analisis faktor faktor yang mempengaruhi...
Post on 24-Mar-2019
233 Views
Preview:
TRANSCRIPT
ANALISIS FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINGKAT
PENDAPATAN USAHA MIKRO NASABAH PEMBIAYAAN BMT
(Studi Pada BMT At Taqwa Kemanggisan Periode 2017)
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh
Gelar Sarjana Ekonomi (S.E)
Oleh :
INDRA FAUZI
NIM. 1111046100038
PERBANKAN SYARIAH
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1439 H/2018 M
iv
LEMBAR PERNYATAAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama : Indra Fauzi
NIM : 1111046100038
Fakultas : Ekonomi dan Bisnis
Konsentrasi : Perbankan Syariah
Dengan ini menyatakan bahwa :
1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi
salah satu persyaratan memperoleh gelar strata I di Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatulah Jakarta
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam skripsi ini telah saya cantumkan
sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta
3. Jika dikemudian hari ada tuntutan dari pihak lain atas karya saya, dan
telah melalui pembuktian yang dapat dipertanggungjawabkan, maka saya
siap dikenai sanksi berdasarkan aturan yang berlaku di Fakultas Ekonomi
dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya
Jakarta, 25 Maret 2018
Indra Fauzi
v
ABSTRAK
Indra Fauzi, 1111046100038. Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi
Tingkat Pendapatan Usaha Mikro Nasabah Pembiayaan BMT (Studi pada BMT
At Taqwa Kemanggisan periode 2017). Konsentrasi Perbankan Syariah, Fakultas
Ekonomi dan Bisnis, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, Jakarta,
1439H/2018M
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor-faktor yang
mempengaruhi tingkat pendapatan usaha mikro yaitu besar pembiayaan, lama
menjadi anggota, frekuensi pembiayaan, modal awal, lama usaha, jam kerja, dan
tingkat pendidikan terhadap tingkat pendapatan usaha mikro pada nasabah
pembiayaan usaha BMT At Taqwa Kemanggisan. Penelitian ini dilakukan dengan
menggunakan metode Regresi Berganda. Kuesioner didistribusikan kepada 60
nasabah BMT At Taqwa Kemanggisan yang melakukan pembiayaan modal usaha.
Berdasarkan analisis faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat pendapatan
usaha mikro nasabah pembiayaan dengan menggunakan metode regresi berganda,
diketahui bahwa besar pembiayaan (X1), lama menjadi anggota (X2), frekuensi
pembiayaan (X3), modal awal (X4), lama usaha (X5), jam kerja (X6), dan tingkat
pendidikan (X7) secara serentak mempengaruhi tingkat pendapatan usaha mikro.
Besaran Pengaruhnya yaitu besar pembiayaan sebesar 0.092, lama menjadi
anggota BMT sebesar 0.638, frekuensi pembiayaan sebesar 0.149, modal awal
sebesar 0.146, lama usaha sebesar 0.091, jam kerja sebesar 0.317, dan tingkat
pendidikan sebesar 0.137, yang semuanya memiliki pengaruh positf terhadap
tingkat pendapatan usaha mikro nasabah pembiayaan BMT At Taqwa
Kemanggisan.
Kata kunci : Tingkat Pendapatan Usaha, Pembiayaan, BMT
Pembimbing : Dr. Syahrul Adam. M.Ag
Daftar pustaka : Tahun 2002 sampai dengan tahun 2013
vi
Abstract
Indra Fauzi, 1111046100038. Analysis of Factors Influencing Micro
Enterprise Income Rate of Financing Customer BMT (Study of BMT At Taqwa
Kemanggisan period 2017). Concentration of Sharia Banking, Faculty of
Economy and Bussines, State Islamic University of Syarif Hidayatullah, Jakarta,
1439H / 2018M
This study aims to analyze the factors that influence the level of income
of the micro business, namely the amount of financing, the length of membership,
the frequency of financing, start-up capital, the length of business, hours of work,
and the level of education to the level of micro business income on the business
financing customer BMT At Taqwa Kemanggisan. This research was conducted
by using Multiple Regression method. Questionnaires were distributed to 60 BMT
At Taqwa Kemanggisan customers who conducted business capital financing.
Based on the analysis of factors affecting the income level of micro
business of financing customers by using multiple regression method, it is known
that big financing (X1), long member (X2), financing frequency (X3), start-up
capital (X4), long business (X5 ), working hours (X6), and education level (X7)
simultaneously affect the level of micro business income. The magnitude of the
effect is the amount of financing of 0.092, the long becoming BMT member of
0.638, the frequency of financing of 0.149, the initial capital of 0.146, the business
duration of 0.091, the working hours of 0.317, and the education level of 0.137,
all of which have a positive effect on the level of business income micro financing
customer BMT At Taqwa Kemanggisan.
Keywords : Business Revenue Rate, Financing, BMT
Advisor : Dr. Syahrul Adam. M. Ag
References : Year 2002 to 2013
vii
KATA PENGANTAR
Alhamdulilah, segala puji syukur atas limpahan karunia allah SWT yang telah
mempermudah penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.. Sholawat serta salam
semoga senantiasa tercurahkan kepada baginda Nabi besar Muhammad SAW
beserta seluruh keluarga dan sahabatnya yang selalu istiqamah dalam menegakkan
agama islam. Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk mendapat gelar S1
(Strata- Satu), yang di pandang sebagai salah satu proses untuk mengetahui
kemampuan mahasiswa dan mahasiswinya. Pada penulisan skripsi ini membuat
penulis berfikir secara ilmiah untuk dapat menyampaikan apa yang penulis bahas
dalam penelitian ini.
Dalam penulisan skripsi ini banyak hambatan yang penulis rasakan namun
dengan dukungan dan motivasi dari para pihak yang membuat penulis
merasatidak terbebani dalam menulis skripsi ini. Penulis juga ingin
menyampaikan ungkapan rasa terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada para
pihak yang telah membantu penulis hingga skripsi ini selesai. Ucapan terima kasih
penulis sampaikan kepada:
1. Bapak Asep Saepudin Jahar, MA, Ph.D., selaku Dekan Fakultas Syariah
dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Bapak Dr. M. Arief Mufraini, Lc., M.Si, selaku Dekan Fakultas Ekonomi
dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
3. Bapak AM. Hasan Ali, MA, selaku Ketua Program Studi Muamalat dan
Bapak Abdurrauf, Lc, MA selaku Sekretaris Program Studi Muamalat
fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
4. Ibu Cut Erika Ananda Fatimah, SE., MBA, selaku Ketua Program Studi
Perbankan Syariah Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta
5. Bapak Dr. Syahrul Adam, M.Ag, selaku Dosen Pembimbing yang selalu
memberikan waktu luangnya untuk memberikan banyak arahan kepada
penulis.
viii
6. Manager dan staf BMT At Taqwa Kemanggisan yang telah memberikan
izin untuk mengadakan penelitian di tempat tersebut.
7. Segenap dosen Fakultas Syariah dan hukum UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta, terima kasih atas segala ilmu yang diberikan kepada penulis,
semoga ilmu ini dapat bermanfaat dunia dan akhirat
8. Ibu dan bapak, Ibu Mahfuzoh dan Bapak Sulaiman yang selalu mendoakan
dan memberikan motivasi kepada anaknya, dan doa yang tiada hentinya
untuk anaknya agar menjadi orang sukses.
9. Seluruh keluarga besar penulis yang selalu memberikan dukungan moril
dan materil sehingga dapat terselesaikannya skripsi ini.
10. Kepada seluruh responden, yang mau meluangkan waktunya untuk
mengisi kuesioner, semoga bantuan dan doanya dijadikan amal kebaikan
.
Jakarta, 25 Maret 2018
Penulis
ix
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI ................................................................... ii
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF ..................................... iii
LEMBAR PERNYATAAN .................................................................................... iv
ABSTRAK ............................................................................................................... v
ABSTRACT ............................................................................................................. vi
KATA PENGANTAR ............................................................................................. vii
DAFTAR ISI ............................................................................................................ xi
DAFTAR TABEL ................................................................................................... xii
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................... xiii
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................ 1
A. Latar Belakang ............................................................................ 1
B. Identifikasi Masalah .................................................................... 5
C. Batasan Penelitian dan Rumusan Masalah .................................. 5
D. Tujuan dan Manfaat Penelitian ................................................... 6
E. Sistematika Penulisan ................................................................. 7
BAB II TINJAUAN TEORITIS ............................................................................ 8
A. Faktor-faktor Pengaruh Pendapatan Usaha ................................. 8
1. Pengertian Pendapatan .......................................................... 8
2. Jenis-jenis Pendapatan .......................................................... 10
3. Faktor-faktor Pengaruh Pendapatan ...................................... 12
B. Pembiayaan Lembaga Keuangan Syariah ................................... 15
1. Pengertian Pembiayaan ......................................................... 15
2. Produk Pembiayaan ............................................................... 17
a. Pembiayaan Mudharabah ............................................... 17
b. Pembiayaan Musyarakah ................................................ 18
C. Baitul Mal wa Tamwil ................................................................ 20
1. Pengertian BMT .................................................................... 20
2. Sejarah BMT ......................................................................... 22
3. Produk Penghimpun Dana BMT ........................................... 23
x
4. Produk pembiayaan BMT ..................................................... 25
D. Usaha Miro Kecil Menengah (UMKM) ...................................... 27
1. Pengertian UMKM ................................................................ 27
2. Kategori UMKM ................................................................... 28
3. Ciri-ciri UMKM .................................................................... 29
4. Peran UMKM ........................................................................ 30
E. Pengaruh Pembiayaan terhadap Pendapatan ............................... 30
F. Kajian Terdahulu ......................................................................... 31
G. Kerangka Pemikiran .................................................................... 34
BAB III METODELOGI PENELITIAN .............................................................. 36
A. Tempat dan Waktu Penelitian ..................................................... 36
B. Jenis Penelitian ............................................................................ 36
C. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional ............................. 37
D. Populasi dan Sampel ................................................................... 39
E. Jenis dan Sumber Data ................................................................ 40
F. Metode Analisis Data .................................................................. 41
1. Uji Normalitas ....................................................................... 41
2. Uji Asumsi Klasik ................................................................. 42
3. Regresi Linier Berganda ....................................................... 43
4. Uji Hipotesis ......................................................................... 44
5. Uji Determinasi ..................................................................... 44
G. Hipotesis ...................................................................................... 45
H. Teknik Penulisan ......................................................................... 46
BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN .......................................................... 47
A. Gambaran Umum BMT At Taqwa .............................................. 47
B. Profil Responden ......................................................................... 48
1. Jenis Kelamin ........................................................................ 48
2. Usia ....................................................................................... 49
3. Jenis Usaha ............................................................................ 49
4. Jenis Pembiayaan .................................................................. 50
5. Besaran Pembiayaan ............................................................. 50
xi
C. Analisis Perkembangan Pembiayaan .......................................... 51
D. Analisis Perkembangan Pendapatan ........................................... 51
E. Analisis Data ............................................................................... 52
1. Uji Asumsi Klasik ................................................................. 52
a. Uji Normalitas ................................................................. 52
b. Uji Multikolinearitas ....................................................... 54
c. Uji Heteroskedesitas........................................................ 55
2. Uji Regresi Linear Berganda ................................................. 55
3. Uji Hipotesis ......................................................................... 58
a. Uji Koefesien Determinasi .............................................. 58
b. Uji f ................................................................................. 59
c. Uji t ................................................................................. 60
F. Pembahasan Hasil Penelitian ...................................................... 62
BAB V PENUTUP ................................................................................................... 68
A. Kesimpulan ................................................................................. 68
B. Saran ............................................................................................ 70
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................. 71
LAMPIRAN
xii
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 Data Jumlah UMKM ................................................................................ 1
Tabel 1.2 Data Tenaga Kerja UMKM....................................................................... 2
Tabel 2.1 Pengelompokan UMKM ........................................................................... 29
Table 4.1 Besar Pembiayaan BMT At Taqwa 2015-2017......................................... 51
Table 4.2 Besar Pendapatan BMT At Taqwa 2015-2017 .......................................... 52
Table 4.3 Uji Multikolenieritas ................................................................................. 54
Table 4.4 Hasil Koefesien Regresi ............................................................................ 56
Table 4.5 Hasil Koefesien Determinasi .................................................................... 58
Table 4.6 Uji t ........................................................................................................... 59
Table 4.7 Uji t ........................................................................................................... 60
xiii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Kerangka Teori ...................................................................................... 35
Gambar 4.1 Profil Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ...................................... 48
Gambar 4.2 Profil Responden Berdasarkan Usia ...................................................... 49
Gambar 4.3 Profil Responden Berdasarkan Jenis Usaha .......................................... 49
Gambar 4.4 Profil Responden Berdasarkan Jenis Pembiayaan ................................ 50
Gambar 4.5 Profil Responden Berdasarkan Besar Pembiayaan ............................... 50
Gambar 4.6 Grafik P-Plot ......................................................................................... 53
Gambar 4.7 Grafik Histogram .................................................................................. 53
Gambar 4.8 Scatterplot ............................................................................................. 55
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) saat ini menjadi pusat
perhatian dari pemerintah dan masyarakat umum sebagai sarana untuk
menciptakan lapangan kerja, mendorong kemajuan perekonomian dan
menciptakan sektor swasta sehingga pengembangan dari UMKM berperan
penting dalam pembangunan ekonomi. Hal ini dapat dibuktikan dengan
data berikut ini:
Tabel 1.1
Data UMKM tahun 2012-2013
Indikator Tahun 2012 Tahun 2013 Perkembangan
Jumlah Jumlah (%)
Total UMKM 56.534.592 57.895.721 2.41
Total usaha Mikro 55.856.176 57.189.393 2.39
Total usaha kecil 629.418 654.222 3.94
Total usaha menengah 48.997 52.106 6.35
Total usaha besar 4.968 5.066 1.97
Sumber: Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah.
Pada data tersebut dapat dilihat dari presentasi perkembangannya
UMKM dari tahun 2012 ke 2013 berkembang sebesar 2,41% dengan
peningkatan mencapai 1.361.129 unit usaha. Presentasi ini lebih besar dari
usaha besar yang berkembang hanya 1,97% pada tahun yang sama dengan
peningkatan sebanyak 98 unit usaha.1
Hal tersebut menunjukkan jumlah UMKM telah mendominasi usaha-
usaha lainnya. Keberadaan UMKM yang mendominasi ini menjadi bukti
bahwa UMKM berperan penting dalam pertumbuhan perekonomian
1 Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah, diakses pada 20 Maret 2018
dari http://www.depkop.go.id/berita-informasi/data-umkm/
2
melalui aktivitasnya. Banyaknya jumlah unit UMKM yang ada
memberikan pengaruh positif dalam hal penyerapan tenaga kerja. Hal ini
dapat dibuktikan dari data berikut:
Table 1.2
Data tenaga kerja UMKM tahun 2012-2013
Indikator Tahun 2012 Tahun 2013 Perkembangan
Jumlah Jumlah (%)
Total UMKM 107.657.509 114.144.082 6.03
Total usaha Mikro 99.859.517 104.624.466 4.77
Total usaha kecil 4.535.970 5.570.231 22.80
Total usaha menengah 3.262.023 3.949.385 21.07
Total usaha besar 3.150.645 3.537.162 12.27
Sumber: Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah.
Dalam perkembangan penyerapan tenaga kerja, dapat dilihat pada data
diatas UMKM mengalami perkembangan sebesar 6,03% dengan
perkembangan mencapai 6.486.573 orang. Presentasi ini mungkin jauh lebih
rendah disbanding usaha besar yang dapat mencapai 12,27% namun lebih
tinggi jika dibandingkan dengan kuantitasnya yang hanya sebesar 386.547
orang.2
Potensi UMKM yang begitu besar untuk dikembangkan lebih lanjut
tidak dapat dilakukan dengan mudah, masih banyak permasalahan dan
faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan UMKM itu sendiri.
Faktor-faktor lain yang mepengaruhi perkembangan UMKM seperti
besarnya modal awal, besaran dan frekuensi pembiayaan atau kredit yang
diterima, jenis produk, lokasi usaha dan lain-lain. Adapun permasalahan
utama yang dihadapi UMKM saat ini disamping masalah produksi,
pemasaran, jaringan kerja dan teknologi yaitu mengenai masalah akses
modal dan kesempatan mendapat peluang usaha.
2 Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah, diakses pada 20 Maret 2018
dari http://www.depkop.go.id/berita-informasi/data-umkm/
3
Lembaga keuangan mikro syariah di Indonesia diantaranya adalah
Baitul Maal Wat Tamwil (BMT). Baitul Maal Wat Tamwil (BMT)
merupakan salah satu model lembaga keuangan syariah yang paling
sederhana yang saat ini banyak muncul di Indonesia, yang bergerak di
kalangan masyarakat ekonomi bawah dan berupaya mengembangkan
usaha-usaha produktif dan investasi dalam rangka meningkatkan ekonomi
bagi pengusaha kecil yang berdasarkan prinsip-prinsip syariah.3
Kehadiran BMT ini merupakan usaha untuk memenuhi keinginan
khususnya sebagian muslim yang menginginkan jasa layanan lembaga
keuangan untuk mengelola perekonomiannya.4 Baitul Maal wat Tamwil
(BMT) sebagai lembaga keuangan mikro syariah yang bersentuhan
langsung dengan masyarakat menengah kebawah diharapkan mampu
mampu mengurangi ketergantungan pengusaha kecil dari lembaga-lembaga
informal yang bunganya relatif tinggi.5
Baitul Maal Wat Tamwil adalah lembaga keuangan yang kegiatan
utamanya menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk tabungan
(simpanan) maupun deposito dan menyalurkan kembali kepada
masyarakat dalam bentuk pembiayaan yang berdasarkan prinsip syariah.6
Baitul Maal wat Tamwil (BMT) sebagai lembaga keuangan mikro
syariah dalam bentuk non-bank dipandang mampu untuk dapat berinteraksi
dengan usaha-usaha kecil yang memberikan kemudahan pembiayaan
sehingga BMT berfungsi sebagai alternatif untuk mengatasi permasalahan
permodalan. Prinsip dalam hal pembiayaan syariah pada BMT dipandang
sesuai dengan karakteristik UMKM. Pola pembiayaan yang ditawarkan
BMT diharapkan mampu untuk menghapuskan ketakutan UMKM dalam
hal tingkat bunga dan resiko lainnya sehingga UMKM dapat
mengembangkan usahanya tanpa kendala.
3 Makhalul Ilmi, Teori dan Praktek Mikro Keuangan Syariah, (Yogyakarta: UII
Press, 2002), h. 49. 4 Ahmad Sumiyanto, BMT Menuju Koperasi Modern, (Solo: ISES Publishing, 2008),
h. 15-16. 5 Makhalul Ilmi, Teori dan Praktek Mikro Keuangan Syariah, h. 65. 6 Makhalul Ilmi, Teori dan Praktek Mikro Keuangan Syariah, h. 67.
4
Banyak produk yang disediakan BMT untuk masyarakat, misalnya
kredit atau pembiayaan yang diberikan kepada sektor pertanian
perindustrian, perdagangan barang dan jasa, koperasi, pedagang kecil dan
masih banyak lainnya. Kredit yang diberikan untuk mengembangkan dan
meningkatkan produktifitas usahanya. Produktifitas perlu ditingkatkan
karena merupakan faktor terpenting dalam suatu usaha yang dijalankan agar
tetap tumbuh dan berkembang, serta menentukan daya saing di era pasar
bebas yang akan datang.7
Dalam rangka memberdayakan para pedagang kecil agar meningkat,
dapat memperluas pangsa pasar dalam kegiatan produksi dan distribusi
nasional serta memperkuat daya saingnya. Oleh karena itu BMT
direncanakan sebagai gerakan nasional dalam rangka memberdayakan
masyarakat sampai lapisan bawah. Antusias masyarakat akan bank syariah
sangat besar, terbukti dengan adanya 2000 BMT bahkan lebih yang telah
berdiri dan tersebar di seluruh Indonesia8 yang semakin diminati
masyarakat dan semakin banyaknya para pemikir ekonomi islam di
Indonesia yang terus memperjuangkan kemajuan lembaga keuangan
berdasarkan syariat Islam.
Para pengusaha kecil, salah satu bagian dari masyarakat golongan
ekonomi lemah perlu mendapatkan bantuan terutama dalam hal tersedianya
modal yang cukup untuk berusaha. Untuk itu peran BMT maupun koperasi
yang berdasarkan syariat Islam mengembangkan pemikiran untuk
memberikan kredit tanpa bunga, karena BMT (Baitul Maal Wat Tamwil)
sebagai salah satu lembaga keuangan Islam dalam operasionalnya juga tidak
menggunakan sistem bunga.9
BMT merupakan lembaga keuangan syariah yang berfungsi
mendekatkan permodalan dengan sistem pembiayan yang mudah, murah
dan mengarah pada masyarakat, juga membentuk modal masyarakat yang
diarahkan pada usaha peningkatan produksi dan pendapatan usaha mikro
7 Lasmiatun, Perbankan Syariah, (Semarang: LPSDM. RA Kartini, 2010), h. 32-33. 8 Ahmad Sumiyanto, BMT Menuju Koperasi Modern, h. 10. 9 Muhammad Ridwan, Manajemen BMT, (Yogyakarta: UII press, 2004), h. 26.
5
tersebut. Dengan demikian keberadaan BMT diharapkan mempunyai efek
positif dalam perekonomian dan dapat mengurangi ketergantungan
pengusaha kecil dari lembaga-lembaga informal yang bunganya relatif
terlalu tinggi. Pemberian pembiayaan sedapat mungkin dapat memandirikan
pengusaha kecil. Salah satu dari BMT (Baitul Maal Wat Tamwil) tersebut
adalah BMT At Taqwa Kemanggisan.
Bagi dunia perekonomian masalah keterbatasan modal selalu
dirasakan sebagai salah satu kendala utama yang selalu dikeluhkan. Dengan
adanya keterbatasan modal sendiri diharapkan adanya akses terjangkaunya
kredit dengan jumlah yang relatif terjangkau, syarat yang terjangkau, dan
prosedur yang mudah dan tepat waktu. Sesuai dengan kebutuhannya para
pengusaha kecil seperti pedagang kecil membutuhkan pembiayaan yang
mudah dan cepat serta murah. Sehingga dapat membantu pengusaha kecil
dalam mengembangkan usahanya tersebut.
Dengan melihat keadaan itu peneliti ingin mengkaji lebih dalam
terkait faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat pendapatan usaha mikro
setelah mendapatkan pembiayaan dari BMT pada BMT At Taqwa
Kemanggisan.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan uraian diatas, maka identifikasi masalah pada penelitian
ini sebagai berikut:
1. Bagaimana pengaruh pembiayaan BMT At Taqwa terhadap
peningkatan pendapatan usaha mikro?
2. Pembiayaan apa yang paling berpengaruh terhadap peningkatan
pendapatan usaha mikro pada BMT At Taqwa?
3. Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat pendapatan usaha
mikro yang mendapatkan pembiayaan BMT At Taqwa?
C. Batasan Penelitian dan Rumusan Masalah
Ruang lingkup penelitian ini adalah mengambil kasus pembiayaan
modal usaha pada BMT BMT At Taqwa pada daerah periode Januari
6
sampai dengan Desember tahun 2017. Berdasarkan latar belakang,
identifikasi masalah dan batasan penelitian maka rumusan masalah yang
akan diangkat adalah:
1. Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat pendapatan usaha
mikro nasabah pembiayaan BMT At Taqwa?
2. Faktor-faktor apa saja yang paling berpengaruh terhadap pendapatan
usaha mikro nasabah pembiayaan BMT At Taqwa?
D. Tujuan dan Manfaat Penelitian
Berdasarkan latar belakang dan masalah yang diuraikan maka tujuan
dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi tingkat
pendapatan usaha mikro pada nasabah pembiayaan BMT At Taqwa.
2. Untuk mengetahui faktor apa yang paling berpengaruh terhadap
tingkat pendapatan usaha mikro nasabah pembiayaan BMT At Taqwa.
Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini bagi peneliti, pengsaha,
BMT, dan pembaca adalah:
1. Bagi peneliti
Sebagai syarat untuk menyelesaikan progam studi S-1 di
Universitas Islam Negeri Jakarta, juga untuk menambah ilmu
pengetahuan serta pengalaman seperti dalam kasus pembiayaan BMT
khususnya dan lembaga keuangan syariah pada umumnya.
2. Bagi Pengusaha
Untuk memperlancar dan mengembangkan usahanya, mencari
solusi terhadap hambatan yang dihadapi pedagang dalam mengambil
keputusan dalam memperoleh tambahan modal.
3. Bagi BMT
Dapat memberikan informasi pada pihak BMT terkait pengaruhnya
produk pembiayaannya terhadap perkembangan usaha mikro, sehingga
dapat mengambil keputusan dalam pengambilan kebijakan yang lebih
baik kedepannya untuk perkembangan BMT tersebut.
7
4. Bagi Pembaca
Dapat menambah pengetahuan mengenai ekonomi khususnya
terkait lembaga keuangan syariah yaitu koperasi syariah atau Baitul
Maal Wa Tamwil. (BMT).
E. Sistematika Penulisan
Skripsi ini terdiri dari lima bab, setiap bab terdiri dari beberapa sub
bab. Adapun pokok-pokok pembahasan yang akan diuraikan dalam tiap –
tiap bab, adalah sebagai berikut:
1. Bab I Pendahuluan, dalam bab ini menguraikan latar belakang
masalah, identifikasi masalah, pembatasan dan perumusan masalah,
tujuan dan manfaat penelitian, sistematika penulisan.
2. Bab II Landasan Teori, dalam bab ini diuraikan tentang faktor-faktor
yang mmpengaruhi pendapatan, pembiayaan lembaga keuangan
syariah, Baitul Mal wa Tamwil, Usaha Mikro Kecil Menengah,
pengaruh pembiayaan terhadap pendapatan, kajian terdahulu, kerangka
pemikiran.
3. Bab III Dekripsi Data Penelitian, dalam bab ini akan dibahas mengenai
jenis penelitian, sumber data dan teknik pengambilannya, wilayah
penelitian, subyek populasi dan teknik pengambilan sample, teknik
pengolahan data, pedoman penulisan skripsi.
4. Bab IV Analisis Penelitian, pada bab ini diuraikan tentang bagaimana
faktor-faktor yang mempengaruhi pembiayaan dalam meningkatkan
usaha nasabah, faktor apa saja yang paling signifikan terhadap
pendapatan usaha pada nasabah pembiayaan BMT At Taqwa.
5. Bab V Saran dan Kesimpulan, pada bab ini dikemukakan tentang
kesimpulan yang merupakan hasil penelitian dalam pembahasan pada
bab-bab sebelumnya dan juga berisi saran – saran untuk penelitian
selanjutnya.
8
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
PEMBIAYAAN USAHA MIKRO
A. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pendapatan Usaha
1. Pengertian pendapatan
Pendapatan adalah aliran penerimaan kas atau harta lain yang
diterima dari konsumen sebagai hasil penjualan barang dari produk
yang dihasilkan. Pendapatan belum dapat dinyatakan ada dan diakui
sebelum terjadinya penjualan yang nyata. Dan pendapatan baru akan
diakui setelah produk selesai diproduksi dan penjualan secara nyata
terjadi yang ditandai dengan penyerahan barang.10
Pendapatan diakibatkan oleh kegiatan-kegiatan perusahaan dalam
memanfaatkan factor-faktor produksi untuk mempertahankan diri dan
pertumbuhan. Seluruh kegiatan perusahaan yang menimbulkan
pendapatan secara keseluruhan disebut earning process. Secara garis
besar earning proses menimbulkan dua akibat yaitu pengaruh positif
atau pendapatan dan keuntungan, dan pengaruh negative atau beban
dan kerugian.
Menurut ilmu ekonomi, pendapatan adalah perubahan lebih dari
total harta kekayaan badan usaha pada awal periode, dan menekankan
pada jumlah nilai statis pada akhir periode. Sedangkan dalam ilmu
akuntansi pendapatan adalah penambahan lain atas aktiva suatu entitas
atau penyelesaian kewajiban-kewajibannya atau kombinasi keduanya
yang berasal dari penyerahan atau produksi barang, pemberian jasa
atau kegiatan-kegiatan lain yang merupakan operasi inti.11
Pada Pernyataan Standar Akutansi (PSAK) No. 23 sendiri,
pengertian pendapatan adalah arus masuk bruto dari manfaat ekonomi
10 Al Haryono, Dasar-dasar akuntasi edisi 6, (Yogyakarta, Universitas Gadjah Mada, 2006),
hal. 24 11 Rustam, Pendapatan Menurut Standar Akuntansi Keuangan No. 2. E-Journal Universitas
Sumatera Utara, diakses pada tanggal 2 April 2014.
9
yang timbul dari aktivitas normal perusahaan selama suatu periode bila
arus masuk itu mengakibatkan kenaikan ekuitas, yang tidak berasal
dari kontribusi penanam modal.
Ada beberapa karakteristik dari pendapatan yang mementukan atau
membatasi bahwa jumlah rupiah ynag masuk ke perusahaan
merupakan pandapatan yang berasal dari operasi perusahaan.
Karakteristik ini dapat dilihat berdasarkan sumber pendapatan, produk
dan kegiatan utama perusahaan dan jumlah rupiah pendapatan serta
proses penandingan.
a. Sumber pendapatan
Jumlah rupiah perusahaan bertambah melalui berbagai cara
tetapi tidak semua cara tersebut mencerminkan pendapatan.
Tambahan jumlah rupiah aktiva peruasahaan dapat berasal dari
transaksi modal, laba dari penjualan aktiva yang bukan barang
dagangan seperti aktiva tetap, surat berharga, ataupun penjualan
anak atau ncabang perusahaan, hadiah, sumbangan atau
penbemuan, revaluasi aktiva tetap, dan penjualan produk
perusahaan. Dari semua transakasi di atas, hanya transaksi produk
saja yang dapat dianggap sebagai sumber utama pendapatan
walaupun laba atua rugi mungkin timbul dalam hubungannya
dengan penjualan aktiva selain produk utama perusahaan.
b. Produk dan kegiatan utama perusahaan
Produk perusahaan berupa barang ataupun dalam bentuk jasa.
Perusahaan tertentu mungkin sekali menghasilkan berbagai macam
produk, baik berupa barang atau jasa atau keduanya yang berlainan
jenis.
c. Jumlah rupiah pendapatan dan proses penandingan
Pendapatan merupakan jumlah rupiah dari harga jual per
satuan kali kuantitas terjual. Perusahaan umumnya akan
mengharapkan terjadinya laba yaitu jumlah rupiah pendpatan lebih
besar dari jumlah biaya yang dibebankan. Laba atau rugi yang
10
terjadi baru akan diketahui setelah pendapatan dan beban
dibandingkan. Setelah biaya dibebankan dengan pendapatan maka
tampaklah jumlah rupiah laba atau pendapatan neto.12
Suatu usaha bukan hanya tergantung pada modal yang dimiliki
tetapi juga kemampuan yang dimiliki untuk mampu bersaing, jika
modal besar dan kemampuan (SDM) bagus maka hasil produksi akan
tinggi sehingga dapat mempengaruhi pendapatan, dan pendapatan
akan tinggi pula. Begitu juga sebaliknya, jika modal kecil dan
kemampuan (SDM) juga tidak ada maka produktifitas akan rendah
sehingga pendapatan diperoleh akan rendah. Dan untuk menambah
modal untuk meningkatkan usaha dan pendapatan maka dibutuhkan
suatu pembiayaan.
2. Jenis-Jenis Pendapatan
Secara garis besar pendapatan digolongkan menjadi tiga golongan,
yaitu :13
a. Gaji dan Upah. Imbalan yang diperoleh setelah orang tersebut
melakukan pekerjaan untuk orang lain yang diberikan dalam
waktu satu hari, satu minggu maupun satu bulan.
b. Pendapatan dari Usaha Sendiri. Merupakan nilai total dari hasil
produksi yang dikurangi dengan biaya-biaya yang dibayar dan
usaha ini merupakan usaha milik sendiri atau keluarga dan tenaga
kerja berasal dari anggota keluarga sendiri, nilai sewa kapital milik
sendiri dan semua biaya ini biasanya tidak diperhitungkan.
c. Pendapatan dari Usaha Lain. Pendapatan yang diperoleh tanpa
mencurahkan tenaga kerja, dan ini biasanya merupakan
pendapatan sampingan antara lain : 1.) Pendapatan dari hasil
menyewakan aset, 2.) Ternak dan barang lain, 3.) Bunga dari
uang, 4.) Sumbangan, 5.) Pendapatan pensiun, 6.) Dan lain-lain.
12 Al.Haryono Jusuf,. Dasar-Dasar Akuntansi Edisi, (Yogyakarta: STIE YKPN, Cet. 6),
h. 3 13 Suparmoko. Pengantar Ekonomika Mikro. (Yogyakarta: BPFE, 1991), h. 35
11
Secara garis besar pendapatan digolongkan menjadi tiga golongan.14
a. Gaji dan upah, yaitu imbalan yang diperoleh setelah orang tersebut
melakukan pekerjaan untuk orang lain yang diberikan dalam
waktu satu hari, satu minggu atau satu bulan.
b. Pendapatan dari usaha sendiri merupakan nilai total dari hasil
produksi yang dikurangi dengan biaya-biaya yang dibayar dan
usaha ini merupakan usaha milik sendiri atau keluarga sendiri,
nilai sewa kapital milik sendiri dan semua biaya ini biasanya tidak
diperhitungkan.
c. Pendapatan dari usaha lain, yaitu pendapatan yang diperoleh tanpa
mencurahkan tenaga kerja dan ini merupakan pendapatan
sampingan, antara lain pendapatan dari hasil menyewakan aset
yang dimiliki, bunga dari uang, sumbangan dari pihak lain,
pendapatan pensiun, dan lain-lain. Sedangkan macam-macam
pendapatan menurut perolehannya dapat dibagi menjadi dua:
1) Pendapatan kotor adalah hasil penjualan barang dagangan atau
jumlah omzet penjualan yang diperoleh sebelum dikurangi
pengeluaran dan biaya lain.
2) Pendapatan bersih adalah penerimaan hasil penjualan
dikurangi pembelian bahan, biaya transportasi, retribusi, dan
biaya makan atau pendapatan total dimana total dari
penerimaan (revenue) dikurangi total biaya (cost).
Perbedaan pendapatan penduduk berdasarkan penggolonganya
menjadi 4 golongan yaitu:
1) Golongan pendapatan sangat tinggi adalah jika pendapatan
rata-rata lebih dari Rp.3.500.000,00 per bulan.
2) Golongan pendapatan tinggi adalah jika pendapatan rata-rata
antara Rp.2.500.000,00 s/d Rp.3.500.000,00 per bulan.
3) Golongan pendapatan sedang adalah jika pendapatan rata-rata
14 Jaya, A. H. M. (2011). Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pendapatan Pedagang Kaki
Lima Di Sekitar Pantai Losari Kota Makassar. Skripsi. Makassar: Jurusan Ilmu Ekonomi Feb
Unhas
12
di bawah antara Rp.1.500.000 s/d Rp.2.500.000,00 per bulan.
4) Golongan pendapatan rendah adalah jika pendapatan rata-rata
Rp.1.500.000,00 per bulan kebawah.
3. Faktor–faktor yang Mempengaruhi Pendapatan Usaha
Pada usaha perdagangan ada beberapa faktor yang mempengaruhi
peningkatan produksi yang pada akhirnya akan mempengaruhi tingkat
pendapatan yang akan diterima oleh pengusaha pada nasabah BMT At
Taqwa. Menurut Kasmir dalam menentukan pendapatan pedagang atau
pengusaha dibutuhkan beberapa faktor diantaranya minat pengusaha,
modal, waktu yang pasti, keuntungan, pengalaman berdagang,
lingkungan, tenaga kerja, dan pendidikan.15 Adapun variabel-variabel
yang mempengaruhi tingkat pendapatan pada penelitian ini adalah :
Pembiayaan, Modal usaha, Tingkat Pendidikan, Lama usaha, Jam
kerja.
a. Pembiayaan
Pembiayaan dalam kamus bahasa Indonesia berarti
“perbuatan (hal) dalam membiayai atau membiayakan sesuatu”
dan modal berarti “uang pokok yang dipakai sebagai modal untuk
berniaga” sedangkan kerja berarti “perbuatan melakukan
sesuatu”.16 Pembiayaan modal kerja menurut istilah adalah dana
yang dikeluarkan oleh suatu bank, yang diberikan kepada
mudharib (nasabah).17
b. Modal
Modal kerja adalah keseluruhan aktiva lancar yang dimiliki
oleh perusahaan atau dapat pula dimaksudkan dana yang harus
tersedia untuk membiayai operasi perusahaan.18 Modal adalah
15 Kasmir, Kewirausahaan, (Jakarta, Raja Grafindo Persada, 2006), h. 57 16 W. J. S. Porwadaminto, Kamus Umum Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 1987,
Cet. 10. h. 136. 17 Soemarso, Akuntansi Suatu Pengantar, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 1996, h. 248. 18 Agnes Sawir, Analisis Kinerja Keuangan dan Perencanaan Keuangan Perusahaan,
Jakarta, Gramedia Pustaka Utama, 2001, h. 40
13
barang konkrit yang ada dalam rumah tangga perusahaan yang
terdapat di neraca debet maupun daya beli atau nilai tukar yang
terdapat diselah kredit.19
c. Tingkat Pendidikan
Menurut UU Nomor 20 Tahun 2003, pendidikan adalah
usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan
proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak
mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat,
bangsa dan negara. Pendidikan sebagai proses perkembangan
kecakapan seseorang dalam bentuk sikap dan perilaku yang
berlaku dalam masyarakatnya.20
Tingkat pendidikan yang dimaksud dengan dalam
penelitian ini adalah pendidikan terakhir yang
ditempuh/ditamatkan oleh pedagang, dimana pendidikan yang
dimaksud adalah pendidikan formal. Untuk level tingkat
pendidikannya meliputi; SD, SMP, SMA, Perguruan Tinggi.
d. Lama Usaha
Lama usaha adalah lamanya seseorang menekuni usaha
yang dijalankan. Lama usaha juga dapat diartikan sebagai lamanya
waktu yang sudah dijalani pedagang dalam menjalankan usaha21.
Lama usaha merupakan lamanya pedagang berkarya pada usaha
19 Bambang Riyanto, Dasar-dasar Pembelanjaan Perusahaan, edisi ke 3 cetakan ke 17,
Yogyakarta, Yayasan Penerbit Gadjah Mada, h. 65 20 Djumransjah, H.M, Pengantar Filsafat Pendidikan. Malang: Bayumedia Publishing,
2004, h. 15 21 Utami, Setyaningsih Sri Dan Edi Wibowo. (2013). Pengaruh Modal Kerja Terhadap
Pendapatan Dengan Lama Usaha Sebagai Variabel Moderasi (Survei Pada Pedagang Pasar
Klithikan Notoharjo Surakarta). Jurnal Ekonomi Dan Kewirausahaan Vol. 13, No. 2, Oktober
2013: h. 171-180.
14
perdagangan yang sedang dijalani saat ini.22 Lamanya suatu usaha
dapat menimbulkan pengalaman berusaha, dimana pengalaman
dapat mempengaruhi pengamatan seseorang dalam bertingkah
laku23
Ada suatu asumsi bahwa semakin lama seseorang
menjalankan usahanya maka akan semakin berpengalaman orang
tersebut. Sedangkan pengalaman kerja itu sendiri merupakan
proses pembentukan pengetahuan atau keterampilan tentang
metode suatu pekerjaan karena keterlibatan dalam pelaksanaan
tugas pekerjaan.24 Pengalaman usaha seseorang dapat diketahui
dengan melihat jangka waktu atau masa kerja seseorang dalam
menekuni suatu pekerjaan tertentu. Semakin lama seseorang
melakukan usaha/kegiatan, maka pengalamannya akan semakin
bertambah. Pengalaman usaha ini dapat dimasukkan ke dalam
pendidikan informal, yaitu pengalaman sehari-hari yang dilakukan
secara sadar atau tidak dalam lingkungan pekerjaan dan
sosialnya.25
e. Jam Kerja
Jam kerja adalah jumlah waktu yang digunakan untuk
aktivitas kerja. Aktivitas kerja yang dimaksud adalah kerja yang
menghasilkan uang. Jam kerja juga dapat diartikan sebagai waktu
yang dimanfaatkan seseorang untuk memproduksi barang atau jasa
tertentu. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah waktu
yang dijadwalkan untuk perangkat bagi pegawai dan sebagainya
untuk bekerja.
22 Asmie, Poniwati. (2008). Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tingkat
Pendapatan Pedagang Pasar Tradisional Di Kota Yogyakarta. Tesis. Yogyakarta: Universitas
Gajah Mada. 23 Sadono Sukirno, Teori Pengantar Ekonomi Makro. Jakarta: Pt Raja Grafindo Persada,
2006 h. 55 24 Manulang, Manajemen Personalita, Jakarta: Ghalia Indonesia, 1984, h. 53 25 Simanjuntak, Payaman J, Pengantar Ekonomi Sumber Daya Manusia. Jakarta:
Lembaga Penerbit Fe-Ui, 2001, h. 75
15
Analisis Jam kerja merupakan bagian dari teori ekonomi
mikro, khususnya pada teori penawaran tenaga kerja yaitu tentang
kesediaan individu untuk bekerja dengan harapan memperoleh
penghasilan atau tidak bekerja dengan konsekuensi mengorbankan
penghasilan yang seharusnya didapatkan. Kesediaan tenaga kerja
untuk bekerja dengan jam kerja panjang atau pendek adalah
merupakan keputusan individu, keputusan untuk bekerja
merupakan suatu keputusan puncak mengenai bagaimana
seharusnya memanfaatkan waktu. Cara umum lainnya bagi orang-
orang untuk memanfaatkan waktunya adalah dengan cara bekerja.
Oleh karena itu dapat digolongkan pekerjaan itu menjadi pekerjaan
yang tidak mendapatkan nafkah dengan pekerjaan mendapatkan
nafkah (gaji). Jam kerja pedagang pasar seni atau jam buka kios
mempengaruhi jumlah tamu yang terlayani karena pembeli tidak
pasti jam kedatangannya.26
Lamanya seseorang mampu bekerja sehari secara baik pada
umumnya 6 sampai 8 jam, sisanya 16 sampai 18 jam digunakan
untuk keluarga, masyarakat, untuk istirahat dan lain-lain. Jadi satu
minggu seseorang bisa bekerja dengan baik selama 40 sampai 50
jam. Sedangkan waktu yang dihitung dalam penelitian ini adalah
lamanya jam operasional pedagang untuk berdagang setiap harinya.
Dimulai dari pedagang membuka tempat dagangannya sampai
menutup tempat dagangannya.
B. Pembiayaan Lembaga Keuangan Syariah
1. Pengertian Pembiayaan
Secara bahasa pembiayaan modal kerja merupakan penggalan tiga
kata yang dirangkai menjadi satu pengertian dan mempunyai arti
khusus. Pembiayaan dalam kamus bahasa Indonesia berarti
26 Nama, Artawa, Pasar Seni Sukawati Orientasi Sekolah Tinggi Pariwisata Nusa Dua,
Dinas Pendapatan Kabupaten Gianyar, 2012
16
“perbuatan (hal) dalam membiayai atau membiayakan sesuatu” dan
modal berarti “uang pokok yang dipakai sebagai modal untuk
berniaga” sedangkan kerja berarti “perbuatan melakukan sesuatu”.27
Dengan demikian secara bahasa pengertian modal kerja adalah
pembiayaan yang ditujukan untuk memenuhi sesuatu kebutuhan dari
pengusaha dalam suatu bidang usaha.
Pembiayaan modal kerja menurut istilah adalah dana yang
dikeluarkan oleh suatu bank, yang diberikan kepada mudharib
(nasabah). Karena modal merupakan hak pemilik atas kekayaan suatu
perusahaan. Dan dalam perusahaan yang berbentuk perseroan terbatas
modal terdiri dari saham biasa dan laba ditahan.28
Pembiayaan merupakan aktivitas terpenting bagi BMT, karena
berhubungan dengan rencana untuk memperoleh pendapatan.
Pembiayaan adalah suatu fasilitas yang diberikan oleh pihak BMT
kepada anggotanya untuk menggunakan dana yang telah dikumpulkan
pihak lembaga keuangan dari anggotanya.29
Dalam perbankan syariah, pembiayaan modal kerja haruslah
berbentuk kerja sama yang trasparan antara shahibul maal dan
mudharib, agar tidak ada kesalah pahaman yang berakibat rugi.
Penyertaan modal dalam perekonomian Islam bisa memiliki arti yang
luas dan memiliki jangka waktu tertentu (pendek, menengah, atau
panjang). Dalam kerja sama tersebut baik perusahaan perseroan atau
kemitraan dan pihak perbankan mempergunakan dan memberlakukan
sistem bagi hasil.
Pembiayaan modal kerja dapat dilakukan melalui berbagai cara.
Tetapi secara umum dapat disimpulkan kedalam dua bentuk yaitu:
a. Pembiayaan produktif, pembiayaan modal kerja ini merupakan
27 W. J. S. Porwadaminto, Kamus Umum Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 1987,
Cet. 10. h. 136. 28 Soemarso, Akuntansi Suatu Pengantar, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 1996, h. 248. 29 Muhammad, Lembaga-Lembaga Keuangan Umat Kontemporer, Yogyakarta: UII
Press, 2000), h. 119.
17
pembiayaan yang ditunjukan untuk memenuhi kebutuhan
produksi dalam arti luas, yaitu untuk meningkatkan usaha, baik
usaha produksi, perdagangan, maupun investasi.30 Menurut
keperluannya, pembiayaan produktif dapat dibagi menjadi dua
hal
1) Pembiayaan modal kerja, yaitu pembiayaan untuk
memenuhi kebutuhan: (a) peningkatan produksi, baik
secara kuantitatif, yaitu jumlah hasil produksi, maupun
secara kualitatif, yaitu peningkatan kualitas atau mutu hasil
produksi; dan (b) untuk keperluan perdagangan atau
peningkatan utility of place dari suatu barang.
2) Pembiayaan investasi, yaitu untuk memenuhi kebutuhan
barang – barang modal (capital goods) serta fasilitas –
fasilitas yang erat kaitannya dengan itu.
b. Pembiayaan konsumtif, pembiayaan modal kerja yang
merupakan pembiayaan yang digunakan untuk memenuhi
kebutuhan konsumsi, yang akan habis digunakan untuk
memenuhi kebutuhan.
2. Produk – produk Pembiayaan
Pada lembaga keuangan syariah terdapat tiga macam pembiayaan
modal kerja yaitu pembiayaan Mudharabah, pembiayaan Musyarakah,
pembiayaan Ijarah.
a. Pembiayaan Mudharabah
1) Pengertian Mudharabah
Mudharabah berasal dari kata dharb, berarti memukul atau
berjalan lebih tepatnya adalah proses seseorang memukulkan
kakinya dalam melaksanakan usaha. Mudharabah adalah akad
kerja sama usaha antara dua pihak dimana pihak pertama
(shahibul maal) menyediakan seluruh modal, sedangkan pihak
30 Muhammad Syafii Antonio, Bank Syariah Dari Teori Ke Praktek, (Jakarta: Gema
Insani Press, 2001), h. 160
18
lainnya menjadi pengelola. Keuntungan usaha dibagi menurut
kesepakatan kontrak, apabila rugi ditanggung oleh pemilik
modal jika diakibatkan karena kelalaian si pengelola, si
pengelola harus bertanggung jawab atas kerugian tersebut.31
2) Jenis – Jenis Mudharabah
Secara umum, mudharabah terbagi menjadi dua jenis:
mudharabah mutlhaqah dan mudharabah muqayyadah.
a) Mudharabah Mutlaqoh
Mudharabah mutlhaqoh adalah bentuk kerja sama
antara shahibul maal dan mudharib yang cakupannya
sangat luas dan tidak dibatasi oleh spesifikasi jenis usaha,
waktu, dan daerah bisnis. Mudharabah Muqayyadah
Mudharabah muqayyadah atau disebut juga dengan
istilah restricted mudharabah/specified mudharabah
adalah kebalikan dari mudharabah mutlaqoh. Si mudharib
dibatasi dengan jenis usaha, waktu, atau tempat usaha.
Adanya pembatasan ini seringkali mencerminkan
kecenderungan umum si shahibul maal dalam memasuki
jenis dunia usaha.
b. Pembiayaan Musyarakah
1) Pengertian Musyarakah
Musyarakah adalah akad kerja sama antara dua pihak atau
lebih untuk suatu usaha tertentu dimana masing - masing pihak
memberikan kontribusi dana (atau amal/ expertise) dengan
kesepakatan bahwa keuntungan dan risiko akan ditanggung
bersama sesuai dengan kesepakatan.32
2) Jenis – Jenis Musyarakah
Musyarakah ada dua jenis, musyarakah pemilikan dan
musyarakah akad (kontrak). Musyarakah pemilikan tercipta
31 Muhammad Rawas Qal’aji, Mu’jam Lighat al-Fuqaha, (Beirut: Darun-nafs, 1985), h.
20 32 Muhammad Syafii Antonio, Bank Syariah: Dari Teori Ke Praktek, h. 90
19
karena waris, wasiat, atau kondisi lainya yang mengakibatkan
pemilikan satu asset oleh dua orang atau lebih. Dalam
musyarakah ini, kepemilikan dua orang atau lebih berbagi
dalam sebuah asset nyata dan berbagi pula dari keuntungan
yang dihasilkan asset tersebut.
Musyarakah akad tercipta dengan cara kesepakatan dimana
dua orang atau lebih setuju bahwa tiap orang dari mereka
memberikan modal musyarakah. Mereka pun sepakat berbagi
keuntungan dan kerugian.
Musyarakah akad terbagi menjadi: al-inan, al-
mufawadhah, al-maal, al-wujuh, dan al-mudharabah. Para
ulama berbeda pendapat tentang al-mudharabah, apakah al-
mudharabah termasuk kategori al-musyarakah karena
memenuhi rukun dan syarat sebuah akad (kontrak)
musyarakah.
a) Syirkah al-inan
Syirkah al-inan adalah kontrak antara dua orang
atau lebih. Setiap pihak memberikan suatu porsi dari
keseluruhan dana dan berpatisipasi dalam kerja. Kedua
pihak berbagi dalam keuntungan dan kerugian sebagaimana
yang disepakati di antara mereka. Akan tetapi, porsi masing
– masing pihak, baik dalam dana maupun kerja atau bagi
hasil, tidak harus sama dan identik sesuai dengan
kesepakatan mereka. Mayoritas ulama membolehkan jenis
al-musyarakah ini.33
b) Syirkah mufawadhah
Syirkah mufawadhah adalah kontrak kerja sama
antara dua orang atau lebih. Setiap pihak memberikan suatu
porsi dari keseluruhan dana dan berpatisipasi dalam kerja.
33 Wabah az-Zuhaili, al-fuqhu al-Islam wa Adilatuhu, (Damaskus: Darul Fikr, 1997), Cet.
IV, Vol.V h. 381
20
Setiap pihak membagi keuntungan dan kerugian secara
sama. Dengan demikian, syarat utama dari jenis
musyarakah ini adalah kesamaan dana yang diberikan,
kerja, tanggung jawab, dan beban utang dibagi oleh masing
– masing pihak.34
c) Syirkah A’maal
Musyarakah ini adalah kontarak kerja sama dua
orang seprofesi untuk menerima pekerjaan secara bersama
dan berbagi keuntungan dari pekerjaan itu. Misalnya, kerja
sama dua orang arsitek untuk menggarap sebuah proyek,
atau kerja sama dua orang penjahit untuk menerima order
pembuatan seragam sebuah kantor. Musyarakah ini kadang
– kadang disebut musyarakah abdan atau sanaa’i.
d) Syirkah Wujuh
Syirkah wujuh adalah kontrak antara dua orang atau
lebih yang memiliki reputasi dan prestasi yang baik serta
ahli dalam bisnis. Mereka membeli barang secara kredit
dari suatu perusahaan dan menjual barang tersebut secara
tunai. Mereka berbagi dalam keuntungan dan kerugian
berdasarkan jaminan kepada penyuplai yang disediakan
oleh tiap mitra. Jenis musyarakah ini tidak memerlukan
modal karena pembelian secara kredit berdasar pada
jaminan tersebut. Karenanya, kontrak ini pun lazim disebut
sebagai musyarakah piutang.
C. Baitul Mal wa Tamwil (BMT)
1. Pengertian BMT
BMT juga biasa dikenal dengan sebutan Baitul Maal dan Baitul
Tamwil. Secara harfiah, Baitul Maal berarti Rumah Dana dan Baitul
34 Al-Mabsuth, vol. XI, h. 203 dan sesudahnya; Abu Bakar Ibn Mas’ud al-kasani, al-
Bada’I was San’ifi Tartib as-shara’I, (Beirut: Darul Kitabal- Arabi), edisi ke-2, h. 72
21
Tamwil adalah Rumah Usaha. Baitul Maal dikembangkan berdasarkan
sejarah perkembangannya, yakni dari masa nabi sampai abad
pertengahan perkembangan Islam. Yang dimana, Baitul Maal
berfungsi untuk mengumpulkan sekaligus mentasyarufkan dana sosial,
sedangkan Baitul Tamwil merupakan lembaga bisnis yang bermotif
laba.35
Baitul Maal lebih mengarah pada usaha-usaha non profit yang
mengumpulkan dana-dana dari infaq, zakat dan sadaqah yang
kemudian disalurkan kepada yang berhak untuk menerimanya.36
Sedangkan Baitul Tamwil mengarah pada usaha pengumpulan dan
penyaluran dana yang kegiatannya mengembangkan usaha-usaha
produktif guna meningkatkan kualitas usaha ekonomi pengusaha
kecil dan mikro, antara lain dengan cara mendorong kegiatan
menabung dan pembiayaan usaha ekonomi.37
Baitul Maal Wat Tamwil terdiri dari dua istilah yaitu Baitul
Maal yang artinya rumah harta dan Baitul Tamwil yang artinya rumah
pengembangan harta. BMT melakukan kegiatan pengumpulan dan
penyaluran dana yang bersifat non- profit seperti zakat, infak, dan
sedekah (baitul maal) dan bersifat komersial (baitul tamwil) yang
melakukan kegiatan pengembangan usaha produktif dan investasi
dengan tujuan untuk meningkatkan kualitas usaha mikro dan kecil.
BMT adalah kependekan kata dari Balai Usaha Mandiri Terpadu
atau Baitul Mal wa Tamwil yaitu lembaga keuangan mikro (LKM)
yang beroperasi berdasarkan prinsip-prinsip syariah.38
Sebagai lembaga untuk berbisnis, BMT (Baitul Maal Wa Tamwil)
lebih mengembangkan usahanya pada sektor keuangan, yakni simpan
pinjam. Usaha ini seperti usaha perbankan lainnya, yaitu menghimpun
35 Muhammad Ridwan, Manajemen Baitul Maal Wa Tamwil (BMT), (Yogyakarta: UII
Press, 2004), h. 126. 36 Gita Danupranata, Ekonomi Islam, (Yogyakarta: UPFE-UMY, 2006), h. 56. 37 Muhammad, Lembaga-Lembaga Keuangan Umat Kontemporer, h. 113. 38 Muhammad, Lembaga-Lembaga Keuangan Umat Kontemporer, h. 113.
22
dana dari anggota dan calon anggota dalam bentuk tabungan
(simpanan) maupun deposito serta menyalurkannya kembali kepada
sektor ekonomi yang halal dan dapat menguntungkan.39
BMT (Baitul Maal Wa Tamwil) di Indonesia berbadan hukum
koperasi, sehingga langkahnya harus sejalan dengan ketentuan
perkoperasian. Hal ini sesuai dengan penjelasan dalam Undang-
Undang Nomor 25 Tahun 1992 tentang perkoperasian, yang
didalamnya disebutkan bahwa perekonomian Indonesia disusun
sebagai usaha bersama berdasar atas asas kekeluargaan. Dengan
memperhatikan kedudukan koperasi yang seperti ini, jelaslah bahwa
peran BMT sangatlah penting dalam menumbuhkan dan
mengembangkan potensi bagi ekonomi kerakyatan, serta mewujudkan
kehidupan rakyat yang sejahtera di berbagai bidang termasuk dalam
bidang ekonomi.40
2. Sejarah Awal Berdirinya BMT (Baitul Maal Wa Tamwil)
Dengan lahirnya Bank Muamalat di Indonesia pada tahun 1992
sebagai sentral perekonomian yang bernuansa Islami, maka
bermunculan lembaga-lembaga keuangan lain yang ditandai dengan
tingginya semangat bank konvensional untuk mendirikan lembaga
keuangan Islam yaitu bank syariah. Sehingga secara otomatis sistem
ekonomi Islam telah mendapatkan tempat dalam kancah
perekonomian Islam di tanah air Indonesia.
Perkembangan ekonomi Islam tidak hanya berhenti pada tingkatan
ekonomi makro saja, tetapi juga telah menyentuh sektor yang paling
bawah yaitu ekonomi mikro. Sehingga lahirlah lembaga keuangan
mikro ekonomi Islam yang berorentasi sebagai lembaga sosial
keagamaan yang populer dengan istilah BMT (Baitul Maal Wa
Tamwil).41 BMT menjadi koperasi jasa keuangan syariah (KJKS)
39 Muhammad Ridwan, Manajemen Baitul Maal Wa Tamwil (BMT), h. 126.
40 Ahmad Sumiyanto, BMT Menuju Koperasi Modern, (Yogyakarta: PT. ISES Consulting Indonesia, 2008), h. 38.
41 Ahmad Sumiyanto, BMT Menuju Koperasi Modern, h. 23.
23
sesuai Undang-undang nomor 17 tahun 2012. Namun semenjak
keluarnya Peraturan Menteri Koperasi dan Usaha Nomor
16/Per/M.KUKM/IX/2015 tentang pelaksanaan usaha simpan pinjam
dan pembiayaan syariah, maka peraturan yang berkaitan dengan KJKS
tidak berlaku lagi. Peraturan tersebut tercantum dalam BAB IX
ketentuan peralihan pasal 36 ayat 7.
Kelahiran BMT (Baitul Maal Wa Tamwil) sangat menunjang
sistem perekonomian pada masyarakat yang berada di daerah
sekitarnya, karena di samping sebagai lembaga keuangan Islam, BMT
juga memberikan pengetahuan-pengetahuan agama pada masyarakat
yang tergolong mempunyai pemahaman agama yang masih rendah.
Sehingga fungsi BMT (Baitul Maal Wa Tamwil) sebagai lembaga
ekonomi dan sosial keagamaan betul-betul terasa dan nyata hasilnya.42
Dengan adanya pengembangan dibidang sosial, BMT (Baitul Maal
Wa Tamwil) dimaksudkan mampu menjangkau lapisan masyarakat
yang paling bawah yang tidak mungkin tersentuh oleh dana-dana
komersial. Dengan munculnya BMT (Baitul Wa Tamwil), diharapkan
mampu memberdayakan dan mensejahterakan kelompok-kelompok
fakir miskin. Sebab kelompok ini perlu didampingi dan diberi modal
sebagai rangsangan usahanya.43
3. Produk Penghimpunan Dana BMT (Baitul Maal Wa Tamwil)
Ada beberapa produk penghimpunan dan penyaluran dana lembaga
keuangan Islam termasuk BMT (Baitul Maal Wa Tamwil). Adapun
bentuk-bentuk simpanan BMT adalah sebagai berikut:
a. Simpanan Pokok Khusus (Modal Penyertaan)
Yaitu simpanan yang dapat dimiliki oleh invidu maupun
lembaga dengan jumlah setiap penyimpanan tidak harus sama.
Simpanan ini hanya dapat ditarik setelah jangka waktu satu tahun
melalui musyawarah tahunan. Atas simpanan ini, penyimpan akan
42 Ahmad Sumiyanto, BMT Menuju Koperasi Modern, h. 23.
43 Muhammad Ridwan, Manajemen Baitul Maal Wa Tamwil (BMT), h. 2.
24
mendapatkan laba/SHU sesuai dengan jumlah modalnya.44
b. Simpanan Pokok
Yaitu simpanan yang harus dibayar saat menjadi anggota BMT.
Besarnya simpanan pokok harus sama. Pembayarannya dapat
dicicil, supaya dapat menjaring anggota yang lebih banyak. Sebagai
bukti keanggotaan, simpanan pokok tidak boleh ditarik selama
menjadi anggota. Jika simpanan ini ditarik, maka dengan sendirinya
keanggotaannya dinyatakan berhenti.
c. Simpanan Wajib
Simpanan ini menjadi sumber modal yang mengalir terus
setiap waktu. Besar kecilnya sangat tergantung pada kebutuhan
permodalan dan anggotanya. Besarnya simpanan wajib setiap
anggota sama. Baik simpanan pokok maupun wajib akan turut
diperhitungkan dalam pembagian SHU (sisa hasil usaha).45
d. Akad Simpanan Wadi’ah
Adalah akad penitipan barang atau uang pada pihak bmt,
dengan cara memberikan surat berharga, pemindah bukuan, atau
transfer dan perintah membayar lainnya. Dalam hal ini, bmt
berkewajiban menjaga dan merawat barang tersebut dengan baik
serta mengembalikannya sewaktu-waktu pada saat penitip
menghendakinya.46 Ada dua macam simpanan yang berakad
wadi’ah, antara lain :
1) Wadi’ah Yad Amanah
Yaitu penitipan barang atau uang, yang mana pihak yang
menerima tidak boleh menggunakan dan memanfaatkan uang
atau barang yang dititipkan tersebut. Dalam hal ini, pihak
penerima titipan dapat membebankan biaya kepada penitip
sebagai biaya penitipan.
44 Muhammad Ridwan, Manajemen Baitul Maal Wa Tamwil (BMT), h. 153.
45 Muhammad Ridwan, Manajemen Baitul Maal Wa Tamwil (BMT), h. 154.
46 Muhammad Ridwan, Manajemen Baitul Maal Wa Tamwil (BMT), h. 150.
25
2) Wadi’ah Yad Dhamanah
Yaitu penitipan barang, yang mana pihak yang menerima
titipan boleh menggunakan dan memanfaatkan barang yang
dititipkan. Dalam hal ini, pihak dari BMT mendapatkan hasil
dari pengguna dana dan memberikannya dalam bentuk
bonus.47
e. Simpanan Mudharabah
Simpanan mudharabah adalah merupakan akad kerja sama
modal antara pemilik dana (shahibul maal) dengan pengelola dana
(mudharib) atas dasar bagi hasil. Dalam hal penghimpunan dana,
BMT berfungsi sebagai mudharib (pengelola dana) dan penyimpan
sebagai shahibul maal. Prinsip ini dapat dikembangkan untuk
semua jenis simpanan di BMT.48 Secara garis besar simpanan
mudharabah terbagi menjadi dua, yaitu: Mudharabah Muthlaqah
dan Mudharabah Muqayyadah.
4. Produk Pembiayaan Dana BMT (Baitul Maal Wa Tamwil)
Pembiayaan merupakan aktivitas terpenting bagi BMT, karena
berhubungan dengan rencana untuk memperoleh pendapatan.
Pembiayaan adalah suatu fasilitas yang diberikan oleh pihak BMT
kepada anggotanya untuk menggunakan dana yang telah dikumpulkan
pihak lembaga keuangan dari anggotanya.49 Adapun jenis-jenis
produk pembiayaan dana BMT (baitul wa tamwil) yang telah
dikembangkan adalah sebagai berikut:
a. Pembiayaan dengan prinsip kerja sama
Yakni bentuk pembiayaan kepada anggota atau nasabah BMT
yang menyertakan sejumlah modal baik uang tunai maupun barang
untuk meningkatkan produktivitas usaha. Sistem pembiayaan
47 Muhammad Syafi’i Antonio, Bank Syariah Dari Teori Ke Praktek, h. 149-150.
48 Muhammad Ridwan, Manajemen Baitul Maal Wa Tamwil (BMT), h. 152. 49 Muhammad, Lembaga-Lembaga Keuangan Umat Kontemporer, h. 119.
26
tersebut dapat diterapkan dalam dua akad pembiayaan, yaitu
pembiayaan mudharabah dan pembiayaan musyarakah.50
1) Pembiayaan Mudharabah
Pembiayaan mudharabah adalah akad kerja sama usaha
antara antara dua belah pihak, yang mana pihak pertama
(shahibul maal) yang menyediakan seluruh modalnya dan
pihak yang lain menjadi pengelola. Keuntungan usaha dari
pembiayaan tersebut dibagi menurut kesepakatan yang
dituangkan dalam kontrak.51
2) Pembiayaan musyarakah
Yaitu akad kerja sama antara dua belah pihak yakni BMT
dengan anggota, yang mana modalnya berasal dari kedua belah
pihak dan keduanya bersepakat dalam keuntungan dan
resikonya. Dalam hal ini, pihak BMT akan menyertakan modal
kedalam proyek atau usaha yang diajukan setelah mengetahui
besarnya partisipasi anggota. Dalam akad ini, BMT dapat
terlibat aktif dalam kegiatan usaha anggota.52
b. Pembiayaan dengan prinsip jual beli
Prinsip jual beli adalah sistem yang menetapkan tata cara
jual beli, dimana bank membeli terlebih dulu barang yang
dibutuhkan masyarakat yang kemudian pihak lembaga keangan
syariah menjualnya kepada nasabah dengan sejumlah harga beli
ditambah dengan keuntungan. Adapun produk dari pembiayaan
tersebut adalah sebagai berikut :
1) Pembiayaan al-Istisna yaitu jual beli barang dalam bentuk
pesanan dan pembuatan barang dengan kriteria dan
persyaratan tertentu yang telah disepakati dengan
pembayaran, yang cara pembayaran di akhir sesuai dengan
kesepakatan.
50 Muhammad Ridwan, Manajemen Baitul Maal Wa Tamwil (BMT), h. 169.
51 Muhammad Syafi’I Antonio, Bank Syariah Dari Teori Ke Praktek, h. 95.
52 Muhammad Ridwan, Manajemen Baitul Maal Wa Tamwil (BMT), h. 171.
27
2) Pembiayaan Murabahah, yaitu suatu akad perjanjian
pembiayaan yang disepakati antara pihak BMT dengan
anggotanya, dimana BMT menyediakan dananya untuk
sebuah investasi atau pembelian barang yang kemudian
proses pembayarannya dilakukan secara angsuran.53
3) Bai’ as-salam yaitu akad pembelian barang yang mana
barang yang akan dibeli diserahkan dikemudian hari,
sedangkan pembayarannya dilakukan secara tunai pada awal
pembelian.54
D. Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM)
1. Pengertian Usaha Mikro dan Kecil (UMK)
Menurut Undang-Undang No. 20 Tahun 2008 tentang Usaha
Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM):
a. Usaha Mikro adalah usaha produktif milik orang perorangan
dan/atau badan usaha perorangan yang memiliki kriteria Usaha
Mikro sebagaimana di atur dalam Undang-Undang ini.
b. Usaha Kecil adalah Usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri,
yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang
bukan merupakan anak perusahaan atau bukan cabang perusahaan
yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung
maupun tidak langsung dari usaha menengah atau usaha besar
yang memenuhi kriteria Usaha Kecil sebagaimana di maksud
dalam Undang-Undang ini.
Usaha Mikro dan Kecil adalah unit usaha produktif yang berdiri
sendiri, yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha di
semua sector ekonomi. Pada prinsipnya perbedaan antara usaha mikro,
usaha kecil,dan menengah umumnya didasarkan pada nilai asset awal
53 Heri Sudarsono, Bank dan Lembaga Keuangan Syariah, (Yogyakarta: EKONISIA,
2003), h. 61. 54 Ahmad Sumiyanto, BMT Menuju Koperasi Modern, h. 156
28
(tidak termasuk tanah dan bangunan), omset rata-rata per tahun atau
jumlah pekerja tetap. Adapun ciri-ciri usaha mikro adalah :
1) Jenis barang/ komoditi usahanya tidak selalu tetap, sewaktu-waktu
dapat berganti.
2) Tempat usahanya tidak selalu menetap, sewaktu-waktu dapat
pindah tempat.
3) Belum melakukan administrasi keuangan yang sederhana
sekalipun, dan tidak memisahkan keuangan keluarga dengan
keuangan usaha.
4) Sumber daya manusianya (pengusahanya) belum memiliki jiwa
wirausaha yang memadai.
5) Tingkat pendidikan rata-rata relatif sangat rendah; Umumnya
belum akses kepada perbankan, namun sebagian dari mereka
sudah akses ke lembaga keuangan non bank.
6) Umumnya tidak memiliki izin usaha atau persyaratan legalitas
lainnya termasuk NPWP.
Contoh usaha Mikro adalah pertanian, peternakan, pedagang
eceran dan usaha-usaha jasa seperti: penjahit (konveksi),
perbengkelan, salon kecantikan.
Contoh Usaha Kecil adalah pedagang dipasar grosir (agen),
pengrajin industri kayu dan rotan, industri alat-alat rumah tangga,
industri pakaian jadi dan industri kerajinan tangan.55
2. Kategori Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM)
Pengelompokkan usaha mikro, usaha kecil, dan usaha
menengah didasarkan pada nilai aset yang dimiliki usaha dan hasil
penjualan yang didapatkan oleh para pengusaha setelah setelah sekian
lama menjalankan usahanya. Tabel 2.1 di bawah ini menerangkan
pengelompokkan UMKM yang diatur dalam UU No. 20 Tahun 2008.
55 Undang-undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2008 Tentang Usaha Mikro, Kecil
dan Menengah.
29
Tabel 2.1
Pengelompokan UMKM Berdasarkan Nilai Aset dan Hasil Penjualan
Skala Usaha Nilai Aset Hasil Penjualan
Mikro < Rp 50 juta < Rp 300 juta
Kecil Rp 50 juta – Rp 500 juta Rp 300 juta – Rp 2.5 miliar
Menengah 500 juta – Rp 10 miliar Rp 2.5 miliar – Rp 50 miliar
Sumber : Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2008
Berdasarkan tabel 2.1 diatas Usaha Mikro adalah usaha yang
memiliki asset maksimal sebesar 50 Juta dan omzet penjualannya
maksimal sebesar 300 Jt. Sedangkan Usaha Kecil adalah usaha yang
memiliki asset diatas 50 Jt – 500 Jt dan beromzet lebih dari 300 Jt –
2,5 pertahun. Selain menggunakan nilai moneter sebagai kriteria,
sejumlah lembaga pemerintah seperti Departemen Perindustrian dan
Badan Pusat Statistik (BPS) selama ini juga menggunakan jumlah
pekerja sebagai ukuran untuk membedakan skala usaha antara usaha
mikro, usaha kecil, usaha menengah dan usaha besar.56
Di Indonesia, usaha mikro dan kecil (UMK) saat ini dianggap
sebagai salah satu cara paling efektif dalam pengentasan kemiskinan.
UMK diatur secara hukum melalui Undang-Undang Nomor 20 Tahun
2008 tentang Usaha Mikro Kecil. UMK merupakan suatu kelompok
pelaku ekonomi terbesar dalam perekonomian Indonesia dan hal ini
terbukti ketika UMK menjadi stabilitator perekonomian nasional
dalam masa krisis, serta menjadi dinamisator pertumbuhan ekonomi
pasca krisis ekonomi.
3. Ciri - Ciri Usaha Mikro
a. Jenis barang/ komoditi usahanya tidak selalu tetap, sewaktu-
waktu dapat berganti.
56 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2008 Tentang Usaha Mikro,
Kecil dan Menengah.
30
b. Tempat usahanya tidak selalu menetap, sewaktu-waktu dapat
pindah tempat.
c. Belum melakukan administrasi keuangan yang sederhana
sekalipun, dan tidak memisahkan keuangan keluarga dengan
keuangan usaha.
d. Sumber daya manusianya (pengusahanya) belum memiliki jiwa
wirausaha yang memadai.
e. Tingkat pendidikan rata-rata relatif sangat rendah; Umumnya
belum akses kepada perbankan, namun sebagian dari mereka
sudah akses ke lembaga keuangan non bank.
f. Umumnya tidak memiliki izin usaha atau persyaratan legalitas
lainnya termasuk NPWP.
4. Peran Usaha Mikro dan Kecil (UMK)
Peran usaha mikro dan kecil sangat penting dalam pembangunan
ekonomi. karena tingkat penyerapan tenaga kerjanya yang relatif
tinggi dan kebutuhan modal investasinya yang kecil, UMKM bisa
dengan fleksibel menyesuaikan dan menjawab kondisi pasar yang
terus berubah. Hal ini membuat UMKM tidak rentan terhadap
berbagai perubahan eksternal. UMKM justru mampu dengan cepat
menangkap berbagai peluang, misalnya untuk melakukan produksi
yang bersifat substitusi impor dan meningkatkan pemenuhan
kebutuhan dalam negeri. Karena itu, pengembangan UMKM dapat
menunjang diversifikasi ekonomi dan percepatan perubahan
struktural, yang merupakan prasyarat bagi pembangunan ekonomi
jangka panjang yang stabil dan berkesinambungan.
E. Pengaruh Pembiayaan terhadap Pendapatan Usaha
Pendapatan adalah salah satu faktor penunjang usaha atau aktifitas
untuk memenuhi kebutuhan dan kesejahteraan hidup. Hal ini juga yang
mendorong manusia untuk melakukan kegiatan-kegiatan untuk eksistensi
31
dirinya sebagai individu maupun sebagai anggota masyarakat.57
Besar kecilnya modal juga dapat mempengaruhi pendapatan. Jika
modal besar maka produk yang akan dihasilkan akan banyak maka
pendapatan yang diperoleh akan banyak atau meningkat, begitu juga
sebaliknya jika modal kecil maka produk yang dihasilkan akan sedikit
maka pendapatan yang diperoleh akan sedikit. Untuk itu perlu pembiayaan
untuk meningkatkan pendapatan pengusaha kecil.
Modal adalah kunci utama untuk meningkatkan usaha kecil.58 Bagi
usaha kecil sering dijumpai pemerolehan modal diiringi dengan membayar
bunga yang cukup tinggi. Sehingga peminjaman menjadi beban beban
yang sewaktu-waktu akan menjadi boomerang bila terjadi kemacetan
angsuran untuk itu perlu adanya bantuan dalam pembiayaan dengan
prinsip syariah.
F. Kajian Terdahulu
1. Septiana (2013) dalam penelitiannya mengenai Analisis Dampak
Pembiayaan Mikro Syariah Terhadap Perkembangan UMKM di
Kabupaten Bogor. Menjelaskan bahwa faktor yang memengaruhi
akses UMKM terhadap pembiayaan mikro syariah dari BMT
berdasarkan hasil model logit adalah dummy akses pinjaman
perbankan konvensional, dummy jenis kelamin, dan dummy jenis
usaha perdagangan. Faktor yang memengaruhi perkembangan
keuntungan usaha berdasarkan analisis OLS adalah lama pendidikan,
jumlah pembiayaan mikro syariah BMT, perubahan omset dan total
aset. Hasil penelitiannya juga menunjukkan bahwa jumlah
pembiayaan mikro syariah BMT berpengaruh positif terhadap
perkembangan keuntungan usaha UMKM.
57 M. Taufiq Amir, Dinamika Pemsaran Jelajahi&Rasakan, (Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada, 2005), h. 7. 58 Kasmir, Bank Dan Lembaga Keuangan Lainnya, Edisi Keenam, (Jakarta:
PT. Raja Grafindo Persada, 2003), h. 83.
32
2. Rosetyadi Artistyan Firdausa, Fitrie Arianti (2013) dalam jurnal yang
berjudul Pengaruh Modal Usaha, Lama Usaha dan Jam Kerja terhadap
Pendapatan Pedagang Kios di Pasar Bintoro Demak. Metode yang
digunakan adalah kuesioner dan studi pustaka. Penentuan sampel
penelitian menggunakan teknik random sampling dan jumlah
responden sebanyak 75 responden. Hasil penelitian ini menunjukkan
bahwa variabel modal usaha, lama usaha dan jam kerja berpengaruh
secara signifikan terhadap jumlah pendapatan pedagang kios Bintoro
Demak. Pengaruh tiga variabel tersebut cukup besar yaitu sebesar
70,9% sedangkan sisanya yang sebesar 29,1% disebabkan oleh
variabel-variabel lain yang tidak dimasukkan dalam model penelitian.
Ketiga variabel tersebut juga secara bersama-sama berpengaruh positif
secara signifikan terhadap pendapatan pedagang pasar Bintoro
Demak. Dari ketiga variabel tersebut, variabel yang dominan adalah
modal usaha dan yang paling kecil adalah jam kerja. Persamaan
penelitian ini dengan penelitian yang dilakukan oleh penulis adalah
metode penelitian yang digunakan dan teknik pengambilan sampel,
bedanya penulis menggunakan metode tambahan yaitu wawancara
terstruktur. Sedangkan untuk variabel bebas yang diteliti juga sama,
bedanya penulis menambahkan variabel tingkat pendidikan ke dalam
penelitian. Untuk analisis yang digunakan adalah sama yaitu analisis
regresi linier berganda akan tetapi, untuk tempat dilakukannya
penelitian berbeda.
3. Nuruddarajat (2013) tentang Pengaruh Pembiayaan Koperasi Baytul
Ikhtiar (KBI) Terhadap Perkembangan Usaha Agribisnis
Anggotanya. Penelitian ini menggunakan alat analisis uji T data
berpasangan untuk mengukur perbedaan nyata terhadap pengaruh
perbedaan pembiayaan terhadap omset, keuntungan, dan aset usaha
pada tahun 2012-2013. Hasil uji T menunjukkan bahwa tidak
terdapat perbedaan nyata antara omset, keuntungan, dan aset usaha.
Namun dari hasil penelitiannya juga menunjukkan bahwa
33
pembiayaan yang disalurkan KBI mampu meningkatkan omset usaha
sebanyak 55 persen responden, keuntungan usahan sebanyak 58
responden.
4. Deny Anggara Lugianto (2015) dalam skripsi yang berjudul Faktor-
Faktor Yang Mempengaruhi Pendapatan Pedagang Kaki Lima di
Wilayah Tegalboto Jember. Metode yang digunakan adalah dengan
angket/kuesioner. Sedangkan responden penelitian sebanyak 50
dengan teknik penentuan sampel menggunakan metode stratified
random sampling. Penelitian ini adalah pedagang kaki lima di sekitar
Kampus Universitas Jember khususnya Wilayah Tegalboto dengan
variabel bebasnya meliputi: tingkat pendidikan, pengalaman kerja,
waktu, modal, lokasi. Dari hasil penelitian tersebut menunjukkan
terdapat pengaruh baik secara simultan maupun secara parsial antara
tingkat pendidikan, tingkat pengalaman kerja, jumlah waktu, modal
dan lokasi terhadap pendapatan pedagang kaki lima di wilayah
Tegalboto Sumbersari Kabupaten Jember. Dari penelitian tersebut,
tingkat pendidikan merupakan faktor yang berpengaruh dominan
terhadap pendapatan pedagang kaki lima dengan nilai sumbangan
efektif sebesar 17,4%. Persamaan penelitian ini dengan penelitian
yang dilakukan oleh penulis adalah metode penelitian yang
digunakan, bedanya penulis menggunakan metode tambahan yaitu
wawancara terstruktur dan studi pustaka. Untuk variabel bebas yang
digunakan pada dasarnya sama, hanya saja penulis hanya
menggunakan empat variabel bebas tanpa menyertakan variabel
lokasi. Untuk analisis yang digunakan adalah sama yaitu analisis
regresi linier berganda akan tetapi, untuk lokasi penelitian berbeda.
5. Huda (2010) tentang Dampak Pemberian Kredit Program CSR
Terhadap Peningkatan Pendapatan UMKM di Kabupaten Garut,
Jawa Barat. Penelitian ini menggunakan metode regresi linier
berganda. Hasil analisis data menunjukkan Kredit UMKM yang
diberikan kepada UMKM berdampak positif terhadap
34
peningkatan pendapatan sektor UMKM yang sebagian besar adalah
fakir miskin dan faktor lain yang memengaruhi perkembangan
UMKM adalah usia, nilai aset, dan dummy kredit. Penyaluran
kredit program CSR dari CGI dengan pihak ketiga yaitu LSM dan
Baitul Maal Muamalat mengalami peningkatan sebesar 41.7 persen
selama 2007-2009.
6. Muhammad Fajar (2017) Analisis Faktor-faktor yang mempengaruhi
Omset UMKM Nasabah Pembiayaan BMT X Kota Binjay. Dari
beberapa faktor (umur, lama usaha, modal usaha, jumlah pembiayaan,
lama anggota, frekuensi pembiayaan, pendidikan, status usaha) yang
mempengaruhi omset UMKM yang mendapatkan pembiayaan adalah
frekuensi pembiayaan, pendidikan dan status usaha variabel yang
berpengaruh positif dan signifikan terhadap omset usaha. Sedangkan
lama usaha adalah variabel yang berpengaruh negatif dan siginfikan
terhadap omset usaha. Adapun modal pertama, jumlah pinjaman
terakhir, dan lama menjadi anggota tidak berpengaruh nyata dalam
pengembangan omset usaha.
G. Kerangka Pemikiran
Kerangka pemikiran merupakan sintesa dari serangkaian teori yang
tertuang dalam tinjauan pustaka, pada dasarnya merupakan gambaran
sistematis dari kinerja teori dalam memberikan solusi atau alternatif solusi
dari serangkaian masalah yang ditetapkan.59
Baitul Maal Wa Tamwil (BMT). BMT adalah lembaga keuangan
mikro yang dioperasikan dengan prinsip bagi hasil. BMT memiliki fungsi
melakukan kegiatan pengembangan usaha-usaha produktif dan investasi
dalam meningkatkan kualitas ekonomi pengusaha mikro dan kecil
terutama dengan mendorong kegiatan menabung dan menunjang
pembiayaan kegiataan ekonominya.
59 Abdul Hamid, Panduan Penulisan Skripsi. (Jakarta: FEIS UIN Press), h. 25
35
Baitul Maal Wa Tamwil At Taqwa memiliki komitmen untuk
membantu mengembangkan Usaha Mikro dan Kecil (UMK) serta
meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Salah satu bentuk komitmen itu
adalah dengan adanya produk-produk pembiayaan yang ditawarkan dalam
rangka memenuhi kebutuhan nasabah/anggota dan calon nasabah/anggota,
yaitu pembiayaan mudharabah. Pembiayaan mudharabah yang dijalankan
ini merupakan alternatif bagi para pelaku Usaha Mikro dan Kecil (UMK).
Melalui pembiayaan mudharabah ini, BMT At Taqwa bermaksud
memberikan kemudahan akses yang lebih besar bagi para pelaku usaha
mikro dan kecil yang sudah feasible tetapi belum bankable mendapatkan
modal usaha.
Gambar 2.1
Kerangka Teori
36
BAB III
METODELOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Baitul Maal Wa Tamwil At Taqwa Jalan
Sakti IV Komplek Pajak Kemanggisan Jakarta Barat 11820. Pertimbangan
pemilihan lokasi ini adalah karena BMT ini terletak di wilayah yang
strategis, sehingga cocok untuk dijadikan tempat penelitian. Waktu
penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari sampai Februari 2018.
B. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang akan dilakukan adalah penelitian kuantitatif,
dikatakan metode kuantitatif karena data penelitian berupa angka-angka
dan analisis menggunakan statistik. Metode kuantitatif digunakan apabila
masalah merupakan penyimpangan antara yang seharusnya dengan yang
terjadi, antara aturan dengan pelaksanaan, antara teori dan praktik, antara
rencana dengan pelaksanaan. Dalam Pendekatan penelitian ini metode
yang akan digunakan adalah dengan menggunakan metode penelitian
Penelitian kuantitatif, yaitu menggunakan anlisis data secara mendalam
dalam bentuk angka. Penelitian kuantitatif bertumpu sangat kuat pada
pengumpulan data, berupa angka hasil pengukuran, karena itu dalam
penelitian ini statistik memegang peranan penting sebagai alat untuk
menganalisa. Tujuan penelitian kuantitatif adalah mengembangkan dan
menggunakan model-model matematis, teori-teori atau hipotesis yang
berkaitan dengan fenomena alam. Proses pengukuran adalah bagian yang
sentral dalam penelitian kuantitatif karena hal ini memberikan hubungan
yang fundamental antara pengamatan empiris dan ekspresi matematis dari
hubungan-hubungan kuantitatif.60 Menurut Tanzeh pada bukunya
pendekatan kuantitatif bertujuan untuk menguji teori, dan membangun
fakta, menunjukkan gabungan antar variabel, memberikan deskripsi
60 Istijanto, Aplikasi riset Pemasaran , (Jakarta : PT Gramedia,2005), h. 93
37
statistik, menaksir dan meramalkan hasilnya, desain penelitian yang
menggunakan pendekatan kuantitatif harus terstruktur, baku, formal, dan
dirancang sematang mungkin sebelumnya.61
C. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel
1. Definisi Variabel
Variabel adalah simbol atau lambang yang dapat dilekatkan
bilangan atau nilai.62 Variabel adalah segala sesuatu yang menjadi
objek penelitian yang dianggap sebagai faktor yang berperan dalam
peristiwa atau gejala yang diteliti.
2. Definisi Operasional Variabel
Definisi operasional adalah melekatkan arti pada suatu variabel
dengan cara menetapkan kegiatan-kegiatan atau tindakan-tindakan
yang perlu untuk mengukur pada variabel tersebut.
Adapun definisi operasional untuk masing-masing variabel yang
digunakan dalam penelitian ini meliputi:
a. Variabel Terikat (Dependen Variabel) adalah variabel yang
perilakunya dipengaruhi oleh variabel lain (variabel bebas).
Variabel terikat dalam penelitian ini adalah tingkat pendapatan
usaha dimana dalam penelitian ini tingkat pendapatan usaha dilihat
dari pendapatan kotor yang diperoleh pengusaha yaitu segala
pemasukan yang diterima dari hasil usaha yang telah dilakukan
dalam waktu satu bulan sebelum dikurang dengan beban dan biaya
lainnya.
b. Variabel Independen (Independen Variabel)
Variabel bebas dalam penelitian ini adalah:
1) Besar pembiayaan
Besarnya penyediaan dana untuk investasi atau kerjasama
permodalan antara koperasi dengan anggota, calon anggota,
61 Ahmad Tanzeh, Pengantar Metodologi Penelitian, (Yogyakarta: Teras, 2011), h. 99 62 Fred Kerlinger, Foundation Of Berhavioral Research. 1993
38
koperasi lain dan atau anggotanya yang mewajibkan
penerimaan pembiayaan itu untuk melunasi pokok pembiayaan
yang diterima kepada pihak koperasi sesuai akad dengan
pembayaran sejumlah bagian hasil dari pendapatan atau laba
dari kegiatan yang dibiayaai atau penggunaan dana pembiayaan
tersebut.
2) Lama menjadi anggota BMT
Lamanya usia nasabah menjadi anggota BMT At Taqwa dari
mulai pertama kali melakukan pembiayaan atau terdaftar
menjadi anggota sampai dengan Desember 2017.
3) Frekuensi pembiayaan
Frekuensi pembiayaan adalah banyaknya pembiayaan modal
usaha yang dilakukan oleh nasabah BMT At Taqwa selama
nasabah tersebut menjadi anggota. Frekuensi pembiayaan
nasabah dinyatakan dalam satuan berapa kali melakukan
pembiayaan.
4) Modal usaha
Modal adalah sejumlah harga (uang/barang) yang digunakan
untuk menjalankan usaha, modal berupa uang tunai, barang
dagangan, bangunan dan lain sebagainya63. Yang dimaksud
modal usaha disini kemampuan finansial usaha mikro dalam
menjalankan operasional usahanya atau untuk memproduksi
barang dan atau jasa. Satuan untuk mengukur modal usaha
berdasarkan nominal uang dalam rupiah.
5) Lama usaha
Lama usaha adalah lamanya seseorang menekuni usaha yang
dijalankan. Lama usaha juga dapat diartikan sebagai lamanya
waktu yang sudah dijalani pedagang dalam menjalankan usaha.
63 Sadono Sukirno, Pengantar Teori Mikro Ekonomi. (Jakarta: Raja Grafin Persada,2002).
h. 3
39
Lama usaha merupakan lamanya pedagang berkarya pada
usaha perdagangan yang sedang dijalani saat ini.
6) Jam kerja usaha
Jam kerja usaha adalah Jumlah waktu yang digunakan untuk
aktivitas kerja. Aktivitas kerja yang dimaksud adalah kerja
yang menghasilkan uang. Jam kerja juga dapat diartikan
sebagai waktu yang dimanfaatkan seseorang untuk
memproduksi barang atau jasa tertentu.
7) Tingkat pendidikan
Tingkat pendidikan yang dimaksud adalah pendidikan terakhir
yang ditempuh/ditamatkan oleh pedagang, dimana pendidikan
yang dimaksud adalah pendidikan formal. Untuk level tingkat
pendidikannya meliputi; SD, SMP, SMA, Perguruan Tinggi.
D. Populasi dan Sampel
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas
obyek/subyek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang
ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik
kesimpulannya.64 Yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah para
nasabah pembiayaan mudharabah di BMT At Taqwa.
Populasi adalah keseluruhan unit analisis/hasil pengukuran yang
dibatasi oleh suatu kriteria tertentu. Sampel adalah bagian dari jumlah dan
karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut.65 Sampel adalah bagian
dari jumlah dan karakteristik yang di miliki oleh populasi.66 Pendapat lain
menurut Dr. Suharsimi Arikunto yang menjelaskan bahwa “apabila
subjeknya kurang dari 100, maka lebih baik diambil semua, dan jika
jumlah subjeknya lebih besar dapat diambil antara 10% - 15% atau 20% -
64 Sugiyono, Metode Penelitian Bisnis (Bandung: Alfabeta, 2008), h. 55 65 Sugiyono, Metode Penelitian Bisnis, h. 73 66 Sukidin dan mundir, Metode Penelitian Membimbing Mengantar Kesuksesan Anda
dalam Dunia Penelitian, (Surabaya: Insan Cendikia, 2005), h. 198
40
25% atau lebih. Dalam penelitian ini, penulis mengambil 24 % dari jumlah
populasi yang sebanyak 250 nasabah. (250 x 24% = 60).
Dalam penelitian ini yang dijadikan sampel adalah nasabah
pembiayaan di BMT At Taqwa berjumlah 60 orang. Pengambilan sampel
jika subjeknya kurang dari 100 orang sebaiknya diambil semuanya, jika
subjeknya besar atau lebih dari 100 orang dapat diambil 10-15% atau 20-
25% atau lebih. Maka dalam penelitian ini penulis menggunakan seluruh
populasi yang ada bias dijadikan sebagai sampel. Teknik pengambilan
sampel yang digunakan dengan metode probability sampling yaitu suatu
metode pemilihan ukuran sampel dari suatu populasi dimana setiap
anggota populasi mempunyai peluang yang sama dan semua kemungkinan
penggabungannya yang diseleksi sebagai sampel mempunyai peluang
yang sama.67
E. Jenis dan Sumber Data
Untuk mendapatkan data yang diperlukan dalam penulisan ini,
maka teknik pengumpulan data yang digunakan adalah :
a. Arsip Dokumen
Yaitu bahan tertulis yang sudah lama digunakan dalam penelitian
sebagai sumber data karena dalam banyak hal dokumen sebagai
sumber data dimanfaatkan untuk menguji, menafsirkan, bahkan untuk
meramalakan atau bisa juga disebut penelitian yang dilakukan dengan
cara mengumpulkan dan mempelajari data-data atau bahan-bahan dari
berbagai daftar kesusastraan yang ada.68 Dengan cara membaca,
mempelajari, mencatat, dan merangkum teori-teori yang ada kaitannya
dengan masalah pokok pembahasan melalui buku-buku, skripsi
terdahulu, majalah, surat kabar, artikel, buletin, brosur, internet dan
media lainnya yang berhubungan dengan pembahasan penelitian ini.
67 J. Supranto, Statistik Teori Dan Aplikasi (Jakarta: Erlangga, 2000). h. 23 68 Danim, Sudarwan, Menjadi Peneliti Kualitatif, (Bandung : CV. Pustaka Setia, 2002), h.
47
41
b. Metode Angket (Kuesioner)
Metode Kuesioner adalah suatu cara pengumpulan data dengan
memberikan daftar pertanyaan tertulis kepada responden dengan
harapan mereka akan memberikan respon atas daftar pertanyaan
Tersebut.69 Kuesioner disini adalah model tertutup karena jawaban
telah disediakan dan pengukurannya menggunakan skala nominal atau
angka dengan pilihan 1 sampai dengan 5.70
F. Metode Analisis Data
Penelitian ini menggunakan metode data kuantitatif, yaitu dimana
data yang digunakan dalam penelitian berbentuk angka dan penelitian ini
menganalisis bagaimana pengaruh faktor-faktor produksi terhadap tingkat
pendapatan pada nasabah setelah melakukan pembiayaan. Penelitian ini
menggunakan metode analisis regresi linier berganda dengan
menggunakan program komputer (software) SPSS 16.0 dan Microsoft
Excel 2010. Berikut ini adalah metode yang digunakan dalam
menganalisis data pada penelitian ini:
1. Uji Normalitas
Uji normalitas adalah uji yang dilakukan untuk mengecek apakah
data penelitian kita berasal dari populasi yang sebenarnya normal. Uji
ini perlu dilakukan karena semua perhitungan statistik parametrik
memiliki asumsi normalitas sebaran. Disini untuk mendeteksi
normalitas data digunakan Kolmologrov – Smirnov. Uji normalitas
bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel
pengganggu atau residual memiliki distribusi normal, seperti diketahui
bahwa uji t mengasumsikan bahwa nilai residual mengikuti distribusi
normal. Kalau asumsi ini dilanggar maka uji statistik menjadi tidak
69 Husein Umar, Research Methods In Finance and Banking, (Jakarta : Gramedia Pustaka
Utama, 2002), h. 114 70 Sugiono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R & D, (Bandung : Alfabeta,
2008), h. 93
42
valid untuk jumlah sampel kecil. Ada dua cara yang tepat untuk
mendeteksi apakah residual berdistribusi normal atau tidak yaitu dengan
analisis grafik dan uji statistik.71
2. Uji Asumsi Klasik
Uji asumsi klasik adalah persyaratan statistik yang harus dipenuhi
pada analisis regresi linear berganda yang berbasis ordinary least
square (OLS). Jadi analisis regresi yang tidak berdasarkan OLS tidak
memerlukan persyaratan asumsi klasik, misalnya regresi logistik atau
regresi ordinal. Demikian juga tidak semua uji asumsi klasik harus
dilakukan pada analisis regresi linear, misalnya uji multikolinearitas
tidak dilakukan pada analisis regresi linear sederhana dan uji
autokorelasi tidak perlu diterapkan pada data cross sectional. Uji
asumsi klasik juga tidak perlu dilakukan untuk analisis regresi linear
yang bertujuan untuk menghitung nilai pada variabel tertentu.
Uji asumsi klasik yang sering digunakan yaitu uji
multikolinearitas, uji heteroskedastisitas, uji normalitas, dan uji
linearitas. Tidak ada ketentuan yang pasti tentang urutan uji mana dulu
yang harus dipenuhi. Analisis dapat dilakukan tergantung pada data
yang ada. Sebagai contoh, dilakukan analisis terhadap semua uji asumsi
klasik, lalu dilihat mana yang tidak memenuhi persyaratan. Kemudian
dilakukan perbaikan pada uji tersebut, dan setelah memenuhi
persyaratan, dilakukan pengujian pada uji yang lain.
a. Uji Multikolonialitas
Multikolonialitas timbul sebagai akibat adannya hubungan
kausal antara dua variabel bebas atau lebih atau adannya kenyataan
bahwa dua variabel penjelas atau lebih bersama- sama dipengaruhi
oleh variabel ketiga yang berada diluar model. Untuk mendeteksi
adannya Multikolonialitas, Nugroho menyatakan jika nilai Varience
71 Agus Eko Sujianto, Aplikasi Statistik dengan SPSS 16.0 (Jakarta: Prestasi Pustaka
Publiser, 2009), h. 90
43
Inflation Factor (VIF) tidak lebih dari 10 maka model terbebas dari
multikolonialitas.72
b. Uji Heterokedasiitas
Heterokedasitas, pada umumnya sering terjadi pada model-
model yang menggunakan data cross section dari pada time series.
Namun bukan berarti model - model yang menggunakan data time
series bebas dari Heterokidasitas. Sedangkan untuk mendeteksi ada
tidaknya Heterokedasitas pada suatu model dapat dilihat dari pola
gambar Scatterplot model tersebut. Tidak terdapat Heterokisiditas
jika: (1) penyebaran titik-titik data sebaiknya tidak berpola, (2) titik
- titik data menyebar di atas dan di bawah atau sekitar angka 0, dan
(3) titik-titik data tidak mengumpul hanya diatas atau dibawah saja.
3. Regresi Linier Berganda
Setelah data penelitian berupa jawaban responden atas angket yang
dibagikan dikumpulkan, selanjutnya dilakukan analisis data dengan
berpedoman pada analisis regresi sebagi berikut73 :
Y= a + b1 X1 + b2 X2 + b3 X3 + b4 X4 + b5 X5 + b4 X4 + b5 X5 + e
Keterangan:
Y : Tingkat Pendapatan
X1 : Besar Pembiayaan
X2 : Lama Menjadi Anggota BMT
X3 : Frekuensi Pembiayaan
X4 : Modal Awal
X5 : Usia Usaha
X6 : Jam Kerja
X7 : Tingkat Pendidikan
e : Error term
72 Agus Eko Sujianto, Aplikasi Statistik dengan SPSS 16.0, h. 96 73 Agus Eko Sujianto, Aplikasi Statistik dengan SPSS 16.0, h. 58
44
4. Uji Hipotesis
Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh variabel independen
secara sama-sama (Simultan) terhadap variabel dependen digunakan uji
anova atau F- test. Sedangkan pengaruh dari masing- masing variabel
independent secara parsial (individu) diukur dengan menggunakan uji t-
statistik.
a. Uji t
Untuk mengetahui apakah pengaruh variabel bebas yaitu faktor-
faktor yang mempengaruhi pendapatan terhadap variabel terikat
yaitu tingkat pendapatan berpengaruh secara parsial terhadap
pembiayaan
1) Apabila t hitung lebih besar dari t tabel maka masing- masing
variable bebas berpengaruh signifikan terhadap tingkat pendapatan.
2) Apabila t hitung lebih kecil dari t tabel maka masing- masing
variable bebas tidak berpengaruh signifikan terhadap tingkat
pendapatan.
b. Uji F
Untuk mengetahui apakah variabel bebas yaitu faktor-faktor
yang mempengaruhi pendapatan berpengaruh secara simultan
terhadap tingkat pendapatan.
1) Apabila F hitung lebih Kecil dari F tabel maka keputusannya
variabel bebas yaitu faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan
tidak berpengaruh signifikan terhadap tingkat pendapatan.
2) Apabila F hitung lebih besar dari F tabel maka keputusannya
variabel bebas yaitu faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan
berpengaruh signifikan terhadap tingkat pendapatan.
5. Uji Determinasi
Nilai Koefisien determinasi (R Square) digunakan untuk
mengetahui besarnya variasi variabel independen dalam menerangkan
variabel dependen. Nilai koefision determinasi adalah diantara nol dan
45
satu. Jika nilai R2 kecil, berarti kemampuan variabel – variabel
independen dalam menjelaskan variasi variabel dependen amat terbatas.
Namun apabila nilai R2 mendekati satu, berarti variabel-variabel
independen memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan
untuk memprediksi variasi- variabel independen.74
G. Hipotesis
Berdasarkan rumusan masalah yang telah dikemukakan sebelumnya,
maka penulis mengemukakan hipotesis sebagai berikut :
1. Ho: Besar Pembiayaan tidak berpengaruh terhadap tingkat pendapatan
usaha mikro nasabah pembiayaan BMT At Taqwa.
H1: Besar Pembiayaan berpengaruh terhadap tingkat pendapatan usaha
mikro nasabah pembiayaan BMT At Taqwa.
2. Ho: Lama menjadi anggota tidak berpengaruh terhadap tingkat
pendapatan usaha mikro nasabah pembiayaan BMT At Taqwa.
H1: Lama menjadi anggota berpengaruh terhadap tingkat pendapatan
usaha mikro nasabah pembiayaan BMT At Taqwa.
3. Ho: Frekuensi Pembiayaan tidak berpengaruh terhadap tingkat
pendapatan usaha mikro nasabah pembiayaan BMT At Taqwa.
H1: Frekuensi Pembiayaan berpengaruh terhadap tingkat pendapatan
usaha mikro nasabah pembiayaan BMT At Taqwa.
4. Ho: Modal awal tidak berpengaruh terhadap tingkat pendapatan usaha
mikro nasabah pembiayaan BMT At Taqwa.
H1: Modal awal berpengaruh terhadap tingkat pendapatan usaha mikro
nasabah pembiayaan BMT At Taqwa.
5. Ho: Lama Usaha tidak berpengaruh terhadap tingkat pendapatan usaha
mikro nasabah pembiayaan BMT At Taqwa.
H1: Lama Usaha berpengaruh terhadap tingkat pendapatan usaha mikro
nasabah pembiayaan BMT At Taqwa.
74 Yudhi Wicaksono, Aplikasi Excel dalam menganalisis Data, (Jakarta: PT Elex Media
Komputindo, 2006), h. 119-121
46
6. Ho: Jam Kerja tidak berpengaruh terhadap tingkat pendapatan usaha
mikro nasabah pembiayaan BMT At Taqwa.
H1: Jam Kerja berpengaruh terhadap tingkat pendapatan usaha mikro
nasabah pembiayaan BMT At Taqwa.
7. Ho: Tingkat pendidikan tidak berpengaruh terhadap tingkat pendapatan
usaha mikro nasabah pembiayaan BMT At Taqwa.
H1: Tingkat pendidikan berpengaruh terhadap tingkat pendapatan
usaha mikro nasabah pembiayaan BMT At Taqwa.
H. Teknik Penulisan
Adapun teknik penulisan dalam penulisan skripsi ini adalah
menggunakan “Pedoman Penulisan Skripsi Fakultas Syariah dan Hukum
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 2017”
47
BAB IV
ANALISIS DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum BMT At Taqwa
Berawal dari kurang berkembangnya usaha masyarakat yang ada di
sekitar mesjid At Taqwa karena kurangnya modal, hal ini menyebabkan
praktek rentenir tumbuh subur dilingkungan masjid At Taqwa. Praktek
tersebut sangat merugikan para pengusaha kecil karena para rentenir
menetapkan bunga yang sangat tinggi, selain itu tingkat kesenjangan sosial
ekonomi antara si miskin dan si kaya di lingkungan masjid At Taqwa
sangat kental, sehingga menyebabkan si miskin dekat dengan kekufuran.
Di samping itu, praktek kristenisasi di lingkungan ini telah menyebar
cukup luas, salah satu praktek kristenisasi yang dilakukan adalah dengan
pembagian sembako.
Tiga hal diatas lah yang menjadi alasan dan peluang (opportunity)
bagi pengurus Yayasan Taqwa Bhakti untuk mendirikan lembaga
keuangan mikro yang khusus mengelola dana zakat, infaq, maupun
shodaqoh untuk disalurkan kepada pihak yang membutuhkan dengan cara
yang arif dan bijaksana. Atas dasar cita-cita dan komitmen itu, maka
didirikanlah Lembaga Keuangan Mikro Syariah (LKMS) yang diharapkan
menjadi lembaga perjuangan perekonomian umat.
Baitul Maal Wa Tamwil (BMT) At Taqwa resmi didikan pada hari
minggu, tanggal 01 Oktober 1994 dihadiri oleh pejabat pajak, Komisaris
Bank Muamalat Prof. Dr. Amin Aziz, Dewan Syariah Bank Muamalat
Syafi’i Antonio dan keluarga besar masyarakat komplek pajak yang
terletak di lingkungan Komplek Masjid At Taqwa.
Pada tanggal 01 November 2000 BMT At Taqwa resmi berbadan
hukum Koperasi Karyawan Yayasan Taqwa Bhakti (Kop, Taqwa Bhakti),
No.16/PAD/KDK 9.3/XI/2000. Hal ini telah sesuai dengan landasan
hukum yang harus dimiliki oleh suatu usaha dibidang jasa keuangan.
48
Perkembangan BMT At Taqwa dari waktu ke waktu menunjukkan
nilai yang positif. Sumber Daya Manusia (SDM) yang awalnya hanya
berjumlah 4 orang di tahun 1994 kini menjadi 20 orang. Modal awal yang
dimiliki sebesar Rp. 23 Juta meningkat hingga Rp. 250 Juta dengan asset
Rp. 4,5 Milyar. Kepercayaan masyarakat pun semakin meningkat, jumlah
anggota BMT At Taqwa yang terdaftar pada saat ini sekitar 4000 orang.75
B. Profil Responden
Pada penelitian ini yang menjadi responden adalah nasabah
pembiayaan di BMT At Taqwa. Dalam penelitian ini jumlah responden
sebanyak 60 orang. Untuk mengetahui identitas nasabah, berikut ini akan
diuraikan berdasarkan jenis kelamin, usia, status dan jenis usaha yang
dijalankan.
1. Jenis Kelamin
Berdasarkan hasil penelitian dari 60 responden, diperoleh nasabah
yang berjenis kelamin pria berjumlah 45 orang (75%) dan perempuan
berjumlah 15 orang (25%).
Gambar 4.1
Profil Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
75 Dokumentasi BMT At Taqwa
75%
25%
Jenis Kelamin
PRIA WANITA
49
2. Usia
Dilihat dari usia, nasabah yang berada pada rentan umur dibawah
20 tahun 2 orang (3%), 21 – 30 tahun berjumlah 26 orang (43%), 30 –
40 tahun berjumlah 15 orang (25%), 40-50 tahun berjumlah 10 orang
(17%), dan > 50 tahun berjumlah 5 orang (8%).
Gambar 4.2
Profil Responden Berdasarkan Usia
3. Jenis Usaha
Jenis usaha yang dijalankan oleh nasabah yaitu dalam bidang
perdagangan sebanyak 40 orang (66%) dan di bidang jasa sebanyak 20
orang (33%).
Gambar 4.3
Profil Responden Berdasarkan Jenis Usaha
5%
43%
25%
17%
8%
Usia
< 20 tahun
21-30 tahun
31-40 tahun
40-50
> 50 tahun
66%
33%DAGANG
JASA
50
4. Jenis pembiayaan
Jenis pembiayaan yang dilakuan oleh 60 nasabah BMT At Taqwa
adalah sebagai berikut: nasabah pembiayaan murabahah sebanyak 50
orang (68%), nasabah pembiayaan mudharabah 10 orang (16%), dan
nasabah pembiayaan musyarakah sebanyak 10 orang (16%).
Gambar 4.4
Profil Responden Berdasarkan Jenis Pembiayaan
5. Besaran Pembiayaan
Besaran pembiayaan yang dilakukan nasabah BMT At Taqwa
sangat bervariasi, berikut besaran pembiayaan nasabah BMT: ≥ Rp.
5.000.000,00 sebanyak 20 orang (33%), Rp. 5.000.001,00 – Rp.
10.000.000,00 sebanyak 23 orang (38%), Rp. 10.000.001,00 – Rp.
15.000.000,00 sebanyak 6 orang (10%), Rp. 15.000.001,00 – Rp.
20.000.000,00 sebanyak 8 orang (13%), dan ≤ Rp. 20.000.000,00
sebanyak 3 orang (5%).
Gambar 4.5
Profil Responden Berdasarkan Besar Pembiayaan
68%
16%
16%
Jenis Pembiayaan
Murabahah
mudharabah
musyarakah
33%
38%
10%
13%
5% Besar Pembiayaan
> 5.000.000
5.000.001 - 10.000.000
10.000.001 - 15.000.000
15.000.001 - 20.000.000
>20.000.000
51
C. Analisis Perkembangan Pendapatan BMT
Data–data yang dipergunakan dalam analisis ini didapat dari laporan
keuangan bulanan BMT At Taqwa. Berikut ini penulis akan menyajikan
data pendapatan dari hasil pembiayaan selama tiga tahun terakhir dari
tahun 2015 sampai dengan 2017.
Tabel 4.1
Pendapatan Pembiayaan BMT At Taqwa
Periode 2015 – 2017 (Dalam Rupiah)
Bulan 2015 2016 2017
Januari 85.000.000 107.500.000 125.000.000
Februari 73.250.000 97.500.000 82.500.000
Maret 115.500.000 155.000.000 92.500.000
April 64.500.000 75.000.000 110.000.000
Mei 75.600.000 85.000.000 130.000.000
Juni 82.500.000 107.500.000 100.000.000
Juli 73.250.000 95.000.000 152.500.000
Agustus 95.400.000 145.000.000 115.000.000
September 86.500.000 110.000.000 145.000.000
Oktober 76.500.000 102.500.000 152.500.000
November 64.450.000 92.500.000 110.000.000
Desember 105.000.000 17.750.000 100.000.000
Jumlah 998.450.000 1.172.500.000 1.415.000.000
Berdasarkan tabel 4.1 nilai pendapatan pembiayaan secara
keseluruhan pada tahun 2015 sebesar Rp. 998.450.000,-, pada tahun 2016
sebesar Rp. 1.172.500.000,-, dan pada tahun 2017 sebesar Rp.
1.415.000.000,-. Berdasarkan dari jumlah total pendapatan BMT dari
pembiayaan secara keseluruhan pertahunnya dapat disimpulkan bahwa
terjadi peningkatan dalam setiap pembiayaan tiap tahunnya.
D. Analisis Perkembangan Pembiayaan BMT
Berikut ini penulis akan menyajikan data pembiayaan BMT At Taqwa
Kemanggisan selama tiga tahun terakhir dari tahun tahun 2011 sampai
dengan 2013.
52
Tabel 4.2
Perkembangan Pembiayaan BMT At Taqwa
Periode 2015-2017
(Dalam Rupiah)
Bulan 2015 2016 2017
Januari 25.000.000 76.500.000 82.500.000
Februari 17.500.000 58.500.000 55.200.000
Maret 45.820.000 105.540.000 86.530.000
April 117.300.000 45.350.000 107.540.000
Mei 18.250.000 43.500.000 112.500.000
Juni 20.250.000 67.500.000 92.100.000
Juli 116.250.000 72.000.000 123.500.000
Agustus 22.450.000 94.500.000 110.500.000
September 119.450.000 82.350.000 137.500.000
Oktober 118.500.000 87.640.000 168.000.000
November 118.500.000 82.500.000 109.000.000
Desember 139.550.000 108.750.000 153.000.000
Jumlah 878.820.000 924.630.000 1.337.870.000
Berdasarkan tabel 4.2 diatas, dapat dilihat bahwa jumlah
pembiayaan BMT dari pada tahun 2015 sebesar Rp. 878.820.000,-, pada
tahun 2016 pembiayaan BMT sebesar Rp. 924.630.000,-, dan tahun 2017
pembiayaan sebesar Rp. 1.337.870.000,-. Maka dapat ditarik kesimpulan
bahwa terdapat peningkatan pembiayaan BMT yang disalurkan setiap
tahunnya.
E. Analisis Data
1. Uji Asumsi Klasik
a. Uji Normalitas
Uji normalitas data bertujuan untuk menguji apakah dalam model
regresi variabel terikat dan variabel bebas keduanya mempunyai
distribusi normal atau tidak. Adapun uji normalitas sebagai berikut:
53
Gambar 4.6 Grafik P-Plot
Berdasarkan gambar di atas, grafik normal probability plot terlihat
persebaran data mengikuti garis diagonal yang ada. Sehingga dapat
disimpulkan bahwa residual terdistribusi normal. Adapun grafik
histogram dapat dilihat pada gambar berikut:
Gambar 4.7 Grafik Histogram
Dari gambar histogram di atas dapat dilihat bahwa data
berdistribusi normal yaitu dari simetrisnya bentuk histogram tidak
54
lebih condong ke salah satu sisi. Sehingga dapat disimpulkan bahwa
residual terdistribusi normal.
b. Uji Multikolonialitas
Uji multikolinieritas bertujuan untuk menguji apakah model regresi
ditemukan adanya korelasi antar variabel independen. Model regresi
yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi antar variabel independen.
Multikolonieritas dapat dilihat dari (1) nilai tolerance dan lawannya
(2) Variance Inflation Factor (VIF). Suatu model regresi dapat
dikatakan bebas multikolinearitas jika nilai TOL ≥ 0,1 atau jika
memiliki nilai VIF ≤ 10.
Tabel 4.3 Uji Multikolinieritas
Model
Collinearity Statistics
Tolerance VIF
1 (Constant)
Besar Pembiayaan .480 2.083
Lama Anggota .127 7.850
Frekuensi Pembiayaan .265 3.769
Modal Awal .329 3.039
Lama Usaha .737 1.356
Jam Kerja .156 6.406
Pendidikan .654 1.530
a. Dependent Variable: Pendapatan
Dari tabel 4.3 diatas dapat dilihat bahwa setiap variabel independen
memiliki nilai TOL ≥ 0,1 dan masing masing variabel tersebut juga
memiliki nilai VIF ≤ 10. Jadi dapat dipastikan bahwa penelitian ini
terbebas dari masalah multikolinearitas.
55
c. Uji Heterokedasitas
Uji Heterokedastisitas bertujuan menguji apakah dalam model
regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke
pengamatan lain. Model regresi yang baik adalah yang tidak terjadi
heterokedasitas. Pengujian untuk melihat ada atau tidaknya
heterokedastisitas dapat dilakukan dengan melihat scatterplot antara
nilai prediksi variabel terikat (ZPRED) dengan residual (SRESID).
Hasil pengujian heterokedastisitas yang dilakukan terhadap penelitian
ini dapat dilihat pada gambar 4.3 berikut ini:
Gambar 4.8 Scatterplot
2. Regresi Linier Berganda
Model regresi linier berganda (multiple linear regression model)
digunakan untuk mengkaji hubungan atau pengaruh antara dua variabel
atau lebih, dalam penelitian ini yaitu variabel independent dengan variable
dependent. Berdasarkan perhitungan statistik menggunakan program SPSS
56
16 diperoleh hasil estimasi model regresi linear berganda yang dapat
dilihat pada Tabel yaitu:
Tabel 4.4 Hasil Koefisiensi Regresi
Model
Unstandardized Coefficients
B Std. Error
1 (Constant) -.988 .168
Besar Pembiayaan .092 .045
Lama Anggota .638 .069
Frekuensi Pembiayaan .149 .049
Modal Awal .146 .037
Lama Usaha .091 .057
Jam Kerja .317 .056
Pendidikan .137 .049
a. Dependent Variable: Pendapatan
Tabel 4.4 menginformasikan model persamaan regresi yang
diperoleh dari koefisien konstanta dan koefisien variabel. Berdasarkan
Tabel 4.4 tersebut diperoleh model persamaan regresi:
Y = -0.988 + 0.092X1 + 0.638X2 + 0.149X3 + 0.146X4 + 0.091X5 +
0.317X6 + 0.137X7............(8)
Keterangan:
Y : Tingkat pendapatan
X1 : Besar pembiayaan
X2 : Lama menjadi anggota BMT
X3 : Frekuensi pembiayaan
X4 : Modal awal
X5 : Usia usaha
X6 : Jam kerja
X7 : Pendidikan
e : Error term
57
Dari persamaan tersebut dapat dijelaskan bahwa besar pembiayaan
berpengaruh positif terhadap tingkat pendapatan dengan nilai koefisien
0.092 maka setiap terjadi satu penambahan besar pembiayaan akan
meningkatkan tingkat pendapatan sebesar 0.092. Pengaruh positif tersebut
dapat diartikan semakin tinggi besar pembiayaan maka semakin tinggi
jumlah pendapatan yang terjadi.
Lama menjadi anggota BMT mempunyai pengaruh positif terhadap
tingkat pendapatan dengan nilai koefisien 0.638 maka setiap terjadi
penambahan satu lama menjadi anggota BMT akan meningkatkan tingkat
pendapatan sebesar 0.638. Pengaruh positif tersebut dapat diartikan
semakin lama nasabah menjadi anggota BMT maka semakin tinggi jumlah
pendapatan yang diperoleh.
Frekuensi pembiayaan memiliki pengaruh positif terhadap tingkat
pendapatan dengan nilai koefisien 0.149 maka setiap terjadi penambahan
satu frekuensi pembiayaan maka akan meningkatkan pendapatan usaha
sebesar 0.149. Pengaruh positif berdasarkan persamaan tersebut dapat
diartikan bahwa semakin banyak pembiayaan yang dilakukan nasabah
maka semakin tinggi jumlah pendapatan usaha.
Selanjutnya modal awal memiliki pengaruh positif terhadap tingkat
pendapatan dengan nilai koefisien 0,146 maka setiap terjadi penambahan
satu modal awal akan meningkatkan pendapatan usaha sebesar 0,146.
Pengaruh positif tersebut dapat diartikan semakin besar modal awal maka
semakin besar jumlah pendapatan yang diperoleh.
Sedangkan untuk lama usaha memiliki pengaruh positif terhadap
terjadinya tingkat pendapatan dengan nilai koefisien 0.091 maka setiap
terjadi penambahan satu lama usaha akan meningkatkan pendapatan usaha
sebesar 0.091. Pengaruh positif berdasarkan tabel tersebut dapat diartikan
bahwa semakin lama usaha yang dijalankan maka semakin besar
pendapatan yang diperoleh.
58
Selanjutnya untuk jam kerja diketahui memiliki pengaruh yang positif
terhadap tingat pendidikan dengan nilai koefisien 0,317 maka setiap terjadi
penambahan satu jam kerja maka akan meningkatkan pendapatan usaha
sebesar 0,317. Pengaruh positif berdasarkan tabel tersebut dapat diartikan
bahwa bertambahnya jam usaha maka akan meningatkan besar pendapatan
yang diperoleh.
Selanjutnya tingkat pendidikan diketahui memiliki pengaruh yang
positif terhadap tingat pendidikan dengan nilai koefisien 0,137 maka
semakin tinggi satu tingkat pendidikan akan meningkatkan pendapatan
usaha sebesar 0,137. Pengaruh positif berdasarkan tabel tersebut dapat
diartikan bahwa tingkat pendidikan berpengaruh terhadap peningatkatan
pendapatan usaha yang diperoleh.
3. Uji Hipotesis
a. Uji Koefisien Determinasi
Koefisien determinasi (R Square) dilakukan untuk mengukur
seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel
dependen. Koefisien determinasi (R Square) dalam penelitian ini
berfungsi untuk mengetahui besarnya persentase dari variabel
dependen (Tingkat Pendapatan) yang dapat diprediksi dengan variabel
independen (Besar Pembiayaan, Lama Menjadi Anggota BMT,
Frekuensi Pembiayaan, Modal Awal, Jam Kerja, Lama Usaha, dan
Tingkat Pendidikan). Besarnya koefisien determinasi (R Square) dapat
dilihat pada Tabel 2, yaitu:
Tabel 4.5 Koefisien Determinasi
Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate
1 .991a .983 .981 .20479
a. Predictors: (Constant), Pendidikan, Lama Usaha, Besar Pembiayaan, Frekuensi
Pembiayaan, Modal Awal, Jam Kerja, Lama Anggota. b. Tingkat Pendapatan.
59
Berdasarkan Tabel 4.5 tersebut, nilai R Square sebesar 0,991
artinya kemampuan variabel Besar Pembiayaan, Lama Menjadi
Anggota BMT, Frekuensi Pembiayaan, Modal Awal, Jam Kerja, Lama
Usaha, dan Tingkat Pendidikan dalam ketepatan memprediksi variasi
variabel Tingkat Pendapatan sebesar 99.1%, sedangkan sisanya
dipengaruhi oleh variabel lain. Variabel lain yang tidak diteliti yang
mampu mempengaruhi Tingkat Pendidikan seperti lokasi usaha,
kemampuan manajerial yang baik, dan promosi.
b. Pengujian Secara Simultan (Uji F)
Uji statistik F digunakan untuk melihat seberapa baik data sampel
suatu penelitian fit dengan model regresi yang diajukan didalam
penelitian. Uji statistik F pada penelitian ini yaitu untuk melihat
pengaruh variabel independen (Besar Pembiayaan, Lama Menjadi
Anggota BMT, Frekuensi Pembiayaan, Modal Awal, Jam Kerja, Lama
Usaha, dan Tingkat Pendidikan) terhadap variabel dependen (Tingkat
Pendapatan) pada BMT At Taqwa secara simultan. Setelah dilakukan
penganalisaan dengan SPSS 16 maka diperoleh hasil uji F yang dapat
dilihat pada Tabel 3, yaitu:
Tabel 4.6 Hasil Uji F
ANOVAb
Model
Sum of
Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression 124.753 7 17.822 424.956 .000a
Residual 2.181 52 .042
Total 126.933 59
a. Predictors: (Constant), Pendidikan, Lama Usaha, Besar Pembiayaan, Frekuensi
Pembiayaan, Modal Awal, Jam Kerja, Lama Anggota
b. Dependent Variable: Pendapatan
60
Berdasarkan Tabel 4.6 tersebut, dapat dilihat bahwa signifikan
pada 0,000 yaitu ≤ 0,05, dengan kata lain mampu menolak H0, artinya
bahwa semua variabel independen : Besar Pembiayaan, Lama Menjadi
Anggota BMT, Frekuensi Pembiayaan, Modal Awal, Jam Kerja, Lama
Usaha, dan Tingkat Pendidikan secara serentak mempengaruhi
Tingkat Pendapatan. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa data
sampel suatu penelitian telah fit dengan model regresi yang diajukan,
sehingga model regresi dapat dikatakan baik.
c. Uji Signifikansi Parsial (Uji-t)
Uji parsial ini untuk mengetahui seberapa besar pengaruh masing-
masing variabel independen terhadap variabel dependen, seberapa
jauh pengaruh satu variabel independen atau variabel penjelas secara
individual mampu menerangkan variabel dependennya. Untuk melihat
pengaruh Besar Pembiayaan, Lama Menjadi Anggota BMT, Frekuensi
Pembiayaan, Modal Awal, Jam Kerja, Lama Usaha, dan Tingkat
Pendidikan terhadap Tingkat Pendapatan dapat lihat pada Tabel
berikut ini :
Tabel 4.7 Uji -t
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig. B Std. Error Beta
1 (Constant) -.988 .168
-5.896 .000
Besar Pembiayaan .092 .045 .054 2.055 .045
Lama Anggota .638 .069 .469 9.209 .000
Frekuensi Pembiayaan .149 .049 .107 3.036 .004
Modal Awal .146 .037 .125 3.953 .000
Lama Usaha .091 .057 .034 1.604 .115
Jam Kerja .317 .056 .262 5.701 .000
Pendidikan .137 .049 .063 2.805 .007
a. Dependent Variable: Pendapatan
61
1) Pengaruh Besar Pembiayaan Terhadap Tingkat Pendapatan
Berdasarkan dari tabel diatas diperoleh nilai t hitung variabel
Besar Pembiayaan sebesar 1,891 dengan nilai signifikansi sebesar
0,045 < 0.05 artinya signifikan. Karena nilai t hitung (2,055) lebih
besar dari t tabel (1,674), dapat disimpulkan bahwa Besar Pembiayaan
secara parsial memiliki pengaruh yang signifikan terhadap Tingkat
Pendapatan.
2) Pengaruh Lama Anggota Terhadap Tingkat Pendapatan
Berdasarkan dari tabel diatas diperoleh nilai t hitung variabel
Lama Anggota sebesar 1,670 dengan nilai signifikansi sebesar 0,000 <
0.05 artinya signifikan. Karena nilai t hitung (9,209) lebih besar dari t
tabel (1,674), dapat disimpulkan bahwa Lama Anggota secara parsial
memiliki pengaruh yang signifikan terhadap Tingkat Pendapatan.
3) Pengaruh Frekuensi Pembiayaan Terhadap Tingkat Pendapatan
Berdasarkan dari tabel diatas diperoleh nilai t hitung variabel
Frekuensi Pembiayaan sebesar 3,036 dengan nilai signifikansi sebesar
0.004 < 0.05 artinya signifikan. Karena nilai t hitung (3,036) lebih
besar dari t tabel (1,674), dapat disimpulkan bahwa Frekuensi
Pembiayaan memiliki pengaruh yang signifikan terhadap Tingkat
Pendapatan.
4) Pengaruh Modal Awal Terhadap Tingkat Pendapatan
Berdasarkan dari tabel diatas diperoleh nilai t hitung variabel
Modal Awal sebesar 3,953 dengan nilai signifikansi sebesar 0,000 <
0.05 artinya signifikan. Karena nilai t hitung (3,953) lebih besar dari t
tabel (1,674), dapat disimpulkan bahwa Modal Awal secara parsial
memiliki pengaruh yang signifikan terhadap Tingkat Pendapatan.
5) Pengaruh lama Usaha Terhadap Tingkat Pendapatan
Berdasarkan dari tabel diatas diperoleh nilai t hitung variabel Jam
Kerja sebesar 1,604 dengan nilai signifikansi sebesar 0,115 > 0.05
artinya tidak signifikan. Karena nilai t hitung (1,604) lebih kecil dari t
62
tabel (1,674), dapat disimpulkan bahwa Jam Kerja secara parsial
memiliki pengaruh yang tidak signifikan terhadap Tingkat
Pendapatan.
6) Pengaruh Jam Kerja Terhadap Tingkat Pendapatan
Berdasarkan dari tabel diatas diperoleh nilai t hitung variabel
Lama Usaha sebesar 5,701 dengan nilai signifikansi sebesar 0.000 <
0.05 artinya signifikan. Karena nilai t hitung (5,701) lebih besar dari t
tabel (1,674), dapat disimpulkan bahwa Lama Usaha memiliki
pengaruh yang signifikan terhadap Tingkat Pendapatan.
7) Pengaruh Tingkat Pendidikan Terhadap Tingkat Pendapatan
Berdasarkan dari tabel diatas diperoleh nilai t hitung variabel
Tingkat Pendidikan sebesar 2,805 dengan nilai signifikansi sebesar
0.007 < 0.05 artinya signifikan. Karena nilai t hitung (2,805) lebih
besar dari t tabel (1,674), dapat disimpulkan bahwa Tingkat
Pendidikan memiliki pengaruh yang signifikan terhadap Tinkat
Pendapatan.
Dapat disimpulkan bahwa dari ketujuh variable bebas tersebut
yaitu besarnya pembiayaan, lama menjadi anggota BMT, frekuensi
pembiayaan, modal awal, lama usaha, jam kerja dan tingkat
pendidikan, terdapat enam variable yang berpengaruh secara
signifikan terhadap tingkat pendapatan usaha yaitu besarnya
pembiayaan, lama menjadi anggota BMT, frekuensi pembiayaan,
modal awal, lama usia usaha dan pendidikan.
F. Pembahasan Hasil Penelitian
1. Besar Pembiayaan
Hasil penelitian ini menunjukan bahwa besar pembiayaan yang
dilakukan oleh nasabah berpengaruh positif terhadap peningkatan
pendapatan artinya semakin besar jumlah pembiayaan maka semakin
besar pendapatan yang diperoleh hal tersebut dapat dilihat dari nilai
koefesien regresi sebesar 0,092. Besar pembiayaan juga berpengaruh
63
secara simultan yang dapat dilihat dari uji f dengan nilai signifikansi
0,000 < 0,05. Besar pembiayaan juga berpengaruh signifikan secara
parsial terhadap penambahan jumlah pendapatan artinya besar
pembiayaan mempunyai pengaruh yang signifikan terhapat
peningkatan pendapatan usaha, hal ini dapat dilihat dari nilai
signifikansi sebesar 0,045 < 0.05 dan nilai t hitung (2,055) lebih besar
dari t tabel (1,674).
Besaran pembiayaan yang dilakukan oleh nasabah BMT At Taqwa
sangat bervariasi mulai dari Rp. 5.000.000,00 sampai dengan lebih dari
Rp. 50.000.000,00. Semakin besar jumlah pembiayaan yang diambil
oleh nasabah maka akan meningkatkan pendapatan, hal tersebut
dikarenakan dengan adanya pembiayaan seorang pengusaha dapat
mengembangkan usahanya, seperti menambah peralatan, membuka
outlet baru, membuat promosi dan menambah tenaga kerja. Jadi
dengan berkembangnya usaha maka pendapatan pun akan meningkat.
2. Lama Menjadi Anggota BMT
Hasil penelitian ini menunjukan bahwa lamanya menjadi anggota
BMT berpengaruh positif terhadap pendapatan usaha artinya semakin
lama nasabah menjadi anggota BMT maka semakin besar pendapatan
yang diperoleh hal tersebut dapat dilihat dari nilai koefesien regresi
sebesar 0,638. Lamanya menjadi anggota BMT juga berpengaruh
secara simultan yang dapat dilihat dari uji f dengan nilai signifikansi
0,000 < 0,05. Lamanya menjadi anggota BMT juga berpengaruh
signifikan secara parsial terhadap penambahan jumlah pendapatan
artinya lamanya menjadi anggota BMT mempunyai pengaruh yang
signifikan terhapat peningkatan pendapatan usaha, hal ini dapat dilihat
dari nilai signifikansi sebesar 0,000 < 0.05 dan nilai t hitung (9,209)
lebih besar dari t tabel (1,674).
Lama menjadi anggota berpengaruh terhadap tingkat pendapatan
hal tersebut dikarenakan semakin lama nasabah menjadi anggota BMT
maka akan semakin banyak pembiayaan yang dilakukan sehingga
64
dengan pembiayaan tersebut nasabah dapat mengembangkan usahanya.
Dengan demikian pendapatan yang diperoleh pun akan meningkat.
3. Frekuensi Pembiayaan
Hasil penelitian ini menunjukan bahwa banyaknya pembiayaan
yang dilakukan berpengaruh positif terhadap pendapatan usaha artinya
semakin banyak nasabah melakukan pembiayaan maka semakin besar
pendapatan yang diperoleh hal tersebut dapat dilihat dari nilai
koefesien regresi sebesar 0,149. Banyaknya pembiayaan juga
berpengaruh secara simultan yang dapat dilihat dari uji f dengan nilai
signifikansi 0,000 < 0,05. Banyaknya pembiayaan juga berpengaruh
signifikan secara parsial terhadap penambahan jumlah pendapatan
artinya banyaknya pembiayaan mempunyai pengaruh yang signifikan
terhapat peningkatan pendapatan usaha, hal ini dapat dilihat dari nilai
signifikansi sebesar 0,004 < 0.05 dan nilai t hitung (3,036) lebih besar
dari t tabel (1,674).
Banyaknya pembiayaan yang dilakukan oleh nasabah selaku
pengusaha akan meningkatkan pendapatan usahanya, hal tersebut
dikarenakan dengan banyaknya pembiayaan yang dilakukan seorang
pengusaha akan mendapatkan dana untuk mengembangkan usaha. Jadi,
semakin banyak frekuensi pembiayaan, seorang pengusaha dapat terus
meningkatkan usahanya, dengan demikian usahanya semakin
berkembang dan pendapatan usahanya pun akan meningkat.
4. Modal Awal
Hasil penelitian ini menunjukan bahwa modal awal yang dilakukan
berpengaruh positif terhadap pendapatan usaha artinya semakin besar
modal awal maka semakin besar pendapatan yang diperoleh hal
tersebut dapat dilihat dari nilai koefesien regresi sebesar 0,146. Modal
awal juga berpengaruh secara simultan yang dapat dilihat dari uji f
dengan nilai signifikansi 0,000 < 0,05. Modal awal secara parsial juga
berpengaruh signifikan terhadap penambahan jumlah pendapatan
artinya besarnya modal awal mempunyai pengaruh yang signifikan
65
terhapat pendapatan usaha, hal ini dapat dilihat dari nilai signifikansi
sebesar 0,000 < 0.05 dan nilai t hitung (3,953) lebih besar dari t tabel
(1,674).
Modal sangat penting dalam memulai suatu usaha, besar kecilnya
sebuah usaha sangat bergantung dari seberapa besar modal awal usaha.
Oleh karena itu modal awal berpengaruh terhadap tingkat pendapatan
dikarenakan semakin besar modal awal maka jenis usaha yang dibuat
dapat lebih besar, sehingga dengan usaha yang besar maka besar pula
pendapatan yang akan diperoleh.
5. Lama Usaha
Hasil penelitian ini menunjukan bahwa lama usaha yang dilakukan
berpengaruh positif terhadap pendapatan usaha artinya semakin lama
usia usaha yang dijalankan maka semakin besar pendapatan yang
diperoleh hal tersebut dapat dilihat dari nilai koefesien regresi sebesar
0,091. Lama usaha juga berpengaruh secara simultan terhadap tingkat
pendapatan, hal tersebut dapat dilihat dari uji f dengan nilai
signifikansi 0,000 < 0,05. Namun, lama usaha secara parsial
berpengaruh tidak signifikan terhadap tingkat pendapatan artinya
lamanya usaha mempunyai pengaruh yang tidak signifikan terhapat
pendapatan usaha, hal ini dapat dilihat dari nilai signifikansi sebesar
0,115 > 0.05 dan nilai t hitung (1,604) lebih kecil dari t tabel (1,674).
Lama usaha yang dijalankan oleh nasabah BMT At Taqwa selaku
pengusaha tidak berpengaruh secara signifikan terhadap tingkat
pendapatan meskipun ada pengaruh positif terhadap tingkat
pendapatan. Hal tersebut dikarenakan adanya faktor lain yang lebih
dominan dari pada lamanya sebuah usaha seperti besarnya
pembiayaan, modal awal, dan pendidikan. Dengan pembiayaan dan
modal yang besar maka pengusaha tidak perlu menunggu lama dalam
mengembangkan usaha dan meningkatkan pendapatan.
66
6. Jam Kerja
Hasil penelitian ini menunjukan bahwa jam kerja berpengaruh
positif terhadap pendapatan usaha artinya semakin lama jam kerja
sebuah usaha maka semakin besar pendapatan yang diperoleh, hal
tersebut dapat dilihat dari nilai koefesien regresi sebesar 0,317. Jam
kerja juga berpengaruh secara simultan terhadap tingkat pendapatan,
hal tersebut dapat dilihat dari uji f dengan nilai signifikansi 0,000 <
0,05. Jam kerja juga berpengaruh signifikan secara parsial terhadap
tingkat pendapatan artinya jam kerja mempunyai pengaruh yang
signifikan terhapat pendapatan usaha, hal ini dapat dilihat dari nilai
signifikansi sebesar 0,000 < 0.05 dan nilai t hitung (5,701) lebih besar
dari t tabel (1,674).
Para pengusaha nasabah pembiayaan dalam menjalankan usahanya
memiliki jam kerja yang berbeda-beda dikarenakan jenis usaha yang
dijalankan pun bervariasi. Semakin lama jam kerja maka akan
meningkatkan pendapatan, hal tersebut dikarenakan pengusaha yang
jam kerjanya lebih lama maka akan mendapatkan pembeli yang cukup
banyak dari pada pengusaha yang memiliki jam kerja lebih pendek.
7. Tingkat Pendidikan
Hasil penelitian ini menunjukan bahwa tingkat pendidikan
berpengaruh positif terhadap pendapatan usaha artinya semakin tinggi
tingkat pendidikan maka semakin besar pendapatan yang diperoleh hal
tersebut dapat dilihat dari nilai koefesien regresi sebesar 0,137. Tingkat
pendidikan juga berpengaruh secara simultan terhadap tingkat
pendapatan, hal tersebut dapat dilihat dari uji f dengan nilai
signifikansi 0,000 < 0,05. Tingkat pendidikan juga berpengaruh
signifikan secara parsial terhadap tingkat pendapatan artinya tingkat
pendidikan mempunyai pengaruh yang signifikan terhapat pendapatan
usaha, hal ini dapat dilihat dari nilai signifikansi sebesar 0,007 < 0.05
dan nilai t hitung (2,805) lebih besar dari t tabel (1,674).
67
Nasabah pembiayaan BMT At Taqwa memiliki tingkat pendidikan
yang bervariasi dari tingkat dasar sampai dengan sarjana. Sehingga
ilmu yang dimiliki nasabah pun berbeda-beda khususnya dalam
menjalankan usaha. Jadi, semakin tinggi pendidikan akan berpengaruh
terhadap tingkat pendapatan, hal tersebut dikarenakan dengan
pendidikan maka nasabah lebih memilki ilmu tentang menjalankan
usaha dan mampu mengelola usahanya jauh lebih baik sehingga
pendapatan yang diperoleh akan semakin besar.
Dari pemaparan diatas maka faktor-faktor yang paling berpengaruh
terhadap tingkat pendapatan usaha mikro pada nasabah pembiayaan BMT
At Taqwa adalah lama menjadi anggota dengan nilai signifikansi 0,000 <
0.05 dan nilai t hitung 9,209 > t tabel 1,674. Hal tersebut dikarenakan
dengan lamanya pengusaha menjadi nasabah pembiayaan maka akan
meningkatkan kepercayaan pihak BMT kepada nasabah tersebut sehingga
nasabah semakin mudah melakukan pembiayaan. Dengan adanya
pembiayaan tersebut maka nasabah selaku pengusaha mikro dapat
mengembangkan usahanya dan meningkatkan pendapatan.
Hasil penelitian ini juga menguatkan penelitian terdahulu dari
Rosetyadi Artistyan Firdausa, Fitrie Arianti (2013) yang menyatakan
bahwa variabel modal usaha, lama usaha dan jam kerja berpengaruh secara
signifikan terhadap jumlah pendapatan pedagang kios Bintoro Demak,
penelitian dari Deny Anggara Lugianto (2015) juga menunjukkan
pengaruh baik secara simultan maupun secara parsial antara tingkat
pendidikan, tingkat pengalaman kerja, jumlah waktu, modal dan lokasi
terhadap pendapatan pedagang kaki lima di wilayah Tegalboto Sumbersari
Kabupaten Jember dan penelitian dari Muhammad Fajar (2017) yang
menjelaskan bahwa frekuensi pembiayaan, pendidikan dan status usaha
adalah variabel yang berpengaruh positif dan signifikan terhadap omset
usaha.
68
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan dari analisis faktor-faktor yang
mempengaruhi tingkat pendapatan nasabah pembiayaan BMT At Taqwa
tahun 2017, dengan variabel bebas berupa besar pembiayaan, lama menjadi
anggota BMT, frekuensi atau banyaknya pembiayaan, modal awal, lama
usaha, jam kerja, dan tingkat pendidikan maka dapat ditarik kesimpulan
dengan menjawab dari rumusan masalah yang telah ditentukan sebelunya:
1. Faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat pendapatan usaha mikro yaitu
besar pembiayaan, lama menjadi anggota BMT, frekuensi atau banyaknya
pembiayaan, modal awal, lama usaha, jam kerja, dan tingkat pendidikan
berpengaruh secara menyeluruh (simultan) terhadap tingkat pendapatan
usaha mikro nasabah pembiayaan BMT At Taqwa dengan nilai koefesien
determinasi dalam ketepatan memprediksi pengaruh terhadap variabel
dependent tingkat pendapatan usaha sebesar 99.1%. Faktor-faktor tersebut
juga berpengaruh positif dan signifikan secara parsial terhadap tingkat
pendapatan usaha pada nasabah pembiayaan, dapat dilihat dari uraian
sebagai berikut:
a. Besarnya pembiayaan berpengaruh positif terhadap tingkat
pendapatan, besar pembiayaan juga berpengaruh signifikan secara
parsial terhadap tingkat pendapatan usaha (sig. 0,045 < 0.05 dan nilai t
hitung 2,055 > t tabel 1,674).
b. Lama menjadi anggota BMT berpengaruh positif terhadap tingkat
pendapatan, lamanya nasabah menjadi anggota juga berpengaruh
signifikan secara parsial terhadap tingkat pendapatan usaha (sig. 0,000
< 0.05 dan nilai t hitung 9,209 > t tabel 1,674).
c. Frekuensi atau banyaknya pembiayaan berpengaruh positif terhadap
tingkat pendapatan. Frekuensi pembiayaan juga berpengaruh signifikan
69
secara parsial terhadap tingkat pendapatan usaha (sig. 0,004 < 0.05 dan
nilai t hitung 3,036 > t tabel 1,674).
d. Modal awal berpengaruh positif terhadap tingkat pendapatan. Modal
awal juga berpengaruh signifikan secara parsial terhadap tingkat
pendapatan usaha (sig. 0,000 < 0.05 dan nilai t hitung 3,953 > t tabel
1,674).
e. Lama usaha berpengaruh positif terhadap tingkat pendapatan. Namun
lama usaha secaraparsial tidak berpengaruh signifikan terhadap tingkat
pendapatan usaha (sig. 0,115 > 0.05 dan nilai t hitung 1,604 < t tabel
1,674).
f. Jam kerja berpengaruh positif terhadap tingkat pendapatan. Jam kerja
juga berpengaruh signifikan secara parsial terhadap tingkat pendapatan
usaha (sig. 0,000 < 0.05 dan nilai t hitung 5,701 > t tabel 1,674).
g. Tingkat pendidikan berpengaruh positif terhadap tingkat pendapatan.
Jam kerja juga berpengaruh signifikan secara parsial terhadap tingkat
pendapatan usaha (sig. 0,007 < 0.05 dan nilai t hitung 2,805 > t tabel
1,674).
2. Faktor-faktor yang paling berpengaruh terhadap tingkat pendapatan usaha
mikro pada nasabah pembiayaan BMT At Taqwa adalah lama menjadi
anggota dengan nilai signifikansi 0,000 < 0.05 dan nilai t hitung 9,209 > t
tabel 1,674. Hal tersebut dikarenakan dengan lamanya pengusaha menjadi
nasabah pembiayaan maka akan semakin banyak nasabah tersebut
melakukan pembiayaan. Dengan adanya pembiayaan tersebut maka
nasabah selaku pengusaha mikro dapat mengembangkan usahanya dan
meningkatkan pendapatan.
70
B. Saran
1. Bagi BMT At Taqwa Kemanggisan diharapkan dapat meningkatkan dan
memberdayakan masyarakat dan anggotanya, yang sesuai dengan tujuan
dari lembaga tersebut yaitu sebagai lembaga yang bergerak dibidang
penghimpunan dan penyaluran dana dalam permasalahan perekonomian
masyarakat dalam mengembangkan usahanya terutama para pedagang
kecil ke bawah agar menjadi lebih baik dari sebelumnya, baik dari segi
usahanya maupun segi pemahaman pola ekonomi syariah.
2. Dari pihak BMT juga diharapkan dapat melengkapi pelayanan-pelayanan
yang dibutuhkan oleh masyarakat yang ada kaitannya dengan masalah
simpan pinjam syariah sesuai dengan perkembangan zaman. Selain itu,
idealisme produk-produk pada BMT yang berdasarkan operasional
Syari’at Islam harus terus dipertahankan dalam Lembaga Keuangan
Syariah, karena hal tersebut yang membedakannya dengan Lembaga
Keuangan Konvensional.
3. Pembahasan mengenai pembiayaan dalam mensejahterakan masyarakat
dalam skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, sehingga penyusun
mengharapkan kekurangan-kekurangan tersebut dapat digunakan sebagai
kajian-kajian untuk peneliti berikutnya dan dapat melengkapi kekurangan
yang berkaitan dengan lembaga keuangan syariah.
4. Pihak pemerintah maupun BMT memberikan pelatihan, pembinaan dan
penyuluhan secara intensif agar pedagang mampu dalam memulai usaha
dan mengembangkan usahanya. Dengan banyaknya pengusaha maka
akan mengurangi pengangguran dikalangan masyarakat.
71
DAFTAR PUSTAKA
Agnes Sawir, 2005. Analisis Kinerja Keuangan dan Perencanaan
Keuangan Perusahaan, Cetakan Kelima, Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
Agus Eko Sujianto, Aplikasi Statistik dengan SPSS 16.0 Jakarta: Prestasi
Pustaka Publiser, 2009
Ahmad Sumiyanto, BMT Menuju Koperasi Modern, Yogyakarta:
PT ISES Consulting Indonesia, 2008.
Ahmad Tanzeh, Pengantar Metodologi Penelitian, Yogyakarta: Teras,
2011.
Al.haryono, jusup. Dasar-Dasar Akuntansi Edisi 6, Yogyakarta:
Universitas gajahmada, 2003.
Antonio MS. 2001. Bank Syariah dari Teori ke Praktik. Jakarta
(ID): Gema Insani.
Danim, Sudarwan, Menjadi Peneliti Kualitatif, Bandung : CV. Pustaka
Setia, 2002.
Djumransjah, H.M. (2004). Pengantar Filsafat Pendidikan. Malang:
Bayumedia Publishing.
Gita Danupranata, Ekonomi Islam, Yogyakarta: UPFE-UMY, 2006.
Istijanto, Aplikasi riset Pemasaran, Jakarta : PT Gramedia, 2005.
J. Supranto, Statistik Teori Dan Aplikasi, Jakarta: Erlangga, 2000.
Huda AM. 2010. Dampak Pemberian Kredit Program CSR
Terhadap Peningkatan Pendapatan UMKM di Kabupaten Garut Provinsi
Jawa Barat. [Skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. 2011.
Jaya, A. H. M. (2011). Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pendapatan
Pedagang Kaki Lima Di Sekitar Pantai Losari Kota Makassar. Skripsi. Makassar:
Jurusan Ilmu Ekonomi Feb Unhas.
Kasmir, 2003. bank dan lembaga keuangan lainnya, edisi keenam,
Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Kasmir, 2006. Kewirausahaan. Jakarta. Penerbit Raja Grafindo Persada.
Kementerian Koperasi dan UKM. 2012. Perkembangan Data Usaha
72
Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM), dan Usaha Besar (UB) Tahun 2011-
2012. [internet]. Tersedia pada: http://www.depkop.go.id.
Lasmiatun, Perbankan Syariah, Semarang: LPSDM. RA Kartini, 2010.
M. Amir, Taufiq, Dinamika Pemsaran Jelajahi&Rasakan!, Jakarta:
PT Raja Grafindo Persada, 2005.
Makhalul Ilmi, Teori dan Praktek Mikro Keuangan Syariah,
Yogyakarta: UII Press, 2002.
Muhammad, Lembaga-lembaga Keuangan Umat Kontemporer,
Yogyakarta: UII Press, 2000.
Muhammad Fajar, 2017. Analisis Faktor-faktor yang mempengaruhi
Omset UMKM Nasabah Pembiayaan BMT X Kota Binjay. (Skripsi). Bogor (ID):
Institut Pertanian Bogor.
Muhammad Rawas Qal’aji, Mu’jam Lighat al-Fuqaha, Beirut: Darun-nafs,
1985.
Nama, Artawa. 2012, Pasar Seni Sukawati Orientasi Sekolah Tinggi
Pariwisata Nusa Dua, Dinas Pendapatan Kabupaten Gianyar.
Nuruddarajat A. 2013. Pengaruh Pembiayaan Koperasi Baytul Ikhtiar
Terhadap Perkembangan Usaha Agribisnis Anggotanya. (Skripsi). Bogor
(ID): Institut Pertanian Bogor.
Puspitasari H. 2012. Akses UMKM Terhadap Pembiayaan Mikro
Syariah dan Dampaknya Terhadap Perkembangan Usaha (Kasus: BMT
Tadbirul Ummah, Kabupaten Bogor). (Skripsi). Bogor (ID): Institut
Pertanian Bogor.
Ridwan, Achmad, S. Si, M.T . (2009). Keterkaitan Tingkat Pendidikan
Dan Pendapatan Masyarakat. Diakses dari http: //Ridwan-Belitung.
Blogspot.Co.Id/2009/10/Keterkaitan-Tingkat-Pendidikan-Dan.Html Pada Tanggal
3 Februari 2018, Pukul 16:00 WIB
Ridwan M. 2004. Manajemen Baitul Maal Wa Tamwil (BMT).
Yogyakarta: UII Press.
73
Riyanto, Bambang. 2002. Dasar-dasar Pembelanjaan Perusahaan. Edisi
Tiga Cetakan Ketujuh belas, Yogyakarta. Penerbit Yayasan Penerbit Gadjah
Mada.
Septiana RM. 2013. Analisis Dampak Pembiayaan Mikro Syariah
Terhadap Perkembangan keuntungan UMKM Di Kabupaten Bogor. (Skripsi).
Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Simanjuntak, Payaman J. (2001). Pengantar Ekonomi Sumber Daya
Manusia. Jakarta: Lembaga Penerbit Fe-Ui.
Soemarso, Akuntansi Suatu Pengantar, Jakarta: PT. Rineka Cipta, 1996.
Soemitra A. 2009. Bank dan Lembaga Keungan Syariah. Jakarta:
Kencana.
Sukirno, Sadono. (2006). Teori Pengantar Ekonomi Makro. Jakarta: Pt
Raja Grafindo Persada.
Soetrisno N. 2005. Ekonomi Rakyat Usaha Mikro dan UKM
Dalam Perekonomian Indonesia. Jakarta: STEKPI.
Sudarsono H. 2008. Bank dan Lembaga Keungan Syariah,
Deskripsi dan Ilustrasi. Yogyakarta: Ekonisia.
Sukidin dan mundir, Metode Penelitian Membimbing Mengantar
Kesuksesan Anda dalam Dunia Penelitian, Surabaya: Insan Cendikia, 2005
Sugiono, Metode Penelitian Kuantitatif kualitatif dan R &D,Bandung:
Alfabeta,2011
Undang-Undang Perbankan, Nomor 10 Tahun 1998, Jakarta: Sinar Grafindo,
2002
Wahid N. 2011. Peranan Kredit Produktif UMKM Dalam
Perekonomian Indonesia : Pendekatan Makro Dan Mikro. (Skripsi). Bogor
(ID): Institut Pertanian Bogor.
LAMPIRAN
ANGKET PENELITIAN
ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINGKAT
PENDAPATAN USAHA MIKRO NASABAH PEMBIAYAAN BMT AT
TAQWA KEMANGGISAN
Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatu. Saya memohon kesediaan
Bapak/Ibu/Sdr/Sdri untuk mengisi daftar pertanyaan sebagai data penyusunan
skripsi saya yang berjudul “Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan
usaha Mikro nasabah pembiayaan BMT At Taqwa”. Saya mengharapkan
kesediaannya Bapak/Ibu/Sdr/Sdri untuk menjawab dengan baik dan sesuai dengan
kondisi yang sebenarnya. Atas kesediaan dan kerjasamanya, saya ucapkan
terimakasih.
Profil Responden
1. Nama pengusaha :
2. Jenis Kelamin :
a. Laki-laki
b. Perempuan
3. Usia Pengusaha :
a. Kurang dari sama dengan 20 tahun c. 41 sampai dengan 50 tahun
b. 21 sampai dengan 30 tahun d. lebih dari 50 tahun
c. 31 sampai dengan 40 tahun
4. Jenis Usaha :
a. Dagang
b. Jasa
5. Jenis Pembiayaan yang diambil Responden:
a. Murabahah
b. Mudharabah
c. Musyarakah
Besar Pembiayaan (X1)
1. Berapa besar pembiayaan yang Bpk/Ibu/Sdra/Sdri dapat dari BMT At
Taqwa
a. Lebih kecil sama dengan Rp. 5.000.000,00
b. Rp. 5.000.001,00 sampai dengan Rp. 10.000.000,00
c. Rp. 10.000.001,00 sampai dengan Rp. 15.000.000,00
d. Rp. 15.000.001,00 sampai denganRp. 20.000.000,00
e. Lebih dari Rp. 20.000.000,00
Lama Menjadi Anggota BMT (X2)
2. Berapa lama Bpk/Ibu/Sdra/Sdri sudah menjadi anggota BMT At Taqwa
a. Kurang dari 1 tahun d. 10 sampai dengan 15 tahun
b. 1 sampai dengan 5 tahun e. Lebih dari 15 tahun
c. 6 sampai dengan 10 tahun
Frekuensi Pembiayaan (X3)
3. Berapa kali Bpk/Ibu/Sdra/Sdri sudah melakukan pembiayaan di BMT At
Taqwa
a. 1 kali d. 4 kali
b. 2 kali e. lebih dari 5 kali
c. 3 kali
Modal Awal (X4)
4. Berapakah modal awal Bpk/Ibu/Sdra/Sdri dalam menjalankan usaha
pertama kali
a. Lebih kecil sama dengan Rp. 5.000.000,00
b. Rp. 5.000.001,00 sampai dengan Rp. 10.000.000,00
c. Rp. 10.000.001,00 sampai dengan Rp. 15.000.000,00
d. Rp. 15.000.001,00 sampai dengan Rp. 20.000.000,00
e. Lebih dari Rp. 20.000.000,00
Lama Usaha (X5)
5. Sudah berapa lama Bpk/Ibu/Sdra/Sdri menjalankan usahanya selama ini
a. Kurang dari 1 tahun d. 10 sampai dengan 15 tahun
b. 1 sampai dengan 5 tahun e. Lebih dari 15 tahun
c. 6 sampai dengan 10 tahun
Jam Kerja (X6)
6. Berapa lama jam kerja Bpk/Ibu/Sdra/Sdri dalam menjalankan usahanya
dalam satu hari
a. Kurang dari sama dengan 5 jam c. 16 sampai dengan 20 jam
b. 6 sampai dengan 10 jam d. lebih dari 20 jam
c. 11 sampai dengan 15 jam
Tingkat Pendidikan (X7)
7. Pendidikan terakhir apa yang Bpk/Ibu/Sdra/Sdri ditempuh
a. SD/MA c. Perguruan Tinggi
b. SMP/Mts d. Tidak sekolah
c. SMA/MA
Tingkat Pendapatan (Y)
8. Berapakah besar pendapatan kotor (omset) Bpk/Ibu/Sdra/Sdri dalam satu
bulan
a. Lebih kecil sama dengan Rp. 50.000.000,00
b. Rp. 50.000.001,00 sampai dengan Rp. 100.000.000,00
c. Rp. 100.000.001,00 sampai dengan Rp. 150.000.000,00
d. Rp. 105.000.001,00 sampai dengan Rp. 200.000.000,00
e. Lebih dari Rp. 200.000.000,00
LAMPIRAN
Descriptive Statistics
Mean Std. Deviation N
Tingkat Pendapatan 2.1333 1.46677 60
Besar Pembiayaan 1.7500 .85618 60
Lama Menjadi Anggota 1.7000 1.07829 60
Frekuensi Pembiayaan 2.1000 1.05284 60
Modal Awal 2.3333 1.25774 60
Lama Usaha 1.8000 .54617 60
Jam Kerja 2.1333 1.21386 60
Tingkat Pendidikan 2.7667 .67313 60
Model Summaryb
Model R R Square
Adjusted R
Square
Std. Error of
the Estimate
Change Statistics
R Square
Change F Change df1 df2
Sig. F
Change
1 .991a .983 .981 .20479 .983 424.956 7 52 .000
a. Predictors: (Constant), Tingkat Pendidikan, Lama Usaha, Besar Pembiayaan, Frekuensi Pembiayaan, Modal
Awal, Jam Kerja, Lama Menjadi Anggota
b. Dependent Variable: Tingkat Pendapatan
LAMPIRAN
ANOVAb
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression 124.753 7 17.822 424.956 .000a
Residual 2.181 52 .042
Total 126.933 59
a. Predictors: (Constant), Tingkat Pendidikan, Lama Usaha, Besar Pembiayaan, Frekuensi
Pembiayaan, Modal Awal, Jam Kerja, Lama Menjadi Anggota
b. Dependent Variable: Tingkat Pendapatan
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig.
Collinearity Statistics
B Std. Error Beta Tolerance VIF
1 (Constant) -.988 .168 -5.896 .000
Besar Pembiayaan .092 .045 .054 2.055 .045 .480 2.083
Lama Menjadi Anggota .638 .069 .469 9.209 .000 .127 7.850
Frekuensi Pembiayaan .149 .049 .107 3.036 .004 .265 3.769
Modal Awal .146 .037 .125 3.953 .000 .329 3.039
Lama Usaha .091 .057 .034 1.604 .115 .737 1.356
Jam Kerja .317 .056 .262 5.701 .000 .156 6.406
Tingkat Pendidikan .137 .049 .063 2.805 .007 .654 1.530
a. Dependent Variable: Tingkat Pendapatan
LAMPIRAN
No X1 X2 X3 X4 X5 X6 X7 Y
1 1.0 1.0 3.0 2.0 1.0 2.0 3.0 2.0
2 1.0 1.0 2.0 1.0 1.0 2.0 3.0 1.0
3 1.0 1.0 1.0 1.0 2.0 1.0 3.0 1.0
4 2.0 1.0 1.0 2.0 1.0 1.0 2.0 1.0
5 1.0 2.0 2.0 3.0 2.0 3.0 3.0 3.0
6 2.0 1.0 2.0 3.0 2.0 2.0 3.0 2.0
7 2.0 1.0 1.0 3.0 2.0 2.0 3.0 2.0
8 1.0 1.0 2.0 1.0 2.0 1.0 2.0 1.0
9 1.0 1.0 1.0 2.0 1.0 2.0 2.0 1.0
10 2.0 1.0 1.0 2.0 1.0 1.0 3.0 1.0
11 1.0 1.0 2.0 1.0 1.0 2.0 3.0 1.0
12 1.0 1.0 2.0 1.0 2.0 1.0 3.0 1.0
13 4.0 4.0 4.0 4.0 2.0 4.0 3.0 5.0
14 3.0 2.0 2.0 3.0 2.0 3.0 3.0 3.0
15 4.0 4.0 4.0 3.0 2.0 4.0 4.0 5.0
16 2.0 2.0 2.0 2.0 2.0 4.0 3.0 3.0
17 1.0 1.0 1.0 2.0 2.0 1.0 3.0 1.0
18 2.0 1.0 2.0 1.0 2.0 1.0 1.0 1.0
19 1.0 1.0 1.0 1.0 2.0 1.0 3.0 1.0
20 3.0 4.0 4.0 3.0 2.0 4.0 4.0 5.0
21 1.0 1.0 1.0 2.0 2.0 1.0 3.0 1.0
22 2.0 3.0 4.0 5.0 2.0 4.0 3.0 4.0
23 1.0 3.0 3.0 5.0 3.0 4.0 3.0 4.0
24 2.0 2.0 3.0 4.0 2.0 3.0 3.0 3.0
25 1.0 2.0 1.0 2.0 3.0 2.0 3.0 2.0
26 1.0 1.0 2.0 1.0 1.0 1.0 3.0 1.0
27 1.0 1.0 2.0 2.0 2.0 1.0 1.0 1.0
28 2.0 4.0 4.0 5.0 2.0 4.0 3.0 5.0
29 1.0 1.0 2.0 1.0 2.0 1.0 2.0 1.0
30 1.0 1.0 1.0 2.0 1.0 1.0 2.0 1.0
31 1.0 1.0 2.0 1.0 1.0 2.0 3.0 1.0
32 2.0 1.0 2.0 1.0 2.0 1.0 3.0 1.0
33 3.0 4.0 4.0 4.0 2.0 4.0 3.0 5.0
34 2.0 2.0 2.0 3.0 2.0 3.0 3.0 3.0
35 2.0 4.0 4.0 3.0 2.0 4.0 4.0 5.0
36 2.0 2.0 2.0 2.0 2.0 4.0 3.0 3.0
37 1.0 1.0 1.0 2.0 2.0 1.0 3.0 1.0
38 1.0 1.0 2.0 1.0 2.0 1.0 1.0 1.0
39 2.0 1.0 1.0 1.0 2.0 1.0 3.0 1.0
40 3.0 4.0 4.0 3.0 2.0 4.0 4.0 5.0
41 1.0 1.0 1.0 2.0 2.0 1.0 3.0 1.0
42 3.0 3.0 4.0 5.0 2.0 4.0 3.0 4.0
43 3.0 3.0 3.0 5.0 3.0 4.0 3.0 4.0
44 3.0 2.0 3.0 4.0 2.0 3.0 3.0 3.0
45 2.0 2.0 1.0 2.0 3.0 2.0 3.0 2.0
46 1.0 1.0 2.0 1.0 1.0 1.0 3.0 1.0
47 2.0 1.0 2.0 2.0 2.0 1.0 1.0 1.0
48 4.0 4.0 4.0 5.0 2.0 4.0 3.0 5.0
49 1.0 1.0 2.0 1.0 2.0 1.0 2.0 1.0
50 2.0 1.0 1.0 2.0 1.0 1.0 2.0 1.0
51 2.0 1.0 3.0 2.0 1.0 2.0 3.0 2.0
52 1.0 1.0 2.0 1.0 1.0 2.0 3.0 1.0
53 2.0 1.0 1.0 1.0 2.0 1.0 3.0 1.0
54 1.0 1.0 1.0 2.0 1.0 1.0 2.0 1.0
55 1.0 2.0 2.0 3.0 2.0 3.0 3.0 3.0
56 2.0 1.0 2.0 3.0 2.0 2.0 3.0 2.0
57 2.0 1.0 1.0 3.0 2.0 2.0 3.0 2.0
58 1.0 1.0 2.0 1.0 2.0 1.0 2.0 1.0
59 2.0 1.0 1.0 2.0 1.0 2.0 2.0 1.0
60 1.0 1.0 1.0 2.0 1.0 1.0 3.0 1.0
Input SPSS 16.0
LAMPIRAN
No Nama L/P Pendidikan Jenis pembiayaan
1 RUDI HARTONO L SMA Murabahah
2 FAJAR HERMAWAN L SMA Murabahah
3 ZAINUDIN L SMA Murabahah
4 NASIRIN L SMA Murabahah
5 EKO WISNU DEWANTORO L SMA Murabahah
6 ANSORI L Sarjana Murabahah
7 M.APAN SUTARMAN L SMA Murabahah
8 AHMAD L SMA Murabahah
9 CARYANA L SMA Murabahah
10 RAKHA NAUFAL FERDIANSYA L SMA Murabahah
11 MUNADJAT L SMA Murabahah
12 PURWANTI P SMA Murabahah
13 NUR ALI L SMA Murabahah
14 SUPARMAN L SMA Murabahah
15 ABDUL HARIS HAMZAH L Sarjana Murabahah
16 HAMBALI L SMA Murabahah
17 AGUS MUSLIMIN L Sarjana Murabahah
18 SUMIDI L SMA Murabahah
19 HAPUDIN L SMA Murabahah
20 WIRDANINGSIH P Sarjana Murabahah
21 MUHAMMAD YADI L SMA Murabahah
22 DEWI KESUMA P SMA Murabahah
23 JURIYEH P SMA Murabahah
24 AMI ROLIAWATI P SMA Murabahah
25 KARSIH P SMA Murabahah
26 DARMUN L SMA Murabahah
27 SAWI L SMA Murabahah
28 ASMAH P SMA Murabahah
29 TATANG SURMAWAN L SMA Murabahah
30 PRASTIO FIRMANSYAH L SMA Murabahah
31 DINA KUSTIANA P SMA Murabahah
32 EVI SUMARIA P SMA Murabahah
33 SAYATIH P SMA Murabahah
34 E.MULYANINGSIH P SMA Murabahah
35 ABDUL ROHMAN L SMA Murabahah
36 DUDI AHMAD HIDAYAT L Sarjana Murabahah
37 SUMIATI P SMA Murabahah
38 ADNAN L SMA Murabahah
39 MUHAMAD IBNU CHOIRUDIN L SMA Murabahah
40 NANA SUPRIATNA P SMA Murabahah
41 SAYO BIN SAMAD L SMA Murabahah
42 HERDI L SMA Murabahah
43 HENDRA TARDINSYAH L SMA Murabahah
44 NURLELA P SMA Murabahah
45 IRVAN NURZAMAN L SMA Murabahah
46 SARI HERAWATI P SMA Murabahah
47 TRI JOKO YANI.S L Sarjana Murabahah
48 ZAINUDDIN H. L SMA Murabahah
49 SLAMET BUDIHARJO,DRS,H. L Sarjana Murabahah
50 ABDUL ROHMAN L SMA Murabahah
51 ANAH MULYANAH P SMA Musyarakah
52 MAIMUNAH P SMA Musyarakah
53 TAUFAN SUGIHARTO L Sarjana Musyarakah
54 RIDWAN ARIFIN L SMA Musyarakah
55 SUMINI P SMA Musyarakah
56 LIA MUZAFAR L Sarjana Mudharabah
57 IWAN RIDWAN L Sarjana Mudharabah
58 SOEMIJANTO L Sarjana Mudharabah
59 ANTON FAHLEVIE L Sarjana Mudharabah
60 DEWI AGUSTINA P Sarjana Mudharabah
top related