92912294 bst keratitis traumatik
Post on 19-Jan-2016
30 Views
Preview:
TRANSCRIPT
PRESENTASI KASUS
IDENTITAS
- Nama : Tn. N
- Umur : 26 tahun
- Jenis kelamin : Laki - laki
- Alamat : Kedaton Bandar lampung
ANAMNESA (Autoanamnesa 8 Agustus 2008 )
- Keluhan utama :
Penglihatan kabur dan perih, seperti ada yang mengganjal dan terasa gatal pada
mata kiri sejak ± 1 bulan.
- Keluhan tambahan:
Tidak ada
- Riwayat penyakit sekarang :
Pasien datang dengan keluhan penglihatan yang kabur, perih, gatal, dan terasa
mengganjal pada mata kiri sejak ± 1 bulan yang lalu . Keluhan tersebut dirasakan
akibat terkenanya ranting kayu pada saat bekerja. Pasien bekerja sebagai petani.
Pasien mengaku pernah berobat untuk keluhan ini, dengan menggunakan Visine.
ـ Riwayat penyakit dahulu:
Darah tinggi dan kencing manis disangkal oleh pasien.
- Riwayat penyakit keluarga:
Tidak ada keluarga pasien yang menderita penyakit darah tinggi dan kencing
manis.
PEMERIKSAAN FISIK
Status present
- Keadaan umum : Tampak sakit ringan
1
- Kesadaran : Compos mentis
- Tekanan darah : 130/80 mmHg
- Nadi : 78 x/menit
- Pernafasan : 22 x/menit
- Suhu : a febris
Status generalis
- Kepala
Bentuk : Simetris
Mata : Lihat status oftalmologis
Hidung : Tidak ada kelainan
Telinga : Tidak ada kelainan
Mulut : Tidak ada kelainan
- Toraks
Jantung : Dalam batas normal
Paru : Dalam batas normal
- Abdomen
Hepar : Tidak teraba
Lien : Tidak teraba
- Ekstremitas
Tidak ada kelainan
2
STATUS OFTALMOLOGIS
6/6 VISUS > 3/60Tidak dilakukan KOREKSI Tidak dilakukanTidak dilakukan SKIASKOPI Tidak dilakukanTidak dilakukan SENSUS COLORIS Tidak dilakukan
Kedudukan Normal BULBUS OCULI Kedudukan Normal Tidak ada kelainan SUPERSILIA Tidak ada kelainanTidak ada kelainan PARESE/PARALISE Tidak ada kelainanTidak ada kelainan PALPEBRA SUPERIOR Tidak ada kelainanTidak ada kelainan PALPEBRA INFERIOR Tidak ada kelainan
Tenang CONJUNGTIVAPALPEBRA
Tenang
Tenang CONJUNGTIVA FORNICES
Tenang
TenangCONJUNGTIVA BULBI
Hiperemis
Anikterik SCLERA AnikterikJernih CORNEA Keruh, defek (+),
infiltratSedang CAMERA OCULI
ANTERIORSedang
Gambaran kripta baik IRIS Kripta baikBulat,sentral,RC (+) PUPIL Bulat, RC (+)
Jernih LENSA Jernih
Tidak dilakukan FUNDUS REFLEKS Tidak dilakukanTidak dilakukan CORPUS VITREUM Tidak dilakukanNormal (palpasi) TENSIO OCULI Normal (palpasi)
Normal SISTEM CANALISLACRIMALIS
Normal
3
OCULUS DEKSTRA OCULUS SINISTRA
PEMERIKSAAN PENUNJANG (23 Juni 2005)
- Darah lengkap
Hb : 14 gr %
LED : 10 mm/jam
Leukosit : 7400 u/dl
Masa perdarahan : 2 menit
Masa pembekuan : 11 menit
Urea : 19 mg/dl
Creatinin : 0,9 mg/dl
GDS : 110 mg/dl
- Konsul spesialis radiologi :
Hasil konsul :
Foto toraks :
Tidak ada kelainan
- Konsul spesialis jantung :
Hasil Konsul :
Klinis baik, tidak ada kelainan
- Konsul spesialis anestesi :
Hasil konsul :
Setuju untuk ECCE + IOL dengan anastesi local
4
RESUME
Pasien laki-laki 61 tahun, datang dengan keluhan penglihatan yang kabur dan seperti
melihat awan pada mata kanannya sejak ± 3 bulan yang lalu . Keluhan tersebut
dirasakan bertambah dimana penglihatan pada mata kanannya semakin tidak jelas dan
buram sehingga mengganggu aktifitas sehari-hari terutama pada 1 bulan terakhir ini.
Pasien belum pernah berobat untuk keluhan ini. Pada mata kiri pasien tidak dapat
melihat sejak saat pasien berumur 25 tahun, menurut pasien pada mata kirinya tiba-
tiba berwarna putih dan mendadak tidak dapat melihat (riwayat trauma pada saat itu
disangkal pasien), dimana pasien sendiri tidak tahu penyebabnya. Riwayat sakit
kepala yang hilang timbul dan memakai kacamata untuk melihat jauh
disangkal.kencing manis dan darah tinggi disangkal.
Pada pemeriksaan status generalis dalam batas normal.
Status Oftalmologis VOD = 1/300, VOS = 0, Cornea OD : jernih, arcus senilis (+),
Cornea OS = putih ,lensa OD = keruh, shadow test (-), Lensa OS = sulit dinilai
PEMERIKSAAN ANJURAN
Funduscopy
Tonometri
Slit lam
DIAGNOSIS BANDING
-
DIAGNOSIS KERJA
Katarak Senilis mature OD + Leukoma kornea OS
PROGNOSIS
- Quo ad vitam : ad bonam
- Quo ad fungsionam : dubia ad bonam
- Quo ad sanationam : dubia ad bonam
5
PENATALAKSANAAN
ـ Ekstraksi katarak ekstrakapsular OD + pemasangan lensa intraocular dengan
anestesi local pada tanggal 1-Juli-2005.
ـ Medikamentosa post OP :
Amoksisilin 500 mg 3x 1
Asam Mefenamat 500 mg 3 x 1
Optixitrol ED 1gtt/ jam OD
- Anjuran-anjuran untuk pasien setelah post OP
Tidak boleh menundukkan kepala selama 1 bulan.
Mata tidak boleh terkena air selama 1 bulan.
Tidur terlentang.
Mata tidak boleh digosok-gosok
Tidak boleh mengangkat benda berat selama 1 bulan.
LAPORAN OPERASI
6
Tanggal : 1 Juli 2005
Operator : Dr . Yunita Sarah, SpM
1. Pasien dalam posisi tidur telentang pada meja operasi dalam posisi supine.
2. Mata kanan diteteskan Pantocaine 2% sebanyak 2 tetes
3. Dilakukan aseptik dan antiseptik dengan memakai betadine pada daerah mata
kanan.
4. Diberikan duk bolong dan duk steril pada mata kanan
5. Diberi anastesi retrobulber dengan lidocaine 2 % 3cc & marcaine 0,5 % 2 cc.
6. Dilakukan message pada OD lalu dipasang speculo
7. Dibuat jahitan kendali pada musculus rectus superior dengan siede 3.0
8. Dibuat insisi pada limbus superior 180°, perdarahan dirawat dengan kauter
9. Pada jam 12 limbus ditembus menuju COA
10. Dilakukan kapsulektomy anterior
11. Insisi limbus diperlebar pada tempat irisan
12. Limbus dibuka dengan gunting kornea
13. Nukleus lensa dikeluarkan dengan sendok lensa & hook musculus
14. Limbus dijahut dengan benang ethilon 10.0
15. Dimasukkan Cairan Visco elastis dalam COA
16. Dimasukkan lensa buatan dengan kekuatan 20,5 D
17. Dilakukan irigasi masa lensa dengan alat simco
18. Dilakukan insersi IOL, kemudian limbus dijahit kembali
19. Dimasukkan udara ke COA
20. Suntikan Gentamycin 0,5 cc dan Dexametason 0,2cc pada konjungtiva
fornix,lalu diberikan Gentamycin salep,tutup dengan kasa steril.
21. operasi selesai
7
FOLLOW UP
Tanggal 1 Juli 2005
Subjektif Kedua penglihatan sangat kabur
Objektif KU : Baik, compos mentis
TD : 130/80 mmHg
RR : 22 x/menit
Status Oftalmologis
Visus
Bulbus okuli
Palpebra superior
Palpebra inferior
Konjungtiva palpebra
Konjungtiva forniks
Konjungtiva bulbi
Sklera
Kornea
COA
Iris
Pupil
Lensa
OD
1/300
Kedudukan normal
Tidak ada kelainan
Tidak ada kelainan
Tenang
Tenang
Tenang
Anikterik
Jernih, arcus senilis (+)
Sedang
Gambaran kripti baik
Bulat, central, RC (+)
Keruh,Shadow test(-)
OS
0
Kedudukan normal
Tidak ada kelainan
Tidak ada kelainan
Tenang
Tenang
Tenang
Anikterik
Putih
Sulit dinilai
Sulit dinilai
Sulit dinilai
Sulit dinilai
8
Tanggal 2 juli 2005
(post op ECCE + IOL OD)
Subjektif Penglihatan masih agak kabur
Objektif KU : Baik, compos mentis
TD : 130/70 mmHg
RR : 24 x/menit
Status Oftalmologis
Visus
Bulbus okuli
Palpebra superior
Palpebra inferior
Konjungtiva palpebra
Konjungtiva forniks
Konjungtiva bulbi
Sklera
Kornea
COA
Iris
Pupil
Lensa
Hecting
OD
2/60
Kedudukan normal
Tidak ada kelainan
Tidak ada kelainan
Tenang
Tenang
Hiperemis
Anikterik
Jernih, arcus senilis (+)
Sedang
Gambaran kripti baik
Bulat, central, RC (+)
Pseudofakia
Baik
OS
0
Kedudukan normal
Tidak ada kelainan
Tidak ada kelainan
Tenang
Tenang
Tenang
Anikterik
Putih
Sulit dinilai
Sulit dinilai
Sulit dinilai
Sulit dinilai
Terapi Opcixitrol ED 1 tts/jam OD
Asam Mefenamat 500 mg 3 x 1
Amoksisilin 500 mg 3 x 1
9
Tanggal 4 Juli 2005
Subjektif Penglihatan mulai jelas
Objektif KU : Baik, compos mentis
TD : 120/80 mmHg
RR : 20 x/menit
Status Oftalmologis
Visus
Bulbus okuli
Palpebra superior
Palpebra inferior
Konjungtiva palpebra
Konjungtiva forniks
Konjungtiva bulbi
Sklera
Kornea
COA
Iris
Pupil
Lensa
Hecting
OD
>3/60
Kedudukan normal
Tidak ada kelainan
Tidak ada kelainan
Tenang
Tenang
Hiperemis
Anikterik
Jernih, arcus senilis (+)
Sedang
Gambaran kripti baik
Bulat, central, RC (+)
Pseudofakia
Baik
OS
0
Kedudukan normal
Tidak ada kelainan
Tidak ada kelainan
Tenang
Tenang
Tenang
Anikterik
Putih
Sulit dinilai
Sulit dinilai
Sulit dinilai
Sulit dinilai
Terapi Opicixitrol ED 1 tts/jam OD
Asam Mefenamat 500 mg 3 x 1
Amoksisilin 500 mg 3 x 1
Keterangan Penglihatan pasien membaik dan pasien diizinkan untuk
pulang. Kontrol 3 hari kemudian ke poli mata
Sebelum pulang pasien dikoreksi di poly mata
Hasil :
VOD : 6/12 + PH tak dapat dikoreksi
Diagnosa Akhir :
Pseudofakia OD + Leukoma Kornea OS
10
KATARAK SENILIS
Katarak senilis adalah kekeruhan lensa yang terdapat pada usia lanjut, yaitu diatas 50
tahun. Kedua mata dapat terlihat dengan derajat kekeruhan yang sama atau berbeda.
Pada katarak senilis akan terjadi degenerasi lensa secara perlahan-lahan, tajam
penglihatan akan menurun secara berangsur-angsur hingga tinggal proyeksi sinar saja.
Katarak senilis merupakan katarak yang terjadi akibat terjadinya degenerasi serat
lensa akibat proses penuaan.
Penyebab katarak senilis hingga saat ini tidak diketahui secara pasti, namun diduga
terjadi akibat :
Proses pada nukleus
Oleh karena serabut-serabut lensa yang terbentuk terlebih dahulu selalu
terdorong kearah tengah, maka serabut-serabut lensa bagian tengah akan
menjadi lebih padat (nukleus), mengalami dehidrasi, penimbunan ion calcium
dan sclerosis. Pada nukleus ini kemudian terjadi penimbunan pigmen. Pada
keadaan ini lensa menjadi kurang hipermetrop.
Proses pada korteks
Timbul celah-celah diantara serabut serat lensa, yang berisi air dan
penimbunan ion Ca sehingga lensa menjadi lebih tebal, lebih cembung dan
membengkak menjadi lebih miop.
Kekeruhan lensa dengan nukleus yang mengeras akibat usia lanjut yang biasanya
mulai terjadi pada usia lebih dari 60 tahun. Pada katark senilis sebaiknya singkirkan
penyakit mata lokal dan penyakit sistemik seperti Diabetes mellitus yang dapat
menyebabkan katarak komplikata.
Katarak senilis secara klinik dibagi dalam 4 stadium :
Katarak insipiens
Pada stadium ini terlihat hal-hal berikut :
Mulai dari tepi ekuator berbentuk jeriji menuju korteks anterior dan posterior
(katarak kortikal). Vakuol mulai terlihat didalam korteks.
11
Katarak subskapular posterior, kekeruhan mulai terlihat anterior subskapular
posterior celah terbentuk antara serat lensa dan korteks berisi jaringan
degeneratif (benda morgagni) pada katarak insipiens.
Kekeruhan ini mulai menimbulkan poliopia, karena indeks refraksi yang tidak
sama pada semua bagian lensa. Bentuk ini kadang-kadang menetap untuk
waktu yang lama.
Katarak Immatur
Kekeruhan yang belum mengenai seluruh lapisan lensa, sehingga masih
ditemukan bagian-bagian yang jernih. Pada katarak immatur dapat
menyebabkan bertambahnya volume lensa akibat meningkatnya tekanan
osmotik bahan lensa yang degeneratif. Pada keadaan lensa yang cembung akan
dapat menimbulkan hambatan pupil, sehingga terjadi Glaukoma sekunder.
Katark matur
Pada katark matur kekeruhan telah mengenai seluruh masa lensa. Kekeruhan
ini bisa terjadi akibat deposisi ion Ca yang menyuiluruh. Bila katarak immatur
atau katarak intumesens tidak dikeluarkan maka cairan lensa akan keluar
sehingga lensa kembali pada ukuran yang normal. Akan terjadi kekeruhan
seluruh lensa yang bila lama akan menyebabkan kalsifikasi lensa. Bilik mata
depan akan berukuran kedalaman normal, tidak terdapat bayangan iris pada
lensa yang keruh, sehingga uji bayangan iris negatif.
Katarak Hipermatur
Katarak yang mengalami proses degenerasi lanjut dapat menjadi keras atau
lembek atau mencair. Masa lensa berdegenerasi keluar dari kapsul lensa
sehingga lensa menjadi mengecil, berwarna kuning dan kering. Bila proses
katarak berjalan lanjut disertai dengan kapsul yang tebal maka korteks yang
berdegenerasi dan cair tidak dapat keluar, maka korteks akan memperlihatkan
bentuk sebagai sekantong susu disertai dengan nucleus yang terbenam didalam
kortekslensa karena lebih berat, stadium katarak ini disebut katarak morgagni.
Pada stadium ini juga terjadi degenerasi kapsul lensa sehingga bahan lensa
atau korteks lensa yang cair keluar dan masuk kedalam bilik mata depan.
Akibat bahan lensa keluar dari kapsul, maka akan timbul reaksi jaringan uvea
berupa uveitis. Bahan lensa ini juga dapat menutup jalan keluar cairan bilik
12
mata sehingga menimbulkan Glaukoma fakolitik. Pada stadium hipermatur
akan terlihat lensa yang lebih kecil normal, yang akan mengakibatkan iris
tremulans dan bilik mata depan terbuka. Pada ujian bayangan iris terlihat
positif walaupun seluruh lensa telah keruh, sehingga pada stadium ini disebut
uji bayangan iris pseudopositif. Bayangan iris yang terbentuk pada kapsul
lensa anterior yang telah keruh dengan lensa yang mengecil
Perbedaan stadium katarak senilis
Insipiens Immatur Matur Hipermatur
Kekeruhan Ringan Sebagian Seluruh Masif
Besar lensa Normal Lebih besar Normal Kecil
Cairan lensa Normal Bertambah
(air masuk)
Normal Berkurang
(air+massa lensa
keluar)
Iris Normal Terdorong Normal Tremulans
COA Normal Dangkal Normal Dalam
Sudut bilik mata Normal Sempit Normal Terbuka
(-) Glaukoma - Uveitis,
Glaukoma
Visus (+) < << <<<
Bayangan iris (-) (++) (-) (+/-)
13
Pengobatan Katarak Senilis
Tidak ada satupun obat yang dapat diberikan untuk katarak senilis kecuali tindakan
bedah. Tindakan bedah dilakukan bila telah ada indikasi bedah pada katarak senilis,
seperti: katarak telah mengganggu pekerjaan sehari-hari walaupun katarak belum
matur, katarak matur, dan katarak yang telah menimbulkan penyulit glaukoma.
Katarak senilis biasanya berkembang lambat selama beberapa tahun. Apabila
diindikasikan pembedahan, maka ekstraksi lensa akan memperbaiki ketajaman lensa.
Persiapan operasi katarak :
1. Tidak ada infeksi pada mata, seperti : Keratitis, konjungtivitis, blefaritis,
hordeolum dan kalazion.
2. Tekanan bola normal atau tidak ada glaukoma.
3. Keadaan umum harus baik.
4. Tidak batuk, terutama saat pembedahan.
5. Fungsi retina harus baik, yang diperiksa dengan tes proyeksi sinar, dimana
penderita dapat menentukan semua arah sinar yang menyinari.
Pemeriksaan sebelum operasi :
1. Gula darah.
2. Tekanan Darah.
3. Elektrokardiografi.
4. Riwayat alergi obat.
5. Pemeriksaan rutin medik lainnya dan bila perlu konsultasi untuk keadaan fisik
prabedah.
6. Tekanan bola mata.
7. Uji Anel.
8. Uji ultrasonografi scan A untuk mengukur panjang bola mata. Pada pasien
tertentu kadang-kadang terdapat perbedaan lensa yang harus ditanam pada
kedua mata. Dengan cara ini dapat ditentukan ukuran lensa yang akan ditanam
untuk mendapat kekuatan refraksi pascabedah.
9. Kelengkungan kornea dapat menentukan kekuatan lensa intraokuler yang akan
ditanam. Keratometri yaitu mengukur kelengkungan kornea dan bersama
14
pemeriksaan ultrasonografi dapat menentukan kekuatan lensa yang akan
ditanam.
Bedah katarak senilis dibedakan dalam bentuk ekstraksi lensa intrakapsular dan
ekstrakapsuler.
Ekstraksi Lensa Intrakapsuler (ICCE)
Mengeluarkan lensa secara bersama-sama dengan kapsul lensa. Penyulit pada saat
pembedahan yang dapat terjadi adalah :
1. Kapsul lensa pecah sehingga lensa tidak dapat dikeluarkan bersama-
sama kapsulnya. Pada keadaan ini terjadi ekstraksi lensa ekstrakapsuler
tanpa rencana karena kapsul posterior akan tertinggal.
2. Prolaps badan kaca pada saat lensa dikeluarkan.
Ekstraksi lensa Ekstrakapsuler (ECCE)
Dilakukan dengan merobek kapsul anterior lensa dan mengeluarkan nucleus lensa
dan korteks. Katarak ekstraksi ekstrakapsular dilakukan pada katarak senile bila
tidak mungkin dilakukan intrakapsular misal pada keadaan terdapatnya banyak
sinekhia posterior bekas suatu uveitis senhingga bila kapsul ditarik akan
mengakibatkan penarikan kepada iris yang akan menimbulkan perdarahan.
Ekstrakapsular sering dianjurkan pada katarak dengan myopia tinggi untuk
mencegah mengalirnya badan kaca yang cair keluar., dengan meninggalkan
kapsul-kapsul posterior untuk menahannya. Pada saat ini ekstrakapsular lebih
dianjurkan pada katarak senilis untuk mencegah degenerasi macula pasca bedah.
Penyulit yang mungkin timbul pada waktu melakukan operasi katarak :
1. Perdarahan
2. prolaps iris
3. Prolaps badan siliar
Penyulit yang timbul setelah operasi adalah :
1. Pada hari pertama dapat timbul peradangan.
2. Udara yang dimasukkan untuk membentuk COA masuk kebelakang iris
sehingga COA menjadi dangkal.
3. Prolaps iris.
4. Ablasi retina apabila prolaps ini dibiarkan pada hari keempat sampai kelima
dapat menyebabkan COA dangkal.
15
5. Sesudah prolaps iris, bila dibiarkan pada hari keempat sampai kelima, dapat
menyebabkan COA dangkal, kemudian dapat timbul ablasi retina akibat badan
siliar kedepan.
Fakofragmentasi dan Fakoemulsifikasi
Dengan irigasi atau aspirasi (atau keduanya) adalah teknik ekstrakapsular yang
menggunakan getaran ultrasonic untuk mengangkat nucleus dan korteks melalui
insisi limbus yang kecil sehingga mempermudah penyembuhan luka pasca operasi
Pada perjalanan katarak dapat terjadi punyulit. Yang tersering adalah glaukoma, yang
terjadi karena proses :
1. Fakotopik
2. Fakolitik
3. Fakotoksik
Penglihatan setelah pembedahan katarak
Bila lensa yang keruh telah dikeluarkan, maka diperlukan lensa pengganti untuk
memusatkan sinar kedalam mata. Jenis lensa pengganti dapat berupa lensa afakik atau
kacamata yang terletak didepan mata, lensa kontak, lensa intraokular.
Kacamata pascabedahKacamata ini sangat sederhana, aman dipergunakan dan tidak mahal. Memakai
kacamata ini memerlukan penyesuaian dahulu akibat dari sifat lensa yang
memperbesar bayangan 30%, penglihatan seakan-akan melihat dekat.
Kacamata ini sangat tebal dan berat, bahan plastik dapat dipergunakan untuk
mengurangi berat kacamata.
Lensa tanam intraokular Lensa jenis ini ditanam ke dalam mata. Pemasangan lensa ke dalam mata ini
memberikan beberapa keuntungan seperti :
Tidak perlu dibersihkan
Dilakukan satu kali pada saat pembedahan
Segera dapat menyesuaikan diri terhadap lingkungan karena lensa intraokular
menggantikan kedudukan lensa katarak yang dikeluarkan,
Pemasangan lensa intraokular tidak dianjurkan pada :
16
1. Anak yang terlalu kecil ( dibawah 3 tahun )
2. Uveitis menahun
3. Retinopati diabetik proliferatif berat
4. Glaukoma neovaskular
Perawatan Pasca Bedah
Segera setelah pembedahan, pasien akan diberi
Obat pengurang rasa sakit
Antibiotik
Pelindung untuk menutup mata
Selanjutnya diberi :
Obat tetes mata steroid, untuk mengurangi reaksi radang akibat tindakan bedah
Obat tetes yang mengandung antibiotik
Mata akan ditutup selama paling lambat 1 minggu. Untuk mendapatkan kaca mata
pasca bedah sebaiknya menunggu 8 minggu.
Terdapat beberapa hal yang boleh dan tidak boleh dilakukan setelah pembedahan.
Yang boleh dilakukan :
Memakai dan meneteskan obat seperti dianjurkan
Memakai penutup seperti yang dinasehatkan
Melakukan pekerjaan yang tidak berat
Yang tidak boleh dilakukan
Menggosok mata
Bungkuk terlalu dalam
Menggendong yang berat
Membaca yang berlebihan
Mengedan keras waktu buang air besar
Berbaring sisi mata yang baru dibedah
Terkena air
LEUKOMA KORNEA
17
Definisi : Kekeruhan atau sikatriks berwarna putih pada kornea dengan menempelnya
iris didataran belakang. Leukoma memberikan gangguan kosmetik dan visual. Pada
leukoma yang menutupi pupil dapat dilakukan iridektomy optis pada kornea yang
paling jernih, didaerah fisura palpebra, bila setelah dilakukan pemeriksaan visus
dengan midriatika memberikan perbaikan visus. Bila tidak ada lagi bagian yang jernih
dikornea maka dilakukan keratoplasti limbus, hasilnya baik bila kornea tak
mengandung panus
Tatuoge :
Dilakukan untuk menghindarkan kelainan kosmetik dan blendung pada leukoma.
Cara melakukannya :
Mula-mula dinerikan anastesi local dengan tetesan pantokain, kemudian kornea pada
tempat leukoma ditusuk-tusuk dengan jarum tatouage secara hati-hati, kemudian
tempat tersebut diberi jelaga atau tinta cina
Kontraindikasi :
- kornea yang tipis
- tekanan intraocular yang tinggi
Leukoma adherens :
Yakni leukoma yang disertai perlengketan iris pada kornea, akibat ulkus perforate
yang disertai dengan prolaps iris. Dengan adanya perlengketan iris pada kornea, maka
sudut coa pada tempat menjadi sempit sehingga aliran cairan coa dapat terganggu ,
menyebabkan tekanan intraocular meninggi (glaucoma sekunder). Karena itu pada
leukoma adherens jangan lupa mengukur tekanan intraokularnya. Bila glaucoma ini
tidak diobati dengan baik, maka jaringan kornea pada leukoma, tidak dapat menahan
tekanan intraocular yang tinggi, lalu menonjol, membentuk stafiloma kornea, tekanan
intraocular yang tinggi juga dapat menimbulkan kebutaan, bila dibiarkan karena dapat
mengadakan tekanan pula kepada retina dan N.II. leukoma adhrens dapat
mengganggu penglihatan. Visus dapat diperbaiki dengan melakukan iridektomi optis
pada tempat dimana kornea paling jernih, bila setelah diberikan midriatika visus
menjadi baik tetapi tidak disertai glaucoma sekunder. Bila disertai glaucoma sekunder
tekanan diturunkan dulu dengan pemberian diamox, bila tekanan sudah kembali
normal baru dilakukan iridektomi basalis sebagai iridektomi terapeutik. Dengan
18
demikian sudut coa menjadi lebih luas dan mata mendapat pupil baru, karena itu
iridektomi basalisnya pun dilakukan pada tempat kornea yang paling jernih.
19
DAFTAR PUSTAKA
1. Ilyas S. Katarak dalam penuntun ilmu penyakit mata, Edisi ke-2, Cetakan
ulang 2003, Balai penerbit FKUI, Jakarta, 2003. hal 133 – 137
2. Ilyas S, Mailangkung, H.B.B Taim H, Saman R. Katarak dalam ilmu penyakit
mata untuk dokter umum dan mahasiswa kedokteran, Edisi ke-2, Cetakan
pertama. Penerbit CV Sagung Seto, Jakarta 2002. Hal 148 – 152
3. Nana Wijaya. Katarak dalam ilmu penyakit mata, Cetakan ke-6. Hal 192 –
211.
4. prof. dr. h Sidarta Ilyas Sp.M ilmu penyakit mata FKUI, edisi ke-2, cetakan
pertama, Balai penerbit FKUI, Jakarta 2003, hal 27
5. Nana wijaya , kekeruhan pada kornea, cetakan ke-6 hal 85
20
top related