askep hnp kmb.docx
Post on 02-Jun-2018
400 Views
Preview:
TRANSCRIPT
-
8/11/2019 ASKEP HNP KMB.docx
1/21
MAKALAH ASUHAN KEPERAWATAN
PADA KLIEN DENGAN HNP
Disusun oleh:
1.Adam Malik2.Lilik Amaliyah
3. Panji Wirawan
PRODI D3 KEPERAWATAN
FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN
UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG SEMARANGSEMARANG
2013
-
8/11/2019 ASKEP HNP KMB.docx
2/21
BAB 1
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Nyeri pungung bawah merupakan suatu keluhan yang dapat mengganggu aktivitas
sehari-hari bagi penderitanya. Salah satu penyebab terjadinya nyeri pinggang bagian bawah
adalah hernia nucleus pulsosus (HNP), yang sebagian besar kasusnya terjadi pada segmen
lumbal. Nyeri punggung bawah merupakan salah satu penyakit yang sering di jumpai
masyarakat.
Nyeri penggung bawah dapat mengenai siapa saja, tanpa mengenal jenis umur dan jenis
kelami. Sekitar 60-80 % dari seluruh penduduk dunia pernah mengalami paling tidak satu
episode nyeri punggung bawah selama hidupnya. Kelompok studi nyeri (pokdi nyeri)
PORDOSSI (Persatuan dokter spesialis saraf Indonesia) melakukan penelitian pada bulan mei
2002 di 14 rumah sakit pendidikan, dengan hasilmenunjukan bahwa kejadian nyeri punggung
bawah meliputi 18,37 % di sluruh kasus nyeri ditangani.
Nyeri pinggang bawah hanyalah merupakan suatu symptom gejala, maka yang
terpenting adalah mengetahui factor penyebabnya agar dapat diberikan pengobatan yang
tepat. Pada dasarnya timbulnya rasa sakit tersebut karena tekanan susunan saraf tepi daerah
pinggang. Jepitan pada saraf ini dapat terjadi karena gangguan pada otot dan jaringan
sekitarnya. Maka dari itu, dibutuhkan asuhan keperawatan HNP yang sesuai sehingga proses
penyembuhan klien dengan HNP dapat maksimal.
B. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Supaya mahasiswa mengethui tentang Asuhan Keperawatan Pada Klien dengan Gangguan
Muskuloskletal (HNP).
2. Tujuan Khusus
a. mengetahui Jenis-jenis dari tumor kulit ganas dari definisi, etiologi, klasifikasi, tanda
& gejala, penatalaksanaan, dan pemeriksaan penunjang dari HNP.
b. mengetahui asuhan keperawatan pada klien gangguan sistem muskulokletal (HNP)
dari tahap pengkajian hingga intervensi.
3. Manfaat
a. Bagi perawat
Menambah wawasan kesehatan dan agar lebih mengetahui tentang Asuhan Keperawatan
Pada Klien dengan Gangguan Sistem Muskuloskletal (HNP).
-
8/11/2019 ASKEP HNP KMB.docx
3/21
b. Bagi masyarakat
Memberikan Penjelasan, pengetahuan, dan penyuluhan tentang asuhan keperawatan pada
klien dengan Gangguan Sistem Muskuloskletal (HNP) dan intervensi apa saja yang diberikan.
-
8/11/2019 ASKEP HNP KMB.docx
4/21
-
8/11/2019 ASKEP HNP KMB.docx
5/21
B. ANATOMI FISIOLOGI
Tulang (belakang) pada batang punggung sepanjang punggung,
menghubungkan tengkorak dengan panggul. Tulang ini melindungi syaraf yang
menonjol pada otak dan menjalar kebawah punggung dan ke seluruh tubuh. tulang
belakang tersebut dipisahkan oleh piringan yang berisi bahan yang lembut, seperti
agar-agar, yang menyediakan batalan ke batang tulang belakang. Piringan ini bisa
hernia (bergerak keluar dari tempatnya) atau pecah karena luka berat atau tegangan.
Batang tulang belakang dibagi kedalam beberapa bagian-cervical tulang
belakang (leher), thoracic spine (bagian punggung dibelakang dada), lumbar tulang
belakang (punggung bagian bawah), dan sacral tulang belakang (bagian yang
dihubungkan dengan panggul yang tidak bisa bergerak).
Diskus Intervertebralis adalah lempengan kartilago yang membentuk sebuah
bantalan diantara tubuh vertebra. Material yang keras dan fibrosa ini digabungkan
dalam satu kapsul. Bantalan seperti bola dibagian tengah diskus disebut nukleus
pulposus.
C.
ETIOLOGI
Radiculopathy merujuk pada setiap penyakit yang mengenai pusat syaraf tulang
belakang. Herniated disk adalah salah satu penyebab radiculopathy (sciatica).
Kebanyakan hernia terjadi di bagian punggung bawah (daerah lumbar) pada
punggung. Lebih dari 80% piringan yang hernia terjadi di punggung bagian bawah.
Paling sering terjadi pada orang berusia 30 sampai 50 tahun. diantara usia ini,
pelindung tersebut melemah. Bagian dalam, yang dibawah tekanan tinggi, bisa
menekan melalui sebuah sobekan atau bintik yang melemahkan pada penutup dan
menonjol keluar. Setelah usia 50 tahun, bagian dalam piringan tersebut mulai
mengeras, membuat hernia sedikit mungkin. Sebuah piringan bisa sobek secara tiba-
tiba, luka trauma atau luka berulang. Obesitas ataupun mengangkat benda berat,
terutama mengangkat beban dengan posisi yang tidak semestinya dapat
meningkatkan resiko tersebut.
Lumbar disk herniationterjadi 15 kali lebih sering dibandingkan cervical disk
herniation, dan ini adalah salah satu penyebab yang paling umum pada nyeri
-
8/11/2019 ASKEP HNP KMB.docx
6/21
punggung belakang. Cervical disk mengenai 8% setiap kali dan upper-to-mid-back
disk(thoracic) hanya 1-2 % setiap kali.
Faktor Risiko
a.
Faktor risiko yang tidak dapat dirubah
1. Umur: makin bertambah umur risiko makin tinggi
2. Jenis kelamin: laki-laki lebih banyak dari wanita
3. Riwayat cedera punggung atau HNP sebelumnya
b. Faktor risiko yang dapat dirubah
1. Pekerjaan dan aktivitas : duduk yang terlalu lama, mengangkat atau menarik
barang-barang berta, sering membungkuk atau gerakan memutar pada punggung,
latihan fisik yang berat, paparan pada vibrasi yang konstan seperti supir.
2. Olahraga yang tidak teratur, mulai latihan setelah lama tidak berlatih, latihan yang
berat dalam jangka waktu yang lama.
3. Merokok. Nikotin dan racun-racun lain dapat mengganggu kemampuan diskus
untuk menyerap nutrien yang diperlukan dari dalam darah.
4. Berat badan berlebihan, terutama beban ekstra di daerah perut dapat
menyebabkan strain pada punggung bawah.
5. Batuk lama dan berulang.
D. KLASIFIKASI
1. Hernia Lumbosacralis
Penyebab terjadinya lumbal menonjol keluar, bisanya oleh kejadian lukaposisi fleksi, tapi perbandingan yang sesungguhnya pada pasien non trauma adalah
kejadian yang berulang. Proses penyusutan nukleus pulposus pada ligamentum
longitudinal posterior dan annulus fibrosus dapat diam di tempat atau
ditunjukkan/dimanifestasikan dengan ringan, penyakit lumbal yang sering kambuh.
Bersin, gerakan tiba-tiba, biasa dapat menyebabkan nucleus pulposus prolaps,
mendorong ujungnya/jumbainya dan melemahkan anulus posterior. Pada kasus berat
penyakit sendi, nucleus menonjol keluar sampai anulus atau menjadi extruded dan
melintang sebagai potongan bebas pada canalis vertebralis. Lebih sering, fragmen dari
-
8/11/2019 ASKEP HNP KMB.docx
7/21
nucleus pulposus menonjol sampai pada celah anulus, biasanya pada satu sisi atau
lainnya (kadang-kadang ditengah), dimana mereka mengenai menimpa sebuah serabut
atau beberapa serabut syaraf. Tonjolan yang besar dapat menekan serabut-serabut
saraf melawan apophysis artikuler.
2. Hernia Servikalis
Keluhan utama nyeri radikuler pleksus servikobrakhialis. Penggerakan
kolumma vertebralis servikal menjadi terbatas, sedang kurvatural yang normal
menghilang. Otot-otot leher spastik, kaku kuduk, refleks biseps yang menurun atau
menghilang Hernia ini melibatkan sendi antara tulang belakang dari C5 dan C6 dan
diikuti C4 dan C5 atau C6 dan C7. Hernia ini menonjol keluar posterolateral
mengakibatkan tekanan pada pangkal syaraf. Hal ini menghasilkan nyeri radikal yang
mana selalu diawali gejala-gejala dan mengacu pada kerusakan kulit.
3. Hernia Thorakalis
Hernia ini jarang terjadi dan selalu berada digaris tengah hernia. Gejala-
gejalannya terdiri dari nyeri radikal pada tingkat lesi yang parastesis. Hernia dapat
menyebabkan melemahnya anggota tubuh bagian bawah, membuat kejang paraparese
kadang-kadang serangannya mendadak dengan paraparese.
Penonjolan pada sendi intervertebral toracal masih jarang terjadi (menurut
love dan schorm 0,5 % dari semua operasi menunjukkan penonjolan sendi). Pada
empat thoracal paling bawah atau tempat yang paling sering mengalami trauma jatuh
dengan posisi tumit atau bokong adalah faktor penyebab yang paling utama.
-
8/11/2019 ASKEP HNP KMB.docx
8/21
-
8/11/2019 ASKEP HNP KMB.docx
9/21
E. PATOFISIOLOGI
Hernia Nukleus Pulposus (HNP) dapat disebabkan oleh proses degeneratif dan
trauma yang diakibatkan oleh ( jatuh, kecelakaan, dan stress minor berulang seperti
mengangkat benda berat) yang berlangsung dalam waktu yang lama. Diskus
intervertebralis merupakan jaringan yang terletak antara kedua tulang vertebra, yang
dilingkari oleh anulus fibrosus yang terdiri atas jaringan konsentrik dan fibrikartilago
dimana didalamnya terdapat substansi setengah cair. Substansi inilah yang dinamakan
dengan Nukleus Pulposus yang mengandung berkas-berkas serat kolagenosa, sel
jaringan ikat, dan sel tulang rawan. Bahan ini berfungsi sebagai peredam-kejut (shock
absorver) antara korpus vertebra yang berdekatan, dan juga berperan penting dalam
pertukaran cairan antara diskus dan kapiler. Diskus intervertebra ini membentuk
sekitar seperempat dari panjang keseluruhan kolumna vertebralis. Diskus paling tipis
terletak di regio lumbalis. Seiring dengan bertambahnya usia, kandungan air diskus
berkurang (dari 90% pada masa bayi menjadi 70% pada lanjut usia) dan diskus
menjadi lebih tipis sehingga resiko terjadinya HNP menjadi lebih besar. Kehilangan
protein polisakarida dalam diskus menurunkan kandungan air nukleus pulposus.
Perkembangan pecahan yang menyebar di anulus melemahkan pertahanan
pada herniasi nukleus.Selain itu serat-serat menjadi lebih kasar dan mengalami
hialinisasi,yang ikut berperan menimbulkan perubahan yang menyebabkan HNP
melalui anulus disertai penekanan saraf spinalis. Dalam herniasi diskus
intervertebralis, nukleus dari diskus menonjol kedalam anulus (cincin fibrosa sekitar
diskus) dengan akibat kompresi saraf. Kehilangan protein polisakarida dalam diskus
menurunkan kandungan air nukleus pulposus. Perkembangan pecahan yang menyebar
di anulus melemahkan pertahanan pada herniasi nukleus. Setelah trauma (jatuh,
kecelakaan, dan stress minor berulang seperti mengangkat beban berat dalam waktu
yang lama) kartilago dapat cedera, kapsulnya mendorong kearah medulla spinalis atau
mungkin ruptur dan memungkinkan nukleus pulposus terdorong terhadap saraf spinal
saat muncul dari kolumna spinal.
Sebagian besar herniasi diskus (proses bertahap yang ditandai serangan-
serangan penekanan akar saraf) terjadi di daerah lumbal di antara ruang lumbal IV ke
V (L4 ke L5), atau lumbal kelima (L5 ke S1), hal ini terjadi karena daerah inilah yang
paling berat menerima tumpuan berat badan kita pada saat beraktivitas. Arah tersering
herniasi bahan Nukleus pulposus adalah posterolateral. Karena akar saraf daerah
lumbal miring kebawah sewaktu keluar melalui foramen saraf, herniasi diskus antara
-
8/11/2019 ASKEP HNP KMB.docx
10/21
L5 dan S1 lebih mempengaruhi saraf S1 daripada L5. (Price, 2005) , (Brunner&
Suddarth , 2001), (Rasjad, 2003).
Hernia Nukleus Pulposus yang menyerang vertebra lumbalis biasanya
menyebabkan nyeri punggung bawah yang hebat, mendesak, menetap beberapa jam
sampai beberapa minggu, rasa nyeri tersebut dapat bertambah hebat bila batuk, bersin
atau membungkuk, dan biasanya menjalar mulai dari punggung bawah ke bokong
sampai tungkai bawah. Parastesia yang hebat mugkin terjadi sesudah gejala nyeri
menurun, deformitas berupa hilangnya lordosis lumbal atau skoliosis, mobilitas
gerakan tulang belakang berkurang (pada stadium akut gerakan pada bagian lumbal
sangat terbatas, kemudian muncul nyeri pada saat ekstensi tulang belakang), nyeri
tekan pada daerah herniasi dan bokong (paravertebral), klien juga biasanya berdiri
dengan sedikit condong ke satu sisi.
Apabila kondisi ini berlangsung terus menerus dapat meninbulkan komplikasi
antara lain berupa radiklitis (iritasi akar saraf), cedera medulla spinalis, parestese,
kelumpuhan pada tungkai bawah.
F. MANIFESTASI KLINIS
Gejala utama yang muncul adalah rasa nyeri di punggung bawah disertai otot-
otot sekitar lesi dan nyeri tekan. Hal ini desebabkan oleh spasme otot-otot tersebut
dan spasme menyebabkan penekanan pada saraf, neuron saraf menjadi terjepit lalu
timbul reaksi zat kimia/bioaktif (serotonin , bradikinin dan prostaglandin). Zat-zat
tersebut merupakan reseptor nyeri sehingga timbul rasa nyeri pada diri pasien.
Dimana nyeri tersebut terjadi tergantung dimana piringan tersebut mengalami
herniasi dan dimana pusat syaraf tulang punggung terkena. Nyeri tersebut terasa
sepanjang lintasan syaraf yang tertekan oleh piringan yang turun berok. Misal, piring
hernia umumya menyebabkan sciatica. Nyeri tersebut bervariasi dari ringan sampai
melumpuhkan, dan gerakan memperhebat nyeri tersebut. kaku dan kelemahan otot
bisa juga terjadi. Jika tekanan pada pusat syaraf besar, kaki kemungkinan lumpuh.
Jika cauda equina (berkas syaraf melebar dari bagian bawah tali tersebut) terkena,
pengendalian kantung kemih dan isi perut bisa hilang. Jika gejala-gejala serius ini
terjadi, perawatan medis diperlukan dengan segera.
-
8/11/2019 ASKEP HNP KMB.docx
11/21
Pusat syaraf (syaraf besar yang bercabang keluar dari tali tulang belakang) bisa
menjadi tertekan mengakibatkan gejala-gejala neurological, seperti perubahan sensor
atau gerak.
Manifestasi klinis HNP tergantung dari radiks saraf yang lesi. Gejala klinis
yang paling sering adalah iskhialgia (nyeri radikuler sepanjang perjalanan nervus
iskhiadikus). Nyeri biasanya bersifat tajam seperti terbakar dan berdenyut menjalar
sampai di bawah lutut. Bila saraf sensorik yang besar (A beta) terkena akan timbul
gejala kesemutan atau rasa tebal sesuai dengan dermatomnya. Pada kasus berat dapat
terjadi kelemahan otot dan hilangnya refleks tendon patela (KPR) dan Achills (APR).
Bila mengenai konus atau kauda ekuina dapat terjadi gangguan miksi, defekasi dan
fungsi seksual
Sindrom kauda equina dimana terjadi saddle anasthesia sehingga
menyebabkan nyeri kaki bilateral, hilangnya sensasi perianal (anus), paralisis
kandung kemih, dan kelemahan sfingter ani. Sakit pinggang yang diderita pun akan
semakin parah jika duduk, membungkuk, mengangkat beban, batuk, meregangkan
badan, dan bergerak. Istirahat dan penggunaan analgetik akan menghilangkan sakit
yang diderita.
1. Henia Lumbosakralis
Gejala pertama biasanya low back pain yang mula-mula berlangsung dan
periodik kemudian menjadi konstan. Rasa nyeri di provokasi oleh posisi badan
tertentu, ketegangan hawa dingin dan lembab, pinggang terfikasi sehingga kadang-
kadang terdapat skoliosis. Gejala patognomonik adalah nyeri lokal pada tekanan atau
ketokan yang terbatas antara 2 prosesus spinosus dan disertai nyeri menjalar kedalam
gluteus dan tungkai. Low back pain ini disertai rasa nyeri yang menjalar ke daerah
iskhias sebelah tungkai (nyeri radikuler) dan secara refleks mengambil sikap tertentu
untuk mengatasi nyeri tersebut, sering dalam bentuk skilosis lumbal.
Syndrom Perkembangan lengkap syndrom sendi intervertebral lumbalis yang
prolaps terdiri :
1. Kekakuan/ketegangan, kelainan bentuk tulang belakang.
2. Nyeri radiasi pada paha, betis dan kaki
3.
Kombinasi paresthesiasi, lemah, dan kelemahan refleks.
Nyeri radikuler dibuktikan dengan cara sebagai berikut :
-
8/11/2019 ASKEP HNP KMB.docx
12/21
1. Cara Kamp. Hiperekstensi pinggang kemudian punggung diputar kejurusan
tungkai yang sakit, pada tungkai ini timbul nyeri.
2.
Tess Naffziger. Penekanan pada vena jugularis bilateral.
3. Tes Lasegue. Tes Crossed Laseque yang positif dan Tes Gowers dan Bragard
yang positif.
Gejala-gejala radikuler lokasisasinya biasanya di bagian ventral tungkai atas
dan bawah. Refleks lutut sering rendah, kadang-kadang terjadi paresis dari muskulus
ekstensor kuadriseps dan muskulus ekstensor ibu jari.
2. Hernia servicalis
1. Parasthesi dan rasa sakit ditemukan di daerah extremitas (sevikobrachialis)
2. Atrofi di daerah biceps dan triceps
3. Refleks biceps yang menurun atau menghilang
4. Otot-otot leher spastik dan kaku kuduk.
3. Hernia thorakalis
1.
Nyeri radikal
2. Melemahnya anggota tubuh bagian bawah dapat menyebabkan kejang
paraparesis
3.
Serangannya kadang-kadang mendadak dengan paraplegia
G. PEMERIKSAAN DIAGNOSIK
1. Rontgen Spinal : Memperlihatkan perubahan degeneratif pada tulang belakang dan
ruang invertebratalis dan dapat digunakan untuk mengesampingkan kecurigaan
patologis lain seperti tumor atau osteomielitis.
2. MRI : untuk melokalisasi protrusi diskus kecil sekalipun terutama untuk penyakit
spinal lumbal, serta menunjukkan adanya perubahan tulang dan jaringan lunak yang
dapat memperkuat bukti adanya discus.
-
8/11/2019 ASKEP HNP KMB.docx
13/21
3. CT Scan dan Mielogram jika gejala klinis dan patologiknya tidak terlihat pada
MRI. Mielogram menentukan lokasi dan ukuran herniasi secara spesifik.
4. Elektromiografi (EMG) : untuk melokalisasi radiks saraf spinal khusus / melihat
adanya polineuropati. Pemeriksaan ini dapat melokolisasi lesi pada tingkat akar saraf
spinal utama yang terkena.
5. Venogram epidura : dilakukan pada kasus dimana keakuratan dari miogram
terbatas.
6. Pungsi lumbal : mengesampingkan kondisi yang berhubungan, infeksi, adanya
darah.
7. Tanda LeSeque : dengan mengangkat kaki lurus keatas,dapat mendukung diagnosa
awal dari herniasi diskus intervetebra ketika muncul nyeri pada kaki posterior.
8. Pemeriksaan urine : menyingkirkan kelainan pada saluran kencing.
9. LED : menyingkirkan adanya diagnosa banding tumor ganas, infeksi, dan penyakit
Reumatik.
H.
PENATALAKSANAAN
Setelah sekitar 2 minggu, kebanyakan orang sembuh tanpa pengobatan apapun.
Memberikan kompres dingin (seperti ice pack) untuk nyeri yang akut dan panas
(seperti heating pad) untuk nyeri yang kronik. Dapat pula menggunakan analgesik
OTC bisa membantu meringankan nyeri tersebut. kadangkala operasi untuk
mengangkat bagian atau seluruh piringan dan bagian tulang belakang diperlukan.
Pada 10 % sampai 20% orang yang mengalami operasi untuk sciatica disebabkan
piringan hernia, piringan lain pecah.
Penatalaksanaan pada klien dengan Hernia Nukleus Pulposus (HNP) adalah :
1. Penatalaksanaan medis.
a.
Pemberian obat-obatan seperti analgetik, sedatif (untuk mengontrol kecemasan
yang sering ditimbulkan oleh penyakit diskus vertebra servikal), relaksan otot,
anti inlamasi atau kortikosteroid untuk mengatasi proses inflamasi yang
biasanya terjadi pada jaringan penyokong dan radiks saraf yang terkena,
antibiotik diberikan pasca operasi untuk mengurangi resiko infeksi pada insisi
pembedahan (Smeltzer, 2001).
-
8/11/2019 ASKEP HNP KMB.docx
14/21
b. Prosedur pembedahan.
1)Laminektomi, adalah eksisi pembedahan untuk mengangkat lamina dan
memungkinkan ahli bedah spinalis, mengidentifikasi dan mengangkat
patologi dan menghilangkan kompresi medulla dan radiks, laminektomi juga
berarti eksisi vertebra posterior dan umumnya dilakukan untuk
menghilangkan tekanan atau nyeri akibat HNP.
2)Disektomi, adalah mengangkat fragmen herniasi atau keluar dari diskus
intervertebral.
3)Laminotomi, adalah pembagian lamina vertebra.
4)Disektomi dengan peleburan- graft tulang (dari krista iliaka atau bank
tulang) yang digunakan untuk menyatukan dengan prosesus spinosus
vertebra ; tujuan peleburan spinal adalah untuk menjembatani diskus defektif
untuk menstabilkan tulang belakang dan mengurangi angka kekambuhan.
5)Traksi lumbal yang bersifat intermitten. (Smeltzer, 2001).
6)
Interbody Fusion (IF) merupakan penanaman rangka Titanium yang berguna
untuk mempertahankan dan mengembalikan tulang ke posisi semula.
c. Fisioterapi
a. Immobilisasi
Immobilisasi dengan menggunakan traksi dan brace. Hal ini dilakukan agar
tidak terjadi pergerakan vertebra yang akan memperparah HNP.
b.Traksi
Traksi servikal yang disertai dengan penyanggah kepala yang dikaitkan
pada katrol dan beban. Hal ini dilakukan untuk menjaga kestabilan vertebra
servikalis.
c. Meredakan Nyeri
Kompres hangat dapat dilakukan untuk mengurangi nyeri. Kompres hangat
menimbulkan vasodilatasi sehingga tidak terjadi kekakuan pada daerah
vertebra.
2. Penatalaksanaan keperawatan.
a. Tirah baring (biasanya 2 minggu) pada alas yang keras atau datar.
b. Imobilisasi dengan menggunakan kolar servikal, traksi servikal, brace atau
korset.
-
8/11/2019 ASKEP HNP KMB.docx
15/21
c. Kompres lembab panas (untuk 10 sampai 20 menit diberikan pada daerah
belakang leher beberapa kali sehari untuk meningkatkan aliran darah ke otak
dan menolong relaksasi otot bagi klien yang mengalami spasme otot).
d. Anjurkan mempergunakan posisi yang benar dan disiplin terhadap gerakan
punggung yaitu membungkuk dan mengangkat barang. Teknik yang benar
adalah menjaga agar tulang belakang tetap tegak, menekuk lutut dan menjaga
berat badan tetap dekat dengan tubuh untuk menggunakan otot-otot tungkai
yang kuat dan menghindari pemakaian otot-otot punggung.
e. Mengajarkan teknik relaksasi napas dalam untuk mengurangi nyeri
f. Perawatan luka pada klien pasca operasi untuk mengurangi risiko infeksi.
(Smeltzer, 2001).
3. Diit.
Klien dengan HNP dianjurkan untuk makan makanan yang banyak
mengandung serat untuk mencegah konstipasi yang dapat memperberat rasa nyeri.
I.
KOMPLIKASI
1. kelumpuhan pada ekstremitas bawah
2. cedera medula spinalis
3. radiklitis (iritasi akar saraf)
4. parestese
5. disfungsi seksual
6. hilangnya fungsi pengosongan VU dan sisa pencernaan.
-
8/11/2019 ASKEP HNP KMB.docx
16/21
BAB 3
ASKEP PADA PASIEN DENGAN HNP
1. PENGKAJIAN
1. Identi tasHNP terjadi pada umur pertengahan, kebanyakan pada jenis kelamin pria dan
pekerjaan atau aktivitas berat (mengangkat baran berat atau mendorong benda berat).
2. Keluhan UtamaNyeri pada punggung bawah :
P, trauma (mengangkat atau mendorong benda berat).
Q, sifat nyeri seperti ditusuk-tusuk atau seperti disayat, mendenyut, seperti kena api, nyeri
tumpul atau kemeng yang terus-menerus. Penyebaran nyeri apakah bersifat nyeri radikular
atau nyeri acuan (referred fain). Nyeri tadi bersifat menetap, atau hilang timbul, makin lama
makin nyeri .
R, letak atau lokasi nyeri menunjukkan nyeri dengan setepat-tepatnya sehingga letak nyeri
dapat diketahui dengan cermat.S, Pengaruh posisi tubuh atau atau anggota tubuh berkaitan dengan aktivitas tubuh, posisi
yang bagaimana yang dapat meredakan rasa nyeri dan memperberat nyeri. Pengaruh pada
aktivitas yang menimbulkan rasa nyeri seperti berjalan, turun tangga, menyapu, gerakan yang
mendesak. Obat-obatan yang ssedang diminum seperti analgetik, berapa lama diminumkan.
T.Sifanya akut, sub akut, perlahan-lahan atau bertahap, bersifat menetap, hilang timbul,
makin lama makin nyeri.
3. Riwayat Keperawatana. Apakah klien pernah menderita Tb tulang, osteomilitis, keganasan (mieloma multipleks),
metabolik (osteoporosis).
b. Riwayat menstruasi, adneksitis dupleks kronis, bisa menimbulkan nyeri punggung bawah.
4. Pemer iksaanF isika. Pemeriksaan Umum
1. Keadaan umum
Pemeriksaan tanda-tanda vital, dilengkapi pemeriksaan jantung, paru-paru, perut.
1) Inspeksi
A. Inspeksi punggung, pantat dan tungkai dalam berbagai posisi dan gerakan untuk evalusi
neyurogenik
B. Kurvatura yang berlebihan, pendataran arkus lumbal,adanya angulus, pelvis yang
miring/asimitris, muskulatur paravertebral atau pantat yang asimetris, postur tungkai yang
abnormal.
C. Hambatan pada pegerakan punggung , pelvis dan tungkai selama begerak.
D. Klien dapat menegenakan pakaian secara wajar/tidak
E. Kemungkinan adanya atropi, faskulasi, pembengkakan, perubahan warna kulit.
2) palpasi dan perkusi
A. Paplasi dan perkusi harus dikerjakan dengan hati-hati atau halus sehingga tidak
membingungkan klien
B. Paplasi pada daerah yang ringan rasa nyerinya ke arah yang paling terasanyeri.
C. Ketika meraba kolumnavertebralis dicari kemungkinan adanya deviasi ke lateral atau
antero-posterior
D. Palpasi dan perkusi perut, distensi pewrut, kandung kencing penuh dll.3) Neuorologik
-
8/11/2019 ASKEP HNP KMB.docx
17/21
A. Pemeriksaan motoric
1. Kekuatan fleksi dan ekstensi tungkai atas, tungkai bawah, kaki, ibu jari dan jari lainnya
dengan menyuruh klien unutk melakukan gerak fleksi dan ekstensi dengan menahan gerakan.
2. Atropi otot pada maleolus atau kaput fibula dengan membandingkan kanan-kiri.
3. Fakulasi (kontraksi involunter yang bersifat halus) pada otot-otot tertentu.
B. Pemeriksan sensorikA. Pemeriksaan rasa raba, rasa sakit, rasa suhu, rasa dalam dan rasa getar (vibrasi) untuk
menentukan dermatom mana yang terganggu sehingga dapat ditentuakn pula radiks mana
yang terganggu.
6) Pemeriksaan reflex
A. Refleks lutut /patela/hammer (klien bebraring.duduk dengan tungkai menjuntai), pada
HNP lateral di L4-5 refleks negatif.
B. Refleks tumit.achiles (klien dalam posisi berbaring , luutu posisi fleksi, tumit diletakkan
diatas tungkai yang satunya dan ujung kaki ditahan dalam posisi dorsofleksi ringan,
kemudian tendon achiles dipukul. Pada aHNP lateral 4-5 refleks ini negatif.
7) Pemeriksaan range of movement (ROM)
A. Pemeriksaan ini dapat dilakukan aktif atau pasif untuk memperkirakan derajat nyeri,functio laesa, atau untuk mememriksa ada/tidaknya penyebaran nyeri.
B. Pemeriksaan penunjang\
A. Foto rontgen, Foto rontgen dari depan, samping, dan serong)
untuk identifikasi
ruang antar vertebra menyempit. Mielografi adalah pemeriksaan
dengan bahan
kontras melalu tindakan lumbal pungsi dan pemotrata dengan sinar
tembus.
Apabila diketahiu adanya penyumbatan.hambatan kanalis spinalis
yang mungkin
disebabkan HNP.
B. Elektroneuromiografi (ENMG)
Untuk menegetahui radiks mana yang terkena / melihat adanya
polineuropati.
C. Sken tomografi
Melihat gambaran vertebra dan jaringan disekitarnya termasuk diskusi
intervertebralis.
2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1) Nyeri berhubungan dengan penjepitan saraf pada diskus intervetebralis
2) Cemas berhubuangan dengan prosedur operasi, diagnosis, prognosis, anestesi, nyeri,
hilangnya fungsi.
3) Perubahan mobilitas fisik berhubungan dengan hemiparese/hemiplegia.
3. INTERVENSI
DX.1.Perubahan rasa nyaman (nyeri) berhubungan dengan dampak penjepitan saraf pada
radiks intervertebralis
Tujuan :Kriteria hasil :
Nyeri berkurang atau rasa nyaman
terpenuhi- Klien mengatakan tidak terasa nyeri.
-
8/11/2019 ASKEP HNP KMB.docx
18/21
- Lokasi nyeri minimal
- Keparahan nyeri berskala 0
- Indikator nyeri verbal dan noverbal (tidak
menyeringai)
INTERVENSI RASIONAL
1) Identifikasi klien dalam membantu
menghilangkan rasa nyerinya.
2) Berikan informasi tentang penyebab dan cara
mengatasinya.
3) Tindakan penghilangan rasa nyeri noninvasif
dan nonfarmakologis (posisi, balutan (24-48 jam),
distraksi dan relaksasi.
4) Terapi analgetik.
1) Pengetahuan yang mendalam
tentang nyeri dan keefektifan tindakan
penghilangan nyeri.
2) Informasi mengurangi ansietas
yang berhubungan dengan sesuatu yang
diperkirakan
3) Tindakan ini memungkinkan klien
untuk mendapatkan rasa kontrol terhadap
nyeri.
4) Terapi farmakologi diperlukan
untuk memberikan peredam nyeri.
DX.2.Cemas berhubuangan dengan prosedur operasi, diagnosis, prognosis, anestesi, nyeri,
hilangnya fungsi
Tujuan :
Kriteria hasil :
Rasa cemas klien akan berkurang/hilang.
- Klien mampu mengungkapkan
ketakutan/kekuatirannya.
- Respon klien tampak tersenyum.
INTERVENSI RASIONAL
1) Diskusikan mengenai
kemungkinan kemajuan dari fungsigerak untuk mempertahankan harapan
klien dalam memenuhi kebutuhan
sehari-hari.
2) Berikan informasi mengenai
klien yang juga pernah mengalami
gangguan seperti yang dialami klien
danmenjalani operasi
3) Berikan informasi mengenai
sumber-sumber dan alat-lat yang
tersedia yang dapat membantu klien.
4) Berikan support sistem
(perawat, keluarga atau teman dekat
dan pendekatan spiritual)
5) Reinforcement terhadap potensi
dan sumber yang dimiliki
berhubungan dengan penyakit,
perawatan dan tindakan
1) Menunjukkan kepada klien bahwa dia dapatberkomunikasi dengan efektif tanpa menggunakan
alat khusus, sehingga dapat mengurangi rasa
cemasnya.
2) Harapan-harapan yang tidak realistik tiak dapat
mengurangi kecemasan, justru malah menimbulkan
ketidak percayaan klien terhadap perawat.
3) Memungkinkan klien untuk memilih metode
komunikasi yang paling tepat untuk kehidupannya
sehari-hari disesuaikan dnegan tingkat
keterampilannya sehingga dapat mengurangi rasa
cemas dan frustasinya.
4) Dukungan dari bebarapa orang yang memiliki
pengalaman yang sama akan sangat membantu klien.
5) Agar klien menyadari sumber-sumber apa saja
yang ada disekitarnya yang dapat mendukung dia
untuk berkomunikasi.
-
8/11/2019 ASKEP HNP KMB.docx
19/21
DX.3. Perubahan mobilitas fisik berhubungan dengan hemiparese/hemiplegia
Tujuan :Kriteria hasil :
Klien mampu melaksanakan aktivitas fisik sesuai
dengan kemampuannya
- Tidak terjadi kontraktur sendi- Bertabahnya kekuatan otot
- Klien menunjukkan tindakan untuk
meningkatkan mobilitas
INTERVENSI RASIONAL
1) Ubah posisi klien tiap 2 jam.
2) Ajarkan klien untuk melakukan
latihan gerak aktif pada ekstrimitas yang
tidak sakit.
3) Lakukan gerak pasif pada
ekstrimitas yang sakit
4) Kolaborasi dengan ahli fisioterapi
untuk latihan fisik klien
1) Menurunkan resiko terjadinnya iskemia
jaringan akibat sirkulasi darah yang jelek pada
daerah yang tertekan.
2) Gerakan aktif memberikan massa, tonus dan
kekuatan otot serta memperbaiki fungsi jantung
dan pernapasan.
3) Otot volunter akan kehilangan tonus dan
kekuatannya bila tidak dilatih untuk digerakkan
-
8/11/2019 ASKEP HNP KMB.docx
20/21
KESIMPULAN
Hernia nukleus pulposus merupakan penyakit yang disebabkan oleh trauma atau
perubahan degeneratif yang menyerang massa nukleus pada daerah vertebra L4-L5, L5-S1,
atau C5-C6 yang menimbulkan nyeri punggung bawah yang berat, kronik dan berulang atau
kambuh. Hernia dibagi menjadi tiga klasifiksi, yaitu hernia lumbosacralis, hernia servikalis,hernia thorakalis.
Dimana pada hernia lumbosacralis penyebab terjadinya lumbal menonjol keluar,
bisanya oleh kejadian luka posisi fleksi, tapi perbandingan yang sesungguhnya pada pasien
non trauma adalah kejadian yang berulang. Gejala utama yang muncul adalah rasa nyeri di
punggung bawah disertai otot-otot sekitar lesi dan nyeri tekan. Dimana nyeri tersebut terjadi
tergantung dimana piringan tersebut mengalami herniasi dan dimana pusat syaraf tulang
punggung terkena. Nyeri tersebut terasa sepanjang lintasan syaraf yang tertekan oleh piringan
yang turun berok.
SARAN1) Mahasiswa
a.
Gunakanlah waktu sebaik-baiknya untuk mencari ilmu untuk masa depan yang
cemerlang.
b.
Gunakanlah makalah ini sebagai sumber ilmu untuk mempelajari tentang
asuhan keperawatan pada klien dengan gangguan sistem muskuloskletal
(HNP).
2) Akademik
Bimbinglah mahasiswa-mahasiswa keperawatan dalam membuat asuhan
keperawatan
-
8/11/2019 ASKEP HNP KMB.docx
21/21
DAFTAR PUSTAKA
Carpenito, Lynda Juall, 2000,Buku Saku Diagnosa Keperawatan, Edisi 8, EGC, Jakarta.
Doenges, M.E.,Moorhouse M.F.,Geissler A.C., 2000,Rencana Asuhan Keperawatan, Edisi
3, EGC,Jakarta.
Engram, Barbara, 1998,Rencana Asuhan Keperawatan Medikal Bedah, Volume 3,
EGC,Jakarta.
Gallo B.M.,1996,Keperawatan Kritis, Pendekatan Holistik, Edisi VI, VolumeII, EGC,
Jakarta.
Price, Sylvia Anderson . 2003 .Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit . Jakarta
: EGC
Priguna Sidharta, Sakit Neuromuskuloskeletal dalam Praktek, Jakarta : Dian Rakyat, 1996.
Smeltzer, Suzane C,Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarthedisi 8 Vol3, Jakarta : EGC, 2002
top related