar siswa kelas X SMA LABORATORIUM Malang setelah penerapan model pembelajaran berbasis masalah.
i
ii
Penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas secara deskriptif kualitatif, yaitu dengan menggambarkan kondisi yang sebenarnya di dalam kelas. Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik purpossive sampling. Analisis data dilakukan secara deskriptif prosentase, yaitu untuk memperoleh gambaran tentang kemampuan berpikir kritis dan hasil belajar siswa kelas X SMA LABORATORIUM Malang.
Hasil penelitian menunjukkan persentase ketercapaian guru dalam menerapkan langkah-langkah model pembelajaran berbasis masalah pada siklus I sebesar 83,33%, sedangkan ketercapaian guru dalam menerapkan langkah-langkah model pembelajaran berbasis masalah pada siklus II yaitu sebesar 90,91%. Hal ini dapat terlihat adanya peningkatan prosentase sebesar 7,58%. Sedangkan dari observasi kegiatan siswa pada siklus I dalam ketercapaian siswa dalam menerapkan langkah-langkah model pembelajaran berbasis masalah sebesar 75%, dan pada siklus II ketercapaian siswa dalam menerapkan langkah-langkah model pembelajaran berbasis masalah sebesar 87,5%. Tampak bahwa ketercapaian siswa dalam menerapkan langkah-langkah model pembelajaran berbasis masalah mengalami peningkatan sebesar 12,05%. Pada data kemampuan berpikir kritis pada siklus I prosentasenya sebesar 46,05%, sedangkan pada siklus II sebesar 73,09%. Dapat dilihat bahwa kemampuan berpikir kritis siswa meningkat sebesar 27,04% dari siklus I ke siklus II. Hasil belajar siswa berdasarkan lembar penilaian hasil belajar siklus I sebesar 76,58% dan siklus II sebesar 79,21%. Hal ini mengalami peningkatan hasil belajar siswa dari siklus I ke siklus II sebesar 2,63%.
Berdasarkan hasil penelitian secara keseluruhan, maka dapat dikatakan bahwa model pembelajaran melalui metode Pembelajaran Berbasis Masalah dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa sebesar 27,04 %, dan hasil belajar siswa sebesar 2,63%, dalam proses belajar mengajar siswa menjadi lebih tertarik karena guru memberikan variasi-variasi dalam proses belajar mengajar sehingga siswa tidak lagi merasa bosan. Selain itu, dalam proses pembelajaran siswa lebih berperan aktif dalam menanggapi permsalahan-permasalahan yang diberikan oleh guru. Berdasarkan penelitian ini dapat disarankan : (1) Guru mata pelajaran Ekonomi disarankan untuk menerapkan model pembelajaran melalui metode Pembelajaran Berbasis Masalah sebagai alternatif pembelajaran untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis dan hasil belajar siswa. (2) Dalam pelaksanaan masing-masing fase pembelajaran, hendaknya guru perlu mempertimbangkan pembagian waktu secara efektif dan efisie. (3) Bagi peneliti yang berikutnya ingin meneliti hal yang sama, bisa mencobakan pembelajaran melalui metode Pembelajaran Berbasis Masalah untuk materi Ekonomi lainnya yang lebih melibatkan aktivitas siswa sehingga menuntut adanya kreatifitas siswa yang lebih.
KATA PENGANTAR
Puji Syukur saya ucapkan kepada Allah SWT yang telah memberikan
rahmat dan hidayah Nya, sehingga penulisan skripsi yang merupakan salah satu
persyaratan untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan dengan judul “Penerapan
Model Pembelajaran Berbasis Masalah (PROBLEM BASED LEARNING) Untuk
Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis dan Hasil Belajar Siswa Pada Mata
Pelajaran Ekonomi Kelas X SMA LABORATORIUM Malang”, dapat
terselesaikan dengan baik. Sholawat serta salam tetap tercurahkan keapada Nabi
Muhammad, SAW.
Penulis menyadari, bahwa penyelesaian skripsi ini tidak luput dari
beberapa dorongan dan bantuan dari semua pihak. Maka dari itu, ucapan
terimakasih tak lupa penulis sampaikan kepada:
• Bapak Drs. Prih Hardinto, M. Si. selaku pembimbing I, terimakasih atas
kesabarannya yang tak hanya memberikan saran dan bimbingan, tetapi juga
semangat.
• Bapak Drs. Mardono, M. Si. selaku pembimbing II, terimakasih atas saran dan
bimbingannya.
• Dra. Hj, Lisa Rokhmani, M.Si selaku dosen penguji skripsi, terimakasih atas
saran dan kritiknya yang sangat membantu.
• Drs. Ridwan Joharmawan, M.Si selaku kepala sekolah SMA
LABORATORIUM Malang yang telah memberikan ijin kepada penulis untuk
mengadakan penelitian.
iii
iv
• Ibu Heni Wardati, S.Pd. selaku guru ekonomi SMA LABORATORIUM
Malang, yang telah membantu penulis dengan sepenuh hati.
• Siswa kelas X-1 SMA LABORATORIUM Malang, terimakasih atas
kerjasamanya.
• Bapak Hariyanto dan Ibu Sumarlik selaku orang tua tercinta, yang
memberikan dukungan baik moril maupun materiil serta doa-doa yang terus
mengalir.
• Semua teman-teman terbaikku, terima kasih atas motivasi, semangat, nasehat,
dan semua yang telah kalian berikan kepadaku
• Teman-temanku di EKP’05, terimakasih buat kebersamaannya selama ini.
• Wilis Dian Renandya, yang selalu memberikan semangat dan motivasi selama
penulisan skripsi ini
• Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, yang telah
banyak membantu dalam penulisan skripsi ini.
Bagai gading yang tak retak, demikian juga skripsi ini masih terdapat
banyak kekurangan, maka penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang
membangun untuk menyempurnakan skripsi ini.
Malang,18 Januari 2010
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK ................................................................................................... i
KATA PENGANTAR ................................................................................. iii
DAFTAR ISI ................................................................................................ v
DAFTAR TABEL ....................................................................................... vii
DAFTAR GAMBAR ................................................................................... ix
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................... x
BAB I PENDAHULUAN ......................................................................... 1 A. Latar Belakang Masalah ........................................................... 1 B. Rumusan Masalah .................................................................... 9 C. Tujuan Penelitian ..................................................................... 10 D. Manfaat Penelitian ................................................................... 10 E. Asumsi Penelitian ................................................................... 11 F. Ruang Lingkup dan Keterbatasan Penelitian ........................... 11
1. Ruang Lingkup ................................................................... 11 2. Keterbatasan Penelitian ...................................................... 11
G. Definisi Operasional ................................................................ 12 BAB II KAJIAN PUSTAKA .................................................................... 13
A. Hakekat Belajar Pembelajaran ................................................. 13 B. Pembelajaran Kontekstual ........................................................ 15 C. Pembelajaran Berbasis Masalah ............................................... 17 D. Kemampuan Berpikir Kritis ..................................................... 22 E. Hasil Belajar ............................................................................. 28 F. Evaluasi Hasil Belajar .............................................................. 29 G. Pembelajaran Berbasisi Masalah dan Kemampuan Berpikir Kritis dan Hasil Belajar ........................................................... 33 H. Penelitian Terdahulu yang Relevan ......................................... 33
BAB III METODE PENELITIAN ............................................................ 35 A. Rancangan Penelitian ............................................................... 35 B. Populasi dan Sampel ................................................................ 38 C. Kehadiran Peneliti di Lapangan ............................................... 39 D. Lokasi Penelitian ...................................................................... 39 E. Data dan Sumber Data ............................................................. 40 F. Tahap-tahap Penelitian ............................................................. 40 G. Instrumen Penelitian ................................................................ 43
v
vi
H. Pengumpulan Data ................................................................... 44 I. Analisis Data ............................................................................ 45
BAB IV PAPARAN DATA DAN HASIL PENELITIAN ....................... 48 A. Data tentang Pencapaian Langkah-langkah Pembelajaran
melalui Metode PBL siklus I .................................................... 48 B. Data tentang Kegiatan Siswa Selama Diskusi Kelompok
Berlangsung siklus I ................................................................. 50 C. Data tentang Kemampuan Berpikir Kritis Siswa siklus I ........ 52 D. Refleksi I .................................................................................. 53 E. Treatment Perbaikan ................................................................ 54 F. Data tentang Pencapaian Langkah-langkah Pembelajaran
melalui Metode PBL siklus II .................................................. 55 G. Data tentang Hasil Belajar Siswa siklus................................... 61 H. Refleksi II ................................................................................. 62 I. Data tentang Minat Siswa Mengenai penerapan
Pembelajaran melalui Metode PBL ......................................... 64 BAB V PEMBAHASAN ........................................................................... 66
A. Kemampuan Berpikir Kritis ..................................................... 66 B. Hasil Belajar ............................................................................. 68 C. Pelaksanaan Model Pembelajaran Berbasis Masalah .............. 69
BAB VI PENUTUP ..................................................................................... 74
A. Kesimpulan .............................................................................. 74 B. Saran ......................................................................................... 75
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. 76
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN .................................................. 78
LAMPIRAN ................................................................................................. 79
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ................................................................... 154
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
2.1 Tahap-tahap Pembelajaran Berbasis Masalah....................................... 20
2.2. Tingkah laku guru dan siswa dalam Problem Based Learning............ 20
2.3. Pedoman Penilaian Kemampuan Berpikir Kritis Siswa....................... 26
2.4. Daftar Penelitian yang dijadikan acuan bagi Peneliti........................... 34
3.1. Daftar jumlah siswa kelas X .............................................................. 38
3.2 Jenis data, instrumen, serta sumber data dalam penelitian.................. 40
3.3 Penentuan taraf keberhasilan............................................................... 46
3. 4 Kriteria Keberhasilan Tiap Siklus........................................................ 47
4.1 Observasi kegiatan guru pada siklus I ................................................. 48
4.2 Observasi Kegiatan Siswa pada Siklus I ............................................. 50 4.2.1 Penilaian Presentasi dan Hasil Diskusi Kelompok Siklus I ................ 52 4.3 Penguasaan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Tiap Indikator
pada Siklus I........................................................................................ 53
4.3. Penguasaan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa pada siklus I ............ 53
4.4 Observasi kegiatan guru pada siklus II ............................................... 55 4.5 Observasi Kegiatan Siswa pada Siklus II ........................................... 57
4.5.1 Penilaian Presentasi dan Hasil Diskusi Kelompok Siklus II ............... 59
4.6 Penguasaan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Tiap Indikator
pada Siklus II....................................................................................... . 59
4.7 Penguasaan Kemampuan Berpikir Kritis Tiap Siswa pada Siklus II.... 60
4.8 Hasil Belajar Siswa ...............................................................................61
vii
viii
4.9 Data Tentang Minat Siswa Mengenai Penerapan Melalui Metode PBL
(Problerm Based Learning) ........................................................................ 64
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
3.1 Skema Penelitian Tindakan Kelas ........................................................... 36
3.2 Skema pembelajaran Berbasis Masalah .................................................. 37
ix
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
1. Rancangan Pelaksanaan Pembelajaran untuk Siklus I ............................ 79
2. Rancangan Pelaksanaan Pembelajaran untuk Siklus II ........................... 93
3. Soal Pre Tes dan Post Tes untuk Siklus I ................................................ 103
4. Kunci Jawaban Soal Pre Test dan Post Test untuk Siklus I .................... 105
5. Soal Post Tes untuk Siklus II .................................................................. 106
6. Kunci Jawaban Soal Post Test untuk Siklus II ........................................ 108
7. Lembar Observasi Kegiatan Guru ........................................................... 109
8. Lembar Observasi Kegiatan Siswa ......................................................... 115
9. Format Penilaian Presentasi Hasil Diskusi .............................................. 120
10. Daftar Nama-nama Kelompok ............................................................... 128
11. Hasil Prestasi Belajar Siswa Siklus I dan Siklus II ................................. 130
12. Lembar Format Penilaian Kemampuan Berpikir Kritis .......................... 132
13. Lembar Format Angket Minat Pemmbelajaran Berbasis Masalah ......... 139
14. Catatan Lapangan silkus I ....................................................................... 142
15. Catatan Lapangan siklus II ...................................................................... 143
16. Dokumentasi Kegiatan Belajar Mengajar ............................................... 144
17. Hasil Belajar Sebelum Penelitian ............................................................ 147
18. Surat Ijin Melakukan Penelitian dari Universitas Negeri Malang ditujukan ke
Diknas Kota Malang
19. Surat Surat Ijin Melakukan Penelitian dari Diknas Kota Malang
x
xi
20. Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian dari SMA Laboratorium
Malang
21. Format Kegiatan Konsultasi Skripsi kepada Pembimbing I
22. Format Kegiatan Konsultasi Skripsi kepada Pembimbing II
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan adalah alat untuk perkembangan ekonomi dan bukan sekedar
pertumbuhan ekonomi. Pada praksis manajemen pendidikan modern, salah satu
dari lima fungsi pendidikan adalah fungsi teknis-ekonomis baik pada tataran
individual hingga tataran global. Fungsi teknis-ekonomis merujuk pada kontribusi
pendidikan untuk perkembangan ekonomi. Misalnya pendidikan dapat membantu
siswa untuk mendapatkan pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan untuk
hidup dan berkompetisi dalam ekonomi yang kompetitif.
Secara umum terbukti bahwa semakin berpendidikan seseorang maka
tingkat pendapatannya semakin baik (Nurkolis, 2004). Hal ini dimungkinkan
karena orang yang berpendidikan lebih produktif bila dibandingkan dengan yang
tidak berpendidikan. Produktivitas seseorang tersebut dikarenakan dimilikinya
keterampilan teknis yang diperoleh dari pendidikan. Oleh karena itu salah satu
tujuan yang harus dicapai dalam pendidikan adalah mengembangkan keterampilan
hidup, inilah sebenarnya arah Kurikulum Berbasis Kompetensi, yaitu pendidikan
berbasis keterampilan (life skill) dan perluasan fungsi dasar pendidikan (broad
based education). Di Amerika Serikat (1992) seseorang yang berpendidikan
doktor penghasilan rata-rata per tahun sebesar 55 juta dolar Amerika, master 40
juta dolar Amerika, dan sarjana 33 juta dolar Amerika. Sementara itu lulusan
pendidikan lanjutan hanya berpenghasilan rata-rata 19 juta dolar Amerika per
tahun. Pada tahun yang sama struktur ini juga terjadi di Indonesia. Misalnya rata-
1
2
rata, antara pedesaan dan perkotaan, pendapatan per tahun lulusan universitas Rp
3,5 juta, akademi Rp 3 juta, SLTA Rp 1,9 juta , dan SD hanya Rp 1,1 juta.
Sumber daya manusia yang berpendidikan akan menjadi modal utama
pembangunan nasional, terutama untuk perkembangan ekonomi. Semakin banyak
orang yang berpendidikan maka semakin mudah bagi suatu negara untuk
membangun bangsanya. Hal ini dikarenakan telah dikuasainya keterampilan, ilmu
pengetahuan dan teknologi oleh sumber daya manusianya sehingga pemerintah
lebih mudah dalam menggerakkan pembangunan nasional.
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi telah membawa banyak
perubahan di segala segi kehidupan manusia, baik yang berdampak positif
maupun negatif. Hal tersebut tentunya harus didukung dengan Sumber Daya
Manusia (SDM) yang berkualitas dan berkompeten. “Berdasarkan catatan Human
Development Report Tahun 2003 versi UNDP, peringkat Human Development
Index (HDI) atau kualitas Sumber Daya Manusia Indonesia berada pada urutan
112 di dunia”, (Nurhadi,dkk. 2004:1).
Rendahnya kualitas SDM Indonesia lebih dikarenakan mutu dan kualitas
pendidikan Indonesia yang masih rendah. Pendidikan memiliki peranan yang
sangat penting dalam mencetak SDM yang berkualitas dan berkompeten di bidang
masing-masing. SDM yang dihasilkan diharapkan mampu bertahan dan menang
dalam menghadapi persaingan global. Hal tersebut sesuai dengan tujuan
pendidikan nasional yaitu “secara mikro pendidikan nasional bertujuan untuk
membentuk manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,
beretika (beradab dan berwawasan budaya bangsa Indonesia), memiliki nalar
3
(maju, cakap, cerdas, kreatif, inovatif, dan bertanggungjawab), dan
berkemampuan komunikasi sosial” (Mulyasa, 2004:21).
Perlunya perbaikan mutu pendidikan di Indonesia telah dilakukan oleh
pemerintah dengan berbagai strategi. Salah satu upaya yang dilakukan adalah
dengan mengadakan perubahan kurikulum, yaitu dari Kurikulum 1994 GBPP
1999 menjadi Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) atau krikulum 2004 dan
berubah lagi menjadi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) atau
kurikulum 2006.
Konsep KBK berbeda dalam banyak hal dengan Kurikulum 1994.
Pertama, KBK menggunakan pendekatan kompetensi (competency based
approach) untuk memperoleh pemahaman dan kemampuan tertentu yang terkait
dengan kehidupan di masyarakat (life skill). Sedangkan Kurikulum 1994
menggunakan pendekatan isi atau materi (content based approach) untuk
menguasai bidang ilmu pengetahuan tertentu (learning to know). Itu sebabnya
dalam praktik pengajaran di kelas, guru acap kali memberikan hafalan atau latihan
soal dan mengesampingkan kompetensi individual. Dengan begitu, konsep KBK
sejalan dengan konsep pembelajaran menurut UNESCO (Delors, 1999) yang
mengarahkan pendidikan pada empat pilar: learning to know, learning to do,
learning to be, dan learning to live together.
Karena kurikulum konvensional berbasis pada isi (content based), maka
proses pembelajarannya berorientasi pada buku teks (textbook-oriented) dimana
dalam praktiknya amat tergantung pada guru (teacher-centered), sedang pada
KBK bahan ajar yang dipilih menggunakan bantuan multimedia. Dari sini KBK
diharapkan dapat menciptakan suasana pembelajaran yang lebih efektif dan
4
efisien sekaligus menyenangkan karena berupaya memadukan antara pendidikan
(education) dengan hiburan (entertainment) atau edutainment. Adapun peranan
guru dalam konsep KBK adalah sebagai fasilitator atau nara sumber dimana guru
memberi bimbingan seperlunya pada siswa yang aktif terlibat dalam proses
pembelajaran (active learning).
Konsep KBK menerapkan orientasi student centered atau berpusat pada
siswa, yang dilaksanakan tidak harus di ruang kelas, sehingga peserta didik aktif
terlibat dalam proses belajar mengajar. Adapun Kurikulum 1994 cenderung
bersifat teacher centered atau berpusat pada guru, yang pelaksanaannya terbatas
hanya di ruang kelas secara konvensional. Selain itu evaluasi KBK berbasis kelas
dan menekankan pada proses dan produk pendidikan, bukan berorientasi pada
pencapaian target tujuan kurikulum, seperti dalam Kurikulum 1994, yang tidak
menyentuh aspek kepribadian peserta didik. Evaluasi pada kurikulum
konvensional didasarkan pada kecepatan kelompok, sementara KBK melihat
kecepatan individual. Itu sebabnya, kemajuan siswa dalam KBK berprinsip pada
penghargaan atas kemajemukan siswa dalam satu kelas, bukan upaya
penyeragaman perlakuan. Feed back atau umpan balik dalam kurikulum
konvensional dilakukan tidak secara langsung setelah satu unit pembelajaran
selesai dilaksanakan, melainkan ditunda dalam tahapan waktu tertentu, seperti
dalam satu catur wulan, semester atau tingkat. Berbeda dengan itu, KBK
menerapkan umpan balik seketika setelah satu unit pembelajaran selesai
dilakukan.
Akibatnya, penerapan KBK akan merubah banyak hal tentang sistem
pendidikan kita. Dalam KBK, guru secara administratif membuat persiapan
5
mengajar dengan orientasi kompetensi dasar, hasil belajar dan indikator prilaku
siswa, bukan berupa penjabaran tujuan pengajaran yang kaku. Di lingkungan
sekolah jenjang SLTA, di samping diadakan pengkhususan Program Studi IPA,
IPS, dan Bahasa, seperti yang masih berlaku sampai saat ini, juga disediakan
kurikulum non-pengkhususan Program Studi, dimana peserta didik diberi
kebebasan memilih sejumlah mata pelajaran yang sesuai dengan potensi, bakat
dan minatnya. Struktur kurikulum non-pengkhususan Program Studi ini
mencakup seluruh bidang studi pengkhususan Program Studi di atas.
Selain beberapa hal di atas, kurikulum konvensional berbasis waktu,
sedangkan KBK menerapkan kurikulum berbasis kinerja, kurikulum konvensional
berorientasi pada mata pelajaran, sementara KBK pada moduler yang
menekankan pada belajar tuntas (mastery learning) dan belajar kerkelanjutan
(continous learning), dimana sebelum satu modul mampu dikuasai, seorang siswa
belum bisa pindah ke modul berikutnya. KBK menjabarkan kompetensi dasarnya
melalui hasil belajar beserta indikatornya (learning outcomes) yang dibuat secara
objektif melalui acuan kriteria penilaian yang jelas.
Betapa pun di atas kertas, konsep KBK dipandang memberi alternatif atas
kelemaham kurikulum konvensional, dalam realisasinya belum tentu
menampakkan hasil yang sama antara satu lembaga dengan lainnya, mengingat
bahwa kurikulum merupakan salah satu faktor dari berbagai faktor pendidikan
yang mempengaruhi keseluruhan proses pendidikan. Asumsinya, penerapan KBK
secara konsisten akan dapat meningkatkan kualitas pendidikan kita. Secara
teoritik-konseptual asumsi demikian adalah sah, meskipun dalam praktiknya
belum tentu membawa akibat yang sama antara satu lembaga dengan lembaga
6
lain yang sama-sama menerapkan konsep tersebut, masih tergantung pada
kesiapan dan kemampuan masing-masing lembaga pendidikan. Sebab, apa yang
dinyatakan di atas kertas baik, belum tentu dalam pelaksanaannya demikian.
Seperti itu pula halnya dengan penerapan konsep KBK, efektifitasnya belum tentu
sama pada tiap lembaga.
Inovasi dalam bidang kurikulum ini dimaksudkan untuk mengubah
paradigma lama yang selama ini melekat dalam dunia pendidikan Indonesia, yaitu
pada kurikulum sebelum KBK dan KTSP proses belajar mengajar di sekolah
cenderung berpusat pada guru (Teacher Centered). Sehingga dengan
diterapkannya KBK dan KTSP diharapkan peranan guru di kelas bergeser sebagai
fasilitator bagi siswa, sementara siswa dituntut untuk bisa lebih aktif dan mandiri
dalam belajar. Hal ini sesuai dengan salah satu prinsip pengembangan Kurikulum
Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), bahwa kurikulum dikembangkan berdasarkan
prinsip: a) berpusat pada potensi, perkembangan, kebutuhan, b) tanggap terhadap
ilmu pengetahuan, teknologi dan seni, kepentingan peserta didik dan
lingkungannya (Depdiknas, 2006:5). Jadi dalam kurikulum 2006, lebih
menekankan pada pencapaian standar kompetensi dan kompetensi dasar yang
didasarkan pada pemberdayaan siswa untuk membangun kemampuan bekerja
ilmiah, pengetahuan sendiri yang difasilitasi oleh guru (Depdiknas, 2006:1).
Beberapa hal yang mendukung keberhasilan guru dalam melaksanakan
proses pembelajaran, yaitu kemampuan guru dalam menguasai dan menerapkan
model pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik materi dan mampu
menjadikan siswa untuk dapat memecahkan masalah yang dihadapinya, karena
akan mendorong siswa untuk lebih tanggap dan kreatif terhadap permasalahan
7
yang ada. Model pembelajaran yang dapat diterapkan untuk tujuan tersebut adalah
model pembelajaran berbasis masalah (Problem Based Learning) yaitu suatu
pendekatan pembelajaran melalui upaya-upaya mengahadapkan siswa dengan
permasalahan riil yang memancing proses belajar mereka (Mukhlis, dkk.2005:11).
Problem Based Leraning memberikan kebebasan kapada siswa untuk belajar
sesuai dengan minat dan perhatiannya, sehingga dalam Problem Based Learning
siswa akan terlibat intensif dan aktif, yang pada akhirnya bisa membuat siswa
untuk terus belajar dan terus mencari tahu meningkat.
Dalam proses pembelajaran berbasis masalah, kegiatan yang dilakukan oleh
guru adalah menghadirkan permasalahan dunia nyata di dalam kelas yang tentunya
berkaitan dengan materi atau indikator yang akan dicapai, sehingga siswa akan
terlibat langsung dalam memecahkan masalah yang ada dengan menggunakan
keterampilan serta pengalaman yang dimiliki oleh masing-masing siswa.
Permasalahan dalam pendekatan ini menjadi komponen yang sangat penting,
karena tema-tema permasalahan yang dirancang harus mencakup semua tuntutan
kurikulum, Barrows dan Myers (dalam Mukhlis, dkk. 2005:13). Peran guru dalam
proses ini adalah mamacu siswa untuk berpikir kritis dalam memberikan solusi
terhadap permasalahan yang ada.”PBL dikembangkan terutama untuk membantu
siswa mengembangkan kemampuan berpikir, pemecahan masalah dan
keterampilan intelektual, belajar tentang berbagai peran orang dewasa melalui
pelibatan mereka dalam pengalaman nyata atau simulasi dan menjadi pembelajar
yang otonom dan mandiri” (Nurhadi, dkk. 2004:58).
Berdasarkan tujuan dari pembelajaran berbasis masalah, siswa nantinya
diharapakan mampu untuk berpikir kritis dalam memecahkan permasalahan yang
8
diberikan oleh guru dikelas. Nurhadi, dkk (2004:58) menyatakan bahwa “berpikir
adalah kemampuan untuk menganalisis, mengkritik, dan mencapai kesimpulan
berdasar inferensi atau pertimbangan yang seksama”. Sedangkan pendapat yang
lain menyatakan bahwa “berpikir kritis merupakan kemampuan untuk
berpendapat dengan cara yang terorganisasi dan mengevaluasi secara sistematis
bobot pendapat pribadi dan pendapat orang lain” (Johnson, 2002:183). Tujuan
dari berpikir kritis adalah untuk mencapai pemahaman yang mendalam, karena
dengan pemahaman akan dapat mengungkapkan makna dari suatu kejadian atau
masalah.
Dari hasil observasi dan wawancara yang dilakukan peneliti dengan guru
mata pelajaran ekonomi kelas X SMA LABORATORIUM Malang diperoleh
informasi bahwa dalam proses belajar mengajar, siswa masih kurang berperan
aktif dalam proses belajar mengajar. Hal ini terlihat dari pasifnya siswa-siswa
dalam proses pembelajaran, banyak siswa yang sibuk membuka catatannya di saat
guru menerangkan atau memberikan pertanyaan. Beberapa siswa juga terlihat
mengobrol dengan teman sebangkunya disaat proses belajar mnegajar. Selain itu,
dari kondisi yang pasif tersebut berpengaruh pada hasil belajar siswa. Terlihat
bahwa presentase nilai rata-rata kelas masih di bawah standar kelulusan minimum
sebesar 58,28% .Dari kondisi siswa yang sperti ini maka dapat dilihat bahwa
tingkat kemampuan berpikir kritis dan hasil belajar siswa tersebut masih rendah.
Maka dari itu, peneliti beranggapan perlu adanya suatu model pembelajaran yang
tepat yang mampu membuat siswa memahami materi sesuai dengan tujuan
pembelajaran.
9
Maka dari itu, peneliti beranggapan perlu adanya suatu model
pembelajaran yang tepat yang mampu membuat siswa menjadi aktif dan mampu
memahami materi sesuai dengan tujuan pembelajaran. Selain itu, agar siswa dapat
mengaplikasikan materi tersebut dalam kehidupan sehari-hari, serta tanggap
terhadap permasalahan-permasalahan yang ada di lingkungan sekitarnya.
Dalam upaya untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis dan hasil
belajar siswa, maka diperlukan usaha untuk memperbaiki proses belajar mengajar
dikelas. Hal ini yang mendasari peneliti untuk melakukan penelitian yang
bertujuan untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis dan hasil belajar siswa
dengan menerapkan pembelajaran ekonomi berbasis masalah. Penelitian ini diberi
judul “Penerapan Model Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based
Learning) untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis dan Hasil Belajar
Siswa Pada Mata Pelajaran Ekonomi Kelas X SMA LABORATORIUM
Malang”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, rumusan masalah
dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.
1. Bagaimanakah penerapan model pembelajaran berbasis masalah untuk
meningkatkan kemampuan berpikir kritis di kelas X pada mata pelajaran
ekonomi SMA LABORATORIUM Malang ?
2. Bagaimana penerapan model pembelajaran berbasis masalah untuk
meningkatkan hasil belajar siswa kelas X pada mata pelajaran ekonomi SMA
LABORATORIUM Malang ?
10
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah dalam penelitian ini, dapat dirumuskan
tujuan penelitian sebagai berikut:
1. Untuk mendeskripsikan kemampuan berpikir kritis siswa kelas X SMA
LABORATORIUM Malang setelah penerapan model pembelajaran berbasis
masalah pada mata pelajaran ekonomi
2. Untuk mendeskripsikan hasil belajar siswa kelas X SMA LABORATORIUM
Malang setelah penerapan model pembelajaran berbasis masalah pada mata
pelajaran ekonomi
D. Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan pada penelitian ini adalah sebagai berikut.
1. Bagi pengajar
Sebagai bahan masukan bagi guru ekonomi untuk memperbaiki dan
meningkatkan proses pembelajaran khususnya untuk meningkatkan
kemampuan berpikir kritis dan hasil belajar ekonomi siswa di kelas X SMA
LABORATORIUM Malang.
2. Bagi Siswa
Memberi kesempatan pada siswa untuk mempelajari ekonomi melalui
permasalahan yang ada di sekitar mereka dan berusaha untuk
memecahkannya, sehingga akan membuat siswa menjadi lebih peka dan
tanggap terhadap permasalahan serta mudah dalam belajar.
3. Bagi peneliti
Sebagai bekal untuk menjadi guru dan sebagai dasar penelitian lebih lanjut.
11
E. Asumsi penelitian
1. Siswa mampu mengikuti proses pembelajaran dengan model pembelajaran
Problem Based Learning dengan baik
2. Siswa mengerjakan soal tes hasil belajar dengan sungguh-sungguh dan sesuai
dengan kemampuan sendiri
F. Ruang Lingkup dan Keterbatasan Penelitian
1. Ruang Lingkup Penelitian
a. Ruang linkup penelitian ini terdiri dari dua variabel yaitu variabel bebas
dan variabel terikat. Adapun variabel bebas dalam penelitian ini adalah
model pembelajaran berbasis maslah, sedangkan variabel terikatnya.
kemampuan berpikir kritis dan hasil belajar siswa.
b. Sasaran dalam penelitian ini adalah siswa kelas X SMA
LABORATORIUM Malang.
c. Banyaknya kelas yang diambil sebagai sampel penelitian ada 1 kelas.
2. Keterbatasan Penelitian
a. Penelitian ini hanya dilakukan pada mata pelajaran ekonomi kelas X SMA
LABORATORIUM Malang dengan pokok bahasan perilaku konsumen
dan produsen dalam kegiatan ekonomi.
b. Penelitian ini hanya dilakukan dalam dua siklus selama 4 kali pertemuan,
hal ini disebabkan karena keterbatasan waktu.
12
G. Definisi Operasional
Untuk menghindari kesalahpahaman terhadap istilah yang digunakan
dalam penelitian ini, maka perlu dideskripsikan beberapa istilah sebagai berikut.
1. Metode pembelajaran berbasis masalah merupakan model pembelajaran yang
berusaha untuk mengahdirkan kehidupan nyata dalam kelas dengan
memberikan masalah-masalah yang terkait dengan materi pelajaran di
sekolah, sehingga siswa akan lebih tanggap terhadap permasalahan yang ada
di sekitar mereka. Hal ini bisa dilakukan dengan berbagai cara. Diantaranya
adalah dengan memberikan suatu permasalahan yang ada di buku-buku
pelajaran maupun permasalahan melalui artikel yang dikutip melalui internet.
2. Kemampuan berpikir kritis adalah adalah kemampuan siswa dalam
memberikan solusi pemecahan terhadap masalah yang diberikan oleh guru
dengan memperhatikan indikator-indikator yang sesuai dengan kriteria
berpikir kritis. Untuk menilai kemampuan berpikir kritis siswa, dapat
diketahui dengan melihat kemampuan siswa dalam menjawab pertanyaan
yang ada di lembar permasalahan yang telah diberikan oleh guru.
3. Hasil belajar adalah perubahan-perubahan tingkah laku siswa baik berupa
aspek kognitif setelah mengalami proses belajar mengajar. Dalam penilaian
hasil belajar siswa, dapat kita lihat dari hasil tes yang diberikan oleh guru.
13
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Hakekat Belajar dan Pembelajaran
Belajar merupakan suatu kebutuhan yang sangat penting karena semakin
berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi yang menimbulkan berbagai
perubahan di segala aspek kehidupan manusia. Belajar merupakan proses otak
atau pikiran mengadakan reaksi terhadap kondisi-kondisi di luar, dan reaksi
tersebut dapat dimodifikasi dengan pengalaman-pengalaman yang dialaminya
setiap hari.
Secara definitif terdapat sejumlah pengertian tentang belajar. Pada
umumnya orang mengartikan belajar sebagai proses perubahan tingkah laku atau
perubahan dari yang tidak tahu/mengerti menjadi tahu/mengerti. Menurut Yoto
(1992:2) “belajar adalah usaha untuk mengubah tingkah laku dalam rangka
pemuasan kebutuhan berdasarkan pemikiran, pengalaman, dan latihan”.
Sedangkan Winkel (1996:53) mengemukakan bahwa “belajar sebagai suatu
aktivitas mental/psikis, yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan
lingkungan, yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan-
pengetahuan, keterampilan dan nilai sikap. Perubahan itu bersifat secara relatif
konstan dan berbekas”.
Chaplin, 1972 (dalam Syah, 2006:64) membatasi belajar dengan dua
rumusan sebagai berikut.
13
14
Rumusan pertama berbunyi: “………acquisition of any relatively permanent change in behavior as a result of practice and experience” (belajar adalah perolehan perubahan tingkah laku yang relatif menetap sebagai akibat latihan dan pengalaman. Rumusan keduanya adalah: “process of acquiring responses as a result of special practice” (belajar adalah proses memperoleh respon-respon sebagai akibat adanya latihan khusus)
Berdasarkan pendapat para ahli yang telah diuraikan tersebut, maka dapat
disimpulakan yaitu belajar merupakan suatu kegiatan yang dilakukan oleh
individu yang bertujuan untuk memperoleh pengetahuan yang baru yang
mengakibatkan perubahan tingkah laku pada individu yang bersangkutan, dimana
kegiatan tersebut bisa diperoleh berdasarkan pengalaman-pengalaman
sebelumnya.
Proses belajar yang dilakukan oleh individu tentunnya tidak akan terlepas
dari suatu proses pembelajaran. Pembelajaran merupakan suatu proses dimana
dapat mempengaruhi orang lain untuk melaksanakan proses belajar dengan
berdasrkan prinsip-prinsip pembelajaran dalam upaya untuk meningkatkan mutu
dan kualitas belajar siswa. Menurut Romiszowski (dalam Dimyati, 2002)
pembelajaran merupakan proses pengajaran yang berpusat pada tujuan atau goal
directed teaching process yang dalam banyak hal dapat direncanakan sebelumnya
(pre planned). Saputra, dkk (2003:5) berpendapat bahwa “pembelajaran adalah
tindakan yang dirancang untuk menghasilkan terjadinya proses belajar”. Dimasa
lampau peran guru yang utama adalah penyebar informasi. Tindakan yang
dilakukan oleh guru adalah berceramah kepada sejumlah anak di kelas,
memelihara disiplin kelas, mengevaluasi tiap-tiap siswa secara hati-hati melalui
tanya jawab/tes, tetapi seiring dengan perkembangan pengetahuan dan semakin
kompleksnya pengetahuan manusia sekarang ini, tindak pembelajaran yang
15
diperankan guru tidak sekedar penyebar informasi tetapi juga memegang berbagai
peran antara lain sebagai fasilitator, orang sumber, organisator, moderator,
maupun evaluator. Walaupun demikian dalam kegiatan pembelajaran peran guru
sangatlah penting, karena tugas dari seorang guru adalah mampu mengelola
pembelajaran dengan efektif sehingga proses belajar-mengajar akan mendapatkan
hasil yang maksimal.
B. Pembelajaran Kontesktual
Pembelajaran kontekstual merupakan sesuatu yang banyak dibicarakan di
dunia pendidikan saat ini. Pembelajaran kotekstual adalah pembelajaran yang
dilakukan oleh guru dengan cara mengahadirkan konsep dunia nyata kedalam
kegiatan pembelajaran dikelas dan memotivasi siswa untuk menghubungkan
pengetahuan yang dimiliki siswa dengan kejadian-kejadian yang ada disekitar
mereka. Pembelajaran kontekstual lebih menekankan pada keaktifan siswa dalam
menggunakan seluruh pengetahuannya untuk memahami dan menerapkan konsep-
konsep yang diberikan oleh guru. Hal ini bertujuan agar nantinya siswa mampu
menerapkan pengetahuan yang mereka miliki sehingga bisa memecahkan masalah
yang meraka hadapi dikehidupan sehari-hari. Nurhadi, dkk (2004:19-20)
menyatakan bahwa “pembelajaran kontekstual” harus menekankan pada hal-hal
sebagai berikut.
1. Belajar berbasis masalah, yaitu suatu pendekatan pengajaran yang menggunakan masalah dunia nyata sebagai suatu konteks bagi siswa untuk belajar berpikir kritis dan keterampilan pemecahan masalah, serta untuk memperoleh pengetahuan dan konsep yang esensi dari materi pelajaran.
2. Pengajaran autentik, yaitu pendekatan pengajaran yang memperkenankan siswa untuk mempelajari konteks bermakna.
16
3. Belajar berbasis inquiri yang membutuhkan strategi pengajaran yang mengikuti metodologi sains dan menyediakan kesempatan untuk pembelajaran bermakna.
4. Belajar berbasis proyek/tugas yang membutuhkan suatu pendekatan pengajaran komprehensif dengan cara mendesain lingkungan belajar siswa (kelas) agar siswa dapat melakukan penyelidikan terhadap masalah autentik termasuk pendalaman materi dari suatu topik mata pelajaran, dan melaksanakan tugas bermakna lainnya.
5. Belajar berbasis kerja yang memerlukan suatu pendekatan pengajaran yang memungkinkan siswa menggunakan konteks tempat kerja untuk mempelajari materi berbasis sekolah dan bagaimana materi tersebut dipergunakan kembali di tempat kerja.
6. Belajar berbasis layanan yang memerlukan penggunaan metodologi pengajaran yang mengkombinasikan jasa layanan masyarakat dengan suatu struktur berbasis sekolah untuk merefleksikan jasa layanan tersebut.
7. Belajar kooperatif yang memerlukan pendekatan pengajaran melalui penggunaan kelompok kecil siswa untuk bekerjasama dalam memaksimalkan kondisi belajar dalam mencapai tujuan belajar.
Nurhadi, dkk (2004:31) dalam bukunya yang berjudul Pembelajaran
Kontekstual dan Penerapannya dalam KBK, menjelaskan “tujuh komponen utama
yang menjadi ciri dalam penerapan pembelajaran kontekstual di dalam kelas
yaitu: kontruktivisme (Contructivism), bertanya (Questioning), Menemukan
(Inquiry), masyarakat belajar (Learning Community), pemodelan (Modeling),
refleksi (Reflection), dan penilaian sebenarnya (Authentic Assesment) . Suatu
pembelajaran di kelas dikatakan menggunakan pembelajaran kontekstual jika
menggunakan tujuh komponen tersebut”. Selengkapnya mengenai komponen-
komponen tersebut, diuraikan sebagai berikut.
a) kontruktivisme Dalam kontruktivisme belajar siswa akan lebih bermakna dengan cara bekerja sendiri, menemukan sendiri, dan mengkontruksi sendiri pengetahuan dan keterampilan barunya.
17
b) menemukan Kegiatan menemukan pada intinya adalah suatu siklus yang terdiri dari mengamati, bertanya, menganalisis dan menemukan teori, baik perorangan maupun kelompok. Dengan siklus tersebut siswa nantinya diharapkan dapat berpikir secara kritis dalam menemukan sendiri jawaban dan solusi dari suatu permasalahan.
c) bertanya Kemampuan guru dalam mendorong siswa untuk lebih aktif dalam bertanya sangatlah penting untuk mengarahkan siswa memperoleh informasi serta dapat digunakan untuk menilai dan melatih kamampuan siswa berpikir kritis.
d) masyarakat belajar Dalam mayarakat belajar hasil pembelajaran yang diperoleh dari kerjasama dengan orang lain, sharing antar teman, anatar kelompok, dan antar mereka yang tahu dengan mereka yang tidak tahu.
e) pemodelan Pemodelan pada dasarnya membahasakan gagasan yang dipikirkan, mendemonstrasikan bagaimana guru menginginkan para siswanya untuk belajar, dan melakukan apa yang guru inginkan agar siswa-siswinya melakukan.
f) refleksi Refleksi merupakan cara-cara berpikir tentang apa yang telah kita pelajari, menelaah dan merespon terhadap kejadian, aktivitas, dan pengalaman, serta mencatat apa yang telah kita pelajari serta bagaimana kita merasakan ide-ide baru.
g) penilaian yang sebenarnya Menilai tentang yang seharusnya kita nilai, menilai dengan berbagai cara dan dari berbagai sumber dengan sebenarnya. Mengukur keterampilan dan pengetahuan siswa serta penerapannya dan tugas-tugas yang konteks dan relevan.
Dari uraian di atas maka pembelajaran kontekstual merupakan salah satu
alternatif yang dapat diterapkan dalam KTSP, yang mungkin bisa mengurangi
kejenuhan siswa dalam menerima pelajaran di kelas serta bisa membuat suasana
belajar lebih menyenangkan dan bermakna bagi siswa.
C. Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning)
Problem Based Learning, yang dikembangkan oleh Barrows, merupakan
suatu model pembelajaran yang populer dalam dunia kedokteran sejak tahun
1970-an. “Pada dasarnya, PBL hampir sama dengan cased-based learning, salah
18
satu model pembelajaran dalam bidang hukum; goal-based scenario model; dan
just-in-time training model dalam pembelajaran manajemen dan bisnis; project-
based learning model dalam pembelajaran MIPA di sekolah dasar dan menengah.
Semuanya berfokus pada penyajian suatu permasalahan (nyata ataupun simulasi)
kepada siswa, kemudian siswa diminta mencari pemecahannya melalui
serangkaian penelitian dan investigasi berdasarkan teori, konsep, prinsip yang
dipelajarinya dari berbagai bidang ilmu (multiple perspective)” (Pannen, dkk.
2001:85). Nurhadi, dkk (2004:56) mengemukakan bahwa “pembelajaran berbasis
masalah (problem based learning) adalah suatu pendekatan pengajaran yang
menggunakan masalah dunia nyata sebagai suatu konteks bagi siswa untuk belajar
tentang cara berpikir kritis dan keterampilan pemecahan masalah, serta untuk
memperoleh pengetahuan dan konsep yang esensial dari materi pelajaran”.
Pembelajaran berbasis masalah (problem based learning) memberikan
kebebasan kepada siswa dalam proses pembelajaran. Problem based learning
memberikan kendali kepada individu untuk belajar sesuai dengan minat dan
kemampuan serta pengetahuan yang dimilikinya. Dalam PBL diharapkan siswa
mampu untuk mengidentifikasi permasalahan, mengumpulkan data, dan
menggunakan data tersebut untuk memecahkan masalah yang diberikan oleh guru.
Akhirnya guru berperan dalam menyajikan masalah serta lebih sebagai
narasumber dibanding sebagai pemberi informasi, guru meluruskan alur pikir dan
prinsip-prinsip yang telah digunakan siswa dalam belajar.
Menurut Nurhadi, dkk (204:57) ciri-ciri pembelajaran berbasis masalah
adalah sebagai berikut.
19
1) Pengajuan pertanyaan atau masalah Pembelajaran berdasarkan masalah mengorganisasikan pengajaran di sekitar pertanyaan dan masalah yang kedua-duanya secara sosial penting dan secara pribadi bermakna untuk siswa.
2) Berfokus pada keterkaitan antar disiplin Masalah yang dipilih untuk diselidiki telah dipilih yang benar-benar nyata agar dalam pemecahannya siswa meninjau masalah itu dari banyak mata pelajaran.
3) Penyelidikan autentik Pembelajaran berbasis masalah mengharuskan siswa untuk melakukan penyelidikan autentik untuk mencari penyelesaian nyata terhadap masalah yang ada.
4) Menghasilkan produk/karya dan memamerkannya Pembelajaran berbasis masalah menuntut siswa untuk menghasilkan produk tertentu dalam bentuk karya nyata atau artefak dan peragaan yang menjelaskan atau mewakili bentuk penyelesaian masalah yang mereka temukan.
Selain itu tujuan dari pembelajaran berbasis masalah menurut Mukhlis,
dkk (2005:11) adalah sebagai berikut.
1) Memotivasi belajar siswa 2) Mengembangkan kemampuan siswa mengambil keputusan 3) Meningkatkan kesadaran siswa terhadap kompleksitas
permasalahan dunia nyata 4) Mengembangkan kemampuan self-directed learning siswa 5) Memperluas area belajar siswa lebih dari yang disajikan
kepadanya 6) Mengembangkan cara berpikir holistik dan mendalam pada
diri siswa 7) Menumbuhkan antusiasme belajar berdasarkan pengalaman
pribadi dan perkembangan yang ada disekitarnya 8) Mendorong minat siswa melakukan investigasi melampaui
prekonsepsi yang dimiliki siswa sehingga menjadi leih inovatif dan kritis.
Menurut Nurhadi, dkk (2004:60) “pembelajaran berbasis masalah terdiri
dari lima tahapan utama yaitu dimulai dengan guru memperkenalkan siswa
dengan suatu situasi masalah dan diakhiri dengan penyajian dan analisis hasil
kerja”. Secara lengkap lima tahapan dalam pembelajaran bebasis masalah
disajikan dalam tabel 2.1 berikut ini.
20
Tabel 2.1. Tahap-tahap Pembelajaran Berbasis Masalah
Tahapan Tingkah Laku Guru Tahap 1: Orientasi siswa kepada masalah
Guru menjelaskan tujuan pembelajaran, menjelaskan logistik yang dibutuhkan, memotivasi siswa agar terlibat pada aktivitas pemecahan masalah yang dipilihnya.
Tahap 2 : Mengorganisasi siswa untuk belajar
Guru membantu siswa mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas belajar yang berhubungan dengan masalah tersebut
Tahap 3 : Membimbing penyelidikan individual dan kelompok
Guru mendorong siswa untuk mengumpulkan informasi yang sesuai, melaksanakan eksperimen, untuk mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalah
Tahap 4 : Mengembangkan dan menyajikan hasil karya
Guru membantu siswa merencanakan dan menyiapkan karya yang sesuai seperti laporan, video, dan model serta membantu mereka berbagi tugas dengan teman
Tahap 5 : Menganalisa dan mengevaluasi proses pemecahan masalah
Guru membantu siswa melakukan refleksi atau evaluasi terhadap penyelidikan mereka dan proses-proses yang mereka gunakan
Sumber : Nurhadi, dkk (2004:60)
Menurut Aini (2006:15-16) mengelompokkan tingkah laku guru dan siswa
berdasarkan tahapan-tahapan dalam pembelajaran berbasis masalah.
Pengelompokan tersebut dapat dilihat dalam tabel 2.2 sebagai berikut:
Tabel 2.2. Tingkah laku guru dan siswa dalam Problem Based Learning
No. Tingkah Laku Guru Tingkah Laku siswa 1 Guru menjelaskan tujuan
pembelajaran, menjelaskan logistik yang dibutuhkan, memotivasi siswa terlibat pada aktivitas pemecahan masalah yang dipilihnya.
Siswa memperhatikan penjelasan dari guru tentang tujuan pembelajaran dan logistik yang dibutuhkan serta memahami pemicu masalah yang diberikan oleh guru yang berupa deskripsi/artikel/lembar kerja ataupun cerita peristiwa nyata yang diberikan oleh guru, dapat juga siswa secara langsung melakukan observasi lapangan
21
2 Guru membantu siswa mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas belajar yang berhubungan dengan masalah tersebut
Siswa secara berkelompok merumuskan masalah, membuat hipotesis, dan merencanakan proses pemecahan masalah
3 Guru mendorong siswa untuk mengumpulkan informasi yang sesuai, melaksanakan eksperimen, untuk mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalah
Siswa mengumpulkan informasi melalui berbagai cara dan berbagai sumber, misalnya dengan menggali informasi dari buku, pengamatan lapangan, mencari informasi dari ahli/narasumber
4 Guru membantu siswa dalam merencanakan dan menyampaikan karya yang sesuai seperti laporan, video dan model, dan membantu mereka untuk berbagi tugas dengan temannya
Siswa membuat karya yang sesuai dengan masalah yang bersangkutan, dapat berbentuk seperti laporan, poster, majalah dinding dan mempresentasikan di depan kelas
5 Guru membantu siswa untuk melakukan refleksi atau evaluasi terhadap penyelidikan mereka dan proses-proses yang mereka gunakan
Siswa menyimpulkan tentang materi yang telah dipelajari dan bertanya kepada guru jika ada yang kurang jelas
Sumber : Aini (2006 : 15-16)
Sebagaimana metode pembelajaran yang lain, Problem Based Learning
juga memiliki kelebihan dan kelemahan. Pannen, dkk (2001:99-102)
mengemukakan kelebihan dan kekurangan Problem Based Learning sebagai
berikut :
1. Kelebihan model pembelajaran Problem Based Learning
• Siswa lebih memahami konsep yang diajarkan sebab mereka sendiri yang
menemukan masalah tersebut
• Guru dapat melibatkan siswa secara aktif memecahkan masalah dan
menuntut keterampilan berpikir siswa yang lebih tinggi
• Pengetahuan tertanam berdasarkan skema yang dimiliki siswa, sehingga
pembelajaran lebih bermakna
22
• Pembelajaran menjadikan siswa lebih mandiri dan lebih dewasa, mampu
memberi aspirasi dan menerima pendapat orang lain, menanamkan sikap
sosial yang positif diantara siswa
• Siswa dapat merasakan manfaat pembelajaran sebab masalah yang
diselesaikan dikaitkan langsung dengan kehidupan sehari-hari
• Pengkondisian siswa dalam belajar kelompok akan mempermudah
pencapaian ketuntasan belajar yang diharapkan
2. Kekurangan model pembelajaran Problem Based Learning
• Waktu yang diperlukan untuk implementasi lebih lama
• Tidak semua materi bisa diajarkan dengan metode pembelajaran berbasis
masalah
• Membutuhkan faislitas dan perangkat pembelajaran yang memadai
• Menuntut guru membuat perencanaan pembelajaran yang lebih matang
• Menuntut siswa lebih aktif dan kreatif dalam mengikuti proses
pembelajaran
D. Kemampuan Berpikir Kritis
Sizzer (dalam Johnson, 2002:181) “Sekolah artinya belajar menggunakan
pikiran dengan baik, berpikir kreatif mengahdapi persoalan-persoalan penting,
serta menanamkan kebiasaan untuk berpikir”. Selanjutnya, De Bono (1992:36)
mengemukakan bahwa “berpikir adalah eksplorasi pengalaman yang dilakukan
secara sadar dalam mencapai suatu tujuan., dimana tujuan tersebut mungkin
berbentuk pemahaman, pengambilan keputusan, perencanaan, pemecahan
masalah, penilaian, tindakan, dan sebagainya”.
Garder, 1993 (dalam Rofi’udddin, 2007:24) mendefinisikan “berpikir
merupakan kombinasi dari sifat bawaan dan hasil bentukan lingkungan yang
terangkum dalam kecerdasan majemuk, yang meliputi kecerdasan verbal-
linguistik, logis-matematis, kinestetis, musical, visual, intrapersonal,
23
interpersonal, eksistensial, dan naturalistik. Jenis kecerdasan, baik secara sendiri-
sendiri maupun secara serentak, mendasari kinerja aktivitas berpikir”. Selain itu,
Nurhadi dkk (2004:56) memberikan definisi bahwa “berpikir adalah kemampuan
untuk menganalisis, mengkritik, dan mencapai kesimpulan berdasar pada inferensi
atau pertimbangan yang seksama”. Ruggiero, 1988 (dalam Johnson, 2002:187)
mengartikan “berpikir sebagai segala aktivitas mental yang membantu
merumuskan atau memecahkan masalah, membuat keputusan, atau memenuhi
keinginan untuk memahami; berpikir adalah sebuah pencarian jawaban, sebuah
pencapaaian makna”.
Hamalik (2004:16) menyebutkan macam-mcam metode berpikir, yaitu:
1) Metode berpikir induksi, yaitu proses berpikir yang di mulai dari hal-hal yang bersifat khusus menuju ke kesimpulan atau definisi umum.
2) Metode berpikir deduktif, yaitu proses berpikir dimulai dari kesimpulan perumusan tujuan menuju ke hal-hal yang khusus.
3) Metode berpikir generalisasi, yaitu proses berpikir dalam bentuk mengambil kesimpulan umum atas kejadian-kejadian yang sejenis.
4) Metode berpikir kausalitas, yaitu pola berpikir dimulai dari anggapan bahwa setiap sebab tentu menimbulkan sesuatu akibat, sebaliknya bahwa setiap akibat sudah tentu ada sebabnya.
5) Metode berpikir pemecahan masalah (Problem Solving), yaitu proses berpikir yang meliputi langkah-langkah perumusan masalah, mengajukan alternatif jawaban, mengumpulkan keterangan-keterangan dari berbagai sumber, mengetes kemungkinan-kemungkinan jawaban, menarik kesimpulan dan melaksanakan kesimpulan.
6) Metode berikir logis dan sistematis, yaitu proses berpikir yang berlandaskan pada metode berpikir pemecahan masalah, berpikir dengan pertanyaan-pertanyaan apa (what), mengapa(why), bagaimana (how), siapa (who), kapan (when), dan dimana (where).
Menurut R. Swartz dan D.N Perkin, 1990 (dalam Hassoubah, 2007:44)
“terdapat empat jenis kemampuan berpikir, yaitu berpikir kreatif, berpikir kritis,
membuat keputusan, dan menyelesaikan permasalahan. Dimana semua jenis
kemampuan berpikir tersebut berguna untuk menjaga dan mengaplikasikan ilmu
pengetahuan”. Dalam hal berpikir kritis, siswa dituntut untuk menggunakan
24
strategi kognitif tertentu yang tepat untuk menguji keandalan gagasan pemecahan
masalah dan mengatasi kesalahan atau kekurangan, Reber, 1988 ( dalam Syah,
2006:123).
Johnson (2002:183) mendefinisikan “berpikir kritis merupakan suatu
proses yang terarah dan jelas yang digunakan dalam kegiatan mental seperti
memecahkan masalah, mengambil keputusan, membujuk, menganalisis asumsi,
dan melakukan penelitian ilmiah. Berpikir kritis adalah kemampuan untuk
berpendapat dengan cara yang terorganisasi. Berpikir kritis merupakan
kemampuan untuk mengevaluasi secara sistematis bobot pendapat pribadi dan
orang lain”. Selain itu, De Porter (1999) mendefinisikan bahwa “berpikir kritis
adalah berlatih/memasukkan penilaian atau evaluasi yang cermat, seperti menilai
kelayakan suatu gagasan atau produk”.
Chafee, 1994 (dalam Johnson, 2002:187) mendefinisikan “berpikir kritis
sebagai berpikir untuk menyelidiki secara sistematis proses berpikir itu sendiri,
maksudnya tidak hanya memikirkan dengan sengaja, tetapi juga meneliti
bagaimana kita dan orang lain menggunakan bukti dan logika”. Menurut
Donosoepoetro (1983:4) “berpikir kritis merupakan analytic thinking, suatu cara
berpikir yang titik beratnya ada pada proses analisis terhadap berbagai hal”.
Donosoepoetro (1983: 5-10) “tingkatan berpikir kritis yang diajukan oleh
Bloom, diantaranya adalah sebagai berikut: 1) mengetahui (knowling), 2)
memahami (understanding), 3) menerapkan (application), 4) menganalisis
(analysis), 5) mensintesis (synhesis), 6) mengevaluasi (evaluation)”. Seorang
siswa sudah bisa dikatakan mencapai tingkatan pertama apabila siswa mampu
menyebutkan definisi sebuah konsep tanpa memahami maknanya. Kemudian pada
25
tingkatan yang kedua siswa sudah mampu menjawab pertanyaan dari guru dengan
kata-katanya sendiri. Sedangkan siswa pada tingkatan yang ketiga jika siswa
sudah bisa menerapakan informasi yang diperoleh menjadi sesuatu hal yang baru,
dan pada tingkatan yang keempat siswa mampu untuk menguraikan konsep atau
prisip. Kemampuan siswa pada tingkatan yang kelima adalah siswa bisa membuat
suatu kesimpulan dari berbagai konsep, dan pada tingkatan yang terakhir yaitu
tingkatan keenam (evaluasi) siswa mampu untuk memutuskan atau menyimpulkan
sesuatu yang benar dan salah serta yang baik dan buruk.
Berpikir kritis merupakan kegiatan manusia yang bisa dilihat/diamati
(eksternal) maupun tidak dapat dilihat (internal). Dalam makalah yang berjudul
Student-Centered Learning Berbasis ICT (Universitas Gajah Mada, 2004:8)
menyatakan bahwa perilaku berpikir kritis dapat dilihat dari beberapa aspek antara
lain.
a) Importance : penting tidaknya isu atau pokok-pokok pikiran yang dikemukakan
b) Novelty : kebaruan dari isi pikiran, baik dalam membawa ide-ide atau informasi baru maupun dalam sikap menerima adanya ide-ide baru siswa lain
c) Outside material : menggunakan pengalamannya sendiri atau bahan-bahan yang diterimanya di sekolah/reference
d) Ambiguity clarified : mencari penjelasan atau informasi lebih lanjut bila dirasa ada ketidakjelasan
e) Thingking Ideas : senantiasa menghubungkan fakta, ide, atau pandangan serta mencari data baru dari informasi yang berhasil dikumpulkan
f) Justification : memberi bukti-bukti, contoh, atau justifikasi terhadap suatu solusi atau kesimpulan yang diambilnya. Termasuk didalamnya senantiasa memberikan penjelasan mengenai keuntungan (kelebihan) dan kerugian (kekurangan) dari suatu situasi atau solusi.
g) Critical assessment : melakukan evaluasi terhadap setiap kontribusi yang dating dari dalam dirinya maupun dari siswa lain, serta memberikan “prompts” untuk terjadi evaluasi yang kritis
h) Practical utility : ide-ide yang dikemukakannya selalu dilihat pula dari sudut kepraktisannya (practicality) dalam penerapan
i) Width of understanding : diskusi yang dilaksanakan senantiasa bersifat meluaskan isi/materi diskusi
26
Berdasarkan aspek-aspek kemampuan berpikir kritis tersebut, maka dalam
penelitian ini disusun pedoman penilaian kemampuan berpikir kritis yang
disajikan dalam tabel dibawah ini.
Tabel 2.3. Pedoman Penilaian Kemampuan Berpikir Kritis Siswa
No. Aspek Kemampuan Berpikir Kritis Deskripsi Pencapaian
1. Melakukan pengamatan 1. Siswa tidak melakukan pengamatan 2. Siswa melakukan pengamatan tetapi tidak tepat dan
tidak teliti 3. Siswa melakukan pengamatan dengan teliti tetapi
kurang tepat 4. Siswa melakukan pengamatan dengan tepat dan
teliti 2. Merumuskan hipotesis 1. Siswa tidak dapat meramalkan apa yang mungkin
terjadi dari suatu gejala 2. Siswa dapat meramalkan dan menjelaskan suatu
gejala tetapi kurang tepat 3. Siswa dapat meramalkan apa yang mungkin terjadi
dari suatu gejala tetapi penjelasannya kurang tepat 4. Siswa dapat meramalkan apa yang mungkin terjadi
dari suatu gejala beserta penjelasannya dengan jelas dan tepat
3. Melakukan Diskusi 1. Siswa tidak melakukan diskusi 2. Siswa melakukan diskusi tetapi tidak
mengemukakan ide-ide atau informasi baru 3. Siswa melakukan diskusi dengan aktif dan
berpartisipatif untuk memecahkan masalah yang dihadapi
4. Siswa melakukan dengan aktif dan senantiasa menguhubungkan fakta, ide, atau pandangan serta mencari data baru dari informasi yang berhasil dikumpulkan
4. Menganalisis Data 1. Siswa tidak menganalisis data 2. Siswa dapat menganalisis data tetapi tidak lengkap
dan tidak tepat 3. Siswa dapat menganalisis data dengan tepat tetapi
tidak lengkap 4. Siswa dapat menganalisis data dengan tepat dan
lengkap 5. Keterampilan siswa bertanya 1. Siswa tidak bertanya sama sekali
2. Siswa bertanya tetapi tidak dapat merumuskan pertanyaannya dengan baik
3. Siswa bertanya dengan pertanyaan yang kreatif 4. Siswa bertanya dengan pertanyaan yang memerlukan
tingkat intelektual yang tinggi (analisis, sintesis, dan evaluasi)
6. Keterampilan siswa menjawab pertanyaan
1. Siswa tidak dapat menjawab pertanyaan 2. Siswa dapat menjawab pertanyaan tetapi tidak dapat
memberikan alasannya 3. Siswa dapat menjawab pertanyaan serta dapat
27
memberikan alasannya tetapi kurang tepat 4. Siswa dapat menjawab pertanyaan dan dapat
memberikan alasannya dengan tepat 7. Tingkat keterampilan berpikir
siswa. Deskriptor : a) Mengingat; siswa dapat
menyebutkan definisi sebuah konsep tertentu tanpa memahami maknanya
b) Memahami; siswa dapat menjelaskan konsep dengan kata-katanya sendiri
c) Menerapkan; siswa dapat mengaplikasikan konsep yang telah dipelajarinya
d) Analisis; siswa dapat menguraikan hal-hal yang terkait dengan konsep yang dipahaminya secara rinci
e) Sintesis; siswa mampu menghubungkan atau menggabungkan hal-hal yang berada didalam lingkup konsep sehingga dapat membentuk suatu kesimpulan tertentu
f) Evaluasi; siswa dapat memutuskan atau menyimpulkan sesuatu yang benar dan yang salah, yang baik dan yang buruk
1. Kurang dari tiga deskriptor tampak 2. Tiga deskriptor tampak 3. Empat deskriptor tampak 4. Lebih empat deskriptor tampak
8. Membuat kesimpulan
1. Siswa tidak bisa membuat kesimpulan 2. Siswa bisa membuat kesimpulan tetapi tidak jelas
dan tidak sesuai dengan tujuan percobaan 3. Siswa bisa membuat kesimpulan sesuai dengan
tujuan percobaan tetapi tidak jelas 4. Siswa dapat membuat kesimpulan sesuai dengan
tujuan percobaan dengan jelas 9. Menerapkan konsep 1. Siswa tidak dapat menerapkan konsep atau
menyebutkan aplikasinya dalam kehidupan sehari-hari
2. Siswa dapat menerapkan konsep atau menyebutkan aplikasinya dalam kehidupan sehari-hari dengan tepat
3. Siswa dapat mengaplikasikan konsep yang telah diterima pada konteks atau situasi lain tetapi masih kurang tepat
4. Siswa dapat mengaplikasikan konsep yang telah diterima pada konteks atau situasi lain dengan tepat
Sumber : Mayasari (2006 : 16-17)
28
E. Hasil Belajar
Menurut Dimyati (2002:55) “hasil belajar adalah hasil yang telah
diperoleh siswa dari pengalaman-pengalaman dan latihan-latihan yang diikutinya
selama pembelajaran yang berupa kognitif, afektif, dan psikomotorik”. Sudjana
(2005:3) mendefinisikan “hasil belajar sebagai perubahan tingkah laku siswa baik
afektif, kognitif, maupun psikomotorik setelah melakukan proses belajar-
mengajar”.
Benjamin S.Bloom dalam Taxonomy Of Education Objektivitas (Winkel,
1996:244) membagi hasil belajar dalam tiga ranah, yaitu:
1. Ranah Kognitif
Ranah kognitif berkaitan dengan daya pikir, pengetahuan dan penalaran. Ranah kognitif berorientasi pada kemampuan siswa dalam berpikir dan bernalar yang mencakup kemampuan siswa dalam mengingat sampai dengan memecahkan masalah, yang menuntut siswa untuk menggabungkan konsep-konsep yang telah dipelajari sebelumnya. Ranah kognitif berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang meliputi enam aspek, yaitu: (1) pengetahuan berkaitan dengan kemampuan mengenal atau mengingat materi yang sudah dipelajari, (2) pemahaman berkaitan dengan kemampuan menangkap makna atau arti dari suatu konsep, (3) aplikasi berkaitan dengan kemampuan menggunakan atau menerapkan suatu konsep, ide, rumus, hukum dalam situasi yang baru, (4) analisis berkaitan dengan kemampuan memecah, mengurai suatu integritas dan mampu memahami hubungan antar unsur/bagian sehingga struktur dan aturannya dapat lebih dimengerti, (5) sintesis berkaitan dengan kemampuan menyatukan unsur/bagian menjadi satu kesatuan yang bermakna, dan (6) evaluasi berkaitan dengan kemampuan memberikan pertimbangan nilai tentang sesuatu berdasarkan kriteria yang dimilikinya.
2. Ranah Afektif Ranah afektif lebih berorientasi pada pembentukan sikap melalui proses pembelajaran. Ranah afektif terdiri dari lima aspek, yaitu: (1) penerimaan (ingin menerima, sadar akan sesuatu), (2) pemberian respon (aktif berpartsipasi), penilaian (menerima nilai-nilai), (3) pengorganisasian (menghubungkan nilai yang dipercaya), (4) internalisasi (menjadikan nilai-nilai sebagai pola hidup). Tipe hasil belajar afektif tampak pada siswa dalam
29
berbagai tingkah laku seperti perhatiannya terhadap pelajaran, disiplin, motivasi belajar, menghargai guru dan teman sekelas, kebiasaan belajar, dan hubungan sosial.
3. Ranah Psikomotorik
Ranah psikomotorik menunjuk pada gerakan-gerakan jasmaniah dan kontrol jasmaniah. Kecakapan fisik dapat berupa pola-pola gerakan atau keterampilan fisik. Ada enam aspek ranah psikomotorik, yaitu: gerakan refleks (meniru gerak), keterampilan gerakan dasar (menggunakan konsep untuk melakukan gerak), kemampuan perseptual, keharmonisan atau ketepatan (melakukan gerak dengan benar), gerakan keterampilan kompleks (merangkai gerakan dengan benar), gerakan ekspresif dan interpretatif. Aspek psikomotorik dilihat dari penampilan (performance) atau keterampilan siswa. Dalam mengukur penampilan atau keterampilan dapat diukur dari tingkat kemahirannya, ketepatan waktu penyelesaiannya, dan kualitas produk yang dihasilkannya.
Syah (2006:50) berpendapat bahwa ”tanpa ranah kognitif, sulit
dibayangkan siswa dapat berpikir. Selanjutnya tanpa kemampuan berpikir
mustahil siswa tersebut dapat memahami dan meyakini faedah materi-materi
pelajaran yang disajikan di kelas. Walaupun demikian, tidak berarti fungsi afektif
dan psikomotorik seorang siswa tidak perlu diperhatikan. Kedua fungsi psikologis
siswa ini juga penting”. Dari pengertian ini dapat diambil kesimpulan bahwa hasil
belajar adalah perubahan tingkah laku seseorang yang dapat diukur secara
langsung sebagai akibat dari proses belajar mengajar, baik aspek kognitif, afektif,
maupun psikomotorik.
F. Evaluasi Hasil Belajar
1. Definisi
Evaluasi hasil belajar merupakan salah satu komponen dalam kegiatan
pengajaran yang tidak bisa dikesampingkan. Hal ini dikarenakan evaluasi yang
dilakukan oleh guru/pengajar akan mengetahui taraf kesiapan siswa, mengetahui
30
seberapa jauh hasil yang telah dicapai dalam proses pendidikan. Secara definitf
tokoh-tokoh dalam bidang pendidikan mempunyai pendapat yang beragam
tentang evaluasi hasil belajar, diantaranya Ralph Tyler, 1950 (dalam Arikunto,
2002:3) berpendapat bahwa “evaluasi hasil belajar merupakan sebuah proses
pengumpulan data untuk menentukan sejauh mana, dalam hal apa, bagaian mana
tujuan pendidikan sudah dicapai”. Sedangkan Tardib, dkk (1989)(dalam Syah,
2006:195) mendefinisikan evaluasi hasil belajar sebagai “proses penilaian untuk
menggambarkan prestasi yang dicapai seorang siswa sesuai dengan criteria yang
telah ditetapkan”. Dimiyati dan Mudjono (2002:192) mendefinisikan evaluasi
belajar dan pembelajaran adalah “proses untuk menentukan nilai belajar dan
pembelajaran yang dilaksanakan, dengan melalui kegiatan penilaian dan/atau
pengukuran belajar dan pembelajaran”.
Harjanto (2003:277) berpendapat bahwa evaluasi pengajaran adalah
”penilaian/penaksiran terhadap pertumbuhan dan kemajuan peserta didik kearah
tujuan-tujuan yang telah ditetapkan dalam hukum”. Dari pendapat para ahli
tersebut dapat disimpulkan bahwa evaluasi hasil belajar adalah proses
pengumpulan data dengan cara melakukan penilaian untuk menggambarkan
sejauh mana prestasi yang telah dicapai oleh seorang siswa sesuai dengan tujuan
dan criteria yang sudag ditetapkan.
2. Tujuan dan Fungsi Evaluasi
a) Tujuan Evaluasi
Menurut Syah (2006:193-197) evaluasi hasil belajar memiliki tujuan sebagai
berikut.
31
1) Untuk mengetahui tingkat kemajuan yang telah dicapai oleh siswa dalam suatu kurun waktu proses tertentu.
2) Untuk mengetahui posisi atau kedudukan seorang siswa dalam kelompok kelasnya.
3) Untuk mengetahui tingkat usaha yang dilakukan siswa dalam belajar.
4) Untuk mengetahui sampai sejauh mana siswa telah mendayagunakan kapasitas kognitifnya (kemampuan kecerdasan yang dimilikinya) untuk keperluan belajar.
5) Untuk mengetahui tingkat daya guna metode mengajar yang telah digunakan guru dalam proses belajar mengajar (PBM).
Selain itu, berdasarkan Undang-Undang Sisdiknas No. 20 Tahun
2003 “evaluasi hasil belajar peserta didik dilakukan untuk memantau
proses, kemajuan, dan perbaikan hasil belajar peserta didik secara
berkesinambungan”. Dengan memperhatikan tujuan evaluasi hasil belajar
tersebut, guru harus melakukan evaluasi terhadap siswanya secara
kontinnyu, bukan hanya pada saat ulangan harian atau ujian akhir semester.
b) Fungsi Evaluasi
Disamping memiliki tujuan, evaluasi belajar juga memiliki fungsi-fungsi
seperti dibawah ini. Syah (2006:198)
a. Fungsi administratif untuk penyusunan daftar nilai pengisian buku rapor.
b. Fungsi promosi untuk menetapkan kenaikan atau kelulusan. c. Fungsi diagnostik untuk mengidentifikasi kesulitan belajar
siswa dan merencanakan program remedial teaching (pengajaran perbaikan).
d. Sebagai sumber data BP yang dapat memasok data siswa tertentu yang memerlukan bimbingan dan penyuluhan (BP).
e. Sebagai bahan pertimbangan pengembangan pada masa yang akan datang yang meliputi pengembangan kurikulum, metode dan alat-alat untuk proses belajar mengajar.
32
3. Teknik Evaluasi Berbagai Ranah Psikologis
Secara umum terdapat tiga ranah psikologis yang dimiliki oleh setiap
peserta didik yaitu: ranah kognitif. Afektif, dan psikomotorik. Dalam melakukan
evaluasi, guru harus mampu menggunakan dan membuat instrumen agar ketiga
ranah tersebut dapat dinilai. Teknik evaluasi ketiga ranah tersebut menurut Syah
(2006:208-213) adalah sebagai berikut.
1. Evaluasi Ranah Kognitif Mengukur keberhasilan siswa yang berdimensi kognitif dapat dilakuakan dengan berbagai cara, baik dengan tes tulis maupun tes lisan dan perbuatan. Teknik yang sering digunakan adalah dengan mengadakan tes tulis karena tingkat keobjektivannya tinggi.
2. Evaluasi Ranah Afektif Untuk mengukur ranah afektif harus mengetahui aspek yang akan dinilai seperti: penerimaan, sambutan, apresiasi, internalisasi, dan karakterisasi. Teknik yang sering digunakan untuk mengukur ranah afektif adalah dengan skala Likert yang tujuannya untuk mengidentifikasi kecenderungan sikap orang. Rentangan skala ini diberi skor 1 samapai 5 atau 1 sampai 7. Selain itu skala yang bisa juga digunakan adalah skala bertingkat, misalnya dengan rentangan 1-4 atau 4-1 tergantung arah pertanyaan/pernyataan.
3. Evaluasi Ranah Psikomotorik Cara yang dipandang tepat untuk mengetahui keberhasilan belajar yang berdimensi psikomotorik adalah observasi. Guru yang hendak melakukan observasi harus mempersiapkan langkah-langkah yang cermat dan sistematis menurut pedoman yang terdapat dalam format obdervasi yang telah dipersiapkan.
4. Pendekatan Evaluasi
Guru dalam melakukan evaluasi, maka perlu adanaya acuan tertentu untuk
dijadikan perbandingan terhadap hasil pengukuran evaluasi hasil belajar siswa.
Menurut Wahyu (1996:54) dalam evaluasi hasil belajar terdapat dua pendekatan
yaitu.
33
a) Pendekatan Penilaian Acuan Norma (PAN) PAN adalah bilamana hasilbelajar setiap anak dibandingkan dengan hasilbelajar anak lain dalam kelompoknya, sehingga dapat diketahui posisi kemampuan siswa dalam kelompoknya. Pembanding yang dipakai adalah nilai rata-rata dan simpangan baku.
b) Pendekatan Penilaian Acuan Patokan (PAP) PAP adalah suatu pendekatan penilaian dimana sebelum dilaksanakan penilaian, guru harus menetapkan terlebih dahulu patokan yang akan dipakai sebagai pembanding terhadap semua hasil pengukuran yang dicapai siswa (skor). Setiap guru atau sekolah memiliki syarat ketuntasan belajar yang berbeda.
G. Pembelajaran berbasis Masalah dan Kemampuan Berpikir Kritis dan
Hasil Belajar
Sizer, 1992 (dalam Johnson, 2002:182) mengemukakan “untuk membantu
siswa mengembangkan potensi intelektual mereka, Contextual Teaching and
Learning (salah satunya model pembelajaran berbasis masalah ) mengajarkan
langkah-langkah yang dapat digunakan dalam berpikir kritis dan kreatif serta
memberikan kesempatan untuk menggunakan keahlian berpikir dalam tingkatan
yang lebih tinggi ini dalam dunia nyata”. Main dan Rowe, 1993 (dalam Hasimah,
2007:26) dalam pendidikan, pengembangan berpikir dan hasil belajar melibatkan
pembelajaran berbasis masalah. Hal ini dikarenakan untuk menyelesaikan suatu
masalah dan mencari solusi yang baik diperlukan pemikiran yang kritis dan
kreatif.
H. Hasil Penelitian Terdahulu
Penelitian sebelumnya yang dijadikan acuan bagi penelitian ini adalah
penelitian yang dilakukan oleh Benny Yuli Hasimah, Lilik Farida. Selengkapnya
pada tabel di bawah ini:
34
Tabel 2.4. Daftar Penelitian yang dijadikan acuan bagi Peneliti
No. Nama Judul Kesimpulan 1. Benny Yuli
Hasimah Penerapan Model Pembelajaran Berbasis Masalah Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis dan Kemandirian Belajar Siswa pada Mata Pelajaran Ekonomi Kelas X SMA Negeri 2 Malang
Berdasarkan hasil penelitian diketahui dengan penerapan pembelajaran berbasis masalah kemampuan berpikir kritis dan kemandirian belajar siswa kelas X SMA Negeri 2 Malang Meningkat
2. Lilik Farida Penerapan Model Pembelajaran Problem Based Learning Untuk Meningkatkan Motivasi dan Aktivitas Belajar Siswa Kelas X-2 Semester II Tahun Ajaran 2006/2007 Di SMA Negeri 2 Malang
Dari hasil penelitian diketahui dengan penerapan model pembelajaran Problem Based dapat meningkatkan motivasi dan aktivitas belajar siswa kelas X-2 SMA Negeri 2 Malang semester 2 tahun ajaran 2006/2007 meningkat
35
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Rancangan Penelitian
”Metode Penelitian adalah strategi umum yang di anut dalam
pengumpulan dan analisis data yang diperlukan, guna menjawab persoalan yang
dihadapi” (Furchan,1982:50).
Penelitian yang dilaksanakan ini merupakan penelitian tindakan kelas.
Penelitian tindakan kelas yang digunakan dalam penelian ini dilakukan dengan
dua siklus, yaitu siklus I dan siklus II.
Dalam rancangan penelitian ini (khususnya Pembelajaran Berbasis
Masalah), guru mengelompokkan siswa menjadi lima (5) kelompok, tiap
kelompok terdiri dari 8 orang,sedangkan satu keompok hanya enam orang.
Gambar skenario Siklus I dan Siklus II dan Pembelajaran Berbasis Masalah
adalah sebagai berikut.
35
36
Gambar 3.1 Siklus Tindakan PTK
STUDI PENDAHULUAN
TINDAKAN/ OBSERVASI I
EVALUASI I
REFLEKSI I
PERENCANAAN II
TINDAKAN/ OBSERVASI II
EVALUASI II
REFLEKSI II
SIKLUS I
SIKLUS II
PERENCANAAN I
Sumber : Kasbolah (dalam suhadi, 1999)
37
Gambar 3.2 Skema Pembelajaran Berbasis Masalah
Guru Menjelaskan Materi Pembelajaran
Terdapat Pertanyaan dan Sanggahan dari Siswa Maupun Guru
Kesimpulan
Dibantu oleh Guru Proses Diskusi
Guru Membentuk Kelompok
Penyampaian Hasil Diskusi
Disimpulkan oleh Siswa yang dibantu
oleh Guru
Guru Memberikan Permasalahan
Diambil dari Artikel (Internet) maupun
permasalahan dari buku
Penyusunan Laporan
Sumber : Sistem Informasi Akuntansi
Pendekatan kualitatif dalam penelitian ini di gunakan untuk mendapatkan
gambaran secara jelas dan nyata tentang proses penerapan pembelajaran berbasis
masalah terhadap kemampuan berpikir kritis dan hasil belajar siswa yang
dilakukan dalam proses belajar mengajar di dalam kelas.
38
Proses pengamatan didukung dengan lembar observasi dan angket.
Melalui lembar observasi, akan diperoleh gambaran tentang kondisi kelas saat
kegiatan belajar mengajar berlangsung. Sedangkan melalui angket, akan diperoleh
tanggapan siswa tentang penerapan model pembelajaran berbasis masalah dalam
proses belajar mengajar.
B. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Secara umum dapat diartikan bahwa populasi adalah keseluruhan dari
objek yang menjadi sasaran penelitian. Populasi untuk penelitian ini adalah
seluruh siswa kelas X. Untuk lebih lengkap berapa jumlah kelas dan jumlah
siswanya, dapat dilihat dalam tabel berikut ini.
Tabel 3.1 Daftar jumlah siswa kelas X
No Kelas Jumlah siswa 1. 2. 3. 4. 5. 6.
X-1 X-2 X-3 X-4 X-5 X-6
38 40 42 40 40 42
Jumlah 242
2. Sampel
Menurut Arikunto (2002:109), sampel merupakan sebagian atau wakil
populasi yang diteliti. Hal ini dilakukan karena populasinya terlalu besar.
Sedangkan menurut Sugiono (2005:73), sampel merupakan bagian dari jumlah
dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Sehingga dari definisi
tersebut, dapat disimpulkan bahwa sampel adalah sebagian populasi yang diteliti.
39
Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik
purpossive sampling. Sampel ini dilakukan dengan cara mengambil subjek bukan
didasarkan atas strata, ramdom atau daerah, tapi didasarkan atas adanya tujuan
tertentu. Teknik ini biasanya dilakukan karena beberapa pertimbangan, misalnya
alasan kepandaian siswa kelas X-1 tidak di bawah rata-rata maupun tidak di atas
rata-rata (unggulan). Selain itu, dari rekomendasi oleh guru mata pelajaran
ekonomi bahwa kelas X-1 dalam proses belajar mengajar selalu memperhatikan
guru dan keadaan kelasnya tidak terlalu gaduh di bandingkan dengan kelas yang
lain. Sampel terdiri dari siswa kelas X-1 yang berjumlah 39 siswa.
C. Kehadiran Peneliti di Lapangan
Dalam penelitian ini, kehadiran peneliti dalam lapangan mutlak diperlukan
karena peneliti bertindak sebagai:(1) perencana tindakan, (2) pemberi tindakan,
(3) pengumpul data, (4) penganalisis data, dan (5) pelapor hasil penelitian. Dalam
penelitian ini, peneliti dibantu dua orang sebagai observer dan satu orang
merangkap mendokumentasikan kegiatan belajar mengajar dalam bentuk foto.
D. Lokasi Penelitian dan Waktu Penelitian
Lokasi penelitian ini dilaksanakan di SMA LABORAOTRIUM Malang
yang terletak di jalan Bromo No. 16 Malang. Subyek penelitian adalah siswa kelas
X-1 yang berjumlah 38 siswa di SMA LABORATORIUM Malang.
Pengumpulan data dilakukan pada bulan Juli 2009 sampai dengan bulan Agustus
2009.
40
E. Data dan Sumber Data
Data dalam penelitian merupakan sejumlah fakta-fakta yang diperoleh
untuk memecahkan maslah penelitian. Data yang akan diambil dalam penelitian
ini meliputi; 1) Penerapan pembelajaran berbasis masalah (Problem Based
Learning), 2) Kemampuan Berpikir Kritis siswa, 3) Hasil belajar siswa yang
didapat dari nilai hasil pos tes.
Tabel 3.2 Jenis data, instrumen, serta sumber data dalam penelitian
No. Data Instrumen Keterangan 1. Penerapan Pembelajaran
Berbasis Masalah Lembar observasi kegiatan guru
Selama pembelajaran berlangsung
2. Kemampuan Berpikir Kritis
Observasi dan tugas LKS yang dikumpulkan siswa
Selama kegiatan pembelajaran dan diluar jam pelajaran
3. Hasil Belajar Soal pos tes Setelah pembelajaran selesai
F. Tahap-tahap Penelitian
Daur ulang dalam penelitian di awali dengan (Arikunto, 2001:104)
”Perencanaa tindakan (planning), penerapan tindakan (action), mengobservasi dan
mengevaluasi (observation and evaluation), melakukan refleksi (reflection) dan
seterusnya sampai peningkatan yang diharapkan”.
Dalam penelitian ini direncanakan dilakukan dua siklus yaitu siklus I dan
siklus II.
Siklus I
1. Rencana tindakan
41
a) Peneliti merancang pembelajaran dengan menggunakan metode Problem
Based Learning.
b) Peneliti membuat bahan ajar penelitian
c) Peneliti membuat lembar observasi guru dan lembar observasi kegiatan
siswa.
d) Peneliti menyusun soal-soal post test siklus I
e) Peneliti membuat format penilaian hasil diskusi.
f) Peneliti membuat format penilaian kemampuan berpikir kritis dan menyusun
angket kemampuan berpikir kritis siswa.
g) Peneliti membuat lembar catatan lapangan.
2. Tindakan Pembelajaran
a. Peneliti bertindak sebagai guru dalam proses belajar mengajar dibantu 2
orang observer.
b. Proses pembelajaran oleh guru dengan menggunakan metode PBL (Problem
Based Learning).
3. Observasi
a. Diskusi dan hasil diskusi dimasukkan pada lembar observasi yang
disediakan.
b. Melakukan evaluasi terhadap diskusi.
4. Tahap Refleksi I
Analisis data yang telah diperoleh, serta melihat kelemahan dan
kekurangan pada saat pelaksanaan pembelajaran siklus I. Hasil dari refleksi ini
nantinya akan menjadi bahan masukan untuk perbaikan-perbaikan dalam
melaksanakan pembelajaran pada siklus berikutnya.
42
Siklus II
1. Rencana tindakan
a) Peneliti merancang pembelajaran dengan menggunakan metode Problem
Based Learning.
b) Peneliti membuat bahan ajar penelitian
c) Peneliti membuat lembar observasi guru dan lembar observasi kegiatan
siswa.
d) Peneliti menyusun soal-soal post test siklus II.
e) Peneliti membuat format penilaian hasil diskusi.
f) Peneliti membuat format penilaian kemampuan berpikir kritis dan menyusun
angket kemampuan berpikir kritis siswa.
g) Peneliti membuat lembar catatan lapangan.
2. Tindakan Pembelajaran
a. Peneliti bertindak sebagai guru dalam proses belajar mengajar dibantu 2
orang observer.
b. Proses pembelajaran oleh guru dengan menggunakan metode PBL (Problem
Based Learning).
3. Observasi
a. Diskusi dan hasil diskusi dimasukkan pada lembar observasi yang
disediakan.
b. Melakukan evaluasi terhadap diskusi.
c. Pembagian dan pengisian angket pendapat siswa mengenai penerapan
metode PBL (Problem Based Learning) yang telah dilaksanakan serta
lembar penilaian mengenai kemampuan berpikir kritis siswa.
43
4. Tahap Refleksi II
Analisis data yang telah diperoleh, serta melihat kelemahan dan
kekurangan pada saat pelaksanaan pembelajaran siklus II untuk memperoleh
perubahan tingkat kemampuan berpikir kritis selam proses pembelajaran
siklus I dan siklus II.
G. Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Rencana Pembelajaran
Rencana pembelajaran ini disusun oleh peneliti dan bekerjasama dengan guru
ekonomi. Rencana pembelajaran ini berguna sebagai pedoman untuk
melakukan kegiatan pembelajaran dengan model pembelajaran berbasis
masalah
2. Tes
Tes dalam penelitian ini dilakukan setelah proses pembelajaran atau pos-test,
dilakukan untuk mengukur sejauh mana pemahaman siswa terhadap materi
setelah proses pembelajaran. Sedangkan untuk mengetahui kemampuan awal
siswa digunakan data nilai pre-test.
3. Lembar Observasi
Lembar observasi digunakan untuk mengamati aktivitas siswa dalam
memecahkan masalah yang disajikan oleh guru serta untuk mengukur
kemampuan berpikir kritis siswa. Disamping itu observasi juga digunakan
untuk mengukur kemampuan guru dalam menerapkan pembelajaran berbasis
masalah (Problem Based Learning).
44
4. Catatan Lapangan/Pengamatan
Catatan lapangan dugunakan untuk mengumpulkan data yang berhubungan
dengan situasi kelas atau subyek yang tidak terdapat selama proses
pembelajaran berlangsung.
5. Angket
Angket dalam penelitian ini dibuat untuk mengetahui minat siswa terhadap
pembelajaran berbasis masalah yang diterapkan oleh guru. Angket ini memuat
indikator-indikator kebermanfaatan materi yang disampaikan, keaktifan siswa,
dan ketertarikan siswa terhadap model pembelajaran berbasis masalah.
6. Dokumentasi
Dokumentasi sebagai data penghubung yang berguna untuk mengetahui
proses pembelajaran. Dokumentasi berupa foto-foto kegiatan siswa selama
proses pembelajaran berbasis masalah berlangsung.
H. Prosedur Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini pengumpulan data diperoleh dari data primer (data
mentah) hasil penelitian yang dilakukan yaitu:
a) Data tentang penerapan langkah-langkah model pembelajaran berbasis
masalah oleh guru diperoleh dari lembar observasi kegiatan guru yang telah
diisi oleh observer pada saat proses belajar mengajar siklus I dan siklus II
berlangsung di kelas.
b) Data tentang kegiatan siswa selama proses belajar mengajar dan selama
diskusi berlangsung diperoleh dari lembar observasi kegiatan siswa dan
45
lembar hasil diskusi yang telah didisi oleh observer pada saat proses belajar
mengajar siklus I dan siklus II berlangsung di kelas.
c) Data tentang tingkat kemampuan berpikir kritis siswa pada mata pelajaran
ekonomi dengan metode pembelajaran berbasis masalah di peroleh dari
lembar penilaian kemampuan berpikir kritis pada saat proses belajar mengajar
siklus I dan siklus II berlangsung yang telah didisi oleh observer serta angket
kemampuan berpikir kritis siswa yang telah didisi pada saat proses belajar
mengajar siklus I dan siklus II berlangsung.
d) Data tentang hasil belajar siswa diperoleh dari hasil post test siklus I dan
siklus II yang diberikan setiap akhir pertemuan proses belajar mengajar siklus
I dan siklus II.
I. Analisis Data
Tahap analisis data dilakukan dengan cara mengumpulkan data-data yang
diperoleh selama penelitian, selanjutnya data tersebut ditelaah dan diolah melalui
kategori data. Dalam penelitian ini data diolah secara deskriptif kualitatif. Analisis
data dilakukan selama dan setelah pengumpulan data.
Data yang diperoleh dianalisis sebagai berikut.
1. Data penerapan pembelajaran berbasis masalah (Problem Based Learning)
diperoleh dari lembar observasi yang telah dibuat. Setelah itu hasil
pengamatan pada siklus I dibandingkan dengan hasil pengamatan pada siklus
II yang dianalisis secara deskriptif kualitatif. Apabila terjadi peningkatan hasil
dari siklus I dan siklus II maka dikatakan berhasil.
2. Data Kemampuan Berpikir Kritis Siswa
46
Untuk mengetahui tingkat berpikir kritis siswa berpedoman pada lembar
observasi indikator penilaian kemampuan berpikir kritis siswa, yang dihitung
menggunakan rumus :
%100xN
FP =
(Diadopsi dari Arikunto, 2000:246)
Keterangan :
P = Peresentase tingkat kemampuan berpikir kritis
F = Jumlah nilai tingkat kemampuan berpikir kritis siswa
N = Jumlah nilai tingkat kemampuan berpikir kritis ideal
Nilai yang diperoleh dari perhitungan diatas kemudian disesuakan dengan
klasisfikasi taraf ketercapaian pada tabel dibawah ini:
Tabel 3.3 Presentase Taraf Keberhasilan
No. Persentase (%) Klasifikasi 1. 2. 3. 4. 5.
92 – 100 75 – 91 50 – 74 25 – 49 0 – 24
Baik sekali Baik Cukup baik Kurang baik Tidak baik
Sumber : Buku Rapor SMA LABORATORIUM Malang
3. Hasil Belajar
Dalam penelitian ini, aspek yang di amati dari segi aspek kognitif. Rumus
yang digunakan sama dengan rumus yang dipakai untuk menghitung kemampuan
berpikir kritis siswa. Hasil belajar aspek kognitif dilakukan dengan langkah-
langkah sebagai berikut.
47
a) Memberikan pos tes kepada siswa setelah proses pembelajaran
b) Menilai hasil tes siswa, kemudian dianalisis apakah siswa tersebut sudah
tuntas atau belum. Standar ketuntasan yang digunakan berdasarkan kriteria
ketuntasan minimum (KKM) yang digunakan di SMA LABORATORIUM
Malang.
c) Membandingkan hasil belajar siswa aspek kognitif pada siklus I dengan siklus
II untuk mengetahui peningkatan aspek kognitif.
d) Mendeskripsikan dengan kalimat-kalimat untuk menjelaskan peningkatan
hasil belajar aspek kognitif dari siklus I dan siklus II.
Untuk mengetahui tingkat keberhasilan tiap siklus, yang berfungsi sebagai
bahan pertimbangan dalam melakukan siklus selanjutnya maka digunakan standar
berdasarkan kriteria ketuntasan minimum (KKM) yang digunakan di SMA
LABORATORIUM Malang. Kriteria yang digunakan untuk melihat tingkat
keberhasilan pelaksanaan pembelajaran tiap siklus, selenkapnya dapat dilihat pada
Tabel 3.3 di bawah ini.
Tabel 3.4 Kriteria Keberhasilan Tiap Siklus
Aspek Yang Diamati Skor Ketercapaian Hasil belajar aspek kognitif 70 % Hasil belajar aspek Afektif 70 % Hasil belajar aspek psikomotorik 70 %
Sumber : Pedoman Akademik SMA LABORATORIUM Malang
BAB IV
PAPARAN DATA DAN HASIL PENELITIAN
A. Data tentang Pencapaian Langkah-Langkah Pembelajaran Melalui
Metode PBL (Problem Based Learning) pada Siklus I
Pengambilan data ini bertujuan untuk mengetahui penerapan langkah-
langkah pembelajaran melalui metode PBL (Problem Based Learning) oleh guru
dalam pembelajaran Ekonomi kelas X SMA LABORAORIUM Malang.
Penyajian data selengkapnya dapat dilihat pada table 4.1
Tabel 4.1 Observasi kegiatan guru pada siklus I
Fase Pembelajaran
Kegitan Ya Tidak Ket.
Pendahuluan Kegiatan Inti
1. Guru mengadakan pre test pada siklus 1
2. Guru menggali pengetahuan awal siswa
3. Guru mengelompokkan siswa ke dalam anggota kelompok
4. Guru memberikan permasalahan yang sama pada tiap siswa dalam kelompok.
5. Guru menugaskan siswa dalam kelompok untuk membaca dan mendiskusikan permasalahan yang ditugaskan
1 1 1 1
1
Guru bertanya untuk menggali pengetahuan awal siswa dengan pertanyaan “Apakah ada yang tahu apa itu barang? Kalau nilai suatu barang ada yang tahu?”. Guru membagi kelas dalam 8 kelompok yang masing-masing kelompok terdiri dari 8 anggota. Dan salah satu kelompok terdiri dari 6 orang Guru mengajukan masalah pada tiap kelompok. Guru keliling ke masing-masing kelompok untuk membimbing siswa
48
49
Penutup Jumlah
6. Guru membimbing siswa ke tiap kelompok yang berbeda yang merasa kesulitan dalam mendiskusikan permasalahan yang diberikan oleh guru
7. Guru memberikan kebebasan kepada siswa untuk menggunakan berbagai sumber pustaka yang relevan
8. Setelah selesai diskusi, guru menunjuk salah satu kelompok untuk membacakan hasil diskusinya
9. Guru memberikan kesempatan pada siswa untuk mengemukakan pendapatnya
10. Guru membimbing siswa
untuk mengemukakan kesimpulan atau generalisasi.
11. Guru memberikan evaluasi
12. Guru mengadakan post test
1 1
1
1
1
10
1
1 2
mencari alternatif penyelasian dari permasalahan tersebut. Guru keliling ke masing-masing kelompok untuk membimbing siswa melaporkan hasil diskusi kelompok. Siswa diberi kebebasan untuk bertanya dan menanggapi permasalahan. Guru membuat kesimpulan/ generalisasi sendiri.
(Sumber : (diadaptasi dari Sriweni, 2006 : 80 - 81)
Dari table 4.1 dapat dilihat pada fase pendahuluan , guru telah mengukur
kemampuan awal siswa dengan mengadakan pre test. Guru menggali pengetahuan
awal siswa dengan memberikan pertanyaan tentang “Apakah ada yang tahu apa
itu barang? Kalau nilai suatu barang ada yang tahu?”. Pada kegiatan inti guru
telah membentuk kelompok menjadi 5 kelompok yang terdiri 8 orang dari anggota
tiap kelompok dan satu kelompok beranggorakan 6 orang. Guru telah mengajukan
permasalahan mengenai pengertian barang, manfaat dan nilai suatu barang,
pengertian konsumen dan pengertian perilaku konsumen. Dan guru memberikan
suatu permasalahan yang sama kepada tiap kelompok dari sebuah artikel.
50
Guru memberikan kebebasan tiap siswa untuk menggunakan berbagai
sumber yang relevan. Guru menunjuk salah satu kelompok untuk
mempresentasikan hasil diskusi kepada semua kelompok dan guru memberikan
kebebasan pada tiap siswa untuk mengemukakan pendapatnya, bertanya atau
menyanggah hasil diskusi yang telah dibacakan. Pada kegiatan penutup guru
memberikan post test kepada siswa.
Ketercapaian guru dalam menerapkan langkah-langkah pembelajaran
melalui metode PBL (Problem Based Learning) pada siklus I adalah 83,33 %.
Dan langkah-langkah yang tidak diterapkan adalah 16,67 %.
B. Data tentang Kegiatan Siswa Selama Diskusi Kelompok Berlangsung
pada Siklus I
Pengambilan data ini bertujuan untuk mengetahui kegiatan siswa pada
siklus I selama diskusi kelompok berlangsung di kelas X-1. Penyajian data
selengkapnya dapat dilihat pada table 4.2 berikut.
Tabel 4.2 Observasi Kegiatan Siswa pada Siklus I
Fase Pembelajaran
Kegiatan Ya Tidak Ket.
Pendahuluan Kegiatan Inti
1. Siswa antusias saat fenomena awal disajikan
2. Siswa mengajukan pertanyaan saat fenomena awal disajikan
3. Siswa menjawab pertanyaan guru
4. Siswa berdiskusi sesuai dengan materi yang ditugaskan dalam kelompok
5. Siswa dapat bekerjasama dengan baik dalam kelompoknya
1 1
1 1
1
Siswa menjawab pertanyaan yang diajukan oleh guru. Ada pembagian tugas kelompok, tugas membaca,
51
Penutup Jumlah
6. Kelompok presenter menyajikan hasil diskusi ke kelompokn lainnya
7. Kelompok presenter mampu menjawab pertanyaan teman
8. Siswa aktif bertanya 9. Siswa mengacungkan
tangan saat bertanya, berpendapat dan bertanya
10. Siswa menghargai pendapat temannya
11. Siswa aktif menanggapi presentasi temannya
12. Siswa memusatkan perhatian pada diskusi
13. Siswa memusatkan perhatian pada presentasi
14. Siswa dapat menyimpulkan materi yang dibahas
15. Siswa mampu menjawab pertanyaan guru
16. Siswa mengemukakan masalah baru
1 1 1 1 1 1
1
1
12
1
1 1
4
menulis, dan mencari bahan. Siswa mau mendengarkan dan memperhatikan
(Sumber : (diadaptasi dari Sriweni, 2006 : 78)
Dari Tabel 4.2 dapat diketahui bahwa pada fase pendahuluan , siswa
antusias saat fenomena awal disajikan dengan aktif menjawab pertanyaan guru
mengenai hal-hal yang terkait dengan produsen dan perilaku produsen. Pada
kegiatan inti siswa berdiskusi sesuai dengan materi yang ditugaskan dengan
adanya pembagian tugas dalam kelompoknya, tugas membaca, menulis dan
mencari bahan, kelompok presenter menyajikan hasil diskusi dalam kelompok,
siswa aktif menanggapi presentasi temannya, siswa memusatkan perhatian pada
diskusi dan presentasi dengan memperhatikan dan mendengarkan. Pada kegiatan
penutup siswa mampu menjawab pertanyaan guru.
52
Ketercapaian siswa dalam menerapkan langkah-langkah pembelajaran
melalui metode PBL (Problem Based Learnning) pada siklus I adalah 75 % dan
langkah-langkah yang tidak diterapkan 25 %.
Untuk mengetahui siswa yang terlihat aktif selama diskusi kelompok
berlangsung dapat dilihat pada table 4.2.1 berikut ini
Tabel 4.2.1 Penilaian Presentasi dan Hasil Diskusi Kelompok Siklus I
No Aktivitas F % 1 Mempresentasikan
a) Jelas b) Kurang jelas
2 10
5,7 28,6
2 Menanggapi c) Kritis d) Kurang jelas
5 2
14,2 5,7
3 Bertanya a) Analisis b) Klarifikasi jawaban
5 4
14,2 11,42
4 Menjawab a) Benar b) Kurang tepat c) Salah
3 2 0
11,42 8,6 0
Dari dari tabel 4.2.1 dapat diketahui bahwa siswa yang mampu
mempresentasikan dengan jelas adalah sebesar 5,7% dan siswa yang
mempresentasikan kurang jelas sebesar 28,6%, siswa yang menanggapi secara
kritis adalah sebesar 14,2% dan siswa yang menanggapi kurang jelas sebesar
5,7%, Siswa yang bertanya tentang analisis sebesar 14,2% dan siswa yang
bertanya tentang klarifikasai jawaban sebesar 11,42%, Sisawa yang menjawab
benar sebesar 11,42% dan siswa yang menjawab kurang tepat sebesar 8,6%.
C. Data tentang Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Pada Siklus I
Kemampuan Berpikir Kritis siswa diketahui berdasarkan hasil observasi
selama proses pembelajaran berlangsung maupun hasil angket yang diisi siswa
53
pada setiap siklus I dan II. Adapun ketercapaian kemampuan berpikir kritis siswa
pada siklus I dapat dilihat pada tabel 4.3 di bawah ini dan data selengkapnya dapat
dilihat pada Lampiran.
Tabel 4.3 Penguasaan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Tiap Indikator pada Siklus I
Aspek yang diamati Nilai Rata-rata (%)
Melakukan Pengamatan 67.10 % Merumuskan Hipotesis 65.78 % Melakukan Diskusi 63.81 % Menganalisis Data 65.13 % Keterampilan Siswa Bertanya 32.89 % Keterampilan Siswa Menjawab 30.26 % Tingkat Keterampilan Berpikir Kritis 25 % Membuat Kesimpulan 38.15 % Menerapkan Konsep 26.31 % Persentase Rerata (%) 46.05 %
Tabel 4.4 Penguasaan Kemampuan Berpikir Kritis Tiap Siswa pada Siklus I
Skor Klasifikasi Jumlah Siswa
Persentase
92 – 100 Baik Sekali - -
75 – 91 Baik - -
50 – 74 Cukup Baik 9 23,68%
25 – 49 Kurang Baik 29 76,31%
0 – 24 Tidak Baik - -
D. Refleksi I
Selama pengamatan aspek kemampuan berpikir kritis, aspek kognitif
siswa, serta penerapan pembelajaran berbasis masalah pada siklus I, masih
terdapat beberapa kekurangan dalam proses pembelajaran, yaitu sebagai berikut.
54
1. Waktu yang diperlukan untuk melakukan penerapan metode berbasis
masalah relatif kurang, jadi siswa belum sepenuhnya mengerti dan
memahami bagaimana metode pembelajaran berbasis masalah.
2. Sebagian besar siswa mengalami kesulitan merumuskan masalah dan
menentukan dugaan sementara (hipotesis).
3. Siswa kesulitan dalam menghubungkan materi dengan kasus yang
diberikan oleh guru, sehingga siswa hanya menganalisa kasus dan tanpa
dihubungkan dengan materi.
4. Siswa masih terbiasa dengan metode belajar dengan menggunakan
ceramah daripada diskusi kelompok.
5. Siswa masih malu untuk bertanya tentang materi pelajaran.
E. Treatment Perbaikan
Setelah melihat dari refleksi dari siklus I, dapat kita lakukan perbaikan-
perbaikan yang akan dilaksanakan pada siklus II, antara lain sebagai berikut:
1. Guru merancang waktu untuk melakukan diskusi lebih banyak dari dua
jam pelajaran yang ada.
2. Sebelum siswa melakukan pengamatan, guru memberi pengarahan pada
siswa tentang prosedur pelaksanaan pembelajaran berbasis masalah serta
tujuan pembelajaran. Hal ini berguna agar siswa lebih mudah untuk
merumuskan masalah, dan merumuskan suatu hipotesis yang dihubungkan
dengan materi.
55
3. Di awal pembelajaran guru akan menjelaskan sedikit tentang materi
perilaku produsen agar siswa mengerti materi yang dipelajari serta mudah
untuk menghubungkan kasus dengan materi.
4. Untuk meningkatkan keaktifan dan kerjasama siswa, maka guru
memberikan siswa dorongan atau motivasi serta memberikan siswa
pertanyaan – pertanyaan provokatif yang nantinya bisa menumbuhkan
keaktifan siswa.
Treatment ini dilakukan untuk memperbaiki kekurangan-kekurangan yang
ada di dalam siklus I,sehingga kekurangan-kekurangan tersebut bisa berkurang
dalam penerapan model pembelajaran berbasis masalah yang berlangsung dalam
siklus II. Treatment ini dilakukan dalam proses pembelajaran selama siklus II.
F. Data tentang Pencapaian Langkah-Langkah Pembelajaran Melalui
Metode PBL (Problem Based Learning) pada Siklus II
Pengambilan data ini bertujuan untuk mengetahui perubahan yang terjadi
di dalam proses pembelajaran yang berlangsung setelah diberlakukannya
treatment perbaikan agar peneliti mencapai tujuan yang di inginkan dalam
penerapan model Pembelajaran Berbasis Masalah pada siklus II. Data
selengkapnya dapat dilihat di dalam tabel 4.4.
Tabel 4.4 Observasi kegiatan guru pada siklus II
Fase Pembelajaran
Kegitan Ya Tidak Ket.
Pendahuluan
1. Guru menggali pengetahuan awal siswa
1
Guru bertanya untuk menggali pengetahuan awal siswa dengan pertanyaan “Apa
56
Kegiatan Inti Penutup Jumlah
2. Guru mengelompokkan siswa ke dalam anggota kelompok
3. Guru memberikan permasalahan yang sama pada tiap kelompok
4. Guru menugaskan siswa dalam kelompok untuk membaca bagian materi yang ditugaskan
5. Guru membimbing siswa ke tiap kelompok yang berbeda untuk mendiskusikan materi mereka
6. Guru memberikan kebebasan kepada siswa untuk menggunakan berbagai sumber pustaka yang relevan
7. Guru menunjuk salah satu kelompok untuk mempresentasikan hasil diskusi
8. Guru memberikan kesempatan pada siswa untuk mengemukakan pendapatnya
9. Guru membimbing siswa untuk mengemukakan kesimpulan atau generalisasi.
10. Guru memberikan evaluasi
11. Guru mengadakan post test
1 1
1
1
1
1
1
1
1
10
1 1
pengertian dari produksi? Kalau produsen?”. Guru membagi kelas dalam 5 kelompok yang masing-masing kelompok terdiri dari 8 anggota dan satu kelompok teridri dari 6 orang. Guru mengajukan masalah pada tiap kelompok. Guru keliling ke masing-masing kelompok untuk membimbing siswa dalam mencari solusi permaslahan yang ada Siswa diberi kebebasan untuk bertanya dan menanggapi permasalahan. Guru bersama siswa membuat kesimpulan/ generalisasi.
(Sumber : (diadaptasi dari Sriweni, 2006 : 80 - 81)
Dari tabel 4.4 dapat dilihat pada fase pendahuluan, Guru menggali
pengetahuan awal siswa dengan memberikan pertanyaan tentang “Apa pengertian
57
dari produksi? Kalau produsen apa ada yang tahu?”. Pada kegiatan inti guru telah
membentuk kelompok menjadi 5 kelompok yang terdori dari 8 anggota tiap
kelompok dan satu kelompok terdiri atas 6 anggota kelompok. Guru telah
mengajukan permasalahan mengenai pengertian produsen dan perilaku produsen.
Guru memberikan kebebasan tiap siswa untuk menggunakan berbagai
sumber yang relevan. Guru membimbing siswa untuk menganalisis dan mengatasi
permasalahan yang telah diberikan oleh guru, guru menunjuk satu kelompok l
untuk mempresentaikan hasil diskusi dan guru memberikan kebebasan pada tiap
siswa untuk mengemukakan pendapatnya. Pada kegiatan penutup guru
memberikan post test kepada siswa.
Ketercapaian guru dalam menerapkan langkah-langkah pembelajaran
melalui model PBL (Problem Based Learning) pada siklus II adalah 90,91 % dan
langkah-langkah yang tidak diterapkan adalah 9,09 %.
Tabel 4.5 Observasi Kegiatan Siswa pada Siklus II
Fase Pembelajaran
Kegiatan Ya Tidak Ket.
Pendahuluan
Kegiatan Inti
1. Siswa antusias saat fenomena awal disajikan
2. Siswa mengajukan pertanyaan saat fenomena awal disajikan
3. Siswa menjawab pertanyaan guru
4. Siswa berdiskusi sesuai dengan materi yang ditugaskan
5. Siswa dapat bekerjasama dengan baik dalam kelompoknya
6. Kelompok presenter menyajikan hasil diskusi ke kelompok lainnnya
7. Kelompok presenter mampu menjawab
1 1 1 1 1 1
1
Siswa menjawab pertanyaan guru. Siswa mengajukan pertanyaan mengenai hal-hal yang terkait dengan ketenagakerjaan. Ada pembagian tugas kelompok, tugas membaca, menulis, dan mencari bahan.
58
Penutup
Jumlah
pertanyaan teman 8. Siswa aktif bertanya 9. Siswa mengacungkan
tangan saat bertanya, berpendapat dan bertanya
10. Siswa menghargai pendapat temannya
11. Siswa aktif menanggapi presentasi temannya
12. Siswa memusatkan perhatian pada diskusi
13. Siswa memusatkan perhatian pada presentasi
14. Siswa dapat menyimpulkan materi yang dibahas
15. Siswa mampu menjawab pertanyaa guru
16. Siswa mengemukakan masalah baru
1 1 1 1
1 1 1 1
14
1 2
Siswa aktif bertanya mengenai Jawaban yang diajukan kelompok presenter Siswa mau mendengarkan dan memperhatikan
(Sumber : (diadaptasi dari Sriweni, 2006 : 78)
Dari Tabel 4.5 dapat diketahui bahwa pada fase pendahuluan , siswa
antusias saat fenomena awal disajikan dengan aktif menjawab pertanyaan guru
mengenai hal-hal yang terkait dengan produksi dan produsen. Pada kegiatan inti
siswa berdiskusi sesuai dengan materi yang ditugaskan, dan dapat bekerjasama
dengan baik dengan kelompoknya dapat dilihat dengan adanya pembagiantugas
dalam kelompoknya, tugas membaca, menulis dan mencari bahan, kelompok
presenter menyajikan hasil diskusi dalam kelompok dan mampu menjawab
pertanyaan temannya, siswa aktif menanggapi presentasi temannya, siswa
memusatkan perhatian pada diskusi dan presentasi dengan memperhatikan dan
mendengarkan. Pada kegiatan penutup siswa mampu menyimpulkan materi yang
dibahas dan menjawab pertanyaan guru.
Ketercapaian siswa dalam menerapkan langkah-langkah pembelajaran
melalui metode PBL (Problem Based Learning) pada siklus II adalah 87,5 % dan
langkah-langkah yang tidak diterapkan 12,5 %.
59
Untuk mengetahui siswa yang terlihat aktif selama diskusi kelompok
berlangsung dapat dilihat pada table 4.5.1 berikut ini.
Tabel 4.5.1 Penilaian Presentasi dan Hasil Diskusi Kelompok Siklus II
No Aktivitas F % 1 Mempresentasikan
a) Jelas b) Kurang jelas
3 12
7,14 28,57
2 Menanggapi a) Kritis b) Kurang jelas
7 1
16,67 2,38
3 Bertanya a) Analisis b) Klarifikasi jawaban
6 5
14,28 11,9
4 Menjawab a) Benar b) Kurang tepat c) Salah
6 2 0
14,29 4,76
0 Dari dari tabel 4.5.1 dapat diketahui bahwa pada presentasi siklus II siswa
lebih aktif dari presentasi siklus I, hal ini terbukti dengan jumlah siswa yang aktif
lebih besar dari siklus I. Siswa yang mampu mempresentasikan dengan jelas
adalah sebesar 7,14%, terjadi peningkatan dari siklus I ke siklus II yaitu sebesar
1,44% dan siswa yang mempresentasikan kurang jelas sebesar 28,57%, siswa
yang menanggapi secara kritis adalah sebesar 16,67% sehingga terjadi
peningkatan dari siklus I ke siklus II sebesar 2,47% dan siswa yang menanggapi
kurang jelas sebesar 2,38%, Siswa yang bertanya tentang analisis sebesar 14,2%
sehingga terjadi peningkatan dari siklus I ke siklus II sebesar 0,08% dan siswa
yang bertanya tentang klarifikasai jawaban sebesar 11,9%, Siswa yang menjawab
benar sebesar 14,29% sehingga terjadi peningkatan dari siklus I ke siklus II
sebesar 2,78% dan siswa yang menjawab kurang tepat sebesar 4,76%.
Tabel 4.6 Penguasaan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Tiap Indikator pada Siklus II Aspek yang diamati Nilai Rata-rata (%)
Melakukan Pengamatan 86.84 % Merumuskan Hipotesis 86.18 %
60
Melakukan Diskusi 83.55 % Menganalisis Data 85.53 % Keterampilan Siswa Bertanya 50.66 % Keterampilan Siswa Menjawab 50 % Tingkat Keterampilan Berpikir Kritis 69.74 % Membuat Kesimpulan 71.05 % Menerapkan Konsep 74.34 % Persentase Rerata (%) 73.09%
Tabel 4.7 Penguasaan Kemampuan Berpikir Kritis Tiap Siswa pada Siklus II
Skor Klasifikasi Jumlah Siswa
Persentase
92 – 100 Baik Sekali - -
75 – 91 Baik 28 47,38%
50 – 74 Cukup Baik 20 52,62%
25 – 49 Kurang Baik - -
0 – 24 Tidak Baik - - Berdasarkan hasil tabel di atas, presentase nilai dengan klasifikasi kurang
baik dari 76,31% menjadi 0%. Hal ini bisa dikatakan bahwa presentase
mengalami peningkatan sebesar 76,31%. Nilai dengan klasifikasi cukup baik dari
23,68% menjadi 52,62%, bisa dikatakan menurun menjadi 28,94%. Sedangkan
nilai dengan klasifikasi baik dari 0 menjadi 47,38%, bisa dikatakan meningkat
sebesar 47,38%. Dari hasil tabel di atas, dapat dikatakan presentase penguasaan
kemampuan berpikir kritis siswa meningkat.
Berdasarkan 2 tabel tentang penguasaan kemampuan berpikir kritis siswa
pada siklus I dan silkus II kelas X-1 SMA LABORATORIM Malang, dapat kita
lihat peningkatan tiap-tiap indikator sebagai berikut,
1. Indikator melakukan pengamatan meningkat sebesar 19,74 %
2. Indikator merumuekan hipotesis meningkat sebesar 20,4 %
3. Indikator melakukan disksusi meningkat sebesar 19,74 %
4. Indikator menganalisis data meningkat sebesar 20,4 %
61
5. Indikator ketrampilan siswa bertanya meningkat sebesar 17,77 %
6. Indikator ketrampilan siswa menjawab meningkat sebesar 19,74 %
7. Indikator tingkat kemampuan berpikir kritis meningkat sebesar 44,74 %
8. Indikator membuat kesimpulan meningkat sebesar 32,9 %
9. Indikator menerapkan konsep meningkat sebesar 48,03 %
Hasil yang terlihat dari data tersebut dihitung dengan mencari selisih
antara indikator penguasaan kemampuan berpikir kritis pada siklus II dengan
siklus I.
G. Data tentang Hasil Belajar Siswa
Pengambilan data ini bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya
peningkatan prestasi belajar siswa kelas X-1 SMA LABORATORIUM Malang
setelah tindakan pembelajaran melalui metode PBL (Problem Based Learning).
Penyajian data selengkapnya dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Tabel 4.8 Hasil Belajar Siswa
No Nama Siswa Pretest Post Test 1 Post Test II 1 ADHY WICAKSONO 70 80 70 2 ADITYA RIZKI R 70 80 90 3 AFFAS A.H 70 80 90 4 ANGGRAINI F 70 80 90 5 ARRIZA INSIYA 50 80 70 6 AYU WINNY SARI 50 50 70 7 CAHYO RIFATONO 60 80 70 8 DENY YUNIAR 60 80 80 9 DESI RANITA S 60 60 80 10 DEVI NATALIA 60 80 80 11 DOIT PRADANA P 70 70 80 12 DONNY CHANDRA 40 90 70 13 DZULKIFLI TAUFIK A 80 80 80 14 FABELLA KUMAIRA 60 80 90 15 FADILAH N A 70 60 70 16 FARADILLA A 60 80 90 17 FEBRITA MILLATI 60 90 80 18 FIFI EKASARI 60 80 90
62
19 HARDIANA AYU L 60 80 80 20 IFTITAHUL M C 70 80 80 21 KRISNHA RIZKY 50 80 80 22 M. ASRUL HIDAYAT 60 80 80 23 M. YUSUF S 50 90 90 24 M. SYAIFUL R 60 50 80 25 NUR LAILATUL 60 90 80 26 NUROTUL CHASANAH 50 90 70 27 OTHMAN HIZBULLAH 50 90 80 28 RACHMA MAHARANI 60 90 70 29 RIZKY TRINANDA P 60 60 80 30 SHELLIE RIYANNTO 50 70 50 31 SONI SETIAWAN 60 90 80 32 TEGUH PRASETYA 30 80 80 33 TEMMY INDRA P 60 80 60 34 VINDY DWI N 60 70 80 35 WIGA IRMANI 40 70 80 36 YOGA ARI K 60 90 70 37 YUNITA ULIN 50 60 70 38 YUNUS M. S 70 90 80 Jumlah
Rata-rata 2230
58,68% 2910
76,58% 3010
79,21%
Dari tabel 4.8 dapat diketahui bahwa adanya peningkatan prestasi belajar
pada nilai pretest, nilai post test siklus I dan nilai post test siklus II. Rata-rata nilai
pretest 58,68%, nilai rata-rata post test siklus I adalah 76,58% dan nilai rata-rata
post test II siklus II adalah 79,21%. Kenaikan nilai rata-rata kelas dari pretes ke
post test siklus I adalah sebesar 17,9%, sedangkan kenaikan nilai rata-rata kelas
pada post test siklus I ke post test siklus II adalah 2,63%.
H. Refleksi II
Setelah dilakukan treatment perbaikan dan dilakukannya siklus II, dan
dilakukan pengamatan diketahui bahwa hasil kemampuan berpikir kritis siswa,
aspek kognitif siswa, serta kemampuan guru dalam menerapkan model
63
pembelajaran mengalami peningkatan. Selain itu, dalam penelitian ini masih
ditemukan fakta-fakta sebagai berikut.
1. Beberapa siswa masih takut dan malu dalam mengungkapkan pendapatnya
didepan kelas tetapi hasil belajarnya bagus.
2. Kerjasama siswa sudah baik. Hal ini terlihat bahwa sebagian besar siswa
terlibat aktif dalam diskusi kelompok maupun kelas. Siswa dapat berbagi
tugas dengan semua anggota kelompok, sehingga semua siswa aktif dalam
melakukan pengamatan serta diskusi dalam kelompoknya.
3. Keberanian bertanya dan menjawab siswa juga meningkat. Hal ini tampak
ketika guru meminta siswa untuk mempresentasikan hasil diskusi, seluruh
siswa saling berebut agar mendapatkan kesempatan bertanya dan
menanggapi pendapat siswa yang lain meskipun hanya sebagian kecil
siswa. Selain itu, siswa juga aktif bertanya kepada guru mengenai hal-hal
yang belum diketahuinya.
Secara keseluruhan semua aspek dalam kemampuan berpikir kritis dan
hasil belajar siswa mengalami peningkatan dari siklus I ke siklus II. Semua aspek
dalam kemampuan berpikir kritis dan hasil belajar disiklus II telah memenuhi
kriteria ketuntasan minimum (KKM) yang telah ditetapkan oleh sekolah SMA
LABORATORIUM Malang. Selain itu respon siswa terhadap penerapan model
pembelajaran berbasis masalah juga baik. Oleh karena hasil penelitian telah
menjawab dua rumusan masalah pada penelitian ini dan keterbatasan waktu, maka
tidak diadakan siklus selanjutnya.
64
I. Data tentang Minat Siswa Mengenai Penerapan Pembelajaran Melalui
Metode PBL (Problem Based Learning)
Pengambilan data ini bertujuan untuk mengetahui minat siswa melalui
angket mengenai pembelajaran melalui metode PBL (Problem Based Learning)
yang telah dilaksanakan di kelas X-1 SMA LABORATORIUM Malang
Tabel 4.9 Pendapat Siswa Mengenai Pembelajaran Melalui Metode PBL
No Minat terhadap Mata Pelajaran Ekonomi Pilihan Jawaban
SS S R TS STS
1 Saya mengikuti pelajaran ekonomi materi perilaku konsumen dan produsen
28 5 2 - -
2 Saya senang jika diberikan waktu diskusi bersama teman dan guru untuk membahas apa yang tidak saya pahami
22 10 3 - -
3 Saya merasa pelajaran ekonomi materi perilaku konsumen dan produsen bermanfaat
18 15 2 - -
4 Saya berusaha mengerjakan tugas ekonomi materi perilaku konsumen dan produsen tepat waktu
14 17 4 - -
5 Saya berusaha memahami pelajaran ekonomi materi perilaku konsumen dan produsen
17 13 5 - -
6 Saya bertanya pada guru bila ada materi perilaku konsumen dan produsen yang belum jelas
15 15 3 2 -
7 Saya mengerjakan soal-soal latihan ekonomi materi perilaku konsumen dan produsen di sekolah
15 16 3 1 -
8 Saya mendiskusikan materi perilaku konsumen dan produsen dengan teman-teman
23 11 1 - -
9 Saya berusaha memiliki buku pelajaran ekonomi 12 17 6 - -
10 Saya merasa senang mengikuti pelajaran ekonomi secara berkelompok dengan teman sekelas saya
22 11 2 - -
11 Saya selalu menerapkan apa yang saya peroleh selama belajar perilaku konsumen dan produsen dalam sehari-hari
10 18 5 2 -
12 Saya selalu berusaha mencari buku tentang perilaku konsumen dan produsen di perpustakaan
11 19 2 3 -
13 Saya bosan mendengar guru memberi pelajaran dengan berceramah
13 11 8 1 2
14 Saya menjadi suka terhadap pelajaran ekonomi setelah mengikuti pembelajaran dengan model Pembelajaran Berbasis Masalah
16 15 3 1 -
15 Saya lebih berani menyampaikan pendapat setelah mengikuti pembelajaran ekonomi dengan model Pembelajaran Berbasis Masalah
21 7 5 2 -
16 Saya ingin model Pembelajaran Berbasis Masalah diulang lagi pada materi pelajaran ekonomi yang lain
17 15 3 - -
17 Saya ingin model Pembelajaran Berbasis Masalah ini diterapkan pada mata pelajaran yang lainnya
14 12 8 1 -
18 Dengan model Pembelajaran Berbasis Masalah, pembelajaran ekonomi jadi lebih mudah dikerjakan
19 12 4 - -
65
dan diterapkan
19 Dengan model Pembelajaran Berbasis Masalah saya lebih semangat dalam belajar
21 11 3 - -
20 Saya merasa belajar dengan model Pembelajaran Berbasis Masalah sesuai dengan keinginan saya
18 13 3 1 -
jumlah 346 263 75 14 2
Prresentase (dalam persen) 49.4 37.6 10.7 2 0.23
Keterangan : Ü SS : Sangat Setuju Ü S : Setuju Ü R : Ragu-ragu Ü TS : Tidak Setuju Ü STS: Sangat Tidak Setuju
BAB V
PEMBAHASAN
A. Kemampuan Berpikir Kritis
Dalam penelitian ini, kemampuan berpikir kritis dilatihkan pada materi
ekonomi kelas X dengan pokok bahasan Perilaku Konsumen dan Produsen Dalam
Kegiatan Ekonomi. Pokok bahasan ini dikelompokkan menjadi dua sub pokok
bahasan, yaitu perilaku konsumen dan perilaku produsen. Kemampuan berpikir
kritis yang latihkan kepada siswa adalah kemampuan dalam melakukan
pengamatan, merumuskan hipotesis, melakukan diskusi, menganalisi data,
keterampilan siswa bertanya, keterampilan siswa menjawab, tingkat ketrampilan
berpikir kritis siswa, membuat kesimpulan, serta menerapkan konsep.
Dari beberapa aspek yang telah diteliti, maka dapat diketahui bahwa
kemampuan berpikir kritis siswa menjadi lebih baik pada siklus II. Hasil tersebut
juga menunjukkan bahwa siswa sudah terbiasa menggunakan kemampuan
berpikir tinggi dalam proses pembelajaran. Karena pada siklus I siswa masih
belum terbiasa dengan model pembelajaran berbasis masalah, siswa hanya
mendengarkan penjelasan dari guru saja. Kegiatan belajar mengajar menjadi
kurang kondusif dan siswa cenderung pasif, karena siswa sibuk dengan
kegiatannya masing-masing. Masih banyak siswa yang kurang termotivasi dalam
belajarnya sehingga hasilnya kurang memuaskan. Kemampuan berpikir kritis
66
67
siswa juga masih belum optimal, karena siswa hanya mendengarkan saja. Karena
pada proses pembelajaran pada siklus I guru kurang menjelaskan prosedur
pembelajaran berbasis masalah dan materi secara rinci kepada siswa.
Hal ini berbeda sekali dalam siklus II. Setelah guru menjelaskan secara
rinci bagaimana prosedur pembelajaran berbasis masalah dan materi pelajaran
kepada siswa, siswa menjadi mengerti apa yang harus dilakukan dalam proses
belajar mengajar tersebut.
Meningkatnya kemampuan berpikir kritis siswa, karena pada model
pembelajaran berbasis masalah siswa dibiarkan untuk menemukan masalah itu
sehingga siswa bisa lebih memahami permasalahan tersebut. Dari pemahaman
siswa itu, kemampuan siswa dalam merumuskan suatu permasalahan juga menjadi
lebih baik. Guru juga lebih melibatkan siswa dalam proses pembelajaran,
sehingga siswa menjadi aktif dalam proses diskusi berlangsung. Dapat terlihat
bahwa banyak siswa yang bertanya maupun menjawab selama proses diskusi
berlangsung.
Selain itu, dalam pembelajaran berbasis masalah kemampuan siswa dalam
mengambil keputusan dikembangkan. Apabila kemampuan dalam mengambil
keputusan meningkat, maka pengambilan keputusan oleh siswa dalam mencari
alternatif permasalahan yang diberikan oleh guru akan menjadi lebih baik. Selain
itu dalam pembelajaran berbasis masalah, membuat siswa lebih aktif dan
mempunyai tanggung jawab tentang pembagian tugas dalam anggota
kelompoknya, sehingga tugas yang diberikan oleh guru dapat terselesaikan
dengan baik. Pemotivasian dalam belajar membut siswa lebih antusias dalam
belajar. Motivasi yang muncul tersebut membuat siswa ingin mengetahui lebih
68
dalam materi yang diberikan oleh guru dengan kemampuan siswa sendiri. Karena
motivasi tersebut, antusiasme siswa menjadi lebih besar, karena siswa
mendapatkan pengalaman pribadi dari lingkungan di kelas maupun lingkungan
sekitarnya dengan kemampuannya sendiri. Apabila motivasi dan antusisasme
siswa meningkat, maka dorongan untuk melakukan investigasi dalam berdiskusi
menjadi lebih baik. Motivasi tersebut juga membuat siswa mau untuk belajar
terlebih dahulu sebelum pelajaran di dalam kelas. Hal ini mendorong siswa untuk
meningkatkan kemampuan berpikir kritisnya. Selain itu, siswa menjadi lebih
inovatif dalam menyajikan hasil karyanya. Hal ini sesuai dengan pernyataan
Johnson,2002: ”berpikir kritis merupakan suatu proses yang terarah jelas yang
digunakan dalam kegiatan mental seperti memecahkan masalah, mengambil
keputusan, membujuk, menganalisis asumsi, dan melakukan penelitian ilmiah.
Berpikir kritis adalah kemampuan untuk berpendapat dengan cara yang
terorganisasi. Berpikir kritis merupakan kemampuan untuk mengevaluasi secara
sistematis bobot pendapat pribadi dan orang lain”.
B. Hasil Belajar Siswa
Hasil belajar siswa adalah indikator dari suatu penguasaan siswa terhadap
materi pelajaran yang telah diberikan oleh guru, semakin tinggi tingkat
penguasaan siswa terhadap materi maka semakin baik tingkat ketuntasan belajar
siswa yang bersangkutan. Untuk mengetahui tingkat penguasaan minimal siswa
terhadap pembelajaran, perlu adanya suatu pengujian terhadap siswa agar dapat
diketahui tingkat kemampuan penguasan siswa terhadap materi yang diberikan
oleh guru.
69
Meskipun demikian, hasil belajar siswa mengalami peningkatan yang
dapat dilihat dari presentase rata-rata nilai post test di setiap akhir siklus. Hal ini
dikarenakan pada siklus II siswa sudah mulai terbiasa dengan model pembelajaran
berbasis masalah, sehingga siswa menjadi lebih aktif dalam proses belajar
mengajar. Hal ini terlihat dalam banyaknya siswa yang bertanya apabila mereka
merasa kesulitan memahami materi pelajaran, aktif dalam melakukan diskusi dan
pencarian alternatif pemecahan masalah dengan anggota kelompok lainnya. Hal
ini dikarenakan pada saat proses pembelajaran berbasis masalah, siswa
termotivasi untuk belajar. Apabila siswa lebih termotivasi dalam belajar, maka
kemauan untuk mendalami materi menjadi lebih besar. Sehingga dengan
penguasaan materi yang sangat bagus oleh siswa, dapat meningkatkan hasil
belajar siswa itu sendiri. Selain itu, pada saat proses pembelajaran siswa lebih
bersifat aktif daripada pasif. Hal ini membuat siswa mengerti dan paham materi
yang diberikan oleh guru karena siswa mencari dan mengalami sendiri materi-
materi yang diberikan oleh guru. Karena pada saat pembelajaran berbasis masalah
motivasi dan antusiasme siswa dalam belajar telah ditingkatkan, maka hasil
belajar siswapun juga akan meningkat.
C. Pelaksanaan Model Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based
Learning)
Pada penelitian ini peneliti menerapkan model Pembelajaran Berbasis
Masalah (Problem Based Learning), diterapkan secara umum yang terdiri dari
lima tahap, yaitu tahap orientasi siswa pada masalah, tahap mengorganisasi siswa
untuk belajar, tahap membimbing penyelidikan individual dan kelompok, tahap
mengembangkan dan menyajikan hasil karya, serta tahap menganalisa dan
70
mengevaluasi proses pemecahan masalah (Nurhadi, dkk 2004:60). Selama proses
pembelajaran berlangsung, guru dibantu oleh dua orang observer untuk
mengamati proses pembelajaran serta mengobservasi kemampuan berpikir kritis
siswa.
Pada tahap pengorientasian siswa pada suatu masalah, tujuan dari
pembelajaran harus dijelaskan kepada siswa agar mengerti kemana arah dari
proses pembelajaran, selain itu motivasi siswa harus dibangkitkan. Pada tahap ini
siswa juga diajak terlibat dalam suatu pemecahan masalah. Dalam tahap
pengorganisasian, siswa didorong oleh guru agar dapat mendefinisikan dan
mengorganisasikan tugas belajar yang berhubungan dengan materi dan
permasalahan yang diberikan oleh guru. Pada tahap pembimbingan penyelidikan
individual dan kelompok, siswa dengan dibantu oleh guru mengumpulkan
informasi yang sesuai, melaksanakan eksperimen agar siswa mendapatkan
penjelasan dan alternatif pemecahan masalah. Dalam tahap mengembangkan dan
menyajikan hasil karya, guru membantu siswa dalam hal menyiapkan hasil karya
yang sesuai. Hasil karya tersebut bisa berupa laporan, video, dan model. Pada
tahap ini bisa membantu siswa untuk berbagi tugas dengan teman kelompoknya.
Dalam tahap menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah, guru
membantu siswa dalam melakukan refleksi atau evaluasi terhadap penyelidikan
mereka, dan proses-proses yang mereka gunakan. Berdasarkan tahapan-tahapan
dalam model Pembelajaran Berbasis Masalah ini, diharapkan siswa mampu
menerima materi pelajaran dengan sebaik-baiknya, dengan tidak menghapal,
tetapi mampu mendalami materi dan mengatasi permasalahan yang diberikan oleh
71
guru dalam kegiatan belajar mengajar dan menerapkannya di kehidupan sehari-
hari.
Pada siklus I banyak siswa yang masih kesulitan dalam menganalisa
permasalahan yang diberikan, terlihat dari banyaknya siswa yang bertanya kepada
guru mengenai tugas yang harus mereka kerjakan. Hal yang paling banyak
ditanyakan oleh siswa adalah mengenai rumusan masalah serta menyusun dugaan
sementara atas permasalahan yang diberikan. Kegiatan diskusi kelompok pada
siklus I juga berjalan kurang kondusif, karena sebagian siswa masih terlihat tidak
melakukan diskusi dan hanya bicara dengan temannya. Kondisi ini karena
kurangnya tanggung jawab yang dimiliki siswa serta tidak adanya pembagian
tugas antara sesama anggota kelompok. Sehingga membuat pemecahan masalah
oleh siswa pada saat diskusi siklus I masih sangat sederhana dan tidak
berhubungan dengan materi. Hal ini dikarenakan pada siklus I guru kurang
menjelaskan prosedur pembelajaran serta materi terlebih dahulu, sehingga siswa
tidak mengerti tentang materi.
Selama observasi siklus I, ditemukan bahwa semua aspek yang tercantum
dalam lembar observasi tahapan pembelajaran teramati selama proses
pembelajaran. Berdasarkan hasil observasi kegiatan guru pada siklus I diperoleh
presentase keberhasilan sebesar 83,33%. Hal ini dikarenakan beberapa aspek
dalam tahapan pembelajaran masih kurang optimal dilakukan oleh guru, seperti
pada tahap mengorientasi siswa pada masalah. Pada tahap tersebut, guru hanya
mengulang dan mengingatkan siswa pada materi sebelumnya. Selain itu guru juga
kurang menjelaskan prosedur pembelajaran berbasis masalah secara rinci kepada
siswa, sehingga banyak siswa yang masih belum mengerti langkah-langkah yang
72
harus dikerjakan dalam pembelajaran berbasis masalah dan banyak siswa yang
kurang mengerti mengenai tugas yang harus dikerjakan terutama dalam membuat
rumusan masalah serta hipotesis. Hal lain yang belum dilakukan guru pada siklus
I adalah kurang memberdayakan pertanyaan provokatif untuk melihat kemampuan
siswa dan memotivasi siswa untuk aktif dalam kelas. Selain itu, siswa juga belum
terbiasa dengan model pembelajaran berbasis masalah. Hasil pengamatan yang
dilakukan juga belum maksimal karena keterbatasan waktu yang diberikan oleh
guru. Meskipun waktu yang dirancang untuk pembelajaran tersedia 90 menit, tapi
tetap saja waktu yang tersedia masih kurang. Dengan demikian, hendaknya guru
benar-benar mengatur waktu untuk pembelajaran model ini.
Proses pembelajaran berbasis masalah pada siklus I dan siklus II
menggunakan kasus atau permaslahan dunia nyata, namun permasalahan yang
diberikan disesuaikan dengan pokok bahasan yang sedang dibahas. Setelah
permasalahan diberikan maka siswa diminta untuk menganalisis dan mencari
alternatif pemecahan atas masalah tersebut. Hal ini berguna untuk mengetahui
tingkat kemampuan berpikir kritis siswa. Kecepatan dan ketepatan masing-masing
siswa dalam menganalisis kasus tergantung pada kebiasaan dalam menanggapi
permasalahan dalam kehidupan dan tanggung jawab dari masing-masing siswa.
Berdasarkan hasil refleksi tindakan pada siklus I, maka dilakukan tindakan
perbaikan pada siklus II. Hal ini dilakukan agar guru mendapatkan hasil yang
lebih baik dari siklu I. Pada siklus II, proses pembelajaran berlangsung lebih baik
dari siklus I. Hal ini dikarenakan siklus II adalah penyempurnaan dari siklus I.
Keadaan kelas pada saat proses pembelajaran pada siklus II menjadi kondusif dan
terkendali pada saat proses pembelajaran. Pada awal pelajaran guru terlebih
73
dahulu memberikan penjelasan tentang inti materi dan prosedur pembelajran.
Perencanaan waktu yang dilakukan oleh guru juga sesuai yang direncanakan.
Dalam berdiskusi, siswa menjadi semakin aktif dan sudah terbiasa dengan
pembagian tugas dengan teman sekelompoknya, sehingga masing-masing siswa
memiliki tanggung jawab sendiri-sendiri dan diskusi menjadi merata karena tidak
hanya sebagian siswa yang aktif. Pada saat berdiskusi, siswa mampu merumuskan
dan mencari alternatif permasalahan yang diberikan oleh guru.
Adapun presentase keberhasilan dari proses pembelajaran pada siklus II
adalah sebesar 90,91%. Dengan demikian terjadi peningkatan dari siklus I sebesar
7,58%.
BAB VI
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari hasil analisis dan pembahasan, dapat disimpulkan bahwa.
1. Model penembelajaran berbasis masalah (Problem Based Learning) sesuai
untuk diterapkan pada mata pelajaran Ekonomi di SMA LABORATORIUM
Malang pokok bahasan perilaku konsumen dan produsen dalam kediatan
ekonomi.
2. Penerapan pembelajaran berbasis masalah (Problem Based Learning) dapat
meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa kelas X-1 SMA
LABORATORIUM Malang. Indikator peningkatan ini ditunjukkan oleh
persentase seluruh aspek kemampuan berpikir kritis yang diamati dari siklus I
dan siklus II.
3. Penerapan pembelajaran berbasis masalah (Problem Based Learning) dapat
meningkatkan hasil belajar siswa kelas X-1 SMA LABORATORIUM
Malang.
74
75
B. Saran
Berdasarkan kesimpulan yang diperoleh, dikemukakan beberapa saran
sebagai berikut.
1. Bagi guru mata pelajaran ekonomi dapat menggunakan pembelajaran berbasis
masalah (Problem Based Learning) untuk meningkatkan kemampuan berpikir
kritis dan hasil belajar siswa.
2. Penerapan pembelajaran berbasis masalah (Problem Based Learning)
hendaknya disesuaikan dengan materi yang akan diajarkan dan lingkungan
belajar siswa serta ketersediaan atau alokasi waktu yang cukup.
3. Penelitian ini hendaknya dapat diteruskan oleh peneliti selanjutnya dengan
kelas serta sekolah dan materi yang berbeda.
4. Bagi peneliti selanjutnya, hendaknya melakukan tindakan lebih dari dua
siklus. Sehingga hasil yang diperoleh dapat maksimal.
76
DAFTAR RUJUKAN
Arikunto, S. 2002. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara
Arikunto, Suharsimi. 2000. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta.
PT Rineka Cipta.
De Bono, Edward. 1992. Mengajar Bepikir. Jakarta: Erlangga.
Depdiknas. 2006. Standar Isi Kurikulum 2006. Jakarta: Badan Standardisasi Nasional Pendidikan.
Depdiknas. 2006. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Kurikulum 2006. Jakarta: Badan Standardisasi Nasional Pendidikan.
De Porter, Bobi and Hernacki, Mike. 1999. Quantum Learning. Belajar Nyaman dan Menyenangkan. Jakarta: Penerbit Kaifa
Dimyati dan Mudjiono. 2002. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Dirjen Pendidikan Tinggi DEPDIKBUD.
Donosepoetro, Marsetoi. 1993. Pendidikan Berpikir. Surabaya: Airlangga University Press.
Hamalik, Oemar. 2004. Proses Belajar Mengajar. Jakarta. Bumi Aksara
Harjanto. 2003. Perencanaan Pengajaran. Jakarta: Rineka Cipta
Hassoubah, Zaleha I. 2007. Mengasah Pikiran Kreatif dan Kritis. Bandung: Nuansa.
Johnson, Elaine B. 2002. Contextual Teaching and Learning. Menjadikan Kegiatan Belajar Mengajar Mengasikkan dan Bermakna. Bandung: PT. MLC.
Mukhlis, dkk. 2005. Pengembangan Life Skill Mahasiswa Melalui Pembelajaran Mata Kuliah Ekonomi Mikro Menengah Dengan Pendekatan Berbasis
77
Masalah (Problem Based Learing). Laporan Hasil Penelitian Program Hibah Kompetisi A2 Jurusan Ekonomi Pembangunan FE-UM.
Mulyasa, E. 2004. Kurikulum Berbasis Kompetensi: Konsep, Karakteristik, Dan
Implementasi. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Mulyasa, E. 2006. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Murdanto, Putut dan Nyoto, Amat. 1994. Teknik Evaluasi Pengajaran. Malang: IKIP Malang Pers
Moleong, J Lexi 2002. Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: PT Remaja
RosdaKarya
Nurhadi, dkk. 2004. Pembelajaran Kontekstual dan Penerapannya Dalam KBK. Malang: UM Press.
Pannen, dkk. 2001. Kontruktivisme Dalam Pembelajaran. Jakarta: DIKTI DEPDIKNAS
Saputra, dkk. 2003. Strategi Pembelajaran Bahan Sajian Program Pendidikan Akta Mengajar. Malang : FIP UM
Sardiman A.M. 2005. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Raja Grafindo Persada
Soehartono, Irawan. 1995. Metode Penelitian Sosial. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Sudjana, Nana. 2005. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT Remaja Rosdakarya Offset.
Syah, Muhibbbin. 2006. Psikologi Belajar. Jakarta: Raja Grafindo Persada Wiekel, WS 1999. Psikologi Pengajaran. Jakarta: Gramedia Widiasarana. http://one.indoskripsi.com/node/317
78
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini:
NAMA : DWI PUTRA LELANA
NIM : 105431481656
PRODI : S1 PENDIDIKAN EKONOMI
JURUSAN : EKONOMI PEMBANGUNAN
FAKULTAS : EKONOMI
Menyatakan dengan sebenarnya bahwa skripsi yang saya tulis ini benar-benar
merupakan hasil karya saya sendiri, bukan merupakan pengambil alihan tulisan
atau pikiran orang lain yang saya akui sebagai tulisan atau pikiran saya sendiri.
Apabila dikemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan bahwa skripsi ini hasil
jiplakan, maka saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut.
Malang, 18 Januari 2010
Yang membuat pernyataan
Dwi Putra Lelana
79
Lampiran 1
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus I
Satuan Pendidikan : SMA LABORATORIUM Malang
Mata Pelajaran : Ekonomi
Materi Pokok : Perilaku Konsumen dan Produsen
Sub Materi Pokok : Manfaat Nilai Suatu Barang dan Perilaku
Konsumen
Kelas/Semester : X / Gasal
Alokasi Waktu : 1 x 45 Menit
A. Standar Kompetensi
2. Memahami permasalahan ekonomi dalam kaitannya dengan kebutuhan
manusia, kelangkaan dan sistem ekonomi
B. Kompetensi Dasar
2.1 Mendeskripsikan Pola Perilaku Konsumen dan Produsen Dalam Kegiatan
Ekonomi
C. Indikator Hasil Belajar
1. Menjelaskan manfaat dan nilai suatu barang
2. Menjelaskan perilaku konsumen
3. Menjelaskan Hukum Gossen
D. Tujuan Pembelajaran
Setelah selesai kegiatan pembelajaran, diharapkan siswa mampu :
1. Siswa dapat menjelaskan manfaat dan nilai suatu barang dalam kegiatan
diskusi
2. Siswa dapat memberikan definisi mengenai perilaku konsumen
3. Siswa dapat menjelaskan hukum Gossen
80
E. Materi Pembelajaran
1. Manfaat nilai suatu barang.
2. Pola perilaku konsumen.
3. Isi Hukum Gossen
F. Sumber Belajar / Media / Alat Pembelajaran
1. Media Pembelajaran
- LKS / lembar soal
2. Alat Pembelajaran
- Papan tulis
- Kapur tulis
- Penghapus
3. Sumber Belajar
- Artikel dari internet
- Habibi, M dkk. 2007. Ekonomi untuk SMA dan MA Kelas X. Jakarta:
Piranti Darma Kalokatama
G. Strategi belajar
• Pendekatan Diskusi kelompok
• Metode Kontekstual Learning
• Model Pembelajaran Berbasis Masalah
H. Skenario Pembelajaran
Pertemuan 1
No Langkah
Pembelajaran Kegiatan guru Kegiatan siswa Alokasi
waktu Strategi /
Metode
1 Kegiatan Awal (membuka pelajaran)
1.1 Guru memberi salam 1.2 Guru mengabsen siswa
1.3 Guru menanyakan
kesiapan siswa menerima pelajaran
1.4 Guru menetapkan dan
Siswa menjawab Siswa
10’ Ceramah dan pemberian informasi
81
menjelaskan tujuan pembelajaran hari ini
1.5 Guru menginformasikan agar siswa mengikuti pelajaran dengan sungguh-sungguh karena di akhir pelajaran akan ada tugas individu
memperhatikan dengan seksama Siswa menyimak penjelasan guru
2 Kegiatan Inti (mengembangkan pelajaran)
2.1 Guru membagi kelas menjadi lima kelompok yang terdiri dari empat kelompok anggotanya tujuh orang siswa dan satu kelompok angggotanya enam orang siswa, dimana setiapkelompok terbagi secara heterogen.
2.2 Guru memberikan
LKS pada siswa 2.3 Guru memotivasi
siswa untuk melakukan penyelidikan
2.4 Guru Membantu
siswa/kelompok yang mengalami kesulitan
2.5 Guru membimbing
siswa untuk melaporkan hasil disksusi
2.6 Siswa mendiskusikan
hasil diskusi
Siswa mencatat nama-nama kelompoknya Siswa memperhatikan dengan seksama
70’
Problem Based Learning
3 Kegiatan akhir (Menutup pelajaran)
3.1 Guru meminta siswa untuk memberikan kesimpulan
3.2 Guru menugaskan
kepada siswa untuk mecari artikel tentang
Siswa memberi kesimpulan Siswa memperhatikan dengan
5’
Ceramah Bervariasi dan Pemberian tugas
82
kasus perilaku konsumen dan dianalisis.
3.3 Guru memberikan
evaluasi dari proses pembelajaran
3.4 Guru memberikan
refleksi dari proses belajar mengajar
3.5 Guru memberi salam
penutup
seksama Siswa memperhatikan dengan seksama Siswa memperhatikan dengan seksama Siswa menjawab
5’
I. Penilaian
1. Teknik :
1.1. Tes untuk kerja berupa :
- Penilaian individu
- Penilaian hasil kerja
2. Bentuk Penialaian
- Tes uraian diskusi
3. Contoh Instrumen
1. Sebutkan tujuan konsumsi !
2. Jelaskan dan berikan contoh nilai pakai subjektif dan nilai tukar
objektif suatu barang/jasa !
.
83
Lampiran 1.1 Materi Pembelajaran 1. Manfaat dari suatu barang adalah kemampuan dari barang itu untuk memenuhi
atau memuaskan kebutuhan manusia. Manfaat suatu barang dapat bersifat
subjektif, artinya bergantung pada orang yang membutuhkannya dan hanya
dapat diukur dengan menggunakan tingkat intensitas kebutuhan yang dapat
dipenuhi oleh barang itu.
Contohnya: Buku dan alat-alat tulis memiliki tingkat intensitas yang tinggi
bila dilihat dari sudut pandang seorang pelajar, bila dibandingkan dengan
petani maka petani akan menilai buku dan alat-alat tulis tersebut kurang
bermanfaat dan lebih bermanfaat cangkul, pupuk dan alat-alat pertanian
lainnya.
Suatu Barang akan terasa manfaatnya apabila:
1. Sudah diubah bentuknya
misalnya: rotan di hutan akan lebih bermanfaat bila sudah dirubah bentuk
menjadi kursi, meja, lemari.
2. Sudah dipindahkan tempatnya
misalnya: batu di gunung, pasir dipantai akan lebih bermanfaat bila sudah
dipindahkan ke tempat-tempat pembangunan.
3. Sesuai waktu penggunaannya
misalnya: jas hujan dan payung akan lebih bermanfaat bila digunakan pada
musim hujan.
84
4. Sudah berpindah kepemilikan
misalnya: rumah akan bertambah nilai kegunaannya bila sudah dibeli dan
dimiliki.
Apabila dibuatkan suatu skema secara sederhana, maka nilai suatu barang
dapat terbagi sebagai berikut:
Berikut ini adalah pengertian dari nilai suatu barang:
a. Nilai Pakai adalah kemampuan suatu barang atau jasa yang dipakai untuk
memenuhi kebutuhan.
b. Nilai Pakai Objektif adalah kemampuan suatu barang atau jasa untu k
memuaskan atau memenuhi kebutuhan manusia.
(misal: pakaian, perhiasan)
c. Nilai Pakai Subjektif adalah suatu arti yang diberikan oleh seseorang atas
suatu barang / jasa tertentu sesuai kemampuan barang itu dalam memenuhi
kebutuhannya,(misal: buku pelajaran memiliki arti yang berguna bagi
pelajar)
d. Nilai Tukar adalah kemampuan suatu barang untuk dapat
dipertukarkan dengan barang lain.
e. Nilai Tukar Objektif adalah kemampuan suatu barang untuk dapat
ditukarkan dengan barang lain, nilai tukar objektif ditentukan oleh adanya
hubungan tukar-menukar.
85
Misalnya dalam membuat suatu barang yang diperlukan konsumen (sebut
saja untuk membuat tas atau sepatu dari kulit) seorang produsen
membuatnya berdasarkan apa yang diperlukan/diminta oleh konsumen,
bukan untuk keperluan pribadi, jadi produsen menilai barang berdasarkan
nilai tukar.
f. Nilai Tukar Subjektif adalah arti yang diberikan oleh seseorang terhadap
suatu barang berdasarkan kesanggupan barang tersebut untuk
dipertukarkan.
Misalnya si Ani sebagai konsumen mengatakan harga kemeja
Rp.198.000, maka yang dimaksud adalah nilai tukar objektifnya. Tetapi
bila si Ani adalah seorang produsen, maka dia melihatnya sebagai nilai
tukar subjektif, karena ada faktor yang mempengaruhi, diantaranya:
- biaya pembuatan dan biaya lain dari barang tersebut
- persaingan dengan produsen kemeja lain
Di lain pihak, bila si Ani adalah seorang pedagang, maka ia akan menilai
barang tersebut berdasarkan biaya yang akan dikeluarkan.
2. Permintaan konsumen terhadap barang dan jasa dipengaruhi oleh berbagai
faktor seperti pendapatan, selera, dan harga barang itu sendiri. Bila hal-hal lain
tetap, pada harga naik permintaan akan turun, sebaliknya pada harga turun
permintaan akan naik. Teori perilaku konsumen menjelaskan bagaimana
pembeli denagn pendapatan yang diperolehnya, dapat membeli barang dan
jasa yang mereka harapkan.
Orang yang berpegang pada prinsip ekonomi akan memilih barang-barang
yang dibelinya, serta jumlahnya sesuai dengan prioritas dan pendapatannya.
86
Seseoranmg yang pendapatannya tiap bulan Rp. 1.000.000 akan berusaha agar
konsumsinya kurang dari 1 juta rupiah, shingga ia mampu mnenabung.
Sebaliknya, bila pendapatannya naik menjadi 2.000.000 trntu akan meningkat,
namun harus diusahakan tabungan juga meningkat.
3. Bagaimana Isi dari Hukum Gossen?
Berdasarkan hasil penelitian seorang ahli ekonomi Jerman yang
bernama Gossen, ia membuat suatu kesimpulan bahwa “Jika pemuas terhadap
suatu benda berlangsung terus menerus, kenikmatan mula-mula mencapai
kepuasan tertinggi. Namun makin lama makin turun, sampai akhirnya
mencapai titik nol.”
Berikut ini ditampilkan tabel yang mengilustrasikan hasil penelitian dari
Gossen
Tabel kenikmatan meminum es jeruk
Urutan gelas yang diminum
TU MU
0 0 - 1 10 10 2 17 7 3 19 2 4 19 0
TU : adalah Total Utility/tingkat kepuasan total
MU : adalah Marginal Utility/nilai tambah.
Dari data tabel dapat terlihat bahwa pada gelas pertama bukan main nikmatnya
hingga mencapai kepuasan 10, untuk gelas kedua sudah mulai berkurang
87
kenikmatannya, sampai pada gelas yang terakhir nilai kenikmatannya 0 karena
sudah mencapai titik optimal.
88
Lampiran 1.2
Instrumen soal uraian
3. Uraikan faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat konsumsi !
4. Sebutkan ciri apabila barang sudah terasa manfaatnya !
89
Lampiran 1.3
Kunci Jawaban
1. Tujuan Konsumsi adalah :
~ mengurangi nilai guna barang atau jasa secara bertahap
~ mengahabiskan nilai guna barang sekaligus
~ memuaskan kebutuhan secara fisik
~ memuaskan kebutuhan rohani
2. Nilai Barang
Ü Nilai pakai subjektif : suatu arti yang diberikan seseorang atas suatu
barang/jasa tertentu sesuai dengan kemampuan barang itu dalam
memenuhi kebutuhan.
Contoh : buku pelajaran memiliki arti yang berguna bagi pelajar.
Ü Nilai tukar objektif : kemampuan suatu barang untuk dapat ditukarkan
dengan barang lain.
Contoh : produsen membuat barang berdasarkan apa yang
diminta/diperlukan oleh konsumen.
3. Faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat konsumsi
~ Pendapatan
~ Harga barang dan jasa
~ Kebiasaan konsumen
~ Adat-istiadat
~ Mode Barang
~ Barang substitusi
4. Ciri apabila barang sudah terasa manfaatnya adalah
90
- Sudah diubah bentuknya, misalnya: rotan di hutan akan lebih bermanfaat
bila sudah dirubah bentuk menjadi kursi, meja, lemari.
- Sudah dipindahkan tempatnya, misalnya: batu di gunung, pasir dipantai
akan lebih bermanfaat bila sudah dipindahkan ke tempat-tempat
pembangunan.
- Sesuai waktu penggunaannya, misalnya: jas hujan dan payung akan lebih
bermanfaat bila digunakan pada musim hujan.
- Sudah berpindah kepemilikan, misalnya: rumah akan bertambah nilai
kegunaannya bila sudah dibeli dan dimiliki.
91
Lampiran 1.4 Pedoman Penilaian / Penskoran No Soal Skor Soal 1
2
3
4
Sebutkan tujuan konsumsi !
Jelaskan dan berikan contoh nilai pakai subjektif dan nilai
tukar objektif suatu barang/jasa !
Uraikan faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat konsumsi !
Sebutkan ciri apabila barang sudah terasa manfaatnya !
.
25
25
25
25
Skor Maksimal 100
92
Lampiran 1.5 Rancangan pemanfaatna media pembelajaran
Media pembelajaran yang dipakai adalah LKS / lembar soal. Pada
pembelajaran ini peneliti menggunakan dua lembar soal. Pertama lembar soal post
test dan ke dua lembar soal diskusi.
Guru membagikan lembar soal diskusi kepada seluruh kelompok dimana
masing-masing kelompok mendapatkan satu buah lembar soal. Kemudian
kelompok tersebut membahas permasalahan yang ada pada lembar soal tersebut
sesuai dengan perintah. Untuk lembar post test, masing-masing siswa
mendapatkan satu buah soal. Siswa mengerjakan lembar soal post test secara
individu dan sesuai dengan perintah.
93
Lampiran 2
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus II
Satuan Pendidikan : SMA LABORATORIUM Malang
Mata Pelajaran : Ekonomi
Materi Pokok : Perilaku Konsumen dan Produsen
Sub Materi Pokok : Perilaku Produsen
Kelas/Semester : X / Gasal
Alokasi Waktu : 1 x 45 Menit
A. Standar Kompetensi
2. Memahami permasalahan ekonomi dalam kaitannya dengan kebutuhan
manusia, kelangkaan dan sistem ekonomi
B. Kompetensi Dasar
2.1 Mendeskripsikan Pola Perilaku Konsumen dan Produsen Dalam Kegiatan
Ekonomi
C. Indikator Hasil Belajar
1. Menjelaskan perilaku produsen
2. Mennyebutkan perilaku produsen / pengusaha yang mengutamakan
kepentingan masyarakat dan merugikan masyarakat
D. Tujuan Pembelajaran
Setelah selesai kegiatan pembelajaran, diharapkan siswa mampu :
1. Siswa dapat menjelaskan definisi mengenai perilaku produsen
2. Siswa dapat menyebutkan perilaku produsen / pengusaha yang merugikan
dan menguntungkan bagi masyarakat
94
E. Materi Pembel;ajaran
1. Pola perilaku produsen
2. Perilaku produsen / pengusaha yang mengutamakan kepentingan
masyarakat dan merugikan masyarakat
F. Sumber Belajar / Media / Alat Pembelajaran
1. Media Pembelajaran
- LKS / lembar soal
2. Alat Pembelajaran
1. Papan tulis
2. Kapur tulis
3. Penghapus
3. Sumber Belajar
1. Artikel dari internet
2. Habibi, M dkk. 2007. Ekonomi untuk SMA dan MA Kelas X. Jakarta:
Piranti Darma Kalokatama
G. Strategi Belajar
• Pendekatan Diskusi kelompok
• Metode Kontekstual Learning
• Model Pembelajaran Berbasis Masalah
H. Skenario Pembelajaran
Pertemuan 1
No Langkah Pembelajaran
Kegiatan guru Kegiatan siswa Alokasi waktu
Strategi / Metode
1 Kegiatan Awal (membuka pelajaran)
1.1 Guru memberi salam 1.2 Guru mengabsen siswa 1.3 Guru menanyakan
kesiapan siswa menerima pelajaran
1.4 Guru menetapkan dan menjelaskan tujuan pembelajaran hari ini
1.5 Guru
Siswa menjawab Siswa memperhatikan dengan seksama Siswa
10’ Ceramah dan pemberian informasi
95
menginformasikan agar siswa mengikuti pelajaran dengan sungguh-sungguh karena di akhir pelajaran akan ada tugas individu
menyimak penjelasan guru
2 Kegiatan Inti (mengembangkan pelajaran)
2.1 Guru membagi kelas menjadi lima kelompok yang terdiri dari empat kelompok anggotanya tujuh orang siswa dan satu kelompok angggotanya enam orang siswa, dimana setiapkelompok terbagi secara heterogen.
2.2 Guru memberikan LKS pada siswa
2.3 Guru memotivasi siswa untuk melakukan penyelidikan
2.4 Guru Membantu siswa/kelompok yang mengalami kesulitan
2.5 Guru membimbing
siswa untuk melaporkan hasil disksusi
2.6 Siswa mendiskusikan
hasil diskusi
Siswa mencatat nama-nama kelompoknya Siswa memperhatikan dengan seksama
70’
Problem Based Learning
3 Kegiatan akhir (Menutup pelajaran)
3.1 Guru meminta siswa untuk memberikan kesimpulan
3.2 Guru menugaskan kepada siswa untuk mecari artikel tentang kasus perilaku konsumen dan dianalisis.
3.3 Guru memberikan evaluasi dari proses pembelajaran
3.4 Guru memberikan refleksi dari proses belajar mengajar
Siswa memberi kesimpulan Siswa memperhatikan dengan seksama Siswa memperhatikan dengan seksama Siswa memperhatikan dengan
5’
5’
Ceramah Bervariasi dan Pemberian tugas
96
3.5 Guru memberi salam penutup
seksama Siswa menjawab
E. Penilaian
1. Teknik :
1.1. Tes untuk ekrja berupa :
1.Penilaian individu
2.Penilaian hasil kerja
2. Bentuk Penialaian
- Tes uraian diskusi
3. Contoh Instrumen
1. Jelaskan pengertian produksi !
2. Sebutkan dan jelaskan macam – macam produksi barang !
97
Lampiran 2.1 Materi Pembelajaran 1. Pada dasarnya produsen memiliki peran penting dalam kegiatan produksi dan
distribusi dalam memenuhi kebutuhan masyarakat berupa penyediaan barang
dan jasa yang mencukupi semua kebutuhan, baik sandang, pangan, papan,
pendidikan, kesehatan, maupun hiburan. Apabila tidak ada produksi dan
distribusi, maka tidak akan terjadi konsumsi. Maka para produsen mengatur
kerjasama faktor-faktor produksi sehingga menghasilkan output yang sesuai
dengankebutuhan masyarakat. Di samping itu, produsen juga memikirkan
kepentingan untuk mencari keuntungan.
Misalnya, seorang pengusaha berusaha memenuhi kebutuhan konsumsi gula
pasir yang dibutuhkan konsumen. Maka ia berusaha memasok kebutuhan gula
bagi konsumen dengan memproduksi sesuai kebutuhan konsumen dan
berusaha untuk mendapatkan bahan baku gula (tebu) dari petani-petani tebu
dengan harga yang relatif lebih murah, dengan tujuan untuk menekan biaya
produksi dan mendapatkan keuntungan.
2. Apa saja perilaku pengusaha yang menguntungkan masyarakat?
Berikut ini beberapa perilaku pengusaha yang mengutungkan masyarakat:
1. Memiliki keahlian pengusaha, berperilaku profesional sehingga mampu
menciptakan hasil produksi yang sesuai dengan kebutuhan dan daya beli
masyarakat.
2. Mampu meningkatkan produksi dengan menentukan komposisi faktor-
faktor produksi yang dapat meminimumkan biaya.
98
3. Berusaha dan mampu memperoleh keuntungan maksimal yang digunakan
antara lain untuk meningkatkan dan masyarakat di sekitar perusahaan.
4. Menggunakan keuntungan perusahaan untuk memperluas usaha.
5. Patuh membayar pajak
6. Mampu mengolah limbah perusahaan, sehingga tidak menimbulkan
pencemaran.
Apa saja perilaku Pengusaha yang merugikan masyarakat?
Berikut ini beberapa perilaku pengusaha yang merugikan masyarakat:
1. Tidak memiliki keahlian pengusaha
2. Fungsi-fungsi pengusaha, seperti penerapan fungsi manajemen planning,
organizing, actuating and controlling tidak efektif dan terjadi pemborosan.
3. Biaya produksi lebih besar dari hasil penjualan, sehingga perusahaan
menderita kerugian
4. Pajak tidak dibayar
5. Perolehan kredit dari bank tidak digunakan untuk menyehatkan
perusahaan, tetapi digunakan untuk kepentingan pribadi.
6. Limbah industri perusahaan mencemari sungai dan udara sekitarnya
99
Lampiran 2.2 Instrumen soal uraian
3. Jelaskan apakah yang dimaksud dengan tenaga kerja terdidik dan berikan
contohnya !
4. Sebutkan dan jelaskan modal berdasarkan bentuknya !
100
Lampiran 2.3 Kunci Jawaban
1. Produksi adalah usaha atau kegiatan manusia untuk menciptakan atau
menambah setiap usaha atau kegiatan manusia untuk menciptakan atau
menambah daya guna sesuatu benda atau jasa bagi pemenuhan kebutuhan
manusia.
2. Produksi Barang
Ü Barang konsumsi adalah barang-barang yang langsung dapat
digunakan untuk memuaskan kebutuhan konsumen.
Contoh : pakaian, beras, alat tulis, dll
Ü Barang modal adalah barang-barang yang berguna untuk menghasilkan
barang lain atau barang untuk digunakan dalam proses produksi
selanjutnya.
Contoh : mesin pabrik, alat produksi, bahan mentah, dll
3. Tenaga kerja terdidik adalah tenaga kerja yang memperoleh pendidikan
sebelumnya.
Contoh : Guru, dokter, akuntan, dll
4. Modal Berdasarkan bentuknya
X Modal nyata adalah modal yang berupa barang yang dapat dilihat dan
digunakan dalam proses produksi.
Contoh : Mesin-mesin di pabrik, gedung, dan peralatan
X Modal abstrak adalah modal yang tidak dapat dilihat tapi dapat
dirasakan dalam memperlancar proses prodduksi.
Contoh : keahlian, hak paten, pengetahuan, nama baik, dll
101
Lampiran 2.4 Pedoman Penilaian / Penskoran No Soal Skor Soal 1
2
3
4
Jelaskan pengertian produksi !
Sebutkan dan jelaskan macam – macam produksi barang !
Jelaskan apakah yang dimaksud dengan tenaga kerja terdidik dan
berikan contohnya !
Sebutkan dan jelaskan modal berdasarkan bentuknya !
25
25
25
25
Skor Maksimal 100
102
Lampiran 2.5 Rancangan pemanfaatna media pembelajaran
Media pembelajaran yang dipakai adalah LKS / lembar soal. Pada
pembelajaran ini peneliti menggunakan dua lembar soal. Pertama lembar soal post
test dan ke dua lembar soal diskusi.
Guru membagikan lembar soal diskusi kepada seluruh kelompok dimana
masing-masing kelompok mendapatkan satu buah lembar soal. Kemudian
kelompok tersebut membahas permasalahan yang ada pada lembar soal tersebut
sesuai dengan perintah. Untuk lembar post test, masing-masing siswa
mendapatkan satu buah soal. Siswa mengerjakan lembar soal post test secara
individu dan sesuai dengan perintah.
103
Lampiran 3
Soal Pre Test dan Pos Tes Siklus I
A
I. Pilihlah satu jawaban yang paling tepat!
ULANGAN HARIAN
PERILAKU KONSUMEN
1. Kegiatan mengurangi nilai guna barang adalah….
a. Produksi c. konsumen e. konsumsi b. Distribusi d. produsen
2. Sebuah buku tulis di nilai oleh seorang pelajar sangat tinggi, dan oleh
pedagang di nilai lebih rendah. Penilaian itu di dasarkan pada…. a. nilai pakai obyektif d. nilai tukar subyektif b. nilai pakai subyektif e. nilai marginal c. nilai tukar obyetif
3. Kesegaran sonia bertambah sesudah makan siang. Pernyataan ini termasuk
dalam…. a. masalah konsumsi d. ciri-ciri konsumsi b. kegiatan konsumsi e. tujuan konsumsi c. faktor konsumsi
4. Amatilah tabel nilai guna total di bawah ini! Jumlah barang yang
dikonsumsi Nilai guna total
0 1 2 3 4 5
40 40 60 70 75 75
Nilai guna total tertinggi konsumsi barang adalah… a. 5 unit c. 3 unit e. 1 unit b. 4 unit d. 2 unit
5. Penemuan kebutuhan atas suatu barang jika terus menerus dilakukan mula-mula kepuasan meningkat, dan pada akhirnya akan menurun. Pernyataan tersebut adalah bunyi dari… a. R. Malthus d. Hukum Gossen I b. Ricardo e Hukum Gossen II c. Adam Smith
104
6. Pola hidup sederhana adalah faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat konsumsi ditinjau dari… a. mode barang d. pendapatan konsumen b. kebiasaan konsumen e. barang subsitusi c. adat-istiadat konsumen
7. Dengan meningkatnya pendapatan rata-rata rumah tangga, kita biasanya mengaharapkan…… a. Proporsi pendapatan yang dialokasikan untuk makan akan meningkat,
karena makanan penting sekali b. Permintaan akan barang akan meningkat karena barang-barang akan
turun c. Kebiasaan berbelanja tetap d. Proporsi pendapatan yang akan dialokasikan untuk kebutuhan yang
lebih mewah akan meningkat e. Permintaan barang akan menurun, karena harga barang akan naik
8. Konsumen dalam membelanjakan uangnya harus bertindak secara ekonomis. Artinya…… a. Barang yang dijumpai harus dibeli b. Uang yang dibelanjakan dapat memenuhi kebutuhan c. Mempertimbangkan antara pengorbanan dan hasil d. Berusaha sedikit mungkin mengeluarkan uang e. Membeli barang yang mewah
9. Jika seseorang pada saat menambah konsumsinya, tetapi sudah jelas tidak
mendatangkan kepuasan, maka pada saat itu tambahan kepuasan akan…… a. maksimum d. meningkat b. minimum e. menurun c. sama dengan nol
10. Paradoks atau pertentangan nilai dapat di pecahkan dengan teori…
a. nilai pakai d. nilai obyektif b. nilai tukar e. nilai guna marginal c. nilai subyektif
105
Lampiran 4 Kunci Jawaban Soal Pre Test dan Pos Tes Siklus I I. Pilihan Ganda
1. E 2. B 3. E 4. D 5. D 6. B 7. A 8. B 9. E 10. E
106
Lampiran 5 Soal Pos Tes Siklus II
ULANGAN HARIAN
PERILAKU PRODUSEN
A I. Pilihlah satu jawaban yang paling tepat!
1. Kegiatan yang berhubungan dengan usaha untuk menciptakan dan
menambah daya guna suatu barang dan jasa adalah… a. Konsumsi d. Fungsi produksi b. Distribusi e. Faktor-faktor produksi c. Produksi
2. Memenuhi kebutuhan masyarakat adalah…
a. Tujuan produksi d. Fungsi produksi b. Faktor produksi e. Faedah produksi c. Guna produksi
3. Faktor produksi asli meliputi…. a. Tanah pertanian dan karyawan b. Tanah perkebunan dan mesin pabrik c. Barang tambang dan kemampuan manajerial d. Peralatan pabrik dan keahlian e. Teknologi dan manajerial
4. Yang termasuk kelompok faktor produksi turunan adalah…... a. Alam dan modal b. Modal dan tenaga kerja c. Modal dan skill d. Alam dan skill e. Alam dan tenaga kerja
5. Salah satu anggota masyarakat di Jakarta mempunyai kegiatan usaha
dengan menyewakan/mengontrakan rumah dan tanah. Dengan demikian anggota masyarakat tersebut memiliki…… a. Faktor produksi alam b. Faktor produksi tenaga kerja c. Faktor produksi modal d. Faktor produksi perdagangan e. Faktor produksi modal dan alam
6. Kegiatan yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat, yang meliputi kegiatan menyediakan barang dan jasa yang mencukupi semua kebutuhan, baik berupa pangan, sandang, papan, pendidikan, kesehatan, maupun hiburan, merupakan serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh……
Selamat Mengerjakan
107
Selamat Mengerjakan
a. Perusahaan d. Distributor b. Produsen e. Tenaga kerja c. Konsumen
7. Produsen memegang peranan penting dalam kegiatan……
a. Produksi b. Konsumsi c. Distribusi d. Produksi dan konsumsi e. Produksi dan distribusi
8. Tujuan utama dari seorang pengusaha (produsen) adalah…… a. Menambah nilai guna suatu barang b. Menghabiskan nilai guna suatu barang c. Menyalurkan barang dan jasa d. Mencari keuntungan e. Menghabiskan faktor-faktor produksi
9. Perilaku produsen (pengusaha) yang menguntungkan masyarakat adalah sebagai berikut: 1. Mampu meningkatkan produksi dengan menentukan komposisi faktor-
faktor produksi yang dapat meminimumkan biaya. 2. Berusaha dan mampu memperoleh keuntungan maksimal yang
digunakan antara lain untuk meningkatkan dan masyarakat di sekitar perusahaan.
3. Menggunakan keuntungan perusahaan untuk memperluas usaha kelompok. 4. Pajak tidak di bayar. Pernyataan diatas merupakan macam-macam perilaku produsen (pengusaha) yang menguntungkan masyarakat, kecuali: a. 1 dan 2 d. 2 dan 4 b. 1 dan 3 e. 3 dan 4 c. 2 dan 3
10. Perilaku produsen (pengusaha) yang merugikan masyarakat adalah sebagai berikut: 1. Berusaha dan mampu memperoleh keuntungan maksimal yang
digunakan antara lain untuk meningkatkan kesejahteraan karyawan dan masyarakat di sekitar perusahaan.
2. Fungsi-fungsi pengusaha, seperti penerapan fungsi manajemen planning, organizing, actuating and controlling tidak efektif dan terjadi pemborosan.
3. Biaya produksi lebih besar dari hasil penjualan, sehingga perusahaan menderita kerugian.
4. Mampu mengolah limbah perusahaan, sehingga tidak menimbulkan pencemaran. Pernyataan diatas merupakan macam-macam perilaku produsen (pengusaha) yang merugikan masyarakat, kecuali: a. 1 dan 2 d. 2 dan 4 b. 1 dan 3 e. 3 dan 4 c. 1 dan 4
108
Lampiran 6 Kunci Jawaban Soal Pos Tes Siklus II Tipe A I. Pilihan Ganda
1. C 2. D 3. A 4. C 5. E 6. B 7. E 8. D 9. E 10. C
109
Lampiran 7
Lembar Observasi Kegiatan Guru
Hari / Tgl :
Materi :
Pertemuan :
Lembar Observasi Kegiatan Guru
Fase Pembelajaran
Kegitan Ya Tidak Ket.
Pendahuluan
Kegiatan Inti
Penutup
1. Guru mengadakan pre test pada
siklus 1
2. Guru menggali pengetahuan awal
siswa
3. Guru mengelompokkan siswa ke
dalam anggota kelompok
4. Guru memberikan permasalahan
yang sama pada tiap siswa dalam
kelompok.
5. Guru menugaskan siswa dalam
kelompok untuk membaca dan
mendiskusikan permasalahan yang
ditugaskan
6. Guru membimbing siswa ke tiap
kelompok yang berbeda yang merasa
kesulitan dalam mendiskusikan
permasalahan yang diberikan oleh
guru
7. Guru memberikan kebebasan kepada
siswa untuk menggunakan berbagai
sumber pustaka yang relevan
8. Setelah selesai diskusi, guru
menunjuk salah satu kelompok untuk
membacakan hasil diskusinya
9. Guru memberikan kesempatan pada
siswa untuk mengemukakan
pendapatnya
10. Guru membimbing siswa untuk
mengemukakan kesimpulan atau
generalisasi.
11. Guru memberikan evaluasi
12. Guru mengadakan post test
(Sumber : diadabtasi dari Sriweni, 2006 : 80 - 81)
110
Lampiran 7.1
TABEL OBSERVASI KEGIATAN GURU PADA SIKLUS I
Hari / Tgl : Selasa, 29 Juli 2009
Materi : Perilaku Konsumen
Pertemuan : I
Fase Pembelajaran
Kegitan Ya Tidak Ket.
Pendahuluan
Kegiatan Inti
1. Guru mengadakan pre
test pada siklus 1
2. Guru menggali
pengetahuan awal siswa
3. Guru mengelompokkan
siswa ke dalam anggota
kelompok
4. Guru memberikan
permasalahan yang sama
pada tiap siswa dalam
kelompok.
5. Guru menugaskan siswa
dalam kelompok untuk
membaca dan
mendiskusikan
permasalahan yang
ditugaskan
6. Guru membimbing siswa
ke tiap kelompok yang
1
1
1
1
1
1
Guru bertanya untuk
menggali
pengetahuan awal
siswa dengan
pertanyaan “Apakah
ada yang tahu apa itu
barang? Kalau nilai
suatu barang ada
yang tahu?”.
Guru membagi kelas
dalam 8 kelompok
yang masing-masing
kelompok terdiri dari
8 anggota. Dan salah
satu kelompok terdiri
dari 6 orang
Guru mengajukan
masalah pada tiap
kelompok.
Guru keliling ke
masing-masing
111
Penutup
Jumlah
berbeda yang merasa
kesulitan dalam
mendiskusikan
permasalahan yang
diberikan oleh guru
7. Guru memberikan
kebebasan kepada siswa
untuk menggunakan
berbagai sumber pustaka
yang relevan
8. Setelah selesai diskusi,
guru menunjuk salah
satu kelompok untuk
membacakan hasil
diskusinya
9. Guru memberikan
kesempatan pada siswa
untuk mengemukakan
pendapatnya
10. Guru membimbing siswa
untuk mengemukakan
kesimpulan atau
generalisasi.
11. Guru memberikan
evaluasi
12. Guru mengadakan post
test
1
1
1
1
10
1
1
2
kelompok untuk
membimbing siswa
mencari alternatif
penyelasian dari
permasalahan
tersebut.
Guru keliling ke
masing-masing
kelompok untuk
membimbing siswa
melaporkan hasil
diskusi kelompok.
Siswa diberi
kebebasan untuk
bertanya dan
menanggapi
permasalahan.
Guru membuat
kesimpulan/
generalisasi sendiri.
(Sumber : diadaptasi dari Sriweni, 2006 : 80 - 81)
Rumus perhitungan Persentase Keberhasilan (Arikunto, 2002:235-236) :
• Langkah-langkah yang telah dilaksanakan :
Presentasi Keberhasilan ═ %100Xmaksimalskor
dicapaiyangskor
∑∑
= %10012
10x
112
= 83,33 %
• Langkah-langkah yang belum dilaksanakan
Presentasi Keberhasilan ═ %100Xmaksimalskor
dicapaiyangskor
∑∑
= %10012
2x
= 16,67 %
113
Lampiran 7.2
TABEL OBSERVASI KEGIATAN GURU PADA SIKLUS II
Hari / Tgl : Selasa, 4 Agustus 2009
Materi : Perilaku Produsen
Pertemuan : II
Fase Pembelajaran
Kegitan Ya Tidak Ket.
Pendahuluan
Kegiatan Inti
1. Guru menggali
pengetahuan awal siswa
2. Guru mengelompokkan
siswa ke dalam anggota
kelompok
3. Guru memberikan
permasalahan yang sama
pada tiap kelompok
4. Guru menugaskan siswa
dalam kelompok untuk
membaca bagian materi
yang ditugaskan
5. Guru membimbing siswa
ke tiap kelompok yang
berbeda untuk
mendiskusikan materi
mereka
6. Guru memberikan
kebebasan kepada siswa
untuk menggunakan
berbagai sumber pustaka
1
1
1
1
1
1
Guru bertanya untuk
menggali
pengetahuan awal
siswa dengan
pertanyaan “Apa
pengertian dari
produksi? Kalau
produsen?”.
Guru membagi kelas
dalam 5 kelompok
yang masing-masing
kelompok terdiri dari
8 anggota dan satu
kelompok teridri dari
6 orang.
Guru mengajukan
masalah pada tiap
kelompok.
Guru keliling ke
masing-masing
kelompok untuk
membimbing siswa
dalam mencari solusi
permaslahan yang
ada
114
Penutup
Jumlah
yang relevan
7. Guru menunjuk salah
satu kelompok untuk
mempresentasikan hasil
diskusi
8. Guru memberikan
kesempatan pada siswa
untuk mengemukakan
pendapatnya
9. Guru membimbing siswa
untuk mengemukakan
kesimpulan atau
generalisasi.
10. Guru memberikan
evaluasi
11. Guru mengadakan post
test
1
1
1
1
10
1
1
Siswa diberi
kebebasan untuk
bertanya dan
menanggapi
permasalahan.
Guru bersama siswa
membuat
kesimpulan/
generalisasi.
(Sumber : diadabtasi dari Sriweni, 2006 : 80 - 81)
Rumus perhitungan Persentase Keberhasilan (Arikunto, 2002:235-236) :
• Langkah-langkah yang telah dilaksanakan :
Presentasi Keberhasilan ═ %100Xmaksimalskor
dicapaiyangskor
∑∑
= %10011
10x
= 90,91 %
• Langkah-langkah yang belum dilaksanakan
Presentasi Keberhasilan ═ %100Xmaksimalskor
dicapaiyangskor
∑∑
= %10011
1x
= 9,09 %
115
Lampiran 8
Lembar Observasi Kegiatan Siswa
Fase Pembelajaran Kegiatan Ya Tidak Ket.
Pendahuluan
Kegiatan Inti
Penutup
1. Siswa antusias saat fenomena
awal disajikan
2. Siswa mengajukan pertanyaan saat
fenomena awal disajikan
3. siswa menjawab pertanyaan guru
4. Siswa berdiskusi sesuai dengan
materi yang ditugaskan dalam
kelompok
5. Siswa dapat bekerjasama dengan
baik dalam kelompoknya
6. Kelompok presenter menyajikan
hasil diskusi dalam kelompoknya
7. Kelompok presenter mampu
menjawab pertanyaan teman
8. Siswa aktif bertanya
9. Siswa mengacungkan tangan saat
bertanya, berpendapat dan bertanya
10. Siswa menghargai pendapat
temannya
11. Siswa aktif menanggapi presentasi
temannya
12. Siswa memusatkan perhatian pada
diskusi
13. Siswa memusatkan perhatian pada
presentasi
14. Siswa dapat menyimpulkan materi
yang dibahas
15. Siswa mampu menjawab pertanyaa
guru
16. Siswa mengemukakan masalah
baru
Diadaptasi dari Sriweni, 2006 : 78
116
Lampiran 8.1
TABEL OBSERVASI KEGIATAN SISWA PADA SIKLUS I
Diadaptasi dari Sriweni, 2006 : 78
Fase Pembelajaran
Kegiatan Ya Tidak Ket.
Pendahuluan
Kegiatan Inti
Penutup
1. Siswa antusias saat
fenomena awal disajikan
2. Siswa mengajukan
pertanyaan saat
fenomena awal disajikan
3. Siswa menjawab
pertanyaan guru
4. Siswa berdiskusi sesuai
dengan materi yang
ditugaskan dalam
kelompok
5. Siswa dapat bekerjasama
dengan baik dalam
kelompoknya
6. Kelompok presenter
menyajikan hasil diskusi
ke kelompokn lainnya
7. Kelompok presenter
mampu menjawab
pertanyaan teman
8. Siswa aktif bertanya
9. Siswa mengacungkan
tangan saat bertanya,
berpendapat dan
bertanya
10. Siswa menghargai
pendapat temannya
11. Siswa aktif menanggapi
presentasi temannya
12. Siswa memusatkan
perhatian pada diskusi
13. Siswa memusatkan
perhatian pada presentasi
14. Siswa dapat
menyimpulkan materi
yang dibahas
15. Siswa mampu menjawab
pertanyaan guru
16. Siswa mengemukakan
masalah baru
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
Siswa menjawab
pertanyaan yang
diajukan oleh guru.
Ada pembagian
tugas kelompok,
tugas membaca,
menulis, dan
mencari bahan.
Siswa mau
mendengarkan dan
memperhatikan
117
jumlah 12 4
Rumus perhitungan Persentase Keberhasilan (Arikunto, 2002:235-236) :
• Langkah-langkah yang telah dilaksanakan :
Presentasi Keberhasilan ═ %100Xmaksimalskor
dicapaiyangskor
∑∑
= %10016
12x
= 75 %
• Langkah-langkah yang belum dilaksanakan
Presentasi Keberhasilan ═ %100Xmaksimalskor
dicapaiyangskor
∑∑
= %10016
14x
= 25 %
118
Lampiran 8.2
TABEL OBSERVASI KEGIATAN SISWA PADA SIKLUS II
Diadaptasi dari Sriweni, 2006 : 78
Fase Pembelajaran
Kegiatan Ya Tidak Ket.
Pendahuluan
Kegiatan Inti
Penutup
jumlah
1. Siswa antusias saat
fenomena awal disajikan
2. Siswa mengajukan
pertanyaan saat
fenomena awal disajikan
3. Siswa menjawab
pertanyaan guru
4. Siswa berdiskusi sesuai
dengan materi yang
ditugaskan
5. Siswa dapat bekerjasama
dengan baik dalam
kelompoknya
6. Kelompok presenter
menyajikan hasil diskusi
ke kelompok lainnnya
7. Kelompok presenter
mampu menjawab
pertanyaan teman
8. Siswa aktif bertanya
9. Siswa mengacungkan
tangan saat bertanya,
berpendapat dan
bertanya
10. Siswa menghargai
pendapat temannya
11. Siswa aktif menanggapi
presentasi temannya
12. Siswa memusatkan
perhatian pada diskusi
13. Siswa memusatkan
perhatian pada presentasi
14. Siswa dapat
menyimpulkan materi
yang dibahas
15. Siswa mampu menjawab
pertanyaa guru
16. Siswa mengemukakan
masalah baru
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
14
1
1
2
Siswa menjawab
pertanyaan guru.
Siswa mengajukan
pertanyaan
mengenai hal-hal
yang terkait dengan
ketenagakerjaan.
Ada pembagian
tugas kelompok,
tugas membaca,
menulis, dan
mencari bahan.
Siswa aktif
bertanya mengenai
Jawaban yang
diajukan kelompok
presenter
Siswa mau
mendengarkan dan
memperhatikan
119
Rumus perhitungan Persentase Keberhasilan (Arikunto, 2002:235-236) :
• Langkah-langkah yang telah dilaksanakan :
Presentasi Keberhasilan ═ %100Xmaksimalskor
dicapaiyangskor
∑∑
= %10016
14x
= 87,5 %
• Langkah-langkah yang belum dilaksanakan
Presentasi Keberhasilan ═ %100Xmaksimalskor
dicapaiyangskor
∑∑
= %10016
2x
= 12,5 %
120
Lampiran 9
Format Penilaian Presentasi Hasil Diskusi Pokok Bahasan : Sub Pokok Bahasan :
Hari/ tanggal : No
Absen
Mempresent
asikan
Menanggapi Bertanya Menjawab
1 2 3 4 5 6 7 8 9
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
39
40
121
Keterangan :
1. Jelas
2. Kurang jelas
3. Kritis
4. Kurang jelas
5. Analisis
6. Klarifikasi jawaban
7. Benar
8. Kurang tepat
9. Salah
122
Lampiran 9.1
Format Penilaian Presentasi Hasil Diskusi Siklus I
Pokok Bahasan : Perilaku Konsumen dan Produsen
Sub Pokok Bahasan :
1. Manfaat dan nilai suatu barang
2. Pola perilaku konsumen
3. Isi hukum Gossen
Hari/ tanggal : Selasa, 28 Juli 2009
No
Absen
Mempresen
tasikan
Menanggapi Bertanya Menjawab
1 2 3 4 5 6 7 8 9
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
123
30
31
32
33
34
35
36
37
38
√
√
√
√
√
√
√
√
√
1. Jelas
2. Kurang jelas
3. Kritis
4. Kurang jelas
5. Analisis
6. Klarifikasi jawaban
7. Benar
8. Kurang tepat
9. Salah
124
Keterangan :
Rumus Perhitungan (Arikunto, 2002:235-236) :
Presentasi Keberhasilan ═ %100Xmaksimalskor
dicapaiyangskor
∑∑
1.Persentase keberhasilan = %7,5%10035
2 =x
2.Persentase keberhasilan = %6,28%10035
10 =x
3.Persentase keberhasilan = %2,14%10035
5 =x
4.Persentase keberhasilan = %7,5%10035
2 =x
5.Persentase keberhasilan = %2,14%10035
5 =x
6.Persentase keberhasilan = %42,11%10035
4 =x
7.Persentase keberhasilan = %42,11%10035
4 =x
8.Persentase keberhasilan = %6,8%10035
3 =x
125
Lampiran 9.2
Format Penilaian Presentasi Hasil Diskusi Siklus II
Pokok Bahasan : Perilaku Konsumen dan Produsen
Sub Pokok Bahasan :
1. Pola perilaku produsen.
2. Perilaku produsen / pengusaha yang mengutamakan kepentingan masyarakat
dan merugikan masyarakat
Hari/ tanggal : Selasa, 4 Agustus 2009
No
Absen
Mempresen
tasikan
Menanggapi Bertanya Menjawab
1 2 3 4 5 6 7 8 9
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
126
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
Keterangan :
1. Jelas
2. Kurang jelas
3. Kritis
4. Kurang jelas
5. Analisis
6. Klarifikasi jawaban
7. Benar
8. Kurang tepat
9. Salah
127
Keterangan :
Rumus Perhitungan (Arikunto, 2002:235-236) :
Presentasi Keberhasilan ═ %100Xmaksimalskor
dicapaiyangskor
∑∑
1.Persentase keberhasilan = %14,7%10042
3 =x
2.Persentase keberhasilan = %57,28%10042
12 =x
3.Persentase keberhasilan = %67,16%10042
7 =x
4.Persentase keberhasilan = %38,2%10042
1 =x
5.Persentase keberhasilan = %28,14%10042
6 =x
6.Persentase keberhasilan = %9,11%10042
5 =x
7.Persentase keberhasilan = %29,14%10042
6 =x
8.Persentase keberhasilan = %76,4%10042
2 =x
128
Lampiran 10
Daftar Nama-nama Kelompok Siklus I
Kelompok Asal Anggota 1 1. Aditya Rizqi (2)
2. Doni Chandra (12) 3. Fifi Ekasari (18) 4. Rachma Maharani K (28) 5. Teguh Prasetya (32) 6. Yunita Ulin Maya F(37)
2 1. Adhy Wicaksono (1) 2. Faradila Anannisa (16) 3. Fadila Nurul A (15) 4. Febrita Millati (17) 5. M. Yusuf S (23) 6. Othman Hizbullah (27) 7. Rizky Trinanda (29) 8. Wiga Irmani (35)
3 1. Cahyo R (7) 2. Deny Yuniar S ( 8) 3. Iftitahul M.C ( 20) 4. Krisnha Rizky (21) 5. Nur Lailatul K (25) 6. Nurotul C (26) 7. Yunus MS Thalib (38) 8. M. Syaiful (24)
4 1. Affas AH (3) 2. Anggraini F (4) 3. Ayu Winny S (6) 4. Desi Ratna S (9) 5. Devi Natalia (10) 6. Doit Pradana Putra (11) 7. M. Asrul H (22) 8. Soni Setiawan (31)
5 1. Arriza Insiya (5) 2. Dzulkifli Taufik A (13) 3. Fabella Kumaira (14) 4. Hardiana Ayu L (19) 5. Shellie Riyanto (30) 6. Temmy Indra P ( 33) 7. Vindy Dewi Novitasari (34) 8. Yoga Ari Kurniawan (36)
129
Daftar Nama-nama Kelompok Siklus II
Kelompok Asal Anggota 1 1. Adhy Wicaksono (1)
2. Aditya Rizqi (2) 3. Affas AH (3) 4. Anggraini F (4) 5. Arriza Insiya (5) 6. Ayu Winny S (6) 7. Cahyo R (7) 8. Deny Yuniar S ( 8)
2 1. Desi Ratna S (9) 2. Devi Natalia (10) 3. Doit Pradana Putra (11) 4. Doni Chandra (12) 5. Dzulkifli Taufik A (13) 6. Fabella Kumaira (14) 7. Fadila Nurul A (15) 8. Faradila Anannisa (16)
3 1. Febrita Millati (17) 2. Fifi Ekasari (18) 3. Hardiana Ayu L (19) 4. Iftitahul M.C ( 20) 5. Krisnha Rizky (21) 6. M. Asrul H (22)
4 1. M. Yusuf S (23) 2. M. Syaiful (24) 3. Nur Lailatul K (25) 4. Nurotul C (26) 5. Othman Hizbullah (27) 6. Rachma Maharani K (28) 7. Rizky Trinanda (29) 8. Shellie Riyanto (30)
5 1. Soni Setiawan (31) 2. Teguh Prasetya (32) 3. Temmy Indra P (33) 4. Vindy Dewi Novitasari (34) 5. Wiga Irmani (35) 6. Yoga Ari Kurniawan (36) 7. Yunita Ulin Maya F(37) 8. Yunus MS Thalib (38)
130
Lampiran 11
Hasil Prestasi Belajar Siswa Siklus I dan Siklus II
No Nama Siswa Pretest Post Test 1 Post Test II
1 ADHY WICAKSONO 70 80 70
2 ADITYA RIZKI R 70 80 90
3 AFFAS A.H 70 80 90
4 ANGGRAINI F 70 80 90
5 ARRIZA INSIYA 50 80 70
6 AYU WINNY SARI 50 50 70
7 CAHYO RIFATONO 60 80 70
8 DENY YUNIAR 60 80 80
9 DESI RANITA S 60 60 80
10 DEVI NATALIA 60 80 80
11 DOIT PRADANA P 70 70 80
12 DONNY CHANDRA 40 90 70
13 DZULKIFLI TAUFIK A 80 80 80
14 FABELLA KUMAIRA 60 80 90
15 FADILAH N A 70 60 70
16 FARADILLA A 60 80 90
17 FEBRITA MILLATI 60 90 80
18 FIFI EKASARI 60 80 90
19 HARDIANA AYU L 60 80 80
20 IFTITAHUL M C 70 80 80
21 KRISNHA RIZKY 50 80 80
22 M. ASRUL HIDAYAT 60 80 80
23 M. YUSUF S 50 90 90
24 M. SYAIFUL R 60 50 80
25 NUR LAILATUL 60 90 80
26 NUROTUL CHASANAH 50 70 90
27 OTHMAN HIZBULLAH 50 70 80
28 RACHMA MAHARANI 60 80 80
29 RIZKY TRINANDA P 60 60 80
30 SHELLIE RIYANNTO 50 70 60
31 SONI SETIAWAN 60 90 80
32 TEGUH PRASETYA 30 80 80
33 TEMMY INDRA P 60 80 70
34 VINDY DWI N 60 70 80
35 WIGA IRMANI 40 70 80
36 YOGA ARI K 60 90 70
37 YUNITA ULIN 50 60 70
38 YUNUS M. S 70 90 80
Jumlah
Rata-rata
2230
58,68%
2910
76,58%
3010
79,21%
131
Keterangan :
Pre Test : Nilai test kemampuan awal
Post Test I : Nilai post test sebelum tindakan
Post test II : Nilai post test setelah tindakan
Rumus perhitungan (Arikunto, 2002:235-236) :
Presentasi Keberhasilan ═ %100Xmaksimalskor
dicapaiyangskor
∑∑
1. Rata-rata nilai Pre Test kelas :
Persentase keberhasilan = %1003800
2230x = 58,68%
2. Rata-rata nilai Post test siklus I :
Persentase keberhasilan = %1003800
2910x = 76,58%
3. Rata-rata nilai Post test siklus I I :
Persentase keberhasilan = %1003800
3010x = 79,21%
132
Lampiran 12 Format Penilaian Berpikir Kritis Siswa Siklus I
No. Nama Siswa Indikator
Total Nilai 1 2 3 4 5 6 7 8 9
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25. 26. 27. 28. 29. 30. 31. 32. 33. 34. 35. 36. Jumlah (Diadopsi dari Arikunto, 2000:246)
133
Ü Rubrik
No.
Indikator
Skor
1. Melakukan pengamatan 1. Siswa tidak melakukan pengamatan
2. Siswa melakukan pengamatan tetapi tidak tepat
dan tidak teliti
3. Siswa melakukan pengamatan dengan teliti tetapi
kurang tepat
4. Siswa melakukan pengamatan dengan tepat dan
teliti
2. Merumuskan hipotesis 1. Siswa tidak dapat meramalkan apa yang mungkin
terjadi dari suatu gejala
2. Siswa dapat meramalkan dan menjelaskan suatu
gejala tetapi kurang tepat
3. Siswa dapat meramalkan apa yang mungkin
terjadi dari suatu gejala tetapi penjelasannya
kurang tepat
4. Siswa dapat meramalkan apa yang mungkin
terjadi dari suatu gejala beserta penjelasannya
dengan jelas dan tepat
3. Melakukan Diskusi 1. Siswa tidak melakukan diskusi
2. Siswa melakukan diskusi tetapi tidak
mengemukakan ide-ide atau informasi baru
3. Siswa melakukan diskusi dengan aktif dan
berpartisipatif untuk memecahkan masalah yang
dihadapi
4. Siswa melakukan dengan aktif dan senantiasa
menguhubungkan fakta, ide, atau pandangan serta
mencari data baru dari informasi yang berhasil
dikumpulkan
4. Menganalisis Data 1. Siswa tidak menganalisis data
2. Siswa dapat menganalisis data tetapi tidak
lengkap dan tidak tepat
3. Siswa dapat menganalisis data dengan tepat tetapi
tidak lengkap
4. Siswa dapat menganalisis data dengan tepat dan
lengkap
5. Keterampilan siswa bertanya 1. Siswa tidak bertanya sama sekali
2. Siswa bertanya tetapi tidak dapat merumuskan
pertanyaannya dengan baik
3. Siswa bertanya dengan pertanyaan yang kreatif
4. Siswa bertanya dengan pertanyaan yang
memerlukan tingkat intelektual yang tinggi
(analisis, sintesis, dan evaluasi)
6. Keterampilan siswa menjawab
pertanyaan
1. Siswa tidak dapat menjawab pertanyaan
2. Siswa dapat menjawab pertanyaan tetapi tidak
dapat memberikan alasannya
3. Siswa dapat menjawab pertanyaan serta dapat
memberikan alasannya tetapi kurang tepat
4. Siswa dapat menjawab pertanyaan dan dapat
memberikan alasannya dengan tepat
7. Tingkat keterampilan berpikir
siswa.
1. Kurang dari tiga deskriptor tampak
2. Tiga deskriptor tampak
3. Empat deskriptor tampak
4. Lebih empat deskriptor tampak
134
Deskriptor :
a) Mengingat; siswa dapat
menyebutkan definisi
sebuah konsep tertentu
tanpa memahami maknanya
b) Memahami; siswa dapat
menjelaskan konsep dengan
kata-katanya sendiri
c) Menerapkan; siswa dapat
mengaplikasikan konsep
yang telah dipelajarinya
d) Analisis; siswa dapat
menguraikan hal-hal yang
terkait dengan konsep yang
dipahaminya secara rinci
e) Sintesis; siswa mampu
menghubungkan atau
menggabungkan hal-hal
yang berada didalam
lingkup konsep sehingga
dapat membentuk suatu
kesimpulan tertentu
f) Evaluasi; siswa dapat
memutuskan atau
menyimpulkan sesuatu yang
benar dan yang salah, yang
baik dan yang buruk
8. Membuat kesimpulan 1. Siswa tidak bisa membuat kesimpulan
2. Siswa bisa membuat kesimpulan tetapi tidak
jelas dan tidak sesuai dengan tujuan percobaan
3. Siswa bias membuat kesimpulan sesuai dengan
tujuan percobaan tetapi tidak jelas
4. Siswa dapat membuat kesimpulan sesuai dengan
tujuan percobaan dengan jelas
9. Menerapkan konsep 1. Siswa tidak dapat menerapkan konsep atau
menyebutkan aplikasinya dalam kehidupan
sehari-hari
2. Siswa dapat menerapkan konsep atau
menyebutkan aplikasinya dalam kehidupan
sehari-hari dengan tepat
3. Siswa dapat mengaplikasikan konsep yang telah
diterima pada konteks atau situasi lain tetapi
masih kurang tepat
4. Siswa dapat mengaplikasikan konsep yang telah
diterima pada konteks atau situasi lain dengan
tepat
135
Lampiran 12.1 Rekapitulasi Penilaian Berpikir Kritis Siswa Siklus I
REKAPITULASI PENILAIAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA SIKLUS I
No. Nama Siswa Indikator
Total Nilai 1 2 3 4 5 6 7 8 9
1. ADHY WICAKSONO 3 2 3 2 1 1 1 2 1 16 44
2. ADITYA RIZKI R 3 3 3 3 1 1 1 1 1 19 52
3. AFFAS A.H 3 3 2 3 2 1 1 2 1 18 50
4. ANGGRAINI F 3 2 3 3 1 1 1 1 1 16 44
5. ARRIZA INSIYA 2 3 3 2 3 1 1 2 1 18 50
6. AYU WINNY SARI 3 3 3 2 1 2 1 2 1 17 47
7. CAHYO RIFATONO 3 3 3 2 2 1 1 1 1 17 47
8. DENY YUNIAR 3 2 3 3 1 1 1 2 1 17 47
9. DESI RANITA S 2 2 3 3 1 1 1 2 1 16 44
10. DEVI NATALIA 2 2 3 2 1 1 1 2 1 15 41
11. DOIT PRADANA P 2 3 2 2 1 1 1 1 1 14 38
12. DONNY CHANDRA 3 3 2 3 1 1 1 2 1 17 47
13. DZULKIFLI TAUFIK A 2 2 2 3 1 1 1 1 1 14 38
14. FABELLA KUMAIRA 3 2 2 2 1 1 1 2 1 15 41
15. FADILAH N A 2 3 3 3 2 2 1 1 1 18 50
16. FARADILLA A 2 3 3 3 2 1 1 1 1 17 47
17. FEBRITA MILLATI 2 2 2 3 1 2 1 1 1 15 41
18. FIFI EKASARI 3 2 2 2 1 2 1 1 1 15 41
19. HARDIANA AYU L 2 2 2 3 2 2 1 1 1 16 44
20. IFTITAHUL M C 3 2 2 3 2 1 1 2 1 17 47
21. KRISNHA RIZKY 3 3 2 2 1 1 1 2 1 16 44
22. M. ASRUL HIDAYAT 2 3 2 3 1 1 1 2 1 16 44
23. M. YUSUF S 3 3 3 3 1 1 1 2 1 18 50
24. M. SYAIFUL R 3 3 3 3 1 1 1 1 1 17 47
25. NUR LAILATUL 3 3 3 2 2 1 1 1 1 17 47
26. NUROTUL CHASANAH 2 3 3 2 1 1 1 1 1 15 41
27. OTHMAN HIZBULLAH 3 3 2 3 2 1 1 2 1 17 47
28. RACHMA MAHARANI 3 3 2 3 1 2 1 2 1 18 50
29. RIZKY TRINANDA P 3 3 3 3 1 1 1 1 1 17 47
30. SHELLIE RIYANNTO 3 2 3 2 1 2 1 2 1 16 44
31. SONI SETIAWAN 2 3 2 3 1 1 1 2 1 16 44
32. TEGUH PRASETYA 3 3 3 3 1 1 1 2 1 18 50
33. TEMMY INDRA P 3 3 3 2 2 1 1 2 1 18 50
34. VINDY DWI N 3 3 3 3 2 1 1 1 1 18 50
35. WIGA IRMANI 3 3 2 3 1 1 1 1 1 16 44
36. YOGA ARI K 3 2 3 2 1 1 1 2 1 16 44
37. YUNITA ULIN 3 3 2 3 1 1 1 1 1 16 44
136
38. YUNUS M. S 3 2 2 2 1 2 1 1 1 15 41
Jumlah 102 100 97 99 50 46 38 58 40 624 1728
Keterangan :
Rumus Perhitungan (Arikunto, 2002:235-236) :
Presentasi Penguasaan ═ ∑ nilai indikator X 100%
∑ siswa x nilai maks indikator
1. Melakukan Pengamatan = %100152
102x = 67.10 %
2. Merumuskan hipotesis = %100152
100x = 65.78 %
3. Melakukan diskusi = %100152
97x = 63.81 %
4. Menganalisis data = %100152
99x = 65.13 %
5. Ketrampilan siswa bertanya = %100152
50x = 32.89 %
6. Ketrampilan siswa menjawab = %100152
46x = 30.26 %
7. Tingkat ketrampilan berpikir kritis = %100152
38x = 25 %
8. Membuat kesimpulan = %100152
58x = 38.15 %
9. Menerapkan konsep = %100152
40x = 26.31 %
Presentase rerata :
P = %100xN
F
Keterangan :
P = presentase rerata
F = total aspek
N = jumlah aspek
137
Lampiran 12.2 Rekapitulasi Penilaian Berpikir Kritis Siswa Siklus II
No. Nama Siswa Indikator
Total Nilai 1 2 3 4 5 6 7 8 9
1. ADHY WICAKSONO
4 4 3 4 2 1 1 2 3 24 66
2. ADITYA RIZKI R 4 4 3 3 1 3 2 2 3 25 69
3. AFFAS A.H 4 3 3 4 2 2 3 4 2 27 75
4. ANGGRAINI F 4 3 3 3 2 1 3 3 3 25 69
5. ARRIZA INSIYA 4 3 4 3 3 2 4 3 4 30 83
6. AYU WINNY SARI 3 3 3 4 2 2 4 3 3 27 75
7. CAHYO RIFATONO 3 3 3 3 2 2 2 3 3 24 66
8. DENY YUNIAR 4 4 4 4 1 2 2 2 3 26 72
9. DESI RANITA S 3 3 3 3 3 3 3 3 4 28 77
10. DEVI NATALIA 3 4 3 4 2 1 2 2 3 24 66
11. DOIT PRADANA P 4 3 4 3 2 1 2 2 2 23 63
12. DONNY CHANDRA 3 3 3 4 2 2 2 2 2 23 63
13. DZULKIFLI TAUFIK A 3 4 3 3 1 1 3 2 3 23 63
14. FABELLA KUMAIRA 4 4 4 4 1 1 3 3 3 27 75
15. FADILAH N A 4 3 3 3 3 2 3 3 4 28 77
16. FARADILLA A 4 3 3 4 1 4 4 4 4 31 86
17. FEBRITA MILLATI 4 3 4 3 1 3 3 3 4 28 77
18. FIFI EKASARI 3 4 4 4 3 3 4 3 4 32 88
19. HARDIANA AYU L 3 4 3 4 2 3 3 3 3 28 77
20. IFTITAHUL M C 4 4 3 3 3 1 2 3 3 26 72
21. KRISNHA RIZKY 3 3 4 4 1 2 3 2 4 26 72
22. M. ASRUL HIDAYAT 3 4 3 3 2 3 2 2 3 25 69
23. M. YUSUF S 4 3 4 3 2 2 2 3 2 25 69
24. M. SYAIFUL R 3 4 3 3 2 2 3 2 2 24 66
25. NUR LAILATUL 3 3 3 4 3 2 4 3 3 28 77
26. NUROTUL CHASANAH 4 3 3 4 4 3 4 3 4 32 88
27. OTHMAN HIZBULLAH 3 3 4 3 2 1 3 4 3 26 72
28. RACHMA MAHARANI 4 4 4 3 3 3 3 3 2 29 80
29. RIZKY TRINANDA P 3 4 3 3 2 2 3 3 2 25 69
30. SHELLIE RIYANNTO 3 4 3 4 1 2 3 4 3 27 75
31. SONI SETIAWAN 3 3 4 3 1 1 2 3 2 22 61
32. TEGUH PRASETYA 3 4 3 3 3 1 2 2 2 23 63
33. TEMMY INDRA P 3 3 4 4 2 2 4 2 3 27 75
34. VINDY DWI N 4 3 3 3 2 2 3 3 4 27 75
35. WIGA IRMANI 3 4 3 3 3 2 2 3 3 26 72
36. YOGA ARI K 4 3 3 4 1 3 3 4 2 27 75
37. YUNITA ULIN 3 4 4 3 3 1 3 3 3 27 75
38. YUNUS M. S 4 3 3 3 1 2 2 4 3 25 69
Jumlah 132 131 127 130 77 76 106 108 113 1000 2761
(Diadopsi dari Arikunto, 2000:246)
138
Keterangan :
Rumus Perhitungan (Arikunto, 2002:235-236) :
Presentasi Penguasaan ═ ∑ nilai indikator X 100%
∑ siswa x nilai maks indikator
1. Melakukan Pengamatan = %100152
132x = 86.84 %
2. Merumuskan hipotesis = %100152
131x = 86.18 %
3. Melakukan diskusi = %100152
127x = 83.55 %
4. Menganalisis data = %100152
130x = 85.53 %
5. Ketrampilan siswa bertanya = %100152
77x = 50.66 %
6. Ketrampilan siswa menjawab = %100152
76x = 50 %
7. Tingkat ketrampilan berpikir kritis = %100152
106x = 69.74 %
8. Membuat kesimpulan = %100152
108x = 71.05 %
9. Menerapkan konsep = %100152
113x = 74.34 %
Presentase rerata :
P = %100xN
F
Keterangan :
P = presentase rerata
F = total aspek
N = jumlah aspek
139
Lampiran 13 Format angket minat siswa terhadap model pembelajaran berbasis masalah
FORMAT PENGISIAN ANGKET MINAT
MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH SISWA KELAS X SMA LABORATORIUM MALANG SEMESTER I
TAHUN AJARAN 2009/2010
Petunjuk! Berilah tanda √ yang sesuai dengan pilihan anda!
Isilah kolom-kolom sesuai pedoman di bawah ini:
SS = Bila anda sangat setuju
S = Bila anda setuju
R = Bila anda ragu-ragu
TS = Bila anda tidak setuju
STS = Bila anda sangat tidak setuju
No Minat terhadap Mata Pelajaran Ekonomi Pilihan Jawaban
SS S R TS STS
1 Saya mengikuti pelajaran ekonomi materi perilaku
konsumen dan produsen
2
Saya senang jika diberikan waktu diskusi bersama
teman dan guru untuk membahas apa yang tidak saya
pahami
3 Saya merasa pelajaran ekonomi materi perilaku
konsumen dan produsen bermanfaat
4 Saya berusaha mengerjakan tugas ekonomi materi
perilaku konsumen dan produsen tepat waktu
5 Saya berusaha memahami pelajaran ekonomi materi
perilaku konsumen dan produsen
6 Saya bertanya pada guru bila ada materi perilaku
konsumen dan produsen yang belum jelas
7 Saya mengerjakan soal-soal latihan ekonomi materi
perilaku konsumen dan produsen di sekolah
8 Saya mendiskusikan materi perilaku konsumen dan
produsen dengan teman-teman
9 Saya berusaha memiliki buku pelajaran ekonomi
10 Saya merasa senang mengikuti pelajaran ekonomi
secara berkelompok dengan teman sekelas saya
11
Saya selalu menerapkan apa yang saya peroleh
selama belajar perilaku konsumen dan produsen
dalam sehari-hari
12 Saya selalu berusaha mencari buku tentang perilaku
konsumen dan produsen di perpustakaan
13 Saya bosan mendengar guru memberi pelajaran
dengan berceramah
14 Saya menjadi suka terhadap pelajaran ekonomi
setelah mengikuti pembelajaran dengan model
140
Pembelajaran Berbasis Masalah
15
Saya lebih berani menyampaikan pendapat setelah
mengikuti pembelajaran ekonomi dengan model
Pembelajaran Berbasis Masalah
16 Saya ingin model Pembelajaran Berbasis Masalah
diulang lagi pada materi pelajaran ekonomi yang lain
17 Saya ingin model Pembelajaran Berbasis Masalah ini
diterapkan pada mata pelajaran yang lainnya
18
Dengan model Pembelajaran Berbasis Masalah,
pembelajaran ekonomi jadi lebih mudah dikerjakan
dan diterapkan
19 Dengan model Pembelajaran Berbasis Masalah saya
lebih semangat dalam belajar
20 Saya merasa belajar dengan model Pembelajaran
Berbasis Masalah sesuai dengan keinginan saya
141
Hasil Sebaran Minat Penerapan Model Pembelajaran Berbasis Masalah
No Minat terhadap Mata Pelajaran Ekonomi Pilihan Jawaban
SS S R TS STS
1 Saya mengikuti pelajaran ekonomi materi perilaku
konsumen dan produsen
28 5 2 - -
2
Saya senang jika diberikan waktu diskusi bersama
teman dan guru untuk membahas apa yang tidak saya
pahami
22 10 3 - -
3 Saya merasa pelajaran ekonomi materi perilaku
konsumen dan produsen bermanfaat
18 15 2 - -
4 Saya berusaha mengerjakan tugas ekonomi materi
perilaku konsumen dan produsen tepat waktu
14 17 4 - -
5 Saya berusaha memahami pelajaran ekonomi materi
perilaku konsumen dan produsen
17 13 5 - -
6 Saya bertanya pada guru bila ada materi perilaku
konsumen dan produsen yang belum jelas
15 15 3 2 -
7 Saya mengerjakan soal-soal latihan ekonomi materi
perilaku konsumen dan produsen di sekolah
15 16 3 1 -
8 Saya mendiskusikan materi perilaku konsumen dan
produsen dengan teman-teman
23 11 1 - -
9 Saya berusaha memiliki buku pelajaran ekonomi 12 17 6 - -
10 Saya merasa senang mengikuti pelajaran ekonomi
secara berkelompok dengan teman sekelas saya
22 11 2 - -
11
Saya selalu menerapkan apa yang saya peroleh
selama belajar perilaku konsumen dan produsen
dalam sehari-hari
10 18 5 2 -
12 Saya selalu berusaha mencari buku tentang perilaku
konsumen dan produsen di perpustakaan
11 19 2 3 -
13 Saya bosan mendengar guru memberi pelajaran
dengan berceramah
13 11 8 1 2
14
Saya menjadi suka terhadap pelajaran ekonomi
setelah mengikuti pembelajaran dengan model
Pembelajaran Berbasis Masalah
16 15 3 1 -
15
Saya lebih berani menyampaikan pendapat setelah
mengikuti pembelajaran ekonomi dengan model
Pembelajaran Berbasis Masalah
21 7 5 2 -
16 Saya ingin model Pembelajaran Berbasis Masalah
diulang lagi pada materi pelajaran ekonomi yang lain
17 15 3 - -
17 Saya ingin model Pembelajaran Berbasis Masalah ini
diterapkan pada mata pelajaran yang lainnya
14 12 8 1 -
18
Dengan model Pembelajaran Berbasis Masalah,
pembelajaran ekonomi jadi lebih mudah dikerjakan
dan diterapkan
19 12 4 - -
19 Dengan model Pembelajaran Berbasis Masalah saya
lebih semangat dalam belajar
21 11 3 - -
20 Saya merasa belajar dengan model Pembelajaran
Berbasis Masalah sesuai dengan keinginan saya
18 13 3 1 -
jumlah 346 263 75 14 2
prresentase 49.4 37.6 10.7 2 0.23
142
Lampiran 14
Catatan Lapangan Siklus I
Nama Sekolah : SMA Laboratorium Malang
Kelas : X-1
Pokok bahasan : Perilaku Konsumen dan Perilaku Produsen
Tanggal : 28 Juli 2009
Pukul : 10.15-11.55
Petunjuk : Mohon lembaran ini diisi dengan hal-hal yang berkaitan
dengan aktivitas yang terjadi selama berlangsungnya
pembelajaran melalui metode PBL (Problem Based Learning)
Siswa masih canggung dan repot dalam menerima tugas dari guru.
Memang metode PBL (Problem Based Learning) belum pernah diterapkan guru
mata pelajaran Ekonomi di kelas X-1 sehingga suasana gaduh masih menyelimuti
pelajaran Ekonomi di kelas tetapi masih bisa dikoordinasikan. Mungkin dan
sangat diharapkan sudah setelah pertemuan pertama ini, selanjutnya siswa lebih
lancar dalam mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru.
Malang, 28 Juli 2009
Pengamat (1) Pengamat (2)
Helmi Barliansyah Aditya Dewi
143
Lampiran 15
Catatan Lapangan Siklus II
Nama Sekolah : SMA Laboratorium Malang
Kelas : X-1
Pokok bahasan : Perilaku Konsumen dan Periaku Produsen
Tanggal : 4 Agustus 2009
Pukul : 10.15-11.55
Petunjuk : Mohon lembaran ini diisi dengan hal-hal yang berkaitan
dengan aktivitas yang terjadi selama berlangsungnya
pembelajaran melalui metode PBL (Problem Based Learing)
Siswa kelas X-1 sudah lebih mengerti dan memahami mengenai penerapan
metode PBL (Problem Based Learing) sehingga sudah lebih memahami materi
dan menerima tugas dari guru. Selain itu suasana di kelas sudah cukup tenang
selama proses belajar mengajar. Siswa juga aktif dan antusias dalam proses
diskusi. Dengan kesimpulan bahwa pada pertemuan ini sudah terjadi peningkatan
dibanding dengan pertemuan sebelumnya.
Malang, 4 Agustus 2009
Pengamat (1) Pengamat (2)
Helmi Barliansyah Aditya Dewi
144
Lampiran 16 DOKUMENTASI
• Pre test Siklus I
• Diskusi Kelompok Siklus I
• Presentasi Siklus I
145
• Post Test Siklus I
• Diskusi Kelompok Siklus II
• Presentasi Siklus II
146
• Post Test Siklus II
147
Lampiran 17
Hasil Prestasi Belajar Siswa sebelum penelitian
No Nama Siswa Nilai 1 ADHY WICAKSONO 55 2 ADITYA RIZKI R 60 3 AFFAS A.H 57 4 ANGGRAINI F 60 5 ARRIZA INSIYA 55 6 AYU WINNY SARI 55 7 CAHYO RIFATONO 65 8 DENY YUNIAR 54 9 DESI RANITA S 66 10 DEVI NATALIA 65 11 DOIT PRADANA P 56 12 DONNY CHANDRA 57 13 DZULKIFLI TAUFIK A 61 14 FABELLA KUMAIRA 65 15 FADILAH N A 65 16 FARADILLA A 59 17 FEBRITA MILLATI 58 18 FIFI EKASARI 62 19 HARDIANA AYU L 65 20 IFTITAHUL M C 66 21 KRISNHA RIZKY 55 22 M. ASRUL HIDAYAT 53 23 M. YUSUF S 57 24 M. SYAIFUL R 59 25 NUR LAILATUL 55 26 NUROTUL CHASANAH 52 27 OTHMAN HIZBULLAH 57 28 RACHMA MAHARANI 55 29 RIZKY TRINANDA P 55 30 SHELLIE RIYANNTO 55 31 SONI SETIAWAN 56 32 TEGUH PRASETYA 59 33 TEMMY INDRA P 55 34 VINDY DWI N 53 35 WIGA IRMANI 58 36 YOGA ARI K 57 37 YUNITA ULIN 58 38 YUNUS M. S 60 Jumlah
Rata-rata 2215
58,28%
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Dwi Putra Lelana, lahir di Jakarta 30 Oktober
1986. Anak kedua dari tiga bersaudara pasangan
dari Bapak Hariyanto dan Ibu Sumarlik. Sekolah
Dasar (SD) ditempuh di SDN Tanjungrejo IV,
tamat tahun 1999. Sekolah Menengah Pertama (SMP) ditempuh di SMPN 6
Malang, tamat tahun 2002. Sekolah menengah Umum (SMU) ditempuh di SMAN
8 Malang, tamat tahun 2005.
Pada tahun yang sama melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi di Universitas
Negeri Malang (UM) Jurusan Ekonomi Pembangunan Program Studi S1
Pendidikan Ekonomi melalui jalur SPMB. Selama menempuh pendidikan di
Universitas Negeri Malang, pernah menerima beasiswa BKM.
Penulis juga pernah menjadi salah satu pengurus atau anggota organisasi, di
antaranya HMJ EKP FE-UM pada tahun 2005 sampai 2007, dan DMF FE-UM
pada tahun 2008.
154
top related