abstract · 2020. 8. 29. · nilai sekarang (present value approach) atau metode kapitalisasi laba...
Post on 09-Dec-2020
6 Views
Preview:
TRANSCRIPT
1
Pengaruh Profitabilitas, Leverage, Firm Size dan Keputusan Investasi
Terhadap Nilai Perusahaan
Liana Sari – lianasari89@gmail.com
Panubut S – panubut.perbanas.id
Abstract
Many previous researchers have conducted research on firm value. Some of these
research results show inconsistent results. This study aims to confirm how the
influence of profitability, level of debt, company size and investment decisions on
firm value by taking a company object with a relatively large asset value, namely
the mining sector. The period used is 5 (five) years, from 2014 to 2018. The
analytical test tool used is multiple linear regression. The results of statistical tests
illustrate that profitability has an effect on firm value. The level of debt has no
effect on firm value. Firm size has no effect on firm value. PER has an effect on
firm value. At the end, the researcher suggests that the following researchers add
other variables such as liquidity.
Keywords: Firm Value, Profitability, Leverage, Firm Size, Investment Decision
Abstrak
Telah banyak peneliti terdahulu melakukan penelitian terhadap nilai perusahaan.
Beberapa hasil penelitan tersebut menunjukkan hasil yang tidak konsisten.
Penelitian ini bertujuan untuk melakukan konfirmasi bagaimana pengaruh
profitabilitas, tingkat utang, ukuran perusahaan serta keputusan investasi terhadap
nilai perusahaan dengan mengambil objek perusahaan dengan nilai asset yang
tergolong besar yakni sektor pertambangan. Periode yang digunakan adalah
5(lima) tahun yakni dari tahun 2014 sampai dengan tahun 2018. Alat uji analisis
yang digunakan adalah regresi linier berganda. Hasil uji statistik menggambarkan
bahwa profitabilitas berpengaruh terhadap nilai perusahaan. Tingkat utang tidak
berpengaruh terhadap nilai perusahaan. Ukuran perusahaan tidak berpengaruh
terhadap nilai perusahaan. PER berpengaruh terhadap nilai perusahaan. Pada
bagian akhir peneliti memberikan saran agar peneliti berikut menambahkan
variable lain seperti likuiditas.
Kata kunci : Nilai Perusahaan, Profitabilitas, Leverage, Firm Size, Keputusan
Investasi
2
1. PENDAHULUAN
Persaingan industri mendorong upaya manajemen untuk senantiasa
melakukan terobosan dalam rangka survive maupun untuk mencapai
keunggulan. Berbagai inovasi dan pengamatan atas investasi
mempengaruhi nilai perusahaan, hal ini disebabkan karena pada saat
melakukan investasi, maka entitas harus memastikan bahwa investasi
tersebut akan memberikan return yang di ekpektasi. Begitu pula pada saat
entitas menarik minat para investor maupun potensial investor. Kepada
investor maupun calon investor mesti diberikan keyakinan bahwa nilai
perusahaan merupakan jaminan atas investasi yang mereka lakukan.
Nilai perusahaan dapat menggambarkan keadaan perusahaan. Menurut
Karnadi (1993) dalam Yangs (2011:1), bagi perusahaan yang sudah go
public, nilai perusahaan dapat ditentukan oleh mekanisme permintaan dan
penawaran di bursa, yang tercermin di listing price.
Nilai perusahaan menggambarkan seberapa baik atau buruk
manajemen mengelola kekayaannya, hal ini juga dapat dilihat dari
pengukuran kinerja keuangan yang diperoleh, suatu perusahaan akan
berusaha untuk memaksimalkan nilai perusahaannya. Peningkatan nilai
perusahaan dapat terjadi apabila ada kerja sama antara manajemen
perusahaan dengan pihak lain yang meliputi shareholder maupun
stakeholder dalam membuat keputusan keuangan dengan
memaksimumkan modal kerja. Peningkatan nilai perusahaan biasanya
ditandai dengan naiknya harga saham di pasar.
3
Nilai perusahaan diartikan sebagai harga yang dibayar oleh
investor seandainya suatu perusahaan akan dijual. Nilai perusahaan dapat
mencerminkan aset yang dimiliki seperti surat-surat berharga. Saham
merupakan salah satu surat berharga yang dikeluarkan oleh perusahaan,
tinggi rendahnya harga saham banyak dipengaruhi oleh emiten.
Menurut Jogiyanto (2003:88) dalam Nia Hardiyanti (2012:3) ada
dua macam analisis yang digunakan untuk menentukan nilai sebenarnya
dari suatu saham yaitu analisis fundamental (fundamental analysis) atau
analisis perusahaan (company analysis) dan analisis teknikal (technical
analysis). Analisis fundamental menggunakan data fundamental, yaitu
yang berasal dari laporan keuangan perusahaan sedangkan analisis
teknikal menggunakan data perdagangan (misalnya: harga dan volume
transaksi). Untuk analisis fundamental umumnya digunakan Pendekatan
Nilai Sekarang (Present Value Approach) atau Metode Kapitalisasi Laba
(Capitalization of Income Methode).
Present Value Approach menyatakan nilai intrinsik suatu saham
adalah nilai sekarang dari penjumlahan arus kas yang diharapkan akan
diterima oleh pemegang saham di masa yang akan datang. Arus kas
tersebut di diskontokan dengan menggunakan tingkat biaya modal (cost of
capital) yang mencerminkan tingkat resiko saham yang bersangkutan.
Bagi pemegang saham, arus kas yang diterima adalah dalam bentuk
dividen. Nilai intrinsik saham menunjukkan nilai sekarang dari seluruh
dividen yang akan dibayar perusahaan di masa yang akan datang.
4
Menurut Weston dan Copeland (1999) dalam Nia Hardiyanti (2012:4), ada
dua macam rasio penilaian yang digunakan untuk menentukan nilai
intrinsik suatu saham, yaitu: Price to Earning Ratio (PER), Market to
Book Ratio atau disebut Price to Book Value Ratio (PBV). Price book
value yang tinggi akan membuat pasar percaya atas prospek perusahaan ke
depan. Price book value (PBV) digunakan untuk menilai harga suatu
saham dengan membandingkan harga pasar saham dengan nilai buku
perusahaan (book value). Rasio ini menunjukkan bagaimana suatu
perusahaan mampu menciptakan nilai perusahaan relatif terhadap jumlah
modal yang diinvestasikan. Hubungan antara harga pasar saham dengan
nilai buku per lembar saham dapat juga dipakai sebagai pendekatan
alternatif untuk menentukan nilai suatu saham.
Investor atau calon investor akan tertarik pada tingkat keuntungan
(return) yang diharapkan untuk masa-masa mendatang relatif terhadap
risiko perusahaan tersebut. Yang paling menarik adalah perusahaan yang
mempunyai tingkat keuntungan tinggi, tetapi mempunyai tingkat risiko
yang rendah. Perusahaan akan tetap menarik apabila tambahan keuntungan
bisa mengkompensasi tambahan risiko yang muncul. Secara umum
biasanya investor bersifat tidak menyukai risiko (risk averse), sehingga
faktor tingkat keuntungan dan risiko harus dipertimbangkan. Pada Oktober
2018, tiga emiten yakni PT PP Tbk, PT AKRA Tbk dan PT MNCN Tbk
sahamnya pengalami kontraksi di kisaran 37% sampai 42%. Penurunan
tersebut disebabkan sentimen pasar saham yang kurang mendukung
5
kinerja ketiga saham tersebut. Padahal pada semester satu di tahun 2018
unit usaha MNC Group tersebut berhasil meraih pendapatan sebesar
Rp3,69 triliun atau tumbuh 2% jika dibandingkan periode yang sama di
tahun sebelumnya sebesar Rp3,63 triliun. Fenomena ini menggambarkan
meskipun perusahaan tersebut harga sahamnya turun, tidak menyusutkan
minat investor dan tidak mempengaruhi nilai perusahaan. Hal ini
dikarenakan perusahaan tersebut memiliki nama brand yang besar di pasar.
Sebaliknya terjadi pada perusahaan Apple yang harga sahamnya
berbanding lurus dengan revenues nya. Pada perdagangan Kamis, 3
Januari 2019 diberitakan harga saham apple anjlok hingga 10 persen di
pasar saham AS Wall Street, dimana hal ini sejalan dengan penurunan
penjualan produk, juga pemangkasan outlook pendapatan pada kuartal satu
tahun 2019. Terkoreksinya kembali harga saham apple, membuat kembali
perdagangan hari tersebut menjadi perdagangan terburuk apple sejak
Januari 2013 (sumber : www.ekonomi.kompas.com).
Faktor lain yang mempengaruhi nilai perusahaan adalah
profitabilitas merupakan rasio yang menunjukkan kemampuan perusahaan
untuk menghasilkan laba. Bila profitabilitas perusahaan baik maka para
stakeholders yang terdiri dari kreditur, supplier, dan juga investor akan
melihat sejauh mana perusahaan dapat menghasilkan laba dari penjualan
dan investasi perusahaan. Dengan baiknya kinerja perusahaan akan
meningkatkan pula nilai perusahaan. Profit yang tinggi akan memberikan
indikasi prospek perusahaan yang baik sehingga dapat memicu investor
6
untuk ikut meningkatkan permintaan saham. Selanjutnya permintaan
saham yang meningkat akan menyebabkan nilai perusahaan juga
meningkat.
Maksimalisasi kekayaan pemegang saham yang terefleksi dari
keputusan keuangan dan termanifestasi melalui keputusan pembiayaan
atau pendanaan dan investasi yang dilakukan oleh perusahaan dianggap
penting karena berhubungan dengan keberlangsungan hidup maupun
kesempatan berkembang bagi perusahaan. Kebijakan hutang dapat
mempengaruhi nilai perusahaan, perusahaan yang memiliki hutang tinggi
menunjukkan struktur permodalan lebih banyak dana yang dibiayai oleh
pinjaman sehingga ketergantungan perusahaan terhadap kreditur akan
meningkat, sehingga apabila perusahaan memperoleh laba usaha, maka
akan diserap untuk melunasi hutang dan akhirnya laba yang dibagikan
kepada pemegang saham akan semakin kecil yang berakibat investor
enggan membeli saham perusahaan tersebut, sehingga berakibat nilai
perusahaan tersebut akan turun.
Keputusan pendanaan bagi perusahaan untuk menggunakan utang
(leverage) dalam membiayai investasi diharapkan dapat meningkatkan
nilai perusahaan, tentu dengan ketentuan bahwa pengelolaan utang
tersebut mestilah tepat guna. Selain profitabilitas, tingkat utang dan
keputusan investasi, ukuran perusahaan sering juga digunakan sebagai
variabel independen terhadap nilai perusahaan.
7
Kesimpulan penelitian yang masih beragam tentang nilai perusahaan
mendorong dilakukannya penelitian replikasi ini.
Penelitian ini menggunakan variabel profitabilitas, leverage, ukuran
perusahaan dan keputusan investasi sebagai variable independen dan
varaiabel dependennya adalah nilai perusahaan.
2. LANDASAN TEORI
2.1 Teori Signalling (Signalling Theory)
Teori sinyal (signalling theory) pertama kali diperkenalkan oleh Spence
1973) yang mengemukakan bahwa laporan keuangan memberikan suatu informasi
dimana pihak pengirim (pemilik informasi) berusaha memberikan potongan
informasi relevan yang dapat dimanfaatkan oleh pihak penerima. Pihak penerima
kemudian akan menyesuaikan perilakunya sesuai dengan pemahamannya terhadap
sinyal tersebut karena informasi tersebut dapat saja menyampaikan informasi
positif ataupun informasi negatif. Tentunya sangat juga tergantung dari
pemahaman si penerima informasi.
2.2 Teori Keagenan (Agency Theory)
Teori keagenan dikemukakan oleh Jensen dan Meckling (1976) yang menyatakan
bahwa teori keagenan merupakan teori ketidaksamaan kepentingan antara
8
principal dalam hal ini para pemegang saham dan agen dalam hal ini adalah pihak
penyelenggara/manjemen.
Teori keagenan menganalisis kepentingan dan perilaku dari pihak yang
bertindak sebagai pembuat keputusan/manajemen terhadap pihak lain yang
bertindak sebagai pemberi wewenang (shareholders).
2.3. Teori Pecking Order
Teori ini dikenalkan oleh Donaldson pada tahun 1961 yang menunjukkan
kecenderungan perusahaan memilih pembiayaan berdasarkan hirarki sumber dana
yang paling disukai. Menurut teori ini bahwa terdapat kecenderungan bahwa
manajemen dalam memenuhi kebutuhan pendanaan lebih menyukai pendanaan
yang tidak berisiko lebih tinggi. Dengan demikian pendanaan internal cenderung
lebih diprioritaskan disbanding dengan pendanaan melalui utang.
2.4. Nilai Perusahaan
Nilai dapat diartikan sebagai sesuatu yang diinginkan jika berdampak
positif atau menguntungkan dan memudahkan pihak yang memperolehnya untuk
memenuhi kepentingan-kepentingannya yang berkaitan dengan nilai tersebut.
Sebaliknya, nilai merupakan sesuatu yang tidak diinginkan apabila sesuatu
tersebut bersifat negatif dalam arti merugikan dan menyulitkan pihak yang
memperolehnya untuk mempengaruhi kepentingan pihak tersebut.. Nilai
perusahaan merupakan persepsi investor terhadap perusahaan, yang sering
dikaitkan dengan harga saham dalam penelitian ini diproksikan dengan Price to
Book Value ( Brigham dan Houston 2011:171)
9
2.5. Pengembangan Hipotesis
Profitabilitas yang di proksikan dengan ROE (return on equity). ROE
mencerminkan tingkat hasil penembalian investasi bagi pemegang saham. ROE
yang tinggi mencerminkan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan
keuntungan yang tinggi, sehingga menjadi daya tarik yang kuat bagi para
pemegang saham maupun calon investor. Tingginya minat memperoleh saham
akan menjadi sentimen positip bagi kenaikan harga saham. Dengan demikian
patut diduga bahwa terdapat hubungan yang linier antara ROE dengan nilai
saham.
Semakin tingginya profitabilitas perusahaan juga akan meningkatkan laba
per lembar saham (EPS atau earning per share) perusahaan. Adanya peningkatan
EPS akan membuat investor tertarik untuk menanamkan modalnya dengan
membeli saham perusahaan. Dari uraian diatas maka disusun hipotesis sebagai
berikut:
H1 : Profitabilitas berpengaruh terhadap Nilai Perusahaan
Utang bukanlah sesuatu yang menakutkan, sepanjang pemanfaatan / pengelolaan
utang tersebut benar-benar mengikuti tata kelola yang mumpuni. Semakin
tingginya rasio leverage menunjukkan semakin besarnya dana yang disediakan
oleh kreditur. Hal ini dapat diartikan sebagai kesempatan berupa kepercayaan
yang diberikan oleh kreditur, tapi sekaligus juga sebagai potensi beban bagi
entitas yakni berupa bunga.
Dari uraian diatas , maka disusun hipotesis sebagai berikut:
10
H2 : Leverage berpengaruh terhadap Nilai Perusahaan
Semakin besar ukuran perusahaan, maka ada kecenderungan lebih banyak
investor yang menaruh perhatian pada perusahaan tersebut. Hal ini disebabkan
karena perusahaan yang besar cenderung memiliki kondisi yang lebih stabil.
Kondisi tersebut dapat menjadi pemicu terjadi sentimen positif terhadap harga
saham perusahaan di pasar modal. Investor memiliki ekspektasi yang besar
terhadap perusahaan besar baik berupa kenaikan harga saham maupun dividen
yang akan diterima.
Dari penjelasan tersebut maka disusunlah hipotesis sebagai berikut:
H3 : Firm Size berpengaruh terhadap Nilai Perusahaan
Keputusan investasi yang dilakukan oleh manajemen merupakan sinyal bagi
investor bahwa entitas tersebut sedang melakukan perluasan usaha, yang dapat
pula dimaknai bahwa terjadi pertumbuhan dalam entitas tersebut. Pertumbuhan
merupakan kabar baik bagi investor yang akan mendapatkan keuntungan lebih
baik di masa yang akan datang. Nilai positif dari investor tersebut yang akan
meningkatkan nilai perusahaan.
Dari penjelasan daitas, maka disusunlah hipotesis sebagai berikut :
H4 : Keputusan Investasi berpengaruh terhadap Nilai Perusahaan
3. METODE PENELITIAN
11
3.1 Pemilihan dan Pengumpulan Data
Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini diambil dari situs Bursa Efek
Indonesia (BEI), yaitu www.idx.co.id. Penelitian melalui laporan keuangan
perusahaan sektor pertambangan yang terdaftar pada periode 2014-2018 yakni
sebanyak 6(enam) emiten.
3.2 Pengukuran Variabel Operasional
1. Variabel Bebas (independent variable)
- Profitabilitas
Profitabilitas dalam penelitian ini di proksikan dalam Return on Equity (ROE).
ROE merupakan tingkat pengembalian atas ekuitas pemilik perusahaan. rasio
yang menunjukkan efisiensi penggunaan modal sendiri pada perusahaan tersebut.
Rasio ini sangat diminati oleh investor, karena ROE merupakan indikator
mengenai laba, karena semakin tinggi ROE maka semakin baik produktivitas aset
dalam memperoleh laba dan tingkat pengembalian akan semakin besar, sehingga
akan berdampak pada harga saham perusahaan tersebut. ROE dapat dihitung
dengan menggunakan rumus :
- Leverage
ROE =
Laba bersih
Ekuitas
12
Dalam penelitian ini, rasio yang digunakan untuk mengukur leverage
adalah debt to equity ratio (DER), karena DER mencerminkan kemampuan
perusahaan dalam menggunakan seluruh kewajibannya yang ditunjukkan oleh
berapa bagian modal sendiri yang digunakan untuk membayar utang.
Penggunaan utang yang tinggi juga menimbulkan risiko financial distress,
sehingga nilai perusahaan akan menurun. Dengan kata lain rasio ini untuk
mengetahui setiap rupiah modal sendiri yang dijadikan untuk jaminan utang.
Berikut merupakan formula dari rasio debt to equity ratio (DER) :
- Firm Size
Dalam penelitian ini ukuran perusahaan dinilai dengan mengkonversikan nilai
total asset dalam bentuk logaritma natural , hal ini dilakukan untuk mengurangi
perbedaan signifikan antara ukuran perusahaan yang terlalu besar dengan ukuran
perusahaan yang terlalu kecil. Maka dari itu ukuran perusahaan dirumuskan
sebagai berikut :
- Keputusan Investasi
Keputusan investasi dalam penelitian ini diproksikan dengan
menggunakan Price Earning Ratio (PER). PER mengindikasikan besarnya rupiah
yang harus dibayarkan investor untuk memperoleh satu rupiah earning perusahaan
Firm Size = Ln (Total Aktiva)
DER =
Total Utang x 100%
Modal
13
(Jogiyanto, 2013:147). Rumus yang digunakan untuk mengukur Price Earning
Ratio adalah sebagai berikut:
2. Variabel Terikat (dependent variable)
Variabel terikat yang digunakan dalam penelitian ini adalah nilai perusahaan.
Nilai perusahaan dalam penelitian ini diukur dengan menggunakan PBV ratio
(price book value ratio). Rasio ini bertujuan untuk membandingkan antara harga
saham di pasar dengan nilai buku perusahaan tersebut. Semakin rendah PBV
rasionya berarti harga saham tersebut murah atau berada dibawah harga
sebenarnya, namun hal itu juga dapat berarti ada sesuatu yang merupakan
kesalahan mendasar pada perusahaan tersebut. Price Book Value Ratio (PBV)
menggambarkan seberapa besar pasar menghargai nilai saham suatu perusahaan.
Rasio ini akan mengetahui nilai intrinsik dari saham tersebut dan menggambarkan
tingkat kepercayaan pasar terhadap perusahaan. Price Book Value Ratio diukur
dengan rumus :
PER =
Harga saham
earning per share
PBV = Harga Saham per Lembar Saham
Nilai Buku per Lembar Saham
14
3.3. Metode Analisis Data
Penelitian ini menggunakan data kuantitatif yang merupakan data
sekunder. Teknik analisis yang dipergunakan untuk mengolah data adalah analisis
linier berganda dengan memakai software SPSS versi 23.
Persamaan regresi linier berganda dengan satu variable terikat dengan
4(empat) variable bebas, dinyatakan sebagai berikut:
𝑌 = 𝑎 + 𝑏1𝑋1 + 𝑏2𝑋2 + 𝑏3𝑋3 + 𝑏4𝑋4 + 𝑒
Keterangan:
Y : Subyek dalam variabel terikat (Nilai Perusahaan)
ɑ : Konstanta
b1b2b3b4 : Koefisien regresi,
X1 : Profitabilitas
X2 : Leverage
X3 : Firm Size
X4 : PER
e : error
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil pengolahan data diperoleh sebagai berikut.
15
4.1 Analisis Statistik Deskrptif
Hasil Uji Statistik Deskriptif
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
Y=PBV 30 .22 3.38 1.0135 .84306
X1=ROE 30 .01 .33 .0968 .08943
X2=DER 30 .42 3.38 1.0533 .73632
X3=Ln Aktiva 30 26.62 30.82 28.8406 1.25773
X4=PER 30 .09 5.90 1.0626 1.14827
Valid N (listwise) 30
Sumber : SPSS 23, data diolah
Dari tabel diatas diketahui bahwa data yang digunakan dalam penelitian ini
sebanyak 30 data. Nilai minimum yang merupakan nilai terendah untuk setiap
variabel, sedangkan nilai maksimum merupakan nilaitertinggi untuk setiap
variabel dalam penelitian. Nilai mean merupakan nilai rata- rata dari setiap
variabel yang diteliti. Standar deviasi merupakan sebaran data yang digunakan
dalam penelitian yang mencerminkan data tersebut heterogen atau homogen yang
sifatnya fluktuatif. Beberapa penjelasan mengenai hasil perhitungan statistik
deskriptif diuraikan sebagai berikut:
1. Return On Equity (ROE)
Variabel ROE menunjukkan nilai minimum sebesar 0,01 dimiliki oleh PT
Ratu Prabu Energi, Tbk pada tahun 2016 dan nilai maksimum sebesar 0,33
dimiliki oleh PT Bukit Asam, Tbk pada tahun 2017. Sementara nilai
standar deviasi sebesar 0,8943 dan nilai rata-rata (mean) sebesar 0,968
16
sehingga mengindikasikan bahwa hasil sebaran data pada variabel ROE
baik karena nilai standar deviasi lebih kecil dibandingkan dengan nilai
rata-rata (mean).
2. Debt to Equity Ratio (DER)
Variabel DER menunjukkan nilai minimum sebesar 0,42 dimiliki oleh PT
Ratu Prabu Energi, Tbk pada tahun 2017 dan nilai maksimum sebesar 3,38
dimiliki oleh PT Citatah, Tbk pada tahun 2014. Sementara nilai standar
deviasi sebesar 0,73632 dan nilai rata-rata (mean) sebesar 1,0533 sehingga
mengindikasikan bahwa hasil sebaran data pada variabel DER baik karena
nilai standar deviasi lebih kecil dibandingkan dengan nilai rata-rata
(mean).
3. Log Natural Aktiva (Ln Aktiva)
Variabel Ln Aktiva menunjukkan nilai minimum sebesar 26,62 dimiliki
oleh PT Citatah, Tbk pada tahun 2014 dan nilai maksimum sebesar 30,82
dimiliki oleh PT Bukit Asam, Tbk pada tahun 2018. Sementara nilai
standar deviasi sebesar 1,25773 dan nilai rata-rata (mean) sebesar 28,8406
sehingga mengindikasikan bahwa hasil sebaran data pada variabel Ln
Aktiva baik karena nilai standar deviasi lebih kecil dibandingkan dengan
nilai rata-rata (mean).
4. Price Equity Ratio (PER)
Variabel PER menunjukkan nilai minimum sebesar 0,09 dimiliki oleh PT
Ratu Prabu Energi, Tbk pada tahun 2015 dan nilai maksimum sebesar 5,90
dimiliki oleh PT Radiant Utama Interinsco, Tbk pada tahun 2014.
17
Sementara nilai standar deviasi sebesar 1,14827 dan nilai rata-rata (mean)
sebesar 1,0626 sehingga mengindikasikan bahwa hasil sebaran data pada
variabel PER baik karena nilai standar deviasi lebih kecil dibandingkan
dengan nilai rata-rata (mean).
5. Price Book Value (PBV)
Variabel PBV menunjukkan nilai minimum sebesar 0,22 dimiliki oleh PT
Ratu Prabu Energi, Tbk pada tahun 2018 dan nilai maksimum sebesar 3,38
dimiliki oleh PT Bukit Asam, Tbk pada tahun 2014. Sementara nilai
standar deviasi sebesar 0,84306 dan nilai rata-rata (mean) sebesar 1,0135
sehingga mengindikasikan bahwa hasil sebaran data pada variabel PER
baik karena nilai standar deviasi lebih kecil dibandingkan dengan nilai
rata-rata (mean).
4.2. Uji Asumsi Klasik
Sebelum melakukan uji regresi berganda, terlebih dahulu dilakukan
pengujian asumsi klasik untuk mengetahui apakah hasil estimasi regresi yang
dilakukan, terbebas dari adanya gejala heteroskedastisitas, gejala
multikolonieritas, gejala autokorelasi, dan gejala normalitas.
4.3. Uji Normalitas Data
Distribusi data yang normal merupakan syarat dalam analisis parametik, untuk
mengetahui apakah data yang diambil berdistribusi normal atau tidak maka perlu
dilakukan uji normalitas. Uji normalitas dalam penelitian ini dilakukan dengan
analisis grafik dan uji statistik. Analisis grafik yaitu dengan melihat grafik
18
histogram dan dengan melihat Normal Probabilty (P-P Plot), Berikut hasil dari
pengujian dan penjelasannya :
Hasil Uji Normalitas dengan Histogram Normality
Sumber : SPSS 23, data diolah
Berdasarkan tampilan histogram pada gambar di atas menunjukkan
lonceng yang berarti bahwa data yang digunakan dalam penelitian ini
memiliki data yang terdistribusi normal dan dapat digunakan untuk pengujian
selanjutnya. Berdasarkan hasil grafik histogram normality gambar 4.3 dapat
disimpulkan bahwa kedua grafik ini menunjukkan bahwa model regresi
memenuhi asumsi normalitas, karena pada grafik histogram normality data
menunjukkan distribusi normal, dan pada probability plot data menyebar
disetiap garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal.
Uji normalitas dapat dilakukan dengan analisis Grafik P-Plot. Dengan
kriteria pengambilan keputusan sebagai berikut :
19
1) Jika data menyebar disekitar garis diagonal dan mengikuti arah diagonal,
maka model regresi memenuhi asumsi normalitas.
2) Jika data menyebar jauh dari garis diagonal atau tidak mengikuti arah
diagonal, maka model regresi tidak memenuhi asumsi normalitas.
Berikut adalah hasil uji normalitas dengan menggunakan probability plot yang
tampak pada gambar :
Hasil Uji Normalitas dengan Gambar Probabilty (P-P Plot)
Sumber : SPSS 23, data diolah
Gambar 4.2 diatas, maka dapat disimpukan bahwa uji normalitas dengan
P-P Plot diketahui bahwa titik-titik data menyebar di sekitar garis diagonal, serta
penyebaran mengikuti arah garis diagonal. Hal ini menunjukkan bahwa data yang
diteliti dalam model regresi memenuhi syarat asumsi normalitas.
20
Hasil Uji Normalitas
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized
Residual
N 30
Normal Parametersa,b Mean .0000000
Std. Deviation .46078448
Most Extreme Differences Absolute .099
Positive .099
Negative -.087
Test Statistic .099
Asymp. Sig. (2-tailed) .200c,d
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
c. Lilliefors Significance Correction.
d. This is a lower bound of the true significance.
Berdasarkan Tabel tersebut hasil uji Kolmogorov-Smirnov bahwa
besarnya nilai Kolmogorov-Smirnov adalah 0,99 dengan signifikasi sebesar 0,200
di mana > 0,05. Dengan demikian data terdistribusi normal.
4.4 Uji Heteroskedastisitas
Hasil Uji Heteroskedastisitas
21
Sumber : SPSS 23, data diolah
Berdasarkan Scatterplot pada gambar tersebut, terlihat bahwa titik-titik
menebar secara acak, tidak membentuk sebuah pola tertentu yang jelas, serta
menyebar baik diatas maupun di bawah angka 0 pada sumbu Y. Hal ini berarti
tidak terjadi heteroskedastisitas pada model regresi ini. Sehingga model regresi
layak digunakan dalam penelitian ini.
4.5 Uji Multikolinieritas
Uji Multikolinieritas adalah keadaan di mana antara dua variabel independen atau
lebih pada model regresi terjadi hubungan linier yang sempurna atau mendekati
sempurna. Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi di antara
variabel bebas. Salah satu cara untuk mendeteksi ada tidaknya multikolinearitas
dengan cara melihat nilai Tolerance (t) dan Variance Inflation Factor (VIF). Jika
Tolerance > 0.1 dan VIF < 10, maka tidak terjadi Multikolinearitas pada model
regresi. Hasil pengujian uji multikolinearitas dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
22
Hasil Uji Multikolinieritas
Coefficientsa
Model
Collinearity Statistics
Tolerance VIF
1 (Constant)
ROE .508 1.967
DER .523 1.913
LN AKTIVA .356 2.811
PER .796 1.257
a. Dependent Variable: Y=PBV
Sumber : SPSS 23, Data diolah
Tabel diatas memperlihatkan hasil pengujian multikolinieritas yang menunjukkan
bahwa tidak ada variabel independen yang memiliki nilai tolerance < 0.10. Hal
tersebut ditunjukkan dengan nilai tolerance untuk Return On Equity (ROE) senilai
0,508, Debt to Equity Ratio (DER) sebesar 0,523, Ln Aktiva senilai 0,356, Price
Earning Ratio (PER) sebesar 0,796. Sedangkan untuk hasil perhitungan nilai
Variance Inflation Factor (VIF) juga menunjukkan hal yang sama, tidak ada satu
variabel independen yang memiliki nilai VIF lebih dari 10. Hal tersebut
ditunjukkan dengan nilai VIF untuk Return On Equity (ROE) senilai 1,967, Debt
to Equity Ratio (DER) sebesar 1,913, Ln Aktiva senilai 2,811, Price Earning
Ratio (PER) sebesar 1,257. Jadi dapat disimpulkan bahwa tidak ada
multikolinieritas antar variabel independen dalam model regresi. Sehingga
penelitian dapat dilanjutkan.
4.6 Uji Autokorelasi
Uji Autokorelasi digunakan untuk menguji apakah dalam model regresi linear ada
korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pada
23
periode t1 (sebelumnya). Model regresi yang baik adalah regresi yang bebas dari
autokorelasi atau tidak terjadi autokorelasi.
Cara yang digunakan adalah uji Durbin-Watson (DW test) untuk
mendeteksi ada atau tidaknya autokorelasi, dimana uji DW hanya digunakan
untuk autokorelasi tingkat satu dan mensyaratkan adanya intercept (konstanta)
dalam model regresi dan tidak ada variabel lag diantara variabel independen.
Dengan ketentuan jika :
d <dL atau d > (4-dL) = terjadi autokorelasi.
dU<d<(4-dU) = tidak ada autokorelasi.
dL<d<dU atau (4-dU)<d<(4-dL) = tidak ada kesimpulan.
Berikut adalah hasil uji Autokorelasi dengan menggunakan DW :
Hasil Uji Autokorelasi
Model Summaryb
Model R R Square
Adjusted R
Square
Std. Error of the
Estimate Durbin-Watson
1 .837a .701 .653 .49628 2.377
a. Predictors: (Constant), X4=PER, X1=ROE, X2=DER, X3=LN AKTIVA
b. Dependent Variable: Y=PBV
Sumber : SPSS 23, Data diolah
Tabel diatas memperlihatkan bahwa nilai Durbin-Watson yang dihasilkan
dari model regresi adalah 2,377 selanjutnya jika dibandingkan dengan DW tabel
dengan tarif signifikan 5% pada jumlah n = 30 dan jumlah independen 4 (K=4)
maka diperoleh nilai dL = 1,1426 dan dU = 1,7386. Karena nilai DW terletak
diantara 4-dU < d < 4-dL (2,2614 < 2,377 < 2,8574) maka dapat disimpulkan
bahwa tidak ada kepastian atau kesimpulan yang pasti.
24
Untuk memberikan hasil kesimpulan yang lebih pasti, pengujian lebih
lanjut untuk mengetahui ada atau tidaknya autokorelasi menggunakan metode uji
run test. Berikut hasil pengujian run test :
Hasil Uji Run Test
Sumber : SPSS 23, Data diolah
Berdasarkan table diatas diketahui bahwa nilai Asymp.Sig. (2-tailed)
sebesar 0.853 lebih besar dari 0.05, maka dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat
gejala autokorelasi pada model regresi ini.
4.6 Analisis Regresi Berganda
Variabel independen yang diuji adalah Return On Equity (ROE), Debt to Equity
Ratio (DER), Log Natural Aktiva (Ln Aktiva) dan Price Earning Ratio (PER)
terhadap variabel dependen yaitu Price Book Value (PBV). Berikut adalah hasil
yang didapat dari tabel coefficient :
Runs Test
Unstandardized
Residual
Test Valuea ,01263
Cases < Test Value 15
Cases >= Test Value 15
Total Cases 30
Number of Runs 17
Z ,186
Asymp. Sig. (2-tailed) ,853
a. Median
25
Hasil Uji Analisis Regresi Linier Berganda
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized Coefficients
t Sig.
B Std. Error
Beta
1
(Constant) -6,498 3,556 -1,827 ,080
ROE 4,966 1,445 ,527 3,436 ,002
DER ,136 ,173 ,119 ,788 ,438
Ln Aktiva ,231 ,123 ,345 1,884 ,071
PER ,199 ,090 ,271 2,214 ,036
a. Dependent Variable: Y=PBV
Sumber : SPSS 23, Data diolah
Dari tabel di atas, maka dapat dibuat model persamaan regresi linier
berganda sebagai berikut :
Dijelaskan sebagai berikut:
1. Konstanta a = -6,498
Artinya nilai perusahaan (PBV) memiliki nilai -6,498 jika variabel-
variabel independen ROE (X₁),DER (X₂), Ln Aktiva (X₃), PER (X₄)
bernilai konstan atau 0, maka variabel dependen yaitu PBV bernilai negatif
sebesar -6,498.
2. X₁ = 4,966
Nilai koefisien regresi variabel ROE (X₁) bernilai positif, yaitu 4,966.
Artinya bahwa setiap penurunan ROE sebesar 1, maka PBV mengalami
peningkatan sebesar 4,966.
3. X₂ = 0,136
PBV = -6,498+4,966(X1)+0,136(X2)+0,231(X3)+0,199(X4)
26
Nilai koefisien regresi variabel DER (X₂) bernilai positif, yaitu 0,136.
Artinya bahwa setiap penurunan DER sebesar 1, maka PBV mengalami
peningkatan sebesar 0,136.
4. X₃ = 0,231
Nilai koefisien regresi variabel Ln Aktiva (X₃) bernilai positif, yaitu
0,231. Artinya bahwa setiap penurunan Ln Aktiva sebesar 1, maka PBV
mengalami peningkatan sebesar 0,231.
5. X₄ = 0,199
Nilai koefisien regresi variabel PER (X₄) bernilai positif, yaitu 0,199.
Artinya bahwa setiap penurunan PER sebesar 1, maka PBV mengalami
peningkatan sebesar 0,199.
4.7 Uji Hipotesis
Uji Koefisien Determinasi (R2)
Hasil Uji Koefisien Determinasi
Model Summaryb
Model R R Square
Adjusted R
Square
Std. Error of the
Estimate Durbin-Watson
1 ,837a ,701 ,653 ,49628 2,377
a. Predictors: (Constant), X4=PER, X1=ROE, X2=DER, X3=Ln Aktiva
b. Dependent Variable: Y=PBV
Sumber : SPSS 23, Data diolah
Dari tabel di atas diperoleh hasil analisis koefisien determinasi sebesar
0,653 atau 65,3%. Persentase tersebut menunjukkan bahwa pengaruh ROE, DER,
27
Ln Aktiva, dan PER terhadap PBV sebesar 65,3%, sedangkan sisanya 34,7%
dijelaskan oleh variabel lain yang tidak termasuk dalam permasalahan penelitian
ini, seperti rasio likuiditas (current ratio, quick ratio), rasio aktivitas (total asset
turnover) dan masih banyak faktor lainnya.
4.8 Pembahasan
Untuk mengetahui apakah variabel independen (ROE, DER, Ln Aktiva, dan PER)
secara parsial berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen (PBV) dengan
menggunakan uji t. Dengan tingkat signifikasi α= 0.05/2 = 0.025 dan df = (n-k-1)
dimana n = 30 , k =4, maka df = 30-4-1 = 25 diperoleh t-tabel sebesar 2,059.
Berdasarkan data yang diolah dalam penelitian ini, berikut hasil tabel uji
signifikasi parameter individual (uji t).
Hasil Uji Parsial (Uji t)
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized Coefficients
T Sig.
Collinearity Statistics
B Std. Error Beta Tolerance VIF
1 (Constant) -6.498 3.556 -1.827 .080
ROE 4.966 1.445 .527 3.436 .002 .508 1.967
DER .136 .173 .119 .788 .438 .523 1.913
LN AKTIVA .231 .123 .345 1.884 .071 .356 2.811
PER .199 .090 .271 2.214 .036 .796 1.257
a. Dependent Variable: Y=PBV
Sumber : SPSS 23, Data diolah
28
Dari tabel di atas dapat dianalisis sebagai berikut :
1) Pengaruh Return On Equity (ROE) terhadap Price Book Value (PBV)
Berdasarkan tabel diatas menunjukan bahwa variabel ROE mempunyai
nilai t-hitung lebih besar dari t-tabel (3,436 > 2,059) dan nilai signifikan
lebih kecil dari 0,05 (0,002 < 0,05) maka Ho1 ditolak dan Ha1 diterima.
Jadi kesimpulannya adalah Return On Equity (ROE) berpengaruh
signifikan secara parsial terhadap Price Book Value (PBV).
2) Pengaruh Debt to Equity Ratio (DER) terhadap Price Book Value
(PBV)
Berdasarkan tabel diatas menunjukan bahwa variabel DER mempunyai
nilai t-hitung lebih kecil dari t-tabel (0,788 < 2,059) dan nilai signifikan
lebih besar dari 0,05 (0,05 > 0,438) Ho2 diterima dan Ha2 ditolak. Jadi
kesimpulannya adalah Debt to Equity Ratio (DER) tidak berpengaruh
signifikan secara parsial terhadap Price Book Value (PBV).
3) Pengaruh Log Natural (Ln Aktiva) terhadap Price Book Value (PBV)
Berdasarkan tabel diatas menunjukan bahwa variabel Ln Aktiva
mempunyai nilai t-hitung kecil dari t-tabel (1,884 < 2,059) dan nilai
signifikan lebih besar dari 0,05 (0,05 > 0,071) Ho3 diterima dan Ha3
ditolak. Jadi kesimpulannya adalah Log Natural (Ln Aktiva) tidak
berpengaruh signifikan secara parsial terhadap Price Book Value (PBV).
29
4) Pengaruh Price Equity Ratio (PER) terhadap Price Book Value (PBV)
Berdasarkan tabel diatas menunjukan bahwa variabel PER mempunyai
nilai
t-hitung lebih besar dari t-tabel (2,214 > 2,059) dan nilai signifikan lebih
kecil dari 0,05 (0,036 < 0,05) maka Ho4 ditolak dan Ha4 diterima. Jadi
kesimpulannya adalah Price Equity Ratio (PER) memiliki pengaruh
signifikan secara parsial terhadap Price Book Value (PBV).
4.9 Uji Simultan (F)
Uji F dilakukan untuk mengetahui pengaruh variabel independen secara
simultan terhadap variabel dependen, apakah pengaruhnya signifikan atau tidak.
Hasil Uji Simultan (F)
ANOVAa
Model Sum of Squares Df Mean Square F Sig.
1 Regression 14.454 4 3.614 14.672 .000b
Residual 6.157 25 .246
Total 20.612 29
a. Dependent Variable: Y=PBV
b. Predictors: (Constant), X4=PER, X1=ROE, X2=DER, X3=LN AKTIVA
Sumber : SPSS 23, Data diolah
Berdasarkan hasil uji F pada table diatas dapat diketahui bahwa F hitung diperoleh
sebesar 14,672 dengan tingkat probabilitas atau signifikasi 0.000 yang memiliki
nilai lebih kecil dari 0,05 (0,000 < 0,05) dengan tingkat kepercayaan signifikansi
0,05. Nilai F tabel sebesar 2,76 sehingga F hitung > F tabel (14.672 > 2.76) ,
maka dapat disimpulkan bahwa H5 diterima artinya seluruh variabel independen
30
Profitabilitas (ROE), Leverage (DER), Firm Size (Ln Aktiva), dan Keputusan
Investasi (PER) secara simultan berpengaruh signifikan terhadap Nilai Perusahaan
(PBV).
SIMPULAN
Berdasarkan analisis yang telah dilakukan ternyata bahwa Return On Equity
(ROE) memiliki pengaruh signifikan terhadap Price Book Value (PBV). Begitu
juaga dengan variable PER berdasarkan hasil penelitian berpengaruh terhadap
nilai perusahaan. Sedangkan variable DER dan juga ukuran perusahaan tidak
berpengaruh terhadap nilai perusahaan pada perusahaan sektor pertambangan
tahun 2014 sampai dengan 2018.
Keterbatasan Penelitian
Jumlah entitas di sector pertambangan yang relative sedikitBerdasarkan pada
pengalaman langsung peneliti dalam , membuat keleluasaan dalam
mencari/menentukan besaran sampel. Selain itu dalam penelitian ini hanya
memanfaatkan analisis fundamental.
Saran
Berdasarkan keterbatasan yang sudah diungkapkan, maka dibagian akhir peneliti
memberi saran bagi peneliti berikutnya mencoba menggunakan variable likuiditas,
serta memanfaatkan sebisa mungkin analisis teknikal.
31
DAFTAR PUSTAKA
Brealey, R.A., Myers, S.C., dan Marcus, A.J. (2007). Dasar-Dasar Manajemen
Keuangan Perusahaan, Edisi Lima, Jilid Dua. Jakarta: Erlangga.
Brigham, Eugene F and Joel F.Houston, (2009). Dasar-Dasar Manajemen
Keuangan, alih bahasa Ali Akbar Yulianto, Buku satu, Edisi sepuluh, Jakarta:
Salemba Empat.
Fakhruddin, Hendy M. (2008). Go Public Strategi Pendanaan dan Peningkatan
Nilai Perusahaan. Jakarta: Penerbit Elex Media Komputindo.
Ghozali, Imam. (2013). Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program IBM
SPSS23, Edisi 8. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro.
Halim, Abdul. (2005). Analisis Investasi. Jakarta: Salemba Empat.
Manurung, Adler Haymans. (2012). Konsep dan Empiris Teori Investasi. Jakarta :
PT Adler Manurung Press.
Manurung, Adler Haymans. (2015). Teori Portofolio dan Analisis Investasi, Edisi
2.Tangerang Selatan: Universitas Terbuka.
Munawir. (2014). Analisa Laporan Keuangan, Edisi 15. Yogyakarta: Liberty.
Samsul, (2006). Pasar Modal dan Manajemen Portofolio. Jakarta : Erlangga.
Sawir, Agnes. (2004). Analisis Kinerja Keuangan dan Perencanaan Keuangan
Perusahaan. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.
Siregar, Syofian. (2017). Metode Penelitian Kuantitatif : Perhitungan Manual dan
SPSS. Jakarta: Prenada Media Group.
Sugiyono. (2010). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Jakarta:
Alfabeta.
Tandelilin, Eduardus. (2017). Pasar Modal Manajemen Portofolio & Investasi.
Yogyakarta: PT Kanisius.
Zubir, Zalmi. (2011). Manajemen Portofolio: Penerapannya dalam Investasi
Saham.Jakarta: Salemba Empat.
32
https://www.cnbcindonesia.com/market/20181001143857-17-35493/banyak-
sentimen-negatif-harga-3-saham-lq45-anjlok-lebih-35
https://www.cnbcindonesia.com/market/20180305142711-17-6266/laba-bersih-
naik-kenapa-saham-asii-tertekan
https://www.cnbcindonesia.com/market/20191108105326-17-113676/tahan-
ekspansi-emiten-ritel-kurangi-gerai-karyawan
https://www.cnbcindonesia.com/news/20180430124000-4-13006/akuisisi-t-
mobile-sprint-leverage-deutsche-telekom-naik
https://ekonomi.bisnis.com/read/20191216/47/1181742/minat-investasi-dan-
pembelian-properti-menurun
https://ekonomi.kompas.com/read/2019/01/04/062646826/saham-anjlok-nilai-
perusahaan-apple-jauh-dari-1-triliun-dollar-as
https://keuangan.kontan.co.id/news/awal-tahun-rasio-profitabilitas-buana-finance-
merosot
https://wartakota.tribunnews.com/2019/11/19/investor-asing-borong-saham-ihsg-
ditutup-menguat-berikut-penjelasan-analis-saham
http://www.citatah.co.id/
https://www.elnusa.co.id/
https://www.idx.co.id/
https://www.kompasiana.com/elisamj/59ef4d565c814a6514641732/rasio-
profitabilitas-dalam-analisis-fundamental-guna-pengambilan-keputusan-investasi
http://www.ptba.co.id/
http://radiant.co.id/
http://www.ratuprabuenergi.com/
http://www.timah.com/v3/ina/home/
https://www.wartaekonomi.co.id/read211603/rasio-leverage-naik-rating-soechi-
lines-turun-jadi-b-outlook-stabil.html
top related