asesmen klinis: tes inteligensi
Post on 28-Jan-2016
192 Views
Preview:
DESCRIPTION
TRANSCRIPT
ASESMEN KLINIS:TES INTELIGENSI
• Apa yang dimaksud inteligensi?
• Bagaimana mengembangkan instrumen pengukuran yg valid untuk mengukur inteligensi tsb?
• Validitas & reliabilitas?
Reliabilitas• Mengacu pada kekonsistenan respon individu thd stimuli tes• Bbrp cara mengukur reliabilitas:
1. Test-retest reliability
Individu membuat respon serupa pada stimuli tes yg sama
dalam waktu yg berulang
Jika di setiap waktu didapatkan respon yg b’beda, maka data
tes tidak akan berguna
Pada bbrp kasus, di waktu yg kedua, klien mungkin akan
mengingat responnya saat waktu yg pertama. Atau akan
mengembangkan semacam ‘test-wiseness’ dari tes yg
pertama yg mempengaruhi skor tes pada waktu yg kedua.
Bbrp kasus jg memungkinkan klien berlatih diantara
kesempatan tes atau menunjukkan efek latihan.
2. Equivalent-forms reliability Form yg ekivalen atau paralel dikembangkan utk menghindari
masalah t’dahulu Terkadang m’habiskan banyak waktu dan uang utk
pengembangan form ini, atau tll sulit atau tidak mungkin utk memastikan bahwa formnya benar2 ekivalen.
Tidak praktis.
3. Split-half reliability Tes dibagi menjadi dua (biasanya nomor item yg ganjil &
genap), dan skor partisipan pada dua bagian tsb dibandingkan.
4. Internal consistency reliability Apakah item2 dlm tes dapat mengukur hal yg sama? Apakah item2 tsb berkorelasi tinggi satu sama lain? Pengukuran reliabilitas ini meliputi penghitungan rata2 pada
semua korelasi split-half utk tes yg diberikan (alpha Cronbach)
5. Interrater or interjudge reliability Goal: menunjukkan bahwa observer yg independen
dapat menyetujui rating atau penilaian beberapa
aspek perilaku sso
• Tanpa reliabilitas, konsistensi, atau stabilitas pengukuran, maka tes tidak akan valid.
• Namun, wlpn suatu tes dinyatakan reliabel, tidak secara otomatis dapat dikatakan bahwa tes itu juga valid.
Validitas
• Mengacu pada teknik pengukuran utk mengukur apa yg seharusnya diukur
• Bbrp cara pengukuran validitas:1. Content validity
Mengindikasikan bahwa item2 tes mewakili berbagai aspek dari variabel yg diteliti.
Dapat diketahui dgn melihat kesesuaian
item2 dalam tes dgn blue-printnya
2. Predictive validity Menunjukkan ketika skor tes secara akurat
memprediksikan bbrp perilaku atau peristiwa di masa yg akan datang.
Dapat dilihat dari hasil analisis korelasional antara skor tes tsb dgn skor performansi yg ingin diprediksi (ada tenggang waktu utk m’dapatkan skor performansi)
3. Concurrent validity Meliputi hubungan skor tes saat ini dengan skor kriteria
yg didapat bersamaan (tidak ada tenggang waktu utk m’dapatkan skor kriteria)
4. Construct Validity Shown when test scores relate to other measures or behaviors in logical, theoretically expected fashion.
INTELIGENSI
DEFINISI
Tidak ada definisi yg diterima secara universal, karena berbeda-beda pada setiap tokoh.
Definisinya tercakup dalam tiga pokok:1. Definisi yg menekankan adjustment atau adaptation
thd lingkungan2. Definisi yg b’fokus pada kemampuan utk belajar3. Definisi yg menekankan kemampuan berpikir abstrak
TEORI
Pendekatan teoritis utk memahami inteligensi yaitu teori psikometris, teori perkembangan, teori neuropsikologis, dan teori pemrosesan-informasi
Pendekatan Faktor Analitik- Tokoh: Charles E. Spearman (bapak faktor
analisis) (1927) Teori: inteligensi faktor g (general)
faktor s (spesifik)
- L. L. Thurstone (1938) Teori: 7 faktor kelompok (Thurstone’s
Primary Mental Ability): number, word fluency, verbal
meaning, perceptual speed, space, reasoning, dan memory
Teori Cattell- Tokoh: R. B. Cattell (1987)- Teori: menekankan sentralitas faktor g- Juga memberikan daftar tentatif dari 17 konsep
kemampuan primer.- Membagi faktor g Spearman ke dlm 2 komponen,
yaitu fluid ability (secara genetik sso memiliki kapasitas intelektual), crystallized ability
(kapasitas, diketahui dgn tes inteligensi terstandar, yg dilengkapi dgn p’belajaran culture-based)
Klasifikasi Guilford
* Tokoh: Guilford (1967)- Teori: model Structure of the Intellect (SOI) - Menggunakan teknik statistik dan faktor analitik utk mengetesnya. - Bpendapat bhw komponen inteligensi dibagi ke dlm 3 dimensi: a. Operasi (apa yg dilakukan) : kognisi, memori, produksi konvergen, & evaluasi b. Isi (hakikat materi atau informasi dimana operasi dijalankan) : figural (visual, auditori, kinestetik), simbolik, semantik, PL
c. Produk (bentuk dimana informasi diproses) : unit, kelas, relasi, sistem, transformasi, implikasiSehingga, 5x4x6 = 120 faktorTh 1982, konten auditori dipisahkan dari figural 5x5x6 = 150 faktor Selanjutnya, faktor kinestetik juga dipisahkan 5x6x6 = 180 faktor
Perkembangan Terbaru
- Tes inteligensi lama : mengukur apa yg diketahui atau dapat dilakukan Tes inteligensi baru : take on highly cognitive or information-processing look Lebih dinamis
- Bbrp peneliti fokus pada kecepatan pemrosesan informasi, yg lainnya pada strategi pemrosesan
- Gardner (1983, 1999), menjelaskan a theory of multiple intelligences Family of six intelligences: linguistic, musical, logical-
mathematical, spatial, bodily-kinesthetic, & personal
- Sternberg (1985, 1991), mengemukakan triarchic theory of intelligence Fungsi manusia berdasarkan pada 3 aspek inteligensi:
componential (berpikir analitik), experiental (berpikir kreatif), &
contextual (dilihat sbg “street smart”- orang yg tahu how to play
the game & dpt secara sukses memanipulasi lingkungan). Tidak menekankan pada kecepatan & akurasi performa, namun
menekankan pada perencanaan dan monitoringnya.
- Total IQ dpt m’gambarkan skor rata2 atau gabungan dari subtes2
- Dua orang yg secara keseluruhan memiliki skor IQ yg sama, dapat berbeda pada kemampuan spesifiknya
INTELLIGENCE QUOTIENT (IQ)
• Merupakan angka normatif dari hasil tes intelegensi yang dinyatakan dalam bentuk rasio (quotient)
• Rasio IQ- Binet b’pendapat bhw mental age (MA) sbg indeks dari
performa mental- Stern (1938), mengembangkan konsep intelligence quotient (IQ) antara chronological age (CA) dan MA utk menunjukkan deviansi- Rumus: IQ = MA/CA x 100- IQ tidak dapat ditambah atau dikurangi
• Deviasi IQ
- Rasio IQ scr signifikan terbatas dalam pengaplikasiannya
pada kelompok usia yg lebih tua.
Alasan: kekonsistenan skor MA disertai dgn peningkatan
skor CA yg akan m’hasilkan IQ rendah IQ t’lihat semakin
menurun wlpn kenyataannya kemampuan intelektual sso
terus dipertahankan
- Solusi: Wechsler mengenalkan konsep deviasi IQ
Asumsi dibuat bhw inteligensi secara normal
didistribusikan pada seluruh populasi
Deviasi IQ selanjutnya meliputi perbandingan antara
performa individu dlm tes IQ dgn umur sebayanya.
- Skor IQ 100 mengindikasikan kemampuan inteligensi pada
tingkat rata2 dalam kelompok usianya
• Korelasi IQ- Kesuksesan sekolah * Skor IQ dpt m’prediksi kesuksesan sekolah * Umumnya, skor IQ b’hubungan dgn kesuksesan
sekolah & tes prestasi yg m’ukur hasil belajar * Korelasi antara skor IQ & nilainya: 50% Kesuksesan sekolah jg dipengaruhi oleh
motivasi, ekspekstasi guru, latar belakang
budaya, perilaku orang tua, dsb * So, jika sekolahnya gagal, penyebabnya?
- Status & Kesuksesan Pekerjaan Skor inteligensi mjd prediktor yg bagus bagi performa kerja
- Perbedaan kelompok
* Laki2 & perempuan
Perbedaan scr signifikan t’lihat pada kemampuan spesifiknya, & bukan pada skor IQ secara keseluruhan
Laki2 cndrg lebih tinggi skornya pada kemampuan spasial & stlh pubertas, pada kemamuan kuantitatifnya
Perempuan cndrg lebih tinggi skornya pada kemampuan verbal
* Ras/ Etnis
Amerika Hispanik & Amerika-Afrika cndrg lebih rendah skor
IQnya dibanding Amerika-Eropa
Apa yg menyebabkan p’bedaan tsb?
• Hereditas & Stabilitas Skor IQ
* Hereditas IQ IQ berkorelasi dgn faktor genetik sebesar 51% - 81% sisanya adalah faktor lingkungan
* Stabilitas skor IQ - Uji reliabilitas dgn m’gunakan test-retest correlation,
dapat menunjukkan kestabilan skor sepanjang waktu - Skor IQ cndrg kurang stabil utk anak kecil, dan lebih
stabil utk orang dewasa. - Krn itu, klinisi seringkali dalam laporan tes menggambarkan ‘present level of intellectual functioning’ - Berbagai faktor (mis., motivasi & perubahan emosi) dpt mempengaruhi skor individu.
ASESMEN KLINIS PADA INTELIGENSI
• Skala Stanford-Binet– Revisi Binet:
Binet (1905) – Terman (1916) – Stanford-Binet (1937) – Standford-Binet (1960) – revisi norma (1972) – Standford-Binet 4th Ed.(SB-4) (1986)
– Deskripsi:SB ditandakan dgn skala usia. Ada 20 level usia, mulai dari Tahun II hingga Superior Adult level III. Masing2 level memiliki enam item. Tiap item dikonversikan dalam 1 atau 2 bulan kredit usia mental.
– Item2 dikelompokkan b’dasarkan usia
– Versi 1986 b’dasarkan model hirarki inteligensi.– SB-4 t’diri dari empat kelas general, dmn masing2 kls
t’diri dari bbrp subtes:1. Verbal reasoning:
Vocabulary, comprehension, absurdities, verbal relations2. Quantitative reasoning:
Quantitative, number series, equation building3. Abstract/ visual reasoning:
Pattern analysis, copying, matrices, paper folding & cutting4. Short-term memory:
Bead memory, memory for sentences, memory for digits,
memory for objects
• Skala Wechsler– David Wechsler mengembangkan
Wechsler-Bellevue Intelligence Scale di th.1939 respon thd skala Standford-Binet awal yg kurang menguntungkan
– Didesain utk dewasa– Item2 dikelompokkan berdasarkan subtes– T’diri dari skala performance & skala verbal
ada IQ masing2 skala tsb & ada IQ total–Menggunakan konsep deviasi IQ
Membandingkan individu dgn indvd yg seusianya IQ 100 sbg
rata2 utk tiap kelompok usia
* WAIS-III - Versi terbaru skala W-B adalah WAIS di th 1955 - Revisi: WAIS-R di thn 1981 - Versi terbaru: WAIS-III di th 1997
- 14 Subtes WAIS-III: 1. Vocabulary 8. Picture completion
2. Similarities 9. Digit symbol-coding 3. Arithmetic 10. Block design 4. Digit span 11. Matrix reasoning 5. Information 12. Picture arrangement 6. Comprehension 13. Symbol search 7. Letter number sequencing 14. Object assembly
- Perubahan: 1. Adanya reversal item pada bbrp subtes.
Dalam subtes ini, dimulai dgn 2 item basal yg sama & hrs
m’dptk’ skor yg sempurna, jika tidak, item sebelumnya harus diberikan dahulu hingga skornya
sempurna utk dua item berturut2.
Tujuan: ? 2. Adanya index scores dlm penambahan skor IQ (IQ verbal, IQ performance, & IQ total)
4 index scores: verbal comprehension (vocabulary, similarities,
information), perceptual organization (picture completion, block design, matrix reasoning), working memory (arithmetic), digit span, letter-number sequencing), procesing speed (digit symbol, coding, symbol search)
Tujuan: ?
–Memperoleh IQ & skor indeksRaw scores dikonversikan ke dalam scaled score disesuaikan dg kelompok umurnyaIQ & index scores didapat dari menjumlahkan scaled score dari subtes yg dipilih lalu dikonversikan ke dalam ekivalen IQ.
* WISC-IV - Pertama kali dikembangkan thn 1949 - Revisi thn 1974: WISC-R, lalu 1991: WISC-III - Versi terakhir: WISC-IV thn 2003 utk usia 6-16 th. - T’diri dari 10 subtes inti & 5 subtes pelengkap. - Memiliki struktur hirarki subtes digolongkan ke dalam 4 klp index:
1. The verbal comprehension index (VCI) : Similarities, vocabulary, comphrehension. Suplementer: information & word reasoning = IQ verbal pada tes Wechsler yg lain2. The perceptual reasoning index (PRI):
Block design, picture concepts, & matrix reasoning
Suplementer: picture completion = IQ performance pada tes wechsler yg lain
3. The working memory index (WMI): Digit span, & letter-number sequencing Suplementer: arithmetic Mengukur kemampuan anak utk
menyimpan informasi dlm kesadaran, menunjukkan
bbrp operasi mtk, & m’hasilkan4. The processing speed index (PSI): Coding, & symbol search Suplementer: cancellation Mengukur kecepatan memproses
informasi & tugas2 yg menggunakan waktu
• Kegunaan Klinis Tes Inteligensi– Estimasi dari level intelektual yg general
Alat utk m’dapatkan estimasi level intelektual.Klinisi bukan hanya m’dapatkan skor IQ, tp juga menginterpretasikannya
– Prediksi kesuksesan akademis : logisnya, inteligensi merefleksikan kapasitas yg bagus di sekolah
– The appraisal of style: tdk penting apakah klien berhasil atau gagal pada item2 yg ada, tp yg penting adalah bagaimana klien bisa berhasil atau gagal
top related