698 kepariwisataan kalimantan selatan - ujp.ucoz.com · pemerintahan kota. untuk lebih jelasnya...
Post on 27-Jun-2019
232 Views
Preview:
TRANSCRIPT
698 Kepariwisataan Kalimantan Selatan
PETA KALIMANTAN SELATAN
699 Kepariwisataan Kalimantan Selatan
A. UMUM
1. Dasar Hukum
Provinsi Kalimantan Selatan berdiri berdasarkan Undang undang Nomor 25 tahun 1956,
tertanggal 7 Desember 1956 dengan Ibukota Banjarmasin.
2. Lambang Provinsi
Perisai adalah alat penangkis dan bertahan yang melambangkan
kewaspadaan dan kesanggupan mempertahankan diri;
Warna Merah, melambangkan keberanian dan kepahlawanan yang
gagah perkasa, berjiwa hidup dan dinamis guna menegakkan
kebenaran perjuangan yang dipimpin oleh hikmah kebijaksanaan
dalam menuju "Masyarakat Adil dan Makmur yang Diridhai Allah";
Warna Hijau, melambangkan kesuburan dan harapan bagi Daerah
Tingkat I Kalimantan Selatan dihari yang akan datang;
Warna Kuning, pada sisi perisai, melambangkan bahwa penduduk Kalimantan
mempunyai Keperibadian dan kerohanian yang luhur dengan penuh Keyakinan dan
kepercayaan kepada Tuhan Yang Maha Esa.
Intan Berwarna Putih Berkilap Memancar
Intan, melambangkan penghasilan Daerah Kalimantan Selatan yang sudah terkenal
karena mempunyai mutu dan nilai yang sangat tinggi, yang merupakan sumber mata
pencaharian penduduk Daerah Kalimantan Selatan.
Warna Putih Berkilap Memancar, melambangkan bahwa penduduk Kalimantan Selatan
kalau dipimpin dengan sungguh-sungguh akan sanggup mencapai kecerdasan dan
kemajuan serta sanggup pula melaksanakan segala pembangunan menuju kepada
kemuliaan dan keagungan Bangsa Indonesia.
Bintang Berwarna Kuning Emas
Melambangkan ke-Tuhanan Yang Maha Esa dan perlambang keyakinan bahwa Tuhan
mengetahui segala-galanya tanpa ada yang tersembunyi bagi-Nya;
Rumah Banjar Berwarna Hitam
Rumah, berbentuk bangunan spesifik Kalimantan Selatan asli, melambangkan suatu
unsur kebudayaan yang dapat dibanggakan.
Warna Hitam, melambangkan bahwa penduduk Kalimantan Selatan mempunyai
kebulatan tekad dan keunggulan menuju kearah pelaksanaan Pembangunan Nasional
Semesta Berencana.
Buah Padi dan Batang Karet
Melambangkan bagian terbesar dari penghasilan dan sumber kehidupan bagi penduduk
Kalimantan Selatan.
Buah padi sebanyak 17 [tujuh belas] buah, intan dengan 8 [delapan] pancaran dan
Batang Karet sebanyak 1 [satu] pohon dengan bergaris 9 [sembilan] yang tersusun 4
23 PROVINSI KALIMANTAN SELATAN
700 Kepariwisataan Kalimantan Selatan
[empat] di sebelah kiri dan 5 [lima] di sebelah kanan adalah merupakan susunan angka
17-8-1945, angka ini melambangkan bahwa penduduk Kalimantan Selatan tetap setia
dan tetap Teguh mendukung Proklamasi 17-8-1945.
Pita Warna Putih
Melambangkan bahwa penduduk Kalimantan Selatan sanggup mengikat apa yang
dirasakan kesucian dan keikhlasan hati untuk berbuat secara jujur dan bertanggung
jawab dengan disertai semanggat kerja sama dan gotong royong.
Tulisan berupa semboyan "WAJA SAMPAI KAPUTING", melambangkan bahwa penduduk
Kalimantan Selatan telah tekun dalam bekerja melaksanakan segala sesuatunya dengan
penuh rasa kesanggupan dan konsekwen tanpa berhenti ditengah jalan.
3. Pemerintahan
Provinsi Kalimantan Selatan terdiri dari 11 Pemerintahan Kabupaten dan 2
Pemerintahan Kota. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat dalam tabel berikut ini :
No. Kabupaten/Kota Ibu kota
1 Kabupaten Balangan Paringin
2 Kabupaten Banjar Martapura
3 Kabupaten Barito Kuala Marabahan
4 Kabupaten Hulu Sungai Selatan Kandangan
5 Kabupaten Hulu Sungai Tengah Barabai
6 Kabupaten Hulu Sungai Utara Amuntai
7 Kabupaten Kotabaru Kotabaru
8 Kabupaten Tabalong Tanjung
9 Kabupaten Tanah Bumbu Batulicin
10 Kabupaten Tanah Laut Pelaihari
11 Kabupaten Tapin Rantau
12 Kota Banjarbaru Banjarbaru Kota
13 Kota Banjarmasin Banjarmasin
4. Letak Geografis dan Batas Wilayah
Secara geografis Kalsel terletak diantara 114o 19" 33" BT – 116
o 33' 28 BT dan 1
o 21' 49"
– 1o 10" 14" LS (http://www.kalselprov.go.id/selayang-pandang/letak-georafis) , dengan
batas wilayah sebagai berikut:
Utara : Kalimantan timur
Selatan : Laut Jawa
Barat : Kalimantan Tengah
Timur : Selat Makasar
5. Komposisi Penganut Agama
a. Islam = 98,2%
b. Kristen = 1,2%
c. Sisanya Hindu dan Budha
701 Kepariwisataan Kalimantan Selatan
6. Bahasa dan Suku Bangsa
Bahasa :
a. Bahasa Melayu Lokal:
o Bahasa Banjar (bjn)
� Dialek Banjar Hulu
� Dialek Banjar Kuala
� Bahasa Barangas)
o Bahasa Melayu Bukit (bvu)
b. Bahasa Barito
o Barito Barat
� Barito Barat bagian Selatan:
� Bahasa Bakumpai (bkr)
o Barito Timur
� Barito Timur bagian Utara:
� Bahasa Lawangan-Pasir(lbx)
� Barito Timur bagian Tengah dan Selatan
� Bagian Tengah:
� Bahasa Dusun Deyah (dun)
� Bagian Selatan:
� Bahasa Maanyan (mhy)
Suku bangsa :
Kelompok etnik berdasarkan urutan keberadaannya di Kalimantan Selatan adalah:
a. Austrolo-Melanosoid (sudah punah)
b. Dayak (rumpun Ot Danum)
c. Suku Dayak Bukit
d. Suku Banjar (1526)
e. Suku Bajau, Suku Bugis (1750) dan Suku Mandar
f. Suku Jawa dan Suku Madura
g. Etnis Tionghoa-Indonesia dan Etnis Arab-Indonesia
h. Etnis Eropa (1860-1942), umumnya sudah kembali ke Eropa
7. Budaya :
a. Lagu Daerah : Pasir Berantai, Saputangan Babuncu ampat, Ampar
ampar pisang.
b. Tarian Tradisional : Tari Baksa Kembang, Tari Radap Rahayu, Tari Tirik
c. Senjata Tradisional : Keris, mandau
d. Rumah Tradisional : Rumah Banjar
e. Alat Musik tradisional : Babun, Panting
f. Makanan khas daerah : Soto Banjar
8. Bandara dan Pelabuhan Laut
Bandara = Ssmdudin Noor
Pelabuhan laut = pelabuhan Banjarmasin
9. Industri dan Pertambangan :
Biji besi, batubara dan intan.
702 Kepariwisataan Kalimantan Selatan
B. OBYEK WISATA
1. Obyek Wisata Alam
a. Cagar Alam Pulau Kaget
Pulau Kaget merupakan salah satu
obyek wisata yang berada di kawasan
hutan di Kabupaten Barito Kuala.
Pulau ini adalah sebuah delta yang
terletak di dekat muara sungai Barito.
Pulau ini merupakan habitat bagi
Monyet Besar Berhidung Panjang atau
oleh penduduk setempat disebut
dengan Kera Belanda/Bekantan
(Nasalis Larvatus) karena hidungnya
panjang, mukanya merah serta
perutnya gendut. Di tempat ini juga
hidup beberapa jenis burung. Sejak tahun 1976, pulau seluas 85 Ha ini ditetapkan
sebagai cagar alam berdasarkan SK. Menteri Pertanian No. 788/Kptsum11/1976.
Pada tahun 1990, pemerintah Provinsi Kalimantan Selatan menetapkan Bekantan
sebagai satwa maskot atau satwa identitas provinsi berdasarkan SK Gubernur Kepala
Daerah Tingkat I Kalimantan Selatan No. 29, tanggal 16 Januari 1990 dan mendapat
persetujuan dari DPRD Tingkat I Kalimantan Selatan yang dituangkan dalam
persetujuan DPRD No. 162/112/DPRD, tanggal 28 Maret 1990.
Dengan dijadikannya Bekantan sebagai maskot daerah Kalimantan Selatan, maka
pulau Kaget sebagai habitat Bekantan mempunyai nilai strategis baik sebagai simbol
daerah maupun sebagai tempat wisata. Oleh karena menjadi habitat dari satwa yang
dilindungi dan menjadi simbol daerah, maka Cagar Alam Pulau Kaget menjadi salah
satu tujuan wisata alam tidak saja dari Kalimantan Selatan dan daerah lain di
Indonesia tetapi juga manca-negara.
Namun sayang, penebangan liar dan pencemaran lingkungan menyebabkan kondisi
alam pulau ini cukup kritis. Salah satu jenis pohon yang kondisinya semakin kritis
adalah pohon Rambai Padi (sonneratia caseolaris) yang merupakan sumber
makanan bagi Bekantan, sehingga menyebabkan jumlah satwa ini semakin hari
semakin sedikit.
Berkunjung ke tempat ini, para pengunjung akan menjumpai satwa yang dilindungi,
Bekantan. Perlindungan terhadap satwa ini dapat dilihat pada peraturan perundang-
undangan, yaitu: Peraturan Perlindungan Binatang Liar No. 266 Tahun 1931, UU No.
5 Tahun 1990, SK Menteri Kehutanan No. 301/Kpts-II/1991, SK Menteri Kehutanan
No. 882/Kpts-II/1992, dan PP No. 7 Tahun 1999. Secara internasional, satwa ini
dikategorikan rentan dalam IUCN (International Union for Conservation of Nature
and Natural Resources) Red Data Book dan dimasukkan ke dalam Appendix I CITES
(Convention on International Trade in Endangered Species of Wild Flora and Fauna).
703 Kepariwisataan Kalimantan Selatan
Pengunjung yang memasuki kawasan pulau
ini, khususnya yang berkunjung pertama
kali, akan terkaget-kaget atau akan
merangkul temannya ketika secara tiba-tiba
dari rerimbunan pepohonan terdengar
suara “nguuuk….nguuuuk, nguuuuuuk….”
dari kera-kera yang jumlahnya ratusan.
Kekagetan ini akan menyebababkan para
pengunjung akan selalu teringat pada
Bekantan yang ada di Pulau Kaget. Selain
itu, pengunjung juga akan semakin
terpesona menyaksikan kelincahan
binatang-binatang yang terkenal pemalu
dan hanya berada di Pulau Kalimantan ini berlompatan kegirangan dari satu pohon
ke pohon yang lain.
Pulau Kaget termasuk wilayah administratif Kecamatan Tabunganen, Barito Kuala,
Kalimantan Selatan.
b. Pulau Kembang di Kabupaten Barito Utara
Pulau Kembang adalah sebuah delta
seluas 60 Ha yang terletak di tengah
sungai Barito dan merupakan habitat
kera ekor panjang (monyet) dan
beberapa jenis burung. Pada tahun
1976, pulau ini ditetapkan sebagai
hutan wisata berdasarkan SK. Menteri
Pertanian No. 788/Kptsum12/1976.
Menurut cerita, pulau Kembang
berasal dari kapal Inggris yang
dihancurkan oleh orang Biaju pada tahun 1750-an atas perintah sultan Banjar.
Puing-puing bekas kapal tersebut lambat laun ditumbuhi pepohonan dan berubah
menjadi sebuah pulau yang kemudian didiami sekelompok kera. Orang-orang desa
yang berada di sekitar pulau baru ini menganggap bahwa kera-kera tersebut
merupakan penjelmaan orang halus yang memakai sarungan kera. Kelompok kera
tersebut dipimpin oleh seekor kera yang sangat besar bernama si Anggur.
Munculnya keyakinan tersebut menjadikan pulau yang baru muncul ini dijadikan
sebagai tempat bernazar. Masyarakat sekitar datang ke pulau ini dengan membawa
sesajen seperti pisang, telor, nasi ketan, mayang-pinang, dan beberapa jenis
kembang. Oleh karena sering digunakan untuk tempat berhajat dan menabur
kembang, pulau baru tersebut lebih dikenal dengan sebutan Pulau Kembang.
Di dalam kawasan hutan wisata ini terdapat altar yang diperuntukkan sebagai
tempat meletakkan sesaji bagi "penjaga" pulau Kembang yang dilambangkan dengan
dua buah arca berwujud kera berwarna putih (Hanoman). Keberadaan altar
menunjukkan bahwa para pengunjung yang datang tidak sekedar berwisata melihat
kera, tetapi juga datang untuk keperluan berdoa, khususnya orang-orang Cina.
704 Kepariwisataan Kalimantan Selatan
Kera-kera di tempat ini yang berjumlah ratusan bahkan ribuan, sangat akrab
(walaupun ada juga yang ganas) dengan para pengunjung. Biasanya ketika para
wisatawan datang berkunjung, kera-kera tersebut banyak yang menunggu di
dermaga, menunggu para wisatawan memberi mereka makanan seperti pisang,
kacang dan sebagainya. Namun karena tidak semua kera-kera di tempat ini
bersahabat dengan para pengunjung, maka ada baiknya para pengunjung
memperhatikan hal-hal berikut ini:
Siapkan makan-makanan ringan seperti kacang kulit, pisang dan sebagainya untuk
diberikan kepada para kera.
Taruhlah barang bawaan seperti tas di tempat yang aman dan tersembunyi. Barang
bawaan atau tas terkadang direbut oleh sekelompok kera dan dibawanya kabur.
Berhati-hati juga menyimpan barang bawaan (tas atau sejenisnya) di dalam perahu
klotok, karena kera-kera tersebut bisa naik ke klotok dan mengobrak-abrik barang
bawaan para pengunjung.
Di lokasi wisata ini banyak peminta-minta, sehingga cukup bijaksana jika para
pengunjung menyiapkan uang receh.
c. Pantai Gedambaan
Pantai Gedambaan menawarkan
keindahan yang dapat memberikan
kepuasan batin kepada para
pengunjungnya. Selain pasir pantainya
berwarna putih yang berkilauan
tertimpa sinar matahari, pemandangan
alamnya juga akan menghipnotis para
pengunjung sehingga betah berlama-
lama di pantai ini. Dari pantai ini, para
pengunjung dapat menyaksikan sunrise
dan sunset dengan panorama air laut
yang berkilauan. Dengan keindahan tersebut, pantai ini menjadi pantai
(Ge)dambaan siapa saja yang akan dan pernah mengunjunginya.
Pada hari Ahad dan atau pada musim libur, ribuan pengunjung baik dari Kalimantan
Selatan sendiri atau dari luar Kalimantan akan memadati lokasi wisata ini. Pada hari-
hari libur ratusan bahkan ribuan kendaraan baik angkutan umum maupun
kendaraan pribadi akan memadati kawasan pantai ini.
Untuk menjaga kebersihan obyek wisata ini, tiap pekan dikerahkan karyawan
pemkab setempat secara bergiliran untuk melakukan aksi bersih-bersih. Selain itu,
fasilitas penunjang seperti: tempat istirahat, akuarium besar, taman buah dan
bunga, cermin seribu bayangan, sirkuit mini, ruang wahana fisika, studio rekaman
mini dan camping ground akan segera diadakan. Juga akan dibangun game stations
yang akan diisi tempat bowling dan beberapa sarana olahraga lainnya.
B. Keistimewaan
Pantai Gedambaan merupakan sedikit dari pantai yang ada di Indonesia yang masih
memiliki hutan mangrove. Hutan mangrove ini merupakan tempat habitat beberapa
spesies fauna, seperti: burung, kunang-kunang, dan lebah.
Keistimewaan lain dari Pantai Gedambaan adalah lokasinya yang berada di kaki
pegunungan Pulau Laut yang masih hijau dan juga berdekatan dengan beberapa
705 Kepariwisataan Kalimantan Selatan
objek wisata lainnya, seperti kolam renang dan Pemandian Air Panas Sigam. Dengan
kata lain, jika pengunjung telah puas menikmati keindahan Pantai Gedambaan,
maka dengan mudah dapat mengunjungi objek wisata lainnya.
d. Pantai Batakan
Bila anda berkunjung ke Provinsi
Kalimantan Selatan, sempatkanlah
bertamasya ke tempat-tempat wisata
yang terdapat di Kabupaten Tanah
Laut. Kabupaten yang beribukota di
Pelaihari ini terkenal dengan rekreasi
pantainya yang memesona. Pantai
Batakan salah satunya.
Pantai Batakan terletak di sebelah
selatan Kota Pelaihari, dan telah
ditetapkan sebagai tempat wisata pada tahun 1982 oleh H. Muhammad Said,
Gubernur Provinsi Kalimantan Selatan kala itu. Meskipun terbilang baru, pantai ini
cukup ramai dikunjungi oleh wisatawan, terutama pada akhir pekan dan hari-hari
libur lainnya. Sebagai salah satu tempat obyek wisata andalan, pemerintah daerah
setempat telah mengelola pantai yang menghadap ke Laut Jawa ini secara serius.
Hal ini terbukti dengan telah dibangunnya berbagai fasilitas pendukung di kawasan
pantai ini.
Rancak dan eksotik. Begitulah kira-kira kesan pertama ketika mengunjungi Pantai
Batakan. Hamparan pasir putih pantainya yang luas dan landai, serta panorama
alamnya yang memesona, membuat obyek wisata ini begitu spesial dikunjungi
bersama keluarga atau kolega. Angin yang bertiup sepoi-sepoi dan daun kelapa yang
melambai-lambai, serta diselingi oleh burung laut yang terbang rendah dan sesekali
menyambar air laut, menambah daya tarik kawasan wisata ini.
Pasir pantainya yang terbentang luas memberi cukup ruang kepada wisatawan
untuk melakukan berbagai kegiatan, seperti berjemur dan membuat patung dari
pasir. Pasir pantainya yang halus sangat mendukung wisatawan yang ingin
berolahraga di sini, seperti main bola dan voli pantai. Sementara itu, ombak lautnya
yang relatif kecil mendukung wisatawan yang ingin berenang dan bermain ombak di
pantai ini.
Di sini juga tersedia jasa persewaan perahu motor dan kuda, sehingga dapat
digunakan oleh wisatawan yang ingin menikmati kawasan pantai sepanjang dua
kilometer ini dengan naik perahu dan naik kuda. Selain menikmati pantainya,
memancing juga merupakan salah satu tujuan wisatawan berkunjung ke Pantai
Batakan, karena di kawasan ini terdapat berbagai jenis ikan.
Setelah puas menikmati keindahan Pantai Batakan, para turis kemudian dapat
menyewa perahu motor untuk mengunjungi Pulau Datu, sebuah pulau seluas 10.000
kilometer persegi yang terletak di lepas Pantai Batakan. Pulau tersebut sering
dikunjungi orang yang ingin berziarah ke makam Datu Pamulutan, seorang
ulama/penyebar agama Islam di Kabupaten Tanah Laut yang semasa hidupnya
gemar sekali menangkap burung dengan pulut (getah).
706 Kepariwisataan Kalimantan Selatan
Pada sore hari, panorama kawasan pantai ini kian eksotik. Pelancong dapat
menikmati suasana matahari tenggelam (sunset) sambil bersantai di pondok-pondok
wisata, shelter-shelter, dan warung-warung yang terdapat di sana.
Keberadaan obyek wisata ini semakin lengkap dengan digelarnya ritual nelayan
kawasan Pantai Batakan pada bulan Juli atau Agustus setiap tahunnya. Ritual yang
dilakukan untuk mendapatkan berkah dan keselamatan bagi nelayan tersebut ditaja
di Papadangan, sebuah tempat yang berjarak sekitar 1,5 kilometer dari Pantai
Batakan.
Secara administratif, Pantai Batakan masuk dalam wilayah Desa Batakan, Kecamatan
Penyipatan, Kabupaten Tanah Laut, Provinsi Kalimantan Selatan, Indonesia.
e. Pantai Pagatan
Mengunjungi Pantai Pagatan
terbilang istimewa, sebab pantai
ini memiliki panorama laut biru
berlatar langit yang juga biru,
deburan ombak yang relatif kecil,
pohon nyiur yang melambai-
lambai, dan angin laut yang
bertiup sepoi-sepoi. Bertamasya
bersama keluarga atau kolega ke
sini tentu akan terasa lebih
mengasyikkan lagi.
Pasir putih pantainya yang memanjang dari barat ke timur sekitar 1,5 kilometer,
serta luasnya yang mencapai 1,5 hektar, memberi cukup ruang kepada wisatawan
untuk melakukan berbagai kegiatan. Membuat patung dari pasir, berjemur,
menyusuri pantai, dan berolahraga (sepak bola pantai dan voli pantai), adalah di
antara aktivitas yang dapat dilakukan oleh wisatawan di pantai ini.
Sementara itu, gelombang lautnya yang relatif kecil dan didukung oleh air lautnya
yang jernih dan bersih, sangat mendukung wisatawan yang ingin berenang atau
hanya sekadar bermain kejar-kejaran dengan ombak di pantai. Memancing
merupakan kegiatan menarik lainnya yang bisa dilakukan wisatawan di sini, karena
kawasan di sekitar Pantai Pagatan terkenal sebagai salah satu sentra penghasil ikan
laut bagi Kabupaten Tanah Bumbu.
Pada sore hari, eksotisme Pantai Pagatan kian terasa. Detik-detik jelang matahari
terbenam (sunset) di sebalik ufuk cakrawala merupakan salah satu momen spesial
yang dapat dinikmati wisatawan di sini. Momen tersebut dapat dicerap oleh
wisatawan sambil bersantai di tepi pantai, shelter-shelter, atau dari pondok-pondok
wisata.
Bila bosan berada di pantai, pelancong dapat mengunjungi perkampungan nelayan
yang lokasinya tidak terlalu jauh dari pantai. Selain menyaksikan kehidupan nelayan
sehari-hari, pelancong juga dapat melihat ikan yang dibudidayakan di tambak,
kolam, dan keramba. Di sana juga dijual keripik ikan (amplang) sebagai oleh-oleh
untuk keluarga atau kolega.
707 Kepariwisataan Kalimantan Selatan
Sedangkan bagi Anda yang ingin menyaksikan ritual khas nelayan keturunan Bugis di
sekitar kawasan Pantai Pagatan, datanglah ke sana pada dua minggu terakhir bulan
April. Pesta pantai yang terkenal dengan ritual Mappanretasi/Mappanretase (Sea
Offering Ceremony) ini merupakan ekspresi rasa syukur nelayan Pantai Pagatan
kepada Yang Kuasa atas limpahan hasil laut dan sekaligus mohon perlindungan
selama berada di laut. Puncak acara yang juga dikenal dengan nama “Pesta Laut” ini
adalah melarungkan sesajen yang telah dimantrai ke tengah laut atau belarung saji.
Biasanya, ritual ini juga dimeriahkan dengan atraksi musik dan tari-tarian tradisional
dari daerah setempat.
Secara administratif, Pantai Pagatan masuk dalam wilayah Desa Pagatan, Kecamatan
Kusam Hilir, Kabupaten Tanah Bumbu, Provinsi Kalimantan Selatan, Indonesia.
2. Wisata Sejarah
a. Masjid Raya Sabilal Muhtadin
Sabilal Muhtadin adalah nama Masjid
Raya yang terletak di Ibukota Provinsi
Kalimantan Selatan, Banjarmasin. Masjid
ini dibangun sebagai bentuk
penghormatan dan penghargaan
terhadap Ulama Besar Syekh
Muhammad Arsyad al-Banjari (1710 —
1812 M) yang selama hidupnya
memperdalam dan mengembangkan
agama Islam di Kerajaan Banjar
(Kalimantan Selatan). Ulama Besar ini
tidak saja dikenal di seluruh Nusantara
melainkan juga dikenal dan dihormati di luar batas negerinya, yakni sampai ke
Malaka, Filipina, Bombay, Mekkah, Madinah, Istambul, dan Mesir.
Masjid Raya Sabilal Muhtadin dibangun pada tahun 1974 di atas tanah seluas
100.000 meter persegi. Letaknya berada di tengah-tengah kota Banjarmasin, yang
sebelumnya adalah Komplek Asrama Tentara Tatas. Pada zaman kolonialisme
Belanda, tempat ini dikenal dengan nama Fort Tatas atau Benteng Tatas.
Bangunan Masjid Sabilal Muhtadin terbagi atas bangunan utama dan menara.
Bangunan utama luasnya mencapai 5250 meter persegi yang terbagi menjadi dua
ruang tempat ibadah. Dua ruang tersebut memiliki luas 3250 meter persegi. Ruang
di bagian dalam yang sebagian berlantai dua memiliki luas mencapai 2000 meter
persegi. Menara masjid terdiri atas 1 menara besar yang tingginya 45 meter, dan
empat menara kecil, yang tingginya masing-masing 21 meter.
Pada bagian atas bangunan utama terdapat kubah besar dengan garis tengah 38
meter yang terbuat dari bahan aluminium sheet kalcolour berwarna emas yang
ditopang oleh susunan kerangka baja. Selain itu juga terdapat kubah menara kecil
dengan garis tengah 5 dan 6 meter.
Seperti masjid raya biasanya, Masjid Raya Sabilal Muhtadin ini juga memiliki hiasan
kaligrafi bertuliskan ayat-ayat Al-Qur’an dan Asmaul Husna, yaitu 99 nama untuk
708 Kepariwisataan Kalimantan Selatan
keagungan Tuhan serta nama-nama 4 Khalifah Utama dalam Islam. Kaligrafi itu
seutuhnya dibentuk dari bahan tembaga yang dihitamkan dengan pemilihan bentuk
tulisan-arab (kaligrafi) yang ditangani secara cermat dan tepat untuk menampilkan
bobot dan makna yang tersirat dari ayat-ayat suci itu sendiri. Demikian juga hiasan
kaligrafi yang terdapat pada pintu, krawang dan railing, keseluruhannya dibuat dari
bahan tembaga dengan bentuk relief berdasarkan seni ragam hias yang banyak
terdapat di daerah Kalimantan.
Dinding serta lantai bangunan, menara dan plaza, juga sebagian dari kolam yang
terletak di halaman depan masjid, keseluruhannya berlapiskan marmer. Ruang
tempat mengambil air wudhu, dinding, dan lantai dilapisi porselain, sedang untuk
lantai plaza masjid keseluruhannya dilapisi dengan keramik. Dengan tata ruang
seperti tersebut di atas, Masjid Sabilal Muhtadin dapat menampung jemaah
sebanyak 15.000 orang, yaitu 7.500 pada bagian dalam dan 7.500 pada bagian
halaman bangunan.
b. Museum Lambung Mangkurat
Museum Lambung Mangkurat
diresmikan penggunaannya pada
tahun 1979. Bangunan museum ini
berarsitektur Rumah tradisional
Banjar, Rumah Bubungan Tinggi,
yang dipoles dengan gaya modern.
Barang koleksi Museum terdiri dari
peninggalan Kesultanan Banjar,
Candi agung, dan Candi laras,
perkakas dari batu, ukiran kayu Ulin,
perkakas pertanian dan perabot
rumah tangga, alat musik tradisional dan sebagainya.
Museum Lambung Mangkurat, terdiri dari dua lantai. Lantai pertama terdiri dari tiga
ruang pameran (display), yaitu satu ruang pameran terbuka dan dua ruang pameran
tertutup. Di ruang pameran terbuka, para pengunjung dapat melihat tiga alat
transportasi sungai masyarakat Banjar yaitu: jukung sudur, perahu pandan liris, dan
jukung tambangan. Selain ketiga jenis kapal tersebut, pengunjung juga dapat
melihat beragam fosil fauna laut, seperti kerangka ikan paus (Rhineodon Typus
Cotaceae). Sedangkan di kedua ruang pameran tertutup, pengunjung akan dibawa
masuk ke zaman nan jauh sebelum kita lahir. Di salah satu ruangan tertutup ini,
pengunjung dapat menyaksikan peralatan yang digunakan pada masa prasejarah,
seperti: beliung, kapak bahu, pahat kapak lonjong, tuangan kapak perunggu dan
benda-benda lainnya. Sedangkan di ruang pamer tertutup yang lain, pengunjung
akan menyaksikan beragam peninggalan Kerajaan Banjar.
Pada lantai kedua, para pengunjung akan menyaksikan lukisan foto etnis dan peta
persebaran suku bangsa yang berdiam di wilayah Kalsel. Di tempat ini, para
pengunjung dapat menyaksikan berbagai bentuk rumah tradisional Banjar seperti:
Bubungan Tinggi, Gajah Manyusu, dan lain sebagainya. Selain itu, pengunjung juga
dapat menyaksikan etalase lengkap daur hidup masyarakat Banjar, dari fase
kelahiran, anak-anak, menjelang dewasa, menikah, melahirkan hingga meninggal
dunia. Fase-fase tersebut, dideskripsikan dalam bentuk upacara-upacara yang dekat
709 Kepariwisataan Kalimantan Selatan
dengan perkembangan Islam seperti tradisi Baayun Anak, Basunat, Baantar Jujuran,
Batamat Al Quran, Bakawinan, dan lain sebagainya.
Dengan memasuki museum Lambung Mangkurat, para pengunjung dibawa kemasa
lalu, yaitu masa sebelum Kalimantan Selatan berubah menjadi sebuah provinsi.
Museum ini dapat memberikan pemahaman kepada pengunjung tentang
perkembangan masyarakat Banjar dari zaman purba, yakni ketika masih
menggunakan perkakas dari batu, hingga perkembangan kerajaan-kerajaan yang
pernah ada dan berpengaruh di Kalimantan Selatan. Dengan melihat Genta Kencana
(tempat raja beristirahat), misalnya, pengunjung akan mengetahui bagaimana
peradaban yang dibangun masyarakat Banjar saat itu.
c. Masjid Sultan Suriansyah
Masjid Sultan Suriansyah adalah
salah satu masjid bersejarah dan
tertua di Kalimantan Selatan.
Masjid ini dibangun pada masa
pemerintahan Sultan Suriansyah,
yakni pada tahun 1526-1550 M.
Sultan Suriansyah adalah Raja
Kerajaan Banjar pertama yang
memeluk agama Islam. Masjid ini
letaknya berdekatan dengan
komplek makam Sultan Suriansyah
dan di seberangnya terdapat Sungai Kuin.
Dilihat dari bentuk arsitektur dan konstruksi panggungnya yang beratap tumpang,
menandakan bahwa masjid ini bergaya tradisional Banjar. Masjid bergaya tradisional
Banjar memiliki ciri pada bagian mihrabnya beratap sendiri dan terpisah dengan
bangunan induk.
Bentuk asli masjid ini dapat dilihat pada 2 buah inskripsi yang tertulis pada bidang
berbentuk segi delapan berukuran 50 cm x 50 cm, yang terletak di dua daun pintu
Lawang Agung. Pada daun pintu sebelah kanan terdapat 5 baris inskripsi Arab-
Melayu berbunyi : " Ba’da hijratun Nabi Shalallahu ’alahihi wassalam sunnah 1159
pada Tahun Wawu ngaran Sultan Tamjidillah Kerajaan dalam Negeri Banjar dalam
tanah tinggalan Yang mulia." Sedangkan pada daun pintu sebelah kiri terdapat 5
baris inskripsi Arab-Melayu berbunyi: "Kiai Damang Astungkara mendirikan wakaf
Lawang Agung Masjid di Nagri Banjar Darussalam pada hari Isnain pada sapuluh hari
bulan Sya’ban tatkala itu (tidak terbaca)".
Kedua inskripsi ini menunjukkan bahwa pada hari Senin tanggal 10 Sya’ban 1159
telah berlangsung pembuatan Lawang Agung (renovasi masjid) oleh Kiai Demang
Astungkara pada masa pemerintahan Sultan Tamjidillah I (1734-1759).
d. Masjid Agung Al karomah Martapura
Masjid Agung Al Karomah adalah masjid yang terletak di Martapura, Kabupaten
Banjar, Kalimantan Selatan, Indonesia. Masjid yang pada awalnya diberi nama
"Masjid Jami’ Martapura" ini dibangun pertama kali pada tahun 1863 Masehi atau
tahun 1280 Hijriah. Masjid ini adalah salah satu peninggalan Kerajaan Banjar yang
sekaligus menjadi saksi masa pemerintahan 12 sultan yang pernah memerintah di
710 Kepariwisataan Kalimantan Selatan
Kasultanan Banjar. Pada awalnya, masjid ini adalah bangunan berukuran 37,5 x 37,5
meter yang struktur utamanya yang terbuat dari kayu ulin dan beratap sirap.
Terdapat 4 buah tiang sokoguru (tiang
utama) dari kayu ulin setinggi 12 meter.
Pada saat pembangunan awal dinding dan
lantai masjid ini terbuat dari kayu ulin.
Kasultanan Banjar yang beribukota di
Martapura menjadikan Masjid Al Karomah
ini sebagai Pusat Da’wah Islam. Pada waktu
itu, masjid ini berfungsi sebagai tempat
peribadatan, tempat integrasi umat Islam
serta markas atau benteng pertahanan para pejuang dalam menantang penjajahan
Belanda.
Pada tahun 1280 Hijriyah atau 1863 Masehi terjadi pembakaran Kampung
Pasayangan dan Masjid Martapura yang saat itu masih berukuran kecil. Akibat
peristiwa ini muncul keinginan membangun masjid yang lebih besar. Pembangunan
kembali Masjid Martapura inilah yang menjadi cikal bakal pembangunan Masjid Al
Karomah hingga seperti sekarang.
Menurut riwayatnya, Datuk Landak dipercaya untuk mencari kayu ulin ke daerah
Barito Kalimantan Tengah untuk dijadikan tiang sokoguru masjid. Dilihat dari segi
arsitekturnya, bentuk Masjid Agung Al Karomah Martapura mengikuti Masjid Demak
Buatan Sunan Kalijaga. Miniatur Masjid Demak tersebut dibawa utusan Desa Dalam
Pagar. Miniatur tersebut memiliki skala yang sangat rapi dengan Masjid Demak asli
sehingga mudah disesuaikan.
Tiang sokoguru adalah tiang-tiang yang melingkupi ruang cella atau ruang keramat.
Ruang cella yang dilingkupi tiang-tiang guru terdapat di depan ruang mihrab. Secara
kosmologis, ruang cella tersebut lebih penting dari mihrab.
Konon, keempat tiang sokoguru ini ditarik beramai-ramai oleh Datuk Landak
bersama masyarakat dengan menggunakan tali atau seradang. Atas kuasa dan iradat
Allah SWT, keempat tiang sokoguru tersebut dapat berdiri tegak.
Pola ruang pada Masjid Agung Al Karomah juga mengadopsi pola ruang dari
arsitektur Masjid Agung Demak yang dibawa bersamaan dengan masuknya agama
Islam ke daerah ini oleh Khatib Dayan.
Sampai saat ini, bentuk bangunan masjid agung sudah tiga kali rehab. Dengan
mengikuti bentuk bangunan modern dan Eropa, sekarang Masjid Agung Al Karomah
Martapura terlihat lebih megah.
Meski bergaya modern, empat tiang Ulin yang menjadi sokoguru peninggalan
bangunan pertama Masjid masih tegak di tengah. Tiang ini dikelilingi oleh puluhan
tiang beton yang menyebar di dalam Masjid.
e. Makam Datu Sanggul
Datu Sanggul adalah seorang waliyullah yang makamnya terletak di desa Tatakan (14
km dari Rantau). Nama asli beliau adalah Abdussamad dan berasal dari Palembang.
711 Kepariwisataan Kalimantan Selatan
Menurut cerita masyarakat, setelah
mengaji ilmu dengan gurunya yang
bernama Datu Suban, Abdussamad
seringkali berkhalwat menunggu ilmu,
terutama pada malam-malam Lailatul
Qadar. Karena kebiasaan menunggu ilmu
atau manyanggul ilmu (dalam bahasa
Banjar) itulah beliau mendapat gelar Datu
Sanggul dan keistimewaan beliau mampu
salat setiap jumat ke Masjidil Haram
hingga bertemu dan saling mengangkat
saudara dengan Syekh Muhammad Arsyad al-Banjari. Peninggalannya yang terkenal
adalah kitab Hidayatus Salihin yang menjadi referensi rujukan kitab-kitab Salaf dan
dipelajari oleh ulama di beberapa negara di dunia.
Peziarah yang dating tidak hanya dari dalam negeri, tetapi juga dari luar negeri
seperti Malaysia, Brunei, Arab Saudi, Suriah, India, dan lain-lain
f. Kompleks Makam Sultan Suriansyah
Sultan Suriansyah berasal dari keturunan
raja-raja Kerajaan Negara Daha. Ia
merupakan Raja Banjar pertama yang
memeluk Islam, dan sejak beliaulah agama
Islam berkembang resmi dan pesat di
Kalimantan Selatan. Untuk pelaksanaan dan
penyiaran agama Islam beliau membangun
sebuah masjid yang dikenal sebagai Masjid
Sultan Suriansyah yang merupakan masjid
tertua di Kalimantan Selatan. Menurut
sarjana Belanda J.C. Noorlander bahwa
berdasarkan nisan makam, maka umur kuburan dapat dihitung sejak lebih kurang
tahun 1550, berarti Sultan Suriansyah meninggal pada tahun 1550, sehingga itu
dianggap sebagai masa akhir pemerintahannya. Ia bergelar Susuhunan Batu Habang.
Menurut M. Idwar Saleh bahwa masa pemerintahan Sultan Suriansyah berlangsung
sekitar tahun 1526-1550. Sehubungan dengan hal ini juga dapat menetapkan bahwa
hari jadi kota Banjarmasin jatuh pada tanggal 24 September 1526.
3. Wisata Budaya
a. Upacara Adat Aruh Baharin
Upacara adat yang digelar selama tujuh
hari tujuh malam ini terdiri dari tiga
tahapan. Tahapan pertama adalah
tahapan persiapan. Pada tahapan ini,
kaum perempuan berbagi tugas dengan
kaum laki-laki untuk mempersiapkan
segala sesuatu yang berkaitan dengan
kelengkapan upacara. Kaum
perempuan bertugas membersihkan
dan membasuh beras, membuat
ketupat, memasak lemang, dan memasak sayur untuk keperluan upacara. Selama
712 Kepariwisataan Kalimantan Selatan
proses ini, kaum perempuan diwajibkan mengenakan tapih bahalai, yakni batik khas
untuk perempuan dari daerah tersebut. Sedangkan kaum laki-laki mempersiapkan
tempat pemujaan dan menghiasnya, mencari kayu bakar, dan memasak nasi.
Selama acara berlangsung, kaum laki-laki diharuskan mengenakan sentana parang
dan mandau yang diselipkan di pinggang.
Tahapan kedua adalah pemanggilan arwah leluhur agar mereka ikut menghadiri dan
merestui upacara. Tahapan yang dipimpin oleh beberapa orang balian (tokoh
spritual masyarakat Dayak) ini dilaksanakan pada malam ketiga hingga malam
keenam. Para balian menari (batandik) mengelilingi tempat pemujaan sembari
diiringi dengan bunyi-bunyian dari gendang dan gong. Untuk memanggil arwah para
leluhur, para balian tersebut akan menggelar beberapa ritual. Pertama, ritual Balai
Tumarang. Ritual pembuka ini ditujukan untuk memanggil sejumlah arwah yang
pernah memiliki kekuasaan hingga ke daerah tersebut, termasuk arwah para raja
dari Pulau Jawa. Kedua, ritual Sampan Dulang atau ritual Kelong. Ritual ini bertujuan
memanggil arwah leluhur orang Dayak, yakni Balian Jaya atau yang juga populer
dengan nama Nini Uri. Ketiga, ritual Hyang Lembang. Yakni memanggil arwah raja-
raja dari Kerajaan Banjar pada masa lampau. Keempat, ritual Dewata. Ritual ini
berisi kisah tentang Datu Mangku Raksa Jaya yang berhasil menembus alam dewa
dengan cara bertapa. Kelima, ritual Hyang Dusun. Yakni mengisahkan beberapa raja
Dayak yang mampu memimpin sembilan benua atau sembilan pulau.
Tahapan ketiga merupakan puncak upacara adat Aruh Baharin. Pada hari terakhir ini
ditampilkan berbagai atraksi kesenian khas masyarakat Dayak. Yang ditunggu-
tunggu para pengunjung adalah proses penyembelihan hewan (hadangan) berupa
beberapa ekor kerbau, kambing, dan ayam yang dipimpin oleh para balian. Uniknya,
warga saling memperebutkan darah hewan-hewan tersebut dan kemudian
mengoleskannya ke tubuh masing-masing. Mereka meyakini, darah hewan tersebut
dapat memberikan keselamatan. Sebagian dari daging hewan tersebut dimasak
untuk dimakan bersama-sama dan sebagiannya lagi dimasukkan ke dalam miniatur
perahu naga, rumah adat, dan tempat sesajian (ancak) yang digunakan untuk sesaji.
Sebelum dilarungkan ke Sungai Balangan, sesaji tersebut terlebih dahulu diludahi
oleh semua anggota kelompok masyarakat adat yang bertindak sebagai
penyelenggara upacara dan kemudian diberkati (mamangan) oleh para balian. Ini
merupakan simbol untuk membuang segala yang buruk dan supaya mereka
terhindar dari berbagai malapetaka.
Upacara Aruh Baharin dihelat di Desa Kapul, Kecamatan Halong, Kabupaten
Balangan
b. Upacara Adat Macceratasi
Macceratasi adalah sebutan untuk
pesta atau upacara adat
menumpahkan darah hewan ke laut
yang biasa dilakukan oleh masyarakat
pesisir Kotabaru, Kalimantan Selatan.
Masyarakat pesisir Kotabaru
umumnya terdiri dari beberapa suku,
yaitu Bugis, Mandar, Banjar, dan
Bajau atau Bajo. Penduduk Kotabaru
ini biasanya mengadakan Upacara
713 Kepariwisataan Kalimantan Selatan
Adat Macceratasi setiap menjelang tahun baru Masehi (sekitar bulan Desember) di
Pantai Gedambaan sebagai ungkapan rasa syukur kepada Tuhan atas berkah
penghidupan dari laut.
Upacara ini memiliki kemiripan dengan upacara adat yang biasa dilakukan oleh
masyarakat nelayan di Nusantara, seperti Hajat Laut di Pantai Pangandaran, Jawa
Barat, Festival Galesong di Takalar, Sulawesi Selatan, Petik Laut di Malang, Jawa
Timur, serta Festival Samboja di Samboja, Kalimantan Timur. Umumnya, rasa syukur
para nelayan atas berkah rezeki dari laut diwujudkan dengan upacara melarungkan
benda, makanan, atau bagian tubuh hewan (seperti kepala atau darah hewan) ke
tengah laut. Hal ini dilakukan sebagai simbol memberikan “makanan” bagi laut,
dengan harapan laut akan selalu menjamin rezeki para nelayan yang
menggantungkan hidup darinya.
Upacara Adat Macceratasi dilaksanakan selama dua hari. Wisatawan dapat
mengikuti rentetan acara mulai dari upacara Tampung Tawar, penyembelihan
hewan, pelepasan berbagai macam sajian ke laut, hingga hiburan berupa kesenian
dan beladiri tradisional.
Pada hari pertama, sebelum ritual inti yakni menyembelih dan menumpahkan darah
hewan ke laut, masyarakat setempat dipimpin oleh seorang tokoh adat mengadakan
upacara Tampung Tawar, yaitu upacara memanjatkan doa kepada Tuhan. Dalam
prosesi ini, seorang tokoh adat memimpin doa dengan duduk di antara sesaji yang
terdiri dari berbagai bahan pokok mentah seperti beras, kelapa, gula, ayam yang
masih hidup, dan air kembang.
Seorang tokoh adat sedang memimpin doa
Sumber foto: cybertravel.cbn.net.id
Setelah doa selesai, tokoh adat akan memercik-mercikkan air kembang kepada
khalayak yang hadir sebagai simbol memohon berkah dan keselamatan. Upacara
kemudian dilanjutkan dengan menyembelih hewan, antara lain kerbau, kambing,
dan ayam. Darah dari hewan-hewan ini ditampung untuk kemudian ditumpahkan ke
laut, sementara dagingnya dibagikan kepada masyarakat yang menghadiri upacara.
Usai menumpahkan darah ketiga hewan tersebut, upacara dilanjutkan dengan
hiburan berupa kesenian dan beladiri tradisional, seperti hadrah, pencak silat, dan
meniti di atas seutas tali. Salah satu hiburan yang cukup digemari oleh masyarakat
setempat adalah atraksi meniti di atas tali yang biasa dipertunjukkan oleh anggota
masyarakat dari suku Bajau. Dalam atraksi ini, salah seorang anggota suku Bajau
akan mempertontonkan kebolehannya meniti seutas tali yang diikatkan di antara
714 Kepariwisataan Kalimantan Selatan
dua buah kayu atau pohon di tepi pantai. Orang tersebut akan menunjukkan
kemahirannya mengatur keseimbangan sembari memeragakan gerakan silat,
menari, atau tiduran di atas tali.
Seorang anggota suku Bajau sedang unjuk kebolehan meniti di atas tali
Sumber foto: garudamagazine.com
Pada hari kedua, dilakukan ritual melepas miniatur bagang, yaitu perangkat
menangkap ikan berupa jaring yang dipasang di antara bambu-bambu penyangga di
tengah laut. Di dalam miniatur bagang ini diletakkan berbagai makanan yang sudah
matang untuk dilarung ke laut. Pelepasan bagang ini juga merupakan ungkapan
terima kasih akan karunia Tuhan yang telah memberikan kekayaan laut yang
melimpah. Selain mengikuti rangkaian Upacara Adat Macceratasi, wisatawan juga
dapat menikmati panorama Pantai Gedambaan yang merupakan obyek wisata
andalan Kabupaten Kotabaru.
Melepas miniatur bagang ke tengah laut
Sumber foto: cybertravel.cbn.net.id
Upacara Adat Macceratasi dilaksanakan di Pantai Gedambaan, Desa Gedambaan,
Kecamatan Pulau Laut Utara, Kabupaten Kotabaru.
c. Pesta Adat Mallassuang Manu
Keinginan agar mudah mencari jodoh
dapat melahirkan ekspresi budaya yang
khas. Kekhasan itulah yang dapat
disaksikan dalam Pesta Adat
Malassuang Manu. Ritual utama dalam
upacara ini, yaitu melepas ayam jantan
dan betina, dilaksanakan di atas
sebuah batu besar yang bagian
tengahnya terbelah sepanjang kira-kira
715 Kepariwisataan Kalimantan Selatan
10 meter. Dari atas batu itu, sepasang ayam tersebut dilemparkan sebagai tanda
permohonan kepada Tuhan supaya dimudahkan dalam mencari jodoh.
Usai melepas sepasang ayam tersebut, para muda-mudi ini kemudian mengikatkan
pita atau tali rafia (yang di dalamnya telah diisi batu atau sapu tangan yang indah) di
atas dahan atau ranting pepohonan yang terdapat di Pulau Cinta. Hal ini sebagai
perlambang, apabila kelak memperoleh jodoh tidak akan terputus ikatan tali
perjodohannya sampai maut menjemput.
Kelak, pita atau tali rafia tersebut akan diambil kembali bila permohonan untuk
bertemu jodoh telah terkabul. Pasangan yang telah berjodoh ini akan kembali ke
Pulau Cinta untuk mengambil pita atau tali rafia tersebut dengan menggunakan
perahu klotok yang dihias dengan kertas warna-warni. Makanan khas yang selalu
menjadi hidangan dalam ritual kedua ini adalah sanggar (semacam pisang goreng
yang terbuat dari pisang kepok yang dibalut dengan tepung beras dan gandum
dengan campuran gula dan garam), serta minuman berupa teh panas.
Pasangan ini akan diiringi oleh sanak saudara untuk mengadakan selamatan. Usai
memanjatkan doa, mereka kemudian melepaskan pita atau tali rafia yang dulu
diikatkan di dahan atau ranting pohon untuk disimpan sebagai bukti bahwa
keinginannya telah terkabul. Selain itu, ritual kedua ini juga merupakan permohonan
supaya dalam kehidupan selanjutnya selalu dibimbing menjadi keluarga yang
sejahtera.
Pesta adat yang pelaksanaannya didukung oleh pemerintah daerah setempat ini
juga dimeriahkan oleh tari-tarian adat dan berbagai macam perlombaan, seperti
voli, sepakbola, dan lain-lain. Berbagai event lomba tersebut biasanya akan
memperebutkan trophy Bupati Kotabaru atau Gubernur Kalimantan Selatan.
Pesta adat Mallassuang Manu diselenggarakan di Teluk Aru dan Pulau Cinta,
Kecamatan Laut Selatan, Kabupaten Kotabaru
4. Wisata Kuliner
a. Soto Banjar
Kuliner khas yang wajib dicoba bagi
wisatawan yang berkunjung ke Kalimantan
Selatan adalah Soto Banjar. Dari sekian
banyak restoran, rumah makan, maupun
warung yang menyediakan menu Soto
Banjar, Warung Soto Banjar Bang Amat
adalah salah satu warung yang
direkomendasikan. Setiap hari, apalagi
selepas jam istirahat siang, warung ini selalu
penuh sesak. Kesibukan karyawan yang
membawa piring soto dan gelas pesanan akan selalu dilihat.
Warung soto ini buka mulai pukul 07.00 Wita. Keramaian akan segera terlihat mulai
pukul 08.00 Wita. Supaya tidak terjadi antrian yang panjang, biasanya piring yang
sudah berisi bahan-bahan untuk soto disusun berjejer pada sebuah meja khusus.
Sehingga pada saat pengunjung datang, karyawan warung tinggal mengambil piring
dan memberinya kuah soto.
716 Kepariwisataan Kalimantan Selatan
Pemilik warung ini adalah H. Ahmad Lawwani. Supaya mudah diingat, H. Ahmad
lantas menyingkat namanya menjadi Amat untuk dijadikan nama warung sotonya.
lokasinya warungnya pun sangat eksotis, berada di tepi Sungai Pengambangan (anak
Sungai Martapura).
Sepiring Soto Banjar Bang Amat dapat dinikmati dengan nasi atau lontong. Agar
tidak salah pesan, jika pengunjung ingin makan soto dengan nasi, maka pesanlah
dengan menyebut nasi sop. Sedangkan, jika pengunjung memesan dengan
menyebut soto, itu berarti soto akan dihidangkan dengan lontong.
Dalam penyajiannya, Soto Banjar Bang Amat ini akan dilengkapi dengan irisan
separuh telur bebek rebus. Pengunjung juga bisa menambahkan sepotong paha
ayam jika berminat.
Menu tambahan yang sayang jika tidak dipesan adalah sate ayam. meskipun
Meskipun menu ini dapat dipesan terpisah tanpa soto, hampir semua pemesan soto
di warung ini menyandingkannya sebagai teman menikmati soto.
5. Wisata Belanja
a. Pasar Terapung muara Kuin
Pasar Terapung Muara Kuin
adalah pasar tradisional yang
berada di muara Sungai Kuin,
Banjarmasin, Kalimantan
Selatan. Di pasar ini, para
pedagang dan pembeli
melakukan aktivitas jual beli di
atas perahu tradisonal. Perahu
tersebut biasa disebut dengan
nama jukung. Adapula jenis
kapal bermotor yang ikut
meramaikan aktivitas pasar ini, yakni klotok.
Pasar Terapung Muara Kuin merupakan salah satu bentuk pola interaksi jualbeli
masyarakat yang hidup di atas air. Pasar ini dimulai setelah shalat Subuh dan akan
berakhir ketika matahari telah beranjak naik atau sekitar jam 09.00 Wita. Apabila
lewat dari jam tersebut, maka sudah dapat dipastikan bahwa pasar bakal sepi. Hal ini
dikarenakan para pedagang telah berpencar menyusuri sungai-sungai kecil, untuk
menjual barang dagangnya kepada penduduk yang rumahnya berada di bantaran
sungai.
Pasar terapung ini sudah ada lebih dari 400 tahun lalu dan merupakan sebuah bukti
aktivitas jual-beli manusia yang hidup di atas air. Seperti halnya pasar-pasar yang ada
di daratan, di pasar terapung ini juga dilakukan transaksi jual beli barang seperti
sayur-mayur, buah-buahan, segala jenis ikan, dan berbagai kebutuhan rumah tangga
lainnya. Pembelian dari tangan pertama disebut dukuh, sedangkan tangan kedua
yang membeli dari para dukuh untuk dijual kembali disebut panyambangan.
717 Kepariwisataan Kalimantan Selatan
Namun sayang, kondisi aktraktif aktivitas jual-beli di atas perahu tersebut semakin
lama semakin pudar pamornya, baik karena jumlah jumlah pedagang yang semakin
sedikit, sikap penjual yang tidak lagi cukup bersahabat, ataupun kurangnya
dukungan dari pemerintah Kota Banjarmasin. Kebijakan pemerintah membangun
pasar di darat dekat dengan Pasar Terapung Kuin dan pembangunan ratusan
jembatan rendah yang menghalangi akses lalu lintas sungai, baik langsung atau
tidak, merupakan salah satu penyebab semakin memudarnya aktivitas jual-beli di
floating market ini.
Keistemewaan pasar ini adalah masih sering terjadi transaksi barter antar para
pedagang berperahu, yang dalam bahasa Banjar disebut bapanduk, sesuatu yang
unik dan langka.
Mengunjungi Pasar Terapung Muara Kuin akan memberikan kenangan tak
terlupakan tentang bagaimana masyarakat yang hidup di atas air memenuhi
kebutuhan hidupnya. Selain itu, pengunjung juga akan mengetahui pola transaksi
jualbeli yang telah berumur lebih dari 400 tahun. Oleh karenanya, pasar ini menjadi
saksi bisu perjalanan aktivitas ekonomi masyarakat Kalimantan Selatan. Sehubungan
denngan hal tersebut, maka muncul pameo belum ke Banjarmasin jika belum
mengunjungi Floating Market Muara Kuin.
Salah satu keunikan dari Pasar Terapung adalah desak-desakan antara perahu besar
dan perahu kecil yang mencari pembeli, serta penjual yang bersliweran kesana
kemari dan kapalnya yang dimainkan gelombang Sungai Barito. Pasar terapung tidak
memiliki organisasi seperti pasar di daratan, sehingga tidak tercatat berapa jumlah
pedagang dan pengunjung atau pembagian pedagang bersarkan barang dagangan.
Suasana berdesak-desakan antara perahu besar di pasar terapung ini cukup unik
dan khas. Para pengemudi jukung dengan mahirnya mengayuh dan mengejar
pembeli atau penjual yang berseliweran kian kemari dan perahu mereka kerap oleng
dimainkan gelombang Sungai Barito. Bagi wisatawan yang datang dari kota-kota
besar, akan merasakan sensasi tersendiri ketika mengamati pedagang wanita dengan
topi lebarnya berperahu menjual hasil kebun atau makanan olahannya sendiri.
Pasar terapung tidak memiliki organisasi seperti pada pasar di daratan, sehingga
tidak tercatat berapa jumlah pedagang dan pengunjung, pembagian pedagang
berdasarkan barang dagangan, dan tempat berjualan yang selalu berpindah-pindah.
Bagi pengunjung yang hanya ingin bersantai, bisa menikmati secangkir teh atau
kopi, plus makanan/kue khas Banjar, sembari menikmati goyangan ombak yang
menerpa klotok yang ditumpangi. Pengunjung juga dapat menyaksikan rumah-
rumah terapung (Rumah Lanting) yang berada di sepanjang pinggiran sungai.
Pasar Terapung Muara Kuin terletak di aliran Sungai Barito, tepatnya di muara
Sungai Kuin, Kecamatan Banjarmasin Utara
718 Kepariwisataan Kalimantan Selatan
b. Pasar Batu Permata dan Cenderamata Cahaya Bumi Selamat Martapura
Pasar Intan dan Cenderamata Cahaya Bumi Selamat boleh jadi adalah pasar intan
yang paling unik di dunia. Meskipun bernama Pasar Intan, namun situasi dan
kondisinya tidaklah semewah nama yang disandangnya. Suasana yang tercipta di
pasar ini sangat egaliter. Di sini tidak ada toko-toko dengan etalase super mewah
seperti lazimnya pasar intan lainnya. Merupakan hal yang wajar dan lumrah jika
wisatawan akan menjumpai beberapa toko di pasar tersebut lebih sering tutup
daripada buka. Hal ini dikarenakan pemilik toko tersebut lebih gemar menjual
intannya secara asongan.
Hanya sekitar 7 km dari pusat kota Martapura, tepatnya di Kecamatan Cempaka,
wisatawan dapat mengunjungi tempat pendulangan intan. Batu paling terkenal yang
pernah ditemukan di lokasi ini adalah intan trisakti yang ditemukan sekitar belasan
tahun yang lalu. Dengan ditemukannya intan ini, sang pendulang menjadi kaya
mendadak. Bahkan nama Trisakti diabadikan menjadi sebuah nama pelabuhan di
Banjarmasin.
top related