anemia defisiensi besi pada bayi dan anak.pdf
Post on 23-Dec-2015
110 Views
Preview:
TRANSCRIPT
REFARAT
" AIIEMIA DEFISTENSI BESI PADA BAYI DAI\ 1{I\41('r
Nama
No. Stambuk
Pembimbing
: Moh. Fachry Rahmatu
: G 501 09 025
: dr. SULDIAI{, Sp.A
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAI\T AI\IAK
FAKTILTAS KEDOKTERAN UNTVERSITAS TN)I]LAKO
RT]MAII SAKIT TIMT'M DAERAII UI\IDATA
PALU
2014
PEI\IDAIIT]LUAN
Sampai saat ini di indonesia masih terdapat 4 masalah gizi *ama, yaitu
KKP (Kurang Kalori protein), kurang vitamin A, Gangguan Akibaf Kurang
Iodioum (GAKI) dan kurang zat besi yang disebut Anemia Gizi.
Hingga saat ini salah satu masalah yang belum nampak menunjukkan titik
terang tentang keberhasilan penanggulangannya adalah masalah kekurangan zat
besi atau dikenal dengan sebutan nama anemia gt.z,i, merupakan masalah
kesehatan masyarakat yang paling umum dijumpai di negara-negara sedang
berkembang. Anemia gizi umumnya dijumpai pada golongan rawan gizi yaitu ibu
hamil, anak balita anak s6kolalr, anak pekerja, atao buruh yang berpenghasilan
rendah- lih
Secara epidemiologi, prevalens tertinggi ditemukan padd akhir masa bayi
dan awal masa kanak-kanak diantaranya karena terdapat defisiensi besi saat
kehamilan dan percepatan fumbuh masa kanak-kanak yang diqertai rendahnya
asupan besi dari makanan, atau karena penggunaan susu formula dengan kadar
besi kurang. Selain itu ADB (Anemia Defisiensi Besi) juga banyak ditemukan
pada masa remaja akibat percepatan tumbutU asupan besi yang tidak adekuat dan
diperberat oleh kehilangan darah akibat menstruasi pada remaja puted. Data
SKRT tahun 2007 menunjukkan prevalens ADB. Angka kejadian anemia
defisiensi besi (ADB) pada anak balita di Indonesia sekitar 4$45yo. Survey
Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 2001 menunjukkan prevalens ADB pada
bayi 0-6 bulan, bayi 6-12 bulan, dan anak balita berturut-turut sebesar 67,3Yo,
@,&Yodan48,l%o.
Penyebab utama anemia g1zi adalah konsumsi z,at besi yang tidak cukup
dan absorbsi zat besi yang rendah dan pola makan yang sebagian besar terdiri dari
nasi dan menu yang kurang beraneka ragam. Anemia gizi juga dipengaruhi oleh
faktor-faktor lain seperti sosial ekonomi, pendidikan, status gizi dan pola makan,
fasilitas kesehataa pertumbulmo, daya tahan tubutr, dan infcksi. Fa*ilor-faktor
tersebut saling berkaitan. . i
Pada tahun 2001, WHO menyampaikan kekhawatirannya akan risiki
kekurangan zat besi pada bayi ASI eksklusif. Glader, seorang ahli kesehatan anak,
juga menyebutkan dalam artikel Anernias of Ina@uate Productlon" yang
diterbitkan dalm jumal Textbook of Pediatics 2W{ agar bayi yang
mendapatlan ASI eksklusif mendapatkan suplemen zat besi untuk menghindari
kemungkinan defisensi zat besi. Di Indonesia sendiri, Ikatan Dokter Anak
Indonesia (DAD melalui Satgas Anernia Defisiensi , Besi (Adebe)
merekomendasikan pernberian suplernen besi unhrk anah usia 0-2 tahun. Usia ini
dinilai sebagai masa ernas dalam proses perkanbangan fisik dan kecerdasan anak.
r. ...
b
TINJAUAI\ PUSTAKA
Zat besi merupakan tnsur trace element terpenting bagi tubuh manusia.
Besi dengan konsentrasi tinggi terdapat dalam sel darah merah, yaitri sebagai
bagian dari molekul hemoglobin yang mengangkut oksigen dari .paru-paru.
Hemoglobin akan mengangkut oksigen ke sel-sel yang membutuhkannya untuk
metabolisme glukos4 lemak dan protein menjadi energi (ATP). Besi juga
merupakan bagian dari sistem erzim dan kioglobin yaitu molekul yang mirip
hemoglonbin yang terdapat di sel-sel otot. Mioglobin akan berikatan dengan
oksigen dan mengangkutnya dan mengangkutnya melalui darah ke sel-sel otot.
Mioglobon yang berkaitan dengan oksigen inlah menyebabkan daging dan otot-
otot menjadi berwarna merah. Disamping sebagai komponen hemoglobin dan
mioglobin, besi juga merupakan komponen dari enzim oksidase pemindah energi,
yaitu: sitokrom.paksidase, xanthine oksidase, suksinat dan dehidrogenase,
katalase, dan peroksidase.
a. Zatbsi dalam tubuh
Zat besi dalam tubuh terdiri dari dua bagin, yaitu yang fungsional
dan yang reseroe (simpanan). Z,al Msi yang fungsional sebagian besar
dalam bentuk Hemoglobin (Hb), sebagian kecil dalam bentuk myoglobin,
dan jumlah yang sangat kecil tetapi vitl adalah hem enzim dan non hem
enzim
Zat basi yang ada dalam bentuk reserve tidak mempunyai fungsi
fisiologi selain daripada sebagai buffer yaitu menyediakan zat besi kalau
dibutuhkan untuk kompartrnen fungsional. Apabila zat besi cukup dalam
bentuk simpanan, maka kebutuhan kan eritropoiesis (pembentukan sel
dmah merah) dalam sumsum tulang akan selalu terpenuhi. Dalam keadaan
normal, jumlah zat besi dalam bentuk reserve ini adalah kurang lebih
seperempat dari total zat besi yang ada dalam tubuh. Zat besi yang
disimpan sebagai reserve ini, berbentuk feritin dan hemosiderin, terdapat
dalam hati, limp4 dan sumsum tulang. Pada keadaan tubuh memerlukan
zat besi dalam jumlah banyalqmisalnya pada anak yang sedang tumbuh
(balita), wanita menstruasi dan wanita hamil, jumlah reserve biasanya
rendah.
Pada bayi, anak dan remaja yang mengalami masa perhimbuhan,
maka kebutuhan zat besi untuk pertumbuhan perlu ditambahkan kepada
jumlah zat besi yang dikeluarkan lewat basal. Dalam memenuhi kebutuhan
akan zat gizi, dikenal dua istilah kecukupan (allowance) dan kebutuhan
gizi (requirement). Kecukupan menunjukkan kecukupan rata - rata zat gizi
setiap hmi bagi hampir semua orang menurut golongan umur, jenis
kelamin, ukuran tubuh dan aktifitas untuk mencapai derajat kesehatan
yang optimal. Sedangkan kebutuhan gizi menunjukkan banyaknya zat gizi
minimal yang diperlukan masing - masing individu untuk hidup sehat.
Dalam kecukupan sudah dihitung faktor variasi kebutuhan antar individu,
sehingga kecukupan kecuali energi, setingkat dengan kebutuhan ditambah
dua kali simpangan baku. Dengan demikian kecukupan sudah mencakup
lebih dari 97,5o/o populasi. o.
Pada bayi, anak dan remaja yang mengalami masa pertumbuhan
perlu ditambahkan kepada jumlah zat besi yang dikeluarkan lewat basal.
Kebutuhan zat besi relatif lebih tinggi pada bayi dan anak daripada orang
dewasa apabila dihitung berdasarkan per kg berat badan. Bayi yang
berumur dibawah I tahun, dan anak berumur 6 - 16 tahun membutuhkan
jumlah zat besi sama banyaknya dengan laki - laki dewasa. Tetapi berat
badannya dan kebutuhan energi lebih rendah daripada laki - laki dewasa.
Untuk dapat mernenuhi jumlah zat besi yaqg dibutuhkan ini, maka bayi
dan remaja harus dapat mengabsorbsi zat besi yang lebih banyak per 1000
kcal yang dikonsumsi.
4
b.
Kebutuhan zat besi pada anak balita dapat dilihat pada tabel dibawah ini :
Tabel:1
Kebutuhan ZatBesi Anak Balita
Umur
Kebutuhan
0 - 6 bulan
7 -l}bu1ran1 - 3 tahun
4 - 6 tahun
3mg
5mg
8mg
9mg
Metabolisme TatBesi
Senyawa-senyawa esensial yang mengandung besi dapat
ditemukan dalam plasma dan di dalam semua sel. Karena zat besi yang
terionisasi bersifat toksik terhadap tubuh, makazat besi selalu hadir dalam
bentuk ikatan dengan heme yang berupa hemoprotein (seperti hemoglof,in,
mioglobin dan sitokrom) atau berikatan dengan sebuah protein.
Jumlahbesi di dalam tubuh seorang normal berkisarantara 3-5 g tergantung
dari jenis kelamin, beratbadan dan hemoglobin. Besi dalfun tubuh terdapat
dalarn hemoglobin sebanyak 1,5 - 39 dan sisa lainrrya terdapat dalam
plasma dan jaringan
Kebanyakan besi tubuh adalah dalan hernoglobin dengan I ml sel
darah merah mengandung I mg besi (2000 ml darah dengan hematokrit
normal mengandung sekitar 2000 mg zat besi) Pertukaran zat besi dalam
tubuh merupakan lingkaran yang tertutup. Besi yang diserap usus setiap
hari kira-kira l-2 mg, ekskresi besi melalui eksfoliasi sama dengan jumlatr
besi yang diserap usus yaitu l-2 mg. Besi yang diserap oleh usus dalam
bentuk transferin bersama dengan besi yang dibawa oleh makrofag sebesar
22 mg dengan jumlah total yang dibawa tranferin yaitl 24mg untuk
dibawa ke sumsum tulang unflrk eritropoesis. Eritrosit yang terbentuk
memerlukan besi sebesar 17 mg yang merupakan eritrosit yang beredar
d.
keseluruh tubuh, sedangkan yang 7 mg akan dikembalikan ke makrofag
karena berupa eritropoesis inefektif-
Secara umum, metabolisme besi ini menyeimbangkan antara absorbsi 1-2
mgl hari dan kehilangan l-2 mg/ hari. Kehamilan dapat meningkatkan
keseimbangan besi, dimana dibutuhkan 2-5 mg besi perhari selama
kehamilan dan laktasi. Diet besi normal tidak dapat memenuhi kebutuhan
tersebut sehingga diperlukan suplemen besi.
Anemia Defisiensi Balita
Anemia didefinisikan sebagai suatu keadaan kadar hemoglobin
(Hb) di dalam darah lebih rendah daripada nili normal untuk kelompok
orang yang bersangkutan. Kelompok ditentukan menurut umur dan jenis
kelamin, seperti yang terlihat di dalam tabel di bawah ini.
Tabel 2. Batas normal hemoglobin
Kelompok Umur Hemoglobin
Anak 6 bln s/d 6 tahun 11*.
Dewasa 6 tahun Vd 14 tahun t2
Laki-laki l3
Wanita t2
Wanitahamil ll
Patofisiologi Anemia
Zat besi diperlukan untuk hemopoests (pembentukan darah) dan
juga diperlukan oleh berbagai enzim sebagai faktor penggiat. Zat besi
yang terdapat dalam enzim juga diperlukan untuk mengangkut elektro
(sitokrom), untuk mengaktifkan oksigen (oksidase dan oksigenase).
Defisiensi zat besi tidak menunjukkan gejala yang khas (asymptomatik)
sehingga anemia pada balita sukar untuk dideteksi.
Tanda-tanda dari anemia gtzi dimulai dengan menipisnya
simpanan zat besi (feritin) dan bertambahnya absorbsi zat besi yang
digambarkan dengan meningkatnya kapasitas pengikatan besi. Pada tahap
yang lebih lanjut berupa habisnya simpanan zat besi, berkurangnya
kejenuhan transferin, berkurangnya jumlah protoporpirin yang diubah
menjadi heme, dan akan diikuti dengan menurunya kadar feritin serum.
Akhirnya terjadi anemia dengan cirinya yang khas yaitu rendahnya kadar
Hb
Bila sebagian dari feritin jaringan meninggalkan sel akan
mengakibatkan konsentrasi feritin serum rendah. Kadar feritin serum dapat
menggambarkan keadaan simpanan zat besi dalam jaringan. Dengan
demikian kadar feritin serum yang rendah akan menunjukkan orang
tersebut dalam keadaan anemia grzibila kadar feritin serumnya <12 nglml.
Hal yang perlu diperhatikan adalah bila kadar feritin semm normal tidak
selalu menunjukkan status besi dalam keadaan normal. Karena status besi
yang berkurang lebih dahulu baru diikuti dengan kadar feritin.
Diagnosis anemia zat gSzi ditentukan dengan tes skrining dengan
cara mengukur kadar IIb, hernatokrit (Ht), volume sel darah merah
(MCV), konsentrasi [Ib dalam sel darah merah (MCH) dengan batasan
terendah 95Yo acuan
Penyebab
Penelitian di negara berkembang mengemukakan bahwa bayi lahir
dari ibu yang menderita anemia kemungkinan akan menderita anemia gizi,
mempunyai berat badan lahir rendah, prematur dan meningkatnya
mortalitas (Academi of Sciences, 1990).
Penyebab anemia gizipada bayi dan anak:
a. Pengadaan zat besi yang tidak cukup
1) Cadangan zat besi pada waktu lahir tidak cukup.
a) Berat lahir rendah, lahir kurang bulan, lahir kembar
b) Ibu waktu mengandung menderita anernia
kekurangan zat besi yang berat
c) Pada masa fetus kehilangan darah pada saat atau
sebelum persalinan seperti adanya sirkulasi fetus ibu
dan perdarphan retroplasestra
2)Asupanzatbesikurangcukup i.
b- Absorbsi kurang
1) Diare menahun
2) Sindrom malabsorbsi
3) Kelainan saluran pencernaan
c. Kebutuhan ak,anzat besi meningkat untuk pertumbuhaq terutama pada
lahir kurang bulan dan pada saat akil balik. *
d. Kehilangan darah
l) Perdarahan yang bersifat akut maupun menatrrq, misalnyaY
pada poliposis rektum, divertkel Meckel
2) Infestasi parasit, misalnya cacing tambang.
Bayi kurang dari I tahun
l. Cadangan besi kurang a.l. karena bayi berat lahir rendah, prematuritas,
lahir kembar, ASI ekslusif tanpa suplementasi besi, susu formula rendah
besi, pertumbuhan cepat dan anemia selama liehamilan.
2. Alergr protein susu sapi
Anak umur 1-2 tahun
1. Asupan besi kurang akibat tidak mendapat makanan tambahan atau minum
susu murni berlebih.
\..i
rir r!q\ i;,i, .: "-
, 1 rt.:.
. ,:,
+.:2. Obesitas ...r. i .,r:'
4. Malabsorbsi. .s
iAnaknmnr2-Stahun " .
a'1. Asupan hesi kurang kale,lrajenis makanan kurang mengandrmg fo";"nit
heme dtau minum susu berlebihan.
2. Obesitas
3. Kebr*rfian m€ninEkat kamu inffisi beruhmg / kronis baik bakteti, virus
ataupun parasit).
4. Kehilangan berlcbihan akibat perdamnan (divertikulum lVhckel / poliposis
dsb). ' ''-"
Anakrmw5tahun-rrrnqia o* ' .. ..:
..
l. Kehiftingan berlobihan akihtperdardxa(al infestasi cacing tambang) dan ";
2. Mensuuasi b€rl€bihan pada remqia puteri. s*
'$
Penyebab taklangsung
Ketersediaan zat besi
Dalanr bahatr nrakattan
liendah
Prakteh penrberian r:ta-
I(anarr kurang baik
Sosial ekononti rcltclalt
Konrposisi tuakatt,,ltt ktt
Penyebab langsung
iutnl:tlt zat bcs,
clalam nritlir.rratr
,,,1o1. .11fr, r1r
a[:sorb-ri zrt besi
renclalr
kcbrrtulrarr naik
kehilangan darah
Status besi
I(caclaan
lcttratrg
-ilrlenliltlrcsi gir.i
:i>
b
f. Dampak Anemia Gizi Besi
Dampak yang ditimbulkan akibat anemia gtzi besi sangat
kompleks. Anemia gizi besi berdampak p4da menuruflnya kemampuan
motorik anah menurunnya skor IQ, meilmrnnya kemampuan kognitif,
menururmya kemampuan mental "nak dan pada wanita hamil akan
menyebabkan buruknya persalinarL berat bal lahir rendah, bayi lahir
premafur, serta dampak negatif lainnya seperti komplikasi kehamilan dan
persalinan. Akibat lainnya dari anemia gizi besi adalah gangguan
10
pertumbuhan, gangguan imunitas serta rentan terhadap pengaruh racrm
dari logam-logam berat.
Kekurangan zat besi dalam tubuh dapat lebih meningkatkan
kerawanan terhadap Penyakit infeksi. Seseorang yang menderita defisiensi
besi (terutama balita) lebih mudah terserang mikroorganisme, karena
kekurangan zat besi berhubungan erat dengan kerusakan kemampuan
fungsional dari mekanisme kekebalan tubuh yang penting untuk menahan
masuknya penyakit infeksi.
Besi memegang peranan dalam sistem kekebalan tubuh . Respon
kekebalan sel oleh limfosit-T terganggu karena berkurangnya
pembentukkan sel-sel tersebut, yang kemungkinan disebabkan oleh
berkurangnya sintesis DNA. Hal ini disebabkan oleh gangguan enzim
reduktase ribonukleotidase yang membutuhkan besi untuk dapat berfungsi.
Disarnping itu, sel darah putih yang menghancurkan bakteri tidak dryat
bekerja secara efektifdalam keadaan tubuh kekurangan besi. Enzim lain
yang berperan dalam sistem kekebalan tubuh yaitu mieloperoksidase juga
akan terganggu fungsinya akibat defisiensi besi. ,..
Anemia gizi besi dapat menyebabkan rasa cepat lelah. Rasa cepat
lelah terjadi karena pada penderita anemia gizi besi pengolahan
(metabolisme) energi oleh otot tidak berjalan sempurna karena otot
kekurangan oksigen, dimana oksigen yang dibutuhkan oleh sel-sel otot ini
diangkut oleh zat besi dalam darah (hemoglobin). Untuk menyesuaikan
dengan berkurangnya jatah oksigen, maka otot membatasi produksi energi.
Akibatny4 mereka yang menderita anemia gizi besi akan cepat lelah bila
bekerja karena cepat kehabisan energi.
Anak usia sekolah yang menderita anemia gizi besi akan
mengalami penurunan kemampuan kognitif, pemrrunan kemampuan
belajar, dan pada akhirnya akan menurunkan prestasi belajar. Menurut
Lozzoff dan Youdim (1988) dalam Almatsier (2001), menyatakan bahwa
terdapat hubungan antara defisiensi besi dengan fungsi otak.
11
g.
Defisiensi besi berpengaruh negatif terhadap fungsi offi, terutama
terhadap fungsi sistem neurokansmitter (penghantar syaraf). Akibatnya
kepekaan reseptor syaraf dopamin berkurang yang dapat berakhir dengan
hilangnya reseptor tersebut. Daya konsentrasi, daya ingat, dan kemampuan
belajar terganggu, ambang batas rasa sakit meningkat, fungsi"kelenjar
tiroid dan kemampuan mengatur suhu tubuhjuga meilrrun. '
Dengan adanya zat besi membantu proses mielinisasi
(pembentukan selubung saraf), pembenfukan neurotransmitter dan
sinaptogenesis (hubungan sel saraf satu dengan lainnya) agar pertumbuhan
otak anak optimal. Anak bisa lebih cerdas & meminimalisasi gangguan
kognitif, koordinasi motorik, ketajaman penglihatan, pendengaran,
gangguan emosi, "pemusatan perhatian dan memori. Dapat terjadi
penyesuaian, berupa perubahan anatomi yaitu kemampuan sinaps untuk
regenerasi aksorL atau memperluas permukaan dendrit; kemampuan
neurokimiawi berupa peningkatan sintesa neurotransmitter atau kepekaan
sinaps; serta perubahan metabolik (peningkatan glukosa, oksigen) pada
sel-sel neuron. ".
Mielenisasi merupakan proses penting lainnya dalam tahapan
perkembangan otah karena mielin sangat penting untuk kecepatan
hantaran rangsangan melalui sel-sel saraf. Sebagian besar proses
mielinisasi ini selesai pada saat usia anak mencapai 10 tahun.
Sinaptogenesis, merupakan penghubung antara sel-sel saraf. Semakin
banyak sinaps antara sel-sel saraf, maka akan semakin kompleks pula
kemampuan menerim4 mengolah, menimpan dan menjawab rangsang
yang diterima oleh sel-sel saraf. Secara umum, jurnlah sinaps rneningkat
pesat antara usia 24 bulan
Manifestasi klitrik
Rasa lernah, letih, hilang nafsu makan, menurunya daya
konsentrasi dan sakit kepala atau pusing adalah gejala awal anemia. Pada
kasus yang lebih parah, sesak nafas disertai gejala lemah jantung dapat
12
terjadi. Untuk mernastikan, diagnosa perlu dilakukan pemeriksaan
laboratorium, diantaranya dilahrkan penentuan kadar hemoglobin atau
hematokrit dalam darah. Balita yang menderita anemia defisiensi besi akan
terlihat pucat lesu dan tidak bergairah. Jika tidak segera diatasi, akan
mengalami gangguan tumbuh kembang seperti gangguan nafsd makan,
kukuseperti sendolg dan gangguan belajar. Transfusi darah tidak rutin
diberikan pada balita dengan anemia defisiensi besi, kecuali mengalami
keadaan yang berat atau kadar Hb sangat rendah.
Tatalaksana
Strategi penanggulangan anemia gizi secara tuntas hanya mungkin kalu
intervensi dilakukan terhadap sebab langsung, tidak langsung maupun
mendasar. Secara pokok strategi itu adalah sebagai berikut :
1. Terhadappenyebablangsung r'
Penanggulangan anemia grzi perlu diarahkan agar :
a. Keluarga dan anggota keluarga yang resiko menderita
anemia mendapat makanan yang cukup bergizi dep,gan
biovailabilita yang cukup.
b. Pengobatan penyakit infeksi yang memperbesar resiko
anemia
c. Penyediaan pelayanan yang mudah dijangkau oleh keluarga
yang memerlukan, dan tersedianya tablet tambah darah
dalam jumlah yang sesuai.
2. Terhadap penyebab tidak langsung
Perlu dilakukan usaha untuk meningkatkan perhatian dan kasih sayang di
dalam keluarga terhadap wamta, terutama terhadap ibu yang perhatian ifu
misalnya dapat tercermin dalam :
a. Penyediaan makanan yang sesuai dengan kebutuhanny
terutama bila hamil.
b. Mendahulukan ibu hamil pd waktu makan
13
c. Perhatian agar pekerjaan fisik disesuaikan dengan kondisi
wanita/ibu hamil
3. Terhadap penyebab mendasar:
Dalam jangka panjang, penanggulangan anemia gizi hanya dapat
berlangsung seculra tuntas bila penyebab mendasar terjadinya aneinia juga
ditanggulang, misalnya melalui:
a. Usaha untuk meningkatkan tingkat pendidikan, terutama pendidikan
wanita.
b. Usaha untuk memperbaiki upa[ terutamakaryawan rendah.
c. Usaha untuk meningkatkan status wanita di masyarakat
d. Usaha untuk memperbaiki lingkungan fisik dan biologis, sehingga
mendukung stafus kesehatan gizi masyarakat.
bayi dan balita dalam mencegah anemia defisiensi besi
Rekomendasi 1
Suplemen besi diberikan pada semua analg dengan priorif3s usia balita (0-
5 tahun), terutarna usia 0-2 tahun.
Rekomendasi 2
Dosis dan lama pemberian suplementasi besi
Usia (tahun) Dosis besi elemental Lama pemberian
Bayi+ : BBLR 3 mg/kgtsB/hari Usia I bulan sampai 2
tahun
Cukup bulan 2 mglkgBB/hari Usia 4 bulan sampai 2
tahun
2-5 (balita) l mglkgtsB/hari 2xlmngga selama 3
bulan berturut turut
setiap tahun
5-12 l mg/kgBB/hari 2xlminggu selama 3
bulan berturut-turut
t4
!1
't'
Keterangam: r dosis malcimum rmtlk bayi: lSmg/hari dosis tmgal r i
#khusus rmja perempuan ditambah,*O0 pg risam folat 'h
,}
!.:=
u.{r
I?
i-
t2-18 '60mElhari# .:r.
*L-rL
15
DAFTAR PUSTAKA
Depkes RI (1996) Direktur Jenderal Pembinaan Kesehatan masyaraka! Pedoman
Opero"sional P enangguHangan,4ncmia Gizi di Indorwsicr, Jakarta.
Joko Suhamo, Ny. Yoyoh K. Husaini, Uhum. L. Siagian (1988), Suatu Studi
Kompilasi Informasi dalarn Menunjang kesejahteram Nasianal, dcnt
P e nge mb angan P ro gram, Puslitbang Gizi, Bogor.
IDAI, 2013. Anemia Defisiensi Besi pada Bayi dan Anak. Accessed 25 februari
2O 7 4, av zilabl e from <htt.o : //i dai - or. i d/publ i
anak/anemia-defi siensi-be si-pada-bayidan-anak.htnl>
dh
Nathanael (1991), Gambaran Pelaksanaan Penanggulangan Penyakit Cacing usus
dalam Mengatasi Ansrlia yang terjadi Pada Penduduk di unit
Pemukiman Transmigrasi Plasma IVA Ugang SaVu K4---------------.b dati II Barito
Selatan kalimantan Tengah tahun 1990, skripsi, FKM UI, depok.
Puji hastuti (1992), Hubungan karakteristik Anak dan Keluarga dengan Kejadian
Anemia Grz,i pada Anak Balita di Kabupaten Bogor, skripsi, FKM UI,
depok.
Rahyaningsih (1995), Balita dan Faktor Gambaran Anemia pada Anak-faktor
yang Berhubungan di dua Kabupaten Bogor tahun 1992, thesig FKM
UI, Depok.
Robert E. Olson, dkk (1988), Mineral, pengetahuan Gizi Mutakhir, IrI Gramedi4
Jakarta
16
top related