analisis kelayakan usaha tahu bandung kayun … · studi kelayakan bisnis dengan judul analisis...
Post on 27-Mar-2019
306 Views
Preview:
TRANSCRIPT
ANALISIS KELAYAKAN USAHA TAHU BANDUNG KAYUN-YUN
DESA CIHIDEUNG ILIR KECAMATAN CIAMPEA KABUPATEN
BOGOR
FEBY RIZKY HADIYANTI
DEPARTEMEN AGRIBISNIS
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014
ii
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Analisis Usaha Tahu
Bandung Kayun-Yun Desa Cihideung Ilir Kecamatan Ciampea Kabupaten Bogor
adalah benar karya saya dengan arahan dari dosen pembimbing dan belum diajukan
dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang
berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis
lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir
skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, April 2014
Feby Rizky Hadiyanti
NIM H34100122
iv
ABSTRAK
FEBY RIZKY HADIYANTI. Analisis Kelayakan Usaha Tahu Bandung Kayun-Yun
Desa Cihideung Ilir Kecamatan Ciampea Kabupaten Bogor. Dibimbing oleh TINTIN
SARIANTI.
Usaha Tahu Bandung Kayun-Yun merupakan salah satu industri kecil tahu yang
menggunakan kedelai sebagai bahan baku. Adanya kenaikan harga kedelai yang terjadi
pada tahun 2013 menyebabkan usaha mengalami gangguan. Tujuan penelitian ini
adalah menganalisis kelayakan dari aspek finansial dan non finansial usaha tahu
Bandung Kayun-Yun. Metode analisis data yang digunakan adalah kualitatif dan
kuantitatif. Data kualitatif digunakan untuk menganalisis aspek non finansial (aspek
pasar, aspek teknis, aspek manajemen dan hukum, aspek sosial dan ekonomi dan aspek
lingkungan). Sedangkan, data kuantitatif digunakan untuk menganalisis aspek finansial
melalui empat kriteria investasi, yaitu NPV, IRR, Net B/C, payback period. Nilai NPV
diperoleh sebesar Rp 293 316 530, Net B/C sebesar 3.07, IRR sebesar 39 persen, dan
payback period selama lima tahun tujuh bulan tujuh belas hari. Baik aspek finansial
maupun non finansial menyatakan bahwa usaha tahu Bandung Kayun-Yun layak untuk
dijalankan kecuali pada aspek manajemen karena usaha belum memiliki pencatatan
finansial dan aspek lingkungan karena air limbah dibiarkan langsung mengalir ke sungai
sehingga dalam jangka panjang dapat menimbulkan pencemaran lingkungan.
Perhitungan analisis sensitivitas menunjukan kenaikan harga kedelai merupakan
variabel yang lebih sensitif dibandingkan dengan penurunan jumlah produksi tahu
Kata kunci : Analisis sensitivitas, Usaha Tahu Bandung Kayun-Yun, studi kelayakan.
ABSTRACT
FEBY RIZKY HADIYANTI. Feasibility Analysis of Usaha Tahu Bandung Kayun-Yun
Cihideung Ilir Village Ciampea Subdistrict Bogor District. Supervised by TINTIN
SARIANTI.
Usaha Tahu Bandung Kayun-Yun is one of the small soybean industries that
uses soybean as the main material. Soybean price increased that occured in 2013
involved the business interruption. The purpose of this research was to analyze
feasibility of financial and non financial aspects. Data analysis methods used are
qualitative and quantitative. Qualitative data used to analyze non financial aspects
(market, technical, management and legal, social and economic, and enviromental
aspects). While, quantitative data used to analyze financial aspects through four
investment criteria, that is NPV, IRR, Net B/C and payback period. The value of NPV
obtained at Rp 293 316 530, Net B/C obtained at 3.07, IRR obtained at 39 persen, and
payback period obtained five year seven months seventeen days. The results is both of
the financial and non financial aspects showed that Usaha Tahu Bandung Kayun-Yun is
feasible to run, except the management aspects because the bussiness does not have
financial record keeping and environmental aspects because waste water allowed to
flow directly into the river so that in long impact can cause environmental pollution.
Sensitivity analysis showed that soybean price increased is more sensitive variable than
the decrease in number of production of tofu.
Keywords : Sensitivity analysis, Usaha Tahu Bandung Kayun-Yun, feasibility study
ANALISIS KELAYAKAN USAHA TAHU BANDUNG KAYUN-YUN
DESA CIHIDEUNG ILIR KECAMATAN CIAMPEA KABUPATEN
BOGOR
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Ekonomi
pada
Departemen Agribisnis
DEPARTEMEN AGRIBISNIS
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014
FEBY RIZKY HADIYANTI
vi
Judul Skripsi : Analisis Kelayakan Usaha Tahu Bandung Kayun-Yun Desa
Cihideung Ilir Kecamatan Ciampea Kabupaten Bogor
Nama : Feby Rizky Hadiyanti
NRP : H34100122
Disetujui oleh
Tintin Sarianti SP,MM
Pembimbing Skripsi
Diketahui oleh
Dr Ir Dwi Rachmina, MSi
Ketua Departemen
Tanggal lulus :
viii
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala karunia-Nya
sehingga skripsi ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian ini adalah
studi kelayakan bisnis dengan judul Analisis Kelayakan Usaha Tahu Bandung Kayun-
Yun Desa Cihideung Ilir Kecamatan Ciampea Kabupaten Bogor. Pengambilan data
diambil pada bulan Desember 2013 – Januari 2014.
Terima kasih penulis ucapkan kepada kedua orang tua tercinta, yaitu Lina Lidya
dan Rainir Rasyidin beserta adik tercinta, yaitu Reza Rachmadian Putra yang telah
memberikan curahan kasih sayang, nasehat, motivasi, dan juga doa sehingga penulis
berhasil menyelesaikan skripsi ini. Terima kasih penulis ucapkan kepada dosen
pembimbing, yaitu Tintin Sarianti, SP, MM atas kesabarannya dalam memberikan
bimbingan dan arahan kepada penulis dalam menyusun skripsi ini. Terima kasih kepada
Ir Popong Nurhayati, MM, Dr Ir Rr. Heny K. S. Daryanto, M. Ec, Tintin Sarianti SP,
MM, Yanti Nuraeni Muflikh SP, M.Agribus sebagai tim peneliti pada penelitian
Strategi Nasional yang berjudul “Analisis Pengaruh Karakterisktik Kewirausahaan
terhadap Kinerja Wirausaha pada Unit usaha Kecil-Menengah (UKM) di Provinsi Jawa
Barat” atas kesempatan yang telah diberikan kepada penulis untuk menjadi bagian dari
enumerator sehingga dapat dijadikan bahan penelitian pada skripsi ini. Terima kasih
kepada Ir. Narni Farmayanti, MS selaku dosen pembimbing akademik dan dosen
penguji utama serta Siti Jahroh, Ph. D atas saran dan masukan yang telah diberikan
kepada penulis dalam menyusun skripsi.
Terima kasih juga penulis ucapkan kepada Bapak Uun selaku pemilik usaha tahu
bandung Kayun-Yun yang telah memberikan izin untuk melakukan penelitian pada
usahanya serta telah meluangkan waktunya untuk memberikan informasi dan
pengetahuan terkait skripsi yang dilakukan penulis. Terima kasih kepada teman satu
bimbingan Rahma, Nci, Nisa, Intan, dan Narita yang selalu memberikan nasehat,
motivasi, dan doa selama ini. Terima kasih kepada sahabat Arina, Arumi, Ayu, Vina,
Wuri, Novade, Ryan Fajar, Fadil, Mikhen, beserta seluruh sahabat Agribisnis 47 atas
nasehat, motivasi dan doa kepada penulis. Terima kasih kepada sahabat Zakiy, Melia,
Bondan, Ndie, Fauziah, Aghitia, Nindya atas motivasi dan doa kepada penulis dan
terima kasih kepada seluruh pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu atas
motivasi dan doa yang telah diberikan kepada penulis.
Semoga skripsi ini bermanfaat dan dapat memberikan masukan yang baik bagi
usaha tahu Bandung Kayun-Yun maupun masyarakat luas.
Bogor, April 2014
Feby Rizky Hadiyanti
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL xi
DAFTAR GAMBAR xi
DAFTAR LAMPIRAN xi
PENDAHULUAN 1
Latar Belakang 1
Perumusan masalah 3
Tujuan Penelitian 4
Manfaat Penelitian 4
TINJAUAN PUSTAKA 4
Penelitian Terdahulu 4
KERANGKA PEMIKIRAN 7
Kerangka Pemikiran Teoritis 7
Studi Kelayakan Bisnis 7
Aspek-Aspek Studi Kelayakan Bisnis 7
Teori Biaya Produksi 11
Biaya dan Manfaat 12
Kerangka Pemikiran Operasional 13
METODE PENELITIAN 16
Lokasi dan Waktu Penelitian 16
Data dan Instrumentasi 16
Metode Pengumpulan Data 16
Metode Pengolahan Data dan Analisis Data 16
Aspek Non Finansial 17
Aspek Finansial 18
Analisis Sensitivitas 20
Asumsi Dasar 20
GAMBARAN UMUM USAHA 21
HASIL DAN PEMBAHASAN 21
Analisis Kelayakan Aspek Non Finansial 21
Aspek Pasar 21
Aspek Teknis 26
x
Aspek Manajemen dan Hukum 34
Aspek Sosial dan Ekonomi 36
Aspek Lingkungan 36
Analisis Aspek Finansial 38
Analisis Inflow Usaha Tahu Bandung Kayun-Yun 38
Analisis Outflow Usaha Tahu Bandung Kayun-Yun 39
Laporan Laba Rugi Usaha Tahu Bandung Kayun-Yun 43
Analisis Finansial Usaha Tahu Bandung Kayun-Yun 44
Analisis Sensitivitas Usaha Tahu Bandung Kayun-Yun 45
Implikasi Manajerial terhadap Analisis Sensitivitas 48
SIMPULAN DAN SARAN 49
DAFTAR PUSTAKA 50
LAMPIRAN 51
RIWAYAT HIDUP 67
DAFTAR TABEL
1 Produk Domestik Bruto (PDB) atas dasar harga yang berlaku menurut lapangan
usaha (miliar rupiah) 1
2 Produksi, impor, kebutuhan dalam negeri, dan pangsa produksi kedelai 2
3 Konsumsi rata-rata per kapita beberapa bahan makanan tahun 2009 – 2013 22
4 Rincian pendapatan penjualan usaha tahu Bandung Kayun-Yun per tahun 39
5 Biaya investasi usaha tahu Bandung Kayun-Yun 40
6 Hasil perhitungan biaya investasi sebelum dan sesudah compounding factor 41
7 Rincian biaya tetap usaha tahu Bandung Kayun-Yun 42
8 Jumlah biaya variabel tahun 2010 - 2013 43
9 Hasil analisis finansial usaha tahu Bandung Kayun-Yun 44
10 Perbandingan antara kondisi normal dan hasil analisis sensitivitas 47
DAFTAR GAMBAR
1 Biaya total, biaya tetap, biaya berubah total 11
2 Kerangka pemikiran operasional 15
3 Saluran pemasaran tahu bandung saluran I 24
4 Saluran pemasaran tahu bandung saluran II 25
5 Kedelai yang digunakan dalam proses produksi 27
6 Proses perendaman kedelai 29
7 Proses penggilingan kedelai 30
8 Proses perebusan bubur kedelai 30
9 Proses penyaringan bubur kedelai 31
10 Proses penggumpalan sari kedelai 31
11 Proses pencetakan sari kedelai 32
12 Proses pencetakan tahu 32
13 Proses perebusan tahu dengan kunyit 33
14 Saluran air limbah produksi 37
DAFTAR LAMPIRAN
1 Ringkasan proses produksi tahu 51
2 Tata letak atau layout pabrik 52
3 Dokumentasi kegiatan 53
4 Rincian biaya investasi serta perhitungan biaya investasi sebelum dan sesudah
compounding factor 54
5 Rincian biaya variabel usaha tahu Bandung Kayun-Yun 55
6 Cashflow usaha tahu Bandung Kayun-Yun 56
7 Analisis sensitivitas kenaikan harga kedelai 28.6 persen 59
8 Analisis sensitivitas penurunan jumlah produksi sebesar 20 persen 62
9 Laporan laba rugi usaha tahu Bandung Kayun-Yun 65
1
1
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Agroindustri adalah kegiatan memanfaatkan hasil pertanian sebagai bahan baku,
mengolah maupun menyediakan alat dan jasa kegiatan. Proses yang digunakan
mencakup pengubahan dan pengawetan melalui perlakuan fisik atau kimiawi,
penyimpanan, pengemasan dan distribusi. Produk agroindustri dapat berupa produk
akhir yang siap dikonsumsi ataupun sebagai produk bahan baku industri lainnya.
Kegiatan ini merupakan bagian dari industri pertanian sejak produksi bahan pertanian
primer, industri pengolahan atau transformasi sampai penggunaannya oleh konsumen.
Salah satu kegiatan dari agroindustri adalah industri pengolahan. Industri
pengolahan merupakan kegiatan ekonomi yang mengubah suatu barang dasar secara
mekanis, kimia, atau dengan tangan sehingga menjadi barang jadi, barang yang
memiliki nilai tambah, dan sifatnya menjadi lebih dekat kepada pemakai akhir 1. Sektor
ini terbukti mampu memberikan kontribusi terbesar dalam Produk Domestik Bruto
Nasional. Berdasarkan data BPS tahun 2013, kontribusi industri pengolahan terhadap
PDB mengalami peningkatan dari tahun 2010 hingga 2012. Pada tahun 2010, industri
pengolahan memberikan kontribusi sebesar 1 599 073.10 hingga tahun 2012 mencapai
1 972 846.60. Hal ini menunjukkan bahwa industri pengolahan mampu berkontribusi
secara positif terhadap perekonomian nasional. Kontribusi industri pengolahan terhadap
PDB atas dasar harga yang berlaku dapat dilihat pada Tabel 1
Tabel 1 Produk Domestik Bruto (PDB) atas dasar harga yang berlaku menurut
lapangan usaha (miliar tupiah)
No Lapangan usaha 2010 2011* 2012
**
1 Pertanian 985 470.50 1 091 447.30 1 190 412.40
a. Tanaman Bahan Makanan 482 337.10 5 29 968.00 574 330.00
b. Tanaman Perkebunan 136 048.50 153 709.30 159 753.90
c. Peternakan 119 371.70 129 297.70 146 089.70
d. Kehutanan 48 289.80 51 781.30 54 906.50
e. Perikanan 199 383.40 226 691.00 255 332.30
2 Pertambangan dan Penggalian 719 710.10 879 505.40 970 559.60
3 Industri Pengolahan 1 599 073.10 1 806 140.50 1 972 846.60
4 Listrik, Gas, dan Air bersih 49 199.00 56 788.90 65 124.90
5 Konstruksi 660 890.50 754 483.50 860 964.80
6 Perdagangan, Hotel, dan Restoran 882 48.20 1 024 009.10 1 145 600.90
7 Pengangkutan dan Komunikasi 423 172.20 491 283.10 549 115.50
8 Keuangan, Real Estate, dan Jasa Perusahaa 466 563.80 535 152.90 598 523.20
9 Jasa-jasa 660 365.50 783 970.50 888 676.40
Total Produk Domestik Bruo (PDB) 6 446 851.90 7 422 781.20 8 241 864.30
Sumber : BPS (2013)
Keterangan :
*Angka Sementara
**Angka Sangat Sementara
Industri pengolahan tersusun atas industri berskala besar, sedang, dan kecil
dimana pelaku dari masing-masing skala industri memiliki potensi untuk saling
mendukung keberlangsungan industri lain. Sebagai bagian dari industri pengolahan,
industri kecil merupakan salah satu bagian yang berperan penting terhadap
perekonomian nasional. Salah satu industri kecil yang potensial dan layak untuk
1 [BPS]. Badan Pusat Statistik. 2013. [Internet]. [diunduh 2014 Januari 10]. Tersedia pada :
www.bps.go.id. Jakarta (ID) : Badan Pusat Statistik.
2
dikembangkan adalah industri berbasis kedelai. Industri ini dapat dimulai dengan modal
awal yang relatif kecil, teknologi sederhana dan tidak membutuhkan keahlian tinggi.
Pengolahan kedelai dapat dikelompokkan menjadi dua macam, yaitu pengolahan
dengan fermentasi dan tanpa fermentasi. Pengolahan dengan fermentasi akan
menghasilkan kecap, oncom, tauco, dan tempe. Sedangkan pengolahan tanpa fermentasi
berupa susu kedelai, tahu, tauge, dan tepung kedelai.
Tingginya permintaan produk-produk olahan kedelai telah memacu
pertumbuhan kebutuhan konsumsi kedelai. Akan tetapi, peningkatan konsumsi ini tidak
diimbangi dengan tingkat produksinya. Indonesia hanya mampu menghasilkan sekitar
30 - 45 persen pangsa produksi terhadap kebutuhan dalam negeri. Untuk menutupi
kekurangan kebutuhan kedelai, pemerintah memberlakukan impor dari beberapa
penghasil kedelai dunia, antara lain Amerika Serikat, Brazil, Argentina, China, India,
dan Paraguay. Data produksi, impor, kebutuhan dalam negeri, dan pangsa produksi
kedelai terhadap kebutuhan dalam negeri dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2 Produksi, impor, kebutuhan dalam negeri, dan pangsa produksi kedelai
terhadap kebutuhan dalam negeri tahun 2007 - 2013 (ton)
Tahun Produksi Impor Kebutuhan dalam
negeri
Pangsa produksi terhadap
kebutuhan dalam negeri
2007 592 534 1 411 589 2 002 251 29.59
2008 775 710 1 173 097 1 947 782 29.59
2009 974 512 1 314 620 2 288 686 42.58
2010 907 031 1 740 505 2 647 151 34.26
2011 851 286 2 087 986 2 939 272 28.96
2012 843 153 2 128 763 2 971 916 28.37
2013 847 157 1 268 543 2 115 700 40.04
Sumber : BPS 2013, (diolah)
Ketergantungan Indonesia terhadap kedelai impor cukup tinggi. Hal ini dapat
dilihat pada Tabel 2 yang menunjukkan bahwa impor kedelai setiap tahunnya cenderung
mengalami peningkatan. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain
keterbatasan lahan, rendahnya minat petani dalam budidaya kedelai serta pembebasan
tarif masuk impor 2. Sebagian besar petani lebih memilih untuk menanam tanaman lain
seperti jagung dibandingkan dengan menanam kedelai. Hal ini dikarenakan secara
teknis budidaya kedelai relatif lebih sulit serta kedelai memiliki harga jual yang sangat
bersaing dengan kedelai impor. Untuk kedelai basah yang masih ada kulitnya petani
jual ke tengkulak Rp 3 000 per kilogram. Sedangkan untuk kedelai kering yang sudah
dikupas harga jual Rp 5 000 per kilogram. Harga jual kedelai di pasaran saat ini
berkisar Rp 9.000 per kilogram untuk kedelai impor dan Rp 7.500 per kilogram untuk
kedelai lokal sedangkan harga yang dibeli dari petani tetap masih rendah. Hal ini
menyebabkan petani enggan untuk menanam kedelai 3.
Salah satu negara pengekspor utama kedelai adalah Amerika Serikat. Amerika
Serikat berhasil menguasai 93 persen dari jumlah impor kedelai (Deptan, 2012). Adanya
permasalahan cuaca yang terjadi di Amerika pada dua tahun belakangan ini
2 Nurhayat, Wiji. 2013. Kenapa Indonesia Ketergantungan Impor Kedelai? Ini sebabnya. [Internet].
[diunduh 2014 Maret 19]. Tersedia pada :http://finance.detik.com/read/ 3 Pikiran Rakyat Online. 2013. Harga Jual Kedelai Rendah Dikeluhkan oleh Para Petani.[Internet].
[diunduh 2014 Maret 19]. Tersedia pada : http://www.pikiran-rakyat.com/node/252498.
3
menyebabkan kedelai tidak dapat tumbuh dengan maksimal. Banyak petani yang
mengalami kegagalan panen karena cuaca panas dan kering berkepanjangan. Ancaman
lainya berupa satwa liar rusa yang mengganggu area pertanian petani yang menanam
kedelai.4 Hal ini menyebabkan terjadinya penurunan produksi kedelai sekaligus
berdampak pada pasokan kedelai Indonesia. Penurunan produksi AS menyebabkan
pasokan kedelai lokal menjadi rendah. Selain itu, melemahnya nilai tukar rupiah dan
adanya permasalahan pada sisi suplai membuat harga kedelai semakin meningkat. Pada
akhir tahun 2013, harga kedelai kembali meningkat dari Rp 5 500 per kilogram menjadi
Rp 8 000 – 10 000 per kilogram 5. Adanya kenaikan harga kedelai saat ini dapat menjadi
sebuah permasalahan atas ketergantungan Indonesia terhadap kedelai impor. Oleh
karena itu, pemerintah dianggap kurang memperhatikan produksi kedelai dalam negeri 6.
Salah satu wilayah dengan kebutuhan kedelai tertinggi adalah Kabupaten Bogor,
yaitu mencapai 3 336 660 kilogram atau setara dengan 3 336. 66 ton tiap bulannya.
Sebagian besar kedelai digunakan sebagai bahan baku dalam industri tahu dan tempe.
Hingga tahun 2012 terdapat 2 373 pengrajin tahu dan tempe yang tergabung ke dalam
anggota KOPTI, masih banyak pengrajin lain yang belum terdata dan tergabung dalam
keanggotaan KOPTI. Hal ini dapat menunjukkan bahwa Kabupaten Bogor merupakan
salah satu sentra produksi kedelai (KOPTI 2012).
Perumusan masalah
Kedelai merupakan bahan baku dominan dalam industri berbasis kedelai.
Khususnya pada industri tahu, kedelai berkontribusi sekitar 65 persen dari keseluruhan
total biaya variabel. Masalah yang seringkali terjadi dan tidak dapat dihindarkan oleh
para pengrajin industri berbasis kedelai adalah kenaikan harga kedelai. Kenaikan harga
yang terjadi pada tahun 2013 cukup signifikan, semula kedelai seharga Rp 6 000 – Rp 7
000 per kilogram naik hingga mencapai Rp 9 000 – Rp 10 500 per kilogram. Sebagian
pengrajin menghentikan kegiatan produksinya karena usahanya mengalami kerugian
hingga 60 persen. Hal ini membuat para pengrajin merasa khawatir akan
keberlangsungan usahanya7.
Adanya kenaikan harga kedelai yang terjadi pada tahun 2013 ini membuat para
pengrajin melakukan beberapa alternatif penyesuaian guna menjaga keberlangsungan
usaha, antara lain dengan melakukan penurunan volume produksi, pengurangan ukuran
tahu, hingga peningkatan harga jual. Hal ini dilakukan agar pengrajin dapat tetap
berproduksi walaupun adanya kenaikan harga kedelai. Dengan demikian, menjadi perlu
dan penting untuk dilakukan sebuah penelitian mengenai studi kelayakan bisnis untuk
membuktikan apakah benar kenaikan harga kedelai membuat usaha berbasis kedelai
menjadi tidak layak.
4 Lima, Esther. 2013. Kedelai Made in USA. [Internet]. [diunduh 2014 Februari 27]. Tersedia pada :
http://ekonomi.kompasiana.com/agrobisnis/2013/09/13/kedelai-made-in-usa-589265.html. 5 Siagian, Viktor. 2013. Insentif Harga Menuju Swasembada Kedelai. [Internet]. [diunduh 2014 Maret
19]. Tersedia pada : http://www.sinarharapan.co/news/read/28792/insentif-harga-menuju-
swasembada-kedelai. 6 Haryadi, Dadi. 2012. Harga Kedelai Naik, Akibat Ketergantungan Impor. [Internet]. [diunduh 2014
Januari 17]. Tersedia pada : http://m.inilah.com/read/detail/1886330/harga-kedelai-naik-akibat-
ketergantungan-impor. 7 Wulan, R. Teja. 2013. Harga Kedelai Naik, Produsen Tahu Tempe Merugi. [Internet]. [diunduh 2014
Maret 19]. Tersedia pada : http://www.voaindonesia.com/content/harga-keledai-naik-produsen-
tahu-tempe-merugi/1738368.html.
4
Penelitian dilakukan dengan mengambil salah satu usaha berbasis kedelai, yaitu
usaha tahu yang bernama Usaha Tahu Bandung Kayun-Yun. Usaha ini terletak di Desa
Cihideung Ilir Kecamatan Ciampea Kabupaten Bogor. Penentuan lokasi dilakukan
karena wilayah ini merupakan salah satu wilayah dengan kebutuhan kedelai tertinggi
juga sebagai salah satu sentra produksi kedelai. Selain itu, usaha ini juga tergolong
usaha kecil sehingga sangat rentan terhadap suatu perubahan yang terjadi. Penelitian
dilakukan untuk menganalisis secara mendalam mengenai keadaan atau kondisi usaha.
Selain menganalisis kelayakan finansial, penelitian ini juga akan melakukan analisis
kelayakan non finansial untuk mengetahui sejauh mana kelayakan atas keseluruhan
kegiatan usaha yang telah dilakukan, meliputi aspek pasar, teknis, manajemen dan
hukum, sosial dan ekonomi, serta lingkungan. Untuk melengkapi hasil penelitian, maka
dilakukan analisis sensitivitas terkait dengan perubahan yang pernah terjadi selama
keberlangsungan usaha. Salah satu perubahan yang pernah terjadi dan perlu
diperhatikan adalah perubahan terkait penurunan jumlah produksi.
Berdasarkan uraian permasalahan yang telah dikemukakan sebelumnya, maka
rumusan masalah untuk kajian ini adalah :
1. Bagaimana kelayakan aspek finansial usaha tahu Bandung Kayun-Yun?
2. Bagaimana kelayakan aspek non finansial usaha tahu Bandung Kayun-Yun?
3. Bagaimana analisis sensitivitas kelayakan usaha tahu Bandung Kayun-Yun terhadap
kenaikan harga kedelai dan penurunan jumlah produksi tahu?
Tujuan Penelitian 1. Menganalisis kelayakan aspek finansial usaha tahu Bandung Kayun-Yun.
2. Menganalisis kelayakan aspek non finansial usaha tahu Bandung Kayun-Yun
3. Menganalisis sensitivitas terhadap kenaikan harga kedelai dan penurunan jumlah
produksi tahu.
Manfaat Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah dan juga tujuan dari penelitian yang telah
dituliskan sebelumnya, maka diharapkan penelitian ini bermanfaat bagi banyak pihak,
diantaranya adalah sebagai berikut:
1. Bagi peneliti, penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai bentuk
pengaplikasian berbagai ilmu yang telah didapatkan selama masa kuliah dan mampu
melatih kemampuan mengenai analisis studi kelayakan usaha sehingga dapat
diterapkan dalam usaha bisnis yang nyata.
2. Bagi pemilik usaha tahu bandung Kayun-Yun, penelitian ini diharapkan dapat
menjadi acuan, bahan pertimbangan dan masukan yang bermanfaat dalam
melanjutkan usahanya.
3. Bagi pembaca, penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan tambahan
informasi dan literatur untuk penelitian selanjutnya.
TINJAUAN PUSTAKA
Penelitian Terdahulu
Penelitian terdahulu digunakan sebagai bahan referensi dan informasi dalam
sebuah penelitian. Hal ini dilakukan untuk menggali informasi secara lebih mendalam
terkait dengan topik penelitian. Topik pada penelitian kali ini dilatarbelakangi oleh
5
kenaikan harga kedelai. Terdapat lima judul skripsi terkait yang telah dikaji pada
penelitian ini antara lain Tamisari (2013) melakukan penelitian mengenai faktor-faktor
yang memengaruhi harga kedelai di Indonesia, Nursiah (2013) melakukan penelitian
mengenai analisis pengaruh kenaikan harga kedelai terhadap industri tempe di Desa
Citereup Kabupaten Bogor, Kurniasari (2010) melakukan penelitian mengenai analisis
dampak kenaikan harga kedelai di sentra industri tempe Kelurahan Semanan Jakarta
Barat, Patmawaty (2009) melakukan penelitian mengenai analisis dampak kenaikan
harga kedelai terhadap pendapatan usaha pengrajin tahu skala kecil dan rumah tangga,
dan Nurhayati (2011) melakukan penelitian mengenai analisis kelayakan dan strategi
pengembangan usaha industri kecil tahu yang berada di Kuningan Jawa Barat.
Tamisari (2013) meneliti terkait dengan faktor-faktor yang memengaruhi harga
kedelai di Indonesia, faktor-faktor tersebut antara lain harga kedelai domestik, harga
kedelai internasional, harga BBM, produksi, impor, dan nilai tukar. Pola dinamika harga
kedelai domestik yang terjadi cenderung meningkat. Hal ini disebabkan terjadinya
transmisi harga dari harga kedelai internasional terhadap harga kedelai domestik. Oleh
sebab itu, pola dinamika trend harga kedelai domestik mengikuti pola dinamika trend
harga kedelai internasional. Harga kedelai domestik memiliki tingkat harga yang cukup
bersaing dengan harga kedelai internasional. Salah satu penyebab hal ini adalah tingkat
produksi kedelai di Indonesia cukup rendah. Oleh sebab itu, untuk menutupi
kekurangan maka pemerintah memberlakukan impor dari beberapa negara penghasil
kedelai dunia.
Impor kedelai yang terus-menerus dilakukan membuat ketergantungan yang
cukup tinggi. Seperti yang telah dibahas pada penelitian Tamisari (2013), beberapa
faktor yang memengaruhi harga kedelai di Indonesia adalah harga kedelai internasional,
impor, dan nilai tukar. Penawaran kedelai di tingkat internasional sangat mempengaruhi
harga kedelai domestik karena pasokan kedelai lokal tidak mampu memenuhi
kebutuhan kedelai dalam negeri. Jika penawaran kedelai dunia mengalami penurunan
maka akan berdampak pada pasokan kedelai lokal. Selain itu, adanya kendala terkait
dengan melemahnya nilai tukar serta adanya permasalahan pada sisi suplai membuat
harga kedelai di Indonesia semakin mengalami peningkatan.
Tiga skripsi terkait dengan kenaikan harga kedelai akan dikaji untuk melihat
pengaruh atau dampak yang terjadi terhadap industri berbasis kedelai. Penelitian
Nursiah (2013) dan Kurniasari (2010) mengkaji terkait pengaruh atau dampak kenaikan
harga kedelai terhadap industri tempe di dua lokasi yang berbeda. Nursiah (2013)
berlokasi di Desa Citereup Kabupaten Bogor sedangkan Kurniasari (2010) berlokasi di
Kelurahan Semanan Jakarta Barat. Kedua lokasi dipilih karena lokasi tersebut
merupakan sentra industri tempe. Lain halnya dengan penelitian Patmawaty (2009)
mengkaji dampak kenaikan harga kedelai terhadap pendapatan usaha pengrajin tahu
skala kecil dan rumah tangga.
Hal yang ingin dikaji dari ketiga penelitian ini adalah alat analisis beserta hasil
yang diperoleh yang menunjukkan pengaruh atau dampak terhadap kenaikan harga
kedelai. Penelitian Nursiah (2013) melihat pengaruh kenaikan harga kedelai terhadap
kinerja usaha industri tahu yang dilihat dari penerimaan, keuntungan, dan struktur biaya.
Berdasarkan struktur biaya sebelum dan setelah kenaikan harga kedelai menunjukkan
bahwa dengan adanya kenaikan harga kedelai mempengaruhi kinerja usaha yang
ditunjukkan dari peningkatan biaya total dan penurunan keuntungan. Sementara dari
penerimaan dan keuntungan, menyebabkan keuntungan yang diperoleh menjadi
menurun. Hal ini dikarenakan tidak adanya pilihan lain yang dapat dilakukan oleh
pengrajin kecuali menurunkan keuntungan yang diperoleh dalam menyiasati kenaikan
harga kedelai. Dengan demikian, adanya kenaikan harga kedelai membuat kinerja usaha
6
mengalami penurunan. Sedikit berbeda dengan penelitian Nursiah (2013), penelitian
Kurniasari (2010) melihat dampak kenaikan harga kedelai yang dilihat dari perubahan
jumlah penggunaan kedelai, keuntungan, dan jumlah penggunaan jam tenaga kerja luar
keluarga. Skala produksi dibagi menjadi tiga bagian, yaitu skala kecil (produksi kurang
100 kilogram), skala menengah (produksi antara 100 – 200 kilogram), skala besar
(produksi lebih dari 200 kilogram). Berdasarkan biaya total rata-rata per kilogram
kedelai yang dikeluarkan, memperlihatkan kecenderungan dengan semakin
meningkatnya skala produksi pengrajin, dalam hal ini penggunaan jumlah kedelai maka
biaya total rata-rata per kilogram kedelai semakin menurun sehingga keuntungan tidak
terlalu mengalami penurunan yang siginifikan. Selain kedelai, penggunaan tenaga kerja
juga menempati komponen biaya yang cukup besar dalam struktur biaya produksi
pengrajin tempe. Pengrajin skala kecil seluruhnya menggunakan tenaga kerja dalam
keluarga sedangkan pengrajin tempe skala menengah dan besar selain menggunakan
tenaga kerja dalam keluarga juga menggunakan tenaga kerja luar keluarga. Adanya
kenaikan harga kedelai membuat pengrajin tempe skala kecil dan menengah
memperkecil ukuran tempe yang mereka hasilkan, sedangkan pada pengrajin skala
besar cenderung untuk mengurangi jumlah jam penggunaan tenaga kerja luar
keluarganya. Hal ini dilakukan dengan tujuan agar biaya produksi dan keuntungan yang
didapatkan relatif stabil. Penelitian ini mendukung adanya tambahan modal bagi
pengrajin skala kecil agar dapat memproduksi dengan biaya produksi yang lebih rendah
setiap satu kilogram yang sehingga keuntungan tidak terlalu mengalami penurunan yang
signifikan serta dapat memberi kesempatan agar pengrajin skala kecil dan menengah
untuk berproduksi pada skala usaha menengah dan besar.
Penelitian yang dilakukan oleh Patmawaty (2009) memiliki perbedaan dalam
objek penelitian, yaitu olahan kedelai berupa tahu yang dianalisis melalui pengrajin
skala kecil dan rumah tangga. Penelitian mengkaji kenaikan harga kedelai yang berdampak pada kemampuan pengrajin dalam produksi, diantaranya perubahan siklus
produksi, penurunan volume produksi, penurunan penggunaan factor input, peningkatan
harga jual, penurunan penerimaan dan penurunan pendapatan usaha.
Terakhir, yaitu penelitian yang dilakukan Nurhayati (2011) mengenai analisis
kelayakan dan strategi pengembangan usaha industri kecil tahu yang berada di
Kuningan Jawa Barat. Hal yang ingin dikaji dari penelitian ini terkait dengan latar
belakang yang mendasari penelitian, alat analisis serta hasil yang diperoleh. Latar
belakang yang mendasari penelitian adalah pengembangan usaha IK tahu di Kabupaten
Kuningan yang belum optimal disebabkan keterbatasan permodalan, keterampilan usaha,
sarana produksi, manajemen dan pemasaran. Oleh sebab itu diperlukan suatu analisis
kelayakan usaha baik secara finansial maupun finansial untuk melihat apakah IK tahu ini
layak untuk dilakukan pengembangan. Hasil perhitungan dan analisis menyatakan bahwa
usaha kecil tahu dinyatakan layak baik aspek finansial maupun non finansial. Analisa
kelayakan pengembangan usaha IK tahu didapatkan nilai NPV Rp 395 696 655
(positif), IRR 38.72 persen (lebih besar dari discount rate), B/C ratio 3.10 (lebih besar
dari 1), PBP selama 1.19 tahun (kurang dari umur ekonomi 10 tahun) dan titik impas
produksi 260 304 unit tahu. Berdasarkan hasil analisis, IK tahu masih dinilai layak
untuk dijalankan karena nilai R/C lebih dari satu. Hasil analisis titik impas, untuk tetap
bertahan dan tidak mengalami kerugian usaha, pengrajin tahu harus meningkatkan
volume produksi tahu minimal 50.3 persen dan meningkatkan penerimaan total minimal
60.54 persen.
Penelitian juga akan melakukan analisis terhadap kelayakan usaha tahu. Hal ini
memiliki perbedaan yang terletak pada latar belakang yang mendasari penelitian.
Penelitian ini dilakukan karena adanya kendala terhadap keberlangsungan usaha, yaitu
kendala terkait dengan kenaikan harga kedelai. Penelitian ini akan mengkaji secara
7
mendalam dengan mengambil salah satu usaha kecil tahu untuk melihat apakah benar
kenaikan harga kedelai membuat usaha menjadi tidak layak untuk dijalankan. Penelitian
dilakukan dengan menggunakan data yang bersifat kuantitatif dan kualitatif. Data
kuantitatif untuk menganalisis kelayakan finansial usaha yang dilihat dari empat kriteria
usaha, yaitu NPV, Net B/C, IRR, dan payback period. Sedangkan data kualitatif untuk
menganalisis kelayakan non finansial usaha. Hasil analisis bukan untuk melihat
pengembangan usaha, akan tetapi lebih menunjukan apakah usaha layak untuk
dilanjutkan atau tidak. Apabila layak, maka usaha dapat dilanjutkan. Apabila tidak
layak, maka usaha sebaiknya melakukan perbaikan dan peningkatan efisiensi usaha.
KERANGKA PEMIKIRAN
Kerangka Pemikiran Teoritis
Studi Kelayakan Bisnis
Umar (2003) menyatakan bahwa terdapat perbedaan antara studi kelayakan
proyek dan studi kelayakan bisnis. Studi kelayakan proyek merupakan penelitian
tentang layak atau tidaknya suatu proyek dibangun dalam jangka waktu tertentu.
Sedangkan, studi kelayakan bisnis merupakan penelitian terhadap rencana bisnis yang
tidak hanya menganalisis layak atau tidaknya bisnis dibangun, tetapi juga saat
dioperasionalkan secara rutin dalam rangka pencapaian keuntungan yang maksimal
untuk waktu yang tidak ditentukan.
Ibrahim (2003) mendefinisikan studi kelayakan bisnis adalah kegiatan untuk
menilai sejauh mana manfaat yang dapat diperoleh dalam melaksanakan suatu kegiatan
usaha atau proyek. Pengertian layak dalam penilaian ini adalah kemungkinan dari
gagasan usaha yang akan dilaksanakan memberikan manfaat, baik dalam arti financial
benefit maupun social benefit.
Nurmalina et al (2010) menyatakan bahwa studi kelayakan bisnis merupakan
penelaahan atau analisis tentang apakah suatu kegiatan investasi memberikan manfaat
atau hasil bila dilaksanakan. Banyak peluang dan kesempatan yang ada dalam kegiatan
bisnis menuntut adanya penilaian, sejauh mana kegiatan dan kesempatan tersebut dapat
memberikan manfaat bila bisnis dilakukan. Dengan demikian, studi kelayakan
merupakan bahan pertimbangan dalam mengambil suatu keputusan antara menerima
atau menolak suatu rencana bisnis yang direncanakan dan menghentikan atau
memperhatikan bisnis yang sedang dijalankan.
Aspek-Aspek Studi Kelayakan Bisnis
Dalam tahap persiapan dan analisis suatu kelayakan bisnis perlu
dipertimbangkan berbagai aspek yang mungkin terlibat satu sama lain saling berkaitan.
Menurut Nurmalina et al. (2010), dalam studi kelayakan bisnis terdapat dua kelompok
aspek yang perlu diperhatikan yaitu aspek non finansial dan aspek finansial (keuangan).
Aspek non finansial terdiri dari aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen dan hukum,
aspek sosial, ekonomi, dan budaya serta aspek lingkungan. Masing-masing aspek tidak
berdiri sendiri, tetapi saling berkaitan. Bila suatu bisnis salah satu aspeknya kurang
memenuhi kriteria kelayakan perlu dilakukan perbaikan atau tambahan yang diperlukan.
8
1. Aspek Non Finansial
a. Aspek Pasar
Analisis aspek pasar memegang peranan yang sangat penting sebelum
memulai sebuah bisnis karena sumber pendapatan utama perusahaan berasal dari
penjualan produk yang dihasilkan. Analisis aspek pasar akan menganalisis
permintaan atas produk yang dihasilkan, penawaran atas produk sejenis, harga
produk, program pemasaran mencakup strategi pemasaran yang digunakan dalam
bauran pemasaran, serta perkiraan penjualan yang bisa dicapai perusahaan
(market share).
b. Aspek Teknis
Jika analisis pasar dan pemasaran menunjukkan sebuah ide bisnis layak
untuk dijalankan maka langkah berikutnya adalah menjawab pertanyaan apakah
bisnis tersebut secara teknis layak dijalankan atau tidak. Meskipun berdasarkan
aspek pasar suatu bisnis layak dijalankan, tetapi jika secara teknis tidak dapat
dijalankan dengan baik maka investasi sebaiknya ditunda terlebih dahulu. Aspek
teknis merupakan suatu aspek yang berkenaan dengan proses pembangunan bisnis
secara teknis dan pengoperasiannya setelah bisnis tersebut selesai dibangun.
Aspek-aspek teknis dan dapat dianalisis melalui beberapa faktor, yaitu :
i. Penentuan Lokasi Bisnis
Lokasi bisnis adalah lokasi dimana bisnis akan dijalankan, baik lokasi untuk
lahan pabrik maupun lokasi untuk perkantoran. Lokasi bisnis mempunyai
pengaruh yang besar terhadap biaya operasional dan biaya investasi.
Penentuan lokasi bisnis ditentukan oleh beberapa variabel yang dapat
digolongkan menjadi variabel utama (primer) dan variabel pendukung
(sekunder). Variabel utama dalam pemilihan lokasi bisnis antara lain
ketersediaan bahan mentah, letak pasar yang dituju, ketersediaan sumber
energi, air, sarana komunikasi, dan tenaga kerja, serta ketersediaan fasilitas
transportasi. Selain variabel utama, terdapat beberapa variabel pendukung
seperti, hukum dan peraturan yang berlaku, iklim dan keadaan tanah, sikap
masyarakat, serta rencana pengembangan perusahaan.
ii. Luas Produksi
Luas produksi merupakan jumlah atau volume hasil produksi yang
seharusnya diproduksi oleh perusahaan dalam satu periode tertentu. Luas
produksi harus direncanakan secara matang agar perusahaan dapat
memperoleh keuntungan yang optimal. Jumlah produksi yang terlalu besar
akan menyebabkan adanya penumpukan barang sehingga menimbulkan
pemborosan. Sebaliknya, jika jumlah produksi terlalu sedikit akan
menyebabkan perusahan tidak mampu memenuhi permintaan pasar dan
berakibat pada kehilangan kesempatan untuk mendapatkan keuntungan.
Beberapa faktor yang perlu diperhatikan dalam penentuan luas produksi
antara lain batas permintaan, tersedianya kapasitas mesin-mesin, jumlah dan
kemampuan tenaga kerja pengelola proses produksi, kemampuan finansial
dan manajemen perusahaan, kemungkinan adanya perubahan teknologi
produksi di masa yang akan datang.
iii. Proses Produksi
Berdasarkan proses produksi dikenal adanya tiga jenis proses, yaitu proses
produksi yang terputus-putus, kontinu, dan kombinasi. Sistem yang kontinu
akan lebih mampu menekan risiko kerugian akibat fluktuasi harga dan
efektivitas tenaga kerja yang lebih baik dibandingkan dengan sistem terputus.
9
Umumnya proses produksi kontinu menggunakan mesin-mesin dengan
teknologi yang lebih baik.
iv. Layout
Layout pabrik merupakan keseluruhan bentuk dan penempatan fasilitas-
fasilitas yang diperlukan dalam proses produksi. Penempatan layout pabnk
pada umumnya dilakukan ketika lokasi pabrik ditentukan dengan berbagai
pertimbangan. Layout yang baik memiliki berbagai kriteria, yaitu
meminimalkan jarak angkut antar bagian, aliran material yang baik, efektif
dalam penggunaan ruang, memberikan keselamatan atas barang-barang yang
diangkut, memungkinkan adanya perluasan bisnis, meminimalkan biaya
produksi, dan memberikan jaminan keamanan yang cukup bagi keselamatan
tenaga kerja.
v. Pemilihan Jenis Teknologi dan Equipment
Pemilihan mesin, peralatan, dan teknologi merupakan hal yang penting untuk
dilakukan. Hal ini karena kesalahan dalam pemilihan mesin, peralatan, dan
teknologi yang digunakan akan menimbulkan kerugian jangka panjang.
Beberapa hal yang perlu dipertimbangkan pada pemilihan mesin dan
peralatan, antara lain kesesuaian dengan teknologi, harga perolehan,
kemampuan, kualitas serta umur ekonomis. Disamping itu terdapat beberapa
hal yang perlu dipertimbangkan dalam pemilihan teknologi, antara lain
kemampuan tenaga kerja dalam menggunakan teknologi, kesesuaian
teknologi dengan bahan baku yang digunakan, kemungkinan untuk
mengembangkan teknologi di masa depan, keberhasilan teknologi di tempat
lain.
c. Aspek Manajemen dan Hukum
Aspek manajemen mempelajari tentang manajemen dalam masa
pembangunan bisnis dan manajemen dalam masa operasi. Pada masa
pembangunan, aspek manajemen mempelajari siapa yang akan menjadi pelaksana
bisnis, jadwal penyelesaian bisnis, dan siapa yang akan melakukan studi
kelayakan bisnis untuk masing-masing aspek. Sedangkan manajemen dalam
operasi, hal yang dipelajari adalah bagaimana bentuk organisasi/ badan usaha
yang dipilih, bagaimana struktur organisasi, serta berapa banyak jumlah tenaga
kerja yang digunakan (Nurmalina et al 2010).
Aspek hukum mengkaji ketentuan hukum yang harus dipenuhi sebelum
menjalankan usaha. Ketentuan hukum untuk setiap jenis usaha berbeda-beda,
tergantung kompleksitas bisnis tersebut. Aspek hukum berisi mengenai masalah
kelengkapan dan keabsahan dokumen perusahaan, mulai dari bentuk badan usaha
sampai izin-izin yang dimiliki (Kasmir & Jakfar 2012). Aspek hukum
mempelajari jaminan-jaminan yang bisa disediakan bila akan menggunakan
sumber dana yang berupa pinjaman, berbagai akta, sertifikat, dan izin. Selain itu,
aspek hukum diperlukan dalam hal mempermudah dan memperlancar kegiatan
bisnis pada saat menjalin jaringan kerjasama dengan pihak lain (Nurmalina et al
2010).
d. Aspek Sosial dan Ekonomi
Dalam aspek sosial, ekonomi, dan budaya yang akan dinilai adalah seberapa
besar bisnis mempunyai dampak sosial, ekonomi, dan budaya terhadap
masyarakat secara keseluruhan. Pada aspek sosial yang dipelajari adalah
penambahan kesempatan kerja atau pengurangan pengangguran, pemerataan
kesempatan kerja dan bagaimana pengaruh bisnis tersebut terhadap lingkungan
sekitar lokasi bisnis. Sedangkan dari aspek ekonomi suatu bisnis dapat
10
memberikan peluang peningkatan pendapatan masyarakat, pendapatan asli daerah
(PAD), pendapatan dari pajak, dan dapat menambah aktivitas ekonomi.
e. Aspek Lingkungan
Aspek ini mempelajari bagaimana pengaruh bisnis tersebut terhadap
lingkungan, apakah dengan adanya bisnis menciptakan lingkungan semakin baik
atau semakin rusak. Pertimbangan tentang sistem alami dan kualitas lingkungan
dalam analisis suatu bisnis justru akan menunjang kelangsungan suatu bisnis itu
sendiri, sebab tidak ada bisnis yang akan bertahan lama apabila tidak bersahabat
dengan lingkungannya (Hufschmidt et al 1987)
2. Aspek Finansial
Analisis aspek finansial dilakukan untuk menentukan rencana investasi melalui
perhitungan biaya dan manfaat yang diharapkan dengan membandingkan antara
pengeluaran dan pendapatan dan menilai apakah usaha dapat berkembang. Dalam
pengkajian aspek finansial diperhitungkan berapa jumlah dana yang dibutuhkan
untuk membangun dan mengoperasikan kegiatan bisnis. Hal-hal yang mendapatkan
perhatian dalam penelitian aspek ini antara lain :
a. Sumber Dana
Dana yang dibutuhkan dapat diperoleh dari berbagai sumber dana yang ada,
seperti modal sendiri, modal pinjaman, perolehan saham, penerbitan obligasi,
kredit bank serta leasing dari lembaga non bank.
b. Aliran Kas (Cash flow)
Cash flow merupakan arus kas atau aliran kas yang ada pada perusahaan
dalam suatu periode tertentu. Cash flow menggambarkan berapa uang yang masuk
ke perusahaan dan jenis pemasukan tersebut. Cash flow juga menggambarkan
berapa uang yang keluar serta jenis-jenis biaya yang dikeluarkan. Aliran kas
penting digunakan dalam akuntansi karena laba dalam pengertian akuntansi tidak
sama dengan kas masuk bersih, dan yang relevan bagi investor adalah kas bukan
laba.
c. Biaya Kebutuhan Investasi
Investasi dilakukan dalam berbagai bentuk yang digunakan untuk membeli
aset-aset yang dibutuhkan proyek tersebut. Aset-aset ini biasanya berupa aset tetap
yang dibutuhkan perusahaan mulai dari pendirian hingga dapat dioperasikan. Oleh
karena itu, dalam melakukan investasi dibutuhkan biaya kebutuhan investasi yang
digunakan untuk membeli berbagai kebutuhan yang berkaitan dengan investasi
tersebut. Biaya kebutuhan investasi biasanya disesuaikan dengan jenis bisnis yang
akan dijalankan. Secara umum komponen biaya kebutuhan investasi terdiri dari
biaya prainvestasi dan biaya pembelian aktiva tetap (Husnan dan Muhammad
2000). Aktiva tetap atau aktiva jangka panjang terdiri dari tanah dan
pengembangan lokasi, bangunan dan perlengkapannya, pabrik dan mesin, dan
aktiva tetap lainnya.
Biaya investasi pada umumnya dikeluarkan pada tahun pertama pendirian
atau pembangunan suatu bisnis dengan sejumlah uang tertentu. Sejumlah uang
yang kita keluarkan dalam bentuk biaya bisnis mempunyai nilai yang berbeda bila
dikeluarkan dalam waktu yang berbeda. Oleh sebab itu, pengaruh waktu terhadap
uang (time value of money) harus diperhatikan, dalam hal ini terkait dengan biaya
investasi. Biaya investasi yang dikeluarkan pada tahun ini dan beberapa tahun
kemudian tentu saja terdapat perbedaan. Dengan demikian, dapat digunakan salah
satu konsep time value of money agar hasil perhitungan menjadi semakin
representative.
11
Time Value of Money
Konsep ini menyatakan bahwa nilai sekarang (present values) adalah lebih baik
daripada nilai yang sama pada waktu yang akan datang, dan hasil yang diperoleh lebih
dahulu adalah lebih baik daripada yang diperoleh kemudian. Konsep ini dapat
digunakan untuk mengatasi kelemahan ukuran kemanfaatan bisnis yang tidak
berdiskonto, untuk itu dimensi waktu perlu dimasukkan dalam evaluasi melalui
penggunaan diskonto. Diskonto merupakan suatu teknik untuk menurunkan manfaat
yang diperoleh pada masa yang akan datang dan arus biaya menjadi nilai biaya pada
masa sekarang (Gittinger 1986)
Salah satu konsep yang dapat digunakan untuk menghitung nilai di waktu yang
akan datang jika diketahui sejumlah uang pada saat ini adalah compounding factor.
Compounding factor membantu melakukan perhitungan untuk mengetahui nilai yang
akan datang (future value) dalam suatu periode waktu tertentu. Cara menghitung nilai
yang akan datang, yaitu F = P (1+i)n,
dimana (1+i)n
adalah compounding factor.
Teori Biaya Produksi
Biaya produksi adalah semua pengeluaran yang dilakukan oleh perusahaan
untuk memperoleh faktor-faktor produksi dan bahan-bahan mentah yang akan
digunakan untuk menciptakan barang yang diproduksikan perusahaan tersebut. Biaya
produksi yang dikeluarkan setiap perusahaan dapat dibedakan kepada dua jenis, yaitu
biaya eksplisit dan biaya tersembunyi. Biaya eksplisit adalah pengeluaran-pengeluaran
perusahaan berupa pembayaran dengan uang untuk mendapatkan faktor-faktor produksi
dan bahan mentah yang dibutuhkan. Sedangkan biaya tersembunyi adalah taksiran
pengeluaran terhadap faktor-faktor produksi yang dimiliki oleh perusahaan itu sendiri.
Keseluruhan jumlah biaya produksi yang dikeluarkan produsen dapat dibedakan
kepada dua jenis pembiayaan, yaitu biaya yang selalu berubah dan biaya tetap. Dengan
demikian, biaya dibedakan kepada tiga jenis :
1. Biaya total (TC) : keseluruhan jumlah biaya produksi yang dikeluarkan
2. Biaya tetap total (TFC) : keseluruhan biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh
faktor produksi yang tidak dapat diubah jumlahnya
3. Biaya berubah total (TVC) : keseluruhan biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh
faktor produksi yang dapat diubah jumlahnya
Dalam persamaan : TC = TFC + TVC
Rp
TC
TVC
Kurva semakin curam seiring
peningkatan produksi
TFC
Output
Gambar 1 Biaya total, biaya tetap, biaya berubah total Sumber : N. Gregory Mankiw
Kurva TFC berbentuk horisontal karena nilai tidak akan berubah sebanyak
apapun barang yang diproduksi. Sedangkan kurva TVC bermula dari titik 0 dan
12
semakin lama semakin bertambah tinggi. Hal ini menggambarkan bahwa ketika tidak
ada produksi TVC = 0, dan semakin besar produksi semakin besar nilai biaya berubah
total (TVC). Bentuk kurva TVC yang pada akhirnya semkain tegak menggambarkan
bahwa produksi dipengarui oleh hukum hasil lebih yang semakin berkurang.
Biaya dan Manfaat
Dalam menganalisis suatu bisnis, penyusunan arus biaya dan manfaat yang
diperoleh sangat penting untuk mengukur besar kecilnya nilai tambah yang dihasilkan
dengan adanya kegiatan bisnis. Biaya merupakan segala sesuatu yang secara langsung
maupun tidak langsung dapat mengurangi tujuan bisnis. Sedangkan manfaat adalah
segala sesuatu yang secara langsung maupun tidak langsung membantu tercapainya
tujuan suatu bisnis. Biaya yang diperlukan suatu bisnis dapat dikategorikan sebagai
berikut: 1. Biaya modal merupakan dana untuk investasi yang penggunaannya bersifat jangka
panjang, seperti tanah, bangunan, pabrik, dan mesin.
2. Biaya operasional atau modal kerja merupakan kebutuhan dana yang diperlukan
pada saat proyek mulai dilaksanakan, seperti biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja.
3. Biaya lainnya yaitu pajak, bunga dan pinjaman.
Sedangkan menurut Nurmalina et. al (2009), manfaat terdiri dari tiga jenis, yaitu
tangible benefit, indirect benefit, dan intangible benefit, yaitu :
1. Tangible benefit, manfaat yang dapat diukur. Umumnya manfaat ini disebabkan oleh
peningkatan produksi, perbaikan kualitas produk, perubahan waktu dan lokasi
penjualan, perubahan bentuk produk, mekanisasi pertanian.
2. Indirect benefit, manfaat yang dirasakan di luar bisnis itu sendiri sehingga
mempengaruhi keadaan eksternal bisnis.
3. Intangible benefit, manfaat yang riil ada, tapi sulit diukur, seperti manfaat keindahan,
kesejukan, dan kenyamanan.
Kriteria Investasi
Beberapa metode yang dapat digunakan untuk menilai kelayakan investasi, yaitu
Net Present Value (NPV), Internal Rate of Return (IRR), Net Benefit Cost Ratio (Net
B/C), dan Payback Period (PP).
1. Net Present Value
Metode Net Present Value (NPV) merupakan metode yang dilakukan dengan cara
membandingkan nilai sekarang dari aliran kas masuk bersih dengan nilai sekarang
dari biaya pengeluaran suatu investasi. Untuk melakukan perhitungan kelayakan
investasi dengan menggunakan metode NPV diperlukan data aliran kas keluar awal,
aliran kas masuk bersih di masa yang akan datang, dan rate of return minimum yang
diinginkan.
2. Internal Rate of Return
Metode Internal Rate of Return (IRR) pada dasarnya merupakan metode untuk
menghitung tingkat bunga yang dapat menyamakan antara present value dari semua
aliran kas masuk dengan aliran kas keluar dari suatu investasi usaha. Maka pada
prinspinya metode ini digunakan untuk menghitung besaran rate of return yang
sebenarnya.
3. Net Benefit Cost Ratio
Metode Net Benefit Cost Ratio (Net B/C) adalah metode yang digunakan untuk
membandingkan antara manfaat bersih bernilai positif dengan manfaat bersih bernilai
13
negatif. Dengan kata lain, manfaat bersih yang menguntungkan bisnis yang
dihasilkan terhadap setiap satu satuan kerugian dari bisnis tersebut.
4. Payback Period
Metode Payback Period merupakan metode yang digunakan untuk menghitung lama
periode yang diperlukan untuk mengembalikan uang yang telah diinvestasikan dari
aliran kas masuk tahunan yang dihasilkan oleh usaha tersebut.
Analisis Sensitivitas
Analisis sensitivitas digunakan untuk melihat dampak dari suatu keadaan yang
berubah-ubah terhadap hasil dari suatu analisis kelayakan. Tujuan analisis ini adalah
untuk menilai apa yang akan terjadi dengan hasil analisis dalam perhitungan biaya atau
manfaat. Apakah kelayakan suatu kegiatan investasi atau bisnis sensitif terhadap
perubahan yang terjadi.
Analisis sensitivitas ini perlu dilakukan karena dalam analisis kelayakan suatu
bisnis perhitungan umumnya didasarkan pada proyeksi-proyeksi yang mengandung
ketidakpastian tentang apa yang akan terjadi di waktu yang akan datang (Kadariah,
1986). Serta merupakan analisis pasca kriteria investasi yang digunakan untuk melihat
apa yang akan terjadi dengan kondisi ekonomi dan hasil analisa bisnis jika terjadi
perubahan atau ketidaktepatan dalam perhitungan biaya atau manfaat.
Perubahan-perubahan yang biasa terjadi dalam menjalankan bisnis umumnya
dikarenakan oleh :
1. Harga
2. Keterlambatan pelaksanaan
3. Kenaikan biaya
4. Ketidaktepatan dan perkiraan hasil (produksi)
Kerangka Pemikiran Operasional
Usaha Tahu Bandung Kayun-Yun merupakan salah satu usaha tahu yang
menggunakan kedelai impor sebagai bahan baku produksi. Menurut pemilik usaha,
sulitnya mencari kedelai lokal menjadi salah satu penyebab penggunaan kedelai impor.
Selain itu, para pengrajin termasuk Pak Uun menilai bahwa kedelai impor memiliki
kualitas yang lebih baik dibandingkan dengan kedelai lokal. Kedelai impor memiliki biji
dengan ukuran yang lebih besar serta lebih cepat mekar sehingga lebih mudah
digunakan dalam proses produksi.
Sulit ditemukannya kedelai lokal juga dipicu oleh rendahnya produksi kedelai
lokal. Hal ini mungkin disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya, keterbatasan lahan
untuk menanam, minat petani yang cukup rendah dalam budidaya kedelai, serta
pembebasan tarif impor kedelai semakin membuat Indonesia menjadi ketergantungan
terhadap kedelai impor. Karena kebutuhan konsumsi kedelai cukup tinggi dan produksi
lokal tidak mampu untuk menutupi kebutuhan tersebut, maka pemerintah
memberlakukan impor kedelai dari beberapa negara penghasil kedelai dunia. Dalam
perjalanannya, terjadi beberapa masalah antara lain penurunan produksi AS yang
menyebabkan penurunan pasokan kedelai, melemahnya nilai tukar rupiah, serta adanya
permainan pada sisi suplai membuat harga kedelai semakin meningkat. Penurunan
produksi yang terjadi di AS diantaranya disebabkan oleh gangguan cuaca dan satwa liar.
Karena pengimpor utama terbesar kedelai adalah AS, maka penurunan pasokan kedelai
di AS memiliki dampak terhadap pasokan kedelai di Indonesia. Peningkatan nilai tukar
rupiah terhadap dolar juga sangat berpengaruh terhadap harga kedelai, karena sebagian
14
besar kedelai adalah impor. Impor kedelai di Indonesia dikuasai oleh segelintir
perusahaan saja. Beberapa perusahaan importir membeli kedelai dalam volume yang
besar sehingga mudah untuk melakukan permainan harga karena pasar cukup
bergantung terhadap kedelai impor.
Bapak Uun, selaku pemilik usaha, menyatakan bahwa adanya kenaikan harga
kedelai tidak membuat usahanya berhenti produksi. Selama ini harga kedelai memang
selalu berfluktuasi. Hingga pada tahun 2013, kedelai impor meningkat secara signifikan.
Semula harga kedelai berkisar antara Rp 6 000 – Rp 7 000 per kilogram naik hingga
mencapai Rp 9 000 – Rp 10 500 per kilogram. Kenaikan harga yang terjadi tentu saja
membuat para pengrajin termasuk Pak Uun merasa khawatir terhadap keberlangsungan
usahanya. Apakah dengan adanya kenaikan harga kedelai, usahanya dapat dilanjutkan
atau tidak di kemudian hari. Dengan demikian, penting untuk dilakukan penelitian
mengenai kelayakan usaha. Selain analisis secara finansial, penelitian juga menganalisis
aspek non finansial untuk melihat kelayakan seluruh kegiatan usaha. Analisis aspek
non finansial akan mengkaji usaha melalui beberapa aspek, yaitu aspek pasar, teknis,
manajemen dan hukum, sosial dan ekonomi, serta lingkungan. Sedangkan, aspek
finansial mengkaji usaha melalu empat kriteria investasi, yaitu NPV, IRR, Net B/C dan
payback period.
Untuk mengetahui seberapa besar dampak yang terjadi terhadap suatu perubahan
dalam usaha, peneliti melakukan analisis sensitivitas terhadap dua variabel terkait.
Variabel ini ditentukan berdasarkan perubahan yang pernah terjadi di lapangan. Dari sisi
pengeluaran, variabel yang akan dianalisis adalah kenaikan harga kedelai. Sedangkan
dari sisi penerimaan, variabel yang akan dianalisis adalah penurunan jumlah produksi.
Berdasarkan hasil perhitungan dan analisis maka dapat dilihat kelayakan Usaha
Tahu Bandung Kayun-Yun. Apabila layak, maka usaha patut untuk dilanjutkan. Apabila
tidak layak, maka usaha sebaiknya melakukan perbaikan dan peningkatan efisiensi
usaha. Analisis kelayakan Usaha Tahu Bandung Kayun-Yun dapat diringkas pada
Gambar 4.
15
Gambar 2 Kerangka pemikiran operasional
Penggunaan kedelai impor oleh sebagian besar
usaha tahu
Penyebab :
- Sulit untuk
menemukan kedelai
lokal
- Kedelai impor dinilai
memilki kualitas
yang lebih baik
Dampak :
Ketergantungan
yang tinggi
terhadap kedelai
impor
Penyebab pada sektor
input :
- Keterbatasan lahan
- Minat petani dalam
budidaya kedelai
cukup rendah
- Pembebasan tarif
impor kedelai
Akibat :
Kenaikan harga kedelai impor yang
tidak dapat terhindarkan menjadi
salah satu masalah krusial bagi
pengrajin tahu.
Kendala :
Produksi AS
menurun,
melemahnya nilai
tukar rupiah,
permasalahan pada
sisi suplai
Analisis Kelayakan Usaha Tahu Bandung Kayun-Yun
Analisis Finansial
1. Net Present Value (NPV )
2. Internal Rate of Return (IRR)
3. Net Benefit-Cost (Net B/C)
4. Payback Period (PP)
Analisis Non Finansial
1. Aspek Pasar
2. Aspek Teknis
3. Aspek Manajemen dan
Hukum
4. Aspek Sosial dan
Ekonomi
5. Aspek Lingkungan
Layak Tidak Layak
Analisis Sensitivitas
Lanjutkan Lakukan perbaikan dan
peningkatan efisiensi usaha
16
METODE PENELITIAN
Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan pada usaha tahu Bandung Kayun-Yun milik Bapak Uun
yang terletak di Cibanteng Proyek, Desa Cihideung Ilir, Kecamatan Ciampea,
Kabupaten Bogor. Pemilihan lokasi penelitian dilakukan dengan beberapa
pertimbangan. Pertama, Kecamatan Ciampea merupakan salah satu kebutuhan kedelai
tertinggi di Kabupaten Bogor yang juga merupakan salah satu sentra produksi kedelai.
Kedua, usaha ini tergolong usaha kecil sehingga sangat rentan terhadap suatu perubahan
yang terjadi. Oleh karena itu, penelitian perlu dilakukan untuk melihat kelayakan usaha
baik dari segi finansial maupun non finansial. Pengambilan data dilakukan pada bulan
Desember 2013 – Januari 2014.
Data dan Instrumentasi
Penelitian ini menggunakan data primer maupun data sekunder, baik yang
bersifat kualitatif maupun kuantitatif. Data primer diperoleh dengan melakukan
wawancara langsung dengan menggunakan kuesioner, konsultasi, dan pengamatan
langsung. Responden yang menjadi sumber data primer yaitu pemilik, karyawan, serta
masyarakat umum di sekitar lokasi penelitian. Data sekunder yang berguna untuk
melengkapi informasi dalam penelitian ini diperoleh dari data internal usaha tahu
maupun diperoleh dari instansi-instansi yang terkait dengan penelitian ini, antara lain
penelitian terdahulu yang relevan dalam penelitian ini, Badan Pusat Statistik,
Departemen Pertanian, buku-buku dan artikel elektronik terkait. Untuk informasi
tambahan yang mendukung penelitian ini menggunakan literatur yang relevan dengan
objek permasalahan.
Metode Pengumpulan Data
Data primer diperoleh dari penentuan responden dari pihak internal maupun
eksternal perusahaan, penentuan tersebut dilakukan dengan menggunakan teknik
purposive sampling (secara sengaja). Responden dari pihak internal perusahaan yakni
pemilik usaha dan karyawan usaha tahu. Wawancara dengan pemilik usaha mengenai
aspek finansial dan beberapa aspek non finansial, seperti aspek pasar, teknis, dan
manajemen. Wawancara dengan karyawan sebagai data pelengkap saja. Sedangkan
untuk pihak eksternal yakni kepala desa serta masyarakat sekitar. Wawancara dilakukan
untuk mengetahui pengaruh keberadaan usaha tahu Bandung Kayun-Yun terhadap
kondisi sosial, ekonomi, budaya, dan lingkungan. Data sekunder yang digunakan
berasal dari studi literatur berbagai buku, skripsi, internet, dan instansi-instansi terkait
lainnya seperti Badan Pusat Statistik, dan Departemen Pertanian.
Metode Pengolahan Data dan Analisis Data
Data dan informasi yang telah dikumpulkan dianalisis secara kualitatif dan
kuantitatif dan diolah dengan menggunakan bantuan komputer, yakni program
Microsoft Excel 2010. Analisis kualitatif dilakukan dengan menganalisis aspek pasar,
aspek teknis, aspek manajemen dan hukum, serta aspek ekonomi, sosial dan budaya.
Analisis kualitatif dilakukan untuk mengetahui apakah usaha tersebut layak atau tidak
secara non finansial, sedangkan analisis kuantitatif dilakukan untuk menilai kelayakan
17
usaha secara finansial melalui empat kriteria investasi, yaitu analisis nilai bersih
sekarang (Net Present Value/NPV), tingkat pengembalian investasi (Internal Rate of
Return/IRR), masa pengembalian investasi (Payback Period), rasio manfaat bersih dan
biaya (Net Benefit and Cost Ratio/Net B/C Ratio) dan analisis sensitivitas.
Aspek Non Finansial
Aspek Pasar
Analisa aspek pasar dilakukan dengan cara deskriptif. Analisis ini dilakukan
dengan tujuan untuk mengetahui potensi pasar, pangsa pasar dan bauran pemasaran
yang digunakan perusahaan. Potensi pasar dapat diprediksi melalui menganalisis jumlah
permintaan dan penawaran. Serta bauran pemasaran yang bertujuan untuk memperoleh
laba yang optimal dengan mengkombinasikan empat variabel marketing mix. Aspek
pasar dikatakan layak jika terdapat peluang pasar, potensi pasar dan potensi penjualan
suatu yang dapat diraih oleh pelaku usaha.
Aspek Teknis
Analisis aspek teknis dilakukan secara deskriptif pada kegiatan teknis dalam
usaha tahu. Pada analisis ini dilihat lokasi bisnis, luas produksi, proses produksi, layout
atau tata letak, serta pemilihan jenis teknologi dan peralatan. Suatu usaha dapat
dikatakan layak jika perusahaan memiliki lokasi usaha yang mampu menunjang
pelaksanaan usaha, luas produksi sudah melebihi produksi minimum yang harus
dicapai, proses produksi sudah sesuai dengan standar prosedur operasional, layout usaha
mempermudah proses produksi, serta menggunakan jenis teknologi dan peralatan teknis
sesuai dengan prosedur.
Aspek Manajemen dan Hukum
Analisis aspek manajemen dilakukan secara deskriptif pada manajemen dalam
operasi. Pada analisis ini dilihat bentuk usaha, jenis-jenis pekerjaan, persyaratan dalam
menjalankan pekerjaan, struktur organisasi yang diterapkan dalam perusahaan, dan
pengadaan tenaga kerja yang dibutuhkan (Husnan dan Muhammad, 2000). Suatu usaha
dikatakan layak jika perusahaan menggunakan sistem manajemen sesuai dengan
kebutuhan dan memiliki pembagian serta deskripsi tugas yang jelas, sehingga
mendukung pencapaian tujuan perusahaan.
Aspek hukum yang akan dianalisis pada usaha ini adalah melihat kelengkapan
dan keabsahan dokumen yang berkaitan dengan usaha tahu mulai dari bentuk badan
usaha sampai dengan ijin-ijin yang dimilki. Hal ini dikarenakan aspek hukum dari
sebuah kegiatan usaha diperlukan untuk mempermudah dan memperlancar kegiatan
bisnis pada saat menjalin kerjasama dengan pihak lain.
Aspek Sosial dan Ekonomi
Analisis aspek sosial dan ekonomi dilakukan secara kualitatif pada pengaruh
keberadaan usaha terhadap kehidupan sosial dan ekonomi masyarakat sekitar usaha.
Pada analisis ini, suatu usaha dikatakan layak dari aspek sosial ekonomi jika usaha
memiliki dampak positif dalam hal penyerapan tenaga kerja, pendapatan masyarakat,
18
kontribusi dan peduli terhadap perbaikan di lingkungan sekitar, dan kontribusi dalam
pendapatan daerah atau negara.
Aspek Lingkungan
Aspek lingkungan dikaji secara deskriptif untuk mengetahui dampak usaha
terhadap lingkungannya. Aspek lingkungan umumnya berkaitan dengan adanya
pencemaran terhadap lingkungan sekitar lokasi usaha atau limbah air sisa produksi tahu.
Aspek lingkungan dikatakan layak apabila tidak menimbulkan dampak negatif bagi
lingkungan sekitar
Aspek Finansial
Analisis aspek finansial akan dilakukan secara kuantitatif menggunakan bantuan
alat hitung kalkulator dan komputer dengan program Microsoft Excel. Pada analisis
aspek finansial ini, akan digunakan empat kriteria investas, yaitu Net Present Value
(NPV), Internal Rate of Return (IRR), Net Benefit-Cost Ratio (Net B/C), dan payback
period (PP). Dalam penelitian ini akan dilakukan pula analisis sensitivitas.
Net Present Value (NPV)
Net Present Value (NPV) adalah nilai sekarang dari arus pendapatan yang
dihasilkan oleh penanaman investasi. Menurut Nurmalina et al. (2009) NPV merupakan
selisih antara total present value manfaat dengan total present value biaya selama umur
usaha. Nilai yang dihasilkan oleh perhitungan NPV berupa satuan mata uang (Rp).
Rumus yang digunakan dalam perhitungan NPV adalah sebagai berikut :
∑
∑
∑
Keterangan : Bt = manfaat yang diperoleh setiap tahun
Ct = biaya yang dikeluarkan setiap tahun
n = jumlah tahun (umur proyek)
Kriteria kelayakan investasi berdasarkan NPV, yaitu:
NPV > 0, artinya suatu usaha sudah dinyatakan menguntungkan dan layak untuk
dilaksanakan.
NPV < 0, artinya usaha tidak menghasilkan manfaat sebesar biaya yang
digunakan yang artinya bahwa usaha merugikan dan tidak layak untuk
dilaksanakan.
NPV = 0, artinya usaha mampu mengembalikan sebesar biaya yang dikeluarkan
yang artinya usaha tidak untung maupun rugi.
Namun, pada penelitian ini perhitungan NPV tidak dilakukan secara manual.
Perhitungan NPV dilakukan dengan menggunakan formula yang telah tersedia pada
software Microsoft Excel 2010.
19
Internal Rate of Return (IRR)
Internal Rate of Return (IRR) adalah tingkat rata-rata keuntungan intern tahunan
usaha yang melakukan investasi dan dinyatakan dalam satuan persen. IRR merupakan
nilai discount rate yang membuat NPV dari suatu usaha sama dengan nol. Suatu usaha
atau kegiatan investasi dinyatakan layak apabila nilai IRR lebih besar dari tingkat
discount rate yang ditentukan, sedangkan jika IRR lebih kecil dari tingkat discount rate
yang ditentukan maka usaha atau kegiatan investasi tidak layak untuk dijalankan
(Nurmalina et al, 2010). Secara matematis IRR dapat dirumuskan sebagai berikut:
Keterangan : i = discount rate dengan NPV positif
i‟ = discount rate dengan NPV negatif
NPV = NPV yang bernilai positif
NPV‟= NPV yang bernilai negatif
Net Benefit-Cost Ratio (Net B/C)
Net Benefit-Cost Ratio adalah rasio antara manfaat bersih yang bernilai positif
dengan manfaat bersih bernilai negatif (Nurmalina, et al 2009). Nilai Net B/C
menunjukkan besarnya tingkat tambahan manfaat pada setiap tambahan biaya sebesar
satu satuan (rupiah).
∑
Keterangan : Bt = manfaat yang diperoleh tiap tahun
Ct = biaya yang dikeluarkan tiap tahun
n = jumlah tahun (umur proyek)
i = tingkat bunga (diskonto)
t = tahun
Payback Period
Payback period merupakan metode yang mengukur perioede jangka waktu atau
jumlah tahun yang dibutuhkan untuk menutupi pengeluaran awal (investasi). Umumnya
digunakan sebagai pedoman untuk menentukan suatu proyek dengan tingkat
pengembalian yang paling cepat. Rumus yang digunakan adalah :
Keterangan : I = Besarnya investasi yang diperlukan
Ab = Benefit bersih setiap tahun
20
Analisis Sensitivitas
Analisis sensitivitas dalam penelitian ini menggunakan dua variabel yang akan
diukur, yaitu kenaikan harga kedelai dan penurunan jumlah produksi tahu. Penentuan
kedua variabel tersebut berdasarkan fakta mengenai peningkatan harga kedelai yang
membuat suatu perubahan dalam usaha. Perubahan lain yang pernah terjadi selama
keberlangsungan usaha adalah penurunan jumlah produksi tahu. Dengan menggunakan
hasil analisis ini, maka akan didapatkan informasi apakah Usaha Tahu Bandung Kayun-
Yun ini masih layak untuk dijalankan atau tidak, jika terjadi perubahan pada kedua
variabel tersebut.
Asumsi Dasar
1. Umur bisnis ditentukan selama 10 tahun berdasarkan umur bangunan yang
digunakan selama bisnis berlangsung, penentuan ini berdasarkan nilai investasi
terbesar.
2. Pada tahun 2010 dan 2011, tahu hanya memiliki 1 ukuran, yaitu 4 cm seharga Rp
250 per unit. Pada tahun 2012, tahu memiliki 2 ukuran, yaitu 4 cm dan 5 cm
masing-masing seharga Rp 250 dan Rp 300 per unit. Pada tahun 2013, harga tahu
meningkat sebesar Rp 50 sehingga tahu ukuran 4 cm dan 5 cm masing-masing
seharga Rp 300 dan Rp 350 per unit.
3. Sumber modal adalah modal sendiri, tidak ada modal pinjaman.
4. Tingkat diskonto yang digunakan merupakan tingkat rata-rata diskonto Bank
Pemerintah, yaitu sebesar 8 persen. Pemilihan ini didasarkan pemilik tidak
memiliki tabungan ataupun pinjaman dari bank manapun.
5. Seluruh pembelian alat investasi dilakukan pada tahun 2004, yaitu pada awal usaha
didirikan sedangkan perhitungan dalam penelitian ini dimulai pada tahun 2010,
ketika terjadi perpindahan lokasi kepada lokasi saat ini. Untuk memberikan hasil
yang lebih representativ maka biaya investasi dilakukan perhitungan compounding
factor yang juga disesuaikan dengan umur ekonomis peralatan.
6. Perhitungan nilai penyusutan masing-masing investasi menggunakan metode garis
lurus dimana harga jual dikurangi nilai dan dibagi dengan umur manfaat.
7. 1 jiringan terdiri atas 10 kilogram kedelai.
8. Pembuatan tahu dalam satu jiringan menghasilkan 600 potong tahu
9. Penentuan hari dalam satu tahun terdiri atas 300 hari.
10. Biaya yang dikeluarkan untuk usaha tahu ini terdiri atas biaya investasi dan biaya
operasional. Biaya investasi dikeluarkan pada tahun pertama dan biaya re-investasi
dikeluarkan untuk peralatan yang sudah habis umur ekonomisnya. Sedangkan biaya
operasional terdiri atas biaya tetap dan biaya variabel.
11. Harga kedelai pada tahun 2010 sebesar Rp 6 000, pada tahun 2011-2012 sebesar Rp
7 000, dan pada tahun 2013 hingga akhir periode usaha sebesar Rp 9 000.
12. Upah tenaga kerja dalam dan luar keluarga terdiri atas upah tenaga kerja dan uang
konsumsi. Uang konsumsi terdiri atas uang makan, kopi, dan rokok,.
13. Biaya perawatan mesin dan mobil diasumsikan konstan.
14. Tidak terdapat pemungutan pajak apapun dari usaha ini.
15. Tidak ada produk cacat hasil produksi, semuanya habis terjual.
16. Hasil seluruh input dan output yang digunakan dalam analisis ini bersumber dari
hasil wawancara dan survey lapang.
21
GAMBARAN UMUM USAHA
Pada awalnya, Pak Uun memulai usahanya dengan menjadi salah satu pekerja
pada pabrik tahu. Disanalah beliau tertarik untuk mendirikan usaha tahu sendiri. Sambil
bekerja, beliau mempelajari bagaimana proses pembuatan tahu dan mengamati peralatan
apa saja yang dibutuhkan dalam proses pembuatan tahu.
Setelah modal mencukupi, Pak Uun akhirnya berhasil mendirikan usaha tahu
sendiri pada tahun 2004 yang berlokasi di Warung Borong Kecamatan Ciampea
Kabupaten Bogor. Kapasitas produksi pertama berkisar antara 40 – 50 kilogram tiap
siklus produksi. Seluruh kegiatan produksi dilakukan oleh Pak Uun bersama istri karena
belum memiliki tenaga kerja. Pada tahun 2006, Pak Uun berpindah lokasi karena masa
kontraknya telah habis. Wilayah selanjutnya yang beliau pilih adalah Kebon Kopi,
yakni sebrang kampus IPB dengan batas kontrak yang diberikan adalah 4 tahun. Pada
saat berpindah ke lokasi yang baru, Pak Uun mengalami jumlah penurunan volume
produksi. Awalnya usaha tahu Pak Uun mengolah hingga mencapai 40 – 50 kilogram
kedelai menjadi sekitar 30 – 40 kilogram kedelai. Penurunan jumlah produksi ini
disebabkan sulitnya akses menuju lokasi. Hal ini dikarenakan pabrik berlokasi di tempat
terpencil dan sulit dilalui kendaraan. Selain itu harga kedelai yang berfluktuatif dan
keterbatasan modal juga menjadi penyebab penurunan produksi.
Pada tahun 2010, Pak Uun berpindah ke lokasi pabrik yang juga menjadi tempat
penelitian tugas akhir penulis yaitu Desa Cihideung Ilir Kecamatan Ciampea Kabupaten
Bogor. Lokasi dipilih karena memiliki area yang luas, akses yang mudah dijangkau, dan
dapat dilalui oleh kendaraan umum sehingga dapat menunjang semua kegiatan usaha.
Sejak pindah ke lokasi ini, usaha Pak Uun mulai mengalami banyak kemajuan antara
lain peningkatan permintaan tahu, peningkatan volume produksi, dan penambahan
tenaga kerja. Pak Uun mulai mendapat beberapa pesanan dari pasar sekitar, pedagang
keliling, bahkan rumah makan. Karena adanya permintaan pasar disertai dengan modal
yang cukup, maka Pak Uun mulai meningkatkan volume produksinya. Peningkatan
volume produksi menyebabkan Pak Uun harus menambah tenaga kerja untuk
menyelesaikan produksi dengan lebih cepat. Oleh sebab itu Pak Uun menambah dua
orang tenaga kerja untuk membantunya. Dua orang tenaga kerja berasal dari penduduk
sekitar yang memiliki pengalaman dalam proses produksi tahu. Sampai saat ini, Pak
Uun sudah memiliki tiga belas orang pedagang keliling dan dua pasar langganan. Belum
lagi, terkadang terdapat beberapa permintaan dari rumah makan.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Analisis Kelayakan Aspek Non Finansial
Analisis aspek non finansial dilakukan untuk melihat sejauh mana usaha tahu
Bandung Kayun-Yun layak jika dilihat dari aspek-aspek non finansial. Analisis aspek
non finansial yang akan dibahas pada penelitian ini adalah aspek pasar, aspek, teknis,
aspek manajemen dan hukum, aspek sosial dan ekonomi serta aspek lingkungan.
Aspek Pasar
Pengkajian aspek pasar sangat penting untuk dilakukan karena tidak ada usaha
yang berhasil tanpa adanya permintaan barang maupun jasa dari pasar. Pada penelitian
ini aspek pasar yang diteliti meliputi permintaan, penawaran, serta strategi pemasaran.
22
1. Permintaan
Analisis permintaan digunakan untuk mengetahui secara riil jumlah kebutuhan
produk atau jasa yang dihasilkan dalam periode waktu tertentu. Potensi pasar usaha
tahu bandung dinilai cukup tinggi. Dalam sehari atau satu kali siklus, usaha tahu ini
mampu berproduksi hingga mencapai 100 - 120 kilogram kedelai yang dapat
menghasilkan 6 700 potong tahu yang dibedakan menjadi dua ukuran, yaitu ukuran 4
cm dan 5 cm. Jumlah permintaan tahu dapat dilihat dari hasil produksi yang selalu
habis terjual. Terlebih lagi pada saat hari raya, permintaan terhadap tahu bandung
Kayun-yun meningkat hingga dua kali lipat dibandingkan hari biasanya. Sebagian
hasilnya diberikan kepada tenaga kerja sebagai bonus lebaran. Permintaan tahu
bandung ini biasanya datang dari beberapa pasar setempat, pedagang keliling
langganan, rumah makan, hingga konsumen yang langsung datang ke tempat
produksi. Pak Uun lebih memprioritaskan tahu hasil produksinya kepada pedagang
keliling langgannannya, sisanya baru dijual ke pasar dan permintaan lainnya.
Menurut KOPTI (2013), kebutuhan kedelai tiap bulannya mencapai 3 300 000
kilogram sehingga kebutuhan tiap tahun rata-rata mencapai 39 600 000 dan relatif
stabil. Stok kedelai Kabupaten Bogor selalu tersedia dan relatif aman. Jika dikaitkan
dengan kebutuhan rata-rata dan stok kedelai yang tersedia, maka permintaan kedelai
oleh para pengrajin tahu dapat selalu terpenuhi. Pak Uun mengaku, tidak pernah
mengalami kesulitan dalam melakukan pembelian kedelai. Kedelai dapat dibeli di
KOPTI, maupun di toko-toko setempat. Beliau melakukan pembelian kedelai dan
berproduksi sesuai dengan kemampuannya. Setiap harinya, berapa pun kedelai yang
diproduksi, kedelai hasil olahannya selalu habis terjual.
Permintaan akan produk tahu juga dapat dilihat dari konsumsi tahu rata-rata
nasional per kapita. Konsumsi tahu nasional per kapita menunjukkan angka yang
cukup tinggi dibandingkan dengan konsumsi kacang kedelai. Hal ini menunjukkan
bahwa potensi pasar untuk usaha ini cukup baik. Konsumsi tahu mencapai 6 – 7.5
kilogram per tahun per kapita dengan nilai rata-rata pertumbuhan konsumsi relatif
stabil hanya mencapai 0.9 persen. Hal ini dapat ditunjukkan pada Tabel 3.
Tabel 3 Konsumsi rata-rata per kapita beberapa bahan makanan tahun 2009 –2013
Bahan Makanan Satuan
unit
Tahun Rata-rata
pertumbuhan 2009 2010 2011 2012 2013
Kacang Kedelai Kg 0.052 0.052 0.052 0.052 0.052 0.00
Tahu Kg 7.039 6.987 7.404 6.987 7.039 0.09
Tempe Kg 7.039 6.935 7.300 7.091 7.091 0.23 Sumber : Deptan (2013)
Peluang dan permintaan pasar akan tahu juga didukung oleh nilai budaya
masyarakat Indonesia. Hampir seluruh masyarakat Indonesia dari Sabang sampai
Merauke menyukai produk olahan kedelai seperti tahu. Tahu dapat disantap dengan
cara yang berbeda-beda, dapat dijadikan lauk pauk hingga disajikan sebagai kudapan
atau camilan saja. Selain banyak mengandung protein, tahu memiliki harga yang
cukup terjangkau oleh seluruh kalangan. Oleh karena itu hampir seluruh masyarakat
Indonesia mengkonsumsi produk olahan yang satu ini.
2. Penawaran
Penawaran adalah jumlah produksi yang dapat disediakan oleh perusahaan.
Penawaran tahu bandung ini bersifat relatif stabil. Seluruh produk yang dihasilkan
selalu laku dan habis terjual, tidak ada permintaan yang terlalu signifikan kecuali
23
pada hari raya. Pada hari raya, biasanya Pak Uun memproduksi tahu hingga dua kali
lipat untuk memenuhi permintaan pasar.
Di wilayah Desa Cihideung Ilir terdapat dua pengrajin tahu lainnya. Pak Uun
mengaku, beliau tidak pernah merasa adanya persaingan satu sama lain, bahkan
ketika terdapat masalah kenaikan harga yang baru-baru ini terjadi, para pengrajin di
sekitar bermusyawarah untuk menemukan solusi atas permasalahan yang
dihadapinya. Satu pengrajin tahu memproduksi tahu dibawah produksi rata-rata Pak
Uun, yaitu berkisar antara 40 - 50 kilogram. Sedangkan satu pengrajin lainnya
memproduksi hingga mencapai 200 - 300 kilogram, yang berarti memproduksi di
atas rata-rata jumlah produksi Pak Uun. Seluruh hasil produksi dari ketiga pengrajin
tersebut rata-rata didistribusikan melalui pedagang keliling yang sudah menjadi
langganan mereka. Berbeda dengan Pak Uun, selain menjual hasil produksinya
kepada pedagang keliling, beliau juga memiliki kenalan di dua pasar setempat
sehingga saluran distribusinya menjadi lebih luas.
Berdasarkan wawancara mendalam dengan Pak Uun, beliau tidak memiliki
upaya tersendiri dalam menghadapi beberapa pesaing pengrajin tahu di daerahnya.
Beliau hanya mempertahankan kualitas dari produk tahu buatannya. Kualitas yang
baik mencerminkan proses pengerjaan atau proses produksi yang baik. Pak Uun
selalu melakukan kontrol pada setiap proses produksi yang dilakukan. Beliau
memiliki standar terhadap rasa yang dihasilkan. Menurutnya, rasa tahu yang baik
akan sangat mempengaruhi kepuasan konsumen. Walaupun, tahu hasil produksinya
merupakan produk yang homogen dan belum memiliki loyalitas merk sehingga
cenderung memiliki daya substitusi sempurna satu sama lain, tapi Pak Uun sebagai
produsen selalu berusaha untuk memberikan hasil tahu terbaiknya dengan selalu
menjaga cita rasa dan kualitas tahu buatannya.
3. Strategi Pemasaran
Stanton (1984) mendefinisikan pasar sebagai orang-orang yang mempunyai
keinginan untuk puas, uang untuk berbelanja, dan kemauan untuk
membelanjakannya. Sedangkan pemasaran merupakan sistem keseluruhan dari
kegiatan usaha yang ditujukan untuk merencanakan, menentukan harga,
mempromosikan, dan mendistribusikan barang dan jasa yang dapat memuaskan
kebutuhan kebutuhan kepada pembeli yang ada maupun pembeli potensial (Stanton,
1984). Berdasarkan definisi tersebut maka ketika membahas tentang pemasaran,
tidak dapat lepas dari bauran pemasaran atau marketing mix. Bauran pemasaran
merupakan kombinasi dari empat variabel yang merupakan inti dari sistem
pemasaran yang dapat dikendalikan oleh perusahaan. Variabel tersebut dapat
dikelompokkan menjadi empat kelompok utama, yang dikenal dengan 4P, yaitu
produk (product), harga (price), tempat (place), dan promosi (promotion).
a. Produk
Produk adalah sesuatu yang bisa ditawarkan ke pasar untuk mendapatkan
perhatian, pembelian, pemakaian, atau konsumsi yang dapat memenuhi keinginan
atau kebutuhan. Produk yang dihasilkan oleh industri tahu ini adalah tahu
bandung. Tahu bandung adalah tahu putih yang sudah dibentuk melalui potongan-
potongan lalu dilakukan proses perebusan kembali dengan menggunakan kunyit.
Produk tahu pada awalnya dipasarkan hanya dalam satu ukuran yaitu tahu
berukuran 4 cm. Seiring dengan meningkatnya volume produksi dan kemajuan
usaha, tahu mulai dipasarkan dalam dua ukuran yaitu ukuran kecil (4 cm) dan
ukuran besar (5 cm). Penambahan ukuran disebabkan juga oleh permintan pasar
24
untuk disesuaikan dengan pangan yang akan diolah. Selain produk utama, yaitu
tahu juga terdapat limbah dari proses produksi berupa ampas tahu. Ampas tahu ini
sudah memilik langganan tersendiri yaitu salah satu pemilik peternakan yang
berada di daerah Ciampea. Ampas tahu digunakan sebagai pakan ternak yang baik
untuk dikonsumsi juga dinilai memiliki zat gizi yang cukup tinggi sehingga
membantu dalam proses penggemukan hewan ternak. Selain itu juga terdapat
pinggiran tahu sisa cetakan yang dapat dimanfaatkan dan sudah memiliki
langganan tersendiri, yaitu ibu-ibu warga sekitar. Hasil penjualan dari pinggiran
tahu digunakan untuk melengkapi biaya tambahan dan keperluan sekolah anak
pemilik usaha.
b. Harga
Harga adalah sejumlah uang dan atau barang yang dibutuhkan untuk
mendapatkan kombinasi dari barang lain yang disertai dengan pemberian jasa.
Penentuan tingkat harga sangat menentukan keberhasilan sebuah bisnis. Rata-rata
pengrajin tahu sekitar memberikan harga jual yang sama kepada konsumen. Harga
jual ini ditentukan dari penambahan biaya produksi terhadap tingkat keuntungan
yang diharapkan. Penentuan harga ini disebut cost based pricing atau penetapan
harga berdasarkan biaya. Harga jual tahu mengalami kenaikan sebesar Rp 50
untuk masing – masing ukuran. Semula ukuran 4 cm seharga Rp 250 dan ukuran 5
cm seharga Rp 300, setelah adanya kenaikan harga kedelai para pengrajin
melakukan musyawarah dan mencapai keputusan bersama dengan melakukan
salah satu alternatif penyesuaian berupa kenaikan harga jual tahu. Oleh sebab itu
harga tahu meningkat menjadi Rp 300 untuk tahu ukuran 4 cm dan Rp 350 untuk
tahu ukuran 5 cm.
c. Distribusi
Pemasaran produk tahu hanya dilakukan di daerah sekitar Bogor, belum
menjangkau daerah lain. Hal ini dikarenakan penawaran produk tahu belum
mampu untuk melakukan ekspansi ke berbagai daerah karena memiliki beberapa
kendala, seperti keterbatasan modal, keterbatasan tenaga kerja, dsb. Terdapat dua
saluran utama yang digunakan oleh usaha tahu ini
Saluran I
Gambar 3 Saluran pemasaran tahu bandung saluran I
Saluran I ini merupakan saluran utama bagi pemasaran tahu bandung
Kayun-Yun. Saluran utama tahu bandung ini mengutamakan kepada penjulan
melalui perantara. Terdapat tiga belas pedagang keliling tetap yang selalu
membeli tahu bandung Kayun-Yun untuk dipasarkan kembali kepada konsumen
yang ada di berbagai daerah. Pedagang keliling ada dua macam, ada yang
menggunakan box ada juga yang menggunakan gentong. Pedagang yang
menggunakan box mampu membawa sekitar 250 potong tahu per unit box, satu
orang membawa satu box. Lain halnya dengan gentong, gentong mampu
membawa potongan tahu lebih banyak, sekitar 300 - 400 potong tahu per
gentongnya. Jika terdapat tahu yang mengalami kerusakan ataupun tidak laku,
tahu akan dikembalikan kepada produsen. Tahu yang mengalami kerusakan dan
sisa-sisa potongan memiliki langganan tersendiri.
Usaha tahu Pedagang Keliling Konsumen
25
Saluran II
Gambar 4 Saluran pemasaran tahu bandung saluran II
Saluran II juga menggunakan perantara untuk memasarkan produk tahu
kepada konsumen. Perantaranya yaitu pasar. Terdapat dua pasar langganan yang
digunakan Pak Uun sebagai tempat untuk berjualan tahu, yaitu Pasar Ciomas dan
Pasar Anyar. Pemilihan kedua pasar ini dikarenakan sejak Pak Uun mendirikan
usaha tahu, beliau sudah merintis penjualan di kedua pasar tersebut. Beliau
memiliki beberapa kenalan dan langganan selama berjualan. Oleh sebab itu,
hingga sekarang Pak Uun menjual tahu hasil produksinya ke dua pasar yang telah
dirintisnya tersebut.
Prioritas utama produsen adalah saluran I. Pak Uun mengutamakan tahu
hasil produksinya untuk dijual terlebih dahulu kepada tiga belas pedagang keliling
langganannya. Sebagian besar pedagang keliling mengambil tahu pada pagi hari
bahkan menjelang subuh agar dapat langsung dipasarkan ke daerah tujuan, hanya
ada beberapa pedagang keliling yang mengambil tahu pada sore hari. Tahu yang
sudah jadi dimasukkan dan dirapikan ke dalam box dan gentong untuk siap
diambil oleh para pedagang keliling keesokan harinya. Setelah pasokan pedagang
keliling terpenuhi, barulah memenuhi permintaan tahu bandung Kayun-Yun yang
ada di kedua pasar yang telah ditentukan.
d. Strategi Promosi Promosi adalah semua aktivitas yang dilakukan perusahaan untuk
mengomunikasikan dan mempromosikan produk pada target pasar (Kotler 1997).
Sampai sejauh ini, usaha tahu bandung belum pernah melakukan strategi promosi
secara gencar-gencaran. Saat ini upaya strategi promosi yang diandalkan adalah
promosi secara tradisional, yaitu word of mouth. Promosi ini hanya mengandalkan
kesan konsumen kepada suatu produk sehingga konsumen dapat menceritakan
bahkan merekomendasi produk tersebut kepada konsumen lainnya.
Produsen membiarkan konsumen untuk melakukan pembelian ataupun
tidak. Yang terpenting, produsen selalu memperhatikan standard rasa dan kualitas
produk buatannya. Produsen meyakini, jika suatu produk menghasilkan cita rasa
yang disukai konsumen, maka konsumen tersebut akan puas sehingga konsumen
akan melakukan pembelian berulang (repeat buying) terhadap produk yang
ditawarkan.
Hasil Analisis Aspek Pasar
Berdasarkan analisis potensi pasar tahu bandung di atas dapat disimpulkan
bahwa usaha tahu bandung layak untuk diusahakan. Hal ini dapat dilihat dari potensi
pasar untuk produk tahu tergolong relatif stabil dan tidak pernah ditemukan over supply.
Permintaan yang selalu diimbangi dengan penawaran membuat usahanya selalu laku
dan habis terjual. Permintaan meningkat pada hari-hari tertentu saja, seperti hari raya.
Harga jual tahu mengalami kenaikan sebesar Rp 50 akibat kenaikan harga kedelai, akan
tetapi kenaikan dinilai masih dalam batas yang wajar sehingga konsumen masih
memberikan toleransi terhadap harga jual tahu yang ditawarkan. Hal ini juga mungkin
didukung dengan budaya sebagian besar masyarakat Indonesia dala hal kegemarannya
mengkonsumsi olahan kedelai, khusunya tahu. Tahu dapat menjadi pangan substitusi
Usaha tahu Pasar Konsumen
26
karena mengandung nilai gizi yang cukup tinggi, membuat produk pangan yang satu ini
selalu dicari dan tidak pernah kehabisan pembeli walaupun usaha tahu rata-rata belum
mempunyai loyalitas merk.
Aspek Teknis
Jika analisis pasar menunjukkan sebuah bisnis layak untuk dijalankan maka
langkah berikutnya adalah menjawab pertanyaan apakah bisnis tersebut secara teknis
dapat dijalankan atau tidak. Meskipun berdasarkan aspek pasar suatu bisnis layak
dijalakan, tetapi jika secara teknis tidak dapat dijalankan dengan baik maka investasi
sebaiknya ditunda terlebih dahulu. Hal ini disebabkan bisnis seringkali mengalami
kegagalan karena tidak mampu menghadapi masalah-masalah teknis.
1. Lokasi Usaha
Lokasi usaha adalah lokasi dimana usaha akan dijalankan, baik lokasi untuk
lahan pabrik maupun lokasi perkantoran. Lokasi usaha mempunyai pengaruh yang
besar terhadap biaya operasional dan biaya investasi. Penentuan lokasi usaha yang
salah akan menimbulkan beban yang tak terbatas bagi perusahaan.
Lokasi usaha tahu bandung Kayun-Yun terletak di Desa Cihideung Ilir,
Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor. Lokasi dipilih berdasarkan beberapa
pertimbangan. Pertama, yaitu lokasi memiliki halaman yang luas. Hal ini
dipertimbangkan untuk menaruh kepingan kayu bakar yang akan dipakai dalam
proses produksi juga sebagai tempat parkir mobil pick-up. Kedua, yaitu akses
transportasi mudah dan memadai. Lokasi pabrik berada di desa yang tidak jauh dari
keramaian sehingga akses keluar masuk pabrik cukup mudah. Selain itu lokasi juga
berada di pemukiman penduduk dengan kondisi jalan yang sudah memadai.
Usaha tahu memiliki beberapa keuntungan dari segi fasilitas dan transportasi.
Dari segi fasilitas, lokasi usaha pembuatan tahu ini sudah tersedia sumber air dan
instalasi listrik yang baik. Hal ini membuat produsen tidak perlu mengeluarkan biaya
untuk pemasangan instalasi air dan listrik. Dari sisi transportasi, letak lokasi usaha
mudah dicapai. Lokasi terletak di pemukiman penduduk yang memiliki fasilitas jalan
dengan kondisi yang baik. Tidak ada kesulitan menuju lokasi usaha sehingga dapat
diakses dengan menggunakan kendaraan beroda dua atau yang beroda empat.
2. Bahan Baku
Bahan baku utama yang digunakan dalam proses produksi adalah kedelai.
Sebagian besar para pengrajin tahu menggunakan kedelai impor dalam proses
produksinya. Hal ini dilakukan karena sulit menemukan kedelai lokal. Berdasarkan
wawancara dengan para pengrajin sekitar, kedelai impor dinilai lebih mudah dicari,
selain itu kedelai impor memiliki kualitas yang lebih baik dibandingkan dengan
kedelai lokal. Kedelai impor tidak mengandung banyak kotoran dan memiliki biji
yang sedikit lebih besar sehingga lebih cepat mekar dalam proses perendaman.
Kualitas biji kedelai akan mempengaruhi kualitas tahu yang dihasilkan. Berikut
adalah kedelai impor yang digunakan oleh produsen dalam proses produksi tahu
27
Gambar 5 Kedelai yang digunakan dalam proses produksi
Produsen memiliki dua toko langganan untuk membeli pasokan kedelai. Toko
tersebut terletak di Lembur Pos dan Cimanggu. Kedua toko ini memiliki perbedaan
waktu dalam pembukaan toko. Toko yang berada di Cimanggu memiliki jam buka
mulai pukul 05.00 – 20.00, sedangkan toko yang berada di Lembur Pos memiliki jam
buka 07.00 – 18.00. Jika Pak Uun ingin membeli kedelai pada pagi hari menjelang
subuh, beliau dapat membeli kedelai di toko yang berada di daerah Cimanggu. Oleh
karena itu, Pak Uun tidak pernah menemukan kesulitan dalam hal pembelian kedelai.
Kedua toko langganan pemilik usaha memiliki jumlah kapasitas kedelai yang
berbeda. Toko yang berada di Lembur Pos memiliki kapasitas suplai sebesar 2 – 3
ton dan mendapat suplai dari pasar yang berada di daerah Ciluwer Kabupaten Bogor.
Sedangkan toko yang berada di Cimanggu memiliki kapasitas suplai sebesar 20 – 30
ton per harinya. Selain menjual kedelai, toko ini juga memiliki pabrik tempe yang
berlokasi di tempat yang sama. Suplai kedelai diperoleh langsung dari pelabuhan
merak sehingga pembelian dilakukan dalam jumlah besar. Untuk harga jual, baik
kedelai di toko Lembur Pos dan Cimanggu tidak memiliki perbedaan harga yang
signifikan. Harga jual kedelai pada saat ini berkisar antara Rp 8 600 – Rp 9 000 dan
sebagian besar menjual kedelai impor.
Pemilik mengaku pernah melakukan pembelian pasokan kedelai beberapa kali
kepada KOPTI (Koperasi Tahu Tempe Indonesia) Kabupaten Bogor. Beliau juga
sempat menjadi anggota KOPTI karena memiliki berbagai keuntungan, selain
mendapatkan kedelai dengan harga yang lebih terjangkau, KOPTI juga masih
menerapkan SHU (Sisa Hasil Usaha). SHU merupakan keuntungan usaha yang
dibagi sesuai dengan aktifitas ekonomi anggota koperasi. Besarnya SHU yang
diterima oleh setiap anggota berbeda-beda tergantung dari besarnya partisipasi
modal dan transaksi anggota. Oleh sebab itu, semakin tinggi frekuensi melakukan
suatu transaksi dengan KOPTI maka besar kemungkinan SHU yang diterima pada
akhir tahun akan semakin tinggi. Pada saat ini, pembelian pasokan kedelai di KOPTI
dengan toko biasa tergolong relatif sama atau tidak memiliki perbedaan harga
sehingga para pengrajin lebih memilih melakukan pembelian pasokan kedelai di
beberapa toko setempat yang lebih dekat dengan lokasi pabrik.
Hingga saat ini, pemilik mengaku belum menemukan kesulitan yang berarti
dalam memperoleh pasokan kedelai. Toko langganan dengan jam buka yang berbeda
cukup memudahkan pemilik dalam memperoleh pasokan kedelai. Kapanpun kedelai
habis, pemilik dapat membeli pasokan kedelai di toko langganannya.
28
3. Luas Produksi
Luas produksi merupakan jumlah atau volume hasil produksi yang seharusnya
diproduksi oleh perusahaan dalam satu periode tertentu. Luas produksi harus
direncanakan secara matang agar perusahaan dapat memperoleh keuntungan yang
optimal. Jumlah produksi yang terlalu besar akan menyebabkan adanya penumpukan
hasil produksi yang tidak habis terjual di pasaran sehingga menyebabkan penurunan
kualitas hingga kadaluarsa. Sebaliknya, jumlah produksi yang terlalu kecil akan
menyebabkan usaha tidak mampu memenuhi permintaan pasar yang berakibat
kehilangan kesempatan untuk mendapatkan keuntungan. Selain itu, mesin-mesin dan
peralatan lainnya juga tidak bekerja secara optimal.
Usaha pembuatan tahu yang diusahakan di Desa Cihideung Ilir masih
tergolong kepada usaha kecil. Pada saat ini, kapasitas produksi tahu pada hari normal
berada pada kisaran 100 kilogram – 120 kilogram. Sehingga dalam satu periode
produksi menghasilkan hingga 4 200 potong tahu ukuran 4 cm dan 2 500 potong tahu
ukuran 5 cm. Total keseluruhan potong tahu yang dihasilkan hingga mencapai 6 700
satu kali periode produksi. Jumlah kapasitas atau luas produksi relatif mengalami
peningkatan ketika hari raya. Produksi bisa mencapai dua kali lipat dibanding dengan
hari biasa, yaitu sekitar 200 kilogram - 250 kilogram per satu kali periode produksi.
4. Siklus Produksi Siklus produksi yang dimiliki usaha tahu bandung Kayun-Yun cukup
sederhana. Pada awalnya tahu bandung Kayun-Yun hanya memiliki satu jenis tahu,
yaitu tahu berukuran kecil 4 cm. Tahu yang dijual adalah tahu berwarna kuning
akibat proses perebusan dengan menggunakan kunyit. Selain menjadi pewarna alami,
perebusan tahu dengan menggunakan kunyit setelah tahu jadi membuat tahu menjadi
lebih lebih awet dan tahan lama. Sejak awal produksi, usaha ini memang sudah
memproduksi tahu berwarna kuning hingga sekarang. Saat ini, produsen memiliki
dua jenis ukuran tahu, yaitu ukuran kecil 4 cm dan ukuran besar 5 cm.
Ketika awal mendirikan usaha tahu, produsen hanya memproduksi 30 – 40
kilogram kedelai per hari. Hal ini dikarenakan keterbatasan modal yang dimiliki.
Hingga pada saat ini produsen sudah memproduksi mencapai 100 – 120 kilogram per
hari atau setiap siklus produksinya. Peningkatan kapasitas produksi dilakukan tanpa
bantuan dari orang lain, seluruh modal tambahan diperoleh dari modal sendiri yang
telah dikumpulkan produsen selama beberapa tahun hingga dapat mendirikan usaha
seperti sekarang ini. Pada awalnya, produsen belum memiliki tenaga kerja, semua
proses produksi hingga penjualan tahu dilakukan sendiri bersama istrinya. Setelah
usaha meningkat, produsen mulai mempekerjakan tiga orang tenaga kerja untuk
membantu dalam proses produksi. Selain itu, produsen juga telah memiliki tiga belas
pedagang keliling serta dua pasar langganan yang siap menjual hasil tahu
produksinya.
Tahu yang diproduksi pada hari ini, akan dijual pada keesokan harinya.
Biasanya para pedagang keliling mengambil tahu yang sudah disiapkan dalam wadah
box dan gentong pada pukul 04.00 hingga menjelang subuh untuk langsung dijual
kepada penduduk sekitar. Sisa tahu yang masih ada dijual oleh produsen ke dua pasar
langganan, yaitu pasar Anyar dan pasar Ciomas. Di kedua pasar tersebut, produsen
juga sudah memiliki langganan untuk dijual kembali sehingga tidak perlu menunggu
waktu lama untuk menjual tahu di pasar tersebut. Selain tahu, terdapat ampas tahu
yang juga dapat dimanfaatkan untuk dijual. Ampas tahu sudah memiliki langganan
sendiri, yaitu pemilik salah satu peternakan di daerah Ciampea yang biasa digunakan
29
sebagai pakan ternak. Pinggiran tahu sisa cetakan juga sudah memiliki langganan
yaitu ibu-ibu warga sekitar.
Untuk proses produksi dan perhitungan biaya dilakukan pada sub topik
selanjutnya.
5. Proses Produksi
Proses produksi merupakan aspek penting yang harus dikuasai agar usaha
dapat berjalan dengan lancar. Selain itu, penguasaan teknik produksi yang baik akan
menentukan kualitas usaha tahu yang dihasilkan. Industri tahu umumnya merupakan
industri skala rumah tangga dengan jumlah tenaga kerja yang tidak banyak dan
investasi yang diperlukan tidak terlalu besar. Proses produksi tahu sederhana dan
mudah dipelajari sehingga industri tahu dapat dijalankan oleh siapa saja.
Secara umum proses produksi tahu hampir sama, yaitu mulai dari perendaman
kedelai hingga pencetakan, perlakuan pada akhir produksi yang membedakan tahu
akan dijual dalam bentuk tertentu, ada yang menjual dalam bentuk tahu bungkus,
tahu putih, tahu kunyit, tahu goreng, dsb. Usaha Tahu Bandung Kayun-Yun memilih
untuk membuat tahu kunyit. Tahu kunyit memiliki warna kekuning-kuningan karena
pada akhir proses pengolahan, tahu yang sudah jadi direbus kembali dengan
menggunakan air yang sudah dicampur dengan kunyit yang telah dihaluskan
sehingga tahu menjadi berubah warna. Perubahan warna pada tahu dirasa aman
karena menggunakan pewarna alami, yaitu kunyit. Berikut tahapan yang dilakukan
dalam proses pembuatan tahu.
a. Perendaman
Tahapan pertama yang dilakukan dalam proses pembuatan tahu adalah
perendaman. Untuk mendapatkan tahu dengan kualitas baik, terlebih dahulu
dilakukan pemisahan kedelai dengan kotoran-kotoran yang menempel seperti
batuan-batuan kecil, daun-daunan, atau batang tanaman yang terbawa pada
kedelai. Pemisahan ini dilakukan secara manual. Setelah itu dilakukan
perendaman dengan menggunakan air bersih selama kurang lebih dua jam.
Perendaman sebaiknya dilakukan pada malam hari sehingga keesokan harinya
dapat dilakukan proses penggilan. Selama perendaman hindarkan terkontaminasi
bahan kimia seperti sabun, kaporit, garam, minyak, atau bahan kimia berbahaya
lainnya. Kontaminasi bahan-bahan kimia dapat menyebabkan menurunnya
kualitas produk ataupun produk menjadi tidak layak konsumsi karena pencemaran
bahan kimia berbahaya. Proses perendaman dapat dilakukan dengan
menggunakan ember plastik atau drum. Perendaman sebaiknya jangan terlalu
lama karena akan memberikan sifat asam yang berlebihan.
Gambar 6 Proses perendaman kedelai
30
b. Pencucian
Setelah kedelai direndam sehingga tampak bertambah besar ukurannya,
langkah selanjutnya adalah dilakukan pencucian. Proses pencucian bertujuan
untuk menghilangkan lendir dan sifat asam. Proses pencucian dilakukan pada air
yang mengalir agar kedelai menjadi lebih bersih. Pencucian yang kurang bersih
akan menyebabkan tahu yang dihasilkan memiliki cita rasa yang kurang kurang
enak, terasa asam, dan mudah basi.
c. Penggilingan
Kedelai yang sudah dicuci bersih lalu dilakukan tahapan selanjutnya, yaitu
penggilingan. Penggilingan adalah proses penghancuran kedelai menjadi bubur
kedelai dengan menggunakan mesin, yang dikenal dengan mesin molen. Kedelai
yang telah direndam dan dicuci kemudian digiling menggunakan mesin,
bersamaan dengan itu sambil ditambahkan air sedikit demi sedikit melalui kran
hingga dihasilkan bubur kedelai berwarna putih. Bubur kedelai kemudian
ditampung dengan menggunakan ember dan siap untuk direbus.
Gambar 7 Proses penggilingan kedelai
d. Perebusan
Bubur kedelai hasil penggilingan selanjutnya direbus dengan menggunakan
tungku berbahan bakar kayu. Penggunaan bahan bakar kayu dirasa lebih efisien
dan lebih cepat dibandingkan dengan menggunakan gas. Tungku perebusan
berupa bak yang terbuat dari semen, di dalamnya dilapisi kuali berbahan stainless
dengan diameter 1m dan tinggi kurang lebih 1.2 – 1.5 m. Perebusan dilakukan
hingga mendidih sambil dilakukan pengenceran dengan menambahkan air
beberapa kali kepada bubur kedelai. Selama proses perebusan sebaknya dilakukan
pengadukan terus menerus sambil sesekali dibuang buihnya. Selain itu, usahakan
agar pemanasan stabil agar bubur kedelai matang dengan sempurna.
Gambar 8 Proses perebusan bubur kedelai
31
e. Penyaringan
Larutan bubur kedelai yang sudah masak, kemudian disaring menggunakan
tanggok yang dilapisi oleh kain halus, hasil endapannya ditampung dalam sebuah
tahang kayu. Pemerasan sebaiknya dilakukan agar sari kedelai terpisah dengan
optimal, kemudiah pisahkan ampasnya.
Gambar 9 Proses penyaringan bubur kedelai
f. Penggumpalan
Tahapan selanjutnya adalah untuk menunggu proses penggumpalan. Proses
penggumpalan dapat dilakukan secara alami yaitu dengan menggunakan limbah
cair proses produksi tahu yang telah didiamkan kurang lebih dua hari sebelumnya,
dengan cara mencampurkan limbah cair proses produksi sebelumnya dengan
bubur tahu pada proses pengendapan dengan perbandingan 1:4. Penggumpalan
dapat dilakukan dengan asam cuka atau dengan bubuk sioko, akan tetapi produsen
lebih memilih bahan penggumpal alami, yaitu limbah cair proses produksi
sebelumnya karena lebih efisien dan tetap memperhatikan kualitas.
Gambar 10 Proses penggumpalan sari kedelai
g. Pencetakan
Pencetakan dilakukan dengan teknik pengepresan menggunakan cetakan
yang terbuat dari kayu. Langkah pertama, siapkan cetakkan kosong, lalu letakkan
kain halus tipis di atasnya. Kemudian, sari kedelai dituangkan ke cetakan yang
sudah dilapisi kain tipis tersebut hingga hampir penuh, lalu sisa kain ditutupkan
pada bagian atas sari kedelai tersebut. Setelah itu, bagian atasnya ditutup dengan
papan kayu. Cetakan dapat disusun 2 - 5 unit papan cetakan dan cetakan paling
atas diberi pemberat agar proses pengepresan lebih optimal. Pencetakkan
membutuhkan waktu kurang lebih 15 - 20 menit. Selama proses pengepresan, air
akan keluar melalui lubang-lubang pada tiap bagian samping papan cetakan. Air
tahu tersebut dialirkan ke tempat pembuangan atau ditampung. Air tahu yang
dibiarkan hingga asam kurang lebih 2-3 hari dapat digunakan untuk membantu
32
proses penggumpalan tahu sehingga tidak membutuhkan bahan kimia untuk
proses penggumpalan.
Gambar 11 Proses pencetakan sari kedelai
h. Pemotongan
Sari kedelai yang telah dipres dan menjadi tahu dalam bentuk lembaran
dengan ukuran cetakannya dipindahkan bersama papan cetakannya dan disusun
dengan rapi. Pemotongan harus dilakukan segera sehingga tahu tidak menjadi
lembek dan basi. Tahu yang masih lembaran dipotong-potong sesuai ukuran yang
diinginkan. Terdapat dua ukuran tahu dalam usaha ini, yaitu ukuran 4 cm x 4 cm
dan 5 cm x 5 cm. Pemotongan dilakukan dengan mistar yang terbuat dari kayu
yang telah disesuaikan dengan ukuran yang diinginkan.
Gambar 12 Proses pencetakan tahu
i. Perebusan tahu dengan menggunakan tumbukan kunyit
Tahu yang telah dipotong selanjutnya direbus kembali dengan
menggunakan bahan pewarna alami, yaitu kunyit yang telah ditumbuk halus
bersamaan dengan garam. Perebusan dilakukan hingga tanak agar tahu menjadi
lebih tahan lama. Tahu kunyit memiliki cita rasa khas dan disukai oleh
penggemarnya. Setelah proses perebusan selesai, tahu dapat diangkat dan
diletakkan pada tampir yang telah disediakan. Tunggu beberapa saat sampai tahu
mengeluarkan uap panasnya, maka tahu siap untuk dimasukkan ke dalam box dan
gentong untuk siap dipasarkan.
33
Gambar 13 Proses perebusan tahu dengan kunyit
6. Layout Usaha
Layout usaha merupakan keseluruhan bentuk dan penempatan fasilitas-fasilitas
yang diperlukan dalam proses produksi. Penentuan layout usaha pada umumnya
dilakukan ketika lokasi usaha ditentukan dengan berbagai pertimbangan. Layout
yang baik memiliki berbagai kriteria, yaitu meminimalkan jarak angkut antar bagian,
aliran material yang baik, efektif dalam penggunaan ruang, luwes atau indah,
memberikan keselamatan atas barang-barang yang diangkut, memungkinkan adanya
perluasan bisnis, meminimalkan biaya produksi, dan memberikan jaminan keamanan
yang cukup bagi keselamatan tenaga kerja.
Usaha pembuatan tahu memiliki luas bangunan 6 m x 25 m. Lokasi produksi
ini menyatu dengan kediaman produsen. Selain bangunan, pada pabrik ini terdapat
halaman yang cukup luas untuk menaruh kepingan kayu bakar yang akan digunakan
dalam proses produksi. Struktur ruangan diatur sedemikian rupa agar mempermudah
alur proses produksi. Ruang produksi dibagi menjadi beberapa bagian yaitu, tempat
perendaman dan pencucian kedelai, tempat penggilingan, tempat perebusan bubur
kedelai, tempat penyaringan dan penggumpalan, tempat pencetakan tahu, tempat
pemotongan tahu, rak penyimpanan tahu, tempat pembungkusan dan peletakan tahu
ke dalam box dan gentong. Untuk tata letak atau layout pabrik secara lebih jelas
dapat dilihat pada Lampiran 3.
7. Pemilihan Jenis Teknologi dan Equipment
Peralatan dalam usaha tahu ini sebagian besar masih bersifat semi tradisional.
Peralatan yang digunakan dalam usaha tahu bandung Kayun-Yun, antara lain mesin
penggiling atau molen. Peralatan ini pertama kali dibeli oleh produsen dalam
keadaan bekas pakai. Lalu, terdapat tungku semen untuk melakukan proses
perebusan yang dibuat sendiri oleh produsen. Dalam tungku semen terdapat kuali
dengan diameter 80 cm yang digunakan sebagai wadah untuk menaruh bubur kedelai
dalam proses perebusan dan tahu yang sudah dipotong menjadi ukuran tertentu dan
direbus dengan menggunakan parutan kunyit. Selanjutnya adalah berbagai peralatan
yang terbuat dari kayu atau bambu, produsen memiliki satu toko langganan yang
terletak di daerah Lembur Pos untuk membeli peralatan baru jika peralatan lama
sudah tidak dapat digunakan kembali, seperti tahang kayu, tanggok, cetakan, tampir,
mistar, dan serok. Akan tetapi, toko tersebut tidak menyediakan barang secara
langsung sehingga jika ada peralatan yang sekiranya tidak dapat dipergunakan maka
produsen harus melakukan pemesanan terlebih dahulu peralatan apa saja yang ingin
dibutuhkan.
Peralatan lain yang biasa dibuat sendiri oleh produsen adalah rak penyimpanan
tahu yang sudah jadi. Rak ini terbuat dari bambu dan mampu menopang sebanyak
34
lima sampai sepuluh tampir. Sedangkan peralatan seperti bak plastik, ember, gentong
dan box dapat dibeli di toko kelontong terdekat.
Hasil Analisis Aspek Teknis
Berdasarkan hasil analisis, jika dilihat dari aspek teknis, usaha pembuatan tahu
dapat dikatakan layak. Hal ini dapat ditunjukkan dari lokasi usaha yang strategis, dilihat
dari kemudahan dalam akses transportasi, ketersediaan sumber listirk dan air. Bahan
baku juga cukup mudah diperoleh. Perbedaan harga kedelai antar toko dinilai tidak jauh
berbeda, serta kualitas kedelai yang lebih disukai oleh para pengrajin memang kedelai
impor karena memiliki kualitas yang lebih baik (tidak mengandung banyak kotoran dan
biji relatif lebih besar). Selain itu, proses produksi juga sudah sesuai dengan alur atau
standar operasi yang digunakan. Untuk pemilihan jenis teknologi dan equipment masih
tergolong semi tradisional. Sebagian besar peralatan masih menggunakan bahan yang
terbuat dari kayu atau bambu. Para pengrajin tahu di Indonesia masih didominasi oleh
skala usaha rumah tangga dan usaha kecil sehingga keterbatasan modal menjadi salah
satu kendala utama dalam keberlangsungan dan kemajuan usaha. Walaupun demikian,
seluruh peralatan selalu dijaga dan dirawat dengan cukup baik. Tata letak pabrik juga
sudah diatur oleh pemilik dengan memperhatikan kemudahan pekerja dalam melakukan
alur produksi agar pekerjaan dapat dilakukan secara efektif dan efisien.
Aspek Manajemen dan Hukum
1. Aspek Manajemen
Pelaksanaan pembangunan bisnis harus direncanakan dengan baik supaya tidak
terjadi hal-hal yang dapat menghambat pembangunan. Penyelesaian pembangunan
bisnis yang tidak sesuai dengan jadwal akan menyebabkan pembengkakan biaya dan
dapat menyebabkan gangguan pada pemasaran karena gagalnya pencapaian target
waktu berproduksi.
Usaha pembuatan tahu bandung ini merupakan usaha perseorangan. Sebagian
besar pengrajin tahu menjalankan usahanya secara tradisional. Hal ini membuat
usaha dijalankan secara non formal dan belum memiliki struktur organisasi tetap.
Pemegang kendali berada di tangan pemilik, sambil tetap mengontrol dan
mengkoordinasi seluruh aktivitas bisnis yang dilakukan.
Meskipun usaha ini belum memiliki struktur organisasi, tapi pembagian
pekerjaan dilakukan secara sederhana dan jelas. Pemilik bertugas untuk membeli
kedelai, mengantarkan tahu ke pasar serta mengawasi jalannya proses produksi, istri
pemilik juga ikut membantu dalam keuangan, memarut kunyit, dan melakukan
pembungkusan tahu dengan plastik dan penempatan tahu ke dalam box dan gentong
untuk diambil oleh pedagang keliling dan sisanya akan dijual ke pasar. Pemilik
memiliki tiga pekerja. Satu orang pekerja bertugas untuk merendam, menggiling, dan
merebus kedelai. Satu orang pekerja bertugas menyaring bubur tahu (dibantu oleh
satu orang pekerja lain) dan mencetak tahu yang sudah jadi hingga menjadi
potongan-potongan. Dan satu orang pekerja bertugas merebus tahu yang sudah
dicetak dengan parutan kunyit yang sudah disediakan sebelumnya lalu menaruh
potongan tahu yang sudah direbus dengan menggunakan parutan kunyit ke tampir
yang sudah disediakan untuk ditaruh ke dalam rak. Total tenaga kerja yang
digunakan berjumlah lima orang.
Tenaga kerja terdiri atas tenaga kerja dalam keluarga dan tenaga kerja luar
keluarga. Tenaga kerja dalam keluarga terdiri dari tiga orang, yaitu produsen, istri,
35
dan satu orang anak yang dipekerjakan. Sedangkan dua tenaga kerja lainnya berasal
dari penduduk sekitar. Produsen memiliki kualifikasi bagi pekerja yang ingin bekerja
di usaha tahunya, yakni harus memiliki pengalaman dalam proses pembuatan tahu
agar pekerja tidak perlu diberi pengajaran terlebih dahulu. Jam kerja yang diberikan
oleh produsen cenderung fleksibel, tergantung para pekerjanya itu sendiri. Yang
terpenting pekerjaan dilakukan sesuai dengan target yang diharapkan. Rata-rata
kegiatan produksi dimulai pada pukul 08.00 – 17.00.
Jika dilihat dari segi administrasi, usaha ini belum memiliki pencatatan finansial.
Produsen hanya berpatokan kepada keuntungan yang diperoleh. Jika terdapat
penerimaan melebihi biaya produksi, maka usahanya mendapatkan keuntungan. Jika
tidak, maka hal yang terjadi adalah sebaliknya.
2. Aspek Hukum
Aspek hukum mengkaji ketentuan hukum yang harus dipenuhi sebelum
menjalankan usaha. Ketentuan hukum untuk setiap jenis usaha berbeda-beda,
tergantung kompleksitas bisnis tersebut. Adanya otonomi daerah menyebabkan
ketentuan hukum dan perizinan antara daerah yang satu dengan daerah yang lain
berbeda-beda.
Usaha Tahu Bandung Kayun-Yun memiliki bentuk badan perusahaan
perseorangan. Perusahaan perseorangan adalah salah satu bentuk usaha yang dimiliki
oleh seseorang dan bertanggung jawab sepenuhnya terhadap semua risiko dan
kegiatan perusahaan. Keuntungan dari bentuk usaha perorangan adalah memiliki
kebebasan dalam bergerak, penguasaan sepenuhnya terhadap keuntungan yang
diperoleh, proses pengambilan keputusan dapat dilakukan dengan cepat, serta rahasia
perusahaan terjamin. Sedangkan kelemahannya adalah keterbatasan dalam
kemampuan keuangan dan manajerial.
Terkait dengan peraturan perundangan, tidak ada peraturan untuk pendirian
perusahaan perseorangan yang diperlukan hanya izin permohonan dari kantor
perizinan setempat. Dalam menjalankan aktivitas usaha, pemilik telah mendapatkan
izin dari pemerintah setempat, yaitu dari Kepala Desa Cihideung Ilir.
Hasil Analisis Aspek Manajemen dan Hukum
Jika dilihat dari aspek manajemen, usaha tahu bandung ini kurang layak
diusahakan. Hal ini dikarenakan usaha tahu belum memiliki pencatatan finansial.
Keuangan dikelola oleh pemilik usaha dan istri tanpa adanya pencatatan pemasukan dan
pengeluaran yang jelas. Jika ada penerimaan lebih berarti usaha mendapatkan
keuntungan, begitu juga sebaliknya. Pada era globalisasi ini pencatatan finansial dinilai
cukup penting. Pencatatan minimal terkait dengan pemasukan maupun pengeluaran
usaha. Akan menjadi lebih baik jika dilakukan juga perhitungan terkait dengan cashflow
dan laporan laba rugi. Cashflow berguna untuk melihat arus kas masuk dan keluar sejak
pendirian usaha sedangkan laporan laba rugi digunakan untuk melihat kinerja suatu
perusahaan melalui kondisi keuangan. Jika suatu usaha memiliki pencatatan finansial
yang baik, maka dapat terlihat peningkatan maupun penurunan yang terjadi. Dengan
demikian, pemilik usaha dapat melakukan berbagai strategi untuk memajukan usahanya.
Usaha ini memang belum memiliki struktur organisasi formal, tetapi telah
terdapat pembagian pekerjaan yang jelas antara produsen dan pekerja. Hal ini
dikarenakan usaha tahu masih tergolong kepada usaha berskala kecil dengan jumlah
tenaga kerja minimum, yaitu berjumlah tiga orang sehingga hierarki atau struktur
organisasi tidak menjadi suatu kepentingan.
36
Jika dilihat dari aspek hukum, usaha tahu bandung ini sudah layak untuk
diusahakan. Hal ini dilihat dari perolehan perizinan yang didapat dari kantor perizinan
setempat yaitu Kepala Desa Cihideung Ilir. Berhubung usaha tahu ini masih tergolong
usaha kecil dan termasuk salah satu usaha perseorangan sehingga proses perolehan izin
setempat tidak terlalu rumit.
Aspek Sosial dan Ekonomi
Lingkungan tempat bisnis akan yang akan dijalankan harus dianalisis dengan
cermat. Hal ini disebabkan lingkungan di satu sisi dapat menjadi peluang dari bisnis
yang akan dijalankan, namun di sisi lain lingkungan juga dapat menjadi ancaman bagi
perkembangan bisnis. Keberadaan bisnis dapat berpengaruh terhadap lingkungan, baik
lingkungan masyarakat maupun lingkungan ekologi tempat bisnis akan dijalankan.
Suatu aktivitas bisnis dapat menimbulkan dampak bagi lingkungan di sekitar
lokasi bisnis, khususnya perubahan sosial dan ekonomi. Perubahan kehidupan sosial,
dan ekonomi dalam masyarakat dapat menimbulkan gesekan antara masyarakat di
sekitar dengan pelaku bisnis, maupun di antara anggota masyarakat sendiri. Masyarakat
yang akan memperoleh dampak positif akan mendukung keberadaan bisnis yang
dilaksanakan. Sebaliknya, masyarakat yang merasa dampak negatif dari keberadaan
bisnis lebih besar dari dampak positifnya akan menolak keberadaan bisnis tersebut.
Usaha pembuatan tahu ini telah membuka peluang kerja bagi penduduk sekitar.
Terdapat dua pekerja dari penduduk sekitar yang bekerja pada usaha Pak Uun.
Walaupun usaha ini memiliki tenaga kerja yang minim, yaitu berjumlah tiga orang.
Akan tetapi peluang ini cukup menambah kesempatan kerja bagi masyarakat sekitar.
Selain itu, usaha tahu ini juga cukup berkontribusi dalam pembangunan fasilitas umum
dan pemberian sumbangan terhadap anak yatim. Jika ada pembangunan fasilitas umum,
seperti pembangunan masjid, perbaikan jalan, usaha tahu ini cukup memberikan
kontribusi agar perjalanan pembangunan dapat berjalan dengan lancar.
Hasil Analisis Aspek Sosial dan Ekonomi
Berdasarkan aspek sosial dan ekonomi, usaha tahu ini telah cukup memberikan
kontribusi terhadap kesempatan kerja di daerah setempat dan kontribusi terhadap
pembangunan fasilitas umum di lingkungan sekitar, serta telah memberikan peningkatan
pendapatan masyarakat dan menambah aktivitas ekonomi.
Aspek Lingkungan
Suatu bisnis terdiri atas berbagai kegiatan yang dapat menimbulkan dampak bagi
lingkungan di sekitar lokasi bisnis. Salah satu dampak yang terjadi dan harus
diperhatikan adalah dampak bagi lingkungan ekologi berupa polusi, baik polusi udara,
tanah, air, maupun suara.
Usaha tahu memiliki tiga limbah produksi, yaitu limbah berupa ampas tahu, air
sisa produksi dan asap akibat perebusan dalam proses produksi tahu. Pertama, yaitu
limbah berupa ampas tahu dapat dimanfaatkan kembali sebagai pakan ternak. Ampas
tahu dapat dijual dan sudah memiliki langganan tersendiri, yaitu salah satu pemilik
peternakan yang berada di daerah Ciampea. Kedua, yaitu limbah berupa air sisa
produksi. Limbah air ini dialirkan ke sungai terdekat melalui saluran pipa yang ditanam
dan dihubungkan langsung kepada aliran sungai. Pak Uun selalu melakukan
pengontrolan rutin dua hari sekali untuk melakukan pengecekan pada saluran pipa. Hal
37
ini dilakukan untuk menghindari kebocoran pada pipa yang akan mengakibatkan bau
yang tidak sedap.
Jumlah aliran air limbah yang berasal dari industri sangat bervariasi tergantung
dari jenis dan besar kecilnya industri, pengawasan pada proses industri, derajat
penggunaan air, serta derajat pengolahan limbah air yang ada. Secara umum komposisi
air limbah tersusun atas 99.9% air dan 0,1 % bahan padat. Bahan padat sendiri tersusun
atas bahan padat organik dan anorganik. Bahan padat organik terdiri atas protein,
karbohidrat, dan lemak. Sedangkan bahan padat anorganik terdiri atas butiran, garam,
dan metal. Pengaliran air limbah langsung ke sungai tanpa pengelolaan lebih lanjut akan
menimbulkan gangguan, baik terhadap lingkungan maupun terhadap kehidupan sekitar.
Gangguan yang ditimbulkan dapat berupa gangguan terhadap kesehatan, gangguan
terhadap kehidupan biotik, gangguan terhadap keindahan, dan gangguan terhadap
kerusakan benda (Sugiharto 1987).
Untuk meminimalisir gangguan yang ditimbulkan akibat air limbah maka
sebaiknya pemilik tidak langsung mengalirkan air limbah ke sungai. Air limbah dapat
dikelola dan dimanfaatkan kembali dengan suatu perlakuan khusus.
Gambar 14 Saluran air limbah produksi
Limbah ketiga yaitu berupa asap akibat proses produksi. Pabrik dapat dikatakan
memiliki posisi yang cukup strategis. Walaupun berada di pemukiman penduduk tapi
posisi pabrik tidak menempel dengan rumah warga. Pabrik memiliki halaman yang luas
dan tidak berdesakan dengan rumah warga sehingga asap yang ditimbulkan dari proses
produksi tidak terlalu mengganggu aktivitas warga yang berada di daerah sekitar.
Hasil Analisis Lingkungan
Jika dilihat dari aspek lingkungan, maka usaha ini dapat dikatakan kurang layak.
Hal ini dapat dilihat pada air limbah yang kurang dapat dikelola dengan baik. Air
limbah produksi dialirkan langsung ke kali sehingga dapat menyebabkan gangguan
terhadap lingkungan sekitar. Oleh sebab itu, sebaiknya pengelolaan air limbah dibuat
38
suatu perlakuan khusus untuk meminimalisir bahkan mencegah gangguan terhadap
lingkungan sekitar. Salah satu perlakuan yang dapat dilakukan adalah penerapan sistem
netralisir atau aerodinamis. Pembuangan limbah hasil aerodinamis tidak perlu dibuang
ke sungai, akan tetapi dapat dimanfaatkan kembali untuk menyiram tanaman. Perlakuan
ini membutuhkan tiga kolam besar dan satu kolam kecil dengan tahapan sebagai berikut
:
1. Kolam kecil digunakan untuk menghilangkan benda padat. Kolam ini dilengkapi
dengan saringan kawat. Dari kolam penyaringan, air limbah disalurkan ke kolam
besar pertama.
2. Kolam besar pertama terdiri atas 8 skat, skat tersebut berisi ijuk, pasir, dan batu
koral. Air limbah dialirkan secara bergantian mulai dari skat satu sampai skat
delapan. Sebelum dialirkan ke kolam besar pertama, air limbah diberi bahan penetral
terlebih dahulu yaitu kapur, kaporit, dan karbit.
3. Kolam besar kedua berisi ijuk, pasir, dan batu koral yang berfungsi sebagai
penyerapan.
4. Kolam besar ketiga digunakan untuk penampungan terakhir. Air limbah tersebut
dapat digunakan untuk menyiram tanaman.
Analisis Aspek Finansial
Analisis aspek finansial digunakan untuk menganalisis suatu usaha dari segi
keuangan. Terdapat empat kriteria penilaian investasi, antara lain Net Present Value
(NPV), Internal Rate of Return (IRR), Net Benefit Cost Ratio (Net B/C), dan Payback
Period (PP). Dalam melakukan analisis empat kriteria investasi digunakan arus kas
untuk mengetahui besarnya manfaat yang diterima dan biaya yang dikeluarkan selama
periode tertentu.
Analisis Inflow Usaha Tahu Bandung Kayun-Yun
Penerimaan usaha pembuatan tahu berasal dari hasil penjualan tahu, ampas tahu
dan nilai sisa investasi yang telah dilakukan. Pendapatan didapat dari total penjualan
dikali dengan harga jual.
Analisis finansial dilakukan secara forecasting untuk melihat dampak yang
terjadi terhadap kenaikan harga bahan baku, yaitu kedelai. Tahun awal dimulainya
perhitungan adalah tahun 2010, yaitu tahun dimana produsen melanjutkan usaha ke
lokasi baru yang sesuai dengan keinginannya, yaitu Desa Cihideung Ilir. Tahun ini
dipilih dengan pertimbangan bahwa usaha melakukan perpindahan lokasi kepada lokasi
saat ini sehingga cashflow dibuat untuk melihat bagaimana arus kas mulai tahun 2010
hingga 10 tahun mendatang disertai dengan adanya kenaikan harga kedelai. Periode
bisnis 10 tahun berdasarkan umur ekonomis investasi terbesar, yaitu bangunan.
Pada tahun pertama pendirian usaha, terdapat pengeluaran untuk biaya investasi
diikuti dengan kegiatan produksi sehingga usaha tetap mendapatkan penerimaan awal
walaupun pada tahun pertama usaha masih mengalami kerugian.
Pada tahun 2010, produsen masih memiliki kapasitas produksi yang cukup
rendah yaitu sekitar 50 kilogram. Pada tahun berikutnya, kapasitas produksi mulai
mengalami peningkatan yaitu tahun 2011 kapasitas produksi mencapai 70 kilogram,
tahun 2012 kapasitas produksi mencapai 100 kilogram, hingga pada tahun 2013
kapasitas produksi mencapai titik tertinggi yaitu 120 kilogram. Peningkatan kapasitas
produksi diperoleh dari tambahan modal pemilik usaha yang dikumpulkan dari setiap
hasil usahanya. Pada tahun 2010 – 2011 produksi hanya memiliki satu jenis ukuran
tahu, yaitu tahu berukuran 4 cm. Tahun 2012 ketika produksi sudah mencapai produksi
39
100 kilogram, produsen mulai menambah jenis ukuran tahu sehingga menjadi dua
ukuran, yaitu tahu berukuran 4 cm dan 5 cm. Ketika harga kedelai mengalami kenaikan,
yaitu pada tahun 2013, produsen melakukan musyawarah dengan beberapa pengrajin
sekitar untuk mencari alternatif penyesuaian agar keberlangsungan usaha tetap terjaga.
Salah satu alternatif penyesuaian yang disepakati bersama adalah kenaikan harga jual
tahu. Karena itu, produsen menaikkan harga jual untuk setiap jenis ukuran tahu sebesar
Rp 50. Pada tahun 2010 total penerimaan sebesar Rp 233 400 000. Pada tahun
selanjutnya yaitu tahun 2011 dan 2013, total penerimaan terus mengalami peningkatan,
yaitu masing-masing sebesar Rp 325 500 000 dan Rp 498 600 000. Hingga pada tahun
2013 dan selanjutnya, penerimaan berada pada titik tertinggi yaitu Rp 661 500 000.
Rincian penerimaan usaha dapat dilihat pada Tabel 4.
Tabel 4 Rincian pendapatan penjualan usaha tahu Bandung Kayun-Yun per tahun
Tahun
ke- Produk
Kapasitas
Produksi Produksi
Harga
jual
(Rp)
Pendapatan
(Rp)
Pendapatan
Per Tahun
(Rp)
Total
pendapatan per
tahun (Rp)
2010 Tahu 4 cm 50
kilogram
3 000 250 750 000 225 000 000
233 400 000
Ampas
tahu
4 7 000 28 000 8 400 000
2011 Tahu 4 cm
70
kilogram
4 200 250 1 050 000 315 000 000
Ampas
tahu 5
7 000
35 000 10 500 000 325 500 000
2012 Tahu 4 cm
100
kilogram
3 600 250 900 000 270 000 000
Tahu 5 cm 2 400 300 720 000 216 000 000 498 600 000
Ampas
tahu
6 7 000 42 000 12 600 000
2013
- 2020 Tahu 4 cm
120
kilogram
4 200 300 1 260 000 378 000 000
Tahu 5 cm 2 500 350 875 000 262 500 000 661 500 000
Ampas
tahu
7 10 000 70 000 21 000 000
Selain penerimaan di atas, terdapat penerimaan lain yaitu berasal dari nilai sisa
atau salvage value. Salvage value merupakan nilai sisa dari barang modal yang tidak
habis terpakai selama umur bisnis dan dinilai pada akhir umur bisnis. Nilai sisa pada
barang investasi ini tidak terlalu banyak, hanya terdapat pada pompa air. Perhitungan
menggunakan periode 10 tahun berdasarkan umur ekonomis yang paling lama, yaitu
lahan dan bangunan. Pompa memiliki umur ekonomis 7 tahun, sehingga produsen
melakukan pembelian ulang pada tahun ke-8 untuk pompa air sebesar Rp 308 660
dengan jumlah total 1 buah sehingga total nilai sisa yang didapat sebesar Rp 171 426.
Analisis Outflow Usaha Tahu Bandung Kayun-Yun
Arus pengeluaran dalam usaha pembuatan tahu ini dikelompokkan menjadi dua,
yaitu biaya investasi dan biaya operasional. Biaya investasi adalah biaya yang
dikeluarkan pada saat persiapan usaha atau pada saat awal proyek. Sedangkan biaya
operasional adalah biaya yang dikeluarkan secara berkala selama proses produksi
berlangsung Biaya investasi tidak langsung habis pakai, berbeda dengan biaya
40
operasional. Biaya operasional terdiri atas dua jenis, yaitu biaya tetap dan biaya
variabel.
Biaya investasi yang sering disebut biaya pra-usaha merupakan biaya yang
dikeluarkan pada awal kegiatan dan pada saat tertentu untuk memperoleh manfaat
beberapa tahun kemudian. Pengeluaran biaya investasi umumnya dilakukan satu kali
atau lebih sebelum bisnis berproduksi dan baru menghasilkan manfaat beberapa tahun
kemudian. Biaya investasi selain dikeluarkan di awal tahun bisnis, juga dapat
dikeluarkan pada beberapa tahun setelah bisnis berjalan, misalkan untuk mengganti
peralatan investasi yang umur pakainya sudah habis tapi operasional bisnisnya masih
berjalan, biaya investasi yang dikeluarkan tersebut disebut biaya re-investasi. Berikut
penjabaran rincian biaya investasi yang dikeluarkan usaha tahu bandung Kayun-Yun
dan harga yang digunakan adalah harga yang berlaku pada saat melakukan pembelian.
Tabel 5 Biaya investasi usaha tahu Bandung Kayun-Yun
No Jenis Investasi Satuan Jumlah Harga/Satuan
(Rp)
Total Nilai
(Rp)
Umur
ekonomis
1 Bangunan m2 72 - 25 000 000 10
2 Mesin diesel Unit 1 3 000 000 3 000 000 10
3 Molen Unit 1 2 000 000 2 000 000 10
4 Tungku semen Unit 2 1 000 000 2 000 000 6
5 Bak semen Unit 2 200 000 400 000 6
6 Tahang kayu Unit 3 600 000 1 800 000 5
7 Tanggok bambu Unit 1 200 000 200 000 1
8 Pompa air Unit 1 300 000 300 000 7
9 Saringan air Unit 1 30 000 30 000 1
10 Cetakan Unit 5 140 000 700 000 5
11 Tampir Unit 20 25 000 500 000 5
12 Serok Unit 3 150 000 450 000 5
13 Rak bambu Unit 1 50 000 50 000 6
14 Tampan/ayakan Unit 3 15 000 45 000 1
15 Bak plastik biru Unit 1 200 000 200 000 10
16 Ember plastik Unit 12 5 000 60 000 5
17 Gentong plastik Unit 10 40 000 400 000 5
18 Box plastik Unit 20 60 000 1 200 000 5
19 Mistar Unit 2 10 000 20 000 6
20 Kendaraan Unit 1 70 000 000 70 000 000 10
TOTAL BIAYA INVESTASI 103 355 000
Pembelian peralatan investasi dilakukan pada awal produsen memulai untuk
mendirikan usaha tahu, yaitu pada tahun 2004. Pada saat itu, lokasi usaha masih berada
di daerah Warung Borong Kecamatan Ciampea. Produsen mengalami perpindahan
lokasi hingga menempati lokasi usaha pada saat ini, yaitu Desa Cihideung Ilir
Kecamatan Ciampea pada tahun 2010. Lokasi ini dinilai cukup strategis serta memenuhi
keinginan produsen. Oleh sebab itu, perhitungan dimulai pada tahun 2010 sejak
terjadinya perpindahan lokasi usaha. Agar perhitungan menjadi lebih representative,
maka beberapa biaya investasi yang umur ekonomisnya melebihi rentang waktu antara
tahun dimulainya usaha dengan tahun awal yang digunakan dalam perhitungan
41
menggunakan konsep time value of money. Hal ini dilakukan karena sejumlah uang
pada saat ini berbeda dengan nilai sejumlah uang pada waktu yang akan datang. Nilai
uang selalu mengalami perubahan seiring berjalannya waktu. Konsep time value of
money yang digunakan dalam perhitungan ini adalah perhitungan konversi berupa
compounding factor. Compounding factor digunakan untuk menghitung nilai di waktu
yang akan datang jika diketahui sejumlah uang di saat sekarang untuk suatu periode
tertentu. Perhitungan compounding factor juga dapat disesuakan dengan umur ekonomis
peralatan investasi. Beberapa alat investasi yang tidak menggunakan perhitungan
compounding factor, antara lain tungku semen, kuali, saringan air, rak bambu,
tampan/ayakan, dan mistar. Hal ini disebabkan umur ekonomis yang telah habis
diantara rentang tahun usaha dan tahun dimulainya perhitungan sehingga harga yang
digunakan disesuaikan dengan harga yang berlaku pada saat pembelian peralatan.
Berikut adalah rincian biaya investasi setelah dilakukan perhitungan compounding
factor.
Tabel 6 Hasil perhitungan biaya investasi sebelum dan sesudah compounding factor
No Jenis Investasi
Harga sebelum
compounding
(Rp)
Harga setelah
compounding
(Rp)
1 Bangunan 25 000 000 30 866 031
2 Mesin diesel 3 000 000 3 146 991
3 Molen 2 000 000 3 173 749
4 Tungku semen 2 000 000 2 000 000*
5 Kuali 400 000 400 000*
6 Tahang kayu 1 800 000 2 644 791
7 Tanggok bambu 200 000 476 062
8 Pompa air 300 000 462 990
9 Saringan air 30 000 30 000*
10 Cetakan 700 000 1 028 530
11 Tampir 500 000 734 664
12 Serok 450 000 661 198
13 Rak bambu 100 000 100 000*
14 Tampan/ayakan 45 000 45 000*
15 Bak plastik biru 200 000 317 375
16 Ember plastik 60 000 88 160
17 Gentong plastik 400 000 587 731
18 Box plastik 1 200 000 1 763 194
19 Mistar 20 000 20 000*
20 Kendaraan 70 000 000 111 081 203
TOTAL BIAYA INVESTASI 108 405 000 153 498 566
Keterangan : * = tidak dilakukan perhitungan compounding factor
Selain biaya investasi, terdapat biaya lain yang harus dikeluarkan ketika
melakukan suatu kegiatan usaha. Biaya yang dimaksud adalah biaya operasional. Biaya
operasional termasuk semua biaya produksi, pemeliharaan dan lainya yang
menggambarkan pengeluaran untuk menghasilkan produksi yang digunakan bagi setiap
proses produksi dalam satu periode kegiatan produksi. Biaya operasional terdiri atas dua
komponen, yaitu biaya tetap dan biaya variabel. Rincian lengkap mengenai biaya
investasi dapat dilihat pada Lampiran 4.
42
Biaya tetap adalah biaya yang besarnya tidak dipengaruhi oleh jumlah produk
yang dihasilkan dan nilainya sama setiap tahun. Biaya tetap yang dikeluarkan oleh
usaha tahu ini antara lain biaya sewa lahan, biaya listrik, biaya telepon, biaya perawatan
mesin, biaya perawatan mobil, dan biaya transportasi. Penjabaran biaya tetap adalah
sebagai berikut :
1. Biaya sewa lahan yang dikeluarkan oleh produsen mengalami peningkatan, pada
tahun 2010 – 2012 biaya yang dikeluarkan sebesar Rp 5 000 000 per tahun
sedangkan biaya yang dikeluarkan pada tahun 2013 sampai akhir periode sebesar
Rp 6 000 000 per tahun
2. Biaya listrik sebesar Rp 250 000 per bulan setara dengan Rp 3 000 000 per tahun
3. Biaya telepon sebesar Rp 100 000 per bulan setara dengan Rp 1 200 000 per tahun
4. Biaya perawatan adalah biaya yang dikeluarkan oleh produsen untuk kepentingan
perawatan mesin-mesin atau barang investasi. Besarnya biaya perawatan mesin
adalah Rp 100 000 per bulan setara dengan Rp 1 200 000 per tahun.
5. Biaya perawatan mobil yang biasa digunakan untuk menunjang kegiatan produksi
sebesar Rp 200 000 per bulan setara dengan Rp 2 400 000 per tahun.
6. Biaya transportasi adalah biaya yang dikeluarkan oleh produsen untuk pembelian
bahan bakar kendaraan yang digunakan untuk membeli bahan baku, bahan
penolong, maupun mendistribusikan produknya. Biaya transportasi yang
dikeluarkan sebesar Rp 60 000 per hari setara dengan Rp 18 000 000 per tahun.
Tabel 7 Rincian biaya tetap usaha tahu bandung Kayun-Yun
No Jenis Biaya Harga/Bulan
(Rp) Harga/Tahun (Rp)
1 Sewa lahan - 2010 – 2012 5 000 000
2013 6 000 000
2 Listrik 250 000 3 000 000
3 Telepon 100 000 1 200 000
4 Biaya perawatan mesin 100 000 1 200 000
5 Biaya perawatan mobil 200 000 2 400 000
6 Biaya transportasi - 18 000 000
TOTAL BIAYA TETAP 2010 – 2012 30 800 000
2013 31 800 000
Besarnya biaya tetap yang dikeluarkan oleh produsen sebesar Rp 30 800 000
pada tahun 2010 - 2012, dan Rp 31 800 000 pada tahun 2013 sampai akhir periode.
Perbedaan ini dikarenakan jumlah biaya yang dikeluarkan untuk sewa lahan terjadi
kenaikan.
Biaya variabel adalah biaya yang besar kecilnya selaras dengan perkembangan
produksi atau penjualan setiap tahun (satu satuan waktu). Yang termasuk dalam biaya
variabel pada usaha pembuatan tahu ini, antara lain kedelai, kunyit, garam, solar diesel,
kayu bakar, kemasan, dan upah tenaga kerja. Upah tenaga kerja dibedakan menjadi dua,
yaitu upah tenaga kerja dalam keluarga dan upah tenaga kerja luar keluarga. Tenaga
kerja luar keluarga berjumlah dua orang, sedangkan tenaga kerja dalam keluarga
berjumlah tiga orang, terdiri atas pemilik usaha, istri pemilik usaha, dan anak pemilik
usaha
Usaha tahu memiliki siklus kerja setiap hari. Pekerjaan dimulai pada pagi hari
dan selesai pada sore hari. Beberapa penjelasan perhitungan yang dipakai untuk
menghitung besarnya biaya variabel usaha pembuatan tahu bandung ini :
43
1. Terjadi peningkatan penggunaan kapasitas kedelai mulai tahun 2010 hingga 2013,
berturut-turut yaitu 50 kilogram, 70 kilogram, 100 kilogram, 120 kilogram. Disertai
pula peningkatan harga kedelai, pada tahun 2010 harga kedelai sebesar Rp 6 000
per kilogram, tahun 2011 - 2012 harga kedelai sebesar Rp 7000 per kilogram, dan
pada tahun 2012 kedelai mencapai Rp 9 000 per kilogram.
2. Sepuluh kilogram garam digunakan untuk memproduksi 120 kilogram kedelai.
3. Tujuh kilogram kunyit digunakan untuk memproduksi 120 kilogram kedelai.
4. Kayu bakar seharga Rp 10 000 digunakan untuk satu kali jiringan.
5. Solar diesel digunakan sebagai bahan bakar mesin penggiling untuk menggiling
kedelai menjadi bubur kedelai. Solar diesel seharga Rp 13 000 dapat digunakan
untuk satu kali produksi dengan kapasitas 120 kilogram.
6. Upah tenaga kerja dibagi menjadi dua, yaitu upah tenaga kerja dalam keluarga dan
upah tenaga kerja luar keluarga Upah tenaga kerja tidak dibedakan. Pada tahun
2010 – 2011, satu orang tenaga kerja mendapatkan upah sebesar Rp 4 500 per satu
jiringan. Mulai tahun 2012, satu orang tenaga kerja mendapatkan upah sebesar Rp 5
000 per satu jiringan.
7. Uang konsumsi untuk satu kali produksi setiap tenaga kerja sebesar Rp 35 000 pada
tahun 2010 – 2011 dan Rp 40 000 untuk tahun 2012 – dst.
8. Biaya kemasan digunakan untuk membungkus tahu yang akan dijual ke pasar
Kemasan seharga Rp 15 000 dapat digunakan untuk satu kali siklus produksi
dengan kapasitas 120 kilogram.
Tabel 8 Jumlah biaya variabel tahun 2010 - 2013
No Uraian
Jumlah/
Tahun 2010
(Rp)
Jumlah/
Tahun 2011
(Rp)
Jumlah/
Tahun 2012
(Rp)
Jumlah/
Tahun 2013
(Rp)
1 Kedelai 90 000 000 147 000 000 210 000 000 324 000 000
2 Garam 2 160 000 3 240 000 4 800 000 6 000 000
3 Kunyit 5 400 000 7 200 000 12 600 000 14 700 000
4 Kayu bakar 15 000 000 21 000 000 30 000 000 36 000 000
5 Solar diesel 1 625 000 2 275 000 3 250 000 3 900 000
6 Upah TK dalam keluarga 51 750 000 56 700 000 81 000 000 90 000 000
6 Upah TK luar keluarga 34 500 000 37 800 000 54 000 000 60 000 000
7 Kemasan 1 875 000 2 625 000 3 750 000 4 500 000
TOTAL BIAYA VARIABEL 202 310 000 277 840 000 399 400 000 539 100 000
Total biaya variabel mengalami peningkatan setiap tahunnya, mulai
Rp 202 310 000 pada tahun 2010, Rp 277 840 000 pada tahun 2011, Rp 399 400 000
pada tahun 2012, hingga Rp 539 100 000 pada tahun 2013. Hal ini dikarenakan
terjadinya peningkatan kapasitas produksi yang disertai dengan kenaikan harga kedelai.
Rincian lebih lengkap mengenai biaya variabel dapat dilihat pada Lampiran 5.
Laporan Laba Rugi Usaha Tahu Bandung Kayun-Yun
Laporan laba rugi berisi tentang total penerimaan pengeluaran dan kondisi
keuntungan yang diperoleh usaha tahu bandung Kayun-Yun. Laporan laba rugi cukup
penting keberadaanya karena laporan ini dapat dijadikan sebagai alat untuk
memprediksi arus kas serta kondisi keuangan di masa mendatang. Ketika suatu usaha
mengalami kenaikan pendapatan yang konsisten, walaupun tidak signifikan tetapi
44
konsisten dari tahun ke tahun, maka hal tersebut dapat memberikan keyakinan kepada
para investor maupun kreditor bahwa arus kas, pendapatan, dan juga laba tergolong baik
sehingga investor ataupun kreditor tertarik dan ikut berkontribusi terhadap suatu usaha. Selain itu, dengan adanya laporan laba rugi akan memudahkan untuk
menentukan besarnya aliran kas tahunan yang diperoleh suatu usaha. Perbedaan antara
perhitungan cashflow dan laporan laba rugi terletak pada perhitungan biaya investasi,
perhitungan bunga pinjaman, dan perhitungan pajak. Pada perhitungan cashflow, semua
biaya yang berhubungan dengan usaha diperhitungkan secara detail termasuk biaya pra
usaha ataupun biaya investasi sedangkan pada perhitungan laba rugi, perhitungan biaya
investasi tidak dilakukan. Laporan laba rugi digunakan untuk menggambarkan kinerja
perusahaan dalam upaya mencapai tujuannya selama periode tertentu dengan melihat
kondisi keuntungan yang diperoleh setiap tahunnya.
Pada perhitungan laba rugi usaha tahu bandung Kayun-Yun, baik perhitungan
bunga pinjaman maupun pajak tidak dilakukan. Selama ini, produsen tidak pernah
melakukan penyimpanan maupun transaksi terhadap suatu bank. Berdasarkan
wawancara dengan produsen, mulai dari awal mendirikan usaha hingga saat ini
usahanya belum pernah dikenakan pajak. Menurutnya, hal ini mungkin dikarenakan
usaha masih tergolong usaha kecil dan berada di lingkungan pedesaan sehingga belum
ada ketentuan pemungutan pajak. Karena tidak ada bunga pinjaman dan ketentuan pajak
, maka laba bersih sebelum bunga pinjaman dan pajak menunjukkan hasil yang sama.
Laba yang didapatkan pada awal periode usaha masih rendah, yaitu sebesar Rp 290 000.
Pada tahun kedua, laba mulai mengalami peningkatan, mulai dari 16 800 000 hingga Rp
90 600 000 tiap tahunnya. Dengan demikian, usaha mendapatkan keuntungan sebesar
Rp 5 000 000 – 7 000 000 tiap bulannya.
Analisis Finansial Usaha Tahu Bandung Kayun-Yun
Kelayakan finansial usaha tahu bandung dapat dilihat dari empat kriteria
investasi, yaitu Net Present Value (NPV), Internal Rate of Return (IRR), Net B/C, dan
Payback Period (PP). Hasil cashflow tertera pada tabel berikut. Untuk informasi yang
lebih lengkap dan menyeluruh, rincian dapat dilihat pada Lampiran 6.
Tabel 9 Hasil analisis finansial usaha tahu Bandung Kayun-Yun
Kriteria Indikator Hasil
NPV > 0 Rp 293 316 530
IRR > DR 39 persen
Net B/C > 1 3.07
Payback Period < umur usaha 5 tahun 7 bulan 17 hari
1. Net Present Value (NPV)
Perhitungan NPV dilakukan untuk mengetahui nilai kini manfaat bersih yang
diperoleh selama periode usaha. Pada perhitungan nilai PV yang dilakukan diperoleh
nilai PV negatif sebesar Rp (141 859 783). PV negatif diperoleh dari nilai net benefit
yang bernilai negatif pada tahun pertama karena nilai manfaat yang diperoleh belum
dapat menutupi jumlah biaya yang dikeluarkan. Sedangkan PV positif yang diperoleh
dari perhitungan adalah sebesar Rp 435 176 313. Nilai PV positif ini diperoleh dari
penjumlahan nilai net benefit yang bernilai positif yaitu pada tahun kedua sampai
pada akhir umur usaha. Dari nilai PV positif dan PV negatif tersebut akan didapatkan
nilai NPV sebesar Rp 293 316 530 yang berarti bahwa usaha tahu bandung Kayun-
Yun akan menghasilkan manfaat bersih sebesar Rp 293 316 530 atau lima persen
45
dari akumulasi nilai kini inflow yang diperoleh selama umur usaha (10 tahun).
Dengan demikian, berdasarkan uraian tersebut dapat diketahui bahwa usaha tahu
bandung Kayun-Yun layak untuk dijalankan karena kriteria investasi NPV lebih
besar dari 0 (NPV>0)
2. Internal Rate of Return (IRR)
Perhitungan IRR suatu kelayakan dapat diketahui dengan membandingkan nilai
IRR dengan cost of capital. Nilai cost of capital yang digunakan sebesar 8 persen.
Dari hasil perhitungan kriteria kelayakan investasi diketahui bahwa pada usaha tahu
bandung Kayun-Yun didapatkan nilai IRR sebesar 39 persen. Nilai IRR sebesar 39
persen berarti bahwa tingkat pengembalian usaha tahu bandung Kayun-Yun terhadap
investasi yang ditanamkan sebesar 39 persen. Nilai IRR yang diperoleh pada analisis
kriteria investasi ini memiliki nilai sebesar 39 persen artinya memiliki nilai yang
lebih besar dibandingkan dengan nilai cost of capital yang telah ditentukan yaitu
sebesar 8 persen (IRR>DR) sehingga usaha tahu bandung Kayun-Yun layak untuk
dijalankan.
3. Net Benefit Cost Ratio (Net B/C)
Net B/C ratio adalah rasio antara manfaat bersih yang bernilai positif dengan
manfaat bersih yang bernilai negatif. Yang berarti, manfaat bersih yang
menguntungkan bisnis yang dihasilkan setiap satuan kerugian dari bisnis tersebut.
Jika hasil nilai Net B/C bernilai positif maka ketika suatu usaha mengeluarkan
sejumlah biaya tambahan maka nilai manfaat tambahan yang diperolehnya menjadi
lebih banyak perusahaan mengeluarkan (sebesar nilai Net B/C yang dihasilkan). Pada
perhitungan Net B/C dalam perhitungan kriteria investasi, diperoleh nilai Net B/C
sebesar 3.07. Hal ini berarti setiap tambahan biaya sebesar Rp 1.00 dapat
menghasilkan tambahan manfaat bersih sebesar Rp 3.07. Nilai Net B/C pada tahu
bandung Kayun-Yun terbukti lebih besar dari satu sehingga usaha ini layak untuk
dijalankan (Net B/C>1).
4. Payback Period (PP)
Perhitungan payback period digunakan untuk melihat jangka waktu
pengembalian modal pada usaha tahu bandung Kayun-Yun yakni selama empat
tahun lima bulan enam belas hari. Hal ini mengindikasikan bahwa seluruh biaya
investasi dapat dikembalikan dalam jangka waktu 5 tahun 7 bulan 17 hari. Bila
dibandingkan dengan umur usaha yakni selama 10 tahun, maka jangka waktu
pengembalian modal usaha dapat dikatakan lebih cepat daripada umur usaha
sehingga usaha tahu bandung Kayun-Yun ini layak untuk dijalankan.
Analisis Sensitivitas Usaha Tahu Bandung Kayun-Yun
Analisis sensitivitas digunakan untuk melihat dampak dari suatu keadaan yang
berubah-ubah terhadap suatu analisis kelayakan. Tujuan dari analisis ini adalah untuk
menilai apa yang akan terjadi dengan hasil analisis kelayakan suatu kegiatan investasi
atau bisnis apabila terjadi perubahan dalam perhitungan biaya atau manfaat. Pada usaha
pembuatan tahu dilakukan identifikasi faktor-faktor yang mungkin terjadi pada usaha
tersebut. Adapun perubahan-perubahan yang dapat dilihat sensitivitasnya adalah
penurunan volume produksi, penurunan harga output, kenaikan harga input
Perubahan yang mungkin terjadi dari sisi outflow yaitu kenaikan harga input
kedelai. Kedelai merupakan bahan baku utama dalam pembuatan tahu. Biaya input
46
kedelai memiliki kontribusi terbesar, yaitu sekitar 65 persen dari jumlah total biaya
variabel. Berdasarkan wawancara dengan produsen, beliau merasa pada tahun ini
kedelai mengalami kenaikan harga yang cukup signifikan yaitu kedelai semula seharga
Rp 7 000 per kilogram naik hingga mencapai Rp 9 000 per kilogram. Dengan demikian,
kenaikan ini mencapai 28.6 persen.
Kenaikan harga kedelai menimbulkan beberapa dampak yang mungkin terjadi,
salah satunya yaitu penurunan jumlah produksi. Walaupun pada empat tahun terakhir ini
tidak pernah terjadi penurunan jumlah produksi, bahkan yang terjadi adalah kenaikan.
Akan tetapi pada tahun sebelum berpindah ke lokasi saat ini, hal demikian ternyata
pernah dialami oleh produsen. Penurunan jumlah produksi dialami ketika usaha masih
berpindah-pindah lokasi, perpindahan lokasi membuat produsen harus melakukan
adaptasi ulang terhadap keadaan dan lingkungan sekitar Dengan keterbatasan modal
disertai dengan harga kedelai yang cenderung mengalami kenaikan, salah satu upaya
untuk mempertahankan kelangsungan usahanya, yaitu dengan menurunkan jumlah
produksi Jumlah produksi pernah mengalami penurunan 10 hingga 20 persen.
Penurunan produksi ini juga disebabkan lokasi pabrik yang kurang strategis sehingga
sulitnya akses menuju lokasi. Hal ini membuat para pedagang keliling merasa kesulitan
mencapai lokasi usaha. Produksi yang awalnya memiliki kapasitas 50 kilogram
berkurang hingga menjadi 40 kilogram sehingga penurunan jumlah produksi tahu
mencapai 20 persen. Dengan demikian, analisis sensitivitas yang digunakan pada berupa
perubahan harga input yang merupakan bahan baku utama, yaitu kedelai dan penurunan
jumlah produksi Analisis sensitivitas dilihat dari persentase perubahan harga dan
penurunan jumlah produksi terhadap perubahan nilai NPV, IRR, dan Net B/C yang
diperoleh, apakah berpengaruh signifikan atau tidak.
1. Kenaikan Harga Kedelai Sebesar 28,6 Persen
Kedelai merupakan bahan baku utama dalam proses pembuatan tahu. Kedelai
memiliki kontribusi lebih besar dibandingkan dengan bahan lainnya, yaitu sebesar 65
persen. Kedelai yang digunakan oleh sebagian besar pengrajin merupakan kedelai
impor. Hal ini dikarenakan sulit ditemukannya kedelai lokal dan kedelai impor
dinilai memiliki kualitas yang lebih baik dibanding kedelai lokal. Oleh sebab itu,
ketergantungan pengrajin terhadap kedelai impor cukup tinggi.
Perubahan berupa kenaikan harga kedelai seringkali dialami oleh para pengrajin.
Memang setiap tahun harga kedelai selalu menunjukkan pergerakan. Produsen
mengakui bahwa kenaikan harga pada tahun 2013 menunjukkan kenaikan harga yang
cukup signifikan. Semula harga kedelai Rp 7 000 meningkat hingga mencapai Rp 9
000. Banyak pengrajin yang menolak dengan hal ini dan memutuskan untuk berhenti
berproduksi selama tiga hari. Tindakan ini adalah suatu bentuk kekecewaan
pengrajin terhadap kenaikan harga kedelai. Berdasarkan data di lapangan, kenaikan
harga tertinggi yang pernah dialami produsen adalah sebesar 28.6 persen. Dengan
demikian, akan dilihat sensitivitas usaha tersebut jika terdapat kenaikan harga input
kedelai sebesar 28 6 persen.
Hasil analisis sensitivitas dengan merubah variabel pada harga kedelai sebesar
28.6 persen maka pada kriteria kelayakan investasi diperoleh nilai NPV sebesar
Rp (197 127 430), tidak memiliki nilai IRR, Net B/C sebesar (0.03) persen, dan
payback period melebihi umur usaha. Hasil nilai perhitungan (lampiran 7) tersebut
mengindikasikan bahwa kenaikan harga kedelai sebesar 28.6 persen memiliki
pengaruh signifikan terhadap usaha ini. NPV yang semula pada perhitungan normal
memiliki nilai Rp 293 316 530 kemudian mengalami perubahan yang sangat besar
setelah adanya kenaikan harga sebesar 28.6 persen, nilai NPV menjadi negatif yakni
Rp (197 127 430). Sama halnya dengan IRR dan Net B/C yang mengalami
47
perubahan yang sangat signifikan, IRR yang semula sebesar 39 persen menjadi tidak
memiliki nilai IRR, Net B/C yang semula sebesar 3.07 mengalami penurunan hingga
(0.03). Untuk perhitungan payback period didapatkan hasil bahwa selama umur
usaha belum mampu menghasilkan manfaat bersih. Dapat dilihat dari hasil
perhitungan membuktikan bahwa seluruh kriteria investasi menunjukan angka tidak
layak. Dengan demikian, hasil analisis ini menunjukkan bahwa kenaikan harga
kedelai sebesar 28.6 persen terbukti sangat sensitif terhadap kelayakan usaha
pembuatan tahu.
2. Penurunan Jumlah Produksi Sebesar 20 persen
Penurunan jumlah produksi adalah salah satu kemungkinan yang terjadi
terhadap perubahan pada sisi inflow. Perubahan penurunan jumlah produksi pernah
dialami oleh usaha ini ketika lokasi usaha masih berpindah-pindah. Penurunan ini
dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti sulitnya akses mencapai lokasi pabrik
sehingga banyak produk yang tidak habis terjual, serta keterbatasan modal disertai
dengan harga kedelai yang cukup berfluktuatif. Penurunan yang pernah dialami
berkisar antara 5 kilogram – 10 kilogram, atau 12,5 sampai 20 persen. Oleh karena
itu, hasil analisis sensitivitas yang digunakan berdasarkan data empiris usaha, yaitu
penurunan jumlah produksi sebesar 20 persen
Hasil analisis sensitivitas dengan merubah variabel pada sisi input yaitu
penurunan jumlah produksi sebesar 20 persen pada perhitungan kelayakan investasi,
maka diperoleh NPV sebesar Rp (157 593 001), IRR sebesar (13.34) persen, serta
Net B/C 0.29. Seluruh kriteria investasi mengalami penurunan yang sangat
signifikan. NPV yang semula Rp 293 316 530 menurun hingga Rp (157 593 001).
Begitu pula dengan IRR semula senilai 39 persen menjadi (13.34) persen serta Net
B/C semula 3.07 menurun hingga mencapai 0.29. Tidak terlalu berbeda dengan hasil
analisis yang pertama, hasil perhitungan menunjukkan bahwa NPV berada pada
angka negatif, IRR kurang dari discount factor, serta Net B/C kurang dari 1. Untuk
payback period didapatkan hasil bahwa selama umur usaha belum mampu
menghasilkan manfaat bersih. Dengan demikian maka seluruh kriteria investasi dapat
dikatakan tidak layak dan nilai perhitungan mengindikasikan bahwa penurunan
jumlah produksi sebesar 20 persen juga terbukti sensitif terhadap kelayakan usaha.
Hasil Analisis Sensitivitas
Tabel 10 Perbandingan antara kondisi normal dan hasil analisis sensitivitas
Kriteria Investasi Kondisi Normal Kenaikan Harga
Kedelai 28.6 persen
Penurunan Jumlah
Produksi 20 persen
PV Positif Rp 435 176 313 Rp 6 402 257 Rp 65 726 831
PV Negatif Rp 141 859 783 Rp 203 529 687 Rp 223 319 831
NPV Rp 293 316 530 Rp (197 127 430) Rp (157 593 001)
IRR 39 persen - (13.34) persen
Net B/C 3.07 (0.03) 0.29
Payback Period 5 tahun 7 bulan 17
hari - -
Dari hasil perhitungan analisis sensitivitas terhadap kenaikan harga kedelai dan
penurunan jumlah produksi, secara umum dapat disimpulkan bahwa baik kenaikan
harga maupun penurunan produksi terbukti sangat sensitif terhadap kelayakan usaha.
Hasil perhitungan menunjukkan bahwa nilai NPV yang diperoleh dalam analisis
48
sensitivitas sama-sama menunjukkan angka negatif, IRR kurang dari discount rate, Net
B/C kurang dari satu, serta payback period yang dihasilkan melebihi umur usaha.
Seluruh kriteria investasi menunjukan usaha tidak layak. Berdasarkan kedua analisis
sensitivitas, jika dilakukan perbandingan, maka kenaikan harga kedelai dinilai lebih
sensitif dibandingkan penurunan jumlah produksi karena memiliki nilai akumulasi yang
jauh lebih rendah dibandingkan penurunan jumlah produksi. Perhitungan analisis
sensitivitas dapat dilihat pada Lampiran 7 dan 8.
Implikasi Manajerial terhadap Analisis Sensitivitas
Implikasi manajerial adalah perkiraan ke depan mengenai perencanaan kerja dan
perumusan tidakan dan formulasi kebijakan untuk meningkatkan produktifitas dengan
cara meningkatkan kapasitas, kualitas, efisensi, dan efektifitas dari sumber daya yang
ada. Dalam analisis sensitivitas yang telah dibahas sebelumnya menunjukkan bahwa
suatu perubahan memiliki pengaruh terhadap suatu usaha. Dalam hal ini, perubahan
yang dimaksud adalah kenaikan harga kedelai dan penurunan jumlah produksi tahu.
Baik kenaikan harga kedelai maupun penurunan jumlah produksi tahu menghasilkan
kriteria investasi yang tidak layak. Kedua variabel menghasilkan NPV dibawah 0, IRR
kurang dari discount rate, Net B/C kurang dari 1, serta payback period yang melebihi
umur usaha. Berdasarkan hasil perhitungan, jika ingin dibandingkan antara kenaikan
harga kedelai dan penurunan jumlah produksi, maka perubahan yang dinilai lebih peka
adalah perubahan terkait dengan kenaikan harga kedelai. Oleh sebab itu, pemilik usaha
harus selalu waspada dengan melakukan beberapa tindakan atau dengan kata lain
implikasi manajerial yang sebaiknya dilakukan oleh pemilik, antara lain pembentukan
kelompok pengrajin berbasis kedelai.
Selama ini para pengrajin berbasis kedelai di daerah sekitar pabrik, terutama
pengrajin tahu dan tempe memiliki solidaritas yang cukup tinggi. Terbukti dengan
adanya kenaikan harga yang terjadi, para pemilik usaha melakukan musyawarah untuk
mencari solusi terbaik terhadap kenaikan harga kedelai agar usaha dapat tetap
berproduksi. Hasil musyawarah serentak dilakukan oleh para pengrajin. Oleh sebab itu,
untuk menjaga hubungan dan solidaritas sebaiknya dilakukan pembentukan kelompok
pengrajin secara jelas dan terdaftar keanggotannya, khusunya di sekitar daerah
Cihideung Ilir. Dengan adanya pembentukan kelompok ini dapat memudahkan para
pengrajin dalam mengambil keputusan terhadap suatu perubahan yang terjadi. Selain
itu, kelompok ini juga dapat dimanfaatkan sebagai wadah dalam bertukar, pengalaman,
ilmu, maupun informasi yang berguna satu sama lainnya sehingga para pengrajin
menjadi lebih berwawasan dan dapat menentukan sikap maupun strategi untuk
memajukan usahannya. Pembelian kedelai juga dapat dilakukan secara kolektif untuk
mengurangi biaya pembelian kedelai.
Jika masa kontrak lokasi sudah habis dan tidak dapat diperpanjang, sebaiknya
perpindahan lokasi dipertimbangkan dengan baik. Karena lokasi yang strategis sangat
mempengaruhi keberlangsungan usaha. Lokasi strategis terutama mencakup kemudahan
akses menuju lokasi karena hal ini akan berdampak langsung terhadap penjualan dan
pemasaran produk.
49
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Dari hasil analisis yang telah dilakukan pada usaha tahu bandung Kayun-Yun
baik dari aspek finansial maupun aspek non finansial, maka dapat diambil beberapa
kesimpulan, yaitu :
1. Berdasarkan analisis aspek non finansial, usaha tahu Bandung Kayun-Yun dapat
dikatakan layak, kecuali pada aspek manajemen dan aspek lingkungan. Analisis
aspek manajemen dikatakan kurang layak karena usaha tahu ini belum memiliki
pencatatan finansial yang baik ataupun pembukuan atas penjualan yang dilakukan.
Usaha ini juga belum memiliki struktur organisasi, akan tetapi pembagian pekerjaan
sudah jelas. Sedangkan analisis aspek lingkungan dikatakan kurang layak karena
usaha ini membuang air limbah langsung ke kali terdekat tanpa memberikan
perlakukan khusus. Pada jangka panjang, hal ini tentunya dapat menimbulkan
gangguan berupa pencemaran lingkungan.
2. Analisis kelayakan finansial menunjukkan bahwa usaha tahu Bandung Kayun-Yun
ini layak untuk dijalankan. Hal ini ditunjukkan oleh nilai NPV, IRR, Net B/C serta
payback period yang memenuhi seluruh kriteria investasi.
3. Hasil analisis sensitivitas menunjukkan bahwa usaha tahu bandung Kayun-Yun
terbukti sangat sensitif terhadap perubahan dua variabel yaitu kenaikan harga
kedelai dan penurunan jumlah produksi. Dari kedua nilai variabel menunjukkan
bahwa seluruh kriteria investasi tidak memenuhi kriteria sehingga usaha menjadi
tidak layak. Dengan demikian, baik kenaikan harga maupun penurunan jumlah
produksi memiliki pengaruh yang signifikan dan sangat sensitif terhadap kelayakan
suatu usaha. Jika dibandingkan antara kedua variabel maka kenaikan harga memiliki
tingkat sensitivitas yang lebih tinggi dibandingkan penurunan jumlah produksi.
Saran
1. Usaha tahu Bandung Kayun-Yun sebaiknya mulai melakukan pencatatan finansial
meliputi data arus masuk dan arus keluar produksi sehingga pemilik usaha dapat
melihat peningkatan ataupun penurunan yang terjadi pada kondisi keuangan dan
keuntungan yang diperoleh.
2. Peralatan yang digunakan hendaknya selalu dirawat agar kehigienisan tahu tetap
terjaga dengan baik.
3. Penerapan perlakuan khusus terhadap air limbah produksi. Salah satunya dengan
menerapkan sistem netralisir atau aerodinamis. Hal ini dilakukan untuk mencegah air
limbah mengalir langsung ke sungai yang dapat menimbulkan gangguan terhadap
lingkungan sekitar.
4. Pihak pemerintah sebaiknya dapat menjaga tingkat harga komoditas atau harga
pembelian pemerintah (HPP) kedelai di tingkat petani agar mereka tertarik untuk
menanam kedelai sehingga produksi kedelai lokal dapat meningkat dan
ketergantungan impor menjadi semakin menurun. Selain itu, optimalisasi lahan dan
perbaikan tata niaga kedelai juga perlu dilakukan perbaikan untuk meningkatkan
produktifitas kedelai dan mengurangi „permainan‟ pada sisi suplai. Beberapa
kebijakan ini dilakukan dengan tujuan akhir yaitu menjaga stabilitas harga kedelai di
Indonesia.
50
DAFTAR PUSTAKA
[BPS] Badan Pusat Statistik. 2013. Produk Domestik Bruto (PDB) Atas Dasar Harga
Yang Berlaku Menurut Lapangan Usaha [Internet]. [Diunduh 2014 Jan 16] Jakarta
(ID) : Badan Pusat Statistika Republik Indonesia : Tersedia pada : http://www
bps go id/tab_sub/view php?kat=2&tabel=1&daftar=1&id_subyek=11¬ab=1.
Jakarta (ID) : Badan Pusat Statistik.
[BPS] Badan Pusat Statistik. 2013. Produksi, Impor, Kebutuhan Dalam Negeri, dan
Pangsa Produksi Kedelai Terhadap Kebutuhan Dalam Negeri Tahun 2007 – 2013
[Internet]. [Diunduh 2014 Jan 16] Jakarta (ID) : Badan Pusat Statistika Republik
Indonesia.
[DEPTAN] Departemen Pertanian. 2013. Konsumsi Rata-Rata Per Kapita Setahun
Beberapa Bahan Makanan di Indonesia Tahun 2009 – 2013 [Internet]. [Diunduh
2014 Maret 20] Jakarta (ID) : Departemen Pertanian : Tersedia pada :
http//:wwwdepkopgoid/. Jakarta (ID) : Departemen Pertanian.
Emawati. 2007. Analisis Kelayakan Finansial Industri Tahu (Studi Kasus : Usaha
Dagang Tahu Bintaro, Kabupaten Tangerang, Propinsi Banten). Jakarta (ID) :
UIN Syarif Hidayatullah.
Yacob I. 2003. Studi Kelayakan Bisnis. Jakarta (ID) : PT RINEKA CIPTA
Kurniasary E. 2010. Analisis Dampak Kenaikan Harga Kedelai di Sentra Industri
Tempe Kelurahan Semanan Jakarta Barat. [Skripsi]. Bogor (ID) : Institut
Pertanian Bogor.
Mankiw NG. 2007. Makroekonomi Edisi Keenam. Jakarta (ID) : Erlangga.
Mulyawati D. 2012 Analisis Kelayakan Usaha Jamur Tiram Putih [Skripsi]. Bogor
(ID) : Institut Pertanian Bogor.
Nurhayati N. 2011. Analisis Kelayakan dan Strategi Pengembangan Usaha
Industri Kecil Tahu di Kabupaten Kuningan-Jawa Barat (Studi Kasus :
Industri Kecil Tahu Lamping) [Skripsi]. Bogor (ID) : Institut Pertanian Bogor.
Nurmalina R, Sarianti T, Karyadi A. 2009. Studi Kelayakan Bisnis. Bogor (ID) :
Departemen Agribisnis FEM IPB.
Nursiah T. 2013. Analisis Pengaruh Kenaikan Harga Kedelai Terhadap Kinerja Usaha
Industri Tempe di Desa Citeureup Kabupaten Bogor [Skripsi]. Bogor (ID) :
Institut Pertanian Bogor.
Patmawaty. 2009. Analisis Dampak Kenaikan Harga Kedelai Terhadap Pendapatan
Usaha Pengrajin Tahu Skala Kecil Dan Rumah Tangga [Skripsi]. Bogor (ID) :
Institut Pertanian Bogor.
Salim E. 2012. Kiat Cerdas Wirausaha Aneka Olahan Kedelai. Yogyakarta (ID) : Lily
Publisher.
Sugiharto. 1987. Dasar-Dasar Pengelolaan Air Limbah. Jakarta (ID) : UI-Press.
Sukino S. 2008. Mikro Ekonomi Teori Pengantar Edisi Ketiga. Jakarta (ID) : PT
RAJAGRAFINDO PERSADA.
Suliyanto. 2010. Studi Kelayakan Bisnis Pendekatan Praktis. Yogyakarta (ID) : ANDI
Yogyakarta.
Tamisari MD. 2013. Faktor-Faktor yang Memengaruhi Harga Kedelai di Indonesia.
[Skripsi]. Bogor (ID) : Institut Pertanian Bogor.
Umar H. 2003. Studi Kelayakan Bisnis. Jakarta (ID) : PT Gramedia Pustaka Utama.
51
LAMPIRAN
Lampiran 1 Ringkasan proses produksi tahu
Perendaman Kedelai
Pencucian Kedelai
Penggilingan Kedelai
Perebusan Bubur Kedelai
Penyaringan Bubur Kedelai
Penggumpalan
Pencetakan Tahu
Pemotongan Tahu
Perebusan Tahu dengan
Kunyit
Ampas tahu
Sari kedelai
52
Lampiran 2 Tata letak atau layout pabrik
Keterangan :
1. Tempat perendaman dan pencucian kedelai 8. Rak penyimpanan tahu
2. Tempat penggilingan kedelai 9. Tempat pembungkusan dan
3. Bak air peletakan tahu ke dalam box
4. Tempat perebusan bubur kedelai dan gentong
5. Tempat penyaringan dan penggumpalan 10. Rumah pemilik
6. Tempat pencetakan tahu 11. Tempat menaruh kayu bakar
7. Tempat pemotongan
2
4
6
7
8
10
4 5
5
5 3
1
9
11
53
Lampiran 3 Dokumentasi kegiatan
Tampak depan pabrik Bagian dalam pabrik
Kepingan kayu bakar yang digunakan Kunyit sebelum diparut
dalam proses produksi
Tahu yang dimasukan ke dalam Foto bersama pemilik usaha tahu
box dan siap untuk dipasarkan bandung Kayun-Yun, Bapak Uun
54
Lampiran 4 Rincian biaya investasi serta perhitungan biaya investasi sebelum dan sesudah compounding factor
No Jenis investasi Jumlah Harga Total
Umur
ekonomis
(tahun)
Penyusutan
per unit
(Rp)
Biaya
Penyusutan
(Rp)
Nilai
sisa
Nilai sisa
pada tahun
ke-10
Harga
compounding
per unit
Penyusutan per
unit setelah
compounding
Biaya
penyusutan
setelah
compounding
Total harga
compounding
1 Bangunan - 25 000 000 25 000 000 10 2 500 000 2 500 000 0 0 25 000 000 2 500 000 2 500 000 25 000 000
2 Diesel 1 3 000 000 3 000 000 10 300 000 300 000 0 0 3 146 911 314 691 314 691 3 146 911
3 Molen atau
Mesin Giling
1 2 000 000 2 000 000 10 200 000 200 000 0 0 3 173 749 317 375 317 375 3 173 749
4 Tungku semen 2 1 000 000 2 000 000 6 166 667 333 333 0 0 1 000 000 166 667 333 333 2 000 000
5 Kuali 2 200 000 400 000 6 33 333 66 667 0 0 200 000 33 333 66 667 400 000
6 Tahang kayu 3 600 000 1 800 000 5 120 000 360 000 0 0 881 597 176 319 528 958 2 644 791
7 Tanggok bambu 1 200 000 200 000 1 200 000 200 000 0 0 200 000 200 000 200 000 200 000
8 Pompa air 1 300 000 300 000 7 42 857 42 857 4 171 426 476 062 68 008 68 008 476 062
9 Saringan air 1 30 000 30 000 1 30 000 30 000 0 0 30 000 30 000 30 000 30 000
10 Cetakan 5 140 000 700 000 5 28 000 140 000 0 0 205 706 41 141 205 706 1 028 530
11 Tampir 20 25 000 500 000 5 5 000 100 000 0 0 36 733 7 347 146 933 734 664
12 Serok 3 150 000 450 000 5 30 000 150 000 0 - 220 399 44 080 132 240 661 198
13 Rak bambu 1 100 000 100 000 6 16 667 16 667 0 0 100 000 16 667 16 667 100 000
14 Tampan/ayakan 3 15 000 45 000 1 15 000 45 000 0 0 15 000 15 000 45 000 45 000
15 Bak plastik biru 1 200 000 200 000 10 20 000 20 000 0 0 317 375 31 737 31 737 317 375
16 Ember plastik 12 5 000 60 000 5 1 000 12 000 0 0 7 347 1 469 17 632 88 160
17 Gentong plastik 10 40 000 400 000 5 8 000 80 000 0 0 58 773 11 755 117 546 587 731
18 Box plastik 20 60 000 1 200 000 5 12 000 240 000 0 0 88 160 17 632 352 639 1 763 194
19 Mistar 2 10 000 20 000 6 1 667 3 333 0 0 10 000 1 667 3 333 20 000
20 Kendaraan
operasional
1 70 000 000 70 000 000 10 7 000 000 7 000 000 0 0 111 081 203 11 108 120 11 108 120 111 081 203
Total 103 075 000 108 405 000 10 730 190 11 839 857 171 426 146 249 014 15 103 008 16 536 585 153 498 566
54
55
Lampiran 5 Rincian biaya variabel usaha tahu Bandung Kayun-Yun
No Uraian
2010 2011 2012 2013
Jumlah Harga
(Rp)
Total
per hari
(Rp)
Total per
tahun
(Rp)
Jumlah Harga
(Rp)
Total
per hari
(Rp)
Total per
tahun
(Rp)
Jumlah Harga
(Rp)
Total
per hari
(Rp)
Total per
tahun
(Rp)
Jumlah Harga
(Rp)
Total per
hari
(Rp)
Total per
tahun
(Rp)
1 Kedelai 50 6 000 300 000 90 000 000 70 7 000 490 000 147 000 000 100 7 000 700 000 210 000 000 120 9 000 1 080 000 324 000 000
2 Garam 4 1 800 7 200 2 160 000 6 1 800 10 800 3 240 000 8 2 000 16 000 4 800 000 10 2 000 20 000 6 000 000
3 Kunyit 3 6 000 18 000 5 400 000 4 6 000 24 000 7 200 000 6 7 000 42 000 12 600 000 7 7 000 49 000 14 700 000
4 Kayu
bakar
- - 50 000 15 000 000 - - 70 000 21 000 000 - - 100 000 30 000 000 - - 120 000 36 000 000
5 Solar
diesel
0.8 6 500 5 417 1 625 000 1.2 6 500 7 583 2 275 000 1.7 6 500 10 833 3 250 000 2 6 500 13 000 3 900 000
6 Upah TK
dalam
keluarga
3 4 500 172 500 51 750 000 3 4 500 199 500 56 700 000 3 5 000 270 000 81 000 000 3 5 000 300 000 90 000 000
7 Upah TK
luar
keluarga
2 4 500 115 000 34 500 000 2 4 500 133 000 37 800 000 2 5 000 180 000 54 000 000 2 5 000 200 000 60 000 000
8 Kemasan 6 250 1 875 000 8 750 2 625 000 12 500 3 750 000 15 000 4 500 000
TOTAL 207 310 000 277 840 000 399 400 000 539 100 000
55
56
Lampiran 6 Cashflow usaha tahu Bandung Kayun-Yun
Uraian
Tahun ke-
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019
INFLOW
Tahu 4 cm 225 000 000 315 000 000 270 000 000 378 000 000 378 000 000 378 000 000 378 000 000 378 000 000 378 000 000 378 000 000
Tahu 5 cm 216 000 000 262 500 000 262 500 000 262 500 000 262 500 000 262 500 000 262 500 000 262 500 000
Ampas tahu 8 400 000 10 500 000 12 600 000 21 000 000 21 000 000 21 000 000 21 000 000 21 000 000 21 000 000 21 000 000
Nilai sisa 171 426
TOTAL INFLOW 233 400 000 325 500 000 498 600 000 661 500 000 661 500 000 661 500 000 661 500 000 661 500 000 661 500 000 661 671 426
OUTFLOW
1 BIAYA
INVESTASI
Bangunan 25 000 000
Mesin diesel 3 146 911
Molen 3 173 749
Tungku semen 2 000 000 2 000 000
Bak semen 400 000 400 000
Tahang kayu 2 644 791 2 644 791
Tanggok bambu 200 000 200 000 200 000 200 000 200 000 200 000 200 000 200 000 200 000 200 000
Pompa air 476 062 476 062
Saringan air 30 000 30 000 30 000 30 000 30 000 30 000 30 000 30 000 30 000 30 000
Cetakan 1 028 530 1 028 530
Tampir 734 664 734 664
Serok 661 198 661 198
Rak bambu 100 000
Tampan/ayakan 45 000 45 000 45 000 45 000 45 000 45 000 45 000 45 000 45 000 45 000
Bak plastik biru 317 375
56
57
Ember plastik 88 160 88 160
Gentong plastik 587 731 587 731
Box plastik 1 763 194 1 763 194
Mistar 20 000 20 000
Kendaraan operasional 111 081 203
TOTAL BIAYA
INVESTASI
153 498 566 275 000 275 000 275 000 275 000 10 203 266 275 000 751 062 275 000 275 000
2 BIAYA TETAP
Sewa lahan 5 000 000 5 000 000 5 000 000 6 000 000 6 000 000 6 000 000 6 000 000 6 000 000 6 000 000 6 000 000
Listrik 3 000 000 3 000 000 3 000 000 3 000 000 3 000 000 3 000 000 3 000 000 3 000 000 3 000 000 3 000 000
Telepon 1 200 000 1 200 000 1 200 000 1 200 000 1 200 000 1 200 000 1 200 000 1 200 000 1 200 000 1 200 000
Biaya perawatan mobil 2 400 000 2 400 000 2 400 000 2 400 000 2 400 000 2 400 000 2 400 000 2 400 000 2 400 000 2 400 000
Biaya perawatan mesin 1 200 000 1 200 000 1 200 000 1 200 000 1 200 000 1 200 000 1 200 000 1 200 000 1 200 000 1 200 000
Biaya transportasi 18 000 000 18 000 000 18 000 000 18 000 000 18 000 000 18 000 000 18 000 000 18 000 000 18 000 000 18 000 000
TOTAL BIAYA
TETAP
30 800 000 30 800 000 30 800 000 31 800 000 31 800 000 31 800 000 31 800 000 31 800 000 31 800 000 31 800 000
3 BIAYA VARIABEL
Kedelai 90 000 000 147 000 000 210 000 000 324 000 000 324 000 000 324 000 000 324 000 000 324 000 000 324 000 000 324 000 000
Garam 2 160 000 3 240 000 4 800 000 6 000 000 6 000 000 6 000 000 6 000 000 6 000 000 6 000 000 6 000 000
Kunyit 5 400 000 7 200 000 12 600 000 14 700 000 14 700 000 14 700 000 14 700 000 14 700 000 14 700 000 14 700 000
Kayu bakar 15 000 000 21 000 000 30 000 000 36 000 000 36 000 000 36 000 000 36 000 000 36 000 000 36 000 000 36 000 000
Solar diesel 1 625 000 2 275 000 3 250 000 3 900 000 3 900 000 3 900 000 3 900 000 3 900 000 3 900 000 3 900 000
Upah TK luar keluarga 51 750 000 56 700 000 81 000 000 90 000 000 90 000 000 90 000 000 90 000 000 90 000 000 90 000 000 90 000 000
Upah TK dalam
keluarga
34 500 000 37 800 000 54 000 000 60 000 000 60 000 000 60 000 000 60 000 000 60 000 000 60 000 000 60 000 000
Kemasan 1 875 000 2 625 000 3 750 000 4 500 000 4 500 000 4 500 000 4 500 000 4 500 000 4 500 000 4 500 000
TOTAL BIAYA
VARIABEL
202 310 000 277 840 000 399 400 000 539 100 000 539 100 000 539 100 000 539 100 000 539 100 000 539 100 000 539 100 000
TOTAL OUTFLOW 386 608 566 308 915 000 430 475 000 571 175 000 571 175 000 581 103 266 571 175 000 571 651 062 571 175 000 571 175 000
Net benefit (153 208 566) 16 585 000 68 125 000 90 325 000 90 325 000 80 396 734 90 325 000 89 848 938 90 325 000 90 496 426
57
58
Discount factor 8 % 0.9259 0.8573 0.7938 0.7350 0.6806 0.6302 0.5835 0.5403 0.5002 0.4632
PV/TAHUN (141 859 783) 14 218 964 54 079 821 66 391 571 61 473 677 50 663 580 52 703 770 48 542 585 45 184 988 41 917 355
NPV 293 316 530
IRR 39%
PV POSITIF 435 176 313
PV NEGATIF 141 859 783
Net B/C 3.07
PAYBACK PERIOD 5 tahun 7
bulan 17 hari
58
59
Lampiran 7 Analisis sensitivitas kenaikan harga kedelai 28.6 persen
Uraian
Tahun ke-
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019
INFLOW
Tahu 4 cm 225 000 000 315 000 000 270 000 000 378 000 000 378 000 000 378 000 000 378 000 000 378 000 000 378 000 000 378 000 000
Tahu 5 cm 216 000 000 262 500 000 262 500 000 262 500 000 262 500 000 262 500 000 262 500 000 262 500 000
Ampas tahu 8 400 000 10 500 000 12 600 000 21 000 000 21 000 000 21 000 000 21 000 000 21 000 000 21 000 000 21 000 000
Nilai sisa 171 426
TOTAL
INFLOW
233 400 000 325 500 000 498 600 000 661 500 000 661 500 000 661 500 000 661 500 000 661 500 000 661 500 000 661 671 426
OUTFLOW
1 BIAYA
INVESTASI
Bangunan 25 000 000
Mesin diesel 3 146 911
Molen 3 173 749
Tungku semen 2 000 000 2 000 000
Bak semen 400 000 400 000
Tahang kayu 2 644 791 2 644 791
Tanggok bambu 200 000 200 000 200 000 200 000 200 000 200 000 200 000 200 000 20 000 200 000
Pompa air 476 062 476 062
Saringan air 30 000 30 000 30 000 30 000 30 000 30 000 30 000 30 000 30 000 30 000
Cetakan 1 028 530 1 028 530
Tampir 734 664 734 664
Serok 661 198 661 198
Rak bambu 100 000
Tampan/ayakan 45 000 45 000 45 000 45 000 45 000 45 000 45 000 45 000 45 000 45 000
Bak plastik biru 317 375
Ember plastik 88 160 88 160
Gentong plastik 587 731 587 731
Box plastik 1 763 194 1 763 194
Mistar 20 000 20 000
59
60
Kendaraan
operasional
111 081 203
TOTAL BIAYA
INVESTASI
153 498 566 275 000 275 000 275 000 275 000 10 203 266 275 000 751 062 95 000 275 000
2 BIAYA
TETAP
Sewa lahan 5 000 000 5 000 000 5 000 000 6 000 000 6 000 000 6 000 000 6 000 000 6 000 000 6 000 000 6 000 000
Listrik 3 000 000 3 000 000 3 000 000 3 000 000 3 000 000 3 000 000 3 000 000 3 000 000 3 000 000 3 000 000
Telepon 1 200 000 1 200 000 1 200 000 1 200 000 1 200 000 1 200 000 1 200 000 1 200 000 1 200 000 1 200 000
Biaya perawatan
mobil
2 400 000 2 400 000 2 400 000 2 400 000 2 400 000 2 400 000 2 400 000 2 400 000 2 400 000 2 400 000
Biaya perawatan
mesin
1 200 000 1 200 000 1 200 000 1 200 000 1 200 000 1 200 000 1 200 000 1 200 000 1 200 000 1 200 000
Biaya
transportasi
18 000 000 18 000 000 18 000 000 18 000 000 18 000 000 18 000 000 18 000 000 18 000 000 18 000 000 18 000 000
TOTAL BIAYA
TETAP
30 800 000 30 800 000 30 800 000 31 800 000 31 800 000 31 800 000 31 800 000 31 800 000 31 800 000 31 800 000
3 BIAYA
VARIABEL
Kedelai 115 740 000 189 042 000 270 060 000 416 664 000 416 664 000 416 664 000 416 664 000 416 664 000 416 664 000 416 664 000
Garam 2 160 000 3 240 000 4 800 000 6 000 000 6 000 000 6 000 000 6 000 000 6 000 000 6 000 000 6 000 000
Kunyit 5 400 000 7 200 000 12 600 000 14 700 000 14 700 000 14 700 000 14 700 000 14 700 000 14 700 000 14 700 000
Kayu bakar 15 000 000 21 000 000 30 000 000 36 000 000 36 000 000 36 000 000 36 000 000 36 000 000 36 000 000 36 000 000
Solar diesel 1 625 000 2 275 000 3 250 000 3 900 000 3 900 000 3 900 000 3 900 000 3 900 000 3 900 000 3 900 000
Upah TK luar
keluarga
51 750 000 56 700 000 81 000 000 90 000 000 90 000 000 90 000 000 90 000 000 90 000 000 90 000 000 90 000 000
Upah TK dalam
keluarga
34 500 000 37 800 000 54 000 000 60 000 000 60 000 000 60 000 000 60 000 000 60 000 000 60 000 000 60 000 000
Kemasan 1 875 000 2 625 000 3 750 000 4 500 000 4 500 000 4 500 000 4 500 000 4 500 000 4 500 000 4 500 000
TOTAL BIAYA
VARIABEL
228 050 000 319 882 000 459 460 000 631 764 000 631 764 000 631 764 000 631 764 000 631 764 000 631 764 000 631 764 000
TOTAL
OUTFLOW
412 348 566 350 957 000 490 535 000 663 839 000 663 839 000 673 767 266 663 839 000 664 315 062 663 659 000 663 839 000
Net benefit (178 948 566) (25 457 000) 8 065 000 (2 339 000) (2 339 000) (12 267 266) (2 339 000) (2 815 062) (2 159 000) (2 167 574)
Discount factor 0.9259 0.8573 0.7938 0.7350 0.6806 0.6302 0.5835 0.5403 0.5002 0.4632
60
61
8 %
PV/TAHUN (165 693 116) (21 825 274) 6 402 257 (1 719 235) (1 591 884) (7 730 459) (1 364 784) (1 520 891) (1 080 038) (1 004 006)
NPV (197 127 430)
IRR -
PV POSITIF 6 402 257
PV NEGATIF (203 529 687)
Net B/C (0.03)
PAYBACK
PERIOD
-
61
62
Lampiran 8 Analisis sensitivitas penurunan jumlah produksi sebesar 20 persen
Uraian
Tahun ke-
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019
INFLOW
Tahu 4 cm 180 000 000 252 000 000 216 000 000 302 400 000 302 400 000 302 400 000 302 400 000 302 400 000 302 400 000 302 400 000
Tahu 5 cm 216 000 000 262 500 000 262 500 000 262 500 000 262 500 000 262 500 000 262 500 000 262 500 000
Ampas tahu 8 400 000 10 500 000 12 600 000 21 000 000 21 000 000 21 000 000 21 000 000 21 000 000 21 000 000 21 000 000
Nilai sisa 171 426
TOTAL
INFLOW
188 400 000 262 500 000 444 600 000 585 900 000 585 900 000 585 900 000 585 900 000 585 900 000 585 900 000 586 071 426
OUTFLOW
1 BIAYA
INVESTASI
Bangunan 25 000 000
Mesin diesel 3 146 911
Molen 3 173 749
Tungku semen 2 000 000 2 000 000
Bak semen 400 000 400 000
Tahang kayu 2 644 791 2 644 791
Tanggok bambu 200 000 200 000 200 000 200 000 200 000 200 000 200 000 200 000 20 000 200 000
Pompa air 476 062 476 062
Saringan air 30 000 30 000 30 000 30 000 30 000 30 000 30 000 30 000 30 000 30 000
Cetakan 1 028 530 1 028 530
Tampir 734 664 734 664
Serok 661 198 661 198
Rak bambu 100 000
62
63
Tampan/ayakan 45 000 45 000 45 000 45 000 45 000 45 000 45 000 45 000 45 000 45 000
Bak plastik biru 317 375
Ember plastik 88 160 88 160
Gentong plastik 587 731 587 731
Box plastik 1 763 194 1 763 194
Mistar 20 000 20 000
Kendaraan
operasional
111 081 203
TOTAL BIAYA
INVESTASI
153 498 566 275 000 275 000 275 000 275 000 10 203 266 275 000 751 062 95 000 275 000
2 BIAYA
TETAP
Sewa lahan 5 000 000 5 000 000 5 000 000 6 000 000 6 000 000 6 000 000 6 000 000 6 000 000 6 000 000 6 000 000
Listrik 3 000 000 3 000 000 3 000 000 3 000 000 3 000 000 3 000 000 3 000 000 3 000 000 3 000 000 3 000 000
Telepon 1 200 000 1 200 000 1 200 000 1 200 000 1 200 000 1 200 000 1 200 000 1 200 000 1 200 000 1 200 000
Biaya perawatan
mobil
2 400 000 2 400 000 2 400 000 2 400 000 2 400 000 2 400 000 2 400 000 2 400 000 2 400 000 2 400 000
Biaya perawatan
mesin
1 200 000 1 200 000 1 200 000 1 200 000 1 200 000 1 200 000 1 200 000 1 200 000 1 200 000 1 200 000
Biaya transportasi 18 000 000 18 000 000 18 000 000 18 000 000 18 000 000 18 000 000 18 000 000 18 000 000 18 000 000 18 000 000
TOTAL BIAYA
TETAP
30 800 000 30 800 000 30 800 000 31 800 000 31 800 000 31 800 000 31 800 000 31 800 000 31 800 000 31 800 000
3 BIAYA
VARIABEL
Kedelai 90 000 000 147 000 000 210 000 000 324 000 000 324 000 000 324 000 000 324 000 000 324 000 000 324 000 000 324 000 000
Garam 2 160 000 3 240 000 4 800 000 6 000 000 6 000 000 6 000 000 6 000 000 6 000 000 6 000 000 6 000 000
Kunyit 5 400 000 7 200 000 12 600 000 14 700 000 14 700 000 14 700 000 14 700 000 14 700 000 14 700 000 14 700 000
Kayu bakar 15 000 000 21 000 000 30 000 000 36 000 000 36 000 000 36 000 000 36 000 000 36 000 000 36 000 000 36 000 000
Solar diesel 1 625 000 2 275 000 3 250 000 3 900 000 3 900 000 3 900 000 3 900 000 3 900 000 3 900 000 3 900 000 63
64
Upah TK luar
keluarga
51 750 000 56 700 000 81 000 000 90 000 000 90 000 000 90 000 000 90 000 000 90 000 000 90 000 000 90 000 000
Upah TK dalam
keluarga
34 500 000 37 800 000 54 000 000 60 000 000 60 000 000 60 000 000 60 000 000 60 000 000 60 000 000 60 000 000
Kemasan 1 875 000 2 625 000 3 750 000 4 500 000 4 500 000 4 500 000 4 500 000 4 500 000 4 500 000 4 500 000
TOTAL BIAYA
VARIABEL
202 310 000 277 840 000 399 400 000 539 100 000 539 100 000 539 100 000 539 100 000 539 100 000 539 100 000 539 100 000
TOTAL
OUTFLOW
386 608 566 308 915 000 430 475 000 571 175 000 571 175 000 581 103 266 571 175 000 571 651 062 570 995 000 571 175 000
Net benefit (198 208 566) (46 415 000) 14 125 000 14 725 000 14 725 000 4 796 734 14 725 000 14 248 938 14 905 000 14 896 426
Discount factor
8 %
0.9259 0.8573 0.7938 0.7350 0.6806 0.6302 0.5835 0.5403 0.5002 0.4632
PV/TAHUN (183 526 450) (39 793 381) 11 212 880 10 823 315 10 021 588 3 022 756 8 591 896 7 698 258 7 456 211 6 899 928
NPV (157 593 001)
IRR -13%
PV POSITIF 65 726 831
PV NEGATIF 223 319 831
Net B/C 0.29
PAYBACK
PERIOD
-
64
65
Lampiran 9 Laporan laba rugi usaha tahu Bandung Kayun-Yun
Uraian
Tahun ke-
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019
PENERIMAAN
Tahu 4 cm 225 000 000 315 000 000 270 000 000 378 000 000 378 000 000 378 000 000 378 000 000 378 000 000 378 000 000 378 000 000
Tahu 5 cm 216 000 000 262 500 000 262 500 000 262 500 000 262 500 000 262 500 000 262 500 000 262 500 000
Ampas tahu 8 400 000 10 500 000 12 600 000 21 000 000 21 000 000 21 000 000 21 000 000 21 000 000 21 000 000 21 000 000
TOTAL
PENERIMAAN
233 400 000 325 500 000 498 600 000 661 500 000 661 500 000 661 500 000 661 500 000 661 500 000 661 500 000 661 500 000
PENGELUARAN
1 BIAYA
VARIABEL
Kedelai 90 000 000 147 000 000 210 000 000 324 000 000 324 000 000 324 000 000 324 000 000 324 000 000 324 000 000 324 000 000
Garam 2 160 000 3 240 000 4 800 000 6 000 000 6 000 000 6 000 000 6 000 000 6 000 000 6 000 000 6 000 000
Kunyit 5 400 000 7 200 000 12 600 000 14 700 000 14 700 000 14 700 000 14 700 000 14 700 000 14 700 000 14 700 000
Kayu bakar 15 000 000 21 000 000 30 000 000 36 000 000 36 000 000 36 000 000 36 000 000 36 000 000 36 000 000 36 000 000
Solar diesel 1 625 000 2 275 000 3 250 000 3 900 000 3 900 000 3 900 000 3 900 000 3 900 000 3 900 000 3 900 000
Upah TK luar
keluarga
51 750 000 56 700 000 81 000 000 90 000 000 90 000 000 90 000 000 90 000 000 90 000 000 90 000 000 90 000 000
Upah TK dalam
keluarga
34 500 000 37 800 000 54 000 000 60 000 000 60 000 000 60 000 000 60 000 000 60 000 000 60 000 000 60 000 000
Kemasan 1 875 000 2 625 000 3 750 000 4 500 000 4 500 000 4 500 000 4 500 000 4 500 000 4 500 000 4 500 000
TOTAL BIAYA
VARIABEL
202 310 000 277 840 000 399 400 000 539 100 000 539 100 000 539 100 000 539 100 000 539 100 000 539 100 000 539 100 000
LABA KOTOR 31 090 000 47 660 000 99 200 000 122 400 000 122 400 000 122 400 000 122 400 000 122 400 000 122 400 000 122 400 000
2 BIAYA TETAP
Sewa lahan 5 000 000 5 000 000 5 000 000 6 000 000 6 000 000 6 000 000 6 000 000 6 000 000 6 000 000 6 000 000
Listrik 3 000 000 3 000 000 3 000 000 3 000 000 3 000 000 3 000 000 3 000 000 3 000 000 3 000 000 3 000 000
Telepon 1 200 000 1 200 000 1 200 000 1 200 000 1 200 000 1 200 000 1 200 000 1 200 000 1 200 000 1 200 000
Biaya perawatan 2 400 000 2 400 000 2 400 000 2 400 000 2 400 000 2 400 000 2 400 000 2 400 000 2 400 000 2 400 000
65
66
mobil
Biaya perawatan
mesin
1 200 000 1 200 000 1 200 000 1 200 000 1 200 000 1 200 000 1 200 000 1 200 000 1 200 000 1 200 000
Biaya transportasi 18 000 000 18 000 000 18 000 000 18 000 000 18 000 000 18 000 000 18 000 000 18 000 000 18 000 000 18 000 000
Biaya penyusutan 16 536 585 16 536 585 16 536 585 16 536 585 16 536 585 16 536 585 16 536 585 16 536 585 16 536 585 16 536 585
TOTAL BIAYA
TETAP
30 800 000 30 800 000 30 800 000 31 800 000 31 800 000 31 800 000 31 800 000 31 800 000 31 800 000 31 800 000
LABA BERSIH 290 000 16 860 000 68 400 000 90 600 000 90 600 000 90 600 000 90 600 000 90 600 000 90 600 000 90 600 000
66
67
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Jakarta pada tanggal 25 Februari 1992 sebagai putri
pertama dari pasangan Rainir Rasyidin dan Lina Lidya. Penulis adalah anak pertama
dari dua bersaudara. Penulis telah menyelesaikan sekolah di TK Al – Muhadjirin pada
tahun 1998, SD Bani Saleh 1 pada tahun 2004, SMP Negeri 1 Bekasi pada tahun 2007,
dan SMA Negeri 1 Bekasi pada tahun 2010.
Pada tahun 2010, penulis diterima sebagai mahasiswa Departemen Agribisnis
Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor melalui jalur Ujian Talenta
Mandiri (UTM). Selama menjadi mahasiswa, penulis pernah aktif di beberapa
organisasi maupun kepanitiaan. Organisasi yang pernah diikuti penulis, diantaranya
Himpunan Mahasiswa Peminat Agribisnis (HIPMA) sebagai staff divisi Departemen
Public Relation and Information Media (D‟ PRIME) pada tahun 2011 – 2012, PSM IPB
Agriaswara sebagai staff divisi Kesejahteraan Rakyat (Kesra) pada tahun 2011 – 2012,
dan Community of Art and Sport bidang vocal group sebagai sekretaris pada tahun 2011
– 2012. Sedangkan kepanitiaan yang pernah diikuti oleh penulis, diantaranya
Agripreneur on Vacation sebagai Divisi Publikasi, Dekorasi, dan Dokumentasi pada
tahun 2011, Agrination sebagai Divisi Design, Dekorasi, dan Dokumentasi pada tahun
2012, FEM Mengajar sebagai staff pengajar, 2nd
Journalistic and Seminar Talkshow
(JUST) sebagai bendahara divisi sponsorship pada tahun 2012, serta Orientation For
New Generation Fakultas Ekonomi dan Manajemen (ORANGE FEM) sebagai
sekretaris divisi komdis Departemen Agribisnis pada tahun 2012.
top related