10 tatalaksana gizi buruk
Post on 19-Dec-2015
66 Views
Preview:
DESCRIPTION
TRANSCRIPT
BAGIAN ILMU KESEHATAN ANAK TUGASAN UJIAN
FAKULTAS KEDOKTERAN SEPTEMBER 2014
UNIVERSITAS HASANUDDIN
10 PENATALAKSANAAN GIZI BURUK
OLEH:
AINIL FATIMA BINTI ZAINODIN
C111 10 878
TANGGAL UJIAN
4 SEPTEMBER 2014 / KAMIS
SUPERVISOR:
dr. Maryam Sp.A
DIBAWAKAN DALAM RANGKA TUGAS KEPANITERAAN KLINIKPADA BAGIAN ILMU KESEHATAN ANAK
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS HASANUDDINMAKASSAR
2014
1
DAFTAR ISI
Pedahuluan………………….…………………..……….………………………...……3
Definisi……….…………………………………………………….………………… 4
Penentuan Status Gizi Anak …………………………….………………...…………...4
Penyakit gizi buruk……………………………………………………………………5
10 Penatalaksanaan Gizi Buruk………………………………………………….……7
Kesimpulan……………………………..………………….……………………….…11
Daftar Pustaka………………………………………………………...……………….12
2
PENDAHULUAN
Kurang Energi dan Protein (KEP) pada anak masih menjadi masalah gizi dan kesehatan
masyarakat di Indonesia. Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar tahun 2010, sebanyak 13,0%
berstatus gizi kurang, diantaranya 4,9% berstatus gizi buruk. Data yang sama menunjukkan
13,3% anak kurus, diantaranya 6,0% anak sangat kurus dan 17,1% anak memiliki kategori sangat
pendek. Keadaan ini berpengaruh kepada masih tingginya angka kematian bayi. Menurut WHO
lebih dari 50% kematian bayi dan anak terkait dengan gizi kurang dan gizi buruk, oleh karena itu
masalah gizi perlu ditangani secara cepat dan tepat. Salah satu cara untuk menanggulangi
masalah gizi kurang dan gizi buruk adalah dengan menjadikan tatalaksana gizi buruk sebagai
upaya menangani setiap kasus yang ditemukan. Pada saat ini seiring dengan perkembangan ilmu
dan teknologi tatalaksana gizi buruk menunjukkan bahwa kasus ini dapat ditangani dengan dua
pendekatan. Gizi buruk dengan komplikasi (anoreksia, pneumonia berat, anemia berat, dehidrasi
berat, demam tinggi dan penurunan kesadaran) harus dirawat di rumah sakit, Puskesmas
perawatan, Pusat Pemulihan Gizi (PPG) atau Therapeutic Feeding Center (TFC), sedangkan gizi
buruk tanpa komplikasi dapat dilakukan secara rawat jalan. 1
Penanganan gizi buruk secara rawat jalan dan rawat inap merupakan jawaban terhadap
pelaksanaan Standar Pelayanan Minimal (SPM) Bidang Perbaikan Gizi, yaitu setiap anak gizi
buruk yang ditemukan harus mendapatkan perawatan sesuai dengan standar. Untuk melakukan
penanganan anak gizi buruk secara rawat jalan dan rawat inap diperlukan pedoman Pelayanan
Anak Gizi Buruk. Pedoman ini terdiri dari dua bagian, yang pertama mengenai penanganan
Anak Gizi Buruk secara Rawat Jalan dan yang kedua mengenai proses pembentukan Pusat
Pemulihan Gizi, sebagai pelengkap dari pedoman tatalaksana anak gizi buruk. Diharapkan
pedoman ini menjadi acuan bagi setiap tenaga kesehatan di seluruh pelayanan kesehatan untuk
memberikan pelayanan berkualitas kepada anak gizi buruk. 1
DEFINISI
3
Gizi buruk adalah bentuk terparah dari proses terjadinya kekurangan gizi menahun. Gizi buruk
merupakan kondisi kurang gizi yang disebabkan rendahnya konsumsi energi dan protein (KEP)
dalam makanan sehari hari. 1
PENENTUAN STATUS GIZI ANAK
Penentuan status gizi ditentukan berdasarkan klinis atau pemeriksaan antropometri.
Penentuan diagnosis gizi buruk secara klinis adalah sangat penting dan menjadi penentuan status
gizi yang utama dengan terlihat sangat kurus dan atau edema. Untuk Pemeriksaan antropometri,
umur dibawah 5tahun menggunakan table CDC dan Umur diatas 5 tahun menggunakan table
WHO dengan rumus BB/TB atau BB/ PB <-3SD. 2
KLINIS ANTROPOMETRI
(BB / TB )
GIZI BURUK Tampak sangat kurus dan atau
edema pada kedua punggung
kaki sampai seluruh tubuh.
< -3 SD
GIZI KURANG Tampak Kurus -3SD- <-2 SD
GIZI BAIK Tampak Sehat -2SD – 2SD
GIZI LEBIH Tampak gemuk >2SD
TABEL 1 : Penentuan status gizi secara Klinis dan Antropometri (BB/TB) 2
\
Tanda klinis anak gizi buruk dibedakan menjadi 3 yaitu :
4
a. Kwashiorkor :
Kwashiokor merupakan penyakit anak gizi buruk dengan defisiensi protein bernilai biologik tinggi dalam waktu yang lama. Insidens tertinggi adalah pada anak berumur 1-3 Tahun. Tanda-tanda anak dengan Kwashiokor adalah pucat, kurus atrofi extremitas superior dan bokong, Edema (pedis / pretibial) , ascites, Moon face, rambut keperangan jarang dan mudah dicabut, Crazy-pavement dermatosis, dekalsifikasi, osteoporosis, hambatan pertumbuhan, hepatomegaly.2
Gambar 1 : Gizi Buruk Kwahiokor
b. Marasmus
Marasmus merupakan penyakit anak gizi buruk dengan defisiensi kalori. Gejala yang bisa muncul pada marasmus adalah berat badan sangat rendah akibat wasting yang hebat, degenerasi hebat jaingan lemak subkutan dan atrofi otot, ekspresi wajah org tua (old man's face), rasio BB/TB rendah , tidak ada edema, kelainan kulit/rambut ringan dan jarang, diare berulang tetapi lebih ringan, resistensi tubuh rendah, sangat kurus, ada wasting otot, baggy pantdan Kulit keriput, jaringan lemak sangat sedikit.2
5
Edema Rambut kemerahan mudah dicabut Kurang aktif, rewel/ cengeng Pengurusan otot Kelainan kulit berupa bercak merah
mudah yang meluas dan berubah warna menjadi coklat kehitaman dan terkelupas (Crazy pavement dermatosis)
Gambar 1 : Gizi Buruk Kwahiokor
c. Marasmik-Kwashiokor
Gabungan marasmus dan kwashiorkor juga disebut marasmi kwashiorkor. Gambaran
klinik merupakan campuran dari beberapa gejala klinik Kwashiorkor dan Marasmus dengan
BB/TB-PB <-3 SD disertai edema yang tidak mencolok. 2
\
Gambar 3 : Gizi Buruk Marasmik Kwashiokor
6
Wajah seperti orang tua Kulit terlihat longgar Tulang rusuk tampak terlihat
jelas (Iga Gambang) Kulit paha berkeriput Terlihat tulang belakang
menonjol dan kulit di pantat berkeriput (Beggy pany)
10 PENATALAKSANAAN GIZI BURUK
Tujuan pengobatan pada penderita marasmus adalah pemberian diet tinggi kalori dan
tinggi protein serta mencegah kekambuhan. Penderita marasmus tanpa komplikasi dapat berobat
jalan asal diberi penyuluhan mengenai pemberian makanan yang baik, sedangkan penderita yang
mengalami komplikasi serta dehidrasi, syok, asidosis dan lain-lain perlu mendapat perawatan di
rumah sakit. Perlangsungan pengobatan gizi buruk dibagi atas tiga fasa yaitu fasa stabilisasi, fasa
transisi, dan fasa rehabilitasi. Fasa stabilisasi berlangsung selama dua hari, fasa transisi
berlangsung dari hari ketiga hingga hari ke tujuh. Fasa rehabilitasi merupakan fasa terakhir yang
berlaku dari minggu ke tiga hingga minggu ke tujuh. 2
Terdapat sepuluh tindakan pelayanan dan perawatan anak gizi buruk ( Lihat Tabel 2 )
yaitu mencegah dan mengatasi hipoglikemia, mencegah dan mengatasi hipotermia, mencegh dan
mengatasi dehidrasi, memperbaiki gangguan keseimbangan elektrolit, mengubati infeksi,
memperbaiki kekurangan zat mikro, memberikan makanan untuk fasa stabilisasi dan transisi,
memberi makanan untuk tumbuh kejar, memberi stimulasi untuk tumbuh kembang, dan
memperbaiki untuk tindakan lanjut dirumah. 1
Tabel 2 : Jadwal pengobatan & perawatan anak Gizi Buruk. 2
7
1. Mencegah dan atasi hipoglikemi
Pada fase Stabilisasi, tujuan yang diharapkan adalah untuk menangani atau mencegah
hipoglikemia, hipotermi, dan dehidrasi. Tahap awal 24-48 jam pertama merupakan masa
kritis, untuk menyelamat kan nyawa, antara lain mengkoreksi keadaan dehidrasi atau
asidosis dengan pemberian cairan intravena. Cairan yang diberikan ialah larutan KAEN
3B karena komposisi cairan ini mengandungi kadar glukosa dan kalium yg tingga serta
dan kadar natrium yang rendah.2
2. Mencegah dan atasi hipotermia
Hipotermia ditandai dengan suhu tubuh yang rendah dibawah 36.5˚ C. Pada keadaan ini
anak harus dihangatkan. Cara yang dapat dilakukan adalah ibu atau orang dewasa lain
mendekap anak di dadanya lalu ditutupi selimut (Metode Kanguru). Perlu dijaga agar
anak tetap dapat bernafas.2
3. Mencegah dan atasi dehidrasi
Masalah dehidrasi bisa diatasi dengan penaganan rehidrasi cairan kepada anak gizi
buruk. Cairan yang diberikan adalah KAEN 3B. Selain mengobati hipoglikemi, cairan
rehidrasi ini juga bisa menagani dehidrasi karena komposis kadar elektrolitnya bersifat
hipotonik. 2
4. Memperaiki gangguan keseimbangan elektrolit
Tahap kedua yaitu Fasa Transisi yang berlangsung dari hari ke tiga hingga hari ke tujuh.
Sebagian besar penderita tidak memerlukan koreksi cairan dan elektrolit, sehingga dapat
langsung dimulai dengan penyesuaian terhadap pemberian makanan. Pada hari-hari
pertama jumlah kalori yang diberikan sebanyak 80-90 kalori/kg BB/hari , dengan protein
1-1,5 g/kg BB/hari. Jumlah ini dinaikkan secara berangsur-angsur tiap 1-2 hari sehingga
mencapai 150-175 kalori/kg BB/hari dengan protein 3-5 g/kg BB/hari. Waktu yang
diperlukan untuk mencapai diet tinggi kalori tinggi protein ini lebih kurang 7-10 hari.
Cairan diberikan sebanyak 150 ml/kg BB/hari. Susu formula yang biasa diberikan dalam
8
tahap ini adalah F-75 yang mengandung 75kcal/100ml dan 0,9 protein/100ml) yang
diberika terus menerus setiap 2 jam.2
5. Mengobati Infeksi
Gizi buruk adalah bentuk terparah dari proses terjadinya kekurangan gizi menahun dan
sering diikuti dengan penyakit infeksi yang mendasarinya. Pada anak gizi buruk sering
mendapat infeksi akibat dari system immune yang rendah. Oleh itu, pemberian antibiotic
adalah sangat penting untuk mengurangi keparahan penyakitnya. Semua anak, menurut
guideline dari WHO, diberikan antibiotic untuk mencegah komplikasi yang berupa
infeksi, namun pemberian antibiotic yang spesifik tergantung dari diagnosis, keparahan,
dan keadaan klinis dari anak tersebut. 2
6. Memperbaiki kekurangan zat gizi mikro
Pemberian vitamin dan mineral yaitu vitamin A, vitamin B kompleks, vitamin C dan
asam folat. Pemberian vitamin A hanya diberikan satu kali yaitu pada fasa stabilisasi.
Dosis pemberian vitamin A tergantung umur. Untuk anak umur diatas satu tahun dapat
diberikan vitamin A sebanyak 200.000. i.u peroral , untuk anak berumur 6bulan hingga
1 tahun dapat diberikan vitamin A sebanyak 100.000 i.u per oral. Untuk anak umur
dibawah 6bulan dapat diberikan vitamin A dosis 50,000i.u per oral. Vitamin A adalah
penting untuk mencegah terjadinya. Selaina itu, pemberian vitamin A juga adalah
penting untuk proses reepitalisasi. 2
Pemberian vitamin B complex juga dapat diberikan satu kali tablet perhari secara oral.
Isi vitamin B kompleks terdiri dari vitamin B1 100mg, vitamin B6 10mg, dan vitamin
B12 50mg . Fungsi vitamin B kompleks ini adalah sebagai proteksi system
neuromuskular. 2
Kebutuhan pemberian vitamin C adalah berdasarkan berat badan anak. Jika berat badan
anak lebih dari 5Kg, pemberian vitamin C adalah 2 tablet x1 hari peroral. Jika berat
badan anak kurang dari 5Kg pemberian vitamin C adalah 1tablet x1 hari peroral.
Sediaan tablet vitamin C adalah 50mg. 2
9
7. Memberikan makanan untuk stabilisasi dan transisi
Pemberian makanan adalah tergantung kebutuhan energy dan protein per hari. Pada fasa
stabilisasi (hari 1-2), pemberian energi adalah 80- 90kkal/kgBB/hari. Pada Fasa
seterusnya energy yang diberikan adalah 100-160kkal/kgBB/Hari. Pemberian protein
adalah 1-1.5gram/KgBB/hari pada fasa stabilisai dan pada fasa transisi
2-5gram/kgBB/hari.2
8. Memberikan makanan untuk tumbuh kejar.
Fase rehabilitasi dimulai saat nafsu makan anak meningkat dan infeksi yang ada berhasil
ditangani. Formula F-75 diganti menjadi F-100 yang dikurangi kadar gulanya untuk
mengurangi osmolaritasnya. Jenis makanan yang memenuhi syarat untuk penderita
malnutrisi berat ialah susu dan diberikan bergantian dengan F-100. Dalam pemilihan
jenis makanan perlu diperhatikan berat badan penderita. Dianjurkan untuk memakai
pedoman BB kurang dari 7 kg diberikan makanan untuk bayi dengan makanan utama
ialah susu formula atau susu yang dimodifikasi, secara bertahap ditambahkan makanan
lumat dan makanan lunak. Penderita dengan BB di atas 7 kg diberikan makanan untuk
anak di atas 1 tahun, dalam bentuk makanan cair kemudian makanan lunak dan makanan
padat.
9. Memberikan stimulasi untuk tumbuh kembang
Pada anak gizi buruk terjadi keterlambatan perkembangan mental dan perilaku karena
harus diberikan : 2
Kasih Sayang
Lingkungan yang ceria
Terapi bermain terstruktur selama 15-30 menit/ hari (permainan ci, luk, ba, dll)
Aktifitas fisik segera setelah sembuh
Keterlibatan ibu (memberi makan, memandikan, bermain dan sebagainya)
10
10. Mempersiapkan untuk tindakkan lanjut dirumah
Pola pemberian makanan yang baik dan stimulasi harus tetap dilanjutkan dirumah
setelah dipulangkan. Berikan contoh menu dan cara makanan dengan kandungan energy
dan zat gizi yang padat, sesuai dengan umur berat badan anak. Terapi bermain terstrutur.
Memberikan saranan seperti : 2
Memberikan makanan dengan porsi kecil dan sering, sesuai umur anak
Membawa anaknya kembali untuk kontrol secara teratur
Bulan 1 : 1x/minggu
Bulan II : 1x/2minggu
Bulan III-VI : 1x/bulan
Pemberian suntikan/ imunisasi dasar dan ulangan (booster)
Pemberian vitamin A dosis tinggi setiap 6bulan sekali pada bulan februari dan
agustus
11
KESIMPULAN
Penyakit KEP atau Protein Energy Malnutrition (kekurangan energi dan protein)
merupakan salah satu penyakit gangguan gizi yang penting bagi negara-negara berkembang
seperti Indonesia dan lainnya. Prevalensi tertinggi terdapat pada anak-anak dibawah umur lima
tahun (balita), dan ibu yang sedang mengandung atau menyusui. Pada kondisi ini ditemukan
berbagai macam keadaan patologis disebabkan oleh kekurangan energi maupun protein dalam
tingkat yang bermacam-macam. Akibat dari kondisi tersebut, ditemukan malnutrisi dari derajat
yang ringan hingga berat. Pada keadaan yang sangat ringan tidak ditemukan kelainan dan hanya
terdapat pertumbuhan yang kurang sedangkan kelainan biokimiawi dan gejala klinis tidak
terlihat. Pada keadaan yang berat ditemukan dua tipe malnutrisi, yaitu marasmus dan
kwashiokor, serta diantara keduanya terdapat suatu keadaan dimana ditemukan percampuran
ciri-ciri kedua tipe malnutrisi tersebut yang dinamakan marasmus-kwashiokor. 2
Masing-masing dari tipe itu mempunyai gejala-gejala klinis yang khas. Pada semua
derajat maupun tipe malnutrisi ini mempunyai persamaan bahwa adanya gangguan pertumbuhan
pada penderitanya. Untuk membedakan tipe ataupun derajat beratnyamalnutrisi terdapat
beberapa cara maupun klasifikasi, salah satunya menurut Gomez atau Wellcome trust dan yang
biasa dipakai sehari-hari menurut perhitungan antropometri. Banyak faktor yang mempengaruhi
terjadinya malnutrisi pada anak, terutama adalah peranan diet sehari-hari yang kurang
mencukupi kebutuhan gizi seimbang anak pada masa usia pertumbuhan, adanya penyakit
penyerta yang memperburuk keadaan gizi serta peranan sosial ekonomi yang mempunyai
peranan tinggi terutama kemiskinan dalam hal mempengaruhi status gizi seseorang. 1,2
Gejala klinis yang timbul pada kekurangan gizi tipe marasmus mempunyai gambaran
yang khas dalam hal membedakannya dengan kekurangan gizi tipe kwashiokor. Pada tipe
marasmus, gejala klinis yang lebih menonjol bahwa penderita terlihat wajahnya seperti orang tua
dan anak sangat kurus karena hilangnya sebagian besar lemak dan atrofi dari otot-ototnya.
Sedangkan pada tipe kwashiokor, gejala klinis yang lebih terlihat adalah penampilannya yang
gemuk disertai adanya edema ringan maupun berat dan adanya ascites dikarenakan kekurangan
protein, disamping itu juga terlihat perubahan warna rambut menjadi merah seperti rambut pada
jagung serta mudah dicabut. Pengobatan marasmus adalah dengan pemberian diet tinggi protein,
sedangkan pada malnutrisi tipe kwashiokor terutama dengan pemberian diet tinggi protein
12
disertai pemberian cairan untuk menanggulangi dehidrasi jika ada. Selain itu juga diberikan
vitamin A untuk mencegah terjadinya kebutaan pada matanya dan pemberian mineral lain untuk
membantu meningkatkan gizi penderita. Penyakit ini mempunyai komplikasi dari yang ringan
seperti infeksi traktus urinarius hingga yang berat seperti tuberkulosis. Penatalaksanaannya
dilakukan secara bersama-sama dengan memperbaiki keadaan gizinya. Walaupun prognosisnya
terlihat buruk tetapi dengan penganganan yang cepat dan tepat dapat menghindarkan
penderitanya dari kematian1,2
DAFTAR PUSTAKA
Dr. Budihardja DTM&H, MPH; Pedoman Pelayanan Anak Gizi Buruk, Kementerian Kesehatan Republik Indonesia 2011;1-10
Dr. Minarto MPS ; Bagian Tatalaksana Anak Gizi buruk 1, Kementrian Kesehatan Repuklik Indonesia, Direktorat Jederal Bina Gizi dan kesehatan Ibu dan Anak, Direktorat BIna Gizi 2011;1-30
13
top related