anestesi umum pada pasien laparatomi eksplorasi dengan trauma
Post on 31-Dec-2015
321 Views
Preview:
DESCRIPTION
TRANSCRIPT
IDENTITAS
Nama : Tn. AUmur : 26 tahunJenis Kelamin : Laki-lakiAlamat : Bengkong Kolam
Blok F1 No 15
Agama : IslamTanggal operasi : 10 Juli 2010
Keluhan UtamaNyeri di seluruh bagian perut sejak 1 jam SMRS
Riwayat penyakit sekarangPasien datang dengan keluhan nyeri perut kurang
lebih 1 jam SMRS. Keluhan nyeri di seluruh bagian perut, terasa perih seperti ditusuk – tusuk dan perut dirasakan kembung. Pasien sebelumnya mengalami kecelakaan akibat jatuh dari sepeda motor dalam kecepatan sekitar 60km/jam dan jatuh dalam posisi tangannya menyangga tubuh. Pasien mengaku memakai helm ketika kecelakaan. Saat itu motor dalam kecepatan sekitar 60 km/jam. Pasien belum mendapatkan penanganan apapun sebelum datang ke RSOB.
Pasien tidak pingsan selepas kecelakaan. Keluhan mual muntah, sesak nafas, perdarahan dari mata dan telinga disangkal oleh pasien. Pasien selepas kecelakaan langsung dibawa ke IGD RSOB.
Riwayat Penyakit DahuluRiwayat alergi obat (- ), Riwayat penyakit gastritis(
- ) , riwayat penyakit asma ( - ) , riwayat penyakit infeksi kronis ( - ), riwayat operasi ( - )
Riwayat Penyakit KeluargaRiwayat alergi obat (- ), Riwayat penyakit gastritis(
- ) , riwayat penyakit asma ( - ) , riwayat penyakit infeksi kronis ( - ), riwayat operasi ( - )
Riwayat pengobatanPasien tidak pernah dirawat di rumah sakit dan
tidak pernah mengalami operasi.
PEMERIKSAAN FISIK
Kesadaran : CM, tampak sakit berat Tekanan darah : 138/75 mmHgNadi : 98x/menitRR : 24 x/menitSuhu : afebris Kepala : Konjungtiva anemis + / +, Sklera ikterik -/-, Telinga : NormotiaMulut : Gigi geligi tidak ada kelainan, mukosa mulut
normal, massa (-)Hidung : Mukosa hidung normal, epitaksis (-), massa
(-)Leher : KGB dan tiroid tidak teraba membesar,
massa (-)Jantung : SI SII normal, regular, Murmur -, Gallop –Paru : Suara nafas vesikuler kanan kiri, Ronchi - / -,
Wheezing - Abdomen : Buncit, distensi abdomen ( + ), defans
muscular ( - ), Bu + Normal, NT ( + ), udema ( -), hepar dan lien tidak dapat diraba, Ballotement -/-, Nyeri Ketok CVA -/-
Ekstremitas : akral dingin, motorik N, reflex N, ekstremitas pucat
PEMERKSAAN LABORATORIUM ( 7 Juli 2010 )
WBC : 11,9 x 103/mm3
RBC : 4,47 x 106/mm3 HGB : 12,7 mg/dlHCT : 39, 6 %PLT : 258 x 103/mm3 LYM : 10,2 % MON : 2,6 %GRA : 87,2 %
PEMERIKSAAN RADIOLOGITidak dilakukan
DIAGNOSISPeritonitis e.c Trauma Tumpul Abdomen ASA III TINDAKAN Penatalaksanaan umum basic life support ( A, B, C, D, E )Observasi tanda vital dengan perbaikan keadaan umum
pasienRawat Pasang infuse 2 jalurCek laboratorium citoRencana operasi laparatomi eksplorasi cito
Dr.HarryTriyono Sp.B
LAPORAN ANESTESI
Tn A, 26 tahun,menjalani operasi cito laparatomi eksplorasi e.c trauma tumpul abdomen
General Anestesi dengan pemasangan endotrakeal tube non kinking. Kondisi pasien kesakitan, lemas dan kesadaran compos mentis. Posisi pasien supinasi. Operasi dari jam 2105 – 2335 dengan lama operasi selama 150 menit. Anestesi dengan recofol, 02-N20-sevoflurane dan relaksasi
menggunakan Arthracurium. Dilakukan pemasangan alat-alat anestesi seperti tensimeter, elektroda
EKG, oksimetri dan pada pasien ini telah dilakukan pemasangan double IV line.
K.U pasien compos mentis, dengan nadi 98 x/menit, suhu afebris dan berat badan 67 kg.
Pemeriksaan laboratorium tidak ditemukan kelainan yang berarti. Sebelum dilakukan intubasi, persiapan alat-alat anestesi telah
disediakan. Premedikasi pada jam 2030 dengan menggunakan Fentanyl 50 mcg Dimasukkan midazolam 5mg
Jam 2035, diberikan pelemas otot berupa Arthracurium 30 mg Recofol sebanyak 100 mg sebagai anestesi intravena. Disungkupkan dengan sungkup muka yang telah terpasang mesin anestesi menghantarkan gas (sevoflurane) dengan ukuran 3
vol% dengan fresh flow gas oksigen dan N20 dengan perbandingan 1:1 sambil melakukan
bagging kurang lebih 3 menit Penggunaan sevofluran dipilih karena mempunyai efek induksi
dan pulih dari anestesi lebih cepat dibanding dengan gas lain, dan baunya lebih harum
Efek terhadap kardiovaskular relatif stabil Diintubasi, dengan menggunakan ETT non kinking no 7 dengan
cuff Dialirkan sevofluran 4 vol%, oksigen dan N20 sekitar 1000
ml/menit(1:1) sebagai anestesi rumatan. Ventilasi dilakukan dengan bagging dengan laju napas 12 x/ menit
dengan volume tidal sebesar 600.
Tekanan darah 139/75 mmHg, diguyur dulu pada jam 2030 sampai keadaan stabil. jam 2050, ditambahkan fentanyl 25 mcg dan athracurium j20 mg pada jam 2105 dan
10 mg lagi pada jam 2130. Jam 2120 wib nadi dan tekanan darah meningkat sampai 160/ 65 mmHg Pasien langsung diguyur infuse Asering 2 jalur. Pasien jdimasukkan fentanyl 25 mcg pada jam 2123. Jam 2130, tekanan darah pasien masih tinggi, Disiapkan transfusi darah Gol A 200cc dan disesuaikan dengan status pasien. Jam 2140 WIB pasien napas normal, operasi masih tetap berjalan dengan kondisi
tekanan darah pasien semakin stabil sekitar 120/80mmHg. Jam 2150, pasien masih diguyur dengan infuse asering keempat. Jam 2210, botol Asering ke – 3 diganti dengan gelofusin 500cc. Dimasukkan klirans 4mg, remopain 30mg dan ketesse pada jam 2155. Jam 2215, dilakukan transfuse darah 200cc Jam 2315, dilakukan lagi transfuse darah 200cc Jumlah perdarahan sekitar 1500cc dan pasien ditemukan ruptur lien. Tekanan darah pasien stabil sampai selesai operasi sekitar 110/67 mmHg dengan
nadi sekitar 80-98x/menit.
Ketika operasi mulai berakhir, pada pukul 2335, konsentrasi sevoflurane diturunkan berperingkat
sevoflurane di dihentikan apabila napas pasien sudah spontan dan adekuat
Total cairan yang diberikan pada pasien ini sejumlah 3400cc
Total perdarahan pada operasi ini 1500cc. Saturasi pasien dipertahankan 100% sepanjang operasi.Post operasi ditatalaksana sesuai dengan prosedur acute
painDipasang infuse RAS dengan 30 tpm. Monitor tensi, nadi dan nafas tiap 15 menit di recovery
room sampai pasien sedar dan kondisi stabil. Diperiksa lab darah rutin 2 jam post operasi.
TINJAUAN PUSTAKAAnestesi Peristiwa ilangnya sensasi, perasaan ( panas, raba, posture ) dan nyeri
bahkan hilangnya kesadaran, sehingga memungkinkan dilakukannya tindakan pembedahan
Trias Anestesi : Analgesia ( Hilangnya nyeri ) Hipnotik ( Hilang kesadaran ) Relaksasi otot ( Muscle Relaxan ) Klasifikasi Status Fisik : ASA I : Pasien normal / sehat organic, fisologik, psikiatrik dan biokimia ASA II : Pasien dengan penyakit sistemik ringan atau sedang ASA III : Pasien dgn penyakit sistemik berat sehingga aktivitas rutin
terbatas ASA IV : Pasien dengan penyakit sistemik berat tidak dapat melakukan
aktivitas rutin dan penyakitnya – mengancam kematian ASA V : Pasien emergensi / sekarat, dengan atau tanpa operasi hidupnya
tidak lebih dari 24 jam Pada bedah cito atau emergency biasanya dicantumkan huruf E
Persiapan Anestesi :Mempersiapkan mental dan fisik penderita
secara optimalMerencanakan & memilih tehnik & obat-obat
anestesi yang sesuaiMengurangi angka kesakitanMengurangi
angka mortalitas
PremedikasiMenimbulkan rasa nyaman bagi pasienMempermudah / melancarkan induksiMengurangi jumlah obat-obat anestetika Menekan reflex – reflex yang tidak diinginkanMengurangi sekresi kelenjar saluran napas.Menciptakan amnesiaObat yang digunakan pada premedikasiPenghilang anxietasPenurunan sekresi dan reflex vagalAnalgesicAntiemesis pascaoperasi
Indikasi anestesi umumInfant & anak usia mudaDewasa yang memilih anestesi umum Pembedahannya luas / eskstensifPenderita sakit mentalPembedahan lamaPembedahan dimana anestesi lokal tidak praktis
atau tidak memuaskanRiwayat penderita tksik / alergi obat anestesi
localPenderita dengan pengobatan antikoagulantia
Perioperatif
Therapi cairanMaintenance ( Pemeliharaan )Resusitasi ( Pasien shock, perdarahan )Normal cairan didalam tubuh : 60 – 70 %
BB/TBW ( Total body water )Kehilangan cairan lebih dari 20 % harus di
intervensi (dikompensasi).
Jenis – jenis cairan1. intravena : Koloid (plasma ekspander) 2. Kristaloid (elektrolit)
Indikasi transfusi darah1.Perdarahan akut sampai Hb < 8 gr % atau Ht < 30
%2.Pada orang tua, kelainan paru, kelainan jantung,
Hb < 10 gr %3.Bedah mayor kehilangan darah 20 % volume darah
Trauma Abdomen
Trauma abdomen didefinisikan sebagai kerusakan terhadap struktur yang terletak diantara diafragma dan pelvis yang diakibatkan oleh luka tumpul atau yang menusuk (Ignativicus & Workman, 2006).
Etiologi dan faktor resikoBanyak diakibatkan oleh trauma tumpul.Trauma akibat benda tajam Penyebab tertinggi kematian pada orang dewasa yang
berusia dibawah 40 tahun Trauma pada abdomen disebabkan oleh 2 kekuatan
yang merusak, yaitu :Paksaan /benda tumpulTrauma tembus
Organ pada abdomen yang terkena kerusakan terbagi atas dua
Organ Padat / solid yaitu : hati, limpa dan pancreasOrgan berlubang (hollow) yaitu : lambung, usus dan
kandung kemihKarena ukuran dan letaknya, hati merupakan organ
yang paling sering terkena kerusakan yang diakibatkan oleh luka tembus dan sering kali kerusakan disebabkan oleh trauma tumpul
Kadang-kadang perlukaan esofagus bawah disebabkan oleh luka tembus.
Trauma pada abdomen yang menyebabkan tingkat kematian yang tinggi disebabkan oleh perlukaan di pankreas dan duodenum.
Tanda dan gejala 1. Nyeri2. Darah dan cairan di rongga abdomen3. Cairan atau udara dibawah diafragmaKehr’s signMual dan muntahPenurunan kesadaran (malaise, letargi,
gelisah)Yang disebabkan oleh kehilangan darah dan
tanda-tanda awal shock hemoragi
Pemeriksaan diagnostikl. Foto thoraks2. Pemeriksaan darah rutin3. Plain abdomen foto tegak4. Pemeriksaan urine rutin5. VP (Intravenous Pyelogram)6. Diagnostic Peritoneal Lavage (DPL)
Penatalaksanaan Medisl. Abdominal paracentesis2. Pemeriksaan laparoskopi à mengetahui
secara langsung peneyebab akut abdomen3. Pemasangan NGT à memeriksa cairan yang
keluar dari lambung pada trauma abdomen4. Pemberian antibiotik à mencegah infeksi5. LaparotomiSebelum operasi pemasangan NGT,
pemasangan dauer-katheter, pemberian antibiotik, pemasangan
STADIUM ANESTESI
• Stadium I (St.Analgesia; St.Cisorientasi)
• Stadium II (St.Eksitasi; St. Dalirium)
• Stadium III (St. Operasi)
• Stadium IV (St. Paralisis)
Anestesi Umum - 8
STADIUM I(St. Analgesia;St. Cisorientasi)
• Mulai dari induksi sampai hilangnya kesadaran.
• Walaupun disebut Stadia analgesia, tapi sensasi terhadap ransang sakit tidak berubah, biasanya operasi-operasi kecil sudah bisa dilakukan.
• Stadium ini berakhir dengan ditandai oleh hilangnya refleks bulu mata.
Anestesi Umum - 9
STADIUM II(St. Eksitasi;St. Delirium)
Mulai dari akhir stadium I dan ditandai dengan
Pernafasan yang irreguler, pupil melebar dengan
refleks cahaya (+), pergerakan bola mata
tidak teratur, lakrimasi (+), tonus otot meninggi
dan diakhiri dengan hilangnya refleks menelan
dan kelopak mata.Anestesi Umum - 10
Mulai dari akhir stadium II, dimana pernafasan mulai teratur.
Dibagi dalam 4 plana, yaitu :
1. Plana 1Ditandai dengan pernafasan teratur, pernafasan torakal sama kuat dgn pernafasan abdominal, pergerakan bola mata terhenti, kadang-kadang letaknya eksentrik, pupil mengecil lagi dan refleks cahaya (+), lakrimasi akan meningkat, refleks farings dan muntah menghilang, tonus otot menurun.
2. Plana 2Ditandai dengan pernafasan yang teratur, volume tidal menurun danfrekwensi pernafasan naik. Mulai terjadi depresi pernafasan torakal, bola mata terfiksir ditengah, pupil mulai midriasis dengan refleks cahaya menurun dan refleks kornea menghilang.
STADIUM III
Anestesi Umum - 11
STADIUM III
3. Plana 3Ditandai dgn pernafasan abdominal yang lebih dominan daripada torakal karena paralisis otot interkostal yang makin bertambah sehingga pada akhir plana 3 terjadi paralisis total otot interkostal, juga mulai terjadi paralisis otot-otot diafragma, pupil melebar dan refleks cahaya akan menghilang pada akhir plana 3 ini, lakrimasi refleks farings & peritoneal menghilang, tonus otot-otot makin menurun.
4. Plana 4Pernafasan tidak adekuat, irreguler, ‘jerky’ karena paralisis ototdiafragma yg makin nyata, pada akhir plana 4, paralisis total diafragma, tonus otot makin menurun dan akhirnya flaccid, pupil melebar dan refleks cahaya (-) , refleks sfingter ani menghilang.
Anestesi Umum - 12
STADIUM IV(St. Paralisis)
Mulai dari kegagalan pernapasan yang kemudian
akan segera diikuti kegagalan sirkulasi
Anestesi Umum - 13
top related