abstrak -...
Post on 21-Feb-2018
231 Views
Preview:
TRANSCRIPT
ABSTRAK
Silvia Framita, 105011000117
Pengaruh Pelaksanaan Bimbingan dan Konseling Terhadap Prestasi Belajar Siswa kelas IX di SMPN 4 Ciputat. Skripsi Program Studi Pendidikan Agama Islam, Jurusan Pendidikan Agama Islam, Fakultas Ilmu Tarbiyah Dan Keguruan, Universitas Islam Negri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Pelaksanaan bimbingan dan konseling dewasa ini telah menjadi salah satu
pelayanan pendidikan yang dirasakan sangat diperlukan dan sudah merupakan bagian integral dari suatu program institusional yang disajukan di sekolah-sekolah. Melalui pelaksanaan bimbingan ini diharapkan siswa mampu bertindak dan bertingklah laku sesuai dengan tuntunan lingkungannya, baik lingkungan keluarga, sekolah maupun masyarakat. Pelaksanaan bimbingan dan konseling bertujuan untuk memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mengembangkan dan mengekspresikan diri sesuai dengan kebutuhan, bakat, dan minat peserta didik sesuai dengan kondisi sekolah. Kegiatan pengembangan diri difasilitasi oleh guru atau tenaga kependidikan melalui kegiatan ekstra kurikuler dan layanan bimbingan dan konseling yang berkenaan dengan masalah pribadi, kehidupan sosial, belajar, dan pengembangan karir peserta didik agar perkembangan peserta didik berjalan optimal.
Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh informasi objektif mengenai
bagaimanakah pelaksanaan bimbingan dan konseling terhadap prestasi belajar siswa kelas IX di SMPN 4 Ciputat.
Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan menggunakan deskriptif-analisis yang didukung teknik-teknik pengumpulan data dengan teknik pengambilan random sampling dengan bilangan ganjil genap. Jawaban angket tersebut dihitung dengan rumus prosentase kemudian diolah dan dijelaskan secara deskriptif. Kemudian untuk mengetahui tingkat korelasi antara kedua variabel tersebut data dianalisis dengan menggunakan koefisien korelasi product moment.
Dari hasil perhitungan dengan angka korelasi sebesar 0,524 dan dengan df
sebesar 90 diperoleh r tabel pada taraf 5% signifikan sebesar 0,207; sedangkan pada taraf 1 % diperoleh r tabel sebesar 0,270. Ternyata rxy (0,524) adalah lebih besar dari pada r tabel (yang besarnya 0,207 dan 0,270). Karena rxy lebih besar dari rtabel maka hipotesa alternatif (Ha) diterima dan hipotesa nihil (Ho) ditolak. Berarti terdapat korelasi yang positif antara variabel X dan variabel Y. Dan korelasi tersebut tergolong korelasi yang sedang/cukup kuat. Kemudian berdasarkan tingkat keeratan hubungan antara kedua variabel maka diketahui bahwa variabel X memberikan kontribusi yang cukup besar terhadap variabel Y. Hal ini dapat dilihat dari koefisien determinasinya sebesar 27,5%.
i
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur penulis penjatkab kehadirat Allah SWT, yang telah
melimpahkan nikmat, rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat
menyelesaikan tugas penyusunan skripsi ini tanpa ada halangan dan rintangan
yang berarti. Sholawat dan salam semoga Allah tetap melimpahkannya kepada
Nabi Muhammad SAW, dan para sahabatnya.
Dalam penelitan skripsi ini tidak begitu banyak kesulitanyang berarti yang
penulis hadapi, hal ini tentu tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak, baik yang
berupa sumbangan pikiran, motivasi maupun materi. Sehingga penyusunan skripsi
yang berjudul “Pengaruh Pelaksanaan Bimbingan dan Konseling Terhadap
Prestasi Belajar Siswa Kelas IX di SMPN 4 CIPUTAT” telah selesai dengan
baik. Selain skripsi ini untuk memenuhi persyaratan akademik meraih gelar
sarjana, mudah-mudahan juga dapat memberikan sumbangsih ilmu pengetahuan
kepada semua pihak, khususnya mereka para akademis untuk menambah
wawasan intelektualnya. Untuk itu dengan ketulusan hati penulis sampaikan
terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Bapak dekan Fakultas Ilmu tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
2. Ketua dan Sekretaris Jurusan Pendidikan Agama Islam UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
3. Bapak Prof. Dr. H. Salman Harun, M.A selaku dosen pembimbing
akademik, bapak Drs. Paimun selaku dosen pembimbing dalam penulisan
skripsi ini, dan bapak Dr. Khalimi, MA selaku penguji sidang munaqasah
yang meluangkan waktunya kepada penulis untuk memberikan petunjuk
dan pengarahan dengan penuh kesabaran dan keikhlasan sehingga penulis
selesai menyusun skripsi ini.
4. Bapak/ibu dosen dan karyawan/karyawati Fakultas Ilmu Tarbiyah dan
Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
5. Kepala sekolah, wakil kepala sekolah, guru-guru terutama guru mata
pelajaran Agama Islam dan Guru BK serta siswa-siswa SMP Negeri 4
ii
Ciputat yang telah memberikan izin untuk penelitian dan informasi
mengenai berbagai kelengkpan bahan yang dibutuhkan penulis dalam
sktipsi ini.
6. Ayahanda Drs. M. Nur Zein, MPd dan Ibunda Titin Sumarni tercinta,
terima kasih yang tak terhingga. Sebuah ucapan terima kasih yang tak
dapat penulis ungkapkan meskipun dengan ungkapan kata-kata terndah.
Yang tak pernah bosan dan henti-hentinya memberikan do’a dan kasih
sayang, materi serta semangat sehingga penulis tetap bisa berdiri tegar
menghadapi segala halangan dan rintangan.
7. Kasihku tercinta Yudi Sulaeman dan adik-adikku tersayang yaitu Alan
Budiman, Khaidar Ar Roni dan Ade Ayu Larassati yang selalu
memberikan dukungan, do’a, semangat dan kebersamaan. Ketulusan hati
kalian membawa kemudahan dan berkah dalam kehidupan penulis.
8. Teman-teman seperjuanganku (PAI C 2005), khususnya Rahma, Rani,
Isty, May, Vivit, Yona, Yayah, Iif, Tami, Echa, Sinta, Adhet, Dian, dan
Cici yang selalu memberikan dukungan kepada penulis sehingga dapat
menyelesaikan skripsi ini.
9. Seluruh rekan dan rekanita, dan seluruh pihak yang tak dapat penulis
sebutkan namanya satu persatu.
Akhirnya hanya kepada Allah SWT jualah penulis menghambakan diri dan
memohon pertolongan. Semoga skripsi ini memberikan manfaat bagi kita semua,
khususnya bagi penulis, dan pembaca pada umumnya. Jika ada yang benar dalam
tulisan ini adalah semata-mata datangnya dari Allah SWT dan apabila di
dalamnya terdapat suatu kesalahan, maka itu dari kekhilafan diri penulis sebagai
hamba Allah yang dhaif, mudah-mudahan maksud dan tujuan penulis dapat
tercapai sesuai dengan apa yang penulis harapkan dan cta-citakan, amiin….
Jakarta, Februari 2010
Penulis
iii
DAFTAR ISI
LEMBAR PERNYATAAN LEMBAR PENGESAHAN DOSEN PEMBIMBING LEMBAR PENGESAHAN PANITIA UJIAN ABSTRAK ......................................................................................................... i KATA PENGANTAR ....................................................................................... ii DAFTAR ISI...................................................................................................... iv DAFTAR TABEL ............................................................................................. vi BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah................................................................. 1 B. Identifikasi Masalah....................................................................... 4 C. Pembatasan Masalah ...................................................................... 5 D. Perumusan Masalah ....................................................................... 5 E. Tujuan dan Manfaat Penelitian ...................................................... 5
BAB II KAJIAN TEORITIS
A. Deskripsi Teoritik.......................................................................... 7 1. Pelaksanaan Bimbingan dan Konseling ................................... 7
a. Pengertian Bimbingan........................................................ 7 b. Pengertian konseling .......................................................... 9 c. Tujuan Bimbingan dan Konseling ..................................... 12 d. Fungsi Bimbingan dan Konseling...................................... 13 e. Prinsip-prinsip Bimbingan dan Konseling......................... 14 f. Pelayanan Bimbingan dan Konseling ................................ 15 g. Jenis-jenis Bimbingan dan konseling................................. 16 h. Pelaksanaan Bimbingan dan Konseling ............................. 18
2. Prestasi Belajar......................................................................... 24 a. Pengertian Prestasi Belajar................................................. 24 b. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar .......... 27
3. Siswa ........................................................................................ 32
a. Pengertian Siswa ................................................................ 32
iv
b. Pengertian Remaja ............................................................. 33
c. Ciri-ciri karakteristik Remaja............................................. 34
B. Kerangka Berfikir.......................................................................... 39
C. Hipotesa Penelitian......................................................................... 40
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Waktu dan Tempat Penelitian ........................................................ 41
B. Metode Penelitian .......................................................................... 41
C. Populasi dan Sampel ...................................................................... 42
D. Teknik Pengumpulan Data............................................................. 42
E. Instrumen Penelitian ...................................................................... 43
1. Definisi konseptual dan Definisi Operasional.......................... 43
2. Kisi-kisi instrumen Pelaksanaan Bimbingan dan Konseling ... 44
F. Teknik Pengolahan dan Analisa Data ........................................... 47
1. Teknik Pengolahan Data .......................................................... 47
2. Teknik Analisa Data................................................................. 48
G. Hipotesa Statistik ........................................................................... 50
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Data................................................................................ 51
B. Analisa dan interpretasi Data ......................................................... 52
1. Analisa dan Interpretasi Data Dengan Tabel Berdistribusi Frekuensi .................................................................................. 53
2. Analisa dan Interpretasi Data Dengan Menggunakan Rumus Korelasi Product Moment ........................................................ 71
C. Keterbatasan Penelitian.................................................................. 80
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan .................................................................................... 82
B. Saran............................................................................................... 82
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................84
LAMPIRAN-LAMPIRAN
v
DAFTAR TABEL
Tabel. 1 Kisi-kisi Instrumen Penelitian Bimbingan dan Konseling................ 44
Tabel. 2 Kisi-kisi Wawancara Bimbingan dan Konseling .............................. 46
Tabel. 3 Penetapan Skor Untuk Skala Layanan Bimbingan dan Konseling ... 47
Tabel. 4 Interpretasi secara kasar/sederhana ................................................... 49
Tabel. 5 Guru Bimbingan dan Konseling membantu memecahkan masalah
siswa.................................................................................................. 52
Tabel. 6 Guru Bimbingan dan Konseling memberikan bimbingan dan
konseling secara rutin...................................................................... 53
Tabel. 7 Guru Bimbingan dan Konseling cepat tanggap dalam membantu
memecahkan masalah siswa.............................................................. 54
Tabel. 8 Layanan konseling secara perorangan diberikan oleh guru BK
kepada kamu ..................................................................................... 54
Tabel. 9 Bila ada masalah yang tidak terpecahkan saya mengkonsultasikan
kepada guru Bimbingan dan Konseling .......................................... 55
Tabel. 10 Guru Bimbingan dan Konseling menyelenggarakan pula
bimbingan secara kelompok.............................................................. 56
Tabel. 11 Guru Bimbingan dan Konseling menyelenggarakan bimbingan
belajar................................................................................................ 56
Tabel. 12 Setelah mendapat bimbingan belajar, saya lebih mudah memahami
pelajaran ............................................................................................ 57
Tabel. 13 Guru Bimbingan dan Konseling memberikan informasi tentang
cara belajar yang baik........................................................................ 58
Tabel. 14 Guru Bimbingan dan Konseling menjelaskan bagaimana cara
mengatasi kesulitan-kesulitan yang berkaitan dengan mata
pelajaran tertentu............................................................................... 58
Tabel. 15 Pada waktu-waktu tertentu guru Bimbingan dan Konseling
mengadakanperlombaan mengenai bakat masing-masing siswa ...... 59
Tabel. 16 Layanan Bimbingan dan Konseling kepada siswa dilakukan secara
tuntas dan berkesinambungan ........................................................... 60
vi
Tabel. 17 Dalam pelaksanaan bimbingan dan konseling kerahasiaan saya
terjaga ............................................................................................... 61
Tabel. 18 Dalam pelaksanaan Bimbingan dan Konseling guru bimbingan dan
konseling menggunakan ruangan khusus.......................................... 61
Tabel. 19 Guru Bimbingan dan Konseling menjelaskan cara-cara
meningkatkan motivasi belajar kepada siswa ................................... 62
Tabel. 20 Guru Bimbingan dan Konseling menjelaskan cara-cara memahami
diri (kemampuan, bakat, minat belajar) ............................................ 63
Tabel. 21 Pada awal tahun pelajaran di sekolah diadakan MOS (Masa
Orientasi Siswa) ................................................................................ 64
Tabel. 22 Dalam layanan bimbingan dan konseling di sekolah, terdapat
layanan kunjungan ke rumah ............................................................ 64
Tabel. 23 Menjelang kelulusan di sekolah disediakan informasi tentang
sekolah menengah atas oleh guru bimbingan dan konseling ............ 65
Tabel. 24 Dalam pemecahan masalah siswa guru Bimbingan dan Konseling
bekerja sama dengan pihak orang tua (wali murid) .......................... 66
Tabel. 25 Guru Bimbingan dan Konseling dalam mengatasi/memecahkan
masalah, memberikan kesempatan kepada siswa menentukan
caranya sendiri .................................................................................. 67
Tabel. 26 Guru Bimbingan dan Konseling pernah melakukan himpunan
data/menggali keterangan untuk keperluan pengembangan siswa.... 68
Tabel. 27 Guru Bimbingan dan Konseling memberikan bimbingan tentang
cara mengerjakan tugas dengan baik.............................................. 68
Tabel. 28 Guru Bimbingan dan Konseling memberikan layanan
pembelajaran mengenai pola hidup sederhana yang sehat dan
gotong royong ................................................................................... 69
Tabel. 29 Guru Bimbingan dan Konseling pernah memberikan arahan
tentang cita-cita yang kamu inginkan ............................................... 70
Tabel. 30 Dalam rangka meningkatkan mutu, BK meminta informasi kepada
siswa tentang pelayanan bimbingan dan konseling selama ini ......... 71
vii
Tabel. 31 Analisa dan Interpretasi Data Dengan Menggunakan Rumus
Korelasi Product Moment ................................................................. 72
Tabel. 32 Skor Prestasi Belajar (Variabel Y).................................................... 73
Tabel. 33 Perhitungan untuk memperoleh angka indeks korelasi antara
Variabel X dan Variabel Y................................................................ 75
viii
ix
LAMPIRAN-LAMPIRAN
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan salah satu sarana untuk menghasilkan putra
putri bangsa yang cerdas dan berkompeten dalam setiap bidang yang
ditekuninya. Selain itu juga menghasilkan perubahan-perubahan yang positif
dalam pribadi siswa menuju kedewasaan, baik dalam tingkah laku, sikap
maupun cara berpikirnya.
Sekolah atau lembaga pendidikan sebagaimana telah diketahui
bertujuan untuk mempersiapkan dan menghasilkan tenaga untuk mengisi
formasi-formasi yang dibutuhkan oleh masyarakat atau pemerintah. Di tinjau
dari segi tujuan pendidikan nasional yang telah digariskan dalam Undang-
Undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003, tentang Sistem Pendidikan
Nasional, dikemukakan bahwa : “Pendidikan Nasional berfungsi
mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa
bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia
yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia,
sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang
sdemokratis serta bertanggung jawab”.1
1 UURI, SISDIKNAS, (Yogyakarta: Media Wacana Press, 2003) h.12
1
2
Setiap anak di Indonesia, berhak untuk mendapatkan pendidikan dan
pembelajaran. Karena belajar adalah kegiatan yang berproses dan merupakan
unsur yang sangat fundamental dalam setiap penyelenggaraan jenis dan
jenjang pendidikan.2
Akan tetapi apabila dilihat dari kenyataannya banyak sekali anak-anak
Indonesia yang tidak mendapatkan pendidikan yang pantas. Sekali pun ada,
masih dalam kondisi yang sangat memprihatinkan dan juga kekurangan-
kekurangan diberbagai aspek, yang hal tersebut akan mempengaruhi siswa
dalam pelaksanaan proses belajarnya. Kekurangan-kekurangan itu meliputi
segi intelektual latar belakang keluarga, fisik, cara atau metode belajar yang
digunakan agar lebih cepat memahami pelajaran, maupun dalam hal
menyalurkan bakat, minat dan kemampuan siswa itu sendiri.
Setiap manusia satu dengan lainnya tidak sama, baik dalam sifat
maupun kemampuannya. Ada yang sanggup mengatasi persoalan tanpa
bantuan pihak lain, tapi tidak sedikit manusia yang tidak mampu mengatasi
persoalan bila tidak dibantu orang lain. Begitu pula antara siswa yang satu
dengan yang lainnya pasti mempunyai sifat dan kebiasaan-kebiasaan yang
berbeda, sehingga menimbulkan prestasi yang berbeda pula.
Keberhasilan belajar merupakan salah satu faktor yang menjadi tujuan
utama dari keseluruhan proses pembelajaran di lembaga pendidikan.
Keberhasilan siswa dalam pembelajaran merupakan tolak ukur terhadap
kegiatan pembelajaran di sekolah. Hal tersebut dapat dilihat dari berbagai
mata pelajaran yang dinyatakan dalam bentuk penilaian hasil belajar dalam
sebuah buku laporan hasil pendidikan (rapor).
Keberhasilan belajar juga didukung oleh faktor yang berasal dari
dalam diri anak (internal) dan dari luar diri anak (ekternal).3Namun,
keberhasilan belajar tersebut dapat terhambat dikarenakan masalah-masalah
yang belum ada jalan keluarnya. Oleh karena itu sekolah sebagai suatu
2 Drs. Muhibbin Syah, M.Ed, Psikologi Pendidikan Suatu Pendekatan Baru, (Bandung:
PT. Remaja Rosdakarya, 1995), cet. 2, h.89 3 Kartini Kartono, Bimbingan Belajar di SMA dan Perguruan Tinggi, (Jakarta: CV.
Rajawali, 1985),cet. 1, h.1
3
lembaga pendidikan harus mampu menjembatani dan membantu siswanya
untuk mencoba memecahkan masalah yang dihadapinya, demi tercapainnya
keberhasilan dalam proses belajar mengajar, karena setiap siswa memiliki
pribadi yang berbeda, dan tidak semua mampu menanggung dan
menyelesaikan masalahnya sendiri.
Proses pembelajaran dapat diartikan bukan hanya mentransformasikan
ilmu pengetahuan, wawasan, pengalaman dan keterampilan kepada peserta
didik, melainkan juga menggali, mengarahkan dan membina seluruh potensi
yang ada dalam peserta didik, sesuai dengan tujuan yang direncanakan. Proses
pembelajaran tersebut harus berjalan dengan baik dan efektif yaitu proses
pembelajaran yang menyenangkan, menggembirakan, bergairah, penuh
motivasi tidak membosankan serta menciptakan kesan yang baik pada diri
peserta didik. Untuk mewujudkan keadaan yang demikian itu, maka proses
pembelajaran harus disertai dengan memelihara motivasi, kebutuhan-
kebutuhan, keinginan-keinginan, tujuan-tujuan, kesedihan-kesedihan dan
perbedaan-perbedaan perseorangan di antara peserta didik.4
Salah satu sarana untuk membantu siswa memecahkan masalahnya
adalah dengan mengadakan program Bimbingan dan Konseling di sekolah,
agar setiap siswa yang bermasalah dapat diketahui penyebabnya sehingga
dengan demikian siswa dapat terbantu.
Bimbingan adalah proses bantuan yang diberikan kepada individu,
agar ia memahami kemampuan-kemampuan dan kelemahan-kelemahannya
serta mempergunakan pengetahuan tersebut secara efekif di dalam
menghadapi dan mengatasi masalah-masalah hidupnya secara bertanggung
jawab.
Dalam hubungannya dengan pendidikan bimbingan merupakan bagian integral dalam program pendidikan dan merupakan pelengkap bagi semua segi pendidikan. Bimbingan membantu agar proses pendidikan berjalan dengan efisien, dalam arti cepat, mudah dan efektif. Sesuai dengan perumusan di atas,
4 Abuddin Nata, Pendidikan Dalam Perspektif Al-Qur’an, (Jakarta: UIN Press, 2005),
cet.1, h.225
4
bimbingan memilih bidang masalah yang dihadapi atau yang dialami oleh individu sebagai bidang operasinya.5
Diantara peran bimbingan dan konseling dalam bidang pendidikan
dimanifestasikan dalam bentuk membantu para peserta didik untuk
mengembangkan kompetensi religius, kompetensi kemanusiaan dan
kompetensi sosial, serta membantu kelancaran para peserta didik dalam
pengembangan kompetensi akademis dan profesional sesuai dengan bidang
yang ditekuninya melalui pelayanan bimbingan dan konseling.6
Berdasarkan pernyataan di atas, dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan
program Bimbingan dan Konseling sangat penting dan diperlukan untuk
membantu siswa mencapai tingkat perkembangan yang optimal, sesuai dengan
kemampuan dan dapat mengatasi segala kesulitan yang dihadapinya, agar
proses belajar dapat berjalan dengan lancar dan tercapai dengan baik.
Atas dasar itulah, penulis tertarik untuk menyusun skripsi dengan
judul:
“PENGARUH PELAKSANAAN BIMBINGAN DAN KONSELING
TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS IX DI SMP N 4
CIPUTAT”
B. Identifikasi, Pembatasan, dan Perumusan Masalah
1. Identifikasi Masalah
Permasalahan – permasalahan yang terkandung dalam judul skripsi, yaitu:
a. Program layanan bimbingan dan konseling di SMP N 4 Ciputat
b. Pelaksanaan program bimbingan dan konseling di SMP N 4 Ciputat.
c. Prestasi belajar siswa di SMP N 4 Ciputat.
d. Hambatan-hambatan pelaksanaan bimbingan dan konseling di SMP N
4 Ciputat.
e. Pengaruh pelaksanaan bimbingan dan konseling terhadap prestasi
belajar siswa di SMP N 4 Ciputat.
5 Kartini Kartono, Bimbingan dan Dasar-Dasar Pelaksanaannya, (Jakarta: CV. Rajawali,
1985),cet.1, h. 103 6 Hallen. A, Bimbingan dan Konseling, (Jakarta: Quantum Teaching, 2005),cet.3, h.52
5
2. Pembatasan Masalah
Dari beberapa permasalahan tersebut, penulis membatasinya
sebagai berikut:
a. Pelaksanaan bimbingan dan konseling di SMP N 4 Ciputat.
b. Prestasi belajar siswa di SMP N 4 Ciputat.
c. Pengaruh pelaksanaan bimbingan dan konseling terhadap prestasi
belajar siswa di SMP N 4 Ciputat.
d. Pelakanaan pelayanan bimbingan dan konseling difokuskan pada kelas
3 di SMP N 4 Ciputat.
3. Perumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dari pembahasan ini yaitu :
a. Bagaimanakah pelaksanaan bimbingan dan konseling yang diberikan
di SMP N 4 Ciputat?
b. Bagaimana prestasi belajar siswa di SMP N 4 Ciputat?
c. Adakah pengaruh pelaksanaan bimbingan dan konseling terhadap
prestasi belajar siswa di SMP N 4 Ciputat?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Dengan melihat pokok permasalahan di atas, maka tujuan yang
ingin diperoleh penulis dari skripsi ini adalah :
a. Untuk mengetahui pelaksanaan bimbingan dan konseling di SMP N 4
Ciputat.
b. Untuk mengetahui prestasi belajar siswa di SMP N 4 Ciputat.
c. Untuk mengetahui pengaruh pelaksanaan bimbingan dan konseling
terhadap prestasi belajar di SMP N 4 Ciputat.
2. Manfaat Penelitian
a. Dengan penelitian ini diharapkan dapat menjadi kontribusi pemikiran
bagi pihak yang ingin mengkaji lebih jauh lagi masalah ini.
6
b. Diharapkan penelitian ini dapat menjadi inspirasi baru yang
mendorong penulis untuk menindaklanjuti penelitian tersebut sehingga
dapat diupayakan wujud nyatanya.
c. Semoga penelitian ini dapat menjadi masukan untuk SMP N 4 Ciputat
khususnya, atau sekolah lain pada umumnya, sehingga dapat
diupayakan pelaksanaan program bimbingan dan konseling di sekolah
lebih ditingkatkan lagi
BAB II
KAJIAN TEORITIS
A. Deskripsi Teoritik
1. Pelaksanaan Bimbingan dan Konseling
a. Pengertian Bimbingan
Bimbingan dan konseling merupakan terjemahan dari
“guidance” dan “counseling” dalam bahasa Inggris. Secara harfiyah
istilah “guidance” dari akar kata “guide” berarti : (1) mengarahkan (to
direct), (2) memadu (to pilot), (3) mengelola (to manage), dan (4)
menyetir (to steer).1
Menurut Arthur J. Jones, et. al, 1970 tentang bimbingan yang dikutip oleh Drs. Dewa Ketut Sukardi, bahwa “bimbingan dapat diartikan sebagai bantuan yang diberikan oleh seseorang kepada orang lainnya dalam menetapkan pilihan dan penyesuaian diri, serta di dalam memecahkan masalah-masalah. Bimbingan bertujuan membantu penerimanya (siswa atau klien) untuk dapat bertumbuh dan berkembang secara bebas dan mampu bertanggung jawab terhadap dirinya sendiri.2
1 Dr. Syamsu Yusuf, L.N dan Dr. A. Juntuka Nurihsan, Landasan Bimbingan dan
Konseling, (Bandung : PT. Remaja Rosdakarya, 2005), cet. 1, h. 5 2 Drs. Dewa Ketut Sukardi, Bimbingan dan Konseling, (Jakarta: PT. Bina Aksara, 1988),
cet. 1, h. 8
7
8
Perbuatan yang lemah lembut tentu akan berdampak positif,
sebaliknya pernuatan yang kasar dan keras tentu akan dijauhi oleh
orang-orang sekelilingnya.
Hal tersebut sesuai dengan firman Allah SWT dalam surat Al-
Imran ayat 159:3
☺ ☺
⌧ ⌧ ⌧
⌧
☺
Artinya: Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu Berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. karena itu ma'afkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawaratlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, Maka bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya. (Q.S. Al-Imran: 159)
Ayat di atas sudah cukup jelas menerangkan bahwa sebuah
bimbingan tidak harus dilaksanakan dengan paksaan atau kekerasan,
melainkan dengan lemah lembut, penuh penghayatan, dan pendekatan
kemanusiaan, yang pada akhirnya tumbuh kesadaran dan tanggung
jawab pada diri klien.
Definisi bimbingan dalam proses pendidikan, menurut Abu
Ahmadi dan Ahmad Rohani bahwa bimbingan dalam proses
pendidikan adalah proses memberikan bantuan kepada siswa agar ia
sebagai pribadi memiliki pemahaman yang benar tentang dirinya
pribadi dan dunia sekitarnya, dan dapat mengambil keputusan untuk
3 Departemen Agama RI, Al-Hikmah, Alquran dan Terjemahnya, (Bandung: CV. Penerbit
Diponogoro, 2006), cet. 2, h. 103
9
melangkah lebih maju secara optimal dalam perkembangannya dan
dapat menolong dirinya sendiri dalam menghadapi dan memecahkan
masalahnya.4
Definisi bimbingan yang dikemukakan oleh Mortensen dan
Schmuller, 1976 yang dikutip oleh Prof. Dr. H. Prayitno, M. Sc. Ed
dan Drs. Erman Amti, “Bahwa bimbingan dapat diartikan sebagai
bagian dari keseluruhan pendidikan yang membantu meyediakan
kesempatan-kesempatan pribadi dan layanan staf ahli dengan cara
mana setiap individu dapat mengembangkan kemampuan-kemampuan
dan kesanggupannya sepenuh-penuhnya sesuai dengan ide-ide
demokratis”5
Berdasarkan beberapa definisi di atas, maka dapat disimpulkan
bahwa bimbingan dapat diartikan sebagai proses pemberian bantuan
kepada siswa agar siswa mampu membuat pilihan-pilihan secara
bijaksana dan mampu memahami potensi diri dan lingkungannya, serta
siswa dapat mengenal, memahami, menerima dirinya sendiri secara
positif dan konstruktif terhadap tuntutan kehidupan sehingga mencapai
kehidupan yang bermakna baik secara personal maupun sosial dalam
pengembangan dirinya secara optimal.
b. Pengertian Konseling
Secara etimologis, istilah konseling berasal dari bahasa latin,
yaitu “consilium” yang berarti “dengan” atau “bersama” yang
dirangkai dengan “menerima” atau “memahami”. Sedangkan dalam
bahasa Anglo- Saxon, istilah konseling berasal dari “sellan” yang
berarti “menyerahkan” atau “menyimpulkan”.
Konseling menurut Tolbert, 1959 yaitu “bahwa konseling
adalah hubungan pribadi yang dilakukan secara tatap muka antara dua
4 Abu Ahmadi dan Ahmad Rohani, Bimbingan dan Konseling di Sekolah, (Jakarta:
Rineka Cipta, 1998), cet. 1, h. 6 5 Prof. Dr. H. Prayitno, M. Sc. Ed dan Drs. Erman Amti, Dasar-Dasar Bimbingan dan
Konseling, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2004), cet. 2, h. 94
10
orang dalam mana konselor melalui hubungan itu dengan kemampuan-
kemampuan khusus yang dimilikinya, menyediakan situasi belajar”.
Dalam hal ini konseli dibantu untuk memahami diri sendiri,
keadaannya sekarang, dan kemungkinan keadaannya masa depan yang
dapat ia ciptakan dengan menggunakan potensi yang dimilikinya, demi
untuk kesejahteraan pribadi maupun masyarakat. Lebih lanjut konseli
dapat belajar bagaimana memecahkan masalah-masalah dan
menemukan kebutuhan-kebutuhan yang akan datang.6
Konseling merupakan salah satu bentuk hubungan yang
bersifat membantu. Makna bantu di sini yaitu sebagai upaya untuk
membantu orang lain agar ia mampu tumbuh ke arah yang dipilihnya
sendiri, mampu memecahkan masalah yang dihadapinya dan mampu
menghadapi krisis-krisis yang dialami dalam kehidupannya. Tugas
konselor adalah menciptakan kondisi-kondisi yang diperlukan bagi
pertumbuhan dan perkembangan klien.
Keefektifan konseling sebagian besar ditentukan oleh kualitas
hubungan antara konselor dengan kliennya. Dilihat dari segi konselor,
kualitas hubungan itu bergantung pada kemampuannya dalam
menerapkan teknik-teknik konseling dan kualitas pribadinya.
Khusus di sekolah, Boy dan Pine (Depdikbud, 1983: 14)
menyatakan bahwa tujuan konseling adalah membantu siswa menjadi
lebih matang dan lebih mengaktualisasikan dirinya, membantu siswa
maju dengan cara yang positif, membantu dalam sosialisasi siswa
dengan memanfaatkan sumber-sumber dan potensinya sendiri.
Persepsi dan wawasan siswa berubah, dan akibat dari wawasan baru
yang diperoleh, maka timbulah pada diri siswa reorientasi positif
terhadap kepribadian dan kehidupannya.7
6 Prof. Dr. H. Prayitno, M. Sc. Ed dan Drs. Erman Amti, Dasar-Dasar Bimbingan dan
Konseling, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2004), cet. 2, h. 99-101 7 Dr. Syamsu Yusuf, L.N dan Dr. A. Juntuka Nurihsan, Landasan Bimbingan dan
Konseling, (Bandung : PT. Remaja Rosdakarya, 2005), cet. 1, h.9
11
Islam pun memandang pentingnya sebuah konseling di dalam
kehidupan manusia seperti yang difirmankan Allah SWT, dalam surat
Yunus, ayat 57-58 :
⌦ ⌧ ☺
☺ ⌧
⌧
☺ ☺ Artinya: Hai manusia, Sesungguhnya telah datang kepadamu
pelajaran dari Tuhanmu dan penyembuh bagi penyakit-penyakit (yang berada) dalam dada dan petunjuk serta rahmat bagi orang-orang yang beriman. Katakanlah: "Dengan kurnia Allah dan rahmat-Nya, hendaklah dengan itu mereka bergembira. kurnia Allah dan rahmat-Nya itu adalah lebih baik dari apa yang mereka kumpulkan".8( Q.S. Yunus: 57-58)
Dari uraian di atas maka dapat diambil kesimpulan bahwa
pengertian bimbingan dan konseling secara umum adalah proses
pemberian tuntunan, bantuan atau pertolongan yang diberikan oleh
pembimbing atau konselor kepada klien atau konseli secara sistematis
melalui pertemuan tatap muka diantara keduanya, yang dimaksudkan agar
konseli dapat mengembangkan kemampuan atau kecakapan dalam melihat
dan menemukan masalah yang dialami serta dapat memecahkan
masalahnya sendiri sesuai dengan potensi yang dimilikinya serta dapat
menyesuaikan diri terhadap tuntunan hidup.
Bimbingan dan konseling selalu berhubungan dengan hal-hal yang
berkaitan dengan pengaruh kondisi psikis seseorang terhadap penyesuaian
dirinya di rumah atau di sekolah, serta kaitannya dengan kontak sosial
ataupun pekerjaan.
8 Departemen Agama RI, Al-Hikmah, Alquran dan Terjemahnya, (Bandung: CV. Penerbit
Diponogoro, 2006), cet. 2, h. 215
12
c. Tujuan Bimbingan dan Konseling
Menurut Rogers dan Smith, mereka mengatakan bahwa tujuan
proses membantu adalah untuk memperlancar dan mempermudah
perkembangan dan pertumbuhan psikologis terhadap kematangan kliennya
secara sosial. Untuk dapat memperlancar dan mempermudah pertumbuhan
psikologis kliennya helper (konselor) harus memiliki kegairahan produktif
dan ingin menghibur orang lainnya.
Apabila dihubungkan dengan tujuan bimbingan dalam setting
sekolah maka dapatlah dirumuskan tujuan program layanan bimbingan
sebagai berikut, yaitu:
1) Mengembangkan pengertian dan pemahaman diri siswa dalam
kemajuan di sekolah.
2) Memilih dan mempertemukan pengetahuan tentang dirinya dengan
informasi tentang kesempatan yang ada secara tepat dan bertanggung
jawab.
3) Mewujudkan penghargaan terhadap diri orang lain.
4) Mengatasi kesulitan dalam memahami dirinya.
5) Memahami lingkungan sekolah, keluarga dan masyarakat.
6) Mengidentifikasikan dan memecahkan masalah yang dihadapinya.
7) Menyalurkan dirinya baik dalam bidang pendidikan maupun dalam
bidang-bidang kehidupan lainnya.9
WS. Winkel membedakan tujuan bimbingan dan konseling dalam
dua bagian, yaitu “tujuan sementara dan tujuan akhir”. Tujuan sementara
ialah agar seseorang dapat bersikap dan bertindak sendiri dalam situasi
hidupnya sekarang ini. Tujuan akhir ialah agar seseorang mampu
mengatur kehidupannya sendiri, mengambil sikap sendiri, mempunyai
9 Drs. Dewa Ketut Sukardi, Bimbingan dan Konseling, (Jakarta: PT. Bina Aksara, 1988),
cet. 1, h. 11
13
pandangannya sendiri, dan menanggung sendiri konsekuensi atau resiko
dari tindakan-tindakan yang dilakukannya.10
d. Fungsi Bimbingan dan Konseling
Dalam kelangsungan perkembangan dan kehidupan manusia,
berbagai pelayanan diciptakan dan diselenggarakan. Masing-masing
pelayanan itu berguna dan memberikan manfaat untuk memperlancar dan
memberikan dampak positif sebesar-besarnya terhadap kelangsungan
perkembangan dan kehidupan itu, khususnya dalam bidang tertentu yang
menjadi fokus pelayanan yang dimaksud.
Fungsi suatu pelayanan dapat diketahui dengan melihat kegunaan,
manfaat, ataupun keuntungan yang diberikan oleh seorang konselor. Suatu
pelayanan dapat dikatakan tidak berfungsi apabila ia tidak memperlihatkan
kegunaan ataupun tidak memberikan manfaat atau keuntungan tertentu.
Adapun fungsi- fungsi bimbingan dan konseling, sebagai berikut:11
1) Fungsi Pemahaman
Fungsi pemahaman yaitu membantu peserta didik (siswa) agar
memiliki pemahaman terhadap dirinya (potensinya) danlingkungannya
(pendidikan, pekerjaan, dan norma agama). Berdasarkan pemahaman
ini, individu diharapakan mampu mengembangkan potensi dirinya
secara optimal, dan menyesuaikan dirinya dengan lingkungan secara
dinamis dan konstruktif.
2) Fungsi Pencegahan
Fungsi pencegahan yaitu upaya konselor untuk senantiasa
mengantisipasi berbagai masalah yang mungkin terjadi dan berupaya
untuk mencegahnya, supaya tidak dialami oleh peserta didik.
Melalui fungsi ini, konselor memberikan bimbingan kepada
siswa tentang cara menghindari diri dari perbuatan atau kegiatan yang
membahayakan dirinya.
10 W.S. Winkel, Bimbingan dan Konseling di Sekolah Menengah, ( Jakarta: PT.
Gramedia, 1985), cet. 5, h. 17 11 Prof. Dr. H. Prayitno, M. Sc. Ed dan Drs. Erman Amti, Dasar-Dasar Bimbingan dan
Konseling, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2004), cet. 2, h. 196 – 197
14
3) Fungsi Pengentasan
Fungsi pengentasan yaitu fungsi bimbingan yang bersifat kuratif. Fungsi ini berkaitan erat dengan upaya pemberian bantuan kepada siswa yang telah mengalami masalah, baik menyangkut aspek pribadi, sosial, belajar, maupun karir.12
4) Fungsi Pemeliharaan Fungsi pemeliharaan yaitu memelihara segala sesuatu yang
baik yang ada pada diri individu, baik hal itu merupakan pembawaan maupun hasil-hasil perkembangan yang telah dicapai selama ini.13
5) Fungsi Pengembangan
Fungsi pengembangan yaitu fungsi bimbingan dalam membantu siswa untuk melampaui proses dan fase perkembangan secara wajar.14
e. Prinsip-prinsip bimbingan dan konseling
Dalam perencanaan dan pelaksanaan bimbingan perlu diperhatikan
hal-hal berikut:
1) Bimbingan harus merupakan bagian integral (terpadu) dari proses
pendidikan di sekolah
2) Pelayanan bimbingan dilakukan secara terus menerus
3) Bimbingan dan penyuluhan berpusat pada siswa, artinya harus sesuai
dengan kebutuhan siswa
4) Bimbingan tidak bersifat memerintah, melainkan memberikan
masukan kepada siswa, dan keputusan terakhir dalam proses
bimbingan dintentukan oleh siswa yang dibimbing.
5) Dalam pelaksanaan bimbingan para petugas bimbingan hendaknya
mempergunakan berbagai pendekatan dan teknik yang tepat dalam
melaksanakan tugasnya.15
12 Dr. Syamsu Yusuf, L.N dan Dr. A. Juntuka Nurihsan, Landasan Bimbingan dan Konseling, (Bandung : PT. Remaja Rosdakarya, 2005), cet. 1, h. 16
13 Prof. Dr. H. Prayitno, M. Sc. Ed dan Drs. Erman Amti, Dasar-Dasar Bimbingan dan Konseling, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2004), cet. 2, h. 215
14 Drs. Dewa Ketut Sukardi, Bimbingan dan Konseling, (Jakarta: PT. Bina Aksara, 1988), cet. 1, h. 12
15
6) Bimbingan dan konseling dimaksudkan untuk anak-anak, orang
dewasa, dan orang-orang yang sudah tua.
7) Sebaiknya semua usaha pendidikan adalah bimbingan sehingga alat-
alat dan teknik mengajar juga sebaiknya mengandung suatu dasar
pandangan bimbingan.
8) Supaya bimbingan dapat berhasil dengan baik dibutuhkan pengertian
yang mendalam mengenai orang yang dibimbing.
9) Fungsi bimbingan ialah menolong orang supaya berani dan dapat memikul tanggung jawab sendiri dalam mengatasi kesukaran yang dialaminya, yang hasilnya dapat berupa kemajuan daripada keseluruhan pribadi orang yang bersangkutan.
10) Akhirnya yang tidak boleh dilupakan ialah bahwa berhasil atau tidaknya sesuatu bimbingan sebagian besar tergantung kepada orang yang minta tolong itu sendiri, pada kesedihan dan kesanggupan dan proses-proses yang terjadi dalam diri orang itu sendiri.16
f. Pelayanan Bimbingan dan Konseling
Pelayanan-pelayanan yang dapat dilaksanakan di sekolah, antara
lain sebagai berikut:
1) Layanan Pengumpulan Data
Layanan pengumpulan data yaitu kegiatan dalam bentuk pengumpulan
data, pengolahan dan penghimpunan berbagai informasi tentang
peserta didik beserta latar belakangnya.
2) Layanan Informasi
Layanan informasi yaitu layanan yang memberikan sejumlah informasi
kepada peserta didik.
3) Layanan Penempatan
15 Drs. H. Paimun, Bimbingan dan Konseling, (Jakarta: Universitas Islam Negeri, 2006),
h.21-22 16Prof. Dr. Bimo Walgito, Bimbingan dan Konseling ( studi dan karir), (Yogyakarta: CV.
Andi offset, 2005 ), cet. 2, h. 29-30
16
Layanan penempatan yaitu layanan untuk membantu peserta didik agar
memperoleh wadah yang sesuai dengan potensi yang dimiliki peserta
didik.
4) Layanan Konseling
Layanan konseling yaitu layanan kepada peserta didik yang
menghadapi masalah-masalah pribadi melalui teknik konseling.
5) Layanan Referal
Layanan referal yaitu layanan untuk melimpahkan kepada pihak lain
yang lebih mampu dan berwenang, apabila masalah yang ditangani itu
diluar kemampuan dan kewenangan personil atau guru pembimbing di
sekolah tersebut.
6) Layanan Penilaian dan Tindak Lanjut
Layanan penilaian dan teknik tindak lanjut yaitu layanan untuk menilai
keberhasilan usaha bimbingan yang telah diberikan. Sekaligus secara
tidak langsung layanan ini dapat berfungsi untuk menilai keberhasilan
program pendidikan secara keseluruhan. Hasil penilaian ini selanjutnya
dianalisis dan direncanakan tindak lanjut bimbingan berikutnya.17
Langkah tindak lanjut adalah merupakan suatu langkah penentuan
efektif tidaknya suatu usaha penyuluhan yang telah dilaksanakan.
Langkah ini merupakan langkah membantu siswa (klien) melakukan
program kegiatan yang dikehendaki atau membantu siswa kembali
memecahkan masalah-masalah baru yang berkaitan dengan
masalahnya semula.18
g. Jenis-jenis Bimbingan dan Konseling
Bimbingan terhadap anak dilakukan untuk sesuatu tujuan tertentu
yang ingin dicapai. Tentunya bermacam-macam bentuk bimbingan yang
harus diberikan sedemikian rupa , sehingga tujuan tersebut akan tercapai.
17 H. Achmad Juntika Nurihsan dan Akur Sudianto, Manajemen Bimbingan dan
Konseling di SMA, kurikulum 2004, (Jakarta: PT. Grasindo Anggota IKAPI, 2005), cet. 1, h. 19-20 18 Drs. Dewa Ketut Sukardi, Proses Bimbingan dan Penyuluhan, (Jakarta: PT. Rineka
Cipta, 1995), cet. 1, h. 85-86
17
Sesuai dengan masalah yang akan dihadapi oleh seorang siswa,
maka macam bimbingan dapat dibagi dalam:
1) Bimbingan Pengajaran dan Belajar
Bimbingan pengajaran dan belajar, dengan tujuan memecahkan
persoalan berhubung dengan masalah belajar anak sekolah di sekolah
dan di luar sekolah
Dengan bimbingan belajar diharapakan siswa melakukan
penyesuaian yang baik dalam situasi belajar seoptimal mungkin, sesuai
dengan kemampuan-kemampuan yang ada padanya.
2) Bimbingan Pendidikan
Bimbingan pendidikan bertujuan untuk membantu siswa dalam
menghadapi dan memecahkan masalah dalam bidang pendidikan.19
Bimbingan ini menitikberatkan pemberian bantuan kepada
individu siswa dalam usahanya mencapai keberhasilan untuk
menguasai berbagai mata pelajaran dan nilai-nilai yang tercantum
dalam kurikulum yang sedang berlaku.20
3) Bimbingan Sosial
Bimbingan sosial bertujuan membantu siswa dalam mengatasi
kesulitan-kesulitan dalam kehidupan sosialnya, sehingga ia mampu
mengadakan hubungan-hubungan sosial dengan baik.
4) Bimbingan Masalah Pribadi
Bimbingan masalah pribadi bertujuan membantu siswa
mengatasi masalah pribadi, sebagai akibat kurang kemampuannya
siswa untuk mengadakan penyesuaian diri dengan aspek-aspek
perkembangan, keluarga, persahabatan, belajar, cita-cita, konflik
pribadi, sosial, seks dan lain-lainnya.
5) Bimbingan dalam Menggunakan Waktu Senggang
19 Drs. Ny. Y. Singgih D. Gunarsa dan Dr. Singgih D. Gunarsa, Psikologi Untuk
Membimbing, (Jakarta: Gunung Mulia, 1987), cet. 5, h. 34-35 20 Drs, Juhana Wijaya, Psikologi Bimbingan, (Bandung: PT. ERESCO, 1988),cet. 1, h.
98-99
18
Bimbingan dalam menggunakan waktu senggang yaitu
bertujuan membantu siswa dalam mengisi waktu senggang, juga
dilakukan secara individual, karena setiap siswa mempunyai bakat dan
ciri kelemahan dan kekuatan yang berbeda-beda.
Bimbingan diberikan dalam hal pengisian waktu senggang
dengan kegiatan-kegiatan yang dapat menunjang prestasi-prestasi di
sekolah maupun di bidang lain dalam pekerjaan dan rekreasi yang
sehat serta bermanfaat.
6) Bimbingan Pekerjaan
Bimbingan pekerjaan bertujuan memberikan penerangan
mengenai pekerjaan dan tugas-tugas apakah yang tercakup dalam
pekerjaan tersebut.
Bagi anak-anak yang sudah meningkat dewasa, perlu diberikan
penerangan-penerangan mengenai pekerjaan yang dapat dipilihnya
kelak, meliputi macam-macam pekerjaan, tugas-tugas dan tanggung
jawab dalam pekerjaan masing-masing.21
h. Pelaksanaan Bimbingan dan Konseling
Pelaksanaan bimbingan dan konseling merupakan salah satu
komponen (bagian) dari keseluruhan penyelengaraan pendidikan di
sekolah atau lembaga-lembaga pendidikan yang mempunyai strategi dasar
sebagian tempat berpijak bagi pelaksanaan bantuan/pelayanan yang harus
diberikan kepada siswa yang bersangkutan yang memiliki masalah.
Dengan demikian jelaslah bagi kita bahwa pelaksanaan bimbingan dan
konseling ialah suatu proses pemberian bantuan/pelayanan kepada siswa
pada setiap jenjang sekolah, dengan memperhatikan kemungkinan-
kemungkinan dan kenyataan tentang adanya kesulitan yang dihadapi siswa
dalam rangka mengembangkan pribadinya secara optimal. Sehingga siswa
dapat memahami tentang diri, mengarahkan diri, serta perilaku atau
21 Drs. Ny. Y. Singgih D. Gunarsa dan Dr. Singgih D. Gunarsa, Psikologi Untuk
Membimbing, (Jakarta: Gunung Mulia, 1987), cet. 5, h. 36-38
19
bersikap sesuai dengan tuntutan keadaan lingkungan sekolah, keluarga dan
masyarakat. Bantuan mana yang diberikan dengan melalui cara-cara yang
efektif yang bersumberkan pada ajaran agama serta nilai-nilai agama yang
ada pada diri pribadinya.22
Langkah ini pada pokoknya merupakan seperangkat kegiatan yang
telah diprogramkan secara terpadu, menyeluruh, terencana dan
berkelanjutan. Pelaksanaan bimbingan dan konseling di sekolah meliputi
beberapa aspek di antaranya:
a. Persiapan penyusunan program bimbingan dan konseling
Dalam persiapan penyusunan program bimbingan dan
konseling di sekolah, langkah-langkah yang harus dilalui diantaranya
meliputi:
1) Studi Kelayakan. dalam studi kelayakan perlu dipertimbanglan
beberapa aspek diantaranya sarana dan prasarana. Dari hasil
pengkajian tersebut beberapa kesimpulan (a)Suatu kegiatan layak
diksanakan, b) suatu kegiatan layak dilaksanakan, c) kegiatan layak
dilaksanakan.
2) Penyususnan Program. Program bimbingan dan konseling di
sekolah di laksanakan secara terpadu, menyeluruh, terencana dan
berkelanjutan. Setiap tahun ajaran sekolah hendaknya menyusun
program bimbingan dan konseling yang selaras dengan program
sekolah secara keseluruhan.
3) Penyediaaan fasilitas Bimbingan dan konseling. Bimbingan dan
konseling sebagai suatu sistem akan membutuhkan ruang dan
waktu serta perlengkapan. Dalam penerapannya keadaan untuk
pelaksanaan bimbingan dan konseling nini tidak selalu memadai
suatu hal yang lumrah pada hampir semua kegiatan. Fasilitas yang
perlu disediakan dalam rangka pelaksanaan bimbingan dan
konseling adalah:
22 Kartini kartono, Bimbingan dan dasar-dasar pelaksanaan, (Cv. Rajawali, 1985), cet. 1,
h.6
20
a) Fasilitas Fisik berupa
1. Menetapkan ruangan khusus untuk keperluan bimbingan
dan konseling dari bangunan sekolah yang ada.
2. Memanfaatkan ruang-ruang kegiatan lain untuk
kepentingan bimbingan dan konseling saat tidak dipakai.
3. Memanfaatkan lapangan, halaman atau lahan kosong
sekolah untuk kegiatan bimbingan dan konseling.
4. Menyediakan ruang penyimpanan hasil-hasil pelaksanaan
bimbingan dan konseling.
5. Menyiapkan ruangan sumber bimbingan dan konseling
6. Menetapkan ruang khusus untuk penyuluhan
7. Menyediakan alat-alat perlengkapan ruangan bimbingan
dan konseling yang memadai, seperti papan pengumuman,
almari, meja, kursi dan sebagainya
b) Fasilitas teknis. Penyediaan fasilitas teknis meliputi seperti tes
psikologi, angket, kuesioner, inventori dan buku paket
bimbingan dan konseling dan buku tugas bimbingan dan
konseling serta sumber-sumber informasi, seperti: Klasifikasi
Jabatan Indonesia (KJI).
c) Penyediaan anggaran. Anggaran yang perlu dipersiapkan di
antaranya untuk pos-pos: pembiayaan personil, pengadaan dan
pengembangan alat-alat teknik, biaya operasional dan biaya
riset.
4) Pengorganisasiaan. Dalam pelaksanaan bimbingan dan konseling
di sekolah perlu diorganisasikan semua kegiatan bimbingan dan
konseling. Pengorganisasian bertujuan mengatur cara kerja,
prosedur, kerja, dana pola kerja atau mekanisme kerja kegiatan
bimbingan dan konseling. Unsur-unsur yang terlibat dalam
pelaksanaan bimbingan dan konseling di sekolah ialah kepala
21
sekolah, koordinator BP beserta guru BP lainnya, wali kelas, guru
mata pelajaran, orang tua, pejabat dan tokoh masyarakat, serta
unsur-unsur yang terkait.
5) Pertemuan petugas Bimbingan dan Konseling dengan Staf Sekolah
yang terkait. Mengadakan pertemuan antara petugas bimbingan
dan konseling dengan staf sekolah lainnya yang terkait pihak-pihak
yang lain meliputi: pertemuan insidentil, pertemuan rutin, dan
pertemuan khusus.
6) Menerapkan instrumen, paket bimbingan dan konseling.
Pengadaan instrumen, paket BK dan sumber informasi mengenai
bimbingan dan konseling dilakukan dengan cara:
a) Menugaskan pada setiap siswa untuk membeli paket bimbingan
dan konseling yang telah diterbitkan oleh penerbit.
b) Menggunakan paket BK yang sama jumlahnya dengan banyak
siswa secara mandiri.
c) Mengadakan paket BK terbatas untuk satu atau dua kelas saja
(LKS) digandakan sesuai dengan jumlah siswa masih mengenai
pendidikan, perguruan tinggi dan sebagainnya.
d) Menyediakan informasi, seperti informasi mengenai
pendidikan, perguruan tinggi dan sebagainnya.
e) Instrumen tentang bakat dan minat.
b. Pelaksanaan program bimbingan dan konseling
Pelaksanaan program bimbingan dan konseling di sekolah
meliputi beberapa sapek, diantaranya:
1) Layanan informasi, kepada: siswa, guru bidang studi, wali kelas,
orang tua/wali, instansi, masyarakat. Layanan informasi dalam
pelaksanaan bimbingan dan konseling memegang peranan penting,
karena informasi merupakan suatu proses yang dinamis dalam
menuju suatu sasaran pengetahuan, dengan layanan informasi akan
secara langsung bisa membantu para siswa untuk memahami
22
dirinya dalam kaitannya dengan dunia kerja, pendidikan, sosial dan
masalah-masalah kemasyarakatan lainnya.
2) Pengaturan jadwal kegiatan pelaksanaan tugas siswa. Pengaturan
jadwal kegiatan pelaksanaan tugas siswa adalah merupakan
seperangkat kegiatan berupa pengaturan jadwal pemberian tugas
kepada siswa sehingga para siswa di sekolah tetap dapat
melakukan tugas-tugas intrakurikuler, kokurikuler dan
ekstrakurikuler, disamping melaksanakan tugas-tugas dalam
melaksanakan bimbingan dan konseling.
3) Ceramah dari tokoh berkarir. Dalam memberikan informasi tentang
karir dapat pula diberikan atau dilakukan dengan mengundang
orang-orang atau tokoh-tokoh berkarir tertentu ke sekolah-sekolah
untuk memberikan ceramah.
4) Kunjungan pengumpulan informasi di berbagai perusahaan atau
pun perguruan tinggi (PTN/PTS) dari lapangan pekerjaan.
Kunjungan pengumpulan informasi dapat diartikan sebagai suatu
bentuk kegiatan mendapatkan berbagai keterangan yang
bersangkut paut dengan kehidupan, dunia kerja, pendidikan, dan
instansi-instansi atau perusahaan-perusahaan yang dikunjungi.
5) Membuat peta dunia kerja di lingkungan daerahnya. Kegiatan
dalam pelaksanaan penyusunan program bimbingan karir di
sekolah-sekolah kiranya terlebih dahulu perlu dibuat peta dunia
kerja.
6) Konsultasi/konseling. Konseling yang dimaksud disini ialah suatu
proses pemberian bantuan kepada siswa secara individu agar dapat
memilih program studinya di sekolah secara tepat. Konseling
merupakan teknik bimbingan yang dilaksanakan memulai
pendekatan individu dalam rangkaian wawancara konseling.
23
c. Program penilaian dan tindak lanjut dalam bimbingan dan konseling
Penilaian dan tindak lanjut dalam bimbingan dan konseling
adalah seperangkat kegiatan untuk mengetahui tingkat keberhasilan
pelaksanaan bimbingan dan konseling dalam upaya untuk mengatasi
berbagai bentuk hambatan yang dihadapi dan dijumpai dalam
pelaksanaan bimbingan dan konseling. Kegiatan penilaian dan tindak
lanjut dalam bimbingan dan konseling meliputi:
1) Penilaian hasil kegiatan bimbingan dan konseling di kelas dan
tindak lanjutnya, meliputi:
a) Menilai sampai seberapa jauh para siswa mampu memilih
secara tepat program studi pilihan yang sesuai dengan minat
dan bakatnya.
b) Menilai sampai seberapa jauh siswa memiliki motivasi untuk
berprestasi.
c) Mengadakan follow-up studies terhadap lulusan, terutama
berkaitan dengan kelanjutan studi dan proses memasuki dan
mengembangkan karirnya.
d) Membuat kemungkinan-kemungkinan perbaikan program
bimbingan dan konseling.
2) Penilaian hasil kegiatan bimbingan dan konseling di ruang
bimbingan dan tindak lanjutnya, diantaranya:
a) Menilai seberapa jauh dilaksanakan koordinasi pelaksanaan
bimbingan dan konseling.
b) Menilai keberhasilan mekanisme kerja antara pihak-pihak yang
terlibat dalam pelaksanaan bimbingan dan konseling.
c) Menilai seberapa banyak data-data siswa yang telah terkumpul,
diolah, dan bermanfaat dalam menunjang pelaksanaan
bimbingan dan konseling.
d) Menilai keberhasilan penyusunan program bimbingan dan
konseling baik yang dilaksanakan di kelas maupun di luar
sekolah.
24
e) Mengadakan follow-up studies terhadap pelaksanaan program
bimbingan dan konseling yang telah disusun.
f) Mengadakan kemungkinan perbaikan program.
3) Penilaian hasil kegiatan bimbingan dan konseling di luar sekolah
dan tindak lanjut, diantaranya:
a) Menilai sampai seberapa jauh dapat dikumpulkannya
informasi-informasi yang dalam kegiatan bimbingan dan
konseling.
b) Menilai hasil-hasil kegiatan siswa yang telah terkumpul berupa
laporan kegiatan.
c) Menilai sampai seberapa jauh sekolah dapat melaksanakan orientasi atau latihan kerja bagi para siswa di instansi/masyarakat.
d) Memonitoring terhadap siswa yang melakukan orientasi atau latihan kerja.
e) Menilai sampai seberapa jauh dalam dimanfaatkannya sumber yang tersedia di masyarakat.
4) Penilaian program bimbingan dan konseling secara keseluruhan
dan tindak lanjutnya. Kegiatan tersebut merupakan seperangkat kegiatan untuki mengetahui sampai seberapa jauh tingkat keberhasilan keseluruhan bimbingan dan konseling dan usaha-usaha untuk mengatasinya. Biasanya penilaian dan tindak lanjutnya diselenggarakan pada akhir masa program.
2. Prestasi Belajar
a. Pengertian Prestasi Belajar
Prestasi belajar merupakan istilah yang sudah lazim dalam dunia
pendidikan, meskipun ini merupakan predikat yang masih umum dan luas
penggunaanya. Istilah prestasi belajar diberikan kepada keadaan yang
25
menggambarkan tentang hasil yang optimal dari suatu aktivitas belajar,
sehingga arti prestasi belajar tidak bisa dipisahkan dari pengertian belajar.
Oleh karena itu, akan dikemukakan pengertian dari masing-masing
kedua kata tersebut.
Prestasi artinya hasil yang telah dicapai dari yang telah
dilakukan.23
Prestasi adalah merupakan suatu bukti keberhasilan usaha yang
telah dicapai.24
Menurut M. Ngalim Purwanto prestasi adalah merupakan “sesuatu
yang digunakan untuk menilai hasil belajar yang diberikan kepada siswa-
siswanya atau dosen kepada mahasiswanya dalam waktu tertentu”.25
Hilgard mengatakan : “Learning is the prosses by which an activity
originates or is changed through training procedures (Whether in the
laboratory or in the natural environment) as distinguished from changes
by factory not attributable to training”. Belajar adalah proses yang
melahirkan atau mengubah suatu kegiatan melalui jalan latihan (apakah
dalam laboratorium atau dalam lingkungan alamiah) yang dibedakan dari
perubahan-perubahan oleh faktor-faktor yang termasuk latihan, misalnya
perubahan karena mabuk atau minum ganja bukan termasuk hasil
belajar.26
Definisi belajar mengandung pengertian bahwa belajar adalah
perubahan perilaku seseorang akibat pengalaman yang ia dapat melalui
pengamatan, pendengaran, membaca dan meniru.27
Menurut pengertian secara psikologis, belajar merupakan suatu
proses perubahan yaitu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari interaksi
23 Drs. Yandianto, Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Bandung: M2S, 1996), cet. 1, h. 454 24 Drs. Dewa Ketut Sukardi, Bimbingan dan Konseling, (Jakarta: PT. Bina Aksara, 1988),
cet. 1, h.51 25 M. Ngalim purwanto, Teknik-Teknik Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: Nasco, 1997),h. 6 26 Prof. Dr. S. Nasution, M.A, Didaktik Asas-Asas Mengajar, (Jakarta: Bumi Aksara,
1995), cet.2, h. 35 27 Drs. Martinis Yamin, M.Pd, Strategi Pembelajaran Berbasis Kompetensi, (Jakarta:
Gaung Persada Press, 2004), cet. 2, h.99
26
dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Perubahan-
perubahan tersebut akan nyata dalam seluruh aspek tingkah laku.28
Biggs dalam pendahuluan Teaching for learning
mengidentifikasikan belajar dalam 3 macam rumusan, yaitu: rumusan
kuantitatif; rumusan institusional; rumusan kualitatif.
Secara kualitatif (ditinjau dari sudut jumlah), belajar berarti
kegiatan pengisian atau pengembangan kemampuan kognitif dengan fakta
sebanyak-banyaknya. Jadi, belajar dalam hal ini dipandang dari sudut
berapa banyak materi yang dikuasai siswa.
Secara institusional (ditinjau kelembagaan), belajar dipandang
sebagai proses “validasi” atau pengabsahan terhadap penguasaan siswa
atas materi-materi yang telah ia pelajari. Bukti institusional yang
menunjukkan siswa telah belajar dapat diketahui sesuai dengan proses
mengajar.
Adapun pengertian belajar secara kualitatif (ditinjau mutu), ialah
proses memperoleh arti-arti dan pemahaman-pemahaman serta cara-cara
menafsirkan dunia di sekeliling siswa. Belajar dalam pengertian ini
difokuskan pada tercapainya daya pikir dan tindakan yang berkualitas
untuk memecahkan masalah-masalah yang kini dan nanti dihadapi siswa.
Secara umum belajar dapat dipahami sebagai tahapan perubahan
seluruh tingkah laku individu yang relatif menetap sebagai hasil
pengalaman dan interaksi dengan lingkungan yang melibatkan proses
kognitif.29
Dari berbagai pengertian belajar di atas, maka penulis dapat
menyimpulkan bahwa belajar merupakan sebuah proses perubahan tingkah
laku, dimana perubahan itu dapat mengarah kepada tingkah laku yang
lebih baik. Untuk dapat disebut belajar maka perubahan itu harus relatif
menetap, harus merupakan akhir dari pada proses waktu panjang. Selain
28 Slameto, Belajar dan Faktor-faktor yang mempengaruhinya, (Jakarta: Rineka Cipta,
2003), cet. 4, h. 2 29 Drs. Muhibbin Syah, M.Ed, Psikologi Pendidikan Suatu Pendekatan Baru, (Bandung:
PT. Remaja Rosdakarya, 1995), cet. 2, h. 90-91
27
itu, belajar juga merupakan proses perubahan dan kecakapan pada diri
individu yang disadari, bukan dari hasil proses yang tidak disadari.
Dari pengertian-pengertian prestasi dan pengertian-pengertian
belajar maka dapat yang disimpulkan yang dimaksud prestasi belajar
adalah hasil yang telah dicapai secara optimal selama berlangsungnya
mekanisme belajar dalam jangka waktu tertentu. Hasil belajar yang
diperoleh tidak hanya sekedar berupa pengetahuan melainkan juga dapat
berbentuk perilaku yang ditunjukkan siswa.
Prestasi belajar dapat diketahui dari penilaian guru terhadap hasil
belajar siswa. Penilaian tersebut dapat berbentuk penilaian terhadap
kemampuan kognitif, afeksi dan psikomotorik siswa, tes harian, tes
semester, dan ujian akhir. Prestasi belajar yang dimaksud di sini adalah
nilai raport siswa.
b. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Prestasi Belajar
Telah dikatakan bahwa belajar adalah suatu proses yang
menimbulkan terjadinya suatu perubahan atau pembaharuan dalam tingkah
laku dan atau kecakapan. Sampai di manakah perubahan itu dapat tercapai
atau dengan kata lain, berhasil baik atau tidaknya belajar itu tergantung
kepada bermacam-macam faktor.
Di bawah ini dikemukakan faktor-faktor yang dapat mempengaruhi belajar, yaitu: a. Faktor-Faktor Internal
1) Faktor Jasmaniah a) Faktor Kesehatan
Sehat berarti dalam keadaan baik segenap badan beserta bagian-bagiannya bebas dari penyakit. Kesehatan seseorang berpengaruh terhadap belajarnya.
Agar seseorang dapat belajar dengan baik haruslah mengusahakan kesehatan badanya tetap terjamin dengan cara selalu mengindahkan ketentuan-ketentuan tentang bekerja, belajar, istirahat, tidur, makan, olahraga, rekreasi dan ibadah.
28
b) Cacat Tubuh Cacat tubuh adalah sesuatu yang menyebabkan kurang
baik atau kurang sempurna mengenai tubuh/badan. Keadaan cacat tubuh juga mempengaruhi belajar. Siswa
yang cacat belajarnya juga tergantung. Jika hal ini terjadi, hendaknya ia belajar pada lembaga pendidikan khusus atau diusahakan alat bantu agar dapat menghindari atau mengurangi pengaruh kecacatannya itu.30
2) Faktor Psikologis a) Intelegensi
Intelegensi pada umumnya dapat diartikan sebagai kemampuan psiko-fisik untuk mereaksi rangsangan atau menyesuaikan diri dengan lingkungan dengan cara yang tepat. Intelegensi sebenarnya bukan persoalan kualitas otak saja, melaikan juga kualitas organ-organ tubuh lainnya.
Tingkat kecerdasan atau intelegensi (IQ) siswa tak
dapat diragukan lagi, sangat menentukan tingkat keberhasilan
belajar siswa. Ini bermakna, semakin tinggi kemampuan
intelegensi seorang siswa maka semakin besar peluangnya
untuk meraih sukses. Sebaliknya, semakin rendah kemampuan
intelegensi seorang siswa maka semakin kecil peluangnya unuk
memperoleh sukses.31
b) Perhatian
Perhatian menurut Ghazali adalah keaktifan jiwa yang
dipertinggi, jiwa itu pun semata-mata tertuju kepada suatu
objek (benda/hal). Atau sekumpulan objek. Untuk mendapat
hasil belajar yang baik, maka siswa harus mempunyai perhatian
terhadap bahan yang akan dipelajarinya, jika bahan pelajaran
tidak menjadi perhatian siswa, maka timbullah kebosanan,
30 Slameto, Belajar dan Faktor-faktor yang mempengaruhinya, (Jakarta: Rineka Cipta,
2003), cet. 4, h.54-55 31 Drs. Muhibbin Syah, M.Ed, Psikologi Pendidikan Suatu Pendekatan Baru, (Bandung:
PT. Remaja Rosdakarya, 1995), cet. 2, h. 134
29
sehingga is tidak suka lagi untuk belajar. Agar siswa dapat
belajar dengan baik, usahakanlah bahan pelajaran selalu
menarik perhatian dengan cara mengusahakan pelajaran itu
sesuai dengan hobi atau bakatnya.32
c) Minat
Secara sederhana, minat berarti kecenderungan dan
kegairahan yang tinggi atau keinginan yang besar terhadap
sesuatu. Minat yang dipahami dan dipakai oleh orang selama
ini dapat mempengaruhi kualitas pencapaian hasil belajar siswa
dalam bidang-bidang studi tertentu. Misalnya, seorang siswa
menaruh minat besar terhadap matematika akan memusatkan
perhatiannya lebih banyak daripada siswa lainya. Kemudian,
karena pemusatan perhatian yang intensif terhadap materi
itulah yang memungkainkan siswa tadi untuk belajar lebih giat,
dan akhirnya mencapai prestasi yang diinginkan.
d) Bakat
Secara umum, bakat adalah kemampuan potensial yang dimiliki seseorang untuk mencapai keberhasilan pada masa yang akan datang. Sebenarnya setiap orang pasti mempunyai bakat dalam arti berpotensi untuk mencapai prestasi sampai ke tingkat tertentu sesuai dengan kapasitas masing-masing.33 Bakat itu ditinjau terutama dari segi kemampuan individu untuk melakukan sesuatu tugas, yang sedikit sekali tergantung kepada latihan mengenai hal tersebut.34Dengan demikian, bakat akan dapat mempengaruhi tinggi rendahnya prestasi
e) Motiva
belajar. si
32 32 Slameto, Belajar dan Faktor-faktor yang mempengaruhinya, (Jakarta: Rineka Cipta,
2003), cet. 4, h.56 33 Drs. Muhibbin Syah, M.Ed, Psikologi Pendidikan Suatu Pendekatan Baru, (Bandung:
PT. Remaja Rosdakarya, 1995), cet. 2, h. 135-136 34 Sumadi Suryabrata, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1995),
cet.7, h. 168
30
Yang dimaksud dengan motivasi adalah segala sesuatu yang mendorong seseorang untuk bertindak melakukan sesuatu. Menurut Sartain motivasi yaitu suatu pernyataan yang kompleks di dalam suatu organisme yang mengarahkan tingkah laku/ perbuatan ke suatu tujuan atau perangsang.35 Dalam proses belajar haruslah diperhatikan apa yang dapat mendorong siswa agar dapat belajar dengan baik atau padanya mempunyai motif untuk berpikir dan memusatkan perhatian, merencanakan dan m
aan-kebiasan
h lingkungan yang memperkuat, jadi,
latihan
f)
emperhatikan teknik di faktor
fisiolog
s ada istirahat untuk memberi kesempatan kepada
mata, otak, serta organ tubuh lainnyamemperoleh tenaga
kembali.37
elaksanakan kegiatan yang berhubungan menunjang belajar.
Jelaslah bahwa motif yang kuat sangat perlu didalam
belajar, di dalam membentuk motif yang kuat itu dapat
dilaksanakan dengan adanya latihan-latihan/kebias
dan pengaru
/kebiasaan itu sangat perlu dalam belajar.36
Cara Belajar
Cara belajar seseorang juga mempengaruhi pencapaian
hasil belajarnya. Belajar tanpa m
is, psikologis, dan ilmu kesehatan, akan memperoleh
hasil yang kurang memuaskan.
Ada orang yang sangat rajin belajar, siang dan malam
tanpa istirahat yang cukup. Cara belajar seperti ini tidak baik.
Belajar haru
35 Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya,
1997),cet. 12. h. 60 36 Slameto, Belajar dan Faktor-faktor yang mempengaruhinya, (Jakarta: Rineka Cipta,
2003), cet. 4, h.58 37 Drs. Muhibbin Syah, M.Ed, Psikologi Pendidikan Suatu Pendekatan Baru, (Bandung:
PT. Remaja Rosdakarya, 1997), cet. 3, h.57-58
31
b. Faktor-Faktor Eksternal
1) Faktor
na dan sampai di mana belajar
pai oleh anak-anak.
2) Faktor
iknya, turut menentukan hasil belajar yang
3) Faktor
dapat menguntungkan terhadap perkembangan
pribadi
dengan baik, maka perlulah diusahakan agar siswa memiliki teman
Keluarga
Cara orang tua mndidik anaknya besar pengaruhnya
terhadap belajar anaknya.38Sifat-sifat orang tua, praktik
pengelolaan keluarga, ketegangan keluarga, dan denografi keluarga
(letak rumah), semuanya dapat memberi dampak baik ataupun
buruk terhadap kegiatan belajar dan hasil yang dicapai oleh
siswa.39Suasana keadaan keluarga yang bermacam-macam itu mau
tidak mau turut menentukan bagaima
dialami dan dica
Sekolah
Dalam belajar di sekolah, faktor guru dan cara mengajarnya
merupakan faktor yang penting pula. Bagaimana sikap dan
kepribadian guru, tinggi rendahnya pengetahuan yang dimiliki
guru, dan bagaimana cara guru itu mengajarkan pengetahuan itu
kepada anak-anak did
dapat dicapai anak.40
Masyarakat
Masyarakat merupakan faktor ekstern yang juga
berpengaruh terhadap belajar siswa. Pengaruh itu terjadi karena
keberadaannya siswa dalam masyarakat. Kegiatan siswa dalam
masyarakat
nya.
Pengaruh dari teman bergaul pun siswa lebih cepat masuk
dalam jiwanya daripada yang kita duga. Agar siswa dapat belajar
38 Slameto, Belajar dan Faktor-faktor yang mempengaruhinya, (Jakarta: Rineka Cipta,
2003), cet. 4, h.60 39 Drs. Muhibbin Syah, M.Ed, Psikologi Pendidikan Suatu Pendekatan Baru, (Bandung:
PT. Remaja Rosdakarya, 1995), cet. 2, h. 138 40 Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya,
1997),cet. 12. h.104
32
bergaul yang baik-baik dan pembinaan pergaulan yang baik serta
pengawasan dari orang tua dan pendidik harus cukup bijaksana.41
3. Siswa
a. Pengertian Siswa
Siswa adalah seseorang atau sekelompok orang yang bertindak
sebagai pelaku pencari, penerima dan penyimpan isi pelajaran yang
dibutuhkannya untuk mencapai tujuan.
Menurut Abu Ahmadi siswa adalah Seseorang yang tidak
bergantung pada orang lain, dalam arti benar-benar seorang pribadi yang
menentukan diri sendiri dan tidak dipaksa dari luar, juga mempunyai sifat
dan keinginan sendiri.42
Dalam kamus umum bahasa Indonesia pengertian siswa adalah
murid terutama pada tingkat sekolah dasar dan menengah.43
Siswa dalam arti luas adalah setiap orang yang terkait dengan
proses pendidikan sepanjang hayat, sedangkan dalam arti sempit adalah
setiap siswa yang belajar di sekolah. Departemen Pendidikan Nasional
(2003) menegaskan bahwa, siswa adalah anggota masyarakat yang
berusaha mengembangkan dirinya melalui jalur, jenjang, dan jenis
pendidikan. Peserta didik/siswa usia SMP adalah semua anak yang berada
pada rentang usia sekitar 13-15 tahun yang sedang berada dalam jenjang
pendidikan SMP.44
Jadi dapat disimpulkan yang dimaksud dengan siswa adalah setiap
manusia yang berusaha mengembangkan potensi diri melalui proses
pembelajaran pada jalur pendidikan baik pendidikan formal maupun
pendidikan nonformal, pada jenjang pendidikan dan jenis pendidikan
tertentu.
41 Slameto, Belajar dan Faktor-faktor yang mempengaruhinya, (Jakarta: Rineka Cipta,
2003), cet. 4, h.69-70 42 http//fatahwarteg.wordpress. com 43 Drs. Yandianto, Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Bandung: M2S, 1996), cet. 1, h. 454 44 http://jambiekspres.co.id
33
b. Pengertian Remaja
Masa remaja merupakan masa peralihan, masa ini merupakan masa
transisi menuju dunia orang dewasa. Pada umumnya mereka masih belajar
di bangku sekolah menengah.45
Menurut Dr. Zakiah Daradjat remaja adalah suatu masa dan umur
manusia yang paling banyak mengalami perubahan, sehingga
membawanya pindah dari masa anak-anak menuju kepada dewasa.
Perubahan-perubahan yang terjadi itu meliputi segala segi kehidupan
manusia, yaitu jasmani, rohani, pikiran, perasaan dan sosial. Biasanya
dimulai dengan perubahan jasmani yang menyangkut segi-segi seksuil,
biasanya terjadi pada umur antara 13-14 tahun. Perubahan itu disertai atau
diiringi oleh perubahan-perubahan lain yang berjalan sampai umur 20
tahun. Karena itulah maka masa remaja itu dapat dianggap terjadi antara
umur 13-20 tahun.46
Kemudian menurut Steinberg, remaja (adolescene) berasal dari
kata latin yang diperoleh dari kata kerja adolescene, yang berarti untuk
tumbuh dan berkembang menjadi dewasa. Lebih lanjut ia menjelaskan
bahwa dalam pandangan masyarakat, masa remaja adalah waktu untuk
tumbuh dan berkembang serta bergerak dari ketidak matangan masa
kanak-kanak menuju ke arah kematangan pada usia dewasa. Sedangkan
menurut Santrock, remaja didefinisikan sebagai transisi periode
perkembngan antara masa kanak-kanak dengan masa dewasa, yang
meliputi perubahan biologis, kognitif dan sosioemosional.47
Dalam perkembangan kepribadian seseorang, remaja mempunyai
arti khusus, namun begitu masa remaja mempunyai tempat yang tidak
jelas dalam rangkaian proses perkembangan seseorang. Ia tidak termasuk
45 T.O. Ihrom, Sosiologi Sosial, (Jakarta: Yayasan Obor Indonesia: 1999), cet. 1, h.117 46 Dr. Zakiah Daradjat, Problema Remaja di Indonesia, (Jakarta: Bulan Bintang, 1978) 47 Zahrotun Nihayah, dkk, Psikologi Perkembangan, (Jakarta: UIN Jakarta Press, 2006),
cet. 2, h. 105-106
34
golongan anak, tidak pula termasuk golongan dewasa atau tua. Remaja ada
diantara anak dan orang dewasa.48
Berdasarkan definisi-definisi yang dikemukakan di atas, penulis
dapat menegaskan bahwa, yang dimaksud remaja adalah individu yang
sedang mengalami suatu masa peralihan dari masa anak-anak ke masa
dewasa, yang meliputi semua perkembangan dan perubahan, baik fisik
maupun psikis.
c. Ciri-ciri Karakteristik Remaja
Masa remaja merupakan transisi atau peralihan dari masa anak
menuju masa dewasa. Pada masa ini individu mengalami berbagai
perubahan, naik fisik maupu psikis. Perubahan yang tampak jelas adalah
perubahan fisik, di mana tubuh berkembang pesat sehingga mencapai
bentuk tubuh orang dewasa yang disertai pula dengan berkembangnya
kapasitas reproduksi. Selain itu juga berubah secara kognitif dan mulai
melepaskan diri secara emosional dari orang tua dalam rangka
menjalankan peran sosialnya yang baru sebagai orang dewasa.
Sebagaimana telah dijelaskan di atas bahwa masa remaja adalah
suatu proses transisi atau masa peralihan dari masa kanak-kanak ke masa
dewasa. Dalam kondisi seperti inilah terlihat bahwa remaja itu masih labil.
Keadaan labil ini biasa terlihat dan ciri-ciri khas remaja itu sendiri
yang membedakan mereka dari kanak-kana dan orang dewasa.
Ciri-ciri khas remaja antara lain:
1) Kecanggungan dalam bergaul dan kaku dalam bergerak, sebagai akibat
perkembangan fisik, ini biasanya menyebabkan perasaan rendah diri
pada remaja. Untuk menutup hal tersebut remaja terkadang berprilaku
berlebihan.
2) Secara keseluruhan tidak ada keseimbangan, terutama emosi yang
sangat labil. Emosional yang berubah-ubah, suasanan hati yang tidak
48 F. J. Monks, dkk, Psikologi Perkembangan, ( Yogyakarta: Gajah Mada University
Press, 2002), cet. 14, h. 259
35
dapat diduga-duga sering menyulitkan orang tua mereka dan begitupun
dewasa untuk mengadakan pendekatan.
3) Perombakan pandangan dan petunjuk hidup yang telah diperoleh pada
masa sebelumnya. Hal ini menyebabkan perasaan kosong di dalam diri
remaja ingin merenggangkan ikatan dengan orang tua atau dengan
orang dewasa lainnya.
4) Gelisah, kegelisahan ini terjadi karena remaja mempunyai banyak
keinginan tetapi tidak punya kemampuan untuk memenuhinya. Banyak
cita-cita dan angan-angan sampai sitinggi langit, tetapi tidak mungkin
terpenuhi.
5) Banyak fantasi berkhayal merupakan ciri khas remaja. Banyak hal
yang tidak mungkin tercapai, bisa tercapai dengan fantasi. Remaja
berfantasi mengenai banyak pengagum untuk mengejarnya,
sesungguhnya dalam kesepiannya membuat cerita khayalan tersebut.49
Secara umum masa remaja dibagi menjadi tiga bagian, yaitu
sebagai berikut:
1) Masa Remaja Awal (12-15 tahun)
Pada masa ini individu mulai meninggalkan peran sebagai
anak-anak dan berusaha mengembangkan diri sebagai individu yang
unik dan tidak tergantung pada orang tua. Fokus dari tahap ini adalah
penerimaan terhadap bentuk dan kondisi fisik serta adanya konformitas
yang kuat dengan teman sebaya.
2) Masa Remaja Pertengahan (15-18 tahun)
Masa ini ditandai dengan berkembangnya kemampuan berpikir
yang baru. Teman sebaya masih memiliki peran yang penting, namun
individu sudah lebih mampu mengarahkan diri sendiri. Pada masa ini
remaja mulai mengembangkan kematangan tingkah laku, belajar
mengendalikan impluvisitas, dan membuat keputusan-keputusan awal
49 Agoes Dariyanto, Psikologi Perkembangan Remaja, (Jakarta: Ghia Indonesia, 2004), h.
218
36
yang berkaitan dengan tujuan vokasional yang ingin dicapai. Selain itu
penerimaan dari lawan jenis menjadi penting bagi individu.
3) Masa Remaja Akhir (19-22 tahun)
Masa ini ditandai oleh persiapan akhir untuk memasuki peran-
peran orang dewasa. Selama periode ini remaja berusaha memantapkan
tujuan vokasional dan mengembangkan sense of personal identity.
Keinginan yang kuat untuk menjadi matang dan diterima dalam
kelompok teman sebaya dan orang dewasa, juga menjadi ciri dari tahap
ini.50
Ada beberapa ciri proses perubahan pada masa remaja yang harus
diketahui, diantaranya ialah:
1) Pertumbuhan Fisik
Pertumbuhan fisik mengalami perubahan dengan cepat, lebih
cepat dibandingkan dengan masa anak-anak dan masa dewasa. Untuk
mengimbangi pertumbuhan yang cepat itu, remaja membutuhkan
makan dan tidur yang lebih banyak. Dalam hal ini kadang-kadang
orang tua tidak mau mengerti, dan marah-marah bila anaknya terlalu
makan dan banyak tidurnya. Perkembangan fisik mereka jelas terlihat
pada tungkai dan tangan, tulang kaki dan tangan, otot-otot tubuh
berkembang pesat, sehingga anak kelihatan bertubuh tinggi, tetapi
kepalanya masih mirip dengan anak-anak.51
Pertumbuhan fisik mempengaruhi perkembangan tingkah laku
remaja, yang tampak pada perilaku yang canggung dalam proses
penyesuaian diri remaja, isolasi diri dari pergaulan, perilaku emosional
seperti gelisah dan mudah tersinggung serta “melawan” kewenangan,
dan semacamnya.52
50 Dr. Hendriati Agustiani, Psikologi Perkembangan, (Bandung: PT. Refika Aditama,
2006), cet. 1,h. 28-29 51 Drs. Zulkifli L, Psikologi Perkembangan, (Bandung: Remaja Rosda Karya, 1995),cet.
5, h. 65 52 Prof. Dr. Sunarto & Dra. Ny. B. Agung Hartono, Perkembangan Peserta Didik,
(Jakarta: Rineka Cipta, 1999), cet. 1, h. 95
37
2) Perkembangan Seksual
Seksual mengalami perkembangan yang kadang-kadang
menimbulkan masalah dan menjadi penyebab timbulnya perkelahian,
bunuh diri, dan sebagainya. Tanda-tanda perkembangan seksual pada
anak laki-laki diantaranya: alat produksi spermanya mulai berproduksi,
ia mengalami masa mimpi yang pertama, yang tanpa sadar
mengeluarkan sperma. Sedangkan pada anak perempuan bila rahimnya
sudah dibuahi karena ia sudah mendapatkan menstruasi (datang bulan)
yang pertama.
3) Cara Berpikir Kausalitas
Ciri ketiga ialah cara berpikir kausalitas, yaitu menyangkut
hubungan sebab dan akibat. Misalnya remaja duduk di depan pintu,
kemudian orang tua melarangnya sambil berkata “pantang”. Andaikan
yang dilarang itu anak kecil, pasti ia akan menurut perintah orang
tuanya, tetapi remaja yang dilarang itu akan mempertanyakan mengapa
ia tidak boleh duduk di depan pintu. Bila orang tua tidak mampu
menjawab pertanyaan anaknya itu, dan menganggap anak yang
dinasihati itu melawan, lalu ia marah kepada anaknya, maka anak yang
menginjak remaja itu pasti akan melawannya. Sebab anak itu merasa
dirinya sudah berstatus remaja, sedangkan orang tua suka
memperlakukannya sebagai anak-anak yang bisa dibodohi. Guru juga
akan mendapat perlawanan bila ia tidak mengerti cara berpikir remaja
yang kausalitas.
Remaja sudah mulai berpikir kritis sehingga ia akan melawan
bila orang tua, guru, lingkungan, masih menganggapnya sebagai anak
kecil. Bila guru dan orang tua tidak memahami cara berpikir remaja,
akibatnya timbullah kenakalan remaja berupa perkelahian antarpelajar
yang sering terjadi di kota besar.
38
4) Emosi yang Meluap-meluap
Keadaan emosi remaja masih masih labil karena erat
hubungannya dengan keadaan hormon. Suatu saat ia bisa sedih sekali,
di lain waktu ia bisa marah sekali. Hal ini terlihat pada remaja yang
baru putus cinta atau remaja yang tersinggung perasaannya karena,
misalnya, dipelototi. Kalau sedang senang-senangnya mereka mudah
lupa diri karena tidak mampu menahan emosi yang meluap-luap itu,
bahkan remaja mudah terjerumus ke dalam tindakan tidak bermoral,
misalnya remaja yang sedang asyik berpacaran bisa terlanjur hamil
sebelum mereka dinikahkan, bunuh diri karena putus cintanya,
membunuh orang karena marah, dan sebagainya. Emosi remaja lebih
kuat dan lebih menguasai diri mereka daripada pikiran yang realitis.
5) Mulai Tertarik kepada Lawan Jenisnya
Secara biologis manusia terbagi atas dua jenis, yaitu laki-laki
dan perempuan. Dalam kehidupan remaja, mereka mulai tertarik
kepada lawan jenisnya dan mulai berpacaran. Jika hal ini orang tua
kurang mengerti, kemudian melarangnya, akan menimbulkan masalah,
dan remaja akan bersikap tertutup terhadap orang tuanya.
Secara biologis anak perempuan lebih cepat matang daripada
anak laki-laki. Gadis yang berusia 14 sampai dengan 18 lebih
cenderung untuk tidak merasa puas dengan perhatian pemuda yang
seusia dengannya. Karena itu ia tertarik kepada pemuda yang berusia
berapa tahun di atasnya. Keadaan ini terus nerlangsung sampai ia
duduk di bangku kuliah. Pada masa itu akan terlihat pasangan muda-
mudi yang pemudanya berusia lebih tua daripada gadisnya.
6) Menarik Perhatian Lingkungan
Pada masa ini remaja mulai mencari perhatian dari
lingkungannya, berusaha mendapat status dan peranan seperti kegiatan
remaja di kampung-kampung yang diberi peranan. Misalnya
39
mengumpulkan data atau sumbangan kampung, pasti ia akan
melaksanakannya dengan baik. Bila tidak diberi peranan, ia akan
melakukan perbuatan untuk menarik perhatian masyarakat, bila perlu
melakukan perkelahian atau kenakalan lainnya. Remaja akan berusaha
mencari peranan di luar rumah bila orang tua tidak memberi peranan
kepadanya karena menganggapnya anak kecil.53
B. Kerangka Berpikir
Sejalan dengan perkembangan zaman yang maju pesat yang sangan
erat hubungannya dengan sumber daya manusia sebagai produsen dan juga
pertambahan penduduk yang semakin meningkat, sangat berpengaruh
terhadap kehidupan. Dengan adanya perubahan diberbagai bidang eperti
ekonomi, sosial, budaya, dan politik dalam peningkatan efisien dan efektifitas
penyelenggaraan pendidikan, pemerintah perlu mengadakan perbaikan dan
pembaruan sistem pendidikan yang ada di Indonesia, sehingga tujuan
pendidikan bisa tercapai sesuai dengan apa yang diharapkan.
Berdasarkan atas Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20
Tahun 2003, pendidikan lebih menekankan kepada tujuan untuk menghasilkan
Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas dan penuh kreativitas
sehingga bisa mandiri yang memiliki kecerdasan intelektual, emosional dan
spiritual.
Sumber daya manusia mulai berkembangan kepribadian serta tingkah
lakunya (pengetahuan, nilai, sikap dan keterampilannya) mulai dari Taman
Kanak-kanak (TK), Sekolah Menengah Pertama (SMP), Sekolah Menengah
Atas (SMA), sampai Perguruan Tinggi (PT), begitu juga dengan keadaan
lingkungan sosialnya. Dalam hal ini penulis mencoba untuk menekankan
bahasan pada pengaruh bimbingan dan konseling terhadap prestasi belajar
siswa kelas IX SMPN Ciputat agar didapatkan sumberdaya manusia yang
lebih berkualitas untuk masa yang akan datang.
53 Drs. Zulkifli L, Psikologi Perkembangan, (Bandung: Remaja Rosda Karya: 1995), cet.
5, h. 65-66
40
Dengan timbulnya berbagai masalah, maka individu perlu mendapat
bantuan untuk mengatasi masalah yang dihadapi. Salah satu bentuk dan
bantuan adalah bimbingan. Dapat dilihat dari kepentingan siswa sebagai
sarana bimbingan pertama-tama adalah siswa dapat memahami diri sendiri,
dengan dasar pemahaman diri itu maka siswa mampu mengambil keputusan,
mengarahkan dan mewujudkan dirinya sendiri sesuai dengan bakat, minat dan
kemampuannya dalam rangka pengembangan diri secara optimal.
Pemberian layanan bimbingan dan konseling sangatlah membantu bagi
masyarakat sekolah khususnya bagi para siswa yang membutuhkan
bimbingan. Banyak contoh yang perlu kita perhatikan dari para siswa di
sekolah, banyak penyimpangan yang terjadi terutama dari segi akhlak yang
merosot, tingkah laku yang negatif, cara belajar yang kurang baik serta
masalah kepribadian menyangkut prestasi belajar siswa. Dari sinilah kita perlu
menyadari pentingnya layanan bimbingan dan konseling untuk mengarahkan
bakat, minat serta potensi-potensi yang dimiliki oleh siswa dalam upaya
meningkatkan prestasi belajarnya di sekolah.
C. Hipotesis Penelitian
Dalam sebuah penelitian perlu sekali adanya hipotesis, sebagai indikasi
untuk menarik kesimpulan penelitian yang berbentuk dalil atau generalisasi,
kemudian dalil atau generalisasi tersebut akan dibuktikan dan diteliti serta
diuji kebenarannya.
Hipotesis adalah jawaban sementara atau dugaan sementara, yang
sifatnya bisa juga benar atau salah. Maka itulah diperlukan penelitian. Dalam
penelitian skripsi ini penulis mengajukan hipotesis sebagai berikut:
Hipotesis Alternatif (Ha) : Terdapat pengaruh yang signifikan antara
pelaksanaan bimbingan dan konseling terhadap prestasi belajar
siswa kelas IX di SMP N 4 Ciputat.
Hipotesis Nol (Ho) : Tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara
pelaksanaan bimbingan dan konseling terhadap prestasi belajar
siswa kelas IX di SMP N 4 Ciputat.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei 2009. Adapun lokasi yang
dijadikan tempat untuk melakukan kegiatan penelitian yakni disalah satu
Sekolah Menengah Pertama yang berada di wilayah Ciputat, tepatnya di SMP
N 4 Ciputat.
B. Metode Penelitian
Untuk memperoleh data, fakta dan informasi yang akan
mengungkapkan dan menjelaskan permasalahan dalam skripsi, penulis
menggunakan penelitian deskripsi analisis melalui metode penelitian
kepustakaan dan penelitian lapangan, kedua penelitian ini akan diuraikan
sebagai berikut:
1. Penelitian kepustakaan
Melalui penelitian kepustakaan ini penulis berusaha mengkaji
buku-buku yang berkaitan dengan judul di atas dalam rangka menyusun
kerangka teori penelitian.
2. Penelitian lapangan
Penelitian ini dilakukan dengan terjun langsung ke objek penelitian
karena penelitian ini memerlukan data-data dan fakta yang valid agar
dapat dipertanggung jawabkan kebenarannya. Dalam penelitian lapangan
41
42
ini penulis akan melakukan teknik pengumpulan data, menentukan
populasi dan sampel, serta teknik analisis data.
C. Populasi dan Sampel
Populasi adalah totalitas dari semua objek atau individu yang memiliki
karakteristik tertentu, jelas dan lengkap yang akan diteliti. Dalam penelitian
ini populasi targetnya adalah seluruh siswa siswi kelas IX SMPN 4 Ciputat
yang berjumlah 360 siswa dari 9 kelas yang ada. Hal ini dilakukan dengan
pertimbangan bahwa kelas IX telah lama mengikuti pembelajaran dan
pelayanan bimbingan dan konseling di sekolah.
Sampel adalah bagian dari populasi yang diambil melalui cara-cara
tertentu yang juga memiliki karakteristik tertentu, jelas dan lengkap yang
dianggap bisa mewakili populasi.1Dalam penelitian ini, penulis hanya
mengambil 25% dari jumlah populasi yang ada, yakni 90 orang siswa yang
penentuannya dilakukan secara acak ( random sampling) dengan bentuk
bilangan ganjil genap.
D. Teknik Pengumpulan Data
Dalam pengumpulan data di sini penulis menggunakan teknik
pengumpulan data sebagai berikut:
1. Angket (Questionaire), yaitu sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan
untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang
pribadinya, atau hal-hal yang ia ketahui.2 Angket ini penulis sebarkan
kepada responden yang terdiri dari siswa SMP N 4 Ciputat. Angket ini
diberikan untuk mendapatkan informasi tentang pelaksanaan bimbingan
dan konseling terhadap peningkatan prestasi belajar di SMP N 4 Ciputat.
1 Ir. M. Iqbal Hasan,M.M, Pokok-Pokok Materi Metodologi Penelitian & Aplikasinya,
(Bogor: GHALIA INDONESIA),h. 58 2 Prof. Dr. Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian, (Jakarta: PT. Rineka Cipta,
2002),cet.12, h.128
43
2. Wawancara (Interview), yaitu sebuah dialog yang dilakukan oleh
pewawancara untuk memperoleh informasi dari terwawancara.3Berkaitan
dengan masalah ini, wawancara dilakukan secara tatap muka dengan
informan yang terdiri dari guru Bimbingan dan Konseling dan kepala
sekolah. Informasi yang digali adalah mengenai gambaran umum sekolah
terutama mengenai pelayanan bimbingan dan konseling yang diberikan
oleh konselor atau guru pembimbing di sekolah tersebut.
3. Dokumentasi analisis, penulis mengumpulkan data untuk mengetahui hasil
belajar atau prestasi belajar siswa berupa rapor yang merupakan gambaran
dari prestasi belajar siswa.
E. Instrumen Penelitian
1. Definisi Konseptual dan Definisi Operasional Pelaksanaan Bimbingan
dan Konseling
a. Definisi Konseptual
Pelaksanaan bimbingan dan konseling ialah suatu proses
pemberian bantuan yang dilakukan secara berkesinambungan yang
meliputi perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi. Diberikan kepada
siswa karena mereka tidak mampu menyelesaikan masalahnya sendiri
dengan memperhatikan kemungkinan-kemungkinan dan kenyataan
tentang adanya kesulitan yang dihadapi siswa dalam rangka
mengembangkan pribadinya yang dilakukan secara kelompok maupun
individual.
b. Definisi Operasional
Pelaksanaan bimbingan dan konseling adalah suatu layanan
yang dilakukan oleh seorang profesional yang bernama konselor yang
diberikan kepada siswa yang membutuhkan bantuan yang digambarkan
melalui dimensi perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi. Dimensi
perencanaan kegiatan bimbingan dan konseling ditandai dengan
3 Prof. Dr. Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian, (Jakarta: PT. Rineka Cipta,
2002),cet.12, h.132
44
indikator rutinitas dalam pemberian bimbingan, tanggapan konselor
terhadap masalah siswa dan tempat pelaksanaan bimbingan dan
konseling. Dimensi pelaksanaan kegiatan bimbingan dan konseling
ditandai dengan indikator layanan yang digunakan, kegiatan penunjang
dan pemberian bantuan secara tuntas serta berkesinambungan. Dimensi
evaluasi ditandai dengan penilaian hasil kegiatan bimbingan dan
konseling.
2. Kisi-kisi Instrumen Pelaksanaan Bimbingan dan Konseling
Adapun kisi-kisi yang instrumen pada penelitian yang penulis
gunakan dalam pembuatan instrumen adalah sebagai berikut:
Tabel. 1
Kisi-kisi Instrumen Penelitian
Bimbingan dan Konseling
No Variabel Dimensi Indikator Nomor
item
Jml
item
1. Pelaksanaan
Bimbingan dan
Konseling
1. Perencanaan
Kegiatan
Bimbingan dan
Konseling
• Rutinitas
dalam
pemberian
BK dan
Pribadi
konselor
• Tanggapan
konselor
terhadap
masalah
siswa
• Tempat
2
13
22
23
24
1
3
5
2
45
2. Pelaksanaan
Kegiatan BK
3. Evaluasi
pelaksanaan
Bimbingan
dan
Konseling
• Layanan
yang
digunakan
• Kegiatan
penunjang
Bimbingan
dan
Konseling
• BK
membantu
siswa secara
tuntas dan
berkesinamb
ungan
• Penilaian
hasil
kegiatan BK
14
4, 5, 6,
7, 8, 9,
10,15,
16,17,
19, 25,
11
18
20
21
12
26
1
12
4
1
1
46
Tabel. 2
Kisi-kisi Wawancara
Bimbingan dan Konseling
No Variabel Dimensi Indikator Nomor item
Jml item
1. Pelaksanaan Bimbingan dan Konseling
1. Perencanaan Kegiatan Bimbingan dan Konseling
4. Pelaksanaan
Kegiatan BK
• Rutinitas dalam pemberian BK dan Pribadi konselor
• Tanggapan konselor terhadap masalah siswa
• Tempat pelaksanaan Bimbingan dan Konseling
• Layanan yang digunakan
• Kegiatan penunjang Bimbingan dan Konseling
• BK membantu siswa secara tuntas dan berkesinambung
1 2
4
6, 7
5
3
1 1
1 2 1 1
47
5. Evaluasi
an
• Penilaian hasil kegiatan BK
F. Teknik Pengolahan dan Analisa Data
1. Teknik Pengolahan Data
Dalam pengolahan data, penulis menempuh cara sebagai berikut:
a. Editing
Mengedit adalah memeriksa daftar pertanyaan yang telah
diserahkan oleh responden. Setelah instrumen penelitian diisi oleh
responden dan diserahkan kepada penulis, selanjutnya penulis
memeriksa satu persatu angket tersebut. Bila ada jawaban yang
diragukan atau tidak dijawab, maka penulis menghubungi responden
yang bersangkutan untuk menyempurnakan jawabannya. Tujuan dari
editing adalah mengurangi kesalahan pada pengolahan data
selanjutnya.
b. Skoring
Untuk mengetahui layanan bimbingan dan konseling di SMPN
4 Ciputat penulis mendapatkan data dengan menggunakan angket
berbentuk skala berisi 26 butir pernyataan dalam 4 alternatif jawaban.
Selanjutnya diberikan skor terhadap pernyataan yang ada pada angket
dan akan ditabulasikan dengan diberi bobot nilai setiap itemnya,
dengan cara jawaban yang berupa huruf akan dirubah menjadi nilai
angka, yaitu sebagai berikut:
Tabel. 3
Penetapan Skor Untuk Skala Layanan Bimbingan dan Konseling
Pilihan Jawaban A B C D
+ 4 3 2 1 Pernyataan
- 1 2 3 4
48
c. Tabulating
Setelah diketahui skor setiap indikatornya maka seluruh data
tersebut ditabulasikan dalam sebuah tabel untuk kemudian diketahui
hasil perhitungannya.
2. Teknik Analisa Data
Data yang berasal dari sumber kepustakaan digunakan sebagai
rumusan teori yang dijadikan pedoman penulis untuk penelitian lapangan.
Adapun data yang berasal dari hasil wawancara dideskripsikan. Kemudian
data yang berasal dari angket terlebih dahulu ditabulasikan dalam bentuk
tabel distribusi frekuensi relatif. Setelah itu teknik pengolahan data
dilakukan dengan sistem skor dan untuk mengetahui hubungan kedua
variabel penelitian digunakan Korelasi Product Moment. Secara
operasional teknik analisa data ini dilakukan dengan langkah-langkah
sebagai berikut:
1) Memperoleh nilai frekuensi atas jawaban responden terhadap angket
mengenai layanan bimbingan dan konseling, dengan menggunakan
rumus:
P = NF X 100%
Keterangan:
P : Angka prosentase
F : Frekuensi jawaban responden
N : Jumlah Responden4
2) Mencari Angka Korelasi
Selanjutnya penelitian dalam skripsi ini membahas dua variabel
yang saling berhubungan (korelasi bivariat), maka data yang diperoleh
juga diolah menggunakan rumus korelasi product moment dari Karl
4 Anas Sujiono, Pengantar Statistik Pendidikan, h. 43
49
Person untuk mengetahui apakah terdapat hubungan antara kedua
variabel tersebut dengan rumus sebagian berikut:
rxy = ( )( )( ) ( ) ]][[ 2222 YYNXXN
YXXYN
∑−∑∑−∑
∑∑−∑
Keterangan:
rxy = Angka indeks korelasi “r” Product Moment
N = Number of Cases
∑xy = Jumlah hasil perkalian antara score X dan score Y
∑x = Jumlah seluruh score x
∑y = Jumlah seluruh score y
Kemudian setelah menganalisis hubungan antara kedua variabel di
atas, penulis memberikan interpretasi terhadap angka indeks korelasi “r”
product moment serta menarik kesimpulan yang dilakukan dengan dua cara:
a. Memberikan interpretasi secara kasar/sederhana dengan pedoman:
Tabel. 4
Besarnya “r” product moment ( rxy )
Interpretasi
0,00 – 0,20 Antara variabel x dan variabel y memang terdapat korelasi, akan tetapi korelasi itu sangan lemah/sangat rendah.
0,20 – 0,40 Antara variabel x dan variabel y terdapat korelasi yang lemah/rendah
0,40 – 0,70 Antara variabel x dan variabel y terdapat korelasi yang sedang/cukup
0,70 – 0,90 Antara variabel x dan variabel y terdapat korelasi yang kuat/tinggi
0,90 – 1,00 Antara variasbel x dan variabel y terdapat korelasi yang sangat kuat/sangat tinggi
50
b. Memberi interpretasi dengan cara berkonsultasi pada tabel nilai “r”
product moment, dengan terlebih dahulu mencari derajat bebasnya (db)
atau degrees of freedomnya (df) yang rumusnya adalah sebagai berikut:
df = N – nr
keterangan:
df = Degree of freedom
N = Number of Cases
Nr = Banyaknya variabel yang dikorelasikan.
Setelah itu hasilnya dicocokan dengan nilai koefisien “r” pada tabel Nilai
“r” product moment , baik pada taraf signifikansi 1% maupun pada taraf
signifikansi 5%.
3. Analisis Determinasi
Untuk mencari kontribusi variabel x (bimbingan dan konseling)
terhadap variabel y (prestasi belajar siswa) penulis menggunakan rumus
sebagai berikut:
KD = r2 x 100%
Keterangan:
KD : Kontribusi Variabel x terhadap variabel y
r : Koefisien korelasi antara variabel x terhadap variabel y.5
F. Hipotesa Statistik
H0 = Tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara Pelaksanaan
Bimbingan dan Konseling terhadap Prestasi Belajar Siswa kelas IX di
SMPN 4 Ciputat
Ha = Terdapat pengaruh yang signifikan antara Pelaksanaan Bimbingan dan
Konseling terhadap Prestasi Belajar Siswa kelas IX di SMPN 4
Ciputat.
5 Sudjana, Metode Statistik, (Bandung: Tarsiti, 1996), cet. 6, h. 371
51
BAB IV
HASIL PENELITIAN
A. Deskripsi Data
Dalam pengumpulan data, penulis menggunakan teknik dokumentasi
dan penyebaran angket. Penulis melakukan penelitian langsung ke lapangan
untuk mendapatkan data-data yang lebih akurat dengan melihat dan
mengamati secara langsung.
Dokumentasi dilakukan untuk mengetahui hasil rata-rata belajar siswa
kelas IX di SMPN 4 Ciputat yang bertujuan untuk membandingkannya dengan
angket pelaksanaan bimbingan dan konseling, baru dapat diketahui apakah
terdapat pengaruh antara pelaksanaan bimbingan dan konseling terhadap
prestasi belajar siswa.
Selanjutnya penulis menyebarkan angket. Angket yang penulis
gunakan berbentuk skala yang kemudian disebarkan kepada sampel sebanyak
90 orang responden dari seluruh populasi yang berjumlah 360 orang siswa.
Jumlah soal yang diberikan sebanyak 26 item yang berbentuk pilihan ganda,
yang harus dijawab oleh siswa dengan memberikan tanda silang (X).
Kemudian angket yang telah diisi oleh responden, ditabulasikan dalam bentuk
hitungan statistik dan diolah, baru kemudian dapat diperoleh kesimpulan.
51
52
B. Analisa dan Interpretasi Data
1. Analisa dan Interpretasi Data Dengan Tabel Berdistribusi Frekuensi
Data yang akan disajikan dalam skripsi ini adalah data hasil
penyebaran angket tentang pengaruh pelaksanaan bimbingan dan
konseling terhadap prestasi belajar siswa kelas IX SMPN 4 CIPUTAT
yang disebarkan pada 90 siswa-siswi. Tiap angket terdiri dari 26
pernyataan yang terbentuk pilihan dan harus dijawab siswa dengan
memberi tanda silang (X). Data yang dikumpulkan dari hasil angket yang
disebarkan diolah dengan menggunakan rumus analisis statistik deskriptif
dengan rumus:
P = NF X 100%
Maksud dari pengolahan tersebut agar data yang diperoleh dapat
memberikan arti dan penjelasan. Untuk memudahkan mengasnalisa dari
hasil penelitian tersebut, maka setiap item dibuatkan satu tabulasi,
sehingga dengan demikian lebih fokus penjelasannya.
Tabel. 5
Guru Bimbingan dan Konseling membantu memecahkan masalah siswa
No Alternatif Jawaban F % (P)
1 a. Selalu 32 35,56%
2 b. Sering 37 41,11%
3 c. Kadang-kadang 21 23,33%
4 d. Tidak Pernah 0 0%
Jumlah 90 100%
Dari tabel di atas diketahui bahwa 35,56% siswa yang merasa
bahwa guru bimbingan dan konseling selalu membantu memecahkan
masalah siswa, 41,11% siswa yang merasa bahwa guru bimbingan dan
konseling sering membantu memecahkan masalah siswa, 23,33% siswa
yang merasa bahwa guru bimbingan dan konseling kadang-kadang
53
membantu memecahkan masalah siswa, 0% siswa yang merasa bahwa
guru bimbingan dan konseling tidak pernah membantu memecahkan
masalah siswa. Hal ini berarti hampir setengah dari siswa yang merasa
bahwa guru bimbingan dan konseling sering membantu memecahkan
masalah siswa.
Tabel. 6
Guru Bimbingan dan Konseling memberikan
bimbingan dan konseling secara rutin
No Alternatif Jawaban F % (P)
1 a. Selalu 11 12,22%
2 b. Sering 32 35,56%
3 c. Kadang-kadang 34 37,78%
4 d. Tidak Pernah 13 14,44%
Jumlah 90 100%
Dari tabel di atas diketahui bahwa 12,22% siswa yang merasa
bahwa guru bimbingan dan konseling selalu memberikan bimbingan dan
konseling secara rutin, 35,56% siswa yang merasa bahwa guru bimbingan
dan konseling sering memberikan bimbingan dan konseling secara rutin,
37,78% siswa yang merasa bahwa guru bimbingan dan konseling kadang-
kadang memberikan bimbingan dan konseling secara rutin, 14,44% siswa
yang merasa bahwa guru bimbingan dan konseling tidak pernah
memberikan bimbingan dan konseling secara rutin. Hal ini berarti bahwa
sebagian kecil siswa yang merasa bahwa guru bimbingan dan konseling
kadang-kadang memberikan bimbingan dan konseling secara rutin.
54
Tabel. 7
Guru Bimbingan dan Konseling cepat tanggap dalam
membantu memecahkan masalah siswa
No Alternatif Jawaban F % (P)
1 a. Selalu 8 8,89%
2 b. Sering 42 46,67%
3 c. Kadang-kadang 29 32,22%
4 d. Tidak Pernah 11 12,22%
Jumlah 90 100%
Dari tabel di atas diketahui bahwa 8,89% siswa yang merasa bahwa
Guru Bimbingan dan Konseling selalu cepat tanggap dalam membantu
memecahkan masalah siswa, 46,67% siswa yang merasa bahwa Guru
Bimbingan dan Konseling Sering cepat tanggap dalam membantu
memecahkan masalah siswa, 32,22% siswa yang merasa bahwa Guru
Bimbingan dan Konseling Kadang-kadang cepat tanggap dalam membantu
memecahkan masalah siswa, 12,22% siswa yang merasa bahwa Guru
Bimbingan dan Konseling Tidak Pernah cepat tanggap dalam membantu
memecahkan masalah siswa. Hal ini berarti bahwa hampir setengah siswa
yang merasa bahwa guru bimbingan dan konseling Sering cepat tanggap
dalam membantu memecahkan masalah siswa.
Tabel. 8
Layanan konseling secara perorangan diberikan oleh guru BK kepada kamu
No Alternatif Jawaban F % (P)
1 a. Selalu 6 6,67%
2 b. Sering 24 26,67%
3 c. Kadang-kadang 43 47,78%
4 d. Tidak Pernah 17 18,89%
Jumlah 90 100%
55
Dari tabel di atas diketahui bahwa 6,67% siswa yang merasa bahwa Layanan konseling secara perorangan Selalu diberikan oleh guru BK kepada siswa, 26,67% siswa yang merasa bahwa Layanan konseling secara perorangan Sering diberikan oleh guru BK kepada siswa, 47,78% siswa yang merasa bahwa Layanan konseling secara perorangan Kadang-kadang diberikan oleh guru BK kepada siswa,18,89% siswa yang merasa bahwa Layanan konseling secara perorangan Tidak Pernah diberikan oleh guru BK kepada siswa. Hal ini berarti bahwa hampir setengah dari siswa yang merasa bahwa Layanan konseling secara perorangan Kadang-kadang diberikan oleh guru BK kepada siswa.
Tabel. 9
Bila ada masalah yang tidak terpecahkan saya mengkonsultasikan
kepada guru Bimbingan dan Konseling
No Alternatif Jawaban F % (P) 1 a. Selalu 14 15,56%
2 b. Sering 37 41,11%
3 c. Kadang-kadang 29 32,22%
4 d. Tidak Pernah 10 11,11%
Jumlah 90 100%
Dari tabel di atas diketahui bahwa 15,56% siswa yang merasa
bahwa Bila ada masalah yang tidak terpecahkan Selalu mengkonsultasikan kepada guru Bimbingan dan Konseling, 41,11% siswa yang merasa bahwa Bila ada masalah yang tidak terpecahkan Sering mengkonsultasikan kepada guru Bimbingan dan Konseling, 32,22% siswa yang merasa bahwa Bila ada masalah yang tidak terpecahkan Kadang-kadang mengkonsultasikan kepada guru Bimbingan dan Konseling, 11,11% siswa yang merasa bahwa Bila ada masalah yang tidak terpecahkan Tidak Pernah mengkonsultasikan kepada guru Bimbingan dan Konseling. Hal ini berarti bahwa hampir setengah dari siswa yang merasa bahwa Bila ada masalah yang tidak terpecahkan Sering mengkonsultasikan kepada guru Bimbingan dan Konseling.
56
Tabel. 10
Guru Bimbingan dan Konseling menyelenggarakan pula
bimbingan secara kelompok
No Alternatif Jawaban F % (P)
1 a. Selalu 12 13,33%
2 b. Sering 26 28,89%
3 c. Kadang-kadang 31 34,44%
4 d. Tidak Pernah 21 23,33%
Jumlah 90 100%
Dari tabel di atas diketahui bahwa 13,33% siswa yang merasa
bahwa Guru Bimbingan dan Konseling Selalu menyelenggarakan pula
bimbingan secara kelompok, 28,89% siswa yang merasa bahwa Guru
Bimbingan dan Konseling Sering pula menyelenggarakan bimbingan
secara kelompok, 34,44% siswa yang merasa bahwa Guru Bimbingan dan
Konseling Kadang-kadang menyelenggarakan pula bimbingan secara
kelompok, 23,33% siswa yang merasa bahwa Guru Bimbingan dan
Konseling Tidak Pernah menyelenggarakan bimbingan secara kelompok.
Hal ini berarti bahwa sebagian kecil dari siswa yang merasa bahwa Guru
Bimbingan dan Konseling Kadang-kadang menyelenggarakan pula
bimbingan secara kelompok.
Tabel. 11
Guru Bimbingan dan Konseling menyelenggarakan bimbingan belajar
No Alternatif Jawaban F % (P)
1 a. Selalu 10 11,11%
2 b. Sering 26 28,89%
3 c. Kadang-kadang 31 34,44%
4 d. Tidak Pernah 23 25,56%
Jumlah 90 100%
57
Dari tabel di atas diketahui bahwa 11,11% siswa yang merasa
bahwa Guru Bimbingan dan Konseling Selalu menyelenggarakan
bimbingan belajar, 28,89% siswa yang merasa bahwa Guru Bimbingan
dan Konseling Sering menyelenggarakan bimbingan belajar, 34,44%
siswa yang merasa bahwa Guru Bimbingan dan Konseling Kadang-kadang
menyelenggarakan bimbingan belajar, 25,56% siswa yang merasa bahwa
Guru Bimbingan dan Konseling Tidak Pernah menyelenggarakan
bimbingan belajar. Hal ini berarti bahwa sebagian kecil dari siswa yang
merasa bahwa Guru Bimbingan dan Konseling Kadang-kadang
menyelenggarakan bimbingan belajar.
Tabel. 12
Setelah mendapat bimbingan belajar, saya lebih mudah memahami pelajaran
No Alternatif Jawaban F % (P)
1 a. Selalu 18 20%
2 b. Sering 45 50%
3 c. Kadang-kadang 24 26,67%
4 d. Tidak Pernah 3 3,33%
Jumlah 90 100%
Dari tabel di atas diketahui bahwa 20% siswa yang merasa bahwa
Setelah mendapat bimbingan belajar Selalu lebih mudah memahami
pelajaran, 50% siswa yang merasa bahwa Setelah mendapat bimbingan
belajar Sering lebih mudah memahami pelajaran, 26,67% siswa yang
merasa bahwa Setelah mendapat bimbingan belajar Kadang-kadang lebih
mudah memahami pelajaran, 3,33% siswa yang merasa bahwa Setelah
mendapat bimbingan belajar Tidak Pernah lebih mudah memahami
pelajaran. Hal ini berarti bahwa setengahnya dari siswa merasa bahwa
Setelah mendapat bimbingan belajar Sering lebih mudah memahami
pelajaran.
58
Tabel. 13
Guru Bimbingan dan Konseling memberikan informasi tentang
cara belajar yang baik
No Alternatif Jawaban F % (P)
1 a. Selalu 21 23,33%
2 b. Sering 34 37,78%
3 c. Kadang-kadang 29 32,22%
4 d. Tidak Pernah 6 6,67%
Jumlah 90 100%
Dari tabel di atas diketahui bahwa 23,33% siswa yang merasa
bahwa Guru Bimbingan dan Konseling Selalu memberikan informasi
tentang cara belajar yang baik, 37,78% siswa yang merasa bahwa Guru
Bimbingan dan Konseling Sering memberikan informasi tentang cara
belajar yang baik, 32,22% siswa yang merasa bahwa Guru Bimbingan dan
Konseling Kadang-kadang memberikan informasi tentang cara belajar
yang baik, 6,67% siswa yang merasa bahwa Guru Bimbingan dan
Konseling Tidak Pernah memberikan informasi tentang cara belajar yang
baik. Hal ini berarti bahwa sebagian kecil dari siswa merasa bahwa Guru
Bimbingan dan Konseling Sering memberikan informasi tentang cara
belajar yang baik.
Tabel. 14
Guru Bimbingan dan Konseling menjelaskan bagaimana cara mengatasi
kesulitan-kesulitan yang berkaitan dengan mata pelajaran tertentu
No Alternatif Jawaban F % (P)
1 a. Selalu 5 5,56%
2 b. Sering 28 31,11%
3 c. Kadang-kadang 41 45,56%
4 d. Tidak Pernah 16 17,78%
Jumlah 90 100%
59
Dari tabel di atas diketahui bahwa 5,56% siswa yang merasa bahwa
Guru Bimbingan dan Konseling Selalu menjelaskan bagaimana cara
mengatasi kesulitan-kesulitan yang berkaitan dengan mata pelajaran
tertentu, 31,11% siswa yang merasa bahwa Guru Bimbingan dan
Konseling Sering menjelaskan bagaimana cara mengatasi kesulitan-
kesulitan yang berkaitan dengan mata pelajaran tertentu, 45,56% siswa
yang merasa bahwa Guru Bimbingan dan Konseling Kadang-kadang
menjelaskan bagaimana cara mengatasi kesulitan-kesulitan yang berkaitan
dengan mata pelajaran tertentu, 17,78% siswa yang merasa bahwa Guru
Bimbingan dan Konseling Tidak Pernah menjelaskan bagaimana cara
mengatasi kesulitan-kesulitan yang berkaitan dengan mata pelajaran
tertentu. Hal ini berarti bahwa hampir setengahnya dari siswa merasa
bahwa Guru Bimbingan dan Konseling Kadang-kadang menjelaskan
bagaimana cara mengatasi kesulitan-kesulitan yang berkaitan dengan mata
pelajaran tertentu.
Tabel. 15
Pada waktu-waktu tertentu guru Bimbingan dan Konseling mengadakan
perlombaan mengenai bakat masing-masing siswa
No Alternatif Jawaban F % (P)
1 a. Selalu 4 4,44%
2 b. Sering 30 33,33%
3 c. Kadang-kadang 41 45,46%
4 d. Tidak Pernah 15 16,67%
Jumlah 90 100%
Dari tabel di atas diketahui bahwa 4,44% siswa yang merasa bahwa
Pada waktu-waktu tertentu guru Bimbingan dan Konseling Selalu
mengadakan perlombaan mengenai bakat masing-masing siswa, 33,33%
siswa yang merasa bahwa Pada waktu-waktu tertentu guru Bimbingan dan
Konseling Sering mengadakan perlombaan mengenai bakat masing-
60
masing siswa, 45,46% siswa yang merasa bahwa Pada waktu-waktu
tertentu guru Bimbingan dan Konseling Kadang-kadang mengadakan
perlombaan mengenai bakat masing-masing siswa,16,67% siswa yang
merasa bahwa Pada waktu-waktu tertentu guru Bimbingan dan Konseling
Tidak Pernah mengadakan perlombaan mengenai bakat masing-masing
siswa. Hal ini berarti bahwa hampir setengahnya dari siswa merasa bahwa
Guru Bimbingan dan Konseling Pada waktu-waktu tertentu Kadang-
kadang mengadakan perlombaan mengenai bakat masing-masing siswa.
Tabel. 16
Layanan Bimbingan dan Konseling kepada siswa dilakukan
secara tuntas dan berkesinambungan
No Alternatif Jawaban F % (P)
1 a. Selalu 32 35,56%
2 b. Sering 42 46,67%
3 c. Kadang-kadang 13 14,44%
4 d. Tidak Pernah 3 3,33%
Jumlah 90 100%
Dari tabel di atas diketahui bahwa 35,56% siswa yang merasa
bahwa Layanan Bimbingan dan Konseling kepada siswa Selalu dilakukan
secara tuntas dan berkesinambungan, 46,67% siswa yang merasa bahwa
Layanan Bimbingan dan Konseling kepada siswa Sering dilakukan secara
tuntas dan berkesinambungan, 14,44% siswa yang merasa bahwa Layanan
Bimbingan dan Konseling kepada siswa Kadang-kadang dilakukan secara
tuntas dan berkesinambungan, 3,33% siswa yang merasa bahwa Layanan
Bimbingan dan Konseling kepada siswa Tidak Pernah dilakukan secara
tuntas dan berkesinambungan. Hal ini berarti bahwa hampir setengahnya
dari siswa merasa bahwa Layanan Bimbingan dan Konseling kepada siswa
Sering dilakukan secara tuntas dan berkesinambungan.
61
Tabel. 17
Dalam pelaksanaan bimbingan dan konseling kerahasiaan saya terjaga
No Alternatif Jawaban F % (P)
1 a. Selalu 32 35,56%
2 b. Sering 38 42,22%
3 c. Kadang-kadang 19 21, 11%
4 d. Tidak Pernah 1 1,11%
Jumlah 90 100%
Dari tabel di atas diketahui bahwa 35,56% siswa yang merasa
bahwa Dalam pelaksanaan bimbingan dan konseling kerahasiaan mereka
Selalu terjaga, 42,22% % siswa yang merasa bahwa Dalam pelaksanaan
bimbingan dan konseling kerahasiaan mereka Sering terjaga, 21, 11%
siswa yang merasa bahwa Dalam pelaksanaan bimbingan dan konseling
kerahasiaan mereka Kadang-kadang terjaga, 1,11% siswa yang merasa
bahwa Dalam pelaksanaan bimbingan dan konseling kerahasiaan mereka
Tidak Pernah terjaga. Hal ini berarti bahwa hampir setengahnya dari siswa
merasa bahwa Dalam pelaksanaan bimbingan dan konseling kerahasiaan
mereka Sering terjaga.
Tabel. 18
Dalam pelaksanaan Bimbingan dan Konseling guru
bimbingan dan konseling menggunakan ruangan khusus
No Alternatif Jawaban F % (P)
1 a. Selalu 45 50%
2 b. Sering 39 43,33%
3 c. Kadang-kadang 6 6,67%
4 d. Tidak Pernah 0 0%
Jumlah 90 100%
62
Dari tabel di atas diketahui bahwa 50% siswa yang merasa bahwa
Dalam pelaksanaan bimbingan dan konseling guru bimbingan dan
konseling Selalu menggunakan ruangan khusus, 43,33% siswa yang
merasa bahwa Dalam pelaksanaan bimbingan dan konseling guru
bimbingan dan konseling Sering menggunakan ruangan khusus, 6,67%
siswa yang merasa bahwa Dalam pelaksanaan bimbingan dan konseling
guru bimbingan dan konseling Kadang-kadang menggunakan ruangan
khusus, 0%% siswa yang merasa bahwa Dalam pelaksanaan bimbingan
dan konseling guru bimbingan dan konseling Tidak Pernah menggunakan
ruangan khusus. Hal ini berarti bahwa setengahnya dari siswa merasa
bahwa Dalam pelaksanaan bimbingan dan konseling guru bimbingan dan
konseling Selalu menggunakan ruangan khusus.
Tabel. 19
Guru Bimbingan dan Konseling menjelaskan cara-cara
meningkatkan motivasi belajar kepada siswa
No Alternatif Jawaban F % (P)
1 a. Selalu 13 14,44%
2 b. Sering 41 45,56%
3 c. Kadang-kadang 30 33,33%
4 d. Tidak Pernah 6 6,67%
Jumlah 90 100%
Dari tabel di atas diketahui bahwa 14,44% siswa yang merasa
bahwa Guru Bimbingan dan Konseling Selalu menjelaskan cara-cara
meningkatkan motivasi belajar kepada siswa, 45,56% siswa yang merasa
bahwa Guru Bimbingan dan Konseling Sering menjelaskan cara-cara
meningkatkan motivasi belajar kepada siswa, 33,33% siswa yang merasa
bahwa Guru Bimbingan dan Konseling Kadang-kadang menjelaskan cara-
cara meningkatkan motivasi belajar kepada siswa, 6,67% siswa yang
merasa bahwa Guru Bimbingan dan Konseling Kadang-kadang
63
menjelaskan cara-cara meningkatkan motivasi belajar kepada siswa. Hal
ini berarti bahwa hampir setengahnya dari siswa merasa bahwa Guru
Bimbingan dan Konseling Sering menjelaskan cara-cara meningkatkan
motivasi belajar kepada siswa.
Tabel. 20
Guru Bimbingan dan Konseling menjelaskan cara-cara memahami diri
(kemampuan, bakat, minat belajar)
No Alternatif Jawaban F % (P)
1 a. Selalu 22 24,44%
2 b. Sering 39 43,33%
3 c. Kadang-kadang 24 26,67%
4 d. Tidak Pernah 5 5,56%
Jumlah 90 100%
Dari tabel di atas diketahui bahwa 24,44% siswa yang merasa
bahwa Guru Bimbingan dan Konseling Selalu menjelaskan cara-cara
memahami diri (kemampuan, bakat, minat belajar), 43,33% siswa yang
merasa bahwa Guru Bimbingan dan Konseling Sering menjelaskan cara-
cara memahami diri (kemampuan, bakat, minat belajar), 26,67% siswa
yang merasa bahwa Guru Bimbingan dan Konseling Kadang-kadang
menjelaskan cara-cara memahami diri (kemampuan, bakat, minat belajar),
5,56% siswa yang merasa bahwa Guru Bimbingan dan Konseling Tidak
Pernah menjelaskan cara-cara memahami diri (kemampuan, bakat, minat
belajar). Hal ini berarti bahwa hampir setengahnya dari siswa merasa
bahwa Guru Bimbingan dan Konseling Sering menjelaskan cara-cara
memahami diri (kemampuan, bakat, minat belajar).
64
Tabel. 21
Pada awal tahun pelajaran di sekolah diadakan MOS (Masa Orientasi Siswa)
No Alternatif Jawaban F % (P)
1 a. Selalu 90 100%
2 b. Sering 0 0%
3 c. Kadang-kadang 0 0%
4 d. Tidak Pernah 0 0%
Jumlah 90 100%
Dari tabel di atas diketahui bahwa100% siswa yang merasa bahwa
Pada awal tahun pelajaran di sekolah Selalu diadakan MOS (Masa
Orientasi Siswa), 0% siswa yang merasa bahwa Pada awal tahun pelajaran
di sekolah Sering diadakan MOS (Masa Orientasi Siswa), 0% siswa yang
merasa bahwa Pada awal tahun pelajaran di sekolah Kadang-kadang
diadakan MOS (Masa Orientasi Siswa), 0% siswa yang merasa bahwa
Pada awal tahun pelajaran di sekolah Tidak Pernah diadakan MOS (Masa
Orientasi Siswa). Hal ini berarti bahwa seluruh siswa merasa bahwa Pada
awal tahun pelajaran di sekolah Selalu diadakan MOS (Masa Orientasi
Siswa).
Tabel. 22
Dalam layanan bimbingan dan konseling di sekolah, terdapat layanan
kunjungan ke rumah
No Alternatif Jawaban F % (P)
1 a. Selalu 0 0%
2 b. Sering 6 6,67%
3 c. Kadang-kadang 44 48,89%
4 d. Tidak Pernah 40 44,44%
Jumlah 50 100%
65
Dari tabel di atas diketahui bahwa 0% siswa yang merasa bahwa
Dalam layanan bimbingan dan konseling di sekolah, Selalu terdapat
layanan kunjungan ke rumah, 6,67% siswa yang merasa bahwa Dalam
layanan bimbingan dan konseling di sekolah, Sering terdapat layanan
kunjungan ke rumah, 48,89% siswa yang merasa bahwa Dalam layanan
bimbingan dan konseling di sekolah, Kadang-kadang terdapat layanan
kunjungan ke rumah, 44,44% siswa yang merasa bahwa Dalam layanan
bimbingan dan konseling di sekolah, Tidak Pernah terdapat layanan
kunjungan ke rumah. Hal ini berarti bahwa hampir setengah dari siswa
yang merasa bahwa Dalam layanan bimbingan dan konseling di sekolah,
Kadang-kadang terdapat layanan kunjungan ke rumah.
Tabel. 23
Menjelang kelulusan di sekolah disediakan informasi tentang
sekolah menengah atas oleh guru bimbingan dan konseling
No Alternatif Jawaban F % (P)
1 a. Selalu 35 38,89%
2 b. Sering 41 45,56%
3 c. Kadang-kadang 14 15,56%
4 d. Tidak Pernah 0 0%
Jumlah 90 100%
Dari tabel di atas diketahui bahwa 38,89% siswa yang merasa
bahwa Menjelang kelulusan di sekolah Selalu disediakan informasi
tentang sekolah menengah atas oleh guru bimbingan dan konseling,
45,56% siswa yang merasa bahwa Menjelang kelulusan di sekolah Sering
disediakan informasi tentang sekolah menengah atas oleh guru bimbingan
dan konseling, 15,56% siswa yang merasa bahwa Menjelang kelulusan di
sekolah Kadang-kadang disediakan informasi tentang sekolah menengah
atas oleh guru bimbingan dan konseling, 0% siswa yang merasa bahwa
Menjelang kelulusan di sekolah Tidak Pernah disediakan informasi
66
tentang sekolah menengah atas oleh guru bimbingan dan konseling. Hal
ini berarti bahwa hampir setengah dari siswa yang merasa bahwa
Menjelang kelulusan di sekolah Sering disediakan informasi tentang
sekolah menengah atas oleh guru bimbingan dan konseling.
Tabel. 24
Dalam pemecahan masalah siswa guru Bimbingan dan Konseling
bekerja sama dengan pihak orang tua (wali murid)
No Alternatif Jawaban F % (P)
1 a. Selalu 28 31,11%
2 b. Sering 47 52,22%
3 c. Kadang-kadang 15 16,67%
4 d. Tidak Pernah 0 0%
Jumlah 90 100%
Dari tabel di atas diketahui bahwa 31,11% siswa yang merasa
bahwa Dalam pemecahan masalah siswa guru Bimbingan dan Konseling
Selalu bekerja sama dengan pihak orang tua (wali murid), 52,22% siswa
yang merasa bahwa Dalam pemecahan masalah siswa guru Bimbingan dan
Konseling Sering bekerja sama dengan pihak orang tua (wali murid),
16,67% siswa yang merasa bahwa Dalam pemecahan masalah siswa guru
Bimbingan dan Konseling Kadang-kadang bekerja sama dengan pihak
orang tua (wali murid), 0% siswa yang merasa bahwa Dalam pemecahan
masalah siswa guru Bimbingan dan Konseling Tidak Pernah bekerja sama
dengan pihak orang tua (wali murid). Hal ini berarti bahwa lebih dari
setengah dari siswa yang merasa bahwa Dalam pemecahan masalah siswa
guru Bimbingan dan Konseling Sering bekerja sama dengan pihak orang
tua (wali murid).
67
Tabel. 25
Guru Bimbingan dan Konseling dalam mengatasi/memecahkan masalah,
memberikan kesempatan kepada siswa menentukan caranya sendiri
No Alternatif Jawaban F % (P)
1 a. Selalu 8 8,89%
2 b. Sering 32 35,56%
3 c. Kadang-kadang 39 43,33%
4 d. Tidak Pernah 11 12,22%
Jumlah 50 100%
Dari tabel di atas diketahui bahwa 8,89% siswa yang merasa bahwa
Guru Bimbingan dan Konseling dalam mengatasi/memecahkan masalah,
Selalu memberikan kesempatan kepada siswa menentukan caranya sendiri,
35,56% siswa yang merasa bahwa Guru Bimbingan dan Konseling dalam
mengatasi/memecahkan masalah, Sering memberikan kesempatan kepada
siswa menentukan caranya sendiri, 43,33% siswa yang merasa bahwa
Guru Bimbingan dan Konseling dalam mengatasi/memecahkan masalah,
Kadang-kadang memberikan kesempatan kepada siswa menentukan
caranya sendiri, 12,22% siswa yang merasa bahwa Guru Bimbingan dan
Konseling dalam mengatasi/memecahkan masalah, Tidak Pernah
memberikan kesempatan kepada siswa menentukan caranya sendiri. Hal
ini berarti bahwa hampir setengah dari siswa merasa bahwa Guru
Bimbingan dan Konseling dalam mengatasi/memecahkan masalah,
Kadang-kadang memberikan kesempatan kepada siswa menentukan
caranya sendiri.
68
Tabel. 26
Guru Bimbingan dan Konseling pernah melakukan himpunan
data/menggali keterangan untuk keperluan pengembangan siswa
No Alternatif Jawaban F % (P) 1 a. Selalu 19 21,22%
2 b. Sering 38 42,22%
3 c. Kadang-kadang 30 33,33%
4 d. Tidak Pernah 3 3,33%
Jumlah 90 100%
Dari tabel di atas diketahui bahwa 21,22% siswa yang merasa
bahwa Guru Bimbingan dan Konseling Selalu melakukan himpunan data/menggali keterangan untuk keperluan pengembangan siswa, 42,22% siswa yang merasa bahwa Guru Bimbingan dan Konseling Sering melakukan himpunan data/menggali keterangan untuk keperluan pengembangan siswa, 33,33% siswa yang merasa bahwa Guru Bimbingan dan Konseling Kadang-kadang melakukan himpunan data/menggali keterangan untuk keperluan pengembangan siswa, 3,33% siswa yang merasa bahwa Guru Bimbingan dan Konseling Tidak Pernah melakukan himpunan data/menggali keterangan untuk keperluan pengembangan siswa. Hal ini berarti bahwa hampir setengah dari siswa merasa bahwa Guru Bimbingan dan Konseling Sering melakukan himpunan data/menggali keterangan untuk keperluan pengembangan siswa.
Tabel. 27
Guru Bimbingan dan Konseling memberikan bimbingan tentang cara
mengerjakan tugas dengan baik
No Alternatif Jawaban F % (P) 1 a. Selalu 22 24,44%
2 b. Sering 34 37,78%
3 c. Kadang-kadang 24 26,67%
4 d. Tidak Pernah 10 11,11%
Jumlah 90 100%
69
Dari tabel di atas diketahui bahwa 24,44% siswa yang merasa
bahwa Guru Bimbingan dan Konseling Selalu memberikan bimbingan
tentang cara mengerjakan tugas dengan baik, 37,78% siswa yang merasa
bahwa Guru Bimbingan dan Konseling Sering memberikan bimbingan
tentang cara mengerjakan tugas dengan baik, 26,67% siswa yang merasa
bahwa Guru Bimbingan dan Konseling Kadang-kadang memberikan
bimbingan tentang cara mengerjakan tugas dengan baik, 11,11% siswa
yang merasa bahwa Guru Bimbingan dan Konseling Tidak Pernah
memberikan bimbingan tentang cara mengerjakan tugas dengan baik. Hal
ini berarti bahwa sebagian kecil dari siswa merasa bahwa Guru Bimbingan
dan Konseling Sering memberikan bimbingan tentang cara mengerjakan
tugas dengan baik.
Tabel. 28
Guru Bimbingan dan Konseling memberikan layanan pembelajaran
mengenai pola hidup sederhana yang sehat dan gotong royong
No Alternatif Jawaban F % (P)
1 a. Selalu 14 15,56%
2 b. Sering 35 38,89%
3 c. Kadang-kadang 28 31,11%
4 d. Tidak Pernah 13 14,44%
Jumlah 90 100%
Dari tabel di atas diketahui bahwa 15,56% siswa yang merasa
bahwa Guru Bimbingan dan Konseling Selalu memberikan layanan
pembelajaran mengenai pola hidup sederhana yang sehat dan gotong
royong, 38,89% siswa yang merasa bahwa Guru Bimbingan dan
Konseling Sering memberikan layanan pembelajaran mengenai pola hidup
sederhana yang sehat dan gotong royong, 31,11% siswa yang merasa
bahwa Guru Bimbingan dan Konseling Kadang-kadang memberikan
layanan pembelajaran mengenai pola hidup sederhana yang sehat dan
70
gotong royong, 14,44% siswa yang merasa bahwa Guru Bimbingan dan
Konseling Tidak Pernah memberikan layanan pembelajaran mengenai pola
hidup sederhana yang sehat dan gotong royong. Hal ini berarti bahwa
sebagian kecil dari siswa merasa bahwa Guru Bimbingan dan Konseling
Sering memberikan layanan pembelajaran mengenai pola hidup sederhana
yang sehat dan gotong royong.
Tabel. 29
Guru Bimbingan dan Konseling pernah memberikan arahan
tentang cita-cita yang kamu inginkan
No Alternatif Jawaban F % (P)
1 a. Selalu 32 35,56%
2 b. Sering 41 45,56%
3 c. Kadang-kadang 17 18,89%
4 d. Tidak Pernah 0 0%
Jumlah 90 100%
Dari tabel di atas diketahui bahwa 35,56% siswa yang merasa
bahwa Guru Bimbingan dan Konseling Selalu memberikan arahan tentang
cita-cita yang diinginkan siswa, 45,56% siswa yang merasa bahwa Guru
Bimbingan dan Konseling Sering memberikan arahan tentang cita-cita
yang diinginkan siswa, 18,89% siswa yang merasa bahwa Guru
Bimbingan dan Konseling Kadang-kadang memberikan arahan tentang
cita-cita yang diinginkan siswa, 0% siswa yang merasa bahwa Guru
Bimbingan dan Konseling Tidak Pernah memberikan arahan tentang cita-
cita yang diinginkan siswa. Hal ini berarti bahwa hampir setengah dari
siswa yang merasa bahwa Guru Bimbingan dan Konseling Sering
memberikan arahan tentang cita-cita yang diinginkan siswa.
71
Tabel. 30
Dalam rangka meningkatkan mutu, BK meminta informasi kepada
siswa tentang pelayanan bimbingan dan konseling selama ini
No Alternatif Jawaban F % (P)
1 a. Selalu 23 25,56%
2 b. Sering 46 51,11%
3 c. Kadang-kadang 19 21,11%
4 d. Tidak Pernah 2 2,11%
Jumlah 90 100%
Dari tabel di atas diketahui bahwa 25,56% siswa yang merasa
bahwa Dalam rangka meningkatkan mutu, BK Selalu meminta informasi
kepada siswa tentang pelayanan bimbingan dan konseling selama ini,
51,11% siswa yang merasa bahwa Dalam rangka meningkatkan mutu, BK
Sering meminta informasi kepada siswa tentang pelayanan bimbingan dan
konseling selama ini, 21,11% siswa yang merasa bahwa Dalam rangka
meningkatkan mutu, BK Kadang-kadang meminta informasi kepada siswa
tentang pelayanan bimbingan dan konseling selama ini, 2,11% siswa
yang merasa bahwa Dalam rangka meningkatkan mutu, BK Tidak Pernah
meminta informasi kepada siswa tentang pelayanan bimbingan dan
konseling selama ini. Hal ini berarti bahwa lebih dari setengah siswa yang
merasa bahwa Dalam rangka meningkatkan mutu, BK Sering meminta
informasi kepada siswa tentang pelayanan bimbingan dan konseling
selama ini.
2. Analisa dan Interpretasi Data Dengan Menggunakan Rumus Korelasi
Product Moment.
Berdasarkan jawaban angket, penulis melakukan perhitungan untuk
mengetahui skor yang diperoleh dari setiap siswa. Dan hasil perhitungan
tersebut dapat dilihat pada tabel dibawah ini:
72
a. Pelaksanaan Bimbingan dan Konseling
Tabel. 31
No Skor No Skor
1 76 46 68
2 72 47 58
3 73 48 64
4 69 49 76
5 72 50 73
6 70 51 78
7 70 52 78
8 71 53 71
9 67 54 68
10 63 55 67
11 66 56 74
12 77 57 74
13 77 58 69
14 70 59 66
15 78 60 73
16 76 61 79
17 74 62 73
18 77 63 70
19 70 64 65
20 70 65 68
21 74 66 72
22 72 67 69
23 69 68 68
24 69 69 75
25 69 70 76
26 76 71 70
27 79 72 70
73
28 78 73 65
29 68 74 65
30 71 75 71
31 68 76 79
32 70 77 72
33 67 78 73
34 69 79 74
35 67 80 71
36 74 81 69
37 66 82 69
38 76 83 69
39 70 84 74
40 69 85 67
41 71 86 72
42 75 87 70
43 76 88 75
44 80 89 72
45 74 90 70
b. Prestasi Belajar
Data mengenai hasil belajar siswa yang diperoleh dari nilai
rata-rata hasil Ujian Akhir Smester 1 dapat dilihat pada tabel berikut
ini:
Tabel. 32
Skor Prestasi Belajar (Variabel Y)
No Skor No Skor
1 80 46 70
2 80 47 73
3 78 48 70
4 75 49 69
74
5 74 50 67
6 72 51 75
7 76 52 68
8 73 53 67
9 69 54 65
10 73 55 71
11 67 56 69
12 69 57 73
13 78 58 70
14 69 59 70
15 75 60 75
16 70 61 76
17 75 62 66
18 70 63 65
19 72 64 63
20 73 65 70
21 75 66 72
22 76 67 72
23 72 68 70
24 74 69 76
25 75 70 77
26 74 71 67
27 73 72 65
28 77 73 60
29 73 74 69
30 76 75 75
31 72 76 79
32 68 77 74
33 70 78 75
34 74 79 75
75
35 73 80 66
36 76 81 71
37 66 82 70
38 67 83 67
39 73 84 76
40 67 85 69
41 63 86 68
42 68 87 71
43 78 88 76
44 78 89 75
45 77 90 69
Tabel. 33
Perhitungan untuk memperoleh angka indeks korelasi antara
Variabel X dan Variabel Y
No X Y X2 Y2 XY
1 76 80 5776 6400 6080
2 72 80 5184 6400 5760
3 73 78 5329 6084 5694
4 69 75 4761 5625 5175
5 72 74 5184 5476 5328
6 70 72 4900 5184 5040
7 70 76 4900 5776 5320
8 71 73 5041 5329 5183
9 67 69 4489 4761 4623
10 63 73 3969 5329 4599
11 66 67 4356 4489 4422
12 77 69 5929 4761 5313
13 77 78 5929 6084 6006
14 70 69 4900 4761 4830
76
15 78 75 6084 5625 5850
16 76 70 5776 4900 5320
17 74 75 5476 5625 5550
18 77 70 5929 4900 5390
19 70 72 4900 5184 5040
20 70 73 4900 5329 5250
21 74 75 5476 5625 5550
22 72 76 5184 5776 5472
23 69 72 4761 5184 4968
24 69 74 4761 5476 5106
25 69 75 4761 5625 5175
26 76 74 5776 5476 5624
27 79 73 6241 5329 5767
28 78 77 6084 5929 6006
29 68 73 4624 5329 4964
30 71 76 5041 5776 5396
31 68 72 4624 5184 4896
32 70 68 4900 4624 4760
33 67 70 4489 4900 4690
34 69 74 4761 5476 5106
35 67 73 4489 5329 4891
36 74 76 5476 5776 5624
37 66 66 4356 4356 4356
38 76 67 5776 4489 5092
39 70 73 4900 5329 5110
40 69 67 4761 4489 5623
41 71 63 5041 3969 4473
42 75 68 5625 4624 5100
43 76 78 5776 6084 5928
44 80 78 6400 6084 6240
77
45 74 77 5476 5929 5698
46 68 70 4624 4900 4760
47 58 73 3364 5329 4234
48 64 70 4096 4900 4480
49 76 69 5776 4761 5244
50 73 67 5329 4489 4891
51 78 75 6084 5625 5850
52 78 68 6084 4624 5304
53 71 67 5041 4489 4757
54 68 65 4624 4225 4420
55 67 71 4489 5041 4757
56 74 69 5476 4761 5106
57 74 73 5476 5329 5402
58 69 70 4761 4900 4830
59 66 70 4356 4900 4620
60 73 75 5329 5625 5475
61 79 76 6241 5776 6004
62 73 66 5329 4356 4818
63 70 65 4900 4225 4550
64 65 63 4225 3969 4095
65 68 70 4624 4900 4760
66 72 72 5184 5184 5184
67 69 72 4761 5184 4968
68 68 70 4624 4900 4760
69 75 76 5625 5776 5700
70 76 77 5776 5929 5852
71 70 67 4900 4489 4690
72 70 65 4900 4225 4550
73 65 60 4225 3600 3900
74 65 69 4225 4761 4485
78
75 71 75 5041 5625 5325
76 79 79 6241 6241 6241
77 72 74 5184 5476 5328
78 73 75 5329 5625 5475
79 74 75 5476 5625 5550
80 71 66 5041 4356 4686
81 69 71 4761 5041 4899
82 69 70 4761 4900 4830
83 66 67 4356 4489 4422
84 74 76 5476 5776 5624
85 67 69 4489 4761 4623
86 72 68 5184 4624 4896
87 70 71 4900 5041 4970
88 75 76 5625 5776 5700
89 72 75 5184 5625 5400
90 70 69 4900 4761 4830
N = 90 ∑X =
6421
∑Y =
6459
∑X2 =
459667
∑X2 =
465103
∑XY =
461633
Selanjutnya penulis menggunakan teknik analisis product moment
untuk melihat pengaruh antara variabel X yaitu Pelaksanaan Bimbingan
dan Konseling dan variabel Y yaitu Prestasi Belajar.
Product Moment:
rxy = ( )( )( ) ( ) ]][[ 2222 YYNXXN
YXXYN
∑−∑∑−∑
∑∑−∑
= ( )( )( ) ( ) ]6459)465103)(90][(6421)459667)(90[(
64596421)461633)(90(22 −−
−
=( ) ( )]41718681)41859270][(41229241)41370030[(
)41473239()41546970(−−
−
79
= )140589)(140789(
73731
= 9645,140688
73731 = 0,524070955
Jadi, koefisien yang diperoleh adalah 0,524
Dari hasil perhitungan tersebut di atas dapat diketahui ternyata
angka korelasi antara variabel X dan variabel Y tidak bertanda negatif,
berarti diantara kedua variabel tersebut terdapat korelasi yang positif.
Dengan memperhatikan besarnya Rxy (0,524) yang besarnya
berkisar antara 0,40 – 0,70, berarti korelasi positif antara variabel X dan
variabel Y itu adalah termasuk korelasi positif yang sedang atau cukup.
Selanjutnya nilai Rxy tersebut dibandingkan dengan rtabel yang
tercantum dalam tabel nila “r” product moment dengan memperhitungkan
df (degress of fredom) terlebih dahulu.
df = N – nr
= 90 – 2
= 88
Dalam tabel tidak terdapat df 88, oleh karena itu dipergunakan df
yang terdekat, yaitu 90.
Dengan df sebesar 90, dikonsultasikan dengan tabel “rtabel”, baik pada signifikasi 5% atau pada taraf signifikasi 1 %. a. Pada taraf signifikansi 5 % = 0,207 b. Pada tarif signifikansi 1% = 0,270
Ternyata “rxy” pada taraf signifikansi 5% lebih besar dari “r” tabel atau (0,524>0,207), maka pada taraf signifikansi 5% hipotesa nol (H0) ditolak sedangkan hipotesa alternatif (Ha) diterima. Ini berarti ada hubungan atau korelasi yang signifkan antara pengaruh pelaksanaan bimbingan dan konseling terhadap prestasi belajar siswa di SMP N 4 Ciputat.
Selanjutnya pada taraf signfikansi 1% atau “rxy” lebih besar dari “r” tabel atau (0,524>0,27), maka pada taraf signifikansi 1% hipotesa nol (H0) ditolak sedangkan hipotesa alternatif (Ha) diterima. Ini berarti ada
80
hubungan atau korelasi yang signifkan antara pengaruh pelaksanaan bimbingan dan konseling terhadap prestasi belajar siswa di SMP N 4 Ciputat.
Dengan demikian penulis mengambil kesimpulan bahwa ada hubungan atau korelasi yang signifkan antara pengaruh pelaksanaan bimbingan dan konseling terhadap prestasi belajar siswa di SMP N 4 Ciputat.
Langkah berikutnya yaitu mengetahui besar kecilnya kontribusi Pengaruh Pelaksanaan Bimbingan dan Konseling (variabel X) terhadap Prestasi Belajar Siswa (variabel Y) sebagai berikut:
KD = (Rxy)2 X 100% = (0,524)2 X 100% = (0,274576) X 100% = 27,4576% = 27,5%
Dari hasil perhitungan di atas, dapat diketahui besarnya kontribusi Pengaruh Pelaksanaan Bimbingan dan Konseling (variabel X) terhadap Prestasi Belajar Siswa (variabel Y), yaitu sebesar 27,5%. Akan tetapi, ada faktor lain yang mempengaruhi prestasi belajar siswa yaitu sebesar 72,5%. Adapun faktor-faktor lain tidak diteliti oleh penulis dalam skripsi ini.
C. Keterbatasan Penelitian
Suatu penelitian dian sggap baik ditentukan oleh kualitas instrumen
dan pengambilan sampel. Adapun keterbatasan-keterbatasan yang ada dalam
penelitian ini adalah:
1. Butir-butir instrumen tidak representative mewakili indikator-indikator
yang ada, indikator-indikator tidak representative mewakili dimensi-
dimensi yang ada, dimensi-dimensi tidak mewakili teori-teori yang ada
dari suatu variabel penelitian. Hal ini terjadi karena peneliti tidak
melakukan uji validitas dan reliabilitas terhadap instrumen penelitian.
81
2. Tidak melakukan probability sampling terhadap sampel
terpilih/responden, dan juga tidak menghitung normalitas dan
homogenitasnya.
3. Sebelum menghitung korelasi product moment, tidak dilakukan/
menghitung terlebih dahulu persamaan regresi untuk mengetahui
kelinieran dan keberartiannya.
Demikianlah antara lain keterbatasan-keterbatasan yang ada dalam
penelitian ini. Dan informasi tersebut diharapkan bermanfaat untuk
perbaikan penelitian sejenis dan pengembangan penelitian selanjutnya.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Setelah mempelajari dan menganalisa berbagai masalah dalam skripsi
yang berjudul ”Pengaruh Pelaksanaan Bimbingan dan Konseling Terhadap
Prestasi Belajar Siswa Kelas IX di SMPN 4 Ciputat”, dari keseluruhan
pembahasan yang dijelaskan pada bab-bab sebelumnya, penulis
mengemukakan beberapa kesimpulan antara lain:
1. Dari hasil perhitungan diatas, dapat diketahui besarnya kontribusi
pengaruh pelaksanaan BK (variabel X) terhadap prestasi belajar siswa
(variabel Y), yaitu sebesar 27,5%.
2. Pelaksanaan bimbingan dan konseling belum berjalan secara optimal
karena prestasi belajar di SMPN 4 Ciputat dipengaruhi oleh faktor lain
yang tidak diteliti oleh penulis yaitu sebesar 72,5%.
3. Terdapat korelasi yang signifikan antara Pelaksanaan Bimbingan dan
Konseling terhadap Prestasi Belajar Siswa yaitu 0,524 dan hal ini
tergolong sedang/cukup.
B. Saran
Dari hasil kesimpulan, penulis`mencoba memberikan saran kepada
pihak-pihak yang berkaitan dengan penelitian di atas, antara lain:
82
83
1. Konselor
Dalam pelaksanaan Bimbingan dan Konseling hendaknya memperhatikan
berbagai aspek atau karakteristik peserta didik baik dari tingkat
kecerdasan, bakat, minat, motivasi dan latar belakang sosial peserta didik.
Agar hasil pelaksanaan BK dapat memenuhi kebutuhan peserta didik
secara optimal.
2. Sekolah
BK merupakan bagian yang integral dari sistem pendidikan, oleh karena
itu program BK juga merupakan bagian yang integral dengan program
sekolah agar seluruh kebutuhan peserta didik dapat terlayani dan terpenuhi
secara maksimal.
3. Guru
Setiap personal sekolah hendaknya terlibat memberikan informasi tentang
karakteristik peserta didik sebagai informasi yang dibutuhkan konselor
dalam pelaksanaan BK.
4. Siswa
Setiap peserta didik hendaknya mengetahui potensi dirinya baik kelebihan
maupun kekurangannya, konsultasi kepada konselor merupakan salah satu
upaya untuk dapat mengembangkan potensinya terutama peningkatan
prestasi belajar.
84
DAFTAR PUSTAKA
A. Hallen, Bimbingan dan Konseling, Jakarta: Quantum Theaching, 2005, cet. Ke-3
Ahmadi, Abu, Ahmad Rohani, Bimbingan dan Konseling di Sekolah, Jakarta: Rineka Cipta, 1998, cet. Ke-1
Ahmadi, Abu, Noor Salimi, Dasar-Dasar Pendidikan Agama Islam, Jakarta: Bumi Aksara, 2004, cet. Ke-15
Ali, Daud, Muhammad, Pendidikan Agama Islam, Jakarta: Raja Grafindo Persada, cet. Ke- 2
Arikunto, Suharsimi, Prosedur Penelitian, Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2002, cet. Ke-12
Departemen Agama RI, Alhikmah, Alqur’an dan Terjemahnya, Bandung: CV. Penerbit Diponogoro, 2006, cet. Ke-2
Fathoni, M. Kholid, Pendidikan Islam dan Pendidikan Nasional, (Paradigma Baru), Jakarta: Departemen Agama RI, 2005
Gunarsa, D. Singgih, Psikologi Untuk Membimbing, Jakarta: Gunung Mulia, 1987, cet. Ke-5
Hasan, M. Iqbal, Pokok-Pokok Materi Metodologi Penelitian dan Aplikasinya, Bogor: Ghalia Indonesia
Kartono, Kartini, Bimbingan Belajar di SMA dan Perguruan Tinggi, Jakarta: CV. Rajawali, 1985, cet. Ke-1
_______, Bimbingan dan Dasar-Dasar Pelaksanaannya, Jakarta: CV. Rajawali, 1985, cet. Ke-1
Muhaimin, Paradigma Pendidikan Islam, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2002, cet. Ke- 2
Nasution, S. Didaktik Asas-Asas Mengajar, Bandung: Jeemmars, 1986, cet. Ke-2
85
Nata, Abuddin, H., Metodologi Studi Islam, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2004, cet. Ke-4
_______, Pendidikan Dalam Perspektif Al-Qur’an, Jakarta: UIN Press, 2005
Nurihsan, Ahmad Juntita dan Akur Sudianto, Manajemen Bimbingan dan Konseling di SMA, Kurikulum 2004, Yakarta: PT. Graznido Anggota IKAPI, 2005, cet. Ke-1
N. Sudirman, dkk, Ilmu Pendidikan, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 1991, cet. Ke- 5
Paimun, H., Bimbingan dan Konseling, Jakarta: UIN Press, 2006
Prayitno dan Erman Amti, Dasar- Dasar Bimbingan dan Konseling, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2004), cet. Ke-2
Purwanto, M. Ngalim, Psikologi Pendidikan, Bandung: Remaja Rosdakarya, 1997, cet. Ke-12
_______, Teknik-Teknik Evaluasi Pendidikan, Jakarta: Nasco, 1997
Ramayulis, Prof. DR., Metodologi Pendidikan Agama Islam, Jakarta: Kalam Mulia, 2005, cet. Ke-4
Slameto, Belajar dan Faktor-faktor Yang Mempengaruhinya, Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2003, cet. Ke-4
Sudjana, Metode Statistika, Bandung: Tarsito, 1996, cet. Ke-6
Sukardi, Dewa Ketut, Proses Bimbingan dan Penyuluhan, Jakarta: PT. Rineka Cipta, 1995, cet. Ke-1
_______, Bimbingan dan Konseling, Jakarta: PT. Bina Aksara, 1988, cet. Ke-8
Suryabrata, Sumadi, Psikologi Pendidikan, Bandung: PT. grafindo Persada, 1995, cet. Ke-7
Syah, Muhibbin, Psikologi Belajar, Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1999, cet. Ke-1
_______, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, Bandung: Remaja Rosdakarya, 1997, cet. Ke-3
86
Undang-Undang RI No.20, SISDIKNAS, Yogyakarta: Media Wacana Press, 2003
Yamin, Martinus, Strategi Pembelajaran Berbasis Kompetensi, Jakarta: Gaung Persada Press, 2004, cet. Ke-2
Yandiyanto, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Bandung: M2S, 1996, cet. Ke-1.
Yunus, Mahmud, Tarjamah Al-Qur’an al_Karim, Bandung: PT. Al-Ma’arif, 1989, cet. Ke-8
Yusuf, Syamsu, LN., H, dan Dr. A. Juntuka Nurihsan, Landasan Bimbingan dan Konseling, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2005, cet. Ke-5
Walgito, Bimo, Bimbingan dan Konseling (studi dan karir), Yogyakarta: CV. Andi Offset, 2005, cet. Ke-2
Wijaya, Juhana, Psikologi Membimbing, Bandung: PT. ERESCO, 1988, cet. Ke-1
Winkel, W.S, Bimbingan dan Konseling di Sekolah Menengah, Jakarta: PT. Gramedia, 1985, cet. Ke-5
R Pernyataan/Nilai Jml 1 2 3 4 5 6 7 1 2 1 2 68 9 10 1 1 13 4 51 1 16 17 18 19 20 2 2 24 24 25 2 1 3 2 2 3 2 2 3 3 2 3 2 4 4 4 3 2 4 2 3 3 2 3 4 3 4 4 76 2 4 3 3 2 3 3 1 2 3 1 2 4 4 3 2 2 4 2 4 4 3 2 2 2 4 3 72 3 4 2 3 2 4 2 1 3 3 2 2 4 4 4 3 3 4 1 4 3 2 2 3 2 3 3 73 4 4 2 3 2 3 2 1 2 3 3 2 4 4 3 2 2 4 2 3 3 3 2 3 2 2 3 69 5 3 2 3 2 3 1 2 3 2 3 2 4 4 4 3 3 4 1 3 4 2 2 4 3 3 2 72 6 2 2 3 2 3 1 1 3 3 2 2 3 3 3 2 3 4 2 4 3 3 3 3 3 4 3 70 7 3 3 4 2 1 2 1 3 4 1 1 3 4 4 3 3 4 2 4 2 3 3 2 2 3 3 70 8 4 3 2 1 2 2 2 4 4 2 1 3 4 3 2 2 4 2 4 3 4 2 1 3 3 4 71 9 3 2 2 1 2 1 2 3 2 3 1 3 4 3 3 3 4 2 4 3 3 2 3 2 2 4 67 10 2 3 2 2 1 2 1 2 2 2 3 2 3 3 2 4 4 1 3 4 2 2 3 3 2 3 63 11 2 2 1 1 2 2 2 3 3 2 2 3 3 4 3 4 4 1 2 3 2 3 4 2 3 3 66 12 2 4 1 2 3 3 3 2 4 3 3 3 3 3 4 3 4 1 3 3 3 4 4 3 4 2 77 13 3 3 2 1 4 2 3 3 2 3 3 4 2 4 4 3 4 1 3 3 4 4 3 4 3 2 77 14 3 4 3 3 4 3 2 4 3 2 4 3 2 3 4 2 4 2 3 4 3 4 2 4 3 3 70 15 4 4 2 2 3 3 2 3 3 2 3 3 3 3 3 3 4 1 4 4 3 3 2 4 3 4 78 16 4 2 4 3 3 2 1 2 4 3 3 4 3 4 4 4 4 2 4 4 2 4 2 4 4 3 76 17 3 2 2 3 4 3 1 4 4 3 2 3 2 4 3 4 4 2 3 4 3 3 3 4 4 2 74 18 3 3 3 2 3 1 2 3 4 4 3 4 3 4 3 3 4 1 2 3 3 3 4 3 3 3 77 19 4 1 2 1 2 2 3 3 2 2 4 4 3 4 2 2 4 2 2 3 3 2 4 4 2 3 70 20 4 1 1 2 3 1 3 3 3 2 3 4 3 3 3 2 4 1 2 3 4 3 3 3 2 4 70 21 4 2 2 2 2 3 3 2 4 3 2 4 4 4 2 3 4 2 4 4 3 4 3 2 3 4 74 22 4 1 1 1 3 2 2 1 3 3 2 3 4 3 1 4 4 3 4 3 4 4 2 2 4 4 72 23 3 2 1 2 3 1 3 2 2 3 2 2 3 4 1 4 4 3 3 4 4 3 3 1 3 3 69 24 4 1 1 2 3 3 4 3 1 2 3 2 4 3 2 3 4 2 3 3 3 3 3 1 3 3 69 25 3 3 2 3 2 2 4 2 2 2 1 3 3 4 3 3 4 1 3 2 4 2 3 1 4 3 69
26 3 4 3 2 2 4 3 1 3 3 1 4 3 4 1 3 4 2 4 3 4 3 4 2 3 3 76 27 2 4 3 3 2 4 2 2 4 2 2 3 3 4 2 4 4 1 3 4 4 3 4 3 4 3 79 28 2 1 4 2 1 3 3 3 2 3 3 4 3 4 3 4 4 2 4 3 3 4 3 4 4 2 78 29 2 2 3 2 2 3 4 2 2 2 2 3 2 4 4 4 4 2 3 2 2 3 2 3 2 2 68 30 2 2 4 2 2 2 4 3 2 2 1 4 2 3 3 3 4 2 4 3 3 3 2 4 2 3 71 31 2 3 2 1 3 1 3 2 3 1 2 4 3 3 2 3 4 1 4 4 3 2 3 3 4 2 68 32 3 2 2 1 4 1 3 3 3 2 3 4 4 2 2 2 4 2 4 3 3 3 3 2 3 2 70 33 3 3 3 1 3 1 4 2 2 1 3 4 3 2 1 4 4 1 3 3 2 4 2 2 3 3 67 34 3 2 3 3 3 1 4 2 1 1 2 3 2 4 2 3 4 1 3 2 3 4 4 2 4 3 69 35 3 1 1 2 2 2 2 3 2 2 3 3 3 3 3 2 4 1 3 3 2 3 3 3 4 4 67 36 3 1 2 3 2 2 3 4 3 2 2 3 4 4 4 3 4 2 2 4 1 2 2 4 4 4 74 37 4 2 2 2 2 1 4 1 3 3 2 2 4 3 3 4 4 1 2 4 3 3 4 3 3 3 66 38 3 2 3 3 3 1 2 3 4 3 1 3 3 4 2 4 4 2 3 4 3 4 3 3 3 3 76 39 4 2 4 4 4 2 1 2 3 2 2 3 3 3 1 4 4 1 4 4 2 3 2 2 2 2 70 40 3 2 3 4 3 1 1 2 4 2 3 4 2 4 2 3 4 2 3 3 2 2 3 3 2 2 69 41 4 2 1 4 4 1 2 4 3 1 2 4 3 4 4 2 4 1 4 3 1 3 2 4 3 1 71 42 3 3 2 4 3 3 3 3 4 2 4 3 4 4 3 3 4 2 3 2 2 4 3 4 3 1 75 43 4 3 3 3 2 3 1 4 3 2 4 3 4 4 2 3 4 2 4 3 2 3 4 4 4 2 76 44 4 4 4 2 2 4 2 3 2 2 3 2 4 4 3 3 4 2 4 4 3 3 4 3 4 3 80 45 4 3 3 4 1 3 2 4 2 3 2 3 3 4 2 2 4 1 4 3 2 3 4 2 4 2 74 46 3 4 2 2 1 3 1 3 3 3 2 3 3 4 2 1 4 2 4 3 1 2 3 3 3 3 68 47 3 2 1 2 1 2 1 4 4 2 1 2 2 4 1 2 4 1 3 2 2 3 2 1 2 4 58 48 3 2 2 1 2 1 3 3 4 3 2 3 2 4 2 2 4 2 3 3 2 2 1 1 3 4 64 49 4 2 3 3 3 3 2 4 3 2 3 4 3 4 2 3 4 2 2 4 3 3 1 1 4 4 76 50 4 2 4 3 4 2 1 3 4 3 2 4 3 4 3 4 4 3 4 4 2 3 2 2 3 3 73 51 4 3 4 2 3 1 3 4 3 2 3 3 4 3 3 3 4 2 2 4 1 4 3 3 4 3 78 52 2 3 4 2 3 4 4 4 4 1 4 2 4 4 4 2 4 3 2 3 2 3 2 2 4 2 78
53 2 1 3 3 2 3 4 4 3 2 3 3 4 3 3 1 4 2 3 2 3 3 1 3 3 3 71 54 3 1 3 3 3 2 3 3 2 2 2 3 3 4 2 2 4 2 3 3 2 4 1 2 2 4 68 55 3 2 2 1 4 2 3 3 2 1 1 4 4 4 3 2 4 2 2 3 3 4 2 1 2 3 67 56 4 1 3 1 3 4 2 3 3 1 3 4 3 4 3 3 4 1 3 4 2 4 3 1 4 3 74 57 4 2 3 2 3 3 1 3 2 1 3 4 4 3 2 4 4 2 4 4 2 3 4 2 3 4 74 58 4 1 2 3 2 4 1 4 3 2 2 1 2 3 3 3 4 1 3 4 1 3 3 2 4 4 69 59 3 3 2 1 2 3 2 3 2 1 2 2 3 4 3 4 4 2 2 3 2 2 3 2 3 3 66 60 2 2 2 3 1 4 3 4 4 2 1 2 2 3 3 3 4 3 3 4 2 2 4 3 3 4 73 61 3 3 2 3 1 4 4 4 3 1 3 3 4 3 2 3 4 3 4 3 3 2 4 3 4 3 79 62 4 2 2 4 1 3 1 3 2 3 2 4 4 4 2 2 4 2 3 3 3 2 3 3 3 4 73 63 4 3 2 3 2 2 1 2 4 4 3 3 3 3 2 2 4 2 4 2 2 3 1 4 2 3 70 64 3 3 2 2 3 2 2 3 3 3 2 2 3 4 2 1 4 1 3 3 1 3 2 3 2 3 65 65 3 1 1 3 4 1 3 2 2 3 3 3 4 3 3 1 4 2 4 4 1 4 1 2 3 3 68 66 4 4 1 1 3 2 3 3 4 2 2 3 4 3 3 4 4 1 3 4 1 4 2 1 4 2 72 67 3 4 2 2 2 3 4 3 3 1 1 4 3 3 3 3 4 1 4 3 2 3 1 2 3 2 69 68 4 3 2 3 3 4 3 4 2 2 1 4 2 2 4 2 4 1 3 3 2 2 1 2 3 2 68 69 3 2 3 3 4 3 2 3 3 2 2 4 4 3 3 4 4 1 4 3 3 1 1 3 4 3 75 70 4 3 3 4 3 2 2 2 4 4 2 1 2 4 4 3 4 1 3 2 3 2 4 3 4 3 76 71 3 3 2 2 3 1 1 2 2 3 2 4 2 3 3 4 4 1 4 3 2 2 3 4 3 4 70 72 2 3 2 2 4 2 2 4 3 2 3 3 4 3 2 3 4 1 3 4 2 1 2 3 4 4 70 73 3 2 2 2 3 3 2 3 4 2 3 1 2 2 3 2 4 1 4 3 1 2 2 3 3 3 65 74 2 3 3 1 3 2 3 2 3 2 1 2 3 3 3 3 4 1 4 3 1 2 3 2 3 3 65 75 3 3 2 2 2 2 3 3 2 1 2 3 3 4 4 3 4 1 3 2 2 3 4 3 3 4 71 76 2 1 3 3 2 1 3 4 4 3 3 4 4 3 3 4 4 2 4 3 2 3 3 4 4 3 79 77 3 2 2 3 3 1 2 4 2 1 2 4 3 3 3 3 4 1 4 4 3 2 4 3 3 3 72 78 4 2 2 2 3 2 1 4 2 3 3 4 4 4 2 2 4 2 4 4 3 2 3 3 4 3 73 79 4 3 3 2 4 1 2 3 3 2 3 3 3 4 3 1 4 1 4 4 3 3 2 2 4 3 74
80 4 3 3 2 3 2 1 2 4 1 1 3 4 3 4 2 4 2 3 4 2 4 3 1 3 3 71 81 2 3 3 1 3 2 2 2 3 2 2 3 3 3 4 3 4 1 3 3 2 4 4 1 3 3 69 82 2 4 2 1 2 4 3 3 2 2 3 2 3 4 3 2 4 2 3 3 1 3 4 2 2 3 69 83 2 3 2 2 2 4 2 2 1 2 2 3 4 3 2 3 4 1 4 4 2 3 3 3 3 3 69 84 3 3 2 3 1 4 2 3 1 3 1 4 4 4 3 4 4 2 3 4 2 2 2 3 3 4 74 85 3 2 2 3 2 3 1 3 2 4 2 4 4 3 3 3 4 1 3 3 2 1 2 2 4 4 67 86 3 3 2 2 4 2 2 3 1 4 3 3 2 4 4 2 4 2 2 3 2 2 3 4 3 3 72 87 3 3 2 2 3 3 1 3 2 3 4 2 2 4 3 3 4 1 3 3 3 2 4 3 4 3 70 88 4 2 3 2 2 3 2 3 3 2 3 3 2 4 3 4 4 2 3 2 2 3 4 2 4 4 75 89 4 4 2 2 3 3 3 3 1 3 2 3 1 4 2 3 4 1 3 2 3 4 3 2 4 3 72 90 4 3 4 2 4 3 2 3 3 2 2 3 2 4 3 3 4 2 3 2 3 2 3 1 4 3 70
PEDOMAN WAWANCARA
GURU BK SMP N 4 CIPUTAT
Masalah : Pengaruh Pelaksanaan Bimbingan dan Konseling Terhadap
Prestasi Belajar Siswa kelas IX di SMP N 4 Ciputat.
Interview : Puji Rahayu, S.Pd
Tempat : SMPN 4 Ciputat
Tanggal : Rabu, 20 Mei 2009
Waktu : 09.00 WIB
1. Apakah yang melatarbelakangi rutinitas pelaksanaan bimbingan dan konseling?
2. Permasalahan apa saja yang sering dihadapi siswa yang berpengaruh terhadap
prestasi belajarnya?
3. Apakah pelaksanaan bimbingan dan konseling dilakukan secara
berkesinambungan kepada semua siswa yang membutuhkan bantuan?
4. Dalam pelaksanaan konseling, adakah ruangan khusus yang digunakan?
5. Apakah siswa yang mendapat layanan bimbingan dan konseling datang sendiri
untuk meminta bantuan kepada konselor?
6. Pelayanan-pelayanan BK apa saja yang anda berikan kepada siswa agar
prestasi belajar siswa meningkat?
7. Apakah pelayanan bimbingan yang diberikan berpengaruh baik (positif)
terhadap prestasi belajar siswa? Apa saja pengaruh baik tersebut?
JAWABAN
1. Perkembangan siswa perlu mendapatkan pengamatan, karena perkembangan
siswa sangat karakteristik. Siswa perlu mendapatkan bimbingan khusus atas
perubahan-perubahan, perkembangan dalam dirinya.
2. Permasalahan yang dihadapi oleh para siswa yaitu:
a. Cara belajar yang salah
b. kurang tepat dalam memilih teman
c. tidak punya tujuan hidup yang jelas
d. kurangnya sarana belajar dirumah
e. terlalu banyak bermain
3. a. Secara umum pelaksanaan BK dilakukan secara terus menerus sampai siswa
dapat memecahkan masalahnya sendiri
b. secara khusus ada siswa yang cepat dapat menyelesaikan masalahnya
4. Dalam memberikan konseling kepada siswa disediakan ruangan khusus,
karena azas kerahasiaan harus dijaga.
5. Siswa yang mendapat bantuan layanan BK ada 3 kategori.
1. Siswa datang sendiri
2. Siswa yang dipanggil oleh konselor
3. Siswa yang dirujuk oleh guru atau wali kelas
6. - Layanan orientasi dan informasi
- Layanan penempatan dan penyaluran
- Layanan pembelajaran
- Layanan konseling individu
- Layanan konseling kelompok
- Layanan bimbingan individu
- Layanan bimbingan kelompok
- Layanan konsultasi
- Layanan mediasi
7. Layanan berpengaruh positif (+)
- Siswa menyadari atas sikap dan perbuatannya
- Siswa bangkit motivasinya
- Siswa berkembang sesuai dengan tahapan/ fase perkembangannya
top related