52843934 metode belajar accelerate learning
Post on 05-Aug-2015
123 Views
Preview:
TRANSCRIPT
[Metode Belajar/Accelerated Learning] Cara Belajar yang
Efektif - Thread Not Solved Yet
Belajar merupakan hal yang wajib dilakukan oleh para pelajar dan
mahasiswa. Belajar pada umumnya dilakukan di sekolah ketika jam
pelajaran berlangsung dibimbing oleh Bapak atau Ibu Guru. Belajar
yang baik juga dilakukan di rumah baik dengan maupun tanpa pr /
pekerjaan rumah. Belajar yang dilakukan secara terburu-buru akibat
dikejar-kejar waktu memiliki dampak yang tidak baik.
Berikut ini adalah tips dan triks yang dapat menjadi masukan berharga
dalam mempersiapkan diri dalam menghadapi ulangan atau ujian :
1. Belajar Kelompok
Belajar kelompok dapat menjadi kegiatan belajar menjadi lebih
menyenangkan karena ditemani oleh teman dan berada di rumah
sendiri sehingga dapat lebih santai. Namun sebaiknya tetap
didampingi oleh orang dewasa seperti kakak, paman, bibi atau orang
tua agar belajar tidak berubah menjadi bermain. Belajar kelompok ada
baiknya mengajak teman yang pandai dan rajin belajar agar yang tidak
pandai jadi ketularan pintar. Dalam belajar kelompok kegiatannya
adalah membahas pelajaran yang belum dipahami oleh semua atau
sebagian kelompok belajar baik yang sudah dijelaskan guru maupun
belum dijelaskan guru.
2. Rajin Membuat Catatan Intisari Pelajaran
Bagian-bagian penting dari pelajaran sebaiknya dibuat catatan di
kertas atau buku kecil yang dapat dibawa kemana-mana sehingga
dapat dibaca di mana pun kita berada. Namun catatan tersebut jangan
dijadikan media mencontek karena dapat merugikan kita sendiri.
3. Membuat Perencanaan Yang Baik
Untuk mencapai suatu tujuan biasanya diiringi oleh rencana yang baik.
Oleh karena itu ada baiknya kita membuat rencana belajar dan
rencana pencapaian nilai untuk mengetahui apakah kegiatan belajar
yang kita lakukan telah maksimal atau perlu ditingkatkan. Sesuaikan
target pencapaian dengan kemampuan yang kita miliki. Jangan
menargetkan yang yang nomor satu jika saat ini kita masih di luar 10
besar di kelas. Buat rencana belajar yang diprioritaskan pada mata
pelajaran yang lemah. Buatlah jadwal belajar yang baik.
4. Disiplin Dalam Belajar
Apabila kita telah membuat jadwal belajar maka harus dijalankan
dengan baik. Contohnya seperti belajar tepat waktu dan serius tidak
sambil main-main dengan konsentrasi penuh. Jika waktu makan,
mandi, ibadah, dan sebagainya telah tiba maka jangan ditunda-tunda
lagi. Lanjutkan belajar setelah melakukan kegiatan tersebut jika waktu
belajar belum usai. Bermain dengan teman atau game dapat merusak
konsentrasi belajar. Sebaiknya kegiatan bermain juga dijadwalkan
dengan waktu yang cukup panjang namun tidak melelahkan jika
dilakukan sebelum waktu belajar. Jika bermain video game sebaiknya
pilih game yang mendidik dan tidak menimbulkan rasa penasaran
yang tinggi ataupun rasa kekesalan yang tinggi jika kalah.
5. Menjadi Aktif Bertanya dan Ditanya
Jika ada hal yang belum jelas, maka tanyakan kepada guru, teman
atau orang tua. Jika kita bertanya biasanya kita akan ingat
jawabannya. Jika bertanya, bertanyalah secukupnya dan jangan
bersifat menguji orang yang kita tanya. Tawarkanlah pada teman
untuk bertanya kepada kita hal-hal yang belum dia pahami. Semakin
banyak ditanya maka kita dapat semakin ingat dengan jawaban dan
apabila kita juga tidak tahu jawaban yang benar, maka kita dapat
membahasnya bersama-sama dengan teman. Selain itu
6. Belajar Dengan Serius dan Tekun
Ketika belajar di kelas dengarkan dan catat apa yang guru jelaskan.
Catat yang penting karena bisa saja hal tersebut tidak ada di buku dan
nanti akan keluar saat ulangan atau ujian. Ketika waktu luang baca
kembali catatan yang telah dibuat tadi dan hapalkan sambil
dimengerti. Jika kita sudah merasa mantap dengan suatu pelajaran
maka ujilah diri sendiri dengan soal-soal. Setelah soal dikerjakan
periksa jawaban dengan kunci jawaban. Pelajari kembali soal-soal yang
salah dijawab.
7. Hindari Belajar Berlebihan
Jika waktu ujian atau ulangan sudah dekat biasanya kita akan panik
jika belum siap. Jalan pintas yang sering dilakukan oleh pelajar yang
belum siap adalah dengan belajar hingga larut malam / begadang atau
membuat contekan. Sebaiknya ketika akan ujian tetap tidur tepat
waktu karena jika bergadang semalaman akan membawa dampak
yang buruk bagi kesehatan, terutama bagi anak-anak.
8. Jujur Dalam Mengerjakan Ulangan Dan Ujian
Hindari mencontek ketika sedang mengerjakan soal ulangan atau
ujian. Mencontek dapat membuat sifat kita curang dan pembohong.
Kebohongan bagaimanapun juga tidak dapat ditutup-tutupi terus-
menerus dan cenderung untuk melakukan kebohongan selanjutnya
untuk menutupi kebohongan selanjutnya. Anggaplah dengan nyontek
pasti akan ketahuan guru dan memiliki masa depan sebagai penjahat
apabila kita melakukan kecurangan.
Semoga tips cara belajar yang benar ini dapat memberikan manfaat
untuk kita semua, amin.
Accelerated Learning dan Implementasinya di Indonesia
Accelerated Learning (AL) adalah salah satu cara belajar alamiah yang
diyakini mampu menghasilkan “tokoh orisinil” dalam menghadapi era
kesemrawutan. Karena AL pada intinya adalah filosofi pembelajaran
dan kehidupan yang mengupayakan demekanisasi dan memanusiakan
kembali proses belajar, serta menjadikan pengalaman bagi seluruh
tubuh, pikiran, dan pribadi (Meier,2000). Accelerated Learning memiliki
ciri cenderung: luwes, gembira, banyak jalan, mementingkan tujuan
bekerjasama, manusiawi, multi indrawi, bersifat mengasuh,
mementingkan aktivitas, melibatkan mental, emosional dan fisik serta
lebih mengutamakan hasil, bukan sarana atau metode tertentu.
Metode apapun yang dapat mempercepat dan meningkatkan
pembelajaran, bisa dimasukkan dalam metode Accelerated Learning
Memasuki abad 21 ini masalah mutu pendidikan Indonesia merupakan
masalah nasional. ndokator yang menunjukkan betapa rendahnya
mutu pendidikan di Indonesia menurut UNESCO tahun 2000 tentang
indeks Pengembangan Manusia (Human Developmen Index) terbukti
komposisi dari peringkat pencapaian pendidikan, kesehatan dan
penghasilan per-kepala yang menunjukkan bahwa indeks
pengembangan manusia Indonesia makin menurun. Menurut data dari
UNESCO, diantara 174 negara di dunia, peringkat Indonesia mengalami
penurunan. Penurunan mutu pendidikan di Indonesia terlihat dari
peringkat negara-negara yang di survey tersebut dari tahun ke tahun
yaitu: pada tahun 1996 peringkat ke 102, 1997 peringkat 99, tahun
1998 peringkat 105, tahun 1999 peringkat 109, dan tahun 2000
peringkat 112. Keadaan tersebut diperkuat juga dari hasil survei
Political and Economic Risk Consultantn (PERC), tentang kualitas
pendidikan di Indonesia berada pada urutan ke-12 dari 12 negara di
Asia (Rosyada:2004:4).
Terkait dengan kenyataan dan persoalan mutu pendidikan di atas
sangat mendesak untuk dipikirkan penyempurnaan dan perbaikan
pendidikan di Indonesia. Masalah rendahnya mutu pendidikan tersebut
dipengaruhi banyak hal. Pemerintah, Sekolah, dan masyarakat perlu
mengadakan koreksi terhadap langkah pendidikan yang selama ini
dilakukan. Sekolah sebagai tempat formal pelaksanaan pendidikan
memiliki tanggung jawab yang besar untuk peningkatan hasil
pendidikan. Salah satu langkah perbaikan pendidikan tersebut adalah
mencari bentuk pembelajaran yang dapat meningkatkan mutu
pendidikan. Bentuk pembelajaran yang mengacu pada peningkatan
kemampuan internal siswa dalam merangsang strategi pembelajaran
ataupun melaksanakan pembelajaran sehingga siswa dapat mencapai
tujuan pembelajaran semaksimal mungkin. Dalam kegiatan
pembelajaran perlu dipilih strategi yang tepat agar tujuan
pembelajaran dapat dicapai.Pembaharuan pendidikan, dengan
perubahan proses belajar mengajar, menawarkan sejumlah
pembelajaran yang inovatif. Pembelajaran yang ditawarkan tersebut
sebagai koreksi terhadap pembelajaran tradisional yang konvensional
yang selama ini digunakan. Salah satunya adalah accelerated learning
(pembelajaran dipercepat).
Accelerated Learning (AL) adalah salah satu cara belajar alamiah yang
diyakini mampu menghasilkan “tokoh orisinil” dalam menghadapi era
sekarang ini.. Karena AL pada intinya adalah filosofis pembelajaran dan
kehidupan yang mengupayakan demekanisasi dan memanusiakan
kembali proses belajar, serta menjadikan pengalaman bagi seluruh
tubuh, pikiran, dan pribadi (Meier,2003)
Accelerated learning memiliki beberapa ciri khas yang membedakan
dengan pembelajaran tradisional (konvensional). Ciri khas dari
accelerated learning itu adalah: cenderung luwes, gembira, banyak
jalan, mementingkan tujuan, bekerja sama, multi indrawi, bersifat
mengasuh, mementingkan aktivitas, melibatkan mental, emosional,
dan fisik serta lebih mengutamakan hasil, bukan sarana atau metode
tertentu. Metode apapun yang digunakan asal dapat meningkatkan
dan mempercepat pembelajaran dapat diterapkan dalam accelerated
learning.
Accelerated Learning (AL) adalah salah satu cara belajar alamiah yang
diyakini mampu menghasilkan “tokoh orisinil” dalam menghadapi era
kesemrawutan. Karena AL pada intinya adalah filosofi pembelajaran
dan kehidupan yang mengupayakan demekanisasi dan memanusiakan
kembali proses belajar, serta menjadikan pengalaman bagi seluruh
tubuh, pikiran, dan pribadi (Meier,2000). Accelerated Learning memiliki
ciri cenderung: luwes, gembira, banyak jalan, mementingkan tujuan
bekerjasama, manusiawi, multi indrawi, bersifat mengasuh,
mementingkan aktivitas, melibatkan mental, emosional dan fisik serta
lebih mengutamakan hasil, bukan sarana atau metode tertentu.
Metode apapun yang dapat mempercepat dan meningkatkan
pembelajaran, bisa dimasukkan dalam metode Accelerated Learning.
Sedangkan pelaksanaan di Indonesia banyak macam ragamnya.
Penafsiran terhadap Accelerated Learning berbeda-beda, sehingga
implementasinya dalam praktek di sekolah-sekolah di Indonesia juga
ada bermacam-macam, ada yang dalam bentuk percepatan belajar,
kelas unggulan, maupun sekolah seharian (full Day School). yang
menjadi pertanyaan “benarkah mereka telah melaksanakan
Accelerated Learning?”. Hal inilah yang perlu dikaji antara konsep dan
pelaksanaannya.
PEMBAHASAN
A. Makna Accelereted Learning
Kita telah memasuki era abad ke-21 yang ditandai dengan
ketidakpastian/ kesemrawutan. Orang-orang yang memiliki kreativitas
tinggilah yang akan mampu menghadapi ketidakpastian itu. Untuk itu
kita tidak ingin menghasilkan manusia “fotocopy” seperti pada abad
ke-19, yakni pendekatan pembelajaran yang menciptakan penumpulan
diri seseorang sepenuhnya. Tugas pendidikan pada saat itu adalah
mempersiapkan orang untuk menghadapi dunia yang relatif
sederhana, statis, dan dapat diramalkan. Pembelajaran sudah dipatok
standar, begitu pula dengan hasilnya. Sehingga manusia sebagai
sebuah mesin atau robot yang sudah distandarkan. Sedangkan abad
ke-21 ini kita harus menghasilkan “tokoh orisinil” yang dapat
mengerahkan sepenuhnya kecerdasan setiap orang yang unik dan
bukannya menindasnya atas nama standarisasi. Kita semua harus
mampu menjadi innovator dalam pembelajaran.
Accelerated Learning (AL) adalah salah satu cara belajar alamiah yang
diyakini mampu menghasilkan “tokoh orisinil” dalam menghadapi era
kesemrawutan. Karena AL pada intinya adalah filosofi pembelajaran
dan kehidupan yang mengupayakan demekanisasi dan memanusiakan
kembali proses belajar, serta menjadikan pengalaman bagi seluruh
tubuh, pikiran, dan pribadi (Meier,2000).
Sejarah singkat Accelerated Learning didasarkan pada metode
Lazanov dalam menenangkan pasienpsikiatri dengan memberikan
musik dan sugesti positif mengenai kesembuhan mereka. Metode ini
kemudian dicobakan dalam pembelajaran, didapatkan bahwa
kombinasi musik dan sugesti positif serta permainan anak-anak,
memungkinkan pelajar untuk belajar jauh, lebih cepat dan jauh lebih
efektif.
Accelerated Learning memiliki beberapa ciri khas yang
membedakannya dengan ciri belajar yang tradisional (konvensional).
AL memiliki ciri cenderung: luwes, gembira, banyak jalan,
mementingkan tujuan bekerjasama, manusiawi, multi indrawi, bersifat
mengasuh, mementingkan aktivitas, melibatkan mental, emosional
dan fisik serta lebih mengutamakan hasil, bukan sarana atau metode
tertentu.Metode apapun yang dapat mempercepat dan meningkatkan
pembelajaran, bisa dimasukkan dalam metode Accelerated Learning.
Sedangkan untuk belajar tradisional pada umumnya
memilikikecenderungan belajar dengan ciri yakni : kaku, muram, dan
serius, satu jalan (cara), mementingkan sarana, bersaing, behavioritas,
verbal, mengontrol, hanya melibatkan mental (kognitif saja), dan
pembelajaran berdasarkan waktu.
B. Perkembangan Accelerated learning
Accelerated learning berkembang pesat sekitar tahun 1970.
Perkembangan itu dimotori oleh Schroeder dan Orstrander ketika itu
menerbitkan sebuah buku berjudul Superlearning. Isi buku ini memuat
ide pembelajaran dengan suggestology hasil kerja seorang psikiater
dan psikoterapi dari Bulgaria yang bernama Lozanov. Pada sekitar
tahun 1950 Lozanov sedang menangani seorang pasien yang
mengalami gangguan psikologis. Dengan teknik-teknik sugesti akan
kesembuhan mereka dan menenangkan mereka dengan musik barok
(musik abad 17). Hasilnya ternyata pasien tersebut mengalami
kesembuhan. Lozanov menyebutkan ini sebagai suggestology dengan
berasumsi bahwa setiap manusia memiliki cadangan pikiran yang
tersembunyi dan hal ini dapat diaktifkan kembali dengan sugesti dan
musik dalam keadaan rileksasi (http://dr-lozanov. Dir-bg/page2).
Kenyataan tersebut diterapkan di dunia pembelajaran. Lozanov
mengadakan studi penelitian dalam ilmu jiwa untuk memberi sugesti
positif dan pengaruh musik terhadap siswa-siswa dalam pembelajaran.
Lozanov merasa yakin bahwa metode ini juga dapat diterapkan pada
dunia pendidikan, dengan mengaktifkan cadangan gelombang otak
pada siswa. Keberadaan jiwa dalam memimpin pribadi, membuat
konsentrasi mental, disiplin diri, perenungan dengan musik dalam
keadaan yang rilek untuk meningkatkan memori. Beliau mendapatkan
hasil penelitiannya, siswa-siswa tersebut dapat menyerap lebih cepat
materi belajarnya. Saat itu yang digunakan sebagai penelitian adalah
pembelajaran bahasa asing.
Dia mendapatkan hasil penelitiannya bahwa: musik, sugesti positif,
mainan anak-anak memungkinkan siswa untuk belajar lebih cepat dan
jauh lebih efektif. Kabar mengenai temuan ini menyulut imajinasi guru
bahasa dan guru-guru matapelajaran yang lain untuk mencoba
menerapkan. Terapi dengan sugesti ini dinamakan sebagai
suggestology, didefinisikan sebagai ilmu (studi ilmiah) untuk memberi
kesan. Kesan yang diberikan adalah bahwa setiap siswa akan mampu
mengikuti setiap pembelajaran dengan berhasil, pelajaran tidak ada
yang sulit, dan situasi belajar yang menyenangkan. Sedangkan
aplikasinya dalam proses belajar mengajar diberinama suggestopedia.
Pada tanggal 6 Oktober 1966 didirikan Institut Riset Suggestology yang
pertama sebagai wadah untuk meneliti potensi manusia. Tujuannya
dengan teknik sugesti dapat membebaskan pemikiran, kemudian tidak
hanya merangsang memori, tetapi meningkatkan memori dan fungsi
mental yang lain dan seluruh kepribadian. Sasarannya adalah
mengambil cadangan gelombang otak, berupa cadangan memori,
cadangan intelektual, cadangan kreatifitas, dan cadangan keseluruan
pribadi untuk menghindari kelelahan, dengan menciptakan suasana
yang menyenangkan dalam proses belajar. Sedangkan efek positip
dari sugestopedia adalah membantu siswa menyesuaikan diri dengan
masyarakat. Menurut Lozanov (http://dr-lozanov. Dir-bg/page2. htm)
prinsip-prinsip sugestopedia adalah: (1) menghadirkan kegembiraan
dan rileksasi dalam belajar dengan menghilangkan ketegangan sampai
ke seluruh kelas, (2) menggunakan dua program otak, otak sadar dan
bawah sadar secara simultan, dan (3) mata rantai suggestive pada
tingkat cadangan yang komplek, meliputi arti-arti psikologika
berdasarkan intuisi, mental professional, dalam segala waktu.
Dalam kelas suggestopedia, belajar dalam kelas merupakan proses
perjalanan belajar yang menyenangkan. Proses belajar mengajar
diibaratkan sebagai konser aktif dengan bermain peran, game,
nyayian/musik, serta aktifitas yang lain. Penciptaan yang
menyenangkan dalam situasi rilek tersebut akan meningkatkan
gelombang otak sehingga energi informasi mengalir dengan muda
antara guru dan para siswa, dan antara siswa satu dengan yang
lainnya.
Perkembangan pembelajaran suggestopedia diterima dengan antusias
oleh ahli-ahli pendidikan. Pada tahun 1970, Don Schuster dari Iowa
State University, dan Ray Bordon dan Charles Gritton, mulai
menerapkan metode ini dalam pengajaran di SMU dan Universitas, dan
hasilnya positip. Pada tahun 1975 mereka bersama-sama tokoh yang
lainnya mendirikan The Society for Accelerative Learning and Teaching
(SALT) dan mulai mensponsori konferensi-konferensi internasional.
Suggestopedia telah membangkitkan minat professor di perguruan
tinggi, pendidik sekolah menengah umum, dan pelatih perusahaan di
dunia untuk menerapkan suggestopedia dalam proses
pembelajarannya. Pada tanggal 11 sampai dengan 16 Desember 1978
diadakan konperensi Internasional suggestologi di Sofia, negara
Bulgaria. Sponsor pertemuan ini adalah kelompok kerja tenaga ahli
suggestology internasional, bersama-sama UNESCO dan Kementerian
Pendidikan Bulgaria. Peserta pertemuan yang diundang
mempresentasikan penemuan mereka tentang pembelajaran
suggestopedia, dan membicarakan implementasi ke depannya. Mereka
sepakat untuk mendirikan pusat suggestopedia serta akan melatih
guru-guru dalam suggestopedia.
Hasil konverensi tersebut memberikan rekomendasi kepada UNESCO
tentang suggestopodia, yaitu: (1) kesepakatan bahwa suggestopedia
adalah metode mengajar yang unggul untuk setiap orang dengan
berbagai tipe siswa, (2) meningkatkan kemampuan mengajar untuk
mendapatkan sertifikasi, (3) pelatihan guru suggestopedia harus
dimulai secepat mungkin, dan (4) UNESCO harus mempersatukan
perkumpulan suggestology dan suggestopedia internasional, dan perlu
memberi bantuan dan bimbingan Lozanov untuk mengadakan
pelatihan, penelitian, koordinasi, dan mengumumkan hasilnya
SALT kini sudah mengembangkan pembelajaran dengan beberapa
teknik dan metode untuk mengefektifkan belajar. SALT sekarang
berganti nama The International Alliance for Learnin (IAN) dan masih
mensponsori konferensi-konferensi Internasional di Amerika Serikat
bagi peserta internasional. Konferensi-konferensi yang dilakukan
berkaitan dengan peningkatan mutu pembelajaran, dan mutu
pendidikan. Kini di beberapa negara sudah memiliki asosiasi serupa
itu, seperti di Inggris Society for Effektive Learning (S.E.A.L) , di Jerman
The German Society for Sugestopedic Teaching and Learning (D.S.G.L).
C. Prinsip-Prinsip Pokok Accelerated Learning
Beberapa prinsip pokok sehingga proses pembelajaran itu dikatakan
sebagai Accelereted Learning, yaitu :
1. Belajar melibatkan seluruh pikiran dan tubuh. Belajar tidak hanya
menggunakan “otak” (sadar, rasional, memakai “otak kiri” dan verbal).
Tetapi juga melibatkan seluruh tubuh/pikiran dengan segala emosi,
indra, dan sarafnya.
2. Belajar adalah berkreasi, bukan mengkonsumsi. Pengetahuan
bukanlah sesuatu yang diserap oleh siswa, melainkan sesuatu yang
diciptakan siswz, dalam hal ini siswa memadukan pengetahuan dan
ketrampilan baru ke dalam struktur dirinya yang telah ada. Jadi belajar
secara harfiah adalah menciptakan makna baru, jaringan saraf baru,
dan pola interaksi elektrokimia baru di dalam sistem otak/tubuh secara
menyeluruh.
3. Kerjasama membantu proses belajar. Bekerja sama dengan kawan-
kawan akan mempercepat pembelajaran pembelajaran dan hasil
belajar, dibandingkan dengan persaingan di antara siswa (individu)
akan memperlambat pembelajaran dan hasil belajar.
4. Pembelajaran berlangsung pada banyak tingkat secara simultan.
Pembelajaran yang melibatkan orang pada banyak tingkatan secara
simultan (saar dan bawah sadar, mental dan fisik) dan memanfaatkan
seluruh saraf reseptor, indra, dan jalan dalam sistem total/tubuh
seseorang. Otak bukanlah prosesor berurutan melainkan prosesor
pararel, otak akan berkembang pesat jika ditantang untuk melakukan
banyak hal sekaligus.
5. Belajar berasal dari mengerjakan pekerjaan itu sendiri (dengan
umpan balik). Belajar paling baik adalah belajar dalam konteks
(pembelajaran kontektual) Hal yang dipelajari secara terpisah akan
sulit diingat dan mudah menguap. Pengalaman nyata (konkrit) dapat
menjadi guru yang jauh lebih baik daripada sesuatu yang hipotesis dan
abstrak, asalkan di dalamnya tersedia peluang untuk terjun langsung
secara total, mendapatkan umpan balik, merenung, dan menerjunkan
diri kembali.
6. Emosi positip sangat membantu pembelajaran. Perasaan
menentukan kualitas dan juga kuntitatas belajar seseorang. Perasaan
negatif menghalangi belajar. Perasaan positip terhadap pembelajaran
akan mempercepat dan memperlancar proses belajar mengajar.
Belajar yang penuh tekanan, menyakitkan dan bersuasana muram
tidak dapat mengungguli hasil belajar yang menyenangkan, santai,
dan menarik hati.
7. Otak-citra menyerap informasi secara langsung dan otomatis.
Sistem saraf manusia lebih merupakan prosesor citra daripada
prosesor kata. Gambar yang kongkrit jauh lebih mudah ditangkap dan
disimpan daripada abstraksi verbal.
D. Tujuan dan Langkah-Langkah Cara Belajar Cepat (CBC)
Dijelaskan dalam buku Accelerated Learning For The 21 Century
(2003:8) cara belajar Cepat atau (CBC) adalah sebuah upaya untuk
meningkatkan kualitas pendidikan dengan membuat “cetak biru”
praktis bagi :
1. Setiap orang untuk meningkatkan kemampuan belajarnya sehingga
bisa belajar lebih cepat dan mengingat lebih banyak.
2. Setiap orang tua untuk memberikan dorongan kepada anak –anak
mereka agar menjadi “pelajar” atau “pembelajar” sukses dalam tahun-
tahun penting perkembangan dirinya.
3. Setiap organisasi atau perusahaan untuk menciptakan budaya yang
memungkinkan para anggota dan pekerjanya secara otomastis
terfokus pada kesuksesan.
Cara Belajar Cepat merupakan kemampuan menyerap dan memahami
informasi baru dengan cepat dan menguasai informasi tersebut. Untuk
hal itu dibutuhkan dua (2) ketrampilan yaitu : (1) belajar cepar, dan (2)
berpikir jernih.
Tujuan Cara Belajar Cepat antara lain adalah untuk:
1. Melibatkan secara aktif otak emosional, yang berarti membuat
segala sesuatu mudah diingat.
2. Mensinkronkan aktivitas otak kiri dan otak kanan.
3. Menggerakkan kedelapan kecerdasan sedemikian sehingga
pembelajaran dapat diakses oleh setiap orang dan sumber daya
segenap kemampuan otak digunakan.(8 kecerdasan menurut Howard
Gardner : Kecerdasan Linguistik, Logis-Matematic, Visual-Spasial,
Musical, Kinestetik, Interpersonal, dan Intrapersonal, serta tahun 1996
ditambah dengan kecerdasan Naturalis.
Cara belajar Cepat memperlihatkan kepada semua pebelajar tentang
cara-cara belajar yang sesuai dengan gabungan unik dari kapasitas-
kapasitas tersebut.
4. Memperkenalkan saat relaksasi untuk memungkinkan konsolidasi
seluruh potensi otak berlangsung. Semua pembelajaran perlu disimpan
dalam memori.
Pada bagian awal makalah ini dijelaskan Accelerated learning yang
memiliki salah satu ciri belajar “gembira dan menyenangkan”. Ketika
kita senang dan menikmati belajar, kita akan belajar lebih baik.
Bagaimana kita menjadikan belajar itu menyenangkan dan berhasil ?
caranya antara lain :
1. Menciptakan lingkungan tanpa stes (releks), lingkungan yang aman
untuk melakukan kesalahan , namun harapan untuk sukses tinggi.
2. Menjamin bahwa subyek pelajaran adalah relevan. Belajar ketika
melihat manfaat dan pentingnya pelajaran.
3. Belajar secara emosional adalah positif
4. Melibatkan secara sadar semua indera dan juga pikiran otak kiri dan
otak kanan.
5. Menantang otak agar dapat berpikir jauh ke depan dan
mengekplorasi apa yang sedang dipelajari dengan sebanyak mungkin
mengikutsertakan kecerdasan yang relevan untuk memahami subyek
pelajaran.
6. Mengkonsolidasi bahan yang dipelajari, dengan meninjau ulang
periode-periode waspada yang relaks.
Semua langkah di atas untuk menimbulkan rangsangan yang
menyenangkan dimasukkan dalam program CBC, namun yang penting
dilakukan adalah rencana yang padu, langkah demi langkah.
Dalam Accelerated Learning, struktur metode CBC dibagi menjadi
enam langkah dasar. Keenam langkah itu dapat diingat dengan
mudah, menggunakan singkatan M-A-S-T-E-R. Sebuah kata yang yang
diciptakan oleh pelatih terkemuka CBC Joyne Nicholl, penulis Open
Sesame.
1. Motivating Your Mind (Memotivasi Pikiran)
Punya keinginan untuk memperoleh ketrampilan/pengetahuan baru,
dan yakin bahwa informasi yang anda dapatkan mempunyai dampak
bermakna badi kehidupan anda.
2. Acquiring The Information (Memperoleh I nformasi)
Mengidentifikasi diri pada kekuatan Visual, Auditori, dan Kinestetis,
anda mampu memainkan berbagai strategi yang menjadikan
pemerolehan informasi lebih muda daripada sebelumnya.
3. Searching Out The Meaning (Menyelidiki Makna)
Mengubah fakta ke dalam makna pribadi, dimana kedelapan
kecerdasan kita berperan aktif. Setiap jenis kecedasan adalah sumber
daya yang bisa diterapkan ketika mengekplorasi dan menginterpretasi
fakta-fakta dari subyek pelajaran.
4. Trigering The Memory (Memicu Memori)
Pastikan bahwa pelajaran terpatri dalam memori jangka panjang,
sehingga dapat membuka dan mengambilnya saat diperlukan. Adapun
beberapa strategi yang dapat dipakai sangat efektif menurut para ahli
memori, antara lain : pemakaian asosiasi, kategorisasi, mendongeng,
akronim, kartu pengingat, peta konsep, musik, dan peninjauan.
5. Exhibiting What You Know (Memamerkan Apa yang Diketahui)
Coba siapkanlah dan latihkan pengetahuan yang telah anda peroleh
dengan rekan anda. Jika dapat mengajarkan kerpada orang lain berarti
anda betul-betul telah paham dengan pelajaran tersebut.
6. Reflecting How You’ve learned (Merefleksikan Bagaimana Anda
Belajar)
Anda perlu merefleksikan pengalaman belajar anda. Bukan hanya pada
apa yang telah anda pelajari, melainkan bagaimana anda mempelajari.
Ini adalah langkah terakhir, dengan manfaat menganalisa diri dapat
dimulai cara belajar yang lainnya.
E. Sarana Prasana dan Media dalam Accelerated Learning
Pembelajaran accelerated learning di butuhkan elemen-elemen
khusus, sebagai sarana prasarana dan media dalam pembelajarannya.
Hal itu diadakan agar dapat mempercepat dan mengefektifkan
pembelajaran. Menurut Deporter dibutuhkan elemen-elemen khusus
pada AL yaitu: lingkungan fisik, musik, gambar-gambar(hiasan)
bermakna, guru, keadaan positip, seni dan drama.
Lingkungan fisik, setiap usaha dibuat untuk menciptakan sebuah
lingkungan pembelajaran yang nyaman. Komponen yang harus
diperhatikan antara lain: lampu, suhu, warna, tanaman, dan dekorasi
dibuat sebagai pendukung pembelajaran dengan pertimbangan yang
hati-hati. Susunan tempat duduk terbuka dan fleksibel.
Menggunakan musik yang sesuai dan efektif mempertinggi lingkungan
pembelajaran. Musik membantu siswa rileks dan fokus. Pemilihan
musik harus sesuai dengan pembelajaran yang sedang dilaksanakan.
Misalkan musik keras untuk menimbulkan semangat siswa.
Gambar-gambar (hiasan) yang bermakna. Poster-poster yang terletak
dikelas mampu memberikan uraian-uraian pendukung pembelajaran.
Informasi, sugesti yang diberikan oleh gambar-gambar dikelas mampu
memberikan uraian yang sesuai dengan topik dari guru atau kegiatan
sekolah yang lain.
Guru harus mendirikan kredibilitas dengan siswa, guru harus sudah
terlatih dalam pembelajaran. Kemampuan suara (tekanan, informasi,
tempo, keras, atau lembut) adalah teknik yang digunakan untuk
menangkap perhatian siswa dan menekankan poin utama. Selain itu
guru harus membangun hubungan yang kuat dengan siswa.
Keadaan positip, ketenangan emosi, sapaan dengan suara yang ramah
dan menyenangkan. Penggunaan bahasa yang hati-hati menekankan
pernyataan positip, dan menghindari pernyataan yang negatip.
Menimbulkan dampak emosi positip pada siswa, hal ini akan memberi
nilai tersendiri pada pembelajaran sehingga proses pembelajaran
lancar, efektif, hasilnya menambah daya ingat siswa.
Seni dan Drama, guru memilih lagu-lagu, wayang atau drama agar
dengan pemilihan kostum yang sesuai dengan topik, untuk
mengilustrasikan pembelajaran, Tujuannya adalah pembelajaran lebih
hidup.
Kelas diatur dengan hati-hati, penerangan, tanaman, tempat duduk,
musik, poster yang mendukung pelajaran dan sarana lain yang telah
dikenal, dibuat untuk dapat mengkontribusikan terhadap lingkungan
pembelajaran. Ringkasnya dalam kelas AL, guru mulai menyapa
dengan nada positip, hidup, ramah menyapa tiap-tiap siswa, masuk
pintu dengan komentar yang hangat. Misalkan guru menyapa siswa
yang datang, dengan ramah dan kontak mata berkata “halo! senang
kamu dapat disini, hari ini kita punya hari yang besar.”.
Sapaan guru dan elemen-elemen ini akan membantu siswa
menghilangkan perasaan negatif, memberi saran dengan halus, guru
menghidupkan musik dari tape, untuk menciptakan atmosfir yang
positip, siswa mulai menyiapkan buku dan perlengkapan belajar
lainnya. Musik berhenti, siswa mengambil tempat duduk dan guru
berlanjut mempersiapkan mereka untuk belajar dengan uraian dan
pertanyaan. Misal pada pelajaran geografi guru akan memulai dengan
pertanyaan atau penyataan. “Jika tiba-tiba kamu berada di lingkungan
terisolasi, bagaimana kamu dapat bertahan hidup?” Guru kemudian
menjelaskan tentang keadaan tanah dan daerah, iklim, flora, dan
fauna, kemudian guru mensugesti kemudahan dalam mata pelajaran
ini. Siswa menjadi aktip, mencoba mengungkapkan bagaimana mereka
bertahan hidup di daerah terisolasi dengan teknik simulasi, permainan
atau kegiatan lain. Sebagai fasilitator guru memimpin sebuah uraian
apa yang sedang mereka pelajari, diikuti dengan penjelasan dari
pengalaman atau cerita yang ada, tentang bagaimana mereka
bertahan hidup.
Pelajaran berlanjut dengan review dan refleksi dengan guru yang
sudah siap dengan jawaban. Siswa mengungkapkan jawaban-
jawabannya. Pelajaran di tutup dengan siswa bercerita tentang
sesuatu yang telah dipelajari. Akhirnya mereka merayakan
keberhasilan pembelajaran hari itu.
Musik Sangat penting dalam Accelerated Learning
Keberadaan musik dalam pembelajaran akselerasi baik dari Deporter
maupun Lozanov adalah faktor yang penting mengapa demikian?
Unsur-unsur pembelajaran AL menggunakan musik secara sistematis
dalam proses pembelajarannya. Menurut Lozanov ada dua alasan
mengapa musik digunakan dalam pembelajaran akselerasi. Pertama,
musik sangat potensial menciptakan keadaan siap belajar dengan
situasi longgar pada diri siswa, yang disebut psychoreleksasi. Pada
penelitiannya Lozanov menemukan ketika siswa menyesuaikan diri
dengan musik ia merekam peningkatan gelombang alfa pada otak, dan
penurunan gelombang beta otak, dan juga penurunan tekanan darah,
dan lembutnya denyut nadi. Dengan ketertarikan dan rileksasi sangat
berguna untuk menciptakan keadaan yang lebih baik.
Alasan kedua, dengan adanya musik, kedua belahan otak (kanan-kiri)
akan digunakan secara utuh. Musik dalam pembelajaran merupakan
penghantar untuk merangsang pengaktifan cadangan otak
(kemampuan berpikir), digunakan untuk meningkatkan mental dan
pembelajaran. Dengan musik akan tercipta keadaan rileksasi dan
meningkatkan perhatian siswa, serta meningkatkan daya ingat siswa.
Pemilihan jenis musik, dan gaya musik untuk mengefektifkan belajar
juga penting, karena antara orang satu dan yang lain berbeda selera
dan mencakup suasana hati. Ada beberapa gaya musik yang sering
digunakan yaitu gaya musik abad 17, musik klasik, dan musik jazz.
Menurut hasil penelitian Lehman dan Gassner, pemilihan jenis musik
bukan hal yang ketat, tetapi lebih baik musik yang cocok untuk anak-
anak dan siswa dewasa.
Rileksasi dalam pembelajaran
Penelitian yang dilakukan di kelas dengan perlakuan rileksasi dan
tanpa rileksasi oleh beberapa orang ahli tersebut kadang-kadang
mendapatkan hasil yang tidak signifikan, tetapi beberapa ahli lebih
banyak yang mendapatkan hasil yang signifikan. Pertama rileksasi
kalau dilakukan sendiri kurang mendapatkan hasil, tetapi bila.
dikombinasi dengan musik akan lebih efektif untuk meningkatkan
pencapaian belajar.
Kedua adalah hubungan ketertarikan rileksasi dengan siswa yang
memiliki ketertarikan pembelajaran yang tinggi akan menghasilkan
tugas yang baik, tetapi siswa memiliki ketertarikan rendah akan
menghasilkan tugas dengan baik dalam keadaan rileksasi. Jadi rileksasi
menguntungkan hanya beberapa siswa tertentu yang tidak tertarik
pembelajaran atau tugas yang diberikan.
Ketiga adalah hubungan rileksasi dengan sulit atau mudahnya tugas.
Untuk soal-soal yang muda rileksasi tidak seberapa dibutuhkan, tetapi
untuk soal/tugas yang sulit efek rileksasi sangat terasa, akan
menyelesaikankan soal/tugas dengan baik. Pelaksanaan dengan teknik
rileksasi yang progresif, akan meningkatkan memori jangka pendek
dan lebih efektif dibanding teknik yang lain.
Kesimpulannya pembelajaran dengan rileksasi lebih unggul dibanding
dengan pembelajaran konvensional yang penuh tekanan dan
melelahkan. Siswa banyak tertarik dengan pembelajaran accelerated
dengan rileksasi dari pada pembelajaran tradisional. Banyak ahli
mendukung rileksasi sebagai unsur penting digunakan dalam metode
pembelajaran, karena efeknya dapat meningkatkan kreatifitas baik
fisik maupun psikologis.
F. Implementasi Accelereted Learning di Indonesia
Di Indonesia konsep Accelereted Learning ditafsirkan dan
diimplementasikan dalam program pembelajaran di beberapa sekolah
baik swasta maupun negeri. Mari kita analisa antara konsep asli
Accelerated Learning asli seperti terpapar di atas, dengan
implementasinya di lapangan yang dapat kita ketahui dari beberapa
sekolah yang mencoba untuk menerapkannya.
Penulis mengkaji implementasi accelerated learning ini dengan
melakukan observasi di beberapa sekolah, yang kebetulan berkaitan
dengan pelaksanaan dan pengembangan kurikulum. Untuk
mengetahui pelaksanaan di sekolah, kami mengobservasi pelaksanaan
kurikulum dibeberapa SD, kebetulan secara formal mengobservasi MIN
Malang I dan SD Percobaan. Sedangkan untuk SD /MI Sabbillillah
observasi yang dilakukan masih non formal berdasarkan informasi
yang diperoleh dari orang tua siswa dan siswa.
1. Kelas Percepatan di SD Lab Universitas Negeri Malang (UM)
Berdasarkan observasi yang dilakukan di SD Lab, ternyata SD ini
mencoba melakukan program percepatan dengan menggunakan
modul. Sejak awal berdirinya pada tahun 1968 dengan nama SD
LABORATORIUM IKIP Malanng, di bawah pimpinan Prof. DR. Supartinah
Pakasih sebagai kepala sekolah I sekaligus beliau meneliti tentang
percepatan belajar siswa SD. Sejak awal berdirinya (1968) sampai
tahun 1987 menerapkan bentuk kurikulum yang berada dibawah
naungan Badan Pengembangan Depdikbud Pusat. Hal itu berbedah
dengan SD yang lainnya yang di bawah naungan Kanwil Propinsi.
Dikatakan mereka menerapkan system pembelajaran maju
berkelanjutan (system Akselerasi) per- semester. Program ini
diperuntukkan untuk kelas tiga ke atas, sedangkan untuk kelas di
bawahnya belum. Asumsinya adalah kemampuan membaca dan
berhitung untuk kelas tiga ke bawah belum cukup.
Dalam program percepatan modul ini, siswa dapat untuk
menyelesaikan modul satu ke modul berikutnya. Jika siswa dapat
menyelesaikan modul dengan baik maka asumsinya siswa tersebut
telah menguasai pokok bahasan yang ada di kelas yang lebih tinggi,
maka siswa dapat mengikuti ujian kelas yang lebih tinggi tersebut.
Misalkan anak kelas IV namun mampu menyelesaikan modul kelas V
dengan sangat baik, maka ia berhak mengikuti ujian kelas V. Sehingga
seorang siswa SD dapat lulus hanya dalam waktu 5 tahun atau 5,5
tahun, hal ini lebih cepat dari anak SD yang lainnya yang harus
menyelesaikan /lulus dalam waktu 6 tahun.
Semenjak tahun 1987 sistem telah dirubah dengan turunnya SK No.
0707 /P/1986 tentang Penegerian Sekolah Dasar Proyek Perintis
Sekolah Pembangunan (PPSP) IKIP Malang menjadi Sekolah Dasar
Negeri Malang dalam binaan Kanwil Depdikbud Propinsi Jawa Timur.
Kemudian keluar Keputusan Mendikbud No. 0326/O/1978, maka SD
Negeri Malang berubah nama lagi menjadi SD Negeri Percobaan
Malang di dalam binaan Kanwil Depdikbud Jatim. Selanjutnya setelah
otonomi daerah SD Percobaan di bawah naungan Dinas Pendidikan
Kota Malang.
Pada tahun 1987 tersebut juga system percepatan telah ditinggalkan,
dengan alasan banyak kendala terutama para lulusannya dalam hal
administrasi.
2. Program Kelas Unggulan.
Program kelas unggulan yang akhir-akhir ini semakin marak
perkembangannya, yakni mengumpulkan siswa-siswa yang berprestasi
akademik dalam satu kelas tertentu. Berdasarkan hasil observasi kami
pada salah satu sekolah di Malang yang menerapkan kelas unggulan
ini yaitu MIN Malang I, Para pengelola, mereka beralasan di gunakan
sistem ini adalah sebagai pelayanan individual, sehingga siswa yang
cepat dalam belajarnya akan dilayani dengan cepat dan siswa tersebut
tidak akan dirugikan dengan pelayanan gurunya terhadap siswa yang
lambat. Begitu pula siswa yang lambat akan memperoleh pelayanan
sampai dapat menuntaskan pembelajaran dengan dipilih guru-guru
yang biasa menangani siswa yang lambat.
Kenyataan demikian ini menurut saya dapat dibenarkan, jika memang
murid-murid dalam kelas unggulan ini belajar dengan memenuhi
konsep accelerated learning, memanfaatkan baik fisik maupun
emosional dan dalam suasana yang menyenangkan tanpa tekanan,
sehingga mereka dapat berprestasi akademik, hal ini dapat
dikategorikan sebagai accelerated learning. Tetapi jika pembelajaran
yang terjadi pada kelas unggulan ini dalam suasana penuh tekanan
dan persaingan diantara siswa, maka perlu dikoreksi pelaksaannya.
3. Program Belajar Sehari Penuh (Full Days School)
Program ini juga sudah menjadi salah satu pilihan di sekolah swasta
maupun negeri. Program yang menambah jam belajar siswa hampir
seharian. Jika pelaksaan full days ini dengan memperhatikan konsep
accelerated learning, dengan memperhatikan psikologi belajar dan
psikologi perkembangan anak, mempertimbangkan kebutuhan yang
alami dari siswa, bukannya belajar terus menerus dari pagi sampai
sore. Dengan situasi belajar yang menyenangkan dengan melibatkan
fisik dan psikis anak, maka dapat dikategorikan sebagai Accelerated
Learning.
Dalam penelitian non formal yang dilakukan oleh penulis terhadap
salah satu sekolah swasta di Malang yaitu Madrasah Sabililah, dimana
Madrasah (SD) ini telah menggunakan full Day School, dalam proses
pembelajaran sehari-harinya memang telah ditetapkan, setelah siswa
belajar dalam waktu yang telah ditentukan wakni sampai jam 13.00.
maka siswa istirahat makan siang, bermain dalam lingkungan sekolah,
setelah siswa mandi sore dilanjutkan dengan kegiatan agama dan
mengaji.
4. Program Percepatan Versi Pendidikan Nasional (Diknas)
Program percepatan versi Diknas adalah program yang
memperbolehkan atau memfasilitasi anak yang mempunyai
kemampuan di atas rata-rata, bisa melompat kelas yang lebih tinggi
tanpa perlu belajar materi kelas di bawahnya. Program ini sedikit
berbeda dengan program di SD Lab UM, yang mengharuskn siswa
menyelesaikan materinya. Menurut penulis program ini tidak sesuai
dengan konsep percepatan dari Accelerated Learning, yakni
mempercepat dan mengoptimalkan pembelajaran seseoranng. Dalam
Accelerated Learning tetap harus menghabiskan materi yang
seharusnya siswa terima, bukannya melewati atau melompati yang
seharusnya mereka dapatkan. Sehingga disini ada kerancuan,
walaupun sama-sama menunjukkan percepatan, namun kalau hal itu
dilaksanakan dengan meniadakan atau melompati materi yang
seharusnya didapat siswa, penulis anggap itu tidak alami.
PENUTUP
A. Kesimpulan
Secara garis besar Accelerated learning adalah pembelajaran yang
alamiah, yang didasarkan pada cara orang belajar secara alamiah
dengan memperhatikan prinsip dasar Accelerated Learning dan tidak
memisahkan individu dari alam dan dari pengalaman holistiknya.
Cara belajar cepat (CBC) merubah ruang kelas secara total. Ketika
para pengajar menggunakan aneka permainan dan aktivitas, emosi
dan musik, relaksasi, visualisasi, permainan peran, warna, peta
konsep, proses belajar menjadi hal yang menyenangkan dan bebas
tekanan.
Makalah sederhana ini masih perlu penyempurnaan, untuk itu kritik
dan saran perbaikan, kami harapkan demi penyempurnaannya,
sekaligus menambah wawasan bagi kita semua.
Implementasinya di Indonesia dilakukan beberapa sekolah dengan
beberapa sebutan (kelas percepatan, kelas unggulan, atau full days)
pada dasarnya kalau mereka ini menerapkan dengan situasi belajar
yang alamiah, luwes, gembira, menyenangkan, dengan mementingkan
aktifitas mental, maka dapat di sebut sebagai accelerated learning.
Tetapi penulis melihat ada ketidak sesuaian antara konsep accelerated
learning yang asli dengan implementasinya di sekolah-sekolah.
B. Saran
Bagi sekolah-sekolah yang telah menetapkan system pembelajarannya
dengan kelas percepatan, kelas unggulan maupun full days School,
disarankan untuk tetap berpegang pada prinsip prinsip Accelereted
Learning. Ciri-ciri kelas accelerated learningpun harus tampak antara
lain: luwes, gembira, banyak cara, mementingkan tujuan,
bekerjasama, manusiawi, multi indrawi, bersifat mengasuh, melibatkan
mental emosional dan fisik, serta mengutamakan hasil bukan sarana
atau metode tertentu.
DAFTAR PUSTAKA
Deporter, Bobbi. 2003. Quantum Teaching Memperaktekkan Quantum
di Ruang Ruang Kelas. Saduran. Bandung:Kaifa.
_________. 1999. Quantum Teaching, Allyn and Baccon, Bandung: Kaifa.
_________, & Mike Hernacki. 1999. Quantum Learning, Bandung: Kaifa.
Dryden, Gordon & Jeanette Vos. 1999. The Learning Revolution. The
Learning Web.
Meir, Dave. 2002. The Accelerated Learning Handbook: Panduan
Kreatif dan Efektif Merancang Program Pendidikan dan Pelatihan .
Saduran. Bandung :Kaifa.
Rose, Colin dan Malcolm J. Nicholl. 2003. Accelerated Learning for 21st
Century (Cara Belajar Cepat Abad XXI). Saduran. Bandung: Nuansa
(Sumber : Dra. Shofiatul Azmi, M.Pd dari fkip.wisnuwardhana.ac.id)
Accelerated Learning
Posted by Andika Kurniawan on November 17, 2010 in Pendidikan |
Subscribe
Pendahuluan Accelerated Learning
Dave Meier, penulis buku The Accelerated Learning Handbook, yang
diterbitkan oleh McGraw-Hill New York tahun 2000, mengajak kita
untuk memperbarui pendekatan kita terhadap pembelajaran untuk
memenuhi tuntutan adanya dinamika kebudayaan yang
bermetabolisme tinggi ini. Dan perlu melakukan perubahan yang
bersifat sistemis bukan bersifat kosmetik , organis bukan sekedar
mekanis. Accelerated Learning (A.L.) adalah cara belajar yang alamiah
akarnya telah tertanam sejak zaman kuno. (A.L.) telah dipraktikkan
oleh setiap anak yang dilahirkan. Sebagai suatu gerakan modern yang
mendobrak cara belajar di dalam pendidikan dan pelatihan terstruktur
yang muncul kembali sebagai akibat adanya sejumlah pengaruh pada
paro kedua abad ke-20.
Metode-metode belajar konvensional, yang dilahirkan pada awal era
ekonomi industri, cenderung menyerupai bentuk dan gaya pabrik:
mekanisasi, standardisasi, kontrol luar, satu-ukuran-untuk-semua,
pengondisian behavioristis (hadiah dan hukuman), fragmentasi, dan
tekanan pada format “Saya-bicara-kau-mendengar; (yang juga
dikenal sebagai teknik membosankan). Dimana Kita merasa bahwa
itulah satu-satunya cara untuk mempersiapkan pelajar menjalani
kehidupan yang kering dan membosankan Idealnya Belajar ditandai
dengan keterlibatan penuh pembelajar, kerja sama murni, variasi dan
keragaman dalam metode belajar, motivasi internal (dan bukan
semata-mata eksternal), adanya kegembiraan dan kesenangan dalam
belajar, dan integrasi belajar yang lebih menyeluruh ke dalam segenap
kehidupan organisasi. Alasannya? Belajar bukan lagi persiapan untuk
bekerja; belajar adalah bekerja untuk menemukan cara-cara
mempercepat dan mengoptimalkan belajar . Revolusi dalam Belajar
Kepercayaan-kepercayaan abad kesembilan belas dan awal abad
kedua puluh di Barat cenderung membuat pembelajaran muram,
lamban, dan tidak efektif. Dan teknologi canggih atau “teknik-
teknik” cerdas apapun yang dibangun di atas landasan lama ini
tidak akan dapat membantu memperbaiki permasalahan. Yang kita
butuhkan adalah landasan yang benar-benar baru. Landasan lama
didasarkan pada anggapan bahwa pembelajar adalah konsumen, pada
prestasi individu, pengotakngotakan (orang dan pokok masalah),
kontrol birokrasi terpusat, pelatih sebagai pelaksana program, bahwa
pembelajaran terutama bersifat verbal dan kognitif, dan program
pelatihan sebagai proses jalur perakitan. Landasan baru didasarkan
pada anggapan bahwa pembelajar adalah kreator, pada kerja sama
dan prestasi kelompok, kesalingterkaitan, belajar sebagai aktivitas
seluruh pikiran/tubuh, dan program belajar yang menyediakan
lingkungan belajar yang kaya-pilihan dan cocok untuk seluruh gaya
belajar.
Belajar pada Abad Kesembilan Belas Cita-cita pendidikan abad
kesembilan belas (yang masih mempengaruhi pemikiran banyak orang
sekarang ini) adalah melatih orang dalam perilaku lahiriah yang
didefinisikan secara sempit, agar dapat memperoleh hasil standar
yang dapat diramalkan. Pendekatan belajar ini mengharuskan
penumpulan diri seseorang sepenuhnya. Yang dicari: membuat
perilaku sejalan dengan produksi dan pemikiran rutin. Tugas
pendidikan dan pelatihan adalah mempersiapkan orang untuk
menghadapi dunia yang relatif sederhana, statis, dan dapat
diramalkan. Kesulitannya sekarang adalah bahwa dunia semacam itu
tidak ada lagi. dan kita lamban menyadarinya.
Belajar pada Abad Kedua Puluh Satu Kini, tugas pendidikan dan
pelatihan adalah mempersiapkan orang untuk hidup di dunia yang
pasang surut, yaitu dunia tempat setiap orang harus mengerahkan
seluruh kekuatan pikiran dan hati mereka sepenuhnya dan bertindak
berdasarkan kreativitas yang penuh kesadaran , bukan sesuatu yang
mudah diramalkan dan tidak membutuhkan pikiran. Bukannya
menghasilkan manusia; seperti pada abad ke 19, kini kita harus
menghasilkan tokoh orisinal yang dapat mengerahkan sepenuhnya
energi mereka yang potensial dan menjanjikan.
Kita harus membebaskan kecerdasan setiap orang yang unik dan
bukan menindasnya atas nama staandardisasi atau budaya
perusahaan. Keadaan sudah tidak seperti dahulu lagi. Di setiap
tingkatan, kita semua harusmenjadi inovator. Pendekatan Lozanov
Pada 1970-an, Lynn Schroeder dan Sheila Ostrander menerbitkan
sebuah buku berjudul Superlearning yang mengemukakan karya
psikiater Bulgaria, Georgi Lozanov. Buku itu mengundang perhatian
banyak pendidik dan guru yang sedang mencari pendekatan belajar
yang lebih efektif. Lozanov mendapati bahwa dengan menenangkan
pasien psikiatri dengan musik barok dan memberi mereka sugesti
positif mengenai kesembuhan mereka, banyak pasien tersebut
mengalami kemajuan besar. Dia merasa telah menemukan cara untuk
melangkah masuk ke dalam sesuatu jauh di lubuk jiwa yng lebih dalam
daripada kesadaran rasional. (Dia menyebut ini cadangan pikiran yang
tersembunyi. Lozanov merasa metode ini juga dapat diterapkan pada
pendidikan. Dengan disponsori pemerintah Bulgaria, dia mulai
melakukan penelitian mengenai pengaruh musik dan sugesti positif
pada pembelajaran, dengan menggunakan bahasa asing sebagai
materi subjek. Dia mendapati bahwa kombinasi musik, sugesti, dan
permainan kanak-kanak memungkinkan pelajar untuk belajar jauh
lebih cepat dan jauh lebih efektif. Kabar mengenai temuannya
menyulut imajinasi guru bahasa dan pendidik di mana-mana.
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Accelarated Learning Banyak faktor
lain telah memberikan sumbangan pada perkembangan yang mantap
dan berlangsung terus-menerus dalam filosofi, metode, dan aplikasi
A.L. diantaranya : 1. Ilmu kognitif modern, terutama penelitian
mengenai otak dan belajar, telah mempertanyakan banyak asumsi
lama kita mengenai pembelajaran. Lenyap sudah pendapat bahwa
belajar itu semata-mata aktivitas verbal dan kognitif. Penelitian
mutakhir menunjukkan bahwa belajar yang paling baik melibatkan
emosi, seluruh tubuh, semua indra, dan segenap kedalaman serta
keluasaan pribadi (yang disebut oleh Lozanov ;cadangan pikiran yang
Tersembunyi; 2. Penelitian tentang gaya belajar menunjukkan orang
belajar dalam cara yang berbeda-beda dan satu jenis belum tentu
tepat untuk semua orang. Ini telah menantang secara serius gagasan
kita mengenai pendidikan dan pelatihan formal sebagai proses jalur
perakitan atau ban-berjalan. 3. Tumbangnya pandangan-dunia
Newtonian (bahwa alam bekerja seperti mesin, secara otomatis patuh
pada proses yang mandiri, linear, langkah-demi-langkah) dan
bangkitnya fisika kuantum telah memberi kita apresiasi baru terhadap
kesalingterkaitan dari segala sesuatu dan terhadap hakikat realitas
yang nonlinear, nonmekanistis, kreatif, dan “hidup”. 4.
Evolusi yang berlangsung lambat laun (namun tidak sempurna) dari
kebudayaan yang didominasi pria menjadi kebudayaan yang
menyeimbangkan
Prinsip Accelerated Learning
Teknik belajar ini diharapkan bisa membantu anak didik belajar lebih
cepat dari sebelumnya. Teknik yang ditawarkan ini telah diuji dalam
berbagai penelitian dan eksperimen pembelajaran oleh para ilmuwan
dan pakar psikologi. Cara belajar dalam “Accelerated Learning“
merupakan sebuah tawaran baru yang sangat menarik untuk diteliti
lebih lanjut, sebagai masukan terhadap perkembangan pendidikan di
Indonesia dewasa ini. Percepatan Belajar adalah sebuah konsep
pembelajaran yang berupaya untuk mengoptimalkan proses internal
dalam diri peserta didik ketika sedang belajar, sehingga terjadi
pencapaian, pengorganisasian dan pengungkapan pengetahuan baru.
Berikut ini adalah prinsip-prinsip Accelerated Learning :
1. Belajar Bagaimana Belajar (Learning How to Learn) dan Belajar
Bagaimana Berpikir (Learning How to Think). Lembaga pendidikan
modern adalah suatu lembaga yang seharusnya terus menerus belajar,
terus menerus melakukan perubahan karena hasil belajar dari
pengalaman atau dari pemikiran inovatif dalam mengantisipasi
perubahan yang datang. Prioritas utama bagi sebuah lembaga
pendidikan pada masa yang berubah sangat cepat seperti sekarang ini
adalah mengajarkan kepada anak didik bagaimana cara belajar dan
bagaimana cara berpikir. Belajar Bagaimana Belajar menjadi begitu
penting, karena ketika seseorang mempelajari cara belajar,
kepercayaan dan keyakinan dirinya akan meningkat. Ketika seseorang
mempelajari cara belajar, maka orang tersebut tidak hanya bisa
menghadapi teknologi baru dan perubahan, akan tetapi juga dapat
menyambut baik kedatangannya. Belajar Bagaimana Belajar berarti
mempelajari cara otak bekerja, cara memori bekerja, cara menyimpan
informasi, mengambilnya, menghubungkannya dengan konsep lain,
dan mencari pengetahuan baru dengan cepat kapanpun
memerlukannya. Selain itu, belajar bagaimana berpikir secara logis
dan kreatif adalah satu hal yang sangat penting jika ingin dapat
memecahkan masalah sosial dan personal secara efektif.
2. Belajar harus menyenangkan dan membangun rasa percaya diri. Hal
ini menjadi penting karena belajar yang menyenangkan merupakan
kunci utama bagi individu untuk memaksimalkan hasil yang akan
diperoleh dalam proses belajar. Dalam bukunya Quantum Learning,
Bobbi De Porter dan Mike Hernacki mengangkat hal tersebut sebagai
falsafah dasar yang harus dikembangkan dalam kurikulum. Agar bisa
efektif, belajar dapat dan harus menyenangkan. Prof. Dr. Omar
Mohammad Al-Toumy Al-Syaibany, juga memandang sangat penting
membuat proses pendidikan menjadi suatu proses pendidikan yang
menggembirakan dan menciptakan kesan baik pada diri pelajar. Tidak
jauh berbeda dengan falsafah yang diangkat dalam Quantum Learning
serta pendapat Syaibany tersebut, maka Colin Rose dan Malcolm J.
Nicholl juga mengangkat hal ini sebagai salah satu filosofi Accelerated
Learning. Apabila proses belajar mengembirakan, maka memberikan
motivasi tinggi. Itulah sebabnya mengapa peran lingkungan sangat
penting dan mengapa para guru harus memperlihatkan antusiasme
mereka kepada anak didik. Untuk mencapai tujuan belajar dengan
mudah, maka lingkungan kelas harus ditata sedemikian rupa menjadi
lingkungan yang kondusif, yang dapat mempengaruhi siswa secara
positif dalam belajar. Lingkungan belajar yang kondusif dapat
menumbuhkan motivasi anak dalam belajar, penyajian bahan
pelajaran dapat disuguhkan dengan penuh makna serta memberi
kesan tersendiri kepada siswa.
3. Pengetahuan harus disampaikan dengan pendekatan multi-sensori
dan multi-model dengan menggunakan berbagai bentuk kecerdasan.
Dalam proses belajar mengajar di kelas, guru berhadapan dengan
siswa yang berbeda-beda jenis kecerdasannya. Ada sebagian siswa
yang membutuhkan penggambaran visual dan fisik dari konsep-konsep
yang diajarkan. Sebagian lagi lebih suka kerja otak yang abstrak,
sebagian lainnya memerlukan gagasan-gagasan yang diungkapkan
secara verbal. Selain itu, ada pula yang lebih suka jika diberi jawaban-
jawaban secara langsung. Dengan demikian, guru harus siap
melibatkan berbagai berbagai jenis kecerdasan yang dibawa oleh
siswa ke dalam kelas. Colin Rose dan Malcolm J. Nicholl membagi gaya
belajar menjadi tiga, yaitu visual, auditori, dan kinestetik. Cara yang
efektif dalam belajar yaitu menggunakan sebanyak mungkin
kecerdasan secara praktis. Dengan cara inilah seseorang akan
mengalami dan menghayati apa yang tengah dipelajari secara utuh.
Guru tidak perlu khawatir untuk mengidentifikasi gaya belajar yang
disukai setiap siswa. Namun demikian, guru harus mampu merancang
berbagai macam aktivitas yang mengga-bungkan sebanyak mungkin
jenis kecerdasan. Dengan memasukkan kecerdasan berganda ke
dalam isi dan rancangan pembelajaran, maka guru telah membantu
siswa secara otomatis mendapatkan lebih banyak makna dan
rangsangan otak dalam proses belajarnya, sekaligus memberinya lebih
banyak variasi dan kesenangan, serta mengembangkan dan
memperkuat kecerdasan mereka.
4. Orang tua khususnya dan masyarakat umumnya harus terlibat
sepenuhnya dalam pendidikan anak-anak. Pendidikan adalah tanggung
jawab bersama antara keluarga, masyarakat, dan pemerintah. Sekolah
hanyalah membantu kelanjutan pendidikan dalam keluarga, sebab
pendidikan yang pertama dan utama diperoleh anak dalam keluarga.
Peralihan bentuk pendidikan jalur luar sekolah ke jalur pendidikan
sekolah (formal) memerlukan kerja sama antara orang tua dan sekolah
(pendidik). Menurut Abdullah Nasih Ulwan harus ada kerjasama antara
rumah, masjid dan sekolah untuk membentuk kepribadian anak yang
meliputi aspek ruhani, jasmani, akal, dan jiwanya, sehingga menjadi
lebih matang.
Sumber : 1. educare.e-fkipunla.net
2. digilib.unnes.ac.id
ACCELERATED LEARNING
Oleh supraptojielwongsolo
Abstract:
Many teachers tend to teach the way they have been taught, and the
chalk talk model is what we all grew up on. Beyond that, there is a
default assumption that students don’t require heightened activity and
a faid pace to learn effectively. Because the developed mind is capable
of reflection, perspective taking, and abstract thought, some teachers
assume that many students are really learning as they sit listening to
the lesson. This belief is usually strong enough to last even when
teachers are disappointed with how much is retained and how little is
applied. Maybe things were better in the past, but today’s students are
products of an MTV world of sights as well as sounds, movement as
well as meditation. Moreover, there is a far greater diversity of
students these days diverse not only in gender, race, and ethnicity, but
also in their styles of learning. Accelerated Learning is needed not only
to add excitement but also to show respect for individual differences
and multiple intelligences.
Educators have come to realize that learners come in different styles.
Some students learn best by seeing someone else do it. Usually, they
like carefully sequenced presentations of information. They prefer to
write down what a teacher tells them. These visual learners contrast
with auditory learners, who often do not bother to look at what a
teacher does, or to take notes. They rely on their ability to hear and
remember. Kinesthetic learners learn mainly by direct involvement in
activity. They tend to be impulsive, with little patience. Their approach
to learning can appear haphazard and random. Educators also have
been noticing changes in their students’ learning styles. Students
today grow up in a world where things happen quickly and where many
choices are presented. Sounds come in clever “bites,” and colors are
vibrant and compelling. Objects, both real and virtual, move quickly.
The opportunity to change things from one state to another is
everywhere.
I. Pendahuluan
Kehidupan masyarakat yang cenderung bersifat terbuka saat ini
memberi kemungkinan munculnya berbagai pilihan bagi seseorang
dalam menata dan merancang kehidupan masa depannya yang lebih
baik. Keadaan ini juga memunculkan persaingan yang cukup tajam,
dan sekaligus menjadi ajang seleksi alam yang kompetitif, sehingga
diyakini hanya manusia dengan kualitas unggul sajalah yang akan
mampu survive.
Sejalan dengan itu, dalam bidang pendidikan, paradigma belajar
sepanjang hayat semakin mengemuka dan menjadi penting; diyakini
tanpa belajar manusia akan tertinggal. Ketika dunia berubah sangat
cepat, adalah penting untuk mengikuti laju perubahan dunia yang
demikian. Hal ini berarti kecepatan perubahan laju dunia menuntut
kemampuan belajar yang lebih cepat. Kompleksitas dunia yang terus
meningkat juga menuntut kemampuan yang setara untuk
menganalisis setiap situasi secara logis, sehingga mampu
memecahkan masalah secara kreatif. Untuk menguasai perubahan
yang berlangsung cepat dibutuhkan pula cara belajar cepat, dan
kemampuan menyerap serta memahami informasi baru dengan cepat
pula. Konsep belajar dan pembelajaran nampaknya harus pula
berubah. Pada saat laju perubahan ibarat prahara yang selalu
menantang, pengajaran dan cara belajar tradisional sulit
dipertahankan. Orientasi pendidikan tidak lagi hanya tertuju pada
upaya mengembang-kan kemampuan berpikir, tetapi lebih dari itu,
juga mencetak manusia yang mampu berbuat dan selalu berusaha
meningkatkan kualitas kehidupannnya.
Meskipun kesadaran tentang pentingnya perubahan dalam orientasi
belajar ini sudah makin meluas, tetapi harus dipahami pula bahwa
aktivitas belajar setiap individu, tidak selamanya dapat berlangsung
sebagaimana mestinya. Kadang-kadang aktivitas itu dapat berjalan
dengan lancar, dan kadang-kadang seret. Ketika belajar, seseorang
ter-kadang juga mengalami situasi yang disebut “jenuh belajar”.
Kejenuhan belajar dapat melanda siapapun yang kehilangan semangat
dan motivasi belajar. Di sinilah peran penting seorang pendidik,
khususnya dalam proses belajar mengajar di kelas. Tugas utama
pendidik adalah menciptakan suasana pembelajaran yang kondusif
bagi tumbuhnya partisi-pasi, komunikasi, interaksi belajar mengajar
yang menyenangkan dan mencerdaskan.
Keberhasilan pendidikan formal banyak ditentukan oleh keberhasilan
pelaksanaan kegiatan belajar-mengajar, yakni keterpaduan antara
kegiatan pendidik (guru/dosen) dengan kegiatan peserta didik.
Kegiatan belajar-mengajar tidak dapat terlepas dari keseluruhan
sistem pendidikan. Untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas
kegiatan pembelajaran ini banyak upaya yang dapat dilakukan guru
(dosen), misalnya dengan meningkatkan pengetahuan dan
pemahaman mereka tentang berbagai strategi (metode)
pembelajaran, sehingga kegiatan belajar-mengajar lebih efektif dan
efisien.
Kehadiran dosen (guru) dalam proses pembelajaran masih tetap
memegang peranan penting. Peranan mereka belum dapat digantikan
sepenuhnya oleh mesin, tape recorder atau oleh komputer yang paling
canggih sekalipun. Masih terlalu banyak unsur-unsur manusiawi seperti
sikap, sistem nilai, perasaan, motivasi, kebiasaan dan lain-lain, yang
diharapkan merupakan hasil dari proses pembelajaran, tidak dapat
dicapai melalui alat-alat tersebut. Di sinilah kelebihan unsur manusia
dibandingkan hasil produk teknologi tersebut. Colin Rose menyatakan
bahwa guru adalah anggota suatu masyarakat yang paling berharga.
Nilai tertinggi diberikan pada guru yang lebih suka membimbing
daripada menggurui anak didiknya, dan pada guru yang mampu
merancang pengalaman-pengalaman yang mendorong pemikiran
kreatif dengan berbagai masalah yang relevan untuk dipecahkan.
Dalam belajar ada pembelajar yang cepat mencerna bahan, ada yang
sedang, dan ada yang lamban. Ketiga tipe belajar ini menghendaki
agar setiap guru mampu mengatur strategi pembelajaran yang sesuai
dengan gaya dan kemampuan belajar mereka.
Saat ini muncul satu konsep belajar yang menawarkan cara belajar
yang lebih cepat, yang dikenal dengan konsep “Accelerated Learning”.
Teknik belajar baru ini diharapkan bisa membantu anak didik belajar
lebih cepat dari sebelumnya. Teknik yang ditawarkan ini telah diuji
dalam berbagai penelitian dan eksperimen pembelajaran oleh para
ilmuwan dan pakar psikologi. Cara belajar dalam “Accelerated
Learning“ merupakan sebuah tawaran baru yang sangat menarik
untuk diteliti lebih lanjut, sebagai masukan terhadap perkembangan
pendidikan di Indonesia dewasa ini dan untuk masa yang akan datang,
khususnya bagi pendidikan Islam.
II. Prinsip-Prinsip Belajar Cepat
Percepatan belajar adalah sebuah konsep pembelajaran yang
berupaya untuk
mengoptimalkan proses internal dalam diri peserta didik ketika sedang
belajar, sehingga terjadi perolehan, pengorganisasian dan
pengungkapan pengetahuan baru. Upaya percepatan belajar yang
dikenal dengan konsep Accelerated Learning dalam penerapannya
didasarkan pada prinsip-prinsip berikut.
1. Belajar Bagaimana Belajar (Learning How to Learn) dan Belajar
Bagaimana Berpikir (Learning How to Think). Lembaga pendidikan
modern adalah suatu lembaga yang seharusnya terus menerus
belajar, terus menerus berubah karena hasil belajar dari pengalaman
atau dari pemikiran-pemikiran inovatif dalam mengantisipasi
perubahan yang datang. Prioritas utama bagi sebuah lembaga
pendidikan pada masa yang berubah sangat cepat seperti sekarang ini
adalah mengajarkan kepada anak didik bagaimana cara belajar dan
bagaimana cara berpikir. Belajar Bagaimana Belajar menjadi begitu
penting, karena ketika seseorang mempelajari cara belajar,
kepercayaan dan keyakinan dirinya akan meningkat. Ketika seseorang
mempelajari cara belajar, maka orang tersebut tidak hanya bisa
menghadapi teknologi baru dan perubahan, akan tetapi juga dapat
menyambut baik kedatangannya. Belajar Bagaimana Belajar berarti
mempelajari cara otak bekerja, cara memori bekerja, cara menyimpan
informasi, mengambilnya, menghubungkannya dengan konsep lain,
dan mencari pengetahuan baru dengan cepat kapanpun
memerlukannya. Selain itu, belajar bagaimana berpikir secara logis
dan kreatif adalah satu hal yang sangat penting jika ingin dapat
memecahkan masalah sosial dan personal secara efektif. Dalam
ajaran Islam, terdapat banyak ayat-ayat Al-Qur’an atau sabda-sabda
Nabi saw yang secara implisit mengandung motivasi yang mendorong
manusia untuk berpikir dan menyelidiki alam kehidupannya sendiri dan
lingkungan alam sekitarnya. Misalnya, firman Allah Surat Ali ‘Imran 190
– 191 :
UنW مواتW خل\قW فWي إ Uالس Wر\ض WالفW واأل\ ت \لW واخ\ Uي Uه^ارW الل uولWي آلياتr والن Wأل Wباب\ ل UذWين )190 ( األ\ ال
ون uرu Uه يذ\ك WهWم\ وعلى وقuعuود{ا قWيام{ا الل uوب ن uون ج uرU مواتW خل\قW فWي ويتفك Uالس Wر\ض Uنا واأل\ ما رب
\حانك باطWال{ هذا خلق\ت ب uنا سWعذاب فق WارU ( الن 191(
“Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih
bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang
yang berakal, (yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri
atau duduk atau dalam keadaan berbaring dan mereka memikirkan
tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): “Ya Tuhan kami,
tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia. Maha Suci Engkau,
maka peliharalah kami dari siksa neraka”.
2. Belajar harus menyenangkan dan membangun rasa percaya diri.
Menjadikan proses belajar menjadi sesuatu yang menyenangkan
adalah sangat penting. Karena belajar yang menyenangkan
merupakan kunci utama bagi individu untuk memaksimalkan hasil
yang akan diperoleh dalam proses belajar. Dalam bukunya Quantum
Learning, Bobbi De Porter dan Mike Hernacki mengangkat hal tersebut
sebagai falsafah dasar yang harus dikembangkan dalam kurikulum.
Agar bisa efektif, belajar dapat dan harus menyenangkan. Belajar
adalah kegiatan seumur hidup yang dapat dilakukan dengan
menyenangkan dan berhasil. Senada dengan falsafah yang diangkat
oleh Bobbi DePorter dan Mike Hernacki dalam Quantum Learning,
maka dalam khasanah pendidikan Islam juga ditemukan pemikiran
yang serupa. Prof. Dr. Omar Mohammad Al-Toumy Al-Syaibany,
misalnya, memandang sangat penting membuat proses pendidikan
menjadi suatu proses pendidikan yang menggembirakan dan
menciptakan kesan baik pada diri pelajar. Tidak jauh berbeda dengan
falsafah yang diangkat dalam Quantum Learning serta pendapat
Syaibany tersebut, maka Colin Rose dan Malcolm J. Nicholl juga
mengangkat hal ini sebagai salah satu filosofi Accelerated Learning.
Syarat bagi pembelajaran yang efektif adalah dengan menghadirkan
lingkungan “seperti masa kanak-kanak”, yang mendukung dan
menggembirakan (“bermain”). Pandangan ini dipromosikan oleh
seorang ahli psikologi terkenal, Mihaly C., yang selama lebih dari 20
tahun mengkaji apa yang disebut “aliran”, yaitu keadaan konsentrasi
yang menghantarkan pada pengalaman yang optimal, suatu
kesadaran yang demikian terfokus, sehingga pelakunya terserap
penuh dalam suatu kegiatan. Ini terjadi ketika seseorang menikmati
perasaan yang sangat nyaman tanpa keterpaksaan dan menjalankan
kegiatan dengan puncak kemampuannya. Apabila proses belajar
mengembirakan, maka motivasi akan tinggi. Itulah sebabnya mengapa
peran lingkungan sangat penting dan mengapa para guru harus
memperlihatkan antusiasme mereka kepada anak didik.
Untuk mencapai tujuan belajar dengan mudah, maka lingkungan kelas
harus ditata sedemikian rupa menjadi lingkungan yang kondusif, yang
dapat mempengaruhi siswa secara positif dalam belajar. Lingkungan
belajar yang kondusif dapat menumbuhkan motivasi anak dalam
belajar, penyajian bahan pelajaran dapat disuguhkan dengan penuh
makna serta memberi kesan tersendiri kepada siswa.
3. Pengetahuan harus disampaikan dengan pendekatan multi-sensori
dan multi-model dengan menggunakan berbagai bentuk kecerdasan.
Dalam proses belajar mengajar di kelas, guru berhadapan dengan
siswa yang berbeda-beda jenis kecerdasannya. Ada sebagian siswa
yang membutuhkan penggambaran visual dan fisik dari konsep-konsep
yang diajarkan. Sebagian lagi lebih suka kerja otak yang abstrak,
sebagian lainnya memerlukan gagasan-gagasan yang diungkapkan
secara verbal. Selain itu, ada pula yang lebih suka jika diberi jawaban-
jawaban secara langsung. Dengan demikian, guru harus siap
melibatkan berbagai berbagai jenis kecerdasan yang dibawa oleh
siswa ke dalam kelas. Colin Rose dan Malcolm J. Nicholl membagi gaya
belajar menjadi tiga, yaitu visual, auditori, dan kinestetik. Cara yang
efektif dalam belajar yaitu menggunakan sebanyak mungkin
kecerdasan secara praktis. Dengan cara inilah seseorang akan
mengalami dan menghayati apa yang tengah dipelajari secara utuh.
Guru tidak perlu khawatir untuk mengidentifikasi gaya belajar yang
disukai setiap siswa. Namun demikian, guru harus mampu merancang
berbagai macam aktivitas yang mengga-bungkan sebanyak
mungkin jenis kecerdasan. Dengan memasukkan kecerdasan
berganda ke dalam isi dan rancangan pembelajaran, maka guru telah
membantu siswa secara otomatis mendapatkan lebih banyak makna
dan rangsangan otak dalam proses belajarnya, sekaligus memberinya
lebih banyak variasi dan kesenangan, serta mengembangkan dan
memperkuat kecerdasan mereka.
4. Orang tua khususnya dan masyarakat umumnya harus terlibat
sepenuhnya dalam pendidikan anak-anak. Pendidikan adalah tanggung
jawab bersama antara keluarga, masyarakat, dan pemerintah. Sekolah
hanyalah membantu kelanjutan pendidikan dalam keluarga, sebab
pendidikan yang pertama dan utama diperoleh anak dalam keluarga.
Peralihan bentuk pendidikan jalur luar sekolah ke jalur pendidikan
sekolah (formal) memerlukan kerja sama antara orang tua dan sekolah
(pendidik). Menurut Abdullah Nasih Ulwan harus ada kerjasama antara
rumah, masjid dan sekolah untuk membentuk kepribadian anak yang
meliputi aspek ruhani, jasmani, akal, dan jiwanya, sehingga menjadi
lebih matang. Kerjasama ini tidak akan berjalan dengan sempurna
kecuali dengan adanya dua syarat pokok, yaitu: (1) pengarahan di
rumah dan di sekolah hendaknya tidak bertentangan; (2) hendaknya
saling membantu dan kerjasama itu bertujuan untuk menegakkan
penyempurnaan dan keseimbangan dalam upaya membina pribadi
yang Islami.
Colin Rose dan Malcolm J. Nichollpun juga berpendapat tentang
pentingnya peranan orangtua dan masyarakat dalam pendidikan anak-
anak. Orang tua harus dilibatkan secara penuh dalam pendidikan
anak-anak. Orang tua adalah orang yang paling mengetahui anak-
anaknya. Merekalah orang yang paling tahu riwayat hidup seorang
anak dan cara khasnya mendekati dunia sekitarnya. Setiap orang tua
harus membuat para guru sadar akan bakat “terpendam” yang dimiliki
anak-anak mereka. Oleh karena itu rumah menjadi lembaga
pendidikan terpenting dan orang tualah yang berperan sebagai
pendidik pertama dan utama.
5. Sekolah harus menjadi ajang persiapan yang sebenarnya bagi
kehidupan dunia nyata. Dilihat dari segi fungsi sosialnya, maka sekolah
mempunyai beberapa fungsi yang harus diperankannya. Fungsi
sekolah tersebut antara lain:
a. Mempersiapkan anak untuk suatu pekerjaan
b. Memberikan keterampilan dasar
c. Membuka kesempatan memperbaiki nasib
d. Sekolah menyediakan tenaga pembangunan.
Sedikit berbeda dengan fungsi sekolah menurut Nasution, dalam
Accelerated Learning sekolah memegang peranan penting untuk
mempersiapkan peserta didiknya dalam menghadapi kehidupan yang
akan dijalani. Masa-masa sekolah harus mempersiapkan para siswa
untuk tantangan-tantangan yang pasti akan mereka hadapi ketika
keluar dari sekolah. Hal ini juga dijelaskan oleh Renate Nummela
Caine dan Geoffrey Caine dalam bukunya, ‘Making Connections:
Teaching and the Human Brain’ sebagaimana dikutip oleh Gordon
Dryden dan Jeannette Vos bahwa salah satu fungsi sekolah adalah
menyiapkan siswa untuk menghadapi dunia nyata. Mereka perlu
disadarkan tentang harapan yang mereka pikul, tantangan yang
mereka hadapi, dan kemampuan yang perlu mereka kuasai.
6. Gunakan Prinsip-prinsip Manajemen Mutu Terpadu (Total Quality
Management). Prinsip-prinsip manajemen mutu terpadu dalam bidang
bisnis harus mengilhami dunia persekolahan. Ada beberapa prinsip
kunci dari TQM yang dapat membantu menuju sistem sekolah yang
sukses.
a. Mengkonsentrasikan pada proses. Manajemen Mutu Terpadu
bertujuan untuk secara berkesinambungan meningkatkan kualitas
produk (dalam hal ini hasil pendidikan) dengan melibatkan setiap
orang dalam meningkatkan proses yang dengannya “produk” itu
diproduksi. Guru, administrator, orangtua dan siswa harus memberikan
masukan dan saran pada apa yang diajarkan dan secara langsung
dilibatkan dalam bagaimana ia dipelajari. Ketika para siswa mampu
menganalisis cara belajarnya sendiri (proses), maka mereka dapat
bekerja sama dalam menghasilkan output pendidikan yang bermutu.
Dan ketika guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk
mengevaluasi dan meningkatkan setiap proses belajarnya sendiri di
kelas, maka sesungguhnya mereka sedang menciptakan basis bagi
pendidikan yang bekualitas.
b. Kualitas ditentukan oleh pelanggan. Pelanggan di sini adalah
siswa dan orangtua. Pendidikan yang bekualitas akan mendorong
minat siswa dan membuatnya keranjingan belajar. Ketika siswa
merasakan nikmat dan senangnya belajar, maka motivasi ekstrinsik
seperti nilai, hadiah dan ancaman menjadi lemah dibanding motivasi
intrinsik, yakni selalu ingin meningkatkan prestasinya dari
sebelumnya.
c. Produk akan dihasilkan oleh visi awal. Siswa perlu dilibatkan
dalam menetapkan norma dan aturan di dalam kelas, dan orangtua
juga harus dilibatkan dalam menetapkan visi yang jelas tentang untuk
apa pendidikan itu, karena dengan adanya kesepakatan tentang nilai
dan visi bersama, maka setiap pihak akan mengetahui apa yang
seharusnya dikerjakan tanpa harus diberi tahu.
d. Seluruh sistem harus berubah, bukan hanya sebagian. Orang-
orang yang bekerja dalam sebuah sistem tidak dapat berbuat lebih
baik dari yang dimungkinkan sistem tersebut. Untuk memperoleh hasil
yang diinginkan, maka haruslah mengubah sistemnya. Agar guru
dapat memperoleh hasil yang diinginkan dalam menerapkan gagasan-
gagasan dalam Accelerated Learning maka semua guru, pengelola
sekolah, orangtua dan siswa harus bekerja sama untuk mencapai hasil
yang disepakati.
III. Konsep Cara Belajar Cepat
Konsep cara belajar cepat diawali oleh pandangan Colin Rose dan
Nicholl tentang adanya beberapa hal yang menjadi karakteristik tahun-
tahun terakhir yang penuh pancaroba dari millenium II yang baru lalu.
Hal tersebut merupakan tantangan yang harus dijawab oleh setiap
orangtua, pendidik, pelaku bisnis dan pemerintahan. Keberhasilan
pada abad mendatang akan bergantung pada sejauhmana seseorang
dapat mengembangkan keterampilan-keterampilan yang tepat untuk
menguasai kecepatan, kompleksitas, dan ketidakpastian yang saling
berhubungan satu sama lain. Perubahan dunia yang begitu cepat
menuntut kemampuan belajar yang lebih cepat. Kompleksitas dunia
yang terus meningkat menuntut kemampuan yang sesuai untuk
menganalisis setiap situasi secara logis dan memecahkan masalah
secara kreatif. Prioritas utama bagi lembaga pendidikan adalah
mengajarkan kepada anak-anak bagaimana cara belajar dan
bagaimana cara berpikir. Hanya dengan dua ketrampilan super inilah
seseorang dapat mengatasi perubahan dan kompleksitas serta
menjadi manusia yang secara ekonomi tidak bergantung dan tidak
akan menganggur pada abad ini. Kedua keterampilan tersebut akan
menghasilkan kemandirian dan kepercayaan diri. Kemandirian
merupakan kemampuan untuk mengelola cara belajar sejak dini, untuk
menguasai informasi, dan untuk mengetahui bagaimana menggunakan
informasi tersebut guna menghasilkan produk-produk dan jawaban-
jawaban kreatif terhadap berbagai masalah.
Semua hal tersebut berimplikasi pada kebutuhan mendesak akan
keharusan melakukan suatu perubahan, baik dalam apa yang
dipelajari dan bagaimana ia dipelajari. Belajar bagaimana belajar
menjadi sangat penting karena ketika seseorang mempelajari cara
belajar, maka kepercayaan dan keyakinan dirinya akan meningkat.
Ketika seseorang mempelajari cara belajar maka akan memperoleh
kemampuan dasar untuk menjadi pembelajar yang mampu mengatur
diri, dan kemampuan dasar untuk meningkatkan pengembangan
pribadi. Selain itu juga akan memiliki kekuatan untuk berubah dari
konsumen pendidikan yang pasif menjadi pengelola pembelajaran dan
kehidupan yang aktif bagi diri sendiri.
Menurut Colin dan Malcolm, belajar bukan hanya untuk mengetahui
jawaban-jawaban, juga bukan sekedar untuk mengetahui penggalan
dari suatu batang tubuh pengetahuan. Belajar juga tidak hanya diukur
dengan indeks prestasi dan nilai ujian saja. Akan tetapi belajar adalah
petualangan seumur hidup, perjalanan eksplorasi tanpa akhir untuk
menciptakan pemahaman personal. Petualangan tersebut haruslah
melibatkan kemampuan untuk secara terus menerus menganalisis dan
meningkat cara belajar, serta kemampuan menyadari proses belajar
dan berpikir diri sendiri. Belajar haruslah dimulai sedini mungkin dan
terus berlangsung seumur hidupnya, serta mengimplementasikan apa
yang dipelajari.
Seseorang akan menemukan bahwa belajar itu mudah dan
menyenangkan ketika orang tersebut mampu menggunakan bentuk-
bentuk kecerdasannya yang paling kuat. Hal tersebut disebabkan
karena sebagian orang mungkin kurang mampu dalam suatu jenis
kecerdasan. Akan tetapi karena gabungan dan paduan khusus
keterampilan yang dimilikinya, dia mungkin mampu mengisi dengan
baik beberapa kekurangannya secara baik.Tapi umumnya semakin
baik seseorang mengembangkan kecerdasannya yang lain, maka akan
semakin luwes orang tersebut memenuhi tantangan dalam kehidupan
yang luas aspeknya.
Metode belajar dalam Accelerated Learning mengakui bahwa masing-
masing individu memiliki cara belajar pribadi pilihan yang sesuai
dengan karakter dirinya. Oleh karena itu, ketika seseorang belajar
dengan menggunakan teknik-teknik yang sesuai dengan gaya belajar
pribadinya, maka berarti ia telah belajar dengan cara yang paling
alamiah bagi diri sendiri. Sebab, yang alamiah menjadi lebih mudah,
dan yang lebih mudah menjadi lebih cepat, itulah alasan Colin Rose
dan Malcolm J. Nicholl menyebutnya cara belajar cepat. Ketika para
guru menggunakan cetak biru enam langkah yang sama, maka
mereka akan menjamin bahwa pengalaman belajar adalah lengkap.
Dan ketika para guru bekerja dalam urutan langkah-langkah tersebut,
maka mereka akan merasakan bahwa itu menyenangkan, efektif, dan
cepat.
Kecerdasan hanyalah sehimpunan kemampuan dan ketrampilan.
Seseorang dapat mengembangkan dan meningkatkan kecerdasannya
dengan belajar menggunakan kemampuannya sendiri secara penuh.
Strategi Cara Belajar Cepat akan memberikan “sarana usaha” untuk
mengembangkan keterampilan-keterampilan ini. Dan berikut ini
penulis akan memaparkan lebih jauh beberapa strategi cara belajar
cepat.
IV. Strategi Cara Belajar Cepat
Strategi cara belajar cepat dalam Accelerated Learning merupakan
paduan dari metode-metode yang dibagi menjadi enam langkah dasar
yang dapat dingat dengan mudah dengan menggunakan singkatan M
– A – S – T – E – R. Kata ini diciptakan oleh pelatih terkemuka Cara
Belajar Cepat (CBC) Jayne Nicholl. Adapun pengertian dari M-A-S-T-E-R
menurut Colin Rose dan Malcolm J. Nicholl adalah sebagai berikut:
1. M adalah Motivating Your Mind (Memotivasi Pikiran)
Dalam memotivasi pikiran maka seseorang harus berada dalam
keadaan pikiran yang “kaya akal”, Itu berarti harus dalam keadaan
relaks, percaya diri dan termotivasi. Jika mengalami stress atau kurang
percaya diri atau tidak dapat melihat manfaat dari sesuatu yang
dipelajari, maka ia tidak akan bisa belajar dengan baik. Memiliki sikap
yang benar terhadap belajar tentang sesuatu adalah prasyarat mutlak.
Seseorang harus mempunyai keinginan untuk memperoleh
keterampilan atau pengetahuan baru, harus percaya bahwa dirinya
betul-betul mampu belajar, dan bahwa informasi yang didapatkan
akan mempunyai dampak yang bermakna bagi kehidupannya. Jika
belajar hanya dianggap sebagai tugas belaka, maka besar
kemungkinannya akan mengalami kegagalan. Maka dari itu, sebagai
langkah penting pertama untuk memulai proses belajar, harus dapat
menemukan AGB (Apa Gunanya Bagiku). Menanyai diri sendiri,
memperdebatkan informasi yang ada, menanyai diri sendiri dengan
pertanyan seperti “Apakah ini benar? Apakah ini dapat dimengerti?”
adalah bagian-bagian yang esensial dari proses belajar, karena
pertanyaan-pertanyaan tersebut dapat menjaga fokus perhatian.
2. A adalah Aquiring The Information (Memperoleh Informasi)
Dalam belajar seseorang perlu mengambil, memperoleh dan menyerap
fakta-fakta dasar subyek palajarran yang dipelajari melalui cara yang
paling sesuai dengan pembelajaran inderawi yang disukai. Walaupun
ada sejumlah strategi belajar yang harus diimplementasikan oleh
setiap orang. Tetapi juga ada perbedaan pokok sejauh mana
seseorang perlu melihat, mendengar, atau melibatkan diri secara fisik
dalam proses belajar. Dengan mengidentifikasi kekuatan visual,
auditori dan kinestetik, maka seseorang askan dapat memainkan
berbagai strategi yang menjadikan pemerolehan informasi lebih
mudah daripada sebelumnya.
Ada beberapa strategi yang ditawarkan Colin dan Malcolm dalam
memperoleh informasi agar lebih mudah :
a. Dapatkan gambaran yang lebih menyeluruh tentang suatu obyek
yang dimaksudkan. Otak atau pikiran mampu merasakan keseluruhan
dan sebagian dari suatu hal secara bersamaan. Otak secara aktif sibuk
dalam “pembuatan makna”, yaitu mengaitkan informasi baru dengan
pengetahuan sebelumnya, sementara secara bersamaan memisahkan
informasi ke dalam tempatnya masing-masing. Misalnya dalam
membaca sebuah buku, cobalah membuka sekilas-sekilas seluruh
halamannya. Catatlah (dalam hati) tajuk-tajuk bab, sub-sub tajuk bab,
dan ilustrasi. Berhentilah sejenak, kemudian baca cepat suatu bagian
yang benar-benar menarik perhatian. Inilah cara efektif umtuk mulai
belajar.
b. Kembangkan gagasan inti
Setiap subyek pasti memiliki gagasan inti atau gagasan pokok. Dengan
memahami gagasan inti, segala sesuatunya yang lain akan mudah
dimengerti. Sekali bisa memahami gagasan pokoknya, seluruh
subyeknya akan menjadi menarik.
c. Buat sketsa dari apa yang telah diketahui
Dalam memulai proses belajar perlu membuat beberapa catatan
tentang apa yang telah diketahui yang berkaitan dengan apa yang
akan dipelajari.
Pertama-tama adalah mencatat apa yang telah diketahui. Barulah
kemudian mencatat apa saja yang dibutuhkan untuk menemukan lebih
banyak informasi yang terkait dengannya. Ini akan mendorong untuk
mulai merumuskan pertanyaan-pertanyaan dalam pikiran, kemudian
mulai mencari jawaban-jawabannya dan akhirnya akan melibatkan
sepenuhnya seseorang dalam proses belajarnya.
d. Bagi materi menjadi bagian-bagian kecil
Banyak pelajar yang gagal sebelum memulai belajar karena merasa
apa yang sedang dilakukan sangar membebani. Untuk mengatasi hal
ini adalah dengan memecah-mecah apa yang sedang dipelajari ke
dalam bagian-bagian kecil. Dengan mendapatkan informasi bagian per
bagian akan memperoleh sukses kecil yang berkesinambungan tanpa
tekanan mental.
e. Bertanyalah terus
Dengan mempertanyakan terus apa yang belum diketahui akan
membuat pikiran tetap fokus, dengan mencari dan menemukan
jawaban dari pertanyaan-pertanyaan yang disusun akan menjaga
ketertarikan terhadap subyek yang dipelajari.
f. Kenali gaya belajar sendiri
Walaupun masing-masing peneliti menggunakan istilah yang berbeda
dan menemukan berbagai cara untuk mengatasi gaya belajar
seseorang, telah disepakati secara umum adanya dua kategori utama
tentang bagaimana kita belajar. Pertama, bagaimana kita menyerap
informasi dengan mudah dan kedua, cara kita mengatur dan mengolah
informasi tersebut. Gaya belajar seseorang adalah kombinasi dari
bagaimana ia menyerap, dan kemudian mengatur serta mengolah
informasi.
Jika seseorang akrab dengan gaya belajarnya sendiri, maka dapat
mengambil langkah-langkah penting untuk membantu agar belajar
lebih cepat dan lebih mudah. Pada awal pengalaman belajar, salah
satu di antara langkah-langkah pertama adalah mengenali modalitas
seseorang sebagai modalitas visual, auditorial, atau kinestetik.
Seperti yang telah diusulkan istilah-istilah ini, orang visual belajar dari
apa yang mereka lihat, pelajar auditorial belajar melalui apa yang
mereka dengar, dan pelajar kinestetik belajar lewat gerak dan
sentuhan. Walaupun masing-masing dari kita belajar dengan
menggunakan ketiga modalitas ini pada tahapan tertentu, kebanyakan
orang lebih cenderung pada salah satu di antara ketiganya.
Mengidentifikasi dan memahami belajar sendiri dan gaya-gaya belajar
orang lain, akan membuka pintu untuk meningkatkan kinerja dan
prestasi serta memperkaya pengalaman dalam setiap aspek
kehidupan. Seseorang akan mampu menyerap informasi lebih cepat
dan mudah, dapat mengidentifikasi dan mengapresiasi cara yang
paling disukai untuk menerima informasi, dapat berkomunikasi jauh
lebih efektif dengan orang lain dan memperkuat pergaulan dengan
orang lain.
3. S adalah Searching Out the Meaning (Menyelidiki Makna)
Mengubah fakta ke dalam makna adalah unsur pokok dalam proses
belajar. Menanamkan informasi pada memori mengharuskan
seseorang untuk menyelidiki makna seutuhnya secara seksama
dengan mengeksplorasi bahan subyek yang bersangkutan. Mengubah
fakta menjadi makna adalah arena di mana ke delapan kecerdasan
berperan aktif. Setiap jenis kecerdasan adalah sumber daya yang bisa
diterapkan ketika mengeskplorasi dan menginterpretasi fakta-fakta
dari materi pelajaran. Teori Delapan Kecerdasan dikemukakan oleh
Gardner, yang secara garis besarnya adalah sebagai berikut :
1) Kecerdasan Linguistik (bahasa), yaitu kemampuan membaca,
menulis, dan berkomunikasi dengann kata-kata atau bahasa.
2) Kecerdasan Logis-Matematis, adalah kemampuan berpikir
(menalar) dan menghitung, berpikir logis dan sistematis.
3) Kecerdasan Visual-Spasial, adalah kemampuan berpikir
menggunakan gambar, membayangkan berbagai hal pada mata
pikiran.
4) Kecerdasan Musikal, adalah kemampuan mengubah atau
menciptakan musik, dapat bernyanyi dengan baik, atau memahami
dan mengapresiasi musik.
5) Kecerdasan Kinestetik–Tubuh, adalah kemampuan menggunakan
tubuh secara terampil dalam memecahkan masalah, menciptakan
produk atau mengemuka-kan gagasan dan emosi.
6) Kecerdasan Interpersonal (sosial), adalah kemampuan bekerja
secara efektif dengan orang lain, berhubungan dengan orang lain dan
memperlihatkan empati dan pengertian, memperhatikan motivasi dan
tujuan mereka.
7) Kecerdasan Intrapersonal, yaitu kemampuan manganalisis diri
sendiri, mampu merenung dan menilai prestasi diri, serta mampu
membuat rencana dan menyusun tujuan yang hendak dicapai.
8) Kecerdasan Naturalis, yaitu kemampuan mengenal flora dan
fauna, melakukan pemilahan-pemilahan runtut dalam dunia
kealaman, dan menggunakan kemampuan ini secara produktif.
Dengan menggunakan semua jenis kecerdasan tersebut akan
mendorong seseorang berpikir dalam cara baru, mampu
menghidupkan informasi, menjadikannya mudah diingat,
memungkinkan seseorang menginterpretasikan fakta, mengubahnya
dari pengetahuan permukaan menjadi pemahaman mendalam,
mengaitkan yang baru dengan yang sudah diketahui, membandingkan,
menarik kesimpulan, dan menjadikan semua dapat digunakan dan
bermakna bagi diri sendiri.
4. T adalah Triggering the Memory (Memicu Memori)
Memori menjadi bersifat menetap atau semestara, sangat tergantung
pada bagaimana kekuatan informasi “didaftarkan” untuk pertama
kalinya pada otak. Itulah sebabnya mengapa sangat penting untuk
belajar dengan cara melibatkan indra pendengaran, penglihatan,
berbicara dan bekerja, serta yang melibatkan emosi-emosi positif.
Semua faktor tersebut membuat memori menjadi kuat.
Di samping setiap orang memiliki berbagai tipe kecerdasan yang
berbeda, mereka juga memiliki daya ingat (kemampuan mengingat)
yang berbeda pula. Sebagian orang sangat baik dalam mengingat
nama, wajah, atau angka, namun tidak ketiga-tiganya sekaligus. Akan
tetapi sebenarnya setiap jenis memori dapat ditingkatkan dengan
menggunakan metode pelatihan yang benar. Dan berikut ini adalah
beberapa metode untuk mengingat informasi yang sederhana maupun
yang kompleks agar dapat tersimpan dalam memori:
a. Memutuskan untuk mengingat
Seseorang ingat sesuatu yang ingin dingatnya. Kata-kata kuncinya di
sini adalah ingin. Seseorang harus membuat keputusan secara sadar
bahwa ingin mengingat sesuatu. Jika seseorang ingin belajar sesuatu,
harus memilihnya secara sadar. Harus menentukan pilihan (keputusan)
untuk mengingat atau tidak mengingat. Beberapa ahli mengatakan
bahwa untuk memasukkan informasi kedalam memori jangka panjang,
harus memusatkan pikiran padanya selama paling tidak delapan detik.
b. Ambillah jeda, dan sering-seringlah
Dalam mengikuti suatu sesi kerja yang lama perlu mengambil jeda
atau rehat setidaknya setiap 30 menit, dan hanya butuh waktu 2
hingga 5 menit, tetapi akan menjadi istirahat yang lengkap dari apa
yang tengah dipelajari. Hal ini karena seseorang akan mengingat
dengan sangat baik informasi yang didengar atau dilihat pada awal
dan akhir suatu sesi belajar, maka dari itu dengan mengambil
beberapa kali jeda, akan mengingat lebih banyak informasi yang
diberikan di tengah-tengah.
c. “Ulangi” selama dan sesudah belajar
Pengulangan dan peninjauan kembali materi yang dipelajari
merupakan tahap-tahap sangat penting dalam menciptakan memori
jangka panjang. Penelitian menunjukkan bahwa seseorang akan
mengingat suatu informasi lebih lama setiap kali mengulanginya. Jika
ingin mengingat sesuatu yang baru, ulangilah hal itu segera, dan
ulangi lagi setelah 24 jam, lalu setelah satu minggu, setelah dua
minggu, satu bulan dan enam bulan. Setelah itu sesorang akan mampu
mengingatnya terus jika mengulanginya setiap enam bulan.
d. Ciptakan Memori Multi-Sensori
Setiap manusia memiliki memori terpisah atas apa yang dilihat,
didengar, diucapkan, dan dikerjakan. Karena itu, pengalaman multi-
sensori akan memperluas dan memperdalam potensi seseorang dalam
mengingat. Maka, pastikan bahwa ada pengalaman-pengalaman visual
(lihat/pandang), auditori (dengar), dan kinestetik (gerak-laku).
e. Ciptakan Akronim (Singkatan)
Akronim (singkatan) adalah kata yang dibentuk dari huruf atau huruf-
huruf awal, atau masing-masing bagian dari sekelompok kata, atau
istilah gabungan. Membuat berbagai akronim akan membuat lebih
banyak memori menjadi menetap.
f. Kilatan Memori
Cara mengingat dengan teknik kilatan memori sangat efektif dan
sederhana. Pada kenyatannya ketika cara itu digunakan di kelas,
kebanyakan siswa memilihnya sebagai satu strategi yang paling baik
untuk mengingat. Berikut ini cara yang dimaksud :
1) Buat catatan dalam bentuk peta konsep atau daftar ringkas
2) Pelajari dengan seksama selama satu atau dua menit
3) Kesampingkan catatan itu, lalu buat lagi peta konsep berdasarkan
ingatan.
4) Kini bandingkan kedua peta konsep, akan segera terlihat ada
yang terlewat.
5) Sekarang buatlah peta konsep yang ketiga, kemudian bandingkan
dengan yang pertama. Suatu gagasan yang bahkan lebih baik adalah
mengikat bersama kekuatan kilatan memori dengan sebuah akronim.
g. Kartu Belajar
Beberapa subyek cukup ideal bagi kartu-kartu belajar, misalnya rumus-
rumus ilmiah atau kata-kata asing. Gunakan kartu-kartu itu pada
waktu santai untuk mengulang dan menguji diri sendiri.
h. Belajar Secara Menyeluruh
Dalam mempalajari bahan yang banyak jangan melakukannya baris
demi baris, pelajarilah secara menyeluruh sebagai satu kesatuan.
Metode ini lebih efektif daripada metode “dari bagian ke keseluruhan”
karena metode ini dimulai dari gambaran besar, pola yang
menyeluruh, dan itu bersifat multi sensori.
i. Ubahlah Ke Dalam Bentuk Cerita
Seseorang bisa menambahkan dimensi lain dengan membuat sebuah
cerita untuk membantu mengingat butir-butir kunci.
j. Iringi Dengan Musik
Dalam dunia pendidikan, pengaruh musik terhadap peningkatan
kemampuan akademik sudah cukup lama diyakini, selain dapat
berpengaruh positif terhadap kualitas kehidupan anak-anak, juga
dapat merangsang keberhasilan akademik jangka panjang. Musik
sebagai bentuk seni, diintegrasikan penyajiannya dalam bidang studi
lain di sekolah dapat meningkatkan hasil belajar bidang studi itu selain
hasil belajar musik sendiri. Musik dan ritme membuat seseorang lebih
mudah mengingat. Hal ini disebabkan karena musik sebenarnya
berhubungan dan mempengaruhi kondisi fisiologis seseorang. Selama
melakukan pekerjaan mental yang berat, tekanan darah dan denyut
jantung cenderung meningkat. Gelombang otak meningkat, dan otot-
otot menjadi tegang. Selama relaksasi dan meditasi, denyut jantung
dan tekanan darah menurun, dan otot-otot mengendur. Biasanya akan
sulit berkonsentrasi ketika benar-benar relaks, dan sulit untuk relaks
ketika berkonsentrasi penuh. Jadi relaksasi yang diiringi dengan musik
membuat pikiran selalu siap dan mampu berkonsentrasi.
5. E adalah Exhibiting What You Know (Memamerkan Apa Yang
Anda Ketahui)
Untuk mengetahui bahwa seseorang telah paham dengan apa yang
dipelajarinya bisa dilakukan dengan beberapa teknik. Pertama, dengan
menguji diri sendiri. Buktikan bahwa dia memang betul-betul telah
mengetahui suatu subyek dengan pengetahuan yang mendalam,
bukan hanya luarnya saja. Menguji diri harus menjadi penjabaran
otomatis dan langsung atas kemampuan yang dimiliki. Ketika
seseorang menjadikan uji diri sebagai bagian otomatis dari teknik
belajar maka seseorang akan menjadi “lebih mampu melihat fakta”
atas kesalahan yang mungkin dilakukan. Seseorang akan mulai
mengerti bahwa kesalahan mempunyai peran cukup berarti dalam
belajar. Kesalahan adalah umpan balik yang bermanfaat, kesalahan
adalah batu loncatan, bukan penghalang. Yang harus dipikirkan adalah
bukan seberapa banyak kesalahan yang dibuat, tetapi apa jenis
kesalahan yang dilakukan. Kesalahan hanyalah terminal-terminal
sementara di jalan menuju sukses. Evaluasi dari teman sebaya dan
guru merupakan bagian penting dalam mencapai puncak
pembelajaran, tetapi yang paling penting adalah evaluasi mandiri.
Evaluasi mandiri merupakan metode berpikir yang tinggi, karena
membutuhkan kemampuan refleksi, analisis, sintesis, dan menilai.
Kedua, mempraktikkan apa yang dipelajari kepada teman atau
sahabat. Jika seseorang bisa mengajarkan apa yang diketahuinya
kepada orang lain, maka hal ini menunjukkan bahwa dia telah paham,
dan pengetahuan itu tidak hanya diketahuinya, tapi juga dimilikinya.
Ketiga, menggunakan apa yang telah dipelajari secara bebas dan
berjarak dari lingkungan belajar. Karena itulah mengapa langkah
“pamerkan apa yang diketahui” sangat penting. Menggunakan apa
yang telah dipelajari dalam cara yang berbeda, meningkatkan, serta
mengembangkannya adalah penguasaan yang sebenarnya. Keempat,
mencari dukungan dari orang lain, baik itu orang tua, atau teman
belajar. Melalui cara ini akan didapatkan umpan balik langsung tentang
ketepatan dan keefektifan cara belajar yang digunakan serta cara
menpresentasikannya. Selain itu juga akan mendapat sudut pandang
yang berbeda atas subyek yang dipelajari.
6. R adalah Reflecting How You’ve Learned (Merefleksikan
Bagaimana Anda Belajar)
Seseorang perlu merefleksikan pengalaman belajarnya, bukan hanya
pada apa yang telah dipelajari, tetapi juga pada bagaimana
mempelajarinya. Dalam langkah ini seseorang meneliti dan menguji
cara belajarnya sendiri. Kemudian menyimpulkan teknik-teknik dan
ide-ide yang terbaik untuk diri sendiri. Secara bertahap, seseorang
akan dapat mengembangkan suatu pendekatan cara belajar yang
paling sesuai dengan kemampuan dirinya. Langkah terakhir dalam
rencana belajar ini adalah berhenti, kemudian merenungkan dan
menanyakan pertanyaan ini pada diri sendiri: Bagaimana
pembelajaran berlangsung? Bagaimana pembelajaran dapat berjalan
lebih baik? Dan apa makna pentingnya bagi saya?
Mengkaji dan merenungkan kembali pengalaman belajar dapat
membantu mengubah karang penghalang yang keras menjadi batu
pijakan untuk melompat ke depan. Sekali bisa mempelajari kombinasi
personal kecerdasan dan cara belajar yang disukai, maka potensi
belajar akan terbuka lebar-lebar. Pemantuan diri, evaluasi diri dan
introspeksi terus-menerus adalah karakteristik kunci yang harus
dimiliki pembelajar yang punya motivasi diri.
V. Penutup
Konsep belajar cepat adalah suatu pendekatan dalam dunia
pendidikan modern yang menawarkan alternatif baru dalam proses
pembelajaran. Diharapkan, proses belajar yang selama ini merupakan
kegiatan yang membebani siswa (mahasiswa) dapat menjadi kegiatan
yang menyenangkan dan efektif. Konsep ini adalah sebuah konsep
belajar yang dilatarbelakangi oleh kecepatan perubahan dunia yang
menuntut adanya upaya untuk mengantisipasi perubahan tersebut.
Upaya itu adalah dengan terus menerus meningkatkan kemampuan
belajar personal dan menguasai dua ketrampilan utama yang diyakini
sebagai ketrampilan super pada dekade ini, yakni belajar bagaimana
belajar dan belajar bagaimana berpikir. Untuk menguasai dua
ketrampilan ini, metode belajar yang dikembangkan dalam accelerated
learning lebih ditekankan pada kecenderungan masing-masing individu
terhadap gaya belajar pribadinya. Dengan cara inilah seseorang akan
dapat belajar dengan menggunakan cara yang paling alamiah, dan
yang alamiah itu akan menjadikan proses belajar menjadi mudah,
sedangkan belajar yang mudah akan menjadikan belajar menjadi lebih
cepat.
Implikasi accelerated learning terhadap proses belajar mengajar di
kelas meliputi tiga konsep dasar, yaitu konsep belajar mengajar,
strategi pembelajaran, dan cara belajar siswa. Konsep belajar
mengajar dalam accelerated learning menuntut adanya interaksi
antara guru dan siswa secara aktif dalam proses belajar mengajar di
kelas. Harus ada prakarsa dari guru terlebih dahulu untuk selanjutnya
mendapat respon dari siswa. Jadi, antara konsep belajar dan konsep
mengajar harus berjalan beriringan. Dalam strategi pembelajaran guru
dituntut mampu merancang strategi-strategi yang dapat menjadikan
proses belajar berjalan dengan efektif dan efisien. Dalam cara
belajarnya, siswa diminta mengaplikasikan metode belajar 6 langkah
M-A-S-T-E-R pada setiap kegiatan belajar mengajar.
DAFTAR PUSTAKA
Al-Syaibany, Omar Mohammad Al-Toumy, Falsafah Pendidikan Islam,
terj. Hasan Langgulung, (Jakarta: Bulan Bintang 1979)
Departemen Agama RI., Al-Quran dan Terjemahnya, (Mekkah: Komplek
Percetakan Al-Quran Al-Karim Raja Fahd, 1997), hal. 109 – 110.
De Porter, Bobbi, dkk, Quantum Teaching Mempraktikkan Quantum
Learning Di Ruang-Ruang Kelas, (Bandung: Kaifa, 2000)
De Porter, Bobbi dan Hernacki, Hernacki, Quantum Learning
Membiasakan Belajar Nyaman dan Menyenangkan, (Bandung: Kaifa,
1999)
Djamarah, Syaiful Bahri, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta:Rineka
Cipta, 1997)
Dryden, Gordon dan Vos, Jeannette, Revolusi Cara Belajar The Learning
Revolution, terj. Word Translation Service, (Bandung: Kaifa, 2000)
Mas’ud, Abdurrachman, dkk., Paradigma Pendidikan Islam,
(Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2001).
Meier, Dave, The Accelerated Learning Hand Book, (Bandung: Kaifa,
2002).
Nasution, S, Berbagai Pendekatan Dalam Proses Belajar dan Mengajar,
(Jakarta: Bumi Aksara, 1995)
Pekerti, Widia, Jaurnal Pendidikan dan Kebudayan, No. 002, tahun ke
5, Maret 2000
Rose, Colin dan J. Nicholl, Malcolm , Accelerated Learning For The 21
ST Century Cara Belajar Cepat Abad XXI, ( Bandung: Nuansa, 2002)
Rusyan, Tabrani, dkk, Pendekatan Dalam Proses Belajar Mengajar,
(Jakarta: Balai Pustaka,1998)
Sudjana, Nana, Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar, (Bandung:Sinar
Baru Algensindo, 2000)
Tilaar, H. A. R, Beberapa Agenda Reformasi Pendidikan Nasional Dalam
Perspektif Abad 21, (Magelang: Indonesia Tera, 1999)
Ulwan, Abdullah Nasih, Pendidikan Anak Menurut Islam Kaidah-Kaidah
Dasar, terj. Khalilullah Ahmas, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 1992)
Usman, Moh. Uzer, Upaya Optimalisasi Kegiatan Belajar Mrngajar,
(Bandung: Remaja Rosdakarya, 1993).
Oleh : Drs. H. Hamruni, M.Si
Kaitkata: accelerated learning, belajar yang menyenangkan., delapan
kecerdasan, learning how to learn and how to think, M-A-S-T-E-R
D. Tujuan dan Langkah-Langkah Cara Belajar Cepat (CBC)
Dijelaskan dalam buku Accelerated Learning For The 21 Century
(2003:8) cara belajar Cepat atau (CBC) adalah sebuah upaya untuk
meningkatkan kualitas pendidikan dengan membuat “cetak biru”
praktis bagi :
1. Setiap orang untuk meningkatkan kemampuan belajarnya
sehingga bisa belajar lebih cepat dan mengingat lebih banyak.
2. Setiap orang tua untuk memberikan dorongan kepada anak –
anak mereka agar menjadi “pelajar” atau “pembelajar” sukses
dalam tahun-tahun penting perkembangan dirinya.
3. Setiap organisasi atau perusahaan untuk menciptakan budaya
yang memungkinkan para anggota dan pekerjanya secara
otomastis terfokus pada kesuksesan.
Cara Belajar Cepat merupakan kemampuan menyerap dan memahami
informasi baru dengan cepat dan menguasai informasi tersebut. Untuk
hal itu dibutuhkan dua (2) ketrampilan yaitu : (1) belajar cepar, dan (2)
berpikir jernih.
Tujuan Cara Belajar Cepat antara lain adalah untuk:
1. Melibatkan secara aktif otak emosional, yang berarti membuat
segala sesuatu mudah diingat.
2. Mensinkronkan aktivitas otak kiri dan otak kanan.
3. Menggerakkan kedelapan kecerdasan sedemikian sehingga
pembelajaran dapat diakses oleh setiap orang dan sumber daya
segenap kemampuan otak digunakan.(8 kecerdasan menurut
Howard Gardner : Kecerdasan Linguistik, Logis-Matematic,
Visual-Spasial, Musical, Kinestetik, Interpersonal, dan
Intrapersonal, serta tahun 1996 ditambah dengan kecerdasan
Naturalis.
Cara belajar Cepat memperlihatkan kepada semua pebelajar tentang
cara-cara belajar yang sesuai dengan gabungan unik dari kapasitas-
kapasitas tersebut.
4. Memperkenalkan saat relaksasi untuk memungkinkan
konsolidasi seluruh potensi otak berlangsung. Semua
pembelajaran perlu disimpan dalam memori.
Pada bagian awal makalah ini dijelaskan Accelerated learning yang
memiliki salah satu ciri belajar “gembira dan menyenangkan”. Ketika
kita senang dan menikmati belajar, kita akan belajar lebih baik.
Bagaimana kita menjadikan belajar itu menyenangkan dan berhasil ?
caranya antara lain :
1. Menciptakan lingkungan tanpa stes (releks), lingkungan yang
aman untuk melakukan kesalahan , namun harapan untuk
sukses tinggi.
2. Menjamin bahwa subyek pelajaran adalah relevan. Belajar ketika
melihat manfaat dan pentingnya pelajaran.
3. Belajar secara emosional adalah positif
4. Melibatkan secara sadar semua indera dan juga pikiran otak kiri
dan otak kanan.
5. Menantang otak agar dapat berpikir jauh ke depan dan
mengekplorasi apa yang sedang dipelajari dengan sebanyak
mungkin mengikutsertakan kecerdasan yang relevan untuk
memahami subyek pelajaran.
6. Mengkonsolidasi bahan yang dipelajari, dengan meninjau ulang
periode-periode waspada yang relaks.
Semua langkah di atas untuk menimbulkan rangsangan yang
menyenangkan dimasukkan dalam program CBC, namun yang penting
dilakukan adalah rencana yang padu, langkah demi langkah.
Dalam Accelerated Learning, struktur metode CBC dibagi
menjadi enam langkah dasar. Keenam langkah itu dapat diingat
dengan mudah, menggunakan singkatan M-A-S-T-E-R. Sebuah kata
yang yang diciptakan oleh pelatih terkemuka CBC Joyne Nicholl,
penulis Open Sesame.
1. Motivating Your Mind (Memotivasi Pikiran)
Punya keinginan untuk memperoleh ketrampilan/pengetahuan baru,
dan yakin bahwa informasi yang anda dapatkan mempunyai dampak
bermakna badi kehidupan anda.
2. Acquiring The Information (Memperoleh I nformasi)
Mengidentifikasi diri pada kekuatan Visual, Auditori, dan Kinestetis, anda
mampu memainkan berbagai strategi yang menjadikan pemerolehan
informasi lebih muda daripada sebelumnya.
3. Searching Out The Meaning (Menyelidiki Makna)
Mengubah fakta ke dalam makna pribadi, dimana kedelapan kecerdasan
kita berperan aktif. Setiap jenis kecedasan adalah sumber daya yang
bisa diterapkan ketika mengekplorasi dan menginterpretasi fakta-fakta
dari subyek pelajaran.
4. Trigering The Memory (Memicu Memori)
Pastikan bahwa pelajaran terpatri dalam memori jangka panjang,
sehingga dapat membuka dan mengambilnya saat diperlukan. Adapun
beberapa strategi yang dapat dipakai sangat efektif menurut para ahli
memori, antara lain : pemakaian asosiasi, kategorisasi, mendongeng,
akronim, kartu pengingat, peta konsep, musik, dan peninjauan.
5. Exhibiting What You Know (Memamerkan Apa yang Diketahui)
Coba siapkanlah dan latihkan pengetahuan yang telah anda peroleh
dengan rekan anda. Jika dapat mengajarkan kerpada orang lain berarti
anda betul-betul telah paham dengan pelajaran tersebut.
6. Reflecting How You’ve learned (Merefleksikan Bagaimana Anda
Belajar)
Anda perlu merefleksikan pengalaman belajar anda. Bukan hanya pada
apa yang telah anda pelajari, melainkan bagaimana anda mempelajari.
Ini adalah langkah terakhir, dengan manfaat menganalisa diri dapat
dimulai cara belajar yang lainnya.
top related