al-islam magazine edisi 3
Post on 10-Mar-2016
257 Views
Preview:
DESCRIPTION
TRANSCRIPT
al-islam.my.id
KETUHANAN
Edisi 3 - Mei 2014 | Rajab 1435
Berdimensi
Al-ISLAM my Identity
Pemimpin
2 al-Islam.my.id | Edisi 3 | Mei 2014, Rajab 1435
Doa
“Wahai Dzat yang membolak-balikkan qalbu, kokohkanlah qalbu ini di atas
agama-Mu”
[HR. At-Tarmidzi dari sahabat Jabir bin Abdullah r.a, dishahihkan oleh Syaikh Al-Albani r.a dalam
Ash Shahihul Jami’]
Qalbu berasal dari kata qalaba yang artinya berbalik. Dinamakan demikian
karena seringnya berbolak balik. Tekad yang menggebu bisa saja kendur dalam
sesaat. Seseorang yang pagi harinya masih beriman, sorenya bisa saja menjadi
kafir, atau sebaliknya. Allah SWT lah yang menguasai qalbu manusia. Maka,
istiqamah dalam iman ini harus senantiasa kita pinta kepada-Nya.
Memohon Keteguhan Qalbu
Awak Media
Penasehat: Johansyah, Nashir Budiman
Pemimpin Redaksi : Dijan Soebromo
Dewan Redaksi: Tri Boedi Hermawan, Nilna Iqbal, Reno Andryono
Kontributor: Heru Prabowo, Fuad Soffa, Suharjono Harjodiwirjo
Keuangan: Ahmad Hamdani, Syahrial M.
Dukungan Teknis: Fathansyah, Zamakshari Sidiq
Alamat Redaksi: Rumah Alumni, Salman ITB, Jalan Ganesha No.7, Bandung
Alamat Email: redaksi@al-Islam.my.id
Twitter @alislammyid | Google+ & YouTube Channel alislam.my.id@gmail.com
Website: www.al-islam.my.id
Daftar Isi - Edisi 3/Mei 2014, Rajab 1435 H
6 | Bahasan Utama: Dicari: Pemimpin Berdimensi Ketuhanan
10 | Tafsir Qur’an: Perhatikan Tuntunan Qur’an dalam Memilih Pemimpin
14 | Hikmah: Mengapa Seorang Muslim Pantas Jadi Pemimpin?
16 | Kesehatan: Tidur yang Berkualitas
22 | Muamalah: Tahukah Kamu, Apakah Jalan Mendaki Lagi Sukar Itu?
27 | Sainstek: GERHANA, Karya Allah yang Agung
32 | Tasawuf: Resep Beroleh Anugerah Kebaikan
35 | Telaah Hadits: Kesungguhan untuk Mampu ‘Menguasai Diri’
39 | Renungan: Latihan Tawakal
Redaksi
Al-ISLAM my Identity
4 al-Islam.my.id | Edisi 3 | Mei 2014, Rajab 1435
Pengantar
Alhamdulillah,
e-Magazine Al-Islam kembali terbit untuk edisi ke-3 (Mei 2014). Pada edisi ke-3 ini kita masih
ingin mendapatkan rujukan mengenai kepemimpinan dalam Islam yang rupanya memiliki
dimensi pengetahuan yang cukup luas untuk dibahas. Oleh sebab itu Redaksi mengetengahkan
topik ini dalam Bahasan Utama pada saat sebagian besar kita kini tengah menyongsong satu
proses dalam pemilihan Kepala Negara di negeri kita tercinta. Sebagai sebuah negeri yang
memiliki umat muslimin yang kuat, negeri ini pun membutuhkan sosok pemimpin ideal yang
diharapkan mampu membawa bangsa menuju altar baru yang mencerahkan dan
menyejahterakan. Tulisan analisis yang mengusung bahasan utama kita ditulis oleh seorang
peneliti ahli tafsir yang mengetengahkan topik menarik,’’Mencari Sosok Pemimpin berdimensi
Ketuhanan’’.
Topik mengenai kepemimpinan masih akan dilengkapi beberapa rujukan penting antara lain
artikel Fikih Kepemimpinan dan tafsir kontemporernya dalam Hikmah. Untuk kajian Hadis
diketengahkan aspek kesehatan yang penting untuk disimak disertai analisis ilmiah empirisnya.
Pada edisi kali ini Anda juga dapat menyimak aneka sajian menarik dari topik-topik utama lain
mengenai akhlak, tasykiyatunnafs, dan tentu yang tak pula ketinggalan, tulisan pakar
astronomi kita di rubrik sains -islam.
Para pembaca budiman, kami hadirkan sajian sederhana ini semata dengan maksud agar
menjadi ajang perjumpaan kita yang kontinyu antara kita – pembaca dan para pakar keislaman
Nusantara yang tak lelah bekerja menghiasi khasanah keilmuan dan praktik keberagamaan kita
pada umumnya.
Edisi 3 Majalah Al-Islam tersebut dapat diunduh melalui tautan yang tersedia di sisi kanan dari
halaman Home ini. Pembaca juga tentu masih dapat mengunduh edisi sebelumnya. Jika ingin
mendapatkan kiriman via email, Pembaca dapat juga berlangganan konten Al-Islam dengan
mendaftar melalui isian di atas tautan untuk pengunduhan.
Kita semua berharap Anda semua dapat mengambil manfaat sepenuhnya dari upaya merawat
ghirah pengetahuan melalui media ini. Dan kiranya Allah membimbing dan merahmati kita pada
setiap gerak yang mendamba belas kasih dan ridha-Nya.
Salam kami dan Selamat Menyimak
Wassalam,
Redaksi Al-Islam.my.id
al-Islam.my.id | Edisi 3 | Mei 2014, Rajab 1435 5
Dicari: Pemimpin Berdimensi Ketuhanan
Memotret realitas ke dalam teks, mencari rujukan tekstual dalam menelaah proses pencarian
pemimpin ideal bagi bangsa. Bagaimanakah sosok pemimpin yang mewakili sifat Allah, khu-
susnya yang diilhami teks Al-Qur’an? Inilah sebuah ‘tafsir’ yang mengupayakan rujukan da-
lam pencarian kader pemimpin berwatak Ketuhanan.
huwallahu al-ladzi la ilaha illa huwa
'alimul ghaibi wasy syahadah Huwa ar-rahman ar-rahim
Huwa alladzi la ilaha illa huwa
al-malik al-Quddus as-salam al-mukmin
al-muhaimin al-aziz al-jabbar al-mutakabbir
Subahanallahi ‘amma yusyrikun
Huwallahu al-Khaliq al-bari al-Mushawwir lahul asma’ul husna
Yusabbihu lahu ma fi as-samawati wa al-ardi huwa al-aziz al-hakim
Bahasan Utama
6 al-Islam.my.id | Edisi 3 | Mei 2014, Rajab 1435
Prawacana
Tafsir adalah ilmu untuk memahami ayat-ayat
Allah dalam Al-Qur’an berdasarkan kadar intel-
ektual manusia (bi qadri taqati basyariyah). Ada
dua ‘gerak’ yang menjadi orientasi tafsir.
Pertama, tafsir pada umumnya berangkat dari
teks Al-Qur’an. Ada teks Al-Qur’an kemudian
ditafsirkan dengan menggunakan beragam
perangkat dan gaya. Tak jarang juga kemudian
dikontekstualisasikan dengan wacana yang
berkembang saat itu. Model ini jamak dijumpai di
kitab-kitab tafsir periode klasik, pertengahan
bahkan juga kontemporer.
Kedua, tafsir yang berangkat dari realitas, kemudi-
an baru merujuk pada teks Al-Qur’an. Model ini
terjadi akhir-akhir ini beriringan dengan banyak-
nya persoalan yang mengemuka di dalam
masyarakat. Misalnya, dalam realitas merosotnya
proses pendidikan, orang beramai-ramai merujuk
ayat-ayat terkait pendidikan dan pengajaran dan
kemudian menafsirkannnya. Terbitlah buku-buku
tentang tafsir mengenai pendidikan. Realitas ribut
dengan isu pluralisme, multikulturalisme dan lib-
eralisme, orang beramai-ramai mencari-cari ayat
tentang isu-isu tersebut, berusaha menafsirkann-
ya dan seterusnya. Inilah yang kita kenal kemudian
dengan istilah shifting paradigm (pergeseran para-
digma). Suatu proses pergerseran pandangan dari
“teks ke realitas” menuju “realitas ke teks”.
Pendapat ringkas ini tidak bermaksud membahas
wacana ini. Tulisan ini hanya mencoba melakukan
‘penafsiran’ model kedua. Yakni mencoba melihat
realitas yang ada dan kemudian mencari ayat-ayat
Al-Qur’an sebagai jawaban atas realitas yang
mengemuka tersebut.
***
Semua pandangan kini menangkap realitas
masyarakat kita yang sedang disibukkan oleh pros-
es mencari sosok pemimpin ideal bagi bangsa di
era paska reformasi. Wacana ini mengemuka di
aras publik terkait aktivitas yang berproses dalam
pemilihan caleg maupun presiden, yang terjadi
akhir-akhir ini. Sebagai umat Islam, tidak ada
salahnya bila kita mencoba mencari rujukan kon-
sep kepemimpinan yang sudah termuat dalam Al-
Qur’an secara kritis untuk mendapatkan panduan
bagi proses pencarian pemimpin ideal bagi umat.
Realitas kebangsaan kita saat ini menuntut pem-
impin ideal atau paling tidak mendekati ideal yang
mampu membawa bangsa ke altar pergulatan
antar-bangsa dan nasional ke depan, yang tentu
diharapkan membawa satu tata nilai yang utama
yang diharapkan semua insan, khususnya kaum
muslim.
Dengan bahasa yang sederhana, realitas
menuntut adanya pemimpin ideal di tengah pusa-
ran aneka persoalan bangsa carut marut. Maka
mari kita kembali kepada Al-Qur’an sebagai se-
al-Islam.my.id | Edisi 3 | Mei 2014, Rajab 1435 7
buah rujukan. Bagaimana Al-Qur’an berbicara ten-
tang wacana sosok pemimpin ideal itu?
Sifat Ketuhanan
Pada hakikatnya, meniru atau meneladani sifat-
sifat Allah dalam batas-batas tertentu merupakan
hal yang baik. Begitu pula dalam hal kepemimpi-
nan. Sifat kepemimpinan utama yang menc-
erminkan sifat Allah adalah kenyataan bahwa Allah
merupakan dzat hakiki yang merupakan pemimpin
sejati manusia. Dalam bahasa Al-Qur’an, sifat ter-
sebut dinyatakan dalam kalimat Huwa Alimul al-
Ghaibi wa asy-Syahadah – Dia yang Mengetahui
yang Ghaib dan Menyaksikan. (Q.S. Al-Hasr: 22).
Di sini, Allah SWT memosisikan ‘Diri’ sebagai pem-
impin manusia. Maka padanan dari sifat kepem-
impinan yang ‘meniru’ sifat Allah tersebut adalah
kemampuan memimpin. Maka sosok pemimpin
yang kita cari saat ini – apakah itu presiden, ang-
gota legistlif, gubernur, bupati dan sebagainya,
sudah seharusnya meneladani sifat Allah yang
memiliki kapasitas memimpin. Sifat-sifat tersebut
tergambar pada ayat-ayat yang disebutkan di atas.
Syarat pertama adalah alim al-ghaib wa as-
syahadah. Sifat Allah yang unik ini harus terpenuhi
dan melekat terlebih dahulu pada diri calon pem-
impin. Apa itu alim al-ghaib wa as-syahadah? Yak-
ni, kemampuan dan kecakapan dalam melihat dan
mendengar secara keseluruhan dan benar dalam
merangkum berbagai kebijakan mengatasi hampir
keseluruhan persoalan masyarakat yang memben-
tang dari urusan sosial, politik, kenegaraan, komu-
nikasi antarbangsa, keuangan, bisnis, pasar modal,
hokum, lingkungan dan lain sebagainya.
Yang menarik adalah tambahan kata wa as-
syahadah. Kata syahadah meniscayakan adanya
aksi nyata untuk berkeliling menyaksikan, melihat
dari dekat dengan mata kepala sendiri, merasakan
dengan hati, mencium mengindera dengan indera
sendiri berbagi keluh kesah rakyat, sebagaimana
sebutlah, apa yang pernah dilakukan Umar Yang
Agung atau pemimpin dunia lainnya.
Alim al-Ghaibi wa as-Syaahadah adalah sifat Allah
dahsyat. Sifat Allah yang sungguh unik dan ber-
beda dari sifat lainnya. Sebagaimana diketahui
sifat Allah yang lain biasanya hanya terdiri dari
satu kata saja. Maka sifat ini meliputi pengertian
kompleks yang sangat khas, yakni mengetahui
segala yang gaib dan menyaksikan secara empiris
(pengenalan tentang segala hal secara jelas dan
rinci).
Coba simak pengertian Ghaib lebih mendalam.
Pengertian ghaib secara bahasa adalah ‘yang
sekarang belum diketahui’ Jadi, berdasarkan skala
waktu, sesuatu yang dianggap ghaib pada waktu
mendatang, sudah mampu diketahui apabila telah
melewati waktu tersebut. Ketika pagi menjelang,
persoalan yang muncul di siang dan sore hari ada-
lah hal yang ghaib. Seorang pemimpin harus mem-
iliki usaha (political will) untuk mengetahui sesua-
tu persoalan kompleks di luar kapasitas kekiniann-
ya. Maka dari itu pemimpin yang memiliki watak
ketuhanan, diminta untuk memiliki kemauan bela-
jar dan menjadi pembelajar sejati (on being learn-
er) bagi kondisi dan situasi yang ada pada bangsa
baik yang terlihat secara kasat mata ataupun tidak,
kini dan mendatang.
Bila sifat alim al-ghaib wa as-syahadah dari
seorang pemimpin tidak tampak, maka
syahadah meniscayakan
adanya aksi nyata untuk
berkeliling menyaksi-
kan, melihat dari dekat
dengan mata kepala
sendiri
8 al-Islam.my.id | Edisi 3 | Mei 2014, Rajab 1435
(sebagaimana ayat berikutnya) tidak akan tum-
buh dalam sosok pemimpin itu sifat huwa ar-
Rahman ar-Rahim. Dia yang memilki sifat ‘Kasih’
dan ‘Sayang’ kepada yang dipimpinnya. Frase ter-
sebut menjadi takaran kedua seorang pemimpin
terhadap rakyatnya. Tentu saja, bila sifat pertama
terpenuhi, maka tumbuhlah sifat ar-Rahman dan
ar-Rahim kepada rakyat. Ar-Rahman dalam
khasanah sosial dapat kita terjemahkan pemimpin
yang memiliki cinta sosial, cinta masyarakat luas,
cinta pada aras horizontal. Sedangkan ar-Rahim
adalah kepemilikan rasa cinta personal, men-
dalam dan vertical sifatnya.
Kalau cinta kepada rakyat sudah tumbuh subur
maka pemimpin akan menjadi raja, huwa Malik
(Q.S. al-Hasr: 23). Raja yang memang pantas bagi
rakyat karena memenuhi syarat: tahu hal yang
gaib – sesuatu yang dirasakan rakyat walaupun
tidak terlihat, menyaksikan secara empiris (tidak
terhijab) persoalan kerakyatan, dan pada prak-
tiknya akan tumbuh kebijakan yang dipenuhi rasa
cinta -- ar-Rahman (cinta sosial, cinta meluas, cin-
ta horizontal), dan mengambil langkah yang di-
penuhi rasa saying -- ar-Rahim (cinta pribadi dan
mendalam, cinta vertikal).
Semesta Ketuhanan
Setelah menjadi ‘raja’ maka sifat pemimpin idam-
an yang dicintai rakyatnya ialah ia yang mempu-
nyai sifat Allah berikutnya, yakni al-Quddus. Da-
lam bahasa kultural, Quddus bukan saja berarti
suci namun juga otentik, jujur, tulus, tidak ada
kepalsuan, tidak ada kamuflase, tidak ada yang
ditutup-tutupi (transparan). Maka pemimpin id-
aman kita mustinya memiliki sifat dan kepribadian
otentik yang sama antara tampak muka dan tam-
pak belakang, dapat dikenali dan tulus tanpa ada
hal yang perlu untuk dicarikan alasan pembena-
rannya.
Sifat Quddus seorang pemimpin perlu untuk
dirawat hingga suatu ketika ia akan sampai pada
sifat as-Salam. As-Salam, ia yang menciptakan
keselamatan bagi semua orang. Pada tataran ke-
bangsaan, pemimpin inilah yang akan menjadi
juru selamat rakyat dalam menghadapi aneka
krisis social. Maka, pemimpin As-Salam, membuat
ekonomi rakyatnya selamat, pendidikan bang-
sanya selamat, dunia kerja rakyatnya selamat,
budaya bangsanya terselamatkan. Sebaliknya,
apabila pemimpin tidak memiliki sifat as-Salam
yang ada kemudian adalah lawan kondisi selamat.
Jadi kesengsaraan, bencana dan malapetaka akan
menjadi penghias negeri dan kehidupan
rakyatnya.
Setelah mendemonstrasikan ke-Quddus-an, dan
ke-Salam-an, seorang pemimpin kemudian akan
sampai pada tahap al-Mukmin. Mukmin
hakikatnya adalah sosok, agen pencipta suasana
aman dan damai. Bila demikian, semua yang ada
di muka bumi akan terasa aman dengan hadirnya
Al-Mukmin. Bila orang bertanya bagaimana kon-
disi beras, minyak tanah, minyak goreng, gas elpi-
ji, TKW, hutan, industri, tambang, bebas bencana?
Semuanya akan terjawab karena sudah ada figure
yang akan menjadi pengaman. Semuanya aman,
terkendali.
Khasanah dari kata mukmin itu sendiri disebut
iman. Sedangkan mandat dari yang memiliki
(Allah) kepada pelaksananya (manusia) disebut
amanah. Kata-kata tersebut semuanya berasa dari
tiga huruf, yakni alif, mim dan nun. Jadi mukmin,
pada hakikatnya adalah sosok, atau ‘agen’ yang
memiliki keimanan yang Tuhan telah memberi
mandat kepadanya untuk mengamankan segala
sesuatu.
Marilah kita mengandaikan kelanjutan sifat pem-
impin kita yang ideal. Seandainya semua sifat ter-
dahulu telah terbangun, terpenuhi, maka seorang
al-Islam.my.id | Edisi 3 | Mei 2014, Rajab 1435 9
pemimpin akan masuk pada tahap Al-Muhaimin.
Al-Muhaimin adalah sifat ketuhanan yang berarti
Maha Memelihara Keseimbangan. Pendek kata,
setelah terbangun keindahan-dialektis di antara
segala sesuatu, maka seorang pemimpin kini ber-
tugas memelihara keharmonisan. Ia kini tinggal
menjaga keseimbangan-keseimbangan di antara
unsur-unsur yang sudah terbangun dengan aman
tersebut.
Sampai pada saatnya, keseimbangan tersebut
menjadi keniscayaan yang terus terpelihara hingga
pemimpin tersebut menjadi sosok al-Aziz. Ia kini
memiliki kekuatan yang Agung. Kekuatan keagun-
gan ini membuatnya kokoh tiada tergoyahkan oleh
segala rupa godaan yang mengitarinya. Karena ia
kuat, gagah perkasa, maka ia tak pernah tergoda
oleh iming-iming apapun yang meruntuhkan keba-
gusan sosoknya yang sudah terbangun secara ele-
gan dan kokoh tersebut.
Dengan keperkasaan dan kekuatan itulah seorang
pemimpin kemudian akan memiliki sifat al-Jabbar.
Sosok pemimpin yang memiliki kekuasaan yang
sejati. Sifat ini biasanya disandingkan dengan sifat
al-Mutakabbir, yang berarti mengatasi, overcom-
ing yang dapat diartikan memiliki kemampuan
mengatasi segala macam persoalan secara seren-
tak dan tuntas.
Setelah sifat-sifat Allah tersebut ditiru, maka
seorang pemimpin bercermin dan kembali pada
Q.S. al-Hasr: 24, yakni kembali ke universalitasnya
sebagai pengayom dan pembimbing masyarakat.
Dalam keseimbangan langkahnya ia kemudian
bertindak seperti Sang al-Khalik, memiliki kemam-
puan meripta, mencipta, menreinjinering sistem,
membentuk kebijakan-kebijakan baru yang men-
imbulkan harapan dan peluang baru. Pada titik ini
ia kemudian bertindak sebaga al-Bari’, sosok yang
mampu menata seluruh sistem – seluruh kese-
mestaan rakyat, agar terasuransikan dengan benar
dan baik dan tentu saja akan memiliki dimensi al-
Musawwir, yang indah dalam pengertian mampu
membangun bukan saja hal yang mendasar na-
mun juga indah karena perkembangannya yang
mampu dinikmati siapa saja yang menilai dan
melihatnya.
Pada titik inilah, hakikatnya seorang pemimpin
menjadi sosok ideal yang sempurna di hadapan
rakyat, karena mewarisi sifat-sifat ketuhanan. Ia
kemudian tumbuh bersama rakyatnya dengan
penuh kepercayaan dan dipercaya mengemban
amanat, memiliki track record yang terus cemer-
lang. Ia menjadi makhluk yang pantas dipuji di
bumi dan di langit karena memenuhi segala kee-
lokan sifat ketuhanan yang didemonstrasikan da-
lam rentang ia memamerkan sikap kepemimpi-
nannya.
Nah, kini menjadi tugas kita semua mencari sosok
pemimpin dengan dimensi ketuhanan yang
terbanyak, yang mampu kita hadirkan di jagad
raya Nusantara yang tengah menanti sosok
penting yang akan menjadi wakil Tuhan di bumi.
Semoga Allah berkenan melahirkan sosok ideal itu
untuk kita yang mengharap kepemimpinan baru
berdimensi ketuhanan.
[Hamam Faizin, Alumni Pascasarjana IIQ]
Kekuatan keagungan ini
membuatnya kokoh tiada
tergoyahkan oleh segala
rupa godaan yang
mengitarinya
10 al-Islam.my.id | Edisi 3 | Mei 2014, Rajab 1435
Perhatikan
Tuntunan Qur’an dalam Memilih Pemimpin
Lihatlah fenomena dalam urusan memilih pemimpin berikut, ‘’Muslim atau bukan, ternyata
prilaku mereka sama saja!’’
Maksudnya, sama-sama berpotensi menyimpang dari harapan khalayak akan sosok pemimpin Islami
yang mampu menebarkan kebaikan dan perbaikan yang banyak. Maka, tak heran bila dalam urusan
memilih pemimpin seperti saat pemilu, tak jarang orang, bahkan kebanyakan muslimin memilih untuk
tidak memilih atau golput. ‘’Tidak usah memilih daripada kecewa!”. Fenomena ini mengemuka karena
sebuah alasan, bahwa golput (tidak memilih siapa pun) adalah salah satu bentuk pilihan juga. Benarkah
demikian?
Sebentar.. Tenangkan diri sejenak. Sebagai orang yang berakal, tentunya segala sesuatu tidak boleh kita
Tafsir Qur’an
al-Islam.my.id | Edisi 3 | Mei 2014, Rajab 1435 11
lakukan atas dasar emosi semata. Jika kita
pikirkan lebih dalam, memilih seorang pemimpin
merupakan proses penting, untuk mencari siapa
orang yang tepat menjadi wakil kita dalam
berbagai urusan di pemerintahan. Artinya, kita
akan sepenuhnya percaya pemimpin yang terpilih
adalah hasil pilihan tepat atau wakil yang memang
kita pilih.
Nah, jika kita tidak memilih atau golput,
bagaimana? Apakah kita rela dipimpin oleh siapa
saja tokoh yang akan menentukan merah-birunya
urusan orang banyak kelak termasuk keluarga kita
sendiri? Atau, yang golput mungkin beranggapan
tidak perlu wakil di pemerintahan. Bagaimana jika
ternyata karena banyaknya yang golput, justru
muncul orang yang tidak cakap mewakili rakyat
dalam berbagai urusan penting dan menentukan?
Nah.. Tentu bukan kemaslahatan yang ada jika
kemudian muncul berbagai kerusakan akibat
hadirnya pemimpin yang tidak amanah!
Dilema dan Tuntunan
Apa yang kita lakukan sebagai muslim jika kita
menghadapi dilema seperti di atas? Tentunya
semua harus kita kembalikan kepada tuntunan
Islam dalam Qur’an dan Sunnah. Jadi, tentu
bukan mengandalkan sikap emosional semata.
Ingatlah, tidak ada perbuatan kita di dunia ini
yang tidak berakibat di akhirat kelak. Setiap sikap
dan tindakan. Kebenaran akan dibalas dengan
pahala, kebatilan akan dibalas pula dengan siksa
(QS. Al-Maidah [5]:119). Nah, bagaimana halnya
dengan perbuatan kita dalam mencari pemimpin
di kehidupan dunia ini? Apakah Islam mengatur
semua ini?
"Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah
dan taatilah Rasul (Nya), dan ulil amri di antara
kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat
tentang sesuatu, maka kembalikanlah kepada
Allah (Al-Qur’an) dan Rasul (Sunah), jika kamu
benar-benar beriman kepada Allah dan hari
kemudian. Yang demikian itu lebih utama
(bagimu) dan lebih baik akibatnya." (QS An-Nisaa
[4]:59)
Kalau kita amati dari ayat di atas, tampak bahwa
kedudukan menaati Allah dan Rasul adalah sama.
Dengan menaati Allah berarti kita sudah menaati
Rasul, demikian pula sebaliknya. Coba perhatikan,
ayat tersebut berbunyi "Taatilah Allah dan taatilah
Rasul" bukan "Taatilah Allah dan Rasul". Lain
halnya dengan ulil amri (pemimpin); dimana
kewajiban untuk menaati ulil amri tersebut
tidaklah mutlak. Artinya kita boleh tidak menaati
ulil amri; jika tentu saja bertentangan dengan
Allah dan Rasul.
Jika ada perbedaan pendapat di antara kita umat
Islam (dalam memilih pemimpin) seperti dalam
ayat tersebut, apa yang harus kita lakukan? Tentu
sekali lagi, kita harus kembali kepada tuntunan
Qur’an dan Sunnah. Disinggung pula di ayat di
atas, hal ini kita lakukan jika kita beriman kepada
Allah dan menaati-Nya. Dan inilah jalan cara yang
utama dan terbaik.
Apa sajakah petunjuk Al-Qur’an dalam memilih
pemimpin ? Beberapa ayat berikut dapat menjadi
rujukan kita.
"Janganlah orang-orang mukmin mengambil
orang-orang kafir menjadi pemimpin dengan
Ingatlah, tidak ada
perbuatan kita di
dunia ini yang tidak
berakibat di akhirat
kelak.
12 al-Islam.my.id | Edisi 3 | Mei 2014, Rajab 1435
meninggalkan orang-orang mukmin. Barang siapa
berbuat demikian, niscaya lepaslah ia dari
pertolongan Allah, kecuali karena (siasat)
memelihara diri dari sesuatu yang ditakuti dari
mereka. Dan Allah memperingatkan kamu
terhadap diri (siksa)-Nya. Dan hanya kepada Allah
kembali(mu)." (QS. Ali Imran [3]:28)
Jelaslah bahwa orang mukmin dilarang keras
mengangkat orang kafir sebagai pemimpin. Jika
dilanggar, tentu saja ia akan terlepas dari
pertolongan Allah. Kecuali terjadi kondisi darurat
sebagai siasat. Sebagai contoh misalnya di Rusia,
di mana jika kita tidak memilih pemimpin (yang
kafir) maka nyawa kita akan jadi taruhannya. Nah,
apakah kondisi di Indonesia tergolong darurat
seperti itu? Tentu saja tidak.
Perhatikan ayat berikut,
"Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu
mengambil orang-orang kafir menjadi pemimpin
dengan meninggalkan orang-orang mukmin.
Inginkah kamu mengadakan alasan yang nyata
bagi Allah (untuk menyiksamu)?" (QS. An-Nisaa
[4]:144)
Ayat ini sangat jelas bagi kita untuk tidak
menjadikan orang kafir sebagai pemimpin, apalagi
sampai meninggalkan saudara kita yang mukmin.
Jika ini masih saja dilakukan, artinya kita
menantang Allah untuk menghukum kita semua
dan kita memberi alasan kepada Allah untuk tidak
menolong kita semua. Semoga Allah menjauhkan
kita dari sifat yang demikian.
Hikmah
Apa hikmahnya kita memilih bukan dari golongan
kafir? Minimalnya sebagai contoh, seorang
mukmin yang jadi pemimpin kita bisa memberi
waktu dan kesempatan bagi kita untuk
menjalankan ibadah dengan baik selama kita
hidup di bawah kepemimpinannya. Kita tentu bisa
membayangkan, kondisi yang terjadi pada saudara
-saudara kita di Mesir atau Suriah saat ini, bukan
mustahil bakal terjadi di negeri kita, jika kita tidak
kembali dan taat kepada tuntunan-Nya.
Perhatikan peringatan Allah berikut:
"Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu
mengambil orang-orang Yahudi dan Nasrani
menjadi pemimpin-pemimpin(mu); sebahagian
mereka adalah pemimpin bagi sebahagian yang
lain. Barangsiapa diantara kamu mengambil
mereka menjadi pemimpin, maka sesungguhnya
orang itu termasuk golongan mereka.
Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk
kepada orang-orang yang zalim.” (QS. Al-Maidah
[5]:51)
Allah sekali lagi mengingatkan kita, seorang
mukmin sejati tidak mungkin mengangkat orang
Yahudi dan Nasrani sebagai teman setia bahkan
pemimpinnya.
"Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu
mengambil jadi pemimpinmu, orang-orang yang
membuat agamamu jadi buah ejekan dan
permainan, (yaitu) di antara orang-orang yang
telah diberi kitab sebelummu, dan orang-orang
al-Islam.my.id | Edisi 3 | Mei 2014, Rajab 1435 13
yang kafir (orang-orang musyrik). Dan
bertakwalah kepada Allah jika kamu betul-betul
orang-orang yang beriman." (QS. Al-Maidah
[5]:57)
Kembali kita diingatkan sebuah fenomena, jika
agama hanya dijadikan alat untuk memperoleh
kedudukan, maka pemimpin seperti ini pun juga
harus kita hindari dan waspadai. Sering kita
dijadikan ajang permainan tapi kita tidak sadar dan
waspada mengenai segala sesuatu yang terjadi.
Lihat salah satu propinsi di Kalimantan, saat
pemilihan pemimpin wilayahnya. Karena kita tidak
waspada suara muslim terpecah, sehingga yang
menang mewakili kelompok non-muslim atau
minoritas. Terjadi juga di salah satu kota di Jawa
Tengah, di mana pemimpin pertama berhalangan
dan digantikan orang kedua yang non muslim.
Nah, apakah hal seperti ini yang kita kehendaki, di
mana ke depan akan banyak persoalan umat yang
tidak mungkin dapat dipecahkan oleh model
kepemimpinan yang tidak memiliki concern pada
umat Islam?
Perhatikan ayat berikut:
"Hai orang-orang beriman, janganlah kamu
jadikan bapak-bapak dan saudara-saudaramu
menjadi pemimpinmu, jika mereka lebih
mengutamakan kekafiran atas keimanan dan
siapa di antara kamu yang menjadikan mereka
pemimpin, maka mereka itulah orang-orang yang
zalim." (QS. At-Taubah [9]:23)
Ayat di atas menjelaskan bagaimana jika
seandainya pemimpin tersebut muslim bahkan
saudara sendiri tapi cenderung kepada kekafiran
atau orang kafir? Jelas hal ini juga dilarang.
Kecuali kita lagi-lagi mau termasuk orang yang
zalim?
"Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu
ambil menjadi teman kepercayaanmu orang-
orang yang di luar kalanganmu (karena) mereka
tidak henti-hentinya (menimbulkan)
kemudharatan bagimu. Mereka menyukai apa
yang menyusahkan kamu. Telah nyata kebencian
dari mulut mereka, dan apa yang disembunyikan
oleh hati mereka adalah lebih besar lagi. Sungguh
telah Kami terangkan kepadamu ayat-ayat (Kami),
jika kamu memahaminya." (QS. Ali-Imran [3]:118)
Allah sekali lagi memberitahukan kepada kita
bahwa mereka ingin membuat kita susah.
Memang dari luarnya tampak bagus, tapi Allah
telah mengingatkan kita bahwa mereka
sebetulnya menyembunyikan keburukan dari yang
terlihat. Apakah pemberitahuan Allah ini kita
anggap angin lalu saja dalam menentukan seorang
pemimpin yang mengatur hajat hidup orang
banyak, khususnya kaum muslimin?
Nah, cukup banyak ternyata sumber ayat Qur’an
yang mengatur bagaimana seharusnya dalam
memilih pemimpin. Sebagai orang yang beriman,
tentunya wajib bagi kita untuk mengikuti
ketentuan dalam Qur’an. Atau, apakah kita masih
punya alasan yang “menurut kita” lebih bagus dari
petunjuk Allah dalam Qur’an? Perhatikan
sepenuhnya peringatan Allah dalam kita
menentukan pemimpin yang akan banyak
memengaruhi peri hidup kita kaum muslimin di
masa yang akan datang. Dan, karena itulah mari
kita semua taat akan petunjuk Allah dalam
memilih pemimpin yang benar.
[@rendry]
Apakah kita masih
punya alasan yang
“menurut kita” lebih
bagus dari petunjuk
Allah dalam Qur’an?
14 al-Islam.my.id | Edisi 3 | Mei 2014, Rajab 1435
Mengapa Seorang Muslim Pantas Jadi Pemimpin?
Pada zaman sekarang semakin ramai orang berlomba-lomba mengejar jabatan, berebut kedudukan
sehingga menjadikannya sebagai sebuah obsesi hidup. Menurut mereka yang menganut paham atau
prinsip ini, tidak lengkap rasanya selagi hayat dikandung badan, kalau tidak pernah (meski sekali)
menjadi orang penting, dihormati dan dihargai di masyarakat.
Jabatan baik formal maupun informal di negeri kita Indonesia dipandang sebagai sebuah "aset",
karena ia baik langsung maupun tidak langsung , berkonsekuensi kepada berbagai iming-iming
material: keuntungan, kelebihan, kemudahan, kesenangan, dan setumpuk keistimewaan lainnya.
Maka tidaklah heran menjadi pemimpi seperti kepala daerah, gubernur, bupati, walikota, anggota
dewan, direktur dan sebagainya merupakan impian dan obsesi semua orang. Ini menggejala mulai
dari kalangan politikus, purnawirawan, birokrat, saudagar, tokoh masyarakat, bahkan sampai kepada
artis dan atau bahkan masyarakat pada umumnya.
Mereka berebut mengejar jabatan tanpa mengetahui siapa sebenarnya dirinya, bagaimana
kemampuannya, dan laikkah dirinya memegang jabatan (kepemimpinan) tersebut. Parahnya lagi,
mereka kurang (tidak) memiliki pemahaman yang benar tentang hakikat kepemimpinan itu sendiri.
Karena menganggap jabatan adalah keistimewaan, fasilitas, kewenangan tanpa batas, kebanggaan dan
popularitas. Padahal jabatan adalah tanggung jawab, pengorbanan, pelayanan, dan keteladanan yang
dilihat dan dinilai banyak orang. Terlebih, akan dipertanggungjawabkan di mata Tuhan.
Dengan beragam alasan tersebut di atas, tak bisa dipungkiri banyak hal negatif yang terjadi bila
seseorang menyelewengkan misi mulia yang terkandung dalam kepemimpinan. Sejatinya, seorang
pemimpin adalah pelayan rakyat, pemimpin adalah kreator dan lokomotif kesejahteraan rakyat.
Namun jika secara mental, pemimpin tersebut jauh dari nilai-nilai luhur keagamaan, tak ayal lagi
rakyat yang dipimpinnya hanya akan dijadikan sebagai alat untuk kepentingan pribadi sang pemimpin.
Pemimpin yang jauh dari nilai-nilai agama bahkan tidak ragu untuk mengorbankan rakyat untuk
kepentingan dan kepuasan pribadi maupun golongannya semata.
Fenomena kemasyarakatan ini terkadang memang seolah menerjang akal sehat kita semua dalam
bermasyarakat. Kita semakin sering menjumpai keanehan dalam diri seorang pemimpin, yang
tercermin dalam sikap dan pola tindaknya mengatasi berbagai persoalan kemasyarakatan. Sebelum
Hikmah
al-Islam.my.id | Edisi 3 | Mei 2014, Rajab 1435 15
membahas konteks pemahaman seorang
pemimpin dalam sikap keberagamaan yang
nyata, ada penelitian menarik mengenai
kesehatan yang dilakukan oleh seorang periset
yang kemudian diketahui mengagumi hubungan
sikap keberagamaan dan kepemimpinan dalam
Islam.
Dr. Fidelma O’ Leary, Phd (Neuroscience) dari St.
Edward’s University, Texas AS, telah menjadi
muallaf karena menemukan fakta penting
tentang manfaat sujud bagi kesehatan manusia.
Wanita berdarah Irlandia ini mendapati bahwa
ada saraf-saraf tertentu di otak manusia, yang
hanya sesekali saja dimasuki darah. Bila tidak
dimasuki darah sama sekali, maka akan berakibat
sangat buruk untuk kesehatan manusia. Untuk
itulah dibutuhkan aktivitas rutin memasukkan
darah ke syaraf-syaraf itu. Dan aktivitas rutin itu
adalah sujud dalam shalat, dan ini hanya ada
dalam Islam.
Begitulah keagungan ciptaan Allah. Jadi, mereka
yang tidak menunaikan shalat maka otaknya
tidak dapat menerima darah cukup untuk
berfungsi secara normal. Walaupun akal mereka
berfungsi secara normal tetapi sebenarnya
mereka berada dalam kondisi hilang
pertimbangan di dalam membuat keputusan
utuh secara normal. Orang mungkin
mengistilahkan hilang ‘akal-sehat’nya. Karena itu
tidak heran jika manusia ini kadang-kadang tidak
segan untuk melakukan hal-hal yang
bertentangan dengan fitrah kemanusiaan
walaupun akal mereka mengetahui yang akan
dilakukan tersebut adalah tidak sesuai dengan
kehendak mereka.
Sungguh indah janji Allah jika kita mau
menjalankan dan taat terhadap ketentuan-Nya,
sebagaimana yang termaktub dalam Qur’an
berikut:
"Dan Allah telah berjanji kepada orang-orang
yang beriman di antara kamu dan mengerjakan
amal-amal yang saleh bahwa Dia sungguh-
sungguh akan menjadikan mereka berkuasa
dimuka bumi, sebagaimana Dia telah menjadikan
orang-orang sebelum mereka berkuasa, dan
sungguh Dia akan meneguhkan bagi mereka
agama yang telah diridhai-Nya untuk mereka,
dan Dia benar-benar akan menukar (keadaan)
mereka, sesudah mereka dalam ketakutan
menjadi aman sentausa. Mereka tetap
menyembahku-Ku dengan tiada
mempersekutukan sesuatu apapun dengan Aku.
Dan barangsiapa yang (tetap) kafir sesudah
(janji) itu, maka mereka itulah orang-orang yang
fasik." (QS. An-Nur [24]:55)
Nah, inilah salah satu hikmah yang semestinya
kita cermati dalam memilih kualitas seseorang
yang pantas menjadi pemimpin. Maka memilih
orang yang akan kita percayai ‘’akal sehatnya’’
dalam mengambil kebijakan, mengatasi soal-soal
yang rumit di masyarakat, seharusnyalah.. Kita
mempertimbangkan sikap keberagamaannya,
khususnya ketaatan-Nya pada perintah Allah
yang didemonstrasikannya secara nyata dalam
kesehariannya. Bila demikian, tentu sudah ada
jaminan, paling tidak – pertimbangan
keputusannya pastilah didasari, minimal, akal
sehat yang semestinya dijalankan oleh sosok
manusia ‘normal ‘ di jaman kita.
[@rendry]
Untuk itulah dibutuhkan
aktivitas rutin
memasukkan darah ke
syaraf-syaraf itu.
16 al-Islam.my.id | Edisi 3 | Mei 2014, Rajab 1435
Tidur yang Berkualitas
Tidur adalah istirahat terbaik. Secara alamiah, tidur merupakan kebutuhan tubuh agar
metabolisme tertata. Tidur yang cukup dan berkualitas menjadikan regenerasi sel dalam
tubuh berlangsung sempurna. Tubuh kita akan bugas bila kita tidur cukup dan berkualitas.
Bagaimana Rasul mencontohkan tidur yang berkualitas?
Seluruh sistem kerja tubuh dapat terganggu karena efek tidur yang kurang. Oleh karena itu dunia
medis sering menyebut rumusan tidur 8 jam sehari untuk sehat. “Semua orang memang perlu tidur di
malam hari sesuai kebutuhan, kalau tidak otak akan menyuruh kita tidur di siang hari”, demikian Joyse
Welsleben, Ph.D, seorang psikolog Amerika.
Kesehatan
al-Islam.my.id | Edisi 3 | Mei 2014, Rajab 1435 17
James B. Maas, Ph.D., profesor di Universitas
Cornell, Ithaca Amerika, malah menandai tidur
sebagai kekuatan, dalam buku yang ditulisnya: The
Power of Sleep. Ia menyebut bahwa fenomena
kurang tidur (atau tidur tidak berkualitas)
memengaruhi suasana hati, memicu depresi, stres,
kecemasan, mudah marah dan kehilangan rasa
humor. Dari hal tidur, akhirnya berdampak: mudah
kehilangan teman, menyulut permusuhan
(termasuk memicu kemarahan suami atau istri),
dan mengacaukan negosiasi.
Depresi, stres dan kecemasan berpotensi
menyebabkan penurunan kekebalan tubuh, untuk
melawan penyakit dan infeksi. Obesitas,
kegemukan, meningkat karena biasanya orang
yang mengalami depresi mengonsumsi minuman
ringan dan makanan berkadar gula tinggi. Depresi,
stres dan kecemasan pun berpotensi
menyebabkan seseorang terkena penyakit
jantung.
Sementara itu, kekurangan tidur juga diduga
melemahkan fungsi kognitif dan reaksi pada otak.
Penurunan fungsi itu meliputi: kemampuan
berkonsentrasi, kemampuan mengingat,
kemampuan menangani tugas yang kompleks,
kemampuan berpikir logis, kemampuan
mengasimilasi dan menganalisis informasi,
kemampuan mengambil keputusan, koordinasi
motorik, kemampuan pemahaman dan
pengamatan, kosa kata dan kemampuan
berkomunikasi.
Penelitian lanjut Christian Benedict, dari Uppsala
University Swedia, menyebutkan bahwa
kekurangan tidur pada suatu malam dapat
memperlambat metabolisme pada keesokan pagi.
Otak orang yang kurang tidur akan menunjukkan
aktivitas seperti tidur di beberapa bagian yang
seharusnya terbangun ketika tubuhnya sedang
terjaga.
Seorang ahli kimia Amerika P. Carbone
menyebutkan bahwa “sampah” yang berasal dari
seluruh kegiatan otot tubuh, sebagian besar
adalah hasil pembakaran/dioksida dan asam
laktat, menumpuk dalam darah dan berefek toksik
(racun) pada syaraf, menyebabkan rasa lelah dan
mengantuk. Selama proses tidur, sampah-sampah
tadi dimusnahkan sehingga ketika kita bangun
tidur tubuh terasa segar. Tidur berfungsi
memulihkan, meremajakan dan memberikan
energi pada tubuh dan otak, yang semuanya itu
bermanfaat untuk menjalani berbagai tugas dan
kehidupan keseharian kita. Tidur yang cukup dan
berkualitas berpengaruh pada suasana hati, daya
pikir, produktivitas, kreativitas dan kesehatan pada
umumnya.
Sebaliknya, tidur yang kurang atau tidak
berkualitas memiliki pengaruh negatif pada
kualitas kesehatan berbagai organ penting tubuh
seperti hati (lever) dan jantung. Dua organ utama
ini akan rentan terserang penyakit karena
menurunnya imunitas atau daya tahan tubuh kita
pada umumnya.
Tuntunan Islam Tentang Tidur
Melalui Rasulullah saw, kita memperoleh
gambaran pentingnya fenomena tidur/istirahat
dalam beberapa penggalan ayat Qur’an berikut,
“Dan Kami jadikan tidurmu untuk istirahat” (QS. an
-Naba, 78:9). “Dialah yang menjadikan untukmu
malam (sebagai) pakaian, dan tidur untuk istirahat
dan Dia menjadikan siang untuk bangun
berusaha” (QS. al-Furqan, 25:47).
Kisah mengenai tidur juga diriwayatkan dalam
hadis yang menyebut bahwa Abu Darda’ yang
tidak mau tidur malam karena tak ingin
mengurangi waktunya beribadah telah ditegur
18 al-Islam.my.id | Edisi 3 | Mei 2014, Rajab 1435
sahabat Salman, “Tuhanmu ada hak atasmu,
badanmu ada hak atasmu dan istrimu ada hak
atasmu. Berikan kepada semua ini haknya”
Ketika Rasulullah saw. mendengar perkataan
Salman, beliau berkata: “Benarlah Salman”. (HR.
Bukhari)
Suatu saat Rasulullah berkata: “Buka tali ini.
Hendaklah salah seorang di antara kamu shalat
ketika dirinya cergas, dan ketika sudah
mengantuk tidurlah”. (HR. Bukhari-Muslim).
Nabi berkata demikian karena ketika beliau
memasuki masjid melihat ada seutas tali yang
dipasang di antara dua tiang, milik Zainab, yang
dipergunakan berpegangan manakala beliau
keletihan shalat malam.
Menurut Ibnul Qayyim al-Jauziyah, setidaknya
ada dua manfaat penting tidur: pertama, untuk
menenangkan dan mengistirahatkan tubuh
setelah beraktivitas seharian. Kedua, untuk
menyempurnakan proses pencernaan makanan
yang telah masuk ke tubuh.
Rasulullah saw mengajarkan beberapa kiat
penting yang ditail mengenai tidur yang efektif
dan barakah, sebagai berikut:
Waktu Tidur
Rasul meminta kita untuk segera tidur setelah
shalat isya untuk memudahkan bangun di
sepertiga akhir malam guna shalat qiyamul lail/
tahajud. "Bahwasanya Rasulullah saw
membenci tidur sebelum (shalat Isya) dan
berbincang-bincang (yang tidak bermanfaat)
setelahnya”. (HR. Bukhari dan Muslim).
Ini berarti kita tidak dianjurkan begadang, jika
tidak ada hal sangat penting, karena dapat
mengurangi waktu dan kualitas tidur. Oleh
sebab itu kita menghindari mengkonsumsi
makanan atau minuman, yang dapat
menghambat atau menunda tidur sehingga tidur
larut.
Berwudhu dan Menyikat Gigi
Rasulullah saw senantiasa berwudhu dan
menyikat gigi (bersiwak) sebelum tidur.
Berwudhu dan menyikat gigi akan
membersihkan kotoran dari tubuh kita.
"Apabila engkau hendak mendatangi
pembaringan (tidur) maka hendaklah berwudhu
terlebih dahulu sebagaimana wudhumu untuk
melakukan shalat." (HR Bukhari). “Bersiwak
membersihkan mulut dan diridlai Allah”. (HR.
Ibnu Khuzaima)
Berdoa, Sebelum dan Sesudah Tidur
Rasulullah Saw selalu berdoa sebelum tidur.
Adapun doa yang sering beliau baca: "Bismika
Allahumma ahyaa wa bismika amuut.". Artinya:
Dengan nama-Mu ya Allah aku hidup dan
dengan nama-Mu aku mati. (HR. Bukhari dan
Muslim).
“Allahumma aslamtu wajhi ilaika, fawwadhtu
amri ilaika, wa alja’tu dhahri ilaika raghbatan
wa rahbatan ilaika, laa malja’a walaa manjaa
minka illaa ilaika, aamantu bikitaabika alladzi
anzalta wa binabiyyika alladzi arsalta”. Artinya:
Ya Allah kuserahkan wajahku kepada-Mu, dan
kuserahkan urusanku kepada-Mu, kurebahkan
punggungku kepada-Mu dengan penuh
kecintaan dan ketakutan kepada-Mu. Tak ada
tempat berlindung dan keselamatan dari-Mu
kecuali Engkau. Aku berimana kepada kitab-Mu
(yang Kau turunkan kepada Nabi-Mu yang Kau
utus). (HR Bukhari dan Muslim).
al-Islam.my.id | Edisi 3 | Mei 2014, Rajab 1435 19
Dan ketika bangun, Rasulullah
berdoa: "Alhamdulillaahil ladzii ahyaana ba’da
maa amaatanaa wa ilayhin nusyuur." (Segala
puji bagi Allah yang menghidupkan kami setelah
mematikan kami. Kepada-Nya-lah kami akan
kembali). (HR. Bukhari)
Mematikan Lampu Sebelum Tidur
Tidur dalam keadaan lampu mati sesuai dengan
hadis: “Jika di antara kalian tidur maka
padamkanlah lampu”.(HR.Bukhari)
Tidur dalam keadaan lampu mati setidaknya
memiliki keuntungan: pertama, berhemat
karena tidak memubazirkan energi penerangan/
listrik selama sekitar delapan jam per hari atau
240 jam sebulan. Kedua, seperti laporan ilmiah,
tidur dalam keadaan lampu padam
menyebabkan tubuh secara alamiah
menghasilkan hormon melatonin.
Melatonin merupakan hormon yang memiliki
fungsi utama menciptakan kualitas tidur yang
baik, karena tidur kita nyenyak. Hormon ini
memiliki kegunaan: pertama, menjaga
keharmonisan metabolisme sel,
mempertahankan efisiensi/efektivitas kerja sel,
membuat sel tidak mudah rusak sehingga
meningkatkan daya tahan sel terhadap berbagai
gangguan dari luar. Kedua, memengaruhi sistem
kekebalan tubuh. Ketiga, memengaruhi kerja
organ tubuh terutama di saat tidur. Keempat,
memengaruhi kesehatan psikologis seseorang
terutama terhadap mood. Seseorang yang
kurang tidur, kadar melatonin dalam tubuhnya
rendah sehingga mengalami gangguan perasaan
(mood) seperti mudah gelisah, mudah lelah,
mudah marah. Kelima, berperan sebagai sistem
alami yang mengatur masa penuaan tubuh.
Keenam, membantu tubuh memerangi sel-sel
kanker seperti kanker payudara, kanker prostat,
penyakit Parkinson, dan gangguan perearan
darah/ aritmia. Karena elatonin berperan
mendorong aktifitas antioksidan secara optimal
di dalam tubuh sehingga mencegah kerusakan
DNA akibat zat-zat karsinogenik, penyebab
kanker, dan memberhentikan mekanisme
pertumbuhannya.
Menurut Joan Roberts, seorang ahli biologi dan
merupakan orang pertama yang menemukan
hubungan antara lampu dan kesehatan, bahwa
cahaya lampu (termasuk pancaran dari layar
televisi) dapat menyebabkan penurunan kadar
hormon melatonin di dalam tubuh yang akan
memengaruhi penurunan daya tahan tubuh
terhadap penyakit dan mengakibatkan tubuh
menjadi lemah. Hasil penelitiannya yang
dipublikasikan dalam jurnal Cancer Genetics and
Cytogenetics menyatakan bahwa menyalakan
cahaya buatan pada malam hari ketika tidur
akan memiliki dampak pada jam biologis tubuh
dan dapat menjadi pemicu ekspresi berlebihan
dari sel-sel yang dikaitkan dengan pembentukan
sel kanker.
Sementara itu, Prof. Russle Reiter dari Texas
University menyebutkan bahwa jika kita tidur
memiliki dampak pada
jam biologis tubuh dan
dapat menjadi pemicu
ekspresi berlebihan dari
sel-sel yang dikaitkan
dengan pembentukan
sel kanker
20 al-Islam.my.id | Edisi 3 | Mei 2014, Rajab 1435
dan lampu menyala selama satu menit maka
otak seolah-olah menganggap bahwa lampu
menyala seharian. Akibatnya produksi hormon
melatonin menurun.
Sebuah konferensi tentang anak penderita
leukimia yang diadakan di London menyebutkan
bahwa anak yang menderita kanker akibat
terlalu lama memakai lampu waktu tidur di
malam hari jauh lebih banyak dibanding dengan
yang tidak pernah memakai lampu. Lampu yang
menyala saat tidur menekan produksi
melatonin, yang normalnya terjadi antara jam 9
malam hingga jam 8 pagi. Penelitian ini pun
menyebutkan bahwa para pekerja lembur (shift)
memiliki resiko terkena kanker payudara. Karena
itu disarankan agar anak yang takut tidur pada
kondisi gelap, menggunakan penerangan
temaram dan cahayanya tidak langsung.
Posisi Tidur
Posisi tidur termasuk menentukan kualitas
tidur dan sangat memengaruhi kesehatan.
Rasulullah saw. mengajarkan agar kita tidur
dengan memiringkan badan ke sebelah kanan,
seperti yang dijelaskan hadis “Berbaringlah di
atas rusuk sebelah kananmu.” (HR. Bukhari no.
247 dan Muslim no. 2710).
Pada umumnya, ada empat posisi yang mungkin
ketika kita tidur: telentang, telungkup, miring ke
kiri dan miring ke kanan. Dr. Zahir al-Aththar
menyebutkan bahwa tidur dengan posisi
telentang dapat memaksa kita bernafas dengan
mulut, karena saat tidur mulut terbuka lebar
akibat pelemasan pada rahang bagian bawah.
Padahal, sebagaimana yang kita ketahui,
bernafas dengan hidung adalah yang terbaik
karena di hidung ada bulu-bulu dan cairannya
yang berfungsi menyaring udara yang kita hirup.
Orang yang sering bernafas dengan mulut sering
mengalami selesma dan flu, serta infeksi dan
pembengkakan gusi (akibat gusinya kering).
Pada posisi tidur telentang, langit-langit dan
anak lidah (tekak) menghalangi lubang
nesofaring dan aliran pernafasan sehingga
sangat potesial menimbulkan dengkur.
Tidur sambil tertelungkup akan menyebabkan
sesak nafas, karena dadanya sulit berkontraksi
saat bernafas. “Posisi tidur telungkup juga dapat
menyebabkan pembengkokan tulang belakang
dan leher. Selain itu, posisi ini juga dapat
meletihkan jantung dan otak”, demikian Dr.
Zahir. Beberapa penelitian menyebutkan bahwa
tidur telungkup menyebabkan meningkatnya
kematian mendadak pada anak-anak.
Rasulullah saw dengan tegas melarang tidur
telungkup, sebagaimana hadis yang berasal dari
Abu Hurairah:”Tidur semacam ini (telungkup)
dibenci Allah dan Rasul-Nya”. (HR. Ahmad dan
Tirmidzi).
Posisi tidur miring ke kiri kurang baik karena
jantung (yang letaknya di sebelah kiri dan dekat
paru-paru) akan mendapat tekanan paru-paru
sehingga kinerja dan fungsinya terganggu. Selain
itu posisi miring ke kiri juga menyebabkan
lambung menekan jantung dan hati.
Adapun kelebihan dan manfaat tidur miring ke
kanan, antara lain adalah :
1. Mengurangi beban kerja jantung. Dengan
Rasulullah SAW dengan tegas
melarang tidur telungkup,
al-Islam.my.id | Edisi 3 | Mei 2014, Rajab 1435 21
tidur miring ke kanan, posisi jantung menjadi
rileks dan membuat distribusi darah dapat
merata ke seluruh tubuh termasuk otak, karena
jantung tidak mendapat tekanan paru-paru kiri,
dan lambung.
2. Pencernaan menjadi lebih mudah. Dengan
menghadap ke kanan, posisi lambung dan usus
dua belas jari menjadi menghadap ke bawah.
Posisi ini dapat membantu kinerja lambung
karena stabil berada di tempatnya. Sedangkan
hati kukuh pada tempatnya dan tidak bergelayut.
Posisi tidur miring ke kanan lebih cepat
mengosongkan perut setelah dicerna
Posisi Tangan
Ketika tidur, Rasulullah saw. senantiasa
meletakkan tangan kanannya di bawah pipi
sebelah kanan. "Rasulullah Saw apabila tidur
meletakkan tangan kanannya di bawah pipi
kanannya." (HR Abu Dawud).
***
Dari paparan di atas jelas bahwa kita butuh tidur
yang cukup dan berkualitas. Ukuran jumlah jam,
seperti banyak anjuran yaitu delapan jam, tidak
bisa dijadikan ukuran karena ada beberapa orang
yang cukup tidur 4-6 jam saja. Dengan demikian,
kata kuncinya adalah kualitas tidur. Sementara itu
jika kebanyakan tidur malah membuat tubuh
tidak nyaman. Salah satu anda bahwa tidur kita
cukup dan berkualitas adalah rasa segar dan
nyaman saat bangun. Jadi rentang waktu tidur
yang dianjurkan adalah pukul 21.00 (malam)
hingga 03.00 (pagi).
Bila ada kekurangan waktu tidur, adakah
pengaruh buruk jika kita tidur berlebihan?
Penelitian tentang korelasi lama waktu tidur dan
tingkat kematian yang dilakukan American Cancer
Society dan UCSD menyebutkan bahwa orang
yang tidur lebih dari delapan jam sehari lebih
berpotensi meninggal lebih cepat. Mengapa?
Penelitian yang sama dilakukan Jim Horne, Ph.D.,
dari Loughborough University, Inggris yang
menyebutkan bahwa kabanyakan tidur
sebagaimana kita kebanyakan makan atau
minum, yaitu memberikan kepada tubuh
melebihi kebutuhannya. Tidur terlalu lama dapat
mengakibatkan tubuh menyerap kembali limbah
dan uap-uap kotor dari tubuh.
Rasulullah pun mengingatkan kita untuk bangun
di sepertiga malam terakhir untuk menegakkan
shalat Tahajud: "Hendaklah kalian bangun malam
sebab itu kebiasaan orang-orang saleh sebelum
kalian." (HR At-Tirmidzi). “Wahai orang yang
berselimut, bangunlah (untuk shalat tahajud)
pada malam hari, kecuali sebagian kecil” (QS. al-
Muzzammil, 73:1-2). Jika demikian maka insya
Allah kita pun tidak akan terlambat menunaikan
shalat subuh.
Demikianlah. Islam telah mengatur pelbagai
aktivitas keseharan kita secara detail dan kita
diharapkan mampu mencontoh perilaku
Rasulullah saw dalam aktivitas keseharian yang
luas, termasuk dalam hal tidur. Memperhatkan
aspek detail tersebut bukan saja sebagai
perwujudan kepatuhan dan kecintaan kepada
Allah dan Rasul-Nya, namun kita tentu akan
merasakan manfaat yang luas dan nyata dalam
kehidupan kita. Tidur yang sesuai dengan
tuntunan Rasulullah, selain beroleh manfaat,
sungguh pula memiliki nilai ibadah. Terhindar
dari tidur yang tanpa ilmu dan tanpa makna,
yang berarti.. asal tidur saja.
[JS/dari berbagai sumber]
22 al-Islam.my.id | Edisi 3 | Mei 2014, Rajab 1435
Tahukah Kamu, Apakah Jalan Mendaki Lagi Sukar Itu?
“Bukankah telah Kami berikan kepadanya dua mata, lidah, dan dua bibir?
Dan telah Kami tunjukkan kepadanya dua jalan?
Tetapi ia tidak menempuh jalan yang mendaki lagi sukar.
Tahukah kamu, apakah jalan yang mendaki lagi sukar itu?
(yaitu) membebaskah orang-orang yang tertindas,
atau memberi makan di masa-masa kelaparan,
(kepada) anak yatim yang ada hubungan kerabat,
atau kepada orang miskin yang sangat fakir.
Hanya dengan begitu
kamu termasuk orang yang beriman,
Muamalah
al-Islam.my.id | Edisi 3 | Mei 2014, Rajab 1435 23
dan saling berpesan untuk bersabar dan berkasih sayang.”
(QS. Al-Balad: 8-16)
Tatkala berhadapan dengan pilihan-pilihan sulit,
bagai “buah simalakama”, manakah jalan yang
Anda pilih? Apakah cenderung mengambil jalan
“enak” yang lebih mudah? Ataukah berusaha
mengikuti ketukan suci hati nurani … yang bi-
asanya memang lebih sulit?
Entah itu ketika berhubungan secara muamalah
dengan keluarga, dalam keputusan bisnis dan
pekerjaan ataupun saat mengurusi urusan-
urusan kemasyarakatan, kita pasti sering
dihadapkan pada pilihan-pilihan sulit. Mau mem-
beli mobil tapi uang masih tidak cukup. Ingin
mendapat proyek tapi harus memberi komisi.
Hendak meloloskan undang-undang pro-rakyat
tapi tak tahan ‘sogokan’ miliaran yang datang
dari yang berkepentingan. Ingin bersilaturahmi,
mengajak keluarga berdamai tapi gengsi …
Sungguh pilihan yang serba sulit untuk dipilih!
Bukankah telah Kami berikan kepadanya dua
mata, lidah, dan dua bibir?
Dan telah Kami tunjukkan kepadanya dua jalan?
Tetapi ia tidak menempuh jalan yang mendaki
lagi sukar.
Bukankah Allah SWT telah menganugerahkan
kepada kita berbagai kemampuan, berbagai po-
tensi sehingga kita dapat berpikir lebih waras,
menggunakan akal sehat. Semua perangkat in-
dera yang kita miliki bersama dengan petunjuk
yang Allah SWT berikan tentang kondisi berbagai
pilihan yang ada, cukup sebagai bekal bagi kita
untuk mengenali, memikirkan, dan merenungi
berbagai pilihan jalan yang tersedia, manakah
yang lebih baik. Jalan yang lempang ataukah
jalan yang mendaki?
Jalan yang lempang, umumnya memang lebih
mudah dan lebih nyaman. Karena itu banyak di-
ambil oleh orang-orang yang malas dan tidak
peduli dampaknya pada orang lain. Ia lebih fokus
pada tujuan keuntungan pribadi. Kepeduliannya
hanyalah memuaskan kebutuhan dan keinginan
diri sendiri. Sementara “jalan mendaki” dipilih
oleh orang yang senantiasa bersemangat
melakukan karya terbaik dan selalu ingin berbuat
baik kepada orang lain. Spektrum kepeduliannya
jauh lebih lebar dan lebih luas.
Mereka yang memahami konsep jalan mendaki
senantiasa bersikap optimis dan berusaha
melakukan lebih dari yang diharapkan. Akibatnya
kemampuan mereka terus berkembang dari wak-
tu ke waktu.
Para olahragawan tahu persis bahwa otot-otot
tubuh berkembang semakin kuat jika terus dilatih
dan digerakkan. Memang saat menjalaninya,
terasa tidak nyaman, pegal, bahkan sakit. Namun
dengan cara itulah tubuh makin sehat dan kuat.
Begitu pula dengan otot-otot psikologis dan spir-
itual. Ia pun harus dilatih dengan latihan yang
berat agar tumbuh baik menuju kesempurnaan.
Al-Quran memerintahkan kita untuk memilih
jalan mendaki, melakukan yang terbaik, sekalipun
memang jalan mendaki itu pasti lebih sukar, lebih
sulit, sangat tidak nyaman, bahkan mungkin
menyakitkan.
Tahukah kamu, apakah jalan mendaki lagi sukar
itu?
(yaitu) Membebaskah orang-orang yang tertin-
das, atau memberi makan di masa-masa kelapa-
24 al-Islam.my.id | Edisi 3 | Mei 2014, Rajab 1435
ran, (kepada) anak yatim yang ada hubungan
kerabat, atau kepada orang miskin yang sangat
fakir.
Kata raqabah dalam ayat itu diterjemahkan men-
jadi “orang yang tertindas”, sementara sebagian
mufassir lain ada yang menerjemahkannya se-
bagai “para budak”. Pada zaman modern ini,
masyarakat dunia memang sudah tak lagi
mengakui perbudakan, namun faktanya kita
menyaksikan masih bertebaran di sana sini
berbagai kekerasan, penjajahan, pemerasan dan
penindasan yang dilakukan manusia atas manu-
sia lain. Hakikatnya semua tindak kejahatan itu
serupa dengan perbudakan.
Bahkan yang ironis, ada pula penindasan yang
dilakukan atas nama membela agama Allah.
Dengan mengatasnamakan Tuhan, mereka
mengkafirkan golongan-golongan yang berbeda
dan menghalalkan darah mereka. Perhatikan
firman Allah SWT dalam QS. An-Nisa ayat 94.
“Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu
pergi (berperang) di jalan Allah, maka telitilah
dan janganlah kamu mengatakan kepada orang
yang mengucapkan"salam" (laa ilaaha illa Al-
lah): "Kamu bukan mukmin" (lalu kamu mem-
bunuhnya), dengan maksud mencari harta ben-
da kehidupan di dunia, karena di sisi Allah ada
harta yang banyak. Begitu jugalah keadaan
kamu dahulu, lalu Allah menganugerahkan nik-
mat-Nya atas kamu, Maka telitilah.
Sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa yang
kamu kerjakan”. (QS. An-Nisa: 94)
Abu Hurairah r.’a. dan Ibnu Umar r.’a. menutur-
kan bahwa Rasulullah SAW pernah bersabda:
“Siapa saja yang berkata kepada saudaranya
(yang muslim), 'Hai kafir,' maka sungguh tudu-
han itu berlaku kepada salah seorang dari
keduanya, jika memang tuduhan itu benar; jika
tidak, tuduhan itu kembali ke pihak penu-
duh.” (HR. Bukhari, Muslim dan Ahmad)
Oleh karena itu, kita harus mengambil tindakan
agar konspirasi dan berbagai kejahatan terhadap
manusia ini tidak makin merajalela. Kita di-
perintahkan oleh Allah SWT untuk senantiasa
memilih berpihak membela kaum tertindas.
Dengan segala kemampuan yang kita miliki:
uang, tenaga, pikiran, dan sumber daya lainnya.
Hal ini pulalah yang dilakukan oleh semua nabi,
semua rasul utusan Tuhan. Mereka membebas-
kan umat manusia dari penindasan yang dil-
akukan para tirani, dari kekejaman dan kezali-
man para penguasa dan kaum mustakbirin. Misi
ini pulalah yang kini berada di pundak kita, orang
-orang beriman, pengikut setia pelanjut risalah
kenabian.
Kita bisa melakukannya dalam posisi dan
kedudukan apapun yang saat ini kita miliki. Se-
bagai pemimpin bangsa, pemimpin daerah,
pemimpin komunitas, pemimpin perusahaan,
kita perlu senantiasa waspada ketika kita mem-
buat kebijakan, undang-undang, peraturan dae-
rah, keputusan perusahaan. Apakah kaum-kaum
yang paling bawah yang tak berdaya akan ter-
zalimi atau dirugikan oleh keputusan kita itu?
Marilah kita kuatkan niat kita untuk senantiasa
menghasilkan keputusan yang membebaskan
penderitaan kaum tertindas ini.
Secara mikro, sebagai anggota keluarga besar,
kita pun bisa mengambil anak-anak saudara kita
ada pula penindasan
yang dilakukan atas
nama membela agama
Allah
al-Islam.my.id | Edisi 3 | Mei 2014, Rajab 1435 25
yang hidup telantar, yang yatim/piatu ditinggal
orang tuanya, yang mengalami kesulitan rezeki,
lalu kita mengayomi mereka, melindungi mereka,
bahkan mungkin mengambil mereka sebagai
“anak-anak kita” dan memperlakukan mereka
seperti anak-anak kandung kita, mendidik dan
membebaskan mereka dari peluang ketertin-
dasan.
atau memberi makan di masa-masa kelaparan,
(kepada) anak yatim yang ada hubungan kerabat,
atau kepada orang miskin yang sangat fakir
Ayat ini juga dengan lantang bicara tentang mem-
beri makan di masa-masa kelaparan. Frasa “masa
-masa kelaparan” menggambarkan situasi krisis
global yang meliputi sekelompok orang atau
masyarakat luas. Bukankah sesungguhnya saat ini
kita berada dalam aneka ragam krisis berkepan-
jangan yang menyebabkan masyarakat miskin
makin banyak dan makin menderita?
Penempuh jalan mendaki yang jadi sasaran bicara
ayat itu adalah mereka yang juga mengalami kon-
disi kelaparan. Ya, tentu saja, ketika ia memilih
untuk membantu orang lain, sementara dirinya
pun juga tengah merasakan kelaparan, pastilah
sebuah pilihan yang sulit – jalan yang sangat-
sangat mendaki. Sekalipun memang sukar, akan
tetapi dengan jalan begitulah ruhani kita akan
tumbuh dalam keimanan.
Apatah lagi jika hidup kita serba berkecukupan.
Kalau kita mau menghisab diri, bisa jadi tanpa kita
sadari banyak sekali pembelanjaan dan penge-
luaran hidup kita yang sebenarnya tergolong sia-
sia, tak bernilai sama sekali disisi Allah SWT. Bu-
daya hedonisme dan komsumtif telah merenggut
akal sehat kita. Tanpa punya rasa malu. Kita
justru malah membanggakan kekayaan kita
bahkan kepada saudara-saudara dan tetangga di
kampung yang hidupnya miskin dan fakir sempur-
na. Apabila mereka datang meminta bantuan
sedikit pinjaman, kita jadi pongah bagai raja, lalu
mengkhotbahi mereka berjam-berjam … membu-
at mereka makin merasa rendah, terhina dan
malu, dan pulang kecewa tanpa mendapat apa-
apa.
Mengingat satu cerita orang tua, tentang kebia-
saan di kampung zaman dahulu. Orang-orang tua
mewariskan pesan, apabila ada pengemis yang
datang, keluarga diminta selalu bergembira
menerima mereka, diminta untuk mengajaknya
masuk ke dalam rumah, memberinya makan ter-
lebih dahulu sampai kenyang, dan memberikan
hajat apa yang mereka minta, semampunya. Pa-
dahal, kita tentu tahu, kehidupan orang-orang tua
dahulu jauh dari cukup, rumah pun tak jarang
masih beratapkan daun rumbia. Sejatinya mereka
juga dirundung hidup dalam kekurangan. Namun
kita melihat, jiwanya … selalu merasa berada da-
lam keberlimpahan. Subhanallah ...
Hanya dengan begitu
kamu termasuk orang yang beriman
dan saling berpesan untuk bersabar dan berkasih
sayang.
Ayat ini makin memperjelas jati diri orang
beriman. Keimanan didefinisikan sebagai komit-
men untuk membantu orang lain. Komitmen un-
tuk menolong orang-orang tertindas. Komitmen
untuk peduli dan berpihak pada kaum fakir
miskin. Bahkan termasuk komitmen untuk mem-
bantu saudara-saudara terdekat kita, yang sudah
jelas ada hubungan kekerabatan dengan kita.
26 al-Islam.my.id | Edisi 3 | Mei 2014, Rajab 1435
Dalam ayat lain Allah SWT pun berfirman, “Dan
Aku tidak ciptakan jin dan manusia melainkan
supaya mereka mengabdi (beribadah) kepada-
Ku” (QS. Adz Dzaariyaat: 56 ﴿
Tujuan penciptaan kita ialah untuk mengabdi
kepada Allah, yang diwujudkan dengan cara
mengabdi dan melayani makhluk-Nya. Makna
pengabdian disini bukanlah menghinakan diri
dan menjadikan diri kita budak, melainkan mere-
lakan diri kita untuk membantu dan menolong
orang lain dengan potensi dan kekuatan yang
kita miliki (harta, kedudukan, ilmu, jaringan,
dan lainnya). Dengan cara itulah kita mengek-
spresikan keimanan kita kepada Allah SWT.
Mengabdi kepada Allah tidak cukup hanya dalam
bentuk ceramah atau tausiah. Namun pengabdi-
an yang lebih penting, yang lebih tinggi
(mendaki) ialah dengan cara membantu sesama
agar mereka meraih kehidupan yang lebih baik.
Sayangnya, di sekitar kita, masih banyak kita
temukan orang-orang yang enggan membantu
orang lain, tak mau peduli dengan kesulitan
hidup orang lain, sekalipun bahkan keluarga dek-
at mereka sendiri. Padahal, sejak kecil mereka
tekun mendirikan shalat lima waktu dan berpua-
sa senin kamis. Semua ketaatan syariat yang ia
lakukan, bukannya menambah rasa kepeduliann-
ya, malah makin membuatnya asosial, tidak
peduli orang lain!
Mari kini kita berniat untuk mulai melakukan
perubahan! Untuk menempuh jalan mendaki.
Berpihak pada kaum lemah dan tertindas, mem-
bebaskan mereka dari cengkeraman
“perbudakan”, mendorong kebijakan pro-rakyat,
memelopori bantuan-bantuan ekonomi dan per-
modalan, menyelenggarakan bimbingan, pelati-
han & coaching bagi kaum putus sekolah dan
anak-anak jalanan, mengambil anak yatim atau
anak telantar diantara keluarga besar kita untuk
bahkan jika perlu jadi anak-anak angkat, dan lain
sebagainya. Sangat banyak yang bisa dilakukan.
Kita bisa mulai dari lingkungan tetangga atau
keluarga terdekat kita.
Ya, kita bisa memulai dari mereka yang ada di
sekitar kita! Dan itulah sebenar-benarnya bukti
keimanan kita.
Akhirul kalam, hendaklah kita semua menyimak
peringatan Allah yang disematkan bagi orang
yang enggan menapaki jalan mendaki…
Tahukah kamu (orang) yang mendustakan aga-
ma?
Itulah orang yang menghardik anak yatim,
dan tidak menganjurkan memberi makan orang
miskin ..
(QS. Al-Maa’uun: 1-3)
Semoga Allah menguatkan kita semua dalam
beramaliah, yang senantiasa ikhlas menjalani
titian mendaki.
[NI, Naskah diadaptasi dari buku “Al Quran untuk
Hidupmu”, karya Dr. Sultan Abdulhameed, terbi-
tan penerbit Zaman]
ketaatan syariat yang ia
lakukan, bukannya
menambah rasa
kepeduliannya, malah
makin membuatnya
asosial
al-Islam.my.id | Edisi 3 | Mei 2014, Rajab 1435 27
GERHANA, Karya Allah yang Agung
Menyimak fenomena gerhana bulan dan gerhana matahari sepanjang tahun 2014. Menga-
gumi karya Allah yang Maha Agung di alam semesta.
Gerhana bulan dan gerhana matahari dapat berlangsung setiap tahun. Gerhana bulan dapat disaksikan
bila pada saat gerhana berlangsung bulan berada di atas horizon. Di kawasan ekuator seperti Indonesia
kondisi gerhana bulan dapat disaksikan tidak dibatasi oleh “bulan terjadinya gerhana” seperti misalnya di
Australia selatan bila terjadi gerhana bulan pada bulan Desember tidak bisa menyaksikan gerhana bulan,
hanya negeri di kawasan Utara yang bisa menyaksikannya. Di kawasan kutub Utara gerhana tersebut
tidak lagi di batasi oleh terbit dan terbenam, karena bulan berputar sepanjang horizon dan akan terbe-
nam bila posisi bulan telah berpindah ke belahan langit Utara lagi.
Di kawasan dekat ekuator seperti Indonesia gerhana bulan bisa mulai berlangsung dan berakhir pada
waktu – waktu saat bulan terbit sore hari di kaki langit timur ketika matahari terbenam di kaki langit ba-
rat hingga bulan terbenam pada pagi keesokan hari kaki langit barat dan hampir bersamaan dengan ter-
bit matahari di kaki langit timur. Fenomena gerhana bulan di suatu tempat bisa dalam kondisi bulan ter-
bit sudah dalam keadaan gerhana atau bulan terbenam dalam keadaan gerhana. Bisa juga gerhana bulan
di mulai atau di akhiri ketika bulan masih berada di atas horizon.
Sainstek
28 al-Islam.my.id | Edisi 3 | Mei 2014, Rajab 1435
Sedang gerhana matahari bisa berlangsung pada
waktu matahari terbit maupun pada waktu ma-
tahari terbenam. Begitupula gerhana matahari
bisa berlangsung, berawal dan berakhir pada saat
matahari berada di atas horizon. Fenomena gerha-
na matahari merupakan fenomena toposentrik,
bergantung pada posisi pengamat, jadi walaupun
posisi bulan dan matahari di arah yang berdeka-
tan, namun tidak semua pengamat di permukaan
Bumi menyaksikan gerhana matahari. Kondisi ger-
hana tersebut memerlukan persaratan sudut pan-
dang pengamat di Bumi. Bila gerhana matahari
berlangsung pada tanggal 22 Desember maka
yang bisa mengamati di kawasan kutub Selatan.
Bila gerhana matahari berlangsung pada tanggal
21 Juni maka yang bisa mengamati di kawasan
kutub Utara.
Dalam astronomi dikenal gerhana bulan Penum-
bra, yakni bila bulan dari awal hingga akhir gerha-
na hanya berada di kawasan Penumbra Bumi. Di
kawasan Penumbra ini sorot cahaya matahari ke
permukaan bulan tidak lagi 100%, berkurang kare-
na terhalang oleh planet Bumi. Pada waktu ber-
samaan bila ada pengamat di bulan akan men-
yaksikan gerhana matahari Sebagian. Pada saat
bulan memasuki kawasan Penumbra sebenarnya
cahaya bulan Purnama meredup sebanding den-
gan kedekatannya terhadap kawasan Umbra Bu-
mi. Bagian bulan yang berada lebih dekat dengan
Umbra akan berkurang lebih banyak atau makin
melemah cahayanya, hingga mencapai 100% bila
bulan memasuki kawasan Umbra Bumi. Bagian
bundaran bulan yang berada di kawasan Umbra
nampak hitam, tanpa sorot langsung cahaya ma-
tahari. Umumnya gerhana bulan Penumbra relatif
sulit dibedakan dengan bulan Purnama bila hanya
diamati dengan mata telanjang, sehingga gerhana
Penumbra diabaikan sebagai gerhana oleh masya-
rakat umum. Selain itu juga terdapat gerhana
bulan Sebagian bila selama gerhana bulan berlang-
sung, hanya sebagian bundaran bulan memasuki
kawasan Umbra Bumi. Sedang Gerhana Bulan To-
tal bila selama gerhana bulan berlangsung,
seluruh bundaran bulan memasuki kawasan Um-
bra Bumi.
Selain gerhana bulan juga terdapat gerhana ma-
tahari, ada gerhana matahari Total, gerhana ma-
tahari Sebagian dan Gerhana Matahari Cincin.
Diameter sudut matahari dan bulan bervariasi
bergantung pada jarak ke benda langit tersebut,
oleh karena itu pada saat gerhana matahari bisa
mempunyai kondisi diameter sudut bulan lebih
besar dari diameter sudut matahari, sehingga
memungkinkan terjadi gerhana matahari Total.
Bila kondisi diameter sudut bulan lebih kecil dari
diameter sudut matahari, memungkinkan terjadi
Gerhana Matahari Cincin. gerhana matahari Seba-
gian bila selam gerhana berlangsung arah pandang
ke matahari selalu di kawasan penumbra bulan.
Setiap gerhana mempunyai keunikan dinamika
bola gas pijar matahari membuat korona mataha-
ri yang selalu berbeda, begitu pula wajah bulan
dalam Umbra Bumi bergantung pada dinamika
angkasa Bumi. Keunikan tersebut menjadi salah
satu faktor mengapa gerhana bulan dan matahari
menarik untuk diamati dan dibandingkan dengan
gerhana sebelumnya.
Perlu diingatkan bagi yang akan mengamati gerha-
na matahari. Pengamatan matahari maupun mo-
men gerhana matahari Sebagian, Gerhana Ma-
tahari Cincin dengan mata telanjang maupun den-
gan teleskop harus menggunakan penapis cahaya
matahari. Pengamatan bulan maupun gerhana
bulan secara langsung dengan mata telanjang
maupun teleskop tanpa penapis cahaya relatif
aman.
Bagi penghuni planet Bumi, posisi Bumi, bulan dan
matahari pada tahun 2014 akan menghasilkan
fenomena dua Gerhana Bulan Total (GBT), yaitu
al-Islam.my.id | Edisi 3 | Mei 2014, Rajab 1435 29
GBT 15 April 2014 dan GBT 8 Oktober 2014. Selain
itu posisi Bumi, bulan dan matahari pada tahun
2014 akan juga menghasilkan dua gerhana ma-
tahari, yaitu Gerhana Matahari Cincin pada tang-
gal 29 April 2014 dan satu gerhana matahari Par-
sial/Sebagian pada tanggal 23 Oktober 2014.
GBT 15 April 2014
Gerhana bulan pertama pada tahun 2014 adalah
gerhana bulan total (GBT) yang akan berlangsung
pada hari Selasa tanggal 15 April 2014 (GBT – 15
April 2014). GBT 15 April 2014 merupakan gerha-
na bulan ke 56 dari 75 gerhana dalam seri Saros
122. GBT 15 April 2014 akan berlangsung berte-
patan dengan (pertengahan) 14 atau 15 Jumadil
Akhir 1435 H. Bersamaan dengan GBT – 15 April
2014, fasa bulan purnama akan berlangsung pada
tanggal 15 April 2014 pada pukul 14:42 wib.
GBT 15 April 2014 dimulai dengan bulan memasu-
ki kawasan Penumbra pada pukul 11:54 wib per-
tanda tahap gerhana bulan Penumbra dimulai,
sepukul 4 menit kemudian disusul bulan mulai
memasuki kawasan Umbra Bumi pada pukul 12:58
wib, dan seluruh permukaan bulan memasuki Um-
bra Bumi pertanda momen GBT 15 April 2014
dimulai pada pukul 14:07 wib, pertengahan Ger-
hana Bulan Total pukul 14:46 wib, kemudian mo-
men GBT berakhir pukul 15: 25 wib, bulan mening-
galkan Umbra Bumi pukul 16:33 wib dan bulan
meninggalkan kawasan Penumbra pada pukul
17:38 wib. Jadi momen GBT berlangsung 1 pukul
18 menit. Pada momen gerhana Penumbra sangat
sulit dibedakan antara bulan Purnama dengan
bulan dalam kawasanan Penumbra Bumi, yang
sebenarnya sorot cahaya matahari ke permukaan
bulan berkurang, tidak 100% seperti sorot cahaya
matahari ke permukaan bulan pada fase bulan
Purnama.
Sebagian momen akhir gerhana bulan Sebagian
dari Gerhana Bulan Total 15 April 2014 dapat di-
saksikan dari sebagian wilayah Indonesia Timur, di
Irian Jaya pada momen bulan terbit menjelang
akhir gerhana Umbra, di Sorong dan di Jayapura
bulan dalam keadaan gerhana Umbra. Di daerah
Jawa, Semarang, Yogyakarta, Bandung, Serang,
Jakarta dan Pelabuhan Ratu tidak menyaksikan
gerhana bulan 15 April 2014, di daerah tersebut
bulan terbit setelah gerhana bulan berakhir. Di
Surabaya bulan terbit hampir bersamaan dengan
berakhirnya momen gerhana Penumbra GBT – 15
April 2014. Di Kalimantan di Pontianak tidak bisa
menyaksikan gerhana bulan, di Plangkaraya dan
Banjarmasin bulan terbit hampir bersamaan den-
gan berakhirnya momen gerhana Penumbra GBT
– 15 April 2014, sedang di Tanjung Selor dan Sa-
marinda bulan terbit menjelang berakhirnya mo-
men gerhana Penumbra GBT – 15 April 2014, han-
ya momen gerhana Penumbra, pada momen bu-
lan terbit, bulan dalam keadaan gerhana Penum-
bra. Bali, Sulawesi dan Halmahera, Ambon pada
momen bulan terbit di kawasan tersebut, bulan
dalam keadaan memasuki momen akhir gerhana
Penumbra.
GBT 8 Oktober 2014
Gerhana bulan Total (GBT) yang berlangsung pada
hari Rabu, 8 Oktober 2014 (GBT-8 Oktober 2014)
merupakan gerhana bulan ke 42 dari 72 gerhana
dalam seri Saros 127. GBT 8 Oktober 2014 berte-
patan dengan (pertengahan) 14 Dzulhijjah 1435 H.
Bersamaan dengan GBT – 8 Oktober 2014, fasa
bulan Purnama akan berlangsung pada tanggal 8
Oktober 2014 pada pukul 17:51 wib.
GBT 8 Oktober 2014 dimulai dengan bulan me-
masuki kawasan Penumbra pada pukul 15:16 wib
pertanda tahap gerhana bulan Penumbra dimulai,
59 menit kemudian disusul bulan mulai memasuki
30 al-Islam.my.id | Edisi 3 | Mei 2014, Rajab 1435
kawasan Umbra Bumi pada pukul 16:15 wib, dan
seluruh permukaan bulan memasuki Umbra Bumi
pertanda momen GBT 8 Oktober 2014 dimulai
pada pukul 17:25 wib, pertengahan Gerhana Bu-
lan Total pukul 17:55 wib, kemudian momen GBT
berakhir pukul 18: 24 wib, bulan meninggalkan
Umbra Bumi pukul 19:34 wib dan bulan mening-
galkan kawasan Penumbra pada pukul 20:34 wib.
Jadi momen GBT berlangsung 59 menit. Pada mo-
men gerhana Penumbra sangat sulit dibedakan
antara bulan Purnama dengan bulan dalam kawa-
sanan Penumbra Bumi, yang sebenarnya sorot
cahaya matahari ke permukaan bulan berkurang,
tidak 100% seperti sorot cahaya matahari ke per-
mukaan bulan pada fase bulan Purnama.
Momen Gerhana Bulan Total dapat disaksikan
hampir di seluruh wilayah Indonesia, kecuali di
Banda Aceh. Hampir di seluruh wilayah Indonesia
bulan terbit sebelum momen GBT 8 Oktober 2014
berakhir, kecuali di Aceh, bulan terbit di Aceh se-
telah GBT berakhir. Di seluruh wilayah Indonesia,
bulan terbit dalam keadaan gerhana, namun tidak
ada yang bisa menyaksikan seluruh momen GBT 8
Oktober 2014 dari sejak bulan mulai memasuki
kawasan Penumbra maupun Umbra Bumi. Di So-
rong dan Jayapura, bulan terbit ketika bulan sudah
berada di kawasan Penumbra Bumi, di kedua tem-
pat ini dapat menyaksikan paling banyak momen
gerhana bulan 8 Oktober 2014. Di kota – kota
Palangkaraya, Banjarmasin, Samarinda, Tanjung
Selor, Manado, Gorontalo, Palu, Mamuju, Ma-
kassar, Kendari, Ternate, Ambon, Sorong, Jaya-
pura, Kupang, Mataram, Denpasar dan Surabaya
dapat menyaksikan seluruh momen GBT 8 Okto-
ber 2014 yang akan berlangsung selama 59 menit
tersebut, sejak 17:25 wib hingga pukul 18:24 wib.
Di kota – kota Tanjung Pinang, Palembang, Bandar
Lampung, Pangkal Pinang, Pontianak, Semarang,
Yogyakarta, Bandung, Serang, Jakarta, Pelabuhan
Ratu dapat menyaksikan momen pertengahan
GBT 8 Oktober 2014 yang akan ber-
langsung pada pukul 17:55 wib hing-
ga momen akhir GBT pada pukul
18:24 wib.
GMC 29 April 2014
Gerhana Matahari Cincin (GMC),
GMC 29 April 2014 merupakan ger-
hana matahari ke 21 dari 75 gerha-
na dalam seri Saros 148. GMC 29
April 2014 bertepatan dengan ijti-
mak akhir Jumadil Akhir 1435 H ber-
tepatan dengan hari Selasa tanggal
29 April 2014 pada pukul 13:14 wib.
Gerhana Matahari Cincin 29 April
2014, jalur GMC berada di kawasan
Antartika kutub selatan. Momen
gerhana matahari Sebagian dapat
disaksikan di kawasan Australia dan
sebagian kecil wilayah Indonesia.
Beberapa daerah Indonesia yang
hanya dapat menyaksikan gerhana
matahari Sebagian adalah Kupang (1.8%), Mata-
ram (0.6%) dan Denpasar (0.6%). Di Kupang, ibu-
kota Provinsi Nusa Tenggara Timur, di Mataram,
ibukota Provinsi Nusa Tenggara Barat dan di
Denpasar, ibukota Provinsi Bali masing – masing
bundaran matahari yang tertutup bundaran bulan
maksimal masing – masing hanya 1.8%; 0.6% dan
0.6%. Di Kupang GMS mulai pukul 13:50 wib, ger-
hana Maksimum pada pukul 14:19 wib dan gerha-
na berakhir pada pukul 14:47 wib. Sedang di Ma-
taram GMS mulai pukul 13:48 wib, gerhana Maksi-
mum pada pukul 14:09 wib dan gerhana berakhir
pada pukul 14:30 wib. Di Denpasar GMS mulai
pukul 13:46 wib, gerhana Maksimum pada pukul
14:08 wib dan gerhana berakhir pada pukul 14:29
wib.
al-Islam.my.id | Edisi 3 | Mei 2014, Rajab 1435 31
GMS 23 – 24 Oktober 2014
Gerhana Matahari Sebagian/Parsial (GMS), GMS 23-24 Oktober 2014 merupakan gerhana matahari ke 9
dari 70 gerhana dalam seri Saros 153. GMS 23-24 Oktober 2014 bertepatan dengan ijtimak akhir Dzulhi-
jjah 1435 H yang akan berlangsung pada hari Jum’at tanggal 24 Oktober 2014 pukul 04:57 wib.
Gerhana Matahari Sebagian 23 – 24 Oktober 2014 tidak dapat disaksikan dari wilayah Indonesia, ger-
hana ini dapat disaksikan dari kawasan langit di atas Alaska, Laut Bering, Kanada, Amerika Serikat, Samu-
dera Pasifik Utara dan Rusia Timur.
Semoga dapat memanfaat momen gerhana bulan dan gerhana matahari untuk meningkatkan kualitas
pemahaman tentang mekanisme kerja alam semesta melalui rasionalitas dan membina kualitas spiritua-
litas melalui kekaguman atas karya besar dari Yang Maha Agung.
[Dr. Moedji Raharto, Anggota KK Astronomi, Peneliti di Observatorium Bosscha FMIPA ITB]
32 al-Islam.my.id | Edisi 3 | Mei 2014, Rajab 1435
Resep Beroleh Anugerah Kebaikan
Hari yang cerlang dimulai dari shalat subuh berjamaah. Suatu hari ketika Guru Bijakbestari (GB)
meneruskan acara sesudah dzikir pagi dengan aktivitas mengolah raga. Ketika sedang berjalan-jalan pagi
mengitari rumah-rumah penduduk di tengah kabut pagi yang segar, tiba-tiba Abdullah (SA) salah
seorang santri yang sudah agak berumur mengajukan pertanyaan.
Tasawuf
al-Islam.my.id | Edisi 3 | Mei 2014, Rajab 1435 33
SA: Guru, adakah resep untuk memperoleh
kebaikan yang Rasulullah SAW ajarkan kepada
kita?
GB: Ada wahai Pak
Abdullah. Suatu
nasihat yang jika kita
mengerti dan kita
amalkan secara
istiqamah akan
menjadikan kita
memperoleh
kebaikan di dunia
maupun di kehidupan
setelah kematian kita
nanti.
SA: Apakah nasihat itu
wahai Guru?
GB: Dalam kitab
Mukhtarul Ahadits,
Sayid Ahmad Al-
Hasyimi menulis, ada
hadits yang,
diriwayatkan oleh
sahabat Abu Dzar r.a.
bahwa Rasulullah
SAW telah bersabda:
"Apabila Allah
menghendaki
kebaikan bagi seorang
hamba-Nya, maka Dia
membukakan baginya
kunci-qalb/hatinya,
dan Dia menjadikan di
dalamnya keyakinan dan kejujuran. Dia
menjadikan qalb-nya selalu menyadari apa yang
ia tempuh, dan Dia menjadikan qalbnya salim/
selamat, lisannya shiddiq/jujur, akhlaknya lurus,
dan Dia menjadikan telinganya berpendengaran
tajam dan matanya berpenglihatan-batin
(bashiratan)." (Hadits Riwayat Asy-Syeikh)
Jadi, bisa kita uraikan di sini bahwa untuk
memperoleh kebaikan dari Allah SWT, sebaiknya
kita:
Pertama, Berbuat yang Allah ridhai sehingga Dia
Ta'ala menghendaki kebaikan-Nya bagi kita.
Kedua, Berjuang membuka kunci-qalb-nya, dalam
arti tidak mengerjakan hal-hal yang menjadi
penyakit qalb seperti sombong, iri dengki, dan
lain sebagainya.
Ketiga, Beribadah dengan keyakinan bahwa Allah
adalah satu-satunya Tuhan kita yang Ar-Rahman
dan Ar-Rahim.
Keempat, Selalu berkata jujur.
Kelima, Berusaha berkesadaran bahwa hidup ini
sebetulnya sedang menempuh suatu perjalanan
yang berujung kembali kepada Allah.
Keenam, Berjuang untuk menjaga keselamatan
qalbnya.
Ketujuh, Selalu berakhlak lurus dan mulia.
Kedelapan, Menghindari dari mendengarkan
obrolan-obrolan yang tidak baik.
Kesembilan, Menghindarkan mata dari
penglihatan-penglihatan yang bisa mengotori
qalb.
Nah, Pak Abdullah, jika sejak saat ini dirimu dan
para santri lainnya tengah berjuang
mengamalkannya, maka atas ijin Allah, insya
Allah kebaikan dunia akhirat akan kalian peroleh.
SA: Alhamdulillah.
Tiba-tiba, salah seorang teman Pak Abdullah (TM)
yang berusia tiga puluhan tahun bertanya,
TM: Guru, untuk mengamalkan nasihat itu
sepertinya memerlukan ketekunan ya?
GB: Betul sekali anakku. Dalam hidup ini, segala
amal perbuatan yang baik memerlukan
ketekunan dan kesabaran dalam
34 al-Islam.my.id | Edisi 3 | Mei 2014, Rajab 1435
melaksanakannya, maka beranilah mencoba dan
mencoba terus, hingga suatu saat kelak usahamu
mampu selaras dengan apa yang Allah kehendaki
atasnya.
SA: Saya belum mengerti apakah mata yang
berbashirah itu, Guru?
GB: Pertanyaan yang bagus Pak Abdullah. Istilah
bashirah dalam Al-Qur’an di antaranya disebutkan
dalam surah Al-Qiyamah: 14, "Balil insanu 'ala
nafsihi bashiratan (Dan bagi manusia pada diri/
jiwanya ada bashirah/mata-batin)".
Mata bashirah itu adalah suatu kemampuan yang
Allah berikan kepada setiap hamba yang Dia
ridhai untuk menyaksikan ayat-ayat-Nya, baik
ayat itu berada di alam lahiriah maupun
sesuatu yang berada di alam yang tak kasat
mata. Alam yang saya sebut terakhir itu seperti
isi pikiran, isi hati, malaikat, jin, jiwa-jiwa yang
berada di alam barzakh, dan lain sebagainya.
Semua kemampuan bashirah itu Allah berikan
agar hamba-hamba-Nya terkasih semakin yakin
terhadap-Nya.
TM: Apakah semua kemampuan yang tidak
masuk logika seperti yang nampak mirip
bashirah itu selalu berasal dari keridhaan Allah?
GB: Tidak anakku. Ada yang berasal dari iblis atau
jin yang kafir. Yang membedakan adalah
dampaknya terhadap manusia yang memiliki
kemampuan tidak logis tersebut.
Kemampuan yang Allah ridhai, seperti bashirah itu
selalu mengakibatkan meningkatnya keimanan
dan ketakwaan. Sedangkan kemampuan yang
berasal dari iblis serta jin kafir mengakibatkan
kesombongan, kerakusan dan perilaku-perilaku
jahat lainnya kepada pemiliknya. Ini memang
perkara yang penting untuk kita ketahui dan
waspadai.
SA dkk: MasyaAllah Guru. Berat terasa
pengetahuan tersebut, namun kami senantiasa
berusaha memahami semua penjelasan dan
nasihat dari Guru.
Terima kasih Guru atas semua penjelasan dan
nasihatnya.
Kami mohon doa Guru agar kami mampu
mengerti dan mengamalkannya secara istiqamah
pada hari-hari mendatang.
GB: Insya Allah wahai kalian semua. Tiada daya
pada kita selain Allah Taala yang Menguatkannya.
Laa haula wa laa quwwata illa billahil 'Aliyyil
'Adhiim. Sekarang marilah kita mengerjakan tugas
kita masing-masing dengan sepenuh hati dan
istiqamah, agar Allah senantiasa meridhai kita.
Demikianlah, dengan dada yang menggelora
penuh semangat Lillahi Ta'ala mereka segera
berpencar menuju kediamannya masing-masing
dan bersemangat menyambut pagi yang penuh
hikmah bersama Sang Guru.
Matahari memerah, lalu memancarkan cahaya
benderang, mengundang segenap makhluk-Nya
memulai aktivitas pagi dengan gembira.
[TBH/Al-Islam.My.ID]
Ada yang berasal dari iblis
atau jin yang kafir. Yang
membedakan adalah
dampaknya terhadap
manusia yang memiliki
kemampuan tidak logis
tersebut
Kesungguhan untuk Mampu ‘Menguasai Diri’
Menguasai diri atau menenangkan diri dari nafsu yang menginginkan kesenangan sementara,
merupakan tugas pribadi yang tidak terelakkan pada zaman yang penuh dengan tawaran duniawiah ini.
Tidak jarang karena gagal ‘menguasai diri’, berujung pada sikap dan perbuatan yang kemudian
menjadikan kita menyesal sepanjang hayat, seolah susah menukar atau mengobatinya. Oleh sebab itu
perlu kita perhatikan dengan seksama segala upaya demi perbaikan diri yang sepatutnya kita laksanakan
untuk meningkatkan kualitas diri kita.
Hadits
36 al-Islam.my.id | Edisi 3 | Mei 2014, Rajab 1435
Secara garis besar, dalam praktik pembelajaran
pribadi, kita kaum muslimin diminta untuk
senantiasa mampu menguasai atau
mengendalikan diri dengan jalan melaksanakan
‘mujahadah’. Istilah mujahadah dapat diartikan
suatu upaya semesta untuk bersungguh-sungguh
dalam melaksanakan taat atau ibadah, pada
umumnya. Hal ini, dapat dilakukan dengan sadar
dan terencana, yang diarahkan dalam kerangka
‘menyingkirkan’ atau ‘menakhlukkan’ musuh
utama yang bersarang pada diri setiap insan, yang
kita kenal bersama yaitu ‘hawa nafsu’.
Banyak sekali ayat Al-Qur’an yang menyerukan hal
ini, antara lain:
QS. Al Ankabut, 69, ‘’Orang-orang yang berjuang
dalam menunaikan hak Kami, pasti ditunjuki ke
jalan Kami. Sesungguhnya Allah bersama mereka
yang berbuat baik’’.
QS. Al Hijr, 99,’’Sembahlah Tuhanmu, hingga
nyata (mati), merenggutmu’’.
QS. Al Muzzamil 8, ‘’Sebutlah asma Tuhanmu dan
berbaktilah dengan sungguh-sungguh’’.
QS. Az Zilzal 7, ’’Barangsiapa beramal baik, walau
seberat zarrah, misalnya, pasti ia melihat
balasannya’’.
QS. Al Muzzammil 20, ’’Apa saja yang kau
usahakan buat dirimu dari kebaikan, pasti kau
peroleh kebaikan pula di sisi Allah, berikut pahala
yang besar..’’
QS. Al Baqarah 197, ’’Apa saja kebaikan yang kau
lakukan, pasti Allah mengetahuinya’’.
Melengkapi hal itu, beberapa hadis berikut dapat
dijadikan rujukan:
Dari Abu Hurairah, Rasul saw bersabda,’’ Sungguh
Allah telah menyatakan, barangsiapa menentang
kekasihKu, maka Aku-lah yang
memeranginya.Tiadalah seorang hamba yang
mendekatkan dirinya kepada-Ku dengan amal
ibadah sunnah yang sangat Kusenangi, sesudah
memenuhi kewajibannya, sehingga Aku
mengasihinya. Dan ketika Aku sudah
mencintainya, maka Aku-lah sebagai pendengaran
dan penglihatannya, serta sebagai tangan yang
dipergunakan, dan kaki yang dilangkahkan
olehnya. Dan jika ia memohon, pastilah
dikabulkan. Pula jika ia memohon perlindungan,
pasti Aku lindungi’’. (HR. Bukhari)
Dari Anas, Nabi saw bersabda, ’’Allah Azza wa
Jalla telah menyatakan ,’Ketika seseorang
mendekatkan diri kepada-Ku sejengkal, maka Aku
mendekat padanya sehasta. Ketika ia
mendekatkan diri kepada-Ku sehasta, maka Aku
mendekat padanya sedepa. Dan ketika ia datang
kepada Ku berjalan, maka Aku akan datang
kepadanya lebih cepat’’. (HR Bukhari)
Ibnu Abbas, Rasulullah saw bersabda, ‘’Ada dua
kenikmatan yang sering dilupakan oleh umumnya
kita semua, yaitu kesehatan fisik dan waktu luang/
kesempatan memperbanyak amal ibadah’’. (HR
Bukhari)
Dari Aisyah ra, ‘’Sungguh Nabi saw, bangun, shalat
malam sampai kakinya membengkak.
Sahutku,’Kenapa engkau kerjakan yang demikian
ya Rasul, bukankah Allah telah mengampuni
segala dosa yang dulu dan kemudian bagimu? ‘.
Jawabnya,’sudah sepantasnya aku menjadi
seorang manusia yang berbudi luhur beribadah di
malam hari sebanyak-banyaknya sebagai bukti
terima kasihku kepada Allah’’. (HR. Bukhari-
Muslim)
Lagi dari Aisyah,’’ Rasul saw ketika memasuki hari
kedua puluh satu Ramadhan, adatnya beribadah
sepanjang malam bersama keluarga yang beliau
bangunkan, dan beliau melakukan hal itu penuh
kesungguhan dan curahan tenaga’’. (HR. Bukhari-
Muslim)
Dari Abu Hurairah, Rasulullah saw
al-Islam.my.id | Edisi 3 | Mei 2014, Rajab 1435 37
bersabda,’’Orang mukmin yang mampu berjuang
dengan mencurahkan segala potensi/hak yang
dimilikinya demi tegak-kokohnya agama, adalah
lebih unggul dan lebih disenangi Allah,
dibandingkan dengan mukmin yang lemah,
sekalipun keduanya memiliki kebaikan.
Bersemangatlah dalam berkarya (beramal) untuk
kebahagiaanmu, dan mohonlah pertolongan
kepada Allah. Jangan lemah diri! Dan jika musibah
menimpa dirimu, jangan beranggapan, atau
jangan kau katakana,’Kalau aku berbuat demikian,
pasti tidak akan terjadi begini, dan seterusnya.
Namun alangkah terpujinya bila kau
nyatakan,’Semua itu sudah ditentukan Allah, Dia
berbuat segala sesuatu menurut Kehendak-Nya’,
Ketahuilah, ucapan,’kalau/seandainya dan lain
sejenis dengannya ‘hanya memberi kesempatan
syetan untuk beroperasi’’, (HR Muslim)
Dari Ibnu Ka’ab Aslami, ‘’Aku bermalam bersama
Rasul saw, aku sediakan air untuk beliau untuk
wudhu dan hajatnya. Lalu beliau
bersabda,’Mintalah kamu padaku! ‘Jawabku,’
Aku minta berkawan denganmu di sorga wahai
Rasul’. Sabdanya lagi,’Tiada lagi permintaanmu
selain itu?’. Jawabku,’Ya, itu saja cukup bagiku, ya
Rasul’. Kemudian beliau bersabda,’Bantulah aku
dalam menguasai nafsumu dengan
memperbanyak shalat’’. (HR. Muslim).
Dari Abu Abdillah Tsauban, Rasul saw
bersabda,’’Hendaklah kamu memperbanyak
sujud/ shalat, karena dengan sekali sujud, naiklah
derajatmu satu tingkat dan lenyaplah satu dosa
darimu’’. (HR. Muslim)
Lalu dari Abu Shafwan, Rasul saw
bersabda,’’Manusia terbaik di antaramu adalah
orang yang berusia panjang dan baik amal
perbuatannya’’.
Dari Anas bin Malik menceritakan seorang
pamannya yang absen dalam perang badar,
kemudian ia menyesal dan melaporkan diri kepada
Rasulullah seraya menguatkan tekadnya untuk
mengawal perang bersama beliau. Anas bin Nadlr
kemudian diketahui gugur dalam perang uhud
dalam pengorbanan yang sempurna
mempertahankan perintah Rasul tetap pada
posisinya. Para sahabat kemudian bersepakat
mengenai satu penghargaan Allah atas
pengorbanan para kesatria tersebut dengan
turunnya ayat berikut dari Surat Al Ahzab, ‘’ Di
antara orang-orang mukmin terdapat ksatria yang
konsisten terhadap janjinya kepada Allah. Maka
separuhnya ada yang gugur dan ada pula yang
tengah menunggu giliran (mati syahid). Dan
karena konsistensinya itu mereka tiada pernah
sudi menukar janji itu dengan suatu apa pun (dari
kesenangan duniawi)’’. (QS. Al Ahzab, 23)
Bab menguasai diri dan bermujahadah ini
merupakan salah satu bagian penting yang sering
didaraskan Nabi kepada para sahabat yang
kemudian diwariskan kepada kita semua sebagai
hamba. Tak terbilang bagaimana daya upaya para
sahabat dan para salihin merawat tekad untuk
memenuhi janji bersetia dan senantiasa
meningkatkan kesungguhan dalam melakukan
kebajikan, sesuai perintah Allah dan Rasulullah.
Walaupun, berbagai halangan terus saja hadir
sebagai godaan dan penghalang amaliah di tengah
semangat membara untuk melaksanakan segala
kebajikan di tengah masyarakat manusia.
Kisah kecil berikut melengkapi uraian tentang bab
berbagai halangan terus
saja hadir sebagai godaan
dan penghalang amaliah
di tengah semangat
membara
38 al-Islam.my.id | Edisi 3 | Mei 2014, Rajab 1435
menguasai diri dalam kitab Riyadush-Shalihin
karya Al Imam An Nawawi.
Dari Uqbah bin Amr, ‘’Sewaktu ayat yang
menyerukan sedekah turun, kami para sahabat
bergegas memanggul harta apa saja yang kami
miliki untuk disedekahkan di atas punggung kami
masing-masing. Ada yang memanggul banyak
sekali barang, lalu orang-orang munafik
bercingcong (berkomentar),’Sedekah sebanyak itu
jelas hanya untuk mencari muka saja, tidak
disertai keikhlasan’. Di antara kami ada pula yang
hanya bersedekah satu sha/ 4 kati, lalu mereka
kembali berkomentar,’Sedekah hanya sejumput
itu, Allah jelas tiada menggubris kepadanya,
kemudian turunlah ayat ini’.
Artinya,’’ Mereka yang menghina pelaku
kebaikan di antara orang-orang mukmin,
tentang sedekah dan orang-orang yang tiada
memperoleh selain tenaganya, lalu mereka
mengejek orang-orang yang bersedekah itu.
Allah membalas (mengejek) pula mereka. Dan
bagi mereka siksa yang teramat pedih’’. (QS. At
Taubah 79)
Dalam uraian mengenai upaya menguasai diri atau
memenangkan ‘diri’ dari nafsu dapat disimpulkan
bahwa, diperlukan suatu upaya yang terus
menerus dan sungguh-sungguh dalam
melaksanakan kebaikan sesuai apa yang
diperintahkan Allah, kemudian terus ditingkatkan
dengan kesungguhan sesuai contoh yang diajarkan
Nabi saw.
Dan, dalam upaya yang demikian memayahkan
dan melelahkan ini, tentunya perlu pengorbanan
yang tidak kecil harus kita tunaikan, agar
kesudahan yang baik pula kita dapatkan.
Sekalipun, di tengah upaya yang lurus dan kuat,
sebagaimana Rasul contohkan, tidak jarang
berbagai komentar, olok-olok yang melemahkan
dari lingkungan bermunculan. Demikian pula
halangan diri dari rasa malas, canggung, kikuk dan
lainnya menjadi penghalang keberlanjutan upaya
perbaikan yang berpusat pada ‘diri‘ tersebut.
Seraya memohon petunjuk dan perkenan Allah,
marilah kita semua niatkan dan kita kerahkan
dengan kesungguhan, upaya-upaya perbaikan
‘diri’ dengan meningkatkan amaliah untuk diri dan
lingkungan demi menawar kecenderungan pada
tawaran aktivitas yang bersifat melemahkan
motivasi dan kesungguhan. Tekad dan upaya itu
hendaknya terus kita rawat karena setiap tawaran
dangkal, -- yang menjadi umpan dari nafsu pada
diri, selalu berujung penyesalan yang sulit
pengelolaannya.
Sebab itu konsistensi kita dalam melaksanakan
segala kebajikan dengan sungguh-sungguh kiranya
akan mampu membentengi kita dari tawaran yang
menyesatkan tersebut.
Semoga Allah menguatkan kita semua di jalan-
Nya.
[DS – Digubah dari Tarjamah Riyadus-Shalihin
karya Imam An Nawawi, terjemahan Masrap
Suhaemi, Penerbit Mahkota, Surabaya]
perlu pengorbanan yang
tidak kecil harus kita
tunaikan, agar kesudahan
yang baik pula kita dapatkan
al-Islam.my.id | Edisi 3 | Mei 2014, Rajab 1435 39
Latihan Tawakal
Setelah mendapatkan teori renang,
maka berikutnya pelatih akan meminta kita
berpakaian renang
kemudian nyebur ke kolam renang
dan berjibaku dengan air.
Dalam kondisi yang takut tenggelam
kita dilatih sedikit demi sedikit untuk terbiasa,
dan akhirnya bisa mengatasi ketakutan,
ujung-ujungnya kita bisa berenang.
Setelah mendapatkan sedikit teori tentang nyetir
mobil,
berikutnya kita dilatih untuk memulai menjalankan
mobil oleh pelatih.
Rasa ketakutan segera berkecamuk dalam diri kita,
khawatir ini dan itu,
Dengan sabar pelatih sedikit demi sedikit melatih
gerak reflek kita
dan perlahan tidak terasa kita bisa mengatasi
ketakutan
dan ujung-ujungnya kita bisa nyetir mobil.
Setelah kita mendapatkan beribu-ribu tausiah
baik di pengajian RT, RW, sampai istana Negara,
begitu pula di TV yang sangat melekat di telinga
kita,
yang tidak lain adalah terusan terusan ajaran
Rasulullah SAW.
Mulailah kita, PARA PENDOA...
setiap hari berdoa, memohon kepadaNya
untuk dijadikan orang yang tawakal kepada Allah.
Berikutnya...
Pelatih dan Pemberi gelar TAWAKAL yaitu ALLAH
memproses terkabulnya doa-doa hambaNya
Bisa jadi prosesnya berupa..
Para pendoa akan dimasukkan dalam situasi yang
rumit,
carut-marut, nggak karuan,
penuh kekhawatiran dan ketakutan
sebagai sebuah proses yang harus dijalani,
sebagai bentuk latihan menuju tawakal.
Dengan berjalannya waktu dan keistiqomahan
pendoa,
atas anugerahNya sedikit demi sedikit rasa takut
hilang,
rasa khawatir hilang, dan oleh Allah diganti
dengan rasa tenang dan nyaman bersamaNya.
Bisa jadi...
Kekurangan materi yang sering terjadi,
Perhitungan-perhitungan pekerjaan yang sering
meleset hasilnya,
Persoalan-persoalan kantor yang tidak kunjung
selesai,
Timbul silih berganti..
Kondisi-kondisi keluarga yang mengkhawatirkan
Padahal ikhtiar sudah dilakukan maksimal .
Adalah sebuah proses yang sengaja dihidangkan
oleh Allah untuk kita,
karena Allah berkenan mengabulkan doa-doa kita.
Allah sedang memproses kita menjadi orang yang
tawakal kepadaNya,
melalui latihan sedikit demi sedikit.
Sehingga kita tetap bisa BERSYUKUR atas kondisi
apapun
[Jon]
Renungan
“Sunnah bagaikan perahu Nabi
Nuh, siapa yang mengikutinya
dia akan selamat. Dan siapa
yang tertinggal dia akan
binasa.”
Imam Malik bin Anas r.a
top related