anak putus sekolah di kelurahan tanjung unggat...
Post on 06-May-2019
230 Views
Preview:
TRANSCRIPT
1
ANAK PUTUS SEKOLAH DI
KELURAHAN TANJUNG UNGGAT
KECAMATAN BUKIT BESTARI KOTA
TANJUNGPINANG
A. LATAR BELAKANG
Pendidikan pertama kali yang kita
dapatkan di lingkungan keluarga,
lingkungan sekolah dan lingkungan
masyarakat.
Siswono Yudo Husodo (dalam
Gunarm Singgih 2004: 43-44) Faktor putus
sekolah Pertama, pendidikan orang tua
yang hanya tamat sekolah dasar apalagi
tidak tamat sekolah dasar sangat
berpengaruh terhadap cara berpikir orang tua
untuk menyekolahkan anaknya dan terhadap
cara berpikir orang tua untuk
menyekolahkan anaknya, dan cara
pandangan orang tua tentu tidak sejauh dan
seluas orang tua yang berpendidikan lebih
tinggi. Orang tua yang hanya tamat sekolah
dasar atau tidak tamat cenderung kepada hal-
hal tradisional dan kurang menghargai arti
pentingnya pendidikan. Mereka
menyekolahkan anaknya hanya sebatas bisa
membaca dan menulis saja, karena mereka
beranggapan sekolah hanya membuang
waktu, tenaga dan biaya, mereka juga
beranggapan terhadap anak lebih baik
ditujukan kepada hal-hal yang nyata bagi
mereka, lagi pula sekolah harus melalui
seleksi dan ujian yang di tempuh dengan
waktu yang panjang dan amat melelahkan.
Kedua, kurangnya pendapatan
keluarga menyebabkan orang tua terpaksa
bekerja keras mencukupi kebutuhan pokok
sehari-hari, sehingga pedidikan anak kurang
diperhatikan dengan baik dan bahkan anak
ikut membantu orang tua dalam mencukupi
keperluan pokok untuk makan sehari-hari
misalnya anak membantu orang tua bekerja
karena dianggap meringankan beban orang
tua, anak diajak ikut orang tua ketempat
kerja yang jauh dan meninggalkan sekolah
dalam waktu yang cukup lama, dan apalagi
yang menjadi buruh tanpa tujuan untuk
membantu pekejaan orang tua, setelah
merasa enaknya membelanjakan uang hasil
usaha sendiri akhirnya tidak terasa
sekolahnya ditinggalkan begitu saja. Hal-hal
tersebut diatas sangat mempengaruhi anak
dalam mencapai suksesnya
bersekolah.Lemahnya ekonomi keluarga
juga karena banyaknya jumlah anggota
keluarga yang menyebabkan kepala keluarga
2
menjadi sibuk untuk mecukupi keperluan
keluarga dan juga menyebabkan kurangnya
perhatian orang tua terhadap pendidikan
anak-anaknya.
Ketiga, yang meyebabkan anak
putus sekolah bukan hanya disebabkan latar
belakang pendidikan orang tua, juga
lemahnya ekonomi keluarga tetapi juga
datang dari dirinya sendiri yaitu kurangnya
minat anak untuk bersekolah atau
melanjutkan sekolah. Anak usia wajib
belajar semestinya menggebu-gebu ingin
menuntut ilmu pengetahuan namun karena
sudah terpengaruh oleh lingkungan yang
kurang baik terhadap perkembangan
pendidikan anak, sehingga minat anak untuk
bersekolah kurang mendapat perhatian
sebagaimana mestinya, adapun yang
menyebabkan anak kurang berminat untuk
bersekolah adalah anak kurang mendapat
perhatian dari orang tua terutama tentang
pendidikannya, juga karena kurangnya
orang-orang terpelajar sehingga yang
mempengaruhi anak kebanyakan adalah
orang yang tidak sekolah sehingga minat
anak untuk sekolah sangat kurang.
Kota Tanjungpinang tepatnya di
Kecamatan Bukit Bestari Kelurahan Tanjung
Unggat masih banyak terdapat anak yang
mengalami putus sekolah pada tingkat
Sekolah Dasar. Dapat dilihat terjadi
peningkatan angka anak putus sekolah yaitu
dari tahun 2011 hingga tahun 2014 yang
dapat dilihat pada tabel dibawah ini:
Tabel I.I
Jumlah Anak Putus Sekolah di
Kelurahan Tanjung Unggat
Tahun 2011 - 2014
No. Tahun Jumlah Anak
Putus Sekolah
1. 2011 57
2. 2012 62
3. 2013 65
4. 2014 89
Total 273
Sumber Kantor Lurah Tanjung Unggat,
Tahun 2014
Berdasarkan data di atas angka
anak putus sekolah dari tahun 2011- 2014
terjadi peningkatan setiap tahunnya. Dari
empat tahun terdapat 273 anak yang tidak
bisa menyelesaikan pendidikannya terutama
pada pendidikan Sekolah Dasar dan Sekolah
Menengah Pertama, padahal setiap warga
negara harus menyelesaikan pendidikan
wajib yaitu selama 9 tahun. Pendidikan
dasar wajib yang dipilih Indonesia adalah 9
tahun yaitu pendidikan SD dan SMP.
Pendidikan merupakan hak yang sangat
3
fundamental bagi anak. Hak yang wajib
dipenuhi dengan kerjasama dari orang tua
masyarakat dan pemerintah, namun tidaklah
mudah untuk merealisasikan pendidikan
khususnya menuntaskan wajib belajar 9
tahun, karena pada kenyataannya sebelum
mengenyam pendidikan 9 tahun masih
banyak angka putus sekolah di Sekolah
Dasar khususnya yang terdapat di Kelurahan
Tanjung Unggat.
Dilihat dari kondisi ekonomi anak
yang mengalami putus sekolah di kelurahan
Tanjung Unggat, terdapat 162 anak yang
mengalami putus sekolah yang keluarganya
memiliki kemampuan secara finansial,
dengan pekerjaan orang tua sebagai Pegawai
Negeri Sipil (PNS), nelayan besar,
pengusaha, kontraktor, kerja kapal, yang
memiliki rumah bagus, penghasilan perbulan
melebihi 5 juta. Dapat dilihat pada tabel
dibawah ini:
Tabel I.II
Data Pekerjaan Orang Tua Anak Putus
Sekolah Yang Di Katagorikan Sebagai
Keluarga Yang Memiliki Kemanpuan
Secara Finansial
No. Pekerjaan Jumlah
1. PNS 26
2. Nelayan besar 28
3. Pengusaha 35
4. Kontraktor 17
5. Kerja Kapal 56
Jumlah 162
Sumber :Kelurahan Tanjung Unggat tahun
2014
Dilihat dari masalah anak putus
sekolah yang berjumlah 162 orang di
Kelurahan Tanjung Unggat faktor ekonomi
bukan merupakan suatu penghalang untuk
anak tetap melanjutkan pendidikan yang
tinggi. Orang tua mempunyai kemampuan
secara finansial untuk membiayai anak-anak
dalam bersekolah. Kebanyakan anak putus
sekolah di kelurahan Tanjung Unggat selalu
menghabiskan waktu dengan ngumpul
bersama teman-teman, mereka tidak berkerja
dengan alasan kondisi ekonomi keluarga
telah tercukupi sehingga masalah keuangan
mereka hanya minta dengan orang tua,
namun terdapat juga sebagian anak putus
sekolah yang memilih untuk bekerja karena
tidak mau ketergatungan dengan uang orang
tua atau karena kemauan orang tua yang
ingin anaknya bekerja.
4
Sebagaimana kita ketahui bahwa
banyak sekali faktor-faktor yang bisa
menyebabkan angka putus sekolah terus
meningkat, faktor-faktor tersebut bisa
berasal dari dalam diri individu, maupun
pada sistem kultural. Dari permasalah yang
terjadi, peneliti tertarik mengangkat judul ini
sebagai usulan penelitian terkait
permasalahan yang diuraikan diatas dengan
judul“ Anak Putus Sekolah di Kelurahan
Tanjung Unggat “
B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang masalah
yang diuraikan di atas maka dapat di ambil
perumusan masalah yaitu “mengapa
jumlah anak putus sekolah di Kelurahan
Tanjung Unggat semakin meningkat?”
C. TUJUAN DAN KEGUNAAN
PENELITIAN
1. Tujuan Penelitian
Tujuan penulis melakukan
penelitian ini adalah untuk
mengetahui penyebab
meningkatnya anak putus sekolah
di Kelurahan Tanjung Unggat.
2. Kegunaan penelitian
a. Secara praktis
Bagi peneliti dan peneliti
selanjutnya kegunaan
penelitian ini adalah dapat
menambah pengetahuan dan
pemahaman penyebab
meningkatnya anak putus
sekolah.
b. Secara teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan
berguna bagi pihak akademisi
yang tertarik pada masalah-
masalah yang berkaitan dengan
keberadaan anak putus sekolah
didalam masyarakat dan dapat
menambah pengetahuan dan
pemahaman tentang anak yang
putus sekolah serta dapat
meminimkan angka putus
sekolah.
D. KONSEP OPERASIONAL
Untuk melihat penyebab peningkatan jumlah
anak putus di kelurahan Tanjung Unggat,
maka digunakan konsep operasional sebagai
berikut:
1. Kultural yang
dimaksud dalam
penelitian ini yaitu
segala suatu penyebab
5
anak putus sekolah
berasal dari pengaruh
budaya dari anggota
keluarga ada yang tidak
bersekolah.
2. Nilai merupakan suatu
yang dianggap berharga,
dalam penelitian ini
anak-anak mengalami
putus sekolah karena
mengganggap bahwa
sekolah bukan
merupakan suatu yang
bernilai, sekolah tidak
akan menjamin
mendapatkan
kebahagian sehingga
sugesti tersebut
berdampak pada putus
sekolah.
3. Norma merupakan
suatu aturan-aturan yang
sangat keras yang
diterapkan oleh keluarga
dan disetai hukuman
yang berat apabila tidak
mematuhi aturan tentang
sekolah membuat anak-
anak menjadi merasa
terkekang dan akhirnya
memilih untuk tidak
bersekolah
4. Kontrol yang
dimaksud yaitu orang
tua selalu dengan
kesibukan masing-
masing sehingga
pendidikan anak tidak
bisa terkontrol dengan
baik, hal tersebut
menjadikan faktor
pendorong bagi mereka
untuk tidak bersekolah.
E. METODE PENELITIAN
1. Jenis penelitian
Penelitian ini adalah penelitian
kualitatif dengan tipe penelitian deskriptif
yaitu berupa penyajian gambaran yang
terperinci mengenai suatu situasi khusus
dilokasi penelitian.
2. Lokasi Penelitian
Berlokasi di Kelurahan Tanjung
Unggat Kecamatan Bukit Bestari Kota
Tanjungpinang tepatnya di RT 03 RW 02
dikarenakan Kelurahan Tanjung Unggat
tingginya angka putus sekolah, dan memiliki
6
karakteristik yang mendukung pada topik
penelitian.
3. Populasi dan Sampel
Sesuai dengan jenis penelitian
bahwa penelitian kualitatif tidak
menggunakan pendekatan populasi dan
sampel tapi yang digunakan dengan
pendekatan secara intensif keinforman yang
akan dijadikan sebagai jenis data dalam
penelitian ini. Informan dalam penelitian ini
adalah anak-anak yang mengalami putus
sekolah pada tingkat Sekolah Dasar. Teknik
penentuan informan ini menggunakan
purposive sampling yaitu sampel yang
dipilih secara sengaja oleh peneliti karena
sampel ini memiliki ciri-ciri tertentu, yang
dapat memperkaya data penelitian (prasetya
Irawan, 2006:15).
4. Jenis Data
a. Data Primer, merupakan
sumber data yang diperoleh
langsung dari informan melalui
wawancara dan observasi.
b. Data Sekunder, merupakan
data yang dikumpulkan dari
pihak kedua atau dari sumber
lain yang tersedia sebelum
penelitian dilakukan. Dalam
penelitian ini data sekunder
berupa foto dan juga dokumen
dari sumber data tertulis yang
berasal dari Kelurahan Tanjung
Unggat Kecamatan Bukit
Bestari Kota Tanjungpinang.
5. Teknik pengumpulan data
Pengumpulan data adalah segala
kegiatan yang dilakukan dalam usaha
mengumpulkan data-data atau informasi
yang menunjang penelitian diantaranya
pengetahuan mengenai permasalahan dan
data yang berhubungan dengan latar
belakang informan terhadap penelitian.
Adapun teknik dan alat pengumpul data
yaitu berupa observasi, wawancara, dan
dokumentasi.
a. Observasi
Observasi yang penulis gunakan
yaitu Observasi partisipasi (participant
observation) adalah metode pengumpulan
data yang digunakan untuk menghimpun
data penelitian melalui pengamatan dan
penginderaan dimana peneliti benar-benar
terlibat dalam keseharian informan.
7
b. Wawancara
Peneliti mewawancarai informan
atau narasumber secara langsung. Peneliti
megajukan pertanyaan-pertanyaan seputar
anak-anak yang putus sekolah serta masalah-
masalah penyebab anak-anak setempat
memilih untuk putus sekolah, yang
seharusnya anak-anak yang putus sekolah
mendapatkan pendidikan yang selayaknya.
c. Dokumentasi
Peneliti mendapatkan data-data
yang bersangkutan melalui dari hasil foto di
tempat penelitian serta dokumen-dokumen
yang diperlukan untuk hasil penelitian yang
lebih mendukung.
F. TEKNIK ANALISA DATA
Sesuai dengan jenis penelitian yang
digunakan berupa penelitian deskriptif
kualitatif, yaitu menganalisa data yang
diperoleh dilapangan dalam bentuk
kualitatif. Menurut Miles dan Huberman
(Husaini Usman, Sugiono dan Purnomo
Setiady Akbar, 2009:84), mengemukakan
bahwa aktivitas dalam analisis data kualitatif
dilakukan secara interaktif dan berlangsung
terus menerus sampai tuntas sehingga
datanya sudah jenuh. Aktivitas dalam
analisis data, yaitu data reduction, data
display, dan conclusion
drawing/verification.
1. Reduksi data
Mereduksi data berarti merangkum,
memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan
pada hal-hal yang penting yang didapatkan
berdasarkan penelitian di lapangan,
sehingga memeberikan gambaran yang
lebih jelas terhadap penelitian tahap
selanjutnya, karena data yang diperoleh di
lapangan tentu jumlahnya cukup banyak
sehingga perlu dilakukan analisis data
melalui reduksi data.
2. Penyajian data
Penyajian data dilakukan dalam
bentuk uraian singkat, bagan, maupun
hubungan antar kategori tetapi yang sering
dilakukan untuk menyajikan data dalam
penelitian kualitatif adalah dalam bentuk
teks yang bersifat narasi, sehingga
mempermudah memahami apa yang terjadi
di lapangan dan merencanakan apa yang
harus dilakukan selanjutnya.
3. Penarikan kesimpulan
Merupakan temuan yang didapat di
lapangan selama penelitian, Kesimpulan
8
dan verifikasi merupakan langkah ketiga
analisis data penelitian kualitatif.
Kesimpulan awal yang dikemukakan masih
bersifat sementara dan akan mengalami
perubahan apabila tidak ditemukan bukti-
bukti yang kuat yang mendukung pada
tahap pengumpulan data selanjutnya.
Tetapi jika kesimpulan awal
ternyata valid dan konsisten saat peneliti
kembali kelapangan maka kesimpulan yang
dikemukakan merupakan kesimpulan
kredibel. Proses mengecek kebenaran data
awal yang diperoleh dengan melakukan
penelitian kembali di lapangan merupakan
proses verifikasi data. Temuan didapat
berupa deskripsi atau gambaran yang dapat
menjawab rumusan masalah yang
sebelumnya masih remang-remang
sehingga setelah diteliti menjadi jelas.
G. SISTEMATIKA PENULISAN
Untuk mempermudah dalam
penyususnan skripsi, maka penulis
menyusun sistematika penuisan terdiri dari 5
BAB sebagai berikut:
BAB I PENDAHULUAN
Pada BAB pertama ini berisikan
latar belkang masalah, perumusan masalah,
tujuan penulisan, kegunaan penulisan,
kerangka teori, konsep operasional, metode
penelitian.
BAB II KERANGKA TEORI
Pada BAB kedua ini berisikan
tinjauan pustaka yang mana literatur
berkaitan dengan judul yang akan diteliti,
kerangka teori yang akan digunakan penulis.
BAB III GAMBARAN UMUM LOKASI
PENELITIAN
Pada BAB ketiga ini berisikan
tentang gambaran umum tentang lokasi
penelitian serta kehidupan msyarakat di
Kelurahan Tanjung unggat pada umumnya.
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN
PEMBAHASAN
Pada BAB keempat ini berisikan
hasil penelitian dan pembahasan berupa
hasil dari penelitian dan analisis dengan
kessuaian terhadap teori.Bab ini berisi
tentang uaraian hasil penelitian dan
pembahasan mengenai penyebab terjadinya
anak putus sekolah di Kelurahan Tanjung
unggat.
BAB V PENUTUP
Pada bab lima ini berisiskan
kesimpulan dan keseluruhan objek
penelitian yang diteliti serta saran dari hasil
9
penelitian. Peneliti menguraikan mengenai
kesimpulan dan saran yang dieroleh dari
keseluruhan hasil penelitian yang telah
dilakukan.
BAB II
KERANGKA TEORITIS
Ritzer (2004:120) Parson melihat
bahwa tindakan individu dan kelompok
dipengaruhi oleh 3 sistem, yaitu sistem
sosial, sistem budaya, dan sistem
kepribadian. Masing-masing individu kita
dapat meningkatkan individu dengan sistem
sosialnya melalui status dan perannya.
Dalam setiap sistem sosial individu
menduduki suatu tempat (status) tertentu dan
bertindak (berperan) sesuai dengan norma
atau aturan yang dibuat oleh sistem tersebut
dan perilaku individu ditentukan pula oleh
tipe kepribadiannya.
Ritzer (2004:122) Adapun struktur
sistem-sistem tindakan menurut Parson
dapat dilihat pada Gambar II.I dibawah ini:
Gambar II.I Struktur Sistem Tindakan
Sosial
L I
SISTEM
KULTURAL
SISTEM SOSIAL
ORGANISME
PRILAKU
SISTEM
KEPRIBADIAN
A G
Talcott Parsons juga mengatakan
bahwa dalam kehidupan masyarakat adalah
suatu susunan organisme yang hidup, dan
agar masyarakat itu sendiri bisa hidup harus
ada pencapaian dan suatu tujuan maka perlu
adanya 4 syarat fungsional yaitu :
1. Adaptation (Adaptasi) yang dimana
semua keseluruhan sistem sosial
yang berawal dan hubungan dua
orang sampai dengan sistem sosial
yang lebih besar, dan mampu
menyesuaikan diri dengan
lingkungannya dan dengan
dihadapinya secara lingkungan fisik
dan sosial.
2. Goal Attainment (Pencapaian
Tujuan) Tindakan yang diarahkan
bukan untuk mencapai tujuan
pribadi individu, melainkan tujuan
bersama para anggota sistem sosial.
3. Integration agar dari suatu sistem
dapat bekerja secara baik maka
10
harus diperlukan adanya tindakan
dari solidaritas diantara individu -
individu yang terlihat. Integration
mengarah pada akan kebutuhan
yang menjamin emosional yang
nantinya dapat dipertahankan dan
bisa dikembangkan.
4. Latent Patent Maintenance
(Pemeliharaan Susunan yang
Laten) sistem sosial yang
diharapkan mampu untuk
mengatasi kemungkinan bahwa
suatu saat para anggotanya akan
merasa jenuh sehingga mengarah
pada terhentinya interaksi. Hal ini
dapat dikatakan wajar, tetapi harus
diperhatikan secara utuh sehingga
interaksi sistem tersebut bisa dapat
dilanjutkan (Raho, 2007:54).
Abdullah Ali (2007:36) Kajian seorang
sosiolog dalam melihat sesuatu, senantiasa
berangkat dari bawah, berdasarkan fakta-
fakta dimasyarakat dengan pendekatan,
selalu berdasarkan sosial affect (fakta
dilapangan). Dengan demikian ketika akan
melihat bagaimana pendidikan berdasarkan
pendekatan sosiologis, maka tanyalah
bagaimana pendidikan kepada masyarakat
dengan menggunakan metode observasi,
karena tidak mungkin dapat mengetahui
social affact tanpa melakukan observasi.
Talcott Parsons, sebagai seorang sosiolog
yang termasuk tokoh utama aliran
fungsionalisme structural modern, telah
berjasa dalam memotret kondisi masyarakat
dengan teori sistem sosial, adaptasi sosial
dan tindakan sosial. Teori sosiologi tersebut
dapat digunakan untuk memotret realitas
sosial, dengan memahami secara obyektif
atas kondisi masyarakat.
Sistem Kultural
Kultur adalah kekuatan utama yang
mengikat sistem tindakan. Kultur menengahi
interaksi antara aktor, menginteraksikan
kepribadian, dan menyatukan sistem sosial.
Kultur mempunyai kapasitas khusus untuk
menjadi komponen sistem yang lain. Jadi
dalam sistem sosial, sistem diwujudkan
dalam norma dan nilai, dan dalam sistem
sosial kepribadian ia diinternalisasikan oleh
aktor. Namun, sistem kultural, tak semata-
mata menjadi bagian sistem yang lain, ia
juga mempunyai eksistensi yang terpisah
dalam bentuk pengetahuan, simbol-simbol
dan gagasan-gagasan. Aspek-aspek sistem
kultural ini tersedia untuk sistem sosial dan
11
sistem personalitas, tetapi tidak menjadi
bagian dari kedua sistem itu (Morse dalam
Ritzer, (2004 :129).
Seperti yang dilakukannya terhadap
sistem sosial yang lain, persons
mendefenisikan kultur menurut
hubungannya dengan sistem tindakan yang
lain. Jadi kultur dipandang sebagai sistem
symbol yang terpola, teratur, yang menjadi
sasaran orientasi aktor, aspek-aspek sistem
kepribadian yang sudah terinternalisasikan,
dan pola-pola yang sudah terlembagakan
didalam sistem sosial (Parson 1990). Karena
sebagian besar bersifat subjektif dan
simbolik kultur dengan mudah ditularkan
dari satu sistem ke sistem yang lainnya.
Kultur dapat dipindahkan dari satu sistem
sosial kesistem sosial yang lain melalui
penyebaran (difusi) dan dipindahkan dari
satu sistem kepribadian kesistem
kepribadian lain melalui proses belajar dan
sosialisasi. Tetapi sifat simbolis, (subjektif )
kultur juga memberinya sifat lain, yakni
kemampuan mengendalikan sistem tindakan
yang lain, inilah salah satu alasan mengapa
Parson memandang dirinya sendiri sebagai
seorang determinis kultur.
BAB III
GAMBARAN UMUM LOKASI
PENELITIAN
A. Gambaran Umum Kelurahan
Jika dilihat dari masalah pendidikan di
Kelurahan Tanjung Unggat yang setiap
tahunnya masih ada angka putus sekolah
terutama anak-anak dalam kategori umur
Sekolah Dasar dan Sekolah Menengah
Pertama. Padahal bisa dillihat dari Fasilitas
Pendidikan di Kelurahan Tanjung Unggat
yang sudah cukup memadai. Namun pada
kenyataannya masih saja terdapat anak yang
putus sekolah, yang diantara mereka
merupakan anak dari keluarga yang mampu.
1. Sarana dan Prasarana
Pendidikan
Tabel III.I
Fasilitas Pendidikan Di Kelurahan
Tanjung Unggat
N
O
TINGKAT
PENDIDIK
AN
TAHU
N
201
2
2013 201
4
01 SD 4 4 4
02 SLTP 1 1 1
03 SLTA 2 2 1
04 PERGURU
AN TINGGI
- - -
JUMLAH 7 7 6
Sumber: Kantor LURAH Tanjung Unggat,
Tahun 2014
12
Dari tabel diatas, terlihat bahwa di
Kelurahan Tanjung Unggat dari tahun 2012
sampai 2014 memiliki fasilitas pendidikan
yang sama kecuali pada tingkat SLTA pada
tahun 2014 memiliki penurunan Fasilitas
pendidikan disebabkan menurunnya angka
masuk anak sekolah.
2. Penduduk Berdasarkan
Kelompok Umur
Tabel III.II
Komposisi penduduk Kelurahan
Tanjung Unggat
berdasarkan Kelompok Umur
Sumber: Data Kantor Lurah Tanjung unggat
tahun 2014
Dari data tersebut dapat dilihat bahwa
penduduk usia 6 tahun sampai 15 tahun
memiliki jumlah 2.871 yang merupakan usia
penduduk kategori menempuh pendidikan
Sekolah Dasar dan Sekolah Menengah
Pertama.
3. Penduduk berdasarkan
pendidikan
Tabel III.III
Komposisi penduduk Kelurahan
Tanjung Unggat
Berdasarkan Pendidikan
NO Tingkat Pendidikan Jumlah
01 Tidak/Belum
Sekolah
3.045
02 Tamat SD 3.773
03 Tidak Tamat SD 1.521
04 Tamat SLTP 2.112
05 Tidak Tamat SLTP 619
06 Tamat SLTA 3.662
07 Tamat Diploma 277
08 Tamat Strata 1 428
09 Tamat Strata 2 18
10 Masih Sekolah 833
Jumlah 16.288
Sumber: data Kantor Lurah Tanjung
Unggat, tahun 2014
Pada tabel diatas, Sebagian besar dari
penduduk yang tidak tamat Sekolah Dasar
dan Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama
adalah para anak yang lebih memilih untuk
bebas. Padahal dari mereka masih
mempunyai keluarga dan tidak sedikit
diantara mereka adalah dari keluarga yang
mampu.
4. Penduduk Berdasarkan Ekonomi
Penduduk berdasarkan Mata
Pencaharian di Kelurahan Tanjung Unggat
dapat dilihat pada tabel berikut ini:
No Kelompok Umur J u m l a h
01. 0 – 01 Tahun 206
02. 01– 05 Tahun 1.294
03. 06– 12 Tahun 2.048
04. 13 – 15 Tahun 823
05. 16 – 18 Tahun 779
06. 19 – 25 Tahun 1.827
07. 26 – 40 Tahun 4.570
08. 41 – 55 Tahun 2.967
09. 56 - 70 Tahun 1.450
10 70 Tahun ke atas 470
J u m l a h 16.288
13
Tabel III.IV
Komposisi Penduduk berdasarkan
mata pencaharian dan Jenis Pekerjaan di
Kelurahan Tanjung Unggat
Sumber data kelurahan Tanjung unggat
tahun 2014
Pada table di atas Bagi anak-anak
yang putus sekolah dimana orangtuanya
bekerja sebagai buruh lepas bisa dimaklumi
keadaan ekonominya, namun pada anak
yang putus sekolah yang orangtuanya
bekerja swasta atau wirausaha sangat
disayangkan karena sebagian besar dari
mereka adalah dari kalangan keluarga yang
mampu akan tetapi anak tersebut lebih
memilih untuk putus sekolah.
BAB IV
ANAK PUTUS SEKOLAH DI
KELURAHAN TANJUNG UNGGAT
a. Karakteristik Informan
Dalam penjelasan berikut ini akan
dibahas mengenai karakteristik informan
guna mendapat informasi yang akurat
dalam menganalisa tentang penyebab
terjadinya anak putus sekolah di
Kelurahan Tanjung Unggat. Kategori
dalam penelitian ini diambil 10 orang
informan yang merupakan anak putus
sekolah yang terdapat di Kelurahan
Tanjung Unggat, adapun karakteristik
informan dilihat dari informan
berdasarkan jenis kelamin, informan
penelitian berdasarkan umur, informan
berdasarkan pendidikan, informan
berdasarkan pekerjaan yang dapat dilihat
sebagai berikut:
1. Informan Berdasarkan Jenis
Kelamin
Table IV.I.
Informan Penelitian Berdasarkan Jenis
Kelamin
No. Jenis Kelamin Jumlah
Informan
1 Laki-laki 8
2 Perempuan 2
Jumlah 10
Sumber: wawancara informan tahun 2016
Berdasarkan tabel IV.1 diatas
informan penelitian terdiri dari 10 orang
informan penelitian. Dalam menentukan
informan penelitian ini terdiri dari 8 orang
KATAGORI PEKERJAAN 0rang
Belum bekerja/ tidak Bekerja 3790 orang
Ibu Rumah Tangga 3737 orang
Petani 10 orang
Buruh 1462 orang
Guru/ Dosen 87 orang
Pegawai Negeri Sipil 312 orang
Perawat, Dokter, Apoteker, Bidan 22 orang
Nelayan 239 orang
Pedagang 248 orang
Buruh Harian Lepas 2326 orang
TNI/POLRI 48 orang
Pensiunan PNS/TNI/POLRI 114 orang
Swasta/wiraswasta 1798 orang
Karyawan 2095 orang
Jumlah Total Penduduk 16.288
orang
14
laki-laki dan 2 orang perempuan
dikarenakan adanya pembedaan antara anak
putus sekolah laki-laki dan perempuan yang
mana hasil temuan dilapangan bahwa lebih
banyaknya anak laki-laki yang putus sekolah
dari pada perempuan.
2. Informan Berdasarkan Umur
Tabel IV.II
Informan Penelitian Berdasarkan Umur
NO Nama
Informan
Umur Putus
Sekolah /
kelas
1 Rahmi 14 Tahun 3 SD
2 Supi 14 Tahun 3 SD
3 Uya 15 Tahun 2 SD
4 Angge 15 Tahun 5 SD
5 Rodianto 16 Tahun 6 SD
6 Rian 16 Tahun 4 SD
7 Rifanto 17 Tahun 3 SD
8 Ana 17 Tahun 2 SD
9 Anto 18 Tahun 6 SD
10 Rudi 18 Tahun 4 SD
Jumlah Informan : 10
Sumber: wawancara informan tahun 2016
Dari tabel IV.II diatas menunjukkan
bahwa berdasarkan hasil temuan informan
penelitian adalah dalam rentang usia 14 -18
tahun, karena mengingat bahwa dalam
rentang usia tersebut anak-anak telah
memasuki usia remaja, dan beranjak
memasuki usia dewasa, sehingga mereka
mempunyai pola pikir yang lebih luas dalam
tindakan yang mereka lakukan.
3. Informan Berdasarkan
Pendidikan
Peneliti sengaja mengambil
informan yang putus sekolah sejak Sekolah
Dasar (SD) karena Sekolah Dasar
merupakan jenjang awal dalam memasuki
pendidikan wajib, namun dari jenjang awal
tersebut anak-anak di Kelurahan Tanjung
Unggat telah mengalami putus sekolah.
4. informan Penelitian Berdasarkan
Pekerjaan
Tabel IV.III
Informan Penelitian Berdasarkan
Pekerjaan
NO Jenis Pekerjaan Jumlah
Informan
1. Nelayan 1
2. Swasta 1
3. Kerja Kapal 2
Pengganguran 6
Jumlah 10
Sumber: wawancara informan tahun 2016
Dari tabel IV.III diatas terlihat
bahwa jumlah informan berdasarkan
pekerjaan yang di ambil dari anak putus
sekolah yaitu berjumlah 10 orang, terlihat
bahwa 6 orang anak putus sekolah yang
terdapat di kelurahan Tanjung Unggat tidak
memiliki pekerjaan, mereka menggangur
dan tidak dapat menghasilkan perekonomian
sendiri, untuk 4 orang lainnya informan
tersebut telah bekerja dan dapat mencari
uang sendiri.
15
b. ANAK PUTUS SEKOLAH DI
KELURAHAN TANJUNG UNGGAT
Di Kelurahan Tanjung Unggat terdapat
banyak anak yang mengalami putus sekolah,
dari tahun 2011 sampai dengan 2014 terjadi
peningkatan angka anak putus sekolah
dengan total keseluruhan terdapat 273 anak
yang mengalami putus sekolah. Dengan total
jumlah 129 anak yang putus sekolah di
tingkat Sekolah Dasar, 98 di tingakat
Sekolah Menengah Pertama dan 46 di
Tingkat Sekolah Mengah Atas. Jumlah anak
putus sekolah di Kelurahan Tanjung Unggat
setiap tahunnya selalu mengalami
peningkatan pernyataan tersebt berdasarkan
data yang di dapat dari Kantor Lurah pada
tahun 2014 yang menyatakan bahwa dari
tahun 2011 sampai dengan tahun 2014
jumlah anak putus sekolah di kelurahan
Tanjung unggat mengalami peningkatan.
Penyebab meningkatnya jumlah anak putus
sekolah dapat dilihat dari kultural, nilai,
norma, dan kontrol yang terjadi pada
lingkungan keluarga.
1. Kultural (pengaruh keluarga)
Dalam kehidupan keluarga budaya
bisa tercipta karena kebiasaan-kebiasaan
yang dilakukan oleh pihak keluarga saat
masyarakat mempunyai ekonomi yang
tinggi, segala kebutuhan keluarga bisa
tercukupi tentunya untuk masalah
pendidikan juga akan selalu teratasi
khususnya masalah pembiayaan, tapi pada
kenyataannya khususnya anak putus sekolah
di Kelurahan Tanjung Unggat hal tersebut
terjadi. Orang tua yang memiliki
kemampuan ekonomi dalam membiayai
pendidikan anak, namun terjadi juga putus
sekolah pada anak yang keluargannya tak
kekurangan masalah finansial. Ainul Yaqin
(2005: 6) berpendapat bahwa “budaya
adalah sesuatu yang general dan spesifik
sekaligus”. General dalam hal ini berarti
setiap manusia di dunia ini mempunyai
budaya, sedangkan spesifik berarti setiap
budaya pada kelompok masyarakat adalah
bervariasi antara satu dan lainnya.
Dalam hal ini salah satu penyebab
jumlah anak putus sekolah yaitu karena
pengaruh keluarga, pengaruh tersebut terjadi
karena pada keluaraga anak putus sekolah
tersebut ada anggota keluarga yang tidak
bersekolah, dalam hal ini tidak semua
anggota keluarga yang tidak bersekolah,
salah satu atau beberapa anggota keluarga
16
pasti ada yang tidak bersekolah sehingga
terus diturunkan Menurut pandangan
Parsons (George Ritzer, Douglas J.
Goodman, 2013:263), kebudayaan
merupakan kekuatan utama yang mengikat
sistem tindakan. Hal ini disebabkan karena
didalam kebudayaan terdapat norma dan
nilai yang harus ditaati oleh individu untuk
mencapai tujuan dari kebudayaan itu sendiri.
Nilai dan norma itu akan diinternalisasikan
oleh aktor kedalam dirinya sebagai suatu
proses dalam sistem kepribadian agar
membentuk individu sesuai yang diinginkan
dalam sistem kultural.
2. Nilai (Penilaian buruk terhadap
sekolah)
Secara umum sekolah mempunyai
nilai yang sangat berharga, tanpa sekolah
masyarakat tidak akan bisa baca tulis,
masyarakat akan selalu terbelenggu dengan
kebodohan, sekolah mampu menggangkat
derajat seseorang menjadi lebih inggi,
sekolah juga mampu merubah perekonomian
masyarakat dengan mendapatkan posisi
pekerjaan yang jauh lebih baik.
Notoatmodjo (2007) Nilai adalah
merupakan suatu hal yang nyata yang
dianggap baik dan apa yang dianggap buruk,
indah atau tidak indah, dan benar atau salah.
Dalam hal ini dapat di simpulkan bahwa
tingginya angka putus sekolah yang terjadi
di Kelurahan Tanjung Unggat, bagi anak-
anak yang orang tuanya mempunyai
ekonomi yang bercukupan di sebabkan
karena anggapan bahwa sekolah tidak akan
menjamin bisa mendapatkan pekerjaan yang
bagus.
3. Norma (Integrasi yang Sangat
Kuat Di Lihat Dari Aturan Yang
keras dalam Keluarga)
Setiap aturan yang dibuat tentunya
selalu berdampingan dengan sangsi, sangsi
merupakan segala bentuk hukuman yang
diberikan apabila seseorang telah melanggar
aturan yang telah ditetapkan. Dalam
lingkungan keluarga saat anak telah
menduduki bangku sekolah peraturan
tersebut terus saja berlaku. Pada anak yang
mengalami putus sekolah di Kelurahan
Tanjung Unggat juga terdapat aturan aturan
yang di buat oleh pihak keluarga.
Saat aturan dibuat, tentunya aturan
tersebut harus dijalankan apabila sebuah
aturan yang dibuat tidak dijalankan maka
timbal balik yang akan di dapat yaitu sangsi,
sangsi yang di dapat merupakan ganjaran
17
dari sebuah perbiatan, namun ketika sangsi
di dapat tidak sebanding dengan kesalahan
yang hal tersebut merupakan suatu
kesalahan yang terjadi pada orang tua dalam
mendidik anak.
Antara pihak keluarga baik itu ayah dan
ibu mempunya integrasi yang kuat dalam
masalah pendidikan anak, integrasi yang
dimaksud yaitu penyatuan keluarga dalam
membuat segala aturan mengenai pendidikan
anak, dengan tujuan agar anak mau
bersekolah, disiplin dan mampu meraih cita
cita.
Sebuah aturan memang harus
dijalankan, hal tersebut bertujuan untuk
menciptakan suatu keteraturan dalam hidup.
Orang tua menerapkan aturan kepada anak,
khususnya orang tua dari anak yang putus
sekolah di Kelurahan Tanjung Unggat
tentunya mempunyai tujuan.
Menurut John Gray PhD (2000, 108 )
dalam buku Children Are From Heaven,
anak dibawah umur 9 tahun belum tahu
benar dan salah. Maka jangan harap mereka
ingat dan faham betul jika dilarang sesuatu,
dan jangan marah jika mereka melakukan
apa yang anda larang di lain waktu
walaupun saat anda marah-marah ketika dia
melakukannya dia akan berhenti sebentar.
Mereka juga belum punya kematangan
berpikir untuk memahami bahwa jika dia
dimarahi itu tanda disayang, karena jika
orang tua marah sikapnya berlawanan
dengan sikap sayang. Mereka tidak tahu
bahwa dibalik kemarahan orangtua, ada rasa
sayang yang terselip.
(Ian Crab, 1992: 69) Salah satu
system tindakan menurut Parson yaitu
Integration (integrasi) yaitu Sebuah sistem
harus mengatur antar hubungan bagian-
bagian yang menjadi komponennya,
tindakan koordinasi dan pemeliharaan antar
hubungan unit-unit sistem yang ada. Sistem
juga harus mengatur antara hubungan fungsi
lain (A,G,I,L). Dimana sistem ini harus
mampu mengatur hubungan-hubungan itu
sebaik mungkin, agar diantara sistem bisa
berjalan dengan semestinya. Dalam hal ini
hubungan antara orang tua dan anak dalam
masalah pendidikan terdapat aturan yang
keras, dari aturan yang keras tidak bisa
menciptakan suasana yang lebih baik,
sehingga dapat dilihat aturan yang dibuat
orang tua tidak menjadi berfungsi. Serta
hubungan diantara sistem (orang tua) dengan
18
subsistem (anak) tidak lagi berjalan
semestinya.
4. Kontrol (Integrasi Lemah Di
Lihat Dari Kontrol Orang Tua)
Anak yang masih duduk dibangku
SD yang masih memerlukan kasih sayang
atau perhatian dari orang tua, karena
kesibukan ibu yang mementingkan
pekerjaan, demi membiayai keluarga
sehingga anak yang masih berusia dini tidak
mendapatkan perhatian dari keduanya
sehingga pendidikan anak tersebut tidak
berkembang dengan baik. Ketika oarang tua
terus menerus mengabaikan untuk
membantu mengerjakan tugas pelajaran
maka anak tersebut juga akan mengabaikan
pelajaran yang akan ia kerjakan.
Abdurrohman An Nahlawi (1996, 197)
Keluarga, yang kedua tiangnya adalah orang
tua, memikul tanggung jawab, kasih sayang
dan kecintaan kepada anak-anak, karena ini
semua termasuk asas pertumbuhan dan
perkembangan psikis serta sosial yang
kokoh dan lurus bagi mereka. Dalam hal ini
tingginya anak putus sekolah di Kelurahan
Tanjung Unggat juga terjadi karena faktor
ketidak pedulian orang tua terhadap anak,
ketidak pedulian terjadi yaitu orang tua
selalu disibukan dengan urusan luar rumah
seperti bekerja, sehingga waktu untuk anak
tidak ada, orang tua hanya mengontrol anak
lewat telpon dan hal tersebut di lakukan
hanya untuk bertanya tentang anak tersebut,
tanpa ada membimbing anak dalam segala
hal pendidikannya.
Orang tua sebagai keluarga
mempunyai tanggung jawab dan fungsi
untuk memberikan kasih sayang, perhatian
kepada anak, namun hal tersebut tidak di
rasakan oleh anak putus sekolah di
Kelurahan Tanggung Unggat, kasih sayang
yang di dapatkan hanya berupa kasih sayang
orang lain seperti pembantu dan anggota
keluarga lainnya yang tinggal satu rumah,
hal tersebut berdampak pada tidaknya minat
anak terhadap pendidikan lagi, sehingga
anak lebih memilih untuk tidak bersekolah,
dan fungsi orang tua sebagai pemberi kasih
pun tidak di jalankan oleh orang tua.
BAB V
PENUTUP
1. KESIMPULAN
Di Kelurahan Tanjung Unggat terdapat
banyak anak yang mengalami putus
19
sekolah.Faktor penyebab anak putus sekolah
di Kelurahan Tanjung Unggat tentunyatidak
akan terlepas dari beberapa hal yang
mempengaruhi sehingga mereka yang
bersekolah tidak dapat menyelasaikan
sekolah,karena dihadapkan oleh berbagai
faktor yang dapat dilihat dari :
a. Tingginya angga putus sekolah di
Kelurahan Tanjung Unggat di
pengaruhi oleh faktor adanya anggota
keluarga keluarga yang tidak
bersekolah, sehingga dikuti oleh
anggota kelurga lainnya.
b. Anak di Kelurahan Tanjung Unggat
yang orang tuanya memiliki
perekonomian yang meadai
menganggap bahwa sekolah tidak bisa
menjamin seseorang mendapatkan
kebahagian, kebahagian tersebut di
ukur dari bisa mendapatkan pekerjaan
yang bagus, sehingga mendapatkan
gaji yang tinggi, karena pada
kenyataannya banyak orang yang tidak
berpendidikan bisa kaya raya, hal
tersebut menjadi penilaian sehingga
menyebabkan tingginya angka putus
sekolah di Kelurahan tanjung Unggat.
c. Terdapat aturan yang keras yang dibuat
oleh orang ta apabila anak tidak mau
bersekolah, telat kesekolah, tidak
mengerjakan PR dan segala hal yang
berhubungan dengan tanggung jawab
sekolah, didikan yang keras tersebut
merupakan sebuah aturan yang apabila
di langgar akan mendapat sangsi
berupa di kurung di WC, di pukul oleh
orang tua, sehingga menjadikan anak
sebagai sosok yang pembangkang dan
tidak mau sekolah lagi.
d. Orang tua hanya melakukan
Kontrol lewat telpon, jarang bertatap
muka dengan anak, control tersebut
hanya dilakukan hanya sekedar dengan
pertanyaan pertanyaan tidak ada
kepedulian untuk membimbing dan
mengajarkan anak tentang
permasalahan yang di hadapi di
sekolah, sehingga membuat anak anak
kurang perhatian dan berhenti sekolah.
2. SARAN
Pendidikan adalah upaya sistematik
dalam membantu serta membimbing
pertumbuhan dan perkembangan anak,
pendidikan merupakan kebutuhan utama
yang harus dimiliki oleh setiap manusia,
20
karena pendidikan adalah sarana untuk
meningkatkan taraf hidup manusia. Orang
tua berperan dalam menentukan masa depan
anak, serta orang tua juga harus memiliki
pengetahuan yang luas sehingga bisa
memberikan pemahaman tentang pendidikan
kepada anak-anaknya.
b. Didalam sebuah keluarga
sepantasnyalah orang tua memberikan
perhatian kepada anak-anak mereka,
terutama dalam masalah pendidikan.
Perhatian orangtua sangat diperlukan
oleh anak agar nak merasa lebih
terlindungi dan merasa lebih ada yang
memperdulikan mereka sehingga anak
lebih nyaman ketika saat berada
didalam rumah.
c. Anak-anak harus menanamkan sifat
bahwa pendidkan merupakan suatu hal
yang penting sehingga harus
diselesaikan, tidak mudah mengikuti
orang yang tidak bersekolah untuk
berhenti sekolah, selalu menjalankan
aturan yang di buat orang tua sehingga
tidak mendapatkan sangsi, dan mengerti
dengan keadaan orang tua yang bekerja
untuk mencari uang.
top related