analisis lingkungan
Post on 08-Dec-2015
244 Views
Preview:
DESCRIPTION
TRANSCRIPT
ANALISIS LINGKUNGAN
Sulawesi tengah merupakan daerah satu-satunya di Indonesia yang
endemik Schistosomiasishanya ditemukan di Sulawesi Tengah, yaitu di Dataran
Tinggi Lindu, Napu dan Bada.
Dataran Lindu merupakan daerah dengan topografi yang relatif bervariasi,
dari dataran sampai perbukitan. Sebagian besar wilayah Lindu merupakan
kawasan hutan taman nasional dan perairan berupa danau yang dikenal dengan
Danau Lindu, Penggunaan lahan di wilayah ini berupa: sawah, tanah ladang,
perkebunan coklat dan kopi, sedangkan selebihnya merupakan semak belukar dan
hutan. Danau Lindu dikelilingi oleh delapan pegunungan yakni Nokilalaki, Adale,
Kona’a, Tumaru, Gimba, Jala, Rindi, dan Toningkolue.
Gambar Peta tofografi Dataran Tinggi Lindu, Propinsi Sulawesi Tengah dengan menggunakan Citra Satelit Quickbird.
Penduduk yang tinggal di Dataran Tinggi Lindu mayoritas terdiri dari
penduduk lokal yang dikenal sebagai etnis Kaili Tado, disamping etnis Kaili
lainnya (seperti Kaili Ledo, Kaili Ija, Kaili Ado, Kaili Tado, Kaili Moma, Tohului
dan Uma), etnis Arab dan bugis yang telah tinggal dan menetap di kawasan
tersebut sejak tahun 1950-an. Sampai dengan tahun 2008, tercatat terdapat 3754
jiwa yang tinggal di Lindu. Mayoritas penduduk tinggal di Desa Tomado (1855
jiwa), Desa Puroo (766 jiwa), Langko (641 jiwa) dan Anca (492 jiwa)., Sebagian
besar penduduk berprofesi sebagai petani sawah dan kebun, nelayan dan penderes
pohon aren.
Desa Anca merupakan wilayah paling potensial sebagai habitat O. h.
lindoensis. Jumlah habitat terbanyak di desa tersebut ditemukan di wilayah sub
desa Paku, sebanyak 26 habitat yang tersebar dari mulai tepi danau (bekas sawah
yang sudah tidak diolah, kebun coklat) sampai di dalam hutan. Di dusun lainnya,
yaitu Bamba dan Muara, 13 habitat berhasil dipetakan. Habitat di wilayah ini juga
tersebar mulai dari tepian muara danau sampai ke dalam hutan. Habitat lain juga
ditemukan di wilayah dusun Anca (9 habitat), Langkasa, Kalinco (5 habitat), dan
Pongku (2 habitat). Habitat-habitat tersebut berada di pinggir danau pada semak
belukar dan lahan sawah yang sudah tidak diolah.
Pakis atau Boa-boa sangat dikenal oleh masyarakat lokal karena digunakan
sebagai tolak bala terhadap roh jahat sebelum masuk ke dalam hutan. Pada habitat
ini, keong O. h. lindoensis biasa dijumpai menempel pada pangkal dan helai
rumput. Lantai sawah yang lembab/agak becek juga menjadi tempat berkembang
biak keong penular Skistosomiasis tersebut.
Gambar Habitat keong O. h. lindoensis di wilayah Paku, Anca
Gambar Lokasi fokus aktif O. h. lindoensis yang baru di daerah muara Danau Lindu;
Gambar Habitat keong O. h. lindoensis di Dusun Owo, Puroo;
Gambar Habitat keong O. h. lindoensis di Dusun Malo;
Secara keseluruhan, sebaran habitat keong O. h. lindoensis di dataran
tinggi Lindu, dapat dilihat pada Peta sebaran sebagai berikut :
Gambar Peta sebaran habitat keong O. h. lindoensis di dataran tinggi Lindu.
Selain itu keadaan alam yang menunjang seperti habitat keong O.h.
lindoensis yang terdapat di daerah pertanian, hutan, sepanjang irigasi dan daerah
penggembalaan . Hal ini memungkinkan hewan-hewan mamalia banyak mencari
makanan di daerah tersebut sehingga penularan atau siklus hidup cacing S.
japonicum masih terus berlangsung.
Dataran Tinggi Lindu tidak hanya menyangkut keong sebagai perantara
dan cacing sebagai penular, akan tetapi juga menyangkut aspek lain seperti aspek
sosial budaya. Aspek sosial budaya mempunyai peranan dalam penularan
schistosomiasis meliputi: pengetahuan, perilaku, kepercayaan masyarakat
terhadap schistosomiasis.
Pengetahuan tentang penyebab schistosomiasis sudah banyak diketahui
oleh kalangan masyarakat Lindu, dan sampai saat ini secara turun temurun mereka
mengatakan schistosomiasis adalah penyakit keong dalam bahasa orang Lindu
disebut susu. Bagi sebagian penduduk di Lindu, schistosomiasis bukan lagi
penyakit yang ditakuti warga, karena bagi mereka pengobatan secara rutin yang
dilakukan setiap enam bulan oleh petugas laboratorium
schistosomiasis, sudah memberikan jaminan kesehatan bagi masyarakat Lindu.
Bagi masyarakat Lindu schistosomiasis bukanlah penyakit tradisional yang
diakibatkan oleh mahluk-mahluk ghaib. Keseluruhan masyarakat memiliki
pengetahuan medis dan percaya bahwa penyebab schistosomiasis adalah dari
keong. Pengetahuan tentang gejala schistosomiasis. Beberapa masyarakat
mengatakan gejala pertama orang terinfeksi schistosomiasis adalah gatal-gatal.
Gatal-gatal terjadi saat pertama kali seseorang menginjakkan kakinya di air atau
melewati daerah-daerah becek, jika tubuh terasa gatal parasit sudah masuk dalam
tubuh manusia dan dalam beberapa hari orang akan mengalami gejala muntah,
pusing, demam dan sakit kepala. Masyarakat Lindu telah memiliki pemahaman
yang baik tentang gejala-gejala schistosomiasis. Pengetahuan masyarakat Lindu
tentang proses penularan schistosomiasis membuktikan, bahwa rata-rata
Masyarakat khususnya penderita masih kurang mengetahui cara-cara penularan
schistosomiasis.. Sebagian besar masyarakat mengatakan penularan
Schistosomiasis dari keong. Adapula yang mengatakan penularan terjadi akibat
sering buang air besar disembarang tempat, tidak menggunakan sepatu boot dan
menginja kotoran hewan seperti sapi, kerbau dan anjing. Ini menandakan
pengetahuan masyarakat Lindu tentang proses penularan schistosomiasis masih
sangat minim.
Berbicara mengenai pengetahuan dan perilaku kesehatan sedikitnya terkait
dengan masalah nilai-nilai budaya dan lingkungan masyarakat. Faktor-faktor
sosialpsikologi dan faktor budaya sering memainkan peran dalam mencetuskan
penyakit (Djeky, R 2002). Beberapa penelitian menunjukkan bahwa orang Lindu,
tidak melakukan pencegahan terhadap schistosomiasis, meskipun mereka
memiliki pengetahuan dan kemampuan dalam menganalisis penyakit ini baik dari
segi penyebab, gejala dan penularan. Tindakan yang mereka lakukan hanyalah
pengobatan schistosomiasis, tanpa memikirkan cara yang baik agar tidak
terinfeksi schistosomiasis. Secara medis efek samping obat schistosomiasis bisa
mengakibatkan efek buruk bagi tubuh orang yang sering meminumnya.
DAFTAR PUSTAKA
Ningsi, Yamin Sani Pawenari Hijjang. PENGETAHUAN DAN PERILAKU
KESEHATAN MASYARAKAT LINDU TERKAIT KEJADIAN
SCHISTOSOMIASIS DI KABUPATEN SIGI SULAWESI TENGAH.. Balai
Litbangkes P2B2 Donggala
top related