analisis prediksi kebangkrutan dengan menggunakan rasio keuangan pada an manufaktur di bursa efek...
Post on 27-Jul-2015
791 Views
Preview:
DESCRIPTION
TRANSCRIPT
ANALISIS PREDIKSI KEBANGKRUTAN PADA
PERUSAHAAN MANUFAKTUR DI BURSA EFEK
INDONESIA (BEI) PERIODE 2002 – 2006
SKRIPSI
Diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam menyelesaikanProgram Strata Satu (S1) Fakultas Ekonomi Program Studi Akuntansi
Universitas Pekalongan
Disusun Oleh ::
ARIFIANI MARDIKO PUTRI
NPM : 03.0123.AK
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS PEKALONGAN
2008
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Pembahasan
Tujuan utama perusahaan pada umumnya adalah memaksimalkan
keuntungan atau kekayaan, terutama bagi pemegang saham (pemilik
perusahaan). Namun ada tujuan yang tidak kalah penting yaitu kontiunitas
usaha (kelangsungan usaha). Agar kelangsungan usaha tetap terjaga para
pengelola perusahaan akan menjalankan kegiatan operasional dengan sebaik-
baiknya dan berusaha meminimalkan gangguan-gangguan yang ada atau yang
mungkin muncul. Disamping itu para pengelola perusahaan diharapkan dapat
memaksimalkan kemampuan mendaya gunakan sumber daya yang dimiliki.
Untuk menilai seberapa efektif pengelolaan perusahaan dapat dilihat
dari kinerja perusahaan, salah satunya adalah kinerja keuangan yang dapat
diketahui dengan melakukan analisis terhadap laporan keuangan perusahaan.
Laporan keuangan (biasanya dalam bentuk neraca, laporan rugi laba dan
laporan aliran kas) dapat memberikan informasi tentang prestasi atau kegagalan
perusahaan di masa lampau yang dapat memberikan petunjuk untuk
menetapkan kebijakan di masa yang akan datang. Keberadaan laporan keuangan
sangat berguna bagi pihak-pihak yang terkait dengan perusahaan antara lain
Instalasi Pemerintah, Pemasok, Kreditur,dan Investor (Kuswadi, 2005).
Seorang investor akan mencari kesempatan untuk selalu
mengembangkan kekayaan dengan berinvestasi di sektor-sektor yang dianggap
akan memberikan keuntungan yang memadai. Salah satu sarana yang dianggap
cukup menguntungkan melakukan investasi adalah di pasar modal yang di
Indonesia diselenggarakan oleh PT Bursa Efek Indonesia (BEI) (Rusdin, 2006).
Berinvestasi di pasar modal, selain memperoleh tingkat keuntungan atau
return yang tinggi namun berinvestasi di pasar modal tergolong berisiko tinggi.
Saham perusahaan go Publik, sebagai komoditi investasi tergolong berisiko
tinggi sehingga sangat peka terhadap perubahan-perubahan yang terjadi, baik
perubahan di luar negeri maupun di dalam negeri, seperti adanya kebijakan
kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) pada tahun 2005. Kenaikan BBM
ini sangat berpengaruh pada industri dalam negeri khususnya industri
manufaktur. Hal ini dikarenakan terjadinya kenaikan pada pos-pos biaya
produksi sehingga meningkatkan biaya secara keseluruhan dan mengakibatkan
kenaikan harga pokok produksi yang akhirnya akan menaikkan harga jual
produk yang dihasilkan. Dan tentunya hal ini akan berpengaruh juga pada rasio-
rasio keuangan. Dari rasio-rasio inilah investor dapat menilai efektifitas atau
kinerja perusahaan selain itu investor juga dapat mengetahui apakah perusahaan
dalam keadaan sehat atau tidak (Rusdin, 2006).
Berdasarkan data yang diperoleh menunjukkan bahwa perusahaan
manufaktur lebih banyak dari perusahaan lain yang listing di BEI, kinerja
perusahaan ini akan mempengaruhi para investor untuk berinvestasi.
Berdasarkan uraian di atas maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian
dengan judul “Analisis Prediksi Kebangkrutan Pada Perusahaan
Manufaktur di Bursa Efek Indonesia Periode 2002 – 2006 ”.
1.2. Identifikasi, Pembatasan dan Perumusan Masalah
1.2.1. Identifikasi Masalah
Kinerja keuangan perusahaan terutama perusahaan yang telah go
publik diperhatikan oleh berbagai pihak, sebab berkaitan dengan
pengambilan keputusan ekonomis yang akan dilakukan. Karena sifatnya
fundamental, maka kinerja keuangan perusahaan perlu diketahui sebab
investor membutuhkan kepastian prospek perusahaan dimasa yang akan
datang sebagai salah satu pertimbangan dalam pengambilan keputusan
investasi, apakah perusahaan dapat menjaga kotinuitas perusahaan atau
perusahaan akan mengalami kebangkrutan
Menurut Gordon Bethune (2003), untuk melihat tanda-tanda
kebangkrutan ada 3 indikator yang paling penting, yaitu karyawan
berseteru dengan top management, perusahaan sudah mulai ditinggalkan
oleh pelanggan karena kualitas layanan yang sangat buruk, dan
perusahaan mengalami kerugian.
Salah satu indikator yang menunjukkan bahwa perusahaan
sedang dalam krisis adalah perseteruan dalam perusahaan, antara
karyawan dan top management. Divisi yang satu menyalahkan divisi
yang lain, karyawan tidak lagi menaruh rasa hormat dan percaya pada
pimpinan. Tanpa adanya persatuan dan semangat saling mendukung,
sudah dapat dipastikan perusahaan akan mengalami perpecahan dan
kemudian akan terjadi kebangkrutan.
Indikator lain yang menunjukkan tanda kebangkrutan adalah
perusahaan sudah mulai ditinggalkan oleh pelanggan. Keberadaan
perusahaan sangat bergantung pada dukungan pelanggan. Jika
pelanggan tidak percaya lagi pada perusahaan karena kineja yang buruk
(kualitas layanan dan produk yang buruk) maka perusahaan kehilangan
kepercayaan pelanggan karena citra buruk yang terbentuk.
Tanda-tanda kebangkrutan yang lain adalah perusahaan
mengalami kerugian, untuk mengetahui apakah perusahaan mengalami
kerugian atu tidak dapat dilihat dari laporan keuangan yaitu melalui
laporan rasio-rasio keuangan. Rasio keuangan menggambarkan kinerja
keuangan dari perusahaan, yang dapat memberikan informasi tentang
kondisi keuangan dan hasil operasi perusahaan. Rasio keuangan
merupakan salah satu faktor untuk mengidentifikasi tanda-tanda
kebangkrutan. Semakin awal tanda-tanda kebangkrutan diketahui
semakin baik bagi pihak manajemen dalam melakukan perbaikan.
1.2.2. Pembatasan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah diatas, masalah pada penelitian
ini hanya terbatas pada rasio–rasio kinerja keuangan untuk memprediksi
kebangkrutan pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia periode 2002-2006 dengan menggunakan analisis
diskriminan.
1.2.3. Perumusan Masalah
Dari uraian di atas, maka dapat dirumuskan permasalahan dalam
skripsi ini adalah Bagaimana membuat model prediksi dengan
menggunakan analisis diskriminan melalui rasio-rasio keuangan untuk
memprediksi perusahaan manufaktur yang sehat dan perusahaan
manufaktur yang bangkrut.
1.3. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah membuat model prediksi dengan menggunakan
analisis diskriminan untuk memprediksi perusahaan manufaktur yang sehat dan
perusahaan manufaktur yang bangkrut.
1.4. Manfaat Penelitian
1.4.1. Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna sebagai masukan
bagi ilmu pengetahuan, khususnya dibidang pasar modal.
1.4.2. Manfaat Praktis
1. Bagi Lembaga Perguruan Tinggi
Kegunaan bagi lembaga perguruan tinggi dalam hal ini Universitas
Pekalongan, Sebagai tambahan bahan referensi bagi mahasiswa dan
dapat dijadikan bahan acuan untuk penelitian-penelitian yang akan
datang.
2. Bagi Investor
Sebagai bahan masukan dalam mengambil keputusan bagi para
investor berkaitan dengan investasi yang akan dilakukan.
3. Bagi Penulis
Penelitian ini merupakan tambahan pengetahuan bagi penulis dalam
dunia praktis yang sangat berharga untuk diselaraskan dengan
pengetahuan teoritis yang diperoleh.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Hasil Penelitian Terdahulu
Suatu penelitian membutuhkan banyak masukan-masukan dari
penelitian terdahulu yang dapat mempermudah arahan kerja dari suatu
penelitian. Masukan-masukan tersebut berupa teori-teori yang digunakan oleh
para peneliti terdahulu maupun pendapat dari peneliti tersebut yang telah
teruji dalam penelitiannya untuk mendukung pendefinisian suatu istilah yang
digunakan dalam sebuah penelitian.
Beberapa penelitian yang memberikan masukan pada penelitian ini,
Tondoprasetyo, Theodora Susanti (2006) meneliti Penggunaan Rasio
Keuangan Bank Sebagai Alat Prediksi Kebangkrutan Bank. Ada delapan
variabel independen yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu Capital
Adequacy Ratio (CAR), Return On Risked Assets (RORA), Return On Assets
(ROA), Operating Ratio/ Beban Operasional pada Pendapatan Operasional
(BOPO), Net Profit Margin (NPM), Net Call Money to Current Assets (NCM
to CA), Loans to Deposit Ratio (LDR), Loans to Total Assets (LAR). Adapun
model yang digunakan dalam penelitian ini adalah univariat analisis dan
multivariat diskriminan analisis. Pengujian diskriminan menunjukkan variabel
LDR, NCM to CA, dan ROA yang mempengaruhi kebangkrutan bank.
Tarman, Manah (2001) meneliti Analisis Kinerja Keuangan
Perusahaan Industri Rokok yang telah Go Publik di Bursa Efek Surabaya.
Penelitian ini dilakukan terhadap perusahaan industri rokok yang telah go
publik di Bursa Efek Surabaya yaitu PT HM Sampoerna Tbk., PT Gudang
Garam Tbk., dan PT BAT Indonesia Tbk. Dengan tujuan : (1) untuk
mengetahui apakah ada pengaruh Current Ratio, Quick Ratio, Working
Capital to Total Assets Ratio, Total Debt to Equity Ratio, Total Debt to Total
Assets Ratio, Long Term Debt to Equity Ratio, Times Interest Earned Ratio
terhadap ROI perusahaan industri rokok yang telah go publik di Bursa Efek
Surabaya. (2) Untuk mengetahui manakah yang paling besar pengaruhnya
diantara Current Ratio, Quick Ratio, Working Capital to Total Assets Ratio,
Total Debt to Equity Ratio, Total Debt to Total Assets Ratio, Long Term Debt
to Equity Ratio, Times Interest Earned Ratio terhadap ROI perusahaan
industri rokok yang telah go publik di Bursa Efek Surabaya. Analisis data
dilakukan dengan menggunakan tehnik analisis data regresi berganda dan
ANOVA satu arah. Hasil pengujian yaitu secara simultan terdapat pengaruh
yang signifikan antara diantara Current Ratio, Quick Ratio, Working Capital
to Total Assets Ratio, Total Debt to Equity Ratio, Total Debt to Total Assets
Ratio, Long Term Debt to Equity Ratio, Times Interest Earned Ratio terhadap
ROI perusahaan industri rokok yang telah go publik di Bursa Efek Surabaya.
Secara partial yang paling besar pengaruhnya diantara Current Ratio, Quick
Ratio, Working Capital to Total Assets Ratio, Total Debt to Equity Ratio,
Total Debt to Total Assets Ratio, Long Term Debt to Equity Ratio, Times
Interest Earned Ratio terhadap ROI perusahaan industri rokok yang telah go
publik di Bursa Efek Surabaya adalah Times Interest Earned Ratio.
Sabar (2005) melakukan penelitian Analisis Diskriminan dalam
Memprediksi Kondisi Financial (Financial Distress dan Non Financial
Distress) pada Industri Manufaktur di Bursa Efek Jakarta. Hasil pengujian
menunjukkan rasio keuangan Short Term Liquidity, Long Term Solvency,
Profitability, Productivity Indebtednees, Invesment Intensiveness, Leverage,
Return On Investment dan Equity secara simultan dalam mengelompokkan
perusahaan kategori financial distress dan non financial distress pada industri
manufaktur di BEJ dengan menggunakan analisis diskriminan setelah
dilakukan pengujian teruji kebenarannya. Pengujian juga menunjukkan bahwa
terdapat perbedaan rasio keuangan Short Term Liquidity, Long Term
Solvency, Profitability, Productivity Indebtednees, Invesment Intensiveness,
Leverage, Return On Investment dan Equity antara perusahaan kategori
financial distress dan non financial distress pada industri manufaktur di BEJ
dengan menggunakan analisis diskriminan, setelah dilakukan pengujian tidak
sepenuhnya teruji kebenarannya.
Tabel 2.1
Penelitian Terdahulu
No. Judul Penelitian
Peneliti dan tahun
penelitian
Rumusan Masalah
Tekhnik Analisis
Kesimpulan
1. Penggunaan Rasio keuangan Bank sebagai Alat Prediksi Kebangkrutan Bank
Tondo prasetyo dan Theodora Susanti (2006)
apakah terdapat perbedaan yang signifikan antara bank yang sehat dan bank yang bangkrut diukur menurut rasio-rasio keuangan bank.
Analisis diskriminan
Pengujian diskriminan menunjukkan variabel LDR, NCM to CA, dan ROA yang mempengaruhi kebangkrutan bank.
2. Analisis Kinerja Keuangan Perusahaan Industri Rokok yang telah Go Publik di Bursa Efek Surabaya
Tarman dan Manah (2001)
apakah ada pengaruh Rasio-rasio keuangan perusahaan terhadap ROI, Untuk mengetahui manakah Rasio keuangan yang paling besar pengaruhnya terhadap ROI
regresi berganda dan ANOVA satu arah
Secara simultan terdapat pengaruh yang signifikan pada rasio-rasio keuangan perusahaan terhadap ROI,Secara partial rasio keuangan yang paling besar pengaruhnya terhadap ROI adalah Times Interest Earned Ratio.
3. Analisis Diskriminan dalam Memprediksi Kondisi Financial (Financial Distress dan Non Financial
Sabar (2005) apakah rasio keuangan memiliki kontribusi dalam mengelompok kan perusahaan kategori financial
Analisis diskriminan
Hasil pengujian menggunakan analisis diskriminan menunjuk kan rasio keuangan
Distress) pada Industri Manufaktur di Bursa Efek Jakarta.
distress dan non financial distress pada industri manufaktur di BEJ, Apakah terdapat perbedaan rasio keuangan antara perusahaan, kategori financial distress dan nonfinancial distress.
memiliki kontribusi dalam mengelompokkan perusahaan kategori financial distress dan non financial distress pada industri manufaktur di BEJ, Pengujian menunjukkan bahwa terdapat perbedaan rasio keuangan antara perusahaan kategori financial distress dan nonfinancial distress.
2.2. Landasan Teori
2.2.1. Penilaian Kinerja Keuangan Perusahaan
Penilaian kinerja keuangan perusahaan atau lebih sering disebut
sebagai analisa laporan keuangan sangat penting artinya bagi manajemen
perusahaan dan juga pihak-pihak diluar perusahaan. Analisa laporan keuangan
merupakan fondasi manajemen perusahaan, yang dapat memberikan
gambaran kesehatan keuangan perusahaan baik saat ini maupun di masa lalu,
sehingga dapat digunakan untuk mengambil keputusan yang rasional bagi
manajemen perusahaan dan pihak luar yang menyediakan pendanaan bagi
perusahaan yaitu investor dan kreditur (Kuswadi, 2005).
Bagi manajemen perusahaan menerapkan internal control yang baik
dan mampu memberikan pengendalian akuntansi belumlah cukup, sebab
disamping keamanan dana yang dimasukkannya ke dalam perusahaan investor
dan kreditur, perusahaan juga menilai hal lain, seperti saat, cara, dan tingkat
pengembalian dana tersebut. Untuk tetap dapat mempertahankan perusahaan
dimata investor dan kreditur, manajemen harus mengerti dengan baik cara-
cara yang dipakai para penyedia dana perusahaan untuk mengukur kondisi
dan kinerja perusahaan. Terjaganya reputasi ini akan menentukan kemampuan
perusahaan mempertahankan dana yang sudah diperoleh dari para investor
dan kreditur, serta menarik dana baru saat kebutuhan perluasan diperlukan.
2.2.2. Analisa Laporan Keuangan
Laporan keuangan berisi informasi tentang prestasi perusahaan di
masa lampau dan dapat memberikan petunjuk untuk menetapkan kebijakan di
masa yang akan datang.
Laporan keuangan menurut PSAK (2004) adalah sebagai berikut :
“Laporan keuangan merupakan bagian dan proses pelaporan
keuangan. Laporan keuangan yang lengkap meliputi neraca, laporan laba rugi,
perubahan posisi keuangan yang dapat disajikan dalam berbagai cara seperti
misalnya, sebagai laporan arus kas atau laporan arus dana, catatan dan laporan
lain serta materi penjelasan yang merupakan bagian integral dari laporan
keuangan”.
Secara umum ada tiga bentuk laporan keuangan yang pokok
dihasilkan oleh suatu perusahaan, yaitu (Husnan, 2004 : 59) :
1. Neraca
Neraca adalah laporan keuangan yang menyajikan posisi kekayaan
perusahaan, kewajiban keuangan dan modal sendiri perusahaan pada
waktu tertentu. Pos-pos dalam neraca yaitu aktiva yang menggambarkan
keputusan penggunaan dana atau keputusan investasi di masa lalu. Dan
pasiva yang menunjukkan asal sumber dana untuk keputusan pendanaan
di masa lalu.
2. Laporan Rugi Laba
Laporan Rugi Laba adalah laporan keuangan yang menunjukkan laba atau
rugi yang diperoleh perusahaan dalam periode waktu tertentu, biasanya
dalam jangka waktu satu tahun.
3. Laporan Arus Kas
Laporan Arus Kas menggambarkan aliran kas yang masuk dan keluar
pada suatu periode tertentu yang merupakan hasil dari kegiatan operasi,
investasi, dan pendanaan. Laporan ini terutama untuk melihat likuiditas
suatu perusahaan yaitu kemampuan perusahaan yang memenuhi
kewajiban-kewajibannya.
Tujuan laporan keuangan adalah menyediakan informasi yang
menyangkut posisi keuangan, kinerja, serta perubahan posisi keuangan suatu
perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah besar pemakai dalam pengambilan
keputusan ekonomi. Tujuan dilakukannya analisis laporan keuangan antara
lain yaitu untuk (Kuswadi, 2005) :
1. Investasi pada saham
Pemilik saham akan memperoleh tingkat keuntungan melalui dividen yang
dibagikan dan kapital lain yang didapat akibat adanya selisih harga saham
pada saat dibeli dengan harga saham beberapa waktu kemudian. Tingkat
keuntungan yang tinggi berkaitan dengan kemampuan perusahaan
mendapat keuntungan di masa lalu.
2. Menentukan Pemberian Kredit
Kreditur sebelum memberikan pinjaman pada perusahaan pasti akan
menilai kemampuan perusahan untuk mengembalikan pinjaman serta
bunga yang muncul atas pinjaman tersebut termasuk kemampuan
perusahaan menjaga profitabilitasnya.
3. Menilai Kesehatan Pemasok
Perusahaan akan memastikan kondisi keuangan pemasok meliputi
profitabilitas, kemampuan untuk menghasilkan kas untuk memenuhi
kegiatan operasional sehari-hari dan kemampuan membayar kewajiban
yang sudah jatuh tempo. Pengetahuan tentang kondisi keuangan tersebut
akan berguna dalam melakukan negoisasi dengan pemasok.
4. Menilai Kesehatan Pelanggan
Analisis laporan keuangan pelanggan ditujukan untuk melihat kemampuan
membayar kewajiban jangka pendek, dengan demikian perusahaan dapat
memilah-milah pelanggan yang berkesempatan mendapatkan fasilitas
kredit.
5. Menilai Kesehatan Perusahaan yang Ditinjau dari Karyawan
Dengan melakukan analisis laporan keuangan, karyawan dapat
mengetahui apakah perusahaan mempunyai prospek yang bagus di masa
yang akan datang.
6. Kepentingan Pemerintah
Pemerintah biasanya menganalisis laporan keuangan perusahaan untuk
menentukan besarnya pajak yang harus dibayar perusahaan.
7. Analisis Internal
Analisis laporan keuangan perusahaan berguna untuk mengetahui sejauh
mana perkembangan perusahaan sebagai dasar pengambilan keputusan-
keputusan.
8. Analisis Pesaing
Kondisi keuangan pesaing dapat digunakan untuk menetukan strategi
merebut pangsa pasar dan keputusan-keputusan lainnya.
2.2.3. Rasio Keuangan sebagai Instrumen Penilaian Kinerja Keuangan
Perusahaan
Untuk menilai kinerja dan kondisi keuangan suatu perusahaan
diperlukan ukuran-ukuran tertentu. Ukuran seringkali dipakai dalam analisis
rasio keuangan. Analisa dan penafsiran berbagai rasio akan memberikan
pemahaman yang lebih baik terhadap kinerja dan kondisis keuangan.
Analisa rasio keuangan adalah cara analisa dengan menggunakan
perhitungan-perhitungan perbandingan atas data kuantitatif yang ditunjukkan
dalam neraca atau laporan rugi laba. Penggunaan analisis rasio hanya akan
ada artinya jika ada suatu standar tertentu sebagai pegangan untuk penilaian.
Kalau belum ada maka sebaiknya dikombinasikan dengan analisis komparatif
sehingga dengan demikian dapat dilihat perkembangan rasio-rasio tersebut
dari waktu ke waktu. Dapat pula rasio-rasio suatu perusahaan
diperbandingkan dengan rasio-rasio perusahaan lain yang sejenis, yang
mempunyai skala dan lingkungan yang kurang lebih sama (Kuswadi, 2005:
187)
Analisa rasio keuangan dapat dilakukan dengan dua cara perbandingan
yaitu (Syamsudin, 2004) :
1. Cross Sectional Approach
Cross Sectional Approach adalah suatu cara mengevaluasi dengan jalan
membandingkan rasio-rasio antara perusahaan yang satu dengan
perusahaan lainnya yang sejenis pada saat yang bersamaan. Tujuannya
adalah untuk mengetahui seberapa baik atau buruk suatu perusahaan
sejenis lainnya.
2. Time Series Analysis
Time Series Analysis dilakukan dengan jalan membandingkan rasio-rasio
keuangan perusahaan dari satu periode ke periode lainnya. Pembandingan
antara rasio yang dicapai saat ini dengan rasio-rasio pada masa lalu akan
memperlihatkan apakah perusahaan mengalami kemajuan atau
kemunduran.
Rasio keuangan yang biasa digunakan di pasar modal, yaitu (Rusdin, 2006) :
1. Rasio Likuiditas
Rasio ini menunjukkan kemampuan perusahaan dalam membayar
kewajiban jangka pendek. Rasio likuiditas dibagi dalam 3 jenis, yaitu :
a. Current Ratio
b. Quick Ratio
c. Net Working Capital
2. Rasio Aktivitas
Rasio ini menunjukkan kemampuan serta efisiensi perusahaan dalam
memanfaatkan aktiva yang dimilikinya atau perputaran (turn over) dari
aktiva-aktiva tersebut. Rasio aktivitas dibagi dalam 6 jenis, yaitu :
a. Total Asset Turnover
b. Total Fixed Asset Turnover
c. Accounts Receivable Turnover
d. Inventory Turnover
e. Everage Collection Period
f. Days Sales In Inventory
3. Rasio Rentabilitas atau Profitabilitas
Rasio ini menunjukkan keberhasilan perusahaan dalam menghasilkan
keuntungan. Rasio ini dibagi menjadi 6 jenis, yaitu :
a. Gross Profit Margin (GPM)
b. Net Profit Margin (NPM)
c. Operating Return On Assets (OPROA)
d. Return On Assets (ROA) atau Return On Investment (ROI)
e. Return On Equity (ROE)
f. Operating Profit Margin (OPM)
4. Rasio Solvabilitas
Rasio ini menunjukkan kemampuan perusahaan dalam membayar
kewajiban jangka panjang. Rasio solvabilitas dibagi menjadi 8 jenis, yaitu:
a. Debt Ratio
b. Debt to Equity Ratio
c. Long Term Debt to Equity Ratio
d. Long Term Debt to Capitalization Ratio
e. Times Interest Earned
f. Cash Flow to Interest Coverage
g. Cash Flow Net Income
h. Cash Return on Sales Ratio
5. Rasio Pasar
Rasio ini menunjukkan informasi penting dalam basis persahaman. Rasio
ini menggambarkan kinerja saham, meliputi :
a. Deviden Yield (DY)
b. Devidend Per Share (DPS)
c. Earning Per Share (EPS)
d. Deviden Payout Ratio (DPR)
e. Price Earning Ratio (PER)
f. Book Value per Share (PBV)
2.2.4. Analisis Prediksi Kebangkrutan
Kebangkrutan biasanya diartikan sebagai kegagalan perusahaan dalam
menjalankan operasi perusahaan untuk menghasilkan laba. Kebangkrutan juga
sering disebut likuidasi perusahaan atau penutupan perusahaan atau
insolvabilitas. Menurut Muhammad Akhyar Adnan dan Eha Kurniasih,
(2000:137) (dalam Jurnal Akuntansi dan Keuangan, 2005) Kebangkrutan
sebagai kegagalan didefinisikan dalam beberapa arti, yaitu kegagalan
ekonomi (Economic failure) dan kegagalan keuangan (financial failure).
Kegagalan dalam arti ekonomi biasanya berarti bahwa perusahaan
kehilangan uang atau pendapatan perusahaan tidak menutup biayanya sendiri,
ini berarti tingkat labanya lebih kecil dari biaya modal atau nilai sekarang dari
arus kas perusahaan lebih kecil dari kewajiban. Kegagalan terjadi bila arus kas
sebenarnya dari perusahaan tersebut jatuh dibawah arus kas yang diharapkan.
Bahkan kegagalan dapat juga berarti bahwa tingkat pendapatan atas biaya
historis dari investasinya lebih kecil daripada biaya modal perusahaan.
Kegagalan keuangan bisa diartikan sebagai insolvensi yang
membedakan antara dasar arus kas dan dasar saham. Insolvensi atas dasar arus
kas ada dua bentuk, yaitu Insolvensi Teknis dan Insolvensi dalam pengertian
kebangkrutan. Insolvensi teknis adalah Perusahaan dapat dianggap gagal jika
perusahaan tidak dapat memenuhi kewajiban pada saat jatuh tempo.
Walaupun total aktiva melebihi total utang atau terjadi bila suatu perusahaan
gagal memenuhi salah satu atau lebih kondisi dalam ketentuan hutangnya
seperti rasio aktiva lancar terhadap utang lancar yang telah ditetapkan atau
rasio kekayaan bersih terhadap total aktiva yang disyaratkan. Insolvensi juga
terjadi bila arus kas tidak cukup untuk memenuhi pembayaran kembali pokok
pada tanggal tertentu. Insolvensi dalam pengertian kebangkrutan adalah
kebangkrutan didefinisikan dalam ukuran sebagai kekayaan bersih negatif
dalam neraca konvensional atau nilai sekarang dari arus kas yang diharapkan
lebih kecil dari kewajiban.
Kebangkrutan dari berbagai pengertian di atas dapat disimpulkan
sebagai suatu keadaan atau situasi dalam hal ini perusahaan gagal atau tidak
mampu lagi memenuhi kewajiban-kewajiban kepada debitur karena
perusahaan mengalami kekurangan dan ketidakcukupan dana untuk
menjalankan atau melanjutkan usahanya sehingga tujuan ekonomi yang ingin
dicapai oleh perusahaan tidak dapat dicapai yaitu profit, sebab dengan laba
yang diperoleh perusahaan bisa digunakan untuk mengembalikan pinjaman,
membiayai operasi perusahaan dan kewajiban-kewajiban yang harus dipenuhi
bisa ditutup dengan laba atau aktiva yang dimiliki.
Kebangkrutan akan cepat terjadi di negara yang sedang mengalami
kesulitan ekonomi, karena kesulitan ekonomi akan memicu semakin cepatnya
kebangkrutan perusahaan yang mungkin tadinya sudah sakit kemudian
semakin sakit dan bangkrut. Perusahaan yang belum sakit pun akan
mengalami kesulitan dalam pemenuhan dana untuk kegiatan operasional
akibat adanya krisis ekonomi tersebut. Proses kebangkrutan, tidak semata-
mata disebabkan oleh faktor ekonomi tetapi juga disebabkan oleh faktor yang
lain yang sifatnya non ekonomi (Jurnal Akuntansi dan Keuangan, 2005).
2.2.5. Analisis Diskriminan
Analisis diskriminan merupakan bentuk regresi dengan variabel terikat
berbentuk non-metrik atau kategori. Analisis Diskriminan mampu
menyelesaikan regresi dengan dua atau lebih kelompok variabel dependen.
Apabila dua kelompok variabel dependen digunakan, teknik tersebut lazim
disebut sebagai two-group discriminant analysis. Apabila tiga kelompok
variabel dependen yang digunakan, biasanya sering disebut sebagai
Multivariate Discriminant Analysis. Tujuan dari analisis diskriminan adalah
(Ghozali, 2005) :
1. Mengidentifikasi variabel-variabel yang mampu membedakan antara
kedua kelompok variabel dependen.
2. Menggunakan variabel-variabel yang telah teridentifikasi untuk menyusun
fungsi atau persamaan untuk menghitung variabel atau indek yang dapat
menjelaskan perbedaan antara kedua kelompok variabel dependen.
3. Pengelompokkan atau klasifikasi observasi ke dalam satu dari dua
kelompok variabel dependen.
Persamaan dalam fungsi diskriminan merupakan kombinasi linear dari
Variabel independen yang akan menghasilkan axis baru Z, atau Z tersebut
memberikan maksimum kemampuan untuk membedakan antara dua
kelompok perusahaan. Axis baru Z ini disebut discriminant function dan
proyeksi suatu titik pada discriminant function ini disebut discriminant score.
Z sebagai fungsi diskriminan akan menentukan nilai b1 dan b2 dari
discriminant function.
Untuk melihat apakah terdapat perbedaan yang signifikan antara kedua
kelompok dapat dilakukan dengan uji t test atau Wilk’s Lambda test statistik.
Semakin kecil nilai Wilk’s Lambda, semakin besar kemungkinan tidak adanya
perbedaan yang signifikan antar dua kelompok. Untuk menguji signifikansi
nilai Wilk’s Lambda, nilai tersebut dapat dikonversikan ke dalam F rasio.
Selanjutnya, untuk menguji signifikansi statistik dari fungsi diskriminan
digunakan multivariate test of significance. Pada pengujian ini digunakan nilai
Wilk’s Lambda atau dapat juga diaproksimasi dengan statistic Chi-Square.
Selain melihat nilai wilk’s Lambda dan Chi Square perlu juga dilihat sig. nilai
Wilk’s Lambda tersebut yang dibandingkan dengan tingkat kesalahan yang
ditetapkan, bila lebih kecil dari tingkat kesalahan yang dapat diterima maka
dapat dinyatakan terdapat perbedaan yang signifikan (Gozali, 2005)
Penilaian signifikansi variabel diskriminan dapat dilihat dari rata-rata
variabel independen apakah berbeda secara signifikan. Analisis diskriminan
menghasilkan kombinasi linear dari persamaan sebagai berikut (Supranto,
2004) :
Z = b + b1x1 + b2x2 + …+ bnxn
Dimana:
Z = score diskriminan
b = koefisien
b1 = koefisien diskriminan
x1 = variabel independen
Koefisien yang akan dipakai dalam persamaan diskriminan diambil
dari tabel Standardized Cannonical Discriminant Function. Koefisien yang
sudah distandardisasi digunakan untuk menilai pentingnya variabel
diskriminator secara relatif dalam membentuk fungsi diskriminan.
Tujuan ketiga dari analisis diskriminan adalah mengklasifikasikan
observasi di masa datang kedalam satu dari dua kelompok. Klasifikasi dari
observasi secara esensial akan mengurangi pembagian ruang diskriminan
kedalam dua region. Nilai score diskriminan yang membagi kedalam dua
region disebut nilai cut off. Secara umum nilai cutoff yang dipilih adalah nilai
yang meminimumkan jumlah incorrect classification atau kesalahan
misklasifikasi atau dapat dihitung dengan rumus (Santoso, 2001) :
N A Z B + N B Z A
N A + N B
Di mana :
Z CU = Angka Kritis, yang berfungsi sebagai nilai cut off
N A dan NB = Jumlah sampel di grup A dan B, yang dalam kasus ini
adalah perusahaan sehat dan bangkrut.
Z A dan Z B = Angka centroid pada grup A dan B.
2.3. Kerangka Pemikiran
Dalam penelitian ini, peneliti ingin menganalisis kinerja keuangan dari
laporan keuangan, dari rasio-rasio keuangan perusahaan manufaktur yang
bangkrut dan yang tidak bangkrut atau sehat untuk membuat model prediksi
dengan menggunakan analisis diskriminan.
Gambar 2.1
Z CU =
Kerangka Pemikiran
BAB III
Perusahaan Manufaktur
Model prediksi dengan Analisis
Diskriminan
Analisis laporan keuangan melalui
rasio-rasio keuangan
Perusahaan bangkrut (delisted)
Perusahaan sehat (listed)
METODE PENELITIAN
3.1 Jenis dan Obyek Penelitian
3.1.1 Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang akan dilakukan adalah penelitian korelasional.
Penelitian korelasional adalah penelitian yang dilakukan untuk menemukan
variabel penting yang berkaitan (berhubungan) dengan masalah (Sekaran,
2006).
Penelitian ini bertujuan untuk menemukan variabel yang dapat
digunakan untuk memprediksi kebangkrutan pada perusahaan manufaktur,
dengan analisis diskriminan.
3.1.2 Objek Penelitian
Objek penelitian ini adalah perusahaan manufaktur di Bursa Efek
Indonesia periode 2002-2006.
3.2. Operasionalisasi Variabel
Variabel yang digunakan dalam penelitian adalah variabel independen
dan variabel dependen. Variabel independen adalah tipe variabel yang
menjelaskan atau mempengaruhi terhadap variabel dependen (Indriantoro dan
Supomo, 2002). Variabel independen dalam penelitian ini ada duabelas yaitu
Current Ratio, Total Asset Turnover, Inventory Turnover, Gross Profit
Margin, Net Profit Margin, Return On Investment, Return On Equity,
Operating Profit Margin, Debt to Equity Ratio, Debt Ratio, Price Earning,
Book Value per Share. Sedangkan variabel dependen adalah tipe variabel
yang dijelaskan atau dipengaruhi oleh variabel independen. Variabel
dependen dalam penelitian ini adalah perusahaan bangkrut dan perusahaan
tidak bangkrut (sehat). Definisi operasional variabel adalah sebagai berikut :
a. Current Ratio (CR)
Current Ratio mengukur seberapa jauh aktiva lancar perusahaan bisa
dipakai untuk memenuhi kewajiban lancarnya (Rusdin, 2006 : 140).
Current Assets
Current Liabilities
b. Total Asset Turnover
Total Asset Turnover yaitu untuk mengukur seberapa baik efisiensi
seluruh aktiva perusahaan digunakan untuk menunjang kegiatan
penjualan. Total Asset Turnover dapat dirumuskan sebagai berikut
(Rusdin, 2006 : 140) :
Net Sales
Average Total Asset
c. Inventory Turnover
Inventory Turnover yaitu untuk mengukur kecepatan perputaran
persediaan menjadi kas. Semakin cepat inventory terjual, semakin cepat
CR =
Total Asset Turnover =
investasi perusahaan berubah dari persediaan menjadi uang kas (Rusdin,
2006 : 141).
COGS
Average Inventory
d. Gross Profit Margin (GPM)
Gross Profit Margin yaitu untuk mengukur tingkat kembalian kotor
terhadap penjualan bersihnya (Rusdin, 2006 : 141).
Gross Profit
Net Sales
e. Net Profit Margin (NPM)
Net Profit Margin menunjukkan kontribusi penjualan terhadap laba bersih
yang dihasilkan (Rusdin, 2006 : 141).
Net Income
Net Sales
f. Return On Investment (ROI)
Return On Invesment yaitu untuk mengukur efektivitas perusahaan
didalam menghasilkan keuntungan dengan memanfaatkan aktiva yang
dimilikinya (Rusdin, 2006 : 142).
NIAT
Average Total Asset
Inventory Turnover =
Gross Profit Margin =
NPM =
ROI =
g. Return On Equity (ROE)
Return On Equity yaitu untuk mengukur tingkat pengembalian (return)
yang dihasilkan manajemen atas modal yang ditanam oleh pemegang
saham, sesudah dipotong kewajiban kepada kreditur. Return On Equity
dapat dirumuskan sebagai berikut (Rusdin, 2006 : 144) :
Net Income
Equitas
h. Operating profit Margin (OPM)
Operating profit Margin menunjukkan kontribusi penjualan terhadap laba
bersih yang dihasilkan. Operating profit Margin dapat dirumuskan
(Rusdin, 2006 : 144) :
Operating Profit
Net Sales
i. Debt to Equity Ratio (DER)
Debt to Equity Ratio menunjukkan perbandingan antara hutang dengan
modal sendiri (Rusdin, 2006 : 142) :
Total Debt
Total Equities
j. Debt Ratio
Debt Ratio mengukur tingkat leverage (penggunaan hutang) terhadap total
asset yang dimilki perusahaan (Rusdin, 2006 : 142).
DER =
Operating profit Margin =
ROE =
Total Debt
Total Asset
k. Price Earning Ratio (PER)
Price Earning Ratio yaitu menunjukkan operasiasi pasar terhadap
kemampuan emiten dalam menghasilkan laba, Price Earning Ratio dapat
dirumuskan sebagai berikut (Rusdin, 2006 : 145) :
Harga Saham
Earning Per Share
l. Book Value per Share (PBV)
Book Value per Share yaitu untuk mengukur nilai shareholder’s equity
atas setiap saham (Rusdin, 2006 : 146).
Ps
BVS
m. Perusahaan Bangkrut
Perusahaan bangkrut adalah perusahaan yang gagal atau tidak mampu lagi
memenuhi kewajiban-kewajiban kepada debitur karena perusahaan
mengalami kekurangan dan ketidakcukupan dana untuk menjalankan atau
melanjutkan usahanya sehingga tujuan ekonomi yang ingin dicapai oleh
perusahaan tidak dapat dicapai yaitu profit. Selain istilah kebangkrutan
dalam dunia bisnis juga dikenal pula istilah delisted. Perusahaan delisted
Debt Ratio =
PER =
PBV =
yang digunakan dalam penelitian ini adalah : perusahaan manufaktur yang
delisted di Bursa Efek Indonesia yang selama 3 tahun berturut-turut
menderita rugi, atau terdapat saldo rugi sebesar 50 % atau lebih dari
modal disetor dalam neraca perusahaan pada tahun terakhir.
n. Perusahaan Sehat
Dalam penelitian ini perusahaan tidak bangkrut atau sehat yang digunakan
adalah perusahaan manufaktur yang listed yang tidak mengalami kerugian
dan tidak melakukan corporate action di Bursa Efek Indonesia.
3.3. Sampel dan Tekhnik Pengambilan Sampel
Populasi merupakan suatu kesatuan atas dasar penelitian apa yang
akan dilakukan dan bagi siapa kesimpulan atau hasil penelitian diberlakukan
(Supranto, 1998). Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan manufaktur
yang listed dan delisted di BEI antara tahun 2002 sampai dengan 2006.
Pengambilan sampel dalam penelitian ini dilakukan dengan tekhnik purposive
sampling untuk mencari batasan tertentu yang sesuai dengan tujuan penelitian.
purposive sampling adalah sampel yang dipilih berdasarkan pertimbangan-
pertimbangan subyektif peneliti, dimana persyaratan yang dibuat sebagai
kriteria harus dipenuhi sebagai sampel (Supranto, 1998). Berdasarkan definisi
tersebut, maka sampel dalam penelitian ini harus memenuhi kriteria-kriteria
sebagai berikut :
a. Perusahaan listed, yaitu :
1) Perusahaan tersebut tidak mengalami kerugian selama tahun 2002-
2006.
2) Perusahaan tersebut tidak melakukan corporate action yaitu
pembagian dividen tunai dan saham, pemecahan saham (stock split),
penyatuan saham, saham bonus, penawaran umum terbatas (right
issue), dan pembelian kembali saham (stock buy back), merger,
akuisisi, konversi saham (warrant, rights, ataupun obligasi).
b. Perusahaan delisted, yaitu :
1) Perusahaan tersebut selama periode 2002-2006 mengalami
kerugian selama 3 tahun berturut-turut.
2) Perusahaan yang mengalami kerugian sebesar 50 % atau lebih dari
modal disetor dalam neraca perusahaan pada tahun terakhir.
3.4. Jenis dan Metode Pengumpulan Data
Jenis data dalam penelitian ini adalah data sekunder, yaitu sumber data
penelitian yang diperoleh peneliti secara tidak langsung melalui media
perantara diperoleh dan dicatat oleh pihak lain. (Indriantoro dan Supomo,
2002). Data sekunder dalam penelitian ini adalah laporan keuangan
perusahaan manufaktur di BEI periode 2002-2006 yang diperoleh dari Pusat
Informasi Pasar Modal, Indonesian Capital Market Directory (ICMD),
website jsx (www.jsx.co.id).
Pengumpulan data dilakukan dengan metode observasi yaitu proses
pencatatan pola perilaku subyek (orang), obyek (benda) atau kejadian
sistematik tanpa adanya pertanyaan atau komunikasi dengan individu yang
diteliti (Indriantoro dan Supomo, 2002). Metode observasi dilakukan dengan
melakukan pencatatan terhadap laporan keuangan perusahaan yang dijadikan
penelitian.
3.5. Teknik Analisis
Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
metode analisis data kuantitatif. Metode analisis data kuantitatif yaitu metode
analisis yang berdasarkan pada data yang dapat dihitung untuk menghasilkan
penafsiran kuantitatif yang kokoh. Analisis kuantitatif dalam penelitian ini
yaitu analisis perhitungan rasio keuangan dan analisis diskriminan.
1. Analisis Perhitungan Rasio Keuangan
Rasio keuangan yang dihitung adalah (Rusdin, 2006) :
a. Current Ratio (CR)
Current Assets
Current Liabilities
b. Total Asset Turnover
Net Sales
Average Total Asset
CR =
Total Asset Turnover =
c. Inventory Turnover
COGS
Average Inventory
d. Gross Profit Margin (GPM)
Gross Profit
Net Sales
e. Net Profit Margin (NPM)
Laba bersih
Penjualan
f. Return On Investment (ROI)
NIAT
Average Total Asset
g. Return On Eqiuty (ROE)
Net Income
Equitas
h. Operating profit Margin (OPM)
Laba Operasi
Penjualan
Inventory Turnover =
Gross Profit Margin =
Operating profit Margin =
ROE =
NPM =
ROI =
i. Debt to Equity Ratio (DER)
Total Debt
Total Equities
j. Debt Ratio
Total Debt
Total Asset
k. Price Earning Ratio (PER)
Price Share
Earning Per Share
l. Book Value per Share
Price Share
BVS
2. Analisis Diskriminan
Diskriminan analisis merupakan bentuk regresi dengan variabel
terikat berbentuk non metrik atau kategori. Ada 3 tujuan dari analisis
diskriminan, yaitu (Ghozali, 2005) :
a. Mengidentifikasi variabel-variabel yang mampu membedakan antara
perusahaan sehat dan perusahaan bangkrut, yaitu melihat apakah
terdapat perbedaan yang signifikan antara perusahaan sehat dan
perusahaan bangkrut, yang bisa dilakukan dengan 2 cara, yaitu :
1) Dengan menggunakan Wilk’s Lambda test statistic
DER =
Debt Ratio =
PBV =
PER =
Angka Wilk’s Lambda berkisar 0 sampai 1, jika angka mendekati 0
maka data tiap grup cenderung berbeda, sedang jika angka
mendekati 1 maka data tiap grup cenderung sama.
2) Dengan menggunakan F test
Dengan melihat angka Sig.
Jika Sig. > 0,05, berarti tidak ada perbedaan antar grup
Jika Sig. < 0,05, berarti ada perbedaan antar grup
Untuk mengidentifikasi variabel-variabel mana yang mampu
membedakan antara perusahaan sehat dan perusahaan bangkrut, yaitu
dengan menggunakan uji F, dengan melihat angka Sig.
b. Menggunakan variabel-variabel yang telah teridentifikasi untuk
menyusun persamaan atau fungsi untuk menghitung variabel baru atau
indek yang dapat menjelaskan perbedaan antara perusahaan sehat dan
perusahaan bangkrut. Fungsi diskriminan menggunakan metode Step-
wise. Penilaian signifikansi variabel diskriminan dapat dilihat dari rata-
rata rasio keuangan apakah berbeda secara signifikan untuk
perusahaan yang sehat dan perusahaan bangkrut. Untuk menguji
apakah ada perbedaan secara signifikan antara kedua kelompok
perusahaan dapat dilakukan dengan menggunakan Wilk’s Lambda test
statistic. Discriminant analysis menghasilkan kombinasi linear dari
persamaan sebagai berikut (Supranto, 2004) :
Z = b + b1x1 + b2x2 + …+ bnxn
Dimana:
Z = score diskriminan
b = koefisien
b1 = koefisien diskriminan
x1 = variabel independen
c. Pengelompokkan atau klasifikasi observasi ke dalam satu dari dua
kelompok variabel dependen, yaitu dengan menentukan nilai cut off
dengan rumus :
N A Z B + N B Z A
N A + N B
Di mana :
Z CU = Angka Kritis, yang berfungsi sebagai nilai cut off
N A dan NB = Jumlah sampel di grup A dan B, yang dalam kasus
ini adalah perusahaan sehat dan bangkrut.
Z A dan Z B = angka centroid pada grup A dan B.
Z CU =
top related